BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Media...

13
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori terdiri dari konsep-konsep, definisi, acuan dan proporsi yang menggambarkan suatu fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antara variabel dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut. 2.1.1 Media siber Media siber atau sering juga disebut cybermedia (media siber), internet media (media internet) dan new media (media baru) secara sederhana dapat diartikan sebagai media yang tersaji secara siber di situs web (website) internet. Media siber bisa dikatakan sebagai media ‘generasi ketiga’ setelah media cetak (printed media)- koran, tabloid, majalah, buku- dan media elektronik (electronic media)-radio, televise, dan film/video. Media siber didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber and Martin, 2009: 25). Definisi lain media siber adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu (Lievrouw, 2011: 9). Media siber merupakan media yang menggunakan internet, media siber berbasis tekhnologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif, dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik (Mondry, 2008: 13). Media siber memiliki jangkauan yang luas yaitu menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet. Hal ini memiliki arti bahwa konten- konten yang terdapat dalam Media siber dapat dengan mudah disebarkan dan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Media...

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Teori terdiri dari konsep-konsep, definisi, acuan dan proporsi yang

menggambarkan suatu fenomena secara sistematis melalui penentuan

hubungan antara variabel dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena

tersebut.

2.1.1 Media siber

Media siber atau sering juga disebut cybermedia (media siber),

internet media (media internet) dan new media (media baru) secara sederhana

dapat diartikan sebagai media yang tersaji secara siber di situs web (website)

internet. Media siber bisa dikatakan sebagai media ‘generasi ketiga’ setelah

media cetak (printed media)- koran, tabloid, majalah, buku- dan media

elektronik (electronic media)-radio, televise, dan film/video.

Media siber didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang

termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber

and Martin, 2009: 25). Definisi lain media siber adalah media yang di

dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat

konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu

(Lievrouw, 2011: 9). Media siber merupakan media yang menggunakan

internet, media siber berbasis tekhnologi, berkarakter fleksibel, berpotensi

interaktif, dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik (Mondry,

2008: 13).

Media siber memiliki jangkauan yang luas yaitu menjangkau seluruh

dunia yang memiliki akses internet. Hal ini memiliki arti bahwa konten-

konten yang terdapat dalam Media siber dapat dengan mudah disebarkan dan

13

dipertukarkan antar pengguna melalui jaringan internet yang tersedia.

Karakteristik ini dapat kita sebut sebagai kelebihan, karena media

siber membuat setiap orang dapat terkoneksi dan memberi solusi terhadap

kendala jarak dan waktu antar pengguna. selain itu Media siber menyajikan

aspek kecepatan, karena begitu diposting atau di unggah maka langsung dapat

diakses oleh semua orang.

Internet merupakan sebuah media dengan segala karakteristiknya.

Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, isi, dan image

sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola oleh sebuah badan

tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara

intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama.

Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan

dalam operasi internet (McQuail, 1992 : 28-29).

Dengan kata lain, Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer

yang luas dan besar yang mendunia yaitu menghubungkan pengguna

komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, yang di dalamnya

terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang

dinamis dan interaktif. Pada tahun 1990, Mark Potes meluncurkan buku besar

The second Media Age yang menandai periode baru dimana teknologi

interaktif dan komunikasi jaringan, khususnya dunia maya akan mengubah

masyarakat (Littlejohn: 2009: 413-415). Teori Media siber dikembangkan

oleh Pierre Levy, yang mengemukakan bahwa media siber merupakan teori

yang membahas mengenai perkembangan media. Media siber merupakan

digitalisasi yang mana sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman

mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi

otomatis dan semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah

sebuah metode yang compleks, dan fleksibel yang membuatnya menjadi

sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu

berhubungan dengan media, karena, media ini adalah sesuatu yang terus

14

selalu berkembang dari media zaman dahulu (old media) sampai sekarang

yang sudah menggunakan digital (modern media/new media).

