Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

237
MENTORING-44 (SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN) BMF collections - 2015

Transcript of Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

Page 1: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

MENTORING-44 (SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN)

BMF collections - 2015

Page 2: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan
Page 3: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

i | P a g e

Table of Contents PENDAHULUAN ........................................................................................................ iii

Kepemimpinan Dari Dalam Hati-Spiritual Leadership .............................................. 1

Good to Go.............................................................................................................. 12

Powerful Personal Branding ................................................................................... 14

Bangun, Dengan Bijak ............................................................................................. 21

Dicari : Perempuan Cerdas, Cantik dan Cakap Perilaku ......................................... 24

Kembangkan Kemahmu! ........................................................................................ 27

RUMAH : Sekolah Unggulan Karakter ..................................................................... 30

Berbuah Sepanjang Tahun ...................................................................................... 34

Bukan Karakter Sebulan .......................................................................................... 36

Mengikuti Petunjuk ................................................................................................ 40

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN BERBASIS SPIRITUAL ..................................... 42

Kepemimpinan Spiritual ......................................................................................... 62

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN BERBASIS SPIRITUAL ..................................... 83

Spiritualitas Pemimpin Kristen................................................................................ 93

PEMIMPIN DALAM KEPEMIMPINAN KRISTEN ........................................ 98

MEMBANGUN SIKAP: SEBERAPA PENTINGNYA RENDAH HATI ITU

.............................................................................................................................. 103

INTEGRITAS KERJA DALAM UPAYA MEMIMPIN YANG MEMBERKATI

.............................................................................................................................. 107

INTEGRITAS EKONOMI DALAM KEPEMIMPINAN ................................ 114

INTEGRITAS SOSIAL: KEHORMATAN DAN HORMAT DALAM

KEPEMIMPINAN ............................................................................................... 121

INTEGRITAS INTELEKTUAL MEMBANGUN KEPEMIMPINAN BERKUALITAS .......... 126

CONTOH KURIKULUM Master of Christian Leadership (M.C.L) ............................ 132

APAKAH DAPAT DIBENARKAN MENGINGINKAN MENJADI PEMIMPIN ................ 139

SEJARAH ILMU KEPEMIMPINAN ........................................................................... 145

PEMIMPIN SEJATI MEMBUKTIKAN DIRI SEBAGAI SEJATI ............. 155

Page 4: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

ii | P a g e

KEPEMIMPINAN KRISTEN DALAM KANCAH PERUBAHAN ................ 158

PEMIMPIN BERKARAKTER LUHUR ............................................................ 164

MENAKAR KEABSAHAN DIRI SEBAGAI PEMIMPIN ROHANI ........... 175

MENEGUHKAN DIRI MENJADI PEMIMPIN VISIONER ........................ 183

ENTREPRENEUR SEJATI ............................................................................... 197

APAKAH BENAR SABAR ITU MENGUNTUNGKAN................................. 205

SYAHADAT KEPEMIMPINAN YESUS KRISTUS ...................................... 210

MEMBANGUN SIKAP: MENGAPA HARUS MENJADI PEMIMPIN

PEMBAWA DAMAI ........................................................................................... 214

AWAS, PEMIMPIN JANGAN MEMBIARKAN DIRI DIJILAT-JILAT .... 218

SEBERAPA PENTINGNYA KOMITMEN DALAM KEPEMIMPINAN ...... 222

PENUTUP ............................................................................................................... 227

Page 5: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

iii | P a g e

PENDAHULUAN

Apakah ada hubungannya antara kepemimpinan dengan spiritualitas seseorang?

Apakah yang dimaksud kepemimpinan ? & Apakah yang dimaksud dengan

spiritualitas?

Apa saja unsur-unsur spiritualitas itu?

Apakah pemimpin harus memiliki nilai-nilai spiritual? Bagaimana dengan

pemimpin dunia? Mana yang lebih efektif?

Hal-hal tersebut akan dibahas dalam koleksi ini.

Page 6: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

iv | P a g e

Tuhan Yesus memberkati.

BMF collections - 2015

Page 7: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

1 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan Dari Dalam Hati-Spiritual Leadership

Kepemimpinan efektif yang selama ini telah dilakukan banyak CEO dan

Manager seluruh dunia, adalah yang berkaitan dengan motivasi,

pengembangan potensi individu, dan pembentukan team yang solid. Namun

itu saja tidak cukup; kemampuan mengelola krisis, perubahan dan

melakukan pertumbuhan-pertumbuhan, menjadi tuntutan dominan dalam

kepemimpinan. Keahlian kepemimpinan membutuhkan tidak saja

ketrampilan namun juga membutuhkan inspirasi, kearifan dan komitmen.

Semua orang saat ini mengidamkan kepemimpinan, membutuhkan figure

kepemimpinan yang dapat diandalkan, dipercaya dan dapat

mengaktualisasikan perubahan-perubahan konstruktif. Kita membutuhkan

kepemimpinan yang mampu mentransformasikan karakter organisasi,

memberikan perubahan-perubahan strategis, sekaligus yang dapat

meningkatkan potensi individu-individu yang dipimpinnya, efektif mengelola

resources dan memiliki keinginan untuk aktif terlibat dalam proses inovasi

dan pertumbuhan. Serta yang terpenting, memiliki semangat meraih

pencapaian dan mengejar kesuksesan tanpa terdominasi oleh materialism

belaka.

Teori Kepemimpinan kini telah berkembang dengan mengapresiasikan nilai-

nilai kehidupan (values) dan kemanusiaan. Kepemimpinan tanpa

menyertakan values adalah sebuah kepemimpinan yang digerakkan oleh

ototarianisme belaka. Nilai-nilai inti kehidupan yang telah teruji berlangsung

sepanjang jaman adalah Spiritualitas. Spiritualitas, adalah tentang interaksi

jiwa kita pada dunia disekitar, respon yang mempengaruhi perilaku kita

dimanapun dan dalam kondisi apapun.

Spiritualitas bukanlah segalanya tentang agama, spiritualitas

adalah tentang mengabsorbsi intisari dari hubungan kita secara roh

dan jiwa dengan Yang Suci, Yang Ilahi, Sumber Kebenaran, atau

Yang Maha Kuasa yang kita percayai dan bagaimana kita

Page 8: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

2 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

mengaplikasikannya secara universal kepada semua orang di

sekitar kita.

Spiritualitas, membantu membangun karakter dalam diri kita. Termasuk

dalam pola kepemimpinan yang kita jalankan. Kepemimpinan yang berbasis

spiritualitas, bukan tentang kecerdasan dan ketrampilan dalam memimpin

belaka, namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas,

kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih, yang membentuk akhlak dan moral

diri sendiri dan orang lain. Spiritual Leadership adalah kepemimpinan yang

mengedepankan moralitas, kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa,

kekayaan bathin dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain.

Spiritualitas adalah tentang bagaimana melakukan segala sesuatu dengan

usaha terbaik dalam kesempurnaan bathin sesuai dengan nilai-nilai

kehidupan yang kita yakini.

Mengaplikasikan spiritualitas, adalah cara kita mencapai otoritas moral

bahkan dalam situasi tersulit sekalipun. Spiritualitas membawa kita kepada

pencarian jati diri lebih mendalam; mencari kebaikan dan potensi terbaik

dari dalam diri, menghargai dan memahami orang lain, menumbuhkan

kedewasaan berpikir, waspada, bijaksana, membangun rasa belas kasih

terhadap orang lain, dan membuat kita bersemangat dalam meningkatkan

hubungan rohani dengan TUHAN melalui kegiatan-kegiatan keagamaan

yang lebih khusuk dan bermakna.

Spiritualitas mengekspresikan cinta sesungguhnya dari TUHAN, yang tak

bersyarat, tidak takut, dan tidak mementingkan diri sendiri.

Nilai-nilai kehidupan berorientasi pada kejujuran, perilaku

bertanggungjawab, kedamaian bathin, menghindari konflik, dan berakhlak

mulia ini berpengaruh dalam pembentukan karakter individu dalam

berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam melakukan pekerjaan

apapun. Seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya terbaik bahkan

ketika tidak ada seorangpun yang memperhatikannya. Seorang profesional

dapat dengan jujur mengakui kesalahan/keterlambatannya menyelesaikan

tugas dengan tidak menyalahkan orang lain. Seorang eksekutif, dapat

menemukan cara lebih baik dalam mengirimkan barang/jasa yang

Page 9: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

3 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

diproduksinya, tanpa menambahkan biaya kepada pelanggannya. Seorang

Sales, tidak memberikan janji berlebih atau harga lebih tinggi. Seorang

manager, melihat bahwa tugasnya bukan sekedar menjadi bos, tetapi

melayani orang lain.

Pada suatu ketika, seorang petani yang sedang bekerja di ladangnya

ditanya oleh seorang pria yang kebetulan lewat dan berhenti persis di

pinggir ladang tersebut. Ia mengagumi tanah subur yang dipenuhi dengan

tanaman sayur hijau yang menakjubkan. Ia berkata, ”Wah, ladang ini luar

biasa! Bapak pasti telah sangat bekerja keras mengupayakan semua ini.

Seumur hidup belum pernah saya melihat tanaman sesubur ini pasti bapak

sangat bangga memilikinya” Petani ini tersenyum dan menjawab, “Ah,

tidak, saya hanya menanamkan benih kedalam tanah ini saja”. Keheranan

dengan jawaban petani ini, pria itu berkata, “Ya, tetapi Bapak pasti

melakukan usaha dan kerja keras yang luar biasa untuk mencapai hasil

seperti ini.” Petani ini tersenyum dan menjawab,” Tentu saja, saya tidak

sendirian, beberapa orang membantu saya mengerjakan tanahnya.” Masih

belum puas, pria ini kembali bertanya, “Lalu siapa yang membuat tanaman

sayur ini tumbuh dan berkembang dengan indah seperti ini?” Dengan

tenang Petani ini menjawab, “Oh, itu bukan bagian kami! Semua keindahan

ini adalah bagianNya” Petani ini, dengan tenang menunjuk ke atas.

Lanjutnya,” Ini adalah hasil kerjasama kami!”

Sebenarnya, petani ini memiliki kesempatan menerima pujian atas

ladangnya. Namun, ia meyakini bahwa bagian yang ia kerjakan tidak

sepenuhnya layak mendapatkan keseluruhan apresiasi. Ada orang-orang

yang membantunya mengolah tanah dan menyadari bahwa bagian terbesar

tetap ada di tangan TUHAN yang memungkinkan semua jerih payahnya

menghasilkan sesuatu yang luar biasa menakjubkan. Memelihara hubungan

dengan TUHAN memungkinkannya melampaui semua yang tidak sanggup ia

kerjakan sendirian; ia tetap menjaga kerendahan hati, meski pujian atas

kesempurnaan ditujukan kepadanya secara pribadi! Ia tidak sekedar

melakukan apa yang ia sanggup kerjakan dengan tangannya sendiri, namun

menambahkan nilai-nilai kehidupan (spiritualitas) dalam usaha yang

Page 10: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

4 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dilakukannya.

Keberhasilan, apapun bentuknya tidak bisa diraih sendirian dan dengan

usaha kita sendiri. Menjalin hubungan dengan orang lain dan yang terutama

kesediaan kita bekerja sama dengan TUHAN adalah dasar utama dalam

mengelola anugerah yang dipercayakanNya kepada kita. Mengandalkan

kemampuan, pengalaman dan kekuatan kita saja tidak cukup, kita perlu

segera menyadari bahwa nilai-nilai spiritual yang kita miliki dapat

mengarahkan kita mencapai kualitas hidup yang jauh lebih indah dari yang

pernah kita pikirkan! Atas apapun tujuan yang hendak kita capai.

Bagian 2

Sebesar apa harga yang Anda mau bayarkan untuk menjadi pemimpin yang

berhasil baik secara profesional maupun spiritual? Setiap orang pasti akan

melakukan segala hal, tak peduli berapapun harga yang dibayarkan dan

banyaknya waktu yang dikorbankan asalkan mencapai keberhasilan sebagai

pemimpin yang tidak saja trampil dalam ilmu kepemimpinan namun juga

cerdas emosi dan spiritual. Sebuah keseimbangan keberhasilan dalam hidup

yang diinginkan banyak orang, juga Anda.

Percaya atau tidak, tidak peduli berapa banyaknya resources yang Anda

miliki, keberhasilan sebuah kepemimpinan tidak datang dari luar, ini hanya

dapat dimulai dari diri Anda sendiri, dan dimulai dari dalam hati.

Anda, adalah tentang siapa Anda sebenarnya. Kepintaran, titel, senioritas,

pengalaman dan supremasi sosial ekonomi mungkin dapat menjadikan

Anda seorang pemimpin. Tetapi keberhasilan Anda menjadi seorang

pemimpin, adalah saat Anda berlaku seperti seorang pemimpin, yakni

ketika hati Anda membawa Anda pada perilaku-perilaku seorang pemimpin

yang sejati.

Memimpin Diri Sendiri

Orang pertama yang anda pimpin adalah diri sendiri. Anda tidak dapat

memimpin dengan efektif sebelum Anda berhasil memimpin diri sendiri.

“Kemenangan pertama dan terbaik adalah menaklukan diri sendiri” (Plato)

Fokuskan, untuk mulai dari diri sendiri sehingga Anda dapat melakukan apa

Page 11: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

5 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

yang patut di lakukan untuk mempengaruhi dan menolong orang lain

mencapai keadaan yang lebih baik.

Bukalah hati anda untuk bersedia melakukan perubahan-perubahan terlebih

dahulu sebelum menghasilkan perubahan-perubahan atas diri orang lain.

Spiritualitas menumbuhkan karakter-karakter positif seorang pemimpin.

a. Positive-Thinking

Seberapapun besarnya usaha Anda untuk menjadi Pemimpin yang berhasil

tidak akan cukup, sebelum Anda merombak cara berpikir Anda terlebih

dahulu menjadi lebih positif. Berpikir positif melahirkan optimisme,

konsistensi, daya tahan, integritas, ide-ide cemerlang, kejujuran,

kerjasama, hati yang lemah lembut, ketegasan, kewibawaan, percaya diri,

belas-kasih, motivasi, efektif, pengendalian diri, menghargai orang lain,

toleransi dan kesediaan membantu orang lain.

Bersihkan pikiran Anda dari segala yang mengarah pada hal-hal

negatif/merusak. Dan bersihkan sekarang juga! Pikiran Anda menentukan

karakter Anda.

Kendalikan pikiran Anda atau ia akan mengendalikan Anda (Horace)

Beberapa tahun silam, sebuah peristiwa luar biasa terjadi di Eropa. Para

ilmuwan diberi ijin untuk mengadakan suatu percobaan yang mereka

lakukan pada seorang narapidana yang telah divonis hukuman mati.

Narapidana itu diikat, ditutup matanya dan didudukan diatas meja. Lengan

narapidana itu ditoreh sedikit yang sebenarnya tidak sampai mengeluarkan

darah. Tapi kepada narapidana itu diberitahukan bahwa darahnya akan

mengalir terus sampai dia mati dan darah itu akan mengalir ke baskom

seperti yang narapidana rasa dan dengar. Ilmuwan itu terus berbicara

tentang perkembangan darah yang mengalir dari lengan narapidana itu.

Dan narapidana tersebut semakin lemah. Dengan semua sugesti buruk

yang merasuki pikirannya ini, perlahan-lahan narapidana itu mati dengan

sendirinya.

Page 12: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

6 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Pikiran Anda adalah kekuatan besar yang mampu memberikan apa yang

Anda inginkan. Ia dipengaruhi oleh semua yang kita masukkan kedalam

pikiran kita. Apa yang dipikirkan, itulah yang terjadi. Pikiran kita bisa tertipu

sebagaimana cerita diatas. Narapidana itu diyakinkan bahwa dia akan mati

dan pikirannya meyakinkan itu, lalu matilah dia! Yakinkan bahwa Anda telah

melindungi daerah rawan Anda dari pikiran-pikiran negatif. Pikirkan hal-hal

yang ingin Anda capai sekalipun saat itu Anda belum benar-benar

meraihnya.

Jika Anda mengembangkan Karakter Berpikir Positif, maka orang lain juga

akan mengikuti Anda.

b. Tentukan Tujuan yang Jelas

Kepemimpinan Spiritual memiliki visi. Pemimpin spiritual memimpin dengan

tujuan dan sasaran yang jelas. Ia adalah seorang pemimpin yang memiliki

pertimbangan atas apa yang dapat ia lakukan karena ia dapat berpikir

dengan hasil akhir yang tampak jelas. Ingatlah, siapapun dapat

mengemudikan kapal, tetapi diperlukan pemimpin untuk memetakan

jalurnya terlebih dahulu!

“Rahasia kesuksesan terletak pada konsistensi kita terhadap tujuan yang

telah kita tetapkan”

(Distraeli)

c. Disiplin Diri

Disiplin, meski dapat diajarkan dan dipaksakan, tidak akan dapat

berlangsung lama jika ia tidak ditularkan dan dibiasakan. Disiplin diri tidak

dapat dilakukan sesaat ia harus menjadi gaya hidup. Disiplin adalah tentang

komitmen. Lakukanlah segala sesuatu yang dapat membawa Anda lebih

dekat kepada tujuan Anda setiap hari. Ingatlah, bahwa Anda tidak saja

tengah membuat perubahan atas hidup sendiri, namun juga sedang melatih

diri Anda untuk menularkannya pada orang lain.

d. Selalu Bertumbuh

TUHAN YANG MAHA BESAR menganugerahkan kehidupan, apa yang akan

Page 13: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

7 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kita lakukan dengan pemberianNya tersebut menjadi tanggung jawab kita

sepenuhnya; kita hanya perlu menggali, menemukan semuanya dan

melakukan pertumbuhan bersamaNya. Spiritualitas merupakan partisipasi

aktif dan kerjasama yang indah antara kita dan ALLAH dalam

mengembangkan kehidupan. Sebuah korelasi yang menakjubkan!

“Kita tidak berada dalam posisi dimana kita tidak memiliki apapun yang

dapat digunakan untuk bekerja. Kita sudah mempunyai kemampuan, bakat,

arah, misi dan panggilan”. (Abraham Maslow)

Pemimpin Spiritual, harus dapat menginisiatifkan pertumbuhan! Tak peduli

apakah ia adalah pemimpin di perusahaan besar, di cabang kecil di daerah,

atas keluarga, atau bahkan ketika ia memimpin dirinya sendiri.

“Arti kehidupan yang penuh kesadaran terletak, bukan pada apa yang biasa

kita pikirkan, atau kemakmuran, melainkan pada perkembangan jiwa”

(Alexander Solzhenitsyn)

Terkadang kesuksesan, dan kemapanan mengaburkan kepekaan kita akan

pentingnya melakukan pertumbuhan. Padahal, pemimpin yang tidak

bertumbuh adalah pemimpin yang sudah dapat dipastikan tidak memiliki

masa depan! Mereka yang tidak melakukan pertumbuhan, tidak

bekerjasama mengembangkan anugerah yang diberikan TUHAN kepadanya.

“ Mereka yang senantiasa bersama Tuhan akan mendapatkan kekuatan

baru. Mereka seperti burung rajawali yang terbang tinggi dengan kekuatan

sayapnya. Mereka berlari dan tidak menjadi lemah, mereka berjalan dan

tidak menjadi lesu.”

Maka, bertumbuhlah agar potensi yang telah diberikanNya berkembang,

kembangkan potensi hingga berlipat jumlahnya, tebarkan potensi itu, agar

bermanfaat bagi dirimu sendiri dan orang lain, dan hingga kemudian,

semuanya akan memuliakan nama TUHAN yang memberimu anugerah

kehidupan tersebut.

Page 14: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

8 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Anda tidak perlu berusaha keras meyakinkan oranglain, bagaimana

hebatnya Anda memimpin, atau betapa besarnya keinginan Anda agar

mereka mencapai keberhasilan, Anda hanya perlu menunjukkannya kepada

mereka. Saat Anda telah berhasil memimpin diri sendiri dengan spiritualitas

dalam hati Anda, Anda telah siap memimpin orang lain.

Bagian 3

Kepemimpinan adalah pengaruh, kemampuan seseorang mempengaruhi

orang lain. Seorang pemimpin hanya dapat memimpin orang lain ketika ia

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain mengikuti jejaknya.

Seorang pemimpin spiritual menyadari bahwa fokusnya bukan lagi terletak

pada diri sendiri, tetapi pada orang-orang yang dipimpinnya. Ia adalah

seorang pemimpin yang memperhatikan bagaimana orang lain dapat

tumbuh, berkembang dan mencapai visi yang hendak dicapai bersama

dengan nilai-nilai kehidupan yang ia sebarkan pada mereka.

“Kita semua dilahirkan untuk suatu alasan, tetapi tidak semua kita

menemukan sebabnya. Keberhasilan dalam kehidupan tidak ada

hubungannya dengan apa yang Anda dapatkan atau capai sendiri.

Keberhasilan adalah apa yang Anda lakukan bagi orang lain”.

