BAB III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)_@WK

39

Click here to load reader

description

mendeskrisipkan tentang k3

Transcript of BAB III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)_@WK

  • KEKESEKES

    K

    B

    EHASEL

    KER

    BAB

    ATLAMRJA

    B III

    TANMA

    A (K

    N DATAK3)

    DANAN )

    N

  • III-0

    PERKULIAHAN KE : 5,6,7

    TIK :

    Setelah mengikuti pelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Keselamatan kerja , Peraturan Keselamatan Kerja (K3) ,Kesehatan Lingkugan kerja , Bahan Kimia Berbahaya,Ergonomi , Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja dan P3K.

    Pokok Bahasan: Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)

    Deskripsi singkat :

    Keselamatan kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan kerja. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi baik barang maupun jasa. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lain dan masyarakat pada umumnya.

    I. Bahan Bacaan: 1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen

    Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. 2. Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan

    Sosial Tenaga Kerja. 3. Keppres RI No.22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja. 4. Pencegahan Kecelakaan; International Labour Office Genewa, PT.Pustaka Binaman

    Pressindo, 1989. 5. Keputusan Menteri KesehatanNo. 261/MENKES/SK/II/1998Tentang : Persyaratan

    Kesehatan Lingkungan Kerja

    II. Pertanyaan Kunci 1. Tuliskan Tujuan Keselamatan kerja. 2. Jelaskan penyebab kecelakaan yang biasa pada suatu proyek. 3. Jelaskan apa yang dimaksud Lingkungan Kerja Industry. 4. Jelaskan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan P3K 6. JelaskanbagaimanansikappenolongPadasuatukecelakaankerja. III.Tugas. Kerjakan soal-soal uji kompetensi no 1-10 pada bagian akhir bab III dan kumpulakan pada pertemuan ke 8.

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 1

    BAB III KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

    Pendahuluan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah ilmu yang secara khusus mempelajari secara luas dan mendalam permasalahan Kesehatan fisik maupun psikis pekerja Sehubungan dgn pekerjaannya yg mencakup metode kerja, kondisi kerja,dan lingkungan kerja yang mungkin dpt menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan kesehatan pekerja.Pada bab ini akan dibahas tentang, Keselamatan kerja , Peraturan Keselamatan Kerja (K3) ,Kesehatan Lingkugan kerja , Bahan Kimia Berbahaya,Ergonomi , Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja dan P3K. Pada akhir pembelajaran bab ini,mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Keselamatan kerja , Peraturan Keselamatan Kerja (K3) ,Kesehatan Lingkugan kerja , Bahan Kimia Berbahaya,Ergonomi , Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja dan P3K. 3.1 Keselamatan kerja Keselamatan kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan kerja. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi baik barang maupun jasa. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lain dan masyarakat pada umumnya.

    Gambar 1-3. Kecelakaan Kerja

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 2

    Tindakan keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmani maupun rokhani manusia. Hasil kerja dan budaya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Keselamatan kerja manusia secara terperinci meliputi: mencegah terjadinya kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah dan atau mengurangi cacat tetap, mencegah dan atau mengurangi kematian, dan mengamankan material, konstruksi, dan pemeliharaan yang kesemuanya menuju pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia.

    Program keselamatan kerja yang baik dalam suatu industri atau sekolah ialah program yang terpadu dengan pekerjaan sehari-hari, sehingga sukar untuk dipisahkan satu dengan lainnya.

    Gambar 2-3. Keselamatan kerja merupakan program terpadu.

    Dasar-dasar keselamatan kerja yang ada di Indonesia antara lain diatur dalam Undang Undang RI No. 1 tahun 1970. tentang Keselamatan Kerja. Keselamatan kerja erat hubungannya dengan peningkatan produksi dan produktivitas, hal ini atas dasar:

    Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

    Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efesien dan berhubungan dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 3

    Gambar 3.3. Keselamatan Kerja Berhubungan dengan Produktivitas

    Tugas-tugas keselamatan kerja dan persyaratan kerja bukan hal yang terpisah. Dalam menjalankan tugas tersebut perlu adanya koordinasi dengan petugas petugas lain.

    Gambar 4.3 Tugas Keselamatan Kerja Merupakan Tugas Bersama

    Kerja sama dari semua orang yang terlibat dalam bekerja sangat diperlukan dalam mencegah kondisi yang tidak aman, yakni terjadinya kecelakaan kerja. Kondisi kerja yang aman tidak hanya memiliki alat yang bagus dan mesin yang

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 4

    baru, namun kerjasama dari setiap individu tempat kerja merupakan hal yang sangat penting.

    Gambar 5-3 Tugas Keselamatan Kerja perlu untuk didiskusikan Bersama

    Praktik keselamatan kerja atau penerapan keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari keterampilan kerja. Keduanya harus berjalan dan merupakan unsur esensial bagi kelangsungan pekerjaan. Keselamatan kerja yang dilaksanakan dengan baik akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, pelatihan dan pembinaan sangat diperlukan guna mencapai tujuan tersebut.

    Gambar 6-3 Tugas Keselamatan Kerja Memerlukan Pelatihan

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 5

    Tujuan Keselamatan kerja adalah:

    Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

    Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

    Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan alat pelindung diri (badan) dan pelindung mesin sebagai pendukung tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

    Gambar 7-3 Alat Pelindung Diri (badan) 3.2 Peraturan Keselamatan Kerja (K3) Indonesia mempunyai kerangka hukum K3, sebagaimana terlihat pada daftar peraturan perundang-undangan K3 yang banyak ,beberapa diantaranya terdapat pada daftar dibawah ini. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan K3 di Indonesia.

