BAB I

2
BAB I PENDAHULUAN Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan hidung yang disebabkan proses inflamasi yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) akibat paparan alergen pada mukosa hidung. 1,2 Alergi pada hidung dapat bersifat musiman, atau menetap jika disebabkan oleh debu rumah, bulu binatang, kain yang terlalu sering dipakai, atau ingestan dalam diet sehari-hari. Hampir semua materi dalam udara atau yang dapat ditelan terbukti memiliki sifat alergenik. Seringkali seorang pasien alergi terhadap sejumlah agen bukan hanya satu inhalan saja. 3 Gejala rinitis alergi meliputi hidung gatal, bersin berulang, cairan hidung yang jernih dan hidung tersumbat yang bersifat hilang timbul atau reversibel, secara spontan atau dengan pengobatan. 1 Rinitis alergika terjadi bilamana suatu antigen terhadap seorang pasien telah mengalami sensitisasi, merangsang satu dari enam reseptor neurokimia hidung, yaitu : reseptor histamine H1, adrenoreseptor-alfa, adrenoreseptor-beta2, kolinoreseptor, reseptor histamine H2, dan reseptor iritan. Dari semua ini, yang terpenting adalah reseptor histamine H1, dimana bila 1

description

bab i

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan hidung yang

disebabkan proses inflamasi yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) akibat

paparan alergen pada mukosa hidung.1,2 Alergi pada hidung dapat bersifat

musiman, atau menetap jika disebabkan oleh debu rumah, bulu binatang, kain

yang terlalu sering dipakai, atau ingestan dalam diet sehari-hari. Hampir semua

materi dalam udara atau yang dapat ditelan terbukti memiliki sifat alergenik.

Seringkali seorang pasien alergi terhadap sejumlah agen bukan hanya satu inhalan

saja.3

Gejala rinitis alergi meliputi hidung gatal, bersin berulang, cairan hidung

yang jernih dan hidung tersumbat yang bersifat hilang timbul atau reversibel,

secara spontan atau dengan pengobatan.1 Rinitis alergika terjadi bilamana suatu

antigen terhadap seorang pasien telah mengalami sensitisasi, merangsang satu dari

enam reseptor neurokimia hidung, yaitu : reseptor histamine H1, adrenoreseptor-

alfa, adrenoreseptor-beta2, kolinoreseptor, reseptor histamine H2, dan reseptor

iritan. Dari semua ini, yang terpenting adalah reseptor histamine H1, dimana bila

terserang oleh histamine akan meningkatkan tahanan jalan nafas hidung,

menyebabkan bersin-bersin, gatal dan rinore.3

Aliran udara hidung dapat terganggu oleh kongesti hidung dan rinore yang

terjadi pada rinitis alergi, baik langsung maupun tidak langsung. Bila berhadapan

dengan penyakit hidung, klinisi perlu memiliki indeks kecurigaan yang tinggi,

serta kemampuan mendiagnosis dan mengobati gangguan alergi. Rinitis alergi

berdampak pada penurunan kualitas hidup penderitanya, penurunan produktifitas

kerja, prestasi di sekolah, aktifitas sosial dan malah dapat menyebabkan gangguan

psikologis seperti depresi. Total biaya langsung dan tidak langsung rinitis alergi

baru-baru ini diperkirakan menjadi 5,3 milyar dolar per tahun.1

1