BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1....
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Boto 1....
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Desa Boto
1. Legenda Desa Boto
Konon pada zaman dahulu kala ada seseorang yang dianggap sebagai
tokoh yang memiliki pengaruh besar terhadap disuatu perkampungan yang
masih seperti hutan. Beliau adalah bernama mbah Kasban. Beliau tinggal
bersama beberapa orang yang pada saat itu berpenghuni hanya beberapa orang
saja. Pada suatu waktu di tanah mbah Kasban saat itu ada tumpukan bata atau
boto yang konon akan digunakan mbah Kasban untuk membangun sesuatu.
Bata atau boto tersebut berada disana cukup lama.
Setelah beberapa lama kemudian penduduk dikampung tersebut semakin
banyak dan perlu adanya sistem pengaturan pemerintahan. Kemudian orang-
orang yang dianggap memiliki pengaruh berkumpul untuk memberikan nama
dikampung tersebut. Untuk lebih mempermudah mengingatnya disepakati
bahwa tumpukan bata/boto tersebut dijadikan tenger atau tanda awal
dibangunnya pemerintahan desa. Sehingga tercipta suatu desa yang damai dan
tentram dengan nama Desa Boto yang pertama kali dipimpin oleh mbah Sodor
yang tinggal di desa Boto.
23
2. Sejarah Pemerintahan Desa Boto
Secara dejure pemerintahan Desa Boto di mulai dari H. Abdul Latif,
namun konon sebelumnya terdapat legenda bahwa telah ada pengaturan desa
secara sederhana kala itu yaitu diawali dari kepemimpinan simbah Sodor Boto
dengan juru tulis Den Kromo. Berikut perjalanan legenda yang didapat dari
berbagai sumber:
1. Mbah Demang Sodor asal Boto juru tulis bernama Den Kromo
2. Mbah Demang Resodipo asal Boto juru tulis bernama Den Kromo.
3. Mbah Demang Kertoyudo asal Gunung Kendal untuk nama cariknya belum
diketahui.
Berikut perjalanan sejarah pemerintahan desa Boto secara dejure
1. Kepala desa atau lurah H. Abdul Latif asal Krasak (1860-1917). Sekretaris
desa / carik belum diketahui
2. Kepala desa atau lurah H. Yunus berasal dari Krasak (1917-1937). Sekretaris
desa atau cariknya yang bernama Harjo, kemudian tugasnya dilanjutkan oleh
H. Mahfud Al Subari.
3. Kepala desa atau lurah H. Mahfud Al Subari berasal dari Krasak (1937-
1973). Sekretaris desa / cariknya bernama H. Abdullah, kemudian
sepeninggal H. Abdullah sekretaris desa / cariknya dilanjutkan oleh Yasmin
Amat Salam.
24
4. Kepala desa atau lurah Sunarti.
Sejarah pembangunan di desa Boto dapat dicatat pembangunannya dalam
beberapa masa kepemimpinan dengan sebutan demang yang kemudian lurah
lalu kepala desa yang masing-masing-masing memiliki hal-hal yang menonjol.
Pada masa demang Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah
pembangunan masih sangat sederhana yakni mengutamakan pertanian untuk
kehidupan sehari-hari dan upaya babat alas untuk kebutuhan permukiman. Pada
masa kepemimpinan di desa Boto masing-masing memiliki hal-hal yang
menonjol yaitu:
1. Masa kepemimpinan kepala desa atau lurah H. Abdul Latif pembangunan
yang dicapai cukup banyak di antaranya:
a. Dalam pembangunan sebuah masjid agung Krasak.
b. Pembangunan pondok pesantren Krasak dan langsung mendatangkan
guru mengaji dari desa Karanglangu
c. Membuat sekolah rakyat yang berada dikediamannya.
d. Pembangunan rintisan jalan desa
e. Pertanian yang masih cukup sederhana
f. Membuat pasar krasak
g. Di serahkannya Glompong ke desa Tempuran untuk mempermudah
pelayanan di pemerintahan
2. Masa kepemimpinan lurah H. Yunus pembangunan yang dicapai
diantaranya:
25
a. Melanjutkan pondok pesantren Krasak.
b. Berdirinya masjid Penggung, masjid Klumpit dan masjid Boto dan
beberapa surau atau langgar.
c. Makin majunya pasar Krasak.
d. Penataan kelembagaan.
e. Penataan jalan utama dan pengalihan rute jalan.
f. Perbaikan sistem pertanian dengan menghimpun perkumpulan.
3. Masa kepemimpinan kepala desa H. Mahfud hasil pembangunan yang
dicapai diantaranya:
a. Bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan RI (17-08-1945).
b. Melanjutkan pondok pesantren.
c. Perbaikan masjid, masjid Penggung, masjid Klumpit, masjid Boto,
masjid Gunug dan beberapa surau atau langgar.
d. Terwujudnya tempat pendidikan rakyat yaitu Sekolah Dasar (SD)
Bancak di Boto.
e. Penataan kelembagaan secara baik yakni penataan perangkat desa.
f. Pengaturan siskampling yang terkendali dengan baik.
g. Perbaikan sistem administrasi.
h. Sistem pertanian terbentuk dengan baik dengan pengaturan irigasi dan
penanaman secara serempak dan melarang penjualan panenan keluar
Desa Boto.
26
i. Menolak penggunaan pupuk kimia, (revolusi hijau) dan
mempertahankan penggunaan pupuk kandang.
j. Pembuatan balai desa Boto.
k. Perbaikan utama dan poros desa.
B. Riwayat Hidup Sunarti
1. Latar belakang keluarga Sunarti
Pasangan H. Mahfud dan Hj. Siti Aminah adalah orang tua Sunarti,
yang kemudian ia menjadi penerus kepemimpinan ayahnya sebagai kepala desa
Boto 1974-2007. Sunarti dilahirkan pada tanggal 24 Oktober 1947 di desa Boto
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Nama Sunarti berasal dari kata Su
yang artinya luwih atau baik sedangkan Nar artinya bersinar atau cahaya jadi
penggabungan arti nama Sunarti adalah perempuan yang bersinar dengan baik.
Nama Panggilan sehari-hari Sunarti lebih akrab dipanggil Narti.
Sunarti merupakan anak nomor enam dari sembilan bersaudara, akan
tetapi lima saudara sudah meninggal, ketika mereka masih kecil, kini yang
masih hidup tiga orang yaitu dua kakak perempuan dan satu adik laki-laki.
Kakak perempuannya bernama Miati, ia menjadi guru PNS SD Salatiga dan
kakak perempuan yang kedua bernama Lisamah, ia menjadi pedagang di
desanya dan adik laki-lakinya bernama Mohamad Natsir yang kemudian
meninggal ketika usia dua belas tahun.
H. Mahfud adalah putra lurah H. Sapuan dari Desa Sendang, sedangkan
Hj. Siti Aminah Putri lurah H. Yunus dari Desa Boto, maka secara garis
27
keturunan Sunarti atau silsilahnya adalah garis ibundanya (garis putri), ia cucu
lurah dari H. Yunus sedangkan dari garis ayahnya (garis laki-laki) ia juga cucu
lurah H. Sapuan, dan ia juga cicit dari lurah H. Abdul latif sebagai lurah Boto.
