Asuhan Keperawatan Pada Masalah Menjelang Ajal Dan Kematian
-
Upload
dwi-s-wijaya -
Category
Documents
-
view
1.270 -
download
3
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Masalah Menjelang Ajal Dan Kematian
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH MENJELANG AJAL DAN
KEMATIAN
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2013
Nama Kelompok :
Abd Latif : 11620578
Ana Clara De Ornay : 11620585
Dwi Septian Wijaya : 11620692
Theresia Ose Kherans : 11620609
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan
yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam
menangani pasien yang sedang menghadapi proses penyakit terminal ?
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat
adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA,
1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic
spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).
Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi
kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien senantiasa
mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan
Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga
perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang
terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali
diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien
terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
1.2 Tujuan
1. Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang berada pada tahap terminal
2. Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal dan kematian
3. Mengkaji dan memaparkan diagnosa
4. Memberi intervensi serta mengevaluasi pada klien
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Terminal
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju
kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi
individu (kubler-rosa, 1969).
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(carpenito, 1999).
2.2. Tahapan menjelang ajal
2.2.1 Penyangkalan dan isolasi
a. Karakteristiknya antara lain :
Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal,”tidak,bukan saya.itu tidak
mungkin”. Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang
kecuali dia.
Mengisolasi diri dari kenyataan. Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap
penolakannya, tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya. Meminta
penguatan dari orang lain untuk penolakannya. Gelisah dan cemas
b. Tugas perawat :
Membina hubungan saling percaya, memberi kesempatan klien untuk
mengekspresikan diri dan menguasai dirinya, melakukan dialog disaat klien siap,dan
menghentikannya ketika klien tidak mampu menghadapi kenyataan. Mendengarkan klien
dengan penuh perhatian dan memberinya kesempatan untuk bermimpi tentang hal-hal yang
menyenangkan
2.2.2 Marah
a. Karakteristiknya antara lain :
Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan, menunjukan
kemarahan,kebencian,perasaan gusar dan cemburu.
Emosi tidak terkendali, mengungkapkan kemarahan secara verbal “ mengapa harus
aku ?”. Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu
menyalahkan takdir, kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang berlaku.
b. Tugas perawat :
Menerima kondisi klien, berhati-hati dalam memberikan penilaian,mengenali
kemarahan,dan emosi yang tidak terkendali, membiarkan klien mengungkapkan perasaannya
menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif dan melibatkan keluarga
berusaha menghormati dan memahami klien,memberikan kesempatan memperlunak suara dan
mengurangi permintaan yang penuh kemarahan
2.2.3. Tawar menawar
a. Karakteristiknya antara lain:
Kemarahan mulai mereda, respon verbal”ya benar aku,tapi..” Melakukan tawar
menawar/barter,misalnya untuk menunda kematian, mempunyai harapan dan keinginan
terkesan sudah menerima kenyataan, berjanji pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih
baik. Cenderung membereskan segala urusan
b. Tugas perawat :
Sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi
2.2.4. Depresi
a. Karakteristiknya antara lain:
Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan
kehilangn nyawa sendiri, cenderung tidak banyak bicara,sering menangis, klien berada pada
proses kehilangan segala hal yang ia cintai
b. Tugas perawat :
Duduk tenang disamping klien, memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya, tidak terus-menerus memaksa klien untuk melihat sisi terang suatu keadaan,
memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, memberi dukungan dan
perhatian pada klien ( misalnya sentuhan tangan,usapan pada rambut dll)
2.2.5.Penerimaan
a. Karakteristiknya antara lain :
Mampu menerima kenyataan, merasakan kedamaian dan ketenangan, respon
verbal “biarlah maut cepat mengambilku,karena aku sudah siap “. Merenungkan saat-saat akhir
dengan pengharapan tertentu, sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak
tahap ini bukan merupakan tahap bahagia,namun lebih mirip perasaan yang hampa
b. Tugas perawat :
Mendampingi klien, menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa anda akan
mendampinginya sampai akhir, membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada
dirinya.
2.2.6 Dampak Sakit
a. Klien
Menderita sampai saat kematian tiba,memerlukan bantuan dan dukungan dalam
melewati masa-masa tersebut, memutuskan perawatan yang akan dijalani, mendapat dukungan
untuk setiap keputusan yang diambilnya.dengan kata lain ada kecenderungan keluarga untuk
memenuhi semua keinginannya
b. keluarga
Berpartisipasi aktif dalam perawatan untuk penyembuhan klien, memperoleh
dukungan dan perhatian selama proses berduka
2.3 Pengertian Kematian
Kematian ( death ) secara etimologi berasal dari kata deeth atau deth yang berarti
keadaan mati atau kematian. Secara definitive kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan
paru-paru secara menetap,atau terhentinya kerja otak secara permanent.
