bagusdit baru

download bagusdit baru

of 61

description

minol

Transcript of bagusdit baru

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUMDASAR ILMU TANAHDESA TORONGREJO KOTA BATU

Disusun Oleh : Kelompok Q2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUMDASAR ILMU TANAHDesa Torengrejo Kota Batu

Disusun Oleh

Kelompok: Q2Asisten: Dwiani Puji Lestari125040201111243Ketua: Bagus Keswara Putra145040207111037Anggota: Dwi Yanti Suryani145040207111032 David Soejipto 145040207111033 Ursulin Sacer Setyas145040207111034 Dwi Bagus Irawan145040207111037 Adeca Galang Esantia145040207111036 Syahida Ari Nova145040207111038 Annisa Fitri Febriati 145040207111039 Ramdhani Hidayat Pra145040207111040 Febry Ferdian Irianto145040207111041 Cinintya Aprilianani145040207111042 Fahmi Amrullah145040207111043 Achamad Faizal Lazuar145040107111044 Mia Maysitha145040207111045 Iqbal Khoirul Musyadam145040207111107 Rizki Azkiah145040207111109 Enggis Purwita Sari145040207111110 Muhammad Reza Budiman145040207111111

Malang, 5 Desember 2014

Ketua Asisten Kelas

(_____Bagus Keswara______)(____Dwiani Puji Lestari____)Nim : 145040207111037Nim: 125040201111243

KATA PENGANTARPuji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya pembuatan laporan besar praktikum dasar ilmu tanah. Pembuatan laporan dasar ilmu tanah ini merupakan salah satu tugas kelompok untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya terhadap Dasar Ilmu Tanah. Harapan kami hal ini dapat menjadi laporan yang baik untuk media pemahaman dan pembelajaran mengenai Dasar Ilmu Tanah dikalangan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Karena mengingat begitu pentingnya tanah bagi kehidupan umat di dunia. Oleh karena itu maka di harapkan mahasiswa Pertanian Universitas Brawijaya dapat menjadi leader dan suri tauladan untuk menjadikan dan menoptimalkan tanah sebaik-baiknya sehingga dapat mensejahterakan kehidupan petani terutama di Indonesia.Terima kasih kami ucapkan Kak Dwiani Puji Lestari selaku pendamping praktikum Dasar Ilmu Tanah. Kami sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karenanya kami menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dengan kritik yang dapat membantu penulis dalam penyempurnaan penyelesaian laporan besar praktikum Dasar Ilmu Tanah. Akhir kata,semoga Laporan Prakitkum ini dapat bermanfaat.Malang,5 Desember 2014

Penyusun

DAFTAR ISICOVER...1KATA PENGANTAR4DAFTAR ISI...5BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang91.2 Tujuan101.3 Manfaat..11BAB II METODOLOGI2.1Tempat dan Waktu.122.2 Alat,Bahan, dan Fungsi..122.2.1 Deskripsi Tanah (Singkapan)132.2.2 Deskripsi Fisika Tanah.132.2.3 Deskripsi Biologi Tanah...132.2.4 Deskripsi Kimia Tanah.142.3 Langkah-Langkah Pengamatan2.3.1 Deskripsi Tanah (Singkapan)142.3.2 Deskripsi Fisika Tanah.152.3.3 Deskripsi Biologi Tanah..162.3.4 Deskripsi Kimia Tanah.17BAB III KONDISI UMUM WILAYAH3.1 Kondisi Biofisik.203.1.1 Penggunaan Lahan..203.1.2 Tutupan Lahan203.1.3 Tingkat Pengolahan Lahan.213.2 Kondisi Fisiografis24BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Deskripsi..254.1.1 Fisiografis..254.1.2 Morfologi Tanah304.2 Hasil Pengamatan Sifat Fisik,Biologi,dan Kimia Tanah (semua titik)......................................334.2.1 Pengukuran Tingkat Erosi dan Sifat Fisik.334.2.2 Pengukuran Biodiversitas..364.2.3 Pengukuran pH dan Defiensi Unsur Hara.414.3 Perbandingan Kondisi Biofisik Lahan terhadap Sifat Fisika Tanah (Tingkat Erosi), Kimia Tanah (Kesuburan), dan Biologi Tanah (Biodiversitas) pada Lahan Tadah Hujan dan Lahan Musiman444.4 Perbandingan Kondisi Biofisik Lahan terhadap Sifat Fisika Tanah (Tingkat Erosi), Kimia Tanah (Kesuburan), dan Biologi Tanah (Biodiversitas) pada Lahan Komoditas Pangan dan Non Pangan47BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan495.2 Saran..50DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

DAFTAR TABELDaftar tabel morfologi 30Tabel pengamatan biodiversitas sub titik 2.36Tabel pengamatan biodiversitas sub titik 3.38Tabel pengamatan biodiversitas sub titik 4.39Tabel pengukuran pH...41Tabel pengamatan Difisiensi Unsur Hara43

DAFTAR GAMBARTitik 1 ( Agroforesty)Morfologi .52Fisiografis...53Titik 2 (tadah hujan pohon sengon)Sifat fisika ..54Sifat biologi55Sifat kimia......56Titik 3 (tanaman seledri)Sifat fisik.57Sifat biologi.58Sifat kimia...59Titik 4 (tanaman jagung)Sifat fisika..59Sifat bilogi..60Sifat kimia...63

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTanah memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan. Tanah merupakan media bagi pertumbuhan tanaman, tempat berkembangnya perakaran, penyuplai kebutuhan air, udara, unsur hara, habitat organisme tanah yang aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi tanaman. Tanah merupakan benda yang menyelimuti permukaan bumi, yang didalamnya terkandung bahan-bahan organik, air, udara, dan bahan mineral yang memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda disetiap titik tanah, dikarenakan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah seperti topografi, iklim, organisme, bahan induk, dan waktu; yang berfungsi sebagai media dan pembentuk pertumbuhan tumbuhan (Hardjowigeno, 1992). Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jazad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu (Darmawijaya, 1997).Tanah terbentuk dari proses pelapukan yang berasal dari batuan induk tanah, yang kemudian diikuti dengan proses pencampuran bahan organik, yaitu sisa sisa makhluk hidup (baik tumbuhan maupun hewan) yang terdekomposisi oleh mikroorganisme. Pelapukan bahan induk tanah dipengaruhi oleh faktor iklim (curah hujan, suhu) dan aktivitas organisme hidup (vegetasi, mikroba, organisme tanah dan manusia), yang menyebabkan perbedaan morfologi tanah disetiap titik, sehingga ketika kita menggali lubang tanah akan terlihat lapisan-lapisan yang berbeda, baik secara fisik, kimia, maupun biologinya, yang disebut dengan Profil tanah. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah hingga lapisan bahan induk dibawahnya. Sifat fisik tanah adalah karakteristik tanah yang diamati di lapang kemudian diukur dan diteliti di laboratorium dengan pengambilan sampel di tanah lapangan. Sifat fisik yang dimaksud meliputi warna, tekstur, struktur, konsistensi, permeabilitas, drainase, pemadatan tanah, dan jenis erosi. Sifat kimia tanah meliputi pH tanah, dan unsur hara N (Natrium), P (Phospor), dan K (Kalium). Sifat biologi tanah meliputi bahan organik, diantaranya biota tanah, vegetasi, seresah, dan kascing (kotoran cacing tanah). Sifat fisik, kimia, dan biologi tersebut kemudian menjadi indikator kinerja tanah atau kualitas tanah, untuk menentukan kesehatan tanah. Ciri tanah yang sehat adalah tanah mudah diolah, unsur hara cukup, populasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) kecil, drainase sangat baik, populasi organisme tanah yang menguntungkan sangat banyak, gulma sangat kecil, bebas bahan kimia dan toksin, tahan degradasi, lentur (resilience) ketika terjadi kondisi yang buruk (Riwandi, 2010)

