BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. …repository.ump.ac.id/5106/3/Solisti Ayuning...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. …repository.ump.ac.id/5106/3/Solisti Ayuning...
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kesejahteran Keluarga
a. Pengertian Keluarga Sejahtera
Keluarga adalah Suatu unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggota-
anggotanya terikat oleh adanya hubungan. Perkawinan yang diatur oleh undang-
undang serta hubungan darah (anak kandung) atau ( anak adopsi) dan mengabdi
dirinya kepada usaha untuk mencapai tujuan bersama untuk kelangsungan hidup
yang dilandasi rasa cinta kasih dan sayang seta tanggung jawab.Sejahtera adalah
Suatu keadaan yang meliputi rasa aman, tentram lahir dan batin karena merasa
sebagian besar kebutuhan tercapai. Jadi keluarga sejahtera adalah Keluarga yang
terbentuk berdasar atas perkawinan yang sah yang mampu memenuhi kebutuhan
spritual dan kebutuhan material.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga
a) Faktor Nilai Hidup : Sesuatu yang dianggap paling penting dalam hidupnya.
Nilai hidup merupakan “Konsepsi”, Artinya gambaran mental yang
membedakan individual atau kelompok dalam rangka mencapai sesuatu yang
diinginkan.
b) Faktor Tujuan Hidup : sesuatu yang akan dicapai atau sesuatu yang
diperjuangkan agar nilai yang merupakan patokan dapat tercapai dengan
demikian tujuan hidup tidak terlepas dari nilai hidup.
5
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
22
c) Faktor Standart Hidup : Tingkatan hidup yang merupakan suatu patokan
yang ingin dicapai dalam memenuhi kebutuhan.
c. Fungsi Keluarga
Menutut BKKBN (1995:4) keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari suami-istri, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu
dan anaknya. Terdapat delapan fungsi keluarga, yaitu :
a) Fungsi Keagamaan
Untuk mendorong dan mengembangkan kehidupan keluarga sebagai
wahana persemaian nilai-nilai luhur, budaya, bangsa sehingga seluruh anggota
keluarga dapat menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b) Fungsi Budaya
Untuk memberikan kesepakatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya
mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beranekaragam dalam satu
kesatuan.
c) Fungsi Cinta Kasih
Untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan
anak, suami dengan istri, oraang tua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan
antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama berseminya kehidupan
yang penuh cinta kasih dan batin.
d) Fungsi Melindungi
Untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan dalam keluarga.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
23
e) Fungsi Produksi
Untuk melanjutkan keturunan sebagai mekanisme yang direncanakan
sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia yang penuh iman
dan takwa di dunia.
f) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Untuk memberikan peran kepada keluarga dalam mendidik keturunannya
agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa depan.
g) Fungsi Ekonomi
Untuk mendorong fungsi ekonnomi keluarga sebagai unsur mendukung
kemandirian ketahanan keluarga.
h) Fungsi Pembinaan Lingkungan
Untuk memberikan kemampuan kepada setiap keluarga dalam
menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai daya dukung alam
dan lingkungan yang berubah secara dinamis.
Menurut BKKBN (1995:4) keluarga sejahtera adalah keluarga yang
dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang
serasi, selaras, dan seimbang agar anggota keluarga dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.
Menurut Buku Petunjuk Teknis Pendapatan dan Pemetaan Keluarga tahun
1994 dlam BKKBN (1995:4) secara operasional, pengertian keluarga sejahtera
dijabarkan lebih rinci sebagai berikut :
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
24
a) Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarag yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan dasar
pangan, sandang, papan, dan kesehatan.
b) Keluarga Sejahtera Tetap I (KS I)
Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologinya (socio psychological needs) seperti kebutuhan
pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat
tinggal, dan transportasi.
c) Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
Keluarga Sejahtera Tahap II adalah keluarga-keluarga yang selain telah
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan perkembangannya (developmental needs seperti kebutuhan untuk
menabung, dan memoperoleh informasi).
d) Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)
Keluarga Sejahtera Tahap III adalah keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh dasar, kemudian sosio psikologisnya, kebutuhan
pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi)
yang teratur kepada masyarakat, seperti memberikan sumbangan dalam bentuk
material dan keuangan, serta berperan aktif dengan menjadi pengurus lembaga
masyarakat atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga pendidikan dan
sebagainya..
