AUDIT ENERGI DAN ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN KONSUMSI ENERGI … · 2011. 4. 11. · energi yaitu...
Transcript of AUDIT ENERGI DAN ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN KONSUMSI ENERGI … · 2011. 4. 11. · energi yaitu...
AUDIT ENERGI DAN ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN KONSUMSIENERGI PADA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA
DI HOTEL SANTIKA PREMIERE SEMARANG
Skripsi
untuk memenuhi persyaratanmencapai derajat Sarjana Teknik
Program Studi S-1 Teknik Elektro
Oleh :
Agus Rianto5350403063
KepadaJURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
SKRIPSIAudit Energi dan Analisis Peluang Penghematan
Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udaradi Hotel Santika Premiere Semarang
Universitas Negeri Semarang
Dipersiapkan dan disusun oleh :AGUS RIANTO
5350403063Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal : 26 Juli 2007
Susunan Dewan Penguji,
Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji
Ir. Soedjatmiko, M.S Drs.Subiyanto, M.TNIP.130227850 NIP.130687603
Pembimbing Pendamping
Subiyanto, S.T, M.TNIP.132309137
Skipsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratanUntuk memperoleh derajat pendidikan Sarjana Teknik
Tanggal :
Drs. Djoko Adi Widodo, M.TNIP.131570064
Pengelola Jurusan Teknik ElektroUniversitas Negeri Semarang
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, Juli 2007
Agus Rianto
iv
INTISARI
Energi listrik sangat penting dalam indrustri perhotelan. Hal ini sangat menunjang
dalam operasional di Hotel Santika Premiere Semarang. Peralatan seperti
pengkondisian udara merupakan peralatan yang banyak mengkonsumsi energi listrik.
Hampir sekitar 60% penggunaan energi listrik digunakan untuk sistem pengkondisian
udara. Hal ini merupakan suatu pemborosan energi.
Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan efisiensi energi. Salah satu
metode yang sekarang dipakai untuk mengefisienkan pemakaian energi adalah
konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang
digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit
energi yaitu suatu metode untuk menghitung tingkat konsumsi energi suatu gedung
atau bangunan.
Pada audit energi di Hotel Santika Premiere terlihat bahwa konsumsi enrgi listrik
adalah yang paling dominan. Sebagaimana menurut persenstasi energi yang dipakai,
komposisi energi listrik dapat mencapai 91% dari total konsumsi energi, sedangkan
solar 6%, air 3%.
Berdasarkan audit awal terlihat bahwa IKE (Intesitas Konsusi Energi) di Hotel
Santika Premiere mencapai 341,683 kWH / m2 year lebih besar dari standar ASEAN-
USAID yaitu 300 kWH / m2 year. Berdasarkan hasil audit energi rinci, diperoleh
harga IKE untuk energi listrik adalah sebesar 403,08 kWH / m2 year. Peluang Hemat
Energi (PHE) pada audit energi ini adalah dengan pembersihan pada unit FCU yaitu
meliputi pembersihan saringan udara (filter), sudu kipas, sirip (fin) evaporator dan
kisi keluaran (grill) pada unit-unit FCU. Peluang Hemat Energi (PHE) yang kedua
adalah dengan Mengatur (setup) temperatur air keluar (Leaving Chilled Water
Temperature = LCWT) pada chiller.
Dari hasil perhitungan IKE setelah penerapan PHE, didapati nilai yang masih
cukup tinggi sehingga usaha penghematan masih harus dilakukan.
v
ABSTRACK
Electric Energy is very important in Hotel industry. It support in Hotel Santika
Premiere’s operation. This equipment for instance air conditioner consume electric
energy. Electric energy of air conditioner consuming reach 60%. It is one of energy
extravagance.
To resolve that problem efficiency energy used. One of method efficiency energy
is conservation energy. Conservation energy is efficiency energy raising or energy
proceed. In this process, audit energy is one of method to calculate Intensity
Consume Energy (ICE) at one particular building.
In energy audit Hotel Santika Premiere Semarang seen that electrics energy
consumption is most dominant. As according to percentage of energy consumed
composition in this fair matter hotel where electrics can reach 91 % from total energy
consumption, Solar 6 %, Water 3%.
As according Preliminary Energy Audit seem that Hotel Santika Premiere
Semarang’s Intensity Consume Energy (ICE) can reach 341,683 kWH/m2 year is
bigger than standard ASEAN-USAID standard reach 300 kWH/m2 year. As
according Detailed Energy Audit, Intensity Consume Energy (ICE) is 403,08
kWH/m2 year. Economical Opportunity of Energy (EOE) in this audit energy is
cleaning FCU. It is consist of cleaning filter, fan, evaporator fin, and grill. Second
Economical Opportunity of Energy (EOE) is setting Leaving Chilled Water
Temperature (LCWT) in chiller.
From result of calculation of IKE after implementation PHE, its value still high
enough so that the effort thrift still must be done
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Skripsi dengan judul ” Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan
Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara Di Hotel Santika Premiere
Semarang” ini diajukan untuk memenuhi syarat akhir untuk menyelesaikan
pendidikan Program Strata 1 pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang. Perlu didasari bahwa penyusunan karya tulis ini tidak
dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan
hati disampaikan terima kasih kepada:
1. Ir. Soedjatmiko, M.Sc Dosen Pembimbing yang membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi ini..
2. Drs. Said Sunardiyo, M.T Dosen Wali dan Ketua Program Studi S1 Teknik
Elektro yang telah banyak mengarahkan, membimbing serta membantu penulis
selama melaksanakan perkuliahan.
3. Drs. Djoko Adi Widodo, M.T Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang.
4. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
5. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si Rektor Universitas Negeri Semarang.
vii
6. Seluruh dosen, staf dan karyawan Teknik Elektro yang telah banyak membantu
penulis dalam melaksanakan perkuliahan di Jurusan Teknik Elektro.
7. Bapak Darsono, SE, HRD Hotel Santika Premiere Semarang yang telah
mengizinkan penilitian di Hotel Santika Premiere Semarang.
8. Bapak Subarno pembimbing lapangan khususnya masalah kelistrikan di Hotel
Santika Premiere Semarang.
9. Seluruh staf dan karyawan Hotel Santika Premiere Semarang yang telah banyak
membantu penulis dalam penulisan sripsi.
10. Ayahanda-Ibunda muara doa cinta dan kasih sayang, yang akan dan selalu aku
cintai dan sayangi selamanya.
11. Kakanda-ku tercinta, Ruslan Efendi. Adik-ku tersayang, Yuliani Mandasari, Ragil
Kurniawan.
12. Temanku : Rizky Gani M, Tahan P, Kotip R, Beni P, Lukman H, serta teman-
teman Elektro angkatan ’03 yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yang pastinya tak akan cukup saya
tuliskan dihalaman ini.dan seluruh mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik
UNNES.
13. My best girls friend Wiwik Yulianti yang telah memberikan motifasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
14. My Laptop (Acer Aspire 3000) My Motorcycle (K 4160 TK) yang selalu
menemaniku di saat aku membutuhkannya.
viii
15. Semua pihak yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak
mungkin untuk disebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam skripsi
ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan dari semua
pihak, sebagai pengalaman dan tambahan pengetahuan bagi penyusun. Akhir kata
semoga karya ini tidak menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir dan semoga
karya ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Teknik Elektro Universitas Negeri
Semarang pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Semarang, Juli 2007
Penyusun
ix
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar Ra’d : 11).
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yag telah
diusahakannya (An Najm : 39)
“Lakukan yang terbaik dan jadilah yang terbaik jangan pernah menyerah karena
hidup ini penuh dengan tantangan”
”Jangan pernah menunda suatu pekerjaan”
“Bersungguh-sungguhlah dalam menjalani hidup ini dan berfikiran yang jernih dalam
menyelesaikan masalah”
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena
kepadaNyalah kami menyembah dan kepadaNyalah kami mohon pertolongan.
Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada :
Ibunda-ku yang tiada henti melantunkan do’a untukku
Ayahanda-ku semoga rahmat-Nya selalu tercurah untukmu
Kakanda-ku semangat, harapan dan doa selalu menyertainya
Adinda-ku Do’a dan harapan akan selalu menyertai langkahmu
Kekasihku yang aku cintai, terima kasih atas semuanya
Teman-teman TE 2003
UNNES
x
DAFTAR ISI
HalamanHalaman Judul................................................................................................................i
Halaman Pengesahan.....................................................................................................ii
Halaman Pernyataan.....................................................................................................iii
Intisari...........................................................................................................................iv
Abstrack ........................................................................................................................v
Kata Pengantar..............................................................................................................vi
Halaman Motto dan Persembahan..............................................................................viii
Daftar Isi....................................................................................................................... x
Daftar Tabel................................................................................................................xiii
Daftar Gambar......................................................................................... ..................xiv
Daftar Lampiran...........................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian.......................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.........................................................................................3
1.5 Batasan Masalah..........................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Hotel Santika Premiere Semarang...................6
A. Gambaran Umum Hotel........................................................................6
B. Fasilitas Layanan Hotel Santika Premiere Semarang...........................6
C. Sistem Kerja Peralatan Pendukung Operasional Hotel Santika
Premiere Semarang...............................................................................7
D. Fasilitas Kelengkapan Peralatan Utama Hotel.....................................8
E. Struktur Organisasi Hotel Santika Premiere Semarang......................11
xi
2.2 Dasar Teori Konservasi Energi Dan Pengkondisian Udara.......................11
A. Konsevasi Energi.................................................................................11
B. Energi............................................................................ ......................12
C. Audit Energi................................... .....................................................15
D. Sistem Pengkondisian Udara.................................. ............................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................44
3.2 Jenis Penelitian..........................................................................................44
3.3 Variable Penelitian....................................................................................44
3.4 Alat dan Bahan .........................................................................................45
3.5 Jalannya Penelitian....................................................................................45
A. Audit Energi Awal ..............................................................................45
B. Audit Energi Rinci.............................................................................. 49
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Audit Energi Awal.....................................................................................55
A. Pendahuluan. .................................. ....................................................55
B. Denah Tanpak Gedung dan Jaringan Gedung.....................................55
C. Sistim Distribusi Energi.............................. ........................................56
D. Data Konsumsi Energi.........................................................................58
E. Data Tingkat Hunian (Occupancy Rate)……………………...……...61
F. Data Tingkat Konsumsi Energi...........................................................62
G. Menghitung IKE..................................................................................65
4.2 Audit Energi Rinci.....................................................................................66
A. Pendahuluan.........................................................................................66
B. Data Perhitungan.................................................................................67
C. Pengenalan Peluang Hemat Energi (PHE) .........................................74
D. Analisa Peluang Hemat Energi ...........................................................77
E. Implementasi Peluang Hemat Energi..................................................85
F. Analisa Peluang Hemat Energi tahap 2 ..............................................91
xii
G. Implementasi Peluang Hemat Energi tahap 2......................................95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................................96
5.2 Saran..........................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................99
xiii
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 3.1 Profil penggunaan energi untuk peralatan kantor .......................................50
Tabel 3.2 Profil penggunaan energi untuk peralatan hotel/apartement ......................50
Tabel 3.3 Profil penggunaan energi untuk peralatan rumah sakit...............................51
Tabel 4.1 Komposis Luas Bangunan Hotel Santika Premiere Semarang....................56
Tabel 4.2 Data Konsumsi Energi Listrik Tahun 2006..................... ...........................58
Tabel 4.3 Data Konsumsi Solar (Fuel) tahun 2006..................... ............................. .59
Tabel 4.4 Data Konsumsi air periode 2006............................................................... .60
Tabel 4.5 Occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006………….61
Tabel 4.6 Prosentase pemakaian energi di Hotel Santika Premiere Semarang
tahun 2006 ..................................................................................................64
Tabel 4.7 Tabel Hasil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika Premiere
Semarang ....................................................................................................68
Tabel 4.8 Tabel Pengukuran kWH meter di Hotel Santika Premiere Semarang …....69
Tabel 4.9 Konsumsi energi listrik per bulan Hotel Santika Premiere Semarang…... 70
Tabel 4.10 Besar intensitas konsumsi energi hasil pengukuran di Hotel Santika
Premiere ....................................................................................................71
Tabel 4.11 Profil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika Premiere berdasarkan
audit rinci .................................................................................................72
Tabel 4.12 Profil Pengukuran Arus Listrik untuk Unit Tenaga ………….....………72
Tabel 4.13 Profil pengukuran arus listrik untuk sistem pendingin udara Hotel Santika
Premiere.....................................................................................................75
Tabel 4.14 Spesifikasi lokasi unit FCU di Hotel Santika Premiere Semarang ..........80
Tabel 4.15 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU kotor untuk daya kipas
20 watt.......................................................................................................82
Tabel 4.16 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU bersih untuk daya kipas
20 watt........... ............................................................................................... 83
Tabel 4.17 Pengukuran daya listrik chiller dengan pengesetan ulang LCWT ...........93
xiv
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 2.1 Elemen pokok sistem tenaga listrik.........................................................15
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Air Conditioning................................................................22
Gambar 2.3 Tekanan udara dan pengukuran...............................................................26
Grafik 2.4 Karakteristik kipas udara dan tahanan dalam salura..................................27
Gambar 2.5 Karakteristik pompa sentrifugal…………………………………….…..32
Gambar 2.6 Karakteristik pompa pada beberapa kecepatan putar poros.....................34
Gambar 2.7 Prestasi Pompa sentrifugal.......................................................................35
Gambar 2.8 Kombinasi karakteristik pompa dan pipa................................................35
Gambar 2.9 Diagram sirkulasi freon...........................................................................43
Gambar 3.1 Bagan alur proses audit energi bangunan................................................48
Gambar 4.1 Grafik Pemakaian Energi Listrik Hotel Santika Premiere Semarang......58
Gambar 4.2 Grafik Konsumsi Solar ( Fuel) Hotel Santika Premiere Semarang
Periode 2006……………………………………………………………59
Gambar 4.3 Grafik Konsumsi air Hotel Santika Premiere Semarang Periode 2006...60
Gambar 4.4 Grafik occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006...62
Gambar 4.5 Grafik prosentasi pemakaian energi di Hotel Santika Premiere
Semarang tahun 2006..............................................................................64
Gambar 4.6 Grafik pengukuran arus listrik di Hotel Santika Premiere Semarang….69
Gambar 4.7 Grafik komposisi nilai dari AHU, FCU, dan Chiller sebagai komponen
AC...........................................................................................................72
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Tahunan Listrik Hotel Santika Premiere Semarang………...100
Lampiran 2. Biaya penggunaan listrik tahun 2006………………………………....103
Lampiran 3. Pomec department……………………………………….….………...109
Lampiran 4. Denah Bangunan Lantai Basement Hotel Santika Premiere Semarang116
Lampiran 5. Denah Bangunan Lantai Satu Hotel Santika Premiere Semarang……117
Lampiran 6 Denah Bangunan Lantai 3 s/d 8 Hotel Santika Premiere Semarang…..118
Lampiran 7 Denah Bangunan Lantai 9 Hotel Santika Premiere Semarang ………..119
Lampiran 8 Denah Bangunan Lantai 10 Hotel Santika Premiere Semarang……….120
Lampiran 9 Denah Bangunan Lantai 11 Hotel Santika Premiere Semarang……….121
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam bisnis perhotelan, energi sangatlah penting, terutama dalam
penggunaan energi listrik, porsi pemakaian serta alokasi dana untuk
penyediaannya adalah yang terbesar. Hal ini dapat dilihat bahwa peralatan seperti
lampu-lampu, lift, lemari es, laundry, pemanas, pompa-pompa, sampai pada
sistem pengkondisian udara adalah beberapa alat yang dominan dalam
operasional di dunia perhotelan. Usaha-usaha penghematan energi listrik telah
dilaksanakan oleh pihak hotel seperti melakukan penjadwalan operasional
peralatan, penggantian lampu-lampu dengan lampu hemat energi, pemasangan
kapasitor bank, akan tetapi biaya operasional energi listrik tetap melebihi standar
yang telah ditentukan. Penggantian jenis refrigerant R-22 dengan hidrokarbon
pada chiller juga pernah dilakukan oleh pihak manajement hotel, akan tetapi
mengakibatkan rusaknya beberapa kompresor pada chiller.
Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan efisiensi energi. Salah satu
metode yang sekarang dipakai untuk mengefisienkan pemakaian energi listrik
adalah konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi
yang digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi
adanya audit energi yaitu suatu metode untuk mengitung tingkat konsumsi energi
suatu gedung atau bangunan, yang mana hasilnya nanti akan dibandingkan
2
dengan standar yang ada untuk kemudian dicari solusi penghematan konsumsi
energi jika tingkat konsumsi energinya melebihi standar baku yang ada.
Untuk audit energi dan peluang penghematan energi diutamakan pada sistem
pengkondisian udara karena penggunaan energi listriknya dapat mencapai 60%
melebihi standar yang disampaikan oleh Tim Hemat Energi (THE) yaitu
48,50%.
Dari dasar pemikiran di atas, maka penulis dalam penyusunan skripsi ini
mengambil judul ”Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi
Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika Premiere Semarang”
dengan harapan dari skripsi ini dapat diketahui tingkat konsumsi energi di hotel,
peluang dan solusi penghematan yang dapat direkomendasikan kepada pihak
manajemen hotel. Pada akhirnya penulis berharap hasil penelitian ini tidak hanya
bermanfaat bagi Hotel Santika Premiere Semarang, namun dapat juga menjadi
salah satu acuan untuk perhotelan yang lain.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah diantaranya :
1. Bagaimana menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) serta biaya
pembayarannya sesuai pemakaian berdasarkan data historis hotel.
2. Bagaimana menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) berdasarkan
observasi penggunaan energi listrik secara detail dengan berbagai peralatan
yang mengkonsumsi energi listrik dan waktu penggunaannya.
3
3. Bagaimana mencari peluang-peluang untuk penghematan energi dan
penghematan biaya berdasarkan kondisi aktual di lapangan.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) serta biaya
pembayarannya sesuai pemakaian
2. Dapat mengetahui sistem yang bekerja secara baik atau tidak berdasarkan
kondisi aktual di lapangan.
3. Dapat mencari peluang-peluang untuk penghematan energi dan penghematan
biaya berdasarkan kondisi aktual di lapangan
1.4 Tujuan Penilitian
1. Menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) serta biaya pembayarannya
sesuai pemakaian berdasarkan data historis hotel.
2. Menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) berdasarkan observasi
penggunaan energi listrik secara detail dengan berbagai peralatan yang
mengkonsumsi energi listrik dan waktu penggunaannya.
3. Mencari peluang-peluang untuk penghematan energi dan penghematan biaya
berdasarkan kondisi aktual di lapangan.
1.5 Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah yang melingkupi penelitian ini antara lain :
1. Tahapan Audit Energi Awal meliputi :
a. Perhitungan pola konsumsi energi di Hotel Santika Premiere Semarang
dalam jangka waktu tertentu.
4
2. Tahapan Audit Energi Rinci:
a. Perhitungan IKE listrik Hotel Santika Premiere Semarang berdasarkan
pengukuran di panel-panel listrik Hotel Santika Premiere Semarang dalam
rentang waktu tertentu.
b. Audit rinci pada sistem pengkondisian udara Hotel Santika Premiere
Semarang.
3. Analisis Peluang penghematan konsumsi energi terkait kerja FCU room dan
setting LCWT (Leaving Chiller Water Temperatur) pada pengkondisian udara
di Hotel Santika Premiere Semarang.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, manfaat penelitian,
tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori tentang sejarah singkat berdirinya Hotel Santika Premiere
Semarang, dasar teori konservasi energi dan pengkondisian udara.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi waktu dan tempat penelitian, jenis penelitian, variabel
penelitian, alat dan bahan, jalannya penelitian.
5
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITAIN
Pada bab ini berisi tentang pembahasan dan hasil penelitan audit energi awal,
dan audit rinci, serta pencarian peluang penghematan energi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang rangkuman hasil penelitian yang telah diuraikan dalam
bab sebelumnya serta saran-saran kedepan terkait hasil penelitian yang telah
diperoleh baik buat objek penelitian yaitu hotel dan subjeknya sendiri yaitu para
peneliti yang akan berkecimpung di bidang konservasi energi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Hotel Santika Premiere Semarang
A. Gambaran umum hotel
Hotel Santika Premiere Semarang merupakan hotel bintang empat di kota
Semarang yang terletak di Jln. Pandanaran No 116 – 120 Semarang Jawa
Tengah. Hotel ini dibangun mulai tanggal 20 Juli 1988 dan selesai tanggal 18
Juni 1990. Opening dimulai tanggal 22 Maret 1990 sampai dengan 15 mei
1990 dengan jumlah kamar yang dioperasikan 125 kamar. Tanggal 10
Agustus 1990 klasifikasi bintang dilakukan tim penilai pusat dan daerah.
