BAB I

25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul dan perkembangan pengobatan pun terus dikembangkan. Berbagai macam turunan obat telah dibuat untuk meningkatkan efektifitas obat. Selain memodifiksi senyawa obat, upaya yang banyak dilakukan adalah memodifikasi bentuk sediaan dan sistem penghantaran obat. Bermacam sistem mucosal dalam tubuh manusia (nasal, pulmonal, rectal dan vaginal) dapat dimanfaatkan untuk titik masuk sistem penghantaran obat. Dengan sendirinya pada sistem mucosal tersebut terdapat perbedaan dan persamaan dalam hal penghantaran obat. Sistem penghantaran obat nasal telah berlangsung sejak lama, dikenal dalam pengobtan Ayurvedi di India dan oleh orang Indian di AmerikaSelatan, melalui cara penghisapan (snuff) obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian obat secara intranasal merupakan alternatif ideal untuk menggantikan sistem penghantaran obat sistematik parenteral. Keuntungan pemberian obat secara nasal ini Page | 1

description

biofarmasi dds nasal

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia

farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang

muncul dan perkembangan pengobatan pun terus dikembangkan. Berbagai macam turunan

obat telah dibuat untuk meningkatkan efektifitas obat. Selain memodifiksi senyawa obat,

upaya yang banyak dilakukan adalah memodifikasi bentuk sediaan dan sistem penghantaran

obat.

Bermacam sistem mucosal dalam tubuh manusia (nasal, pulmonal, rectal dan vaginal)

dapat dimanfaatkan untuk titik masuk sistem penghantaran obat. Dengan sendirinya pada

sistem mucosal tersebut terdapat perbedaan dan persamaan dalam hal penghantaran obat.

Sistem penghantaran obat nasal telah berlangsung sejak lama, dikenal dalam pengobtan

Ayurvedi di India dan oleh orang Indian di AmerikaSelatan, melalui cara penghisapan (snuff)

obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Pemberian obat secara intranasal merupakan alternatif ideal untuk menggantikan sistem

penghantaran obat sistematik parenteral. Keuntungan pemberian obat secara nasal ini

meliputi: pencegahan eliminasi lintas pertama hepatic, profil konsentrasi obat versus waktu

relatif sebanding dengan pengobatan secara intravena, keberadaan vaskulator yang besar dan

struktur yang sangat permeabel mukosa nasal ideal untuk absorpsi sistematik, dan kemudian

obat secara intranasal memberikan kenyamanan kepada pasien.

Berdasarkan atas latar belakang di atas, maka disusunlah makalah ini untuk mengetahui

tentang sistem penghantaran obat intranasal dan hal-hal yang berkaitan dengan penghantaran

sediaan tersebut serta berbagai faktor yang mempengaruhi proses farmakokinetik dan

biofarmasetik mulai dari penetrasi hingga menghasilkan efek pada tubuh.

Page | 1

Page 2: BAB I

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan makalah dari makalah ini adalah:

1) Apa yang dimaksud dengan penghantaran obat intranasal ?

2) Bagaimana sistem penghantaran obat intranasal ?

3) Apa keuntungan dan kerugian pemberian obat intranasal ?

4) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi sediaan obat intranasal?

I.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini adalah:

Untuk mengetahui sistem penghantaran obat intranasal.

Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pemberian obat intranasal

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sediaan obat intranasal

Page | 2

Page 3: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Drug Delivery System

Drug Delivery System (DDS) adalah istilah yang terkait erat dengan penghantaran(delivery) senyawa

farmasetik (obat) pada manusia atau binatang. Hampir semua metode umum dalam penghantaran adalah

metode yang tidak infasif secara oral (via mulut), nasal/hidung,hirupan (paru-paru) dan rute rectal/dubur.

