BAB 1 Uji Kelayakan Benih

download BAB 1 Uji Kelayakan Benih

of 13

Transcript of BAB 1 Uji Kelayakan Benih

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    1/13

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Benih diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda

    (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan bunga

    berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih dapat

    dikatakan pula sebagai ovule masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan

    cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Bibit adalah

    tumbuhan muda hasil pengembangbiakan secara generatif atau secara vegetatif. Dari

    definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara

    generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu

    mengembang biakkan tanaman. Dengan pengertian ini maka kita dapat membedakan

    antara benih (agronomy seed / seed) dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi

    manusia.

    Pengujian benih adalah landasan dari semua teknologi benih lainnya. Hal ini

    berarti dimana kita mengukur kelayakan dan semua faktor fisik yang mengatur

    penggunaan dan pemeliharaan benih. Segala sesuatu yang dilakukan dengan biji

    harus memiliki beberapa informasi tes untuk memandu pekerjaan dan memastikan

    kualitas tinggi. Tes Benih mengetahui apakah tanaman biji bernilai mengumpulkan,

    jika prosedur penanganan benar, dan berapa banyak bibit potensial yang tersedia

    untuk regenerasi. Bentuk paling awal dari analisis benih, uji dipotong, masih sering

    digunakan saat ini. Sebelum benih dikumpulkan di lapangan, sebagian benih itu

    dipotong terbuka dengan pisau atau silet untuk melihat apakah internal mereka

    jaringan yang sepenuhnya dikembangkan dan tidak rusak. Analisis ini dibuat lebih

    akurat dalam beberapa kasus oleh penggunaan lensa tangan. Hal ini juga digunakan

    untuk analisis sederhana selama ekstraksi dan pembersihan, atau setelah

    perkecambahan untuk menentukan apakah benih tidak berkecambah atau tetap

    tertidur.

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    2/13

    Pengujian benih juga digunakan dalam perencanaan penanaman menggunakan mesin

    tanam otomatis. Pengujian benih ini sangat dianjurkan karena pengujian ini meliputi

    purity test, noxius weed content, germination testing, vigor testing. Yang mana dari

    semua pengujian ini sangat penting untuk keunggulan dari benih.

    Pengujian kesehatan benih merupakan suatu tindakan untuk memastikan ada

    tidaknya mikroorganisme patogenik yang terbawa oleh benih dan mengetahui tingkat

    kesehatan suatu benih. Pentingnya uji kesehatan benih dilakukan karena penyakit

    pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih sehingga

    merugikan kualitas dan kuantitas hasil. Benih dapat menjadi pengantar baik hama

    maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya.

    Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang

    semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan

    dilakukan uji kesehatan benih fatogen akan terdekteksi dan dapat mengurangi

    penyakit pada benih tersebut dan merupakan informasi tentang adanya suatu resiko.

    Ada beberapa metode yang umum digunakan dalam pengujian kesehatan

    benih. Pengujian dapat dilakukan dengan pengamatan visual langsung pada benih

    atau menggunakan metode Blotter test (pengujian dengan menggunakan kertas hisap)

    dimana benihnya disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin. Selain itu, dapat juga

    dilakukan pengujian dengan metode pencucian dan ekstraksi dan metode growing on

    test.

    1.2 Tujuan

    1. Untuk mengetahui adanya in okulum yang patogenik, sehingga dapat ditentukan

    kondisi kesehatan dari kelompok benih, karena factor kesehatan merupakan factor

    penentu nilai lapang dari benih

    2. Mempelajari penyebab dari abnormalitas dari kecambah dalam uji daya kecambah

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    3/13

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    Pengujian kesehatan dapat dilakukan atas permintaan dari pengirim benih atau

    pelanggan. Pengujian hanya dilakukan untuk mendeteksi mikroorganisme tertentu

    atau penyakit fisiologis tertentu. Estimasi jumlah benih yang terserang dilaksanakan

    sebaik mungkin sesuai dengan ketelitian yang dimungkinkan oleh metode yang

    digunakan. Apabila contoh yang dikirim telah mendapat perlakuan (seed treatment)

    dengan pestisida atau perawatan lain, maka pengirim harus menyebutkanya, karena

    hal ini mungkin akan mempengaruhi determinasi dan evaluasi pengujian kesehatan

    benih. Pengujian kesehatan benih harus dilakukan dengan menggunakan metode dan

    alat yang sudah dipastikan kelayakannya untuk digunakan. Metode yang digunakan

    tergantung pada jenis patogen atau kondisi yang akan diamati, jenis benih, dan tujuan