1.2Tujuan1. Untuk mengamati dan memahami singkapan.2. Untuk mengamati dan memahami morfologi tanah dan fisiografis tanah.3. Untuk mengamati dan memahami sifat fisik yang mempengaruhi tanah.4. Untuk mengamati dan memahami sifat kimia pada tanah.5. Untuk mengamati dan memahami sifat biologi pada tanah.6. Untuk mengetahui perbedaan antara land cover dan land use.7. Untuk mengetahui contoh tanah di lapang dan menganalisis di laboratorium.

1.3Manfaat1. Mengamati dan memahami singkapan.2. Mengamati dan memahami morfologi.3. Mengamati dan memahami sifat fisik yang mempengaruhi tanah.4. Untuk mengamati dan memahami sifat kimia pada tanah.5. Untuk mengamati dan memahami sifat biologi pada tanah.6. Untuk mengetahui perbedaan antara land cover dan land use.7. Untuk mengetahui contoh tanah di lapang dan menganalisis di laboratorium

BAB IIMETODOLOGI2.1Tempat Dan Waktu Pelaksaan Desa : TorongrejoKecamatan : JunrejoKabupaten: BatuProvinsi : Jawa TimurFieldtrip dilakukan pada pukul 06.00 WIB s/d 13.00, tanggal 30 November 2014.

2.2Alat Bahan Dan Fungsi 2.2.1Deskripsi Tanah (Singkapan): Alat1. Cangkul: untuk menggali tanah1. Sekop: untuk membantu menggali tanah1. Pisau lapang: untuk membantu menentukan horizon tanah 1. Buku Munsell Colour Chart: untuk membantu menentukan warna tanah1. Botol air: tempat air untuk membasahi tanah1. Meteran (roll meter) 1,5 meter: untuk mengukur kedalaman singkapan1. Sabuk profil: untuk mengukur kedalaman singkapan1. Form pengamatan: untuk mengisi data1. Meja dada: sebagai alas untuk menulis1. Alat tulis: untuk mencatat data1. Kamera: untuk mendokumentasikan pengamatan

Bahan1. Sampel tanah daerah Torongrejo: sebagai objek pengamatan1. Air: media untuk membantu menentukan tekstur dan konsistensi tanah.2.2.2. Deskripsi Fisika Tanah Alat0. Cetok: Mengambil agregat tanah0. Plastik 1 kg: Menyimpan sampel tanah0. Kertas Label: Menandai pada plastik sampel0. Spidol: Menulis pada kertas label Bahan0. Tanah daerah Torongrejo : Sebagai objek pengamatan0. Sampel tanah : Untuk mengidentifikasi tekstur 0. Agregat tanah : Untuk mengidentifikasi struktur0. Air : Untuk menguji drainase tanah2.2.3Deksripsi Biologi Tanah Alat0. Cetok: Untuk menggali tanah0. Frame berukuran 50x50cm: Sebagai wadah untuk pengamatan0. Pasak: Penyangga frame (tali raffia)0. Modul DIT: Sebagai panduan praktikum0. Alat tulis: Mencatat hasil pengamatan0. Kamera: Mendokumentasikan pengamatan0. Kantong Plastik: Sebagai wadah spesimen yang ditemukan

Bahan:0. Sampel tanah Daerah Torongrejo: Sebagai objek pengamatan

2.2.4 Deskripsi Kimia Tanah Alat1. Modul DIT: Panduan praktikum2. Alat Tulis: Mencatat hasil pengamatan3. Kamera: Mendokumentasikan hasil pengamatan4. Fial Film: Sebagai wadah sampel tanah5. pH meter: Mengukur keasaman sampel tanah6. Gelas ukur 10ml: Untuk mengukur H2O

Bahan1. Sampel tanah Torongrejo: Sebagai objek pengamatan2. Aquades: Melarutkan sampel tanah

2.3 Langkah-Langkah Pengamatan2.3.1 Deskripsi Tanah (Singkapan ) Menentukan HorizonSiapkan alat dan bahan

Mengetukkan ujung pisau lapanguntuk menentukan batasan-batasan horizon pada singkapan

Menandai masing-masing batasan yang telah ditentukan dengan menggarissingkapan secara horizontal

Memasang sabuk profil untuk mengukur tebal masing-masing horizon

Mengukur kedalaman horizondengan menggunakan meteran

Catat hasil pengamatan

2.3.1 Deskripsi Fisika Tanah Menentukan WarnaSiapkan alat dan bahan

Mengambil agregat tanah dari masing-masing horizonuntuk pengindentifikasian warna menggunakan buku Munsell Colour Chart

Identifikasi dan catat hasil pengamatanwarna agregat dari masing-masing horizon

Menentukan StrukturSiapkan alat dan bahan

Mengambil agregat tanah dari masing-masing horizon

Amati struktur agregat tanah dari masing-masing horizon

Identifikasi struktur tanah dan catat hasil pengamatan

Menentukan TeksturSiapkan alat dan bahan

Mengambil agregat tanah dan hancurkan menjadi serpihan

Meletakkan agregat tanah yang sudah hancur diatas telapak tangandan berikan air sedikit

Memijat tanah menggunakan ibu jari dan telunjuk (Feeling Method)

Menentukan kelas tekstur

Lakukan pada masing-masing agregat tiap horizon

Catat hasil pengamatan

Menentukan KonsistensiSiapkan alat dan bahan

Mengambil agregat tanah dan hancurkan agregat dengan jari-jari

Menentukan konsistensi lembab dan basah

Catat hasil pengamatan

2.2.1 Deskripsi Biologi Tanah

Menyiapkan alat dan bahan.

Membuat frame (tali raffia) yang berukuran 50 x 50 cm.

Mengamati tiap variabel pengamatan, seperti jenis vegetasi, seresah, makro organisme, dan kascing yang ada dalam frame (tali raffia) di masing-masing site.

Menghitung jumlah tiap. variabel

Menulis dalam tabel pengamatan.

2.2.4 Deskripsi Kimia TanahA. Defisiensi Unsur Hara

Mengamati kondisi tanaman yang dijumpai di lahan, apakah menjumpai kekurangan unsure hara N/P/K.

Membandingkan kenampakan tanaman dengan cara mengamati warna yang terdapat pada daun tanaman tersebut.