Tanggal 30 Juli 1990 Grand Opening semua simbolis. Tanggal 19 November
1990 dilakukan penandatanganan Grand Opening.
Lokasi hotel ini sangat strategis, terletak di pertengahan kota yaitu dekat
dengan Simpang Lima Semarang. Hotel ini juga disebut sebagai hotel terbaik
di Semarang. Hotel Santika Premiere Semarang menyediakan para
pengunjung dengan fasilitas bisnis bintang empat termasuk ruangan, luxury
penthouse, convention center dan 3 ruang pertemuan untuk beberapa jenis
aktifitas bisnis.
B. Fasilitas layanan hotel santika premiere semarang
Fasilitas Layangan Hotel Santika Premiere Semarang terdiri dari :
1. 3 penthouse suites
7
2. 125 luxurious rooms and suites
3. Mayangsari Restaurant featuring special Teppanyaki menu
4. Swimming pool, fitness center and sauna
5. Convention and meeting rooms for up to 600 guests
6. Business center
7. 24-hour room service
8. Laundry/dry cleaning service, drug store, beauty parlour, car rental
9. Airline ticketing office
10. Live music at Amarta Bar and Kafe Delima
Tingkat hunian hotel bervariasi, tergantung pada event tertentu dimana
tingkat hunian ini berkisar antara 50% hingga 80%. Tingkat hunian tertinggi
biasanya terjadi saat hari besar keagamaan, atau hari raya lainnya.
C. Sistem kerja peralatan pendukung operasional Hotel Santika Premiere
Semarang
Sebagai sebuah gedung dengan tingkat fungsionalitas yang tinggi, Hotel
Santika Premiere Semarang memiliki jaringan sistem kerja dari peralatan-
peralatan utama, antara lain :
1. Sistem kelistrikan dual power yaitu dari PLN dan pembangkit listrik
diesel
8
2. Sistem transportasi antar lantai yaitu dengan (lift) disamping tangga
darurat. Lift memiliki kapasitas 15 orang (1000 kg) sebanyak 3 buah, yaitu
dua buah lift digunakan untuk lobby (khusus tamu), dan satu buah lift
digunakan untuk service.
3. Sistem perpipaan yang meliputi
a. Sistem perpipaan penyediaan air bersih yang meliputi air dingin dan
air panas
b. Sistem perpipaan air buangan, yang disalurkan menuju sewage
treatment plant sebelum dibuang ke riool kota.
c. Sistem perpipaan pemadam kebakaran (fire hydrant).
4. Sistem penanganan air hujan, dimana air hujan akan dibuang langsung ke
riool kota dan sebagian dibuang ke dalam sumur resapan
5. Sistem sirkulasi udara (air conditioning).
6. MATV (Master Antena Television) dan CCTV (Close Circuit Television).
7. Telepon Sentral
D. Fasilitas kelengkapan peralatan utama hotel
Sebagai sebuah hotel yang berbintang empat, gedung bangunan Hotel
Santika Premiere Semarang dilengkapi dengan peralatan-peralatan utama
yang sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan mereka. Peralatan utama
yang ada yang menunjang sistem kerja pada hotel antara lain :
1. Gen-Set
9
Peralatan ini merupakan bagian dari sistem kelistrikan hotel yang
memakai sistem dual power yaitu dari PLN sebesar 1000 kVA dan Gen-
Set yang memiliki kapasitas 900 kVA, sehingga untuk penyediaan tenaga
listrik walaupun terjadi gangguan dari PLN, maka hal itu tidak akan
menjadi masalah karena secara otomatis apabila listrik mati, maka Gen-
Set akan hidup.
2. Chiller
Peralatan ini merupakan bagian dari sistem penyediaan udara bersih
dan segar. Di Hotel Santika Premiere Semarang terdapat tiga buah Chiller
yang akan saling bergantian dalam beroperasi untuk senantiasa
memberikan dan menyediakan udara bersih dan segar kepada setiap
penghuni di hotel.
3. AHU dan FCU
Peralatan ini juga merupakan bagian dari sistem pengkondisian udara
di Hotel Santika Premiere Semarang, dimana peralatan ini difungsikan
untuk memastikan bahwa udara yang telah diproses sehingga menjadi
segar dan bersih ini dapat terdistribusi merata sehingga para penghuni
hotel dapat merasa nyaman ketika di dalam hotel. Untuk AHU di Hotel
Santika Premiere Semarang ada dua buah AHU yang mana terdiri dari
AHU 1 yang berfungsi untuk mendistribusikan udara segar dan bersih ke
lantai satu, dan AHU 2 yang berfungsi untuk mendistribusikan udara segar
dan bersih ke lantai 2. Untuk FCU hampir merata diruangan-ruangan yang
10
lebih kecil terutama ruangan yang terkait dengan aktifitas para tamu dan
penghuni hotel lainnya.
4. Boiller
Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem penyediaan air
bersih dan air panas yang sangat diperlukan untuk pelayanan para tamu
hotel selain intu juga untuk konsumsi di bagian laundry dan kitchen.
5. Fire Pump
Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem keamanan hotel
terutama dari bahaya kebakaran. Untuk sistem pengamanan kebakaran
sendiri selain dari fire pump ini, juga ditunjang dengan adanya Fire-Stairs
(tangga kebakaran) dan juga sistem hidran yang terpasang rapi dan siap
digunakan setiap saat dan ditambah dengan tabung-tabung gas pemadam
kebakaran yang disediakan di titik-titik tertentu.
6. Water Treatment.
Sebagai hotel yang besar, Hotel Santika Premiere Semarang juga
menerapkan kerja yang berwawasan lingkungan sehingga untuk limbah
terutama yang berkaitan dengan air, disediakan suatu sistem pengolah
limbah. Hal ini bertujuan agar limbah yang dikeluarkan hotel benar-benar
sudah bisa diterima dan diserap lingkungan serta tidak mengganggu
masyarakat sekitar.
11
E. Struktur Organisasi Hotel Santika Premiere Semarang
Struktur organisasi merupakan mekanisme formal dengan nama organisasi
yang dikelola dengan berbagi tingkatan yaitu :
1. Tingkat Managerial yaitu seorang General Manajer
2. Tingkat Division Head
3. Tingkat Departement Head
4. Tingkat Manager
5. Tingkat Assistant Manager, sesuai dengan tingkatan di atas
6. Tingkat supervisor dengan berbagai spesifikasi bidang kerjanya.
7. Tinkat R/F
2.2 Dasar Teori Konservasi Energi Dan Pengkondisian Udara
A. Konservasi Energi
Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya selama
ini belum seimbang karena terlalu banyak tergantung pada sumber energi
minyak bumi. Padahal sumber energi minyak bumi dewasa ini merupakan
sumber pendapatan yang terpenting dan persediaannya terbatas.
Ketergantungan pada satu sumber energi yaitu minyak bumi dan produk
turunannya ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus karena kebutuhan
energi akan terus meningkat baik disebabkan meningkatnya industri maupun
pertambahan jumlah penduduk serta adanya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
12
Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut di atas, disusunlah langkah-
langkah kebijakansanaan energi oleh pemerintah, langkah-langkah itu adalah:
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi
Konservasi energi merupakan langkah kebijaksanaan yang
pelaksanaannya paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkah-
langkah di atas, serta sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Kebijakan energi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik-
baiknya sumber energi yang ada, juga dalam rangka mengurangi
ketergantugan akan minyak bumi, dengan pengertian bahwa konservasi energi
tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun pembangunan
yang telah direncanakan. (Badan Koordinasi Energi Nasional, 1983).
Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan sumber-
sumber energi dari bahan bakar non fosil seperti biomassa, biogas, dan
sebagainya, harus juga berusaha untuk dapat mengoptimalkan penggunaan
energi minyak bumi secara lebih tepat, cermat, hemat dan efisien dalam
rangka pelaksanaan program konservasi energi.
B. Energi
Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan
transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali
dikaitkan dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan temperatur,
13
sehingga memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan gaya 1 Newton
sejauh 1 meter), maupun kalor jenis (energi yang dibutuhkan untuk
menaikkan temperatur sebesar 1 derajat per satuan massa material). Dalam
keperluan praktis, energi sering kali dikaitkan dengan jumlah bahan bakar
atau konsumsi jumlah listrik.
Setiap zat sebenarnya mengandung sejumlah energi di dalamnya yang
disebut energi dalam. Dalam suatu proses zat dapat melepaskan sebagian
energi dalamnya (dalam proses pembakaran) atau menyimpan energi energi
yang berasal dari lingkungan (pemanasan suatu zat).
Dalam melakukan analisisis energi suatu sistem, harus dilakukan berbagai
proses perhitungan yang melibatkan jumlah material/zat dan energi. Oleh
karena itu perlu dipahami berbagai satuan yang sering digunakan dalam
menyatakan besar atau jumlah dari suatu besaran.
Untuk menyatakan jumlah material, ada beberapa besaran yang dapat
digunakan, yaitu :
1. Massa, dengan satuan kg, lbm, ton dan sebagainya
2. Volume, dengan satuan liter, m3, gallon dan sebagainya
Untuk menyatakan jumlah energi, ada beberapa satuan yang digunakan,
misalnya joule, ft.lbf, kWH, BTU dan sebagainya. Satuan joule merupakan
satuan standart initernasional (SI) yang biasa digunakan untuk semua bentuk
energi. Sedangkan kWH adalah satuan yang biasa digunakan untuk
14
menyatakan energi-energi listrik, ft.lbf adalah satuan yang biasanya digunakan
untuk menyatakan energi termal.
Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk
mengirimkan energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat
pembangkit, sumber daya energi primer seperti bahan bakar fosil (minyak, gas
alam dan batubara), hidro, panas bumi dan nuklir diubah menjadi energi
listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan poros
turbin menjadi energi listrik tiga fase.
Melalui transformator penaik tegangan (step up transformator) energi
listrik ini dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju
pusat-pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksud untuk mengurangi jumlah
arus yang mengalir melalui saluran transmisi. Dengan demikian saluran
transmisi bertegangan tinggi akan membawa alairan arus yang rendah dan ini
berarti mengurangi rugi-rugi panas yang terjadi (heat lost) yaitu sebesar I2 R.
Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali
diturunkan menjadi tegangan menengah dengan transformator penurun
tegangan (step down transformator).
Di pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi
listrik ini diubah kembali menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya
seperti energi mekanis, penerangan, pendingin, dan lain-lain. Elemen pokok
tenaga dapat dilihat pada Gambar 2.1
15
Gambar 2.1 Elemen pokok sistem tenaga listrik (Zuhal, 1995)
Beban yang diberi tegangan, impedansi dari beban tersebut akan
menentukan besar arus dan sudut fasa yang mengalir pada beban tersebut.
Faktor daya merupakan petunjuk yang menyatakan suatu beban. Faktor daya
merupakan hasil bagi dari rata-rata dengan daya nyata.
Faktor daya =IV
P.
=IV
CosIV.
.. ϕ = Cosϕ (3.1)
Besarnya faktor daya adalah 0< Cosϕ < 1. Untuk mendapatkan pemakaian
daya maksimal, faktor daya dapat diusahakan mendekati 1, yaitu dengan
menambahkan peralatan capasitor bank. (Zuhal, 1995).
C. Audit Energi
Usaha-usaha untuk menghemat energi di segala bidang makin dirasakan
perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber energi yang tersedia dan
semakin mahalnya biaya pemakaian energi. Usaha-usaha penghematan energi
pada suatu bangunan komersial seperti hotel atau suatu pabrik hanya dapat
dilakukan jika telah diketahui untuk apa energi tersebut digunakan dan berapa
16
besarnya pemakaian energi di tiap-tiap bangunan gedung hotel atau pabrik
tersebut. Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang
audit energi atau kesetimbangan energi. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan
pada akhirnya audit energi didefinisikan sebagai: kegiatan untuk
mengidentifikasi jenis energi dan mengidentifikasikan besarnya energi yang
digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan
serta mencoba mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi.
Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang
sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan
keharusan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap
bagian operasi selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha
penghematan dapat dilakukan. (Abdurarachim, 2002)
1. Konsep Audit Energi
Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk meidentifikasaikan
jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu
industri/pabrik atau bangunan dan mencoba mengidentifikasikan
kemungkinan penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah untuk
mencari cara mengurangi konsumsi energi persatuan output dan
mengurangi biaya operasi. Untuk mengukur besarnya efisiensi
penghematan digunakan parameter Benefit Cost Ratio (BCR) yang
didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002)
17
BCR =c
baE .. (3.2)
keterangan :
E = biaya energi tahunan, satuan uang
a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E
b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a
c = biaya realisasi, satuan uang
2. Klasifikasi Audit Energi
a. Survei Energi (Energy Survey or Walk Through Audit)
Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana.
Audit hanya dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna
energi terbesar. Tujuan dari survei energi adalah :
1) Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang
mengkonsumsi energi serta untuk mengidentifikasikan
kemungkinan penghematan energi (Energi Conservasi
Oppurtunity = ECO)
2) Untuk mendapatkan data yang berguna bagi audit energi awal.
Pada survei energi, data-data dapat diperoleh melalui
wawancara dengan orang-orang yang berhubungan dengan
penggunaaan energi pada beberapa tahun terakhir yang telah
tersedia. Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui
kecenderungan karakteristik pemakaian energi pada suatu industri,
18
pabrik atau gedung. Hasil laporan hanya berupa rekomendasi atau
usulan mengenai bagian-bagian yang perlu dilakukan audit rinci
atau bagian-bagian yang telah optimal penggunaan energinya.
b. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy
Audit = PEA)
Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur
produktifitas dan efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan
kemungkinan penghematan engergi (ECO’s). Kegiatan audit energi
awal meliputi:
1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia
2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energi
beserta alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi
seperti:
a) Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang.
b) Meneliti adanya kebocoran
c) Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja.
d) Mengamati gas pembuangan pembakaran.
e) Dan lain-lain
3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan
dalam industri/pabrik atau gedung tersebut.
19
4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan
manajemen energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam
investasi penghematan energi
Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber
kebocoran / kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna,
kebocoran fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi
perbaikan ringan yang harus dilakukan.
c. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit or Full
Audit)
Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan
menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk
mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan
analisis rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energi
ini untuk mengevaluasi kemungkinan penghematan energi (ECO’s).
Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun
sebenarnya audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang
tercangkup dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran
yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran
fluida atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran
tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi
energi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan balans energi pada
komponen atau sistem.
20
Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau
komponen yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan
agar diperoleh penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta
cara-cara implementasinya.
D. Sistem Pengkondisian Udara
Pengadaan suatu sistem pengkondisian udara adalah agar tercapai kondisi
temperatur, kelembaban, kebersihan, dan distribusi udara dalam ruangan dapat
dipertahankan pada tingkat keadaan yang diharapkan. Suatu sistem pengkondisian
udara bisa berupa sebuah sistem pemanasan, pendinginan, dan ventilasi. Untuk
kondisi iklim indonesia (tropis), untuk proses pengkondisian udara yang berupa
pendinginan banyak sekali digunakan. Pendingin ini berfungsi untuk menciptakan
kondisi nyaman bagi beberapa aktivitas manusia.
Pada bangunan besar biasanya menggunakan sistem pengkondisian udara
central. Sistem tersebut mungkin terdiri dari satu atau lebih mesin pendingin air
(water-chiling plants) dan mesin pemanas air (secara tradisional berupa sebuah
ketel) yang diletakkan di dalam suatu ruangan mesin. Ruangan yang dikondisikan
mengunakan satu atau lebih sistem saluran udara segar dan udara balik atau dapat
juga dalam bentuk aliran air panas atau dingin melalui pipa ke penukar kalor (heat
exchangers) yang terdapat pada ruangan tersebut.
1. Faktor Pemilihan Sistem Pengkondisian Udara
a. Faktor kenyamanan
21
Faktor kenyamanan dalam ruangan sangat tergantung pada beberapa
parameter yang bisa diatur oleh sistem pengkondisian udara. Parameter itu
antara lain meliputi temperatur bola basah dan bola kering dari udara,
aliran udara, kebersihan udara, bau, kualitas ventilasi maupun tingkat
kebisingannya.
Semua parameter di atas diatur sesuai dengan kondisi kerja yang
terjadi pada ruangan yang dikondisikan. Dari sudut pandang kenyamanan,
maka sistem pengkondisian udara yang baik adalah sistem yang mampu
menciptakan kondisi nyaman yang merata pada semua komponen yang
dikondisikan dalam ruangan.
b. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang menjadi pertimbangan antara lain adalah biaya
awal untuk pemasangan serta biaya operasi dan perawatan untuk sistem
setelah peralatan itu difungsikan. Dari sudut pandang faktor ekonomi,
suatu sistem pengkondisian udara yang baik adalah dengan biaya total
serendah-rendahnya.
c. Faktor operasi dan perawatan
faktor yang secara umum yang menjadi pertimbangan adalah faktor
konstruksi yang mudah dimengerti susuanan dan cara menjalankannya.
Secara lebih detail hal ini terkait dengan beberapa kontruksi yang
sederhana, tingkat efisiensi yang tinggi, mudah dalam perawatan, mudah
22
SuplaiUdara/Outlet22,60 c
Suplai Duct
Fan
CoilEvaporator
FilterFilter
Return Duct 350 c
RUANG
direparasi jika terjadi kerusakan, dapat melayani perubahan kondisi
operasi.
2. Proses Pengkondisian Udara FCU
a. Kondisi udara dalam ruangan dapat dalam keadaan sangat dingin, panas,
lembab, kering, kecepatan udara tinggi atau tidak ada gerakan udara.
(Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia)
b. Udara dingin digerakkan oleh Fan masuk reducting (saluran udara) dan
melalui out let (lubang keluar) udara masuk ke dalam ruangan. Udara dari
dalam ruangan kembali ke return out let (grill/lubang isap) masuk ke
ducting return (saluran kembali) dan melalui filter untuk pembersihan
udara masuk melewati celah-celah/ permukaan coil evaporator (koil
pendinginan) dan kembali digerakkan Fan (kipas udara).
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Air Conditioning
23
3. Komponen Sistem Pengkondisian Udara yang Dilalui Sirkulasi Udara
a. Fan (kipas udara)
Kipas udara berfungsi menggerakkan udara dari atau ke dalam
ruangan. Udara yang dialirkan fan dapat berupa : udara luar, udara
ruangan atau gabungan dari udara luar dan udara ruangan. Jumlah aliran
udara dan kecepatan udara harus diatur, agar memperoleh sirkulasi udara
yang baik.
b. Supply Duct (saluran udara keluar)
Supply Duct (saluran udara keluar) berfungsi untuk saluran udara
dingin dari fan ke dalam ruangan.
c. Supply out let (lubang keluar)
Supply out let (lubang keluar) berfungsi untuk megatur arah aliran
udara dari fan, sehingga udara terdistribusi ke seluruh ruangan. Untuk
kenyamanan, jumlah out let turut menentukan.
d. Ruangan yang didinginkan
Ruangan harus tertutup, sehingga udara dingin dalam ruangan tidak
terbuang keluar dan udara luar tidak masuk ke dalam ruangan.
e. Return out let (lubang isap)
Biasanya terletak berlawanan dengan supply out let.
f. Filter (saringan udara)
Berfungsi untuk membersihkan udara dan membuang debu/ kotoran
24
udara. Ditempatkan pada return duct, dan biasanya terbuat dari plastic,
fiber glass atau elektro statik
g. Cooling coil (koil pendingin)
Berfungsi untuk mendinginkan udara. Udara yang masuk melewati
cooling coil harus melalui filter sehingga debu tidak tertimbun pada
permukaan koil. Biasanya ditempatkan sebelum atau sesudah fan.
4. Beban Kalor Pendinginan Udara
Beban usaha penyegaran udara dalam hal ini untuk pendinginan udara,
terdapat beban kalor yang harus ditanggulangi oleh mesin pendingin untuk
mencapai tingkat temperatur dan kelembaban yang diinginkan. Secara garis
besar beban kalor yang harus diatasi adalah beban kalor ruangan dan beban
kalor alat penyegar udara yang ada dalam ruangan. (Arismunandar, 1991)
a. Beban kalor ruangan
Kompenan utama beban kalor ruangan terdiri dari:
1) Kalor yang masuk dari luar ruangan ke dalam ruangan (beban
kalorperimeter;”Perimeter heat load”).
2) Kalor yang bersumber di dalam ruangan itu sendiri (beban kalor
interior; ”interior heat load”).
b. Beban kalor alat penyegar udara
Jumlah kalor yang harus dilayani oleh alat penyegar udara adalah
sebagai berikut:
25
1) Beban kalor ruangan
2) Beban kalor dari udara luar yang masuk ke dalam alat penyegar
3) Beban blower dan motor.
4) Kebocoran dari saluran, dsb.nya.
