Blok 1.4 Minggu 1
Transcript of Blok 1.4 Minggu 1
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 1.4 PENCERNAAN, METABOLISME, DAN HORMON
SKENARIO 1
KELOMPOK 13 B
Angga Putra Perdana 1210313039
Annisa Damayanti 1210313041
Aprilia Adelina Barus 1210312040
Audry Tildha Pritami 1210312078
Elfon Lindo Pratama 1210312038
Fadhil Naufal Ammar 1210312036
Vani Morina Kasim 1210313040
Vistaria Furkano 1210312090
Diajukan untuk Memenuhi Aktivitas Diskusi Tutorial
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2013
HARI I
I. Terminologi
1. Labiopalatoschisis, adalah kelainan kongenital yang menyebabkan terdapatnya celah
dari bibir atas hingga ke langit-langit mulut (palatum).
2. Sumbing, adalah suatu cacat yang menyebabkan celah pada bibir atas akibat
deformitas pada masa gestasi dalam penyatuan bibir atas pada masa embriologi awal.
3. Esofagus, adalah saluran makanan yang berasal dari faring hingga ke lambung
sepanjang 25 cm dan terletak di belakang trakea.
4. Operasi plastik, adalah rekonstruksi bagian tubuh yang cacat dan bertujuan untuk
memulihkannya kembali, sehingga memperbaiki fungsi dari sistem organ.
II. Identifikasi Masalah
1. Apa penyebab dan faktor-faktor yang menyebabkan bayi Andien menderita bibir
sumbing?
2. Mengapa bayi Andien menderita bibir sumbing walaupun Andien selalu mengontrol
keadaannya secara teratur pada saat hamil?
3. Apa akibat dari bibir sumbing yang dialami oleh bayi Andien?
4. Apa tujuan dari operasi bibir sumbing pada bayi Andien?
5. Mengapa sistem pencernaan bayi Andien harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan tindakan operasi?
6. Mengapa Andien dan bayinya harus dikonsultasikan terlebih dahulu ke ahli bedah
sebelum dilaksanakan tindakan operasi?
7. Apa perbedaan antara saluran dengan alat pencernaan?
8. Apakah ada hubungan antara operasi yang pernah dilakukan Andien saat ia masih
kecil dengan keadaan yang dialami bayinya saat ini?
9. Apa yang menyebabkan Andien mengalami kelainan persarafan pada ususnya saat ia
masih bayi?
10. Bagaimana cara menangani keadaan Andien saat ususnya tersebut mengalami
kelainan?
III. Analisis Masalah
1. Jika dilihat dari sisi embriologi, bibir sumbing disebabkan oleh gagalnya
menyatu beberapa bagian pada masa embriologi yaitu saat trimester pertama
kehamilan. Celah yang terbentuk pada bibir disebabkan oleh gagalnya menyatu
sebagian atau seluruh tonjol maksila (processus maksilaris) dengan tonjol hidung
(processus nasalis) medial pada satu atau kedua sisi. Celah yang terbentuk pada langit-
langit mulut (palatum durum dan palatum mole) disebabkan oleh gagalnya menyatu
lempeng-lempeng palatina.
2. Kelainan bibir sumbing yang diderita bayi Andien dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti bawaan genetik, mutasi gen, kekurangan beberapa zat, infeksi
virus Rubella pada saat kehamilan, paparan radiasi, trauma, stres emosional yang
dialami ibu dan usia ibu saat melahirkan. Dalam penelitian terbaru, terdapat gen IRF6
yang menyebabkan kelainan tersebut. Selain itu, kekurangan zat seng yang terdapat
pada sayur-sayuran, daging, dan air, kekurangan zat besi, dan asam folat juga
berpotensi menyebabkan seorang bayi menderita bibir sumbing.
3. Bayi Andien akan mengalami beberapa gangguan akibat bibir sumbing yang
diderita olehnya. Ia akan mengalami kesulitan dalam menyusui akibat adanya celah
pada bibir atas dan dapat menyebabkan infeksi pada traktus respiratorius akibat tidak
adanya palatum durum dan palatum mole. Ia juga akan berpotensi menderita otitis
media jika air susu masuk ke dalam tuba eustachius. Selain itu, bayi Andien juga akan
mengalami kesulitan dalam berbicara huruf bibir seperti huruf p, m, dan b.
4. Tujuan dari operasi yang akan dilakukan pada bayi Andien adalah untuk
mengembalikan struktur anatomi rongga mulutnya dan memulihkan kembali fungsi
dari sistem pencernaan bayi Andien. Bagian anatomi yang akan diperbaiki kembali
yaitu pada labium superior, tuberculum labialis, palatum durum, dan palatum mole.
Selain itu, lidah akan lebih mudah untuk menelan makanan dan mulut lebih mudah
untuk mengisap saat menyusui jika cavum oris bayi Andien dioperasi.
5. Sebelum tindakan operasi dilaksanakan, saluran dan alat pencernaan bayi
Andien lainnya perlu diperiksa terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut. Contohnya, apabila bayi Andien mengalami atresia esofagus,
maka ia juga akan mengalami kesulitan dalam menyusu. Air susu akan penuh pada
bagian esofagus dan akan memasuki trakea bahkan paru-paru.
6. Sebelum tindakan operasi dilaksanakan, bayi Andien juga harus dikonsultasikan
terlebih dahulu ke ahli bedah. Tujuannya adalah untuk mengetahui hal-hal yang harus
dilakukan dan diperhatikan agar bayi Andien dapat dioperasi. Bayi Andien dapat
dioperasi jika telah memenuhi rule of ten, yaitu usia bayi lebih dari 10 minggu, berat
bayi lebih dari 10 pon, dan kadar hemoglobin lebih dari 10g/dl. Operasi untuk bibir
dapat dilakukan setelah bayi Andien berusia 10 minggu sedangkan operasi pada
bagian palatum dapat dilaksanakan setelah 18 – 20 bulan.