Secara sejarah, bidang farmasetika klasik mendasari DDS. Seiring dengan berkembang dan banyak

diketahuinya patologi molekularberdasarkan ilmu dasar: biologi molekular, komunikasi sel dan signal

transduksi target penyakitsemakin spesifik dan jelas. Sehingga DDS tidak sekedar penggunaan bahan-bahan

lazimcelophan, siklodekstrin dan derivat karbohidrat lain, aerosol, sediaan uap/gas saja namunsekarang

pendayaagunaan semua bahan yang ada di sekitar kita yang mampu menghantarkan obat ke target obat

secara spesifik termasuk hal yang dipelajari oleh DDS.

Drug delivery system atau sistem penghantaran obat intranasal adalah suatu teknologi penyampaian

obat alternative, diciptakan agar obat dapat mencapai tempat kerja yang optimal.

II.2 Anatomi Hidung

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, perlu diingat kembali tentang anatomi

hidung. Anatomi dan fisiologis normal harus diketahui dan diingat kembali sebelum terjadi

perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat berlanjut menjadi suatu penyakit atau kelainan.

(Soetjipto D & Wardani RS,2007)

1. Embriologi hidung

Page | 3

Page 4: BAB I

Perkembangan rongga hidung secara embriologi yang mendasari pembentukan

anatomis intranasal dapat dibagi menjadi dua proses. Pertama, embrional bagian kepala

berkembang membentuk dua bagian rongga hidung yang berbeda; kedua adalah bagian

dinding lateral hidung yang kemudian berinvaginasi menjadi kompleks padat, yang

dikenal dengan konka (turbinate), dan membentuk ronga-rongga yang disebut sebagai

sinus. (Walsh WE, 2002)

2. Anatomi hidung luar

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar

menonjol padagaris tengah di antara pipi dan bibir atas; struktur hidung luar dibedakan

atas tiga bagian : yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat digerakkan; di bawahnya

terdapat kubah kartilago yangsedikit dapat digerakkan; dan yang paling bawah adalah

lobulus hidung yang mudah digerakkan.Bentuk hidung luar seperti piramid dengan

bagian-bagiannya dari atas ke bawah :

a. pangkal hidung (bridge),

b. batang hidung (dorsum nasi),

c. puncak hidung

3. Anatomi hidung dalam

Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di

sebelahanterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari naso

faring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka

media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan

meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media

dan sebelah atas konka media disebut meatus superior. (Ballenger JJ,1994 ; Dhingra PL,

2007; Hilger PA,1997)

Page | 4

Page 5: BAB I

4. Fungsi Dari Hidung

Fungsi dari hidung adalah untuk menghangatkan, membersihkan, dan melembabkan

udara yang anda napas serta membantu anda untuk membaui dan mencicipi. Seorang

yang normal akan menghasilkan kira-kira dua quarts (1 quart = 0,9 liter) cairan setiap

hari (lendir), yang membantu dalam mempertahankan saluran pernapasan bersih dan

lembab. Rambut-rambut mikroskopik yang kecil (cilia) melapisi permukaan-permukaan

dari rongga hidung, membantu menghapus partikel-partikel. Akhirnya lapisan lendir

digerakan ke belakang tenggorokan dimana ia secara tidak sadar ditelan. Seluruh proses

ini diatur secara ketat oleh beberapa sistem-sistem tubuh.

II.3 Konsep Dasar Penghantaran Obat

Ketika obat digunakan oleh pasien akan menghasilkan efek tertentu yang disebut efek biologis. Efek

biologis ini merupakan hasil interaksi obat dengan reseptor tertentu dari obat. Meskipun demikian obat yang

dihantarkan ke tempat kerja diatas pada kecepatan dan konsentrasi tertentu dimana efek samping minimal

dan efek terapeutik maksimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat:

Kelarutan Obat

Agar dapat diabsorpsi obat harus dalam bentuk larutan. Obat yang diberikan dalam bentuk larutan akan

mudah diabsorpsi dibandingkan obat yang harus larut dahulu dalam cairanbadan sebelum diabsorpsi.