(Danny Thomas)

Sebagai pemimpin, Anda berkewajiban mendorong orang lain untuk

mencapai tujuan-tujuan dan mendorong perubahan-perubahan yang lebih

baik. Jangan pernah bekerja sendirian. Tidak ada pemimpin tipe Lone

Ranger. Jika Anda sendirian, Anda tidak sedang memimpin siapapun!

Memimpin Orang Lain

Salah satu kesalahan yang biasa dilakukan pemimpin adalah berusaha

memimpin orang lain sebelum mengembangkan hubungan dengan mereka.

Sementara Anda bersiap untuk mengembangkan orang lain, luangkanlah

waktu untuk saling mengenal. Mintalah mereka berbagi cerita dengan Anda,

temukanlah apa yang menggugah mereka, kekuatan dan kelemahan

Page 15: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

9 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

mereka, sifat-sifat mereka, impian-impian mereka, ekspektasi mereka

dalam pekerjaan dan sebagainya. Ini akan mengembangkan hubungan

Anda dengan cara yang tidak pernah ada sebelumnya, dan akan membuat

Anda juga bertumbuh.

William Wolcott berkunjung ke New York pada tahun 1924 dan membuat

catatan tentang perjalanannya tersebut. Saat ia tengah berada di kantor

seorang sahabatnya, tiba-tiba ia mendapatkan ilham untuk membuat

sketsa. Agar tidak kehilangan ilham tersebut, ia meminta secarik kertas

yang ada di meja sahabatnya itu.

“Bisakah saya memintanya?” sahabatnya menjawab,”Itu bukan kertas

sketsa, itu hanya kertas pembungkus biasa”. Karena tidak ingin kehilangan

ilham yang muncul itu, Wolcott mengambil kertas pembungkus tersebut

dan berkata,”Tidak ada yang biasa-biasa saja jika kita tahu bagaimana

menggunakannya”. Pada kertas pembungkus itu, ia membuat dua sketsa.

Kemudian hari, salah satu sketsa itu dijual dengan harga $500 dan yang

lainnya dengan harga $1000, sebuah jumlah yang sangat besar pada tahun

1924.

Setiap orang, jika dalam pengaruh positif orang lain, sama seperti kertas

pembungkus biasa di tangan seorang artis besar. Tidak peduli dari apa

kertas tersebut dibuat, kertas itu dapat menjadi harta yang sangat

berharga.

Tidak setiap orang yang Anda pengaruhi akan berpikir sama dengan Anda.

Anda harus menolong mereka bukan saja percaya mereka dapat berhasil,

tetapi juga memperlihatkan kepada mereka, bahwa Anda menginginkan

mereka berhasil.

Pemimpin Spiritual memelihara hubungan dengan orang lain adalah dengan

menumbuhkan kepeduliaan yang tulus. Mereka memimpin dengan

empathy, kasih sayang, dan rasa hormat.

a. Peliharakanlah Hubungan Baik

Page 16: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

10 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

1. Memahami Orang Lain

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda, dan setiap individu tidak

mungkin dihadapi dengan cara yang sama. Karenanya, memahami mereka,

dan mempelajari bagaimana membina mereka sesuai dengan kepribadian

mereka, dapat membantu Anda menolong mereka mencapai tujuan-tujuan.

2. Mengasihi Orang Lain

Anda tidak dapat benar-benar menjadi pemimpin efektif kecuali Anda

mengasihi mereka.

Henry Gruland berkata,”Menjadi seorang pemimpin artinya lebih dari

sekedar ingin memimpin. Para pemimpin mempunyai rasa pengertian

terhadap orang lain dan kemampuan yang tajam untuk menemukan yang

terbaik dari dalam diri orang lain.. bukan yang terburuk.. dengan benar-

benar mempedulikan orang lain”

3. Menolong Orang Lain

Pusatkan diri Anda pada apa yang Anda dapat tanamkan dalam diri orang

lain, bukan apa yang Anda bisa terima dari mereka.

b. Berikan Hati Anda

Harapan adalah karunia terbesar yang dapat kita berikan kepada orang

lain; karena bahkan jika orang lain gagal melihat arti diri mereka sendiri,

mereka masih mempunyai alasan untuk tetap berusaha dan bekerja keras

untuk mencapai potensi mereka di masa depan. Pemimpin Spiritualitas

adalah pemimpin yang memberikan harapan dan pengertian.

“Kita membutukan pemimpin-pemimpin yang tahu bagaimana „membaca‟

hati dan yang dapat memberikan kepada mereka rasa tenang, rasa

percaya, pengertian akan mereka dan kejujuran yang sesungguhnya

dibutuhkan mereka…” Samual Brengle

Apa yang Anda percayai terlihat dengan bagaimana cara Anda bertindak.

“Perlakukanlah orang lain seperti penampilannya dan Anda akan

membuatnya semakin buruk. Tetapi perlakukanlah seseorang seolah-olah ia

Page 17: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

11 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

telah mencapai potensinya dan Anda akan menjadikan dia menjadi

sebagaimana seharusnya” (Wolfgang von Goethe).

c. Kembangkan Potensi Mereka

Berikan perhatian Anda pada kekuatan orang lain. Pusatkanlah perhatian

pada mempertajam keahlian yang sudah ada. Pujilah kualitas-kualitas

positif. Munculkanlah bakat-bakat terpendam pada mereka. Doronglah

mereka mengembangkan potensi-potensi mereka. Pusatkan perhatian pada

peningkatan kekuatan mereka, Anda sedang mengembangkan hubungan

yang kuat dengan mereka, dan mereka mulai bertumbuh serta

mendapatkan rasa percaya diri. Setelah percaya diri muncul, baru Anda

dapat membicarakan tentang kelemahan-kelemahan mereka dan

menanganinya dengan bijaksana satu per satu.

Ingatlah bahwa semua orang mempunyai potensi untuk berhasil. Sebagai

pemimpin, tugas Anda melihat potensi-potensi dimaksud, menemukan apa

yang belum ada dan memperlengkapinya dengan apa yang diperlukannya.

“Membina hubungan dengan orang lain tidak rumit, hanya membutuhkan

usaha”

Jadilah penuntun, panutan, pelopor, penolong, pemerhati, pemerkasa

tindakan, pekerja keras, pencetus ide, penyelaras hubungan, pembuat

keputusan bijak, penggali potensi, pemberi bantuan, pelatih, pecinta

pengetahuan, pemberi bimbingan spiritual (imam), pemberani, pengabdi

kejujuran, pembuat perubahan, pemegang janji, pemaaf, pelaku rendah

hati, pembuat kebahagiaan, pelaku disiplin, pendobrak pembaharuan,

pendengar yang baik, pemberi rasa aman, pendorong kerja sama, pembuat

pengaruh positif, pembuat momentum, pemberi kepercayaan, perencana,

pendorong semangat, pemenang, pendorong perbaikan karakter, pencetus

kualitas, dan penyelesai perselisihan.

JADILAH PEMIMPIN!

“Dengan kepemimpinan yang baik, segala sesuatu dapat diperbaiki.”

Selamat Memimpin, Sukses Milik Anda Sekarang!

Untuk Diingat:

Page 18: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

12 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Pemimpin Spiritual mengapresiasikan nilai-nilai kehidupan ke dalam

kepemimpinannya, memberikan teladan dalam perilakunya dan mendorong

perubahan positif kepada orang lain. Latihlah diri Anda melakukan hal

berikut:

Aku Melakukannya.

Aku Melakukannya dan kamu memperhatikan.

Kamu Melakukannya dan aku memperhatikannya.

Kamu Melakukan.

https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/kepemimpinan-dari-dalam-

hati-spiritual-leadership/

Good to Go

Pernahkah Anda bercermin sebelum pergi keluar rumah, kemudian

kembali lagi beberapa saat kemudian kedepan cermin, hanya untuk memastikan bahwa

Anda sudah cukup rapi untuk keluar rumah?

Entah berapa banyak waktu yang kita perlukan dalam sehari untuk melihat cermin,

memastikan bahwa keadaan kita sudah cukup baik untuk berangkat.

Ayah saya adalah seorang yang sangat tertib dan senantiasa menjaga penampilan nya untuk

bersih, resik dan wangi. Saya selalu ingat,sebagai gadis kecil memperhatikan dengan

asyik betapa gagahnya beliau mengenakan seragam, menyisir rambut abu-abunya dengan

rapih, mengenakan ikat pinggang, berkaca di cermin dengan gagah, tersenyum dan

mengatakan sesuatu bagi dirinya di depan cermin sebelum kemudian berangkat kerja.

Page 19: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

13 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Sebagai gadis kecil yang mengagumi ayahnya, saya selalu terpana, melihat bagaimana

beliau menyiapkan dirinya setiap hari sebelum berangkat kerja. Kadang saya benar-benar

menyimak bagaimana ia mencukur, dan memperhatikan bagaimana beliau menetapkan

bahwa segalanya telah siap untuk hal selanjutnya.

Beberapa waktu berselang, saat berangkat dewasa, saya baru mulai memahami mengapa

ayah saya dahulu selalu menyisihkan waktu memperhatikan penampilannya prima sebelum

berangkat bekerja. Baginya, begitu penting memastikan bahwa segala sesuatu disiapkan

terbaik, meski hari itu entah bagaimana nanti berakhir.

Ketika kita merasa, saat memulai hari, dengan kondisi terbaik secara fisik, menetapkan

bahwa hari itu adalah hari terbaik, dan bahwa kita siap menjalaninya, maka segalanya

kemudian menjadi baik untuk dikerjakan. Dan setiap selesai menyiapkan dirinya, ia selalu

berkata, “good to go”. Kebiasaannya kini saya teruskan, dan bagikan kepada anak saya.

Saya sangat mempercayai bahwa memulai hari dengan segala persiapan yang baik, dan

dalam pikiran positif maka seluruh hari berjalan dengan baik. Bahwasannya kemudian ada

tantangan, gangguan, ketidaknyamanan yang terjadi di hari itu, tidak lagi menjadi penting,

sebab hari itu dimulai dengan sesuatu yang baik, yang positif dan di sepanjang hari segala

keadaan menjadi lebih ringan dan tidak terlalu berat.

Kita memang tidak punya kendali atas hari yang ada di hadapan kita, tetapi kita punya

kendali atas bagaimana kita merespon segala keadaan dengan memulai hari dengan

menyiapkan terbaik dari diri sendiri, merasa nyaman dengan diri sendiri, dan mengerahkan

seluruh kemampuan diri untuk mengharapkan yang terbaik terjadi hari itu.

Tidak ada salahnya, memberikan sedikit waktu setelah bangun tidur memikirkan hal-hal

terbaik tentang diri kita, dan hal-hal yang kita harapkan terjadi hari itu untuk kita, kemudian

menyisihkan waktu untuk benar-benar memberikan perhatian pada penampilan kita hari itu,

memuji semua anugerah yang kita terima itu kemudian mengokohkan pikiran untuk menjadi

yang terbaik hari itu. Lupakan sesaat kemacetan yang sebentar akan kita temui di jalan,

atasan yang marah, rekan kerja yang terlambat, tagihan yang belum terbayar, makan pagi

yang belum sempat disiapkan, lupakan sesaat hiruk pikuk rumah di pagi hari, lupakan

sejenak semua kegelisahan dan fokuskan perhatian hanya pada pribadi dicermin, dan pada

Page 20: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

14 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

hal-hal besar yang akan dilakukannya hari ini. Segala yang kita pikirkan, terpaku pada apa

yang kita percayai dapat kita lakukan. dan biarlah kekuatan positif ini memenuhi keberadaan

kita di pagi hari.

Sebab, mungkin saja hari ini berjalan dengan penuh kejutan; tapi ketika kita memulai nya

dengan semua kesiapan Good to Go! maka keseluruhan hari dapat dipastikan berjalan baik;

It‟s Going Good..

Mau coba?

https://liferesonance.wordpress.com/take-it-up/good-to-go/

Powerful Personal Branding

Anda tentu tak asing dengan beragam iklan di media massa. Terlebih yang ditayangkan

berulang-ulang di televisi dan radio. Beberapa dari Anda bahkan mampu

menghafal jingle atau tagline iklan tertentu atau bahkan menggunakan beberapa potongan

kalimat iklan untuk berkelakar atau mengukuhkan pernyataan anda.

Jika saya bertanya untuk meminta anda menjawab tanpa berpikir panjang tentang korelasi

kata yang saya sebutkan dengan merk produk tertentu, saya yakin Anda dapat menjawab

pertanyaan saya dengan mudah. Mari kita buktikan; jawablah semua pertanyaan di bawah

ini dengan cepat menurut apa yang paling Anda ingat :

1. Pencuci Rambut Hitam …

2. Mobil keluarga …

3. Restoran Cepat Saji ….

4. Sabun Pemutih Badan ….

5. CDMA Termurah ….

6. Pasta Gigi ….

Page 21: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

15 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

7. Pembersih Lantai Ampuh ….

8. Obat Sakit Kepala ….

9. Minuman Berenergi ….

10. Susu Kesehatan Tulang …

Jika 10 pertanyaan ini Anda jawab kurang dari 5 menit, maka dapat disimpulkan, bahwa ini

lah yang disebut sebagai keberhasilan menanamkan kekuatan branding produk yang

dipasarkan; sedemikian kuat nya pesona branding tersebut sehingga Anda dan berjuta orang

lain tak perlu harus bersusah payah mengingat untuk menjawab kategori benda yang

ditanyakan dengan merk produk tertentu yang tertanam dalam benak dengan sedemikian

kuat.

Luar Biasa! Nah, bayangkan jika kekuatan yang sama kita transformasikan dalam proses

„mempromosikan‟ diri kita kepada oranglain. Mungkin ini terdengar tidak lazim, tetapi ini

sebuah terobosan cerdik yang manfaatnya sangat dahsyat melebihi kemampuan Product

Branding memenangkan kompetisi market. Hanya saja, kita tidak sedang berupaya menjual

barang/jasa tetapi kompetensi dan keahlian yang kita miliki ini kepada peminat pengguna

keahlian tersebut. Kita sedang berupaya memenangkan kompetisi di „pasar potensi‟ dengan

jutaan pesaing lain yang memiliki kemiripan features dan qualities serupa dengan kita.

Di „Pasar Potensi‟ dengan kompetisi ketat seperti ini, tentu saja diperlukan lebih banyak

usaha untuk menajamkan Personal Branding untuk dapat benar-benar tampil mencuat dari

kebanyakan. Disini, kita belajar bersama, bagaimana mengelola seluruh potensi yang

termuat dalam diri kita menjadi Powerful Personal Branding.

Definisi sederhana yang dapat saya katakan tentang Personal Branding adalah Seni

Dikenali Unik . Mengapa unik? Karena demikianlah keadaan kita sesungguhnya. Tidak ada

yang diciptakan sama dengan Anda, bahkan ketika Anda memiliki saudara kembar sekalipun.

Sebelum dan setelah Anda, tidak ada yang benar-benar diciptakan sama persis dengan

Anda. Demikian uniknya, Anda di ciptakan, seluruh bagian hidup yang disertakan pada Anda

pun sangat unik tidak sama dengan yang lain. Ketika Anda berpikir, bahwa Anda tidak

memiliki semua yang Anda perlukan untuk mengubah nasib Anda, ini semua sebenarnya

Page 22: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

16 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

adalah Apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda, yang Anda batai sendiri tentang keadaan

Anda, yang membuat Anda merasa tidak dapat bergerak kemanapun. Dan inilah internal

branding yang Anda proyeksikan di benak Anda tentang keadaan hidup Anda.

Ya. Anda memiliki pengaruh yang luarbiasa besar dalam menentukan internal branding ;

yakni Apa yang Anda pikirkan tentang Siapa Anda kepada diri Anda sendiri. Cobalah, dalam

3 kata adjektif (kata sifat) tentukan apa yang Anda pikir dapat merefleksikan keadaan Anda?

Pikirkan masak-masak dan jawab dengan jujur. Sesungguhnya, keatas diri sendiri, apa yang

Anda pikirkan tentang siapa diri Anda? Ini langkah penting, untuk mendefinisikan diri sendiri

dengan jujur. Kebanyakan orang mulai menapaki kegagalan ketika mereka berhenti dengan

jujur membuat penilaian atas keadaan dan kondisi mereka apa adanya. Jika Anda tidak

dapat dengan jujur mengemukakan keadaan diri kepada Anda sendiri, bagaimana mungkin

Anda dapat menciptakan Personal Branding yang kokoh, keluar?

Sebagai contoh dapat saya gambarkan seperti ini. Ferona (maaf jika ada yang bernama

sama) berpikir bahwa dirinya pemaaf, sabar dan cekatan. Tetapi orang-orang yang bekerja

bersamanya, atasannya dan keluarganya menilai Ferona terlalu pendiam, tidak cepat

bereaksi atas keadaan, dan cenderung mencari kondisi aman ketimbang mempertimbangkan

mengambil resiko untuk melakukan sesuatu. Apakah Ferona salah mengidentifikasi Internal

Branding nya? atau apakah orang-orang disekitar Ferona tidak mampu memahaminya?

Ingat, setiap orang memiliki perspektif dalam penilaian mereka. Ada rangkaian proses dalam

benak setiap orang dalam membuat penilaian yang berbeda satu dengan yang lain atas

seseorang. Yang terpenting adalah saat melakukan Internal Branding, Anda mampu benar-

benar membuat definisi jujur tentang keadaan Anda, kemudian merefleksikannya keluar

dengan jujur, menerima saran dan kritik orang lain untuk membuat penebalan pada definisi

Internal Branding, meluruskan posisi branding Anda, dan melakukan perubahan-perubahan

yang diperlukan agar proses Personal Branding Anda merupakan sesuatu yang benar-benar

dikenal unik. Hal terpenting saat melakukan Internal Branding adalah bersikap jujur

terhadap diri sendiri tentang keadaan Anda, kemudian merefleksikan keadaan itu keluar;

jangan takut menjadi orang yang tidak sempurna, karena dalam keadaan apa adanya,

banyak peluang dibukakan kepada kita untuk memperbaiki dan merubah diri kita.

Internal Branding, adalah apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda, harapan apa yang ingin

Anda raih sebagai kualitas internal Anda yang mencuat dan membuat oranglain benar-benar

Page 23: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

17 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

tertarik pada kualitas itu di dalam Anda. Percayalah pada diri sendiri, bahwa Internal

Branding itu benar-benar mewakili keadaan Anda sebenarnya dan bukan yang Anda

rekayasa untuk dilihat oranglain.

Apa yang oranglain lihat, pahami dan simpulkan tentang keadaan Anda, adalah yang

disebut Eksternal Branding . Eksternal Branding memang dipengaruhi oleh perspektif

oranglain, standar penilaian eksternal, status, relasi, dan tingkatan kepentingan. Namun,

demikian Eksternal Branding juga dipengaruhi seberapa kuat dan besarnya pengaruh

Internal Branding yang kita proyeksikan keluar melalui rangkaian tindakan-tindakan, reaksi

dan perubahan sikap yang kita lakukan. Jadi, jelaslah, Personal Branding, adalah interaksi

yang terjadi antara Internal Branding dan Eksternal Branding yang mengarahkan kepada

Personal Growth Anda.

Manfaat Personal Branding

Ingat betapa sebuah iklan yang membekas dalam benak kita kadang dapat mendorong

terjadinya impulse buying atas produk tertentu? Nah..inilah kekuatan dahsyat yang saya

maksud dari keberhasilan sebuah iklan atas proses pengambilan keputusan membeli

oleh target market mereka. Bayangkan jika ini terjadi pada Personal Branding kita;

saat dewan direksi memutuskan untuk mengangkat seorang manajer yang cekatan, jujur,

memiliki keahlian manajemen, leadership yang kuat, berani, dan dapat diandalkan maka

nama yang mencuat sebagai kandidat terkuat adalah Anda! karena semua kualitas dan

„features‟ yang dibutuhkan untuk posisi tersebut ada di dalam diri Anda. Personal Branding

bermanfaat untuk:

1. Merealisasi kan visi hidup Anda

2. Mengokohkan „Features‟ atau „Key Attributes‟ atau „Keahlian Utama‟ Anda

3. Mengokohkan „Qualities‟ yang Anda miliki; nilai lebih yang menyertai „Brand Features‟

Anda

4. Membantu Anda melakukan Personal Growth setiap waktu dengan lebih strategik

Page 24: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

18 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

5. Membantu Anda mempresentasikan diri Anda Lebih Maksimal (promosi jabatan, peluang

karir, gaji lebih baik)

6. Menjalani hidup lebih Percaya Diri, Jujur dan Penuh Semangat

7. Membuka peluang lebih banyak untuk pertumbuhan, peningkatan keahlian dan

pengetahuan

Dan lebih banyak manfaat lain yang dapat Anda temukan saat menjalaninya nanti.

