Autis Menurut Pandangan Islam

9
Autis menurut Pandangan Islam Autisme infantil (autisme pada masa kanak-kanak) adalah gangguan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukan dengan penguasaan yang tertunda, echolalia (meniru/membeo), mutism (kebisuan, tidak mempunyai kemampuan untuk berbicara), pembalikan kalimat dan kata (menggunakan kamu untuk saya), adanya aktivitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya, rasa takut akan perubahan, kontak mata yang buruk, lebih menyukai gambar dan benda mati (kaplan et al, 1997). Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum usia 2,5 tahun. Anak autisme mengalami gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensori, dan belajar (kaplan et al, 1997).

description

ok

Transcript of Autis Menurut Pandangan Islam

Autis menurut Pandangan IslamAutisme infantil (autisme pada masa kanak-kanak) adalah gangguan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukan dengan penguasaan yang tertunda, echolalia (meniru/membeo), mutism (kebisuan, tidak mempunyai kemampuan untuk berbicara), pembalikan kalimat dan kata (menggunakan kamu untuk saya), adanya aktivitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya, rasa takut akan perubahan, kontak mata yang buruk, lebih menyukai gambar dan benda mati (kaplan et al, 1997).Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum usia 2,5 tahun. Anak autisme mengalami gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensori, dan belajar (kaplan et al, 1997).Penyakit dalam pandangan islam merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanan. Ketika seseorang sakit disana terkandung pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah SWT. Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk mengingatkan manusia terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah SWT memberikan penyakit agar setiap manusia dapat menyadari bahwa selama ini dia telah diberi rahmat sehat yang begitu banyak (Shihab, 1999). Dalam menjalani hidup, manusia tidak lepas dari ujian yang diberikan oleh Allah SWT, seperti ujian ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa. Dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya : Artinya :Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah (2): 155).