Sunarti merupakan keturunan anak lurah baik dari pihak ayah maupun
ibunya. Dulu kakek Sunarti H. Yunus (pihak ibunya) merupakan lurah di desa
Boto pada tahun 1917-1937 dan istrinya bernama Marfoah. H. Yunus
merupakan anak lurah H. Abdul latif sebagai lurah Boto yang pertama. H.
Yunus selain menjadi sebagai lurah, ia juga seorang dagang dan bertani dengan
mempunyai sawah yang cukup luas. Berbeda dari kakeknya Sunarti H. Sapuan
(pihak ayahnya), ia awalnya berdomisili desa Galih yang sebelumnya menjadi
carik, kemudian pindah ke desa Sendang 1920-an untuk ikut mencalonkan diri
sebagai lurah desa Sendang dan akhirnya terpilih menjadi sebagai lurah pada
tahun 1920-an, sehingga H. Sapuan beserta istrinya menetap di desa Sendang.
Desa Boto dalam masa kepemimpinannya secara tidak langsung masih
secara turun-menurun walaupun dipilih masyarakat langsung, yang di mulai
dari H. Abdul latif pada tahun (1860), kemudian di lanjutkan H.Yunus pada
tahun (1917-1937) kemudian H. Mahfud ayahnya Sunarti sendiri pada tahun
(1937-71973). H. Mahfud selain anak lurah ia juga sebagai menantu lurah.
Semasa kepemimpinannya H. Mahfud telah memimpin desanya selama 40
tahun, ia di kenal lurah sangat tegas pada rakyat desanya. H. Mahfud tidak
hanya berkedudukan sebagai lurah, ia juga bertani disawah sedangkan istrinya
sebagai ibu rumah tangga biasa. Dengan demikian darah keturunan lurah
28
keluarganya mengalir pada Sunarti. Keturunan atau silsilah keluarga Sunarti
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar A pihak ibu Gambar B pihak ayah
Miati
Lisamah
Sunarti
Natsir
Keterangan
Kepala Desa Saudara yang meninggal
Saudara Perempuan Saudara Laki-laki
2. Masa kecil dan Pendidikan Sunarti
Kehidupan masa kecil Sunarti hidup layaknya anak-anak pada umumnya
yang tinggal dalam suasana pedesaan di Boto bersama kedua orang tuanya serta
kedua kakak dan adiknya. Di desa Boto inilah Sunarti diasuh dan dibesarkan
oleh orang tuanya sendiri dengan perhatian penuh kasih sayang dan ajaran
disiplin dan tegas. Sunarti menjalankan hidup masa kecilnya dengan
29
kesederhanaan, mengikuti aturan desa pada umumnya seperti anak perempuan
kalau bermain keluar rumah tidak boleh larut malam, memiliki sopan santun
dan menghormati kepada orang yang lebih tua. Sunarti menghabiskan waktu
masa kecilnya dengan bermain bersama teman-teman sebayanya, bersekolah
dan malam hari mengaji di masjid Krasak dengan guru bernama H. Abdul
Somad. Ketika mengaji Sunarti belajar ilmu agama seperti membaca Alquran
dan bacaan cara ibadah sholat.
Sunarti merupakan anak yang penurut dan mau membantu pekerjaan
orang tua seperti menyapu dan mencuci piring. Ayahnya mendidik anak-
anaknya diberlakukan sama tanpa membeda-bedakan. Ayahnya mengajarkan
anaknya hidup dengan kedisiplinan dan mau mengikuti aturan yang ada. Bagi
Sunarti orang tua yang ditakuti adalah ayahnya karena orangnya keras, ia lebih
menyukai ibunya karena lemah lembut, sabar, dan sangat keibuan. Baginya
ibunya adalah tempat curahan hatinya. Walaupun hidup dalam serba cukup
kedua orang tuanya tidak memanjakan anak-anaknya. Tujuannya agar nantinya
bisa hidup mandiri.
Saat usia Sunarti menginjak enam tahun, orang tuanya mendaftarkan
Sunarti di Sekolah Rakyat (SR) di desa Bancak tahun 1953. Sunarti
menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswa selama enam tahun di SR
desa Bancak tersebut. Sunarti mendapatkan banyak pengetahuan baru misalnya
belajar membaca, menulis dan berhitung. Pada saat berada di bangku SR,
Sunarti lebih menyukai mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), dari pada
30
matematika karena ia kurang menguasainya. Sunarti belajar tidak hanya
pengetahuan di sekolah saja, ketika ia berusia sepuluh tahun, ayah Sunarti
mengajarkan kepadanya cara bertani yang benar di sawah, seperti cara
menanam padi dan cara memetik padi yang benar. Sunarti kemudian mulai
tertarik belajar dengan bidang pertanian. Selain bertani kepada ayahnya, ia juga
bertani bersama masyarakat. Sunarti anak yang supel dan mudah bergaul
dengan siapapun.
Saat menginjak usia tiga belas tahun, Sunarti telah menyelesaikan
pendidikan di SR Bancak. Sunarti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi yaitu melanjutkan di SMP Taman Dewasa Ambarawa pada tahun
1959. Mulai saat itu, Sunarti mengawali kehidupan yang berada jauh dari
keluarga dan tempat tinggalnya. Pada saat bersekolah di Ambarawa, Sunarti
menyewa kamar kos yang berada di dekat SMP Taman Dewasa Ambarawa. Ia
diberi kepercayaan ayahnya untuk mengelola uang bulanan yang diberikan
untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Sunarti mengelola uang
bulanannya untuk membayar keperluan sekolah, membayar kos dan kebutuhan
pokok sehari-hari. Pada usia lima belas tahun Sunarti sudah bisa hidup mandiri
dengan berada jauh dari kedua orang tua, semua keperluan dan kebutuhan
pribadinya ia kerjakan sendiri. Dalam lingkungan sekolah, Sunarti termasuk
salah satu murid yang pendiam dan penurut, tetapi ia sangat menaati peraturan
sekolah dengan baik. Sunarti mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran
31
matematika, ia sangat menyukai pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial semenjak di
bangku SR.
Setelah menyelesaikan pendidikan selama tiga tahun di SMP Taman
Dewasa, Sunarti melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yaitu SMA
Putra Dewasa Salatiga pada tahun 1962-1965. Sunarti kembali berjauhan
dengan keluarga untuk menimba ilmu. Sunarti adalah anak yang berniat ingin
memperdalam wawasan pengetahuan dan pendidikan walaupun ia harus berada
jauh dari keluarganya. Teman-teman seusianya memilih meghabiskan waktu
untuk bermain-main atau bermanja-manja dengan orang tuanya, tetapi bagi
Sunarti masa remajanya lebih baik dimanfaatkan untuk belajar dan menambah
wawasan untuk masa depan dan mewujudkan cita-citanya. Sunarti
menghabiskan waktu libur sekolah untuk bertemu dan bekumpul bersama
keluarga dan teman-temanya dirumah.
