BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat...

20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah mewajibkan kepada pemeluknya yang memenuhi syarat untuk mendakwahkan syari’at Islam kepada seluruh umat manusia dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah rasul, sebab satu-satunya tatanan hidup manusia yang menjamin keselamatannya adalah hanyalah Islam yang datang dari Allah SWT. Sebagai rahmat_Nya bagi manusia. Oleh karena itu, dakwah pada hakikatnya menyangkut persoalan kemanusian yang sangat penting dan selalu masa kini, sebab keselamatan manusia tergantung pada menerima terhadap dien al-Islam yang didakwahkan sebagai tatanan hidup yang akan memberikan sesuatu yang dapat menyelamatkan hidup manusia (Ahmad Subandi dan Syukriadi Sambas, 1999:10 ). Dakwah yang bersifat memberi bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri dalam memecahkan masalah dengan sendirinya dinamakan bimbingan agama atau irsyad. Menurut Fakhruddin (1994, Juz IV: 16-17) yang dilansir oleh (Ahmad Subandi dan Syukriadi Sambas, 1999:51 ) bentuk kata irsyad, yaitu al-Irsyad berarti petunjuk, kebenaran ajaran, dan bimbingan dari Allah SWT. Yang mengandung suasana kedekatan antara pemberi dan penerima al-Irsyad. Secara istilah al-Irsyad berarti menunjukkan kebenaran ajaran dan membimbing orang

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam telah mewajibkan kepada pemeluknya yang memenuhi syarat untuk

mendakwahkan syari’at Islam kepada seluruh umat manusia dengan berpedoman

pada Al-Qur’an dan sunnah rasul, sebab satu-satunya tatanan hidup manusia yang

menjamin keselamatannya adalah hanyalah Islam yang datang dari Allah SWT.

Sebagai rahmat_Nya bagi manusia. Oleh karena itu, dakwah pada hakikatnya

menyangkut persoalan kemanusian yang sangat penting dan selalu masa kini,

sebab keselamatan manusia tergantung pada menerima terhadap dien al-Islam

yang didakwahkan sebagai tatanan hidup yang akan memberikan sesuatu yang

dapat menyelamatkan hidup manusia (Ahmad Subandi dan Syukriadi Sambas,

1999:10 ).

Dakwah yang bersifat memberi bantuan yang diberikan oleh seseorang

kepada orang lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri dalam

memecahkan masalah dengan sendirinya dinamakan bimbingan agama atau

irsyad.

Menurut Fakhruddin (1994, Juz IV: 16-17) yang dilansir oleh (Ahmad

Subandi dan Syukriadi Sambas, 1999:51 ) bentuk kata irsyad, yaitu al-Irsyad

berarti petunjuk, kebenaran ajaran, dan bimbingan dari Allah SWT. Yang

mengandung suasana kedekatan antara pemberi dan penerima al-Irsyad. Secara

istilah al-Irsyad berarti menunjukkan kebenaran ajaran dan membimbing orang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

2

lain dalam menjalankannya yang berlangsung dalam Susana tatap muka dan

penuh keakraban.

Dalam pengertian tersebut irsyad berarti bimbingan Islam, dalam prosesnya

akan melibatkan unsur (1) Mursyid (pembimbing); (2) maudhu (pesan/materi

bimbingan); (3) metode; (5) mursyad bih (peserta bina/klien); dan (5) tujuan yang

akan dicapai (Ahmad Subandi dan Syukriadi Sambas, 1999:54).

Gunarsa (1996: 18-27) mengemukakan bahwa inti bimbingan dari sudut

pandang psikologis adalah memberikan bantuan kepada klien dalam memecahkan

problema yang dihadapinya dan didalam bimbingan itu ada beberapa faktor yang

penting yaitu: (1) bahwa bimbingan berhubungan dengan tujuan membantu orang

lain menentukan pilihan dan tindakan yang solutif; (2) bahwa dalam proses

bimbingan terjadi proses belajar; dan (3) bahwa terjadi perubahan dan

perkembangan kepribadian dalam proses bimbingan sebagai suatu yang akan

dicapai (Ahmad Subandi dan Syukriadi Sambas, 1999:56 ).

Bimbingan agama tidak hanya diberikan pada suatu individu atau satu

kelompok saja akan tetapi bimbingan agama diberikan kepada setiap orang yang

ingin mendapatkan bantuan untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Diantara orang tersebut adalah santri, yaitu orang yang belajar ilmu agama

disebuah Pondok Pesantren, ia menganggap Pondok Pesantren adalah sebagai

lembaga Islam yang dapat membimbing agama pada dirinya untuk memahami

tentang ajaran Islam dan untuk mengetahui dirinya sebagai hamba Allah.