7. Saluran dan alat pencernaan adalah dua hal yang berbeda. Saluran merupakan
tabung yang dikelilingi oleh otot dan memiliki lumen jika dilihat di bawah mikroskop.
Saluran pencernaan manusia dimulai dari rongga mulut, faring, esofagus, lambung,
duodenum, jejunum, ileum, kolon, rektum, hingga anus. Selain itu juga ada saluran
buntu yang disebut dengan apendiks yang sering mengalami infeksi. Alat pencernaan
adalah struktur yang membantu fungsi pencernaan dan tidak memiliki lumen jika
dilihat di bawah mikroskop. Alat pencernaan terdiri dari gigi, lidah, kelenjar air liur,
hati, kelenjar empedu, dan kelenjar pankreas.
8. Kelainan yang diderita Andien pada saat kecil tidak memiliki hubungan dengan
keadaan bayinya saat ini. Kedua penyakit tersebut adalah penyakit kongenital (cacat
bawaan sejak lahir) yaitu labiopalatoschisis dan Hirschprung. Keduanya tidak
memiliki keterkaitan karena berasal dari lapisan embrio yang berbeda.
9. Kelainan yang diderita oleh Andien disebut dengan Hirschprung. Penyakit ini
disebabkan oleh tidak adanya persarafan pada lapisan dinding usus besar yaitu antara
lapisan otot sirkular dengan lapisan otot longitudinal. Akibatnya, usus tidak bisa
berkontraksi dan terjadi pembesaran pada usus. Feses akan tertimbun di dalam kolon
untuk waktu yang lama.
10. Tindakan yang dilakukan untuk menangani keadaan Andien saat itu adalah
dengan melakukan operasi sebanyak dua kali. Usus yang tidak disarafi akan dibuang
dan selanjutnya akan ditarik untuk disambung kembali ke anus. Jika usus Andien
belum bisa ditarik, maka tindakan yang dapat dilakukan pada Andien adalah dengan
membuat lubang ke dinding perut untuk buang air besar yang disebut dengan
kolostomi.
IV. Kajian Skematik
V. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang embriologi saluran dan alat pencernaan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anatomi saluran pencernaan atas dan bawah
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anatomi alat pencernaan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang histologi saluran pencernaan atas dan bawah
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang histologi alat pencernaan
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kelainan kongenital saluran pencernaan
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kelainan didapat saluran pencernaan
Bayi Andien Andien
Labiopalatoschisis Hirschprung
Kelainan Kongenital
EmbriologiRongga Mulut Usus
Malformasi Anatomi
Saluran Pencernaan Atas Saluran Pencernaan Bawah
Saluran Pencernaan
Persarafan
Lapisan Dinding Usus
Usus Buntu
Kelainan Didapat
LambungDuodenumJejunumIleumColonRectumAnus
Rongga MulutFaringEsofagus
Konsultasi
Operasi Plastik
Alat Pencernaan Gigi, Lidah, Hepar, Pankreas, dan Kelenjar-kelenjar
HARI II
I. Embriologi Saluran dan Alat Pencernaan
Sistem pencernaan manusia dapat dibagi atas organ digestif dan organ aksesoris
digestif. Organ digestif akan membentuk traktus digestif (saluran pencernaan). Organ digestif
dimulai dari rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan kolon.
Organ aksesoris digestif tidak membentuk saluran pencernaan, tetapi membantu traktus
digestif dalam mencerna makanan.
Susunan pencernaan janin mulai
terbentuk sejak minggu keempat (hari
ke-22). Mudigah melipat ke arah
cephalocaudal dan lateral, sehingga
sebagian yolk sac tercakup ke dalam
mudigah dan membentuk usus
sederhana. Usus sederhana dapat dibagi
atas usus sederhana faringeal
(pharyngeal gut), usus sederhana depan
(foregut), usus sederhana tengah
(midgut), dan usus sederhana belakang
(hindgut). Keempat bagian tersebut akan
membentuk struktur sistem pencernaan
yang berbeda-beda (Sadler, 2003: 285).
Usus sederhana faringeal dimulai
dari membran bukofaringeal hingga
divertikulum trakeobronkial. Usus
sederhana ini akan berperan penting
dalam pembentukan kepala dan leher.
Usus sederhana depan terletak di bagian
kaudal tabung faringeal meluas hingga ke tunas hati. Usus sederhana tengah berhubungan
dengan yolk sac untuk sementara dan dihubungkan oleh duktus vitelinus yang sempit. Usus
sederhana belakang meluas hingga ke membran kloaka.
Perkembangan lidah dimulai dari minggu keempat yang berasal dari lengkung faring
pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Lengkung faring pertama akan membentuk korpus
lingua. Lengkung faring kedua, ketiga, dan sebagian keempat akan membentuk radix lingua.
Gambar 1.1 Penglipatan embrio. A. Embrio presomit. B. Embrio dengan 7 somit. C. Embrio dengan 14 somit. D. Akhir bulan pertama
Gambar 1.2 Perkembangan sistem digestivus pada masa embrio. A. 4 minggu. B. 5 minggu.
Lengkung faring keempat akan membentuk epiglotis. Lidah tidak terlepas bebas dari mulut
sebab sel pada dasar mulut tidak mengalami degenerasi. Akibatnya, lidah terikat pada dasar
mulut. Pada keadaan normal, terjadi degenerasi sel yang luas, sehingga yang tersisa hanya
frenulum. Otot-otot yang terbentuk pada lidah merupakan diferensiasi dari miotom
preoksipital.
Pada minggu ke-6 dan 7, tonjol maksila memiliki ukuran yang semakin besar.
Pertumbuhan tersebut menekan tonjol nasal medial ke arah garis tengah. Sesudah itu, celah
yang ada di antara tonjol nasal medial dan tonjol maksila menyatu. Oleh karenanya, bibir atas
dibentuk oleh dua tonjol nasal medial dan dua tonjol maksila sedangkan bibir bawah dan
rahang berasal dari tonjol mandibular yang bergabung ke seberang garis tengah.
