Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran...
Transcript of Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran...
5
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Udara
Udara adalah suatu campuran beberapa macam gas yang terdapat pada
lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu
konstan(bervariasi konsentrasinya), tergantung pada suhu dan kondisi lingkungan
sekitarnya. Campuran gas tersebut adalah udara kering yang bebas bahan
pencemar dan tersusun dengan komposisi tertentu. Komposisi udara bersih dan
kering dapat dilihat pada Tabel 2.1:
Tabel2.1.Komposisi Udara Bersih dan Kering
Unsur % Volume Kandungan (ppm)
Nitrogen 78,09 780900
Oksigen 20,94 209400
Argon 0,93 9300
Karbon dioksida 0,0318 318
Neon 0,0018 18
Helium 0,00052 5,2
Kripton 0,0001 1
Xenon 0,000008 0,008
Nitrogen oksida 0,000025 0,25
Hidrogen 0,00005 0,5
Metana 0,00015 1,5
Nitrogen dioksida 0,0000001 0,001
Ozon 0,000002 0,02
Sulfur dioksida 0,00000002 0,0002
Karbon monoksida 0,00001 0,1
Amonia 0,000001 0,01
(Sumber : Wardhana,W.A, 2004)
6
Udara yang telah tercemar berbahaya bagi manusia dan hewan tetapi juga
bagi tanaman, dan bila konsentrasitinggi menyebabkannekrosis ataukerusakan
jaringan daun sehingga tidak dapat berfungsi sebagai tempat terbentuknya
karbohidrat melalui fotosintesis (Wardhana, 2004).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, udara ambien adalah udara bebas
di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi
Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya sebagaimana dipaparkan di
bawah ini:
1. Kategori baik, dengan rentang 0-50.Tingkat kualitas udara yang tidakmember
efek bagi kesehatan manusia, hewan mau-pun tumbuhan.
2. Kategori sedang, dengan rentang 51-100.Tingkat kualitas udara yang tidak
member efek bagi kesehatan manusia. Tapi berpeng- aruh pada tumbuhan
yang sensitif dan nilai estetika.
3. Kategori tidak sehat, dengan rentang 101-199.Tingkat kualitas udara yang
merugikan bagi manusia atau kelompok hewan yang sensitive dan
menimbulkan kerusakan.
4. Kategori sangat tidak sehat, rentang 200-299. Tingkat kualitas udara yang
merugikan kesehatan bagi sejumlah segmen populasi.
5. Kategori berbahaya, 300-lebih. Tingkat kualitas udara berbahaya secara
umum dapat merugikan kesehatan serius pada populasi(Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup, No. 45 Tahun 1997).
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa adanya polutan sama
sekali. Beberapa gas seperti Sulfur dioksida (SO2), Hidrokarbon (HC), Karbon
monoksida (CO), dan sebagainya selalu dibebaskan ke udara sebagai efek dari
proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman,
kebakaran, dan sebagainya. Selain itu, partikel-partikel padatan atau cairan
berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angin, letusan vulkanik atau
gangguan alam lainnya. Selain disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara
juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Fardiaz, 1992).
7
2.1.1 Penyebab Pencemaran Udara
Dalam keadaan normal, komposisi unsur-unsur yang terdapat di udara
ambien tidak menimbulkan gangguan bagi makhluk hidup atau benda lainnya,
tetapi bila salah satu dari unsur yang terkandung di dalamnya mengalami kenaikan
konsentrasi maka dapat menimbulkan gangguan pada makhluk hidup atau benda-
benda lainnya. Hal ini berarti telah terjadinya pencemaran udara. pencemaran
udara terjadi apabila atmosfer mengandung komposisi partikel dan gas yang dapat
membahayakan kesehatan dan kehidupan manusia, serta menimbulkan gangguan
pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan atau benda-benda lain milik
manusia.
Sebagaimana dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran
udara adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi dan / atau komponen lain ke
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya.Pencemaran udara pada suatu daerah dapat ditentukan secara
langsung berdasarkan intensitas sumber emisi dan pola penyebarannya di
lingkungan atmosfer, sehingga konsentrasi udara dapat berbeda dari suatu daerah
ke daerah lainnya. Hal ini berkaitan dengan kondisi meteorologi suatu daerah
seperti: sirkulasi angin, kecepatan angin, perubahan temperatur, dan tekanan
udara.
