BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR.docx

8
BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR Nur sutan iskandar lahir di Sungaibatang,Maninjau 3 November 1893. Nama kecilnya adalah Muhammad Nur. Sesuai dengan adat isitiadat Minangkabau (asal beliau), sesudah menikah ia diberi gelar sutan Iskandar Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah Melayu, Nur St. Iskandar diangkat menjadi guru. Selama menjalani profesi tersebut, ia belajar secara otodidak dari buku-buku, terutama mengenai Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda. Tulisan-tulisannya pun sering dimuat dalam berbagai surat kabar di padang. Karier di Balai Pustaka diawali dengan bekerja sebagai korektor, kemudian sebagai redaktur dan redaktur kepala. Atas jasa- jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan, Departemen Sosial menganugerahi tanda kehormatan Perintis Kemerdekaan. Penghargaan di bidang kebudayaan juga diperoleh dengan pemberian tanda kehormatan Satyalencana pada tahun 1961. Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai sastrawan terproduktif di angkatannya. Selain mengarang karya asli ia juga menyadur dan menerjemahkan buku-buku karya pengarang asing seperti Alexandre Dumas, H. Rider Haggard dan Arthur Conan Doyle.

Transcript of BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR.docx

Page 1: BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR.docx

BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR

Nur sutan iskandar lahir di Sungaibatang,Maninjau 3 November 1893. Nama kecilnya adalah Muhammad Nur. Sesuai dengan adat isitiadat Minangkabau (asal beliau), sesudah menikah ia diberi gelar sutan Iskandar

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah Melayu, Nur St. Iskandar diangkat menjadi guru. Selama menjalani profesi tersebut, ia belajar secara otodidak dari buku-buku, terutama mengenai Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda. Tulisan-tulisannya pun sering dimuat dalam berbagai surat kabar di padang.

Karier di Balai Pustaka diawali dengan bekerja sebagai korektor, kemudian sebagai redaktur dan redaktur kepala. Atas jasa- jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan, Departemen Sosial menganugerahi tanda kehormatan Perintis Kemerdekaan. Penghargaan di bidang kebudayaan juga diperoleh dengan pemberian tanda kehormatan Satyalencana pada tahun 1961.

Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai sastrawan terproduktif di angkatannya. Selain mengarang karya asli ia juga menyadur dan menerjemahkan buku-buku karya pengarang asing seperti Alexandre Dumas, H. Rider Haggard dan Arthur Conan Doyle.

Page 2: BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR.docx

Tokoh angakatan Balai Pustaka ini(seangakatan dengan Merari Siregar,Marah Rusli, dan Hamka) menghembuskan nafasnya yang terakhir di Jakarta, pada usia 82 tahun, tepatnya pada tanggal 28 November 1975.

KARYA NUR SUTAN ISKANDAR

Sebagai pengarang, Nur Sutan Iskandar tergolong produktif. Selama hidupnya, ia berhasil menulis puluhan buku, baik karya asli, saduran, maupun terjemahan. Berikut ini adalah daftar karya-karyanya yang sudah diterbitkan.

a)   Karya Asli

(1)    Apa Dayaku karena Aku Perempuan (Jakarta: Balai Pustaka, 1923) (2)   Cinta yang Membawa Maut (Jakarta: Balai Pustaka, 1926)(3)   Salah Pilih (Jakarta: Balai Pustaka, 1928)(4)   Abu Nawas (Jakarta: Balai Pustaka, 1929)(5)   Karena Mentua (Jakarta: Balai Pustaka, 1932)(6)   Tuba Dibalas dengan Susu (Jakarta: Balai Pustaka, 1933)(7)   Dewi Rimba (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)(8)   Hulubalang Raja (Jakarta: Balai Pustaka, 1934)(9)   Katak Hendak Jadi Lembu (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)(10) Neraka Dunia (Jakarta: Balai Pustaka, 1937)(11) Cinta dan Kewajiban (Jakarta: Balai Pustaka, 1941)(12) Jangir Bali (Jakarta: Balai Pustaka, 1942)(13) Cinta Tanah Air (Jakarta: Balai Pustaka, 1944)

Page 3: BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR.docx

(14) Cobaan (Turun ke Desa) (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)(15) Mutiara (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)(16) Pengalaman Masa Kecil (Jakarta: Balai Pustaka, 1949)(17) Ujian Masa (Jakarta: JB Wolters, 1952, cetakan ulang)(18) Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas II(Jakarta: JB Wolters, 1952)(19) Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas III (Jakarta: JB Wolters, 1952)(20) Peribahasa (Karya bersama dengan K. Sutan Pamuncak dan Aman Datuk Majoindo. Jakarta: JB Wolters, 1946)(21) Sesalanm Kawin (t.t.)

