BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 ... · 1. Metode objektif, stratifikasi sosial...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 ... · 1. Metode objektif, stratifikasi sosial...
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Prestasi Belajar
1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar
Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk
mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan
mahasiswa memahami, menerima berbagai hal yang telah disampaikan dosen.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:23) prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas belajar. Sedangkan menurut Suryabrata
(2002: 233 ), “prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dalam diri siswa
(faktor internal) maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal) individu”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
sebagai hasil perubahan yang telah dicapai seseorang setelah melakukan usaha
belajar dalam waktu tertentu yang dibuktikan dengan keberhasilan menguasai
sejumlah pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk huruf dan angka yang diperoleh
melalui tes. Prestasi belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan
manusia, karena manusia selalu butuh akan pengukuran dan sekaligus
sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dirinya. Bagi mahasiswa
diperguruan tinggi prestasi belajar merupakan faktor penting untuk
mengetahui sejauhmana keberhasilan mahasiswa menguasai materi yang
dipelajari selama satu semester.
1.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang diperoleh seseorang merupakan suatu bentuk yang
ditimbulkan dari proses belajar mengajar, dimana proses belajar banyak faktor
yang mempengaruhinya. Menurut Slameto (2010:54) terdapat dua faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu faktor intern dan faktor
ekstren.
a. Faktor internal adalah faktor yang dalam diri individu yang sedang
belajar, meliputi faktor fisiologis, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang ada di luar individu yang
sedang belajar. Faktor eksternal tersebut dikelompokan menjadi tiga
faktor, yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
2.1.3 Indikator Prestasi Belajar
Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan
bahwa prestasi belajar dapat dinyatakan berhasil apabila memenuhi
ketentuan kurikulum yang disempurnakan. Menurut Muhibbin Syah
(2008:141) “Evalusai adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.Hal ini dapat
dilihat sejauh mana perubahan yang telah terjadi melalui kegiatan belajar
mengajar. Pengajar harus mengetahui sejauh mana mahasiswa akan mengerti
bahan yang akan diajarkan. Penilaiaan memberi informasi hasil pengajaran
yang telah dilaksanakan.Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa dapat
menggunakan suatu alat untuk mengevaluasi yaitu dengan test.
Muhibbin Syah (2008: 151) jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi
dapat disajikan dalam:
Tabel 2.1. Jenis dan Indikator Prestasi Belajar
No Prestasi belajar Indikator prestasi belajar
1. Ranah Cipta (Kognitif)
a. Pengamatan
b. Ingatan
c. Pemahaman
d. Penerapan
e. Analisis (pemeriksaan dan
pemilahan secara teliti)
f. Sintesis (membuat panduan
baru dan utuh)
- Dapat menunjukkan
- Dapat membandingkan
- Dapat menghubungkan
- Dapat menyebutkan
- Dapat menunjukkan kembali
- Dapat menjelaskan
- Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
- Dapat memberikan contoh
- Dapat menggunakan secara tepat
- Dapat menguraikan
- Dapatmengklasifikasikan/memilahmilah
- Dapat menghubungkan
- Dapat menyimpulkan
- Dapat menggenerelasasikan (membuat
prinsip baru)
2. Ranah Rasa (Afektif)
a. Penerimaan
b. Sambutan
c. Apresiasi (sikap menghargai)
d. Internalisasi (pendalaman)
e. Karaktirasasi
- Mengingkari
- Melembagakan atau meniadakan
- Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku
sehari-hari)
3. Ranah Karsa (Psikomotor)
a. Ketrampilan bergerak dan
bertindak
b. Kecakapan kespresi verbal dan
nonverbal
- Mengkoordinasikan gerak mata, tangan,
kaki, dan anggota tubuh lainnya
- Mengucapkan
- Membuat mimik dan gerakan jasmani
Sumber: Muhibbin Syah (2008:151)
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan untuk mengetahui prestasi
belajar dapat dilakukan dengan cara memberi penilaiaan atau evaluasi dengan
cara memberikan test baik tertulis maupun secara lisan yang mencakup semua
materi yang telah diajarkan pada mata kuliah yang diambil pada satu semester.
Penelitian ini, penulis menggunakan indikator ranah kognitif untuk pembuatan
angket dan data dokumentasi mahasiswa berupa Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) yang dinyatakan dalam bentuk angka yang dilaksanakan pada waktu
kuliah selama satu semester.