8 Langkah Strategis

Jika sekarang ini adalah waktu dimana Anda memutuskan untuk memulai mengelola

Personal Branding Anda, maka inilah langkah-langkah yang saya sarankan Anda lakukan:

1. DIG DEEP : WHO YOU ARE?

Cari tahu dan buatlah daftar tentang penemuan ini. Buatlah dalam dua kolom, tentang

SIAPA ANDA; di kolom satu menurut Anda sendiri, dan kolom kedua menurut orang lain

(buat dua sampai tiga anak kolom dari 2-3 orang berbeda). lalu cari kesamaan dari pendapat

mereka ini dengan daftar Anda. Analisa dengan seksama (tentu saja Anda harus dapat

benar-benar jujur) apakah hal-hal ini benar-benar dapat mendefinisikan keadaan diri Anda?

jika ya, pilihlah 3-5 atau bahkan lebih hal-hal yang ingin Anda adaptasi sebagai kekuatan

Internal Branding Anda, kemudian fokus pada hal-hal yang telah Anda pilih ini sebagai area

kekuatan yang akan Anda kelola sebagai kekuatan branding Anda kemudian.

2. DEFINE YOUR DREAMS AND MAKE IT HAPPEN

Catat Visi Hidup Anda, kemudian tuliskan pencapaian apa saja yang ingin Anda raih dalam

hidup Anda, bagikan dalam bentuk matriks 6 bulan, 1 tahun, 3 tahun dan 5 tahun ke depan.

Untuk memudahkan, anda dapat mulai mendesain Mission Statement untuk perencanaan

kehidupan Anda baik secara pribadi, profesi, sosial dan keluarga. Anda harus dapat

menemukan arah hidup Anda, dan menyusun Mission Statement : raison d‟ être membantu

Anda mengarahkan tindakan mencapainya.

Kemudian, coba perhatikan, apakah hal-hal yang telah Anda muat dalam Internal

Branding Anda telah dapat membantu Anda menuju Pencapaian Visi Diri? Mencapai Mimpi

Page 25: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

19 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

yang Anda idamkan? Jika belum, cari tahu hal apa lagi yang dapat Anda tambahkan untuk

membantu Anda dalam proses ini.

3. GO AFTER YOUR TARGET AUDIENCE WITH FIRE IN YOUR HEART

Penuh Semangat! ini kuncinya. Percayai bahwa Personal Branding Anda adalah kemasan

yang cukup kuat untuk memenangkan kompetisi. Presentasikan dengan kepercayaan diri,

dan Anda akan melihat betapa pengaruh itu dapat membuat impresi yang dalam pada

audiens yang Anda tuju.

Satu hal penting lain yang perlu diingat, tetaplah jujur tentang keadaan Anda. Ini

memudahkan kekuatan Personal Branding Anda mencuat dari kebanyakan. Tentu sulit,

jika Anda memanipulasi keadaan Anda untuk berbagai audience, dan dengan mengenakan

„Features‟ yang bukan merefleksikan keadaan sebenarnya, mungkin anda berhasil

„mengelabui‟ situasi dan keadaan tertentu, tetapi Personal Branding Anda menjadi tidak

fokus, tidak powerful apalagi teruji konsisten. Daripada melakukan hal sia-sia yang

melelahkan (karena Anda harus melakukan „bongkar-pasang‟ Brand Features Anda) lebih

baik fokus kekuatan Anda dalam keadaan sebenarnya Anda.

4. DONT CRASH AND BURN

Seringkali Anda mengalami stagnasi, mandek atau bingung hendak melakukan apa lagi atau

bagaimana melakukannya. Jangan Kuatir.. Anda tidak sendirian. Hal yang paling efektif

untuk menghindarkan diri dari tantangan berhenti di tengah jalan, adalah dengan mencari

tahu hal-hal apa yang membuat Anda terhenti. Apakah masalah ini terkait hal psikis/mental

ataukah hal-hal yang terjadi di lingkungan Anda. Jika hal-hal yang telah dapat Anda kenali

sebagai penyebab ini Anda temukan dan dapat atasi, lakukan. Jika tidak, jangan ragu dan

sungkan meminta bantuan oranglain yang Anda pikir dapat membantu Anda mengatasi

stagnasi ini. Dalam keadaan stagnasi seperti ini, jangan mudah terpengaruh untuk mengikuti

pola/bentuk dari personal Branding orang lain yang Anda nilai berhasil. Tidak selamanya

keberhasilan oranglain memiliki komposisi kesuksesan yang sama dengan yang Anda miliki.

Berhenti Membanding dan Mencopy, lakukan sesuatu dengan maksimal dengan apa yang

Anda miliki.

5. RECRUIT A SQUAD OF BRAND CHEER LEADER

Page 26: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

20 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Ini yang saya sukai. Kita tidak mungkin dapat berhasil sendirian! Keberhasilan kita juga

tergantung dari bagaimana kita dapat menjaga relasi dengan banyak orang, dan

mempertahankan persahabatan dengan orang-orang yang dapat mendukung kesuksesan

kita, seperti kita mendukung keberhasilan mereka juga. Mulailah membentuk „team‟ kecil

yang mendukung keberhasilan Anda mengukuhkan Personal Branding yang Anda ingin

kokohkan, kemudian mintalah mereka dalam beberapa jangka waktu, untuk melakukan

analisa dan penilaian atas Anda. Ini membantu Anda untuk memiliki keabsahan akan

keberhasilan Anda membentuk Powerful personal Branding keluar.

6. PACKAGING!

Tidak ada produk yang laku terjual hanya dengan kampanye yang hebat tanpa didukung

kemasan. Demikian juga Personal Branding Anda. Presentasikan Personal Branding anda

sesuai dengan kemasan yang dapat merepresentasikan branding Anda. Sertakan Kualitas

yang menonjol dan membuat Anda unik dinilai. Misalkan sertakan Integritas dalam Personal

Branding Anda. Jika perlu tambahkan beberapa detail penting setiap kali Anda berinteraksi

dengan orang lain, seperti Keramahan, Senyum, Menyapa lebih dulu, Memberikan

kesempatan oranglain menyelesaikan kalimatnya..dapat dijadikan hal yang membantu

kemasan Personal Branding Anda menarik untuk diperhatikan. Anda juga mungkin dapat

berpikir untuk memperbaiki penampilan Anda, merapihkan pakaian (tidak perlu mahal, yang

penting sopan dan bersih), menata rambut Anda, membersihkan kuku Anda, dan

sebagainya. Ingatlah kesan, meninggalkan pesan. Tinggalkan Kesan yang baik, agar pesan

anda tersampaikan (Anda tengah menyampaikan Personal Branding Anda).

7. GET COMFORTABLE WITH YOUR OWN SKIN

Perubahan bagaimanapun kecil nya pasti memerlukan waktu adaptasi. Usahakan, perubahan

apapun yang Anda lakukan adalah yang benar-benar Anda inginkan, karena Anda

membutuhkannya. Buatlah diri Anda senyaman mungkin dalam melakukan nya. Karena itu,

saya selalu mendorong perubahan dan tindakan yang mengikuti arah perubahan lebih efektif

terjadi jika didasari oleh motivasi yang dibangun dari diri sendiri, bukan karena keharusan

atau karena diminta orang lain. Sekali lagi, Anda harus benar-benar nyaman dengan

keadaan Anda, dengan Personal Branding yang ingin Anda „market‟ kan keluar.

Page 27: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

21 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

8. DEVISE A PLAN AND GET ON WITH IT

Melakukan sebaik-baiknya saja tidaklah cukup. Anda harus benar-benar bekerja keras

mengupayakannya. Ingat, kompetitor Anda lumayan banyak, Anda harus mencuat unggul

karena keunikan yang Anda miliki. Galilah dan temukan hal-hal yang membuat Anda

memenangkan kompetisi ini dan diperhitungkan sebagai seorang dengan Powerful Personal

Branding. Akuntan dengan sertifikasi brevet A-C, teliti, jujur, cekatan, dapat bekerja

dibawah tekanan, mampu mendelegasi tugas, memiliki kemampuan komputer akuntansi

yang baik, seperti Anda misalnya cukup banyak, tetapi diatas semua Features dan Qualities

ini Anda harus menambahkan satu atau lebih yang membuat Anda mencuat dari kebanyakan

orang (Stand Out in Crowd). Ini adalah kerja keras, lakukan sesuatu sekarang.

Setidaknya buatlah dalam 5 bagian Peta Potensi ini distribusi yang Anda perlukan dalam

mencapai Visi Hidup Anda ke depan.

peta-potensi

Siapapun Anda, dan bidang pekerjaan Anda, ketahuilah sebenarnya Anda memiliki banyak

sekali potensi, keahlian dan kualitas yang belum Anda kelola dengan maksimal, bahkan ada

beberapa yang belum Anda temukan di dalam diri Anda. Setiap Anda, memerlukan Peta

Potensi untuk mengetahui hal ini. Karenanya, mulai biasakan untuk mulai

membuat Portfolio Potensi secara berkala dan menghitung semua potensi yang Anda miliki

dan perlu Anda miliki untuk merancang Perencanaan Karir Anda ke depan nanti.

Selamat Beriklan!

https://liferesonance.wordpress.com/take-it-up/powerful-personal-branding/

Bangun, Dengan Bijak

Seorang tukang kayu memutuskan untuk pensiun lebih cepat. Dia memberitahukan kepada

kontraktor atasannya, bahwa ia telah lama bekerja dengan keras dan ingin sekali menikmati

hidup bersama keluarga nya dengan berhenti bekerja. Kontraktor ini menyesalkan keputusan

tukang kayu pegawainya, dan bersedia meluluskan permintaan tersebut dengan sebuah

Page 28: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

22 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

syarat; tukang kayu harus dapat menyelesaikan satu pekerjaan baginya sebelum ia berhenti

bekerja.

Tukang kayu menyanggupi, meski ia sebenarnya kesal dengan syarat yang diajukan

kontraktor atasannya ini, mau berhenti bekerja, malah diberikan tugas tambahan, sungguh

tak masuk akal pikirnya lagi. Maka, dengan berat hati, ia pun bekerja semaunya,

menyelesaikan pekerjaan yang diminta atasannya itu untuk membangun sebuah rumah.

Semua dikerjakan apa adanya sesuka hatinya, ia berpikir, toh jika pekerjaanku tidak

sempurna, aku pun sudah akan berhenti bekerja baginya, dan ia tidak dapat memarahiku

lagi. Ia memilih bahan bangunan yang murah, memasang tembok dengan tidak rapih,

memuat kabel-kabel sekenanya, memasang pipa berkarat, atap dipasang asal-asalan, dan

memasang pintu bekas yang dibelinya di pasar loak. Yang penting jadi, pikirnya dalam hati.

Tibalah waktu dimana rumah itu selesai dibangun. Kontraktor ini datang untuk mengecek

pekerjaan terakhir yang dilakukan oleh tukang kayu pegawainya. Terlihat rumah itu

dibangun dengan asal-asalan, sangat berantakan dan sedikit oleng ke kiri karena pondasi

yang dibuat tidak cukup kuat. Tukang kayu merasa, bahwa tugasnya selesai, dan kini ia

dapat segera pergi berlibur dengan keluarganya. Tak sabar, ia bersegera ia menyerahkan

kunci rumah yang selesai dibangun kepada kontraktor. Tetapi tiba-tiba diluar dugaan,

kontraktor ini justru menyerahkan kembali kunci nya kepada tukang kayu, seraya berkata,

“Ini untukmu. Hadiah yang kusiapkan bagimu sebagai tanda perpisahan kita, karenanya aku

meminta satu tugas akhir sebelum engkau pergi, untuk membuat satu rumah ini yang

hendak kuberikan kepadamu”

Alangkah terkejutnya si tukang kayu. Jika saja ia tahu, bahwa rumah itu bakal menjadi

miliknya, tentulah ia akan mengerjakan pembangunannya dengan lebih baik, lebih rapi, dan

memilih bahan bangunan yang terbaik.

Sama halnya dengan kita. Tatkala kita membangun kehidupan, sehari lepas hari, seringkali

kita menaruh teramat sedikit, cenderung asal-asalan, dan segala hal yang tidak bermutu

kedalam “bangunan” hidup kita. Kemudian menemukan, bahwa semua yang kita lakukan itu

ternyata untuk diri kita sendiri. Terperanjat dengan hasil yang kita terima; semuanya

didapati dalam kondisi yang tidak bagus, karena kita berpikir kita melakukannya sebagai

beban dan tidak berpikir manfaat bagi diri sendiri. Kita tidak berpikir membangun kehidupan

Page 29: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

23 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

ini untuk kebaikan, kenyamanan, dan kebahagiaan bagi diri sendiri. Dan sama dengan

tukang kayu itu, kita hanya dapat menyesal dan tidak dapat memutar ulang proses

pembangunan itu.

Saya teringat pesan ayah, “kehidupan adalah project do-it-yourself” perilaku kita dan

pilihan-pilihan yang kita ambil hari ini, sangat menentukan bagaimana bentuk bangunan

kehidupan kita, esok hari. Karenanya, bangun dengan bijaksana dan tentukan pilihan-pilihan

dengan bertanggungjawab.

Apa jadinya anda nanti, ditentukan dari bagaimana Anda mengambil keputusan hari ini.

Sejauh mana, Anda menilai kehidupan Anda dan dengan bertanggungjawab

memaksimalisasikan semua usaha yang Anda kerjakan untuk kehidupan Anda nanti.

“Bangunan” kehidupan seperti apa yang sedang Anda rancang? Apa yang telah Anda

masukkan kedalamnya? Apakah semua bahan-bahan yang membentuk bangunan adalah

kualitas terbaik? Bagaimana meletakkan pondasi nya agar kuat menopang?

Anda dapat memulai merestorasi “bangunan” kehidupan Anda dan membangunnya dengan

lebih baik untuk tujuan kehidupan yang lebih bermanfaat :

1. Bijak mengambil keputusan

Sebagai pemimpin, Anda tentu diharapkan dapat menentukan pilihan-pilihan, mengambil

keputusan dengan bijaksana untuk menentukan bagaimana jadinya nanti “bangunan” yang

anda kerjakan sekarang. Dan seperti Anda telah tahu, mengambil keputusan adalah inti dari

kepemimpinan. Inilah yang sesungguhnya membedakan antara pemimpin yang biasa

dengan pemimpin yang luarbiasa, yang membedakan pemimpin yang berhasil mencapai

tujuan dengan pemimpin yang tidak saja berhasil mencapai tujuan tapi juga secara

bersamaan membuat inovasi. Bangun dengan bijaksana, tentukan pilihan dengan keputusan

cermat.

2. Bijak menentukan tujuan

Banyak orang gagal bukan karena tidak mampu, tetapi karena tidak memiliki tujuan yang

jelas. Hidup tanpa tujuan, mengalir begitu saja, menikmati apa yang datang memang

mungkin lebih mudah. Tetapi masalahnya, hidup yang demikian tidak membawa hasil yang

berarti. Orang seperti ini, mungkin di akhir kehidupannya didunia, akan menggaruk kepala

mereka dan bertanya, “sesungguhnya saya hidup untuk apa?” Sebaliknya, mereka yang

memiliki arah dapat merefleksikan kehidupan mereka dengan puas karena telah menemukan

Page 30: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

24 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

tujuan hidup dan mencapai hal-hal yang berarti. Anda harus memiliki tujuan jangka panjang,

untuk menghindarkan Anda dari frustasi karena kegagalan jangka pendek (Charles C. Noble)

Tujuan adalah kunci kesuksesan hidup. Dr. Ari Kiev (Cornell University) mengamati bahwa

saat seseorang memutuskan untuk mengkonsentrasikan energinya untuk suatu tujuan yang

spesifik, mereka mulai mengalahkan kesulitan yang paling berat sekalipun. Bangun dengan

bijaksana, tentukan tujuan.

3. Bijak Bebas dari Keterbatasan

Seringkali, pemikiran kita memiliki batasan-batasan. Seperti seekor lebah yang dimasukkan

pada gelas tertutup, tiap kali ia terbang, mengenai tutup gelas dan merasakan sakitnya

terbentur, ia kembali terbang rendah berputar-putar dalam gelas. Setelah berbulan-bulan

dalam kondisi tersebut, lebah tidak berusaha lagi untuk terbang lebih tinggi daripada tutup

gelas. Bahkan bila tutup tersebut dibuka, tetap saja, lebah tidak akan terbang keluar.

Seperti lebah itu, seringkali pemikiran kita dibatasi oleh “tutup-tutup” gelas kehidupan. Yang

harus Anda lakukan adalah, terbanglah, meski terus terbentur berkali-kali, karena kita tidak

pernah tahu kapan, “tutup-tutup gelas” telah terbukam dan kita bisa terbang bebas keluar.

Bangun dengan Bijaksana, bebaskan diri dari keterbatasan.

Bagaimana jadinya hidup Anda nanti, ditentukan dari bagaimana Anda membangunnya hari

ini, jadi, bertanggungjawab menjalani hidup; bangunlah dengan bijaksana, karena semua

usaha itu, pada akhirnya dipersembahkan hanya untuk Anda.

https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/bangun-dengan-bijak/

Dicari : Perempuan Cerdas, Cantik dan Cakap Perilaku

Sempurna! Tentu saja!

TUHAN tidak pernah mencipta tanpa tujuan, dan semua yang dikerjakanNya pasti sempurna,

tak bercela dan selalu dalam perhatian khusus (bayangkan, tak ada satupun dapat mencipta

dengan detail, presisi luar biasa dan keunikan beragam yang tak pernah sama sekali dibuat

ulang dalam keserupaan seperti yang selalu dilakukanNya).

Page 31: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

25 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Perempuan diciptakan untuk tujuan mulia, mereka dihadirkan di antara segala ciptaanNya

untuk melengkapi kesempurnaan maha karya yang Agung.

Jadi, jika anda, adalah seorang perempuan, dan merasa tidak tahu tentang tujuan hidup

anda di dunia ini, ketahuilah, bahwa TUHAN tidak pernah dalam keadaan tidak sengaja

menciptakan anda, IA tidak menciptakan anda biasa saja tanpa kelebihan, karena kehadiran

anda bukanlah sekedar angka dalam statistik jumlah penduduk. Tidak sama sekali! Jika saya

dapat menggambarkannya, saat TUHAN memutuskan untuk menciptakan anda, IA pasti

memikirkan dengan seksama tentang anda, mencipta dalam kebesaran kasih sayangNya,

dan dengan hati-hati terencana mengatur setiap keberadaan fisik, jiwa dan roh untuk

melaksanakan maksudNya atas hidup anda, kemudian menghadirkan anda di tengah-tengah

keluarga anda sekarang, mengirimkan rejeki, suami, anak, karir, usaha, kawan-kawan,

keberhasilan dan ketrampilan untuk anda sebagai perempuan yang sempurna dihadapanNya.

Sayangnya, banyak perempuan merasa mereka tidak berarti, tak berdaya, merasa kurang

cantik dan tidak cukup cerdas untuk menjadi sukses dan bahagia dalam hidupnya. Mereka,

mungkin juga anda, belum benar-benar menyadari bahwa setiap perempuan diciptakan

sedemikian unik, dan luar biasa yang tidak ada duanya! Bayangkan, anda tidak diciptakan

dalam bentuk grosiran! Cuma ada satu saja perempuan seperti anda di dunia ini, dan inilah

saatnya, anda benar-benar menemukan hal-hal mengagumkan tentang diri anda.

Cerdas.

Tidak ada perempuan bodoh, yang ada hanya perempuan ceroboh, yang melakukan

kesalahan karena tidak waspada, gegabah, angkuh dan tidak bijak berlaku. Sekali lagi, tidak

ada perempuan yang bodoh. Jadi, jangan pernah menganggap diri anda tidak berguna

terlebih menempatkan diri tak berdaya. Meski terlihat tak seperkasa kaum lelaki, perempuan

dapat melakukan lebih banyak, menampung rasa, mengolah pikiran dan menggunakan

intuisi lebih besar. Perempuan cerdas tidak semata diukur dengan tingginya skor IQ mereka,

jenis keahlian yang mereka miliki, profesi yang mereka jalankan, atau nilai akademik yang

mencengangkan. Perempuan cerdas, adalah mereka yang mengetahui tujuan hidup mereka,

mengelola potensi diri mereka, mengasah hati, dan yang bijak mengatur hidup mereka

mencapai perubahan dan perbaikan setiap hari. Kecerdasan tidak semata terletak pada

kemampuan akal belaka tetapi juga melaraskan hati, mengamalkan iman dan

memberlakukan budi pekerti mereka dengan bijak.

Page 32: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

26 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Perempuan cerdas, bukan berarti selalu benar tanpa salah; perempuan cerdas mengakui

kesalahan mereka, mengevaluasi tindakan-tindakannya dan melakukan perencanaan untuk

memperbaiki kesalahan-kesalahan. Perempuan cerdas, paham betul, bahwa tujuan hidupnya

tidak berhenti pada keadaan kini, tetapi untuk hal-hal yang terus datang sepanjang hidup

mereka. Anda, adalah perempuan yang cerdas, yang kini anda harus lakukan adalah

menyempurnakan kecerdasan anda dengan menyeimbangkan segala yang anda miliki dan

terus bertumbuh. Hidup anda tidak berhenti ketika anak-anak menikah, juga tidak selesai

ketika cucu-cucu anda dilahirkan, masa pensiun tiba, ketika suami anda tiada, dan bahkan

ketika usia mulai membatasi fisik anda. Anda tidak berhenti bertumbuh, terus galilah potensi

pemberianNya di hidup anda yang mengalir tanpa henti. Ketika anda melakukannya, anda

adalah perempuan cerdas yang dicari itu.