Penggabungan kedua tonjol nasal medial tidak hanya menyatu pada bagian permukaan
saja, tetapi juga pada tingkat yang lebih dalam. Struktur yang terventuk disebut dengan
segmen intermaksila. Segmen intermaksila terdiri atas komponen labial (membentuk filtrum
bibir atas), komponen rahang atas (membawa 4 gigi seri), dan komponen palatum
(membentuk palatum primer triangular). Pada minggu ke-7, tonjol palatina naik untuk
mencapai posisi horizontal di atas lidah dan bergabung membentuk langit-langit sekunder.
Penggabungan tonjol palatina inilah yang nantinya akan membentuk palatum durum dan
palatum mole.
Gigi berkembang dari
interaksi epitel-mesenkimal
antara epitel oris dengan
bubungan saraf yang berasal
dari mesenkim. Enamel
terbentuk dari ameloblast dan
terletak di atas lapisan tebal
dentin yang dihasilkan oleh
odontoblast. Sementum
dibentuk oleh sementoblast,
derivat lain dari mesenkim di
akar gigi. (Sadler, 2003: 401)
Esofagus pada traktus digestivus mulai dibentuk sejak minggu ke-4. Pada dinding
ventral usus sederhana depan, mulai terbentuk divertikulum yang disebut dengan divertikulum
trakeobronkialis. Divertikulum tersebut berangsur-angsur dipisahkan dari bagian dorsal oleh
Gambar 1.3 Pembentukan gigi. A. Tahap tunas; 8 minggu. B. Cap stage; 10 minggu. C. Bell stage; 3 bulan. D. 6 bulan
septum esofagotrakeale. Akibatnya, usus sederhana depan terbagi atas bagian ventral yang
akan membentuk primordium pernapasan dan bagian dorsal yang akan membentuk esofagus.
Pada mulanya, esofagus memiliki ukuran yang sangat pendek. Akan tetapi, esofagus
memanjang dengan cepat akibat dari gerak turun jantung dan paru-paru. 2/3 bagian atas otot
bersifat serat lintang yang berasal dari mesenkim sekitarnya dan disarafi oleh nervus vagus (n.
X). 1/3 bagian bawah otot bersifat polos dan disarafi oleh plexus splanchnicus. (2003: 291)
Pertumbuhan lambung juga dimulai dari minggu ke-4. Pada awalnya, lambung tampak
sebagai suatu pelebaran usus depan yang berbentuk kumparan. Pada perkembangan
berikutnya, kedudukan lambung mengalami perubahan karena ia berputar sepanjang sumbu
memanjang dan sumbu anteroposterior. Lambung berputar di sekitar sumbu memanjang
sebesar 90o searah jarum jam. Oleh karena itu, sisi kiri menghadap ke depan dan sisi kanan
menghadap ke belakang. Selama perputaran ini, bagian dinding belakang lambung tumbuh
lebih cepat daripada bagian depannya. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya curvatura
major dan curvatura minor.
Pada awalnya, ujung cephalic dan kaudal lambung di garis depan. Selama
pertumbuhan, bagian kaudal atau bagian pilorus bergerak ke kanan dan ke atas sedangkan
bagian cephalic bergerak ke kiri dan ke bawah. Pada tingkat perkembangan ini, lambung
terikat pada dinding dorsal dan ventral tubuh melalui mesogastrium dorsal dan ventral.
Perputaran di sekitar sumbu memanjang menarik mesogastrium dorsal ke kiri. Dengan
demikian, hal ini akan membantu pembentukan bursa omentalis, yaitu kantung peritoneum di
belakang lambung. (2003: 294)
Gambar 1.4 Pembentukan esofagus. A. Akhir minggu ke-3. B dan C. Minggu ke-4
Duodenum terbentuk dari bagian distal usus sederhana depan dan bagian proksimal
usus sederhana tengah. Titik pertemuan foregut dan midgut tersebut terletak tepat di bagian
distal dari tunas hati. Pada saat lambung berputar, duodenum mengambil bentuk lengkung
seperti huruf C dan akhirnya terletak retroperitoneal.
Hati dan kandung empedu terbentuk pada pertengahan minggu ke-3 sebagai epitel
entoderm pada ujung distal foregut. Pertumbuhan ini disebut sebagai divertikulum hepatis
(tunas hati). Tunas hati terdiri atas berkas-berkas sel yang berproliferasi dengan cepat dan
menembus septum transversum yaitu lempeng mesoderm. Sel-sel hati menembus septum
transversum, hubungan tunas hati dan duodenum menyempit. Dengan ini terbentuk saluran
empedu. Dari saluran empedu, terbentuk tonjolan ke ventral yang menghasilkan kandung
empedu dan ductus cysticus.
Selama perkembangan sel epitel hati bercampur baur dengan v.vitelinae dan
v.umbilicus untuk membentuk sinusoid hati. Tali-tali hati berdiferensiasi menjadi jaringan
Gambar 1.5 Pembentukan lambung. A, B, dan C. Perputaran lambung sepanjang sumbu longitudinal. D dan E. Perputaran lambung seanjang sumbu anteroposterior
parenkim hati dan jaringan yang melapisi ductus biliaris. Sel-sel hemopoitik, sel-sel kuppfer
dan sel-sel jaringan penyambung berasal dari mesoderm septum transversum.
Akibat pertumbuhan cepat yang terus berlangsung, hati menjadi terlalu besar bagi
septum transversum dan berangsur-angsur menonjol kedalam rongga perut. Mesoderm
septum transversum antara dinding ventral perut dan hati menjadi teregang dan sangat tipis
dan membentuk ligamentum falciforme hepatis. Mesoderm septum transversum antara hati
dan foregut akan meregang dan membentuk selaput omentum minus (ligamentum
gastrohepaticum dan ligamentum hepatoduodenale). Pada tepi bebas omentum minus terdapat
saluran empedu, vena porta, dan arteri hepatika.