Kemampuan Obat

Page | 5

Page 6: BAB I

Difusi melintasi membrane selobat yang berdifusi melintasi pori-pori membrane lipid kebanyakan obat

diabsorpsidengan pasif.

Kadar Obat

Semakin tinggi kadar obat dalam larutan semakin cepat obat diabsorpsi..

Sirkulasi Darah

Pada tempat absorpsisemakin cepat sirkulasi darah maka obat yang diabsorpsi akan semakin besar. 

Luas Permukaan Kontak Obat

Untuk mempercepat absorpsi dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel obat.

Bentuk Sediaan Obat

Untuk memperlambat absorpsi obat dapat dilakukan dengan penggunaan obat bentuk kerja panjang. 

Rute Penggunaan Obat

Rute pemakaian obat dapat mempengaruhi kecepatan absorpsi obat.

Perkembangan obat akhir-akhir ini diarahkan pada bentuk sediaan obat alternative dariparenteral

dimana obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik melalui rute bukal, sublingual, nasal, pulmunory dan vaginal.

Rute ini juga digunakan untuk pengobatan lokal dimana dosis obat dapat dikurangi dan juga mengurangi efek

samping sistemik. Untuk memahami teknologi penghantar obat terdapat beberapa hal yang harus dimengerti,

antara lain :

1) Konsep Bioavaibilitas

2) Proses Absorpsi obat

3) Proses Farmakokinetik 

4) Waktu untuk terapi yang optimal

5) Penghantaran obat yang cocok untuk “ New Biotherapeutis

6) Keterbatasan dari terapi konvensional

II.4 Penghantaran Obat Intranasal

Sistem penghantaran obat (Drug Delivery System) Intranasal adalah suatu teknologi

penyampaian obat alternatif yang diciptakan untuk mencapai tempat kerja yang optimal di

intranasal.

Obat diberikan secara intranasal untuk efek lokal seperti obat tetes hidung atau spray,rongga hidung

digunakan untuk pelepasan obat sistemik. Beberapa perusahaan farmasi bahkan mengembangkan pemberian

Page | 6

Page 7: BAB I

insulin melalui hidung. Selain itu pemberian obat secara intranasal dikembangkan juga untuk vaksin,

contohnya vaksin antraks yang menggunakan teknologi nano dapat diberikan melalui nasal, pemberian ini

menguntungkan pasien yang takut terhadap jarum suntik, yang mana umumnya vaksin diberikan dalam

bentuk injeksi.

Pada pemberian obat intranasal dibandingkan obat sistemik atau oral, yang perlu diperhatikan adalah

ukuran partikel yang didistribusikan dengan alat semprot atau spraynya. Ukuran yang paling umum adalah

20 – 50 µm, ukuran lebih kecil akan membawa obat sampaitrachea, sedangkan ukuran yang lebih besar

dapat digunakan bila obat ingin disimpan dalam saluran hidung, tetapi bisa jadi malah keluar dari lubang

hidung atau bahkan tertelan.

II.5 Faktor yang Mempengaruhi DDSIntranasal

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas sistemik dari obat yang

diberikan melalui rute hidung. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi terhadap sifat

physiochemical dari obat, sifat anatomi dan fisiologis dari rongga hidung dan jenis dan

karakteristik dari sistem pengiriman obat yang dipilih hidung. Faktor-faktor ini memainkan

peran kunci untuk sebagian besar obat untuk mencapai tingkat darah terapi efektif setelah

pemberian hidung. Faktor yang mempengaruhi penyerapan obat hidung dijelaskan sebagai

berikut.

1. Sifat fisiko kimia obat

a. KeseimbanganLipofilik-hidrofilik

Sifat HLB dari obat mempengaruhi proses penyerapan. Dengan meningkatkan

lipofilisitas, permeasi senyawa biasanya meningkat melalui mukosa hidung.Meskipun

mukosa hidung ditemukan memiliki beberapa karakter hidrofilik, tampak bahwa

mukosa ini terutama lipofilik di alam dan domain lipid memainkan peran penting

dalam fungsi penghalang membran ini.Obat lipofilik seperti nalokson, buprenorfin,

testosteron dan etinilestradiol hampir sepenuhnya diserap bila diberikan rute

intranasal.