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh berbagai jenis zat pencemar
yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan serta
membahayakan lingkungan sekitar. Zat pencemaran udara ini dapat berupa gas
maupun partikel (biasanya sebagai bahan-bahan partikulat). Kedua bentuk zat
pencemar itu berada di atmosfer secara simultan, tetapi seluruh zat pencemar
udara 90% berbentuk gas.
Bentuk-bentuk partikulat yang sering terdapat dalam atmosfer, yaitu:
a. Gas : keadaan gas dari cairan atau bahan padatan.
b. Embun : tetesan cairan yang sangat halus di udara.
c. Uap : keadaan gas dari zat padat volatil atau cairan.
d. Awan : uap yang dibentuk pada tempat yang tinggi.
8
e. Kabut : awan yang terdapat di ketinggian yang rendah.
f. Debu : padatan yang tersusun rapi dalam udara yang dihasilkan
daripemecahan bahan.
g. Haze : partikel-partikel debu atau garam dalam tetes air.
h. Asap : padatan dalam gas yang berasal dari pembakaran tidak
sempurna(Rukaesih, 2004:121).
2.1.2 Komponen Pencemaran Udara
Hadirnya komponen pencemar udara dan logam berat lainnya sebagai
efek samping aktivitas manusia atau pun aktivitas alamiah pada tingkat tertentu
mempunyai pengaruh dan dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan, baik
untuk kesehatan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan lingkungan alam
(Budiyono, A. 2010).
Tabel 2.2. Prosentase komponen pencemar udara.
Komponen Pencemar Prosentase
CO (Carbonmonoksida) 70,50 %
NOx(Nitrogen Oksida) 8,89 %
SOx(Belerang Oksida) 0,88 %
HC (Hidrokarbon) 18,34 %
Partikel 1,33 %
Total 100 %
(Wardhana,W.A, 2004)
Dari tabel 2.2 di atas bahwa karbon monoksida(CO) dan
hidrokarbon(HC), pencemar yang paling banyak dihasilkan dari emisi gas buang
transportasi di Indonesia. Komponen pencemar udara tersebut menjadi racun
secara sendiri-sendiri ataupun secara bersamaan.Kegiatan transportasi mempunyai
kontribusi polusi udaraterbanyak. Setiap liter bahan bakar yang dibakar akan
mengemisikan sekitar 100 gram karbon monoksida 30 gramoksidanitrogen2,5 kg
karbon dioksida dan berbagai senyawa lainnya termasuk senyawa sulfur
(Hickman, 1999).Dampak negatif bagi kesehatan dari gaskarbon monoksida(CO)
danhidrokarbon (HC) sebagai berikut:
9
a) Karbonmonoksida (CO)
Terhisapnya gaskarbonmonoksida(CO) ke paru-paru akan menghalangi
masuknya oksigen yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena CO
mudah bereaksi dengan darah. Keracunan gasKarbon Monoksida dapat ditandai
dari keadaan mula-mula terasa pusing, sakit kepala dan mual, kondisi lebih
berat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, serangan jantung sampai
kematian.
b) Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon(HC) terutama berperan dalam atmosfer dalam pembentukan
ozon dan fotooksidan lainnya, bersama-sama dengan adanya oksida nitrogen dan
sinar ultra violet.Gangguan pernapasan dapat timbul akibat senyawa hidrokarbon
sendiri, meliputi laryngitis, pharya dan bronchitis(Manik, 2007).
2.1.3 Upaya Mengurangi Pencemaran Udara
Upaya untuk mengurangi pencemaran udara dapat diuraikan sebagai
berikut ini:
1. Memodifikasi mesin untuk mengurangi jumlah polutan yangterbentuk.
2. Mengembangkan bahan bakar dengan tujuan mengurangi polutan.
3. Meningkatkan perawatan kendaraan bermotor dengan jalan uji emisi gas
buang setiap 6 atau 12 bulan.
4. Menghindari cara pemakaian yang justru menghasilkan polutan yang tinggi
(beberapa cara pemakaian yang salah adalah dengan melakukan trek–trek-an
di jalan raya, menambahkan pelumas pada knalpot, dan beban angkut yang
melebihi kapasitas daya angkut motor.
5. Mengembangkan sumber tenaga alternatif yang rendah polusi
6. Memperbaiki sistem pengapian (sistem pengapian kendaraan dapat
diperbaiki dengan menggunakan power ignition, EFI (Electronic Full
Injection)(I Gusti Bagus Wijaya Kusuma, 2002).