Mesoderm pada permukaan hati berdiferensiasi menjadi peritonium viscerale, kecuali
pada permukaan atasnya. Pada daerah ini, hati tetap berhubungan dengan sisa septum
transversum. Bagian septum ini terdiri atas gumpalan mesoderm yang padat dan membentuk
pars tendinosa diafragma. Permukaan hati yang berhubungan dengan diafragma dan tidak
pernah diliputi peritonium dikenal dengan pars afixa hepatis atau bare area of the liver.
Pankreas dibentuk oleh tunas pankreas dorsal dan ventral yang berasal dari epitel
entoderm duodenum. Tunas pankreas dorsal terletak di dalam mesenterium dorsal, sedangkan
tunas pankreas dorsal berhubungan erat dengan ductus choledochus. Ketika duodenum
berputar ke kanan dan membentuk huruf C, tunas pankreas ventral bergeser ke dorsal seperti
ductus choledochus bergeser ke dorsal. Akhirnya tunas pankreas ventral berada tepat dibawah
dan dibelakang tunas pancreas dorsal.
Kemudian parenkim maupun saluran tunas pancreas dorsal dan ventral bersatu. Tunas
ventral membentuk processus uncinatus dan bagian bawah caput pankreas. Bagian kelenjar
lainnya berasal dari tunas dorsal. Ductus pancreaticus mayor (Wirsungi) terbentuk dari bagian
distal saluran pancreas dorsal dan seluruh saluran pancreas ventral. Bagian proximal saluran
pancreas dorsal menutup atau sebagai saluran kecil ductus pancreaticus accesorius (santorini).
Ductus pancreaticus mayor bersama-sama dengan ductus choledochus bermuara di papila
duodeni mayor. Ductus pancreaticus accesorius bermuara pada papila duodeni minor. 10 %
dari kasus kedua saluran gagal bersatu dan susunan ganda tetap dipertahankan. Pulau-pulau
langerhans berkembang dari jaringan parenkim pankreas pada ketiga kehidupan janin dan
tersebar diseluruh kelenjar. Sekresi insulin dimulai ± bulan ke-5. Kadar insulin janin tidak
tergantung pada kadar insulin ibunya.
Perkembangan usus tengah ditandai oleh cepat memanjangnya usus dan
mesenteriumnya, sehingga terbentuk jerat usus primer. Pada puncaknya, jerat ini berhubungan
dengan kandung telur melalui duktus vitellinus yang sempit. Bagian kranial jerat usus akan
membentuk bagian distal duodenum,
jejunum, dan sebagian ileum.
Bagian kaudal jerat usus akan
membentuk bagian bawah ileum,
sekum, appendiks, kolon ascenden,
dan 2/3 proksimal kolon transversum.
Pertumbuhan jerat usus
primer sangat pesat terutama bagian
kranialnya. Akibat pertumbuhan
yang cepat ini dan perluasan hati
yang serentak, rongga perut untuk
sementara terlalu kecil untuk menampung jerat-jerat usus tersebut. Akibatnya, jerat usus ini
memasuki selom ekstraembrional dan tali pusat (hernia umbilicalis fisiologis) yang terjadi
pada minggu keenam.
Bersamaan dengan pertumbuhan memanjangnya, jerat usus sederhana akan berputar di
sekitar poros yang dibentuk oleh arteri mesenterika superior. Perputaran terjadi sebesar 270o
di mana 90o selama herniasi dan 180o selama jerat usus kembali ke rongga perut. Perputaran
ini berlawanan dengan arah jarum jam. Usus besar juga cukup bertambah panjang sedangkan
jejunum dan ileum selain bertambah panjang juga akan membentuk jerat-jerat bergelung
selama perputaran.
Pada akhir bulan ke-3, jerat usus yang mengalami herniasi mulai kembali ke dalam
rongga perut. Hal ini mungkin disebabkan oleh menghilangnya mesonefros, berkurangnya
pertumbuhan hati, dan bertambah luasnya rongga perut. Bagian proksimal jejunum akan
masuk dan mengambil tempat di bagian kiri. Jerat yang masuk berikutnya akan menetap di
sisi kanan. Gelembung sekum yang merupakan bagian kaudal jerat usus sederhana terakhir
masuk ke rongga perut dan terletak langsung di bawah lobus kanan hati. Selanjutnya,
gelembung sekum akan bergerak turun ke dalam fosa iliaca kanan dan membentuk kolon
ascenden dan fleksura hepatika. Selama proses ini, ujung distal gelembung sekum akan
membentuk sebuah divertikulum yang sempit dan disebut appendiks sederhana.
Usus sederhana belakang akan membentuk 1/3 distal kolon transversum, kolon
descenden, kolon sigmoid, rectum, dan bagian atas kanalis analis. Bagian usus sederhana
belakang bermuara ke dalam kloaka (suatu rongga yang dilapisi entoderm yang berhubungan
langsung dengan entoderm permukaan). Pada pertemuan entoderm dan ektoderm terbentuk
membran kloaka. Pada perkembangan selanjutnya, septum urorektal tumbuh pada sudut
Gambar 1.6 Diferensiasi usus tengah.
antara alantois dan usus belakang. Sekat ini akan berlanjut tumbuh ke kaudal sambil membagi
kloaka menjadi sinus urogenitalis sederhana (bagian depan) dan kanalis arorektalis (bagian
belakang).
Pada saat mudigah berumur 7 minggu, septum urorektal mencapai membran kloaka
yang akan terbagi menjadi membran analis di belakang dan membran urogenitalis di depan.
Membran analis dikelilingi oleh tonjolan-tonjolan mesenkim. Pada minggu ke-8, selaput ini
ditemukan pada dasar lekukan ektoderm yang akan menjadi lubang anus (proktodium). Pada
minggu ke-9, membran analis koyak dan terbentuklah jalan terbuka di antara rectum dan
dunia luar. Bagian atas kanalis analis berasal dari entoderm dan didarahi oleh arteri
mesenterika inferior. 1/3 bagian bawah berasal dari ektoderm dan didarahi oleh arteri pudenda
interna. Pertemuan keduanya disebut dengan linea dentate atau linea pertinatum.