Apabila kekurangan defisiensi unsure N maka tanaman bewarna kuning berbentuk seperti V

Apabila kekurangan unsure K, berwarna kuning berbentuk

B. pH

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil sedikit sample tanah dan memasukkan sample tersebut kedalam botol plastik (bekas botol film)

Kemudian botol ditutup rapat

Menghomogenkan larutan tadi dengan ayunan tangan sebanyak 20 kali

Membiarkan tanah hingga mengendap dan cairan diatasnya menjadi bening.

Memasukkan larutan penentu pH kedalam botol plastik yang berisi sample tanah. (larutan tanah disarankan tidak melebihi 10 mL)

Ujung lakmus dicelupkan kedalam cairan bening yang tadi dibuat, usahakan ujung lakmus tidak menyentuh endapan tanah

Warna kertas pH dibandingkan dengan deretan standar yang terdapat pada kotak pembungkus pH

Nilai pH diisikan pada table pengamatan

BAB IIIKONDISI UMUM WILAYAH3.1Kondisi Biofisik

3.1.1 Penggunaan LahanPada fieldtrip yang dilakukan di desa Torongrejo kecamatan Junrejo pada hari minggu tanggal 30 november 2014 didapatkan data yamg terbagi pada sub titik 1,2, dan 3. Pada titik pertama lahan pertanian digunakan sebagai agroforestry tadah hujan dengan tanaman utama Sengon. Lahan tersebut berfungsi menyerap air hujan dan mencegah erosi yang terjadi, hal ini dapat terjai karena ruang pori makro tanah yang banyak disebabkan oleh akar pohon Sengon yang menembus dan memilki daya jelajah yang tinggi terhadap tanah. Lahan pertama letak topografinya lebh tinggi dari lahan yang lain yang berbentuk terasiring sehinnga dapat menahan air lebih dulu dari lahan yang ada di bawahnya.Pada titik kedua lahan yang ditemukan berada pada topografi yang lebih rendah dari titik pertama. Lahan ini digunakan sebagai lahan tegalan, dimana lahan tersebut dimanfaatkan para petani untuk lahan budidaya Seledri.Pada titik ketiga, letak topografinya berada lebih rendah dibandingkan dengan titik kedua. Sama halnya dengan titik kedua, lahan di titik ketiga juga merupakan lahan tegalan. Lahan ini juga dimanfaatkan para petani sebagai lahan budidaya tanaman jagung.

3.1.2Tutupan LahanKlasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan adalah upaya pengelompokkan .berbagai jenis tutupan lahan atau penggunaan lahan kedalam suatu kesamaan sesuai dengan sistem tertentu. Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atauacuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh untuk tujuan pembuatan peta tutupan lahanmaupun peta penggunaan lahanPada fieldtrip yang dilakukan di desa Torongrejo kecamatan rangrejo pada hari minggu tanggal 30 november 2014 didapatkan data yamg terbagi pada sub titik 1 dan 2 , pada titik pertama adalah lahan agroforesty dan yang kedua adalah lahan tegalan atau sawah. Pada lahan agroforesty memiliki tutupan lahan yang rapat. Tutupan lahan pada lahan agroforesty terdiri dari pohon mahoni, pohon sengon, pohon bambu, pohon nangka, pohon mindi, pohon waru dan tanaman kopi sebagai tanaman yang dinaungi, sehingga kemungkinan terjadinya erosi percik sangat kecil.Pada titik kedua yaitu lahan tegalan atau sawah yang hanya didominasi oleh tanaman seledri dan jagung. Dapat dilihat land covernya sangat jarang dan sedikit. Hal tersebut mengakibatkan kemungkinan erosi yang terjadi sangat besar. Ini terjadi karena jika land cover jarang atau tidak rapat,air yang jatuh ke tanah tidak tertahan oleh tanaman yang berfungsi sebagai land cover. Maka potensial terjadinya erosi percik lebih besar dibandingkan dengan lahan agroforesty yang memiliki potensial kecil terhadap erosi percik.3.1.3Tingkat Pengolahan LahanKondisi lahan pada Desa Torongrejo mempunyai tingkat pengolahan yang tinggi karena hampir seluruh lahan yang ada di desa tersebut dikelola dengan baik untuk bercocok tanam. Mayoritas petani di daerah tersebut mengolah lahan secara tradisional dengan menggunakan cangkul sehingga waktu pengolahan nya membutuhkan waktu yang lama di bandingkan dengan pengolahan secara modern. Tetapi tanah yang terdapat pada system agroforestry cukup subur hal ini dikarenakan terdapat banyak seresah yang berjatuhan dari pepohonan sekitar dimana daun-daun tersebut dapat dimanfaatkan oleh mikro dan makro organisme sebagai bahan makanan. Selain itu pengolahannya pun sering dilakukan, dengan demikian hasil tanah yang terlihat di areal lahan relative subur. Pada setiap frame hanya terdapat sedikit seresah dikarenakan pada lahan tadah hujan tersebut hanya ditanami pohon sengon sehingga biodiversitas yang terdapat pada frame tersebut sangat rendah. Pada system monokultur yang ditanami oleh tanaman seledri, terdapat banyak seresah pada lahan tersebut tetapi seresah yang digunakan merupakan seresah yang sengaja di letakan pada sekitar tanaman, yang mana di harapkan agar seresah yang diletakan dibawah tanaman utama dapat menjadi pupuk kompos sekaligus rumah bagi biota-biota tanah yang menguntungkan, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh subur. Biodiversitas pada tanaman tersebut juga cukup banyak disebabkan cadangan makanan yang cukup banyak untuk mikro maupun makro organisme sehingga mikro dan makro organisme dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan system monokultur yang terdapat pada lahan jagung memiliki kandungan unsur hara yang baik dikarenakan tanaman jagung yang ditanam dominan sehat, tetapi gulma yang terdapat pada lahan tersebut terlihat kekurangan kalium. Gejala dari kekurangan kalium itu dilihat dari warna daun yang terdapat warna kuning seperti huruf v terbalik (^).gulma yang mengalami kejadian tersebut diakibatkan karena tidak dapat bersaing mengambil unsur hara kalium dengan tanaman jagung, Hal ini kemungkinan terjadi karena gulma dan tanaman jagung berkompetisi dalam memperebutkan unsur hara. Akibatnya pengolahan tanah yang baik dapat mempengaruhi tumbuh kembang tanaman yang optimal. Namun dalam pengamatan yang telah dilakukan di desa tersebut diketahui bahwa semakin sering tanah di daerah tersebut diolah maka tanah di area lahan tersebut mengalami pemadatan yang berkaitan langsung dengan pori tanah dan keberlangsungan tanaman untuk mendapatkan unsur hara serta pertumbuhan tanaman. Ini disebabkan karena pengolahan mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah serta merusak struktur dari tanah itu sendiri. Pertanian konvensional dan pengolahan tanah menggunakan tenaga manusia juga menjadi salah satu factor yang berpengaruh pada pengolahan tanah. Menurut Cannell dan Hawes(1994) sistem pengolahan tanah secara intensif menimbulkan dampak negative karena merusak struktur tanah, mempercepat dekomposisi bahan organic dan meningkatkan kemungkinan terjadi erosi karena penataan dan pengolahan agrosistem yang kurang baik. Pengolahan tanah mempunyai dampak negative, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian pengolahan tanah merupakan komponen kunci strategi pengolahan tanah menuju pengolahan lahan berkelanjutan, produksi tanaman, dan pertanian pada umumnya. Sedangkan menurut Salikin (2003) mengatakan bahwa pengolahan lahan secara intensif pada tebing-tebing gunung atau dataran tinggi untuk budi daya hortikultura atau tanaman semusim lainnya, boleh jadi secara ekonomis menguntungkan. Akan tetapi, secara ekologis akan merusak, karena terjadinya pencucian hara, erosi tanah berat, bencana banjir, dan sebagainya.