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
25
e) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III+)
Keluarga Sejahtera Tahap III Plus adalah keluarga-keluarga yang telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, maupun sosial
psikologis, dan telah dapat pula memberi sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
Menurut BKKBN (1995:36) ada beberapa tahapan keluarga sejahtera,
yaitu :
a. Keluarga Pra Sejahtera
Pada Keluarga Sejahtera kebutuhan dasar belum seluruhnya terpenuhi
yaitu :
1) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.
2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
3) Seluruh anggota keluarag memiliki pakaian berbeda di rumah, bekerja,
sekolah, dan bepergian.
4) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
5) Bila anak sakit dam atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana
kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera I
Pada Keluarga Sejahtera I, kebutuhan dasar (a s.d e) telah terpenuhi namun
kebutuhan sosial psikologis belum terpenuhi, yaitu :
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur .
2) Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan daging/ikan/telur.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
26
3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 steel pakaian baru per
tahun.
4) Luas lantai rumah paling kurang dalam 8 M2 untuk tiap penghuni rumah.
5) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.
6) Paling kurang satu anggota keluarga usia 15 tahun keatas berpenghasilan
tetap.
7) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf
latin.
8) Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini.
9) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur
memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
c. Keluarga Sejahtera II
Pada Keluarga Sejahtera II, kebutuhan fisik dan rasio psikologis telah
terpenuhi (a sampai n terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum
sepenuhnya terpenuhi, antara lain :
1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
2) Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
5) Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/ 6 bulan.
6) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
27
7) Amggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi
daerah.
d. Keluarga Sejahtera III
Pada Keluarga Sejahtera III, kebutuhan fisik, sosial psikologis dan
pengembangan telah terpenuhi (a samapi dengan u terpenuhi), namun kepedulian
sosial belum terpenuhi, yaitu :
1) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materil.
2) Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
e. Keluarga Sejahtera III Plus
Pada keluarga sejahtera III plus, kebutuhan fisik, sosial psikologis, dan
pengembangan telah terpenuhi serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi (a
sampai w harus terpenuhi).
2. Hakikat Lahan
a. Pengertian Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim,
relief,hidrologi dan vegetasi, dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia,
baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai,
penebangan hutan, dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi
garam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011:19).
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
28
Lahan sebagai sumber bagi manusia dalam hal ini sebagai penyedia air dan
nutrisi untuk pertumbuhan tanaman, meretial dan sebagai pondasi untuk
bangunan. Lahan mencakup semua interaksi aspek biofisik seperti iklim,
bentuklahan, aspek hidrologi, begetasi, fauna dan perubahan lahan yang relative
permanen Sutikno Dan Sunarto (1996:3).
Berdasarkan fungsinya lahan adalah sumber daya yang dapat berupa
penghasil primer seperti tanaman, peternakan, memproduksi kayu, penghasil
sekunder (penghasil ternak), pelindung (konservasi), penghasil material atau
bahan misal mineral batuan, jalan dan lain-lain (Mangunsukardjo, 1996: 2).
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011:15), kemampuan lahan
merupakan kapasitas suatu lahan yang memiliki kecocokan untuk penggunaan
tertentu. Kemampuan lahan dapat didasarkan pada faktor penghambat dan
merusakkan. Jamulya (1996:4), menyatakan bahwa lahan mempunyai
keterbatasan kemampuan untuk dapat digunakan. Kemampuan lahan adalah
kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai usaha pertanian dan
pengolahannya tanpa merusak tanah dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Kemampuan dipandang sebagai kapasitas lahan untuk tingkat penggunaan
sedangkan kesesuaian dipandang sebagai kenyataan kemungkinan penyesuaian
adaptabilitas sebidang lahan bagi penggunaan tertentu.