    1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 7 (4/PMP/1964) yang menetapkan kondisi kesehatan,higiene,pencahayaan, kelembaban,pengaturan tata letak ruangan dan penempatan barang (housekeeping),kualitas udara di dalam ruangan, dan sistem ventilasi.

    2. Undang-undang No 1 (1970) tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini mewajibkan tempat kerja yang mengindahkan keselamatan dan kesehatan pekerja, dan pembentukan komite kesehatan dan keselamatan pabrik/ tempat kerja. Pengusaha melapor kepada nstansi-instansi pemerintah; Inspeksi-inspeksi Pemerintah.

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 6

    3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 158 Pengamanan bahaya kebakaran 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER/01/MEN/1980 tentang K3 dalam

    konstruksi bangunan 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER/02/MEN/1980 tentang pelayanan

    kesehatan kerja yang menetapkan syarat-syarat untuk pemeriksaan kesehatan sebelum diterima bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi karyawan oleh doktor yang kompeten.

    6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER/04/MEN/1980 menetapkan syarat-syarat masangan dan pemeliharaan alat-alat pemadam kebakaran.

    7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER/01/MEN/1981 tentang wajib lapor penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan.

    8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER/02/MEN/1982 menetapkan syarat-syarat pengelasan di tempat kerja, termasuk kualifikasi pengelas.

    9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER/03/MEN/1982 tentang syaratsyarat pelayanan kesehatan bagi pekerja, pemeriksaan kesehatan,upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit, perawatan dan rehabilitasi.

    10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP-155/MEN/1984 membentuk Dewan Nasional untuk Kesehatan dan Keselamatan di Tempat Kerja.

    11. Peraturan No. 4, 1985 berisi ketentuan teknis secara umum untuk keselamatan kerja dalam mengoperasikan peralatan listrik dan mesin-mesin produksi.

    12. Peraturan No. 5, 1985 tentang mesin-mesin dan perlengkapan pengangkat barang dan transportasi.

    13. Keputusan Bersama No. 174 dari Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan konstruksi.

    14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 333/ MEN/ 1989 tentang diagnose dan pelaporan penyakit akibat kerja. Diagnosa tersebut harus dilakukan melalui inspeksi yang lengkap dan menyeluruh terhadap kondisi kerja dan pemeriksaan fisik untuk menetapkan hubungan antara tingkat paparan dan penyakit.Setelah diagnosa, dalam waktu 48 jam harus sudah diberikan pelaporan kepada institusi yang berwenang.

    15. Peraturan Depnakertrans No. 03, 1998, Prosedur Pelaporan Dan Inspeksi Kecelakaan

    16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER/187/MEN/1999, untuk melindungi pekerja dari bahaya bahan-bahan kimia. Mewajibkan pemberian label pada wadah bahan kimia, disediakannya lembar data bahan bagi keselamatan

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 7

    kerja dan syarat-syarat jumlah petugas kimia untuk keselamatan kerja di perusahaan.

    17. Keputusan DEPNAKERTRANS No. 51, 1999, tentang nilai ambang batas suhu udara, kebisingan (85 dBA), getaran (4 m/s2), frekuensi radio (0.1 micro W/cm2). Pengukuran dilakukan melalui Pusat Hiperkes.

    18. Undang-undang No.13, disebut juga Hukum Perburuhan Indonesia. Pasal 86-87 menyebutkan bahwa setiap pekerja berhak atas keselamatan dan kesehatan kerja. Setiap perusahaan wajib menerapkan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang wajib diintegrasikan dalam system manajemen perusahaan. Aturanaturan yang berkenaan dengan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan wajib ditetapkan dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    Undang-undang K3 yang terutama di Indonesia adalah Undang-Undang No. 1/ 1970 tentang KeselamatanKerja. Undang-undang ini meliputi semua tempat kerja dan menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan primer. Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja (Departmen Kesehatan 2002).

  • Bab III Kes

    Ir.WenysKo

    Bulan Ke Setiap tahuFebruari. tersebut dmenteri, bberbagai mKerja Nas 3.3 Penye

    Kecelaka

    Suatu kejmenimbul

    Kejadian

    selamatan Da

    ombong,M.T

    Tabel 1-3

    eselamatan

    un, Bulan KPeringatan

    dirayakan sbahkan tidamedia. Tansional.

    ebab Terjad

    an Kerja A

    adian yanglkan korban

    Berbahaya

    an Kesehatan

    3 Asosiasi-a

    dan Keseh

    K3 diperingyang diko

    secara menak jarang

    nggal 12 Jan

    dinya Kece

    Adalah

    g tidak dikn manusia da

    a adalah:

    n Kerja (K3)

    asosiasi Pr

    hatan Kerja

    ati dari tangoordinir olencolok, denoleh Presidnuari telah

    elakaan Ke

    kehendaki dan atau hart

    ofesional K

    a

    ggal 12 Janueh Depnakengan panitiaden, dan mditetapkan

    rja

    dan tidak dta benda.

    K3 di Indon

    uari sampai ertrans Da peringata

    mendapat lisebagai H

    diduga sem

    I

    nesia

    tanggal 12 Direktorat Pan diketuai iputan luas

    Hari Keselam

    mula yang

    II 8

    PNKK oleh

    s dari matan

    dapat

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 9

    Suatu kondisi yang potensial yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit kerja, peledakan dan bahaya keracunan.