Page | 7

Page 8: BAB I

b. Degradasi enzimatik dalam rongga hidung

Obat seperti peptida dan protein memilikibioavailabilitas yang rendah di rongga

hidung, sehingga obat ini mungkin memiliki kemungkinan untuk mengalami

degradasi enzimatik dari molekul obat dalam lumen rongga hidung atau sewaktu

melewati penghalang epitel.Pada ke dua bagian initerjadi exo-peptidases dan endo-

peptidases, exo-peptidases adalah mono-aminopeptidases dan di-aminopeptidases. Ini

memiliki kemampuan untuk membelah peptida pada mereka N dan C termini dan

endo-peptidases seperti serin dan sistein, yang dapat menyerang ikatan peptida

internal.

c. Ukuran molekul

Penyerapan obat melalui rute hidung dipengaruhi oleh ukuran molekul. Obat lipofilik

memiliki hubungan langsung antara MW dan permeasi obat sedangkan senyawa yang

larut dalam air menggambarkan hubungan terbalik. Tingkat permeasi sangat sensitif

terhadap ukuran molekul untuk senyawa dengan MW ≥ 300 Dalton.

2. Karakteristik sediaan Obat Intranasal

a. Formulasi (Osmolaritas, pH, Konsentrasi)

o Osmolaritas bentuk sediaan mempengaruhi penyerapan obatdi hidung. Sebagai

contoh ialahnatrium klorida yang mempengaruhi penyerapan hidung. Penyerapan

maksimum dicapai dengan konsentrasi natrium klorida 0.462 M, konsentrasi yang

lebih tinggi tidak hanya menyebabkan bioavailabilitas meningkat tetapi juga

mengarah pada toksisitas pada epitel hidung.

o pHsediaan obat dan permukaan hidung dapat mempengaruhi permeasi obat ini.

Untuk menghindari iritasi hidung, pH sediaan obat harus disesuaikan dengan pH

4,5 - 6,5 karena lisozim ditemukan di sekret hidung, yang bertanggung jawab

untuk menghancurkan bakteri tertentu pada pH asam. Dalam kondisi basa, lisozim

tidak aktif dan jaringan yang rentan terhadap infeksi mikroba. Selain menghindari

iritasi, itu menghasilkan memperoleh permeasi obat efisien dan mencegah

pertumbuhan bakteri.

o Gradien konsentrasi memainkan peran yang sangat penting dalam proses

penyerapan/permeasi obat melalui membran hidung karena kerusakan mukosa

hidung. Contoh untuk ini adalah penyerapan L-Tirosin, dimana konsentrasi obat

Page | 8

Page 9: BAB I

dalam percobaan perfusi hidung. Sedangkanpada absorpsi asam salisilat

konsentrasi obatnyamenurun. Penurunan ini kemungkinan karena kerusakan

mukosa hidung yang permanen.

b. Distribusi Obat dan deposisi

Distribusi obat dalam rongga hidung merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi efisiensi penyerapan hidung. Modus pemberian obat dapat

mempengaruhi distribusi obat di rongga hidung yang pada gilirannya akan

menentukan efisiensi penyerapan obat. Penyerapan dan bioavailabilitas bentuk

sediaan hidung terutama tergantung pada lokasi disposisi. Bagian anterior hidung

menyediakan waktu perumahan berkepanjangan hidung untuk disposisi dari

formulasi, hal ini akanmeningkatkan penyerapan obat. Dan ruang posterior dari

rongga hidung akan digunakan untuk pengendapan bentuk sediaan, melainkan

dihilangkan oleh proses pembersihan mukosiliar dan karenanya menunjukkan

bioavailabilitas rendah. Situs disposisi dan distribusi bentuk sediaan terutama

tergantung pada pengiriman perangkat, cara pemberian, sifat fisikokimia molekul

obat.

c. Viskositas

Viskositas yang lebih tinggi dari formulasi meningkatkan waktu kontak antara obat

dan mukosa hidung sehingga meningkatkan waktu untuk permeasi. namun, formulasi

sangat kental akan mengganggu fungsi normal seperti pergerakan silia atau clearance

mukosiliar dan dengan demikian mengubah permeabilitas obat.