Dari kedua beban kalor di atas pada dasarnya dapat dikelompokkan
lagi dalam kategori beban kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel
adalah kalor/panas ynag menyebabkan atau menemani perubahan
temperatur dari sebuah subtansi. Kalor laten adalah kalor/panas yang
menyebabkan atau menyertai perubahan fase dari sebuah subtansi.
Besarnya kalor laten adalah :
(jumlah air yang menguap, kg/jam) x 597,3 (kcal/kg) (3.3)
5. Kipas Udara dan Blower
a. Klasifikasi Kipas Udara dan Blower
Blower dan kipas udara dalam berbagai jenis dan ukuran serta
karakteristiknya bisa dimanfaatkan untuk beberapa keperluan. Dari
kondisi ini, maka ada penggolongan jenis kipas udara dan blower antara
lain jenis blower dan kipas udara berdasarkan tekanan udara yaitu :
(Arismunandar, 1991)
1) Kipas udara listrik, dimanfaatkan untuk memasukkan udara atmosfir;
boleh dikatakan tak ada kenaikan tekanan ( 0 mm H20).
2) Kipas udara, dimanfaatkan untuk memasukkan udara atmosfir;
kenaikan tekanan udara biasanya dibawah 1000 mm H2O.
26
3) Blower, diguanakan untuk memasukkan udara atmosfir; kenaikan
tekanan 1000 H2O atau lebih besar.
b. Karakteristik Kipas Udara
1) Tekanan
Tekanan yang ditimbulkan oleh kipas udara ada dua jenis yaitu
berupa tekanan statik yang dimanfaatkan untuk mengatasi tahanan
aliran melalui saluran. Selain tekanan statik, ada tekanan dinamik
untuk memberikan kecepatan pada udara. Berikut ini ilustrasi
pengukuran tekanan statik dan dinamik pada sebuah pipa
(Arismunandar, 1991):
Gambar 2.3 Tekanan udara dan pengukuran
Dari Gambar 2.3, nilai tekanan total, tekanan statik maupun
tekanan dinamik dapat dihitung sebagai berikut:
a) Tekanan total (mm H2O)
= tekanan statik (mm H2O) +tekanan dinamik (mm H2O) (3.4)
b) Tekanan dinamik (mm H2O)
27
=)]m/s(9,8grafitasiakselerasi2[
)kg/mudara,Spesifi(m/s)Kec.udara,(2
32
xGrafitasix
=4,03
m/s),(Kec.udara 2
(3.5)
2) Daya yang diperlukan kipas udara
Nilai daya teoritik (daya udara) yang diperlukan untuk
mengalirkan udara sebagnyak Q m3/ menit, dengan tekanan total Pt
mm H20 adalah :
(Daya udara, kW) =6120
OHmmPmenit x/m 2t3Q
(3.6)
Apabila efisiensi udara adalah , maka :
(Daya motor penggerak, kW)=η6120
OHmmPmenit x/m 2t3Q
(3.7)
c. Karakteristik Kipas Udara dan Tahanan Saluran
Grafik 2.4 Karakteristik kipas udara dan tahanan dalam saluran
28
Beberapa kondisi yang sering terjadi di lapangan, dan bisa dijelaskan
berdasarkan diagram karakteristik di atas antara lain seperti berikut :
1) Jika katup saluran diubah, maka titik keseimbangan sistem
saluran/kipas udara akan berpindah dari titik A ke titik B, sehingga
volume aliran udara berubah dari titik rancangan Q1 ke Q2.
2) Dari kondisi di atas yaitu terjadinya kenaikan volume, maka hal ini
akan diikuti dengan kenaikan daya poros (kW) dari N1 ke N2. Namun
kondisi kenaikan daya sebagai akibat perubahan kondisi kerja ini
menyebabkan motor menjadi panas dan solusi untuk mengatasi ini
adalah dengan menggunakan motor listrik dengan daya nominal satu
tinggkat lebih tinggi.
3) Jika volume aliran Q2 dalam grafik tersebut, diperoleh dengan
mengatur damper, maka kipas udara harus bekerja pada putaran lebih
tinggi dari pada yang normal. Sehingga hal ini berakibat daya poros
bertambah besar, pemakaian daya listrik makin besar selain dari pada
itu suara yang timbul juga semakin besar.
4) Jika tahanan aliran jauh lebih besar daripada titik rancangannya,
misalnya hal ini karena ada kesalahan perancangan saluran atau
penutup damper terlalu rapat, maka keseimbangan sitem saluran/kipas
udara berpindah dari titik A ke titik C dan volume aliran tetap di Q1,
maka putaran poros harus dinaikkan dari n1 ke n3 untuk memperoleh
29
titik operasi E. Hal ini berakibat daya poros naik dan bunyi semakin
keras.
d. Hukum Kipas Udara
Karakteristik kipas udara tergantung pada putarannya. Hukum kipas
udara antara lain :
1) Volume aliran udara sebanding putaran kipas
Q2 = Q1 x1
2
nn
(3.8)
2) Tekanan udara (total, statik dan dinamik) sebanding dengan kuadrat
putaran kipas udara.
P2 = P1 x2
1
2
nn
(3.9)
3) Daya poros sebanding dengan pangkat tiga putaran kipas udara
N2 = N1 x3
1
2
nn
(3.10)
4) Apabila putaran kipas udara dan volume aliran udara adalah sebuah
konstata, maka tekanan daya sebanding dengan massa jenis udara.
P2 = P1 x
1
2
ρρ
(3.11)
N2 = N1 x
1
2
ρρ
(3.12)
30
Keterangan:
P1 = tekanan udara sebelum terjadi perubahan, mm H20
Q1 = volume aliran udara sebelum terjadi perubahan, m3/menit
n1 = putaran poros sebelum terjadi perubanan, rpm
N1 = daya poros sebelum ada perubahan, kW
1 = massa jenis udara sebelum ada perubahan, kg/m3
P2 = tekanan udara setelah terjadi perubahan, mm H20
Q2 = volume aliran udara setelah terjadi perubahan, m3/menit
n2 = putaran poros setelah terjadi perubanan, rpm
N2 = daya poros setelah ada perubahan, kW
2 = massa jenis udara setelah ada perubahan, kg/m3
6. Koil Pendingin FCU
a Kapasitas pendinginan
Jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran dari fluda yang hendak
didinginkan, dapat dirumuskan sebagai:
Q = K.A. tm (3.13)
keterangan:
Q = jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran (kcal/jam)
K = koefisien perpindahan kalor (kcal/m2.jamoC)
N A= luas bidang perpindahan kalor (m2)
tm= perbedaan temperatur rata-rata
31
b Koil pendinginan udara
Koil pendinginan udara merupakan salah satu jenis dari evaporator.
Tipe ini banyak dipakai untuk mendinginkan udara pada penyegar udara.
Tipe ini koil pipa bersirip pada bagian luarnya. Ada dua jenis koil dengan
pendinginan udara yaitu expansi langsung dan expansi tidak langsung.
Pada jenis expansi langsung, refrigeran diuapkan secara langsung di
dalam evaporator, sedangkan pada jenis expansi tidak langsung udara
didinginkan oleh refrigerant sekunder seperti air atau larutan garam yang
mengalir dalam pipa tersebut. Manfaat dari sirip-sirip yang dipasang pada
sisi luar pipa adalah untuk memperluas bidang perpindahan kalor yang
berhubungan dengan udara.
7. Pompa
Pompa adalah mesin yang berfungsi mengalirkan fluida melalui pipa dari
satu tempat ke tempat lain. Spesifikasi pompa dinyatakan dengan jumlah
fluida yang dapat dialirkan persatuan waktu dan tinggi energi angkat. Faktor
tersebut terakhir menyatakan kemampuan pompa untuk menaikan fluida dari
tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi, serta untuk mengatasi
tahanan aliran dalam pipa. (Arismunandar, 1991).
a. Prestasi Pompa
1) Grafik karakteristik pompa
Pada putaran pompa tertentu, tinggi angkat total akan berubah jika
tahanan pada pipa keluar diubah misalnya dengan cara membuka dan
32
menutup katup. Laju aliran fluida, daya poros dan efisiensi pompa
akan berubah sesuai dengan perubahan putaran pompa.
Grafik karakteristik pompa yang menunjukkan saling
ketergantungannya parameter putaran poros pompa, laju aliran fluida,
tinggi angkat total, daya poros dan efisiensi ditunjukkan pada gambar
2.5. (Arismunandar, 1991).
Gambar 2.5 Karakteristik pompa sentrifugal
Biasanya grafik eisiensi pompa merupakan garis cembung dan
mencapai maksimum pada suatu laju aliran tertentu. Harga tersebut
disebut titik efisiensi maksimum. Bagian pada grafik di sekitar titik
tersebut boleh dikatakan datar dan menunjukkan daerah operasi yang
seharusnya banyak digunakan.
2) Daya pompa yang diperlukan
Daya teoritik yang diperlukan untuk memompa air dengan laju
aliran tertentu untuk mencapai ketinggian tertentu, dinamai daya air
yang besarnya dinyatakan sebagai :
P
n H
Volume Aliran Udara
ηH : Tinggi energi (head)
: EfisiensiP : Daya Porosn : kecepatan putar poros
33
pompaEfisiensikW)air,(Daya
(Daya air, kW) = 0,163 x (grafitasi spesifik air)x(laju aliran,
m3/menit) + (tinggi angkat total) (3.13)
Sedangkan daya penggerak pompa haruslah lebih besar dari daya air.
Daya tersebut pertama dinamai daya poros,
(Daya poros, kW) = (3.14)
Dalam persamaan di atas efisiensi pompa tergantung dari jenis
pompa dan ukuran, laju aliran dan kecepatan putar poros pompa.
Dalam menentukan daya nominal dari mesin penggerak
pompa, hendaknya diingat bahwa dalam keadaan bekerja, pompa
sering menghasilkan tinggi angkat yang lebih rendah dari pada harga
yang dirancang, sehingga akan menghasilkan laju aliran yang lebih
besar atupun menyebabkan pembebanan lebih besar pada motor listrik
penggeraknya. Oleh karena itu daya motor listrik harus ditetapkan
berdasarkan perhitungan laju aliran 20% sampai 30% lebih tinggi.
(Arismunandar, 1991).
3) Kecepatan putar poros versus laju aliran, tinggi angkat total dan daya
poros (Hukum Proporsional)
Dengan beberapa harga putaran poros pompa (dalam daerah ±
20%), tinggi angkat dan laju aliran air, daya poros dan efisiensi dapat
dinyatakan sebagai fungsi dari putaran poros, seperti terlihat paa
Gambar 2.7 (Arismunandar, 1991).
34
Gambar 2.6 Karakteristik pompa pada beberapa kecepatan putar poros
KecepatanPutar poros
Laju aliranair
Tinggiangkat Daya poros Effisiensi
n Q H Nn’ Q’ H’ N’ ’Hukum Proporsional :
Q’ =2
'
nn .Q (3.15)
H’ =2'
nn .H (3.16)
N’ =3
'
nn N (3.17)
’ ≈ (3.18)
b. Pemilihan Pompa
Dalam pemilihan pompa, data prestasi pompa yang paling diperlukan
adalah perbedaan tekanan yang dapat dicapai pada berbagai laju alir. Yang
H’
P’
P
n
H
Volume Aliran Udara
η
H : Tinggi energi : Efisiensi
P : Daya Porosn : kecepatan putar poros
'η
35
tidak kalah pentingnya adalah data tentang daya yang dibutuhkan pada
kondisi yang direncanakan, dan pada kondisi kerja lainnya.
Prestasi pompa harus dipertimbangkan apabila akan disambung
dengan jaringan perpipaan yang akan dilayani. Kombinasi karakteristik
pompa dan pipa dapat ditemukan pada grafik tekanan versus laju air,
seperti Gambar 2.8, sedangkan kurva pompa yang dipakai memiliki
bentuk seperti pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Prestasi Pompa sentrifugal
Gambar 2.8 Kombinasi karakteristik pompa dan pipa
TitikKeseimbangan
Pipa ditrotel
Pipa tidak ditrotel
Pompa
Perb
edaa
n Te
kana
n (k
Pa)
Daya Poros
36
Perbedaan tekanan yang terbentuk pada pipa naik setara dengan
kuadrat laju alir. Perpotongan karakteristik pipa dengan pompa pada
Gambar 2.8 disebut sebagai titik keseimbangan, karena laju air dan
perbedaan tekanan antara kedua komponen mememenuhi syarat.
8. Kompresor
Kompresor adalah alat yang digunakan untuk memindahkan fluida
kompresibel dari satu tempat ke tempat lain dengan beda tekanan, dimana
energi mekanik motor penggerak berubah menjadi energi fluida berupa
tekanan. (Arismunandar, 1991).
Dalam pengoperasian kompresor perlu dipertimbangan terhadap
operasinya agar kompresor tersebut dapat beroperasi sesuai dengan keinginan.
Dalam pengoperasiannya perlu dipertimbangkan bebera hal antara lain
kondisi operasi setiap kompresor dan sifat-sifat udara; gas atau gas campuran
yang dikompresikan.
a. Klasifikasi Kompresor
Kompresor dapat dibagi dalam dua jenis utama yaitu: (Arismunandar,
1991)
1) Kompresor positif dengan gas diisap masuk ke dalam silinder dan
dikompresikan.
2) Kompresor non-positif dengan gas diisap masuk dipercepat alirannya
oleh sebuah impeler yang kemudian mengubah energi kinetik untuk
menaikkan tekanan.
37
Selain dari klasifikasi utama di atas, terdapat juga pengklasifikasian
kompresor yang lain, diantaranya :
1) Penggolongan berdasarkan metode kompresi
Metode kompresi positif
a) Kompresor torak, bolak-balik kerja tunggal dan kerja ganda
b) Kompresor torak tingakat ganda, bolak-balik
c) Kompresor putar
d) Kompresor sekrup
Metode kompresi sentrifugal
a) Kompresor sentrifugal satu tingkat
b) Kompresor sentrifugal tingkat ganda
2) Penggolongan menurut kecepatan putar
a) Jenis kecepatan rendah
b) Jenis kecepatan tinggi
3) Penggolongan menurut bentuk
a) Jenis vertikal
b) Jenis Horisontal
c) Jenis silinder banyak (jenis-V, jenis-W, jenis-VV)
4) Penggolongan menurut gas refrigeran
a) Kompresor ammonia
b) Kompresor freon
c) Kompresor CO2
38
5) Penggolongan menurut konstruksi
a) Jenis terbuka
b) Jenis semi hermetik
c) Jenis hermetik
b. Kapasitas kompresor
Kapasitas refrigerasi dari sebuah mesin refrigerasi tergantung pada
kemampuan kompresor memenuhi jumlah gas refrigeran yang perlu
disirkulasikan.
Kapasitas kompresor dinyatakan dengan volume gas yang diisap
persatuan waktu (m3/jam).
1) Untuk kompresor torak, secara teoritis kapasitas kompresor dapat
dinyatakan sebagai :
V =4λ D2.L.z.n.60 (m3/jam) (3.15)
keterangan :
D = diameter silinder (m)
L = panjang langkah torak (m)
z = jumlah silinder
n = jumlah putaran poros per menit (menit -1)
2) Untuk kompresor putar (positif), kapasitas kompresor dapat
dinyatakan sebagai:
39
V =4λ .(D-d)2.t.z.n.60 (m3/jam) (3.16)
keterangan :
D = diameter – dalam dari silinder rumah (m)
d = diameter – luar dari silinder rotor (torak putar) (m)
t = tebal silinder (m)
z = jumlah silinder
n = jumlah putaran poros per menit (menit -1)
c. Daya teoritik yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor
Daya yang diberikan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut ini :
N =
vV
860)i-(i sd (kW) (3.17)
keterangan :
N = daya yang diperlukan kompresor (kW)
V = volume gas yang dipindahkan kompresor (m3/jam)
v = volume spesifik gas (m3/jam)
vV = G = berat gas yang dioperasikan (kg/jam) (3.18)
i = entalfi gas (kcal/kg)
sedangkan subskrip d dan s berturut-turut menyatakan kondisi gas pada
seksi keluar dan masuk kompresor.
40
Jika daya tersebut di atas merupakan daya kompresi isentropic atau
entropi konstan, maka daya motor listrik penggerak kompresor yang
diperlukan adalah:
N’ =mc
Nηη .
(3.19)
keterangan :
N’ = daya motor penggerak kompresor (kW)
N = daya kompresor isentropik (kW)
c = efisiensi kompresi
m = efisiensi mekanik
Namun dalam aplikasinya lebih baik digunakan daya motor penggerak
kompresor 10 % lebih tinggi dari pada N, untuk mengatasi kenaikan beban
karena terjadinya perubahan kondisi operasi, dan supaya dapat
memberikan momen putar yang tertinggi pada waktu start.
(Arismunandar, 1991).
d. Prestasi kompresor
Karakteristik kompresor diberikan oleh pabrik pembuatnya, sesuai
dengan penelitian dan hasil pengujian yang telah dilakukan. Dari data
yang diperoleh itu, dapat diperkirakan karakterisik kompresor lainnya
yang sejenis, tetapi dengan jumlah silinder dan kecepatan putar yang
berbeda.
41
9. Sirkulasi (Rangkaian) Freon (Refrigerant)
a. Prinsip transmisi panas pada rangkaian freon adalah :
Cairan refrigerant dingin mengalir melalui coil evaporator dan
mengabsorbsi panas dari udara yang melewati coil, sehingga timbul
proses penguapan (evaporasi) dari cairan menjadi gas freon tanpa
merubah temperatur freon (latent heat). Gas freon dialirkan ke
kompresor agar mendapatkan freon tekanan tinggi, sehingga
temperatur gas freon juga menjadi tinggi. Gas freon bertekanan dan
bertemperatur tinggi dialirkan melalui condensor. (Pedoman Efisiensi
Energi untuk Industri di Asia)
b. Komponen-komponen penting yang dilalui sirkulasi freon
1) Cooling Coil (evaporator)
Berfungsi sebagai transmisi panas device. Udara panas yang
mengalir melalui permukaan pipa refrigerat dingin, sehingga terjadi
transmisi panas dari udara panas ke cairan freon melaui permukaan
cooling coil.
2) Compressor (kompresor)
Berfungsi mengalirkan refrigerant dari cooling coil ke condensor
serta untuk meninggikan tekanan refrigerant.Ada dua proses dalam
kompresor, yaitu :
a) Suction (langkah isap) : pengisapan refrigerant dari cooling coil
42
oleh kompresor, sehingga tekanan refrigerant pada cooling coil
tetap rendah. Hal ini memungkinkan proses penguapan refrigerant
pada temperatur rendah.
b) Discharge (langkah kompresi) : penekanan uap refrigerant oleh
kondensor menyebabkan tekanan uap refrigerant menjadi makin
tinggi, sehingga temperatur uap refrigerant juga makin tinggi.
3) Condensor (kondensor)
Berfungsi untuk menghilangkan panas refrigerant yang diabsorbsi
pada cooling dan mengembangkan uap refrigerant menjadi phase cair.
Proses pemindahan panas dan proses kondensasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara :
a) Proses pendinginan dengan air (water cooled condensed)
Uap refrigerant dialirkan melaui coil berisi air dingin. Panas dari
uap freon ditransmisikan ke dalam cairan air melalui coil.
b) Proses pendinginan dengan udara (air cooled condenser)
Uap freon melalui coil, dan udara dingin dialirkan oleh fan. Panas
dari uap freon yang ditransmisikan ke udara dingin melalui
refrigerant menuju condensor berupa uap panas, kemudian keluar
dalam bentuk cairan refrigerant yang panas
4) Expantion Value (katup ekspansi)
Berfungsi untuk menurunkan tekanan cairan refrigerant.
43
Gambar 2.9 Diagram sirkulasi freon
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Mei 2007 sampai 8 Mei 2007
dengan mengambil tempat di Hotel Santika Premiere Semarang.
3.2 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explorasi
dan studi literatur dan dilakukan konservasi energi. Konservasi energi adalah
peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses penghematan energi.
Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu metode untuk
mengitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan, yang mana
hasilnya nanti akan dibandingkan dengan standar yang ada untuk kemudian
dicari solusi penghematan konsumsi energi jika tingkat konsumsi energinya
melebihi standar baku yang ada.
3.3 Variable Penelitian
Variabel penelitian meliputi jumlah pemakaian energi berdasarkan audit
energi awal dan audit energi rinci serta peluang penghematan berdasarkan
kondisi di lapangan. Pada audit energi awal akan dihitung besarnya Intensitas
Konsumsi Energi (IKE) tiap satuan luas yang dikondisikan (net area) sesuai
pemakaian berdasarkan data historis hotel. Pada audit energi rinci akan
dihitung IKE berdasarkan observasi penggunaan energi listrik secara detail
45
dengan berbagai peralatan yang mengkonsumsi energi listrik dan waktu
penggunaannya.
