BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1....

35
22 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. Legenda Desa Boto Konon pada zaman dahulu kala ada seseorang yang dianggap sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar terhadap disuatu perkampungan yang masih seperti hutan. Beliau adalah bernama mbah Kasban. Beliau tinggal bersama beberapa orang yang pada saat itu berpenghuni hanya beberapa orang saja. Pada suatu waktu di tanah mbah Kasban saat itu ada tumpukan bata atau boto yang konon akan digunakan mbah Kasban untuk membangun sesuatu. Bata atau boto tersebut berada disana cukup lama. Setelah beberapa lama kemudian penduduk dikampung tersebut semakin banyak dan perlu adanya sistem pengaturan pemerintahan. Kemudian orang- orang yang dianggap memiliki pengaruh berkumpul untuk memberikan nama dikampung tersebut. Untuk lebih mempermudah mengingatnya disepakati bahwa tumpukan bata/boto tersebut dijadikan tenger atau tanda awal dibangunnya pemerintahan desa. Sehingga tercipta suatu desa yang damai dan tentram dengan nama Desa Boto yang pertama kali dipimpin oleh mbah Sodor yang tinggal di desa Boto.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1....

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

22

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Desa Boto

1. Legenda Desa Boto

Konon pada zaman dahulu kala ada seseorang yang dianggap sebagai

tokoh yang memiliki pengaruh besar terhadap disuatu perkampungan yang

masih seperti hutan. Beliau adalah bernama mbah Kasban. Beliau tinggal

bersama beberapa orang yang pada saat itu berpenghuni hanya beberapa orang

saja. Pada suatu waktu di tanah mbah Kasban saat itu ada tumpukan bata atau

boto yang konon akan digunakan mbah Kasban untuk membangun sesuatu.

Bata atau boto tersebut berada disana cukup lama.

Setelah beberapa lama kemudian penduduk dikampung tersebut semakin

banyak dan perlu adanya sistem pengaturan pemerintahan. Kemudian orang-

orang yang dianggap memiliki pengaruh berkumpul untuk memberikan nama

dikampung tersebut. Untuk lebih mempermudah mengingatnya disepakati

bahwa tumpukan bata/boto tersebut dijadikan tenger atau tanda awal

dibangunnya pemerintahan desa. Sehingga tercipta suatu desa yang damai dan

tentram dengan nama Desa Boto yang pertama kali dipimpin oleh mbah Sodor

yang tinggal di desa Boto.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

23

2. Sejarah Pemerintahan Desa Boto

Secara dejure pemerintahan Desa Boto di mulai dari H. Abdul Latif,

namun konon sebelumnya terdapat legenda bahwa telah ada pengaturan desa

secara sederhana kala itu yaitu diawali dari kepemimpinan simbah Sodor Boto

dengan juru tulis Den Kromo. Berikut perjalanan legenda yang didapat dari

berbagai sumber:

1. Mbah Demang Sodor asal Boto juru tulis bernama Den Kromo

2. Mbah Demang Resodipo asal Boto juru tulis bernama Den Kromo.

3. Mbah Demang Kertoyudo asal Gunung Kendal untuk nama cariknya belum

diketahui.

Berikut perjalanan sejarah pemerintahan desa Boto secara dejure

1. Kepala desa atau lurah H. Abdul Latif asal Krasak (1860-1917). Sekretaris

desa / carik belum diketahui

2. Kepala desa atau lurah H. Yunus berasal dari Krasak (1917-1937). Sekretaris

desa atau cariknya yang bernama Harjo, kemudian tugasnya dilanjutkan oleh

H. Mahfud Al Subari.

3. Kepala desa atau lurah H. Mahfud Al Subari berasal dari Krasak (1937-

1973). Sekretaris desa / cariknya bernama H. Abdullah, kemudian

sepeninggal H. Abdullah sekretaris desa / cariknya dilanjutkan oleh Yasmin

Amat Salam.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

24

4. Kepala desa atau lurah Sunarti.

Sejarah pembangunan di desa Boto dapat dicatat pembangunannya dalam

beberapa masa kepemimpinan dengan sebutan demang yang kemudian lurah

lalu kepala desa yang masing-masing-masing memiliki hal-hal yang menonjol.

Pada masa demang Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah

pembangunan masih sangat sederhana yakni mengutamakan pertanian untuk

kehidupan sehari-hari dan upaya babat alas untuk kebutuhan permukiman. Pada

masa kepemimpinan di desa Boto masing-masing memiliki hal-hal yang

menonjol yaitu:

1. Masa kepemimpinan kepala desa atau lurah H. Abdul Latif pembangunan

yang dicapai cukup banyak di antaranya:

a. Dalam pembangunan sebuah masjid agung Krasak.

b. Pembangunan pondok pesantren Krasak dan langsung mendatangkan

guru mengaji dari desa Karanglangu

c. Membuat sekolah rakyat yang berada dikediamannya.

d. Pembangunan rintisan jalan desa

e. Pertanian yang masih cukup sederhana

f. Membuat pasar krasak

g. Di serahkannya Glompong ke desa Tempuran untuk mempermudah

pelayanan di pemerintahan

2. Masa kepemimpinan lurah H. Yunus pembangunan yang dicapai

diantaranya:

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

25

a. Melanjutkan pondok pesantren Krasak.

b. Berdirinya masjid Penggung, masjid Klumpit dan masjid Boto dan

beberapa surau atau langgar.

c. Makin majunya pasar Krasak.

d. Penataan kelembagaan.

e. Penataan jalan utama dan pengalihan rute jalan.

f. Perbaikan sistem pertanian dengan menghimpun perkumpulan.

3. Masa kepemimpinan kepala desa H. Mahfud hasil pembangunan yang

dicapai diantaranya:

a. Bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan RI (17-08-1945).

b. Melanjutkan pondok pesantren.

c. Perbaikan masjid, masjid Penggung, masjid Klumpit, masjid Boto,

masjid Gunug dan beberapa surau atau langgar.

d. Terwujudnya tempat pendidikan rakyat yaitu Sekolah Dasar (SD)

Bancak di Boto.

e. Penataan kelembagaan secara baik yakni penataan perangkat desa.

f. Pengaturan siskampling yang terkendali dengan baik.

g. Perbaikan sistem administrasi.

h. Sistem pertanian terbentuk dengan baik dengan pengaturan irigasi dan

penanaman secara serempak dan melarang penjualan panenan keluar

Desa Boto.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

26

i. Menolak penggunaan pupuk kimia, (revolusi hijau) dan

mempertahankan penggunaan pupuk kandang.

j. Pembuatan balai desa Boto.

k. Perbaikan utama dan poros desa.

B. Riwayat Hidup Sunarti

1. Latar belakang keluarga Sunarti

Pasangan H. Mahfud dan Hj. Siti Aminah adalah orang tua Sunarti,

yang kemudian ia menjadi penerus kepemimpinan ayahnya sebagai kepala desa

Boto 1974-2007. Sunarti dilahirkan pada tanggal 24 Oktober 1947 di desa Boto

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Nama Sunarti berasal dari kata Su

yang artinya luwih atau baik sedangkan Nar artinya bersinar atau cahaya jadi

penggabungan arti nama Sunarti adalah perempuan yang bersinar dengan baik.