Sunarti yang beranjak remaja terbentuk menjadi pribadi yang keras, dan
berpendirian teguh dan tidak ingin melibatkan orang lain dalam menyelesaikan
permasalahannya. Sunarti mewarisi watak ayahnya, sehingga sangat
berpengaruh dalam pemikiran kehidupan pribadinya. Sunarti tumbuh dalam
lingkungan dan peraturan yang sangat disiplin. Kebiasaan yang ditanamkan
dalam keluarga, membuat ia dengan mudah membiasakan diri saat menempuh
pendidikan pada jenjang SMP dan SMA.
Pada tahun 1972 Sunarti masuk ke perguruan tinggi di Universitas Islam
Sultan Agung (UNISULA) Semarang. Sunarti meneruskan pendidikannya
32
dengan memilih Fakultas Hukum. Dibangku kuliah, Sunarti tidak hanya
menghabiskan waktu dalam aktifitas akademik saja, melainkan juga aktif dalam
kegiatan organisasi dengan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI). Setelah dua tahun ia duduk di bangku kuliah, Sunarti memutuskan
untuk mengakhiri pendidikannya karena pada tahun 1974 ia terpilih sebagai
Kepala Desa Boto dengan memenangkan suara dalam pemilihan kepala desa.
3. Karir Sunarti
Sunarti menjalankan kehidupan dengan sederhana dan tidak mempunyai
suatu tujuan yang ingin dicapai. Ia meneruskan pendidikan dan menambah
wawasan tanpa berambisi dia harus menang dalam pemilihan kepala desa Boto.
Pada tahun 1974 dan pada saat itu ia masih menjadi mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Islam Sultan Agung, Sunarti memenangkan suara dalam
pemilihan kepala desa Boto, ketika ia berusia dua puluh lima tahun. Sunarti
yang masih berusia muda dan belum menikah menjadikan ia sebagai pemimpin
yang baik dalam jabatannya sebagai kepala desa. Saat Sunarti dilantik menjadi
kepala desa Boto, Sunarti tidak disaksikan kepala desa yang menjabat
sebelumnya, lurah Mahfud yaitu ayah kandung Sunarti. Ia adalah kepala desa
yang sangat bertanggung jawab pada pekerjaanya, tanpa memikirkan persoalan
diluar dari tanggung jawabnya sebagai kepala desa.
Sunarti yang dipercayai masyarakat Desa Boto sebagai kepala desa, juga
mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak keluarga dan sanak saudara. Bagi
Sunarti, tugas yang harus dijalankan sebagai seorang pemimpin desa harus
33
dilaksanakan dengan baik dan benar demi kehidupan masyarakat yang lebih
aman dan sejahtera. Sunarti menjabat sebagai Kepala Desa Boto selama kurang
lebih 32 tahun.
4. Kepribadian Sunarti
Sunarti merupakan orang yang mandiri. Ia memiliki sifat yang keras,
jujur, pendiam, lugu dan apa adanya. Sunarti memiliki watak yang keras dan
jiwa kepemimpinan yang kental. Sifat yang dimiliki Sunarti didapatkan
ayahnya yang menerapkan sikap disipilin dalam keluarganya. Sunarti
mempunyai prinsip dimana sebisa mungkin ia tidak melibatkan orang lain
dalam menyelesaikan permasalahan pribadinya, hal ini dia dapatkan saat ia
tumbuh menjadi remaja dimana Sunarti terbiasa berada jauh dari keluarga dan
tempat tinggalnya. Dibalik ketegasan sikap yang ia miliki, Sunarti juga
memiliki hobi rekreasi atau jalan-jalan. Rekreasi adalah hobi yang digemari
sejak remaja.
Pada usia 26 tahun, Sunarti memutuskan untuk menikah dan membangun
rumah tangga bersama Nuri yang berasal dari Desa Gogodalem Kecamatan
Bringin. Dalam pernikahannya Sunarti dikaruniai dua putri dan satu putra yang
bernama Ariyanti, Saikul Hadi, dan Rini Wulandari. Anak laki-laki Sunarti,
Saikul Hadi menjabat sebagai Kepala Desa Boto dengan masa jabatan tahun
2007-2017.
34
C. Masa Kepemimpinan Sunarti Menjadi Kepala Desa
1. Proses Pemilihan Kepala Desa Boto Tahun 1974
Pada tahun 1974, desa Boto mengadakan pemilihan kepala desa Boto.
Dalam mengikuti pemilihan kepala desa, ada persyaratan yang harus dimiliki
para calon kepala desa yaitu : (1) sudah berumur 25 tahun, berkelakuan baik,
tidak pernah dipenjara atau dipidana, (2) pendidikan minimal tingkat SMP (3)
berdomisili di desa Boto selama dua tahun.
Setelah calon kepala desa memenuhi ketiga persyaratan tersebut, para
calon kepala desa harus mengikuti ujian selanjutnya yang diadakan di
Kawedanan Kota Salatiga. Ujian dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama
berupa ujian tertulis, yaitu mengerjakan soal pengetahuan umum dan berhitung.
Setelah ujian tahap pertama selesai, maka calon kepala desa mengikuti ujian
tahap kedua, yaitu ujian berpidato. Dalam ujian kepala desa ini, Sunarti
dinyatakan lulus dan memenuhi persyaratan untuk pencalonan pemilihan kepala
desa Boto.
Setelah diadakan seleksi terhadap calon kepala desa, terpilihlah tiga calon
kepala desa yang dapat mengikuti pemilihan kepala desa Boto. Ketiga calon
kepala desa tersebut adalah Sunarti dari desa Boto, Sugiarto dari desa Boto,
dan Supriadi dari desa Boto. Kedua calon kepala desa merupakan lawan yang
berat untuk Sunarti karena ke dua calon tersebut termasuk calon yang
mempunyai banyak dana untuk membiayai keperluan selama mereka
mencalonkan diri sebagai calon kepala desa Boto.
35
Pemilihan kepala desa dilaksanakan dengan cara mengumpulkan suara
masyarakat desa Boto untuk memilih calon kepala desa yang masyarakat
percaya dapat memperbaiki dan mengembangkan desa Boto. Dalam pemilihan
kepala desa ini, masyarakat tidak diberikan surat suara berisikan foto dan nama
calon kepala desa, melainkan menggunakan gambar perwakilan. Setiap calon
kepala desa memiliki gambar perwakilan masing-masing, Sunarti menggunakan
gambar cangkul, Sugiarto menggunakan gambar lampu dan Supriadi
menggunakan gambar payung.
Suasana dalam pemilihan kepala desa sangat ramai dan dijaga ketat oleh
keamanan desa. Hasil suara terbanyak dimenangkan oleh Sunarti dengan
gambar cangkul. Sehingga pada tahun 1974, Sunarti terpilih dan resmi diangkat
menjadi kepala desa seumur hidup, sebab pada zaman dulu belum ada peraturan
daerah yang mengatur lama jabatan kepala desa. Ketika saat Sunarti menjabat
kepala desa adalah seumur hidup. Hal ini mengingatkan bahwa kepemimpinan
Sunarti secara tidak langsung sudah menjadi pemimpin yang turun menurun
dari keluarganya karena ia merupakan pemimpin yang generasi ke empat
setelah ayahnya.