3.4 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk menghitung pemakaian energi di Hotel Santika
Premiere adalah digital clamp meter, kWH meter. Sedangkan untuk
mengetahui kondisi sistem pengkondisian udara menggunakan alat ukur
anemomete, tachometer, higrometer, digital clamp meter, volt meter. Bahan
yang digunakan adalah Axton 10 yaitu chemical yang berfungsi untuk
membersihkan kotoran pada kisi-kisi evaporator.
3.5 Jalannya Penelitian
Sebagaimana yang disarankan Departemen Pertambangan dan Energi,
audit energi pada bangunan gedung pada intinya terdiri dari dua bagian, yaitu :
audit energi awal dan audit energi rinci. Pelaksanaan audit awal dan audit rinci
adalah sebagai berikut :
A. Audit Energi Awal
Kegiatan audit energi awal meliputi: Pengumpulan data energi
bangunan dengan data-data historis yang tersedia dan tidak memerlukan
pengukuran.
Data-data yang diperlukan pada audit energi awal meliputi :
a. Dokumentasi bangunan
1) Denah bangunan seluruh lantai
2) Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai
46
3) Diagram garis tunggal listrik, lengkap dengan penjelasan
penggunaan daya listriknya dan besarnya sambungan daya dari
PLN serta besarnya daya listrik cadangan dari Diesel
Generating Set (Genset).
b. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu
tahun terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak (bbm).
c. Tingkat hunian bangunan (occupancy rate).
Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung.
Berdasarkan data bangunan dan data energi seperti disebutkan di
atas dapat dihitung:
a. Rincian luas bangunan dan luas total bangunan (m2).
b. Daya listrik total yang dibutuhkan
c. Daya listrik terpasang per m2 luas lantai untuk keseluruhan
bangunan.
d. Intensitas Konsumsi Energi bangunan
e. Biaya pemakaian energi bangunan
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang
digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem
(bangunan). Namun energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi
listrik. Pada hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi
antara konsumsi energi total selama periode tertentu (satu tahun) dengan
luasan bangunan. Satuan IKE adalah kWH/m2 per tahun.
47
Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai negara antara lain
ASEAN dan APEC.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada
tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai
berikut : (Direktorat Pengembangan Energi)
a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWH/m2 per tahun
b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWH/ m2 per tahun
c. IKE untuk hotel / apartemen : 300 kWH/ m2 per tahun
d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWH/ m2 per tahun
Dalam menghitung IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa
istilah yang digunakan, antara lain :
a. IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung.
b. Luas kotor (gross) = Luas total gedung yang dikondisikan (berAC)
ditambah dengan luas gedung yang tidak dikondisikan.
c. IKE listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan (net).
d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net
product).
Istilah-istilah tersebut di atas dimaksudkan sebagai alat pembanding
besarnya IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain.
Dan besarnya target IKE di atas merupakan nilai IKE listrik per satuan
luas bangunan gedung yang dikondisikan (net).
48
Gambar 3.1 Bagan alur proses audit energi bangunan
49
B. Audit Energi Rinci
Audit energi rinci dilakukan apabila nilai IKE bangunan lebih besar
dari target nilai IKE standar.
Rekomendasi yang disampaikan oleh Tim Hemat Energi (THE) yang
dibentuk oleh pemilik/pengengola bangunan gedung dilaksanakan sampai
diperolehnya nilai IKE sama atau lebih kecil dari target nilai IKE standar
untuk perhotelan di Indonesia dan selalu diupayakan untuk dipertahankan
atau diusahakan lebih rendah di masa mendatang. Dan kegiatan audit
energi rinci ini meliputi:
1. Penelitian dan pengukuran konsumsi energi
a. Penelitian energi
1) Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal
memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai standar
yang ditentukan.
2) Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil
penggunaan energi pada bangunan, sehingga dapat diketahui
peralatan penggunaan energi apa saja yang pemakaian
energinya cukup besar.
3) Contoh profil penggunaan energi pada bangunan hasil
penelitian yang dilakukan oleh pemerintah ditunjukkan pada
tabel 3.1 untuk peralatan perkantoran tabel 3.2 untuk
hotel/apartemen dan tabel 3.3 untuk rumah sakit.
50
4) Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian energi adalah
mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang dapat
mempengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan dan dari
hasil penelitian dan pengukuran energi dibuat profil
penggunaan energi bangunan.
Tabel 3.1 Profil penggunaan energi untuk peralatan kantor
Jenis Peralatan Penggunaan Energi (%)
Air conditioning 66
Pencahayaan 17.4
Lift 3.0
Pompa air 4.9
Lain-lain 8.7
TOTAL 100
Tabel 3.2 Profil penggunaan energi untuk peralatan hotel/apartement
Jenis Peralatan Penggunaan Energi (%)
Air conditioning 48.50
Pencahayaan 16.97
Lift 8.05
Cleaning and laundry 5.32
Utilitas 18.67
Lain-lain 2.49
TOTAL 100
51
Tabel 3.3 Profil penggunaan energi untuk peralatan rumah sakit
Jenis Peralatan Penggunaan Energi (%)
Air conditioning 56.60
Pencahayaan 18.99
Lift 3.46
Fasilitas medis 11.62
Utilitas 3.82
Lain-lain 5.51
TOTAL 100
b. Pengukuran energi
Pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengukur pemakaian
energi tiap unit peralatan yang bekerja di Hotel Santika Premiere
Semarang.
2. Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi (PHE)
Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan
besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil
penggunaan energi bangunan.
Besarnya IKE hasil perhitungan dibandingkan dengan IKE standar
atau target IKE. Apabila hasilnya ternyata sama atau kurang dari target
IKE, maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau bila diteruskan
dengan harapan dapat diperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Namun
sebaliknya jika hasilnya lebih besar dari target IKE berarti ada peluang
untuk melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna memperoleh
penghematan energi.
52
3. Analisis Peluang Hemat Energi (PHE)
Apabila peluang hemat energi ini telah dikenali sebelumnya, maka
perlu ditindak lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan
cara membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang
harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang
direkomendasikan.
Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh
begitu saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun
produktivitas di lingkunan kerja. Analisis peluang hemat energi dilakukan
dengan usaha-usaha:
a. Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi (mengurangi kW dan
jam operasi).
b. Memperbaiki kinerja peralatan
c. Penggunaan sumber energi yang murah.
4. Laporan dan rekomendasi :
a. Laporan
Laporan audit energi terdiri dari bagian-bagian berikut :
1) Ringkasan
Ringkasan ini berisi tentang :
a) Uraian pekerjaan yang dilakukan
b) Langkah-langkah yang direkomendasikan yang telah diteliti
dengan baik dari segi teknis maupun ekonomis.
53
c) Langkah-langkah yang kelihatan menguntungkan tetapi perlu
penelitian lebih lanjut.
d) Rencana-rencana implementasi yang direkomendasikan.
2) Latar belakang
Bagian-bagian ini merupakan faktor penting yang terkait
dengan audit energi yang dikerjakan dan direkomendasikan yang
akan diterapkan.
3) Manajemen energi
Pandangan umum tentang energi kaitannya dengan kegiatan
manajemen dan tingkat kesadaran tentang energi.
4) Pelaksanaan audit energi
Mengindikasikan catatan-catatan penggunaan energi apa saja
yang ada dan bagaimana kinerja peralatan energi di bangunan
dipantau.
5) Pemanfaatan energi
Mencangkup performansi penggunaan energi neraca energi dan
biaya energi.
b. Rekomendasi
Rekomendasi yang akan diajukan mencangkup masalah-masalah
sebagai berikut : (Direktorat Pengembangan Energi)
1) Manajemen energi
Yaitu di dalamnya termasuk :
a) Program manajemen yang telah diperbaiki.
54
b) Implementasi audit energi yang lebih baik.
c) Cara meningkatkan kesadaran penghematan energi.
2) Pemanfaatan energi
Yaitu di dalamnya terdapat :
a) Langkah-langkah perbaikan efisiensi penggunaan energi tanpa
biaya, misalnya merubah prosedur pengoperasian.
b) Langkah-langkah perbaikan dengan biaya yang rendah.
c) Langkah-langkah dengan investasi kecil.
d) Langkah-langkah dengan investasi besar.
55
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Audit Energi Awal
A. Pendahuluan
Dalam perhitungan audit energi awal ini, akan dicari nilai IKE (Intensitas
Konsumsi Energi) pada hotel Graha Santika Semarang, dengan memanfaatkan
data historis energi (data yang diperoleh tanpa hasil pengukuran) serta data-
data bangunan yang telah tersedia luasan area kotor serta luasan area hotel
yang dikondisikan. Dalam analisisnya, akan ditampilkan gambaran siklus
pemanfaatan energi yang terjadi pada Hotel Santika Premiere Semarang.
Selain itu, juga akan dianalis apakah IKE pada Hotel Santika Premiere
Semarang telah sesuai dengan target atau standar IKE untuk perhotelan di
Indonesia. Apabila standar IKE maka pelaksanaan audit energi akan
dilanjutkna ke tahap selanjutnya yaitu audit energi rinci.
B. Denah Tanpak Gedung dan Jaringan Gedung
Denah gedung secara detail bisa dilihat di lampiran. Untuk luasan area
Hotel Santika Premiere Semarang, memiliki luas tanah tempat usaha 1.000 m2
dan komposisi luas bangunan Hotel Santika Premiere Semarang sebagai
berikut:
56
Tabel 4.1 Komposisi Luas Bangunan Hotel Santika Premiere Semarang
Brutto NetNo Area
Area (m2) Area(conditioned)(m2)
keterangan
1 Lantai Dasar 3.373,02 3.253,01 Non room
2 Lantai Satu 2.195,73 2.195,73 Non room
3 Lantai Dua 910,085 910,085 Non room
4 Lantai Tiga 610,85 610,85 Room
5 Lantai Empat 610,85 610,85 Room
6 Lantai Lima 610,85 610,85 Room
7 Lantai Enam 610,85 610,85 Room
8 Lantai Tujuh 610,85 610,85 Room
9 LantaiDelapan 610,85 610,85 Room
10 LantaiSembilan 751,18 751,18 Room
11 LantaiSepuluh 394,9 394,9 Room
12 Lantai Sebelas 426,06 426,06 Room
13 Lantai duabelas 99,5 - Non room
11.815,57 11.596,07
C. Sistim Distribusi Energi
Energi yang dimanfaatkan oleh Hotel Santika Premiere Semarang antara
lain: listrik, solar, dan LPJ. Dalam rangka kebutuhan energi ini mekanisme
yang dipakai untuk pengadaannya bisa dijelaskan sebagai berikut.
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik Hotel Santika Premiere
Semarang menggunakan sumber energi listrik yang disuply dari PLN dengan
golongan tarif menengah. Adapun pendistribusian energi listrik pada Hotel
Santika Premiere Semarang adalah sebagai berikut : Suplai listrik dari PLN
yang merupakan listrik tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan
57
menengah melalui trafo penurun tegangan (step down trafo) dan masuk ke
MVMDB (Medium Volt Main Distribution Bar).
Setelah dari MVMDB kemudian tegangan diturunkan lagi dengan
trafo penurun tegangan dengan kapasitas 1000 kVA 20 kV/0,4 kV dan trafo
ini berjenis tiga fase lalu diteruskan ke LVMDB (Low Volt Main Distribution
Bar) dan setelah dari LVMDB energi listrik sudah menjadi tegangan rendah
dan siap didistribusikan ke bar-bar/panel di tiap-tiap unit pada Hotel Santika
Premiere Semarang.
Selain disuplai dari PLN kebutuhan energi listrik pada Hotel Santika
Premiere Semarang menggunakan dua generator set (genset) yang memiliki
kapasitas 900 kVA. Setiap genset memiliki kapasitas 450 kVA tipe DKBN
80/450 – 4 TS, dan berjenis 3 phasa dan satu netral. Dan pemanfaatan genset
ini diperlukan hanya dalam keadaan darurat yaitu pada saat listrik PLN
padam. Dan prinsip pengoperasian antara genset dengan suplai listrik dari
PLN dilakukan secara otomatis (automatical switcher) yaitu jika arus listrik
dari PLN yang masuk ke MVMDB lebih kecil atau tidak ada, maka dengan
segera genset akan beroperasi dan sebaliknya jika ada aliran arus listrik dari
PLN, maka genset akan mati. Namun untuk tujuan dan pada kondisi tertentu
pengoperasiannya dapat dilakukan secara manual.
Sedangkan untuk pengadaan solar, hotel melakukan pembelian secara
berkala karena memang pada setiap pembelian selalu dialokasikan untuk
rentang waktu yang cukup lama dalam penggunaan.
58
Data Rekening Konsumsi Energi Listrik Hotel Santika Primere Semarang
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06
Bulan
kWH
LWBP (kWH) WBP (kWH) Total kWh
D. Data Konsumsi Energi
Berikut ini adalah data-data konsumsi energi serta alokasinya di Hotel
Santika Premiere Semarang selama satu tahun : (periode bulan Januari -
Desember 2006).
Tabel 4.2 Data Konsumsi Energi Listrik Tahun 2006
Bulan LWBP(kWH)
WBP(kWH)
TotalkWh
ENERGYCOST
Jan-06 204.000 46.000 250.000 199.018.428
Feb-06 211.000 49.000 260.000 209.840.950
Mar-06 244.000 54.000 298.000 234.441.675
Apr-06 231.000 50.000 281.000 222.420.930
Mei-06 233.000 53.000 286.000 233.096.745
Jun-06 233.000 53.000 286.000 213.850.750
Jul-06 238.000 53.000 291.000 198.911.545
Agust-06 252.480 56.670 309.150 210.184.470
Sep-06 246.420 55.160 301.580 205.220.691
Okt-06 235.470 50.660 286.130 194.897.805
Nop-06 238.180 52.530 290.710 198.381.094
Des-06 251.920 55.520 307.440 209.853.750
Maksimum 252.480 56.670 309.150 234.441.675Minimum 204.000 46.000 250.000 194.897.805
Total 2.818.470 628.540 3.447.010 2.530.118.833Rata-rata 234.873 52.378 287.251 210.843.236
Gambar 4.1 Grafik Pemakaian Energi Listrik Hotel Santika PremiereSemarang
59
Grafik Konsumsi Solar di Hotel Santika Primere SemarangPeriode 2006
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
Jan-0
6
Mar-06
Mei-06
Jul-0
6
Sep-06
Nop-06
Bulan
Jum
lah
Kon
sum
si (
Rp)
Total Biaya Solar(Rp)
Tabel 4.3 Data Konsumsi Solar (Fuel) tahun 2006
Bulan (Liter)Total BiayaSolar(Rp)
Jan-06 2.887 13.672.635
Feb-06 1.889 8.946.354
Mar-06 2.706 12.817.325
Apr-06 2.249 10.652.344
Mei-06 2.071 9.807.850
Jun-06 2.785,8 14.829.116Jul-06 2.000 10.581.460
Agust-06 2.926 16.984.777
Sep-06 2.285 13.263.881
Okt-06 3.690 21.113.854
Nop-06 2.540 15.498.880Des-06 3.566 16.890.234
Maksimum 3.690 21.113.854
Minimum 1.889 8.946.354
Total 31.594 165.058.710Rata-rata 2.633 13.754.892
Gambar 4.2 Grafik Konsumsi Solar ( Fuel) Hotel Santika Premiere Semarang
Periode 2006
60
Konsumsi Air di Hotel Santika Primere SemarangPeriode 2006
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
Jan-06
Mar-06
Mei-
06
Jul-0
6
Sep-06
Nop-06
Bulan
Jum
lah
kons
umsi
(Rp)
Biaya deep well (Rp) Biaya PDAM (Rp)Biaya Air sehat (Rp) Total biaya (Rp)
Untuk konsumsi energi yang berhubungan dengan penyediaan air dapat
dihitung sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data Konsumsi air periode 2006
Bulan
Biayadeep well(Rp)
BiayaPDAM(Rp)
Biaya Airsehat (Rp)
Totalbiaya (Rp)
Jan-06 2.443.000 529.040 - 2.972.040
Feb-06 2.521.510 1.314.010 - 3.835.520
Mar-06 - 1.598.470 7.102.500 8.700.970
Apr-06 1.518.500 1.390.120 7.027.500 9.936.120
Mei-06 1.661.500 334.795 4.080.000 6.076.295
Jun-06 1.608.700 512.325 2.950.000 5.071.025Jul-06 - 479.015 6.927.000 7.406.015
Agust-06 1.639.825 499.115 5.750.000 7.888.940
Sep-06 1.604.767 518.212 6.750.000 8.872.979
Okt-06 1.618.417 131.410 5.000.000 6.749.827
Nop-06 1.114.431 - 4.250.000 5.364.431
Des-06 1.389.021 - 4.300.000 5.689.021
Maksimum 2.521.510 1.598.470 7.102.500 9.936.120Minimum 1.114.431 131.410 2.950.000 2.972.040
Total 17.119.671 7.306.512 54.137.000 78.563.183
Rata-rata 1.711.967 730.651 4.511.417 6.546.932
Gambar 4.3 Grafik konsumsi air Hotel Santika Premiere Semarang Periode2006
61
E. Data Tingkat Hunian (Occupancy Rate)
Tingkat hunian di Hotel Santika Premiere Semarang dengan hotel yang
lain cukup bervariasi. Namun dari data yang ada dapat ditarik garis besar
bahwa tingkat hunian di hotel sangat dipengaruhi oleh agenda-agenda baik itu
yang ada di hotel maupun maupun agenda hari libur pekanan maupun libur
besar yang ada seperti hari raya, tahun baru atau liburan sekolah.
Dari data occupancy rate tahun 2006 dapat dilihat pada table 4.5 dan dapat
dihitung bahwa rata-rata tingkat hunian di Hotel Santika Premiere Semarang
adalah 67,02 %.
Tabel 4.5 Occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006
BulanOccupancyRate (%)
Jan-06 57,79%
Feb-06 70,70%
Mar-06 64,39%
Apr-06 67,69%
Mei-06 65,30%
Jun-06 64,57%
Jul-06 76,97%
Agust-06 72,24%
Sep-06 67,31%
Okt-06 56,20%
Nop-06 65,89%
Des-06 75,24%
Rata-rata 67,02%
62
Occupancy Rate Hotel Santika Primere Semarang tahun2006
0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%
100,00%
Jan-0
6
Mar-06
Mei-06
Jul-0
6
Sep-06
Nop-06
Bulan
%
Occupancy Rate (%)
Gambar 4.4 Grafik occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun
2006
F. Data Tingkat Konsumsi Energi
Dari data yang tertera pada tabel 4.2 sampai pada tabel 4.4, bisa dihitung
tingkat konsumsi energi pada masing-masing jenis energi yang terpakai oleh
hotel. Perincian data tersebut dapat dijelaskan seperti berikut:
1. Konsumsi energi listrik
Dari tabel 4.2 langsung dapat dihitung jumlah kWH total yang
dikonsumsi hotel selama tahun 2006 dan juga jumlah total biaya yang
harus dibayar untuk pengadaan energi listrik pada periode tersebut. Total
kWH adalah 3.447.010 kWH dan ini senilai dengan Rp
2.530.118.833,00.
63
Biaya pemakaian listrik
a. Tarif WBP (Waktu Beban Puncak) per kWH dari PLN
Harga Rp 954,00 / kWH jam berlaku pukul 17:00 s/d 22:00 WIB (5
Jam)
b. Tarif LWBP (Lewat Waktu Beban Puncak) per kWH dari PLN
Harga 452,00 / kWH, jam berlaku pukul 22:00 s/d 17:00 (19 jam).
Untuk mengetahui nilai tarif rata-rata listrik yang berlaku di Hotel
Santika Premiere adalah sebagai berikut :
WBP = Rp 954,00 / kWH x 5 jam = Rp 4.770,00 jam/kWH
LWBP = 452,00 / kWH x 19 jam = Rp 8.588,00 jam/kWH +
Total = Rp 13.358,00 jam/kWH
Sehingga tarif rata-rata per kWH per jam didapatkan sebesar :
=jam24
jam/kWH13.358,00Rp
= Rp 556,58 / kWH
2. Konsumsi solar
Berdasarikan tabel 4.3, dapat dihitung jumlah solar terpakai dan
jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaanya. Jumlah solar
yang terpakai selama periode 2006 adalah sebanyak 31.594 liter. Biaya
untuk pengadaan solar selama periode tersebut adalah sebesar Rp
165.058.710,00.
64
Prosentase Konsumsi Energi pada tiap unitdi Hotel Santika Primere tahun 2006
91,22
5,95 2,83
Listrik Solar Air
3. Konsumsi air
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui berapa besar penggunaan air di
Hotel Santika Premiere Semarang selama tahun 2006. Untuk
pengorerasian deep well sebesar Rp 17.119.671,00, Biaya PDAM sebesar
Rp 7.306.512,00, biaya air sehat sebesar Rp 54.137.000,00.