Nama Panggilan sehari-hari Sunarti lebih akrab dipanggil Narti.

Sunarti merupakan anak nomor enam dari sembilan bersaudara, akan

tetapi lima saudara sudah meninggal, ketika mereka masih kecil, kini yang

masih hidup tiga orang yaitu dua kakak perempuan dan satu adik laki-laki.

Kakak perempuannya bernama Miati, ia menjadi guru PNS SD Salatiga dan

kakak perempuan yang kedua bernama Lisamah, ia menjadi pedagang di

desanya dan adik laki-lakinya bernama Mohamad Natsir yang kemudian

meninggal ketika usia dua belas tahun.

H. Mahfud adalah putra lurah H. Sapuan dari Desa Sendang, sedangkan

Hj. Siti Aminah Putri lurah H. Yunus dari Desa Boto, maka secara garis

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

27

keturunan Sunarti atau silsilahnya adalah garis ibundanya (garis putri), ia cucu

lurah dari H. Yunus sedangkan dari garis ayahnya (garis laki-laki) ia juga cucu

lurah H. Sapuan, dan ia juga cicit dari lurah H. Abdul latif sebagai lurah Boto.

Sunarti merupakan keturunan anak lurah baik dari pihak ayah maupun

ibunya. Dulu kakek Sunarti H. Yunus (pihak ibunya) merupakan lurah di desa

Boto pada tahun 1917-1937 dan istrinya bernama Marfoah. H. Yunus

merupakan anak lurah H. Abdul latif sebagai lurah Boto yang pertama. H.

Yunus selain menjadi sebagai lurah, ia juga seorang dagang dan bertani dengan

mempunyai sawah yang cukup luas. Berbeda dari kakeknya Sunarti H. Sapuan

(pihak ayahnya), ia awalnya berdomisili desa Galih yang sebelumnya menjadi

carik, kemudian pindah ke desa Sendang 1920-an untuk ikut mencalonkan diri

sebagai lurah desa Sendang dan akhirnya terpilih menjadi sebagai lurah pada

tahun 1920-an, sehingga H. Sapuan beserta istrinya menetap di desa Sendang.

Desa Boto dalam masa kepemimpinannya secara tidak langsung masih

secara turun-menurun walaupun dipilih masyarakat langsung, yang di mulai

dari H. Abdul latif pada tahun (1860), kemudian di lanjutkan H.Yunus pada

tahun (1917-1937) kemudian H. Mahfud ayahnya Sunarti sendiri pada tahun

(1937-71973). H. Mahfud selain anak lurah ia juga sebagai menantu lurah.

Semasa kepemimpinannya H. Mahfud telah memimpin desanya selama 40

tahun, ia di kenal lurah sangat tegas pada rakyat desanya. H. Mahfud tidak

hanya berkedudukan sebagai lurah, ia juga bertani disawah sedangkan istrinya

sebagai ibu rumah tangga biasa. Dengan demikian darah keturunan lurah

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

28

keluarganya mengalir pada Sunarti. Keturunan atau silsilah keluarga Sunarti

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar A pihak ibu Gambar B pihak ayah

Miati

Lisamah

Sunarti

Natsir

Keterangan

Kepala Desa Saudara yang meninggal

Saudara Perempuan Saudara Laki-laki

2. Masa kecil dan Pendidikan Sunarti

Kehidupan masa kecil Sunarti hidup layaknya anak-anak pada umumnya

yang tinggal dalam suasana pedesaan di Boto bersama kedua orang tuanya serta

kedua kakak dan adiknya. Di desa Boto inilah Sunarti diasuh dan dibesarkan

oleh orang tuanya sendiri dengan perhatian penuh kasih sayang dan ajaran

disiplin dan tegas. Sunarti menjalankan hidup masa kecilnya dengan

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

29

kesederhanaan, mengikuti aturan desa pada umumnya seperti anak perempuan

kalau bermain keluar rumah tidak boleh larut malam, memiliki sopan santun

dan menghormati kepada orang yang lebih tua. Sunarti menghabiskan waktu

masa kecilnya dengan bermain bersama teman-teman sebayanya, bersekolah

dan malam hari mengaji di masjid Krasak dengan guru bernama H. Abdul

Somad. Ketika mengaji Sunarti belajar ilmu agama seperti membaca Alquran

dan bacaan cara ibadah sholat.

Sunarti merupakan anak yang penurut dan mau membantu pekerjaan

orang tua seperti menyapu dan mencuci piring. Ayahnya mendidik anak-

anaknya diberlakukan sama tanpa membeda-bedakan. Ayahnya mengajarkan

anaknya hidup dengan kedisiplinan dan mau mengikuti aturan yang ada. Bagi

Sunarti orang tua yang ditakuti adalah ayahnya karena orangnya keras, ia lebih

menyukai ibunya karena lemah lembut, sabar, dan sangat keibuan. Baginya

ibunya adalah tempat curahan hatinya. Walaupun hidup dalam serba cukup

kedua orang tuanya tidak memanjakan anak-anaknya. Tujuannya agar nantinya

bisa hidup mandiri.

Saat usia Sunarti menginjak enam tahun, orang tuanya mendaftarkan

Sunarti di Sekolah Rakyat (SR) di desa Bancak tahun 1953. Sunarti

menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswa selama enam tahun di SR

desa Bancak tersebut. Sunarti mendapatkan banyak pengetahuan baru misalnya

belajar membaca, menulis dan berhitung. Pada saat berada di bangku SR,

Sunarti lebih menyukai mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), dari pada

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

30

matematika karena ia kurang menguasainya. Sunarti belajar tidak hanya

pengetahuan di sekolah saja, ketika ia berusia sepuluh tahun, ayah Sunarti

mengajarkan kepadanya cara bertani yang benar di sawah, seperti cara

menanam padi dan cara memetik padi yang benar. Sunarti kemudian mulai

tertarik belajar dengan bidang pertanian. Selain bertani kepada ayahnya, ia juga

bertani bersama masyarakat. Sunarti anak yang supel dan mudah bergaul

dengan siapapun.

Saat menginjak usia tiga belas tahun, Sunarti telah menyelesaikan

pendidikan di SR Bancak. Sunarti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi yaitu melanjutkan di SMP Taman Dewasa Ambarawa pada tahun

1959. Mulai saat itu, Sunarti mengawali kehidupan yang berada jauh dari

keluarga dan tempat tinggalnya. Pada saat bersekolah di Ambarawa, Sunarti

menyewa kamar kos yang berada di dekat SMP Taman Dewasa Ambarawa. Ia

diberi kepercayaan ayahnya untuk mengelola uang bulanan yang diberikan

untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Sunarti mengelola uang

bulanannya untuk membayar keperluan sekolah, membayar kos dan kebutuhan

pokok sehari-hari. Pada usia lima belas tahun Sunarti sudah bisa hidup mandiri

dengan berada jauh dari kedua orang tua, semua keperluan dan kebutuhan

pribadinya ia kerjakan sendiri. Dalam lingkungan sekolah, Sunarti termasuk

salah satu murid yang pendiam dan penurut, tetapi ia sangat menaati peraturan

sekolah dengan baik. Sunarti mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

31

matematika, ia sangat menyukai pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial semenjak di

bangku SR.