Media Siber memiliki karakteristik yang berbeda dengan media

konvensional (cetak/elektronik), berikut karakteristik media siber: (1)

Multimedia, dapat memuat atau menyajikan berita/ informasi dalam bentuk

teks, audio, video, grafis, dan gambar secara bersamaan. (2) Aktualisasi, berisi

info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian. (3) Cepat, begitu

diposting atau di unggah, langsung bias diakses semua orang. (4) Update,

pembaruan (updating) informasi dapat dilakukan dengan cepat baik dari sisi

konten maupun redaksional, misalnya kesalahan ketik/ejaan. (5) Kapasitas

luas, halaman web bias menampung naskah sangat panjang. (6) Fleksibilitas,

pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan dimana saja, juga jadwal

terbit (update) bias dilakukan setiap saat. (7) Luas, menjangkau seluruh dunia

yang memiliki akses internet. (8) interaktif, dengan adanya fasilitas kolom

komentar dan chat room (9) Terdokumentasi, informasi tersimpan di “bank

data” dan dapat ditemukan ketika diperlukan dan (10) Hyperlinked, terhubung

dengan sumber lain (links) yang terkait dengan informasi tersaji (Syamsul,

2012: 11).

2.1.2 Penerapan Kode Etik Jurnalistik

Berdasarkan Undang Undang tentang Pers No. 40 Tahun 1999,

Pengertian Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memiliki, memperoleh,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk

tulisan, gambar, suara, gambar dan suara, serta data dan grafik maupun dalam

bentuk lainnya dengan menggunakan media elektronik, media cetak dan

segala jenis saluran yang tersedia.

15

Undang undang sebelumnya tertulis bahwa pengertian pers adalah

lembaga kemasyarakatan sebagai alat revolusi yang mempunyai karya sebagai

salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum berupa penerbitan

yang teratur waktu terbitnya, diperlengkapi atau tidak diperlengkapi dengan

alat-alat milik sendiri berupa percetakan alat-alat foto, klise, mesin-mesin

stensil, atau alat-alat teknik lainnya (UU No. 11 Tahun 1966).

Pengertian Pers menurut R.Eep Saefulloh Fatah bahwa pers adalah

pilar keempat bagi demokrasi yang memiliki peranan yang penting dalam

membangun kepercayaan (trust), kredibilitas, dan bahkan legitimasi

pemerintah. Pengertian pers oleh Frederich S. Siebert dalam bukunya

(1956,Four Theories of the Press): Pers adalah semua media komunikasi

massa yang memenuhi persyaratan publisistik maupun tidak dan media

komunikasi massa yan memenuhi persyaratan publisistik tertentu.

Menurut Ensiklopedi Pers Indonesia menyebutkan bahwa istilah pers

merupakan sebutan bagi penerbit/ perusahaan/ kalangan yang berkaitan

dengan media masa atau wartawan. Pengertian pers oleh Oemar Seno Adji:

Pengertian pers terbagi atas dua yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam

arti luas. Dalam arti sempit pers berarti penyiaran gagasan, pikiran atau berita

berita dengan cara tertulis. Dalam arti luas berarti memancarkan pikiran

ataupun gagasan serta perasaan seseorang baik menggunakan kata kata tertulis

maupun lisan menggunakan semua alat media komunikasi yang ada. Seperti

yang ada ketahui dari sejarah pers dan jurnalistik, batasan arti pers bertambah

luas seiring berkembangnya teknologi, khusus nya teknologi komunikasi. Hal

tersebut dapat terlihat misalnya dari pengertian pers berdasarkan perbedaan

yang pada undang undang pada tahun 1966 dan tahun 1999.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tentunya ada norma dan

etika yang harus ditaati agar tidak saling melanggar hak asasi. Dalam

berkomunikasi telah dibuat aturan untuk ditaati oleh pers, yaitu Kode Etik

Jurnalistik. Walaupun telah ada Kode Etik Jurnalistik yang berfungsi

16

mengatur etika dalam dunia jurnalistik, berbagai tindak pelanggaran etika

masih terus terjadi. Hal ini tentu terkait dengan kepentingan pers untuk

mewujudkan tujuannya. Berbagai peristiwa muncul di ruang publik.

Perkembangan teknologi komunikasi membuat peristiwa yang terjadi di

berbagai belahan dunia bisa dengan mudah menerpa khalayak. Peristiwa

inilah yang disampaikan oleh manusia kepada manusia lain sebagai

konsekuensi naluri komunikasi dan naluri ingin tahu.