2.3.1 Pandangan Tentang Kematian
a. Dahulu
Tragis dan memilukan, tabu untuk dibicarakan, menimbulkan sindrom kesedihan
dan ketakutan, selamamya tidak disukai, anak-anak tidak perlu mengetahui, timbul karena
perilaku buruk,pertengkaran,pembalasan,dan hukuman
b. Sekarang
Menjadi hal yang patut dibicarakan, merupakan proses alami kehidupan, tidak
menakutkan, lebih rasional dan bijak dalam menghadapinya, merupakan proses yang progresif
dan sesuatu yang harus dihadapi
2.3.2 Tanda-Tanda Kematian
1. Mendekati kematian
A. Penurunan tonus otot
Gerakan ekstremitas berangsung angsur menghilang,khususnya pada kaki dan
ujung kaki, sulit bicara, tubuh semakin lemah, aktifitas saluran pencernaan menurun sehingga
perut membuncit, otot rahang dan muka mengendur, rahang bawah cenderung turun, sulit
menelan,refleks gerakan menurun dan mata sedikit terbuka
B. Sirkulasi melemah
Suhu tubuh pasien tinggi,tetapi kaki,tangan dan ujung hidung pasien terasa dingin
dan lembab, kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan,kelabu atau pucat, nadi mulai
tidak teratur,lemah dan cepat, tekanan darah menurun dan peredaran darah perifer terhenti.
C. Kegagalan fungsi sensorik
Sensasi nyeri menurun atau hilang, pandangan mata kabur/ berkabut, kemampuan
indera berangsur-angsur menurun, sensasi panas,lapar,dingin dan tajam menurun
D. Penurunan/kegagalan fungsi pernafasan
Mengorok (death rattle ) /bunyi nafas terdengar kasar, pernafasan tidak teratur dan
berlangsung melalui mulut, pernafasan cheyne stokes
2.3.3 Saat Kematian
Terhentinya pernafasan,nadi,tekanan darah,dan fungsi otak ( tidak berfungsinya
paru,jantung dan otak ), hilangnya respon terhadap stimulasi eksternal, hilangnya control atas
sfingter kandung kemih dan rectum(inkontinensia ) akibat peredaran darah yang
terhambat,kaki dan ujung hidung menjadi dingin, hilangnya kemampuan panca indera,hanya
indera pendengaran yang paling lama dapat berfungsi, adanya garis datar pada mesin
elektroensefalografi menunjukkan terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu
kematian
2.3.4. Setelah Kematian
Rigor mortis ( kaku ).tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian, algor mortis (
dingin .suhu tubuh perlahan-lahan turun ), livor mortis ( post mortem decomposition).
Perubahan warna kulit pada daerah yang tertekan,jaringan melunak dan bakteri sangat banyak.
2.3.5 Respon Psikologis
Respon psikologis yang mungkin muncul pada klien menjelang ajal adalah
kekhawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat ketidak berdayaan terhadap
isu yang berhubungan dengan kematian.
Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik dan / mental apabila meninggal,
kepedihan yang diantisipasi yang berhubungan dengan kematian, kesedihan yang mendalam.
Perasaan takut dalam menjalani proses menjelang ajal, kekhawatiran tentang beban kerja
pemberi asuhan akibat sakit terminal dan ketidakmampuan diri.
Kekhawatiran tentang pertemuan dengan sang pencipta atau perasaan ragu tentang
keberadaan, tuhan atau sang penguasa, kehilangan kontrol total terhadap aspek kematian
seseorang atau dirinya, gambaran negative tentang kematian atau pikiran tidak menyenangkan
tentang kejadian yang berhubungan dengan, kematian atau proses menjelang ajal,ketakutan
terhadap kematian yang di tunda, ketakutan terhadap kematian dini karena hal itu mencegah
upaya pencapaian tujuan hidup yang penting.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN KEMATIAN
4.1 PengkajianRiwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
2. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang
sama
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien
4. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat:
a. Pasien kurang rensponsif
b. Fungsi tubuh melamban
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cendrung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi
yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan
efek negatif pada pada gaya hidup
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut
akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan )
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian
4.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan denga situasi yang tak dikenal.
Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negative pada gaya
hidup.
Criteria Hasil
Klien atua keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutannya yang brhubungan dengan gangguan
2. Menceriktakan tentang efek ganmguan pada fungsi normal, tanggungn jawab, peran dan
gaya hidup
No Intervensi Rasional
1 Bantu klien untuk mengurangi
ansietasnya :
1. berikan kepastian dan kenyamanan
2. tunjukkan perasaan tentang
pemahman dan empti, jangan
menghindari pertanyaan
3. dorong klien untuk mengungkapkan
setiap ketakutan permasalahan yang
berhubungan dengan pengobtannya
4. identifikasi dan dukung mekaniosme
koping efektif
Klien yang cemas mempunbyai
penyempitan lapang persepsi denagn
penurunan kemampuan untuk belajar.