10
2.2. Emisi Kendaraan Bermontor
Inventarisasiemisimempunyaiberbagaitujuanuntukmengidentifikasi
kecenderunganpola emisi tahunan perbandinganemisi saat ini
denganmemperkirakan konsentrasi polutan ambientdenganmenggunakan
airquality models(Frey, 1997). Kendaraan bermotor yang digunakan sekarang
ini adalah penyebabpolusi.Kebanyakandari kendaraan bermotor mengubah fosil
menjadi energi mekanik dan40% energi fosil diubah menjadienergi panas yang
pada akhirnya memanaskan lingkungan (Torok, 2005).
Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udaradi
kawasan perkotaan. Emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh perilaku
mengemudi dan kondisi lingkungan. Emisi kendaraan bermotor akan berbeda
dari satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan adanya perbedaan atau variasi
desain jalan raya serta kondisi lalu-lintas (Liu, dkk,2006).Polusi yang
diakibatkandaripembuanganexhaust kendaraan bermotor adalah gasdan
hidrokarbon yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tidak sempurna.
Kendaraan bermotor yang dijalankan di bawah temperatur normal akan boros
pada pemakaian bahan bakardan akan lebih banyak emisi yang dihasilkan
dibandingkan bila mesin telah panas dan bekerja sesuai temperatur
normal(Hickman, 1999).
Emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat terbagi dalam
tiga kategori yaituhot emission,start emission, dan evaporation emission.
1. Hot Emissionadalah emisi yang dihasilkan selama kendaraan beroperasi pada
kondisi normal.
2. Start Emissionmerupakan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan hanya
padasaat kendaraan mulai berjalan.
3. Evaporation Emissiondapat terjadi dalam berbagaicara misalnya saatpengisian
bahan bakar, peningkatan temperatur harian dan lain sebagainya (Hickman,
1999).
Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Gas
buang yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun solar
sebenarnya memiliki kandungan gas buang yang tidak jauh berbeda
komposisinya.Komposisi dari gas buang ini bergantung kepada kondisi
11
mengemudi, jenis mesin, alatpengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan
faktor lain yang membuat pola emisi menjadi rumit (Hickman, 1999).Estimasi
Emisi kendaraan bermotor dilaksanakan dengansatu asumsi bahwa semua
aktivitas kendaraan bermotor adalah sama terlepas dari adanya variasi lalu
lintas dan cara mengemudi. Faktor emisi didasarkan kepada kecepatan rata-rata
dan diasumsikan di daerah perkotaan (Nesamani, dkk,2006).
2.3. Standar Emisi Euro
Standar emisi EURO bisa kita definisikan sebagai Standar gas buang
kendaraan versi eropa. Di Indonesia sendiri Standar emisi EURO baru sampai
standar EURO 3. Di Eropa sendiri tempat asal standar emisi EURO sudah sampai
EURO 5 (diterapkan sejak September 2009), dan EURO 6 (rencananya mulai
September 2015).Standar emisi EURO dapat di lihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3.Tanggal pelaksanaan standar Euro.
Tanggal Euro standart
1992 – 30 September 1996 Euro II
1 Oktober 2001 – 30 September 2006 Euro III
1 Oktober 2006 – 30 September 2009 Euro IV
1 Oktober 2009 Euro V
(Impacts Monitoring – Baseline Report, 2008)
Standar emisi EURO dirintis mulai tahun 1992. Tahun 1996 standar
emisi EURO 2 diperkenalkan dengan sasaran kendaraan jenis bus dan truk.
Standarisasi EURO dijalankan dengan penuh ketelitian dan dilakukan secara
bertahap. Jika standarisasi ini dijalankan secara sembarangan bisa kita bayangkan
betapa rusaknya kualitas udara kita saat ini.
Walaupun di Indonesia standar EURO sudah mencapai EURO 3, tapi
banyak sekali kendaraan pribadi atau umum yang masih dengan standar emisi
EURO 1. Standar emisi ini sangat berperan sekali dalam kelestarian lingkungan
khususnya kualitas udara.