Dengan adanya Kode Etik Jurnalistik, diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan pembekalan kepada generasi muda khususnya mahasiswa

mengenai dunia jurnalistik agar mereka mampu memahami penerapan kaidah

kaidah jurnalistik terutama dalam penerapan Kode Etik Jurnalistik. Sehingga

dunia jurnalistik kita di masa yang akan datang menjadi jurnalistik yang

benar-benar beretika dan menjunjung kaidah-kaidah moral.

Menurut (Hoetasoehoet,2006:45), Jurnalistik adalah ilmu terapan dari

ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari

usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain.

Jadi, ilmu jurnalistik adalah ilmu yang mempelajari cara penyampaian isi

pernyataan melalui media massa periodik. Media massa periodik terdiri dari

suratkabar, majalah, radio, televisi, film, dan media siber. Media massa

periodik inilah yang dijalankan oleh Pers. Perkembangan pers sudah melalui

tahap demi tahap yang mendewasakan. Pers era orde baru jauh berbeda

dengan pers di era reformasi. Pada era modern ini, pers semakin terbuka

memberitakan berbagai fakta dan peristiwa yang terjadi di dunia. Pers telah

membawa masyarakat semakin terbuka dan mengetahui berbagai fakta dan

peristiwa, bukan hanya sekedar mengetahui peristiwa yang terjadi di

lingkungan tempat mereka tinggal tetapi juga berbagai peristiwa yang dialami

manusia di setiap belahan dunia. Oleh karena itu pers berusaha melakukan

berbagai tindakan penyesuaian. Pers harus peka dan tanggap terhadap

lingkungan yang mereka hadapi dalam berbagai situasi dan kondisi.

17

Keberadaan dan pelaksanaan kode etik jurnalistik sebagai norma atau

disebut landasan moral profesi wartawan dikaitkan dengan nilai-nilai

Pancasila, oleh karena kode etik jurnalistik merupakan kaidah penentu bagi

para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya, sekaligus memberi arah tentang

apa yang seharusnya dilakukan serta yang seharusnya ditinggalkan. Namun

walau demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam praktek sehari-hari

masih terdapat (tidak semuanya) berbagai penyimpangan-penyimpangan

terhadap kode etik jurnalistik maupun terhadap ketentuan-ketentuan lain

(norma-norma hukum) yang berlaku bagi profesi ini.

Hal ini barangkali dapat dimaklumi, sebab mereka yang berkecimpung

di dalam dunia jurnalistik adalah manusia, sama halnya dengan profesi

lainnya. Demikian pula bahwa terkadang suatu keadaan dan kondisi tertentu

ikut mempengaruhi banyak hal di dalam bidang ini, sehingga mungkin saja

memunculkan suatu pemikiran, bahwa diperlukan adanya perubahan-

perubahan di dalam kode etik itu sendiri atau kesadaran manusianya yang

perlu ditingkatkan.

Pengertian kode etik profesi Keiser dalam (Lubis, 1994: 6-7), etika

profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan

profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian

sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban

terhadap masyarakat.

Sedangkan, (Suseno,1991:70) membedakan profesi sebagai profesi

pada umumnya dan profesi luhur. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan

sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang

mengandalkan suatu keahlian khusus. Pengertian profesi tersebut adalah

pengertian profesi pada umumnya, sebab disamping itu terdapat pula yang

disebut sebagai profesi luhur, yaitu profesi yang pada hakikatnya merupakan

suatu pelayanan padamanusiaataumasyarakat.

18

Tujuan Etika Profesi menurut (Lubis,1994: 13) menyatakan bahwa yang

menjadi tujuan pokok dari rumusan etika dalam kode etik profesi antara lain :

a) Standar-standar etika, yang menjelaskan dan menetapkan tanggung

jawab kepada lembaga dan masyarakat umum

b) Membantu para profesional dalam menentukan apa yang harus mereka

perbuat dalam mengahadapi dilema pekerjaan mereka.

c) Standar etika bertujuan untuk menjaga reputasi atau nama para

profesional.

d) Untuk menjaga kelakuan dan integritas para tenaga profesi.

e) Standar etika juga merupakan pencerminan dan pengharapan dari

komunitasnya, yang menjamin pelaksanaan kode etik tersebut dalam

pelayanannya.