    Analisa Kecelakaan Kerja Salah satu akibat sampingan dari perkembangan teknologi yang merugikan terwujud dalam bentuk kecelakaan. Karena sifat kecelakaan adalah merugikan, oleh karena itu harus dicegah. Timbul suatu pertanyaan Apakah kecelakaan dapat dicegah?. Bila diamati dengan seksama, bahwa setiap kecelakaan itu pasti ada penyebabnya maka kecelakaan dapat dicegah.

    Gambar 8-3 Hirarki Keselamatan kerja

    Penyebab terjadinya bencana dan kecelakaan pada suatu proyek dapat diakibatkan oleh :

    a. Manuasia sebagai pelaksana yang tidak berkwalitas baik b. Perencanaan yang kurang matang c. Desain yang tidak tepat d. Metode kerja yang salah e. Material yang dikerjakan f. Peralatan dan alat bantu pekerjaan g. Linkungan kerja yang tidak mendukung h. Tempat kerja yang tidak memenuhi syarat i. Tidak digunakannya alat keselamatan kerja j. Kurangnya pengetahuan tentang K3

    Anotomi Kecelakaan a) Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, pasti ada penyebabnya. b) Faktor penyebab umumnya majemuk (multi causality), resikonya beragam (wide spectrum). c) Kecelakaan suatu kejadian tiba tiba dan tidak dikehendaki. d) Kecelakaan terjadi karena kondisi tidak aman atau tindakan tidak aman.

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 10

    e) Kecelakaan menimbulkan kerugian fisik, kerusakan material/alat atau gangguan pada proses produksi Beberapa kejadian yang sering menimbulkan kecelakaan adalah :

    Terbentur / tertabrak suatu benda. Terbentur / tertabrak banda/alat yang bergerak. Jatuh ke tingkat yang lebih rendah. Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset). Terjepit ke dalam barang yang berputar. Terjepit diantara dua benda. Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun dan

    sebagainya.

    Perbuatan / tindakan yang sub standar :

    Menjalankan peralatan yang bukan tugasnya. Gagal memberikan peringatan. Menjalankan mesin/peralatan/kendaraan melebihi kecepatan. Membuat alat pengaman tidak berfungsi. Menggunakan peralatan rusak. Tidak memakai alat pelindung diri. Pemuatan yang tidak memadai. Penempatan sesuatu yang tidak memadai. Posisi kerja yang tidak tepat. Melakukan perbaikan mesin saat masih berjalan. Bersenda gurau. Berada dalam pengaruh obat obatan atau alkohol.

    Kondisi yang sub standar :

    Pengaman yang tidak memadai. Alat pelindung diri tak memadai. Alat, peralatan atau bahan yang telah Gerak yang tidak leluasa. Sistem tanda bahaya tidak memadai. Tata graha yang jelek. Lingkungan kerja yang mengandung bahaya (uap/gas, bising, radiasi,

    suhu, ventilasi kurang baik, dsb.)

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 11

    Faktor Manusia :

    Kurang pengetahuan. Kurang terampil. Motivasi kurang baik. Stress fisik atau mental

    Faktor pekerjaan :

    Kepemimpinan dan atau kepengawasan kurang tepat. Engineering kurang memadai. Pembelian kurang memadai. Maintenance kurang memadai. Alat dan peralatan kurang memadai. Standar kerja kurang tepat. Aus dan retak akibat pemakaian. Penyalahgunaan wewenang.

    Dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu : a. Manusia(pekerja) dengan perilaku yang tidak aman dan b. Kondisi lingkungan /tempat kerja yang tidak aman,

    berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:

    1. Sembrono dan tidak hati hati 2. Tidak mematuhi peraturan 3. Tidak mengikuti standar prosedur kerja. 4. Tidak memakai alat pelindung diri 5. Kondisi badan yang lemah.

    Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu: 3% disebabkan hal yang tidak bisa dihindarkan (seperti bencana alam) , 24% disebabkan lingkungan/ peralatan yang tidak memenuhi syarat,dan 73% disebabkan perilaku yang tidak aman.

    Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah disebutkan di atas. 3.4 Lingkugan kerja Untuk mengetahui kondisi dari lingkungan kerja pada area kerja dibutuhkan data Adapun faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan dibagi menjadi 3, yaitu :

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 12

    1. Faktor Fisik a) Temperatur Untuk suhu pada area kerja mesin bubut cukup tinggi, sehingga keadaan ruang pengap serta udara terasa gerah, dan suhu akan tergantung dengan kondisi cuaca terutama menjelang siang hari suhu akan semakin meningkat. b) Pencahayaan Pencahayaan yang terdapat pada ruangan ini cukup memadai dengan didukung lampu neon di seluruh area kerja, akan tetapi bila lampu ini dinyalakan seluruhnya, dapat menyebabkan bertambahnya suhu ruangan tersebut. Hal ini akan menganggu kerja operator mesin bubut. c) Kebisingan Prinsip kerja mesin bubut adalah membubut, dengan material yang berupa besi as dan jumlah mesin yang banyak, maka proses pembubutan akan menimbulkan suara yang membisingkan. d) Siklus Udara Untuk siklus udara yang masuk diarea kerja ini sudah cukup, hal ini karena adanya ventilasi yang besar dan memanjang pada dinding atas, tetapi aliran udara yang masuk tidak berjalan dengan baik sehingga ruangan masih terasa pengap. 2. Faktor tata cara kerja a) Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai mekanisme tubuh Untuk peralatan yang terdapat pada departemen mesin bubut dapat dilihat bahwa peralatan yang ada didesain seadanya. Hal ini dapat dilihat dari ukuran kursi kerja yang tidak ergonomis dan material yang diletakkan sulit dijangkau oleh operator. b) Sikap kerja yang menyebabkan kelainan fisik atau keletihan. Dari hasil pengamatan saat bekerja pada operator, dapat dilihat bahwa cara pengambilan dan pengangkatan material tidak benar, hal ini dapat menyebabkan cedera punggung. Sedangkan untuk posisi duduk dianggap tidak ergonomis karena operatordalam posisi membungkuk, hal ini dapat menyebabkan mudah lelah dan cedera pada bagian punggung. 3. Faktor Psikologis a) Suasana kerja kurang aman Suasana kerja cukup memadai, tetapi pada bagian atap banyak sekali kabel-kabel listrik yang tidak beraturan letaknya dan tidak dilindungi, plafon kayu banyak yang sudah lapuk dan patah. Apabila suatu saat terdapat kabel yang putus dan plafon yang jatuh ke bawah, hal ini dapat membahayakan operator mesin bubut. b) Proses kerja yang berulang