Tak peduli warna kulit anda, bentuk hidung anda, letak tahi lalat anda, berapapun berat

badan anda, tinggi badan anda dan rupa fisik anda; anda adalah seorang perempuan yang

cantik! Ya, benar. Lalu berhentilah membandingkan diri anda dengan perempuan lain!

Secermat apapun anda menilai, anda tidak melakukan hal apapun yang konstruktif atas diri

anda sendiri – tidak ada apapun yang akan anda temukan kecuali rasa kecewa saat anda

membanding diri. Mengapa membuang energi dan waktu untuk sesuatu yang tidak produktif

Page 33: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

27 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dan cenderung destruktif itu? Saya tegaskan sekali lagi, anda cantik sebagaimana

adanya, bersyukurlah!

Hanya anda yang dapat menentukan keindahan diri anda sendiri, menetapkannya dalam

sanubari, mempercayainya sepenuh hati dan orang lainlah yang akan melihat kecantikan itu

terpancar dari dalam diri anda, jauh melebihi tebalnya make up atau mahalnya perawatan

tubuh yang anda investasikan setiap bulan. Hati yang besyukur, membuat anda selalu

menjadi perempuan yang cantik. Dan kecantikan seperti ini adalah kemolekan jiwa bukan

sekedar terlihat dalam kemasan luar belaka.

Cakap Perilaku.

Peran perempuan adalah pemimpin, pemandu, penasehat, pemberi teladan dan pembimbing

perilaku anak-anaknya. Pada rumahtangganya ia membantu suaminya meneguhkan

karakter-karakter terpuji, memelihara ahlak mulia, membiasakan kesantunan dan

mengukuhkan iman. Pada keluarga dan tempatnya bekerja ia menjadi pribadi yang

diandalkan, dipanut, dan dipuji karena perilakunya yang setia, lembut, panjang sabar,

cekatan, penyayang, pandai, pemaaf, penolong, tegas, dan bertanggungjawab. Berprofesi

apapun perempuan, ketika mereka rendah hati dan berperangai baik, keberadaannya

membawa pengaruh positif kepada orang disekitarnya; mereka telah sukses dalam apapun

profesi dan peran yang mereka jalankan.

https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/dicari-perempuan-cerdas-cantik-dan-

cakap-perilaku/

Kembangkan Kemahmu!

Perbedaan mereka yang mampu menciptakan sebuah inovasi dahsyat di dunia adalah

kemampuan untuk melihat sesuatu yang tidak dilihat orang-orang pada jamannya. Coba

bayangkan saat Thomas Alfa Edison memperkenalkan listrik pertama kali; kegagalan-

kegagalannya banyak di cemooh orang, belum lagi reaksi atas keraguan pada penggunaan

Page 34: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

28 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

energi listrik saat pertama kali di perkenalkan. Namun lihat bagaimana listrik kini, tanpanya,

kita sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Inilah kekuatan sebuah visi!

“If you can dream it, you can do it” – Walt Disney.

Sebuah visi yang jelas, dapat membawa siapapun mencapai tujuan. Kemudian? Ya,

kemudian kita melakukan segala upaya untuk mencapai keberhasilan. Lalu apa yang kita

lakukan saat kita telah mencapai kesuksesan, apakah ini berarti visi kita juga telah berakhir?

Banyak orang berpikir pencapaian berhenti saat visi tercapai, ini tidak sepenuhnya benar;

tengoklah bagaimana tokoh-tokoh besar penemu, penjelajah dan pelopor tatkala mereka

telah mencapai sesuatu, mereka melakukan lebih banyak, menggali visi lebih dalam,

melakukan pertumbuhan, menciptakan sesuatu yang baru, melebarkan sayap mereka.

Intinya, mereka tidak pernah berhenti berkembang!

Banyak orang berkeinginan untuk mendaki Puncak Everest, setidaknya saya satu diantara

mereka. Tujuan para pendaki ini tak lain adalah untuk mencapai puncak dari gunung

tertinggi di dunia. Motivasi yang terbesar adalah tentang penaklukan; baik atas tumpukan

batu setinggi awan itu, maupun penaklukan diri para pendaki itu sendiri. Para penjelajah

yang telah lebih dahulu berhasil melakukan ekspedisi paling berbahaya ini memberikan

panduan dan pelajaran yang berarti dalam menaklukan puncak tertinggi itu yakni; hal

tersulit bukan saja terletak saat melakukan pendakian, namun juga ternyata saat menuruni

puncak!

Sama halnya dengan saat kita mengira tantangan terberat meniti puncak kesuksesan adalah

saat bergerak ke atas menuju puncak tujuan sehingga orang berlomba-lomba menjadi

nomor satu. Tetapi ternyata lebih sukar bagi seseorang untuk mengerti arti turun ke bawah.

Saya sangat setuju, bahwa semua orang harus berpegang pada visi mereka dan mencapai

keberhasilan, namun betapa sering kita melupakan bahwa mencapai tujuan saja, hanyalah

penjelajahan setengah jalan! Karena perjalanan selanjutnya adalah tentang membagi visi

kita kepada orang lain, membagi kesuksesan kepada orang lain sesuai dengan kemampuan

kita dan menularkan perjuangan pertumbuhan yang telah kita alami kepada lebih banyak

orang.

Given to Give

Page 35: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

29 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Dalam sebuah kesempatan memimpin outbond training pada suatu waktu, saya meminta

beberapa peserta membangun kemah bagi team mereka sendiri. Para peserta yang saya beri

tugas ini adalah mereka yang ditunjuk sebagai pemimpin team hari itu, tanpa tahu, berapa

jumlah anggota team yang akan ditugaskan bersama mereka. Logika-nya, mereka

menghitung probabilitas yang dapat terjadi dengan menghitung jumlah total peserta dan

pemimpin yang ditunjuk. Saya biarkan mereka berkreasi dengan resources yang ada di

depan mereka, dan tak satupun dari mereka pernah mendirikan kemah sebelumnya! Setelah

kemah-kemah dengan bentuk aneh selesai didirikan, saya mulai memanggil peserta yang

lain, dan membaginya sampai semua peserta masuk dalam kelompok yang jumlahnya sama

besar, lalu saya meminta mereka masuk dalam kemah yang telah dibuat oleh pemimpin

kemah dengan tidak memperkenankan apapun dan siapapun keluar dari kemah. Ini yang

menarik, saya menambahkan tantangan, dengan menyertakan kelompok pengamat dan

pembina masuk dalam kelompok! Kemah-kemah yang didirikan hanya dapat memuat 6-7

orang, tidak untuk 12 orang! Semua berdiri berdesak-desakan,tak ayal lagi, hampir semua

kemah ambruk seketika karena desakan anggota team didalamnya, kecuali satu kemah yang

masih berdiri, meski hamper oleng. Perhatian saya tertuju penuh pada kelompok ini, yang

kemudian bersepakat menggabungkan kemah mereka dengan kemah ambruk kelompok di

sebelahnya, sehingga 2 kemah dapat menampung 2 kelompok dan penyatuan kedua kemah

ini justru saling menopang, memperkuat satu dengan yang lain. Ini tidak akan terjadi jika

kelompok dengan kemah paling tahan berdiri dari yang lain, tidak segera mengambil

keputusan melebarkan kemah mereka dengan kemah kelompok lain di dekat mereka!

Kemah yang hampir oleng mungkin bernasib sama, ambruk dan tidak mendapat apapun,

jika ia tetap bangga pada pencapaian sementara, dan tidak memahami arti turun ke bawah

memberikan asistansi kepada yang lain; yang justru kemudian ternyata makin memperkuat

kemah mereka dan kemah milik orang lain.

Berkolaborasi adalah tindakan positif melalukan pertumbuhan atas diri sendiri dan orang

lain, lakukanlah dengan ketulusan dan toleransi yang tinggi! Anda tidak akan pernah rugi,

saat Anda memberi! Dalam hidup, masing-masing kita diberikan berkah kelimpahan rezeki

lahir dan bathin, tapi bukan hak kita semata menikmatinya sendiri. Apapun yang telah

diberikan kepada kita, baru dapat benar-benar berarti sebagai berkah saat kita dapat

membaginya kepada orang lain.

Page 36: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

30 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Sinergi Selalu ada manfaat lebih, saat anda dapat bekerjasama. Anda dapat menyatukan

kekuatan, menciptakan kondisi yang menguntungkan, mengerjakan lebih banyak dan lebih

baik dari pada saat mengerjakannya sendiri, kemudian, saat mengalami kesulitan, kegagalan

atau kendala yang tidak diharapkan, Anda tidak sendirian melampauinya. Kekuatan yang

bergabung, dapat menjangkau lebih banyak, Anda tentu sependapat dengan saya; bahwa

berbagai bisnis yang berhasil adalah bisnis yang dapat bersinergi efektif dengan berbagai

pihak.

Peluang Ada Dimana-mana!

Meski telah terdengar biasa, coba pahami lebih dalam. Peluang benar-benar dapat Anda

temui dimanapun, bahkan pada tempat, keadaan, kondisi dan waktu yang mungkin Anda

tidak duga sebelumnya. Perhatikan dengan seksama disekeliling Anda, pergunakan peluang

dan kembangkan kemah anda sekarang!

Do not looked down small people, when you meet great giants; when you need needle, what

sword can do?

https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/kembangkan-kemahmu/

RUMAH : Sekolah Unggulan Karakter

Bayangkan betapa bangganya anda, ketika anak anda memenangkan sebuah perlombaan, ia

pulang dengan piala dan penghargaan atas kemenangannya berkompetisi dengan anak-anak

lain. Apapun perlombaannya tidak menjadi sepenting titel kejuaraan yang anak anda

peroleh, meski mungkin ia hanya memenangkan lomba makan kerupuk di acara

tujuhbelasan lingkungan tempat tinggal anda! Dan bayangkan, betapa lebih bangganya lagi

anda, jika dalam sepuluh atau tigapuluh tahun kemudian, ia menjadi seorang yang berhasil

dalam profesinya, pemimpin yang dihormati banyak orang, dikenal berbagai kalangan

masyarakat, dan membanggakan bangsa dan negaranya.

Semua orangtua, termasuk saya, pasti berharap keberhasilan hidup terjadi pada masa depan

anak-anak kita; menjadi pemenang, menjadi pemimpin, pionir, dan pencetus ide. Diatas

Page 37: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

31 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

semua harapan tinggi tersebut, setidaknya, kita berharap anak-anak mendapatkan

kehidupan yang jauh lebih baik dari yang semua orangtua pernah dapatkan. Tetapi

bagaimana caranya memastikan bahwa anak-anak kita kelak mendapatkan kehidupan yang

jauh lebih baik dari orangtuanya? Apa yang hendak anda wariskan kepada anak-anak Anda?

Semua orangtua pasti akan bekerja keras dan berupaya lebih giat untuk memastikan

kesiapan masa depan anak mereka terjamin sejak awal.

Tetapi apakah semua itu cukup untuk menjamin kehidupan mereka lebih baik seperti yang

kita harapkan? Uang tentu saja dapat memenuhi hampir semua kebutuhan, tetapi ingat,

justru hal-hal yang terpenting di dunia, tidak dapat dibeli dengan uang! Dapatkah anda

membeli cinta kasih tulus? Kebaikan? Toleransi? Adakah toko khusus yang menjual

Karakter? Dimana dapat membeli kejujuran? Atau dimana kita memesan dalam jumlah

banyak Ketaqwaan dan Keluhuran Hati? Sekali lagi, saya tekankan, tidak ada orangtua atau

guru yang gagal, yang ada hanyalah para orangtua terlalu sibuk dan berhenti mendengarkan

anak-anak mereka.

Pembentukan karakter ternyata jauh lebih penting untuk mempersiapkan anak-anak atas

masa depan mereka. Keberhasilan, kesuksesan dan ketenaran tidak pernah kekal, tetapi

keunggulan karakter –lah yang dapat membuat mereka menjadi pemenang dan pemimpin

berhasil dalam hidup mereka, tidak peduli jenis pekerjaan apa yang akan mereka kerjakan

nanti, berapa jumlah gajinya setiap bulan dan dimana mereka akan tinggal. Mereka akan

bersemangat untuk hidup sebagai pemenang, ketika dengan keunggulan karakter, mereka

merasa berbahagia dengan kehidupan yang mereka dambakan, dan bukan yang kita

tentukan bagi mereka.

Ini adalah sebuah kebenaran : ”Tidak ada anak yang gagal atau bodoh, mereka hanya tidak

tahu apa yang seharusnya mereka lakukan dan kebingungan dengan semua tuntutan

orangtua dan pengajar mereka tentang hidup mereka.” Tidak ada yang benar-benar

mempertanyakan kepada anak-anak apa yang mereka inginkan. Dan ketika anak-anak

mengungkapkan apa yang mereka inginkan dalam hidup mereka nanti, sedikit orangtua

yang benar-benar menyimak dan mengambil tindakan mengarahkan mereka pada tujuan

yang hendak mereka capai.

Page 38: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

32 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Karakter tumbuh dari kebiasaan-kebiasaan yang dilatih, ditunjukan, diperbaiki dan diulang

terus menerus. Dan inilah fakta sesungguhnya; “Tidak ada Sekolah Karakter sebaik di

rumah”.

Tidak ada kurikulum paling efektif dalam Sekolah Karakter yang saya maksudkan ini, kecuali

yang disusun bersama seluruh anggota keluarga. Itu sebabnya saya lebih menyukai istilah

„kerja tim‟ dalam project persiapan masa depan anak ketimbang „agenda tugas‟ saat

merancang apa yang dapat orangtua lakukan bagi anak-anak mereka sejak hari ini.

Anak-anak anda adalah calon pemimpin, setidak-tidaknya menjadi pemimpin atas hidup

mereka sendiri! Dimana mereka memiliki kendali atas emosi mereka, dalam interaksi dengan

orang lain, reaksi atas keadaan, sikap yang dipilih, ekspresi mereka dan pengambilan

keputusan atas segala sesuatu yang terjadi pada hidup mereka nanti. Berikut beberapa

langkah sederhana, dimana Anda dapat mengembangkan pendidikan karakter pada sekolah

calon pemimpin di rumah Anda sendiri.

1. TANPA INSTRUKSI!

Anak-anak dilahirkan tanpa instruksi manual. Tapi ALLAH SWT memberikan panduan rohani

di bathin anda, sebagai orangtua. Sebutkan nama mereka di setiap doa-doa Anda, dan minta

hikmahNya dalam membina mereka. Anda bukan Super Parents Bekerjasamalah dengan

TUHAN!

2. BUKAN GROSIRAN!

Saya selalu mengingatkan orangtua dimanapun saya berjumpa mereka, bahwa anak-anak

anda tidak dilahirkan dalam kualitas grosiran! Mereka punya identitas sendiri, meski ketika

mereka kembar empat sekalipun. Perlakukan mereka se-istimewa itu, sebab sesungguhnya

mereka diciptakan dengan detail istimewa, dan tidak ada duanya di dunia!). Kenali anak-

anak Anda, lebih baik dari orang lain. Gunakan waktu bersama dengan mereka, meski waktu

anda terbatas, gunakan dengan kualitas. Biarkan mereka bicara dan Anda mendengarkan!

3. HOUSE RULES!

Di rumah, kami memiliki 12 peraturan yang kami rancang bersama-sama, dimana semua

anggota keluarga mengikutinya. Sebagian memuat good-manners seperti menunggu orang

lain menyelesaikan kalimat sebelum kita bicara, sesering mungkin mengucapkan “terima

kasih”, weekend person-in-charge setiap minggu dan dapur kami tutup setelah jam 7

malam. Rancanglah House Rules Anda yang menyenangkan, mulailah dengan menyertakan

Page 39: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

33 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kebiasaan-kebiasaan baik yang anda inginkan Anda wariskan pada anak-anak Anda.

4. ROAD MAPS!

Apa cita-cita anak-anak anda? Arahkan dengan spesifik, telusuri bersama seluk beluk profesi

pilihan mereka, dan tentukan rencana bersama untuk mencapainya. Semua anak pernah

bercita-cita menjadi dokter, tanyakan dokter apa?mengapa? kemudian bersama-sama

membuat daftar hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi dokter. Dampingi mereka, saat

menelusuri semua fakta tentang profesi, semangati mereka dan jangan padamkan

impiannya! Jangan pernah katakan TIDAK MUNGKIN pada mimpi mereka, tapi katakan,

”Mari kita lihat apa INI MUNGKIN kita peroleh”.

5. EMOSI DALAM KENDALI!

Anak-anak juga sama seperti kita, kadang-kadang lepas kendali atas emosi. Jika mereka

marah, sedih atau bahkan mengamuk. Jangan segera menghukum mereka, arahkan mereka

untuk kembali tenang, agar mereka bisa mengungkapkan alasan kemarahan mereka,

diskusikan apa yang sebaiknya mereka dan anda lakukan dengan keadaan itu. Bersabarlah,

dan bersungguh-sungguh dalam menjembatani kebutuhan emosi mereka. Kadang-kadang

anak-anak sulit berekpresi dan memilih diam atau menangis sebagai bahasa yang paling

mereka ketahui untuk menarik perhatian Anda. Jika dibiasakan, mereka dapat menguasai

diri dengan lebih baik.

Masih banyak cara praktis lainnya untuk memulai membangun karakter anak-anak anda di

rumah, apapun yang hendak anda putuskan untuk lakukan, ingat Anda memegang peranan

penting atas pembentukan Karakter Mereka!

Bila seorang anak hidup dengan penuh rasa aman, Ia belajar untuk

beriman(Dorothy Law Notle)

Rumah adalah sekolah unggulan terbaik dalam bertumbuh sesuai potensi dan kepribadian

anak-anak Anda menjadi pemimpin dengan Karakter Cemerlang . Persiapkan Mereka!

https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/rumah-sekolah-unggulan-karakter/

Page 40: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

34 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Berbuah Sepanjang Tahun

Tak terlukiskan senangnya anak saya ketika pada suatu hari kami membawanya ke rumah

seorang kerabat yang tinggal di pedesaan. Lahan pertanian yang terbentang sepanjang

pandangan mata, empang dan ternak yang tidak setiap hari di temuinya di Jakarta. Betapa

nikmatnya makan buah langsung memetik dari pohon, tanpa harus ke supermarket dan

mengantri bayar terlebih dahulu. Pemilik kebun pun sama senangnya pujian kami atas tanah

subur yang ia miliki, dan selanjutnya dengan bangga menceritakan beberapa proses yang ia

kerjakan agar hasil kebunnya maksimal sepanjang tahun. Saya menyimak penjelasannya,

banyak sekali yang ia harus kerjakan dengan tekun untuk memastikan tanahnya dapat

menghasilkan sepanjang tahun!

Anda dan saya, juga pasti menginginkan keberhasilan yang membanggakan dalam

kehidupan. Keberhasilan adalah anugerah tanpa henti diberikan kepada TUHAN sepanjang

hidup kita. Kita hanya perlu mengusahakannya terjadi di setiap tahun-nya!

Bukankah menyenangkan memiliki lahan yang terus menerus menghasilkan dan pohon yang

berbuah sepanjang tahun? Bukankah menyenangkan jika bisnis dan pekerjaan mengalami

pertumbuhan, keluarga berkembang lebih harmonis, ibadah berakar lebih dalam,

persahabatan mengalami peningkatan nilai, kepemimpinan anda mendorong perubahan

positif dan setiap hal yang anda kerjakan meraih pencapaian?

Nah, sekarang, apa yang Anda inginkan terjadi dalam tahun ini? Jawablah dengan membuat

sebuah daftar tentang hal-hal apa yang sangat anda dambakan terjadi. Kemudian, periksa

baik-baik daftar itu, buatlah skala prioritas dari yang paling penting, lalu periksa kembali.

Dari daftar terseleksi ini, apakah hal-hal yang telah anda tuliskan itu adalah yang benar-

benar anda inginkan? Jika ya, bacakan keras-keras hingga anda dapat mendengar suara

keyakinan keluar dari hati anda sendiri. Ulangi beberapa kali, hingga anda mempercayai

bahwa anda dapat meraih hal-hal yang telah anda tuliskan tersebut tahun ini juga! Sekarang

lanjutkan dengan langkah berikut ini:

Sejauh yang Anda Pikirkan!

Pikirkan keberhasilan, pikirkan pencapaian, pikirkan kebahagiaan, pikirkan tentang

kehidupan sepanjang tahun penuh dengan kepuasan bathin, dan kesejahteraan. Saya tahu,

anda pasti juga memikirkan keterbatasan anda, mempertanyakan kemampuan diri sendiri

atau menyangsikan kedispilinan anda menjalankan komitmen sendiri. Fokus pada

Page 41: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

35 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

keberhasilan. Maka sesungguhnya anda sedang menggerakkan seluruh keberadaan anda

dalam mencapainya; percaya bahwa anda telah mencapainya, maka sejauh itu lah anda

akan memperolehnya. Pikirkan, Fokus dan Percaya membantu anda menyelaraskan diri pada

tujuan anda tahun ini.