Tabel 4.6 Prosentase pemakaian energi di Hotel Santika Premiere
Semarang tahun 2006
Energi Total Rp/tahun PersenListrik 2.530.118.833 91%Solar 165.058.710 6%Air 78.563.183 3%Total 2.773.740.726 100%
Gambar 4.5 Grafik prosentasi pemakaian energi di Hotel Santika Premiere
Semarang tahun 2006
Jika dilakukan analisis dari diagram pemakaian energi di Hotel Santika
Premiere Semarang dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya konsumsi energi
terutama energi listrik cukup besar yaitu sebesar 91,0 % s/d 91,22 % dan
65
menempati posisi pertama dalam biaya pemakaian energi yang ada di Hotel
Santika Premiere Semarang dibandingkan biaya konsumsi energi yang lain.
Oleh karena itu audit energi diutamakan pada audit energi listrik. Maka untuk
pembahasan nantinya audit energi akan diprioritaskan pada energi listrik.
Sehingga penghematan yang didapatkan dari audit energi kali ini akan sangat
signifikan bagi pihak hotel.
G. Menghitung IKE
Dari data konsumsi energi dan data luasan bangunan serta tingkat
occupancy rate di hotel, maka dapat dihitung besarnya Intensitas Konsumsi
Energi (IKE) Hotel Santika Premiere Semarang selama satu tahun dengan
periode bulan Januari s/d Desember 2006. Adapun perhitungannya sebagai
berikut:
IKE =Room)non(AreaRoom)Area xOcc.Rate(
totalkWH+
=6.578,335.237,24) x(0,6702
3.447.010+
= 341,683 kWH / m2 year
Dari perhitungan di atas dapat diperoleh besarnya IKE listrik mula-mula
per satuan luas yang dikondisikan (net area) adalah 341,683 kWH / m2 year.
Sedangkan target IKE per satuan luas yang dikondisikan untuk perhotelan
adalah 300 kWH / m2 tahun. Maka IKE Hotel Santika Premiere Semarang
lebih besar daripada target IKE listrik atau dapat dikatakan pemakaian energi
66
listrik di Hotel Santika Premiere Semarang terlalu berlebihan, sehingga perlu
dilakukan audit rinci lebih lanjut. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan besar
IKE akhir yang mendekati atau kurang dari target IKE atau kalaupun lebih
dari target IKE tapi lebih rendah dari mula-mula.
Berdasarkan data hasil audit energi awal di atas, maka untuk proses audit
energi serta melakukan saving cost yang cukup significant maka untuk proses
audit energi rinci akan lebih dititik beratkan pada energi listrik.
4.2 Audit Energi Rinci
Dari hasil perhitungan data historis hotel dapat dilihat bahwa penyumbang
terbesar dalam hal jumlah energi yang dikonsumsi dan berimbas pada
besarnya biaya pengeluaran adalah energi listrik yaitu sebesar 90 %. Energi
listrik untuk pengkondisian udara mencapai 60% dari total konsumsi energi
listrik.
Disamping itu, dari analis audit energi awal, juga diperoleh harga IKE
(Intesnsitas Konsumsi Energi) cukup besar bahkan melebihi target IKE untuk
perhotelan di Indonesia yaitu sebesar 341,683 kWH/ m2 year dari 300
kWH/m2 year. Oleh karena itu pada bab ini akan diukur berapa besar
konsumsi energi listrik sesunguhnya dan diharapkan dari pengukuran ini
dapat mendekati proses yang sebenarnya (mendekati sistem) serta menghitung
besar IKE listrik dari hasil pengukuran yang dilakukan pada Hotel Santika
Premiere Semarang.
67
Untuk pengecekan serta penghitungan nilai konsumsi listrik (energi
listrik) yang sebenarnya, digunakan data arus yang diukur pada masing-
masing sub panel. Untuk mengukur arus, digunakan peralatan seperti tang
ampere baik itu digital maupun analog dan pencatat waktu yaitu jam.
Jika hasil dari penghitungan IKE listrik berdasarkan data arus dan kWH
meter terukur pada Hotel Santika Premiere Semarang nantinya masih lebih
besar dari target IKE listrik, maka akan dilakukan usaha-usaha untuk
penghematan energi yang diharapkan akan menurunkan harga IKE listrik pada
Hotel Santika Premiere Semarang. Dan usaha-usaha penghematan yang akan
dilakukan nantinya akan lebih difokuskan pada peralatan yang menggunakan
energi listrik yang sangat besar. Hal ini dimaksudkan agar usaha-usaha yang
dilakukan untuk penghematan energi akan sangat berarti (signifikan) dan
tentunya akan berimplikasi pada penghematan anggaran pengeluaran.
A. Data dan perhitungan
1. Data dan hasil pengukuran
Perhitungan energi listrik dilakukan dengan menggunakan data
berdasarkan pada nilai terukur yang terbaca pada kWH meter di tiap-tiap
unit yang terletak pada ruang kontrol panel (control panel room) dan
melakukan pengukuran langsung menggunakan digital clamp meter di
Hotel Santika Premiere Semarang. Dalam melakukan pengukuran arus
dengan meggunakan digital clamp meter, megalami kesulitan dalam
pengukuran besarnya arus, yang dilakukan pada kWH meter di ruang
68
kontrol panel. Kesulitan itu disebapkan karena celah kawat antar fasa pada
tiap unit terlalu kecil. sehingga mempersulit dalam pengukuran arus
dengan tang amper.
Peralatan-peralatan yang disediakan adalah jam tangan dan Digital
Clamp Meter yang berfungsi untuk mengukur arus, sedangkan untuk kWH
cukup dengan melakukan pengamatan langsung. Pengukuran ini dilakukan
pada tanggal 7 Januari 2007 pada pukul 23:00 WIB. Berikut ini adalah
data hasil pengukuran konsumsi energi listrik pada Hotel Santika Premiere
Semarang:
Tabel 4.7 Tabel Hasil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika
Premiere Semarang
Arus Unit Penerangan(Amper) Arus Unit Tenaga (Amper) MCB UTAMA
Pene- Tena-Lokasi R S T R S T rangan ga
ME 3 6,1 5,8 1,5 3,9 4,6 4,7 40 32ME 4 6,2 5,6 1,9 6,1 6,1 4,8 40 32ME 5 6,1 5,3 1,7 6,8 6,2 4,3 40 32ME 6 6,4 5,4 1 4,5 4,6 4,9 40 32ME 7 4,6 7,8 2,1 5,9 6,7 5,1 40 32ME 8 1,4 0,9 5,9 6,5 4,6 3,5 40 32ME 9 0,7 2,5 0,1 4,6 2,6 3,1 40 32ME 10 1,8 0,9 5,7 6,5 4,6 3,5 32 32ME 11 2,6 8,2 2 12 13,2 15 32 32SDP 105 95 115 160 140 145 300 400Chiller - - - 240 240 240 - 950PompChiler - - - 22,5 22,5 22,5 - 63TotalArus 140,9 137,4 136,9 479,3 455,7 456,4 - -
69
Grafik Pengukuran Arus Listrik
050
100150200250300
ME 3ME 4
ME 5ME 6
ME 7ME 8
ME 9
ME 10
ME 11 SDP
Chiller
Pomp.C
hiler
Lokasi
Aru
s (A
) RST
Gambar 4.6 Grafik pengukuran arus listrik di Hotel Santika Premiere Semarang
Tabel 4.8 Tabel Pengukuran kWH meter di Hotel Santika Premiere
Semarang
TanggalNilai TerbacakWH(x1000)
Pemakaian(x1000)
07/01/2007 3477 10,0408/01/2007 3487,04 10,1509/01/2007 3497,19 9,3410/01/2007 3506,53 9,6411/01/2007 3516,17 9,1912/01/2007 3525,36 8,7413/01/2007 3534,1 8,714/01/2007 3542,8 8,9515/01/2007 3551,75 -
rata-rataperhari :
9,34375kWH
2 Perhitungan dan Analisis
Dari data kWH meter diatas apabila diambil nilai rata-rata perhari,
maka akan didapatkan nilai sebesar 9.343,7 kWH/hari . nilai kWH ini
70
berada pada bulan Januari 2007 dengan tingkat hunian (occupancy rate)
57,29 % sehingga untuk satu bulan ini kWHnya adalah :
= 9.343,7 kWH x 31 hari
= 289.654,7 kWH
Untuk bulan Februari tingkat huniannya 70,70 % dan bulan-bulan
selanjutnya digunakan metode pendekatan sebagai berikut :
=29,5770,70
x 289.654,7 kWH = 357,45 kWH
Sehingga dapat dihasilkan nilai kWH total sebagai berikut :
Tabel 4.9 Konsumsi energi listrik per bulan Hotel Santika Premiere
Semarang
BulanOccupancyRate (%) kWH
Jan-06 57,79% 292.182,67Feb-06 70,70% 357.454,83Mar-06 64,39% 325.551,86Apr-06 67,69% 342.236,46Mei-06 65,30% 330.152,77Jun-06 64,57% 326.461,93Jul-06 76,97% 389.155,56
Agust-06 72,24% 365.240,98Sep-06 67,31% 340.315,20Okt-06 56,20% 284.143,73
Nop-06 65,89% 333.135,77Des-06 75,24% 380.408,79
Total : 4.066.440,54
Sehingga nilai IKE bisa dihitung yaitu sebesar :
IKE =Room)non(AreaRoom)Area xOcc.Rate(
totalkWH+
71
=6.578,335.237,24) x(0,6702
544.066.440,+
= 403,08 kWH / m2 year
Dan untuk besarnya IKE terhadap luas bangunan lainnya dapat
disajikan dalam bentuk tabel yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.10 Besar intensitas konsumsi energi hasil pengukuran di Hotel
Santika Premiere
Jenis Area Luas lantai (m2) kWH /m2 .tahunArea dikondiskan 11.596,07 403,08
Profil penggunaan energi tiap unit dapat dikelompokkan menjadi
beberapa unit yaitu :
a. Unit Tenaga :
1) AC (Air Condiditoner) yang meliputi Chiller, AHU, FCU, AC
Split.
2) Motor-motor listrik : Pompa - pompa, Lift, Mesin Loudry.
3) Sistem Pendingin yang lain yang meliputi: Ice machine, Refree 2
pintu, Under counter 3 pintu, dll.
b. Unit Penerangan
1) Public Area : Penerangan Parkir, lampu taman, lampu-lampu di
lantai dasar, lantai1 dan lantai 2, penerangan di ruang-ruang
meeting seperti di ruang borobudur.
2) Guest Room yang terdiri dari ME3 s/d ME 11
72
Klasifikasi Arus Listrik Hotel SantikaPremiere Semarang
11%
32%52%
5%
ME3-11 SDP Chiller Pomp.Chiler
3) Meeting Room : R.Prambanan, R.Mendut, R.Kalasan, R.Sewu,
R.Borobudur.
Tabel 4.11 Profil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika
Premiere berdasarkan audit rinci
Unit Arus(Amper) %Tenaga 1.391,4 77,03
Penerangan 415 22,97Total 1.806,4 100
Tabel 4.12 Profil Pengukuran Arus Listrik untuk Unit Tenaga
Lokasi Arus(Amper) %ME3-11 158 11,36SDP 445 32,00Chiller 720 51,78Pomp.Chiler 67,5 4,85Total 1.390,5 100,00
Gambar 4.7 Grafik Pengukuran Arus Listrik Hotel Santika Premiere
berdasarkan audit rinci
Dari perhitungan di atas dapat diperoleh besarnya IKE listrik hasil
pengukuran (audit rinci) per satuan luas yang dikondisikan (net area adalah
403,08 kWH/m2 tahun. Dari hasi audit awal diperoleh nilai IKE listrik
persatuan luas yang dikondisikan sebesar 341,683 kWH / m2 year. Disana
73
terdapat perbedaan nilai yang cukup jauh, hal ini dimungkinkan karena
beberapa hal:
a. Dalam audit rinci ini, angka kWH energi listrik yang didapat merupakan
hasil pendekatan.
b. Dalam perhitungan yang dilakukan mengabaikan faktor hari-hari biasa
(senin-jumat), hari libur biasa (sabtu-minggu) maupun hari libur
nasional. Dalam perhitungan di atas diasumsikan kondisi tiap hari adalah
sama.
c. Dalam proses di atas, karakteristik pelaku pemakaian energi dari
penghuni hotel diabaikan, dalam artian dengan tingkat occupancy rate
yang sama belum tentu jumlah energi yang dikeluarkan atau
dikonsumsikan juga sama. Hal ini pasti berbeda karena faktor karakter
dan kebutuhan masing-masing penghuni berbeda.
d. Dalam melakukan pendekatan nilai, faktor adanya event atau tidak yang
diadakan secara khusus maupun perayaan yang secara umum dilakukan
oleh hotel diabaikan, sehingga ketika data ini diambil bertepatan dengan
adanya event, maka nilai final hasil pendekatan juga mengasumsikan
selalu ada event.
Gambaran yang bisa diperoleh adalah IKE listrik per satuan luas yang
dikondisikan hasil audit awal audit rinci masih jauh dari standar yang ada
yaitu untuk perhotelan adalah 300 kWH/m2 tahun. Sehingga sangatlah perlu
74
dilakukan usaha-usaha penghematan yang diharapkan akan menurunkan
harga IKE listrik yang terdapat pada Hotel Santika Premiere Semarang.
B. Pengenalan Peluang Hemat Energi (PHE)
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penggunaan energi listrik
paling besar adalah terletak di Panel SDP yang mendistribusikan energi ke
lantai satu dan dua yang terdiri dari FCU untuk semua lantai, AHU, AC split,
penerangan dan ruang pompa listrik. Untuk penerangan sebesar 315 A dan
unit tenaga sebesar 445 A. Kontribusi penggunaan energi listrik paling besar
kedua adalah untuk kategori pengukuran arus yang kedua dan terbesar adalah
pengukuran arus listrik di panel Chiller yaitu sebesar 720 Amper. Maka
usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka penghematan energi di Hotel
Santika Premiere Semarang akan diprioritaskan ke katergori AC.
Untuk AC sendiri terbagi dalam tiga komponen utama yaitu :
a. Chiller (3 buah)
b. AHU (2 buah dengan daya fan berfariasi)
c. FCU (153 buah dengan daya fan berfariasi)
Chiller merupakan unit yang bertugas untuk menghasilkan air dingin yang
nantinya akan disalurkan ke AHU dan FCU sebagai media pendingin dari
udara (unit pembangkit). AHU dan FCU sendiri merupakan unit yang
langsung berperan untuk mensirkulasikan udara dan juga sekaligus
mengkondisikan udara dalam ruang dimana ia bekerja (unit pelaksana).
75
Komposisi Nilai dari AHU, FCU dan Chiller padaAC Hotel Santika Premiere Semarang
90%
3% 7% Chiller
AHU
FCU
Untuk kondisi kerja dari masing-masing unit tersebut di atas bisa
digambarkan seperti berikut ini:
Tabel 4.13 Profil pengukuran arus listrik untuk sistem pendingin udara
Hotel Santika premiere.
Arus(Amper) %Chiller 739,5 89,80AHU 24 2,91FCU 60 7,29Total 823,5 100,00
Gambar 4.8 Grafik komposisi nilai dari AHU, FCU, dan Chiller sebagai
komponen AC
Dari data di atas bisa dilihat bahwa chiller merupakan komponen yang
menyerap energi listrik terbesar. Namun hal ini akan difokuskan untuk
mencari peluang penghematan konsumsi energi dimulai dari komponen AHU
dan FCU, walaupun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa peluang
penghematan justru akan didapat dari chiller setelah terlebih dahulu kinerja
dari AHU dan FCU dianalisis. Hal ini sangat wajar karena unit chiller adalah
sebagai unit pembangkit yang haya bertugas menyediakan air dingin untuk
pendinginan, sedangkan seberapa besar tingkat pemakaian semua itu
ditentukan oleh beban yang akan ditanggung oleh unit FCU dan AHU yaitu
sebagai unit pemakai.
76
Beberapa hal yang melandasi pemilihan mencari peluang penghematan
konsumsi energi diawali dengan AHU dan FCU adalah sebagai berikut:
a. Sudah banyak studi kasus tentang peluang penghematan pada unit chiller
(unit pembangkitan) dimana rata-rata berkisar tentang analisis
penggantian refrigeran.
b. Jika usaha penghematan konsumsi diarahkan kepada usaha penggantian
refrigeran, hal ini kurang efisien ditetapkan di hotel karena operasi hotel
yang tidak mengenal hari libur, sehingga sulit untuk menghentikan kerja
chiller dalam beberapa waktu untuk penggantian refrigeran sebagaimana
diperkantoran. Selain itu menjadi pertimbangan juga jika efek terhadap
peralatan ketika jenis refrigerannya berubah, sedangkan usaha untuk
mengubah parameter output-nya dipengoruhi oleh seberapa output yang
dihasilkan oleh FCU dan AHU yang dimiliki. Hal ini pernah terjadi pada
salah satu chiller Hotel Santika Premiere yang mengakibatkan rusaknya
beberapa kompresor. Atas dasar perincian kondisi seperti di atas, dapat
diprioritaskan usaha mencari peluang penghematan konsumsi energi
listrik pada unit AHU dan FCU.
c. Unit chiller adalah unit pembangkit, sedangkan unit AHU dan FCU
adalah sebagai unit pemakai. Besarnya kapasitas chiller ditentukan oleh
beban yang akan ditanggung oleh AHU maupun FCU, sedangkan
analisis peluang hemat bisa diawali dengan perhitungan kembali beban
yang ditanggung oleh AHU dan FCU.
77
d. Pihak manajemen hotel menginginkan adanya usaha peningkatan
efisiensi peralatan dan pengurangan konsumsi energi, diawali dengan
jalan mengoptimalkan kerja peralatan dengan jalan yang simple, tidak
memerlukan biaya yang besar dan yang pasti tidak perlu mengganggu
atau bahkan menghentikan operasi peralatan pengkondisian udara yang
pastinya akan mengganggu operasional Hotel Santika Premiere
Semarang dan kenyamanan hotel.
Berdasarkan analisis di atas, maka akan dilakukan pencarian peluang
hemat energi yang terkait dengan kerja FCU.
Setelah dilakukan observasi pada unit-unit FCU yang terdapat di Hotel
Santika Premiere Semarang dapat dikenali Peluang Hemat Energi (PHE)
antara lain:
a. Dengan pembersihan pada unit FCU, yaitu meliputi pembersihan
saringan udara (filter), sudu kipas, sirip (fin) evaporator dan kisi keluaran
(grill) pada unit FCU. FCU yang telah lama digunakan akan terjadi
pengotoran. Pengotoran tersebut diakibatkan adanya debu-debu yang
menempel pada saringan udara (filter) yang berasal dari udara balik
(return) dan juga debu pada grill pada ujung saluran udara. Adanya debu
tersebut mengakibatkan kualitas atau debit udara yang dihasilkan oleh
kipas menjadi berkurang. Dan untuk mempertahankan debit semula pada
kondisi FCU kotor adalah dengan menaikkan kecepatan putaran kipas
(fan). Naiknya putaran kipas ini berakibat naiknya daya listrik sehingga
78
konsumsi energi listrik pada FCU kotor akan naik. Selain itu debu-debu
yang melekat di atas permukaan fin evaporator akan menyebabkan
proses perpindahan panas yang terjadi tidak optimal karena karena debu
yang melekat akan berfungsi sebagai isolator sehingga dingin yang
berasal dari air chiller tidak sepenuhnya dapat dikirim ke udara yang
dihembuskan dengan bantuan kipas.
b. Mengatur (setup) temperatur air keluar (Leaving Chilled Water
Temperatur=LCWT) pada chiller.
Dengan menaikkan LCWT dapat menyebabkan kapasitas
pendinginan dari chiller menjadi berkurang. Pengurangan kapasitas
chiller ini akan berdampak pada penurunan konsumsi listrik. Karena
kenaikan LCWT datat menyebabkan naiknya suhu ruangan seluruh hotel,
maka dengan pengaturan LCWT sebaikya perlu diatur agar temperatur
ruangan-ruangan masih berada di kondisi nyaman.
Dari pengenalan peluang hemat energi (PHE) di atas diharapkan dapat
menurunkan konsumsi energi listrik terutama pada sistem pendingin hotel dan
pada akhirnya dapat menurunkan nilai IKE listrik hotel.
C. Analisis Peluang Hemat Energi
Setelah dilakukan pengenalan peluang penghematan energi, selanjutnya
dilakukan analisis terhadap peluang hemat energi tersebut. Diketehui bahwa
di Hotel Santika Premiere tedapat 153 unit FCU yang tersebar di ruangan-
79
ruangan mulai dari lantai bawah tanah (basement floor) sampai kamar-kamar
tamu lantai 3 s/d 11 dan unit FCU yang terbagi menjadi 2 kategori yaitu FCU
dengan menggunakakn daya motor 20 watt dan 750 watt yang terletak di
setiap kolidor.
