Antara wahn dan zuhud

3
1 Antara Wahn dan Zuhud Suatu hari Rasulullah s.a.w. pernah berkumpul di hadapan para sahabat. Beliau menyampaikan satu kalimat yang membuat para sahabat cukup tercengang. Beliau bertanya tentang apa yang disebut sebagai al-Wahn. Sahabat pun bertanya-tanya apa gerangan yang dimaksud al-Wahn. Rasulullah s.a.w. menjawab: “Al-Wahn adalah penyakit cinta dunia dan takut mati.” Sebagaiman yang dinyatakan dalam hadits berikut: Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Hampir terjadi keadaan yang mana umat-umat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya”. Salah seorang sahabat bertanya; “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?” Nabi menjawab, Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Dan pasti Allah akan mencabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn”. Kata para

Transcript of Antara wahn dan zuhud

Page 1: Antara wahn dan zuhud

1

Antara Wahn dan Zuhud

Suatu hari Rasulullah s.a.w. pernah berkumpul di hadapan

para sahabat. Beliau menyampaikan satu kalimat yang membuat

para sahabat cukup tercengang. Beliau bertanya tentang apa yang

disebut sebagai al-Wahn. Sahabat pun bertanya-tanya apa gerangan

yang dimaksud al-Wahn. Rasulullah s.a.w. menjawab: “Al-Wahn

adalah penyakit cinta dunia dan takut mati.” Sebagaiman yang dinyatakan dalam hadits berikut:

Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

“Hampir terjadi keadaan yang mana umat-umat lain akan mengerumuni

kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya”. Salah seorang sahabat bertanya; “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?” Nabi menjawab, Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi

kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Dan pasti Allah akan mencabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh

kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn”. Kata para

Page 2: Antara wahn dan zuhud

2

sahabat, “Wahai Rasulullah, apa Wahn itu? Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati”.1

Al-Wahn, pokok persoalan sebenarnya bukan pada cinta

dunia, tetapi lebih kepada ketika hati sudah cinta dunia melebihi

apapun. Di saat yang sama, al-Wahn menyebabkan seorang mukmin

takut pada kematian. Oleh karena itu, al-Wahn menjelma menjadi

sebuah penyakit yang bisa mematikan potensi keimanan. Tidak

hanya itu, bahkan sampai pada potensi amal seorang insan. Lalu

bagaimana agar hati tidak tertimpa penyakit al-Wahn. Jawabannya

setiap kita harus memiliki satu sikap sebaliknya, yakni “zuhud”.

Zuhud sebagaimana Rasulullah s.a.w. sabdakan dalam bentuk perintah kepada kita, “Cukupkanlah dirimu terhadap apa

yang ada di dunia, niscaya Allah SWT akan mencintaimu. Dan

cukupkanlah terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya engkau akan dicintai oleh manusia.” Sebagaimana sabda Rasulullah

s.a.w.:

”Zuhudlah terhadap apa yang ada di dunia, maka Allah akan

mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di sisi manusia, maka

manusia pun akan mencintaimu”2

1Hadits Riwayat Abu Dawud dari Tsauban, Sunan Abî Dâwud, Kitâb

al-Malâhim, Bâb Fî Tadâ’ al-Umam ‘Alâ al- Islâm, IV/184, hadits no. 41299 2Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Sahal bin Sa’ad as-Sa’idi, Sunan

ibn Mâjah, V/225, hadits no. 4102.

Page 3: Antara wahn dan zuhud

3

Al-Wahn dalam istilah sekarang ini, kita bisa menyebutnya

penyakit materialisme. Jika jiwa seorang insan sudah tertimpa

penyakit materialisme, apalagi jika secara materi ditopang dengan kekayaan dan kekuatan militer, maka dampak yang paling

berbahaya adalah kekuatan harta dan kekuatan militer ini bisa

dijadikan sebagai sarana untuk membumihanguskan orang-orang yang zuhud. Orang yang tertimpa penyakit materialisme atau al

wahn cenderung merasa cemas dan khawatir. Mereka khawatir jika

keberadaan orang-orang zuhud di tengah kehidupan mereka akan mengancam eksistensi mereka.

Sebuah sejarah panjang yang telah menimpa kehidupan anak manusia, ada Qabil dan Habil bisa menjadi contoh. Qabil adalah

orang yang membunuh Habil disebabkan penyakit al-Wahn yang

menimpa jiwa Qabil. Qabil sangat cemburu dengan pasangan yang

akan menjadi pasangan Habil dalam pernikahan sehingga ia tega membunuh saudaranya.

Dibangkitkannya para nabi dan rasul di tengah-tengah kehidupan umat manusia sesungguhnya mengajarkan nilai-nilai

kezuhudan dan memerangi al-Wahn. Kita lihat bagaimana

nabiyallah Ibrahim a.s. yang zuhud adalah orang yang tegas

memperjuangkan tegaknya tauhîdullâh. Namun, raja Nambrud

begitu khawatir jika kezuhudan yang dibawa oleh nabi Ibrahim a.s.

justru menghancurkan eksistensi kerajaannya. Dampaknya ialah Ibrahim a.s. dimusuhi sedemikian rupa, bahkan nabi Ibrahim

dibakar hidup-hidup. Namun, atas pertolongan Allah SWT, api

yang membakarnya dijadikan dingin dan sebagai penyelamat bagi Ibrahim a.s.. Zuhud tidak identik dengan kemiskinan. Zuhud adalah

identik dengan kekuatan di mana mereka menjadikan dunia sebagai

ladang amal, sementara orang yang menderita al-Wahn menjadikan

dunia sebagai tujuan amal.

(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan Sukeri Abdillah, dalam

http://www.dakwatuna.com/2012/07/24/21793/antara-wahn-dan-zuhud/#ixzz3CMOzB62V)