Keadaan hidupmu adalah cermin dari keadaan pikiranmu –Dr. Wayne W Dyer

Kerjakan Tanahnya!

Berpikir saja tentang sukses tanpa mengerjakan sesuatu tentu saja omong kosong. Lakukan

sesuatu! Jangan takut kotor, jika anda menginginkan tanah yang gembur untuk siap

ditanami. Gali lebih dalam apa yang anda miliki dalam diri Anda, kembangkan potensi-

potensi Anda sekarang; ini adalah modal yang tidak harus Anda usahakan, karena TUHAN

telah memberinya gratis sejak Anda dilahirkan dan percayalah, pasti itu lebih dari satu!

Perbanyak kesempatan melatih potensi, bakat dan kemampuan Anda. Mulailah dari diri

sendiri sebelum anda bekerja dengan sumber daya lain di luar anda.

Ciptakan yang terbaik dari diri anda karena dari situlah semua tentang anda ditentukan-

Ralph W. Emerson

Pastikan Selalu Cukup Perawatan!

Sebaik-baiknya bibit, jika setelah ditanam ia tidak mendapatkan perawatan yang maksimal,

ia sama sekali tidak berharga. Sama halnya dengan hidup anda, apa yang telah

dianugerahkan, apabila itu tidak dipelihara dengan baik, maka ia tidak menghasilkan apapun

atas hidup anda. Sama halnya dengan tanaman perlu langkah pemeliharaan; maka

setidaknya ada 5 perkara yang perlu anda lakukan untuk memastikan pemeliharaan hidup

anda berlangsung dengan maksimal.

1. Pastikan Cukup Sinar Matahari

Sumber kehidupan tumbuhan ada di sinar matahari. Sementara sumber kehidupan kita

adalah TUHAN. Pastikan Anda selalu menjaga hubungan anda terpelihara baik denganNya.

2. Pastikan Cukup Pupuk

Sesekali perlu ada nutrisi tambahan pada tanaman. Nutrisi hidup anda terletak pada

kemauan anda menghimpun kebiasaan baik, mengasah ketrampilan kepemimpinan,

mengelola waktu, mengatur keuangan efisien, memelihara kedamaian, menjaga sikap hati,

dan mempelajari hal-hal baru yang memperluas pengetahuan.

3. Pastikan Tidak ada Benalu

Kendala, cobaan, kesulitan, kegagalan selalu hadir dalam hidup kita, ia bisa tumbuh dimana

Page 42: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

36 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

saja dalam aspek kehidupan kita seperti layaknya benalu, tetapi tindakan kita

menyikapinyalah, yang membuat kita dapat bertahan, dan tidak mati kering terserap

keadaan-keadaan yang menyulitkan disekitar kita. Berpikir positif sama dengan mencabut

benalu sampai akarnya; kita tidak memberi kesempatan keadaan mempengaruhi

pertumbuhan dan pencapaian kita.

4. Pastikan Cukup Perhatian

Sebuah penelitian pertanian di Jepang memberitahukan bahwa tumbuhan yang diberikan

perhatian khusus dengan diajak bicara setiap hari, menghasilkan daun dan buah lebih baik

dari tumbuhan lainnya. Jika tumbuhan saja dapat merespon sedemikian apalagi manusia.

Sediakan waktu untuk berkomunikasi, bukan sekedar bicara dengan orang lain sekitar anda.

5. Pastikan Cukup Persediaan

Setiap panen, selalu ada lumbung yang harus diisi persediaan. Selalu ada tanaman yang

tidak turut dipetik dan menjadi bibit unggulan seterusnya. Dan selalu ada persediaan untuk

tindakan pengembangan selanjutnya. Apapun kesuksesan yang telah anda raih, anda harus

berpikir tentang persediaan untuk tahun berikutnya, kemudian sebarkan bibit kesuksesan

anda kepada orang lain dan kembangkan lebih besar lagi potensi keberhasilan anda

selanjutnya. Ingat, harus selalu ada persediaan!

Jangan berpusat pada keterbatasan, sesungguhnya anda memiliki lebih banyak potensi

untuk meniadakan keterbatasan tersebut. Tentukan sukses anda tahun ini sekarang.

Berbuahlah Sepanjang Tahun! Jika saya bisa, mengapa Anda tidak?

https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/berbuah-sepanjang-tahun/

Bukan Karakter Sebulan

Pernahkah Anda berpikir, bahwa hidup Anda tidak mengalami kemajuan yang berarti dan

memutuskan bahwa sekarang adalah saat tepat melakukan perubahan-perubahan? Anda

telah membuat daftar atas hal-hal yang dapat Anda lakukan, tetapi kemudian berakhir

dimana Anda tidak pernah melakukannya sama sekali? Atau Anda berhasil melakukan

Page 43: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

37 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

perubahan-perubahan pada perilaku dan kebiasaan Anda, namun selang beberapa saat

kemudian Anda berhenti dan kembali pada keadaan semula? Padahal Anda benar-benar

ingin berubah lebih baik.

Atau justru Anda kebingungan darimana perubahan-perubahan atas diri Anda dapat dimulai?

Betapa pun seringnya Anda mengumandangkan self transformation pada diri Anda sendiri,

apabila Anda tidak benar-benar melakukannya, Anda belum melakukan apa-apa kecuali

perencanaan. Dan sebuah transformasi tidak terjadi seketika, dan bertahan dalam hitungan

sebulan saja, transformasi atas kehidupan Anda baru dapat terjadi saat Anda 1) benar-benar

menginginkannya, 2) benar-benarmengusahakannya dan 3) benar-benar

mempertahankannya.

Sebuah perubahan, jika Anda menginginkannya, dapat Anda lakukan dan nikmati

keuntungannya untuk kualitas kehidupan yang lebih baik, kualitas hubungan yang lebih

harmonis, dan kualitas spiritualitas yang prima. Live to be alive – Menjadi lebih hidup.

Life belongs to the living, and he who lives must be prepared for changes. (Johann Wolfgang

von Goethe)

Anda dikenal bukan saja dengan nama Anda tetapi juga dari karakter Anda, karenanya

mulailah melakukan perubahan-perubahan pada diri Anda sendiri, agar selain Anda

merasakan hidup Anda lebih maksimal, orang lain melihat perubahan yang Anda lakukan,

kemudian meniru teladan yang Anda tinggalkan.

Coba perhatikan bagaimana perilaku dan sikap Anda atas keadaan yang Anda alami, atas

orang di sekitar Anda dan atas ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di sekitar Anda.

Kemudian cermati reaksi Anda, hal-hal yang Anda temukan itu sesungguhnya adalah

cerminan kepribadian Anda yang sebenarnya.

Sow a thought, and you reap an act;

Sow an act, and you reap a habit;

Sow a habit, and you reap a character;

Sow a character, and you reap a destiny.

(Charles Reade)

Page 44: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

38 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Alkisah,seorang Raja meletakkan sebongkah batu besar di tengah jalan. Ia bersembunyi

untuk melihat apa yang terjadi, dan siapa yang akan menyingkarkan batu besar itu dari

jalan. Beberapa pedagang kaya yang melalui jalan itu berjalan menghindari bongkahan batu

seraya bersungut-sungut menyalahkan raja yang tidak dapat menjaga kebersihan jalan

utama di kerajaannya sendiri.

Tak lama kemudian,beberapa hulubalang juga melewati jalan yang sama, dan berjalan

menjauhi bongkahan batu itu dan bergegas pergi. Setelah lama menunggu, tiba-tiba dari

kejauhan Raja melihat seorang petani mendorong gerobak penuh sayur mayur melewati

jalan yang sama. Ketika hampir dekat dengan bongkahan batu ini, si petani berhenti, ia

mencoba menyingkirkan batu besar itu dengan tangannya, karena besar dan berat petani ini

kelelahan dan beristirahat sejenak, kemudian mendorong batu dengan sekuat tenaga.

Akhirnya batu besar itu dapat disingkirkan ke tepi jalan.

Namun saat petani hendak kembali mendorong gerobak, ia melihat sebuah kantong yang

tergeletak di jalan tepat di bawah bongkahan batu besar tadi, ia memungutnya, dan

membuka talinya. Alangkah terkejutnya ia mendapati sejumlah uang emas dan catatan kecil

dari sang Raja di dalamnya, hadiah emas sengaja diberikan kepada siapa saja yang bersedia

menyingkirkan bongkahan batu di tengah jalan. Petani ini tidak pernah menyangka hal

sederhana yang ia lakukan dapat membawa keberuntungan besar baginya.

Biasakan memiliki dan memelihara Karakter Terpuji, Anda akan terheran bagaimana hal-hal

ini dapat merubah hidup Anda dan membuat Anda bersemangat menjalani kehidupan.

Berikut ini adalah panduan Karakter Terpuji yang dapat Anda biasakan:

1. Trustworthiness/Dapat Dipercaya

Jujur, Tidak menipu, curang atau mencuri. Dapat diandalkan-melakukan apa yang dijanjikan.

Memiliki keberanian melakukan hal-hal yang benar. Setia – terhadap keluarga, teman dan

bangsa negara.

2. Respect/Menghargai

Menghargai orang lain. Toleransi pada perbedaan. Menggunakaan tata krama dan bahasa

sopan. Menjaga perasaan orang lain. Tidak mengancam, memukul atau menyakiti orang lain.

Menghadapi dengan tenang dan bijaksana pada kemarahan, hinaan dan ketidakcocokan.

Page 45: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

39 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

3. Responsibility/Bertanggungjawab

Lakukan semua pekerjaan yang menjadi bagian Anda. Tidak mudah menyerah. Selalu

mencoba yang terbaik sesuai kemampuan Anda. Gunakan pengendalian diri Anda dengan

sebaik-baiknya. Disiplin Diri. Berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak-mempertimbangkan

konsekuensi yang mungkin timbul. Memiliki kemampuan menciptakan pilihan-pilihan.

4. Fairness/Adil

Mengikuti aturan. Sabar menunggu giliran dan berbagi dengan yang lain. Berpikir terbuka,

dan mau mendengarkan orang lain. Tidak mengambil keuntungan sendiri dari orang lain.

Tidak menghakimi orang lain semena-mena dan adil terhadap orang lain.

5. Caring/Penyayang

Bersikap ramah dan sopan. Penyayang dan memperdulikan orang lain. Senantiasa

bersyukur. Memaafkan kesalahan orang lain dan membantu orang dalam kesusahan.

6. Citizenship/Semangat bermasyarakat

Kerjakan kewajiban pada institusi dan lingkungan kemasyarakatan dengan lebih baik.

Bekerjasama. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Menjadi

tetangga yang baik. Menjaga informasi dan ikut pemilihan umum. Mematuhi undang-undang

dan peraturan. Menghargai kewenangan dan pemerintah. Menjaga lingkungan hidup.

Ramadhan adalah sebuah kesempatan menyucikan diri dari segala dosa dan kesalahan,

sebuah anugerah melakukan perubahan dan perbaikan, sebuah komitmen mendekatkan diri

dengan TUHAN, sebuah momentum dalam menegakkan kembali pilar-pilar karakter terpuji

bagi diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

” WHO you are, speak louder to me than anything you say” (Deepak Chopra)

Karakter Anda tidak tercipta seketika, tetapi seketika ini juga Anda memiliki kendali dalam

memutuskan apakah Anda mau berubah. Karakter Anda tidak di bangun dalam sehari,

namun dapat dibiasakan sehari lepas sehari.

Karakter yang anda biasakan, bukan hanya untuk sebulan ini saja, tetapi dipelihara setiap

bulan sepanjang Anda hidup.

https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/bukan-karakter-sebulan/

Page 46: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

40 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Mengikuti Petunjuk

Apakah anda pernah merasa kesal ketika menemukan tidak mudah menemukan sebuah

alamat di kota Jakarta, dengan begitu banyak jalan kecil, gang, jalan buntu dan perempatan

jalan tanpa papan petunjuk jelas atau nomor rumah yang tak berurutan? Atau ketika

membeli perabot susun pasang yang terlihat begitu mudah di gambar petunjuk, tetapi

ternyata sulit merakitnya, kemudian pada akhirnya tidak maksimal terbangun karena satu

dua baut yang terlupa, atau beberapa bagian yang rusak akibat salah memasangkan dengan

bagian lain? Saya sering tersesat di Jakarta jika tidak melihat peta.

Bagi saya, peta merupakan petunjuk yang paling dapat saya andalkan (setidaknya saya

berpikir demikian) hingga pada suatu hari, saya kesulitan menemukan sebuah lokasi tujuan

saya dipeta Jakarta yang lengkap. Rekan saya, kemudian memberitahukan, bahwa begitu

banyak jalan-jalan kecil di kota ini yang tidak termuat dalam peta, sehingga tidak mudah

bagi saya menemukannya. Ia pun kemudian menggambarkan „peta tambahan‟ untuk

menemukan alamat yang saya tuju, dan yang ternyata bukan terletak pada gang kecil!

Meski kurang akurat saya sempat mempercayai; bahwa setiap tahun pastilah ada jalan baru,

gang, perumahan, pusat perbelanjaan, jembatan dan perempatan yang diciptakan di Jakarta

dan keberadaannya tidak tercantum dalam peta yang dijual di toko buku. Itu sebabnya tidak

cukup jika hanya menggunakan satu peta, diperlukan petunjuk lain yang dapat

mengarahkan tujuan yang benar.

Entah berapa kali kita harus berhenti beberapa kali pada penjual pinggir jalan, pejalan kaki

yang lewat, tukang ojek, atau tukang parkir yang kita temui dalam perjalanan untuk

menanyakan arah, meskipun lokasi yang kita tuju bukanlah daerah yang asing bagi kita.

Petunjuk! Benar-benar diperlukan untuk membuat kita tetap pada arah tujuan yang benar

dan menghasilkan sesuatu yang benar. Petunjuk yang benar mengarahkan kita pada arah

dan hasil yang benar, petunjuk yang salah, hanya membuat kita terputar-putar, tersesat dan

terbawa makin jauh dari arah yang seharusnya.

Demikian halnya dengan hidup kita. Kemanapun kita melangkah, pastikan arahnya benar,

maka kita akan mencapai tujuan yang hendak kita capai. Banyak orang bahkan tidak tahu

Page 47: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

41 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

tujuan hidup mereka; tidak sedikit juga yang tidak dapat memastikan mau apa mereka

nanti, bagaimana mereka dapat menjalankan hidup dan yang menyerah karena tidak tahu

apa yang harus dilakukan.

Tetapkan Tujuan

“Jangan pernah keluar rumah tanpa tujuan!”. Menyelami setiap kebenaran kalimat ini,

sesungguhnya inilah yang kita butuhkan; jangan hidup tanpa tujuan, kita akan berputar-

putar tanpa arah, putus asa dan kemudian tidak lagi dapat menikmati kehidupan ini sebagai

anugerah Allah SWT yang besar. Berapa banyak waktu yang telah anda buang hanya

berputar-putar tanpa tujuan jelas? Berapa tahun telah hilang dari dalam hidup anda hanya

karena anda tidak tahu apa sebenarnya tujuan hidup anda. Buatlah visi, bangunlah dari

mimpi-mimpi besar anda, dan mulailah menetapkan pencapaiannya. Anda akan

bersemangat menjalani hari-hari ketika tahu kemana arah tujuan hidup anda sesungguhnya.

Ambil secarik kertas, buatlah 2 kolom besar, tuliskan judul kolom sebelah kiri sebagai mimpi

besar anda dan pada kolom kanan alasan mengapa anda mengingininya terjadi dalam hidup

anda. Pastikan memuat pembaharuan kehidupan rohani dan spiritual di dalamnya, sebab

anda perlu mencapai kehidupan sejahtera lahir dan bathin.

Buatlah Rencana Kerja

Peta. Ya. Anda butuh peta hidup. Gambarkanlah dengan jelas dan detail bagaimana setiap

baris dalam kolom mimpi yang anda tuliskan dapat di realisasikan. Jangan takut, jika anda

menganggap mimpi tersebut sangat besar dan tidak mungkin dilakukan; sebab anda harus

mempercayai bahwa mimpi-mimpi yang anda tulis itu adalah hal-hal yang benar-benar

paling anda inginkan terjadi, dan yang pasti dapat anda terima sejauh anda

mempercayainya. Buatlah perencanaan kerja, usaha yang harus anda lakukan untuk

mencapai tujuan-tujuan pada waktu yang anda tetapkan sendiri tersebut, perubahan dan

keputusan yang harus anda lakukan. Hijrah-kan kehidupan anda yang stagnan, tanpa hasil

dan tidak membangun kepada kehidupan yang berbuah, menghasilkan kebaikan dan

menguntungkan anda serta orang lain di sekitar anda. Kehidupan Anda harus seterang

bintang di malam hari yang keindahannya terlihat bahkan dari kejauhan sekalipun! Jika

dengan rinci anda menguraikannya, maka akan dapat dengan mudah anda memahami

kearah mana tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapainya. Disiplin-lah

mengikuti semua ketentuan yang anda buat ini, dan berlatihlah untuk menjadikannya

kebiasaan dimana anda bergerak dengan panduan jelas.

Page 48: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

42 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Mintalah Petunjuk

Ada banyak orang-orang yang mahir, yang berpengalaman, yang lebih bijaksana, yang

mengalami kesuksesan, yang memiliki kehidupan rohani lebih mapan dari anda dan yang

memiliki teladan hidup baik di sekitar anda. Mereka telah lebih dulu mencapai keberhasilan

tujuan hidup mereka. Meski memiliki „ peta hidup‟ yang telah anda rancang,rencanakan dan

jalankan; anda tetap membutuhkan petunjuk dari orang-orang di sekitar anda untuk tetap

memastikan arah yang anda tuju adalah arah yang benar! Anda butuh pegangan, butuh

pengawas dan pertolongan orang lain dalam memimpin hidup anda berhasil. Anda butuh

petunjuk setiap saat, mintalah! Dan yang terpenting, mintalah petunjuk Allah SWT atas

hidup anda setiap hari!

Sepanjang Hayat!

Jangan pernah berpikir anda dapat berhasil dalam semalam! Berdirilah teguh, dan biarkan

diri anda tetap focus pada pencapaian. Pusatkan perhatian pada hal-hal yang ingin anda

raih, lalu perkatakanlah kepada diri sendiri sesering mungkin apa yang anda ingin capai

dalam hidup. Satu-satunya orang yang perlu diyakinkan adalah diri anda sendiri, bukan

orang lain. Lalu kerjakanlah setiap pembaharuan, setiap rencana kerja, ikutilah setiap

petunjuk dengan benar dan jagalah hati anda senantiasa.

Ini bukan pekerjaan sesaat, ini pekerjaan sepanjang hayat!

Jangan berhenti di tengah jalan!

https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/mengikuti-petunjuk/

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN BERBASIS SPIRITUAL

Masih banyak orang yang belum faham betul tentang apa yang dimaksud

dengan spiritualitas. Menurut kamus Merriam Webster “spiritualitas memiliki

Page 49: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

43 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

pengertian tentang sesuatu yang sangat religius, atau sesuatu yang berkaitan

dengan semangat dan hal-hal sakral”. Tentu saja melalui pencarian dan

pengalaman

hidup, seseorang memiliki kebebasan untuk memaknai tentang pengertian spiritual

ini. Pengertian spiritual ini juga sering dikaitkan dengan agama, terutama yang

berkaitan dengan pertanyaan: apakah agama itu merupakan tujuan dari

spiritualitas,

atau sebaliknya bahwa agama adalah sarana dan/atau prasarana untuk mencapai

tujuan spiritual? Spiritualitas juga sangat erat berkaitan dengan konsep jiwa,

sehingga menentukan suatu prinsip bahwa esensi hidup ini bukanlah materi belaka.

Maka spiritualitas tanpa jiwa tidak masuk akal. Konsep jiwa digunakan untuk

membedakan antara manusia dengan hewan. Tentu saja dalam dunia hewan kita

tidak akan berbicara tentang nilai-nilai kemanusiaan, kontemplasi, belas kasih dan

hati nurani, atau diwakili dalam satu kata disebut jiwa.

Namun manusia sebagai mahluk material-biologis tidak terlepas dari sifat

hewaniah, secara faktual manusia memiliki sisi naluri hewaniah sehingga berlomba

mengejar kepentingan material. Bahkan adanya sifat hewaniah ini menjadi sejarah

dan evolusi tentang kisah kemanusiaan. Sebaliknya, tidak diragukan lagi - bagi

mereka yang bukan penganut faham atheis - bahwa kita semua mengakui berasal

Page 50: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

44 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dari Tuhan. Jika kita gagal untuk memahami hal ini, kita tidak akan berhubungan

dengan sejarah kita sendiri dan karena itu akan terasing dari jiwa kita sendiri. Oleh

karena itu bagaimana pertamakali kita menjadi manusia? Para evolusionis akan

berkata bahwa hal itu telah terjadi melalui seleksi alam. Para kreasionis akan

mengatakan bahwa kita telah diciptakan sebagai model atau representasi ideal dari

Tuhan. Tulisan suci Weda mengkonfirmasi bahwa representasi ideal bukanlah

wujud

atau bentuk tertentu.