12
2.4. Catalytic Converter
Sistem yang paling efektif untuk mengurangi emisi mesin adalah
catalytic converter ditemukan pada mobil modern dan mesin modern.Catalytic
converter terpasang dalam sistem dimana gas buang mengalir. Di dalam suatu
ruang berisi material-material katalis(Willard W. Pulkrabek, 2004).Pertama
catalytic converter digunakan padamobil platina.Katalis logam mulia yang
digunakan untuk aplikasi, dapat mengalami sintering pada suhu tinggi, yang
mengarah ke deaktivasi katalis (Kaspar et al, 2003).Platinum katalis ditemukan
menjadi katalis terbaik bagi oksidasi propana dan paladium ditemukan menjadi
katalis terbaik bagi oksidasi karbon monoksida.
Catalytic converter digunakan dalam mobil dan memerlukan desainyang
stabil, dapat menyebabkan mesin sangat rendah emisi(Ramanathan et al,
2004).Desain dan optimalisasi catalytic convertersesuatu yang menantang karena
interaksi yang kompleks antara kimia, reaksi, massa dan transfer panas.
Selanjutnya, ber eksperimen yang sulit untuk ditafsirkan karena menyangkut
rincian dari proses kimia dan fisik yang berbeda, mengambil tempat dalam model
struktur model sarang lebah. Oleh karena itu, dapat diandalkan sebagai simulasi
berfungsi dengan metode yang kuat untuk menyelidiki dan akhirnya
mengoptimalkan kinerja catalytic converter(Mladenov et al, 2010).
Catalityc converter berfungsi untuk mempercepat oksidasi emisi
hidrokarbon (HC) dan carbon monoksida (CO), serta mereduksi nitrogen oksida
(NOx). Tujuan pemasangan katalitik converter adalah merubah polutan – polutan
yang berbahaya seperti CO,HC dan NOx menjadi gas yang tidak
berbahaya,seperti carbondioksida (CO2), uap air (H2O) dan nitrogen (N2) melalui
reaksi kimia.
Laju aliran gas buang (gas flow) yang keluar dari ruang mesin menuju
lubang inlet, gas buang yang masih mengandung banyak CO, NOx dan HC
tersebut akan melewati katalis. Mekanisme reaksi katalis yaitu dengan mengubah
komposisi gas buang yang ada dengan berbagai reaksi kimia dan pertukaran ion
(Bovin,1992). Reaksi katalisasi dalam catalytic converterditunjukanpada
persamaan (2.1) sampai persamaan (2.11).
13
Reaksi Oksidasi dengan O2
CO + ½ O2 CO2 ( 2.1 )
HC + ½ O2 CO2 + H2O ( 2.2 )
HC + ½ O2 CO + H2O ( 2.3 )
H + ½ O2 H2O ( 2.4 )
Reaksi Oksidasi Reduksi dengan NO
CO + NO ½ N2 + CO2 ( 2.5 )
HC + NO N2 +CO2 +H2O ( 2.6 )
HC + NO N2 + CO + H2O ( 2.7 )
H2 + NO 1/2 N2 + H2O ( 2.8 )
H2 + 2NO N2O + H2O ( 2.9 )
5/2H2 + NO NH3 + H2O ( 2.10 )
2NO + 2NH3 + ½ O2 2N2 + 3H2O ( 2.11 )
2.5. Tipe Catalytic Converter
Cataytic converter memiliki berbagai macam bentuk, namun secara garis
besar dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaituCataytic Converter Oksidasi,
Two-way Cataytic Converter, Three-way Cataytic Converter.
2.5.1. Cataytic Converter Oksidasi
Fungsikatalisoksidasiadalah mengubah COdanhidrokarbonmenjadi
CO2dan air dalamuapgas buang. Catalytic jenis ini beroperasi pada kendaraan
udara berlebih. Udara berlebih yang digunakan untuk proses oksidasi dapat melaui
pengaturan campuran miskin (λ > 1). Cataytic Converter Oksidasi ditujukkan
pada gambar 2.1(Irawan, B, 2003).
14
Gambar 2.1 Cataytic Converter Oksidasi
2.5.2. Two-Way Cataytic Converter
Pada sistem ini terdiri dari dua sistem katalis yang dipasang segaris
dimana gas buang akan melalui catalytic reduksi dan kemudian catalytic oksida.
Sistem pertama merupakan catalytic reduksi yang akan berperan dalam
menurunkan emisi NOx , sedangkan sistem kedua merupakan catalytic oksida
yang dapat menurunkan emisi HC dan CO. Mesin yang dilengkapi dengan sistem
ini biasanya dioperasikan dengan campuran kaya (λ < 1). Two-way Cataytic
Converterditujukkan pada gambar 2.2(Irawan, B, 2003).