3.2Kondisi FisiografisPengamatan dilakukan di Desa Torongrejo, Kecamatan Rongrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, Negara Indonesia, dengan koordinat -7.906789o LU dan 112.578787o LS. Lahan terletak di lereng bukit sehingga dibuatlah terasering untuk menghindari terjadinya longsor. Lahan berdasarkan kegunaanya dibagi menjadi 2, yaitu lahan tadah hujan dan lahan tegalan (untuk tanaman budidaya). Lahan tadah hujan berfungsi untuk menyimpang air dan menyuplai air bagi tanaman budidaya di lahan tegalan serta mencegah terjadinya longsor, sedangkan lahan tegalan befungsi untuktumbuhnya tanaman budidaya agar menghasilkan produksi yang bernilai ekonomis.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Deskripsi4.1.1 Fisiografis1. Kelerengan1. Mikro : Dalam 1 terasering. 0 derajat,karena datar1. Makro : Ujung lahan terasering sampai ujung bawah lahan terasering. 7 derajat1. Kanan : 14% Kiri : 7 derajat

1. Arah LerengHasil : 120o dari utara / tenggara

1. Penggunaan Lahan (Land Use)Sebagai agroforestry (serapan air ) yang ditanami tanaman sengon.

1. Land CoverTanaman: Mahoni, Sengon, Bambu, Kopi, Waru, Nangka, Semak, Mindi

Deskripsi Hasil Pengamatan1. KelerenganKelerengan lahan terbagi menjadi dua yaitu makro dan mikro. Berdasarkan hasil fieldtrip, lereng mikro dalam 1 terasing 0. Kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE lereng makro pada lahan tersebut datar atau berkisar hampir datar. Sedangkan lereng makro, kemiringan lerengnya adalah 7 derajat. Berdasarkan tabel pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE lereng makro pada lahan tersebut termasuk kemiringan yang agak curam.

Tabel Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLEKemiringan lereng ()Kemiringanlereng (%)KeteranganKlasifikasiUSSSM* (%)KlasifikasiUSLE* (%)

< 10 2Datar hampir datar0 - 21 - 2

1 - 33 7Sangat landai2 - 62 - 7

3 - 68 13Landai6 - 137 - 12

6 - 914 20Agak curam13 - 2512 - 18

9 - 2521 55Curam25 - 5518 - 24

25 - 2656 140Sangat curam> 55> 24

> 65> 140Terjal

*USSSM = United Stated Soil System Management(Agung Agustian, 2009)

1. Arah LerengDari hasil pengamatan arah lereng yang didapatkan adalah 120 derajat dari Utara atau dapat dikatakan arah lereng tersebut adalah Tenggara. Arah lereng tersebut ditentukan dengan cara menggunakan alat bantu berupa kompas.

1. Penggunaan Lahan (Land Use)Dari hasil pengamatan lahan di desa Junrejo, kecamatan Dau lahan berfungsi sebagai agroforestry. Agroforestry merupakan suatu sistem pola budidaya atau pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan dan pening katan produktivitas lahan.. Agroforestry diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah ketersediaan pangan. (AU Husna, 2014)Pada penggunaan lahan di desa tersebut dapat dikatakan agrosforestry salah satu ciri dapat dilihat dengan kasat mata adalah terdapatnya tanaman tahunan dan musiman. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lundgren dan Raintree (1982) dalam Hairiah dkk (2003) dalam FE Barus (2011) ciri penting agroforestry adalah:1. Agroforestry biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan). Paling tidak satu di antaranya tumbuhan berkayu.1. Siklus sistem agroforestry selalu lebih dari satu tahun.1. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu.1. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan.1. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat.(FE Barus, 2011)

Lahan tersebut digunakan untuk serapan air dan naungan tanaman di sekitarnya. Dalam hal ini agroforestri memiliki peran terhadap fungsi hidrologi kawasan diamana agroforestri memiliki beberapa persamaan dengan hutan alam khususnya yang berkaitan dengan susunan vegetasi, pengaruh terhadap kondisi tanah dan kondisi bentang lahan. Susunan vegetasiAspek terpenting dalam komponen vegetasi adalah susunan tajuk dari sistem agroforestri yang berlapis-lapis, jenis pohon dan tanaman bawah. Komposisi vegetasi ini terkait dengan peran dan fungsi terhadap evaporasi dan transpirasi, intersepsi hujan, dan iklim mikro. Dalam hal ini beberapa sistem agroforestri memiliki kemiripan dengan hutan. Kondisi tanahAspek terpenting dalam komponen tanah adalah sifat fisik lapisan atas,kemampuan sistem agroforestri untuk mempertahankan kehidupan dan kegiatan makro-fauna, menjaga kemantapan dan kontinyuitas ruangan pori serta mendorong daya hantar air atau laju infiltrasi yang tinggi (lihat bab 2.1.) Bentang lahanAspek terpenting dalam kaitan dengan bentang lahan adalah menjaga kekasaran permukaan (relief semi-makro) sehingga dalam kawasan masih dipertahankan adanya cekungan dan saluran yang dapat menahan air sementara. Adanya cekungan-cekungan alami memberi manfaat ganda: Meningkatkan kapasitas menahan air sementara di permukaan tanah (surface storage), sehingga air ini tidak segera hilang mengalir di permukaan tetapi secara berangsur akan masuk ke dalam tanah walaupun hujan sudah berhenti. Menyaring sedimen yang terangkut dalam limpasan permukaan dengan jalan mengendapkannya pada saat air menggenang (sebagai filter). Pemahaman terhadap siklus hidrologi suatu kawasan dan fungsi serta peran setiap komponen hutan maupun agroforestri mengarahkan kita kepada pengetahuan yang benar akan fungsi hiduologi hutan dan agroforestri.

(Widianto,dkk, 2003)

1. Land CoverMenurut Barret dan Curtis pada (Sanjaya, 2006) dalam Egikharism.(2012), Land Cover (Tutupan Lahan) adalah kenampakan alamiah bumi seperti vegetasi , salju, hutan dan sebagainya. Pada lahan di desa tersebut terdapat vegetasi dan hutan yang bersatu padu. Vegetasi yang terdapat pada lahan tersebut yaitu tanaman Mahoni, Sengon, Bambu, Kopi, Waru, Nangka, Semak, Mindi.