2. Proses Pemilihan Kepala Desa Boto Tahun 1992 dan 2000
Setelah masa kepemimpinan Sunarti menginjak delapan belas tahun, yaitu
tahun 1992, pemerintah membuat peraturan daerah mengenai kepala desa yang
isinya bahwa menjadi seorang kepala desa hanya delapan tahun saja. Pada
tahun 1992, desa Boto kembali mengadakan pemilihan kepala desa. Calon
36
kepala desa yang mengikuti pemilihan kepala desa ada dua calon. Calon kepala
desa tersebut adalah Sunarti dan Harkim dari desa Boto.
Cara yang dilakukan dalam pemilihaan kepala desa sama seperti tahun
1974, yaitu dengan menggunakan gambar perwakilan calon kepala desa.
Sunarti menggunakan padi dan Harkim menggunakan ketela.
Hasil yang diperoleh dalam penghitungan suara masyarakat desa Boto
dalam pemilihan kepala desa dimenangkan oleh Sunarti dengan menggunakan
gambar perwakilan padi. Sunarti masih diberi kepercayaan masyarakat desa
Boto untuk menjadi kepala desa . Dalam hal ini, Sunarti terpilih kembali karena
faktor keturunan keluarga. Sunarti menganggap dirinya sudah ditakdirkan
menjadi seorang kepala desa.
Setelah masa kepemimpinan Sunarti habis, pada tahun 2000 desa Boto
mengadakan pemilihan kepala desa kembali. Sunarti masih ikut mencalonkan
diri sebagai kepla desa yang ke tiga kalinya, karena masih banyak masyarakat
mendukungnya untuk maju menjadi kepala desa. Pencalonan kepala desa Boto
ini terdiri Sunarti dan Harkim. Pelaksanaan pencalonan masih sama dilakukan
dari tahun sebelumnya. Perbedaannya pada tahun 1992 Sunarti menggunakan
gambar padi kini menggunakan ketela. Sedangkan lawannya, Harkim pada
tahun 1992 menggunakan gambar ketela kini menggunakan padi. Ketiga kali
pencalonan berturut-turut Sunarti memenangkan suara pemilihan kepla desa
kembali sebagai kepala desa Boto. Masyarakat Desa Boto masih membutuhkan
seorang figur kepemimpinan Sunarti yang memimpin desanya dengan baik.
37
Masa kepemimpinan Sunarti di mulai pada tahun 1974-2007. Sunarti
mengemban tugas menjadi seorang pemimpin bagi masyarakat dengan
menciptakan visi untuk mewujudkan Desa Boto menjadi desa yang gemah
ripah loh jinawi, di dukung oleh pemerintahan yang bersih, baik, transaparan,
SDM, SDA yang berpotensi, menuju kehidupan sejahtera di segala bidang
yang di ridhoi Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi panutan orang banyak. Ia
ingin menjalankan tugas kepemimpinannya sesuai dengan visinya untuk
kepentingan hidup masyarakat yang lebih baik dan sejahtera. Perjuangan yang
dijalankan tidak begitu mudah dengan membutuhkan perjuangan yang sangat
tinggi untuk menciptakan desa Boto yang lebih maju.
Sebelum masa kepemimpinan Sunarti, keadaan desa Boto masih
tergolong pedesaan dan sederhana dengan jumlah penduduknya yang masih
sedikit, kehidupan pertanian masih sederhana dan pendidikan atau sekolah-
sekolah belum ada, hanya ada sekolah inpres saja dan jalan raya maupun jalan
kampung masih berupa tanah dan berbatu yang belum tertata rapi.
3. Sunarti Pemimpin Masyarakat Boto
Banyak perubahan yang dilakukan Sunarti sebagai kepala desa Boto.
Sunarti adalah pemimpin yang transformatif dan demokratif. Banyak Bidang
kehidupan masyarakat seperti bidang pendidikan, perekonomian dan sarana
prasarana kehidupan sosial. Dalam kegiatan keagamaan diadakan kegiatan
seperti pengajian rutin setiap hari jumat wage dimasjid dengan mengundang
Kyai Faqurohman dari desa Poncol kecamatan Bringin, yang bertujuan agar
38
semua masyarakat mendapat ilmu agama, tempat pelaksanaan pengajian masjid
bergilir dari dusun satu ke dusun lain. Kegiatan sosial juga dijalankan seperti
menyatuni anak yatim satu tahun sekali pada bulan suro, masyarakat
mengumpulkan dana secara sukarela serta mengadakan sunatan masal secara
rutin setiap satu tahun sekali.
Sunarti mengadakan sosialisasi kepada ibu-ibu supaya mendapat
pelayanan kesehatan seperti posyandu untuk batita dan balitanya. Sunarti juga
menjalin komunikasi dengan masyarakat desa Boto secara terbuka, Sunarti
terjun langsung kerumah masyarakat dengan berjalan kaki untuk berkeliling
kampung ketempat dusun-dusun, untuk meninjau keadaan desa secara
langsung, dan jika menemukan suatu permasalahan, dengan cepat Sunarti akan
memecahkan masalah tersebut sebagai contoh apabila warganya pergi jauh
tanpa ijin, Sunarti akan mencarinya, jika ada masyarakat yang akan bercerai
Sunarti akan mendatangi dan menanyakan dulu apa penyebabnya sehingga
Sunarti akan membantu menyelesaikan dan memberikan solusi kepada
masyarakat tersebut.
Sunarti menjalankan tugas sesuai azas-azas kepemimpinan, Sunarti
mengembangkan nilai-nilai yang bersifat kemanusiaan dalam memberikan
pelayanan 24 jam kepada masyarakat desa Boto, seperti contoh jika ada
masyarakat yang ingin meminta cap untuk keperluan surat maupun tanda
tangan, Sunarti tidak memungut imbalan dalam bentuk apapun, Sunarti
melayani dengan ikhlas, karena ingin menciptakan kepemimpinan yang bersih.
39
Sunarti dalam menjalankan kepemimpinan, ia juga mengalami beberapa
kendala maupun kesulitan. Ia telah mengalami beberapa kendala diantaranya
yang pertama ia harus memberikan sosialisasi mengenai pembayran pajak tanah
dengan datang kerumah masyarakat satu persatu
4. Faktor-faktor Pendorong Sunarti Menjadi Seorang Kepala Desa
Sunarti merupakan pemimpin perempuan yang pertama sebagai kepala
desa Boto. Ia menjadi pemimpin selama 32 tahun. Sunarti menjalankan
tugasnya sebagai kepala desa karena untuk kepentingan hidup masyarakat Boto
yang sejahtera dan tentram. Hal ini dilakukan dengan penuh tanggung jawab
untuk melakukan perubahan kehidupan desa Boto menjadi lebih baik.
Faktor yang mendorong Sunarti untuk maju menjadi salah satu calon
kepala desa Boto pada pemilihan yang dilakukan pada tahun 1974 terbagi
menjadi dua faktor pendorong, yaitu faktor pendorong internal (dari dalam
pihak Sunarti) dan faktor pendorong eksternal (berasal dari luar pihak Sunarti).
