BAB 1 Uji Kelayakan Benih
-
Upload
elfandfahrezi -
Category
Documents
-
view
239 -
download
1
Transcript of BAB 1 Uji Kelayakan Benih
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
1/13
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Benih diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda
(bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan bunga
berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih dapat
dikatakan pula sebagai ovule masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan
cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Bibit adalah
tumbuhan muda hasil pengembangbiakan secara generatif atau secara vegetatif. Dari
definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara
generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu
mengembang biakkan tanaman. Dengan pengertian ini maka kita dapat membedakan
antara benih (agronomy seed / seed) dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi
manusia.
Pengujian benih adalah landasan dari semua teknologi benih lainnya. Hal ini
berarti dimana kita mengukur kelayakan dan semua faktor fisik yang mengatur
penggunaan dan pemeliharaan benih. Segala sesuatu yang dilakukan dengan biji
harus memiliki beberapa informasi tes untuk memandu pekerjaan dan memastikan
kualitas tinggi. Tes Benih mengetahui apakah tanaman biji bernilai mengumpulkan,
jika prosedur penanganan benar, dan berapa banyak bibit potensial yang tersedia
untuk regenerasi. Bentuk paling awal dari analisis benih, uji dipotong, masih sering
digunakan saat ini. Sebelum benih dikumpulkan di lapangan, sebagian benih itu
dipotong terbuka dengan pisau atau silet untuk melihat apakah internal mereka
jaringan yang sepenuhnya dikembangkan dan tidak rusak. Analisis ini dibuat lebih
akurat dalam beberapa kasus oleh penggunaan lensa tangan. Hal ini juga digunakan
untuk analisis sederhana selama ekstraksi dan pembersihan, atau setelah
perkecambahan untuk menentukan apakah benih tidak berkecambah atau tetap
tertidur.
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
2/13
Pengujian benih juga digunakan dalam perencanaan penanaman menggunakan mesin
tanam otomatis. Pengujian benih ini sangat dianjurkan karena pengujian ini meliputi
purity test, noxius weed content, germination testing, vigor testing. Yang mana dari
semua pengujian ini sangat penting untuk keunggulan dari benih.
Pengujian kesehatan benih merupakan suatu tindakan untuk memastikan ada
tidaknya mikroorganisme patogenik yang terbawa oleh benih dan mengetahui tingkat
kesehatan suatu benih. Pentingnya uji kesehatan benih dilakukan karena penyakit
pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih sehingga
merugikan kualitas dan kuantitas hasil. Benih dapat menjadi pengantar baik hama
maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya.
Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang
semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan
dilakukan uji kesehatan benih fatogen akan terdekteksi dan dapat mengurangi
penyakit pada benih tersebut dan merupakan informasi tentang adanya suatu resiko.
Ada beberapa metode yang umum digunakan dalam pengujian kesehatan
benih. Pengujian dapat dilakukan dengan pengamatan visual langsung pada benih
atau menggunakan metode Blotter test (pengujian dengan menggunakan kertas hisap)
dimana benihnya disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin. Selain itu, dapat juga
dilakukan pengujian dengan metode pencucian dan ekstraksi dan metode growing on
test.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya in okulum yang patogenik, sehingga dapat ditentukan
kondisi kesehatan dari kelompok benih, karena factor kesehatan merupakan factor
penentu nilai lapang dari benih
2. Mempelajari penyebab dari abnormalitas dari kecambah dalam uji daya kecambah
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
3/13
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengujian kesehatan dapat dilakukan atas permintaan dari pengirim benih atau
pelanggan. Pengujian hanya dilakukan untuk mendeteksi mikroorganisme tertentu
atau penyakit fisiologis tertentu. Estimasi jumlah benih yang terserang dilaksanakan
sebaik mungkin sesuai dengan ketelitian yang dimungkinkan oleh metode yang
digunakan. Apabila contoh yang dikirim telah mendapat perlakuan (seed treatment)
dengan pestisida atau perawatan lain, maka pengirim harus menyebutkanya, karena
hal ini mungkin akan mempengaruhi determinasi dan evaluasi pengujian kesehatan
benih. Pengujian kesehatan benih harus dilakukan dengan menggunakan metode dan
alat yang sudah dipastikan kelayakannya untuk digunakan. Metode yang digunakan
tergantung pada jenis patogen atau kondisi yang akan diamati, jenis benih, dan tujuan
pengujian. Cendawan yang merusak benih dikelompokkan menjadi cendawan lapang
dan cendawan penyimpanan. Cendawan lapang menyerang benih selama
perkembangan atau pematangan tetapi sebelum panen, sedangkan cendawan
penyimpanan biasanya merusak bneih sesudah panen apabila kelembaban udara dan
suhu cukup tinggi. Metode deteksi dan identifikasi patogen merupakan salah satu
komponen yang menentukan tingkat efektivitas atau keberhasilan pengendalian
patogen terbawa benih. Oleh karena itu, metode deteksi dan identifikasi yang cepat
dan akurat merupakan prasyarat tingkat keberhasilan pengendalian suatu patogen.