1.2 Motivasi Belajar
2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar
Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk melakukan kegiatan
berdasarkan faktor pendorong dan tujuan. Adanya dorongan dalam diri
individu bertujuan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Menurut
Hamzah B Uno (2009:23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan
belajar, harapan akan cita-cita, sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang
menarik. Sedangkan menurut Sardiman (2011: 75) mendefinisikan motivasi
sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Sedangkan Winkel (2012:169)
“Motivasi Belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri
mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan”. Pendapat lain mengenai motivasi dikemukakan oleh
Dimyati dan Mudjiono (2009:80) mengemukakan bahwa motivasi dipandang
sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar. Berdasarkan uraian tersebut motivasi
sebagai dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang
memberikan arahan dan semangat untuk belajar, sehingga dapat mencapai
tujuan yang dikehendaki. Jadi peran motivasi bagi mahasiswa dalam belajar
sangat penting, dengan adanya motivasi dapat menambah dan memperkuat
proses belajar.
2.2.2 Indikator Motivasi Belajar
Hakikat motivasi belajar Menurut Hamzah B Uno (2009:23) adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung.
Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Hamzah B Uno (2009:23)
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
f. Aktif mengadakan diskusi pada saat diluar jam kuliah
Berdasarkan pendapat Hamzah B Uno (2009:23) diharapkan pendidik
memperhatikan dan menggunakan indikator-indikator tersebut maka akan
mendukung proses pembelajaran sesuai harapan. Dosen juga dapat
menumbuhkan motivasi belajar dalam diri mahasiswa sehingga mereka
mengalami perubahan tingkah laku yang lebih baik. Selain menggunakan
indikator-indikator tersebut.
2.2.3 Ciri-ciri Motivasi
Sardiman (dalam Sulistiyorini,2014:56), seseorang yang memiliki
motivasi belajar yang kuat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas, dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.
2. Ulet menghadapi kesulitan, tidak mudah putus asa, tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak cepat
puas dengan prestasi yang telah dicapai.
3. Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah
4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif.
6. Dapat mempertahankan pendapat yang diyakininya
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki
motivasi tinggi selalu tekun dan ulet dalam mengerjakan tugasnya, tidak
mudah putus asa, mempunyai minat untuk belajar, mudah bosan dengan tugas
yang monoton, mahasiswa lebih tertantang untuk memecahkan masalah yang
ada pada tugasnya dan suka bekerja mandiri.
2.2.4 Fungsi motivasi
Motivasi sebagai proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi
khususnya dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Ngalim Purwanto
(dalam jurnal Sri Rejeki, 2012) yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat baik atau tidak baik
Berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan
energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2. Menentukan arah perbuatan
Yakni kearah perwujudan sesuatu tujuan atau cita-cita. Makin jelas
motivasi itu, makin jelas pula yang akan ditempuh
3. Menyeleksi perbuatan
Menentukan perbuatan – perbuatan mana yang harus dilakukan guna
mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari uraian tersebut motifasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi belajar. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya
motivasi, dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka
seseorang yang belajar akan memunculkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi mahasiswa menentukan tingkat pencapaiaan hasil belajar dan prestasi
belajarnya. Peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat
diperlukan dengan motivasi, mahasiswa dapat mengembangkan aktivitas dan
inisiatif dalam melakukan kegiatan belajar.
2.3 Status Sosial Orang Tua
2.3.1 Pengertian Status Sosial Orang Tua
Status sosial orang tua erat kaitanya dengan kegiatan belajar, keluarga
bertanggung jawab menyediakan dana untuk kebutuhan anak. Keluarga (orang
tua) yang status sosialnya tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua yang
status sosialnya rendah. Sewel dan Hauser dalam Purwanto (2004:42)
mengemukakan bahwa “kemampuan ekonomi keluarga akan memberikan
pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada pendidikan dan
pekerjaan atau jabatan serta mempertimbangkan hasil yang dicapai pada
pendidikan dan pekerjaan”.