    pengujian. Cendawan yang merusak benih dikelompokkan menjadi cendawan lapang

    dan cendawan penyimpanan. Cendawan lapang menyerang benih selama

    perkembangan atau pematangan tetapi sebelum panen, sedangkan cendawan

    penyimpanan biasanya merusak bneih sesudah panen apabila kelembaban udara dan

    suhu cukup tinggi. Metode deteksi dan identifikasi patogen merupakan salah satu

    komponen yang menentukan tingkat efektivitas atau keberhasilan pengendalian

    patogen terbawa benih. Oleh karena itu, metode deteksi dan identifikasi yang cepat

    dan akurat merupakan prasyarat tingkat keberhasilan pengendalian suatu patogen.

    Keberhasilan deteksi patogen terbawa benih tergantung proses ekstraksi dan isolasi

    patogen. Sejumlah patogen terbawa benih mudah dikenali karena menunjukkan gejala

    dan atau membentuk struktur khusus pada benih. Namun kebanyakan patogen sulit

    dikenali sehingga perlu dilakukan isolasi terlebih dahulu (Pitojo, 2005).

    Menurut Sutopo (2002) pentingnya uji kesehatan benih dilakukan adalah

    karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan

    benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi

    pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu

    tidak ada sebelumnya. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    4/13

    lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak

    tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdeteksi dan dapat

    mengurangi penyakit pada benih tersebut.

    Patogen yang terdapat pada benih memerlukan keadaan lingkungan yang

    berbeda agar dapat tumbuh dan menghasilkan spora. Oleh sebab itu kondisi

    lingkungan pada waktu pengujian kesehatan benih harus dibuat sedemikian rupa

    sehingga dapat merangsang pertumbuhan patogen. Hal ini sangat penting agar

    patogen tersebut dapat diidentifikasi terutama patogen yang terdapat dalam benih.

    Berbagai metode pengujian yang telah ada mempunyai kepekaan dan kemungkinan

    untuk diulang dengan metode yang berbeda. Disamping itu memerlukan latihan dan

    macam peralatan yang berbeda pula. Metode yang digunakan atau dipilih tergantung

    dari jenis patogen atau keadaan yang akan diselidiki, jenis benih tanaman, dan

    maksud dari pengujian. Pemilihan metode yang tepat serta evaluasi hasil,

    memerlukan pengetahuan dan pengalaman (Suryadi dkk 2006).

    Patogen pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan

    benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil. Kulit benih dan

    struktur disekitarnya dapat mempengaruhi kemampuan perkecambahan benih melalui

    penghambatan terhadap penyerapan air, pertukaran gas, difusi inhibitor endogenous

    atau penghambatan pertumbuhan embrio. Sementara jika penghambatan

    perkecambahan terjadi pada benih yang tidak mempunyai kulit keras atau tidak

    memerlukan skarifikasi untuk penyerapan air, maka kemungkinan penyebabnya

    adalah penghambat bagian lain dari benih misalnya endosperma (Watkins dan

    Cantliffe, 1983).

    Pengujian kesehatan benih dapat dilakukan dengan mengggunakan metode

    blotter, yaitu salah satu metode inkubasi, setelah benih ditumbuhkan. Pengujian dapat

    juga dapat dilakukan dengan metode agar dekstrose kentang. Pada metode ini, benih

    diletakkan dalam media agar, diinkubasi, dan inokulum yang terbawa oleh benih yang

    diamati (Coppelad, 1980).

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    5/13

    BAB 3. METODOLOGI

    3.1 Waktu dan Tempat

    Praktikum Teknologi Panen dan Pasca Panen acara Uji Kesehatan Biji

    dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 07 Desember 2012 pukul 07.00 WIB di

    Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas

    Jember.

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat

    1. Petridis

    2. Mikroskop

    3.Neraca

    4. Kertas saring

    5. Jarum ose

    6. Objek glas

    3.2.2 Bahan

    1. Biji padi

    2. Biji kacang hijau

    3. Biji kacang tanah

    4. Biji jagung

    5. Biji kedelai

    6. Media agar

    7.

    Aquadest

    8. Larutan KOH

    9. Alkohol

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    6/13

    3.3 Cara Kerja

    1. Menimbang biji yang telah dipersiapkan sebanyak 100 gram untuk biji berukuran

    kecil dan 200 gram untuk biji berukuran besar.