Keberhasilan deteksi patogen terbawa benih tergantung proses ekstraksi dan isolasi
patogen. Sejumlah patogen terbawa benih mudah dikenali karena menunjukkan gejala
dan atau membentuk struktur khusus pada benih. Namun kebanyakan patogen sulit
dikenali sehingga perlu dilakukan isolasi terlebih dahulu (Pitojo, 2005).
Menurut Sutopo (2002) pentingnya uji kesehatan benih dilakukan adalah
karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan
benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi
pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu
tidak ada sebelumnya. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
4/13
lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak
tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdeteksi dan dapat
mengurangi penyakit pada benih tersebut.
Patogen yang terdapat pada benih memerlukan keadaan lingkungan yang
berbeda agar dapat tumbuh dan menghasilkan spora. Oleh sebab itu kondisi
lingkungan pada waktu pengujian kesehatan benih harus dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat merangsang pertumbuhan patogen. Hal ini sangat penting agar
patogen tersebut dapat diidentifikasi terutama patogen yang terdapat dalam benih.
Berbagai metode pengujian yang telah ada mempunyai kepekaan dan kemungkinan
untuk diulang dengan metode yang berbeda. Disamping itu memerlukan latihan dan
macam peralatan yang berbeda pula. Metode yang digunakan atau dipilih tergantung
dari jenis patogen atau keadaan yang akan diselidiki, jenis benih tanaman, dan
maksud dari pengujian. Pemilihan metode yang tepat serta evaluasi hasil,
memerlukan pengetahuan dan pengalaman (Suryadi dkk 2006).
Patogen pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan
benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil. Kulit benih dan
struktur disekitarnya dapat mempengaruhi kemampuan perkecambahan benih melalui
penghambatan terhadap penyerapan air, pertukaran gas, difusi inhibitor endogenous
atau penghambatan pertumbuhan embrio. Sementara jika penghambatan
perkecambahan terjadi pada benih yang tidak mempunyai kulit keras atau tidak
memerlukan skarifikasi untuk penyerapan air, maka kemungkinan penyebabnya
adalah penghambat bagian lain dari benih misalnya endosperma (Watkins dan
Cantliffe, 1983).
Pengujian kesehatan benih dapat dilakukan dengan mengggunakan metode
blotter, yaitu salah satu metode inkubasi, setelah benih ditumbuhkan. Pengujian dapat
juga dapat dilakukan dengan metode agar dekstrose kentang. Pada metode ini, benih
diletakkan dalam media agar, diinkubasi, dan inokulum yang terbawa oleh benih yang
diamati (Coppelad, 1980).
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
5/13
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Panen dan Pasca Panen acara Uji Kesehatan Biji
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 07 Desember 2012 pukul 07.00 WIB di
Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Petridis
2. Mikroskop
3.Neraca
4. Kertas saring
5. Jarum ose
6. Objek glas
3.2.2 Bahan
1. Biji padi
2. Biji kacang hijau
3. Biji kacang tanah
4. Biji jagung
5. Biji kedelai
6. Media agar
7.
Aquadest
8. Larutan KOH
9. Alkohol
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
6/13
3.3 Cara Kerja
1. Menimbang biji yang telah dipersiapkan sebanyak 100 gram untuk biji berukuran
kecil dan 200 gram untuk biji berukuran besar.