II. Anatomi Saluran Pencernaan Atas dan Bawah
Rongga mulut terbagi atas vestibulum oris dan cavum oris proprium. Vestibulum oris
adalah ruangan yang terdapat di antara bibir dan pipi di sebelah luar dengan processus
alveolaris dan arcus dentalis di sebelah dalam pipi. Cavum oris proprium terletak di sebelah
dalam dari vestibulum oris. Bagian atap dibentuk oleh palatum durum (processus palatines
ossis maksilaris dan pars horizontalis palatini) dan palatum mole (muskulus palatoglossus,
muskulus uvulae, aponeurosis palatinus). Dinding lateral dibentuk oleh processus alveolaris
dan arcus dentalis.
Labium oris dibentuk oleh M. orbicularis oris, M. triangularis, Mm. incisivus labii
inferior/superior, dan Mm. quadratus labii inferior/superior. Perdarahan untuk bibir berasal
dari Aa. Labialis superior dan inferior yang membentuk circulus arteriosus oris. Lidah terdiri
atas otot intrinsik dan otot ekstrinsik. Otot intrinsic terdiri atas sepasang M. longitudinalis
superior & inferior (untuk membelokkan lidah), M. transversus (untuk menyempit dan
Gambar 1.7 Perkembangan kloaka embrio.
memanjang), dan M. vertikalis (untuk memipihkan lidah). Otot-otot ekstrinsik lidah terdiri
atas M. genioglossus, M. hyoglossus, M. styloglossus, dan M. palatoglossus. Lidah terdiri atas
tiga bagian yaitu apeks, dorsum, dan radiks.
Gigi pada orang dewasa terletak di
dalam alveolus. Susunannya adalah insisivus
1-2, canivus 1, premolar 1-2, dan molar 1-3.
Pada gigi dibedakan atas korona dentis (bagian
yang tertutup email), serviks dentis (batas
antara corona dengan radiks), dan radiks dentis
(bagian yang dibungkus cementum). Setiap
gigi terdiri atas pulpa dentis, dentin, email, dan
sementum.
Faring merupakan bagian dari sistem
digestivus dan memiliki panjang 12 cm dari
basis crania hingga cervical 6. Faring dapat
dibagi atas nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Batas-batas faring terdiri atas
esofagus (bawah), korpus sphenoidalis (atas),
cavum nasi, cavum oris, laring (depan), Mm. vertebralis (belakang), dan processus styloideus
(lateral).
Otot-otot pada faring terdiri atas otot longitudinal di dalam dan otot circular di luar.
Otot-otot longitudinal terdiri atas M. stylopharngeus, M. palatopharyngeus, dan M.
Salphingopharyngeus sedangkan otot-otot sirkular terdiri atas M. constrictor superior, medial,
dan inferior. Perdarahan faring terdiri atas arteri faringea ascenden, palatina ascenden, dan
Gambar 2.1 Otot pembentuk bibir. Gambar 2.2 Lidah
Gambar 2.3 Faring
arteri palatina major. Aliran limfe berasal dari Nn. Ll.
cervicalis profunda. Persarafan faring berasal dari
plexus faringeus.
Esofagus (kerongkongan) adalah saluran
panjang dari faring hingga lambung dengan panjang
sekitar 23 - 25 cm. Esofagus terdiri atas 3 bagian yaitu
pars cervicalis oesophagus, pars thoracalis, dan pars
abdominalis. Perdarahan esofagus berasal dari Aa.
Oesophagei dan plexus oesophagus. Persarafannya
berasal dari nervus recurrens, simpatis, dan
parasimpatis.
Dinding lambung dapat dibedakan atas
kardia (lambung bagian atas yang berhubungan
dengan kerongkongan), fundus (lambung bagian
tengah), dan pylorus (lambung bagian bawah di
dekat duodenum). Bagian lambung yang cembung
ke kiri disebut curvatura mayor sedangkan bagian
yang cembung ke kanan disebut dengan curvatura
minor. Otot-otot pada dinding lambung dapat
dibedakan atas otot memanjang, otot melingkar, dan
otot yang berjalan miring. Bagian-bagian lambung
yang lainnya terdiri atas omentum majus, omentum
minus, ligamentum gastrolienalis, ligamentum
dorsal, dan ligamentum gastrocolicum. Arteri yang
mendarahi lambung terdiri atas A. gastrica sinistra,
A. gastrica dextra, A. gastrica brevis, A. gastro
epiploica sinistra, A. gastro epiploica dextra. Selain
itu, muara vena pada lambung adalah vena gastrica yang menuju vena porta, vena gastro
epiploica yang bermuara ke vena lienalis, dan vena gastroepiploica yang bermuara ke vena
mesenterica superior. Persarafan lambung berasal dari plexus gastrica anterior dan posterior.
Duodenum adalah lanjutan saluran pencernaan yang berasal dari lambung dan terletak
retroperitoneal. Usus ini memiliki panjang sekitar 12 jari dan berbentuk seperti huruf C.
Duodenum memiliki 4 bagian yaitu pars superior, pars descenden, pars inferior, dan pars
descenden. Pada duodenum akan bermuara ductus choledochus dan ductus pancreaticus
Gambar 2.4 Esofagus
Gambar 2.5 Lambung
Gambar 2.6 Duodenum
major. Perdarahan duodenum berasal dari A. gastroepiploica kanan, A. pancreatico duodenale
superior & inferior, dan vena gastroepiploica kanan yang bermuara ke vena porta. Persarafan
duodenum berasal dari plexus corliacus dan plexus mesentericus superior.
Jejunum dan ileum adalah bagian usus yang terpanjang dengan ukuran 3 – 10 meter.
Jejunum merupakan 2/3 bagian dari ileum.