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 13

    Proses kerja yang berulang dapat menyebabkan kebosanan dan kelelahan pada bagian tubuh yang dikenai pekerjaan/beban. Kesehatan Lingkungan Kerja untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan di perkantoran dan industri, maka Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Lingkungan kerja perkantoran meliputi : semua ruangan, halaman dan area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk kegiatan perkantoran.Persyaratan kesehatan lingkungan kerja dalam keputusan ini diberlakukan baik terhadap kantor yang berdiri sendiri maupun yang berkelompok. Untuk perkantoran yang dikelola secara komersial,mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan minimal 10 orang, yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dapat dikenakan sanksi pidana dan atau sanksi administratif. Sanksi pidana dan atau sanksiadministratif adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya. Lingkungan Kerja Industry meliputi: semua ruangan dan area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk memproduksi barang hasil industri.Persyaratan kesehatan lingkungan kerja dalam keputusan ini diberlakukan baik terhadap industri yang berdiri sendiri maupun yang berkelompok. Untuk industri yang dikelola secara komersial, mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan minimal 10 orang, yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri dapat dikenakan sanksi pidana dan atau sanksi administratif. Sanksi pidana dan atau sanksiadministratif adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

  • Bab III Kes

    Ir.WenysKo

    A. Penyeh1. Tersediliter /orang2. Kualitakimia, mikyang berla B. Penyeh1. Suhu da- Suhu : 2- Kelemba2. Debu Kandungajam adalah

    3. Pertuka0, 283 m3 4. Bahan a. Kandunsebagai be

    selamatan Da

    ombong,M.T

    hatan Air ianya air berg/hari s air bersih krobiologi aku.

    hatan Udaran Kelemba1 30 0C aban : 65%

    an debu makh sebagai be

    aran Udara : / menit / or

    Pencemar ngan maksimerikut :

    an Kesehatan

    rsih untuk k

    memenuhi dan radioak

    ra Ruanganaban :

    - 95%

    ksimal di daerikut :

    Tabe

    : rang dengan

    : mal bahan p

    n Kerja (K3)

    kebutuhan k

    syarat kesektif sesuai d

    n

    alam udara r

    l 2-3 Kandu

    n laju ventil

    pencemar da

    karyawan de

    ehatan yang dengan pera

    ruangan dal

    ungan Debu

    lasi : 0, 15

    alam ruang

    engan kapa

    meliputi peaturan peru

    lam penguk

    u

    0, 25 m/ d

    proses prod

    I

    asitas minim

    ersyaratan fundang-unda

    kuran rata-ra

    detik

    duksi adalah

    II 14

    mal 60

    fisika, angan

    ata 8

    h

  • Bab III Kes

    Ir.WenysKo

    b. Kandunperaturan C. Limba1. LimbahPengumpudengan ke

    selamatan Da

    ombong,M.T

    Tabe

    ngan maksimperundang-

    ah h padat domulan, pengaetentuan per

    an Kesehatan

    el 3-3 Kand

    mal bahan p-undangan y

    mestik: angkutan draturan peru

    n Kerja (K3)

    dungan Max

    pencemar udyang berlaku

    dan pemusnundangunda

    ximal Bahan

    dara ambienu.

    nahan sampangan yang b

    n Pencemar

    n di kawasa

    pah domestberlaku.

    I

    an industri s

    tik harus s

    II 15

    sesuai

    sesuai

  • Bab III Kes

    Ir.WenysKo

    2. Limbaha. Limbahb. Kualitaperaturan 3. LimbahPenanganaundangan 4. LimbahEmisi limyang berlaD. PencahIntensitas

    E. KebisinTingkat padalah seb

    selamatan Da

    ombong,M.T

    h cair : h cair harus as limbah cperundang-

    h Bahan Beran limbah yang berlak

    h gas : mbah gas haaku. hayaan di Rcahaya di r

    ngan Ruanajanan kebi

    bagai beriku

    an Kesehatan

    diolah dalamcair hasil pr-undangan yrbahaya danB3 harus

    ku.