2. Memilah antara kotoran, biji yang rusak, dan biji yang bernas atau baik.
3. Menimbang berat dari kotoran, biji yang rusak, dan biji yang bernas.
4. Menyiapkan media pemeriksaan biji inkubasi, yaitu dengan kertas saring dajn
media agar.
5. Membasahi kertas saring dengan aquadest kemudian menaruhnya dalam petridis.
6. Membuat media agar pada petridis.
7.
Meletakkan 15 biji pada media kertas saring dan 3 biji pada media agar.
8. Melakukan pengamatan pada hari kedua untuk media agar dan pada hari ketiga
pada media kertas saring.
9. Pada hari kedua, mengambil sampel bakteri kemudian memberikan larutan KOH.
10. Memeriksa jenis bakteri dengan menarik larutan KOH. Jika lengket
menunjukkan bakteri gram negatif sedangkan jika tidak lengket menunjukkan
bakteri gram positif.
11. Mengamati bentuk dan warna bakteri.
12. Pada hari ketiga, mengambil sampel jamur kemudian meletakkan pada objek
glass.
13. Mengamati dengan mikroskop dengan perbesaran tertentu.
14. Mengamati warna, biji yang berkecambah, dan biji yang berjamur.
15. Memasukkan data pada tabel.
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
7/13
BAB 4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
No Bahan Berat Jumlah Kotoran Yang Cacat Yang Bernas Metode Inkubasi Keterangan
Berat Berat Jumlah Berat Jumlah Kertas Na
1. Padi 100g 3654 0.16 14.3 634 85.54 3020 - Putih
-
Kecambah
8
-
Berjamur 8
Ada
Bakteri
Putih, tidak
beraturan,
gram negatif
2. Kedelai 200g 1512 6.5 34.2 310 159.3 1200 - Putih
- Kecambah
3
-
Berjamur 4
Ada Putih, kotor,
bulat, positif
3. Kacang
tanah
200g 489 0.15 78 256 122 233 -
Putih
-
Kecambah
0%
-
Berjamur
100%
Ada Putih, bulat,
gram negatif
4. Kacang
Hijau
200g 4588 1 26 489 167.19 4091 -
Putih
-
Kecambah
3
-
Berjamur
15
Ada Putih, bulat,
gram negatif
5. Jagung 200g 1639 5.05 16.95 324 178 1315 -
Putih hitam
-
Kecambah
3
-
Berjamur
4
Ada Putih, kotor
menyebar
tidak
beraturan,
gram positif
4.2 Pembahasan
Pengujian kesehatan benih adalah melihat kesehatan benih secara seksama,
apakah benih tersebut mengandung patogen yang menyebabkan benih terjadi
penyimpangan atau perubahan dari keadaan normal yang menyebabkan benih
tersebut tidak bisa melakukan fungsinya secara normal sebagai bahan perbanyakan
tanaman. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani.
Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen
benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Untuk
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
8/13
menjaga kualitas benih tersebut, maka peranan pengujian benih menjadi sangat
penting dan harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang
benih maupun pada tingkat petani.
Benih dikatakan sehat jika benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa
bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Patogen adalah suatu kesatuan hidup
yang dapat menyebabkan penyakit. Sedangkan patogenisitas adalah kemampuan
relatif dari suatu patogen untuk menyebabkan penyakit. Penyakit yang
ditimbulkannya kemungkinan dapat terjadi pada kecambah, tanaman muda ataupun
tanaman yang telah dewasa. Semua golongan patogen seperti cendawan, bakteri,
virus, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini dapat terjadi karena benihnya
telah terinfeksi atau kerena kontaminasi pada permukaan benih. Kebanyakan patogen
yang terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau disemaikan.
Sebagai akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi damping off sebelum atau
sesudah benih berkecambah.
Ada beberapa metode uji yang digunakan untuk menganalisis kesehatan
benih. Diantaranya adalah :
1. Pemeriksaan biji kering
Dengan metode ini sejumlah benih diperiksa dengan keadaan kering, apakah
tercampur dengan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa tanaman, sklerotia, gall,
insekta dan lain-lain. Selain diperhatikan pula adanya gejala atau tanda-tanda
penyakit pada benih, seperti tubuh buah cendawan, miselia, spora dan lain-lain.