Setelah menyelesaikan pendidikan selama tiga tahun di SMP Taman

Dewasa, Sunarti melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yaitu SMA

Putra Dewasa Salatiga pada tahun 1962-1965. Sunarti kembali berjauhan

dengan keluarga untuk menimba ilmu. Sunarti adalah anak yang berniat ingin

memperdalam wawasan pengetahuan dan pendidikan walaupun ia harus berada

jauh dari keluarganya. Teman-teman seusianya memilih meghabiskan waktu

untuk bermain-main atau bermanja-manja dengan orang tuanya, tetapi bagi

Sunarti masa remajanya lebih baik dimanfaatkan untuk belajar dan menambah

wawasan untuk masa depan dan mewujudkan cita-citanya. Sunarti

menghabiskan waktu libur sekolah untuk bertemu dan bekumpul bersama

keluarga dan teman-temanya dirumah.

Sunarti yang beranjak remaja terbentuk menjadi pribadi yang keras, dan

berpendirian teguh dan tidak ingin melibatkan orang lain dalam menyelesaikan

permasalahannya. Sunarti mewarisi watak ayahnya, sehingga sangat

berpengaruh dalam pemikiran kehidupan pribadinya. Sunarti tumbuh dalam

lingkungan dan peraturan yang sangat disiplin. Kebiasaan yang ditanamkan

dalam keluarga, membuat ia dengan mudah membiasakan diri saat menempuh

pendidikan pada jenjang SMP dan SMA.

Pada tahun 1972 Sunarti masuk ke perguruan tinggi di Universitas Islam

Sultan Agung (UNISULA) Semarang. Sunarti meneruskan pendidikannya

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

32

dengan memilih Fakultas Hukum. Dibangku kuliah, Sunarti tidak hanya

menghabiskan waktu dalam aktifitas akademik saja, melainkan juga aktif dalam

kegiatan organisasi dengan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI). Setelah dua tahun ia duduk di bangku kuliah, Sunarti memutuskan

untuk mengakhiri pendidikannya karena pada tahun 1974 ia terpilih sebagai

Kepala Desa Boto dengan memenangkan suara dalam pemilihan kepala desa.

3. Karir Sunarti

Sunarti menjalankan kehidupan dengan sederhana dan tidak mempunyai

suatu tujuan yang ingin dicapai. Ia meneruskan pendidikan dan menambah

wawasan tanpa berambisi dia harus menang dalam pemilihan kepala desa Boto.

Pada tahun 1974 dan pada saat itu ia masih menjadi mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Islam Sultan Agung, Sunarti memenangkan suara dalam

pemilihan kepala desa Boto, ketika ia berusia dua puluh lima tahun. Sunarti

yang masih berusia muda dan belum menikah menjadikan ia sebagai pemimpin

yang baik dalam jabatannya sebagai kepala desa. Saat Sunarti dilantik menjadi

kepala desa Boto, Sunarti tidak disaksikan kepala desa yang menjabat

sebelumnya, lurah Mahfud yaitu ayah kandung Sunarti. Ia adalah kepala desa

yang sangat bertanggung jawab pada pekerjaanya, tanpa memikirkan persoalan

diluar dari tanggung jawabnya sebagai kepala desa.

Sunarti yang dipercayai masyarakat Desa Boto sebagai kepala desa, juga

mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak keluarga dan sanak saudara. Bagi

Sunarti, tugas yang harus dijalankan sebagai seorang pemimpin desa harus

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

33

dilaksanakan dengan baik dan benar demi kehidupan masyarakat yang lebih

aman dan sejahtera. Sunarti menjabat sebagai Kepala Desa Boto selama kurang

lebih 32 tahun.

4. Kepribadian Sunarti

Sunarti merupakan orang yang mandiri. Ia memiliki sifat yang keras,

jujur, pendiam, lugu dan apa adanya. Sunarti memiliki watak yang keras dan

jiwa kepemimpinan yang kental. Sifat yang dimiliki Sunarti didapatkan

ayahnya yang menerapkan sikap disipilin dalam keluarganya. Sunarti

mempunyai prinsip dimana sebisa mungkin ia tidak melibatkan orang lain

dalam menyelesaikan permasalahan pribadinya, hal ini dia dapatkan saat ia

tumbuh menjadi remaja dimana Sunarti terbiasa berada jauh dari keluarga dan

tempat tinggalnya. Dibalik ketegasan sikap yang ia miliki, Sunarti juga

memiliki hobi rekreasi atau jalan-jalan. Rekreasi adalah hobi yang digemari

sejak remaja.

Pada usia 26 tahun, Sunarti memutuskan untuk menikah dan membangun

rumah tangga bersama Nuri yang berasal dari Desa Gogodalem Kecamatan

Bringin. Dalam pernikahannya Sunarti dikaruniai dua putri dan satu putra yang

bernama Ariyanti, Saikul Hadi, dan Rini Wulandari. Anak laki-laki Sunarti,

Saikul Hadi menjabat sebagai Kepala Desa Boto dengan masa jabatan tahun

2007-2017.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

34

C. Masa Kepemimpinan Sunarti Menjadi Kepala Desa

1. Proses Pemilihan Kepala Desa Boto Tahun 1974

Pada tahun 1974, desa Boto mengadakan pemilihan kepala desa Boto.

Dalam mengikuti pemilihan kepala desa, ada persyaratan yang harus dimiliki

para calon kepala desa yaitu : (1) sudah berumur 25 tahun, berkelakuan baik,

tidak pernah dipenjara atau dipidana, (2) pendidikan minimal tingkat SMP (3)

berdomisili di desa Boto selama dua tahun.

Setelah calon kepala desa memenuhi ketiga persyaratan tersebut, para

calon kepala desa harus mengikuti ujian selanjutnya yang diadakan di

Kawedanan Kota Salatiga. Ujian dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama

berupa ujian tertulis, yaitu mengerjakan soal pengetahuan umum dan berhitung.

Setelah ujian tahap pertama selesai, maka calon kepala desa mengikuti ujian

tahap kedua, yaitu ujian berpidato. Dalam ujian kepala desa ini, Sunarti

dinyatakan lulus dan memenuhi persyaratan untuk pencalonan pemilihan kepala

desa Boto.

Setelah diadakan seleksi terhadap calon kepala desa, terpilihlah tiga calon

kepala desa yang dapat mengikuti pemilihan kepala desa Boto. Ketiga calon

kepala desa tersebut adalah Sunarti dari desa Boto, Sugiarto dari desa Boto,

dan Supriadi dari desa Boto. Kedua calon kepala desa merupakan lawan yang

berat untuk Sunarti karena ke dua calon tersebut termasuk calon yang

mempunyai banyak dana untuk membiayai keperluan selama mereka

mencalonkan diri sebagai calon kepala desa Boto.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

35

Pemilihan kepala desa dilaksanakan dengan cara mengumpulkan suara

masyarakat desa Boto untuk memilih calon kepala desa yang masyarakat

percaya dapat memperbaiki dan mengembangkan desa Boto. Dalam pemilihan

kepala desa ini, masyarakat tidak diberikan surat suara berisikan foto dan nama

calon kepala desa, melainkan menggunakan gambar perwakilan. Setiap calon

kepala desa memiliki gambar perwakilan masing-masing, Sunarti menggunakan

gambar cangkul, Sugiarto menggunakan gambar lampu dan Supriadi

menggunakan gambar payung.