Dalam peluang hemat ini akan dilihat seberapa besar perubahan laju aliran
volume udara suplai yang terjadi akibat pengotoran debu pada kipas (fan) dan
menentukan seberapa besar perbedaan konsumsi energi listrik untuk kondisi
kotor dan bersih. Untuk pengukuran mula-mula diukur terlebih dahulu besar
kecepatan keluar dari saluran udara (ducting) pada suatu unit FCU, kemudian
dengan mengukur pula dimensi dari saluran udara (ducting), mengukur besar
arus listrik dan waktu pengkondisisan suatu ruangan untuk mencapai kondisi
nyaman. Setelah itu menghitung dan membedakan antara banyaknya udara
yang dihasilkan kipas (fan) baik kondisi kotor ataupun kondisi bersih.
Selama observasi dan wawancara dengan staf engineering dijelaskan
bahwa periode pembersihan unit FCU dilakukan selam 1 s/d 2 bulan sekali,
akan tetapi pembersihan unit FCU ada beberapa yang terlewati karena
penjadwalan selalu terbentur dengan event-event tertentu dan kamar selalu
terisi oleh tamu sehingga pembersihan unit FCU bisa dilakukan selam 3 bulan
sekali atau tidak sama sekali dibersihkan seperti FCU di ruang-ruang
karyawan tiap departement. Hal ini diakibatkan karena karyawan merasa
terganggu apabila adanya pembersihan FCU di ruang mereka. Untuk
80
spesifikasi lokasi unit FCU yang ada di Hotel Santika Premiere Semarang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.14 Spesifikasi lokasi unit FCU di Hotel Santika Premiere Semarang
No Nama Alat Jumlah Lokasi
DayaFan
(Watt )
1 Fan Coil Unit / FCU Koridor 16 Lantai 3 A-B 750 Merk : Carier Lantai 10 A-B
2 Fab Coil Unit / FCU Room 125Room 301 s/Room 1016 20
Merk : Carier
3Fan Coil Unit/ FCU room lt XI dan Launge / 1blower 12 1101 = 4 pcs 20
Merk : Carier 1102 = 2 pcs 1103 = 2 pcs Launge = 4 pcs
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah unit FCU pada Hotel
Santika Premiere Semarang ada sekitar 153 unit yang terbagi atas 132 unit
daya motor 20 watt dan 16 unit FCU motor 750 watt.
Selanjutnya melakukan pengukuran baik pada kondisi aktual (kotor)
maupun kondisi setelah dibersihkan dan prosedur pengukurannya adalah
sebagai berikut:
1. Mengukur kecepatan udara
Grill pada ujung saluran udara (ducting) dilepas kemudian
anemometer diletakkan tepat ditengah-tengah saluran udara, kemudian
diukur besar kecepatan udara yang keluar dari saluran udara tersebut.
Untuk grill yang tidak dapat dilepas pengukuran dilakukan dengan cara
81
membuat corong bebentuk segiempat dengan panjang dan lebar sesuai
dengan dimensi grill lalu dipasang dan dilekatkan pada grill tersebut. Hal
ini bertujuan agar udara yang keluar menyebar dari grill dapat terkumpul
lagi pada corong tersebut. Lalu anemometer diletakkan di tengah-tengah
dari corong buatan tadi dan mengukur kecepatan udara yang
dihasilkanoleh FCU tersebut.
2. Pengukuran besar putaran kipas (fan)
Mengukur besar putaran fan dengan menggunakan tachometer. Dan
pengukuran ini dilakukan sesuai dengan tingkat kecepatan putar fan.
Pengukuran putaran fan ini adalah untuk menunjukkan apakah putaran fan
pada kondisi kotor dan kondisi bersih sama.
3. Pengukuran besar arus dan tegangan kipas
Mengukur besar arus dan tegangan kipas berdasarkan pada variasi
kecepatan putaran dari kipas. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
digital clamp meter.
4. Mengukur waktu yang diperlukan suatu ruangan mencapai kondisi
nyaman
5. Mengukur suhu ruangan aktual
Mencatat semua kondisi suhu ruangan mula-mula dan sesudah kipas
dibersihkan. Pengukuran menggunakan higrometer.
6. Mencatat periode pembersihan pada FCU yang diteliti.
82
Setelah pengukuran lalu dilakukan analisis dengan perhitungan,
berikut ini adalah contoh perhitungan pada suatu ruangan:
Misal : pada ruangan Guest Room (kamar tamu) 303 di lantai 3
menggunakan FCU (Fan Coil Unit). Berikut ini adalah data
spesifikasinya:
Dari hasil pengukuran dan perhitungan dapat ditabelakan sebagai berikut :
AA204553 ITU 4P o/P 20W 230V-1Ø 50Hz; 1,5mf 450VAC; No
batch B05001A No seri 39-0016; Model CC1000-2 LH
Jumlah grill : 1 buah
Dimensi grill : berbentuk persegi panjang
Periode pembersihan : 1 tahun 3 bulan
1) kondisi FCU kotor
Tabel 4.15 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU kotor untuk daya
kipas 20 watt
Tingkatkecepatankipas
Kec.Putarkipas(rpm)
Kec.Udara(fpm)
Debitudara(cfm)
Arus(A)
Teg.(V)
Daya(watt)
WaktuPengkond(menit)
1 1420 520 292,18 0.15 230 21,06 182 1665 610 340,56 0,2 230 30,5 133 2314 710 388,54 0,2 230 30,5 10
2) Kondisi FCU bersih
83
Tabel 4.16 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU bersih untuk daya
kipas 20 watt.
Tingkatkecepatankipas
Kec.Putarkipas(rpm)
Kec.Udara(fpm)
Debitudara(cfm)
Arus(A)
Teg.(V)
Daya(watt)
WaktuPengkond.(menit)
1 1415 580 326,89 0.2 230 31,6 142 1669 650 378,86 0,3 230 50,4 103 2317 710 405,59 0,3 230 50,4 8
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada kondisi FCU kotor putaran
kipas yang sama debit dari udara yang dihasilkan berkurang jumlahnya.
Disamping pihak daya yang dibutuhkan kipas naik. Dan waktu pengkondisian
pada FCU kotor membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari pada
kondisi bersih untuk sama-sama mencapai kondisi nyaman ruangan. Berikut
ini adalah analisis perhitungan energi listrik yang dikonsumsi antara kondisi
kotor dan kondisi bersih dilihat dari debit udara.
Pada putaran kipas 1 pada FCU bersih dihasilkan debit udara sebesar
326,89 cfg sedangkan pada kondisi FCU kotor pada putaran kipas 1 debit
udara berkurang menjadi 292,18 cfg. Maka untuk mempertahankan debit
sesuai dengan kondisi bersih, maka pada kondisi kotor putaran kipas harus
diatur pada putaran yang lebih tinggi satu tingkat di atasnya yaitu pada
putaran 2. dan pada putaran 2 ini debit udara yang dihasilkan adalah 340,56
cfm.
84
Untuk daya kipas pada tingkat kecepatan satu ke tingkat dua juga
meningkat yaitu dari 21,06 watt menjadi 30,5 watt. Peningkatan daya kipas
pada kondisi kotor ini merupakan pemborosan konsumsi energi listrik yang
terjadi, berikut ini adalah perhitungannya :
P = Pkec.putar kipas2-Pkec.putar kipas1
= (30,5 – 21,06)
= 9,44 atau kenaikannya sebesar 30,9 %.
Apabila FCU dioperasikan 20 jam sehari berturut-turut dan selama
setahun, maka besar kenaikan energi listrik sebesar :
W= P.t
= 9,44 x 20 x365
= 68,91 kWH/tahun
68,91 kWH/tahun adalah pemakaian untuk 1 unit FCU, sedangkan di
Hotel Santika Premiere terdapat 137 FCU yang berkapasitas 20 watt. Maka
untuk total pemakaian energi untuk keselurahan FCU 20 watt adalalah 137 x
68,91 kWH/tahun = 9.439,3 kWH/tahun
Dari tabel di atas baik 5.9 dan 5.10 maupun diketahui bahwa kecepatan
kipas hampir sama untuk unit FCU baik pada kondisi kotor maupun bersih
sehingga kecepatan putaran kipas tidak terpengaruh oleh kondisi baik atau
kotornya FCU. Namun yang mempengaruhi kondisi kondisi kotor atau
bersihnya kipas adalah debit atau jumlah udara yang dihasilkan kipas menjadi
berkurang untuk kondisi kotor.
85
Selain itu waktu pengkondisian yang diperlukan agar suau ruangan dapat
mencapai kondisi nyaman juga lebih lama pada konsisi FCU kotor sehingga
pemakaian energi listriknya pun meningkat.
D. Implementasi Peluang Hemat Energi
Dari analisis peluang hemat energi di atas dapat direkomendasikan bahwa
untuk menurunkan konsumsi energi listrik, PHE yang pertama adalah dengan
pembersihan unit-unit FCU meliputi pembersihan saringan udara (filter) pada
saluran udara (ducting), sudu kipas, fin evaporator dan kisi keluaran (grill)
unit FCU. Apabila peluang hemat energi tersebut diimplemetasikan atau
dilaksanakan pada Hotel Santika Premiere, maka akan diperoleh penghematan
sebesar 9.439,3 kWH/tahun.
Pembersihan FCU dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan,
namun seringkali dalam pelaksanaannya tidak selalu sesuai dengan jadwal,
hal ini diakibatkakn jumlah staf engginering yang bertugas untuk
membersihkan unit FCU terlalu sedikit sehingga pernah dijumpai seorang staf
engginering masih membersihkan namun saat itu juga ada panggilan untuk
mengerjakan tugas lainnya dan hal inilah yang menyebabkan pelaksanaannya
tidak selalu sesuai dengan jadwal. Dan rata-rata seorang staf dapat
membersihkan sekitar 3-4 unit FCU. Adapun waktu yang diperlukan untuk
melakukan pembersihan beranekaragam tergantung pada kesulitannya karena
ada suatu unit FCU yang letaknya agak susah untuk dijangkau oleh manusia
karena ada sebagian FCU yang letaknya dekat dengan plafon.
86
Rekomendasi untuk PHE ini adalah dengan melakukan pembersihan
setiap 3-4 bulan sekali untuk ruangan jenis kantor, ruang jenis kamar tamu.
Hendaknya pada saat pembersihan, diperlukan staf yang khusus menangani
cleaning FCU dan supaya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Menginat banyaknya unit FCU maka pada saat pembersihan unit FCU tidak
terganggu oleh pekerjaan lainnya. Untuk Standar Maintenancffe FCU room
adalah sebagai berikut :
1. Temperatur
Langkah – langkah untuk mengukur temperature ruangan
a. AC / FCU dihidupkan
b. Ambil alat temperature, diletakan diatas meja tunggu ± 10 menit, hasil
yang dicapai akan nampak atau tertera di alat tersebut.
2. Rpm
Langkah – langkah untuk mengukur RPM, yaitu :
a. FCU / AC di hidupkan
b. Ambil alat Tacho meter
c. Kemudian ditempel di AS Motor sampai putaran berhenti.Akan
nampak atau tertera di alat tersebut
3. Grill Supply dan Grill Return / Filter
Langkah – langkah untuk membersihkan Grill, yaitu :
a. Lepasi sekrup kanan dan kiri
b. Lepasi Grill satu per Satu
87
c. Kemudian cuci dengan air dan keringkan
d. Kemudian pasang lagi
4. Ampere
Langkah – langkah untuk mengukur Ampere, yaitu :
a. FCU / AC di hidupkan
b. Ambil alat tang Ampere
c. Kemudian kolongkan pada kabel motor blower dengan posisi low,
medium atau high
d. Nanti akan menunjukkan ampere yang di dapat.
5. Bearing
Langkah – langkah untuk mengganti Bearing, yaitu :
a. FCU / AC di hidupkan
b. Lihat putaran blowersnya sesaat kemudian
c. Ada gejala noise atau tidak / lihat rpm / lihat life time / suhu bearing
d. Kalau ada bunyi , bearing harus diganti
6. Capasitor
Langkah – langkah untuk mengukur Capasitor, yaitu :
a. Lepas Capasitor kemudian dishortkan kabel negative dan kabel positif
b. Ambil alat capasitor meter , posisikan di 2µF dan diamkan, maka hasil
yang dicapai sudah menunjukkan
7. Blowers
Langkah – langkah untuk membersihkan Blowers, yaitu :
88
a. FCU / AC di offkan
b. Turunkan blowers dari FCU
c. Sikat sudu-sudu nya blowers
d. Tutup motor blower dengan plastik
e. Cuci blower sampai bersih, dan keringkan
f. Pasang kembali blower
8. Two way Value
Langkah – langkah untuk menyetel two way value kondisi masih
bagus, yaitu:
a. FCU / AC di hidupkan sesaat kemudian
b. Kemudian Kitec di cabut
Maka FCU / AC itu akan mati dan two way value itu bekerja secara
otomatis langsung nutup
Untuk aliran airnya. Kebalikkannya kalau kitec di masukkan lagi maka
FCU itu hidup dan
Two way value itu secara otomatis langsung buka dengan sendirinya.
Untuk aliran airnya sehingga terasa dingin.
9. Stronner
Langkah – langkah untuk membuka Stroner, yaitu :
a. FCU di matikan
b. Siapkan lampu jalan, supaya terang di atas plafon
c. Tutup daun value in dan out
89
d. Siapkan kunci ring 21 – 13
e. Buka tutup stronner
f. Bersihkan saringan stronner sampai bersih dengan air
g. Buka kran supply ± 1-2
h. Pasang kembali dan kencangkan dengan kunci ring 21 – 23
i. Buka daun value in / out
10. Evaporator
Langkah – langkah untuk membersikan Evaporator,
a. Off-kan MCB
b. Buka main hole, tutup valve in dan out chill water, buka strainer dan
bersihkan
c. Lepas kabel motor blower dan bersihkan
d. Semprotkan chemical pada permukaan evaporator
e. Tunggu lebih kurang 5 menit sampai chemical bereaksi
f. Cleaning evaporator dengan menggunakan air bertekanan
g. Pasang kembali blower dan connect kabel motor blower
h. On-kan kembali MCB dan unit FCU
i. Check temperatur ruangan
j. Catat di Maintenance card
k. Catat di History card
l. Selesai
11. Bak Drain
90
Langkah – langkah untuk mengetes bak drain kondisi bagus, yaitu :
a. Kondisi bak drain harus kering dan tidak bocor
b. Saluran pembuangan air harus lancar
Biaya yang diperlukan untuk pembersihan dan pembelian larutan kimia
ASTON 10, rincian adalah sebagai berikut :
a. Biasa pembersihan : @Rp 20.000 per unit x 153 unit = Rp 3.060.000,00
b. Beli larutan kimia: @Rp 40.000 per liter 15,3 liter = Rp 612.000,00+
Rp 3.672.000,00
Jadi penghematan bersih yang diperoleh pihak manajemen hotel dari usaha
pembersihan unit FCU ini adalah sebesar Rp 7.240.320,00 –Rp 3.672.000 =
Rp 3.568.319,00 per tahun.
Setelah diimplementasikan pada hotel maka dapat dicari besar nilai IKE
hasil implementasi PHE yaitu sebagai berikut :
IKE =Room)non(AreaRoom)Area xOcc.Rate(
totalkWH+
=6.578,335.237,24) x(0,6702
9439,3-544.066.440,+
= 402,14 kWH/m2. tahun
Dari perhitungan di atas diperoleh besarnya IKE listrik hasil implementasi
pada audit rinci per satuan luas yang dikonsikan (net area) adalah 402,14
kWH/m2. tahun. Sedangkan target IKE per satuan luas yang dikondisikan
adalah 300 kWh/m2. tahun, IKE listrik Hotel Santika Premiere Semarang hasil
91
implementasinya ternyata masih besar dari standar atau target IKE listrik
perhotelan. Selanjutnya perlu dilakukan analis PHE tahap kedua.
E. Analisis Peluang Hemat Energi tahap 2
Dengan besar IKE yang diperoleh pada analisis PHE di atas masih terlalu
besar dibandingkan dengan IKE standar, maka perlu dilakukan analisis PHE
tahap kedua. Dalam tahap kedua ini akan dianalisis mengenai mengatur
temperatur air keluar (Leaving Chilled Water Temperature = LCWT) pada
chiller.
Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk satu chiller. chiler yang
digunakan di Hotel Santika Premiere adalah chiller denga Merk : Carrier,
Model 30 GB 100 dan berjumlah tiga unit. Pada kondisi aktual chiller
beroperasi pada temperatur 95 º F/ 32ºC, temperatur air keluar chiller
(Leaving Chiller Water Temperatur = LCWT) = 44ºF/ 6,6ºC, temperatur air
masuk chiller (Entering Chiller Water Temperatur = ECWT)=54ºF/ 10 ºC dan
sesuai dengan katalog chiller merk ”CARRIER” diperoleh bahwa kapasitas
pendinginan pada kondisi aktual adalah 176,8 TR ( Ton Refrigasi = TR),
dengan laju debit air sejuk (chilled water) adalah 430,5 gpm. Apabila LCWT
dinaikkan satu derajat menjadi 7,56 atau setara dengan 46ºF, maka kapasitas
pendinginnya menjadi:
TR =24
t xgpm ∆
92
=24
Fº46)-54( xgpm430,5
=24
Fº8 xgpm430,5
=24
3444
= 143 TR
Kemudian menganalisis seberapa besar pengaruh kenaikan LCWT terhadap
kondisi temperatur ruangan yang ada di lantai-lantai bawah. Diambil contoh
misalnya : ruangan 401 diperoleh temperatur dari hasil pengukuran yaitu
sebelum penkondisian (t1)= 27ºC dan sesudah pengkondisan (t2)= 21ºC, maka
dengan menaikkan LCWT temperatur ruangan menjadi berubah, dan
perubahannya dapat dicari dengan menggunakan persamaan kalor: Q =
m.c. t, dengan kondisi sistem bahwa siklus air sejuk (chilled water) tertutup,
maka harga c (kalor jenis spesifik) tidak diperhitungkan, sehingga persamaan
kalor hanya merupakan fungsi dari laju aliran sejuk dan perubahan temperatur
air sejuk atau dapat dituliskan Q=f( , t), karena pada kondisi sistem
bahwa aliran air sejuk tertutup, maka :
m& = m& ;t∆′
=∆
Qt
Q
21-27TR176,8 =
x-27TR143,5
4773,6 – 176,8 x = 858
93
x =8,176
3915 = 22,14
Dari perhitungan di atas, maka temperatur ruangan naik dari 21ºC menjadi
22,14ºC dan diketahui bahwa kondisi standar pengkondisian untuk ruangan
pada contoh di atas adalah 24ºC. Jadi supaya pengesetan ulang yaitu dengan
menaikkan LCWT sebesar 1ºC belum mengganggu kenyamanan ruangan.
Namun jika kenaikan LCWT sebesar 3ºC, temperatur ruangan naik menjadi
24,14ºC, maka akan sesuai dengan standar pengkondisian udara suatu ruangan
hotel. Tetapi pada kenaikan LCWT sebesar 3ºC untuk perubahan temperatur
ruangan lainnya, sebagian besar temperaturnya melebihi temperatur standar
akibatnya akan mengganggu kenyamanan ruangan tersebut.
Sehingga pengaturan LCWT yang tepat yaitu dilakukan dengan
menaikkan sebesar 1ºC yaitu dari LCWT mula-mula 6,58ºC menjadi 7,58ºC.
Pengaturan ulang dilakukan yaitu dengan cara mengarahkan tombol LCWT ke
suhu 7,58 pada panel chiller. Selanjutnya dilakukan pengukuran daya
masukan chiller dengan menggunakan Digital Clamp Meter. Hal tersebut
untuk mengetahui besar perubahan konsumsi akibat pengaturan ulang LCWT
dan hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.17 Pengukuran arus listrik chiller dengan pengesetan ulang LCWT
Arus ( Amper) Daya (kW) Dayatotal
LCWT(ºC)
R S T PR Ps PT
6 240 240 240 81,16 81,16 81,16 148,8967 237,5 238 238 80,7 80,71 80,7 242,14
94
Dari tabel 4.17 diketahui bahwa kenaikan LCWT ini berakibat pada
pengurangan daya listrik chiller sebesar 1,34 kW, maka besar penghematan
energi listriknya yaitu : (asumsi chiller beroperasi terus menerus selama
setahun)
W1 P.t
=1,35 kW x 24 jam/hari x 365 hahun
= 11,77 kWH/tahun.