Gambar 2.2Two-way cataytic converter
15
2.5.3. Three-Way Cataytic Converter
Padasistem ini three-way catayticconverterdirancang untukmengurangi
gas-gas poutan seperti CO, HC dan NOx yang keluar dari sistem gas buang
dengan cara mengubah melalui reaksi kima sehingga menjadi CO2 , uap air (H2O)
dan Nitrogen (N2). Sistem ini menggunakan kontrol (lambda sensor)yang dapat
mengatur nilai λ sehingga dapat berfungsi secara optimal. three-way cataytic
converter ditujukkan pada gambar 2.3(Irawan, B, 2003).
Gambar 2.3 Three-way cataytic converter
2.6. Nilai AFR dan λ
Emisi gas buang sangat tergantung pada perbandingan campuran bahan
bakar dengan udara, jadi untuk mengetahui kadar emisi gas buang maka alat uji
emisi dilengkapi dengan pengukur nilai λ (lambda) atau AFR (air-fuel ratio) yang
dapat mengindikasikan campuran tersebut.
Teori stoichiometric menyatakan, untuk membakar 1 gram bensin dengan
sempurna diperlukan 14,7 gram oksigen. Dengan kata lain, perbandingan
campuran ideal = 14,7 : 1. Perbandingan campuran ini disebut AFR atau
perbandingan udara dan bensin (bahan bakar). Untuk membandingkan antara teori
dan kondisi nyata, dirumuskan suatu perhitungan yang disebut dangan istilah
lambda(λ), secara sederhana, dituliskan sebagai berikut :
𝜆 =Jumlah udara sesungguhnya
Teori 𝑆𝑡𝑜𝑖𝑐ℎ𝑖𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖 (2.12)
16
Jika jumlah udara sesungguhnya 14,7 maka :
λ = 14,7 / 14,7 :1
λ = 14,7 / 14,7
λ = 1
Artinya :
λ = 1 (mengindikasikan campuran yang ideal)
λ > 1 (mengindikasikan campuran kurus atau kering, dimana udara pembakaran
berlebih)
λ < 1 (mengindikasikan campuran kaya atau basah, dimana bahan bakar berlebih)
Gambar 2.4 menerangkan konversitinggi (>80-90%) dariCO,
HcdanNoxyangdicapai secara bersamaan. JikaA/Frasio di bawah14,7gas
buangmengandungreaktanlebihmengurangi(CO,HC) darireaktanpengoksidasi(O2,
NOx) dan mesin yang beroperasidi bawah kondisiyang kaya. JikaA/Frasio
melebihi14,7mesinberoperasi di
bawahkondisiramping.ReaksireduksidariNoxdisukaidalam kondisikaya,
sedangkankondisi yang kurang mendukungreaksioksidasikatalitikdariCOdan HC.
Hubungan AFR dengan gas buang, diasumsikan mesin dalam kondisi
normal dengan kecepatan tetap, pada kondisi AFR kurus dimana konsentrasi CO
dan HC menurun pada saat NOx meningkat, sebaliknya AFR kaya NOx menurun
tetapi CO dan HC meningkat.
Gambar 2.4 Grafik efisiensi perbandingan udara dengan bahan bakar
(Lassi, U, 2003)
17
Hal ini berarti pada mesin bensin sangat sulit untuk mencari upaya
penurunan emisi CO, HC dan NOx pada waktu bersamaan, apalagi dengan
mengubah campurannya saja. Jadi pada dasarnya campuran bahan bakar dengan
udara itu harus selalu mendekati 1 untuk menjaga dari emisi gas buang yang
tinggi selain itu juga mudah untuk perawatan dan pemeliharaan
mesinnya.Selanjutnya persamaan AFR dan λ (lambda) pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Persamaan AFR dan Lambda (λ) (Syahrani, A, 2006)
AFR Lambda (λ) AFR Lambda (λ)
5 0,340 15 1,020
6 0,408 15,5 1,054
7 0,476 16 1,088
8 0,544 16,5 1,122
9 0,612 17 1,156
10 0,680 17,5 1,190
11 0,748 18 1,224
12 0,816 18,5 1,259
13 0,884 19 1,293
14 0,952 19,5 1,327
14,7 1,000 20 1,361
2.7. Prinsip Kerja Catalytic Converter
Tahapan–tahapan dari proses catalytic converter dibagi menjadi 3 tahap
reduction catalyst, oxidization catalyst, pengendaliansistemgas buang.
a. Reduction Catalyst
Tahap ini menggunakan platinum dan rhodium untuk membantu
mengurangi emisi NOx. Ketika molekul NO atau NO2 bersinggungan dengan
katalis, sirip katalis mengeluarkan atom nitrogen dari molekul dan menahannya.