4.1.2 Morfologi TanahPenampangSimbol dan Kedalaman Horison (Genetik)Deskripsi

Horison A(0-24 cm)

7,5 YR 2,5/3Lempung berliat, Gumpal bersudut ukuran struktur10-20mm. Tingkat struktur sedang, konsistensi lembab :agak gembur, kosnsitensi basah : agak lekat-agak plastis. Batas : baur-rata

Horison B(24-38 cm)

7,5 YR 2,5/2Lempung berliat, gumpal bersudut, ukuran sedang (10-20mm). Tingkat konsistensi lembab : agak teguh, konsistensi basah : agak liat-agak plastis. Batas : baur-rata

Horison C(38-56 cm)

7,5 YR 2,5/2Lempung berliat, gumpal bersudut, ukuran struktur 10-20 mm, tingkat struktur sedang. Konsistensi lembab : agak teguh, konsistensi basah : lengket-plastis. Batas : baur/rata

Horison D(56-80 cm)7,5 YR 2,5/3Lempung berliat, gumpal bersudut, ukuran struktur 10-20mm, tingkat struktur sedang, konsistensi lembab : teguh, konsistensi basah : agak lekat-agak plastis. Batas : baur-rata

0. Tabel pengamatan morfologi

Horison AKetinggian:0-24cmWarna:7,5YR 2,5/3Struktur: Gumpal bersudutTekstur : Lempung berliatKonsistensi: Lembab: agak gembur Basah :agak lekat, dan agak plastis Horison BKetinggian: 24-38 cmWarna: 7,5YR 2,5/2Struktur: Gumpal bersudutTekstur: Lempung berliatKonsistensi: Lembab : agak teguh Basah : agak lekat, agak plastisHorison CKetinggian: 38-56 cmWarna: 7,5YR 2,5/2Struktur: Gumpal bersudutTekstur:Lempung berliatKonsistensi: Lembab : agak teguh Basah : lengket dan plastisHorison DKetinggian: 56-80 cmWarna : 7,5YR 2,5/3Struktur: Gumpalan bersudutTekstur : Lempung berliatKonsistensi: Lembab : teguh Basah : agak lekat, agak plastis

Deskripsi Hasil PengamatanSetiap vertikal tanah berdiferensiasi membentuk horison yang berbeda - beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan warnanya; maupun karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya sebagai konsekuensi bekerjanya faktor - faktor lingkungan terhadap bahan induk asalnya, bahan - bahan eksternal; berupa bahan - bahan organik sisa biota tanah yang hidup diatasnya dan mineral non bahan induk (Hanafiah, 2005). Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada lahan agroforestry di desa Junrejo, singkapan yang diamati menghasilkan 4 horison tanah, yang didapatkan dari pembedaan bunyi ketukan yang dihasilkan dengan menggunakan pisau lapang. Tanah yang memiliki bunyi ketukan yang berbeda, ditandai dengan cara membuat garis pembatas horison tanah. Pada keempat horison tersebut memiliki jenis struktur dan tekstur tanah yang sama. Jenis struktur yang dimiliki ialah gumpal bersudut dan tipe tekstur yang dimiliki ialah lempung berliat. Namun, dalam hal warna dan konsistensi, masing-masing horison berbeda. Warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah. Adanya perbedaan warna tanah tiap horison, dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik di dalamnya. Semakin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah semakin gelap. Di lapisan bawh kandungan bahan organiknya rendah. Warnah tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah (Hardjowigeno, 1992). Sedangkan konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisisen dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan (Darmawijaya, Isa, 1987). Semakin baik konsistensi tanah, maka tanah akan semakin mudah diolah. Konsistensi tanah semakin baik, apabila komposisi/proporsi fraksi tanah dominan yang terkandung didalamnya berupa liat (Ursulin SS, 2014).Dari hasil pengamatan, horison A yang berada pada ketinggian 0-24 cm, memiliki warna 7,5 YR 2,5/3; memiliki konsistensi agak gembur (pada kondisi lembab), dan agak lekat, dan agak plastis (pada kondisi basah). Pada horison B (ketinggian 24-38 cm), memiliki warna 7,5 YR 2,5/2; memilki konsistensi agak teguh (pada kondisi lembab) dan agak plastis dan agak liat (pada kondisi basah). Horison C pada ketinggian 38-56 cm memiliki warna 7,5YR 2,5/2; dan memiliki konsistensi lengket dan plastis (pada kondisi basah), dan agak teguh (pada kondisi lembab). Sedangkan pada horison D pada ketinggian 56-80 cm memilki warna 7,5 YR 2,5/3 dan memiliki konsistensi teguh (pada kondisi lembab) dan agak lekat dan agak plastis (pada kondisi basah)

4.2 Hasil Pengamatan Sifat Fisik,Biologi,Dan Kimia Tanah (Pada Semua Titik)4.2.1 Pengukuran Tingkat Erosi Dan Sifat FisikPada titik pertama erosi yang terjadi ialah erosi percik dengan tingkat erosi rendah, hal ini dipengaruhi oleh tekstur tanah, bentuk dan kemantapan struktur tanah, daya infiltrasi atau permeabilitas tanah. Pada titik pertama memiliki tekstur tanah liat berlempung, tekstur ini tahan terhadap erosi karena partikelnya halus, yang menyebabkan daya kohesi yang kuat. Titik pertama juga memiliki struktur tanah gumpal bersudut dan konsistensi agak lengket pada keadaan lembab dan gembur dalam keadaan ini menyebabkan porositas tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam tanah, dan aliran permukaan menjadi kesil sehingga erosi juga kecil. Hal terakhir yang mempengaruhi erosi pada tanah ialah permeabilitas tanah, pada titik pertama memiliki permeabilitas cepat dan drainase baik, sehingga air mudah meresap dalam tanah, erosi yang terjadi juga kecil.

Pada titik kedua memiliki jenis erosi percik dan alur dengan tingkat erosi rendah, hal ini disebabkan karena pada titik kedua memiliki tekstur tanah liat , tekstur liat memiliki daya kohesi yang tinggi sehingga menyebabkan tingkat erosi yang rendah, pada titik kedua juga memiliki struktur tanah gumpal bersudut, sehingga porositas tinggi dan air lebih mudah meresap, pada titik ketiga memiliki permeabilitas lambat, drainase lambat, dan kepadatan tinggi. Kepadatan tinggi menyebabkan ruang pori dalam tanah kecil, sehinnga tanah lambat menyerap air.

Pada titik ketiga memiliki jenis erosi alur. Pada titik ketiga memiliki tekstur liat berdebu sehingga daya kohesi antar partikel tinggi dan sulit terjadi erosi. Pada titik ketiga memiliki struktur gumpal bersudut. Gumpal bersudut porositasnya tinggi sehingga air mudah terserap. Daya infiltrasi dan permeabilitas. Permeabilitas pada titik ke tiga cepat. Sehingga air mudah terserap sehingga erosi mudah terjadi.