Menurut M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo (2005:8-9) di dalam

buku “Manajemen Pondok Pesantren” menyebutkan keberadaan Pesantren

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

3

sebagai lembaga pendidikan, baik yang masih mempertahankan pendidikan

tradisionalnya maupun yang sudah mengalami perubahan, memiliki pengaruh

besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dari waktu ke waktu, pesantren

semakin tumbuh dan berkembang kuantitas maupun kualitasnya. Tidak sedikit

dari masyarakat yang masih menaruh perhatian besar terhadap pesantren sebagai

pendidikan alternatif.

Pendidikan pesantren juga dapat dikatakan sebagai modal sosial dan bahkan

soko guru bagai perkembangan pendidikan nasional Indonesia. Karena pendidikan

pesantren yang berkembang pada saat ini dengan berbagai ragam modelnya

senantiasa selaras dengan jiwa, semangat dan kepribadian bangsa Indonesia yang

mayoritas beragama Islam. Maka dari itu, sudah sewajarnya apabila

perkembangan dan pengembangan pendidikan pesantren akan memperkuat

karakter social sistem pendidikan Indonesia yang memiliki kehandalan

penguasaan pengetahuan dan kecakapan teknologi yang senantiasa dijiwai nilai-

nilai luhur keagamaan.

Pusat perhatian bimbingan dan penyuluhan agama terutama di Pondok

Pesantren adalah membangkitkan daya rohaniah manusia melalui iman dan

taqwanya kepada Tuhan untuk mengatasi segala kesulitan yang dihadapi dalam

kehidupannya. Kesulitan hidup itu bisa berhubungan dengan masalah pekerjaan,

kehidupan berkeluarga, masalah belajar, masalah sosial, dan bisa juga

berhubungan dengan keyakinan agama itu sendiri. Agar kesehatan mental bisa

terjaga seperti sifat dari bimbingan yaitu bersifat preventif.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

4

Pengasuhan santri bertugas dan berfungsi sebagai bagian bimbingan dan

penyuluhan bagi para santri. Dalam pelaksanaan tugas ini, pengasuhan santri

secara langsung membimbing para santri dibantu dengan rois (ketua santri)

beserta para dewan guru.

Pondok putri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut adalah salah satu

komponen Pesantren yang disediakan bagi santri yang tempat tinggal asalnya jauh

atau ingin mengoptimalkan dalam menimba ilmu di Pesantren serta sanggup

mentaati tata tertib dan peraturan pondok selama tinggal di Pesantren. Kegiatan

dan kehidupan santri di Pondok diarahkan pada nilai-nilai pendidikan, bimbingan

ibadah dan pembinaan Akhlakul Karimah serta membangun suatu kehidupan

sebagai Miniatur Masyarakat Islami. Keberadaan pondok dimaksudkan untuk

lebih memudahkan pembinaan, bimbingan serta tarbiyah santri dalam kehidupan

bermasyarakat, dalam melaksanakan ibadah atau dalam melaksanakan ajaran

Islam dalam kehidupan sehari-hari. Santri pondok diharapkan dapat memiliki:

prestasi yang baik, wawasan keilmuan, tanggung jawab, mandiri, keterampilan,

serta berakhlakul karimah (Buku panduan Pondok Putri Pesantren Persatuan Islam

Tarogong Garut: 2002:2).

Pondok putri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut ini memiliki visi dan

misi yaitu: Mewujudkan Pondok yang mencerminkan kehidupan sebagai miniatur

masyarakat islami yang bercirikan Ukhuwah (persaudaraan) Tarohum (saling

mengasihi), Ta’awun (saling menolong), Takarum (Saling menghormati), al-amru

bil Ma’ruf wan nahyu anil Munkar (saling mengajak/memerintahkan untuk

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

5

berbuat baik dan saling mencegah kemunkaran) serta Tawasao (saling

menasehati).

Sedangkan misi yang terdapat di Pondok putri Pesantren Islam Tarogong

Garut yaitu: Terbinanya santri yang berakhlakul karimah, tafaqquh fiddin, serta

bertanggung jawab.