3. Sifat anatomi dan fisiologis dari rongga hidung

a. Izin mukosiliar

Partikel terperangkap dalam lapisan lendir yang yang akan terbersihkan dari rongga

hidung. Aksi gabungan lapisan lendir dan silia disebut kliren mukosiliar.Ini

adalahmekanisme pertahanan fisiologis saluran pernapasan untuk melindungi tubuh

terhadap bahan berbahaya yang telah dihirup.Waktu transit yang normal mukosiliar

pada manusia telah dilaporkan 12 sampai 15 menit. Faktor-faktor yang

mempengaruhi izin mucocilliary meliputi faktor fisiologis (umur, jenis kelamin,

postur, tidur, olahraga, polusi lingkungan umum (sulfur dioksida dan asam sulfat,

nitrogen dioksida, ozon, hairspray, dan asap tembakau, penyakit (silia sindrom

Page | 9

Page 10: BAB I

immotile, primary ciliary dyskinesia-Kartagener.s syndrome, asma, bronkiektasis,

bronkitis kronis, cystic fibrosis, infeksi saluran pernapasan akut dan obat-obatan.

b. Rhinitis

Rhinitis adalah penyakit umum yang paling sering dikaitkan pada pengobatan

intranasal, penyakit ini akan mempengaruhi bioavailabilitas obat. Hal ini terutama

diklasifikasikan ke dalam rhinitis alergi dan umum, gejalanya adalah hipersekresi,

gatal dan bersin terutama disebabkan oleh virus, bakteri atau iritan.Alergi rhinitis

adalah penyakit alergi saluran napas, yang mempengaruhi 10% dari populasi.Hal ini

disebabkan oleh peradangan kronis atau akut selaput lendir hidung.Kondisi ini

mempengaruhi penyerapan obat melalui selaput lendir akibat peradangan.

c. Permeabilitas membran

Permeabilitas membran hidung adalah faktor yang paling penting, yang

mempengaruhi penyerapan obat melalui rute hidung.Obat yang larut air dengan berat

molekul yang besar seperti peptida dan protein memiliki permeabilitas membran yang

rendah. Jadi senyawa seperti peptida dan protein yang utama diserap melalui proses

transportasi endocytotic dalam jumlah rendah. Obat yang larut dalam air dengan berat

molekul yang besar melintasi mukosa hidung secara difusi pasif melalui pori-pori

berair (persimpangan ketat).

d. pH Lingkungan

PH lingkungan memainkan peran penting dalam efisiensi penyerapan obat

intranasal.Senyawayang larut dalam air seperti asam benzoat, asam salisilat, dan

alkaloid menunjukkan bahwa penyerapan obat bergantungkepada nilai-nilai pH

dimana senyawa ini dalam bentuk tidak terionisasi. Namun, pada nilai pH dimana

senyawa ini sebagian terionisasi, penyerapan substansial ditemukan.Ini berarti bahwa

bentuk lipofilik tidak terionisasi melintasi penghalang epitel hidung melalui rute

transelular, dimana bentuk terionisasi yang lebih lipofilik melewati rute paracellular

berair.

Page | 10

Page 11: BAB I

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Pelepasan dan Perjalanan Obat Intranasal

III.1.1 Bentuk Sediaan Obat Dan Pembawa

Bentuk sediaan obat yang ideal diantaranya harus meliputi hal-hal berikut ini :

kenyamanan pasien, reproducibility, mudah di absorpsi, biokompabilitas dan tidak

ada reaksi tambahan, luas efektif area kontak, dan waktu kontak yang di perpanjang.