b)   Karya Saduran

(1)  Si Bakhil (Moliere. Jakarta: JB Wolters, 1926)(2) Pelik-pelik Pendidikan I--IV (Jan Ligthrta. Jakarta: JBWolters, 1952).

c. Karya Terjemahan

(1) Tiga Orang Panglima Perang (Alexander Dumas: Balal Pustaka, 1922)(2) Dua Puluh Tahun Kemudian (Alexander Dumas. Jakarta: Balai Pustaka, 1925)(3) Graaf de Monte Cristo I--IV (Alexander Dumas. Jakarta: Balai Pustaka, 1925)(4) Belut Kena Ranjau I--Il (Banonesse Orczy. Jakarta: JB Wolters, 1951)(5) Anjing Setan (A. Conan Doyle. Jakarta: Balai Pustaka, 1928)(6) Anak Perawan di Jalan Sunyi (A. Conan Doyle. Jakarta: Balai Pustaka, 1928)(7) Gudang Intan Nabi Sulaeman (H. Rider Haggard. Jakarta: Balai Pustaka, 1929)(8) Kasih Beramuk dalam Hati (Beatrice Harraden. Jakarta: Balai Pustaka, 1931)(9) Memperebutkan Pusaka Lama (Edouard Kijzer. Jakarta: Balai Pustaka 1932) V(10) Iman dan Pengasihan I--IV (H. Sienkiewicz. Jakarta: Balai Pustaka, 1933)(11) Permainan Kasti (F.H.A. Claesen. Jakarta: Balai Pustaka, 1940)(12) Perjalanan Ahmad ke Eropa (N.K. Bieger. Jakarta: Balai Pustaka, 1940)(13) Sayur-Sayuran Negeri Kita (J.J. Ochse. Jakarta: Balai Pustaka, 1942)(14) Pablo (Lidow. Jakarta: Penerbit dan Balai Buku Indonesia, 1948)(15) Asal Binatang (Giane Anguissola. Jakarta: t.p., 1948)16) Si Buyung (S. Franke. Jakarta: t.p., 1949) V17) Bersiap (C. Wilkeshuis. Jakarta: Noorhoffkolff, 1949)(18) Pengajaran di Sweden (Jan Lighthart. Jakarta: JB Wolters,(19) Sepanjang Garis Kehidupan (R. Kasimier. Jakarta: JB Wolters,1951)

Page 4: BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR.docx

(20) Medan Perdagangan (K. Gritter. Jakarta: JB Wolters, 1951)(21) Edison Sripustaka (K. Gritter. Jakarta: Balai   Pustaka, t.t.)(22) Maw Volksalmanak (K. Gritter. Jakarta: Balai Pustaka, t.t.)

CONTOH KARYA NUR SUTAN ISKANDAR

Katak Hendak Menjadi Lembu

Roman karya Nur Sutan Iskandar ini berkisah tentang seorang keturunan bangsawan Sunda yang tidak mau bekerja keras. Ia sangat bangga dengan kebangsawanannya. Roman ini secara sekilas mengangkat persoalan manusiayang melakukan atau mengharapkan sesuatu di luar batas kemampuannya. Roman berlatar daerah Sunda ini berkisah tentang Haji Hasbullah (seorang haji yang sangat kaya) dengan berat hati menerima lamaran Haji

Page 5: BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR.docx

Zakaria (temannya, seorang haji yang sangat kaya juga) yang hendak mengambil Zubaedah sebagai menantunya. Zubaedah hendak dikawinkan dengan Suria, anak haji Zakaria. Haji Hasbullah sebenarnya tidak rela Zubaedah kawin dengan Suria, karena Suria memiliki sifat yang sombong dan suka hura-hura. Namun Haji Hasbullah tidak kuasa menolah keinginan Haji Zakaria karena hubungan baik mereka.