Ansietas cendrung untuk memperburuk
masalah. Menjebak klien pada lingkaran
peningkatan ansietas tegang, emosional
dan nyeri fisik
2 Kaji tingkat ansietas klien :
Rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya
rendah atau sedang
Beberapa rasa takut didasari oleh
informasi yang tidak akurat dan dapat
dihilangkan denga memberikan informasi
akurat. Klien dengan ansietas berat
atauparah tidak menyerap pelajaran
3 Dorong keluarga dan teman untuk
mengungkapkan ketakutan-ketakutan
mereka
Pengungkapan memungkinkan untuk
saling berbagi dan memberiakn
kesempatan untuk memperbaiki konsep
yang tidak benar
4 Berika klien dan keluarga
kesempatan dan penguatan koping positif
Menghargai klien untuk koping efektif
dapat menguatkan renson koping positif
yang akan datang
Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi penurunan
fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain
No Intervensi Rasional
1 Berikan kesempatan pada klien da
keluarga untuk mengungkapkan perasaan,
didiskusikan kehilangan secara terbuka ,
dan gali makna pribadi dari
kehilangan.jelaskan bahwa berduka adalah
reaksi yang umum dan sehat
Pengetahuan bahwa tidak ada lagi
pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa
kematian sedang menanti dapat
menyebabkan menimbulkan perasaan
ketidak berdayaan, marah dan kesedihan
yang dalam dan respon berduka yang
lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat
membantu klien dan anggota keluarga
menerima dan mengatasi situasi dan respon
mereka terhdap situasi tersebut
2 Berikan dorongan penggunaan
strategi koping positif yang terbukti yang
memberikan keberhasilan pada masa lalu
Stategi koping fositif membantu
penerimaan dan pemecahan masalah
3 Berikan dorongan pada klien untuk
mengekpresikan atribut diri yang positif
Memfokuskan pada atribut yang positif
meningkatkan penerimaan diri dan
penerimaan kematian yang terjadi
4 Bantu klien mengatakan dan
menerima kematian yang akan terjadi,
jawab semua pertanyaan dengan jujur
Proses berduka, proses berkabung
adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian
yang akan terjadi di terima
5 Tingkatkan harapan dengan
perawatan penuh perhatian,
menghilangkan ketidak nyamanan dan
dukungan
Penelitian menunjukkan bahwa klien
sakit terminal paling menghargai tindakan
keperawatan berikut :
a. Membantu berdandan
b. Mendukung fungsi kemandirian
c. Memberikan obat nyeri saat
diperlukandan
d. meningkatkan kenyamanan fisik (
skoruka dan bonet 1982 )
DIAGNOSA III
Perubahan proses keluarga yang berhubunga dengan gangguan kehidupan takut akan hasil (
kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan )
No Intervensi Rasional
1 Luangkan waktu bersama keluarga
atau orang terdekat klien dan tunjukkan
pengertian yang empati
Kontak yang sering dan me
ngkmuikasikan sikap perhatian dan peduli
dapat membantu mengurangi kecemasan
dan meningkatkan pembelajaran
2 Izinkan keluarga klien atau orang
terdekat untuk mengekspresikan perasaan,
ketakutan dan kekawatiran.
Saling berbagi memungkinkan perawat
untuk mengintifikasi ketakutan dan
kekhawatiran kemudian merencanakan
intervensi untuk mengatasinya
3 Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU Informasi ini dapat membantu
mengurangi ansietas yang berkaitan dengan
ketidak takutan
5 Anjurkan untuk sering berkunjung
dan berpartisipasi dalam tindakan perawan
Kunjungan dan partisipasi yang sering
dapat meningakatkan interaksi keluarga
berkelanjutan
6 Konsul dengan atau berikan rujukan
kesumber komunitas dan sumber lainnya
Keluarga denagan masalah-masalh
seperti kebutuhan financial , koping yang
tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai
memerlukan sumber-sumber tambahan
untuk membantu mempertahankankan
fungsi keluarga
Diagnosa IV
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung
keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian
No Intervensi Rasional
1 Gali apakah klien menginginkan
untuk melaksanakan praktek atau ritual
keagamaan atau spiritual yang diinginkan
bila yang memberi kesemptan pada klien
untuk melakukannya
Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi
pada do,a atau praktek spiritual lainnya , praktek
ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat
menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan
2 Ekspesikan pengertrian dan
penerimaan anda tentang pentingnya
keyakinan dan praktik religius atau
spiritual klien
Menunjukkan sikap tak menilai dapat
membantu mengurangi kesulitan klien dalam
mengekspresikan keyakinan dan prakteknya
3 Berikan prifasi dan ketenangan
untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan
klien dapat dilaksanakan
Privasi dan ketenangan memberikan
lingkungan yang memudahkan refresi dan
perenungan
4 Bila anda menginginkan tawarkan
untuk berdo,a bersama klien lainnya atau
membaca buku ke agamaan
Perawat meskipun yang tidak menganut
agama atau keyakinan yang sama dengan klien
dapat membantu klien memenuhi kebutuhan
spritualnya
BAB IV
PENUTUP
4.3 Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit
atau sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan
menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan
terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju
kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan
yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau
mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan
psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
4.4 Saran
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien
menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk
mempertahankan kualitas hidup pasien
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan jiwa Edisi 8. Jakarta: EGC
http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien-terminal_08.html
http://kikiyogi.blogspot.com/2009/12/terminal-dan-menjelang-ajal.html