Klasifikasi rute sistem penghantaran obat diantaranya: system saluran cerna,

parenteral, transmukosa, transnasal, pelepasan obat lewat paru-paru, pelepasan obat

melalui kulit, dan pelepasan obat transvagina. Hal-hal yang mempengaruhi masuknya

obat kedalam sirkulasi sistemik :

a) Besarnya luas permukaan; contoh villi dan microcilli pada usus kecil memperluas

permukaan sehingga memudahkan absorpsi obat.

b) Aktivitas metabolik yang rendah, enzim dapat mendealtifas obat yang akan

diabsorpsi, bioavaibilitas rendah dapat disebabkan oleh aktivitas enzim yang

tinggi.

c) Waktu kontak; waktu kontak dengan jaringan pengabsorpsi akan mempengaruhi

jumlah obat yang melalui mukosa.

Page | 11

Page 12: BAB I

d) Suplai darah, darah yang cukup akan memindahkan obat dari tempat kerja ke

tempat absorpsinya.

e) Aksebilitas, variasi rute penghantaran obat menunjukan berbagai daerah tertentu

yang membutuhkan bahan tambahan atau kondisi tertentu untuk membantu obat

mencapai tempat kerja.

f) Variabilitas yang rendah.

g) Permeabilitas, semakin permiabel suatu epitel maka daya absorpsinyapun

semakin tinggi.

Sistem penghantaran obat dan penargetan obat yang ideal, diantaranya :

a) Obat mempunyai target yang spesifik

b) Menjaga obat pada jaringan yang bukan target

c) Meminimalisasi pengurangan kadar obat ketika mencapai target

d) Melindungi obat dari metabolisme

e) Melindungi obat dari klirens dini

f) Menahan obat pada tempat kerja selama waktu yang dikehendaki

g) Memfasilitasi transport obat kedalam sel

h) Menghantarkan obat ke target intraseluler

i) Harus biokompatibel, biodegradable dan non antigenic

II1.2 Mekanisme Penyerapan Obat

Beberapa mekanisme telah diusulkan tetapi ada 2 mekanisme penyerapan obat yang

digunakan:

1) Mekanisme pertama

Melibatkan rute berair transportasi, yang juga dikenal sebagai rute paracellular. Rute ini

lambat dan pasif. Ada korelasi log-log terbalik antara intranasal penyerapan dan berat

molekul senyawa larut dalam air. Kurang bioavailabilitas diamati untuk obat dengan

berat molekul lebih besar dari 1000 Dalton.

Page | 12

Page 13: BAB I

2) Mekanisme kedua

Melibatkan transportasi melalui rute lipoidal juga dikenal sebagai proses transelular dan

bertanggung jawab untuk pengangkutan lipofilik obat yang menunjukkan tingkat

ketergantungan pada lipofilisitas mereka. Obat juga lintas membran sel dengan rute

transpor aktif melalui carrier-dimediasi berarti atau transportasi melalui pembukaan

persimpangan ketat. Sebagai contoh, kitosan, suatu biopolimer alami dari kerang,

membuka sambungan yang erat antara epitel sel untuk memfasilitasi transportasi obat.

Adapun perjalanan sistem penghantaran obat ( DDS ) intranasal dalam tubuh, adalah sebagai berikut :

a) Bentuk sediaan obat nasal dengan zat aktif 

Sediaan nasal diformulasikan atau dirancang dengan sedemikian rupa untuk penggunaan efek

lokal.

b) Fase biofarmasetik

Obat dihisap melalui rongga hidung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Fase ini meliputi waktu

mulai penggunaan sediaan obat melalui hidung hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan

tubuh.

c) Ketersediaan farmasi

Obat siap untuk diabsorbi obat dalam bentuk zat aktif terlarut siap untuk diabsorpsi yang

selanjutnya zat aktif akan di distribusikan keseluruh tubuh (sistemik).