    2. Memilah antara kotoran, biji yang rusak, dan biji yang bernas atau baik.

    3. Menimbang berat dari kotoran, biji yang rusak, dan biji yang bernas.

    4. Menyiapkan media pemeriksaan biji inkubasi, yaitu dengan kertas saring dajn

    media agar.

    5. Membasahi kertas saring dengan aquadest kemudian menaruhnya dalam petridis.

    6. Membuat media agar pada petridis.

    7.

    Meletakkan 15 biji pada media kertas saring dan 3 biji pada media agar.

    8. Melakukan pengamatan pada hari kedua untuk media agar dan pada hari ketiga

    pada media kertas saring.

    9. Pada hari kedua, mengambil sampel bakteri kemudian memberikan larutan KOH.

    10. Memeriksa jenis bakteri dengan menarik larutan KOH. Jika lengket

    menunjukkan bakteri gram negatif sedangkan jika tidak lengket menunjukkan

    bakteri gram positif.

    11. Mengamati bentuk dan warna bakteri.

    12. Pada hari ketiga, mengambil sampel jamur kemudian meletakkan pada objek

    glass.

    13. Mengamati dengan mikroskop dengan perbesaran tertentu.

    14. Mengamati warna, biji yang berkecambah, dan biji yang berjamur.

    15. Memasukkan data pada tabel.

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    7/13

    BAB 4. Hasil dan Pembahasan

    4.1 Hasil

    No Bahan Berat Jumlah Kotoran Yang Cacat Yang Bernas Metode Inkubasi Keterangan

    Berat Berat Jumlah Berat Jumlah Kertas Na

    1. Padi 100g 3654 0.16 14.3 634 85.54 3020 - Putih

    -

    Kecambah

    8

    -

    Berjamur 8

    Ada

    Bakteri

    Putih, tidak

    beraturan,

    gram negatif

    2. Kedelai 200g 1512 6.5 34.2 310 159.3 1200 - Putih

    - Kecambah

    3

    -

    Berjamur 4

    Ada Putih, kotor,

    bulat, positif

    3. Kacang

    tanah

    200g 489 0.15 78 256 122 233 -

    Putih

    -

    Kecambah

    0%

    -

    Berjamur

    100%

    Ada Putih, bulat,

    gram negatif

    4. Kacang

    Hijau

    200g 4588 1 26 489 167.19 4091 -

    Putih

    -

    Kecambah

    3

    -

    Berjamur

    15

    Ada Putih, bulat,

    gram negatif

    5. Jagung 200g 1639 5.05 16.95 324 178 1315 -

    Putih hitam

    -

    Kecambah

    3

    -

    Berjamur

    4

    Ada Putih, kotor

    menyebar

    tidak

    beraturan,

    gram positif

    4.2 Pembahasan

    Pengujian kesehatan benih adalah melihat kesehatan benih secara seksama,

    apakah benih tersebut mengandung patogen yang menyebabkan benih terjadi

    penyimpangan atau perubahan dari keadaan normal yang menyebabkan benih

    tersebut tidak bisa melakukan fungsinya secara normal sebagai bahan perbanyakan

    tanaman. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani.

    Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen

    benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Untuk

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    8/13

    menjaga kualitas benih tersebut, maka peranan pengujian benih menjadi sangat

    penting dan harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang

    benih maupun pada tingkat petani.

    Benih dikatakan sehat jika benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa

    bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Patogen adalah suatu kesatuan hidup

    yang dapat menyebabkan penyakit. Sedangkan patogenisitas adalah kemampuan

    relatif dari suatu patogen untuk menyebabkan penyakit. Penyakit yang

    ditimbulkannya kemungkinan dapat terjadi pada kecambah, tanaman muda ataupun

    tanaman yang telah dewasa. Semua golongan patogen seperti cendawan, bakteri,

    virus, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini dapat terjadi karena benihnya

    telah terinfeksi atau kerena kontaminasi pada permukaan benih. Kebanyakan patogen

    yang terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau disemaikan.

    Sebagai akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi damping off sebelum atau

    sesudah benih berkecambah.

    Ada beberapa metode uji yang digunakan untuk menganalisis kesehatan

    benih. Diantaranya adalah :

    1. Pemeriksaan biji kering

    Dengan metode ini sejumlah benih diperiksa dengan keadaan kering, apakah

    tercampur dengan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa tanaman, sklerotia, gall,

    insekta dan lain-lain. Selain diperhatikan pula adanya gejala atau tanda-tanda

    penyakit pada benih, seperti tubuh buah cendawan, miselia, spora dan lain-lain.