 Apa yang dikhawatirkan Haji Hasbullah benar-benar menjadi kenyataan. Setelah menikah dengan  Zubaedah, anak tunggal dari Haji Hasbullah yang kaya raya, tingkah laku Suria tidak juga berubah. Dulu Haji Hasbullah menerima Suria sebagai menantu lebih karena Haji Zakaria (ayah Suria) adalah sahabatnya sejak kecil. Sehingga perkawinan anak mereka bukan semata-mata karena cinta, tetapi karena permintaan Haji Zakaria. Bagi Zubaidah sendiri, perkawinan itu dilakukannya karena rasa hormat kepada orangtuanya. Tingkah laku Suria benar-benar kelewatan setelah ayahnya, Haji Zakaria meninggal, dan harta warisan jatuh ke tangnnya. Lelaki itu hanya berfoya-foya menghabiskan harta warisan ayahnya. Ia tidak pernah memperhatikan istrinya. Bahkan Suria tega meninggal istrinya yang sedang mengandung. Ia pergi selama tiga tahun sehingga ia tidak tahu ketika Abdulhalim, anaknya lahir. Tiga tahun lamanya Zubaidah menjanda. Semua derita diterimanya dengan sabar dan tawakal Setelah hartanya habis ludes, dengan tak tahu malu Suria datang menyembah-nyembah Haji Hasbullah, minta belas kasihan. Dan dengan mulut manis ia mengaku salah kepada Zubaidah. Demikian Suria kembali ke pangkuan Zubaidah. Namun temyata sifat tinggi hatinya tak juga hilang. Setelah ia menjabat Menteri Kabupaten, penghasilannya tak pernah sampai di rumah. Sekolah Abdulhalim tak dibiayainya. Maka Abdulhalim dibawa kakek neneknya ke Tasik dan disekolahkan di sana. Abdulhalim disekolahkan ke sekolah Belanda. Kemudian ke sekolah Menak di Bandung, dengan biaya kakeknya. Seringkali  Zubaidah  berkirim  surat kepada anaknya. Uang sekolah Saleh dan Aminah, adiknya Abdulhalim belum terbayar, belanja dapur tak berkecukupan, hutang makinmenumpuk di sana-sini. Semua itu karena ulah Suria yang selalu menuruti hawa nafsu. Tak pemah ia memikirkan anak-anaknya. Sering pula penagih hutang datang ke rumah. Namun karena tak ada uang simpanan, maka Zubaidah pura-pura tidur dan merenungi nasib buruknya. Ingin rasanya ia keluar dari neraka itu, pergi bersama anaknya ke rumah orangtuanya. Tetapi tiapkali ia sadar. Bahwa sebagai seorang isteri yang harus bakti kepada suaminya, ia tak boleh meninggalkannya apa pun yang terjadi. Karena sudah tak tahan lagi dan semakin menggunungnya hutang, maka Zubaidah menyerahkan segalanya kepada suaminya. Suria malu, namun sifat sombongnya tak juga berubah. Begitulah jadinya orang yang gila hormat, gila pangkat sedang kebutuhan keluarga terbengkalai. Akhimya

Page 6: BIOGRAFI NUR SUTAN ISKANDAR.docx

ia melakukan perbuatan yang tercela di masyarakat. la menggelapkan uang kas di kantornya, hanya untuk melunasi hutang-hutangnya. Kesalahan itu telah diketahui atasannya. Dan untuk menutupi rasa malu, ia minta berhenti dari pekerjaannya Zubaidah semakin tersiksa hidupnya. Tak pemah ia merasakan suka cita. Segalanya serba pedih perih. Karena malu akan cemoohan orang, ia pun bertekad untuk meninggalkan kota Sumedang. Abdulhalim sendiri kini telah hidup berumah tangga dan bahagia. Ketika ayahnya menulis surat kepadanya, ia pun bersedia menerima seluruh keluarga itu: ayah ibu dan adik-adiknya. Hati Zubaidah semakin teriris lantaran malu pada anaknya meskipun Abdulhalim tak pernah merasakan kasih sayang Bapaknya. Di pihak lain kesombongan Suria tak juga hilang. Meski ia hidup menumpang di rumah anaknya, ia ikut campur tangan dalam masalah keluarga anaknya. Segala yang dirasanya kurang selalu dicela. Ia memerintah layaknya yang punya rumah saja.  Hal  inilah  yang  mengawali  pertengkaran antara Abdulhalim dengan isterinya. Beban hati Zubaidah semakin berat. Ia kasihan keluarga anaknya menjadi berantakan gara-gara kelakuan ayahnya. Karena kesedihan yang berlarut-larut akhimya Zubaidah meninggalkan dunia.  Betapa sedih hati anak-anaknya kehilangan ibu yang berhati mulia itu. Terutama Abdulhalim. Ia tahu, semua ini disebabkan oleh ulah ayahnya, Suria yang tak tahu malu itu. Maka marahlah Abdulhalim. Dan karena malu kepada anak dan mertuanya Suria pun angkat kaki dari rumah anaknya. Segala cita-cita yang diinginkannya:  pangkat, kehormatan, kemewahan, dan kesenangan itu musnah sudah. Itulah akibatnya kalau katak hendak jadi lembu.***