Lahan sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dan
penghidupan, memiliki dua fungsi dasar, yakni:
1. Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan
maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi dan lain-lain.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
29
2. Fungsi lindung; kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa
yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya.
Penggunaan tanah dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada
orang lain; pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil.
2. Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga
kerja keluarga, sehingga tidak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani.
3. Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak
memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun
bertanah luas.
b. Manfaat Lahan
Menurut Irawan (2005) menyebutkan bahwa manfaat lahan pertanian
dapat dibagi menjadi 2 kategori. Yang pertama use values atau nilai penggunaan
yang dapat pula disebut sebagai personal use values. Manfaat ini dihasilkan dari
hasil eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan pada sumber daya lahan
pertanian. Yang kedua adalah non use values yang dapat pula disebut sebagai
intrinsic values atau manfaat bawaan. Yang termasuk kategori ini adalah berbagai
manfaat yang tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari
kegiatan eksploitasi dari pemilik lahan pertanian. Dari teori di atas dapat diketahui
bahwa manfaat lahan pertanian sangat besar untuk kelangsungan hidup manusia
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
30
serta makhluk lainnya. Banyaknya alih fungsi lahan akan mengakibatkan
terganggunya keseimbangan alam.
c. Lahan Pertanian
Lahan pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha tani
(UUD 45 pasal 1 butir 2:3). Sedangkan menurut kementrian pertanian, lahan
pertanian merupakan slah satu faktor produksi yang sangat penting karena
merupakan media tumbuh bagi tanaman. Lahan yang dikelola dengan baik
menghasilkan produksi yang optimal. Optimalisasi lahan pertanian merupakan
usaha meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan pertanian menjadi lahan
usaha tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan melalui
upaya perbaikan dan peningkatan daya dukung lahan, sehingga dapat menjadi
lahan usaha tani yang lebih produktif. Kegiatan optimalisai lahan pertanian
diarahkan untuk memenuhi kriteria lahan usaha tani tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan dari aspek teknis, perbaikan fisik dan kimiawi tanah,
serta peningkatan infrastruktur usaha tani yang diperlukan (Kementerian Pertanian
2012: 7)
Lahan pertanian mempunyai manfaat yang sangat luas secara ekonomi,
sosial dan lingkungan. Secara ekonomi, lahan pertanian adalah masukan paling
esensial dari berlangsungnya proses produksi, kesempatan kerja, pendapatan,
devisa, dan lain sebaginya. Secara sosial, eksistensi lahan pertanian terkait dengan
eksistensi kelembagaan masyarakat petani dan aspek budaya lainnya. Dari aspek
lingkungan, aktivitas pertanian pada umumnya lebih kompatobel dengan prinsip-
prinsip pelestarian lingkungan.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
31
d. Kepemilikan Lahan
Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk
memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan
menggunakannya untuk tujuan pribadi. Kepemilikan sebenarnya merupakan
kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut
dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi
kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki sesuatu
barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat
mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu
secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari
memanfaatkan barang yang dimilikinya itu.
Pemilikan tanah atau lahan adalah penguasaan formal yang dimiliki
seseorang atas tanah atau lahan, yakni hak yang sah untuk menggunakan,
mengolah, menjual dan memanfaatkannya yang dapat diperoleh dari warisan
maupun transaksi jual beli (Iriani,2008).
e. Status Kepemilikan Lahan
Pada dasarnya ada 6 (enam) sumber kepemilikan lahan yang dikelola oleh
petani antara lain dibeli, disewa, disakap, pemberian oleh negara, warisan, dan
atau membuka lahan sendiri (Kasryno, 1980 ). Semuanya ini akan memberikan
status penguasaan lahan, pengertian status kepemilikan lahan adalah lahan usaha
tani yang dikaitkan dengan lahan sebagai faktor produksi. Status lahan tersebut
mempunyai berbagai kebaikan dan kelemahan.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
32
Menurut Kasryno (1980) pengaruh lahan milik atau lahan dengan hak
milik terhadap pengelolaan usaha tani memiliki beberapa keuntungan yang dapat
dijelaskan, antara lain :
1) Bebas diolah oleh petani.