d) Fase farmakokinetik 

Tidak terjadi ADME fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan

setelah obat dilepas dari bentuk sediaan.

e) Ketersediaan hayati

Obat untuk memberi efek pada tahap ini obat mulai memberikan efek pada pasien dengan cara

berikatan dengan reseptor-reseptor yang ada pada tubuh.

f) Fase farmakodimanik 

Interaksi dengan reseptor ditempat kerjabila obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor biasanya

protein membrane akan menimbulkan respon biologik. Tujuan utama pada fase ini adalah

optimisasi dari efek biologik.

g) Efek terapi

Obat pada akhirnya memberikan efek terapi atau pengobatan pada pasien.Yang diharapkan

dapat memberikan kesembuhan pada pasien.

Page | 13

Page 14: BAB I

III.3 Proses Penggunaan Intranasal

Proses penggunaan DDS Intranasal dapat melalui penghantaran dua arah dengan laju nafas, sebagai

berikut :

Ketika nafas dikeluarkan ke dalam alat, langit-langit lunak secara otomatis menutup rapat rongga hidung.

Nafas memasuki satu lubang hidung lewat mulut pipa yang menyegel.

Dan memicu pengeluaran partikel ke dalam aliran, memajukan partikel melewati klep hidung untuk

menuju tempat sasaran.

Aliran udara melewati communication posterior ke sekat hidung dan keluar melalui bagian hidung yang

lain di jurusan berlawanan.

Sehingga proses tersebut akan menghasilkan :

90 % dosis obat didepositkan melalui katup nasal.

> 70 % dosis didepositkan di bawah posterior 2/3 rongga nasal.

Reproducibility tinggi dari pendepositan melalui katup nasal.

Tidak ada endapan pada paru - paru.

III.4 Kelebihan dan Kekurangan DDS Intranasal

Seperti halnya obat yang diberikan secara intranasal adalah untuk efek lokal seperti

obat tetes hidung atau dalam bentuk spray yang biasa digunakan penderita untuk

menghentikan serangan sebagai tindakan pencegahan dengan cara pemberian obat secara

langsung kedalam saluran nafas melalui penghisapan yang memungkinkan obat langsung

mencapai sistemik sehingga memberikan efek lebih cepat untuk mengatasi serangan. Selain

itu dosis yang diperlukan lebih rendah untuk mendapatkan efek yang sama efek samping obat

minimal karena konsentrasi obat di dalam rendah. Lain halnya jika pemberian obat secara

parenteral atau oral sering menimbulkan efek samping seperti gangguan gastrointestinal atau

efek samping lainnya.

Melihat mekanisme kerja obat seperti uraian diatas tersebut, maka kelebihan dan

kekurangan penghantaran untuk lokal pada pemberian obat intranasal, adalah sebagai

berikut:

Page | 14

Page 15: BAB I

Kelebihan:

Dosis yang diperlukan untuk efek farmakologinya dapat dikurangi

Konsentrasi rendah dalam sirkulasi sistemik dapat mengurangi efek samping sistemik

Area permukaan untuk absorpsi luas ( 160 cm3 )

Onset of action yang cepat

Aktivitas metabolisme yang rendah dibandingkan peroral, menghindari reaksi saluran

cerna metabolisme hati

Bentuk sediaan alternative, jika tidak dapat digunakan obat saluran cerna

Mudah diakses untuk penghantaran obat

Kekurangan :

Difusi obat terhalang oleh mucus dan ikatan mucus

Mukosa nasal dan sekresinya dapat mendegradasi obat

Iritasi lokal dan sensitivisasi obat harus diperhatikan

Mucociliary clearance mengurangi waktu retensi obat dalam rongga hidung

Kurang reproduksibilitas pada penyakit yang berhubungan dengan rongga hidung

Hanya untuk obat yang poten (dosis kecil) dengan ukuran partikel 5 – 10 µm

Biasanya penbawa obat intranasal berupa spray dengan menggunakan motered dosis spraymisalnya

berupa aerosol yaitu system koloid bahan padat atau cair dalam gas, sedangkan drop menggunakan penetes.