Suasana dalam pemilihan kepala desa sangat ramai dan dijaga ketat oleh

keamanan desa. Hasil suara terbanyak dimenangkan oleh Sunarti dengan

gambar cangkul. Sehingga pada tahun 1974, Sunarti terpilih dan resmi diangkat

menjadi kepala desa seumur hidup, sebab pada zaman dulu belum ada peraturan

daerah yang mengatur lama jabatan kepala desa. Ketika saat Sunarti menjabat

kepala desa adalah seumur hidup. Hal ini mengingatkan bahwa kepemimpinan

Sunarti secara tidak langsung sudah menjadi pemimpin yang turun menurun

dari keluarganya karena ia merupakan pemimpin yang generasi ke empat

setelah ayahnya.

2. Proses Pemilihan Kepala Desa Boto Tahun 1992 dan 2000

Setelah masa kepemimpinan Sunarti menginjak delapan belas tahun, yaitu

tahun 1992, pemerintah membuat peraturan daerah mengenai kepala desa yang

isinya bahwa menjadi seorang kepala desa hanya delapan tahun saja. Pada

tahun 1992, desa Boto kembali mengadakan pemilihan kepala desa. Calon

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

36

kepala desa yang mengikuti pemilihan kepala desa ada dua calon. Calon kepala

desa tersebut adalah Sunarti dan Harkim dari desa Boto.

Cara yang dilakukan dalam pemilihaan kepala desa sama seperti tahun

1974, yaitu dengan menggunakan gambar perwakilan calon kepala desa.

Sunarti menggunakan padi dan Harkim menggunakan ketela.

Hasil yang diperoleh dalam penghitungan suara masyarakat desa Boto

dalam pemilihan kepala desa dimenangkan oleh Sunarti dengan menggunakan

gambar perwakilan padi. Sunarti masih diberi kepercayaan masyarakat desa

Boto untuk menjadi kepala desa . Dalam hal ini, Sunarti terpilih kembali karena

faktor keturunan keluarga. Sunarti menganggap dirinya sudah ditakdirkan

menjadi seorang kepala desa.

Setelah masa kepemimpinan Sunarti habis, pada tahun 2000 desa Boto

mengadakan pemilihan kepala desa kembali. Sunarti masih ikut mencalonkan

diri sebagai kepla desa yang ke tiga kalinya, karena masih banyak masyarakat

mendukungnya untuk maju menjadi kepala desa. Pencalonan kepala desa Boto

ini terdiri Sunarti dan Harkim. Pelaksanaan pencalonan masih sama dilakukan

dari tahun sebelumnya. Perbedaannya pada tahun 1992 Sunarti menggunakan

gambar padi kini menggunakan ketela. Sedangkan lawannya, Harkim pada

tahun 1992 menggunakan gambar ketela kini menggunakan padi. Ketiga kali

pencalonan berturut-turut Sunarti memenangkan suara pemilihan kepla desa

kembali sebagai kepala desa Boto. Masyarakat Desa Boto masih membutuhkan

seorang figur kepemimpinan Sunarti yang memimpin desanya dengan baik.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

37

Masa kepemimpinan Sunarti di mulai pada tahun 1974-2007. Sunarti

mengemban tugas menjadi seorang pemimpin bagi masyarakat dengan

menciptakan visi untuk mewujudkan Desa Boto menjadi desa yang gemah

ripah loh jinawi, di dukung oleh pemerintahan yang bersih, baik, transaparan,

SDM, SDA yang berpotensi, menuju kehidupan sejahtera di segala bidang

yang di ridhoi Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi panutan orang banyak. Ia

ingin menjalankan tugas kepemimpinannya sesuai dengan visinya untuk

kepentingan hidup masyarakat yang lebih baik dan sejahtera. Perjuangan yang

dijalankan tidak begitu mudah dengan membutuhkan perjuangan yang sangat

tinggi untuk menciptakan desa Boto yang lebih maju.

Sebelum masa kepemimpinan Sunarti, keadaan desa Boto masih

tergolong pedesaan dan sederhana dengan jumlah penduduknya yang masih

sedikit, kehidupan pertanian masih sederhana dan pendidikan atau sekolah-

sekolah belum ada, hanya ada sekolah inpres saja dan jalan raya maupun jalan

kampung masih berupa tanah dan berbatu yang belum tertata rapi.

3. Sunarti Pemimpin Masyarakat Boto

Banyak perubahan yang dilakukan Sunarti sebagai kepala desa Boto.

Sunarti adalah pemimpin yang transformatif dan demokratif. Banyak Bidang

kehidupan masyarakat seperti bidang pendidikan, perekonomian dan sarana

prasarana kehidupan sosial. Dalam kegiatan keagamaan diadakan kegiatan

seperti pengajian rutin setiap hari jumat wage dimasjid dengan mengundang

Kyai Faqurohman dari desa Poncol kecamatan Bringin, yang bertujuan agar

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

38

semua masyarakat mendapat ilmu agama, tempat pelaksanaan pengajian masjid

bergilir dari dusun satu ke dusun lain. Kegiatan sosial juga dijalankan seperti

menyatuni anak yatim satu tahun sekali pada bulan suro, masyarakat

mengumpulkan dana secara sukarela serta mengadakan sunatan masal secara

rutin setiap satu tahun sekali.

Sunarti mengadakan sosialisasi kepada ibu-ibu supaya mendapat

pelayanan kesehatan seperti posyandu untuk batita dan balitanya. Sunarti juga

menjalin komunikasi dengan masyarakat desa Boto secara terbuka, Sunarti

terjun langsung kerumah masyarakat dengan berjalan kaki untuk berkeliling

kampung ketempat dusun-dusun, untuk meninjau keadaan desa secara

langsung, dan jika menemukan suatu permasalahan, dengan cepat Sunarti akan

memecahkan masalah tersebut sebagai contoh apabila warganya pergi jauh

tanpa ijin, Sunarti akan mencarinya, jika ada masyarakat yang akan bercerai

Sunarti akan mendatangi dan menanyakan dulu apa penyebabnya sehingga

Sunarti akan membantu menyelesaikan dan memberikan solusi kepada

masyarakat tersebut.

Sunarti menjalankan tugas sesuai azas-azas kepemimpinan, Sunarti

mengembangkan nilai-nilai yang bersifat kemanusiaan dalam memberikan

pelayanan 24 jam kepada masyarakat desa Boto, seperti contoh jika ada

masyarakat yang ingin meminta cap untuk keperluan surat maupun tanda

tangan, Sunarti tidak memungut imbalan dalam bentuk apapun, Sunarti

melayani dengan ikhlas, karena ingin menciptakan kepemimpinan yang bersih.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

39

Sunarti dalam menjalankan kepemimpinan, ia juga mengalami beberapa

kendala maupun kesulitan. Ia telah mengalami beberapa kendala diantaranya

yang pertama ia harus memberikan sosialisasi mengenai pembayran pajak tanah

dengan datang kerumah masyarakat satu persatu

4. Faktor-faktor Pendorong Sunarti Menjadi Seorang Kepala Desa

Sunarti merupakan pemimpin perempuan yang pertama sebagai kepala

desa Boto. Ia menjadi pemimpin selama 32 tahun. Sunarti menjalankan

tugasnya sebagai kepala desa karena untuk kepentingan hidup masyarakat Boto

yang sejahtera dan tentram. Hal ini dilakukan dengan penuh tanggung jawab

untuk melakukan perubahan kehidupan desa Boto menjadi lebih baik.