Menurut Utoyo (2007), secara umum dilihat dari tahapan kerusakan tanah yang terkikis, erosi air terdiri atas empat tingkatan, yaitu sebagai berikut:1. Erosi Percik (Splash Erosion)Erosi percik merupakan bentuk pengikisan tanah oleh percikan air hujan. Pada saat titik air hujan memercik ke permukaan tanah, butiran-butiran air akan menumbuk kemudian mengikis partikel tanah serta memindahkannya ke tempat lain di sekitarnya.1. Erosi Lembar (Sheet Erosion)Erosi lembar merupakan tahapan kedua dari erosi air. Pada tahapan ini, lapisan tanah paling atas (top soil) yang kaya akan bahan humus penyubur tanah hilang terkikis sehingga tingkat kesuburan dan produktivitasnya mengalami penurunan. Ciri-ciri tanah yang telah mengalami erosi lembar antara lain: Air yang mengalir di permukaan berwarna keruh (kecoklatan) karena banyak mengandung partikel tanah; Warna tanah terlihat pucat karena kadar humus (bahan organic) rendah; Tingkat kesuburan tanah sangat rendah.a) Erosi Alur (Rill Erosion)Jika proses erosi lembar terus berlangsung maka pada permukaan tanah akan terbentuk alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng. Alur-alur erosi ini merupakan tempat air mengalir dan mengikis tanah.b) Erosi Parit (Gully Erosion)c) Pada tahap ini alur-alur erosi berkembang menjadi parit-parit atau lembah yang dalam berbentuk huruf U atau V. Erosi parit banyak terjadi di wilayah yang memiliki kemiringan tinggi dengan tingkat penutupan vegetasi (tetumbuhan) sangat sedikit. Untuk mengembalikan kesuburan tanah kritis yang telah mengalami erosi parit diperlukan biaya yang sangat mahal.

4.2.2 Pengukuran Biodiversitas

NOPengamatanJumlah

Frame 1Frame 2

1Vegetasi :

RerumputanBanyakSedang

2Seresah :SedangSedang

3Makro Organisme :

SemutSedikitSedikit

RayapSedikitSedikit

4Kascing--

1. Ttabettabel pengamatan biodiversitas sub titik 2

Titik 1Pada titik pertama terdapat banyak seresah disekitar singkapan. Diantaranya dedaunan kering dan ranting. Titik 2Terdapat 2 frame: Frame pertamaBiodiversitas bagian atas:Seresah daun-daun kering yang berjatuhan dan ranting-ranting. Seresah yang terdapat pada frame pertama tidak terlalu banyak (sedang) hanya terdapat daun-daun kering dan ranting-ranting.

Biodiversitas bagian bawahMakro organisme rayapPada frame pertama, hanya ditemukan makroorganisme rayap yang jumlahnya sangat sedikit. Berjumlah sangat sedkit kemungkinan tertutup oleh seresah yang terdapat dalam frame.Mikro organisme tidak ada Frame keduaBiodiversitas bagian atas:Seresah banyak seresahDitemukan banyak seresah pada frame kedua dan sama seperti frame pertama hanya terdapat daun-daun kering dan ranting.Biodiversitas bagian bawah:Makro organisme semut dan rayapPada frame kedua juga ditemukan sedikit makro organisme, dikarenakan tertutup oleh seresah.Mikro organisme tidak diambil sample

NOPengamatanJumlah

Frame 1Frame 2

1Vegetasi :

SeledriBanyakBanyak

Tanaman XSedikitSedikit

2Seresah :BanyakBanyak

3Makro Organisme :

Cacing

Semut Sedikit

Laba-laba kecil Sedikit

Keong Sedikit

Kelabang Sedikit

4Kascing

3.Tabel pengamatan biodiversitas sub titik 3 Titik 3Biodiversitas bagian atas:Seresah terdapat banyak seresah baik di frame pertama maupun frame kedua. Seresah terdiri jerami yang sengaja diletakkan dibawah tanaman budidaya utama dengan tujuan untuk dijadikan kompos serta rumah para musuh alamiBiodiversitas bagian bawah:Makro Organisme terdapat banyak makroorganisme pada titik ketiga. Diantaranya: Cacing,Semut,Laba-laba kecil,kelabang,keong. Mikro organisme tidak diambil sampel

NOPengamatanJumlah

Frame 1Frame 2

1Vegetasi :

JagungBanyakBanyak

2Seresah :SedikitSedikit

3Makro Organisme :--

4Kascing--

4.Tabel Pengamatan Biodiversitas Sub titik 4

Titik 4Biodiversitas atas:Seresah sedikit Pada titk ke 4 di temukan sedikit seresah karena komoditas utama nya tanaman jagung. Biodiversitas bagian bawah:Makro organisme pada titik ini hanya di temukan semut dan laba-labaMikro organisme pada titik ini di lakukan pengambilan sampel tanah untuk menentukan atau mengetahui banyak nya mikroorganisme yaitu mikorizaPendeskripsian :Pengamatan dilakukan di desa Torongrejo, titik pertama merupakan agroforestry yang mana merupakan perpaduan anatara tanaman musiman dan tanaman tahunan dengan menggunakan system tumpangsari. Titik pertama banyak terdapat tanaman penaung seperti pohon mahoni dan sengon kemudian tanaman musiman yang terdapat pada titik tersebut yaitu kopi, maka terdapat banyak seresah pada titik pertama. Dikarenakan pada titik pertama hanya mengamati pedologi yang dibagi menjadi 2 yaitu morfologi dan fisiologi yang merupakan pengamatan pada sifat-sifat fisik tanah dan kenampakan sehingga tidak mengamati biodiversitasnya. Pada titik kedua terbagi menjadi 2 frame dimana pada frame pertama dan frame kedua tidak terlalu banyak (sedang) seresahnya karena merupakan lahan tadah hujan yang hanya di tanami pohon sengon dan biodiversitas pada frame pertama dan frame kedua berjumlah sangat sedikit yaitu rayap,yang hanya terdapat pada frame pertama dan kedua sedangkan semut yang hanya terdapat pada frame kedua saja. Jumlah nya hanya sedikit karena kemungkinan tertutup oleh seresah. Lalu pada titik ketiga merupakan lahan yang merupakan system pertanian monokultur, sehingga terdapat banyak seresah yang mana seresah tersebut merupakan seresah yang sengaja diletakan disekitar tanaman yang berguna sebagai pupuk kompos. Lingkungannya mendukung untuk perkembangan jamur dan bakteri sebagai makanan makroorganisme, maka terdapat banyak makroorganisme seperti cacing, semut, laba-laba kecil dan keong. Kemudian pada titik pengamatan keeempat yaitu lahan jagung yang merupakan system monokultur, sehingga hanya terdapat sedikit seresah. Biodiversitas yang ditemukan pada titik ini juga sangat sedikit yaitu semut dan laba-laba dikarenakan hanya sedikit seresahnya, seresah tersebut digunakan sebagai tempat tinggal para makro organisme yang secara langsung juga mempengaruhi jumlah makro organisme yang terdapat di lingkungan tersebut dan pada titik ini diambil sampel tanah untuk diteliti apakah tanah tersebut mengandung mikoriza atau tidak.