Ini berarti kondisi kemampuan ekonomi keluarga turut mempengaruhi
pola perilaku individu dalam kehidupannya, termasuk pendidikan dan
pekerjaan atau jabatan tertentu yang dimasukinya. Menurut Soerjono Sukanto
(2010 : 210) mengemukakan bahwa status sosial adalah tempat seseorang
secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestisnya dan hak-hak serta kewajiban. Status atau
kedudukan sosial tidak terbatas pada pengertian kumpulan status-status
seseorang dalam kelompok-kelompok yang berbeda, melainkan status-
status sosial tersebut mempengaruhi status orang tadi dalam kelompok-
kelompok yang berbeda. Jhon W. Santrock (2009: 194) status sosial ekonomi
adalah ketegorisasi orang-orang menurut karakteristik ekonomi, pendidikan
dan pekerjaan mereka. Adapun Sugihartono (dalam skripsi Sulistiyorini, 2014)
mengemukakan status sosial ekonomi orang tua meliputi tingkat
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Sebab hal
ini bergantung pada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi
didalam keluarga. Status sosial ekonomi orang tua yang berada, tetapi apabila
mereka tidak memperhatikan pendidikan anaknya hal itu juga akan
berpengaruh terhadap perkembangan sosial anaknya.
Berkaitan dengan uraian diatas dapat dipahami keluarga yang status sosial
ekonominya tinggi ada pula yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya
karena kesibukan atau karena berasumsi bahwa uang segala-galanya, sehingga
menomerduakan pendidikan. Sementara ada keluarga yang status sosial
ekonominya menengah justru lebih mementingkan pendidikan yang baik dan
memadai bagi anaknya agar mereka dapat memperbaiki kedudukan sosialnya.
2.3.2 Indikator Status Sosial Orang Tua
Menurut Tatik Suryani (2008: 268) terdapat beberapa variabel yang
sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur status sosial ekonomi
antara lain pekerjaan, pendapatan, dan tingkat pendidikan. Basu Swasta dan
Hani Handoko (2012: 65) menambahkan, ukuran atau kriteria yang dipakai
untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas tertentu
adalah kekayaan ,kekuasaan atau jabatan, kehormatan, dan pendidikan atau
ilmu pengetahuan. Pendapat menurut Gerungan (2004:197) menyatakan
bahwa yang menjadi kriteria rendah tingginya status sosial ekonomi adalah
jenis, lokasi rumahnya, penghasilan keluarga, dan beberapa kriteria lainnya
mengenai kesejahteraan keluarga.
Sedangkan Menurut Tatik Suryani (2008:267) Terdapat beberapa variabel
yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur status sosial
ekonomi antara lain :
1. Pekerjaan
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari
bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya
mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan
kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan
jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang yang
diterima oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang
diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Semakin tinggi pendapatan
semakin makmur, sejahtera dan dihargai di masyarakat (Tatik Suryani,
2008: 269).
3. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan
kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu
rohani (fikiran, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan
keterampilan-keterampilan). Pendidikan formal ini terdiri atas pendidikan
dasar, menengah, dan pendidikan tinggi.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Menentukan Status Sosial Orang Tua
Manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat,
Menurut beberapa para ahli ada beberapa faktor yang mementukan tinggi
rendahnya status sosial orang tua, yaitu:menurut Nasution (2004:27) ada
beberapa metode atau cara untuk menentukan status sosial orang tua yaitu
sebagi berikut:
1. Metode objektif, stratifikasi sosial ditentukan berdasarkan kriteria
objektif antara laian jumlah pendapatan,lama atau tinggi pendidikan
dan jenis pekerjaan,
2. Metode subjektif, penggolongan sosial dirumuskan menurut
pandangan anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki
kedudukan dalam masyarakat itu.
3. Metode reputasi, penggolongan sosial ditentukan bagaimana anggota
masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi mayarakat
itu.
Ktiteria Sorenson dalam Nasution (2004:39) “tingkat ststus sosial ekonomi
dilihat dari pekerjaan orang tua, pengahasilan dan kekayaan, tingkat
pendidikan orang tua, keadaan rumah tinggal dan lokasi, pergaulan dan
aktivitas sosial. Pekerjaan dan jabatan mencakup aktualisasi pekerjaan orang
tua, cara memimpin dan keterlibatan orang tua dimasyarakat. Selanjutnya
pekerjaan mencakup penghasilan terutama dalam anggaran biaya pendidikan.