Faktor yang mendorong Sunarti untuk maju menjadi salah satu calon

kepala desa Boto pada pemilihan yang dilakukan pada tahun 1974 terbagi

menjadi dua faktor pendorong, yaitu faktor pendorong internal (dari dalam

pihak Sunarti) dan faktor pendorong eksternal (berasal dari luar pihak Sunarti).

Faktor pendorong internal yang mendorong Sunarti mencalonkan diri

menjadi calon kepala desa Boto adalah Sunarti ingin melanjutkan garis

kekuasaan secara turun-temurun yang berawal dari kepala desa Boto yang

pertama merupakan kakek buyut dari Sunarti H. Abdul Latif (1860), kemudian

jabatan kepala desa dilanjutkan kakek Sunarti H. Yunus (1917), dan setelah

masa jabatan kakek Sunarti berakhir, jabatan kepala desa Boto di percayakan

kepada ayah Sunarti H. Mahfud (1937). Setelah ayah Sunarti meninggal dunia,

dan pada saat itu pemerintahan desa Boto sementara dipimpin kakak ipar

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

40

Sunarti yang bernama H. Muttaqin pada tahun 1972-1974 selama dua tahun dan

harus diadakan pemilihan kepala desa kembali. Hal itu yang mengakibatkan

Sunarti bersedia mencalonkan diri sebagai calon kepala desa Boto sebagai calon

perempuan satu-satunya dan berusia sangat muda. Dukungan dari keluarga

terutama ibunya dan saudara yang memilih Sunarti untuk menjadi kepala desa,

merupakan salah satu dukungan internal yang mendorong Sunarti mencalonkan

diri sebagai kepala desa.

Faktor eksternal pendorong Sunarti mencalonkan diri sebagai kepala desa

Boto pada pemilihan tahun 1974 adalah banyaknya dukungan dari berbagai

pihak luar, yaitu dukungan dari pamong desa dan seluruh masyarakat desa Boto

yang menginginkan Sunarti menjadi kepala desa Boto. Banyak masyarakat desa

Boto yang datang ke rumah Sunarti untuk memberikan dukungan semangat

maupun doa kepadanya. Hal itu membuat Sunarti merasa dipercaya untuk

memimpin dan merubah Desa Boto menjadi desa yang lebih maju dan sejahtera

dalam segala bidang kehidupan masyarakat.

5. Karakter Kepemimpinan Sunarti dan terhadap bawahannya

Sunarti adalah sosok perempuan yang biasa menjadi luar biasa. Sunarti

adalah sosok pemimpin perempuan yang transformatif yang membawa

perubahan untuk desa Boto. Ia adalah pemimpin yang tegas, disiplin, jujur dan

bertanggung jawab pada tugasnya untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam

menjalankan kepemimpinannya, Sunarti bertanggung jawab kepada

bawahannya maupun masyarakat. Sikap Sunarti pada lingkungan kerjanya, ia

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

41

mengayomi, sopan, menghargai serta tidak membeda-bedakan tugas antara

pegawai satu dengan pegawai lain semua dianggap sama dan diberlakukan

secara adil.

Prinsip dalam hidupnya menjadi seorang pemimpin, Sunarti memegang

sikap optimis, bahwa semua yang dia inginkan harus berhasil dan tercapai,

apapun jalannnya akan tetap ditempuh yang terpenting adalah berhasil untuk

kepentingan masyarakat bersama. Sunarti mengambil peran disetiap acara yang

diselenggarakan kecamatan dan kabupaten, ia selalu mengajukan pendapat dan

solusi untuk kemajuan desa Boto. Sunarti adalah sosok pemimpin yang memilih

melihat keadaan langsung desa dan mengawasi kinerja para aparat desa secara

mendalam. Sunarti membimbing aparat desa sebelum dan saat memberikan

tugas, sehinggga dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Semua aparat

desa menghargai, menghormati dan mempercayai apa yang Sunarti kerjakan.

Sunarti adalah pemimpin yang demokratis dalam pembentukan gagasan dan ide

untuk kemajuan desa Boto. Sunarti bersedia terjun kelapangan apabila aparat

desa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Sunarti selalu

mencetuskan solusi untuk menyelesaikan segala permasalahan dengan baik. Ia

tidak menerapkan sistem stratifikasi sosial pada aparat pedesaan dan

masyarakat desa Boto, Sunarti tidak membedakan status sosial siapapun.

Keberhasilan seorang pemimpin tidak akan terwujud jika tanpa dukungan

dari para staff kelurahan, kelompok dan masyarakat Desa Boto. Sunarti

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

42

memerlukan saran, masukan dan pendapat dari masyarakat untuk memeperbaiki

kinerjanya sebagai kepala desa.

Sunarti menjalankan tugas sebagai kepala desa Boto berkerjasama dan

dibantu aparat desa lainnya yaitu sekretaris desa, kaur pemerintahan, kaur

bidang pembangunan, kaur keuangan dan kepala dusun lainnya. Di mata rekan

kerja, Sunarti merupakan pemimpin yang bijaksana, kompak terhadap aparat

desa lainnya dalam melaksanakan pemerintahan desa Boto. Meskipun Sunarti

adalah sosok pemimpin perempuan, tetapi kinerja Sunarti bisa diperhitungkan

dengan pemimpin-pemimpin lainnya. Sunarti bertukar pendapat dengan aparat

desa lainnya dan masyarakat Desa Boto supaya Sunarti mengerti apa yang

diharapkan masyarakat untuk desa Boto yang dipimpinnya. Sunarti melibatkan

aparat desa dan masyarakat untuk berperan aktif dalam pencapaian tujuan

mengembangkan desa Boto menjadi desa yang maju dan sejahtera sesuai

dengan cita-cita bersama masyarakat dan pemerintah desa Boto. Sunarti

percaya bahwa aparat desa akan menyelesaikan tugas pemerintah dengan penuh

tanggung jawab sehingga semangat untuk memajukan desa Boto menjadi

bertambah dengan kepercayaan yang ditunjukan kepala desa Boto tersebut.

Dalam pengambilan suatu keputusan, Sunarti bersifat realistis. Dia

mengambil keputusan yang telah menjadi kesepakatan bersama. Aparat desa

yang berkerjasama dengan Sunarti merasa terjalin kerjasama yang sehat dan

membangun, karena aparat desa sudah berkerjasama dengan Sunarti selama

beberapa periode. Meskipun Sunarti menjabat sebagai kepala desa Boto, ia

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

43

tidak menganggap dirinya sebagai seorang penguasa yang memiliki hak atas

desa tersebut, Sunarti menganggap bahwa dirinya dipercaya masyarakat desa

Boto selama beberapa periode memimpin dan menjadikan desa Boto menjadi

desa yang berkembang dan maju.

6. Gaya Kepemimpinan Sunarti Terhadap Perubahan Desa Boto.

a. Keadaan Desa Boto Sebelum Masa Kepemimpinan Sunarti

Keadaan Desa Boto sebelum masa kepemimpinan Sunarti kondisinya

masih sangat sederhana, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan desa

Boto pada masa kepemimpinan lurah H. Abdul Latif berada di tempat

kediamannya, dengan tempat dan tenaga pengajar yang masih seadanya.