2) Bebas untuk direncanakan dan menentukan cabang usaha tani diatas lahan
tersebut.
3) Bebas menggunakan teknologi dan cara budidaya yang paling dikuasai dan
disenangi oleh petani.
4) Bebas diperjualbelikan.
5) Dapat menumbuhkan dan menuntut tanggung jawab atas lahan tersebut.
Lahan sewa adalah lahan yang disewa oleh seorang petani dari pihak
lain,karenanya petani itu mempunyai kewenangan seperti lahan milik dalam
jangka waktu sewa yang disepakati. Diluar batas jangka waktu sewa, penyewa
tidak mempunyai kewenangan untuk pengelolaanya. Dalam hal ini penyewa juga
tidak berhak menjual ataupun menjaminkan sebagai agunan. Dalam hal
perencanaan usaha tani, petani penyewa harus mempertimbangkan jangka waktu
sewa demikian pula dalam penentuan cabang usahanya.
Adapun untuk lahan sakap, adalah lahan yang atas persetujuan pemilik
digarap oleh orang lain. Dengan demikian, penyakap tidak dapat menjual lahan
garapannya tersebut. Dalam setiap kegiatan pengelolaan usaha taninya, petani
penggarap lahan tersebut seperti penentuan cabang usaha tani dan pilihan
teknologi yang digunakan harus dikonsultasikan dengan pemiliknya.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
33
Berikut adalah data mengenai gambaran keadaan status kepemilikan lahan
garapan berdasarkan jumlah rumah tangga di Indonesia (Anonim, 1989) :
1) Dalam kurun waktu 1973-1980, keluarga yang menguasai lahan pertanian
bertambah dengan 3,1 juta rumah tangga atau sekitar 21,5 persen, sehingga
luas lahan yang diusahakan semakin sempit.
2) Jumlah rumah tangga yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari
setengah hektar, bertambah dari 6,56 juta keluarga dalam tahun 1973 menjadi
11,03 juta keluarga dalam tahun 1980, atau meningkat 68,1 persen.
Sebaliknya, keluarga yang mengusahakan lebih dari setengah hektar
berkurang dari 7,81 juta keluarga dalam tahun 1973 menjadi 6,44 juta
keluarga dalam tahun 1980, atau turun 17,6 persen. Data tersebut menunjukan
semakin bertambah banyaknya rumah tangga petani yang memiliki lahan
sempit.