Dalam kepercayaan Hindu, Tuhan dapat direpresentasikan dalam simbol ikan

(Matsya) atau babi hutan (Varaha), dan bisa juga berupa matahari, bulan dan

langit.

Begitu juga bisa memiliki bentuk manusia atau bentuk spiritual seperti Vishnu

dengan empat lengan. Dengan demikian kita diciptakan bukan dalam konsep

bentuk,

akan tetapi sebagai konsep ruhaniah. Dengan adanya model atau representasi

tersebut, tidak lain untuk mencerahkan esensi spiritualitas kita yang ideal. Jika

pertanyaannya bagaimana roh ideal kita dihadirkan, maka jawaban yang jauh lebih

mudah adalah dari penderitaan kita di dunia material. Semangat dan cita-cita yang

dibentuk akan menjadi apa yang ada pada kita sekarang. Dan kini dunia tengah

bingung dan tidak pasti tentang kelangsungan hidup dan masa depan budaya.

Page 51: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

45 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Apakah kita akan mengalami degradasi atau kita akan bangkit dari abu pengalaman

peperangan yang mengerikan dan segala pembusukan sosial? Banyak yang skeptis

tentang pertanyaan esensi jiwa, tentang cita-cita dan nilai-nilai kemanusiaan,

bahwa

hal tersebut masih bisa diharapkan. Dewasa ini orang lebih suka berpegang pada

simplifikasi dari pandangan evolusi Darwinisme, dengan semboyan survival of the

fittest sambil mengenakan dasi dan mobil mentereng . Kita kembali harus

mendefinisikan jiwa kita yang menjamin nilai-nilai kemanusiaan kita: melebarnya

konflik tentang nilai-nilai kemanusiaan dapat mengaburkan visi yang jelas tentang

masa depan. Hanya dari kejelasan demikian, kita bisa berbicara tentang

spiritualitas

tercerahkan dan jiwa masyarakat yang terbebaskan.

Sejauh ini, di seluruh dunia, hampir semua konsep telah diambil dari nilai-nilai

sekuler dan materialistik yang telah berkembang dalam dunia komersial kompetitif.

Manajemen tak sekadar berkaitan dengan dunia bisnis dan industri, akan tetapi

juga

melingkupi semua aspek usaha atau kerja manusia. Oleh karena itu, sudah saatnya

bahwa para ilmuwan manajemen menengok kembali pada esensi spiritualis

manusia, baik yang melandasi kebijakannya, cita-citanya maupun ide dari konsep

spiritual dan filosofinya. Hal ini menjadi penting karena planet ini dan penghuninya

Page 52: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

46 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

harus diselamatkan dari kecenderungan memburuk yang hadir hampir di semua

lapisan masyarakat, yang bahkan dapat membahayakan kehidupan planet ini. Kita

harus mulai mengkritisi kembali tentang konsep kepemimpinan yang berasaskan

pada kebijakan konvensional, yang ditransmisikan melalui lembaga pendidikan dan

pelatihan, yang mengajarkan pengetahuan tingkat rendah yang hanya berdasarkan

pada alat indera, akal dan pikiran. Pengembangan harus ditingkatkan ke arah

pengetahuan tingkat tinggi yang “membungkam pikiran” dan membuka

spiritualitas.

Para tokoh bijak telah menemukan misteri alam – mikro dan makro kosmos - tanpa

peralatan apapun, seperti evolusi, kecepatan cahaya, gerakan planet, gravitasi, dan

usia bumi.

Dewasa ini para sarjana dan ilmuwan dari seluruh dunia tengah mencari solusi

untuk masalah yang menimpa planet, hewan dan manusia. Konsep kebijakan,

kepemimpinan, manajemen, administrasi dan lain sebagainya, dewasa ini tidak

mampu menangkap tren memburuk yang terjadi di segala sektor. Suatu era

dimana

setiap tindakan, transaksi dan/atau interaksi lebih bersifat komersial, hampir

semua

motivasi didasarkan pada kepentingan diri sendiri, yang akhirnya bermuara pada

Page 53: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

47 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

eksploitasi manusia, dan hal ini sedang berlaku di seluruh dunia. Dalam segala

sektor,

kepemimpinan cenderung untuk menghancurkan umat manusia daripada

mengangkatnya ke derajat dan martabat yang lebih tinggi. Paul Sweezy, seorang

pemikir sosialis dengan sarkasme telah menulis bahwa "Para pengusaha telah

menciptakan korporasi, sedangkan para manajer diciptakan oleh korporasi. Para

pengusaha mencuri dari korporasi sedangkan manajer mencuri untuk kepentingan

korporasi ". Secara jujur harus diakui, bahwa bukti dari fenomena ini dapat terlihat

pada setiap sektor dan bidang kegiatan manusia. Skandal dan manipulasi – baik

secara laten atau manifes – telah umum berlangsung di beberapa organisasi.

Korupsi

misalnya, telah menjadi rangkaian cerita sehari-hari. Fundamentalisme dan

ekstremisme telah melahirkan terorisme dan militansi. Kecenderungan radikalisme

ini tidak dapat ditampung oleh konsep-konsep kepemimpinan dan manajemen

konvensional.

Dalam organisasi formal, kegiatan para supervisor, manajer, eksekutif,

pejabat, administrator dan lain sebagainya kewenangannya berasal dari

undangundang

dan aturan. Sementara esensi kewenangan seorang pemimpin seharusnya

lahir dari nilai-nilai rohani dan jasmani mereka. Para manajer perlu menyerap

Page 54: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

48 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kualitas esensial kepemimpinan yang akan meningkatkan efektivitas mereka.

Gandhi,

Mao, Lincoln, dan bahkan Khomaeni adalah para pemimpin dengan sejumlah

citacita

dan nilai-nilai. Pemimpin dan manajer seyogyanya merupakan penguasa bijak

dengan nilai-nilai luhur dan cita-cita. Dalam organisasi formal, baik pemerintah dan

non-pemerintah, yang diwakili oleh para pemimpin politik, ekonomi, bisnis, sosial,

pendidikan, ilmu pengetahuan, agama dan sebagainya, bahkan supervisor,

pengawas, manajer, eksekutif, pejabat dan administrator memperoleh

kewenangannya berdasarkan konstitusi, aturan, dan konvensi. Sementara para

pemimpin informal di semua bidang usaha manusia mendapatkan wewenangnya

berdasarkan kualitas dan tindakan mulia mereka, yang merupakan perpaduan dari

atribut, kredibilitas dan integritas, serta kontribusi mereka kepada masyarakat

dengan pelayanan, dedikasi dan komitmen tanpa pamrih untuk cita-cita dan

kesejahteraan umat manusia, lingkungan dan alam. Orang dengan kategori

demikian

telah memiliki kualitas kepemimpinan tertentu, yang akan meningkatkan efektivitas

mereka sebagai manajer dan administrator. Oleh karena itu, efektivitas manajerial

mereka ditopang oleh keunggulan dalam bidang moral dan kualitas kepemimpinan

Page 55: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

49 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

yang etikal, sehingga mereka menjadi pemimpin yang baik serta dikagumi dan

dipuja

oleh masyarakat. Sepanjang sejarah, setiap negara memiliki pemimpin original

yang

menjalankan otoritas tidak hanya didukung oleh organisasi formal, akan tetapi juga

didukung oleh masyarakat luas. Gandhi bukanlah anggota dari Partai Kongres,

namun “fatwa”nya telah mewarnai hukum dan partai, dan begitu juga yang terjadi

di

Iran dalam masa kepemimpinan Imam Khomaeni. Seluruh masyarakat di India

secara sukarela mengikuti cita-cita non-kooperasi terhadap penjajah dengan

gerakan satyagraha. Sri Satya Sai Baba dan Amritanandamayi memiliki penggemar

di

seluruh dunia. Dengan karisma mereka, para pengikutnya bersedia melaksanakan

pekerjaan sosial secara sukarela, demikian pula dengan Sri Ravi Shankar dan

ratusan

biksu lainnya yang telah memiliki organisasi di seluruh dunia. Para pengikut

memuja

guru dan melaksanakan misi mereka. Orang dengan kapasitas demikian dapat

dianggap sebagai pemimpin spiritual. Sebagian besar umat mereka menerima

nilainilai

etika dan moral dan melaksanakan pelayanan tanpa pamrih, pengakuan dan

Page 56: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

50 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kompensasi.

Mao Tse Tung adalah termasuk seorang pemimpin politik yang dikagumi

jutaan umat manusia, yang tidak hanya melakukan misi membebaskan Cina dari

penindasan asing, akan tetapi juga membantu dalam membangun kembali negara

Cina. Salah satu contoh pengaruh kepemimpinannya adalah berkenaan dengan

kunjungan Nixon ke negara Cina. Mao diberitahu bahwa kunjungan Nixon ke Cina

harus ditunda karena mereka sulit menyingkirkan salju di jalan-jalan Peking. Mao

pergi ke Radio Peking dan meminta warga untuk membersihkan salju dari jalan.

Maka jutaan warga bergerak dalam upaya menyingkirkan salju tersebut. Dalam

arena politik masa kini - termasuk di Indonesia - hampir tidak ada lagi orang yang

mampu menginspirasi orang lain. Sebagian besar reputasi para pemimpin di tingkat

legislatif kita didominasi oleh catatan pelanggaran moral. Sebagian dari mereka

adalah korup, dan dalih dari korupsi tersebut adalah dampak dari sistem

ekonomipolitik

yang tidak pantas dari para aparatur birokrasi negara. Kurangnya

kepemimpinan etik telah membuat pemerintah mengembangbiakan parasit yang

meggerogoti wibawa pemerintahan itu sendiri.

Dalam era globalisasi seperti saat ini, seluruh transaksi dan/atau interaksi

telah dikomersialisasikan. Hal ini didukung oleh media, dengan mengelu-elukan

Page 57: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

51 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

bintang film dan selebritis yang memiliki penggemar besar. Bahkan partai politik

memanfaatkan mereka sebagai ikon untuk mengumpulkan suara mereka. Para

pemilih dalam pilkada disuap dengan uang, dan dengan bujukan hedonisme

lainnya.

Dengan demikian kurang ada kesempatan lagi bagi para pemimpin politik tulen

yang

bakal muncul di negara kita. Para politisi membeli dan mempengaruhi media untuk

mempengaruhi sikap dan nilai-nilai masyarakat. Pertimbangan komersial telah

menjadi motivasi dominan di kalangan pelaku media. Oleh karena itu,

kepemimpinan

yang tulus dalam melayani rakyat sulit untuk muncul di bidang politik dan media.

Meski tengah muncul fenomena baru di luar prediksi masyarakat tentang

kepemimpinan gaya Jokowi di Indonesia yang memberikan harapan akan

perubahan.

Seorang pemimpin harus memiliki banyak kualitas mulia, seperti kejujuran,

integritas, kerendahan hati, tidak mementingkan diri sendiri, dedikasi, komitmen,

patriotisme, pelayanan tanpa pamrih, dan penuh pengorbanan, yang seharusnya

sektor pendidikan tinggilah yang dapat menghasilkan pemimpin mulia seperti

demikian. Dalam tradisi budaya kita terdahulu, ulama dan guru masih dianggap

sebagai orang yang patut dihormati diatas rata-rata orang pada umumnya. Dalam

Page 58: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

52 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

tradisi masa lalu seorang ulama atau pendeta adalah penasehat raja atau kaisar,

dan mereka adalah orang yang sangat berpengetahuan dan bijaksana, benar-benar

tanpa pamrih, diberkahi dengan cita-cita luhur, memiliki integritas dan kejujuran,

serta meninggalkan kesenangan duniawiah untuk melayani umat manusia. Banyak

risalah yang ditulis oleh para orang bijak dan filsuf, yang mendedikasikan hidup

mereka untuk kesejahteraan umat manusia, lingkungan dan alam. Mereka adalah

orang yang menjaga diri dari kehidupan duniawiah, dengan tinggal terpencil di

pelosok desa - dengan memimpin pesantren, gereja dan pure - berlatih spiritual

untuk mencapai tingkat tertinggi berkenaan dengan pengetahuan tentang kosmos.

Kontribusi mereka terhadap umat manusia terasa ke seluruh dunia, dan diantara

kalangan pemikir demikian adalah antara lain Ibnu Al-Arabi, Al Ghazali, Ibnu Sinna,

Arnold Toynbee, Will Durant, Laotze, Confusius, Soekarno, Hatta, Sidharta

Gautama,

Thoreau, Emerson, Frawley, Rolland dan Basham. Ratusan penemuan di bidang

sains

dan matematika yang sering dikaitkan dengan ilmuwan barat, sumbernya

ditemukan oleh orang bijak kuno dan orang-orang suci. Dalam 100 tahun terakhir,

telah ada pertumbuhan spektakuler dalam sains

dan teknologi yang membawa kemakmuran bagi sekitar sepertiga penduduk dunia.

Namun secara bersamaan, planet bumi ini telah dijarah dan dirampok oleh

Page 59: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

53 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

sekelompok manusia. Hutan telah menghilang, tanah menjadi gersang dan tidak

subur, serta pemanasan global dapat membawa malapetaka ke seluruh penjuru

dunia. Polusi telah melampaui batas toleransi. Jutaan hewan mengalami

penderitaan

yang tak terbayangkan, sebagian lagi digunakan untuk makanan, pekerjaan,

eksperimentasi dan hiburan. Manusia sendiri telah menjadi sakit. Disamping

terjangkit HIV, manusia telah menjadi kesepian dan terasing. Keluarga telah

terfragmentasi. Manusia menderita karena ketegangan, kecemasan, ketakutan dan

rasa tanpa tujuan. Lebih banyak uang dibelanjakan untuk persenjataan yang bisa

berakibat pada penghancuran umat manusia ketimbang untuk mengangkat derajat

kemanusiaan pada tingkat yang lebih tinggi. Tren tersebut diperparah lagi oleh

krisis

keuangan dan ekonomi , resesi, manipulasi dari kalangan politisi dan para pelaku

bisnis, meningkatnya kekerasan dan kejahatan, sensualitas dan seksualitas

sembarangan yang vulgar terus meningkat dalam kehidupan publik. Perkembangan

yang luar biasa di bidang transportasi, komunikasi, televisi, internet, ponsel,

komputer dan lain sebagainya, seyogyanya mendidik umat manusia untuk

menjalani

hidup mulia dan melahirkankan keharmonisan dan kedamaian. Sayangnya, yang

terjadi justeru sebaliknya. Kesemua peralatan dan gadget tersebut sebagian malah

Page 60: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

54 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

telah digunakan untuk mendistorsi pikiran dan menyesatkan umat manusia.

Kepemimpinan dan manajemen spiritual dan etika sebaiknya mampu menangkap

tren yang memburuk ini, bahkan harus mampu membalikkan situasi tersebut.

Untuk

tujuan ini, kepemimpinan dan manajemen spiritual dan etika perlu meresapi dan

menyerap setiap aktivitas, sikap dan perilaku manusia, dalam kaitannya dengan

transaksi dan/atau interaksi dalam konteks organisasi dan administrasi. Kita harus

mencari solusi untuk masalah yang melanda umat manusia. Indonesia bersama

negara lain perlu mempelopori kepemimpinan spiritual dan inspiratif bagi seantero

dunia, sekaligus merombak semua sektor dan segmen masyarakat - baik dibidang

politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, bisnis dan

administrasi publik - dan kesemuanya perlu menyerap konsep kearifan lokal yang

mungkin belakangan ini sudah dianggap konservatif dan ketinggalan jaman sebagai

sumber pencerahan.

Pada sisi yang lain, bahwa dewasa ini tengah terjadi perkembangan positif

yang berlangsung di arena dunia bisnis. Istilah spiritual seperti "semangat tim,"

"semangat kompetitif," "semangat kerjasama," dan "esprit de corps" telah menjadi

tema menarik di beberapa organisasi, baik bisnis maupun publik. Begitu juga pola

Page 61: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

55 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

pikir kewirausahaan mulai dijelaskan dengan melibatkan dimensi metafisik,

sehingga

muncul idiom semangat kewirausahaan, suatu praktek inovatif dan energik untuk

mengidentifikasi atau menciptakan kesempatan dan mengambil tindakan yang

ditujukan untuk mewujudkan keberhasilan. Spiritualitas di tempat kerja sebetulnya

telah berkembang selama bertahun-tahun di dalam organisasi bisnis. Disadari,

semangat para pekerja memiliki pengaruh langsung pada produktivitas,

sehinggaorganisasi bersedia menghabiskan dana dalam jumlah besar untuk

menciptakan

lingkungan kerja yang nyaman, menyenangkan, dan bahkan mewah. Ketika

ketulusan

dan motif yang murni digabungkan kedalam keterampilan kepemimpinan dan

manajemen, serta dibarengi dengan pengambilan keputusan secara konsisten,

hasilnya adalah sebuah organisasi yang kuat dan sangat termotivasi. Dalam

mencari

solusi bisnis, seseorang harus inovatif agar berdampak positif tidak hanya terhadap

para pekerja, akan tetapi juga terhadap rekan kerja. Spiritualitas di tempat kerja

tidak lagi sekedar sebuah konsep, akan tetapi telah menjadi metode praktis untuk

mencapai kesuksesan bisnis. Apalagi dewasa ini sejumlah fakta semakin

membuktikan bahwa ada hubungan yang relatif kuat antara pikiran dan tubuh.

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa berapa banyak orang yang memiliki

Page 62: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

56 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

penyakit, seperti penyakit jantung atau kanker, sekaligus juga adalah penderita

depresi sebagai bagian dari suatu lingkaran setan. Suatu penyakit fisik dapat

berakibat pada depresi emosional, yang pada gilirannya menghasilkan stres yang

memperburuk kondisi fisik yang mendasarinya. Yang lebih menarik adalah temuan

ilmu pengetahuan modern yang menunjukkan fakta sebaliknya, dimana kebiasaan

dan sikap positif dapat meningkatkan kesehatan fisik manusia, yang pada

gilirannya

berdampak pada umur yang panjang. Dari pengamatan ilmiah dan berbagai

percobaan telah menunjukkan bahwa teknik pengobatan alternatif, seperti

meditasi,

ritual, dan bahkan doa dapat mengubah perjalanan penyakit terminal, mengurangi

ketergantungan pada perawatan medis, dan bahkan meminimalkan kunjungan ke

rumah sakit. Pendek kata, spiritualitas dan semua yang berkaitan dengannya

sangat

penting untuk menciptakan kesehatan jasmani dan rohani yang baik. Jika kita

termasuk orang yang menganut konsep bahwa "Semua materi memiliki Pencipta"

maka logikanya bahwa, yang merupakan sumber dari segala ciptaan adalah

kekuatan yang lebih tinggi yang memancarkan energi positif, ketimbang kekuatan

energi negatif. Dengan demikian, kita perlu mengembangkan cara untuk menarik

Page 63: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

57 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dan menghubungkan energi yang lebih tinggi sebagai bahan bakar untuk

kebugaran

fisik, pikiran , jiwa, dan rohani yang positif.

Sebagai para pelaku bisnis yang tengah mencari kesuksesan, kita harus

mempertimbangkan metode dan teknik yang terhubung dengan daya yang lebih

tinggi tersebut. Organisasi yang mempraktekkan psikologi positif dan telah

berinvestasi untuk program motivasi para pekerja telah terbukti berhasil menuai

manfaat dalam bentuk peningkatan kinerja yang dilaporkan sendiri melalui

pengukuran kepuasan kerja. Hasil ini umumnya diterjemahkan ke dalam

peningkatan

rasio penjualan (ROS), pengembalian aset (ROA) dan pengembalian investasi

(ROI).

Landasan filosofi ini telah menjadi bagian dari budaya di sejumlah organisasi bisnis,

dimana hasil positif dapat ditunjukkan melalui tolok ukur keuangan dan non

keuangan. Para manajer dan staf mereka yang terlibat dalam praktik "spiritualitas

di

tempat kerja" telah memancarkan nilai-nilai kerja dan etika moral yang kuat.