Masyarakat masih banyak yang tidak menempuh pendidikan, hal ini yang

mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat desa Boto. Seiring

berjalannya waktu, ketika masa kepemimpinan lurah H. Mahfud terwujud

pendidikan rakyat Sekolah Dasar (SD) Bancak di desa Boto. Kegiatan belajar

masih sederhana dengan menempati bangunan sekolah yang berdinding

kayu, beralaskan tanah dengan perlatan belajar masih terbatas dan tenaga

pendidik yang seadanya. Di Desa Boto pada saat itu hanya memiliki

bangunan Sekolah Rakyat, sehingga masyarakat Boto hanya mengenyam

pendidikan sampai ke SR saja. Orang-orang yang mampu bisa melanjutkan

bersekolah dengan kualitas baik di luar desa maupun ke kota. Hal ini

membuktikan bahwa sarana dan prasarana gedung sekolah Boto sangat

minim sehingga kualitas SDM masyarakat Boto masih rendah.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

44

Dalam kehidupan perekonomian desa Boto, masyarakat lebih

memanfaatkan dibidang pertanian. Masyarakat dengan menanam padi

sebagai tananaman pokok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masa

kepemimpinan lurah H. Mahfud musim panen padi bisa dilakukan satu tahun

sekali dengan menunggu waktu cukup lama. Pertanian yang diterapkan

dengan menggunakan irigasi, dengan memberikan pupuk kandang yang

menghemat biaya. Masyarakat Boto tidak dperkenankan untuk menjual hasil

panenan padi keluar desa Boto, lebih baik digunakan sendiri untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga kehidupan perekonomian Boto

mayoritas berprofesi sebagai petani.

Prasarana desa yang dibangun masih rendah, hanya terdapat prasarana

bidang keagamaan salah satu contohnya bangunan tempat ibadah masjid

yang belum merata yang ada di dusun Sembung dan dusun Kemiri, hal

mengurus pernikahan masih menggunakan tempat lain di kecamatan Bringin.

Kondisi jalan kampung maupun jalan raya masih berbentuk tanah dan

berbatu seperti jalan setapak. Penerangan yang digunakan masyarakat masih

sederhana, yaitu dengan menggunakan lampu uplik yang berisi minyak tanah.

Sarana transportasi yang digunakan masih menggunakan tenaga kuda,

gerobag maupun kursi yang diangkat dengan menggunakan tenaga manusia.

Transportasi roda dua maupun roda empat masih jarang ditemui, masyarakat

lebih banyak menggunakan jalan kaki. Hal ini membuktikan bahwa kondisi

desa Boto masih alami dan sederhana.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

45

b. Perubahan Desa Boto Masa Kepemimpinan Sunarti

Sunarti sebagai kepala desa yang dipilih dan dipercaya masyarakat

desa Boto, Sunarti secara otomatis mendapatkan tugas yang menjadi

tanggung jawab kepala desa. Sunarti tidak hanya mengatur dan mengarahkan

aparat desa untuk mengembangkan desa Boto saja, melainkan Sunarti

bertanggung jawab atas semua perkerjaan dan memberikan bukti nyata dalam

perubahan kehidupan dan kepentingan masyarakat desa Boto. Sunarti

menjadi pemimpin yang transformasional, yaitu pemimpin pertama yang

mewujudkan perubahan kearah yang lebih maju kepada masyarakat desa

Boto. Hal transformasional yang dilaksanakan pemimpin perempuan pertama

desa Boto diantaranya sebagai berikut:

1) Peningkatan Kualitas Pendidikan Desa Boto

Pada bidang pendidikan desa Boto, saat kepemimpinan berada di

kepala desa Mahfud (1933-1973) di desa Boto sarana pendidikan

tergolong rendah, karena hanya memiliki satu bangunan sekolah rakyat

(sejajar dengan tingkat sekolah dasar) yang terletak di Bancak, desa Boto.

Masyarakat desa Boto yang mendapatkan pendidikan tergolong rendah.

Tenaga pengajar yang mengabdi di desa harus terbiasa dengan rendahnya

kualitas sarana pendidikan pada saat itu.

Kondisi bangunan sekolah rakyat sangat sederhana, berdindingkan

kayu dan beralaskan tanah. Media pendidikan seperti buku, papan tulis,

bangku, meja dan alat pendukung pembelajaran lainnya masih sangat

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

46

minim. Hal ini mengakibatkan banyaknya masyarakat desa Boto lebih

memilih melanjutkan pendidikan dengan pergi ke daerah lain seperti

Salatiga, Ambarawa dan Semarang.

Sepeninggal kepala desa H. Mahfud, kepemimpinan dipercayakan

masyarakat kepada Sunarti yang dipilih menjadi kepala desa pada tahun

1974 melalui pemilihan umum. Sunarti segera membuat program

memperbaiki bidang pendidikan desa Boto supaya pendidikan desa Boto

menjadi maju dan masyarakat desa Boto mendapatkan pendidikan. Selain

itu, Sunarti mempunyai program perbaikan infrastruktur disegala bidang

pendidikan.

Pertama yang dikerjakan Sunarti adalah pembangunan dan perubahan

nama Sekolah Rakyat Bancak sudah dirubah menjadi Sekolah Dasar

Negeri I dan Sekolah Dasar Negeri II Boto dan resmi didirikan pada

tahun 1974. Pada tahun 1979, Sunarti kembali mewujudkan program

pengembangan pendidikan di desa Boto dengan kembali mendirikan

suatu sarana pendidikan yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Boto. Dengan

berdirinya MI Boto ini dapat disimpulkan bahwa program pengembangan

pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan Sunarti sebagai

kepala desa dan para aparat-aparat desa Boto untuk meningkatkan

kualitas pendidikan masyarakat Boto.

Pembangunan sarana pendidikan kembali dibuktikan dengan

peresmian SMP Islam Sudirman Boto pada tahun 1980 yang didirikan

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

47

dan diketuai oleh Sunarti sendiri. Peningkatan sarana pendidikan tidak

berhenti saat itu saja, setelah enam tahun berjalan desa Boto sudah

membangun dan menghasilkan empat bangunan sekolah.

Ide dan semangat perjuangan Sunarti dalam mewujudkan rintisan

sekolah sangat tinggi demi kemajuan pendidikan sekolah desa Boto. Pada

tahun 1985, Sunarti kembali merintis sekolah khusus anak balita, dan

pada tahun 1985 mewujudkan bangunan sekolah Taman Kanak-Kanak

(TK) Wita Siwi di desa Boto. TK Wita Siwi di Boto merupakan TK yang

pertama di Boto, dan menjadi TK untuk masyarakat desa lain yaitu Desa

Jlumpang dan desa Wonokerto. Dengan berdirinya taman kanak-kanak,

maka kualitas pendidikan masyarakat desa Boto menjadi meningkat

karena anak berusia lima tahun bisa mendapatkan pendidikan dasar

sebelum melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar. Pendidikan di

desa Boto mulai mengalami peningkat secara signifikan, sehingga

masyarakat desa Boto dalam melanjutkan pendidikan tidak perlu

bersekolah keluar dari desa Boto.