Dan perhitungan di atas hanya untuk satu chiller. Untuk Chiller 2
beroperasi 10 jam yaitu pada pukul (10:00 s/d 20:00WIB) dan chiller 3
beroperasi hanya 4 jam (pukul 06:00 s/d 10:WIB)
Untuk chiller 2
W2 P.t
=1,35 kW x 10 jam/hari x 365 hahun
= 4,90 kWH/tahun
Untuk chiller 3
W3 P.t
=1,35 kW x 4 jam/hari x 365 hahun
= 1,96 kWH/tahun
Jadi total penghematan energi dalam setahun adalah : 11,77+1,35+1,96 =
18,64 kWH/tahun.
95
F. Implementasi Peluang Hemat Energi tahap 2
Apabila PHE ini diimplementasikan pada hotel maka dapat dicari besar
nilai IKE hasil implementasi PHE tahap 3 yaitu sebagai berikut :
IKE =Room)non(AreaRoom)Area xOcc.Rate(
totalkWH+
=6.578,335.237,24) x(0,6702
18.640-544.066.440,+
= 401,23 kWH/m2.tahun
Dari perhitungan di atas diperoleh besarnya IKE listrik hasil
implementasi PHE tahap 2 pada audit energi rinci per satuan luas yang
dikondisikan (net area) adalah 401,23 kWH/m2tahun ternyata IKE
implementasi tahap dua pun masih besar dari standar atau target IKE listrik
perhotelan.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka beberapa kesimpulan hasil
audit energi, terkait dengan konsumsi energi, sistem pengkondisian udara pada
Hotel Santika Premiere yang bisa penulis ambil antara lain:
1. Berdasarkan audit energi awal, nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) yang
terbesar adalah untuk konsumsi energi listrik. Untuk energi listrik pada hotel
Santika Premiere Semarang, masih melebihi standar IKE perhotelan Indonesia
yaitu sebesar 300 kWH / m2 year, sehingga perlu dilakuakan audit energi
rinci. Untuk hotel Santika Premiere Semarang berdasarkan hasil audit energi
awal, IKE energi listriknya adalah sebesar341,683 kWH / m2 year.
2. Berdasarkan hasil audit energi rinci, diperoleh harga IKE untuk energi listrik
adalah sebesar 403,08 kWH / m2 year. IKE berdasarkan audit energi rinci
merupakan metode pendekatan. Hasil perhitungan mengabaikan hari-hari
biasa dan mengabaikan ada tidaknya event-event besar sehingga IKE lebih
besar.
3. Peluang Penghematan Energi (PHE) pada penelitian audit energi ini adalah:
a. Dengan pembersihan pada unit FCU yaitu meliputi pembersihan saringan
udara (filter), sudu kipas, sirip (fin)evaporator dan kisi keluaran (grill)
pada unit-unit FCU. Rekomendasi untuk PHE ini adalah dengan
97
melakukan pembersihan setiap 1 sampai dengan 2 bulan sekali untuk
setiap unit FCU. Penghematan yang diperoleh dalam setahun jika Peluang
Hemat Energi (PHE) yang direkomendasikan, diimplementasikan yaitu
sebesar 9.439,30 kWH. Besarnya IKE listrik hasil implementasi pada
audit rinci per satuan luas yang dikonsikan (net area) adalah 402,14
kWH/m2. tahun.
b. Mengatur (setup) temperatur air keluar (Leaving Chilled Water
Temperature = LCWT) pada chiller.
Pengaturan ulang dilakukan yaitu dengan cara mengarahkan tombol
LCWT ke suhu 7,58ºC pada panel chiller. Penghematannya yang
diperoleh selama setahun sebesar 18.640 kWH. Besarnya IKE listrik hasil
implementasi PHE tahap 2 pada audit energi rinci per satuan luas yang
dikondisikan (net area) adalah 401,23 kWH/m2.tahun
5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian audit energi ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan data-data beberapa tahun
sebelumnya agar dapat mengetahui nilai estimasi, nilai real, dan nilai setelah
manajemen energi sehingga di tahun berikutnya dapat diprediksi nilai
kemungkinan penghematan energi menggunakan metode pendekatan
berdasarkan tahun sebelumnya.
98
2. Untuk pelaksanaan audit selanjutnya sebaiknya dilakukan juga pada unit
tenaga yaitu seperti lokasi di SDP seperti di ruang mesin pompa-pompa,
penghematan pompa chiller. hal ini untuk mendapatkan nilai IKE listrik yang
lebih kecil atau setidaknya mendekati bahkan kurang dari standart nilai IKE
listrik untuk perhotelan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdurarachim. Halim, Pasek, Darmawan Ari, dan Sulaiman, TA. 2002. Audit Energi,Modul 2, Energi Conservation Efficiency And Cost Saving Course, Bandung: PT. Fiqry Jaya Mandiri.
Arismunandar, Wiranto. 1991.Peyegaran Udara. Jakarta: Pradnya Paramita.
Badan Koordinasis Eergi Nasional. 1983. Buku Pedoman Tentang Cara-CaraMelaksanakan Konservasi Energi dan Pengawasannya. Jakarta:
Charles, M. Gottaschalk. 1996. Industrial Energy Conservation. Ltd.England: JohnWiley&Sons Inc.
Direktorat Pengembangan Energi. Petunjuk teknis konservasi energi; Prosedur AuditEnergi Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Departemen Pertambangan danEnergi. Direktotat Jendral Pengembangan Energi.
Iskandar, Norman, TA. 2004. Audit Energi di Hotel Grand Candi Semarang.semarang:
Kanginan, Marthen. 1999. Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia – www.energyefficiencyasia.orgdidownload tanggal 21Januari 2007 pukul 21:22WIB.
Zuhal. 1995. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.
100
Lampiran 1. Laporan Tahunan Listrik Hotel Santika Premiere Semarang
PLN TAHUN 2006Januari LWBP (2587-2383) 204,00 KWH x Rp 452 = 92.208.000 WBP ( 567-521) 46,00 KWH x Rp 904 = 41.584.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 107,50 KVA x Rp 69326.5 = 7.452.599 Dis Insentive KWH 18,50 KWH x Rp 904 = 16.724.000 + Meterai = 182.534.599 Sub Total 9% = 16.428.114
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 198.968.713
Februari LWBP (2798-2587) 211,00 KWH x Rp 452 = 95.372.000 WBP ( 616-567) 49,00 KWH x Rp 904 = 44.296.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 127,50 KVA x Rp 69326.5 = 8.839.129 Dis Insentive KWH 21,50 KWH x Rp 904 = 19.436.000 + Meterai = 192.509.129 Sub Total 9% = 17.325.822
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 209.840.950
Maret LWBP (3042-2798) 244,00 KWH x Rp 452 = 110.288.000 WBP ( 670-616) 54,00 KWH x Rp 904 = 48.816.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 107,50 KVA x Rp 69326.5 = 7.452.599 Dis Insentive KWH 26,50 KWH x Rp 904 = 23.956.000 + Meterai = 215.078.599 Sub Total 9% = 19.357.074
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 234.441.673
PLN TAHUN 2006April LWBP (3273-3042) 231,00 KWH x Rp 452 = 104.412.000 WBP ( 720-670) 50,00 KWH x Rp 904 = 45.200.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 137,50 KVA x Rp 69326.5 = 9.532.394 Dis Insentive KWH 22,50 KWH x Rp 904 = 20.340.000 +
101
Meterai = 204.050.394 Sub Total 9% = 18.364.535
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 222.420.929
Mei LWBP (3506-3273) 233,00 KWH x Rp 452 = 105.316.000 WBP ( 773-720) 53,00 KWH x Rp 904 = 47.912.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 187,50 KVA x Rp 69326.5 = 12.998.719 Dis Insentive KWH 25,50 KWH x Rp 904 = 23.052.000 + Meterai = 213.844.719 Sub Total 9% = 19.246.025
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 233.096.743
Juni LWBP (3725-3506) 219,00 KWH x Rp 452 = 98.988.000 WBP ( 822-773) 49,00 KWH x Rp 904 = 44.296.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 127,50 KVA x Rp 28.400 = 3.621.000 Dis Insentive KWH 21,50 KWH x Rp 904 = 19.436.000 + Meterai = 190.907.000 Sub Total 9% = 17.181.630
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 208.094.630
Juli LWBP (3964-3725) 239,00 KWH x Rp 452 = 108.028.000 WBP ( 875-822) 53,00 KWH x Rp 904 = 47.912.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 127,50 KVA x Rp 28.400 = 3.621.000 Dis Insentive KWH 25,50 KWH x Rp 904 = 23.052.000 Meterai 6.000 (+) Sub Total = 207.185.000
Pajak penerangan jalan 9% = 18.646.650Biaya yang harus dibayar = 225.831.650
PLN TAHUN 2006Agustus LWBP (4216-3964) 252,00 KWH x Rp 452 = 113.904.000 WBP ( 932-875) 57,00 KWH x Rp 904 = 51.528.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000
102
Dis insentive KVA 127,50 KVA x Rp 28.400 = 3.621.000 Dis Insentive KWH 29,50 KWH x Rp 904 = 26.668.000 + Sub Total = 220.287.000
Pajak penerangan jalan 9% = 19.825.830 Meterai 6.000 (+)
Biaya yang harus dibayar = 240.118.830
September LWBP (4463-4216) 247,00 KWH x Rp 452 = 111.644.000 WBP ( 987-932) 55,00 KWH x Rp 904 = 49.720.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 167,50 KVA x Rp 28.400 = 4.757.000 Dis Insentive KWH 27,50 KWH x Rp 904 = 24.860.000 + Sub Total = 215.547.000
Pajak penerangan jalan 9% = 19.399.230 Meterai 6.000 (+)
Biaya yang harus dibayar = 234.952.230
LWBP (4463-4216) 247,00 KWH x Rp 452 = 111.644.000 WBP ( 987-932) 55,00 KWH x Rp 904 = 49.720.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 167,50 KVA x Rp 28.400 = 4.757.000 Dis Insentive KWH 27,50 KWH x Rp 904 = 24.860.000 + Sub Total = 215.547.000
Pajak penerangan jalan 9% = 19.399.230 Meterai 6.000 (+)
Biaya yang harus dibayar = 234.952.230
106
Lampiran 2. Biaya penggunaan listrik tahun 2006
BIAYA PENGGUNAAN LISTRIK TAHUN 2006
TGL KET AWAL AKHIR PEMAKAIAN BIAYA JUMLAH PPJ TOTAL
01 WBP 615,63 617,50 1.870 904,00 1.690.480
LWBP 2794,23 2802,41 8.180 452,00 3.697.360
BEBAN 792.452 556.226
6.736.518
02 WBP 617,50 619,31 1.810 904,00 1.636.240
LWBP 2802,41 2811,40 8.990 452,00 4.063.480
BEBAN 792.452 584.295
7.076.467
03 WBP 619,31 621,07 1.760 904,00 1.591.040
LWBP 2811,40 2819,63 8.230 452,00 3.719.960
BEBAN 792.452 549.311
6.652.763
04 WBP 621,07 622,81 1.740 904,00 1.572.960
LWBP 2819,63 2828,19 8.560 452,00 3.869.120
BEBAN 792.452 561.108
6.795.640
05 WBP 622,81 624,49 1.680 904,00 1.518.720
LWBP 2828,19 2835,41 7.220 452,00 3.263.440
BEBAN 792.452 501.715
6.076.327
06 WBP 624,49 626,17 1.680 904,00 1.518.720 LWBP 2835,41 2842,60 452,00 3.249.880
107
7.190
BEBAN 792.452 500.495
6.061.547
07 WBP 626,17 627,98 1.810 904,00 1.636.240
LWBP 2842,60 2850,00 7.400 452,00 857.357
BEBAN 792.452 295.744
3.581.793
08 WBP 627,98 629,81 1.830 904,00 1.654.320
LWBP 2850,00 2858,23 8.230 452,00 3.719.960
BEBAN 792.452 555.006
6.721.738
09 WBP 629,81 631,34 1.530 904,00 1.383.120
LWBP 2858,23 2865,85 7.620 452,00 3.444.240
BEBAN 792.452 505.783
6.125.595
10 WBP 631,34 633,10 1.760 904,00 1.591.040
LWBP 2865,85 2873,43 7.580 452,00 3.426.160
BEBAN 792.452 522.869
6.332.521
11 WBP 633,10 634,83 1.730 904,00 1.563.920
LWBP 2873,43 2881,34 7.910 452,00 3.575.320
BEBAN 792.452 533.852
6.465.544
12 WBP 634,83 636,44 1.610 904,00 1.455.440
LWBP 2881,34 2888,92 7.580 452,00 3.426.160
BEBAN 792.452 510.665
108
6.184.717
13 WBP 636,44 638,17 1.730 904,00 1.563.920
LWBP 2888,92 2895,93 7.010 452,00 3.168.520
BEBAN 792.452 497.240
6.022.132
14 WBP 638,17 639,89 1.720 904,00 1.554.880
LWBP 2895,93 2903,01 7.080 452,00 3.200.160
BEBAN 792.452 499.274
6.046.766
15 WBP 639,89 641,64 1.750 904,00 1.582.000
LWBP 2903,01 2911,11 8.100 452,00 3.661.200
BEBAN 792.452 543.209
6.578.861
16 WBP 641,64 643,44 1.800 904,00 1.627.200
LWBP 2911,11 2918,86 7.750 452,00 3.503.000
BEBAN 792.452 533.039
6.455.691
17 WBP 643,44 645,23 1.790 904,00 1.618.160
LWBP 2918,86 2926,49 7.630 452,00 3.448.760
BEBAN 792.452 527.343
6.386.715
18 WBP 645,23 647,33 2.100 904,00 1.898.400
LWBP 2926,49 2935,09 8.600 452,00 3.887.200
BEBAN 792.452 592.025
7.170.07719 WBP 647,33 649,03 904,00 1.536.800
109
1.700
LWBP 2935,09 2943,49 8.400 452,00 3.796.800
BEBAN 792.452 551.345
6.677.397
20 WBP 649,03 650,70 1.670 904,00 1.509.680
LWBP 2943,49 2951,94 8.450 452,00 3.819.400
BEBAN 792.452 550.938
6.672.470
21 WBP 650,70 652,41 1.710 904,00 1.545.840
LWBP 2951,94 2959,58 7.640 452,00 3.453.280
BEBAN 792.452 521.241
6.312.813
22 WBP 652,41 654,46 2.050 904,00 1.853.200
LWBP 2959,58 2966,90 7.320 452,00 3.308.640
BEBAN 792.452 535.886
6.490.178
23 WBP 654,46 656,45 1.990 904,00 1.798.960
LWBP 2966,90 2975,19 8.290 452,00 3.747.080
BEBAN 792.452 570.464
6.908.956
24 WBP 656,45 658,22 1.770 904,00 1.600.080
LWBP 2975,19 2983,16 7.970 452,00 3.602.440
PPJ 792.452 539.547
6.534.519
25 WBP 658,22 659,99 1.770 904,00 1.600.080
LWBP 2983,16 2991,52 8.360 452,00 3.778.720
110
PPJ 792.452 555.413
6.726.665
26 WBP 659,99 661,66 1,670 904,00 1.510
LWBP 2991,52 2999,48 7.960 452,00 3.597.920
PPJ 792.452 395.269
4.787.151
27 WBP 661,66 663,40 1.740 904,00 1.572.960
LWBP 2999,48 3007,90 8.420 452,00 3.805.840
PPJ 792.452 555.413
6.726.665
28 WBP 663,40 665,04 1.640 904,00 1.482.560
LWBP 3007,90 3015,94 8.040 452,00 3.634.080
PPJ 792.452 531.818
6.440.910
29 WBP 665,04 666,75 1.710 904,00 1.545.840
LWBP 3015,94 3023,73 7.790 452,00 3.521.080
PPJ 792.452 527.343
6.386.715
30 WBP 666,75 668,47 1.720 904,00 1.554.880
LWBP 3023,73 3031,39 7.660 452,00 3.462.320
PPJ 792.452 522.869
6.332.521
31 WBP 668,47 670,12 1.650 904,00 1.491.600
LWBP 3031,39 3039,33 7.940 452,00 3.588.880
PPJ 792.452 528.564
111
6.401.496
WAKTU BEBAN PUNCAK (WBP) 54,49 904,0 49.259 16.255.310 196.869.869
LEWAT BEBAN PUNCAK (LWBP) 245,10 452,0 110.785
PPJ 16.255.310
LWBP 1.000 110.785 110.785.200
WBP 1.000 49.259 49.258.960
Biaya Beban 24.566.000
Dis Insentive WBP 23.956.000
Dis Insentive KVA 7.452.600
Sub Total 216.018.760
Pajak Penerangan jalan 19.441.688
Biaya yang harus dibayar 235.460.448
Semarang , 3 Februaril 2006Etty Febra
112
Lampiran 3. Pomec department
Bulan : JUNITahun : 2006
I. GENERAL : Total Land Area : 5.728,6 m2Total BuildingArea : 11.815,57 m2Total RoomAviable : 3840Total RoomOccupied : 3290Occupancy : 64,57%Number ofGuest : 3496
II. POMEC BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN
Payroll 35.262.308 9,67% 34.945.439 10,36%
R & M 74.361.838 20,38% 62.288.028 18,46%
Utilities 255.201.576 69,95% 240.195.575 71,18%
Total 364.825.722 100% 337.429.042 100%
III. WORK LOAD BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN
Received 1.069 100% 1.181 100%
Completed 758 71% 658 56%
Pending 311 29% 523 44%
IV. MAINT.REPAIRING BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN1. Work Order- Received 436 100% 507 100%- Completed 417 96% 399 79%- Pending 19 4% 108 21%POMEC DEPARTMENTHOTEL GRAHASANTIKASEMARANG
113
BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN2. Other Job- Schedule 569 100% 600 100%- Completed 325 57% 234 39%- Pending 244 43% 366 61%
V.PROJECT/RENOVATION BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN
VI. ROOM PREV.MAINT. BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN
Schedule 64 100% 74 100%Completed 16 25% 25 34%Pending 48 75% 49 66%
POMEC DEPARTMENTHOTEL GRAHASANTIKASEMARANG
VII. FIRE SAFETYCHECK LIST BULAN INI REALISASI DATE OF CHECK COMMENT
Fire Extinguiser 33 22 12/01/1900 GoodFire Hydrant - in door 16 7 01,07,12,17,21,26,30 Good - out door 4Splingker System 893Fire Detection System 409
Smoke Detector 33 1301,02,08,10,11,15,
19,21,22 GoodFixed TemperatureDetector 26 23,24,26,28
VIII. ADMINISTRASI JUMLAH
114
Meeting Bulanan 1Pertemuan ISO 3In House Training 0Briefing Engineering 31
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COST
By Listrik Hotel 235.301.435
Solar 2.785,8 14.738.916
PPN solar 90.200
ABT Mei 2006 1.608.700
Air sehat @ Rp 50,000 47,0 2.350.000
Air TAAB @ Rp 60,000 10,0 600.000
PDAM Juni 2006 512.325
Total 255.201.576
POMEC DEPARTMENTHOTEL GRAHASANTIKASEMARANG
X. STAFF ENGINEER PERMANEN KONTRAK DW
Chief Engineer 1Ass Chief Engineer 2Duty Engineer 1Maint. Prev. Supervisor 2Civil Supervisor 1Gardener Supervisor 0Gardener 0Technician 5Administrative 1Carpenter 0Car Washer 0 1
115
Total 13 1
Semarang, 10 Juli 2006
WarnadiChief Engineer
POMEC department bulan Juli 2006 Occupancy : 64,57%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COSTBy Listrik Hotel 209.953.220
Solar 10.581.460
Rekening PDAM 479.015
Air sehat 6.927.500
Total 227.941.195
POMEC department bulan Agustus 2006 Occupancy : 76,97%IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COSTBy Listrik Hotel 245.393.279Solar 17.080.343
Rekening PDAM 499.115 7.888.940
Air sehat 5.750.000
Air ABT 1.639.825
Total 270.362.562
POMEC department bulan September 2006 Occupancy : 72,24%IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COST
116
By Listrik Hotel 234.982.331
Solar 13.263.881
Rekening PDAM 518.212 8.872.979
Air sehat 6.750.000
Air ABT 1.604.767
Total 257.119.191
POMEC department bulan Oktober 2006 Occupancy : 56,2%IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COST
Listrik Hotel 286,130 219.171.445
Solar 21.113.854
Rekening PDAM 21m3 131.410 6.749.827
Air sehat 100 tanki 5.000.000
Air ABT 8807.5m3 1.618.417
Total 247.035.126
POMEC department bulan November 2006 Occupancy : 65,89%IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COST