    Dapat juga dideteksi adanya bercak-bercak pada benih dan kerusakan mekanis

    yang dapat menyebabkan kebusukan pada benih atau kecambah. Untuk

    melaksanakan pemeriksaan ini dipergunakan mikroskop stereokopik (perbesaran

    10-40 kali).

    2. Cara inkubasi

    a. Teknik Inkubasi Cendawan dengan metode blotter test (Metode kertas saring)

    Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit kemudian dibilas

    dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan dikeringkan dengan tissue steril.

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    9/13

    Kemudian benih disusun pada petridish yang telah dilapisi kertas saring steril.

    Petridish diletakkan di ruang inkubasi dibawah lampu NUV (Near Ultra Violet)

    dengan 12 jam gelap dan 12 jam terang selama 7 hari. Setelah 7 hari pertumbuhan

    cendawan diamati dengan menggunakan compound mikroskop.

    b. Teknik Inkubasi Cendawan dengan Metode Agar Test

    Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit kemudian dibilas

    dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan dikeringkan dengan tissue steril. Untuk

    benih besar, benih dipotong terlebih dahulu sedangkan untuk benih kecil langsung

    ditanam pada media agar (PDA) yang telah disiapkan di petridish. Petridish

    diletakkan di ruang inkubasi dibawah lampu NUV (Near Ultra Violet) dengan 12 jam

    gelap dan 12 jam terang selama 7 hari. Setelah 7 hari pertumbuhan cendawan diamati

    dengan menggunakan compound mikroskop.

    Untuk mengetahui ada tidaknya gejala virus pada suatu tumbuhan dapat dilakukan

    melalui beberapa pengujian antara lain:

    a. Pengujian Growing on Test

    Menyiapkan media tanam pasir dan kompos (1:1), mengambil benih secara acak dari

    sampel benih dan menanam benih tersebut pada media yang telah disiapkan dan

    mengamati dan mencatat gejala-gejala yang timbul pada tanaman.

    b. Pengujian Tanaman indikator

    Menyiapkan tanaman indicator misalnya tembakau, menyiapkan ekstrak daun yang

    memiliki gejala terserang virus, menaburi daun tanaman indicator dengan

    carborundrum, mengolesi daun indicator tersebut dengan ekstrak daun dengan

    menggunakan cotton bud. Kemudian daun tersebut disemprot dengan aquades dan

    dibiarkan selama 3-4 hari atau setelah menunjukkan adanya gejala.

    Pada praktikum yang telah dilakukan digunakan beberapa biji, yaitu, kacang

    hijau, kedelai, jagung, padi, dan kacang tanah. Pengujian kesehatan benih dilakukan

    dengan dua metode yaitu metode pemeriksaan biji kering dan metode inkubasi.

    Metode inkubasi menggunakan dua media tanam, yaitu kertas saring yang dibasahi

    dengan aquadest dan media agar. Media kertas saring digunakan untuk mendeteksi

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    10/13

    cendawan yang terbawa benih, sedangkan media agar digunakan untuk mendeteksi

    bakteri yang terbawa benih. Pada media kertas saring, pengamatan dilakukan pada

    hari ketiga. Sedangkan pada media agar pengamatan dilakukan pada hari kedua.

    Penimbangan biji dibedakan untuk biji yang kecil seperti padi ditimbang 100

    gram dan untuk biji besar seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan

    jagung.ditimbang 200 gram. Dari masing-masing biji dipisahkan menjadi tiga bagian

    yaitu kotoran, biji yang rusak, dan biji yang bernas. Masing-masing bagian dihitung

    jumlahnya dan ditimbang beratnya, kecuali untuk kotoran hanya ditimbang beratnya.

    Untuk metode inkubasi dengan kertas saring ditanam 15 biji sedangkan untuk media

    agar ditanam 3 biji.

    Pada perlakuan kacang tanah dengan berat 200 gram ada 489, dengan berat

    kotoran 0,15 gram, berat yang rusak 78 gram dengan jumlah 256, dan berat yang

    bernas 122 gram dengan jumlah 233. Metode inkubasi pada bagian kertas saring

    ditemukan cendawan berwarna putih pada semua biji atau setara dengan 100 %. Pada

    metode ini tidak ditemukan biji yang berkecambah. Pada media NA (agar) ditemukan

    bakteri berwarna putih dengan bentuk bulat. Baketri ini termasuk baktrei jenis bakteri

    gram negatif.