Sunarti tidak berhenti berusaha untuk meningkatkan kualitas

pendidikan yang ada di desa Boto. Bagi Sunarti, perkembangan

pendidikan masih kurang, karena Sunarti ingin desa Boto memiliki

Sekolah Menengah Kejuruan.

Sunarti mengajukan surat permohonan pendirian sekolah menengah

atas desa Boto kepada pemerintah Kabupaten. Setelah berbagai usaha

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

48

untuk mengajukan usulan pembangunan SMK Boto dilakukan, Bupati

kabupaten Semarang menyetujui permohonan pendirian SMK Boto. Pada

akhirnya, Sunarti menjadi pelopor pendirian Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK).

Pada saat proses pembangunan gedung SMK, Sunarti terlibat langsug

dalam memperkenalkan SMK yang akan segera berdiri di desa Boto. Ia

secara tidak kangsung Sunarti mencari calon siswa yang akan menempuh

pendidikan di SMK Boto. Sunarti dan rekan-rekan memperkenalkan

SMK Boto hingga luar daerah desa Boto seperti desa Lembu, desa

Dadapayam bahkan hingga Wonosegoro. Perjuangan keras Sunarti

membuahkan hasil yang memuaskan, Sunarti berhasil mendapatkan lima

puluh delapan siswa yang pada saat itu kegiatan belajar mengajar masih

meminjam kantor balai desa Boto dengan bantuan penjagaan dari

sekertaris desa. Pelajaran dimulai pukul tujuh pagi dan berakhir pada

pukul dua siang. Pada tahun 2005 sudah diresmikan terwujudnya gedung

nama SMK N I Bancak di desa Boto.

SMK N I Bancak adalah sekolah yang maju dan favorit pada bidang

pendidikan masyarakat desa Boto maupun masyarakat desa lain. Pada

awalnya, jumlah siswa SMK N I Bancak berjumlah 58 murid saja, dan

seiring berjalannya waktu SMK N I memiliki kurang lebih 800 siswa.

Sunarti melakukan perkembangan bidang pendidikan demi

kepentingan masyarakat agar anak-anak desa Boto mendapatkan

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

49

pendidikan dengan kualitas yang baik. Sunarti mempunyai program

pemberantasan buta huruf pada masyarakat desa Boto. Program kerja

pemberantasan buta huruf adalah memperkenalkan huruf dan angka

supaya masyarakat Boto bisa membaca dan menulis. Pemberantasan buta

huruf dilaksanakan secara berkelompok perdusun. Menurut Sunarti,

pemberantasan buta huruf sangat penting, dengan adanya program ini

masyarakat yang tidak menempuh jalur pendidikan tidak menjadi korban

penipuan dan mempermudah masyarakat dalam berinteraksi dengan

sesama.

Pendidikan desa Boto mengalami perkembangan dari tahun ke tahun,

anak-anak usia sekolah mayoritas menempuh jalur pendidikan.

Peningkatan pendidikan desa Boto menimbulkan dampak perubahan pada

SDM masyarakat desa Boto. Pada masa kepemimpinan Sunarti yang telah

membawa hasil perubahan pendidikan desa Boto menjadi maju dan

meningkat.

2) Perekonomian Desa Boto

Mayoritas masyarakat Desa Boto berprofesi sebagai petani sawah.

Lahan tanah atau perkebunan digunakan untuk pertanian, Maka dari itu

perekonomian desa Boto bergantung pada kegiatan pertanian. Masyarakat

desa Boto memanfaatkan lahan pertanian dengan cara menanam padi,

sehingga padi menjadi tanaman utama bidang pertanian desa Boto.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

50

Tahun 1933, pada masa kepemimpinan kepala desa H. Mahfud, ia

mengatur sistem pertanian desa Boto dengan sistem pertanian yang

berkembang, dengan membuat pengaturan irigasi atau saluran air agar

tanaman pertanian subur dan mendapatkan sistem pengairan yang baik.

H. Mahfud menerapkan peraturan pada penanaman padi dengan tetap

menggunakan pupuk kandang yang bersifat alami tanpa ada unsur kimia,

hal ini dapat menghemat biaya penanaman. Proses dilakukan dengan alat

yang digunakan masih sederhana, belum menggunakan alat yang

modern. Jenis padi yang di tanam adalah padi swiri dan padi srempol.

Masa panen padi desa Boto hanya terjadi satu tahun sekali.

Masyarakat Boto tidak diperkenankan menjual hasil panen padi ke luar

desa Boto, lebih baik digunakan untuk kebutuhan sendiri dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pada menjual pada daerah luar desa

Boto.

Tahun 1974, ketika desa Boto berada dibawah pimpinan Sunarti,

pertanian mengalami pergantian jenis penanaman yang terjadi pada tahun

1933. Pada tahun 1974, lahan pertanian ditanami tebu dan hanya bertahan

selama satu tahun saja, karena banyak masyarakat yang mengeluh dengan

hasil panen tebu yang kurang memuaskan, dan hasil panen tidak

mencukupi memenuhi kebutuhan hidup petani, sehingga ada masyarakat

yang mengutarakan pendapat kepada Sunarti yang diterima dengan baik.

Kemudian Sunarti memikirkan dan memperhatikan kehidupan ekonomi

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

51

masyarakatnya terutama dibidang pertanian. Sunarti segera menata

program pertanian desa Boto, kemudian Sunarti menerapkan peraturan

dengan kembali menanam padi. Sunarti mengubah sistem penanaman

hasil panen dengan memilih jenis benih padi dengan umur cepat yang

bisa dipanen. Ia menerapakan hasil panen padi bisa dilakukan dalam satu

tahun dua kali yang disebut dengan gagarancah.

Mengingat mayoritas lahan sawah yang ada di desa Boto adalah

sawah tadah hujan, yang artinya petani dapat menanam padi hanya pada

musim hujan saja. Cara penanaman padi dengan cara sederhana yaitu

ditebar atau disebar saja. Jenis benih padi yang digunakan adalah jenis

padi IR dan padi PB. Dengan demikian, secara cepat dapat

meningkatkan hasil panen untuk masyarakat desa Boto. Hasil panen yang

diperoleh masyarakat mengalami peningkatan dan hasil yang memuaskan

sehingga perekonomian masyarakat meningkat. Selain hasil panen yang

banyak, sisanya sebagian bisa dijual kepasar. Pada tahun 2000

perekonomian di desa Boto sudah tidak hanya bergantung dari hasil

pertanian saja, masyarakat Boto sudah mulai berwiraswasta seperti

membuka toko-toko kelontong, seperti toko sembako, fotokopi dan

minimarket. Sehingga dari tahun ketahun perekomian masyarakat desa

Boto sudah mengalami peningkatan dan perubahan yang cukup

signifikan.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

52

3) Peningkatan sarana dan prasarana Desa Boto

Sebelum dibangun adanya aspalisasi (pembuatan jalan raya

mengggunakan bahan dasar aspal) pada tahun 1990, sepanjang jalan desa

Boto berupa tanah, batu-batuan yang berserakan dan tidak tertata dengan

rapi. Pada saat musim hujan, jalan desa Boto sangat memprihatinkan

karena tergenangan air hujan. Keadaan jalan desa Boto masih sepi, hanya

pejalan kaki yang melewati jalan tersebut, karena pada saat itu sepeda

montor dan mobil masih jarang dijumpai. Masyarakat dan pelancong

membawa barang-barang menggunakan sarana kuda, gerobak dan kursi

yang diangkat menggunakan tenaga manusia. Melihat keadaan desa Boto

saat itu, membuat Sunarti menaruh perhatian khusus untuk memperbaiki

keadaan desa Boto yang dipimpinnya.