Faktor pendorong internal yang mendorong Sunarti mencalonkan diri
menjadi calon kepala desa Boto adalah Sunarti ingin melanjutkan garis
kekuasaan secara turun-temurun yang berawal dari kepala desa Boto yang
pertama merupakan kakek buyut dari Sunarti H. Abdul Latif (1860), kemudian
jabatan kepala desa dilanjutkan kakek Sunarti H. Yunus (1917), dan setelah
masa jabatan kakek Sunarti berakhir, jabatan kepala desa Boto di percayakan
kepada ayah Sunarti H. Mahfud (1937). Setelah ayah Sunarti meninggal dunia,
dan pada saat itu pemerintahan desa Boto sementara dipimpin kakak ipar
40
Sunarti yang bernama H. Muttaqin pada tahun 1972-1974 selama dua tahun dan
harus diadakan pemilihan kepala desa kembali. Hal itu yang mengakibatkan
Sunarti bersedia mencalonkan diri sebagai calon kepala desa Boto sebagai calon
perempuan satu-satunya dan berusia sangat muda. Dukungan dari keluarga
terutama ibunya dan saudara yang memilih Sunarti untuk menjadi kepala desa,
merupakan salah satu dukungan internal yang mendorong Sunarti mencalonkan
diri sebagai kepala desa.
Faktor eksternal pendorong Sunarti mencalonkan diri sebagai kepala desa
Boto pada pemilihan tahun 1974 adalah banyaknya dukungan dari berbagai
pihak luar, yaitu dukungan dari pamong desa dan seluruh masyarakat desa Boto
yang menginginkan Sunarti menjadi kepala desa Boto. Banyak masyarakat desa
Boto yang datang ke rumah Sunarti untuk memberikan dukungan semangat
maupun doa kepadanya. Hal itu membuat Sunarti merasa dipercaya untuk
memimpin dan merubah Desa Boto menjadi desa yang lebih maju dan sejahtera
dalam segala bidang kehidupan masyarakat.
5. Karakter Kepemimpinan Sunarti dan terhadap bawahannya
Sunarti adalah sosok perempuan yang biasa menjadi luar biasa. Sunarti
adalah sosok pemimpin perempuan yang transformatif yang membawa
perubahan untuk desa Boto. Ia adalah pemimpin yang tegas, disiplin, jujur dan
bertanggung jawab pada tugasnya untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam
menjalankan kepemimpinannya, Sunarti bertanggung jawab kepada
bawahannya maupun masyarakat. Sikap Sunarti pada lingkungan kerjanya, ia
41
mengayomi, sopan, menghargai serta tidak membeda-bedakan tugas antara
pegawai satu dengan pegawai lain semua dianggap sama dan diberlakukan
secara adil.
Prinsip dalam hidupnya menjadi seorang pemimpin, Sunarti memegang
sikap optimis, bahwa semua yang dia inginkan harus berhasil dan tercapai,
apapun jalannnya akan tetap ditempuh yang terpenting adalah berhasil untuk
kepentingan masyarakat bersama. Sunarti mengambil peran disetiap acara yang
diselenggarakan kecamatan dan kabupaten, ia selalu mengajukan pendapat dan
solusi untuk kemajuan desa Boto. Sunarti adalah sosok pemimpin yang memilih
melihat keadaan langsung desa dan mengawasi kinerja para aparat desa secara
mendalam. Sunarti membimbing aparat desa sebelum dan saat memberikan
tugas, sehinggga dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Semua aparat
desa menghargai, menghormati dan mempercayai apa yang Sunarti kerjakan.
Sunarti adalah pemimpin yang demokratis dalam pembentukan gagasan dan ide
untuk kemajuan desa Boto. Sunarti bersedia terjun kelapangan apabila aparat
desa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Sunarti selalu
mencetuskan solusi untuk menyelesaikan segala permasalahan dengan baik. Ia
tidak menerapkan sistem stratifikasi sosial pada aparat pedesaan dan
masyarakat desa Boto, Sunarti tidak membedakan status sosial siapapun.
Keberhasilan seorang pemimpin tidak akan terwujud jika tanpa dukungan
dari para staff kelurahan, kelompok dan masyarakat Desa Boto. Sunarti
42
memerlukan saran, masukan dan pendapat dari masyarakat untuk memeperbaiki
kinerjanya sebagai kepala desa.
Sunarti menjalankan tugas sebagai kepala desa Boto berkerjasama dan
dibantu aparat desa lainnya yaitu sekretaris desa, kaur pemerintahan, kaur
bidang pembangunan, kaur keuangan dan kepala dusun lainnya. Di mata rekan
kerja, Sunarti merupakan pemimpin yang bijaksana, kompak terhadap aparat
desa lainnya dalam melaksanakan pemerintahan desa Boto. Meskipun Sunarti
adalah sosok pemimpin perempuan, tetapi kinerja Sunarti bisa diperhitungkan
dengan pemimpin-pemimpin lainnya. Sunarti bertukar pendapat dengan aparat
desa lainnya dan masyarakat Desa Boto supaya Sunarti mengerti apa yang
diharapkan masyarakat untuk desa Boto yang dipimpinnya. Sunarti melibatkan
aparat desa dan masyarakat untuk berperan aktif dalam pencapaian tujuan
mengembangkan desa Boto menjadi desa yang maju dan sejahtera sesuai
dengan cita-cita bersama masyarakat dan pemerintah desa Boto. Sunarti
percaya bahwa aparat desa akan menyelesaikan tugas pemerintah dengan penuh
tanggung jawab sehingga semangat untuk memajukan desa Boto menjadi
bertambah dengan kepercayaan yang ditunjukan kepala desa Boto tersebut.
Dalam pengambilan suatu keputusan, Sunarti bersifat realistis. Dia
mengambil keputusan yang telah menjadi kesepakatan bersama. Aparat desa
yang berkerjasama dengan Sunarti merasa terjalin kerjasama yang sehat dan
membangun, karena aparat desa sudah berkerjasama dengan Sunarti selama
beberapa periode. Meskipun Sunarti menjabat sebagai kepala desa Boto, ia
43
tidak menganggap dirinya sebagai seorang penguasa yang memiliki hak atas
desa tersebut, Sunarti menganggap bahwa dirinya dipercaya masyarakat desa
Boto selama beberapa periode memimpin dan menjadikan desa Boto menjadi
desa yang berkembang dan maju.
6. Gaya Kepemimpinan Sunarti Terhadap Perubahan Desa Boto.
a. Keadaan Desa Boto Sebelum Masa Kepemimpinan Sunarti
Keadaan Desa Boto sebelum masa kepemimpinan Sunarti kondisinya
masih sangat sederhana, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan desa
Boto pada masa kepemimpinan lurah H. Abdul Latif berada di tempat
kediamannya, dengan tempat dan tenaga pengajar yang masih seadanya.