Semua orang sepakat bahwa nilai kesehatan bagi setiap manusia sangat penting. Bagi umat Islam, dengan kondisi sehat setiap muslim dapat menunaikan kewajibannya, baik fungsinya sebagai pribadi, makhluk sosial, atau hamba Allah. Setiap orang sangat memerlukan kondisi sehat, kapan dan dimana pun berada. Untuk tujuan kemaslahatan, keberadaan dan bantuan ahli kesehatan dan pengobatan seperti dokter, paramedik, dan yang sejenisnya sangat diperlukan oleh setiap orang (Zuhroni, 2008).Autisme terdapat pada semua negara di dunia, serta tidak memandang ras, etnis, agama, maupun latar belakang sosial ekonomi. Secara global prevalensinya berkisar 4 per 10.000 penduduk, dan autisme laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita (lebih kurang 4 kalinya). Di indonesia belum ada angka yang tepat mengenai angka kejadian autism (Sshattock, 2002).Kesehatan adalah rahmat Allah SWT yang sangat besar, karena itu agama Islam sangat menekankan agar manusia menjaga kesehatannya, juga menjaga diri dari setiap penyebab yang dapat menjadikannnya menderita sakit. Islam sangat mengedapankan pola hidup sehat, seperti anjuran tentang menjaga kesehatan, kebersihan, pola makan, menjaga kehormatan dari perbuatan keji, menjauhkan diri dari mengonsumsi khamr dan berbagai zat adiktif, dan lain-lain (Zuhroni dkk,2003). Islam mengajarkan dalam memecahkan masalah serta menetapkan apa tujuan tindakan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :Artinya :Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung dari niat dan tujuannya, dan manusia akan memperoleh apa yang diniatkannya (HR. Al Bukhari).Fisiologi autis dapat disebabkan beberapa faktor yaitu faktor psikodinamika dan keluarga, kelainan organik-neurologis-biologis, faktor genetik, faktor imunologi, faktor perinatal, temuan neuroanatomi, dan biokimia (Kaplan et al, 1997).Autis merupakan gangguan jiwa yang dialami pada anak dengan karakteristik gangguannya dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku, dan emosi (Suryana, 2004).Penegasan Rasulullah tersirat dalam pernyataan Rasulullah yang berisi bahwa Allah menurunkan penyakit juga sekaligus obatnya, ada yang mengetahui dan ada yang tidak, seperti dinyatakan dalam hadits :Artinya :Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya (HR. Al Bukhori).Berobat dalam Islam dianjurkan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah, baik sunnah qauliyah (ucapan) maupun filiyah (perbuatan) (Al Munajid, 2008). Sabda Rasulullah yang menyatakan penyakit dapat sembuh apabila pengobatannya tepat. Hukum berobat, baik yang menyangkut penyakit fisik maupun spiritual, para ulama berbeda pendapat. Al-Quran, mengutip ucapan Nabi Ibrahim, menekankan agar orang yang sakit untuk mengupayakan sehat (Al-Jauziyah, 2007).Tujuan terapi adalah menurunkan gejala perilaku dan membantu perkembangan fungsi yang terlambat, rudimenter, atau tidak ada, seperti keterampilan bahasa dan merawat diri sendiri. Disamping itu, orang tua yang kecewa memerlukan bantuan dan konseling (Kaplan et al, 1997).Terapi autis dapat dengan medikamentosa dan non medikamentosa. Pada medikamentosa, obat-obat yang dapat digunakan berupa Haloperidol (Haldol), Fenfluramine (Pondimin), Naltroxone (Trexan), dan Lithium (Eskalith) (Kaplan et al, 1997). Terapi non medikamentosa dapat berupa terapi perilaku, terapi biomedik, terapi integrasi sensori, terapi okupasi, psikoterapi, terapi wicara, Applied Behavioral Analysis (ABA), terapi diet (Handojo, 2008).Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa autis pada anak merupakan ujian yang mendatangkan pahala sehingga harus disikapi dengan sabar dan tawakal. Orang tua anak yang mengalami gangguan autis dalam pandangan Islam merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanan. Sesuai syariat Islam, solusi dari autis adalah berobat berdasarkan berdasarkan sabda Rasulullah yang menyatakan penyakit dapat sembuh apabila pengobatannya tepat. Untuk orang tua diharapkan sabar dan tidak merasa rendah diri terhadap gangguan yang dialami anaknya karena autis merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT. Selain dengan berobat, anak autis maupun orang tuanya diharapkan senantiasa bertawakal kepada Allah SWT agar selalu dekat dengan Allah. Sebagaimana firman Allah SWT :Artinya :(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram (QS. Al-Rad, (13): 28).

PENGOBATAN DALAM ISLAMBerbagai ayat ditegaskan bahwa fungsi Al-Quran sebagai bimbingan bagi manusia dalam masalah duniawi dan spiritual, dan ajaran yang dibawanya mengandung masalah yang berhubungan dengan kedokteran. Demikian juga, Nabi diutus menjadi seorang rasul, utusan Allah, bukan seorang thabib (dokter). Tidak ada satupun ayat dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa kedudukan Al-Quran adalah sebuah kitab tentang ilmu kedokteran (Zuhroni dkk, 2003).Disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa sebaik-baiknya pengobatan adalah Al-Quran ;Artinya: Dari Ali ra ia berkata, Rasulullah SAW bersabda sebaik-baiknya penyembuhan adalah Al-Quran (HR Ibn Majah).Pengobatan Nabi merupakan bagian dari berobat dengan Al-Quran. Pengobatan yang bersifar preventif yang terdapat dalam Al-Quran cukup menonjol, dalam hal ini digali dalam konsep thaharat secara holistik meliputi suci fisik dan non fisik serta jasmani dan rohani. Segala sesuatu yang diterangkan dalam Al-Quraan, mencakup semua jenis penyaktit baik jasmani dan rohani (Zuhroni dkk, 2003).Barang siapa yang berpedoman dan mengamalkan isi Al-Quran maka Allah akan meninggikan derajatnya, tapi barang siapa yang tidak beriman kepada Al-Quran maka Allah akan menghinakannya dan merendahkan derajatnya. Terhadap penyakit menurut Al-Quran pengobatannya adalah melalui doa sesuai dengan firman Allah SWT ;Artinya : Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. Al-Isra, (17): 82).Dalam ayat ini dijelaskan Allah SWT menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya.