BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan yang membentuk konfigurasi permukaan bumi. Menurut Zuidam and Cancelado (1979) geomorfologi merupakan studi yang mendiskripsikan bentuklahan serta proses – proses yang mempengaruhi dan menganalisis hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses – proses yang mempengaruhinya dalam konteks kelingkungan. Bentuklahan merupakan bagian permukaan bumi yang keberadaanya sangat dipengaruhi oleh relief, struktur geologi, batuan dan proses yang dialami. Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk akibat adanya proses geomorfologi. Proses – proses geomorfologi meninggalkan bekas – bekasnya yang nyata pada bentuklahan, dan setiap proses geomorfologi akan membangun suatu karakteristik tertentu pada bentuklahannya (Thornbury, 1958). Proses – proses geomorfologi dapat bersifat konstruksional maupun destruksional. Degradasi merupakan salah satu proses geomorfologi yang cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi dengan di dalamnya mencakup proses pelapukan, gerak massa tanah atau batuan dan erosi yang dipengaruhi oleh faktor geologis, iklim, topografi, vegetasi dan tanah. Pergerakan massa tanah atau batuan dapat terjadi dengan diawali oleh terganggunya kestabilan lereng akibat berbagai faktor sehingga menyebabkan massa tanah atau batuan di suatu bidang tidak stabil dan berpotensi untuk mengalami pergerakan menuruni lereng dan dapat menjadi peristiwa longsorlahan. Longsorlahan akibat dari lereng yang tidak stabil dapat berubah menjadi bencana apabila peristiwa tersebut berada di daerah yang terdapat berlangsungnya kegiatan manusia. Seperti halnya bencana longsorlahan yang telah terjadi di Propinsi Jawa Tengah.

Transcript of BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang...

Page 1: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan yang

membentuk konfigurasi permukaan bumi. Menurut Zuidam and Cancelado

(1979) geomorfologi merupakan studi yang mendiskripsikan bentuklahan

serta proses – proses yang mempengaruhi dan menganalisis hubungan timbal

balik antara bentuklahan dan proses – proses yang mempengaruhinya dalam

konteks kelingkungan. Bentuklahan merupakan bagian permukaan bumi yang

keberadaanya sangat dipengaruhi oleh relief, struktur geologi, batuan dan

proses yang dialami.

Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk akibat

adanya proses geomorfologi. Proses – proses geomorfologi meninggalkan

bekas – bekasnya yang nyata pada bentuklahan, dan setiap proses

geomorfologi akan membangun suatu karakteristik tertentu pada

bentuklahannya (Thornbury, 1958). Proses – proses geomorfologi dapat

bersifat konstruksional maupun destruksional. Degradasi merupakan salah

satu proses geomorfologi yang cenderung menyebabkan penurunan

permukaan bumi dengan di dalamnya mencakup proses pelapukan, gerak

massa tanah atau batuan dan erosi yang dipengaruhi oleh faktor geologis,

iklim, topografi, vegetasi dan tanah.

Pergerakan massa tanah atau batuan dapat terjadi dengan diawali

oleh terganggunya kestabilan lereng akibat berbagai faktor sehingga

menyebabkan massa tanah atau batuan di suatu bidang tidak stabil dan

berpotensi untuk mengalami pergerakan menuruni lereng dan dapat menjadi

peristiwa longsorlahan. Longsorlahan akibat dari lereng yang tidak stabil

dapat berubah menjadi bencana apabila peristiwa tersebut berada di daerah

yang terdapat berlangsungnya kegiatan manusia. Seperti halnya bencana

longsorlahan yang telah terjadi di Propinsi Jawa Tengah.

Page 2: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

2

Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, pada tanggal 3 Januari

2006, mengalami bencana longsorlahan yang mengakibatkan tertimbunnya

desa dibawah perbukitan (Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan, 2009).

Akibat tanah longsor tersebut, 76 korban meninggal, 212 rumah dan 5,2

hektar lahan persawahan tertimbun lumpur dan batu besar. Longsor lahan

yang terjadi diakibatkan kurang sigapnya masyarakat dalam mengantisipasi

ketika bahaya tersebut mengancam maupun kurangnya perhatian masyarakat

akan ancaman bahaya longsor yang akan terjadi. Sehingga menimbulkan

kerusakan yang sangat berat seperti rusaknya fasilitas penduduk maupun

lahan pertanian bahkan mengkibatkan rusaknya rumah – rumah warga

sehingga dapat menelan korban manusia.

Menurut Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral, meluasnya

kawasan rawan longsor di suatu tempat dapat disebabkan oleh perilaku

manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim (Samariansyah,

2011). Pembukaan lahan sebagai contoh pengubahan tata guna lahan yang

kebanyakan digunakan untuk pertanian, permukiman, dan industri menjadi

penyebab utama longsor karena mengurangi daya dukung tanah sehingga

lereng menjadi labil. Pada saat musim penghujan dikhawatirkan ancaman

bencana longsor semakin tinggi.

Kestabilan lereng sangat ditentukan oleh variabel – variabel fisik

medan yang saling berhubungan. Kondisi fisik medan yang ada sangat perlu

diperhatikan berkaitan dengan adanya perkembangan petumbuhan penduduk

yang semakin meningkat dan adanya proses alam yang terjadi. Bentuk dan

kemiringan lereng, kekuatan material, kedudukan muka air tanah dan kondisi

drainase setempat sangat berkaitan pula dengan kondisi kestabilan lereng

Verhoef (1985, dalam Zakaria, t.t).

Penelitian mengenai kestabilan lereng sangat diperlukan untuk

mengantisipasi adanya gerakan tanah secara dini sebelum terjadi bencana

longsorlahan. Secara keruangan kerentanan gerakan tanah dapat

dipresentasikan berdasarkan variabel – variabel yang mempengaruhinya,

sehingga pola agihan gerakan tanah dapat diamati. Berdasarkan hal tersebut

Page 3: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

3

maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng

pada Sub DAS Progo Hulu Kabupaten Temanggung dan pengaruhnya

terhadap kerentanan gerakan massa serta sebaran kerentanan gerakan massa

di daerah penelitian.

1.2. Perumusan Masalah

Gerakan massa tanah berupa longsoran akibat dari lereng yang

tidak stabil dapat menjadi bencana yang membahayakan. Banyak faktor

semacam kondisi geologi, hidrologi, topografi, iklim dan perubahan cuaca

dapat mempengaruhi stabilitas lereng yang mengakibatkan longsoran

(Hardiyatmo, 2006). Longsor seringkali terjadi akibat adanya pergerakan

tanah pada kondisi daerah lereng yang curam, tingkat kelembapan tinggi,

vegetasi jarang (lahan terbuka) dan material kurang kompak. Faktor lain

untuk timbulnya longsor adalah rembesan, pelapukan dan aktifitas geologi

seperti patahan dan rekahan.

Sub DAS Progo Hulu merupakan bagian dari sistem daerah aliran

sungai Progo yang berada di daerah administrasi Kabupaten Temanggung,

Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan dari data Dinas Energi dan Sumber Daya

Mineral (2010 dalam Suara Merdeka, 2010) daerah yang paling banyak

memiliki lokasi rawan longsor di Jawa Tengah terdapat di Kabupaten

Temanggung (274 desa) kemudian disusul Wonosobo (260 desa), Banyumas

(238 desa), dan Kabupaten Magelang (163 desa). Beberapa daerah rawan

bencana longsorlahan di Kabupaten Temanggung tersebut diantaranya berada

di Sub DAS Progo Hulu.

Sub DAS Progo Hulu mengalami peningkatan kepadatan penduduk

di tiap tahunnya. Berdasarkan data statistik pada tahun 2010, dapat diketahui

bahwa daerah – daerah yang berada dalam bagian Sub DAS Progo Hulu

dengan kepadatan penduduk tinggi sebagian besar berada di daerah

perbukitan dan pegunungan. Seperti halnya di kecamatan Ngadirejo dengan

luas 53,31 km2 memiliki kepadatan 1.011 jiwa/ km2, Kecamatan Jumo seluas

29,32 km2 dengan kepadatan mencapai 929 jiwa setiap kilometer persegi

Page 4: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

4

(BPS, 2011). Perkembangan penduduk demikian dapat menyebabkan Sub

DAS Progo Hulu semakin rentan mengalami tekanan penduduk terhadap tata

guna lahan. Lahan yang dibuka sebagai permukiman pada sub DAS ini yang

terjadi tidak hanya berada di satu titik pusat kota, tetapi mulai berkembang ke

beberapa daerah sekitarnya yang umumnya bertopografi berbukit maupun

bergunung.

Menurut data statistik pada tahun 2010 penggunaan lahan terbesar

di daerah Temanggung berupa tegalan yaitu mencapai 32,27% dari luas lahan

sebesar 82.616 Ha. Lahan untuk persawahan pengairan maupun tadah hujan

23,7%, perkebunan 10,65%, kolam dan lahan lainnya 3,49% serta pembukaan

untuk lahan bangunan sudah mencapai 12,42%. Sedangkan lahan yang

digunakan sebagai hutan rakyat/ negara hanya sebesar 18,51% (BPS, 2011).

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tata guna lahan di Sub DAS Progo

Hulu lebih banyak digunakan untuk lahan terbuka. Banyaknya lahan tersebut

secara langsung menyebabkan perubahan bentuk pada fisik lereng, misalnya

pemotongan atau pengeprasan lereng untuk kepentingan peningkatan

kemudahan aksessibilitas jalan dan penggalian maupun pengurugan tanah

yang menyebabkan beban lereng menjadi berubah dan lereng menjadi

semakin tidak stabil.

Sub DAS Progo Hulu memiliki topografi yang beragam dari

dataran hingga bergunung, sehingga lereng yang ada juga bervariasi. Curah

hujan di Sub DAS Progo Hulu rata – rata mencapai lebih dari 2.000

mm/tahun dengan suhu berkisar 200 – 300C. Sebagai faktor pemicu, curah

hujan dapat menyebabkan tanah menjadi jenuh sehingga merubah sifat fisik

tanah. Suhu juga dapat mempengaruhi proses pelapukan yang ada.

Kondisi demikian dapat memberikan indikasi pada Sub DAS Progo

Hulu menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana gerakan tanah. Bencana

yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian material bahkan korban jiwa

karena sebagian besar berada di tempat manusia melangsungkan kegiatan.

Minimnya informasi kondisi kestabilan lereng di daerah ini dapat

mengakibatkan banyaknya resiko yang ditanggung oleh pihak – pihak yang

Page 5: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

5

terkait. Sehingga informasi berupa data spasial yang dipresentasikan dalam

peta sangat diperlukan.

Medan merupakan kenampakan pada lahan yang kompleks dengan

atribut sifat fisik di permukaan bumi dan di dekat permukaan bumi (Zuidam

and Cancelado, 1979). Agar dapat mengetahui secara detail kondisi dan

karakteristik medan maka daerah penelitian dilakukan pengelompokan ke

dalam satuan medan sebagai satuan pemetaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan permasalahan yang akan dikaji :

1. Bagaimanakah tingkat kestabilan lereng di Sub DAS Progo Hulu

Kabupaten Temanggung ?

2. Bagaimanakah pola agihan kerentanan gerakan massa tanah di Sub DAS

Progo Hulu Kabupaten Temanggung ?

3. Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng terhadap kerentanan gerakan

massa tanah di Sub DAS Progo Hulu Kabupaten Temanggung ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui tingkat kestabilan lereng di Sub DAS Progo Hulu Kabupaten

Temanggung.

2. Mengetahui pola agihan kerentanan gerakan masa tanah di Sub DAS

Progo Hulu Kabupten Temanggung.

3. Mengetahui pengaruh tingkat kestabilan lereng terhadap kerentanan

gerakan massa tanah pada Sub DAS Progo Hulu Kabupten Temanggung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini adalah terapan ilmu geomorfologi dengan hasil akhir

dapat mengetahui pengaruh kestabialan lereng terhadap kerentanan gerakan

massa tanah berdasarkan kondisi medan. Selain itu dapat mengetahui agihan

kerentanan gerakan massa tanah berdasarkan peta tingkat kerentanan gerakan

massa tanah di daerah penelitian. Sehingga dari hasil penelitian ini

Page 6: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

6

diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dalam bidang

kebencanaan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dan bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk pemanfaatan lahan

maupun pemerintah daerah setempat dalam penentuan kebijakan terutama

pengaturan pemanfaatan lahan di lingkungan Sub DAS Progo Hulu

Kabupaten Temanggung.

1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Telaah Pustaka

Geomorfologi adalah ilmu yang menitikberatkan pada

bentuklahan yang merupakan cerminan dari hasil interaksi proses endogen

dan eksogen. Menurut Dibyosaputro (1997), proses geomorfologis

menyangkut semua perubahan fisik maupun kimia yang terjadi

dipermukaan bumi oleh tenaga – tenaga geomorfologis. Proses

geomorfologis dapat menyisakan bentuklahan yang berbeda. Sehingga

bentuklahan merupakan hasil dari proses geomorfologis yang beroperasi di

permukaan bumi.

Bergeraknya massa tanah dan batuan disebabkan karena

adanya gangguan keseimbangan lereng yang bergerak ke tempat yang

lebih rendah (Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan, 2009). Gerakan

massa merupakan salah satu dari proses geomorfologis yang memiliki

berbagai macam bentuk sesuai dengan tipe gerakan dan materialnya.

Varnes (1978 dalam Zakaria t.t) membagi gerakan tanah dan batuan terdiri

atas jatuhan (fall), jungkiran (topple), luncuran (slide), nendatan (slump),

gerak horizontal/ bentang lateral (lateral spread), aliran (flow), rayapan

(creep) dan majemuk (complex). Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel

1.1.

Jatuhan (falls) merupakan massa batuan bergerak melalui

udara, termasuk gerak jatuh bebas, meloncat dan penggelindingan

bongkah batu dan bahan rombakan tanpa banyak bersinggungan satu

Page 7: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

7

dengan yang lain. Jatuhan banyak terjadi pada lereng terjal atau tegak yang

terdiri dari batun yang mempunyai bidang – bidang tidak menerus

(diskontinuitas) (Hardiyatmo, 2006).

Tabel 1.1 Jenis Gerakan Tanah dan Batuan Menurut Varnes (1978)

Sumber: Zakaria, t.t

Jatuhan (falls) merupakan massa batuan bergerak melalui

udara, termasuk gerak jatuh bebas, meloncat dan penggelindingan

bongkah batu dan bahan rombakan tanpa banyak bersinggungan satu

dengan yang lain. Jatuhan banyak terjadi pada lereng terjal atau tegak yang

terdiri dari batun yang mempunyai bidang – bidang tidak menerus

(diskontinuitas) (Hardiyatmo, 2006).

Jatuhan pada tanah biasanya terjadi pada material yang mudah

tererosi diatas tanah yang tahan terhadap erosi. Gerakan ini dapat terjadi

pada semua jenis batuan yang terjadi di sepanjang kekar, bidang dasar atau

zona patahan lokal. Terjadi akibat oleh pelapukan, perubahan temperatur,

Page 8: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

8

tekanan air atau penggalian/ penggerusan bagian bawah lereng. Termasuk

jenis gerakan ini adalah runtuhan batu, bahan rombakan maupun tanah.

Gambar 1.1 Ilustrasi Gerakan Tanah Berupa Jatuhan Batuan Menurut

Varnes (Hardiyatmo, 2006)

Robohan (topples) merupakan jenis gerakan yang hampir mirip

dengan jatuhan. Pada umumnya robohan diakibatkan dari air yang mengisi

retakan dan terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal hingga tegak.

Page 9: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

9

Pada robohan, gerakan yang terjadi adalah mengguling hingga roboh yang

berakibat batuan lepas dari permukaan lerengnya.

Gambar 1.2 Ilustrasi Robohan Batuan (Hardiyatmo, 2006)

Longsoran - longsoran gelinciran (slides) adalah gerakan yang

disebabkan keruntuhan melalui satu atau beberapa bidang yang dapat

diamati ataupun diduga. Pada Tabel.1.1 diketahui bahwa longsoran terbagi

atas dua jenis, yaitu rotasi dan translasi. Longsoran rotasi merupakan

longsoran gelinciran dengan bidang longsor melengkung dan gerakannya

dapat menghasilkan susunan material tidak banyak berubah.

Longsoran rotasional dibedakan menjadi tiga macam

(Hardiyatmo, 2006), yaitu:

1. Penggelinciran (slips/ slump) sebagai gerakan longsoran rotasional

yang terjadi dalam lempung lunak bergerak pada kesatuan yang sama

dan menghasilkan bidang longsor yang mendekatai lingkaran.

2. Longsoran rotasional berlipat (multiple rotational slides) sebagai

bentuk longsoran yang berkembang secara bertahap dan menyebar ke

belakang di sepanjang biadang longsor.

3. Longsoran berurutan (successive slips) merupakan kesatuan dari

longsoran rotasional dangkal yang terbentuk secara berurutan pada

lempung terkonsolidasi berlebihan retak – retak

Page 10: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

10

Gambar 1.3 Macam – Macam Longsoran Rotasional (Hardiyatmo, 2006)

Longsoran translasional sebagai gerakan yang terjadi di

sepanjang material lemah dengan arah sejajar pada lereng. Longsoran ini

terbagai atas:

1. Longsoran blok translasional (translational block slides), terjadi pada

lapisan batuan dengan lereng yang miring. Dipicu oleh penggalian

lereng bagian bawah.

2. Longsoran pelat (slab) terjadi di lereng lempung yang lapuk dengan

gerakan yang mendekati sejajar dengan perumukaan tanah yang

terletak pada lapisan batu.

3. Longsoran translasional berlipat (multiple translational slides),

merupakan longsoran pelat yang kemudian bertahap pada sisi atasnya

akibat puncak longsoran sebelumnya melunak akibat resapan air hujan.

4. Longsoran translasional mundur (retrogressive translational slides).

Merupakan lonsoran yang pada umumnya terjadi pada lempung

berlapis pada lereng yang tidak begitu miring atau datar.

Page 11: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

11

Gambar 1.4 Macam – Macam Longsoran Translasional (Hardiyatmo,

2006)

Aliran (flow) adalah gerakan yang dipengaruhi oleh jumlah

kandungan atau kadar airtanah, terjadi pada material tak terkonsolidasi

dengan bidang geser yang relatif sempit. Termasuk dalam jenis gerakan

aliran kering adalah sandrun (larianpasir), aliran fragmen batu, aliran

loess. Sedangkan jenis gerakan aliran basah adalah aliran pasir-lanau,

aliran tanah cepat, aliran tanah lambat, aliran lumpur, dan aliran bahan

rombakan. Broms, 1975 dalam Hardiyatmo 2006, membagi aliran menjadi

empat tipe, yaitu:

1. Aliran tanah (earth flow), merupakan aliran pada tanah berlempung

dipicu oleh adanya air hujan yang teresap pada tanah. Dapat

berlangsung terus menerus hingga sudut lereng semakin mengecil.

2. Aliran lumpur (mud flow), sering terjadi pada lereng dengan sudut

kemiringa 50 hingga 150 yang memiliki lapisan lempung di antara

lapisan pasir halus. Material ini mengalami perubahan tekanan air pori

akibat meresapnya air hujan sehingga tanah terpecah menjadi

campuran pasir, lumpur dan bongkahan lempung.

3. Aliran debris (debris flow) merupakan aliran dengan material kasar

dengan bentuk aliran yang sempit dan memanjang. Sering terjadi pada

saat hujan lebat atau banjir yang tiba – tiba.

4. Aliran longsoran (flow slide) sebagai bentuk aliran akibat dari sifat

likuid pada lapisan pasir halus yang tidak padat dan pada umumnya

terjadi pada lereng bagian bawah.

Page 12: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

12

Gambar 1.5 Longsoran Tipe Aliran (Hardiyatmo, 2006)

Lereng dapat mengalami gerakan rayapan dengan cara terus

menerus (perlahan) akibat dari tegangan geser yang rendah dengan waktu

yang lama tanpa menyebabkan keruntuhan lereng. Rayapan menerus ini

dapat terjadi pada tanah – tanah lempungan dan batuan yang kelebihan

beban. Hardiyatmo (2006), mendefinisikan rayapan sebagai gerakan tanah

atau batuan pembentuk lereng yang kurang lebih kontinyu dalam arah

tertentu. Gerakan dalam bentuk rayapan terjadi hampir dalam semua tipe

lereng tanah dan batuan dan tidak selalu berakhir dengan longsor. Karena

tanah dan batuan akan sering dapat bertahan, walaupun tegangan yang

bekerja jauh lebih tinggi daripada saat terjadinya rayapan.

Rayapan (creep) adalah gerakan yang dapat dibedakan dalam

hal kecepatan gerakannya yang secara alami dan biasanya lambat.

Kecepatan gerakan ditentukan oleh kemiringn lereng, dengan kecepatan

gerakan tanah akibat rayapan berkisar anatar 1 mm sampai 10 m/th

(Summerfield, 1991 dalam Hardiyatmo 2006). Rayapan tanah dapat terjadi

karena adanya lempung yang mudah mengembang dan menyusut. Selain

itu dapat dikarenakan tekanan air pori tinggi yang dapat mengurangi kuat

geser tanah dan menyebabkan tanah bergerak ke bawah lereng.

Page 13: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

13

Gambar 1.6 Ilustrasi Longsoran Rayapan (Zakaria, t.t)

Gerak horisontal/ bentangan lateral (lateral spread),

merupakan jenis longsoran yang dipengaruhi oleh pergerakan bentangan

material batuan secara horisontal. Terjadi akibat sifat likuid pada tanah

granuler atau turunnya massa batuan yang terpecah – pecah ke dalam

material lunak di bawahnya. Longsoran majemuk (complex landslide)

merupakan gabungan dari dua atau tiga jenis gerakan dari gerakan tanah.

Identifikasi longsoran sangat penting untuk mengetahui tipe

dan penyebab longsoran. Secara umum gerakan tanah dapat diamati pada

lereng – lereng yang mulai mengalami retakan di bagian atasnya dan

terjadi penggembungan pada kaki lereng. Scarp yang menyingkap

tanaman menunjukkan gerakan tanah masih aktif. Arah gerakan dapat

diamati dari posisi arah akar tanaman yang tersingkap. Adanya rembesan

memberikan petunjuk sebagai kaki atau ujung kaki longsoran.

Pada material tanah pada umumnya gerakan tanah

menyebabkan longsoran berbentuk rotasional. Dalam Hardiyatmo (2006),

bagian – bagian dari longsoran dapat diketahui berdasarkan definisi bagian

longsoran menurut Cruden dan Varnes (1992), yaitu :

1. Mahkota (crown), merupakan bagian longsoran yang berada di atas

lonsoran.

Page 14: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

14

2. Scarp mayor atau scarp utama (main scarp) adalah zona pada ujung

atas longsoran yang tidak terganggu oleh longsoran berupa permukaan

miring tajam.

3. Puncak (top) sebagai titik tertinggi pada bidang yang saling

bersinggungan antara material yang tidak bergerak dengan scarp

utama.

4. Kepala (head) adalah bagian atas longsoran di antara material yang

bergerak dengan scarp utama.

5. Scarp minor (minor scarp), merupakan permukaan dengan kemiringan

yang tajam pada material akibat perbedaan gerakan.

6. Tubuh utama (main body) yaitu bagian yang menutupi permukaan

bidang longsor.

7. Kaki (foot) merupakan material yang bergerak melewati kaki lereng.

8. Ujung bawah (tip), sebagai titik pada kaki longsoran yang merupakan

titik terjauh dari puncak longsoran.

9. Ujung kaki (toe) adalah titik terbawah pada material yang bergerak.

10. Bidang longsor atau bidang runtuh (surface of rupture) adalah

permukaan bidang longsor yang merupakan bagian terbawah dari

material bergerak.

11. Ujung kaki bidang longsor (toe of surface rupture) merupakan

perpotongan antara bidang longsor terbawah dengan permukaan tanah

asli.

12. Permukaan pemisah (surface of separation) merupakan permukaan

tanah asli yang tertutup oleh material longsoran.

13. Material pindahan (displaced material) merupakan material yang

bergerak, berpindah dari tempat asalnya,

14. Zona ambles (depletion zona) merupakan area yang kedudukanya

berada di bawah permukaan asli akibat beban material yang berpindah

di tempat tersebut.

15. Zona akumulasi (accumulatin) merupakan volume material yang

menumpuk/ berkumpul di atas tanah asli.

Page 15: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

15

16. Sisi luar (flank) adalah material yang daerahnya berdekatan langsung

dengan sisi luar bindang longsor.

17. Permukaan tanah asli (original ground surface) adalah permukaan

lereng sebelum terjadi longsoran.

Lereng yang tidak stabil dapat menyebabkan lereng menjadi

bergerak. Gerakan tanah dapat disebabkan oleh pengaruh gaya berat

(Thornbury, 1958). Gaya berat merupakan salah satu faktor berasal dari

tubuh lereng, dipengaruhi adanya gravitasi yang merupakan kekuatan yang

bertindak di mana - mana di permukaan bumi serta menarik segala sesuatu

dalam arah menuju pusat bumi.

Gambar 1.7 Komponen Gaya Gravitasi pada Lereng (Zakaria, t.t)

Pada lereng, gaya gravitasi terdiri atas dua komponen yaitu

gravitasi potensial (gp) bergerak tegak lurus dengan kemiringan lereng dan

gravitasi tangensial (gt) yang bergerak searah dengan kemiringan lereng.

Gravitasi potensial berperan untuk menahan tanah agar tetap berada dalam

posisi sedangkan gravitasi tangensial mendorong tanah dengan searah

kemiringan lereng. Kedua komponen ini dapat berperan menentukan

kestabilan lereng terkait gaya yang dimiliki pada suatu massa tanah

maupun batuan.

Selain faktor gaya gravitasi, kestabilan lereng juga dipengaruhi

oleh faktor – faktor antara lain:

1. Topografi

Topografi di dalamnya menyangkut kemiringan lereng,

panjang lereng maupun bentuk lereng. Keadaan morfologi suatu

daerah akan mempengaruhi kemantapan lereng. Hal ini disebabkan

Page 16: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

16

karena morfologi sangat menentukan laju erosi, pengendapan,

menentukan arah aliran tanah dan air permukaan dan mempengaruhi

pelapukan batuan.

Lereng akan mempengaruhi bidang gelincir yang

menyebabkan tanah longsor. Kemiringan lereng berkaitan dengan

besar kecilnya sudut lereng yang mempengaruhi besar kecilnya daya

dorong tanah. Semakin besar sudut kemiringan lereng maka akan

semakin kecil daya hambat lereng sehingga lereng akan menjadi tidak

stabil karena akan mudah terjadi pergerakan.

2. Geologi

Karakteristik geologi di suatu daerah akan mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan permukaan bumi

untuk mencapai suatu kesetimbangan. Faktor-faktor geologi yang

mempengaruhi kestabilan lereng adalah litologi, stratigrafi dan

struktur geologi.

Struktur geologi yang mempengaruhi kestabilan lereng

adalah seperti komposisi lapisan, dan formasi susunan batuannya.

Karakteristik batuan penyusun pada batu lempung mempunyai

karakteristik kedap air, lengket dan licin apabila basah. Pada massa

tanah dengan karakter demikian akan mudah tergelincir dan

mengalami keruntuhan akibat kondisi lereng yang labil.

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran

pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya

kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila

mengalami proses pelapukan dan umumnya menjadi sangat labil dan

rentan mengalami keruntuhan bila terdapat pada lereng yang terjal.

Sesar dapat menyebabkan tanah menjadi tidak stabil pada

lereng tertentu. Zona sesar merupakan zona batuan yang mengalami

penghancuran disebabkan pergeseran batuan pada bidang patahan.

Pada zona sesar tersebut daya tahan menjadi lemah, sehingga lebih

Page 17: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

17

mudah mengalami proses pelapukan, erosi sehingga kestabilan

terganggu.

Geologi di suatu daerah sangat mempengaruhi keadaan

hidrologi tanah. Air hujan masuk ke dalam tanah dan berakumulasi

hingga mengalami kejenuhan. Ketika akumulasi air tersebut terdapat

pada lapisan lunak dan keras yang berselang seling akan membuat

massa tanah menjadi tidak stabil. Zona bidang batas tanah dan batuan

dasar dapat menjadi bidang gelincir pada saat gerakan apabila air

tanah menjadi jenuh dengan arah kemiringanya searah dengan

kemiringan lereng.

Aktivitas kegempaan mengakibatkan getaran dapat

menimbulkan tanah menjadi retak. Getaran yang terjadi biasanya

diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran

lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan

jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak dan lereng menjadi

tidak stabil.

3. Hidrologi

Curah hujan sebagai variabel iklim dapat mempengaruhi

kondisi hidrologi tanah setelah air hujan teresap ke dalam tanah. Air

yang teresap dapat mempengaruhi tinggi rendahnya permukaan air

tanah (water table) yang dapat menyebabkan kejenuhan sehingga

beban tanah meningkat. Adanya infiltrasi air hujan pada tanah,

mengakibatkan perubahan kadar air tanah. Bila kadar air berubah

maka pada umumnya derajat kejenuhan tanah juga mengalami

perubahan.

Suatu massa tanah terdiri dari butiran tanah dan ruang pori

diantara butiran tanah. Dimana ruang pori ini dapat terisi oleh air atau

udara atau gabungan antara keduanya. Bila seluruh ruang pori terisi

oleh air maka massa tanah berada pada kondisi jenuh sehingga lereng

menjadi tidak stabil.

Page 18: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

18

Perubahan angka pori dengan bertambahnya kadar air tanah

akibat adanya infiltrasi air hujan mengakibatkan terjadi perubahan

volume tanah dimana tanah akan mengembang. Pada kondisi ini tanah

sudah banyak mengandung air dalam pori - pori tanahnya, adanya air

dalam pori tanah akan menyebabkan jarak antar butiran tanah akan

menjadi lebih jauh, bidang geser antar partikel tanah lebih besar

sehingga tanah akan mengembang (Hasrullah, t.t).

Selain mempengaruhi kondisi hidrologikal tanah juga akan

memicu lereng menjadi labil akibat gerusan air hujan pada bagian

lapisan tanah yang lemah. Peningkatan kadar air tanah dapat

memperbesar debit air tanah dan erosi di bawah permukaan (Zakaria,

t.t).

4. Penggunaan lahan

Lereng yang tidak stabil sering terjadi di daerah tata lahan

yang terbuka antara lain persawahan, perladangan, dan adanya

genangan air pada lereng yang terjal. Pada lahan persawahan berteras,

adanya genangan air membuat penambahan beban pada lereng dan

perakaran tanaman pada umumnya kurang kuat untuk mengikat butir

tanah. Akibatnya tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air

sehingga tanah menjadi sangat labil.

Vegetasi sangat mempengaruhi kekuatan lereng. Terutama

posisi tanaman keras dan kerapatannya. Adanya akar sebagai pengikat

agregat tanah dapat mengurangi gerakan tanah pada lereng. Daerah

perladangan akar pohon tidak dapat menembus bidang longsoran

yang dalam sehingga pengikatan tanah tidak maksimal sehingga tanah

mudah bergerak.

Tumbuhan dapat mengurangi tekanan pori dalam lereng

karena adanya proses evapotranspirasi, selain itu akar dapat mengikat

partikel tanah di permukaan dan menambah kekasaran permukaan,

sehingga dapat mengurangi kemudahan erosi dan memperkuat lereng

dapat mencegah adanya longsoran dangkal.

Page 19: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

19

Greenway (1987, dalam Anderson and Richards, 1989)

vegetasi sangat mempengaruhi stabilitas lereng karena adanya

hubungan dasar mekanisme yaitu hidrologikal dan mekanikal.

Hidrologikal muncul adanya gangguan terhadap siklus hidrologi

misalnya penurunan kandungan air dalam tanah akan menyebabkan

pengerutan tanah yaitu timbulnya pecahan atau rekahan yang dapat

menambah kapasitas infiltrasi.

Mekanikal muncul dari interaksi antara sistem daun dan

perakaran dari tumbuhan tersebut. Salah satunya adalah akar yang

menembus lapisan tanah dapat menahan lapisan tanah atas sebagai

penopang, berat pohon memberikan beban pada lereng sehingga dapat

menambah komponen gaya normal.

5. Aktivitas manusia

Aktivitas manusia tidak selamanya bersifat membangun

bagi lingkungan disekitarnya. Bahkan sebagian besar aktivitas dari

mereka adalah bersifat destruktif tanpa mengindahkan ancaman yang

akan terjadi. Perluasan lahan di daerah perbukitan maupun

pegunungan untuk keperluan pembangunan permukiman maupun

jalan dapat menimbulkan resiko longsoran akibat lereng yang tidak

stabil.

Penimbunan tanah pada lembah belum terpadatkan

sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya sangat stabil.

Apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti

dengan retakan tanah dan sangat mudah mengalami keruntuhan.

Penambahan beban seperti beban bangunan pada lereng, dan

kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya keruntuhan,

terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya

adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya

kearah lembah. Kegiatan pemotongan lereng (cut and fill) jika tanpa

perencanaan dapat menyebabkan perubahan keseimbangan tekanan

pada lereng (Zakaria, t.t).

Page 20: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

20

Gerakan massa pada dasarnya terjadi pada lereng yang tidak

stabil. Tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu (alamiah),

umumnya berada dalam kondisi yang seimbang terhadap gaya – gaya yang

timbul dari dalam. Pada suatu waktu tanah atau batuan mengalami

perubahan keseimbangan akibat pengangkatan, penurunan, penggalian,

penimbunan, maupun proses perubahan lainnya, maka akan berusaha

untuk mencapai keadaaan yang baru secara alamiah.

Tingkat kerentanan gerakan massa tanah merupakan tingkat

potensi atau kecenderungan suatu lereng untuk bergerak. Kerentanan

gerakan massa tanah di suatu daerah dapat dilakukan pemodelan dengan

sistem informasi geografi berdasarkan kestabilan lereng yang dianalisis

dari data - data hasil survei dan kompilasi data – data sekunder berupa peta

– peta yang berkaitan dengan karakteristik fisik daerah pemetaan.

Hasil pemodelan berupa peta kerentanan gerakan tanah yang

mempresentasikan potensi terjadinya gerakan massa berdasarkan tingkat

kestabilan lerengnya. Informasi dari peta kerentanan gerakan massa tanah

tersebut dapat digunakan sebagai informasi awal untuk analisa resiko dan

penanggulangan bencana serta sebagai acuan dasar untuk pengembangan

wilayah.

Pemetaan tingkat kerentanan gerakan massa tanah di dalam

setiap satuan pemetaan harus diketahui secara jelas kondisi dan

karakteristiknya. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan satuan

pemetaan yang dapat menampakkan kekompleksitasnya yaitu satuan

medan. Medan merupakan kenampakan pada lahan yang kompleks dengan

atribut sifat fisik di permukaan bumi dan di dekat permukaan bumi

(Zuidam and Cancelado, 1979). Menurut Dibyosaputro (1992) pemetaan

daerah bahaya longsorlahan dapat digunakan metode pengharkatan antara

parameter – parameter lahan di setiap satuan lahan.

Page 21: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

21

1.5.2. Penelitian Sebelumnya

Penelitian untuk mengetahui persebaran daerah rawan longsor

telah dilakukan oleh Sidik (2010). Dengan menggunakan model

deterministik dapat menilai tingkat keakuratan SINMAP untuk

memprediksi tingkat kerawanan longsor serta mengetahui tingkat

kerawanan longsor yang dominan di daerah kajian penelitiannya. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa model SINMAP dapat memprediksi

kerawanan longsor hingga mencapai keakuratan 79% dan di daerah

penelitian diketahui dominasi daerah dengan tingkat kerawanan longsor

sedang hinga sangat tinggi.

Penelitian untuk mengetahui tingkat kerentanan gerakan tanah

di daerah Patuk, Gunung Kidul, yang dilakukan oleh Marjuki (2010)

dengan metode skoring menghasilkan 3 tingkat kerentanan yaitu rendah

dengan luas 10,95%, rendah 84,48% dan tinggi seluas 4,57%. Selain itu

dilakukan pula penelitian mengenai pola keruangan titik longsor dengan

memploting titik sebaran longsor kemudian dlakukan analisis tetangga

terdekat dengan hasil diketahui 0 – 0,7 merupakan pola mengelompok, 0,7

– 1,4 pola tersebar tidak merata, 1,4 – 2,149 adalah pola tersebar merata.

Penelitian dilakukan dengan metode validasi, yaitu overlaying peta

kerentanan longsor dengan peta sebaran titik longsor diketahui terdapat

titik longsor dengan tingkat kerentanan rendah 4 titik, 48 titik sedang dan

9 titik tinggi. Dengan mentabulasi hasil overlay dengan menggunakan 6

parameter diketahui memiliki tingkat keakuratan yang belum baik.

Tingkat kerentanan longsor di Kecamatan Bulu Kabupaten

Temanggung telah dilakukan oleh Ningsih (2005) dengan menggunakan

metode pembobotan pada setiap faktor yang digunakan dan analisis

deskriptif kualitatif untuk mengetahui keterkaitan anatara derah

kerentanan longsor dengan bentuk penggunaan lahan. Hasil dari penelitian

tersebut diketahui bahwa Kecamatan Bulu memiliki tingkat kerentanan

longsor rendah hingga sedang. Berdasarkan analisisi yang digunakan

Page 22: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

22

diketahui pula bahwa sawah adalah bentuk penggunaan lahan paling

dominan di daerah kerentanan longsor.

Sumariyatun (2002) telah menganalisis medan terhadap variasi

tipe gerakan massa tanah di suatu daerah aliran sungai. Tujuan dari

penelitiannya adalah untuk mengetahui distribusi kenampakan dan tipe

dari kejadian massa gerakan tanah serta pola persebarannya dengan

mengidentifikasi fariasi medan dan karakter faktor – faktor penyusun

medan. Berdasarkan metode survey lapangan penelitian yang dilakukan

diperoleh hasil bahwa di daerah kajiannya diketahui tipe gerakan massa

tanah dipengaruhioleh erosi karena perbedaan kemiringan lereng, kadar air

dan penggunaan lahan. Gerakan massa tanah di daerah penelitiannya

banyak terpolakan di daerah dengan klas kemiringan V dengan 9 kejadian.

1.6. Kerangka Pemikiran

Gaya yang bekerja pada suatu massa tanah maupun batuan dapat

menghasilkan keruntuhan. Gaya – gaya tersebut dapat berasal dari dalam

maupun gaya luar yang menghasilkan tegangan dan regangan yang

menimbulkan adanya suatu tekanan geser dan hambatan geser. Perbedaan

nilai tekanan dan hambatan geser mengakibatkan lereng mengalami

perubahan keseimbangan.

Lereng secara langsung akan berhubungan dengan kondisi curah

hujan sebagai penentu iklim, geologi, morfologi dan hidrologi tanah serta

aktivitas manusia yang melibatkan perubahan lahan yang ada di dalamnya.

Sehingga kondisi lereng sangat dipengaruhi oleh karakteristik sifat fisik pada

setiap medannya.

Perubahan - perubahan yang terjadi pada suatu lereng, baik secara

cepat maupun lambat, akibat dari interaksi dengan parameter – parameter

tersebut dapat mengakibatkan terjadinya mekanisme gerakan. Perubahan-

perubahan ini bisa berlangsung alami atau dipengaruhi oleh aktivitas manusia

dan menyebabkan gangguan kepada kesetimbangan lereng untuk cenderung

bergerak. Ketidakstabilan lereng memicu terjadinya pergerakan massa tanah

Page 23: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

23

yang bergerak pada suatu bidang luncur dengan arah tegak, mendatar maupun

miring. Bergeraknya massa tanah akibat tidak stabilnya lereng dipengaruhi

dengan karakteristik fisik pada setiap satuan medan.

Satuan medan merupakan satuan terkecil yang mencerminkan pada

karakteristiknya yaitu bentuklahan, lereng, tanah dan penggunaan lahan.

Diketahuinya kondisi dari parameter – parameter tersebut maka dapat

mengetahui seberapa besar tingkat kestabilan lereng yang berpotensi

menimbulkan kelongsoran. Tingkat potensi atau kecenderungan suatu lereng

untuk bergerak umumnya disebut sebagai tingkat kerentanan. Tingkat

kerentanan dapat dikaji melalui identifikasi dan analisis berbagai aspek yang

mempengaruhi kondisi kestabilan suatu lereng, dan dapat diwujudkan dalam

suatu peta zona kerentanan.

Pemetaan sebaran atau agihan - agihan kerentanan gerakan massa

tanah mendasarkan pada pengharkatan antara pengaruh kualitas medan

terhadap kerentanan gerakan massa, yaitu relief, tanah, penggunaan lahan dan

bentuklahan. Agihan kerentanan gerakan massa mempergunakan satuan

medan sebagai satuan pemetaannya dengan pertimbangan bahwa satuan

medan merupakan satuan pemetaan detail yang dapat menggambarkan

kondisi geomorfologis secara jelas.

Page 24: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

24

Keterangan:

: input

: proses

: output

Gambar 1.8 Diagram Kerangka Pemikiran

Massa tanah / batuan

Kondisi fisik satuan medan (iklim,

geologi, morfologi, hidrologi tanah,

aktivitas manusia)

Gaya

Terjadi tekanan dan hambatan

geser pada massa tanah/ batuan

Perubahan kondisi

mekanik dan fisik massa

tanah/ batuan

Tingkat kerentanan

gerakan massa tanah tiap

satuan medan

Massa tanah berpotensi

untuk bergerak/ longsor Lereng tidak stabil

Keseimbangan massa tanah/

batuan pada lereng terganggu

Page 25: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

25

Tabel 1.2 Perbandingan Penelitian Sebelumnya Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Peneitian

Sidik, 2010 Analisis Stabilitas Lereng untuk Zonasi Daerah Rawan Longsor di DAS Secang Kulonprogo dengan Menggunakan Model Deterministik.

- Mengetahui persebaran daerah rawan ongsor di daerah penelitian.

- Menilai keakuratan SINMAP dalam menentukan daerah rawan lonsor.

- Analisis kulitatif dan kuantitatif.

- Analisis komparatif.

- Diketahui DAS Serang didominasi oleh daerah dengan tingkat kerawanan longsor sedang hingga sangat tinggi

- Hasil validasi menggunakan success rate menunjukkan model SINMAP mampu memrediksi tingkat kerwanan longsor dengan nilai keberhasilan mencapai 79%.

Marjuki, 2010 Tingkat Kerentanan Longsor dan Pola Keruangan Titik Longsor di Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul.

- Mengetahui kerentanan longsor di daerah peneitian.

- Mengetahui pola keruangan titik longor yang terdapat di daerah penelitian.

- Mengetahui tingkat ketepatan peta keretanan longsor berdasarkan pola keruangan longsor di daerah penelitian.

- Metode skoring. - Metode analisis tetangga

terdekat dengan memploting titik sebaran longsor untuk mengetahui pola keruangan longsor.

- Metode validasi dengan mengoverlay peta tingat kerentanan longsor dengan peta sebaran titik longsor

- Hail skoring diketahui terdapat 3 tingkat kerentanan longsor di daerah penelitian dengan luas 4,57% kerentanan tinggi, 84,48% sedang dan 10,95% rendah.

- Pola keruangan diketahui ada 3 kelompok, 0 – 0,7 pola mengelompok, 0,7 – 1,4 pola tersebar tidak merata, 1,4 – 2,149 pola tersebar merata.

- Diketahui tingakat keakuratan peta kerentanan belum baik dengan analisis tabulasi yang menggunakan 6 parameter longsor.

Ningsih, 2005 Tingkat Kerentanan Longsor di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung.

- Mengkaji tingkat kerentanan longsor di daerah penelitian.

- Mengkaji keterkaitan antara tingkat kerentanan longsor dan bentuk penggunaan lahan di daerah penelitian.

- Metode survey. - Analisis tingkat kerentanan

longsor menggunakan pembobotan pada setiap faktor.

- Analisis deskriptif kualitatif berdasarkan table dan grafik hubungan antara kerentanan longsor dan bentuk penggunaan lahan.

- Diketahui Kecamatan Bulu memiliki tingkat kerentanan longsor rendah hingga sedang.

- Penggunaan lahan paling dominan di daerah rentan mengalami longsoran adalah sawah.

- Kerentanan longsor akan semakin bertambah akibat perubahan kemiringan lereng karena penggunaan lahan.

Page 26: BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65089/potongan/S1... · manusia yang mengubah tata guna lahan dan iklim ekstrim ... Bagaimanakah pengaruh kestabilan lereng

26

Lanjutan Tabel 1.2 Perbandingan penelitian sebelumnya Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Peneitian

Sumariyatun, 2002

Analisis Medam Terhadap Variasi Tipe Gerakan Massa Tanah di Daerah Aliran Sungai Sitelogo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Jawa Tengah

- Identifikasi varaiasi medan dan karakter faktor – faktor penyusun medan.

- Mengetahui distribusi kenampakan dan tipe dari kejadian gerkan massa. Mengetahui keterkaitan antara faktor –faktor medan dengan tipe gerak massa.

Metode digunakan adalah survey lapangan dengan metode pengambilan sampel purposive sampling.

- Tipe gerakan massa tanah terbanyak dipengaruhi oleh erosi alur dan parit.

- Faktor pengaruh gerakan massa adalah kemiringn lereng dan tanah terutama kadar air dan perubahan penggunaan lahan. Gerakan tanah dari faktor komponen medan terbanyak dijumpai pada klas lereng V (9 kejadian).

Alhakim, 2013

Pengaruh Kestabilan Lereng Terhadap Kerentanan Gerakan Massa Tanah di Sub DAS Progo Hulu Kabupaten Temanggung

- Mengetahui tingkat kestabilan lereng di daerah penelitian

- Mengetahui pengaruh tingkat kestabilan lereng terhadap gerakan massa tanah

- Mengetahui pola sebaran kerentanan gerakan massa di daerah penelitian.

- Analisis kuantitif dengan memberikan bobot pada masing –masing parameter kestabilan lereng

- Analisis kualitatif hubungan parameter kestabilan lereng dengan parameter fisik yang memepengaruhi kerentanan gerakan massa.

- Analisis spasial utnuk mengathui pola agihan kerentanan gerakan massa

- Sub DAS PrgoHulu sebagian besar memilki tingkat kestabilan lereng sedang, diikuti dengan tingkat tinggi, tingkat kestabilan rendah dengan luas terkecil.

- Kerentanan gerakan massa tanah sangat dipengaruhi oleh kestabilan lereng rendah dengan tingkat curah hujan tinggi hingga sangat tinggi dan lahan yang ada didominasi oleh fenomena fisik yang terjadi secara intensif.

- Agihan kerentanan gerakan massa tanah sebagian besar memilki tingkat kerentanan sedang, diikuti kerentanan tinggi dan sebagian kecil memilki tingkt kerentanan rendah. Sebaran agihan dipengaruhi adanya fenomena fisik yang terjadi secara intensif.