    Pada perlakuan padi dengan berat 100 gram ada 3.654 dengan berat kotoran

    0,16 gram, berat yang rusak 14,3 gram dengan jumlah 634, dan berat yang bernas

    85,54 gram dengan jumlah 3020. Metode inkubasi pada bagian kertas saring

    ditemukan cendawan berwarna putih pada 8 biji atau setara dengan 40 %. Pada

    metode ini juga ditemukan biji yang berkecambah sebanyak 8 biji. Pada media NA

    (agar) ditemukan bakteri berwarna putih pucat dengan bentuk tidak beraturan. Bakteri

    ini termasuk bakteri jenis bakteri gram negatif.

    Pada perlakuan kedelai dengan berat 200 gram ada 1.512 dengan berat kotoran

    6,5 gram, berat yang rusak 34,2 gram dengan jumlah 310, dan berat yang bernas

    159,3 gram dengan jumlah 1200. Metode inkubasi pada bagian kertas saring

    ditemukan cendawan berwarna putih hitam pada 4 biji atau setara dengan 26,67 %.

    Pada metode ini juga ditemukan biji yang berkecambah sebanyak 3 biji. Pada media

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    11/13

    NA (agar) ditemukan bakteri berwarna putih pucat dengan bentuk bulat. Bakteri ini

    termasuk baktrei jenis bakteri gram negatif.

    Pada perlakuan kacang hijau berat 200 gram ada 4.588 dengan berat kotoran 1

    gram, berat yang rusak 26 gram dengan jumlah 489, dan berat yang bernas 167,1

    gram dengan jumlah 4091. Metode inkubasi pada bagian kertas saring ditemukan

    cendawan berwarna putih pada 15 biji atau setara dengan 75 %. Pada metode ini juga

    ditemukan biji yang berkecambah sebanyak 3 biji. Pada media NA (agar) ditemukan

    bakteri berwarna putih kotor dengan bentuk menyebar. Bakteri ini termasuk bakteri

    jenis bakteri gram positif.

    Pada perlakuan Jagung dengan berat total 200 gram terdapat 1.639 buah biji

    dengan berat kotoran 5,05 gram, berat biji rusak sebanyak 16,95 gram dengan jumlah

    324 buah biji, dan berat yang bernas 178 gram dengan jumlah 1.315. Dalam

    pengamatan metode inkubasi, pada bagian kertas saring ditemukan sejumlah

    cendawan berwarna putih hitam pada 4 biji. Pada metode ini juga ditemukan biji yang

    berkecambah sebanyak 3 biji.Sedangkan pada media NA (agar) ditemukan bakteri

    berwarna putih kotor dengan bentuk bulat. Bakteri ini termasuk bakteri jenis bakteri

    gram positif. Pada media agar atau NA, ditemukan bakteri dengan bentuk yang

    berbeda-beda. Warnanya pun juga berbeda-beda.

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    12/13

    DAFTAR PUSTAKA

    Coppelad, 1980. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ. co.Minneapolis, Minnesota

    Pitojo, Setijo. 2005. Seri Penangkaran Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta.

    Suryadi, T.S. Kadir, dan M. Machmud, 2006, Deteksi Xanthomonas Oryzae pv.

    Oryzae, Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi, Penelitian

    Pertanian Tanaman Pangan Vol. 25 No. 2 2006.

    Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih.Malang: UB Press.

    Watkins, J.T. and D.J. Cantliffc` 1983. Mechanical resistance of the seed coat and

    endosperm during germination of Capsicum annuum at low temperature.

    Plant Physiol. 72: 146-150.

  • 8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih

    13/13

    BAB 5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    1. Pengujian kesehatan benih adalah melihat kesehatan benih secara seksama.

    2. Ada beberapa metode uji yang digunakan untuk menganalisis kesehatan benih

    diantaranya adalah pemeriksaaan biji kering dan cara inkubasi

    3. Dalam pengamatan metode inkubasi, pada bagian kertas saring ditemukan

    sejumlah cendawan berwarna putih hitam pada 4 biji atau setara dengan 26,67 %.

    Pada metode ini juga ditemukan biji yang berkecambah sebanyak 3 biji.Sedangkan

    pada media NA (agar) ditemukan bakteri berwarna putih kotor dengan bentuk

    bulat

    5.2 Saran

    Sebaiknya dalam melakukan praktikum, benih yang diamati haruslah benih

    yang benar-benar mengalami serangan OPT, dan sebaiknya dilakukan dengan sangat

    hati-hati karena pada pemeriksaan ini tidak digunakan alat dan hanya mengandalkan

    dari ketelitian dari praktikan, sehingga data yang didapatkan lebih akurat.