    arus sesuai

    Ruangan :ruang kerja

    Tabel 4

    ngan : isingan makut :

    n Kerja (K3)

    m instansi proses pengoyang berlakun Beracun (B

    sesuai den

    dengan ket

    sebagai ber4-3 Cahaya

    ksimal sela

    pengolahan olahan haruu. B3) : ngan ketent

    tentuan pera

    rikut : ruangan ker

    ma 1 hari p

    limbah cairus sesuai d

    tuan peratu

    aturan peru

    rja

    pada ruang

    I

    r. engan kete

    uran perund

    undang-unda

    proses pro

    II 16

    ntuan

    dang-

    angan

    oduksi

  • Bab III Kes

    Ir.WenysKo

    F. GetaraTingkat gemasing-mberikut :

    G. RadiasTingkat pasebagai be1. Medan a. Sepanjab. Waktu s2. Medan a. Sepanjab. Waktu sH. Vektor1. Serangga. indeks Lpengukura

    selamatan Da

    ombong,M.T

    an di Ruangetaran maks

    masing ruang

    si di Ruangajanan oleh erikut : Listrik :

    ang hari kerjsingkat (s/dMagnit List

    ang hari kerjsingkat (s/d

    r penyakit ga Penular PLalat : maksan 30 menit

    an Kesehatan

    Ta

    gan : simal untukgan lingkung

    T

    gan : radiasi med

    ja : maksimd 2 jam per htrik : ja : maksim

    d 2 jm per ha

    Penyakit : simal 8 ekot

    n Kerja (K3)

    abel 5-3 Ke

    k kenyamanagan industri

    Tabel 6-3 G

    dan listrik d

    mal 10kV/mhari ) : mak

    mal 0,5 mT (ari ) : 5 mT

    r / fly grill (

    ebisingan

    an dan kesei sebagai

    Getaran

    dan medan m

    ksimal 30kV

    (mili Tesla)

    (100 cm x 1

    ehatan karya

    magnit listri

    V/m

    100 cm) / da

    I

    awan pada

    ik adalah

    alam

    II 17

  • Bab III Kes

    Ir.WenysKo

    b. indeks Kjam c. indeks N2. Tikus : Setiap ruaI. Lokasi iSesuai per(RUTR) dJ. Ruangana. Bangunkesehatan b. Lantai tlicin. c. Setiap kd. Dindingterkena ped. Langit-le. Luas jen1/6 kali luJ. Instalasia. Instalasharus dapab. Bangunbangunan K. Toilet a. Setiap kpeturasan

    b. Toilet u

    selamatan Da

    ombong,M.T

    Kecoa : mak

    Nyamuk Ae

    angan dalamindustri runtukannyadan Rencanan dan Bang

    nan kuat,terpdan kecelak

    terbuat dari

    karyawan mg harus rataercikan air tlangit kuat, ndela, kisi-k

    uas lantai. i :

    si listrik, peat menjaminnan kantorlain disekit

    : kantor harusminimal se

    T

    untuk karyaw

    an Kesehatan

    ksimal 2 ek

    edes Aegypt

    m industri ha

    a seperti tera Detail Tat

    gunan pelihara,berkaan. i bahan bah

    mendapatkana, bersih danterbuat dari

    bersih, berwkisi atau din

    madam kebn keamananr yang lebitarnya harus

    s memiliki teperti pada tTabel 7-3 P

    wan wanita

    n Kerja (K3)

    kor / plate (2

    ti : Contain

    arus bebas t

    rcantum dalta Ruang Ko

    rsih dan tida

    han yang ku

    n ruang udarn berwarna bahan yangwarna terannding gelas

    bakaran, airn sesuai denih tinggi ds dilengkapi

    toilet dengatabel berikuPasilitas Jam

    a terpisah de

    20 cm x 20

    er indeks

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 19

    3.5 Bahan Kimia Berbahaya Berdasarkan keputusan menteri tenaga kerja nomor: KEP.187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja maka :

    Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

    Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi : a. penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label; b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. Lembar data keselamatan bahan meliputi keterangan tentang :

    a. Identitas bahan dan perusahaan; b. Komposisi bahan; c. Identifikasi bahaya; d. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K); e. Tindakan penanggulangan kebakaran; f. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan; g. Penyimpanan dan penanganan bahan; h. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri; i. Sifat fisika dan kimia; j. Stabilitas dan reaktifitas bahan; k. Informasi toksikologi; l. Informasi ekologi; m. Pembuangan limbah; n. Pengangkutan bahan; o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku; p. Informasi lain yang diperlukan.

    Label bahan meliputi keterangan mengenai :

    a. Nama produk; b. Identifikasi bahaya; c. Tanda bahaya dan artinya; d. Uraian risiko dan penanggulangannya; e. Tindakan pencegahan; f. Instruksi dalam hal terkena atau terpapar; g. Instruksi kebakaran;

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 20

    h. Instruksi tumpahan atau bocoran; i. Instruksi pengisian dan penyimpanan; j. Referensi; k. Nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor.

    Berdasarkan hasil penelitian Departemen/dinas tenaga kerja setempat menetapkan kategori potensi bahaya suatu bahan. Potensi bahaya sebagaimana dimaksud terdiri dari :

    A. Bahaya besar; B. Bahaya menengah;

    Kategori potensi bahaya berdasarkan nama,Kriteria serta nilai ambang kuantitas (nak) bahan kimia berbahaya di tempat Kerja. Kriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud terdiri dari:

    A. Bahan beracun; B. Bahan sangat beracun; C. Cairan mudah terbakar; D. Cairan sangat mudah terbakar; E. Gas mudah terbakar; F. Bahan mudah meledak; G. Bahan reaktif; H. Bahan oksidator.