Dapat juga dideteksi adanya bercak-bercak pada benih dan kerusakan mekanis
yang dapat menyebabkan kebusukan pada benih atau kecambah. Untuk
melaksanakan pemeriksaan ini dipergunakan mikroskop stereokopik (perbesaran
10-40 kali).
2. Cara inkubasi
a. Teknik Inkubasi Cendawan dengan metode blotter test (Metode kertas saring)
Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit kemudian dibilas
dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan dikeringkan dengan tissue steril.
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
9/13
Kemudian benih disusun pada petridish yang telah dilapisi kertas saring steril.
Petridish diletakkan di ruang inkubasi dibawah lampu NUV (Near Ultra Violet)
dengan 12 jam gelap dan 12 jam terang selama 7 hari. Setelah 7 hari pertumbuhan
cendawan diamati dengan menggunakan compound mikroskop.
b. Teknik Inkubasi Cendawan dengan Metode Agar Test
Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit kemudian dibilas
dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan dikeringkan dengan tissue steril. Untuk
benih besar, benih dipotong terlebih dahulu sedangkan untuk benih kecil langsung
ditanam pada media agar (PDA) yang telah disiapkan di petridish. Petridish
diletakkan di ruang inkubasi dibawah lampu NUV (Near Ultra Violet) dengan 12 jam
gelap dan 12 jam terang selama 7 hari. Setelah 7 hari pertumbuhan cendawan diamati
dengan menggunakan compound mikroskop.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala virus pada suatu tumbuhan dapat dilakukan
melalui beberapa pengujian antara lain:
a. Pengujian Growing on Test
Menyiapkan media tanam pasir dan kompos (1:1), mengambil benih secara acak dari
sampel benih dan menanam benih tersebut pada media yang telah disiapkan dan
mengamati dan mencatat gejala-gejala yang timbul pada tanaman.
b. Pengujian Tanaman indikator
Menyiapkan tanaman indicator misalnya tembakau, menyiapkan ekstrak daun yang
memiliki gejala terserang virus, menaburi daun tanaman indicator dengan
carborundrum, mengolesi daun indicator tersebut dengan ekstrak daun dengan
menggunakan cotton bud. Kemudian daun tersebut disemprot dengan aquades dan
dibiarkan selama 3-4 hari atau setelah menunjukkan adanya gejala.
Pada praktikum yang telah dilakukan digunakan beberapa biji, yaitu, kacang
hijau, kedelai, jagung, padi, dan kacang tanah. Pengujian kesehatan benih dilakukan
dengan dua metode yaitu metode pemeriksaan biji kering dan metode inkubasi.
Metode inkubasi menggunakan dua media tanam, yaitu kertas saring yang dibasahi
dengan aquadest dan media agar. Media kertas saring digunakan untuk mendeteksi
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
10/13
cendawan yang terbawa benih, sedangkan media agar digunakan untuk mendeteksi
bakteri yang terbawa benih. Pada media kertas saring, pengamatan dilakukan pada
hari ketiga. Sedangkan pada media agar pengamatan dilakukan pada hari kedua.
Penimbangan biji dibedakan untuk biji yang kecil seperti padi ditimbang 100
gram dan untuk biji besar seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan
jagung.ditimbang 200 gram. Dari masing-masing biji dipisahkan menjadi tiga bagian
yaitu kotoran, biji yang rusak, dan biji yang bernas. Masing-masing bagian dihitung
jumlahnya dan ditimbang beratnya, kecuali untuk kotoran hanya ditimbang beratnya.
Untuk metode inkubasi dengan kertas saring ditanam 15 biji sedangkan untuk media
agar ditanam 3 biji.
Pada perlakuan kacang tanah dengan berat 200 gram ada 489, dengan berat
kotoran 0,15 gram, berat yang rusak 78 gram dengan jumlah 256, dan berat yang
bernas 122 gram dengan jumlah 233. Metode inkubasi pada bagian kertas saring
ditemukan cendawan berwarna putih pada semua biji atau setara dengan 100 %. Pada
metode ini tidak ditemukan biji yang berkecambah. Pada media NA (agar) ditemukan
bakteri berwarna putih dengan bentuk bulat. Baketri ini termasuk baktrei jenis bakteri
gram negatif.