Masyarakat masih banyak yang tidak menempuh pendidikan, hal ini yang
mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat desa Boto. Seiring
berjalannya waktu, ketika masa kepemimpinan lurah H. Mahfud terwujud
pendidikan rakyat Sekolah Dasar (SD) Bancak di desa Boto. Kegiatan belajar
masih sederhana dengan menempati bangunan sekolah yang berdinding
kayu, beralaskan tanah dengan perlatan belajar masih terbatas dan tenaga
pendidik yang seadanya. Di Desa Boto pada saat itu hanya memiliki
bangunan Sekolah Rakyat, sehingga masyarakat Boto hanya mengenyam
pendidikan sampai ke SR saja. Orang-orang yang mampu bisa melanjutkan
bersekolah dengan kualitas baik di luar desa maupun ke kota. Hal ini
membuktikan bahwa sarana dan prasarana gedung sekolah Boto sangat
minim sehingga kualitas SDM masyarakat Boto masih rendah.
44
Dalam kehidupan perekonomian desa Boto, masyarakat lebih
memanfaatkan dibidang pertanian. Masyarakat dengan menanam padi
sebagai tananaman pokok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masa
kepemimpinan lurah H. Mahfud musim panen padi bisa dilakukan satu tahun
sekali dengan menunggu waktu cukup lama. Pertanian yang diterapkan
dengan menggunakan irigasi, dengan memberikan pupuk kandang yang
menghemat biaya. Masyarakat Boto tidak dperkenankan untuk menjual hasil
panenan padi keluar desa Boto, lebih baik digunakan sendiri untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga kehidupan perekonomian Boto
mayoritas berprofesi sebagai petani.
Prasarana desa yang dibangun masih rendah, hanya terdapat prasarana
bidang keagamaan salah satu contohnya bangunan tempat ibadah masjid
yang belum merata yang ada di dusun Sembung dan dusun Kemiri, hal
mengurus pernikahan masih menggunakan tempat lain di kecamatan Bringin.
Kondisi jalan kampung maupun jalan raya masih berbentuk tanah dan
berbatu seperti jalan setapak. Penerangan yang digunakan masyarakat masih
sederhana, yaitu dengan menggunakan lampu uplik yang berisi minyak tanah.
Sarana transportasi yang digunakan masih menggunakan tenaga kuda,
gerobag maupun kursi yang diangkat dengan menggunakan tenaga manusia.
Transportasi roda dua maupun roda empat masih jarang ditemui, masyarakat
lebih banyak menggunakan jalan kaki. Hal ini membuktikan bahwa kondisi
desa Boto masih alami dan sederhana.
45
b. Perubahan Desa Boto Masa Kepemimpinan Sunarti
Sunarti sebagai kepala desa yang dipilih dan dipercaya masyarakat
desa Boto, Sunarti secara otomatis mendapatkan tugas yang menjadi
tanggung jawab kepala desa. Sunarti tidak hanya mengatur dan mengarahkan
aparat desa untuk mengembangkan desa Boto saja, melainkan Sunarti
bertanggung jawab atas semua perkerjaan dan memberikan bukti nyata dalam
perubahan kehidupan dan kepentingan masyarakat desa Boto. Sunarti
menjadi pemimpin yang transformasional, yaitu pemimpin pertama yang
mewujudkan perubahan kearah yang lebih maju kepada masyarakat desa
Boto. Hal transformasional yang dilaksanakan pemimpin perempuan pertama
desa Boto diantaranya sebagai berikut:
1) Peningkatan Kualitas Pendidikan Desa Boto
Pada bidang pendidikan desa Boto, saat kepemimpinan berada di
kepala desa Mahfud (1933-1973) di desa Boto sarana pendidikan
tergolong rendah, karena hanya memiliki satu bangunan sekolah rakyat
(sejajar dengan tingkat sekolah dasar) yang terletak di Bancak, desa Boto.
Masyarakat desa Boto yang mendapatkan pendidikan tergolong rendah.
Tenaga pengajar yang mengabdi di desa harus terbiasa dengan rendahnya
kualitas sarana pendidikan pada saat itu.
Kondisi bangunan sekolah rakyat sangat sederhana, berdindingkan
kayu dan beralaskan tanah. Media pendidikan seperti buku, papan tulis,
bangku, meja dan alat pendukung pembelajaran lainnya masih sangat
46
minim. Hal ini mengakibatkan banyaknya masyarakat desa Boto lebih
memilih melanjutkan pendidikan dengan pergi ke daerah lain seperti
Salatiga, Ambarawa dan Semarang.
Sepeninggal kepala desa H. Mahfud, kepemimpinan dipercayakan
masyarakat kepada Sunarti yang dipilih menjadi kepala desa pada tahun
1974 melalui pemilihan umum. Sunarti segera membuat program
memperbaiki bidang pendidikan desa Boto supaya pendidikan desa Boto
menjadi maju dan masyarakat desa Boto mendapatkan pendidikan. Selain
itu, Sunarti mempunyai program perbaikan infrastruktur disegala bidang
pendidikan.
Pertama yang dikerjakan Sunarti adalah pembangunan dan perubahan
nama Sekolah Rakyat Bancak sudah dirubah menjadi Sekolah Dasar
Negeri I dan Sekolah Dasar Negeri II Boto dan resmi didirikan pada
tahun 1974. Pada tahun 1979, Sunarti kembali mewujudkan program
pengembangan pendidikan di desa Boto dengan kembali mendirikan
suatu sarana pendidikan yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Boto. Dengan
berdirinya MI Boto ini dapat disimpulkan bahwa program pengembangan
pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan Sunarti sebagai
kepala desa dan para aparat-aparat desa Boto untuk meningkatkan
kualitas pendidikan masyarakat Boto.
Pembangunan sarana pendidikan kembali dibuktikan dengan
peresmian SMP Islam Sudirman Boto pada tahun 1980 yang didirikan
47
dan diketuai oleh Sunarti sendiri. Peningkatan sarana pendidikan tidak
berhenti saat itu saja, setelah enam tahun berjalan desa Boto sudah
membangun dan menghasilkan empat bangunan sekolah.
Ide dan semangat perjuangan Sunarti dalam mewujudkan rintisan
sekolah sangat tinggi demi kemajuan pendidikan sekolah desa Boto. Pada
tahun 1985, Sunarti kembali merintis sekolah khusus anak balita, dan
pada tahun 1985 mewujudkan bangunan sekolah Taman Kanak-Kanak
(TK) Wita Siwi di desa Boto. TK Wita Siwi di Boto merupakan TK yang
pertama di Boto, dan menjadi TK untuk masyarakat desa lain yaitu Desa
Jlumpang dan desa Wonokerto. Dengan berdirinya taman kanak-kanak,
maka kualitas pendidikan masyarakat desa Boto menjadi meningkat
karena anak berusia lima tahun bisa mendapatkan pendidikan dasar
sebelum melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar. Pendidikan di
desa Boto mulai mengalami peningkat secara signifikan, sehingga
masyarakat desa Boto dalam melanjutkan pendidikan tidak perlu
bersekolah keluar dari desa Boto.
Sunarti tidak berhenti berusaha untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yang ada di desa Boto. Bagi Sunarti, perkembangan
pendidikan masih kurang, karena Sunarti ingin desa Boto memiliki
Sekolah Menengah Kejuruan.