    Bahan kimia yang termasuk kriteria bahan beracun atau sangat beracun sebagaimana Dimaksud ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia,Fisika dan toksik. Sifat kimia,fisika dan toksik,bahan kimia sebagaimana dimaksud ditetapkan sebagai berikut : A. Bahan beracun dalam hal pemajanan melalui mulut : ld50 > 25 atau < 200 mg/kg Berat badan, atau kulit : ld50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan, atau Pernafasan : lc50 > 0,5 mg/l dan 2 mg/l; B. Bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui mulut : ld50 25 mg/kg Berat badan, atau kulit : ld50 25 mg/kg berat badan, atau pernafasan : lc50 0,5 mg/l. Bahan kimia yang termasuk kriteria cairan mudah terbakar, cairan sangat mudah Terbakar dan gas mudah terbakar, ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia dan fisika. Sifat fisika dan kimia sebagaimana dimaksud ditetapkan sebagai Berikut:

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 21

    A. Cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala > 21 c dan < 55 c pada tekanan 1 (satu) atmosfir; B. Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21 c dan titik didih > 20c Pada tekanan 1 (satu) atmosfir; C. Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20 c pada tekanan 1 (satu) atmosfir. Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria mudah meledak ; Apabila reaksi kimia bahan tersebut menghasilkan gas dalam Jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan Kerusakan disekelilingnya. Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria reaktif apabila bahan tersebut : a. Bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar, atau b. Bereaksi dengan asam, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar atau Beracun atau korosif. bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria oksidator,

    Apabila reaksi kimia atau penguraiannya menghasilkan oksigen yang Dapat menyebabkan kebakaran.

    Nilai ambang kuantitasnya (nak) bahan kimia yang termasuk kriteria beracun atau Sangat beracun, dan mudah meledak atau reaktif. Tercantum dalam lampiran III keputusan menteri KEP.187/MEN/1999 Tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

    Nilai ambang kuantitas (nak) bahan kimia selain yang dimaksud ditetapkan Sebagai berikut :

    A. Bahan kimia kriteria beracun : 10 ton B. Bahan kimia kriteria sangat beracun : 5 ton C. Bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton D. Bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton E. Bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton F. Bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton G. Bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton H. Bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan Kuantitas melebihi nilai ambang kuantitas (nak) Dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya Besar.Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan Kuantitas sama atau lebih kecil dari nilai ambang kuantitas (nak) dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai Potensi bahaya menengah.

  • Bab III Kes

    Ir.WenysKo

    3.6 Ergon

    Perkembamenjadi k

    selamatan Da

    ombong,M.T

    T

    nomi

    angan teknokebutuhan p

    an Kesehatan

    Tabel 8-3 NA

    ologi saat pokok pada

    n Kerja (K3)

    AK Bahan

    ini begitu a berbagai l

    Kimia Ber

    pesatnya, lapangan p

    rbahaya

    sehingga ekerjaan. A

    I

    peralatan sArtinya pera

    II 22

    sudah alatan

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 23

    dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya,bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk fitting the job to the worker, sementara itu ILO antara lain menyatakan,sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi : - Tehnik - Fisik - Pengalaman psikis - Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian - Anthropometri - Sosiologi - Fisiologi, terutama berhubungan dgn temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot. - Desain, dll Pelatihan Ergonomi Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 24

    yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja. Metode Ergonomi 1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks. 2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja. 3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit,nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain. Aplikasi/penerapan Ergonomik: 1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. 2. Proses Kerja Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur. 3. Tata letak tempat kerja Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata. 4. Mengangkat beban Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya.Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. a. Menjinjing beban Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb: - Laki-laki dewasa 40 kg - Wanita dewasa 15-20 kg - Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 25

    - Wanita (16-18 th) 12-15 kg b. Organisasi kerja Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara : - Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun - Frekuensi pergerakan diminimalisasi - Jarak mengangkat beban dikurangi - Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi. - Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan. c. Metode mengangkat beban Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetic dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip : - Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung - Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan. Metoda ini termasuk 5 faktor dasar : o Posisi kaki yang benar o Punggung kuat dan kekar o Posisi lengan dekat dengan tubuh o Mengangkat dengan benar o Menggunakan berat badan d. Supervisi medis Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. - Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya - Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan - Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan,khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur. Kelelahan/Fatique Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai. berikut : 1. Kelelahan fisik Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup. 2. Kelelahan yang patologis

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 26

    Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya. 3. Psikologis dan emotional fatique Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja. 4. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi : Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya; - Pekerja remaja - Wanita hamil dan menyusui - Pekerja yang telah berumur - Pekerja shift - Migrant. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi. Pemeriksaan kelelahan : Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan sepertites pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 27

    Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan,petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya 3.7 P3K Definisi

    Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Ini berarti:

    1. Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda.

    2. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban.

    P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita tidak terlatih ketika kita benar-benar menghadapi kejadian sebenarnya. Sebaliknya jika kita langsung praktek tanpa membaca teori kemungkinan besar kita akan melakukan pertolongan yang salah pada korban

    Dasar-Dasar Pertolongan Pertama Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian. Prinsip Dasar P3K

    Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut diantaranya:

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 28

    1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.

    2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.

    3. Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.

    Sikap, Kewajiban Dan Wilayah Seorang Penolong a .Sikap penolong :

    1. Tidak panic, bertindak cekatan, tenang tidak terpengaruh keluhan korban jangan menganggap enteng luka yang diderita korban.

    2. Melihat pernapasan korban jika perlu berikan pernapasan buatan. 3. Hentikan pendarahan, terutama luka luar yang lebar. 4. Perhatikan tanda-tanda shock. 5. janganterburu-buru memindahkan korban,sebelum kita dapat menentukan

    jenis dan keparahan luka yang dialami korban. b.Kewajiban Penolong :

    1. Perhatikan keadaan sekitar tempat kecelakaan 2. Perhatikan keadaan penderita 3. Merencanakan dalam hati cara-cara pertolongan yang akan dilakukan 4. Jika korban meninggal beritahu polisi atau bawa korban kerumah sakit

    c.Wilayah Penolong:

    Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya kita harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.