Pada perlakuan padi dengan berat 100 gram ada 3.654 dengan berat kotoran
0,16 gram, berat yang rusak 14,3 gram dengan jumlah 634, dan berat yang bernas
85,54 gram dengan jumlah 3020. Metode inkubasi pada bagian kertas saring
ditemukan cendawan berwarna putih pada 8 biji atau setara dengan 40 %. Pada
metode ini juga ditemukan biji yang berkecambah sebanyak 8 biji. Pada media NA
(agar) ditemukan bakteri berwarna putih pucat dengan bentuk tidak beraturan. Bakteri
ini termasuk bakteri jenis bakteri gram negatif.
Pada perlakuan kedelai dengan berat 200 gram ada 1.512 dengan berat kotoran
6,5 gram, berat yang rusak 34,2 gram dengan jumlah 310, dan berat yang bernas
159,3 gram dengan jumlah 1200. Metode inkubasi pada bagian kertas saring
ditemukan cendawan berwarna putih hitam pada 4 biji atau setara dengan 26,67 %.
Pada metode ini juga ditemukan biji yang berkecambah sebanyak 3 biji. Pada media
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
11/13
NA (agar) ditemukan bakteri berwarna putih pucat dengan bentuk bulat. Bakteri ini
termasuk baktrei jenis bakteri gram negatif.
Pada perlakuan kacang hijau berat 200 gram ada 4.588 dengan berat kotoran 1
gram, berat yang rusak 26 gram dengan jumlah 489, dan berat yang bernas 167,1
gram dengan jumlah 4091. Metode inkubasi pada bagian kertas saring ditemukan
cendawan berwarna putih pada 15 biji atau setara dengan 75 %. Pada metode ini juga
ditemukan biji yang berkecambah sebanyak 3 biji. Pada media NA (agar) ditemukan
bakteri berwarna putih kotor dengan bentuk menyebar. Bakteri ini termasuk bakteri
jenis bakteri gram positif.
Pada perlakuan Jagung dengan berat total 200 gram terdapat 1.639 buah biji
dengan berat kotoran 5,05 gram, berat biji rusak sebanyak 16,95 gram dengan jumlah
324 buah biji, dan berat yang bernas 178 gram dengan jumlah 1.315. Dalam
pengamatan metode inkubasi, pada bagian kertas saring ditemukan sejumlah
cendawan berwarna putih hitam pada 4 biji. Pada metode ini juga ditemukan biji yang
berkecambah sebanyak 3 biji.Sedangkan pada media NA (agar) ditemukan bakteri
berwarna putih kotor dengan bentuk bulat. Bakteri ini termasuk bakteri jenis bakteri
gram positif. Pada media agar atau NA, ditemukan bakteri dengan bentuk yang
berbeda-beda. Warnanya pun juga berbeda-beda.
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
12/13
DAFTAR PUSTAKA
Coppelad, 1980. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ. co.Minneapolis, Minnesota
Pitojo, Setijo. 2005. Seri Penangkaran Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta.
Suryadi, T.S. Kadir, dan M. Machmud, 2006, Deteksi Xanthomonas Oryzae pv.
Oryzae, Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi, Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan Vol. 25 No. 2 2006.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih.Malang: UB Press.
Watkins, J.T. and D.J. Cantliffc` 1983. Mechanical resistance of the seed coat and
endosperm during germination of Capsicum annuum at low temperature.
Plant Physiol. 72: 146-150.
-
8/10/2019 BAB 1 Uji Kelayakan Benih
13/13
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengujian kesehatan benih adalah melihat kesehatan benih secara seksama.
2. Ada beberapa metode uji yang digunakan untuk menganalisis kesehatan benih
diantaranya adalah pemeriksaaan biji kering dan cara inkubasi
3. Dalam pengamatan metode inkubasi, pada bagian kertas saring ditemukan
sejumlah cendawan berwarna putih hitam pada 4 biji atau setara dengan 26,67 %.
Pada metode ini juga ditemukan biji yang berkecambah sebanyak 3 biji.Sedangkan
pada media NA (agar) ditemukan bakteri berwarna putih kotor dengan bentuk
bulat
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum, benih yang diamati haruslah benih
yang benar-benar mengalami serangan OPT, dan sebaiknya dilakukan dengan sangat
hati-hati karena pada pemeriksaan ini tidak digunakan alat dan hanya mengandalkan
dari ketelitian dari praktikan, sehingga data yang didapatkan lebih akurat.