Standar keunggulan yang terdapat di Pesantren ini yaitu memiliki sikap Ihsan,

mandiri, terbiasanya melaksanakan ibadah baik wajib maupun sunnah, cara hidup

Islami serta prestasi yang baik. Dengan nilai keunggulan Ketaqwaan, Akhlaqul

Karimah, Kecerdasan, Keterampilan, Kedisiplinan, dan Tanggung Jawab (Buku

panduan Pondok Putri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut).

Para santri yang ada di Pondok pesantren berjumlah 260 orang. Rata-rata usia

santri adalah 13-18 Tahun. Usia tersebut termasuk pada usia remaja. Masa remaja

ini adalah masa rentan, dimasa ini remaja mempunyai tugas untuk mampu

mempersiapkan dirinya dalam menyongsong masa depan, mampu menjawab

pertanyaan siapa dirinya atau mengetahui konsep dirinya, kemudian dapat

mengingat bahwa kegagalan remaja untuk mengisi atau menunaikan tugas ini

dapat berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya kelak.

Banyak faktor yang mempengaruhi proses pencarian jati diri remaja dalam

hal ini santri, selain faktor internal ada juga faktor eksternal yang turut berperan

penting antara lain faktor keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat

dan pergaulan diluar sekolah. Pada masa ini merupakan masa transisi dimana

kondisi mereka masih labil dan mudah terpengaruh apalagi dizaman modern

seperti sekarang ini dengan label modernisasi sangat memudahkan mereka

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

6

mengakses berbagai hal melalui kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang

akhirnya dapat menjerumuskan santri kepada prilaku yang tidak sehat.

Pencarian identitas diri santri berkaitan erat dengan konsep dirinya.

Bagaimana santri memandang dirinya sendiri akan membantu mereka dalam

proses pencarian jati diri. Konsep diri terbentuk dipengaruhi faktor internal dan

eksternal. Terlepas dari faktor tadi yang menentukan adalah bagaimana seseorang

menilai. Dimana santri itu sendiri serta lingkungan sekitarnya, bila menilainya

baik maka akan terbentuk konsep diri positif, tetapi bila sebaliknya kalau diri

santri dan lingkungannya memberikan nilai yang buruk maka akan terbentuk

konsep diri yang negatif dalam diri sanrti tersebut.

Pembentukan konsep diri remaja khususnya santri di Pondok mempunyai

peranan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena

remaja diharapkan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa. Pembentukan

konsep diri remaja yang positif bukan hanya tanggung jawab keluarga tetapi juga

tanggung jawab bersama untuk memikirkan bagaimana caranya agar bangsa ini

dapat mencetak generasi-generasi penerus yang tidak hanya sebatas canggih

dalam ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki kepribadian yang bertakwa dan

mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Dari uraian diatas, menarik untuk diteliti untuk mengetahui mengapa santri

yang sudah lama di pondok pesantren masih saja memiliki konsep diri yang

negatif, seharusnya santri yang sudah lama mondok dipesantren harus sudah

berakhlakul karimah. Karena pondok ini sangat kental dengan kegiatan

bimbingan ibadahnya dan akhlaknya. Oleh karena itu penelitian ini akan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

7

mengarahkan kepada faktor yang mempengaruhi bimbingan keagamaan dalam

meningkatkan pemahaman konsep diri santri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya dalam

berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan keagamaan yang ada di Pondok

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut?

2. Faktor apa saja yang dapat menghambat dan mendukung pada proses

bimbingan keagamaan di Pondok Pesantren Persatuan Islam Tarogong

Garut?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan pembimbing untuk mengatasi dalam

meningkatkan pemahaman konsep diri santri di Pondok Pesantren

Persatuan Islam Tarogong Garut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bimbingan akhlak di Pondok Pesantren Persatuan

Islam Tarogong Garut.

2. Untuk mengetahui faktor yang dapat menghambat dan mendukung pada

proses bimbingan keagamaan di Pondok Pesantren Persatuan Islam

Tarogong Garut.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

8

3. Untuk mengetahui upaya pembimbing untuk mengatasi dalam

meningkatkan pemahaman konsep diri santri di Pondok Pesantren

Persatuan Islam Tarogong Garut.

Dengan memperhatikan tujuan penelitian tersebut maka dapat ditentukan

manfaat penelitian adalah :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai sumbangan

pemikiran bagi dunia pendidikan Islam khususnya pada bidang BPI.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi pembimbing untuk

meningkatkan peran bimbingan konseling Islami di Pondok

Pesantren Persatuan Islam no 76 Rancabogo Garut dalam

menyelesaikan masalah santri.

b. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi para santri untuk

selalu mengembangkan konsep diri yang baik melalui pendekatan

bimbingan dan penyuluhan yang Islami.