Sementara oksigen yang ada diubah ke bentuk O2. Atom nitrogen yang
terperangkap dalam katalis tersebut diikat dengan atom nitrogen lainnya sehingga
terbentuk format N2, namun demikian pada penelitian tugas akhir ini katalis yang
akan digunakan bukanlah platinum dan rhodium melainkan menggunakan plat
18
tembaga (Cu1mm) dan plat tembaga berlapis nikel (Cu*Ni). Rumus
kimiareduction catalyst sebagai berikut:
2NO => N2 + O2 atau 2NO2 => N2 + 2O2. (2.13)
b. Oxidization Catalyst
Proses ini mengurangi hidrokarbon (HC) yang tidak terbakar di ruang
bakar dan karbonmonoksida (CO) dengan membakarnya (oxidizing) melalui
katalis. Katalis ini membantu reaksi CO dan HC dengan oksigen yang ada di
dalam gas buang. Reaksinya sebagai berikut:
2CO + O2 => 2CO2 (2.14)
c. Pengendalian Sistem Gas Buang.
Informasi yang diperoleh dipakai lagi sebagai kendali sistem injeksi
bahan bakar. Ada sensor oksigen yang diletakkan sebelum katalitik konverter dan
cenderung lebih dekat ke mesin ketimbang konverter itu sendiri. Sensor ini
memberi informasi ke Electronic Control System (ECS) seberapa banyak oksigen
yang ada di saluran gas buang. ECS akan mengurangi atau menambah jumlah
oksigen sesuai perbandingan udarabahan bakar. Skema pengendalian membuat
ECS memastikan kondisi mesin mendekati rasio stoikiometri dan memastikan
ketersediaan oksigen di dalam saluran buang untuk proses oxidization HC dan CO
yang belum terbakar(Ellyanie, 2011).
Tahapan ke 3 tidak berlaku pada penelitian tugas akhir ini. Hal ini
disebabkan engine pengujian masih menganut sistem pembakaran konvensional
(karburator) sehinga tidak dilengkapi Electronic Control System (ECS).
Gambar 2.5 memperlihatkan daerah operasi catalytic oksidasi dan.
Daerah yang gelap merupakan daerah operasi sekitarλ = 1 ± 1%.
19
Gambar 2.5Daerah operasi three way catalytic converter
(Ellyanie, 2011).
Proses pembakaran yang sebenarnya, motor bensin tidak dapat bekerja
pada daerah operasi yang sempit tersebut, maka digunakan sistem pengendalian
loop tertutup, yaitu sistem pengendalian yang menjaga komposisi campuran
udarabahan bakar yang masuk ke ruang bakar tetap pada daerah lambda (λ) yang
diinginkan (λ = 1 ± 1%). Sebagai pendeteksi gas buang digunakan sensor lamda.
Sensor ini akan mendeteksi apakah campuran lebih kaya atau lebih miskin -
dari λ = 1(Ellyanie, 2011).
2.8. Mekanisme Reaksi Catalytic Converter
Reaksi oksidasi karbonmonooksida dengan katalis campuran oksida
logam transisi dapat berlangsung dengan menggunakan oksigen sebagai oksidator.
Reaksi tersebut dapat berlangsung pada permukaan katalis oksida logam
tersebut.Mekanisme reaksi pada permukaan katalis dapat diuraikan
menurutmekanisme Mars-Van Krevelen, mekanisme Langmuir-Hinshelwood dan
mekanisme Eley-Rideal(Razif, M, 2005).
2.8.1. Mekanisme Mars-Van Krevelen
Oksidasi karbon monooksida berlangsung melalui adsorpsi CO pada
katalis, diikuti terjadinya reaksi CO dengan atom O dari katalis kemudian desorpsi
CO2 sebagai hasil reaksi. Reaksi ini terjadi pada permukaan bagian dalam.