Aspek Jejunum Ileum1. Letak Di bagian atas di bawah sisi kiri mesokolon
transversumDi bagian bawah dan di dalam pelvis
2. Dinding Lebih besar, tebal, dan lebih merah Lebih kecil, tipis3. Perlekatan mesente-rium
Pada dinding posterior abdomen di atas dan di kiri aorta
Di bawah dan kanan aorta
4. Pembuluh Membentuk satu atau dua arkade Lebih banyak5. Penempatan lemak Terletak di pangkal dan jarang Lemak terletak di seluruh bagian6. Kelompok jaringan limfoid
Tidak ada Pada mukosa bagian bawah
Tabel 2.1 Perbedaan Jejunum dan Ileum
Perdarahan dari jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang arteri mesenterica
superior dan sisi kiri. Ileum terakhir juga memperoleh darah dari A. ileocolica. Persarafan
jejunum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis yang membentuk plexus
mesenterica superior.
Kolon (usus besar) terdiri atas sekum, kolon
ascenden, kolon transversum (dari flexura coli
dextra sampai flexura coli sinistra), kolon
descenden, dan sigmoid. Pada kolon, terdapat
struktur khusus seperti pita (taenia coli), haustra,
dan appendices epiploica. Sekum didarahi oleh A.
caecalis anterior dan posterior cabang A. iliocolica.
Appendiks didarahi oleh A. apendicularis. Kolon
Ascendens didarahi oleh arteri iliocolica dan arteri
colica desktra. Kolon transversum didarahi oleh A.
colica meosa pada 2/3 bagian proksimal dan A.
colica sinistra pada 1/3 bagian distal. Kolon descenden didarahi oleh arteri colica sinistra dan
sigmoid didarahi oleh A. sigmoidea.
Rektum merupakan tempat penyimpanan sementara feses. 2/3 atas diliputi oleh
peritoneum dan 1/3 bawah diliputi oleh fascia rectalis. Pada rectum, terdapat diga lipatan
(plica) yaitu plica rectalis superior, medialis, dan inferior. Muskularisnya terdiri atas stratum
longitudinalis, stratum sirkularis, dan mukosa rectum. Rektum didarahi oleh A. rectalis
superior, media, dan inferior. Persarafannya berasal dari plexus hypogastricus inferior.
Gambar 2.7 Jejunum dan ileum
Gambar 2.8 Kolon. Gambar 2.9 Rektum dan kanalis analis
Kanalis analis dimulai setinggi apeks prostat menuju ke bawah dan belakang dengan
panjang sekitar 4 cm dan berakhir di anus. Titik tengah kanalis analis ditandai oleh linea
dentata yang merupakan tanda posisi membran anococcygeal. Susunan otot kanalis analis
terdiri atas lapisan sirkularis (M. spinchter ani internus, M. spinchter ani externus, dan M.
puborectalis) dan lapisan longitudinalis. Perdarahan kanalis anus berasal dari arteri rectalis
superior dan inferior. Selain itu, juga terdapat V. rectalis superior (V. haemoroidalis) dan V.
rectalis inferior yang merupakan pembuluh yang melebar saat hemoroid.
III. Anatomi Alat Pencernaan
Pada rongga mulut, terdapat beberapa kelenjar saliva yang membantu dalam
mensekresikan air liur yaitu glandula parotis, glandula sublingualis, glandula
submandibularis, dan glandula lingualis. Kelenjar parotis terletak di dekat telinga dan
menghasilkan enzim ptyalin serta ludah. Kelenjar submandibularis terletak di dalam trigonum
submandibularis. Kelenjar sublingualis dapat dibedakan atas glandula sublingualis minor
(lateral duktus submandibularis) dan glandula sublingualis major (ujung frontal duktus
submandibularis).
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan dapat dibedakan atas lobus
sinister dan lobus dexter. Fiksasi hati terutama pada diafragma dan vena cava inferior yang
melekat pada diafragma. Ada beberapa ligamentum pada hati, yaitu ligamentum falciforme
(dari umbilicus ke hepar), ligamentum teres hepatis (sisa v. umbilicalis kiri), dan ligamentum
venosum arantii (sisa ductus venosus). Perdarahan hepar berasal dari A. hepatica communis
(A. hepatica dextra dan sinistra) dan vena porta hepatica (bermuara ke vena cava inferior).
Vesica felea (kandung empedu) merupakan kelenjar yang menghasilkan garam
empedu ke dalam saluran pencernaan. Vesica felea memiliki tiga bagian yaitu fundus, korpus,
dan kollum. Saluran empedu intrahepatal akan bermuara ke ductus hepaticus, bersatu dengan
ductus cysticus dari vesica felea ke ductus choledochus.
Gambar 3.1 Hati Gambar 3.2 Vesica felea
Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin yang terletak pada dinding
posterior abdomen di belakang peritoneum. Pankreas
terdiri atas caput (margo dextra berhubungan dengan
duodenum pars descenden), corpus, dan cauda
(berhubungan dengan lien). Pankreas terletak
retroperitoneal dengan panjang 15 cm. Saluran pankreas
terbagi atas ductus pancreaticus major dan ductus
pancreaticus minor. Perdarahan pankreas berasal dari
arteri lienalis tetapi caput pankreas dari A. pancreatico
duodenalis superior dan inferior. Vena pada pankreas bermuara ke vena lienalis, vena porta,
dan vena mesenterica superior. Persarafan pankreas berasal dari plexus coeliacus (otonom).
IV. Histologi Saluran Pencernaan Atas dan Bawah
Pada umumnya, dinding pada saluran pencernaan dapat dibagi atas 4, yaitu lapisan
mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Lapisan mukosa dapat dibedakan atas 3
bagian yaitu membran mukosa yang biasanya terdiri dari epitel, lamina propria yang tipis, dan
muskularis mukosa yang terdiri atas lapisan otot polos. Submukosa adalah lapisan tebal
jaringan ikat yang menentukan daya regangdan elastisitas saluran cerna. Bagian ini
mengandung pembuluh darah besar dan pembuluh limfe. Selain itu, pada bagian submukosa
Gambar 3.3 Pankreas
juga terdapat anyaman saraf yang disebut dengan pleksus submukosa. Lapisan muskularis
eksterna adalah selubung otot polos utama saluran pencernaan yang mengelilingi submukosa.