Pada prinsipnya jurnalistik merupakan cara kerja media massa dalam

mengelola dan menyajikan informasi kepada khalayak, yang tujuannya adalah

untuk menciptakan komunikasi yang efektif, dalam arti menyebarluaskan

informasi yang diperlukan. Jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu

diurna dan dalam bahasa Inggris journal yang berarti catatan harian.

Adinegoro mengatakan bahwa jurnalistik adalah kepandaian,

kecerdasan, keterampilan dalam menyampaikan, mengelola dan

menyebarluaskan berita, karangan, artikel, kepada khalayak seluas-luasnya

dan secepat-cepatnya. Sedang dalam kamus Jurnalistik (1988: 9) dijelaskan

bahwa jurnalistik adalah suatu kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan

menulis untuk surat kabar atau majalah atau yang berkala lainnya.

Sehubungan dengan pengertian kode etik di atas, menurut maka UU.

No. 40 Tahun 1999 Bab 1 Pasal 1 Poin 14, bahwa “Kode Etik Jurnalistik

adalah himpunan etika profesi kewartawanan”, sedang wartawan dalam point

4 dinyatakan sebagai “orang yang secara teratur melakukan kegiatan

jurnalistik”.

19

2.2 Penelitian Terdahulu yang Berkaitan

No. Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1. Shinta Bela

Dewayanti

Program

Studi (Prodi)

Ilmu

Komunikasi,

Fakultas Ilmu

Sosial dan

Ilmu Politik

(FISIP),

Universitas

Sebelas Maret

,Surakarta

Studi

Deskriptif

Kualitatif

Praktek

Penerapan

Kode Etik

Jurnalistik

(KODE ETIK

JURNALISTI

K) dalam

Kegiatan

Jurnalistik di

Kalangan

Wartawan

Harian

JOGLOSEMA

R

Mengetahui

penerapan Kode

Etik Jurnalistik

dalam kegiatan

Harian

JOGLOSEMAR

Studi

Deskriptif-

Kualitatif.

Rumusan masalah yang

diangkat adalah

bagaimana praktek

penerapan Kode Etik

Jurnalistik dalam

kegiatan jurnalistik di

Harian JOGLOSEMAR?

Surat kabar ini telah

melakukan cara-cara yang

profesional dalam

melakukan laporan

investigasi.

Sehingga, cara-cara yang

dilakukan dapat

dipertimbangkan bagi

kepentingan publik. Hal

tersebut juga tertulis

didalam Pasal 2 dalam

KODE ETIK

JURNALISTIK.

Wartawan Harian

JOGLOSEMAR selalu

melakukan kroscek atau

mengonfirmasi kembali

informasi dan peristiwa

yang terjadi dengan

wartawan lainnya. Harian

JOGLOSEMAR selalu

20

mengutamakan

keberimbangan fakta,

menghargai hak

narasumber,

mengofirmasi keinginan

narasumber yang tak mau

disebutkan identitasnya.

Wartawan Harian

JOGLOSEMAR juga

menyajikan berita secara

obyektif dan tidak

mendapat intervensi dari

pihak manapun.

2. Fadjarani

Sulistyowati

Program

Studi (Prodi)

Ilmu

Komunikasi,

Fakultas Ilmu

Sosial dan

Ilmu Politik

(FISIP),

Universitas

Atma Jaya

Yogyakarta.

Organisasi

Profesi Jurnalis

dan Kode Etik

Jurnalis

Mengetahui

pelaksanaan KODE

ETIK

JURNALISTIK

pada wartawan

Metode

Penelitian

Kualitatif

Rumusan masalah yang

dipaparkan oleh Fadjarani

bagaimana cara organisasi

profesi jurnalis mampu

meningkatkan

profesionalisme wartawan.

yang dikendalikan Kode

Etik Jurnalistik .