2.4 Penelitian Relevan
Berdasarkan penelitian dari Dian Anita (2014) berjudul “Hubungan Antara
Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK
Muhamadiyah 2 Bantul Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan
penelitian ex post facto. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis korelasi product moment untuk hipotesis pertama dan kedua serta
analisis korelasi ganda untuk hipotesis ketiga. Hasil penelitian ini adalah : (1)
terdapat hubungan positif anatar status sosial ekonomi orang tua dengan
prestasi belajar siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran
SMK Muhammadiyah 2 Bantul tahun ajaran 2014/2015 yang ditujukan
dengan nilai sebesar 0,733 dan sebesar 0,381 pada taraf
signifikan 5%. (2) terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran
SMK Muhammadiyah 2 Bantul tahun ajaran 2014/2015 yang ditujukan
dengan nilai sebesar 0,704 dan sebesar 0,381 pada taraf
signifikan 5%. (3) terdapat hubungan positif dan antara status sosial ekonomi
orang tua dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan prestasi
belajar siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK
Muhammadiyah 2 Bantul tahun ajaran 2014/2015 yang ditujukan dengan nila
koefisien korelasi ganda( ) sebesar 0,795 dan sebesar 22,271.
Berdasarkan penelitian Selmi.R.A.Nggaji (2014) berjudul “Hubungan
Antara Prestasi Belajar Dan Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan
Kesiapan Menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa Pendidikan
Ekonomi FKIP-UKSW Salatiga”. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis data korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukan bahwa :
(1) Ada hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar (X1) dengan
kesiapan menjadi guru profesional (Y) mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP-
UKSW Salatiga koefisien korelasinya sebesar 0,483 (positif) dan kategori
sedang dan α (0,05) (0,000<0,05) signifikan. (2) Ada hubungan positif dan
tidak signifikan antara kondisi sosial ekonomi orang tua (X2) dengan kesiapan
menjadi guru profesional (Y) mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW
Salatiga dengan koefisien korelasi 0,054 (positif) pada kategori sangat rendah
dan α (0,05) (0,691 > 0,05) sehingga tidak signifikan.
2.5 Kerangka Berfikif
Kerangka berfikir menurut Purwanto(2007:81) adalah argumentasi dalam
merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dengan masalah
yang diajukan. Kerangka yang baik akan menjelaskan secara teoritis antara
variabel yang akan diteliti. Kerangka berfikir merupakan penjelasan sementara
terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan.
Ada berbagai faktor untuk menciptakan keberhasilan pendidikan salah
satunya motivasi bagi mahasiswa. Motivasi merupakan keadaan pribadi
mahasiswa yang mendorong, menggerakkan dan menggarahkan mahasiswa
untuk belajar agar mencapai keberhasilan dalam suatu pendidikan. Motivasi
juga berhubungan dengan keberhasilan seseorang pada bidang yang
ditekuninya maka dapat ditunjukan dengan prestasi belajar, motivasi
mempunyai hubungan dengan prestasi belajar mahasiswa yang ditunjukan
dengan IPK. Dengan demikian diharapakan mahasiswa dapat lebih rajin dalam
belajar.
Status sosial berperan dalam keberhasilan suatu pendidikan. Pada proses
belajar mahasiswa membutuhkan fasilitas, sarana dan prasarana yang
menunjang demi kelancaran belajar, yang membutuhkan biaya cukup banyak.
Terpenuhi atau tidaknya hal tersebut tergantung dari kondisi sosial orang tua
mahasiswa. Semakin tinggi status sosial orang tua maka akan terpenuhi semua
kebutuhan belajarnya, sebaliknya jika status sosial orang tua yang rendah,
mahasiwa membantu orang tua untuk mencukupi kebutuhan keluarganya
mengakibatkan kesempatan belajar kurang dan akan berdampak pada prestasi
belajar yang rendah.
Prestasi belajar mahasiswa dapat dibedakan antara mahasiswa yang
mempunyai prestasi tinggi dan rendah. Prestasi belajar dapat dilihat dari
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) menunjukan penguasaan teori atau
pengetahuan materi kuliah dan IPK digunakan untuk menilai keberhasilan
belajar mahasiswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi belajar dan
status sosial orang tua mempunyai hubungan dengan prestasi belajar
mahasiswa.
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
2.6 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Mengacu pada rumusan masalah
dan kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2012 sampai
2015 FKIP-UKSW Salatiga.
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara status sosial orang tua dengan
prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2012 sampai
2015 FKIP UKSW Salatiga.
3. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan status
sosial orang tua dengan prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi
angkatan 2012 sampai 2015 FKIP-UKSW Salatiga.
MOTIVASI
BELAJAR (X1) PRESTASI
BELAJAR (Y)
STATUS SOSIAL
ORANG TUA (X2)