Pada sebagian besar saluran pencernaan, muskularis eksterna terbagi atas lapisan sirkuler
dalam dan lapisan longitudinal luar. Anyaman saraf lain juga terdapat pada lapisan ini yaitu
pleksus mienterikus yang berada di antara kedua lapisan otot. Lapisan serosa (tunika
adventitia) merupakan jaringan ikat paling luar yang menutupi saluran cerna. Hampir di
seluruh saluran panjang cerna, serosa berikatan dengan mesenterium (Sherwood, 2012: 646).
Bibir memiliki 4 pars yaitu pars cutanea yang merupakan lanjutan kulit wajah (epitel
gepeng berlapis bertanduk), pars marginalis yang merupakan lanjutan kulit tanpa rambut, pars
intermedia (rubrum labii), dan pars mukosa (epitel berlapis gepeng tak bertanduk). Pada bibir
juga terdapat M. orbicularis oris. Pada lamina propria pars mukosa, terdapat glandula labialis.
Pada lidah, mukosanya terdiri dari epitel berlapis gepeng tidak bertanduk dan lamina
propria yang tipis. Permukaan dorsal lidah ditandai oleh tonjolan-tonjolan mukosa yang
disebut dengan papilla. Papila yang paling banyak adalah papilla filiformis dengan ujung-
ujung yang mengalami pertandukan. Selain itu, juga terdapat papilla fungiformis yang
memiliki permukaan bulat dan papilla circumvalata yang terdapat taste bud. Papila foliate
pada manusia pada umunya bersifar rudimenter.Pada lidah, terdapat glandula lingualis yang
merupakan kelenjar campuran yaitu serosa dan mukosa (Eroschenko, 2003: 150).
Gambar 4.1 Bibir. Gambar 4.2 Papila filiformis dan fungiformis Gambar 4.3 Papila circumvalata
Lapisan mukosa pada esofagus berupa epitel berlapis gepeng tidak bertanduk, lamina
propria yang tipis dan selapis otot polos memanjang. 1/3 bagian atas esofagus merupakan otot
lurik, 1/3 bagian tengah esofagus merupakan otot lurik + otot polos, dan 1/3 bagian bawah
esofagus merupakan otot polos. Pada tunica adventitia, terdapat jaringan lemak, arteri-vena
besar, dan pembuluh saraf.
Pada esofagus-kardia, terdapat peralihan epitel yaitu dari epitel berlapis gepeng
menjadi epitel silindris selapis. Pada gaster, epitelnya terdiri dari epitel selapis silindris dan
terdapat kelenjar gastrika, sel parietal, dan tiga lapisan otot polos, yaitu otot longitudinal, otot
sirkuler, dan otot yang berjalan miring. Pada gaster-duodenum, dipisahkan oleh lapisan otot
yang tebal yang disebut dengan spingter pilorus. Pada bagian mukosa, terjadi perubahan epitel
dari epitel lambung ke epitel usus.
Gambar 4.4 Esofagus-kardia Gambar 4.5 Gaster-duodenum
Pada duodenum, terdapat struktur khas yang disebut dengan glandula Bruner. Pada
jejunum, lipatan (plica, mikrofili, dan fili) meluas hingga 2/3 keliling lumen yang disebut
sebagai plica circularis Kerckringi. Pada dinding usus, terdapat sel absorbtif (menyerap sari
makanan), sel piala (menghasilkan musin), dan sel entero-endokrin.
Gambar 4.5 Duodenum Gambar 4.6 Jejunum
Ileum memiliki struktur khusus yang disebut dengan bercak peyer. Bercak peyer
merupakan nodulus aggregatus. Di daerah terdapatnya bercak peyer, vili intestinales tidak
berkembang. Pada appendiks, lapisan dinding sama dengan yang lain. Struktur khasnya
adalah lumennya kecil dengan sudut dan jaringan limfoid sangat mencolok. Epitelnya
berbentuk silindris selapis dengan mikrovili.
Gambar 4.7 Ileum Gambar 4.8 Appendiks
Kolon memiliki permukaan dalam yang licin dan tidak membentuk plica circularis
serta villus intestinalis. Epitel pada kolon bersifat absorbtif dengan sel goblet yang banyak.
Pada ampulla rectum, terdapat 3 lipatan mukosa transversal pada bagian atas. Strukturnya
sama dengan kolon. Pada canalis ani, diameter semakin mengecil dan epitel silindris selapis
berubah menjadi epitel gepeng berlapis tak bertanduk.
Gambar 4.8 Intestinum Crassum Gambar 4.9 Rektum
Pada anus, epitel mulai berubah menjadi epitel berlapis gepeng tidak bertanduk
setinggi M. Sphincter Ani Externa dan terdapat glandula sebasea serta glandula circumanalis
(apokrin). Lamina proprianya mengandung plexus venosus yang besar.
Gambar 4.10 Perbatasan Rektum-Anus
V. Histologi Alat Pencernaan
Struktur gigi terdiri atas email, dentin, rongga pulpa, sementum, saluran akar, dan
foramen apikal. Gigi yang berada dalam pertumbuhan tertanam di dalam rongga alveolus
dentalis di tulang rahang. Lapisan gigi dala pertumbuhan terdiri atas epitel enamelium
eksternum, reticulum stelatum, ameloblas, email, dentin, predentin, odontoblas, papilla
dentalis, dan alveolus dentalis.
Kelenjar parotis terletak di belakang telinga dan merupakan kelenjar serosa murni.