D. Tinjauan Pustaka

Berikut ini adalah penelitian sebelumnya yang dapat penulis dokumentasikan

sebagai kajian pustaka.

1. Mahmud Abdul Gani “ Bimbingan Keagamaan dalam membentuk akhlak

remaja di pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Subang” (2009) dari

hasil yang dicapai dari kegiatan bimbingan akhlak terletak pada

perubahan akhlak setelah mengikuti bimbingan dibanding sebelumnya

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

9

seperti meningkatkan ibadah santri, solidaritas dan sopan santun dan

saling menyayangi santri yang semakin baik. Adapun upaya-upaya yang

dilakukan oleh pembimbing dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan bimbingan akhlak terhadap santri pondok pesantren tersebut

adalah dengan metode langsung, dengan teknik bertatap muka,

percakapan pribadi, kunjungan dan observasi kerja antara pembimbing

dengan terbimbing yang memerlukan bimbingan.

2. Ranny S Rusdini “ Peran Pelaksanaan Mentoring Dalam Pengembangan

Konsep Diri Remaja Pada Lembaga Karisma ITB” (2010). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan mentoring di karisma

ITB Bandung mempunyai peran positif dalam mengembangkan konsep

diri remaja, yaitu remaja menjadi lebih menghargai dirinya, dan

mempunyai harapan yang positif pada dirinya. Hasil wawancara kepada

responden sebelum mengikuti mentoring di karisma menunjukan bahwa

responden mempunyai konsep diri yang kurang positif. Dan hasil

wawancara kepada responden setelah mengikuti mentoring menunjukkan

bahwa responden mengalami pengembangan konsep diri pada arah yang

positif.

3. Leli Bahari “ Bimbingan keagamaan Pesantren Pasir Nangka terhadap

Remaja korban narkoba di Pesantren Pasir Nangka Ciwidey Kabupaten

Bandung” (2010). Hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan

keagamaan pondok Pesantren Pasir Nangka terhadap remaja korban

narkoba sebagai berikut: metode yang dilakukan ceramah, pemberdayaan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

10

agro bisnis serta hikmah. Sedangkan faktor penunjang dalam metode

yang dilakukan adalah adanya sebuah kerja sama antara pihak

pembimbing dari pihak pesantren dan rumah dukungan dari berbagai

pihak pada kegiatan tersebut sarana yang mendukung. Dan faktor

penghambatnya adalah kontrolisasi dari pihak orang tua pada anaknya

kurang diakibatkan kesibukan.

E. Kerangka Berfikir

Bimbingan dan konseling Islam merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan

dalam rangka mengembangkan potensi dan memecahkan masalah yang dialami

klien agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat berdasarkan

ajaran Islam.

Menurut James F. Adam menjelaskan bahwa” Counseling adalah suatu

pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana seorang (counselor)

membantu yang lain (counselee), upaya ia dapat lebih baik memahami dirinya

dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu

itu dan waktu yang akan datang.” Dengan pengertian tersebut jelaslah counseling

merupakan salah satu tekni pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan, yaitu

dengan memberikan bantuan secara individual (face to face relationship).

Guidance dan counseling mempunyai hubungan yang sangat erat, perbedaannya

terletak di dalam tingkatannya. (I.Djhumhur&Moh. Surya 1975:29).

Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar

mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

11

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian bimbingan

Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya,

tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan Al-

Qur’an dan sunnah Rasul. Bimbingan Islami merupakan proses pemberian

bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan

sekedar membantu individu. Individu dibimbing, dibantu, agar mampu hidup

selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.

Peranan agama dalam bidang bimbingan dan konseling akan memberikan

warna, arah dan susunan hubungan yang tercipta antara klien dan konselor.

Prayitno menyatakan unsur-unsur agama tidak boleh diabaikan dalam konseling,

dan justru harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencapai kesuksesan,

upaya bimbingan dan konseling yaitu kebahagiaan klien.

Manfaat pendekatan agama (psikoreligius) di bidang kesehatan jiwa

dibuktikan dari hasil penelitian D.B. Larso yang menyimpulkan bahwa di dalam

memandu kesehatan manusia yang serba komplek ini dengan segala keterkaitan,

hendaknya komitmen agama sebagai suatu kekuatan (spiritual power) jangan

diabaikan begitu saja karena agama dapat berperan sebagai pelindung.