3) Jumlah rumah tangga yang mengusahakan milik sendiri turun 74,8 persen
tahun 1973 menjadi 73,6 persen pada tahun 1980 (meskipun menjadi 12,8 juta
rumah tangga). Sedangkan rumah tangga yang mengusahakan lahan milik
orang lain (petani penggarap) naik dari 456 ribu rumah tangga (3,2 persen)
pada tahun 1973 menjadi 2,6 juta rumah tangga (14,9 persen) pada tahun
1980.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
34
B. Penelitian Yang Relevan
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
1 Rio Deviriawan, “Pengaruh Tingkat Pendidikan Luas Lahan Dan Lama
Usaha Terhadap Efisiensi Usaha Tani Desa Kedung Jati, Bukateja”, Untuk
mengetahui efisiensi usaha tani, pengaruh tingkat pendidikan terhadap
efisiensi usaha tani padi, pengaruh luas lahan terhadap efisiensi usaha tani
padi, metode Quesioner
Dokumentasi, hasilnya Usaha padi sudah evisien, pendidikan kurang ada
pengaruhnya terhadap usaha tani, luas lahan berpengaruh terhadap
evisiensi usaha tani , lama usaha juga berpengaruh terhadap evisiensi
usaha tani
2 Budi Yuwono dkk, “Luas Tanah Optimal Per Tenaga Kerja Dalam Usaha
Tani Padi Di Kabupaten Banyumas”, Untuk mengetahui berapa
pencurahan tenaga kerja dalam usaha tani pada luas tanah tertentu, Metode
Penelitian Survey, Hasilnya Pencurahan tenaga kerja pada usaha tani
melalui titik optimal atau telah berlebih
3 Puji Hastuti dkk, “Pengaruh Luas Garapan Terhadap Produksi Dan
Pendapatan Petani Jagung Di Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas”, Untuk mengetahui luas lahan garapan terhadap produksi dan
pendapatan petani, Metode Penelitiannya Survey
Random Sampling, Hasilnya Ternyata bahwa luas lahan garapan
berpengaruh nyata terhadap produksi dan pendapatan petai jagung.
4 Tri Budi Setiawan, “Analisis Pengaruh Luas Lahan Tenaga Kerja Dan
Intervensi Terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Sektor Pertanian
Indonesia”, Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan pertumbuhan
PDB sektor petani indonesia, Metode Penelitiannya Studi kasus melalui
data sekunder runtun waktu/time series PDB pertanian sektor indonesia
tahun1996-2005, Hasilnya luas lahan berpengaruh signifikan terhadap
variabel PDB.
5 Suwana dkk, “Produksi Dan Distribusi Pendapatan Usaha Tani Panili
Menurut Luas Lahan Kabupaten Cilacap”, Untuk mengetahui faktor-faktor
produksi (tanah,tenaga kerja), terhadap hasil panili per hektar kemudian
menganalisa pendapatan dan distribusi pendapatan usaha tani panili pada
keadaan luas kepemilikan lahan yang berbeda, Metode Penelitiannya
Stratified Random Sampling, Hasilnya penguasaan sebagian besar kurang
dari 1 Hektar tetapi nilai ekonominya cukup tinggi.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
35
C. Kerangka Pikir
Kepemilikan lahan yang dikelola merupakan kemampuan seseorang dalam
memiliki, mengelola, memanfaatkan, dan memperoleh keuntungan atas lahan
garapan. Kaitannya hubungan antara manusia dan lahan. Kepemilikan lahan bisa
diartikan pemilik sebagai penggarap atau bisa juga penggarap bukan pemilik.
Keberhasilan dalam pengelolaan lahan dapat dilihat dari kemampuan
pengelola/petani dalam mengelola, memanfaatkan dan memperoleh lahan.
Tingkat kepemilikan lahan dapat dilihat dari luas lahan yang
dikuasai/dikelola dan status lahan yang dikuasai baik milik sendiri maupun sewa.
Luas lahan adalah ukuran lahan yang dimiliki seseorang dalam satuan hektar,
sedangkan status lahan adalah suatu ukuran yang dimiliki seseorang dalam hal
bentuk hubungan dengan tanah. Luas lahan dan status lahan akan mempengaruhi
kondisi sosial ekonomi petani yang sejahtera karena biasanya semakin luas lahan
yang dikelola maka akan menghasilkan hasil yang lebih besar.
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013
36
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Warisan
Kepemilikan Lahan
Status Kepemilikan Lahan
Milik
Sendiri
Sewa
Luas Lahan
Pertanian
Kesejahtera
an
Keluarg
a Pra
Sejahter
a
Keluarga
Sejahtera
Tahap I
Keluarga
Sejahtera
Tahap II
Keluarga
Sejahtera
Tahap III
Penyakap Pemberian Oleh
Negara
Penghasilan
Tani
Non
Tani
Kajian Kepemilikan Luas Lahan..., Solisti Ayuning Wulandari, FKIP UMP, 2013