Listrik Hotel 290,710 226.049.214
Solar -
Rekening PDAM 39m3 341.895 8.295.220
Air sehat 125 tanki 6.250.000
Air ABT 9262.8m3 1.703.325
Total 234.344.434
POMEC department bulan Januari 2006 Occupancy : 57,79%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COST
Electric 250.000 199.018.428
117
Deep Weel Desember 2005 - 761.100
Deep Weel Sept s/d Des 2005 - 1.681.900
PDAM (m3) 54,0 529.040
Solar (ltr) + pajak (Rp. 29.700) 3.000,80 13.672.635
Total 215.663.103
POMEC department bulan Maret, Feburai 2006 Occupancy : 64,39%; 70,7%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COSTRek. Listrik Hotel Maret 2006 235.949.755Kor. Rek Listrik Feb 2006 11.248.865Pemb. Power Compesator 10.000.000
Biaya pajak ABT Jan dan Feb 2006 - 709.800Biaya kor. rekening PDAM Feb2006 608.050
Biaya PDAM Maret 2006 - 280.620Biaya air bersih 7.102.500Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,49/liter ) 2.679,50 12.691.425Biaya adm dan PPH solar 125.900
Total 278.716.915
POMEC department bulan April 2006 Occupancy : 67,69%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COSTBy Listrik Hotel April 2006 222.648.102Kor rek. Listrik April 2006 13.827.539
By ABT Maret 2006 - 1.518.500Pemb. Air bersih 7.027.500
By PDAM April 2006 - 280.620Kor. Rek. PDAM April 2006 1.109.500Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,48/liter ) 2.249,00 10.652.344
Total 257.064.105
118
POMEC department bulan Mei 2006 Occupancy : 65,3%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COSTBy Listrik Hotel Mei 2006 224.311.430
Solar Mei 2006 2.071,0 9.807.850ABT april 2006 1.661.500
Air sehat 8,0 480.000
72,0 3.600.000PDAM Mei 2006 334.795
Total 240.195.575
Lampiran 4. Denah Bangunan Lantai Basement Hotel Santika Premiere Semarang
Lampiran 5. Denah Bangunan Lantai Satu Hotel Santika Premiere Semarang
301 302
303
304
305
306
307 308 309
310
317
APAR
HIDRANT BOX
Lampiran 6 Denah Bangunan Lantai 3 s/d 8 Hotel Santika Premiere Semarang
901 902
903
904
905
907908
909
911
914
915
APAR
HIDRANT BOX
Anda Disini / You are here
Jalan Keluar / Escape Route
906
Lampiran 7 Denah Bangunan Lantai 9 Hotel Santika Premiere Semarang
10011002
1003
1004
1005
1006
100710081009
1011
1012
1014
1015 1016
APAR
HIDRANT BOX
1010
Lampiran 8 Denah Bangunan Lantai 10 Hotel Santika Premiere Semarang
1101
1102 11
03
LIFT 1
LIFT 2 LIFT 3
LOUNGE
APAR
HIDRANT BOX
Lampiran 9 Denah Bangunan Lantai 11 Hotel Santika Premiere Semarang
301 302
303
304
305
306
307 308 309
310
317
APAR
HIDRANT BOX
Lampiran 6 Denah Bangunan Lantai 3 s/d 8 Hotel Santika Premiere Semarang
901 902
903
904
905
907908
909
911
914
915
APAR
HIDRANT BOX
Anda Disini / You are here
Jalan Keluar / Escape Route
906
Lampiran 7 Denah Bangunan Lantai 9 Hotel Santika Premiere Semarang
10011002
1003
1004
1005
1006
100710081009
1011
1012
1014
1015 1016
APAR
HIDRANT BOX
1010
Lampiran 8 Denah Bangunan Lantai 10 Hotel Santika Premiere Semarang
1101
1102 11
03
LIFT 1
LIFT 2 LIFT 3
LOUNGE
APAR
HIDRANT BOX
Lampiran 9 Denah Bangunan Lantai 11 Hotel Santika Premiere Semarang
119
Lampiran 4. Denah Bangunan Lantai Basement Hotel Santika Premiere Semarang
120
Lampiran 5. Denah Bangunan Lantai Satu Hotel Santika Premiere Semarang
120
Lampiran 1. Laporan Tahunan Listrik Hotel Santika Premiere Semarang
PLN TAHUN 2006Januari LWBP (2587-2383) 204,00 KWH x Rp 452 = 92.208.000 WBP ( 567-521) 46,00 KWH x Rp 904 = 41.584.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 107,50 KVA x Rp 69326.5 = 7.452.599 Dis Insentive KWH 18,50 KWH x Rp 904 = 16.724.000 + Meterai = 182.534.599 Sub Total 9% = 16.428.114
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 198.968.713
Februari LWBP (2798-2587) 211,00 KWH x Rp 452 = 95.372.000 WBP ( 616-567) 49,00 KWH x Rp 904 = 44.296.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 127,50 KVA x Rp 69326.5 = 8.839.129 Dis Insentive KWH 21,50 KWH x Rp 904 = 19.436.000 + Meterai = 192.509.129 Sub Total 9% = 17.325.822
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 209.840.950
Maret LWBP (3042-2798) 244,00 KWH x Rp 452 = 110.288.000 WBP ( 670-616) 54,00 KWH x Rp 904 = 48.816.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 107,50 KVA x Rp 69326.5 = 7.452.599 Dis Insentive KWH 26,50 KWH x Rp 904 = 23.956.000 + Meterai = 215.078.599 Sub Total 9% = 19.357.074
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 234.441.673
PLN TAHUN 2006April LWBP (3273-3042) 231,00 KWH x Rp 452 = 104.412.000 WBP ( 720-670) 50,00 KWH x Rp 904 = 45.200.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 137,50 KVA x Rp 69326.5 = 9.532.394 Dis Insentive KWH 22,50 KWH x Rp 904 = 20.340.000 +
Meterai = 204.050.394 Sub Total 9% = 18.364.535
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 222.420.929
Mei LWBP (3506-3273) 233,00 KWH x Rp 452 = 105.316.000 WBP ( 773-720) 53,00 KWH x Rp 904 = 47.912.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 187,50 KVA x Rp 69326.5 = 12.998.719 Dis Insentive KWH 25,50 KWH x Rp 904 = 23.052.000 + Meterai = 213.844.719 Sub Total 9% = 19.246.025
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 233.096.743
Juni LWBP (3725-3506) 219,00 KWH x Rp 452 = 98.988.000 WBP ( 822-773) 49,00 KWH x Rp 904 = 44.296.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 127,50 KVA x Rp 28.400 = 3.621.000 Dis Insentive KWH 21,50 KWH x Rp 904 = 19.436.000 + Meterai = 190.907.000 Sub Total 9% = 17.181.630
Pajak penerangan jalan 6.000 +Biaya yang harus dibayar = 208.094.630
Juli LWBP (3964-3725) 239,00 KWH x Rp 452 = 108.028.000 WBP ( 875-822) 53,00 KWH x Rp 904 = 47.912.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 127,50 KVA x Rp 28.400 = 3.621.000 Dis Insentive KWH 25,50 KWH x Rp 904 = 23.052.000 Meterai 6.000 (+) Sub Total = 207.185.000
Pajak penerangan jalan 9% = 18.646.650Biaya yang harus dibayar = 225.831.650
PLN TAHUN 2006Agustus LWBP (4216-3964) 252,00 KWH x Rp 452 = 113.904.000 WBP ( 932-875) 57,00 KWH x Rp 904 = 51.528.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000
Dis insentive KVA 127,50 KVA x Rp 28.400 = 3.621.000 Dis Insentive KWH 29,50 KWH x Rp 904 = 26.668.000 + Sub Total = 220.287.000
Pajak penerangan jalan 9% = 19.825.830 Meterai 6.000 (+)
Biaya yang harus dibayar = 240.118.830
September LWBP (4463-4216) 247,00 KWH x Rp 452 = 111.644.000 WBP ( 987-932) 55,00 KWH x Rp 904 = 49.720.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 167,50 KVA x Rp 28.400 = 4.757.000 Dis Insentive KWH 27,50 KWH x Rp 904 = 24.860.000 + Sub Total = 215.547.000
Pajak penerangan jalan 9% = 19.399.230 Meterai 6.000 (+)
Biaya yang harus dibayar = 234.952.230
LWBP (4463-4216) 247,00 KWH x Rp 452 = 111.644.000 WBP ( 987-932) 55,00 KWH x Rp 904 = 49.720.000 Biaya Beban 865 KVA x Rp 28400 = 24.566.000 Dis insentive KVA 167,50 KVA x Rp 28.400 = 4.757.000 Dis Insentive KWH 27,50 KWH x Rp 904 = 24.860.000 + Sub Total = 215.547.000
Pajak penerangan jalan 9% = 19.399.230 Meterai 6.000 (+)
Biaya yang harus dibayar = 234.952.230
Lampiran 2. Biaya penggunaan listrik tahun 2006
BIAYA PENGGUNAAN LISTRIK TAHUN 2006
TGL KET AWAL AKHIR PEMAKAIAN BIAYA JUMLAH PPJ TOTAL
01 WBP 615,63 617,50 1.870 904,00 1.690.480
LWBP 2794,23 2802,41 8.180 452,00 3.697.360
BEBAN 792.452 556.226
6.736.518
02 WBP 617,50 619,31 1.810 904,00 1.636.240
LWBP 2802,41 2811,40 8.990 452,00 4.063.480
BEBAN 792.452 584.295
7.076.467
03 WBP 619,31 621,07 1.760 904,00 1.591.040
LWBP 2811,40 2819,63 8.230 452,00 3.719.960
BEBAN 792.452 549.311
6.652.763
04 WBP 621,07 622,81 1.740 904,00 1.572.960
LWBP 2819,63 2828,19 8.560 452,00 3.869.120
BEBAN 792.452 561.108
6.795.640
05 WBP 622,81 624,49 1.680 904,00 1.518.720
LWBP 2828,19 2835,41 7.220 452,00 3.263.440
BEBAN 792.452 501.715
6.076.327
06 WBP 624,49 626,17 1.680 904,00 1.518.720 LWBP 2835,41 2842,60 452,00 3.249.880
7.190
BEBAN 792.452 500.495
6.061.547
07 WBP 626,17 627,98 1.810 904,00 1.636.240
LWBP 2842,60 2850,00 7.400 452,00 857.357
BEBAN 792.452 295.744
3.581.793
08 WBP 627,98 629,81 1.830 904,00 1.654.320
LWBP 2850,00 2858,23 8.230 452,00 3.719.960
BEBAN 792.452 555.006
6.721.738
09 WBP 629,81 631,34 1.530 904,00 1.383.120
LWBP 2858,23 2865,85 7.620 452,00 3.444.240
BEBAN 792.452 505.783
6.125.595
10 WBP 631,34 633,10 1.760 904,00 1.591.040
LWBP 2865,85 2873,43 7.580 452,00 3.426.160
BEBAN 792.452 522.869
6.332.521
11 WBP 633,10 634,83 1.730 904,00 1.563.920
LWBP 2873,43 2881,34 7.910 452,00 3.575.320
BEBAN 792.452 533.852
6.465.544
12 WBP 634,83 636,44 1.610 904,00 1.455.440
LWBP 2881,34 2888,92 7.580 452,00 3.426.160
BEBAN 792.452 510.665
6.184.717
13 WBP 636,44 638,17 1.730 904,00 1.563.920
LWBP 2888,92 2895,93 7.010 452,00 3.168.520
BEBAN 792.452 497.240
6.022.132
14 WBP 638,17 639,89 1.720 904,00 1.554.880
LWBP 2895,93 2903,01 7.080 452,00 3.200.160
BEBAN 792.452 499.274
6.046.766
15 WBP 639,89 641,64 1.750 904,00 1.582.000
LWBP 2903,01 2911,11 8.100 452,00 3.661.200
BEBAN 792.452 543.209
6.578.861
16 WBP 641,64 643,44 1.800 904,00 1.627.200
LWBP 2911,11 2918,86 7.750 452,00 3.503.000
BEBAN 792.452 533.039
6.455.691
17 WBP 643,44 645,23 1.790 904,00 1.618.160
LWBP 2918,86 2926,49 7.630 452,00 3.448.760
BEBAN 792.452 527.343
6.386.715
18 WBP 645,23 647,33 2.100 904,00 1.898.400
LWBP 2926,49 2935,09 8.600 452,00 3.887.200
BEBAN 792.452 592.025
7.170.07719 WBP 647,33 649,03 904,00 1.536.800
1.700
LWBP 2935,09 2943,49 8.400 452,00 3.796.800
BEBAN 792.452 551.345
6.677.397
20 WBP 649,03 650,70 1.670 904,00 1.509.680
LWBP 2943,49 2951,94 8.450 452,00 3.819.400
BEBAN 792.452 550.938
6.672.470
21 WBP 650,70 652,41 1.710 904,00 1.545.840
LWBP 2951,94 2959,58 7.640 452,00 3.453.280
BEBAN 792.452 521.241
6.312.813
22 WBP 652,41 654,46 2.050 904,00 1.853.200
LWBP 2959,58 2966,90 7.320 452,00 3.308.640
BEBAN 792.452 535.886
6.490.178
23 WBP 654,46 656,45 1.990 904,00 1.798.960
LWBP 2966,90 2975,19 8.290 452,00 3.747.080
BEBAN 792.452 570.464
6.908.956
24 WBP 656,45 658,22 1.770 904,00 1.600.080
LWBP 2975,19 2983,16 7.970 452,00 3.602.440
PPJ 792.452 539.547
6.534.519
25 WBP 658,22 659,99 1.770 904,00 1.600.080
LWBP 2983,16 2991,52 8.360 452,00 3.778.720
PPJ 792.452 555.413
6.726.665
26 WBP 659,99 661,66 1,670 904,00 1.510
LWBP 2991,52 2999,48 7.960 452,00 3.597.920
PPJ 792.452 395.269
4.787.151
27 WBP 661,66 663,40 1.740 904,00 1.572.960
LWBP 2999,48 3007,90 8.420 452,00 3.805.840
PPJ 792.452 555.413
6.726.665
28 WBP 663,40 665,04 1.640 904,00 1.482.560
LWBP 3007,90 3015,94 8.040 452,00 3.634.080
PPJ 792.452 531.818
6.440.910
29 WBP 665,04 666,75 1.710 904,00 1.545.840
LWBP 3015,94 3023,73 7.790 452,00 3.521.080
PPJ 792.452 527.343
6.386.715
30 WBP 666,75 668,47 1.720 904,00 1.554.880
LWBP 3023,73 3031,39 7.660 452,00 3.462.320
PPJ 792.452 522.869
6.332.521
31 WBP 668,47 670,12 1.650 904,00 1.491.600
LWBP 3031,39 3039,33 7.940 452,00 3.588.880
PPJ 792.452 528.564
6.401.496
WAKTU BEBAN PUNCAK (WBP) 54,49 904,0 49.259 16.255.310 196.869.869
LEWAT BEBAN PUNCAK (LWBP) 245,10 452,0 110.785
PPJ 16.255.310
LWBP 1.000 110.785 110.785.200
WBP 1.000 49.259 49.258.960
Biaya Beban 24.566.000
Dis Insentive WBP 23.956.000
Dis Insentive KVA 7.452.600
Sub Total 216.018.760
Pajak Penerangan jalan 19.441.688
Biaya yang harus dibayar 235.460.448
Semarang , 3 Februaril 2006Etty Febra
Lampiran 3. Pomec department
Bulan : JUNITahun : 2006
I. GENERAL : Total Land Area : 5.728,6 m2Total BuildingArea : 11.815,57 m2Total RoomAviable : 3840Total RoomOccupied : 3290Occupancy : 64,57%Number ofGuest : 3496
II. POMEC BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN
Payroll 35.262.308 9,67% 34.945.439 10,36%
R & M 74.361.838 20,38% 62.288.028 18,46%
Utilities 255.201.576 69,95% 240.195.575 71,18%
Total 364.825.722 100% 337.429.042 100%
III. WORK LOAD BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN
Received 1.069 100% 1.181 100%
Completed 758 71% 658 56%
Pending 311 29% 523 44%
IV. MAINT.REPAIRING BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN1. Work Order- Received 436 100% 507 100%- Completed 417 96% 399 79%- Pending 19 4% 108 21%POMEC DEPARTMENTHOTEL GRAHASANTIKASEMARANG
BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN2. Other Job- Schedule 569 100% 600 100%- Completed 325 57% 234 39%- Pending 244 43% 366 61%
V.PROJECT/RENOVATION BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN
VI. ROOM PREV.MAINT. BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN
Schedule 64 100% 74 100%Completed 16 25% 25 34%Pending 48 75% 49 66%
POMEC DEPARTMENTHOTEL GRAHASANTIKASEMARANG
VII. FIRE SAFETYCHECK LIST BULAN INI REALISASI DATE OF CHECK COMMENT
Fire Extinguiser 33 22 12/01/1900 GoodFire Hydrant - in door 16 7 01,07,12,17,21,26,30 Good - out door 4Splingker System 893Fire Detection System 409
Smoke Detector 33 1301,02,08,10,11,15,
19,21,22 GoodFixed TemperatureDetector 26 23,24,26,28
VIII. ADMINISTRASI JUMLAH
Meeting Bulanan 1Pertemuan ISO 3In House Training 0Briefing Engineering 31
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COST
By Listrik Hotel 235.301.435
Solar 2.785,8 14.738.916
PPN solar 90.200
ABT Mei 2006 1.608.700
Air sehat @ Rp 50,000 47,0 2.350.000
Air TAAB @ Rp 60,000 10,0 600.000
PDAM Juni 2006 512.325
Total 255.201.576
POMEC DEPARTMENTHOTEL GRAHASANTIKASEMARANG
X. STAFF ENGINEER PERMANEN KONTRAK DW
Chief Engineer 1Ass Chief Engineer 2Duty Engineer 1Maint. Prev. Supervisor 2Civil Supervisor 1Gardener Supervisor 0Gardener 0Technician 5Administrative 1Carpenter 0Car Washer 0 1
Total 13 1
Semarang, 10 Juli 2006
WarnadiChief Engineer
POMEC department bulan Juli 2006 Occupancy : 64,57%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COSTBy Listrik Hotel 209.953.220
Solar 10.581.460
Rekening PDAM 479.015
Air sehat 6.927.500
Total 227.941.195
POMEC department bulan Agustus 2006 Occupancy : 76,97%IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COSTBy Listrik Hotel 245.393.279Solar 17.080.343
Rekening PDAM 499.115 7.888.940
Air sehat 5.750.000
Air ABT 1.639.825
Total 270.362.562
POMEC department bulan September 2006 Occupancy : 72,24%IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COST
By Listrik Hotel 234.982.331
Solar 13.263.881
Rekening PDAM 518.212 8.872.979
Air sehat 6.750.000
Air ABT 1.604.767
Total 257.119.191
POMEC department bulan Oktober 2006 Occupancy : 56,2%IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COST
Listrik Hotel 286,130 219.171.445
Solar 21.113.854
Rekening PDAM 21m3 131.410 6.749.827
Air sehat 100 tanki 5.000.000
Air ABT 8807.5m3 1.618.417
Total 247.035.126
POMEC department bulan November 2006 Occupancy : 65,89%IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COST
Listrik Hotel 290,710 226.049.214
Solar -
Rekening PDAM 39m3 341.895 8.295.220
Air sehat 125 tanki 6.250.000
Air ABT 9262.8m3 1.703.325
Total 234.344.434
POMEC department bulan Januari 2006 Occupancy : 57,79%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COST
Electric 250.000 199.018.428
Deep Weel Desember 2005 - 761.100
Deep Weel Sept s/d Des 2005 - 1.681.900
PDAM (m3) 54,0 529.040
Solar (ltr) + pajak (Rp. 29.700) 3.000,80 13.672.635
Total 215.663.103
POMEC department bulan Maret, Feburai 2006 Occupancy : 64,39%; 70,7%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COSTRek. Listrik Hotel Maret 2006 235.949.755Kor. Rek Listrik Feb 2006 11.248.865Pemb. Power Compesator 10.000.000
Biaya pajak ABT Jan dan Feb 2006 - 709.800Biaya kor. rekening PDAM Feb2006 608.050
Biaya PDAM Maret 2006 - 280.620Biaya air bersih 7.102.500Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,49/liter ) 2.679,50 12.691.425Biaya adm dan PPH solar 125.900
Total 278.716.915
POMEC department bulan April 2006 Occupancy : 67,69%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COSTBy Listrik Hotel April 2006 222.648.102Kor rek. Listrik April 2006 13.827.539
By ABT Maret 2006 - 1.518.500Pemb. Air bersih 7.027.500
By PDAM April 2006 - 280.620Kor. Rek. PDAM April 2006 1.109.500Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,48/liter ) 2.249,00 10.652.344
Total 257.064.105
POMEC department bulan Mei 2006 Occupancy : 65,3%
IX. UTILITIESUNIT
CONSUMED COSTBy Listrik Hotel Mei 2006 224.311.430
Solar Mei 2006 2.071,0 9.807.850ABT april 2006 1.661.500
Air sehat 8,0 480.000
72,0 3.600.000PDAM Mei 2006 334.795
Total 240.195.575