Sunarti mengajukan surat permohonan pendirian sekolah menengah
atas desa Boto kepada pemerintah Kabupaten. Setelah berbagai usaha
48
untuk mengajukan usulan pembangunan SMK Boto dilakukan, Bupati
kabupaten Semarang menyetujui permohonan pendirian SMK Boto. Pada
akhirnya, Sunarti menjadi pelopor pendirian Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
Pada saat proses pembangunan gedung SMK, Sunarti terlibat langsug
dalam memperkenalkan SMK yang akan segera berdiri di desa Boto. Ia
secara tidak kangsung Sunarti mencari calon siswa yang akan menempuh
pendidikan di SMK Boto. Sunarti dan rekan-rekan memperkenalkan
SMK Boto hingga luar daerah desa Boto seperti desa Lembu, desa
Dadapayam bahkan hingga Wonosegoro. Perjuangan keras Sunarti
membuahkan hasil yang memuaskan, Sunarti berhasil mendapatkan lima
puluh delapan siswa yang pada saat itu kegiatan belajar mengajar masih
meminjam kantor balai desa Boto dengan bantuan penjagaan dari
sekertaris desa. Pelajaran dimulai pukul tujuh pagi dan berakhir pada
pukul dua siang. Pada tahun 2005 sudah diresmikan terwujudnya gedung
nama SMK N I Bancak di desa Boto.
SMK N I Bancak adalah sekolah yang maju dan favorit pada bidang
pendidikan masyarakat desa Boto maupun masyarakat desa lain. Pada
awalnya, jumlah siswa SMK N I Bancak berjumlah 58 murid saja, dan
seiring berjalannya waktu SMK N I memiliki kurang lebih 800 siswa.
Sunarti melakukan perkembangan bidang pendidikan demi
kepentingan masyarakat agar anak-anak desa Boto mendapatkan
49
pendidikan dengan kualitas yang baik. Sunarti mempunyai program
pemberantasan buta huruf pada masyarakat desa Boto. Program kerja
pemberantasan buta huruf adalah memperkenalkan huruf dan angka
supaya masyarakat Boto bisa membaca dan menulis. Pemberantasan buta
huruf dilaksanakan secara berkelompok perdusun. Menurut Sunarti,
pemberantasan buta huruf sangat penting, dengan adanya program ini
masyarakat yang tidak menempuh jalur pendidikan tidak menjadi korban
penipuan dan mempermudah masyarakat dalam berinteraksi dengan
sesama.
Pendidikan desa Boto mengalami perkembangan dari tahun ke tahun,
anak-anak usia sekolah mayoritas menempuh jalur pendidikan.
Peningkatan pendidikan desa Boto menimbulkan dampak perubahan pada
SDM masyarakat desa Boto. Pada masa kepemimpinan Sunarti yang telah
membawa hasil perubahan pendidikan desa Boto menjadi maju dan
meningkat.
2) Perekonomian Desa Boto
Mayoritas masyarakat Desa Boto berprofesi sebagai petani sawah.
Lahan tanah atau perkebunan digunakan untuk pertanian, Maka dari itu
perekonomian desa Boto bergantung pada kegiatan pertanian. Masyarakat
desa Boto memanfaatkan lahan pertanian dengan cara menanam padi,
sehingga padi menjadi tanaman utama bidang pertanian desa Boto.
50
Tahun 1933, pada masa kepemimpinan kepala desa H. Mahfud, ia
mengatur sistem pertanian desa Boto dengan sistem pertanian yang
berkembang, dengan membuat pengaturan irigasi atau saluran air agar
tanaman pertanian subur dan mendapatkan sistem pengairan yang baik.
H. Mahfud menerapkan peraturan pada penanaman padi dengan tetap
menggunakan pupuk kandang yang bersifat alami tanpa ada unsur kimia,
hal ini dapat menghemat biaya penanaman. Proses dilakukan dengan alat
yang digunakan masih sederhana, belum menggunakan alat yang
modern. Jenis padi yang di tanam adalah padi swiri dan padi srempol.
Masa panen padi desa Boto hanya terjadi satu tahun sekali.
Masyarakat Boto tidak diperkenankan menjual hasil panen padi ke luar
desa Boto, lebih baik digunakan untuk kebutuhan sendiri dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pada menjual pada daerah luar desa
Boto.
Tahun 1974, ketika desa Boto berada dibawah pimpinan Sunarti,
pertanian mengalami pergantian jenis penanaman yang terjadi pada tahun
1933. Pada tahun 1974, lahan pertanian ditanami tebu dan hanya bertahan
selama satu tahun saja, karena banyak masyarakat yang mengeluh dengan
hasil panen tebu yang kurang memuaskan, dan hasil panen tidak
mencukupi memenuhi kebutuhan hidup petani, sehingga ada masyarakat
yang mengutarakan pendapat kepada Sunarti yang diterima dengan baik.
Kemudian Sunarti memikirkan dan memperhatikan kehidupan ekonomi
51
masyarakatnya terutama dibidang pertanian. Sunarti segera menata
program pertanian desa Boto, kemudian Sunarti menerapkan peraturan
dengan kembali menanam padi. Sunarti mengubah sistem penanaman
hasil panen dengan memilih jenis benih padi dengan umur cepat yang
bisa dipanen. Ia menerapakan hasil panen padi bisa dilakukan dalam satu
tahun dua kali yang disebut dengan gagarancah.
Mengingat mayoritas lahan sawah yang ada di desa Boto adalah
sawah tadah hujan, yang artinya petani dapat menanam padi hanya pada
musim hujan saja. Cara penanaman padi dengan cara sederhana yaitu
ditebar atau disebar saja. Jenis benih padi yang digunakan adalah jenis
padi IR dan padi PB. Dengan demikian, secara cepat dapat
meningkatkan hasil panen untuk masyarakat desa Boto. Hasil panen yang
diperoleh masyarakat mengalami peningkatan dan hasil yang memuaskan
sehingga perekonomian masyarakat meningkat. Selain hasil panen yang
banyak, sisanya sebagian bisa dijual kepasar. Pada tahun 2000
perekonomian di desa Boto sudah tidak hanya bergantung dari hasil
pertanian saja, masyarakat Boto sudah mulai berwiraswasta seperti
membuka toko-toko kelontong, seperti toko sembako, fotokopi dan
minimarket. Sehingga dari tahun ketahun perekomian masyarakat desa
Boto sudah mengalami peningkatan dan perubahan yang cukup
signifikan.
52
3) Peningkatan sarana dan prasarana Desa Boto
Sebelum dibangun adanya aspalisasi (pembuatan jalan raya
mengggunakan bahan dasar aspal) pada tahun 1990, sepanjang jalan desa
Boto berupa tanah, batu-batuan yang berserakan dan tidak tertata dengan
rapi. Pada saat musim hujan, jalan desa Boto sangat memprihatinkan
karena tergenangan air hujan. Keadaan jalan desa Boto masih sepi, hanya
pejalan kaki yang melewati jalan tersebut, karena pada saat itu sepeda
montor dan mobil masih jarang dijumpai. Masyarakat dan pelancong
membawa barang-barang menggunakan sarana kuda, gerobak dan kursi
yang diangkat menggunakan tenaga manusia. Melihat keadaan desa Boto
saat itu, membuat Sunarti menaruh perhatian khusus untuk memperbaiki
keadaan desa Boto yang dipimpinnya.
