Bab i Kelainan Telinga

download Bab i Kelainan Telinga

of 3

description

kelainan

Transcript of Bab i Kelainan Telinga

BAB IPENDAHULUAN

Telinga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbangan yang terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga sebagai indera pendengar berperan penting pada partisipasi seseorang dalam melakukan aktivitas. Melalui proses mendengar, seseorang dapat menyerap informasi sebanyak 20%, lebih besar jika dibandingkan dengan membaca. Sehingga, deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan fungsi telinga sangat penting.Gangguan pendengaran dan ketulian dapat terjadi pada semua usia sejak lahir sampai usia lanjut. Konsekuensi gangguan pendengaran dan ketulian tidak hanya berakibat terganggunya perkembangan bicara dan bahasa, namun tahap selanjutnya akan menyebabkan hambatan perkembangan akademik, ketidakmampuan bersosialisasi, perilaku emosional dan berkurangnya kesempatan memperoleh pekerjaan. Adapun definisi gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Pembagian gangguan pendengaran berdasarkan tingkatan beratnya gangguan pendengaran, yaitu mulai dari gangguan pendengaran ringan (20-39dB), gangguan pendengaran sedang (40-69 dB) dan gangguan pendengaran berat (70-89 dB). Sedangkan tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat berat yang bisa disebabkan oleh suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif), dan kerusakan pada telinga dalam yang melibatkan saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).

Data World Health Organization (WHO) mencatat angka gangguan pendengaran sungguh mengejutkan. Pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) penduduk dunia yang menderita gangguan pendengaran dan lebih kurang setengahnya (75-140 juta) terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil "WHO Multi Center Study" pada tahun 1998, Indonesia termasuk empat negara di Asia Tenggara dengan prevalensi gangguan pendengaran yang cukup tinggi (4,6%), tiga negara lainnya adalah Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%), dan India(6,3%) (Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian, 2006).Data Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran pada tahun 1994-1996 juga menunjukan morbiditas yang tinggi, yaitu penyakit telinga (18,5%), prevalensi gangguan pendengaran (16,8%), sedangkan ketulian didapatkan pada (0,4%) populasi dan paling tinggi pada kelompok usia sekolah (7-18) tahun. Selanjutnya data WHO menyebutkan bahwa bayi lahir tuli (tuli kongenital) berkisar (0,1-0,2%) dengan risiko gangguan komunikasi dan akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan bangsa. Angka kelahiran di Indonesia sekitar (2,6%), maka setiap tahunnya diperkirakan akan ada 5200 bayi tuli di Indonesia (Depkes, 2010). Kecenderungan di masa depan akan terjadi peningkatan gangguan pendengaran. Beberapa penyebabnya, antara lain semakin tingginya umur harapan hidup, sehingga penduduk usia lanjut akan semakin banyak yang membawa konsekuensi peningkatan prevalensi degenerasi sehubungan dengan usia. Faktor lain, yaitu gaya hidup masyarakat yang kurang menguntungkan, seperti mendengarkan musik dengan suara keras, lingkungan tempat kerja dengan tingkat kebisingan yang tinggi, dan lain-lain.

Berikut beberapa penyakit pada organ sensori telinga yang akan dibahas lebih lanjut, sebagian besar di antaranya akan memberikan gejala gangguan pendengaran bahkan sampai ketulian.

1. Tuli mendadak

2. Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss)

3. Gangguan pendengaran akibat obat ototoksik

4. Kelainan liang telinga

a. Impaksi serumen

b. Benda asing di liang telinga

c. Otitis eksterna

d. Otitis eksterna maligna

e. Otomikosis

f. Herpes zoster oticus

g. Keratosis obturans

5. Kelainan telinga tengah

a. Gangguan fungsi tuba eustachius

b. Trauma telinga tengah

c. Barotrauma

d. Otitis media

i. Otitis media akut

ii. Otitis media supuratif kronis

iii. Otitis media serosa

e. Otosklerosis

f. Kolesteatoma

6. Penyakit Meniere

7. Kelainan kongenital pada liang dan daun telinga