    Sistematika Pertolongan Pertama Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah : 1. Jangan Panik

    Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 29

    2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya. Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban.

    3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban. Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan. Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

    5. Perhatikan tanda-tanda shock.

    Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.

    6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru. Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.

    7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

    Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan,

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 30

    bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.

    Beberapa Kecelakaan Dan Pertolongannya 1.Pingsan Yaitu korban tidak sadarkan diri tetapi nafasnya ada. Macam-macam pingsan: a. Pingsan karena sengatan matahari

    Gejalanya: penghentian keringat yang tiba-tiba, korban lemah, sakit kepala, tidak dapat berjalan tegak, suhu tubuh 40-41C, pernapasan cepat dan tidak teratur.

    Pertolongan: baringkan ditempat teduh dan banyak angin, komperes seluruh tubuh dengan air dingin, usahakan agar tidak mengigil dengan memijat kaki dan tangan, bila keadaan tidak membaik bawa kerumah sakit.

    b. Pingsan karena kelelahan/ kelaparan Gejalanya: Kedinginan dan berkeringat, lemah, pandangan berkunang-kunang,

    kesadaran menurun. Pertolongan: baringkan ditempat datar, letakkan kepala lebih rendah dari kaki,buka baju bagian atas, dan kendurkan pakaian yang menekan. Bila muntah miringkan kepala, beri bau-bauan yang merangsang, setelah sadar beri minuman air gula Didengarkan apakah masih ada nafas (prinsip = nafas harus bebas), perhatikan gerakan dada dan perut, kita rasakan nafaskan Kalau masih ada nafas, tidak boleh diberi nafas buatan atau memasukkan apapun selama pingsan Bila ada benda di mulut/tenggorokan, ambil bendanya tsb, caranya : Dimiringkan, 1 tangan didekapkan ke dada dan 1 tangan lurus, 1 kaki ditekuk Penolong diantara kepala dan bahu, pegang 1 tangan diatas dahi, dan 1 tangan dibawah dahi Gulingkan, ambil benda yang ada di mulut/tenggorokan Bila sudah diambil bendanya, kembalikan posisi bila tidak ada nafas, beri nafas buatan

    2. Shock Yaitu: peredaran darah terganggu karena kekurangan cairan sehingga mengakibatkan terganggunya alat tubuh. Gejalanya: kesadaran menurun, denyut nadi cepat >140/menit dan semakin lama melambat bahkan hilang, penderita mual, kbadan dingin,

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 31

    lembab&pucat,napas tidak teratur, pandangan kosong,tidak bercahaya, pupil melebar. Pertolongan: Baringkan kepala lebih rendah dari kaki kecuali gegar otak, tarik lidah penderita keluar, bersihkan hidung dan mulut dari sumbatan, selimuti, hentikan pendarahan bila ada patah tulang pasang bidai, bawa keRS

    3. Pusing/Vertigo/Nyeri Kepala

    yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan, gangguan kesehatan dll.

    Gejala Kepala terasa nyeri/berdenyut Kehilangan keseimbangan tubuh Lemas Penanganan 1. Istirahatkan korban 2. Beri minuman hangat 3. beri obat bila perlu 4. Tangani sesuai penyebab

    4. Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan. Gejala Nyeri pada otot Kadang disertai bengkak Penanganan 1. Istirahatkan 2. Posisi nyaman 3. Relaksasi 4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi

    5. Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras. Gejala Warna kebiruan/merah pada kulit Nyeri jika di tekan Kadang disertai bengkak Penanganan 1. Kompres dingin 2. Balut tekan 3. Tinggikan bagian luka

    6. Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan/injury.

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 32

    Gejala Terbukanya kulit Pendarahan Rasa nyeri Penanganan 1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater) 2. Tutup luka dengan kasa steril/plester 3. Balut tekan (jika pendarahannya besar) 4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka: 1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:

    o Keluarkan tanpa menyinggung luka o Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu) o Evakuasi korban ke pusat kesehatan

    2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.

    7. Luka bakar. Luka disebabkan karena api, benda-benda panas, air panas, liran listrik, dan bahan kimia. Derajat Luka Bakar: Derajat I: hanya mengenai permukaan (epidermis), berupa warna kemerahan pada kulit, ada rasa nyeri, biasanya sembuh spontan dalam waktu 7-10 hari. Derajat II: mengenai lapisan dermis, terjadi gelembung berisi cairan, terasa nyeri, dengan peralatan baik sembuh dalam waktu 10-14 hari. Derajat IIB: mengenai dermis bagian dalam, gelembung-gelembung biasanya pecah, warna pucat, rasa nyeri, embuh lma dan menimbulkan bekas. Derajat III: seluruh lapisan kulit rusak, sembuh lama dan menimbulkan cacat yang hebat. Luka bakar harus melihat pada derajat kedalaman, permukaan, dan luas luka bakar tersebut. Bahaya luka bakar luas adalah kondisi dehidrasi yang mengancam jiwa penderita. Pertolongan: Pertama, kita harus membebaskan tubuh penderita dari bahan penyebab. Daerah yang terbakar cukup cukup di rendam/ di siram dengan air dingin (jangan air es) karena akan menambah sakit. Luka bakar yang luas perlu segera mendapatkan tambahan cairan untuk mencegah dehidrasi, jika wilayah terbakar > 10% penderita harus dirawat di RS.