20
2.8.2. Mekanisme Langmuir-Hinshelwood
Molekul karbonmonooksida dapat mengalami kondensasi di atas
permukaankatalis dan atom oksigen berada disampingnya, selanjutnya keduanya
berinteraksi. Reaksi terjadi antara molekul oksigen dengan molekul
karbonmonooksida yang keduanya teradsorpsi di permukaan katalis. Mekanisme
reaksi oksidasi CO menurut Langmuir-Hinshelwood ditunjukan pada gambar
2.5.(Razif, M, 2005).
Gambar 2.6Mekanisme reaksi oksidasi CO menurut Langmuir-Hinshelwood
2.8.3. Mekanisme Eley-Rideal
Hanya oksigen teradsorpsi pada permukaan katalis, sedangkan karbon
monoksida dapat mengalami ikatan dengan oksigen selama proses tumbukan.
Mekanisme ini terlihat pada gambar 2.6(Razif, M, 2005).
Gambar 2.7 Skema mekanisme reaksi oksidasi CO menurut Eley-Rideal
21
2.9. Prinsip Dasar Electroplating
Kita mengenal istilah anoda, katoda, larutan elektrolit. Ketiga istilah
tersebut digunakan seluruh literatur yang berhubungan dengan pelapisan material
khususnya logam dan diilustrasikan seperti pada gambar 2.8.
1. Anoda adalah terminal positif, dihubungkan dengan kutub positif dari sumber
arus listrik. Anoda dalam larutan elektrolit ada yang larut dan ada yang tidak.
Anoda yang tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik saja,
sedangkan anoda yang larut berfungsi selain penghantar arus listrik, juga
sebagai bahan baku pelapis.
2. Katoda dapat diartikan sebagai benda kerja yang akan dilapisi, dihubungkan
dengan kutub negatif dari sumber arus listrik.
3. Elektrolit berupa larutan yang molekulnya dapat larut dalam air dan terurai
menjadi partikel-partikel yang bermuatan positf atau negatif.
Karena electroplating adalah suatu proses yang menghasilkan lapisan tipis logam
di atas permukaan logam lainnya dengan cara elektrolisis, maka perlu kita ketahui
skema proses electroplating tersebut.
2.10. Skema Proses Electroplating
Perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan
elektrolit sehinnga ion logam mengendap pada benda padat yang akan dilapisi.
Ion logam diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan anoda logam di
dalam elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai
katoda. Langkah awal dengan membersihkan spesimen dari minyak maupun
kotoran lain. Spesimen dibersihkan menggunakan sikat dan kain dengan bantuan
larutan degresing yang dicampur dengan air. Perbandingannya adalah10 : 1
(10 air : 1 degresing).
Dengan adanya hal tersebut akan terbentuk endapan pada katoda yang
berupa berat lapisan.Prinsip kerja electroplating sama dengan proses elektrolisator
yang merupakan suatu rangkaian yang terdiri dari rectifier (sumber arus searah),
anoda, katoda (benda kerja), larutan elektrolit (Saleh, A, Arsianto, 1995 : 10).
22
Gambar 2.8 Proses nikel (Electroplating)
2.11. Orifice Plate Flowmeter
Berbagai jenis flowmeters tersedia hanya untuk sistem tertutup seperti
perpipaan. Secaraumum, peralatan ini dapat diklasifikasikan sebagai differential
pressure, positive displacement, andvelocity.
2.11.1. Pengertian Orifice
Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, laju aliran
massa, volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian,
kemampuan pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan
keawetan alat ukur tersebut. Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan
tekanan, kecepatan, debit, gradien kecepatan, turbulensi dan viskositas. Terdapat
banyak cara melaksanakan pengukuran-pengukuran.
Orifice adalah salah satu alat pengukur aliran fluida yang menghasilkan
perbedaan tekanan udara untuk menentukan laju aliran masa dari
aliran.concentricorifice merupakan jenis orifice yang paling banyak
digunakan.Profil lubang orifice ini mempuyai takik (bevel) dengan kemiringan
45° pada tepi bagian downstreamseperti gambar 2.9 dan 2.10. Hal ini akan
mengurangi jarak tempuh dari aliran tersebut mengalami perbedaan tekanan
melintang. Setelah aliran melewati orifice akan terjadi penurunan tekanan dan
kemudian mencoba kembali ke tekanan semula tetapi terjadi sedikit tekanan yang
23
hilang permanen (permanent pressure-loss) sehingga perbedaan tekanan upstream
dan downstream tidak terlalu besar.