Pada tahun 1974, Sunarti melaksanakan program padat karya. Sunarti

melibatkan masyarakat untuk bekerja sama bahu membahu dalam

pengerasan jalan kampung. Sunarti melibatkan masyarakat langsung

untuk bekerja bakti menata jalan menjadi lebih baik. Semua masyarakat

dikerahkan dan mendapat tugas masing-masing, pembagian tugas

tersebut antara lain adalah pembuatan pondasi jalan, mengaduk semen

dan menata batu kerikil atau batu titikan. Setiap perdusun atau setiap

rumah diberi tanggung jawab untuk menyediakan batu titikan satu

tomblok (keranjang). Masyarakat desa Boto mengerjakan secara bersama-

sama untuk memperbaiki jalanan desa Boto. Dengan adanya kerja bakti

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

53

dan gotong royong akan meningkatkan kebersamaan persatuan dan

kesatuan antar masyarakat. Setelah jalan selesai dikerjakan, dampak

positifpun mulai timbul. Jalan menjadi aman untuk digunakan dan

menjadi nilai positif bagi desa Boto.

Pada tahun 1990, program aspalisasi mulai masuk desa Boto. Jalan

raya desa Boto mulai dibangun menggunakan bahan aspal dengan dana

subsidi dari pemerintah. Jalan yang dulu berbatuan kini sudah berubah

menjadi jalan halus, keadaan desa Boto sudah rapi. Aspalisasi kini

membawa dampak perubahan bagi kehidupan masyarakat, jalan raya desa

Boto menjadi jalur transpotasi perdagangan khususnya roda empat dari

pasar Krasak ke kota Salatiga. Biasanya jalur transportasi ini digunakan

untuk para pedagang membawa barang dagangannya dari pasar Krasak

ke kota Salatiga. Kini jalan desa Boto menjadi jalan penghubung para

pedagang pasar Kalimaling ke Salatiga. Semakin bertambah jalan dulu

yang sepi sekarang digunakan para pelancong. Kini sarana kendaraan

semakin bertambah selain roda empat, kini kendaraan bus dan minibus

banyak digunakan masyarakat untuk membawakan dagangannya dari

pasar Kalimaling dan pasar Krasak ke kota Salatiga.

Sunarti tidak hanya sebagai pemimpin formal yang selalu menjalankan

tugas dari pemerintah bupati maupun camat, tetapi ia juga sebagai

pemimpin informal yang mempunyai kepedulian dalam peningkatan

sarana dan prasarana tempat ibadah untuk masyarakat. Salah satu

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

54

contohnya ia sangat peduli terhadap dusun Sembung dan dusun Kemiri.

Di dusun Sembung dan Kemiri adalah dusun yang belum tersedia sarana

ibadah yaitu masjid sendiri, sehingga masih bergabung ditempat ibadah

dusun lain. Dengan rasa tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin,

Sunarti melakukan swadaya masyarakat untuk membangun masjid di

dusun Sembung dan Kemiri. Semua masyarakat dilibatkan secara

langsung untuk membangun sarana ibadah dengan cara bekerja bakti

secara-bersama membangun masjid. Sarana dan prasarana sangat penting

untuk fungsi kelangsungan kehidupan masyarakat. Dilihat dari setiap

dusun desa Boto semua sudah ada tempat ibadah masing-masing tanpa

adanya kecemburuan sosial, karena masjid adalah tempat ibadah manusia

untuk berdoa. Ia juga memperbaiki dan merenovasi masjid lainnya

seperti masjid Krasak, masjid Klumpit, masjid Penggung, masjid Boto

dan beberapa surau atau musola lainnya.

Sarana dan prasarana yang dibangun tidak hanya pembanguanan

berbentuk masjid saja, Sunarti juga membangun Kantor Urusan Agama

(KUA) yang diresmikan pada tahun 1985. Tujuan dibangun kantor KUA

adalah untuk memudahkan masyarakat dalam mendaftarkan pernikahan,

karena sebelumnya masyarakat jika ingin mendaftarkan diri untuk

menikah harus meminta bantuan pada KUA kecamatan Bringin.

Sarana dan prasarana yang ditingkatkan adalah pembangunan kantor

balai desa Boto. Fungsi di bangun kantor balai desa Boto untuk tempat

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

55

pertemuan antara masyarakat dengan pamong desa dalam acara rembug

desa, untuk memberikan sosialisasi salah satunya mengenai membayar

pajak. Sebagai wadah musyawarah rapat desa, dan juga sebagai tempat

pelayanan umum dalam membuat surat menyurat kelurahan. Ia juga

berhasil meningkatkan sarana prasarana desa lainnya, yaitu listrik sudah

mulai masuk desanya pada tahun 1992, masyarakat menyambut dengan

senang bahwa dengan adanya listrik masuk desa, sudah tidak lagi

menggunakan lampu gembreng dan lampu uplik lainnya. Untuk

mendirikan tiang listrik, Sunarti kembali melibatkan masyarakat untuk

bekerja bakti mengangkat tiang listrik untuk dibangun. Solidaritas

masyarakat sangat tinggi dalam kebersamaan dan kegotong royangannya,

sehingga proses pembangunan berjalan dengan baik dan cepat. Segala

usaha yang diperjuangkan pada masa kepemimpinan Sunarti telah

merubah kehidupan masyarakat Boto menjadi lebih baik dengan bantuan

masyarakat Boto dan pemerintah kabupaten Semarang.

c. Kesulitan Sunarti Saat Menjabat Sebagai Kepala Desa

Selama 32 tahun Sunarti menjalankan kepemimpinannya sebagai kepala

desa. Sunarti dalam menjalankan tanggung jawab memimpin desa Boto, tidak

berjalan dengan mulus, Sunarti mengalami berapa kendala maupun kesulitan

yang harus Sunarti hadapi diantaranya : (1) Apabila warga desa Boto belum

melunasi pajak pada saat jatuh tempo pembayaran, Sunarti melunasi

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4891/5/T1...Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana

56

tanggungan pajak masyarakatnya terlebih dahulu untuk diberikan kepada

pemerintah, hal ini menjadi beban tanggung jawab Sunarti sebagai kepala desa,

(2) Sunarti menggalakan Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat untuk

memiliki dua anak saja, tetapi masyarakat tidak menuruti aturan untuk

memiliki anak lebih dari dua. Sehingga Sunarti menempuh jalan lain yaitu

dengan mengatur masyarakat dengan memaksa untuk mengikuti aturan yang

sudah diberikan, (3) apabila ada masyarakat pergi meninggalkan desanya tanpa

ijin lebih dari 24 jam, Sunarti segera mencari infonya untuk mencari tahu

keberadaanya, karena sebagai pemimpin Sunarti harus bertanggung jawab

untuk menjaga keamanan masyarakat desa dalam keadaan apapun Segala

kesulitan maupun permasalahan bisa diselesaikan secara bersama dengan baik.