4.2.3 Pengukuran pH Dan Defiensi HaraNOSub TitikPenggunaan LahanpH

12Lahan tadah hujan tanaman sengon4,91

2 3Tanaman Seledri6,7

34Tanaman Jagung5,76

5 Tabel pengukuran pHa. Pengukuran pH Pengukuran pH dilakukan hanya pada perwakilan titik yaitu pada titik 2 yang merupakan lahan tadah hujan, dimana setelah diukur dengan menggunakan pH meter, pH pada titik dua yaitu 4,91

NOTanamanGejalaKekurangan/Kelebihan Unsur Hara

Sub Titik 1

1GulmaWarna kuning sepertu huruf v terbalik (^)kekurangan unsur K

2GulmaWarna kuning seperti huruf v pada daunkekurangan unsur N

Sub Titik 2

1Tanaman Seledri Warna kuning sepertu huruf v terbalik (^)Kekurangan unsur N

2Tanaman Seledri Warna kuning seperti huruf v pada daunKekurangan unsur K

Sub Titik 3

1Tanaman kacang polong Warna kuning seperti huruf v pada daunKekurangan unsur K

6 Tabel Pengamatan Difisiensi Unsur Hara

0. Difisiensi HaraPada pengamatan difisiensi unsur hara lahan tadah hujan tanaman sengon khususnya pada titik 2 ditemukan tanaman yang mengalami difisiensi unsur hara dimana tanaman tesebut adalah tanaman Gulma, tanaman tesebut mengalami kekurangan unsur K, yang mengakibatkan tanaman menguning secara menyeluruh pada seluruh tanaman dan berbentuk huruf V terbalik. (^)Selain itu ditemukan pula tanaman Gulma, tanaman terbsebut kekurangan unsur N, yang mengakibatkan tanaman Gulma berwarna kuning dan berbentuk huruf V pada ujung daunnya.Selain pada lahan tadah hujan pada lahan tegalan yang merupakan lahan yang digunakan untuk tanaman budidaya ditemukan pula pada titik 3 yang merupakan tanaman seleldri, pada tanaman seledri tersebut mengalami Tanaman kekurangan N, dimana mengakibatkan tanaman seledri tesebut menguning pada bagian daun dan berbentuk seperti V. selain itu ditemukan pula tanaman seledri mengalami kekukaran unsur K dimana mengakibatkan tanaman seledri menguning dan berbentuk seperti huruf V terbalik (^)Selain titik 3, pada titik 4 yang merupakan tanaman jagung, tidak ditemukan difisisiensi unsur hara pada tanaman jagung tersebut tetapi pada tanaman kacang polong ditemukan tanaman tersebut kekurangan unsur K dimana mengakibatkan tanaman kacang polong tersebut menguning dan berbentuk seperti huruf V terbalik (^)

4.3 Perbandingan Kondisi Biofisik Lahan Terhadap Sifat Fisika Tanah (Tingkat Erosi),Kimia Tanah (Kesuburan),Dan Biologi Tanah (Biodiversitas) Pada Lahan Tadah Hujan Dan Lahan MusimanKondisi Biofisik Pada Lahan Tadah HujanLahan tadah hujan berfungsi sebagai tempat serapan air dan sebagai naungan bagi tanaman yang ada dibawahnya. Dari hasil praktikum yang dilakukan di desa torongrejo pada hari minggu tanggal 30 november dapat diketahui sifat biologi,fisika,kimia tanah dari tadah hujan Biologi TanahPada sifat biologi tanah,dapat dilihat bahwa lahan tadah hujan memiliki vegetasi gulma yang mendominasi daerah tersebut dibandingkan dengan rerumputan. Selain rerumputan,pada permukaan lahan tadah hujan dijumpai seresah yang sedang. Selain itu, berdasarkan mikroorganisme yang ditemukan didalam frame terdapat semut dan rayap yang jumlahnya sedikit. Dan juga pengamatan kascing pada titik lahan tersebut sulit ditemukan karena tertutup oleh seresah Kimia TanahPada tanaman yang berada di lahan tadah hujan ditemukan dua tanaman yang disimpulkan menderita kekurangan unsur hara. Pada tanaman pertama adalah tanaman Y. karena tanaman Y belum teridentifikasi namun dilihat dari morfologinya tanaman Y terserang kekurangan unsur hara N,akibatnya terlihat warna kuning seperti v pada ujung daunnya dan tersebar secara merata pada tumbuhan tersebut. Yang kedua adalah tanaman X,karena belum teridentifikasi namun dilihat dari morfologinya dapat disimpulkan bahwa tanaman tersebut kekurangan unsur hara K. dilihat dari warna kuning berbentuk v terbalik pada ujung daun dan tersebar secara merata pada tumbuhan tersebut. Fisika TanahFisika Tanah dilihat dari fisik pada tanah lahan tadah hujan tersebut. Berdasarkan pengamatan pada lahan tadah hujan dapat dilihat bahwa lahan tersebut memiiliki tingkat erosi rendah,yaitu erosi percikan. Berdasarkan struktur tanah pada lahan tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur tanah tersebut memiliki struktur gumpal bersudut dan memiliki tekstur liat berlempung berdasarkan method feeling. Lalu untuk konsistensi yang diuji pada lahan tersebut,pada konsistensi basah diketahui memiliki sifat agak lengket dan pada konsistensi lembab bersifat gembur. Permeabilitas pada lahan tersebut cepat dan drainase lahan tersebut juga baik maka pemadatan tanah tersebut dapat dilihat rendah. Kondisi Biofisik Pada Lahan Musiman ( Lahan Seledri )Lahan musiman berfungsi untuk membudidayakan berbagai jenis tanaman musiman seperti pada padi, seledri, jagung, kentang pada periode tertentu.Dari hasil praktikum telah di ketahui bahwa sifat fisika, kimia, dan biologi pada lahan musiman adalah: Biologi TanahPada sifat biologi dari hasil observasi telah ditemukan beberapa jenis tanaman vegetasi pada sekitar frame 1 dan 2 seperti tanaman seledri dan tanaman yang belum teridentifikasi yang diberi nama gulma. Adapun makroorganisme yang hidup pada ladang musiman tersebut adalah cacing yang ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak di luar frame. Sedangkan binatang yang di temukan di dalam frame 2 terdapat semut, keong, laba-laba kecil, dan kelabang dalam jumlah sedikit. Selain itu pada sekitar lahan musiman tidak ditemukan kascing Kimia TanahPada lahan musiman dilihat dari aspek kimia terdapat beberapa spesies seledri yang kekurangan unsur hara N dan K. Hal ini ditandai dengan ditemukannya daun yang terdapat garis kuning berbentuk V. ini menandakan bahwa seledri tersebut kekurangan unsur N. sedangkan beberapa seledri lainnya terdapat garis kuning yang berbentuk V terbalik, hal ini menandakan bahwa seledri tersebut kekurangan Unsur K. Fisika TanahPada lahan musiman jika diamati dari sifat fisika tanah, struktur tanah pada lahan tersebut berbentuk gumpal bersudut, teksturnya liat berdebu, karena tekstur tanah tersebut ketika diuji feelingmethod bersifat lengket dan sedikit teguh. Sedangkan konsistensi nya bersifat lembab dan basah. Sedangkan pada permeabilitas tanah serta drainase tanah tersebut lambat dan juga pemadatan tanah tersebut tinggi. Hal ini disebabkan karena pada lahan musiman ditumbuhi oleh vegetasi musiman sehingga porositas yang terbentuk di dalam tanah kecil yang mengakibatkan tingkat pemadatan tanah tinggi.Kondisi Biofisik Pada Lahan Musiman (Lahan Jagung ) Biologi TanahPada lahan musiman jagung dari hasil penelitian telah ditemukan varietas jagung pada frame 1 dan 2 dalam jumlah yang banyak. Disamping itu di dalam frame 1 dan 2 terdapat seresah dalam jumlah sedikit. Makroorganisme yang hidup di sekitar lahan tersebut tidak ditemukan. Dan juga tidak ditemukan kascing pada permukaan lahan tersebut. Kimia TanahPada tanaman yang ditemukan di sekitar lahan musiman, hampir semua varietas jagung dalam keadaan sehat ( tidak kekurangan unsur hara apapun ) sedangkan pada tanaman polong polongan yang tumbuh di sekitar lahan jagung tersebut terdapat beberapa spesies yang kekurangan unsur K. Hal ini ditandai dengan adanya garis kuning yang berbentuk V terbalik. Fisika TanahDilihat dari aspek fisika nya tanah pada lahan jagung memiliki tingkat erosi alur yang disebabkan oleh runoff. Runoff disini maksudnya adalah titik awal dari jatuhnya air ke permukaan tanah dan pergerakan air atau permeabilitas. Lahan jagung memiliki struktur gumpal bersudut dan memiliki tekstur liat berdebu. Untuk tingkat konsistensi lembabnya bersifat gembur dan konsistensi basah nya yaitu agak plastis. Karena permeabilitas cepat dan drainase baik maka pemadatan tanahnya rendah. 4.4 Perbandingan Kondisi Biofisik Lahan Terhadap Sifat Fisika Tanah (Tingkat Erosi), Kimia Tanah (Kesuburan),Dan Biologi Tanah (Biodiversitas) Pada Lahan Komoditas Pangan Dan Non PanganErosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh angin, air atau es. Erosi dapat terjadi karena sebab alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat dikendalikan manusia dan faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia. Faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia adalah tanaman sedangkan iklim dan topografi secara langsung tidak dapat dikendalikan oleh manusia dan untuk tanah dapat dikendalikan secara tidak langsung dengan pengolahan tertentu (Hakim dkk., 1986) dalam Hermanto (2012)Lahan non pangan lebih berpotensi terjadinya erosi dibandingkan dengan lahan pangan. Hal ini dkarenakan adanya perbedaan topografi. Dimana topografi diartikan sebagai tinggi rendahnya permukaan bumi yang menyebabkan terjadi perbedaan lereng. Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Erosi akan meningkat dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan tinggi, tetapi erosi akan menurun dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan yang rendah.Selain itu pada lahan non pangan sedikit terjadi pengolahan tanah. Pengolahan tanah dapat menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan benih dan mungkin diperlukan untuk memerangi OPT yang menyerang tanaman atau untuk mengendalikan erosi. Didasarkan pada vegetasi, pada lahan non pangan terdapat tanaman yang tiggi lebih banyak dibandingkan dengan lahan pangan. Tanaman yang tinggi biasanya menyebabkan erosi yang lebih besar dibandingkan tanaman yang rendah, karena air yang tertahan oleh tanaman masih dapat merusak tanah pada saat jatuh di permukaan tanah