Perbandingan diameter orifice dan diameter dalam pipa dilambangkan
dengan “β”. Orifice jenis ini memiliki ketentuan untuk nilai β = d / D yaitu antara
0.2-0.7 karena akurasinya akan berkurang untuk nilai diluar batas
tersebut(Retrieved 08 April, 2013).
Gambar 2.9Concentric Orifice
Gambar 2.10 memperlihatkan piranti dasar dari orfice yang pe-
makaiannya disarankan oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi
(ISO)(White, F. M. 1986).
Tebal platorifice: ≤ 0.1 D
D d
Arah Aliran
45°-60° Sudut Lereng
Tebal pinggiran:
≤0,02D
Gambar 2.10Profil lubang plat tipis / plat Orifice
(Victor L Streeter, E. B. W, 1995.)
24
2.12. Prinsip dan Persamaan Dasar
Pada dasarnya orifice berupa plat tipis dengan lubang di bagian tertentu
(umumnya di tengah)Gambar 2.11Perubahan kecepatan dan tekanan melalui
meteran penghalang Bernoulli. Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai
pada orifice akan dipaksa untuk melewati lubang pada orifice. Hal itu
menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan dan tekanan. Titik dimana terjadi
kecepatan maksimum dan tekanan minimum disebut vena contracta. Setelah
melewati vena contracta kecepatan dan tekanan akan mengalami perubahan lagi.
Dengan mengetahui perbedaan tekanan pada pipa normal dan tekanan pada vena
contracta, laju aliran volume dan laju aliran massa dapat diperoleh dengan
persamaan bernoulli dan persamaan kontinuitas.
Gambar 2.11Perubahan kecepatan dan tekanan melalui meteran penghalang
Bernoulli(White, F. M, 1986).
Beda tekanan pada manometer pipa (P1 – P2)
P1 – P2 = ρhg . g. ∆h (2.15)
Persamaan Bernouli :
2
2
221
2
11
22gz
VPgz
VP
(2.16)
2
1
2
2
221 1
2 V
VVPP
(2.17)
25
Subtitusi persamaan :
2
1
2
2
221 1
2 A
AVPP
Sehingga 2V teoritis :
𝑉2 = 2(𝑃1−𝑃2)
𝜌 . 1−𝛽4 (2.18)
Persamaan Kontinuitas :
CV CSAdVd
t
.0
2221110 AVAV
2211 AVAV
4
1
2
2
1
2
2
2
1
D
D
A
A
V
V (2.19)
Dimana :
𝑄1 = 𝑄2
𝑉1𝐴1 = 𝑉2𝐴2
𝑉1 = 𝑉2𝐴2
𝐴1
𝑉1 = 𝑉2𝛽2 (2.20)
𝑉1 = 𝑉2 𝐷2
𝐷1
2
𝑅𝑒 = 𝜌 𝑉1𝐷1
𝜇 =
𝑉1𝐷1
𝛾 (2.21)
Persamaan diatas kurang akurat karena diabaikan bebeperapa faktor
seperti gaya gesek, oleh karena itu untuk mengurangi ketidaksesuaian tersebut
ditambahkan satu koefisien baru yaitu Cd (discharge coefficient), dan 𝐷2/𝐷1 = β
sehingga 𝐴2/𝐴1 2 = 𝐷2/𝐷1
4 = 𝛽4
Untuk nilai Cd ASME merekomendasikan persamaan yang di -
kembangkan oleh ISO adalah sebagai berikut.
26
𝐶𝑑 = 0,5959 + 0,0312 𝛽2,1 − 0,184𝛽2,1 + 91,71 𝛽2,5𝑅𝑒1−0,75 +
0,09𝛽4
1 − 𝛽4𝐹1
− 0,0337𝛽3𝐹2 (2.22)
Gambar 2.12 Berbagai tipe taping pada Orifice Flowmeter.
Nilai 1F dan 2F berdasar pada posisi tap seperti pada Gambar 2.14 adalah
sebagai berikut:
Corner taps : 1F =0 2F =0
D; 1/2D taps : 1F =0,4333 2F =0,47
Flange taps : 1F =1/D (in) 2F =1/D (in) (2.23)
Dan 𝑚 teoritis adalah :
22
1
2
2122
1
2A
A
A
PPAVmteoritis
214
2 21
PPAC
m d
𝑚 =𝐶𝑑𝛽 𝜋 (𝑑)2
1− 𝛽4 2 𝜌 (𝑃1 − 𝑃1) (2.24)