Secara umum tujuan bimbingan dan konseling Islami adalah membantu

individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan secara khusus bertujuan

untuk membantu individu agar menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah,

sehingga perilakunya tidak keluar dari aturan, ketentuan dan petunjuk Allah

(http://arf88.blogspot.com/ Arif Ainur Rofiq).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

12

Menurut Hanna Djumhana (1995:150), menyatakan yang memberikan cara

alternatif kita dalam pengembangan kesehatan mental menurut Islam. Intinya

dalam pelaksanaan ajaran Islam ialah harus terintegrasinya ajaran-ajaran Islam,

ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan sifat-sifat tercela penyesuaian diri,

pengembangan potensi dalam pengembangan pribadi pada umumnya. Sehingga

kondisi pribadi berkembang menjadi lebih matang secara emosional, intelektual,

sosial, serta matang pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT (Enjang

AS, 2009:60).

Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan pemikiran diatas, maka visi masa depan

penyuluhan Islam dalam bidang kesehatan mental bisa menumbuh kembangkan

sifat-sifat terfuji (mahmudah) dan menghilangkan sifat-sifat tercela (mazmumah)

pada diri pribadi muslim. Sementara untuk misinya Tohari Musnamar (1992:34-

38) mengemukakan empat misi bimbingan dan penyuluhan Islam, Pertama:

membantu individu untuk mengetahui, mengenal dan memahami diri sesuai

dengan hakikatnya. Kedua: membantu individu agar menerima keadaan diri

seperti adanya, segi baik dan buruknya, kekuatan kelemahannya, sebagai takdir

Allah atas dirinya. Ketiga: membantu individu agar memahami dan menerima

keadaan (situasi dan kondisi) yang dihadapi individu yang bersangkutan.

Keempat: membantu individu agar menemukan alternatif pemecahan dan

mengantisifasi masa depan, sehingga ia mampu memperkirakan kemungkinan

akibat yang akan terjadi berdasarkan perbuatan atau tindakan saat ini (Enjang AS,

2009: 61).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

13

Wiiliam D. Brooks (1974: 40) mendefinisikan konsep diri sebagai “ those

phycal, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived

from experience and our interactions with order” jadi, konsep diri adalah

pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi diri kita boleh bersifat

psikologi, sosial, dan fisik. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif,

tetapi juga penilaian tentang diri kita. Jadi konsep diri meliputi apa yang kita

pikirkan dan anda rasakan tentang diri kita (Jalaluddin Rahmat 2007: 99-100).

Dengan demikian ada dua konsep diri: komponen kognitif dan komponen

negative. Boleh jadi komponen kognitif anda berupa “ saya ini orang bodoh,” dan

komponen afektif anda berkata “ saya senang diri saya bodoh; ini lebaih baik bagi

saya.” Boleh jadi komponen kognitifnya seperti tadi, tapi komponen afektifnya

berbunyi, “ saya malu sekali karena saya jadi orang bodoh.” Dalam psikologi

social, komponen kognitif disebut dengan citra diri (self image), dan komponen

adektif disebut dengan harga diri (self esteem). Keduanya menurut William D.

Brooks dan Phillip Emmert (1976: 45), berpengaruh besar pada pola komunikasi

interpersonal (Jalaluddin Rahmat 2007:100).

Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Dacey & Kenny, 1997), konsep diri

adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu

tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang

lain (Keliat, 1992). Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan

kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang

berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

14

Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan

bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa,

maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir

bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal. Jadi bisa

dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap

aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu

(Calhoun & Acoccela, 1990). Singkatnya, Calhoun & Acoccela mengartikan

konsep diri sebagai gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan

tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian terhadap diri

sendiri.

Menurut Calhoun & Acoccela (1990), dalam perkembangannya konsep diri

terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

a. Konsep Diri Positif

Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu

kebanggan yang besar tentang diri. Konsep diri positif bersifat stabil dan

bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu

yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima

sejumlah fakta yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi

terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan

orang lain. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan

merancang tujuan-tujuan yang untuk dapat dicapai, mampu menghadapi

kehidupan didepannya serta

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

15

menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan. Singkatnya,

individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu

betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan

kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta mampu

merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.

b. Konsep Diri Negative

Calhoun & Acoccela membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe,

yaitu:

1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak

teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri.

Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan

dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.