BAB V PENUTUP5.1 KesimpulanErosi yang terdapat pada titik pertama adalah jenis erosi percik dengan tingakt erosi rendah, hal ini dipengaruhi oleh tekstur tanah, bentuk dan kemantapan struktur tanah, daya infiltrasi atau permeabilitas tanah. Pada titik kedua merupakan lahan tadah hujan dengan tanaman komoditas sengon, memiliki jenis erosi percik dan alur dengan tingkat erosi rendah, hal ini di karena pada titik kedua memiliki tekstur tanah liat berdebu, tekstur liat memiliki daya kohesi yang tinggi sehingga menyebabkan tingkat erosi yang rendah. Pada titik ketiga memiliki jenis erosi alur. Pada titik ketiga memiliki tekstur liat berdebu sehingga daya kohesi antar partikel tinggi dan sulit terjadi erosi. Pada titik ini tanaman komoditas adalah tanaman seledri, dengan keadaan tanah yang sulit meresapkan air.Pada pengamatan biodiversitas pada lokasi pengamatan pada titik pertama terdapat banyak seresah karena merupakan lahan agroforestry dan untuk titik dua terdapat banyak karena merupakan lahan tadah hujan dengan komoditas tanaman sengon makro organisme yang terdapat pada titik ini sedikit karena tetutup seresah. Pada pengamatan dititik tiga yaitu komoditas tanaman seledri. Pada titik ini terdapat banyak seresah. Seresah yang terdapat ditempat tersebut adalah jerami yang disengaja diletakkan dibawah tanaman seledri yang bertujuan sebagai kompos tanah dan habitat musuh alami. Lalu pada makroorganisme di titik lahan seledri memiliki populasi yang banyak contohnya cacing,kelabang,laba-laba,semut. Pada pengamatan di titik keempat yaitu komoditas tanaman jagung. Pada titik ini terdapat sedikit seresah. Karena sedikitnya seresah mengakibatkan makroorganisme yang terdapat di lahan tersebut juga sedikitUntuk pengamatan kimia dilakukan pada titik 2,3,4 dan di setiap titik terdapat tanaman yang kekurangan unsur hara (N dan K). pada pH tanah dilakukan pada titik 2,3,4. Pada titik 2,3,4. Pada titik 2 pH tanahnya adalah 4,91 dan pada titik 3 pH nya adalah 6,7 sementara di titik 3 pH tanahnya adalah 5,76.5.2 SaranField trip sudah berjalan dengan lancar sehingga praktikkan memahami materi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Agung.2009. Analisis morfometri daerah pemetaan pendahuluan.Diunduh pada tanggal 3 Desember 2014)AU Husna.2014.Agroforestry.USUEgikharism.2012.Karakteristik pola perubahan land use dan land cover.ITBFE Barus.2011.Agroforestry.USUUtoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT. SetiaPurna Inves.Widianto,dkk.2003.Fungsi dan peran agroforesti.Bogor.WorLD Agro Forestry Center (ICRAF)

LAMPIRAN (DOKUMENTASI ALAT BESERTA PENGAMATAN PADA SETIAP TITIK)1.3.1.1 Titik 1 ( Agroforesty ) Morfologi

Fisiografis

TITIK 2 ( Tadah Hujan Pohon Sengon )

Sifat Fisika

Sifat Biologi

Sifat Kimia

TITIK 3 ( Tanaman Seledri )

SifatFisik

Sifat Biologi

Sifat Kimia

TITIK 4 ( Tanaman Jagung )

Sifat Fisika

Sifat Biologi

Sifat Kimia

Laporan FieldtripLPage 18