III.5 Contoh Sediaan Intranasal

Beberapa kategori dari sediaan hidung dapat dibedakan:

Nasal drops and liquid nasal sprays. Contoh obat dipasaran : Sterimar Nasal Hygiene,

Iliadin Nasal Spray, Flixonase Nasal Spray

Nasal powders / bedak hidung

Semisolid nasal preparations / sediaan hidung semisolid

Nasal washes / pencuci hidung

Nasal sticks

Page | 15

Page 16: BAB I

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

1. Sistem penghantaran obat (Drug Delivery System) Intranasal adalah suatu teknologi

penyampaian obat alternatif yang diciptakan untuk mencapai tempat kerja yang optimal

di intranasal.

2. Kelebihan dari sistem penghantaran obat intranasal, antara lain:

Untuk pengobatan lokal dan sistemik

Kerja obat optimal, langsung pada target obat

Dosis obat saluran nasal dapat diabsorpsi secara maksimal ( > 90 % ).

3. Kekurangan dari sistem penghantaran obat intranasal, antara lain:

Difusi obat terhalang oleh mucus dan ikatan mucus

Mukosa nasal dan sekresinya dapat mendegradasi obat

Iritasi lokal dan sensitivisasi obat harus diperhatikan

Mucociliary clearance mengurangi waktu retensi obat dalam rongga hidung

Kurang reproduksibilitas pada penyakit yang berhubungan dengan rongga hidung

Hanya untuk obat yang poten (dosis kecil) dengan ukuran partikel 5 – 10 µm

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi DDS intranasal:

1. Sifat Fisiko kimia Obat

a. Lipofilik-hidrofilik keseimbangan

b. Degradasi enzimatik dalam rongga hidung

Page | 16

Page 17: BAB I

c. Ukuran molekul

2. Karakteristik sediaan Obat Intranasal

a. Formulasi (Konsentrasi, pH, osmolaritas)

b. Obat distribusi dan deposisi

c. Viskositas

3. Sifat anatomi dan fisiologis dari rongga hidung

a. Mukosiliar izin

b. Dingin, rhinitis

c. Permeabilitas membran

d. pH lingkungan

5. Adapun perjalanan sistem penghantaran obat ( DDS ) intranasal dalam tubuh, adalah sebagai berikut :

a) Bentuk sediaan obat nasal dengan zat aktif 

Sediaan nasal diformulasikan atau dirancang dengan sedemikian rupa untuk penggunaan efek lokal.

b) Fase biofarmasetik

Obat dihisap melalui rongga hidung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Fase ini meliputi waktu

mulai penggunaan sediaan obat melalui hidung hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh.

c) Ketersediaan farmasi

Obat siap untuk diabsorbi obat dalam bentuk zat aktif terlarut siap untuk diabsorpsi yang selanjutnya

zat aktif akan di distribusikan keseluruh tubuh (sistemik).

d) Fase farmakokinetik 

Tidak terjadi ADME fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan setelah

obat dilepas dari bentuk sediaan.

e) Ketersediaan hayati

Obat untuk memberi efek pada tahap ini obat mulai memberikan efek pada pasien dengan cara

berikatan dengan reseptor-reseptor yang ada pada tubuh.

f) Fase farmakodimanik 

Interaksi dengan reseptor ditempat kerjabila obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor biasanya

protein membrane akan menimbulkan respon biologik. Tujuan utama pada fase ini adalah optimisasi

dari efek biologik.

g) Efek terapi

Page | 17

Page 18: BAB I

obat pada akhirnya memberikan efek terapi atau pengobatan pada pasien. Yang

diharapkan dapat memberikan kesembuhan pada pasien.

Page | 18