    Luka bakar - Tidak boleh dikasih odol atau obat lain

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 33

    - Gelembung tidak boleh dipecah - Luka harus bersih - Luka baker harus disiram dengan air biasa (tujuannya agar tidak terasa panas) 8. Pendarahan yaitu keluarnya darah dari saluran darah kapan saja, dimana saja,

    dan waktu apa saja. Penghentian darah dengan cara : 1. Tenaga/mekanik, misal menekan, mengikat, menjahit dll 2. Fisika:

    a. Bila dikompres dingin akan mengecil dan mengurangi pendarahan b. Bila dengan panas akan terjadinya penjedalan dan mengurangi

    3. Kimia: Obat-obatan 4. Biokimia: vitamin K 5. Elektrik: diahermik

    9. Benda Asing yang Masuk Kedalam Tubuh a. Benda asing dihidung, misalnya pacet. Caranya:

    - Letakkan segelas air dingin didepan rongga agar pacet keluar atau meneteskan air tembakau kehidung

    - Setelah pacet melepaskan gigitannya, tarik dengan pinset b. Benda asing ditelinga, misalnya serangga. Caranya: - teteskan beberapa tetes minyak tanah -Beri air hangat

    10. Keracunan makanan atau minuman

    Gejala 1. Mual, muntah 2. Keringat dingin 3. Wajah pucat/kebiruan Penanganan

    1. Bawa ke tempat teduh dan segar 2. Usahakan penderita muntah dengan memekan langit-langit tenggorokan

    dengan jari melalui mulut. 3. Setelah muntah beri norit / arang ditumbuk halus 4. Bila perlu diberikan napas buatan 5. Istirahatkan 6. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik

    Farmakologi

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 34

    Farmakologi adalah pengetahuan mengenai obat-obatan. Yang dibahas disini hanya sekedar obat-obatan standar yang sering dibutuhkan . Pengenalan Obat-Obatan Obat Luar

    1. Rivanol 2. Plester 3. Betadine 4. Minyak kayu putih 5. Alkohol 6. Tetes mata 7. Bioplasenton 8. Counterpain 9. Kapas 10. Pembalut 11. Oxycan

    OBAT DALAM 1. CTM 2. Paracetamol/Antalgin 3. Norit & Susu 4. Promag 5. Napacin 6. Enterostop 7. Feminax

    Obat dan Kegunaanya Tabel 9-3. Obat dan Kegunaanya

    NO Nama Obat Kegunaan

    1 CTM Alergi, obat tidur

    2 Betadine Antiseptik

    3 Povidone Iodine Antiseptik

    4 Neo Napacyne Asma, sesak nafas

    5 Asma soho Asma,sesak nafas

    6 Konidin Batuk

    7 Oralit Dehidrasi

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 35

    8 Entrostop Diare

    9 Demacolin Flu, batuk

    10 Norit Keracunan

    11 Antasida doen Maag

    12 Gestamag Maag

    13 Kina Malaria

    14 Oxycan Memberi tambahan oksigen murni

    15 Damaben Mual

    16 Feminax Nyeri haid

    17 Spasmal Nyeri haid

    18 Counterpain Pegal linu

    19 Alkohol 70% Pembersih luka/antiseptic

    20 Rivanol Pembersih luka/antiseptic

    21 Chloroetil (obat semprot luar) Pengurang rasa sakit

    22 Pendix Pengurang rasa sakit

    23 Antalgin Pengurang rasa sakit, pusing

    24 Paracetamol Penurun panas

    25 Papaverin Sakit perut

    26 Vitamin C Sariawan

    27 Dexametason Sesak nafas

    Sumber : Materi Latihan PP Ospek. KSR PMI Unit UNSOED Purwokerto.2006

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 36

    Evakuasi Korban

    Adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.

    Prinsip Evakuasi

    1. Dilakukan jika mutlak perlu

    2. Menggunakan teknik yang baik dan benar

    3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian

    Alat Pengangutan Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu: 1. Manusia Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.

    Bila satu orang maka penderita dapat: Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah

    tulang Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas Dipanggul/digendong Merayap posisi miring Bila dua orang penderita : Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung. Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan Model membawa balok Model membawa kereta

    2. Alat bantu Tandu permanen Tandu darurat Kain keras/ponco/jaket lengan panjang Tali/webbing

  • Bab III Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

    Ir.WenysKombong,M.T III 37

    Persiapan Yang perlu diperhatikan: 1.Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkan penilaian

    kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan gangguan persendian

    2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi 3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut 4. Memilih alat 5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang tidak dalam posisi benar Penutup Soal-Soal Uji Kompentensi 1. Jelaskan apa itu Keselamatan kerja. 2. Jelaskan Program keselamatan kerja yang baik dalam suatu industry 3. Tuliskan Tujuan Keselamatan kerja. 4. Tuliskan dan jelaskan Peraturan yang berkaitan dengan K3 5. Apa itu Kecelakaan Kerja. 6. Jelaskan penyebab kecelakaan yang biasa pada suatu proyek. 7. Jelaskan apa yang dimaksud Lingkungan kerja perkantoran. 8. Jelaskan apa yang dimaksud Lingkungan Kerja Industry. 9. Jelaskan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja 10. Jelaskan Kriteria bahan kimia berbahaya. 11. Jelaskan apa yang dimaksud dengan P3K 12. Jelaskan bagaimanan sikap penolong Pada suatu kecelakaan kerja. Sumber Bacaan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor : Kep.187/Men/1999t Tentang

    Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Berbahaya Di Tempat Kerja

    Keppres RI No.22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.

    Pencegahan Kecelakaan; International Labour Office Genewa, PT.Pustaka Binaman Pressindo, 1989.

    Keputusan Menteri KesehatanNo. 261/MENKES/SK/II/1998Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.