Pada tahun 1974, Sunarti melaksanakan program padat karya. Sunarti
melibatkan masyarakat untuk bekerja sama bahu membahu dalam
pengerasan jalan kampung. Sunarti melibatkan masyarakat langsung
untuk bekerja bakti menata jalan menjadi lebih baik. Semua masyarakat
dikerahkan dan mendapat tugas masing-masing, pembagian tugas
tersebut antara lain adalah pembuatan pondasi jalan, mengaduk semen
dan menata batu kerikil atau batu titikan. Setiap perdusun atau setiap
rumah diberi tanggung jawab untuk menyediakan batu titikan satu
tomblok (keranjang). Masyarakat desa Boto mengerjakan secara bersama-
sama untuk memperbaiki jalanan desa Boto. Dengan adanya kerja bakti
53
dan gotong royong akan meningkatkan kebersamaan persatuan dan
kesatuan antar masyarakat. Setelah jalan selesai dikerjakan, dampak
positifpun mulai timbul. Jalan menjadi aman untuk digunakan dan
menjadi nilai positif bagi desa Boto.
Pada tahun 1990, program aspalisasi mulai masuk desa Boto. Jalan
raya desa Boto mulai dibangun menggunakan bahan aspal dengan dana
subsidi dari pemerintah. Jalan yang dulu berbatuan kini sudah berubah
menjadi jalan halus, keadaan desa Boto sudah rapi. Aspalisasi kini
membawa dampak perubahan bagi kehidupan masyarakat, jalan raya desa
Boto menjadi jalur transpotasi perdagangan khususnya roda empat dari
pasar Krasak ke kota Salatiga. Biasanya jalur transportasi ini digunakan
untuk para pedagang membawa barang dagangannya dari pasar Krasak
ke kota Salatiga. Kini jalan desa Boto menjadi jalan penghubung para
pedagang pasar Kalimaling ke Salatiga. Semakin bertambah jalan dulu
yang sepi sekarang digunakan para pelancong. Kini sarana kendaraan
semakin bertambah selain roda empat, kini kendaraan bus dan minibus
banyak digunakan masyarakat untuk membawakan dagangannya dari
pasar Kalimaling dan pasar Krasak ke kota Salatiga.
Sunarti tidak hanya sebagai pemimpin formal yang selalu menjalankan
tugas dari pemerintah bupati maupun camat, tetapi ia juga sebagai
pemimpin informal yang mempunyai kepedulian dalam peningkatan
sarana dan prasarana tempat ibadah untuk masyarakat. Salah satu
54
contohnya ia sangat peduli terhadap dusun Sembung dan dusun Kemiri.
Di dusun Sembung dan Kemiri adalah dusun yang belum tersedia sarana
ibadah yaitu masjid sendiri, sehingga masih bergabung ditempat ibadah
dusun lain. Dengan rasa tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin,
Sunarti melakukan swadaya masyarakat untuk membangun masjid di
dusun Sembung dan Kemiri. Semua masyarakat dilibatkan secara
langsung untuk membangun sarana ibadah dengan cara bekerja bakti
secara-bersama membangun masjid. Sarana dan prasarana sangat penting
untuk fungsi kelangsungan kehidupan masyarakat. Dilihat dari setiap
dusun desa Boto semua sudah ada tempat ibadah masing-masing tanpa
adanya kecemburuan sosial, karena masjid adalah tempat ibadah manusia
untuk berdoa. Ia juga memperbaiki dan merenovasi masjid lainnya
seperti masjid Krasak, masjid Klumpit, masjid Penggung, masjid Boto
dan beberapa surau atau musola lainnya.
Sarana dan prasarana yang dibangun tidak hanya pembanguanan
berbentuk masjid saja, Sunarti juga membangun Kantor Urusan Agama
(KUA) yang diresmikan pada tahun 1985. Tujuan dibangun kantor KUA
adalah untuk memudahkan masyarakat dalam mendaftarkan pernikahan,
karena sebelumnya masyarakat jika ingin mendaftarkan diri untuk
menikah harus meminta bantuan pada KUA kecamatan Bringin.
Sarana dan prasarana yang ditingkatkan adalah pembangunan kantor
balai desa Boto. Fungsi di bangun kantor balai desa Boto untuk tempat
55
pertemuan antara masyarakat dengan pamong desa dalam acara rembug
desa, untuk memberikan sosialisasi salah satunya mengenai membayar
pajak. Sebagai wadah musyawarah rapat desa, dan juga sebagai tempat
pelayanan umum dalam membuat surat menyurat kelurahan. Ia juga
berhasil meningkatkan sarana prasarana desa lainnya, yaitu listrik sudah
mulai masuk desanya pada tahun 1992, masyarakat menyambut dengan
senang bahwa dengan adanya listrik masuk desa, sudah tidak lagi
menggunakan lampu gembreng dan lampu uplik lainnya. Untuk
mendirikan tiang listrik, Sunarti kembali melibatkan masyarakat untuk
bekerja bakti mengangkat tiang listrik untuk dibangun. Solidaritas
masyarakat sangat tinggi dalam kebersamaan dan kegotong royangannya,
sehingga proses pembangunan berjalan dengan baik dan cepat. Segala
usaha yang diperjuangkan pada masa kepemimpinan Sunarti telah
merubah kehidupan masyarakat Boto menjadi lebih baik dengan bantuan
masyarakat Boto dan pemerintah kabupaten Semarang.
c. Kesulitan Sunarti Saat Menjabat Sebagai Kepala Desa
Selama 32 tahun Sunarti menjalankan kepemimpinannya sebagai kepala
desa. Sunarti dalam menjalankan tanggung jawab memimpin desa Boto, tidak
berjalan dengan mulus, Sunarti mengalami berapa kendala maupun kesulitan
yang harus Sunarti hadapi diantaranya : (1) Apabila warga desa Boto belum
melunasi pajak pada saat jatuh tempo pembayaran, Sunarti melunasi
56
tanggungan pajak masyarakatnya terlebih dahulu untuk diberikan kepada
pemerintah, hal ini menjadi beban tanggung jawab Sunarti sebagai kepala desa,
(2) Sunarti menggalakan Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat untuk
memiliki dua anak saja, tetapi masyarakat tidak menuruti aturan untuk
memiliki anak lebih dari dua. Sehingga Sunarti menempuh jalan lain yaitu
dengan mengatur masyarakat dengan memaksa untuk mengikuti aturan yang
sudah diberikan, (3) apabila ada masyarakat pergi meninggalkan desanya tanpa
ijin lebih dari 24 jam, Sunarti segera mencari infonya untuk mencari tahu
keberadaanya, karena sebagai pemimpin Sunarti harus bertanggung jawab
untuk menjaga keamanan masyarakat desa dalam keadaan apapun Segala
kesulitan maupun permasalahan bisa diselesaikan secara bersama dengan baik.