Kelenjar submandibularis terletak di bawah mandibula di dasar mulut dan merupakan kelenjar
campuran dengan serosa yang mendominasi. Kelenjar sublingualis terletak di bawah lidah
dan merupakan kelenjar campuran dengan mukosa yang mendominasi. Perbedaan antara
kelenjar mukosa dengan kelenjar serosa adalah intinya dan sitoplasmanya. Sel mukosa
mengandung sitoplasma yang jernih dan intinya lonjong terdesak ke dasar sel. Sel serosa
mengandung sitoplasma yang lebih gelap dan intinya bulat.
Gambar 5.1 Pertumbuhan gigi Gambar 5.2 Glandula parotis Gambar 5.3 Glandula submandibularis Gambar 5.4 Glandula sublingualis
Hati terdiri atas hepatosit atau sel-sel hati dan merupakan unit heksagonal. Di tengah
unit heksagonal tersebut terdapat vena sentralis. Pada hati, terdapat struktur khusus yang
disebut dengan segitiga Kiernann yang merupakan daerah atau kanalis porta. Struktur tersebut
dilewati oleh arteri dan vena hepatika, vena porta, duktus biliaris, dan pembuluh limfe.
Sinusoid hati terlihat di antara lempeng-lempeng sel hati yang memancar dari vena sentralis
kea rah tepi lobulus hati.
Mukosa pada vesika felea adalah epitel selapis silindris dengan mikrovili dengan
lamina propria yang tersusun atas jaringan ikat longgar, serabut elastik, dan retikuler. Mukosa
menampakkan lipatan temporer yang menghilang saat kandung empedu diregangkan oleh
empedu. Kripti atau divertikula di antara lipatan sering membentuk indentasi yang dalam di
mukosa. Serat otot polos di dalam fibromuskular berbaur dengan lapisan jaringan ikat longgar
yang kaya serat elastin. Lapisan terluarnya terdiri dari jaringan ikat longgar perimuskular
yang mengandung pembuluh darah, limfe, dan saraf.
Pankreas memiliki unsur eksokrin dan unsur endokrin yang menempati sebagian besar
kelenjar. Pankreas eksokrin terdiri atas asini serosa yang berhimpitan, tersusun dalam banyak
lobules kecil. Sebuah asinus serosa terdiri atas sel zimogen yang menghasilkan protein. Pulau
Langerhans adalah massa sel endokrin berbentuk bulat dengan berbagai ukuran. Pulau
Langerhans lebih besar dari asini dan tampak sebagai kelompok padat sel epithelial yang
ditembus oleh banyak kapilar. Sel-sel di pulau langerhans terdiri atas sel α, sel β, dan sel γ
(Eroschenko, 2003: 224).
Gambar 5.5 Hepatosit Gambar 5.6 Pankreas
Gambar 5.7 Vesica felea
VI. Kelainan Kongenital Sistem Pencernaan
Terdapat beberapa jenis kelainan kongenital yang dapat terjadi pada sistem
pencernaan yaitu:
1. Labiopalatoschisis, adalah kelainan di mana terdapat celah pada bibir hingga palatum.
Hal ini disebabkan oleh gagalnya menyatu tonjol maksila dengan tonjol hidung medial
serta tonjol lempeng palatina.
2. Atresia esofagus dan fistula oesophagotrachealis, adalah kelainan di mana septum
oesophagotracheale menyimpang ke posterior atau faktor mekanik mendorong dinding
dorsal usus sederhana depan ke arah anterior sehingga saluran ke esofagus buntu.
3. Stenosis pilorus, adalah menebalnya otot-otot melingkar di daerah pilorus sehingga
terjadi penyempitan rongga pilorus dan perjalanan makan tersumbat.
4. Atresia saluran empedu, adalah tersumbatnya saluran empedu akibat rekanalisasi tidak
terjadi pada vesica felea.
5. Pankreas berbentuk cincin, akibat perbedaan arah dalam perputaran pankreas antara
bagian kanan dengan kiri di sekitar duodenum dan menyebabkan penyumbatan.
6. Omphalocele, adalah gagalnya kembali jerat usus ke dalam rongga perut sehingga
jerat tersebut tetap berada pada selom ekstraembrional.
7. Megakolon kongenital (Hirschprung), adalah tidak adanya ganglion submukosa dan
pleksus mienterikus dari intestine distal sehingga kolon tersebut tidak dapat
mengembang dan tinja tertimbun.
8. Atresia ani, adalah kanalis analis berakhir buntu pada membran analis yang hanya
dipisahkan oleh sekat pemisah karena kegagalan perkembangan lubang anus.
VII. Korelasi Klinis Sistem Pencernaan
Terdapat beberapa jenis kelainan yang didapat pada sistem pencernaan yaitu:
1. Gangguan menelan, merupakan suatu gangguan akibat kerusakan saraf otak V, IX,
atau X sehingga otot-otot menelan mengalami kelumpuhan.
2. Akalasia, adalah keadaan sfingter esofagus inferior yang gagal berelaksasi selama
menelan akibat kerusakan jaringan saraf pleksus mienterikus 2/3 bawah esofagus
sehingga makanan gagal masuk ke lambung.
3. Gastritis, adalah peradangan pada mukosa lambung.
4. Enteritis, adalah radang yang terjadi pada mukosa usus.
5. Pankreatitis, adalah peradangan pada pankreas akibat minum alkohol berlebihan.
6. Diare, adalah keadaan di mana feses berubah menjadi cair akibat infeksi dari bakteri
7. Konstipasi, adalah keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan dalam defekasi
akibat absorpsi air yang berlebihan sehingga feses berubah menjadi keras.
8. Kolitis, adalah radang yang terjadi pada mukosa kolon yang biasanya disertai dengan
tukak (ulserasi).
9. Haemorhoid, adalah pelebaran vena rectalis sehingga akan mengalami nyeri pada saat
defekasi.
BAHAN KEPUSTAKAAN
Eroschenko, Victor P. 2003. Atlas Histologi Di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Paulsen, Waschke. 2013. Sobotta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sadler, T.W. 2010. Langman Embriologi Kedokteran Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.