2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini

bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras,

sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya

penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya

merupakan cara hidup yang tepat. Sesuai dengan realitas, yaitu

tujuan yang mempunyai kemungkinan besar.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

16

1.1 Skema Peranan Bimbingan Keagamaan Islam

Terhadap Penanggulangan Konsep Dir Negatifi santri

Bimbingan Keagamaan:

1. Bimbingan ibadah

2. Bimbingan akhlak

3. Bimbingan

kepribadian

Santri yang mengalami

problema dalam konsep

diri

Hasil yang diharapkan:

1. Santri berakhlakul

karimah.

2. Santri berkonsep

diri positif.

3. Santri

bertanggung jawab

4. Santri cerdas dan

berprestasi

Langkah-langkah:

1. Pengajian rutin

2. Mentoring

3. Konseling

4. Bimbingan belajar

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

17

F. Langkah-langkah Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Putri yang berada di daerah

Tarogong Kabupaten Garut. Tepatnya di Jln. Terusan Pembangunan No. 1

Tarogong Garut. Dengan alasan, pertama secara akademis, dilokasi tersebut

terdapat masalah yang menarik untuk diteliti serta data-data yang diperlukan

mudah untuk dikumpulkan. Kedua, secara praktis, lokasi tersebut sangat strategis

dan dekat dengan rumah penulis.

2. Penentuan Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Pendekatan

kualitatif. Menurut Moleong (1998) yang dilansir oleh Arikunto (2010:22)

menyebutkan sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-

kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti dan benda-benda yang diamati

sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau

bendanya. Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian

dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Penelitian ini

memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya

sebagai suatu kasus.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer ini merupakan data utama berupa teks wawancara dengan

santri mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegitatan bimbingan

keagamaan, konsep diri, dan upaya yang dilakukan pembimbing (Murobi) dalam

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

18

membimbing konsep diri dan akhlak yang baik (santri) di Pondok Pesantren

Tarogong Garut

b. Data Sekunder

Adapun data sekunder adalah data pelengkap yang sudah tersedia berupa

sumber-sumber literatur, buku, majalah ilmiah dan artikel yang berkaitan dengan

penelitian.

c. Subjek Penelitian

a) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang

yang ada di pondok pesantren, serta para pihak pendukung ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi (arikunto:2010:173),

adapun populasi dalam penelitian ini adalah santriwati kelas tiga

muallimien yang berjumlah 28 orang.

b) Sampel /Sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2010: 174).

Dalam penelitian ini sampel yang terlibat dalam bimbingan

penyuluhan Islam sebagai berikut:, seluruh santri kelas tiga

muallimien.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

19

4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah:

1) Teknik Observasi

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format

yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2010: 272). Sedangkan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung dalam situasi yang

sebenarnya, seperti observasi untuk mengetahui sarana prasarana yang disediakan

pondok pesantren, kegiatan bimbingan, serta kondisi santri khususnya mengenai

konsep dirinya.

2) Teknik Wawancara

Metode wawancara dalam penelitian ini dipakai penulis untuk mengambil

data tentang pelaksanaan bimbingan konseling Islami di Pondok Putri Tarogong

Garut serta perannya dalam pembentukan konsep diri santri. Wawancara

dilakukan terhadap pembimbing santri (Murobi), santri serta pihak-pihak terkait

seperti kepala pondok Pesantren.

3) Teknik Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi,

yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan

sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Sumber dokumentasi dari Pondok Putri

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2219/4/4_Bab1.pdfperanan yang sangat penting untuk kemajauan bangsa, Negara dan agama karena remaja diharapkan berpartisipasi

20

Pesantren Tarogong Garut, mengenai letak geografis, sejarah berdirinya, kegiatan

bimbingan, dan pelaksanaan bimbingan konseling yang Islami di pondok tersebut.

4) Teknuk Analisis Data

Analisis data sebagai proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih mudah dibaca.

Setelah melakukan pengumpulan data seperlunya, maka langkah

selanjutanya adalah melakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul,

adapaun langkah penganalisisan data dilakukan dengan:

a. Pengklasifikasian data sesuai dengan tujuan pembahasan

b. Penafsiran terhadap data yang telah diklasifikasikan dengan

menggunakan teori dalam kerangka pemikiran ini.

c. Menarik kesimpulan.

Sedangkan data yang dipergunakan penulis adalah data kualitatif, data

kualitatif ini diolah melalui analisis logis karena penulis menggunakan data yang

tidak berbentuk statistik.