Kelemahan dari penerapan

Kode Etik Jurnalistik

dalam praktik profesi

wartawan ini adalah tidak

dapat dipantau secara

cermat seperti kode etik

lainnya. Banyaknya

Organisasi Profesi Jurnalis

membuat variasi yang

bermacam-macam dengan

iklim jurnalisme yang

sehat sehingga sampai

21

saat ini tidak bisa

melakukan pencabutan

izin kerja bagi para

wartawan jika melakukan

pelanggaran. Penegakan

profesionalisme pers

didukung dengan kualitas

wartawan dan tegaknya

etika jurnalistik. Tugas

yang dilakukan oleh

Organisasi Profesi Jurnalis

sebagai pemantau

pelaksanaan KODE ETIK

JURNALISTIK. Hal ini

pun berkaitan dengan

profesi wartawan yang

sangat rentan dari segi

keamanan dalam bekerja

serta posisi tawar di

berbagai perusahaan.

22

3. Fitri

Meliy

a Sari

Program

Studi (Prodi)

Ilmu

Komunikasi,

Fakultas

Ilmu

Sosial

dan

Ilmu

Politi

k

(FISI

P),

Unive

rsitas

Dipon

egoro

,

Sema

rang

Analisis

Penerapan

Kode Etik

Jurnalistik pada

Harian Serambi

Indonesia

Mengetahui

Penerapan Kode

Etik Jurnalistik

pada harian

Serambi Indonesia

Metode

Penelitian

Analisis Isi

Kuantitatif

Rumusan masalah yang

dipaparkan oleh peneliti

Fitri merupakan Harian

Serambi Indonesia yang

konsisten dalam

menerapkan kode etik

jurnalistik dalam setiap

pem-

beritaan yang diterbitkan

pada Januari-Juni 2012

dili-

hat dari persentase jumlah

sampel, khususnya pada

berita kriminal. Namun,

terdapat juga pelanggaran

di

dalamnya, seperti memuat

kata-kata budak seks. Dari

2 kategori yang dibuat

oleh peneliti yang

memenuhi

kode etik jurnalistik yaitu:

kategori berita kriminal

tentang tindakan

kekerasan terpenuhi 96,9

persen

dan kategori berita

kriminal tentang tindakan

asusila

terpenuhi 3,4 persen. Pada

kategori berita kriminal

tentang kekerasan yang

terjadi di Aceh, kasus

yang

23

paling dominan terjadi

adalah kasus

penganiayaan

yaitu 22 berita (37,9%),

penipuan 15 berita

(25,9%),

pembunuhan 9 berita

(15,5%), pencurian 8

berita

(13,8%), penyelundupan 1

berita (1,7%) dan pencu-

likan juga 1 berita (1,7%).

Sedangkan berita kriminal

tentang asusila hanya 2

berita (3,4%) saja

Peneliti pertama melakukan penelitian tentang penerapan Kode Etik

Jurnalistik dalam kegiatan jurnalistik investigasi yang dilakukan oleh Harian

JOGLOSEMAR. Penelitian kedua membahas cara organisasi profesi jurnalis

mampu meningkatkan profesionalisme wartawan. yang dikendalikan Kode

Etik Jurnalistik . Penelitian yang terakhir membahas tentang konsistensi

Harian Serambi Indonesia terhadap pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik dalam

mengemas berbagai berita. Pada penelitian pertama dan ketiga melakukan

penelitian pada media cetak yaitu Harian JOGLOSEMAR dan Harian Serambi

Indonesia. Penelitian kedua melakukan penelitian pada Organisasi Jurnalis.

24

Sedangkan , penelitian ini akan dilakukan di media portal berita siber

yang dinaungi sebuah media cetak yaitu SuaraMerdeka.com . Penelitian ini

lebih fokus kepada individu yang berprofesi sebagai wartawan untuk

mengetahui pengambilan keputusan wartawan tersebut dalam menjalankan

tugas dengan pedoman Kode Etik Jurnalistik.

2.3 Kerangka Pikir

Munculnya berbagai Pelanggaran

Kode Etik Jurnalistik di Indonesia

Praktik Penerapan Kode Etik Jurnalistik

pada Wartawan Siber

Aspek- aspek yang diteliti : topik berita

yang diliput,cara-cara professional, etika

jurnalisme,dan permasalahan yang terjadi

saat pelanggaran.

SuaraMerdeka.com

Sebagai Salah Satu

Portal Berita di

Indonesia

Metode Penelitian

Deskriptif-Kualitatif

dengan Pendekatan

Etnometodologi untuk

Mengetahui Praktik

Penerapan Kode Etik

Jurnalistik pada

Wartawan Siber di

SuaraMerdeka.com