Berlatih

spiritualitas di tempat kerja dapat menciptakan “win-win solution” bagi semua

pihak yang terkait. Para wirausahawan, pengusaha atau investor , manajer dan

para

Page 64: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

58 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

pekerja, dan bahkan pelanggan tidak lagi perlu mempertanyakan motif dibalik

pemberian pelayanan yang tersedia. Suatu evaluasi terhadap strategi yang telah

dikembangkan selama 25 tahun pada sejumlah organisasi bisnis ini telah

membuktikan bahwa, pengembangan spiritual di tempat kerja telah menjadi alat

kepemimpinan dan manajemen yang sederhana dan relatif murah, yang mampu

menggantikan imbalan finansial yang relatif mahal, dengan melatih para pekerja

bermotivasi tinggi dan menumbuhkan rasa hormat yang besar antara satu dengan

lainnya. Banyak organisasi menghabiskan jutaan dolar untuk mengembangkan

lingkungan kerja yang konon dirancang untuk memelihara pikiran positif para

pekerja

dalam rangka kepentingan mengoptimalkan produktivitas. Asumsinya bahwa jutaan

dolar yang telah diinvestasikan tersebut pada gilirannya akan menyebabkan

profitabilitas yang lebih tinggi dan keunggulan atas para pesaing. Pada prinsipnya,

manusia ingin diperlakukan secara adil, merata, dan terhormat. Para manajer tidak

boleh mengabaikan kebutuhan akan rasa keadilan yang dituntut oleh para pekerja

ketika mereka didorong untuk memaksimalkan keuntungan. Artinya semua

keputusan harus menjamin keadilan dan kesetaraan yang akan meningkatkan

tingkat

kepercayaan dan meningkatkan transaksi dan/atau interaksi antara manajer dan

para pekerja. Jika rasa saling menghormati dan cinta ditingkatkan, maka transaksi

Page 65: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

59 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dan/atau interaksi antara manajer dan para pekerja akan menghasilkan kolaborasi

yang sukses. Apabila situasi dan kondisi tersebut berhasil diciptakan, maka para

pemimpin dan manajer tidak perlu lagi menghabiskan waktu yang berharga untuk

mempertanyakan dan mengevaluasi lagi ketulusan motif supervisor dan tim kerja

mereka. Waktu bisa dialokasikan untuk memberi kesempatan yang lebih luas bagi

tumbuhnya kreativitas, inovasi, dan produktivitas yang lebih tinggi dengan sukses

besar. Tempat kerja dapat dijadikan ruang sosial-ekonomi dan susila. Jika

seseorang

pekerja tiba di tempat kerja dengan pikiran bahwa dia akan dipergunakan sebagai

alat dan bukan sebagai kontributor untuk kemajuan organisasi , tentu hasilnya

akan

sulit ditebak. Seorang pekerja yang merasa kinerja mereka memiliki dampak pada

pembentukan organisasi dan bermanfaat bagi komunitas yang lebih besar, akan

memancarkan kepercayaan dan kebanggaan diri yang membuatnya merasa

berkontribusi kepada organisasi secara tak ternilai. Organisasi yang

memberdayakan

para pekerja dengan memberikan rasa keadilan, pemerataan, dan rasa hormat,

dalam jangka panjang akan memiliki keuntungan yang sangat besar, ketimbang

organisasi yang membatasi para pekerjanya dan menuntut kinerja terbaik agar

mereka pantas diberi keadilan, pemerataan, dan kehormatan.

Page 66: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

60 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Para pemimpin dan manajer di perusahaan dewasa ini, mulai dari tingkat

organisasi pemula sampai pada organisasi kompleks yang sudah mapan, perlu

mengambil gagasan segar untuk mengevaluasi tujuan organisasinya kembali.

Seorang pakar dalam praktik kepemimpinan dan manajemen spiritual menjelaskan

bahwa doa dan meditasi merupakan obat untuk membersihkan arteri yang

tersumbat pada jiwa kita. Tentu saja kebutuhan setiap individu ataupun tim kerja

berbeda-beda, seumpama selera akan makanan dan minuman yang bervariasi.

Setiap orang memiliki kehidupan serta fenomena dan isu-isu yang berbeda, namun

terdapat satu hal yang menyatukan kita – terutama ketika kita berada di tempat

kerja - yaitu bahwa semua orang bersedia memberikan kontribusi yang terbaik

dengan menghargai segala kontribusi mereka, dengan rasa saling menghargai dan

menghormati, sehingga akan menciptakan dunia menjadi tempat yang lebih baik

untuk hidup dan ditempati. Pada akhirnya, kepuasan di tempat kerja akan

dibesarkan

oleh rasa pemenuhan spiritual, sebagai entitas yang sangat berharga.

Dampak dari spiritualitas terhadap individu adalah terbentuknya mentalitas

baru yang bercirikan orientasi yang lebih holistik, altruistik, pelayanan kepada

manusia, komitmen pada kebenaran, dan bentuk-bentuk perilaku luhur lainnya,

serta

kesadaran diri (self awareness). Pengendalian diri, optimisme, dorongan berbuat

Page 67: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

61 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

yang terbaik, dan prakarsa, kesemuanya ini terkait dengan self leadership and

management, yang juga adalah dampak lain dari spiritualitas. Mentalitas semacam

itu sangat penting bagi akselerasi perubahan organisasi bisnis. Sesungguhnya tidak

ada peningkatan produktivitas jika tidak ada perbaikan dalam self-awareness

ataupun self-leadership and management. Produktivitas merupakan fungsi dari

social-management. Sebelum bisa efektif mengelola transaksi dan/atau interaksi

antar individu dan tim kerja secara timbal balik, diperlukan terlebih dahulu

manajemen diri sendiri yang efektif (self-leadership and management). Dengan

demikian, efektivitas sosial kepemimpinan dan manajemen memerlukan efektivitas

dalam self-leadership and management. Untuk memahami self-leadership and

management ini dan dampaknya terhadap social-leadership and management dan

produktivitas organisasi, penting terlebih dahulu untuk difahami kecerdasan

spiritual

dan kecerdasan emosional secara individual, yakni dua bentuk kecerdasan selain

kecerdasan intelegensi, yang belakangan ini dipandang menentukan kinerja

individu.

Dua bentuk kecerdasan ini, selain terkait satu dengan lainnya, juga sangat penting

dalam meningkatkan efektifitas kepemimpinan dan manajemen diri dan sosial, dan

dalam konteks ini adalah efektivitas dalam mencapai keberhasilan leadership and

Page 68: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

62 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

management organization itu sendiri, baik pada organisasi bisnis dan bahkan juga

pada organisasi publik.

Bandung, 4 Juni 2013

Faisal Afiff

http://sbm.binus.ac.id/files/2013/06/KEPEMIMPINAN-DAN-MANAJEMEN-BERBASIS-

SPIRITUAL4.pdf

Kepemimpinan Spiritual

I. Pendahuluan.

Istilah kepemimpinan telah banyak kita kenal, baik secara akademik maupun

sosiologik. Jika dikumpulkan, ada sedikitnya 60 definisi kepemimpinan dalam berbagai

literatur. Dari sekian banyak definisi yang ada pada intinya menganggap bahwa dalam

kepemimpinan selalu terdapat tiga unsur yang saling mempengaruhi:pertama,

pemimpin yang menjalankan peran kepemimpinan; kedua, pengikut yaitu sekelompok

orang yang mengikuti; dan ketiga, adanya situasi yang memungkinkan terjadinya

proses interaksi antara pemimpin dan orang yang dipimpinnya dalam rangka mencapai

suatu tujuan. Adapun kepemimpinan spiritual (spiritual leadership),menurut Dr.

Page 69: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

63 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Tobroni dalam “The Spiritual Leadership,…” (2005), adalah kepemimpinan yang

membawa dimensi keduniawian kepada dimensi keilahian. Tuhan adalah pemimpin

sejati yang mengilhami, mempengaruhi, melayani dan menggerakkan hati nurani

hamba-Nya dengan sangat bijaksana melalui pendekatan etis dan keteladanan. Karena

itu kepemimpinan spiritual disebut juga kepemimpinan yang berdasarkan etika religius

dan kecerdasan spiritual, mendasarkan pada iman dan hati nurani.

Ada dua model kepemimpinan spiritual yaitu kepemimpinan spiritual substantif dan

kepemimpinan spiritual instrumental.Pertama, kepemimpinan spiritual substantif,

yaitu kepemimpinan spiritual yang lahir dari penghayatan spiritual sang pemimpin dan

kedekatan pemimpin dengan realitas Ilahi dan dunia Ruh. Model kepemimpinan

spiritualnya muncul dengan sendirinya dan menyatu dalam kepribadian dan perilaku

kesehariannya dan karena itu bersifat tetap. Kedua, kepemimpinan spiritual

instrumental, yaitu kepemimpinan spiritual yang dipelajari dan kemudian dijadikan

gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan spiritualnya muncul karena tuntutan

eksternal dan menjadi alat atau media untuk mengefekifkan perilaku

kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan spiritual instrumental bersifat tidak abadi dan

sekiranya konteks kepemimpinannya berubah, maka gaya kepemimpinannya bisa jadi

berubah pula. Gaya kepemimpinan ini bisa juga muncul sebagai salah satu cara untuk

mengatasi permasalahan baik permasalahan internal sang pemimpin itu sendiri

maupun permasalahan eksternal.

Gaya kepemimpinan spiritual tidak hanya cocok diterapkan padanobel

industry (industri pengemban misi mulia), seperti lembaga-lembaga sosial non profit:

sekolah, rumah sakit, masjid, LSM, ormas, dsb., tetapi juga cocok untuk diterapkan di

lembaga-lembaga bisnis. Belakangan ini banyak pakar menulis, bahwa aspek spiritual

menjadi penyumbang terbesar keberhasilan seseorang dalam hidupnya, termasuk di

dalamnya kecerdasan spiritual (SQ), yang menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (SQ:

Spiritual Intelligence, the Ultimate Intelligence, 2000), memiliki andil 80 % dalam

kesuksesan karir seseorang; dan kepemimpinan spiritual, yang menurut hasil

penelitian Ian Percy (Going Deep: Exploring Spirituality in Life and Leadership, 2003),

para direktur dan Chief of Excutive Officer (CEO) yang efektif dalam hidup dan

kepemimpinannya memiliki spiritualitas yang tinggi dan menerapkan gaya

kepemimpinan spiritual. Gaya kepemimpinan spiritual dalam membangun budaya

Page 70: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

64 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

organisasi dapat dilakukan dengan empat langkah: (1) niat yang suci, yaitu

membangun kualitas batin yang prima dalam memimpin. Dengan kualitas batin yang

prima, komunitas organisasi akan memiliki perhatian penuh dan istiqomah dalam

berkhidmat pada tugas masing-masing. (2) mengembangkan budaya kualitas dengan

cara membangun keyakinan inti (core believe) dan nilai inti (core values) kepada

komunitas organisasi bahwa hidup dan kerja hakekatnya adalah idadah kepada Allah,

maka harus dilakukan dengan sebaik-baiknya . (3) Mengembangkan persaudaraan

sesama anggota komunitas, sehingga kerjasama, sinergi antar individu dan

kelompok/unit dalam organisasi dapat tercipta untuk memberdayakan potensi dan

kekuatan secara maksimal. (4) mengembangkan perilaku etis dalam bekerja melalui

pembudayaan rasa syukur dan sabar dalam mengemban amanah. Untuk

mengefektifkan proses organisasi dapat dilakukan dengan pendekatan etis, pemakai

gaya kepemimpinan spiritual harus menjadi: (1) murabbi (penggembala) dalam

mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab; (2) penjernih dan pengilham

dalam proses komunikasi dan inovasi; (3) ta’mir (pemakmur) dalam mensejahterakan

bawahannya; (4) enterpreneur dalam kiat-kiatnya mengembangkan usaha; dan (5)

pemberdaya dalam mengembangkan kepemimpinan bagi bawahannya dan mengkader

pemimpin baru yang lebih baik.

Gaya kepemimpinan spiritual tidak apriori dan menolak gaya kepemimpinan lainnya

seperti kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional, melainkan

bersifat menyempurnakan. Penyempurnaan itu terutama atas tiga hal:pertama,

landasan epistemologi (teori ilmiah) kepemimpinan bersumber dari nilai-nilai etis

(etika riligius) yang diderivasi dari nilai-nilai ketuhanan. Dengan kata lain,

kepemimpinan spiritual adalah kepemimpinan dalam nama Allah (bismillah). Maka

rujukan etik sebagai landasan perilaku kepemimpinannya bersumber dari sifat-sifat

Allah, seperti Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang), maka seorang

pemimpin harus menebarkan sifat kasih dan sayang kepada bawahannya,

dst. Kedua, landasan ontologis (hakekat apa yang dikaji) adalah bahwa kepemimpinan

itu amanah dari Allah dan akan dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya kelak.

Dan ketiga, landasan aksiologis (segi kemanfaatan) adalah bahwa kepemimpinan itu

untuk kesejahteraan dengan kekuasaan, memberdayakan (empowering) umat yang

dipimpin, mencerahkan pikiran, membersihkan hati, pemenangan hati nurani, dan

pembebasan jiwa menuju kehidupan yang lebih baik.

Page 71: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

65 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

II. Menjadi Pemimpin Kristen

John Stott mengatakan bahwa dunia masa kini ditandai oleh kelangkaan pemimpin

gereja yang berkualitas. Kita dihadapkan kepada problema-problema yang berat.

Banyak orang yang memperingatkan akan bahaya yang bakal menimpa dunia,

terutama umat Kristen, tetapi hanya sedikit orang yang menawarkan cara-cara

penangkalannya. Ketrampilan dan pengetahuan kita berlebihan, tetapi kurang dalam

hikmat dan kearifan. Dengan meminjam metafora Tuhan Yesus, kita ini bagaikan

“kawanan domba tanpa gembala” sementara para pemimpin seringkali tampil seperti

“si buta yang memimpin orang buta”.

Umat Tuhan sedang mengalami kekurangan pemimpin yang berkualitas gembala

seperti yang ada pada diri Kristus. Kurangnya kepemimpinan diantara orang-orang

Kristen adalah krisis yang paling gawat dari semua. Pengaruh kesalehan masyarakat

Kristenlah yang menahan lajunya kuasa kejahatan di kota-kota dan bangsa-bangsa.

Kurangnya para pemimpin Kristen yang rohani, efektif dan kuat sangat melemahkan

kesanggupan kita untuk bertahan melawan kekuatan si jahat.

Ketika berbicara tentang asal mula pemimpin biasanya selalu berkiblat pada tiga

pandangan. Ada yang mengatakan pemimpin itu dilahirkan; ada juga yang

mengemukakan teori bahwa pemimpin itu dibentuk dan teori ketiga (Great event

theory) yang mengatakan bahwa pemimpin itu terbentuk oleh situasi dan kondisi

khusus yang menekan, namun dari tekanan masalah itu akan keluar kualitas

kepemimpinan seseorang. Saya percaya, pemimpin ada yang dilahirkan dengan bakat

luar biasa. Namun pemimpin yang efektif adalah orang yang bersedia digembleng dan

dilatih Tuhan melalui berbagai proses kehidupan maupun pembelajaran.

Shakespeare pernah mengatakan, “Ada yang besar karena dilahirkan besar, ada yang

besar karena usaha sendiri, tapi ada juga yang besar karena dipaksa oleh keadaan”.

Buku-buku manajemen selalu berbicara tentang kualitas dasar pemimpin yang alami,

artinya tentang pria dan wanita yang memiliki intelektual, watak dan kepribadian yang

kuat sebagai bawaan. Dan berkaitan dengan kepemimpinan Kristiani, dapat

ditambahkan “suatu perpaduan antara kualitas alami dan kualitas spiritual,” atau

dengan kata lainkepemimpinan Kristen adalah perpaduan antara bakat alami dan

pemberian spiritual. Tidak cukup sampai disitu, kepemimpinan yang potensial harus

dipupuk dan dikembangkan.

Page 72: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

66 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Dalam mengelola gereja kerap kali mendapat kritikan; di satu sisi gereja dikelola

sebagaimana maunya pendeta. Karena disebut gereja tidak boleh dikelola dengan

manajeman murni. Padahal, di sisi lain, dalam konteks keberadaannya di muka bumi

ini, gereja sebagai bagian dari organisasi di dunia, membutuhkan manajemen untuk

mendukung pelayanan. Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi

terlaksana kalau penasehat banyak ” (Amsal 15:22). Manajemen dalam kaitan ini dapat

diartikan sebagai “suatu proses kepemimpinan yang diwujudkan dalam satu sistem

kerja terpadu yang olehnya pemimpin dapat menggunakan upaya kinerja sinergis

(bekerja bersama dan bekerja melalui bawahan) guna mencapai tujuan yang telah

dicanangkan.

Pendeta Dr Yakob Tomatala, seorang teolog ahli manajemen

mengatakan, memanajemeni bagi seorang pemimpin berarti menjalankan proses

menajemen, sehingga ia haruslah piawai mengkoordinasi, membuat perencanaan

strategis, mengorganisir tugas dan menempatkan orang yang pas, dan melaksanakan

upaya memimpin.

A. Kapabilitas Kepemimpinan Kristen

Seorang pemimpin perlu memahami konsep kepemimpinan Kristen secara

definitif, agar kepemimpinan menjadi lebih profesional dan spiritual. James

MacGregor Burns mengatakan, "Kepemimpinan adalah salah satu fenomena yang

paling banyak diamati orang dan paling sedikit dipahami di dunia ini" [1]. Vance

Packed mengatakan, "Kepemimpinan adalah [cara untuk] membuat orang lain

untuk melakukan sesuatu yang menurut Anda perlu dilakukan" [2].

Sementara itu Oswald Sanders mengatakan, "Kepemimpinan adalah pengaruh,

kemampuan seseorang untuk memengaruhi" [3], dan Kenneth O. Gangel

mengatakan, "Kepemimpinan adalah tindakan seseorang anggota kelompok yang

memunyai kualitas, karakter, dan kemampuan tertentu yang pada suatu waktu

tertentu, akan berhasil mengubah tingkah laku kelompoknya menuju sasaran-

sasaran yang dapat diterima bersama" [4].

Walaupun definisi-definisi tersebut menjelaskan dasar-dasar pengertian tentang

kepemimpinan secara umum, namun belum menyentuh pengertian mengenai

kepemimpinan Kristen. Ada beberapa definisi yang lebih spesifik yang menekankan

Page 73: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

67 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

pengertian kepemimpinan Kristen, misalnya George Barna mengatakan,

"Pemimpin Kristen -- sebagai seseorang yang dipanggil Tuhan untuk memimpin

dengan karakter seperti Kristus dan memotivasi secara efektif -- mengerahkan

sumber daya dan mengarahkan orang-orang ke penggenapan visi bersama dari

Allah" [5]. Robert Clinton mengatakan, "Tugas utama pemimpin adalah

memengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah" [6]. Sementara itu,

Henry dan Richard Blackaby mengatakan, "Kepemimpinan rohani adalah

menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah" [7].

Beberapa definisi di atas memberikan paradigma yang benar antara prinsip

kepemimpinan umum dan prinsip kepemimpinan spiritual. Kepemimpinan Kristen

tidak identik dengan seseorang, yang secara langsung dapat mengerjakan rencana

Allah. Ia bisa ditunggangi motivasi dan ambisi pribadi, kecuali jika ia memahami

dan menerapkan definisi-definisi ini secara komprehensif dan konsisten [8].

Perbedaan antara rumusan kepemimpinan umum dan kepemimpinan Kristen,

bukan terletak pada metode, jabatan, atau kedudukan, melainkan pada panggilan,

nilai, dan filosofinya yaitu kepemimpinan Kristen mencapai tingkat kepemimpinan

yang lebih tinggi demi melaksanakan rencana Allah berdasarkan agenda Allah [9].

Pertama, kapabilitas kepemimpinan. Kepemimpinan berkaitan dengan

pengetahuan, kompetensi, kapabilitas, dan pengelolaan sebuah pelayanan.

T.Engstrom dan E.Dayton menjelaskan bahwa pemimpin harus memunyai

kapabilitas yang memadai di bidang mereka, dan cakap secara teknis untuk

membuktikan tingkat kemampuannya [10]. Kemampuan atau keterampilan

kepemimpinan (leadership skill) merupakan kekuatan untuk memengaruhi orang-

orang yang dipimpinnya [11]. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang sukses,

berani membayar dan memakai orang-orang yang terampil atau orang yang

memiliki kapabilitas tinggi. Andrew Carnegie, pemilik perusahaan pabrik baja yang

terbesar di Amerika, mengakui bahwa pekerjaannya pada mulanya serabutan,

namun setelah ia berani membayar 1 juta dolar setahun kepada Charles Schwab

yang memiliki kapabilitas tinggi, akhirnya pabriknya mengalami sukses besar [12].

Dari penelitian Charles Garfield secara intensif kepada orang-orang yang

berprestasi puncak, baik dalam bidang olahraga, ilmiah, maupun bisnis,

kebanyakan mereka memunyai kemampuan visualisasi, memiliki fokus pada

Page 74: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

68 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

sasaran, dan proaktif dalam bidangnya [13]. Pimpinan merupakan tumpuan dari

sebuah organisasi dan pengikutnya, dan berhasil atau tidaknya kepemimpinan

seseorang, sangat bergantung pada kelebihan kemampuan/kapabilitas yang ia

miliki. Kelebihan dalam menggunakan segala ilmu organisasi, mendayagunakan

sumber daya dengan maksimal, serta dalam pengambilan keputusan yang cepat

dan tepat [14].

Kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang mengoptimalkan seluruh

kemampuan atau kapabilitasnya, untuk memberikan pengaruh yang konstruktif

kepada orang lain dalam melakukan satu usaha mencapai sasaran yang sudah

direncanakan [15]. Karena itu, korelasi antara kepemimpinan dan kapabilitas tidak

boleh dianggap remeh. Tanpa kedua unsur tersebut, maka organisasi tidak akan

menjadi efektif. Pemimpin harus meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa ia

memiliki kapabilitas memimpin, memengaruhi, mengendalikan, dan mengarahkan

orang yang dipimpinnya [16].

Kedua, kemampuan berorganisasi. Kemampuan memimpin harus disertai dengan

pemahaman dan penguasaan organisasi yang memadai [17]. Peter M. Sange dan

Art Klener mengatakan, "Seorang pemimpin harus terus-menerus berusaha

mengembangkan kemampuan melalui peningkatan pemahaman dan pengetahuan

organisasinya untuk memperbaiki cara kerja, agar mampu mencapai organisasi

secara maksimal" [18]. Esensinya adalah agar pemimpin dapat menciptakan

kinerja yang efektif sesuai tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap individu

untuk mencapai maksud bersama. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang

tindih, vakum, kacau, atau tidak terarah, sebaliknya dapat mengoordinasi setiap

potensi secara efisien ke arah satu titik [19], sehingga pekerjaan tidak tertumpuk di

satu tangan, melainkan melalui pengorganisasian tercipta spesifikasi dan

profesionalisme yang menguntungkan organisasinya.

Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

organisasi dalam arti statis dan organisasi dinamis [20]. Organisasi statis (tidak

bergerak/diam) adalah organisasi yang dipandang sebagai jaringan dari hubungan

kerja yang bersifat formal, seperti yang tergambar dalam suatu bagan dengan

mempergunakan kotak-kotak yang beraneka ragam [21]. Bagan struktur organisasi

ada banyak macam dan jenjang. Bentuk dan jenjang apa pun, posisi pimpinan

Page 75: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

69 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

selalu berada paling atas, sedangkan kotak semakin kecil, jenjang posisinya

semakin rendah.

Kotak-kotak tersebut memberikan gambaran-gambaran tentang kedudukan atau

jabatan yang harus di isi oleh orang-orang yang memenuhi persyaratan sesuai

dengan fungsi masing-masing. Melalui bentuk organisasi ini dapat diketahui

hierarki kedudukan atau jabatan, garis komando, wewenang, dan tanggung jawab

[22]. Sedangkan organisasi dinamis adalah sebuah organisasi yang hidup dan

organisme yang dinamis. Tidak hanya di lihat dari segi bentuk dan wujudnya, tetapi

juga dari segi isinya, yaitu menyangkut sekelompok orang melakukan kegiatan

untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, organisasi dinamis menyoroti unsur

manusia yang ada di dalamnya karena manusia merupakan unsur terpenting dari

seluruh unsur organisasi, dan hanya manusia yang memiliki sifat kedinamisan.

B. Kehidupan Spiritual dalam Kepemimpinan Kristiani

Semua orang kristen sesungguhnya memerlukan 'makanan dan perawatan'yang

utuh dan menyeluruh atau holistik. Makanan dan perawatan jasmani dan rohani,

secara material maupun spiritual. Para pemimpin kristen yaitu para pendeta,

penatua,guru sekolah minggu, pengurus komisi, kelompok kerja dan semua aktifis

bertugas untuk memastikan bahwa makanan dan perawatan yang diperlukan oleh

jemaat Kristus itu terpenuhi, sehingga jemaat yang adalah domba-domba Kristus

terpelihara. Untuk tugas tersebut, maka para pemimpin kristen harus merasa

terpenuhi makanan dan perawatannya sendiri. Jika gembala tidak diberi makan

seperti halnya domba-domba, maka mereka akan kelaparan, kehausan, kelelahan

dan sakit. Namun bahayanya bukan hanya bagi dirinya sendiri. Apabila

kelaparannya, kelelahannya dan luka-lukanya tidak diatasi, maka si gembala bisa

jadi akan melakukan tindakan yang tidak ia sadari yang membahayakan orang-

orang yang digembalakannya. Karena para pemimpin gereja adalah pemimpin

spiritual,dalam arti bahwa setiap aktifitasnya harus dilandasi dan digerakkan oleh

dorongan spiritual, maka pembiaan ini akan difokuskan pada kebutuhan spiritual

para gembala dan bagaimana memenuhinya.

◘ Kekeringan Spiritual.

Page 76: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

70 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Persoalan besar para pemimpin kristiani adalah persoalan kekeringan spiritual.

Orang-orang yang kekeringan spiritual ini adalah orang-orang yang tidak

menemukan alasan-alasan spiritual mengapa ia harus melakukan setiap bagian

dalam pelayanannya. Kekeringan spiritual ini bisa membuat seseorang menjadi

loyo atau ogah-ogahan. Ia tidak memiliki energi yang membuatnya berapi-api dan

penuh semangat melakukan bagiannya. Atau, mereka mungkin melakukan banyak

hal, namun dirinya merasakan bahwa apa yang dikakukannya itu kosong dan

hampa. Pelayanan menjadi formal, rutin, kaku , dingin dan tidak melahirkan

pertumbuhan, kedalaman dan kehangatan. Tidak ada vitalitas, yang ada adalah

rutinitas yang membosankan dan membebani serta kehilangan makna. Flora

Slosson menggambarkan kondisi kekeringan spiritual sebagai hubungan yang

menjadi kering, seperti hubungan pokok anggur dan ranting-ranting yang mulai

kering.

◘ Inti Spiritualitas Kristiani.

Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit merupakan jantung atau inti spiritualitas

Kristiani. Kristus yang bangkit itulah Kristus yang menjumpai setiap murid-Nya.

Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit itulah yang membebaskan mereka dari

rasa bersalah, membalut luka-luka hati mereka yang kehilangan, memulihkan

harapan , meneguhkan keragu-raguan dan membangkitkan keberanian mereka

yang ketakutan.

Kalau kita meneliti Model perjumpaan Kristus, kita menemukan model

perjumpaan yang sangat personal. Kisah-kisah perjumpaan Tuhan Yesus

menunjukkan bagaimana Ia hadir, memandang langsung ke setiap orang seolah dia

adalah satu-satunya yang hadir sekalipun ia berada ditengah keramaian. Apakah

Yesus bertemu seorang imam, seorang anak-anak, seorang pezinah, seorang

pemungut cukai, seorang nelayan, seorang yang sakit kusta atau seorang musuh,

Tuhan Yesus sungguh hadir sebagai pribadi. Yesus pun memandang setiap orang

yang dijumpainya sebagai pribadi, tidak lebih dan tidak kurang. Hubungan yang

dibangun sungguh-sungguh hubungan Aku dan Engkau. Tuhan mungkin lebih

daripada pribadi namun Tuhan Yesus tidak mungkin kurang dari pribadi.

Kita dapat menjadi lebih sensitif atau peka menanggapi kehadiran Kristus melalui

banyak cara. Kehidupan doa yang teratur atau bersaat teduh dimana kita menarik

Page 77: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

71 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

diri dan mencoba menghayati kehadiran Kristus melalui setiap hal yang sedang kita

hadapi. Mengapa harus belajar menghayati kehadiran Kristus ? Karena Allah di

dalam Kristus adalah Allah yang hadir dimana-mana, Ia turut bekerja dalam segala

sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Hakekat unik dari kekristenan tumbuh

dalam perjumpaan dengan hati Allah melalui Yesus Kristus.

Ada tiga pola model kekristenan.

Mengganggap kristen adalah agama tentang Yesus. Model ini mengexternalisasikan

Yesus. Yesus ditempatkan diluar, semacam superman, seorang tokoh sempurna di luar

sana yang kepadaNya kita tunduk. Namun model ini menggiring kita pada sikap

ketaatan tanpa banyak perubahan batin.

Model agama dari Yesus. Model ini menempatkan Yesus sebagai saudara tua yang

ramah, seorang guru atau pembimbing. model ini membangun ketaatan sebagai usaha

meniru atau mengikuti ajaran tetapi tidak memiliki hubungan personal dengan Yesus.

Kekristenan adalah agama melalui Yesus. Pola ini menawarkan kepada kita ikatan yang

hidup dengan Yesus; yang melaluiNya kita mengalami Allah, diri kita dan orang lain.

Melalui Yesus kita mengalami Allah yang mendalam dan luar biasa. Tanpa hubungan

pribadi orang percaya dengan Kristus yang hidup, kekristenan mungkin hanya akan

menjadi iman atas gagasan dan cita-cita luhur namun kehilangan angin, api, garam dan

raginya. Untuk mengalami kepenuhan kebutuhan spiritual, kita harus selalu berusaha

memangun hubungan pribadi dengan Kristus ditengah-tengah kehidupan pelayanan

kita.

◘ Teladan Kepemimpinan Tuhan Yesus & rasul Paulus

Yesus menunjukkan teladan kepemimpinan dengan jalan menjadi

panutan, memberikan teladan kehidupan ketimbang memberikan perintah dan

aturan-aturan yang memaksa. Ia senantiasa menjadikan diri dan kehidupan-Nya

sebagai teladan moralitas. Tidak ada kesalahan maupun kejahatan di dalam hidup-

Nya. Hidup-Nya transparan, semua orang dapat menilai dan menganalisa diri-Nya.

Kepemimpinan yang ditunjukkan Yesus juga bukan hanya sekedar melalui kata-kata,

namun juga disertai dengan hikmat dan wibawa ilahi. Hal inilah yang harus

diperhatikan setiap orang yang ingin meniru teladan kepemimpinan Yesus. Menjadi

seorang pemimpin, baik dalam kehidupan diri sendiri, keluarga, masyarakat, gereja

Page 78: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

72 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dan lingkungan lainnya dimana kita berada, harus memiliki kuasa, hikmat dan

penyertaan Tuhan. Dengan demikian maka akan dapat mencapai kesuksesan didalam

memimpin.

Salah satu peranan utama dari seorang pemimpin adalah menunjukkan teladan yang

baik dan kemudian melatih orang lainuntuk mengikutinya. Paulus adalah seorang

pemimpin besar dari gereja Tuhan di abad pertama. Dalam kitab 1 Korintus 11:1 ia

menulis, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Ia

berhasil memultiplikasikan kepemimpinannya dengan mencetak pemimpin-pemimpin

baru yang handal. Ia berhasil mendidik Timotius menjadi pemimpin dan gembala yang

handal. Timotius pun kemudian menghasilkan pemimpin-pemimpin baru di dalam

gereja yang digembalakannya.

◘ Multiplikasi Pemimpin

Pertumbuhan dan perluasan kekeristenan terjadi sesuai dengan tersedianya para

pemimpin yang berhasil guna. Myron Rush seorang pakar kepemimpinan Kristen

terkemuka menceritakan pengalaman seorang rekan gembalanya.

“Ted Grant ialah seorang gembala jemaat dari sebuah gereja besar, dinamis dan

berkembang pesat di barat-daya Amerika Serikat. Namun ketika saya untuk pertama

kalinya menjumpai Ted beberapa tahun lalu, gerejanya menghadapi berbagai masalah

dan bergumul untuk mempertahankan kehadiran sekitar dua ratus jemaat pada

kebaktian hari Minggu pagi. Gerejanya juga terlibat utang yang besar. Pertama kali

saya bertemu Ted pada waktu seminar manajemen yang saya selenggarakan untuk

para gembala jemaat dan pemimpin gereja di daerahnya.

Pada waktu itu Ted adalah seorang gembala sidang yang sedang mengalami frustasi.

Karena ia merasa saya seorang luar yang dapat dipercayainya, ia menumpahkan isi

hatinya kepada saya mengenaimasalah untuk mendapatkan pemimpin-pemimpin yang

memenuhi syarat di dalam gerejanya. Ia mengatakan kepada saya bahwa ia mengalami

kesukaran menerima calon-calon baru untuk memimpin gereja cabang, pimpinan

departemen, anggota dewan pengurus/majelis, dan jabatan-jabatan puncak lainnya di

dalam gerejanya. Selama percakapan berlangsung Ted mengatakan ‘Tampaknya saya

tak dapat menemukan seseorang yang ingin berbuat sesuatu kecuali hanya duduk di

kursi gereja dan menonton selagi beberapa orang dari kami melaksanakan seluruh

Page 79: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

73 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

pekerjaan.Tidaklah mengherankan bila kita mempunyai masalah. Tidaklah mungkin

untuk membina sebuah gereja yang kuat tanpa adanya para pemimpin’.

Tahun lalu saya mendapat kehormatan untuk mengunjungi gereja yang dipimpin oleh

Ted. Gereja itu sungguh telah jauh berbeda dari yang telah disebutkannya beberapa

tahun sebelumnya. Mereka baru saja menyelesaikan tempat kebaktian yang baru dan

merencanakan sebuah bangunan untuk pendidikan. Lebih dari 3000 orang menghadiri

dua kebaktian pagi setiap hari Minggu. Dan departemen Misi Penginjilan mempunyai

anggaran hampir 1 juta dollar AS. Setelah kebaktian berakhir saya mempunyai

kesempatan untuk berbincang-bincang lama dengan Ted dan menanyakan kunci

keberhasilan pertumbuhan gerejanya itu.

Ia mengatakan bahwa sejak perjumpaan dengan saya ia mulai mengadakan

program pelatihan kepemimpinan di gereja. Ia dan timnya mengajar orang-orang cara

untuk menjadi pemimpin sebelum mengharapkan mereka mencalonkan diri dengan

sukarela untuk memegang peranan sebagai pemimpin. Ted menjelaskan bahwa acara

latihan kepemimpinan telah mencapai sesuatu yang oleh kotbah bertahun-tahun gagal

untuk diperoleh. ‘Begitu kami mulai melatih anggota-anggota gereja kami tentang cara

memimpin, cara mengajar dan cara mereproduksi diri mereka pada orang lain, maka

kami tidak mempunyai masalah lagi untuk menemukan orang-orang yang memenuhi

syarat kepemimpinan yang diperlukan oleh gereja. Sebenarnya kami telah melatih

sedemikian banyak pemimpin dalam gereja kami sehingga kami telah mulai

mendirikan sebuah gereja pendamping yang baru demi mempekerjakan semua tenaga

pemimpin yang berlebihan itu’.

Mendengarkan pembicaraan Ted pada hari itu mengingatkan saya pada pentingnya

peranan para pemimpin dalam keberhasilan dari organisasi apapun. Tanpa

kepemimpinan yang tepat, maka gereja Ted bergumul untuk mempertahankan

kelanjutan hidupnya, tetapi begitu mereka mulai membina para pemimpin yang efektif

atau berhasil-guna maka gerejanya menjadi sebuah organisasi yang sangat berhasil.

Melatih para pemimpin yang berhasil adalah rahasia keberhasilan mereka.”

◘ Kualifikasi Pemimpin

Dalam konsep kepemimpinan Kristiani, ada beberapa faktor utama yang menentukan

keberhasilan seorang pemimpin. Faktor-faktor itu adalah:

Page 80: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

74 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Visi (sense of mission)

“Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat,” demikianlah dikatakan dalam Amsal

29:18. Visi adalah tujuan, sasaran, goal, arah, wahyu, mimpi yang hendak dicapai. John

Stott mengatakan bahwa visi adalah suatu ihwal melihat, mendapat persepsi tentang

sesuatu yang imajinatif, yang memadu pemahaman yang mendasar tentang situasi

masa kini dengan pandangan yang menjangkau jauh ke depan.

Musa merupakan salah satu pemimpin besar yang mengerti benar mengenai visi. Ia

berjuang keras memimpin bangsanya melawan penindasan Mesir, mengarungi padang

gurun selama puluhan tahun, karena ia mendapat visi yang jelas tentang “Tanah

Perjanjian”.

Pengetahuan dan keterampilan (knowledge-skill)

Visi harus dibarengi dengan pengetahuan yang cukup dan keterampilan. Tidak cukup

bagi Musa untuk memimpikan suatu negeri yang berlimpah-limpah madu dan susunya.

Ia berusaha mewujudkannya. Ia menghimpun, menyatukan dan mengatur orang Israel

menjadi suatu bangsa. Ia menggunakan pengetahuan yang didapatnya selama

pendidikan di Mesir dan pengalaman bersama Tuhan untuk memimpin mereka

melintasi gurun yang penuh bahaya dan kesukaran sebelum akhirnya mencapai tanah

Kanaan.

Konsistensi (Consistency)

Konsistensi merupakan salah satu kualitas kepemimpinan yang paling utama. Musa

lagi-lagi merupakan teladan konsistensi yang luar biasa. Berkali-kali dalam hidupnya

bangsa Israel “menggerutu” terhadap kepemimpinannya dan menentang wibawanya.

Akan tetapi Musa tidak menyerah. Ia tidak lupa akan panggilan Allah kepadanya untuk

memimpin bangsa itu. Ia konsisten melakukan perintah Tuhan untuk membawa

bangsa itu keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan.

Yohanes pembaptis, Daniel, Daud, Yosua merupakan teladan kehidupan lainnya

berkenaan dengan faktor konsistensi. Kepemimpinan mereka tidak hanya “sukses” di

awal saja, namun mereka konsisten mempertahankan kualitas kerja dan

kepemimpinannya sampai akhir. Konsistensi berbicara tentang ketahanan, ketekunan

Page 81: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

75 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dan fokus yang tidak pernah berkurang atau pudar dalam meraih tujuan

kepemimpinan.

Karakter dan Integritas (Character and Integrity)

Kepemimpinan Kristen merupakan kepemimpinan yang berpusatkan Kristus. Tidak ada

seorang manusiapun di muka bumi ini yang akan mampu menjadi pemimpin Kristen

yang handal bila ia tidak lebih dulu berjumpa secara pribadi dengan Yesus dan menjadi

ciptaan baru (II Korintus 5:17). Ketika seorang menghendaki untuk menjadi pemimpin

yang efektif, ia harus bertumbuh secara karakter.

Lynn E. Samaan dan Dunnam, pakar kepemimpinan mengatakan, “Pemimpin Kristen

menerima kehidupan Kristus dengan iman dan menerapkannya dalam komitmen,

disiplin dan perilaku/perbuatan, dimana kehidupannya setiap waktu mengungkapkan

Kristus yang hidup di dalamnya sebagai kesaksian kepada dunia.” Tujuan utama

pengembangan karakter adalah “kualitas hidup”. Yaitu kualitas hidup rohani yang

berpusatkan Kristus. Kualitas hidup ini dipengaruhi oleh pekerjaan Roh Kudus dalam

semua aspek dan peristiwa hidup serta respon atau komitmen (sikap) terhadap

peristiwa serta pengalaman hidup tersebut. Buah Roh akan makin terpancar dalam

kehidupan sementara buah daging makin terkikis.

Salah satu karakter pemimpin Kristen yang diinginkan Yesus terlihat dalam firman-Nya,

“Kamu tahu bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah

rakyatnya dengan tangan besi…Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin

menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu…Karena Anak Manusia

juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani…(Markus 10:42-45).

Panggilan kita adalah untuk melayani bukan untuk dilayani dan menguasai. Pemimpin

harus melayani dan memperhatikan kebutuhan bawahannya. Memberi kesejahteraan

pada mereka, sehingga bawahan akan bersemangat menopang pemimpinnya. Seperti

Yesus yang mencukupi kesejahteraan murid-murid-Nya dengan menunjuk bendahara

untuk mengelola keuangan. Pemimpin Kristen bukanlah pemimpin-penguasa,

melainkan pemimpin-hamba. Otoritas memimpin dilakukan bukan dengan kekuasaan

melainkan kasih, bukan kekerasan melainkan teladan, bukan paksaan melainkan

persuasif.

Page 82: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

76 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Integritas berbicara tentang “apa yang dikatakan sama dengan perbuatan”. Dengan

kata lain, seorang pemimpin yang sukses adalah seseorang yang kehidupannya

“transparan”, luar dalam sama. Dia tidak saja menjadi teladan dalam perkataan dan

kepemimpinan, tetapi juga melakukan dengan tepat semua yang dikatakannya.

Banyak kasus moralitas, korupsi dsb terjadi karena para pemimpin gagal melakukan

prinsip-prinsip yang diajarkannya. Mereka hanya menjadi macan kertas atau macan

panggung, namun ternyata ompong dalam melakukan perkataannya.

C. Kesimpulan

Umat membutuhkan pemimpin yang dapat diteladani, dalam segala segi baik karakter,

manajemen, pelayanan maupun mau bekerja keras untuk memimpin orang-orang.

Kepemimpinan Kristenbukanlah mau memerintah, akan tetapi menjadi teladan hidup.

Pemimpin sukses adalah orang yang mampu mencetak pemimpin baru, dan bukannya

iri atau takut tersaingi bila bawahannya sukses.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memperhatikan bawahannya. Mencukupi

kebutuhan hidupnya agar mereka dapat berkonsentrasi melakukan tugas pelayanan

yang dibebankan tanpa harus dipusingkan akan persoalan makan, minum, pakai.

Pantang menyerah, inovatif dan terus mengembangkan diri merupakan kualitas yang

harus diperhatikan juga.

Dengan demikian, akan membuat pelayanan pemimpin itu semakin efektif dan berhasil

mencapai visi yang ingin diraihnya. Wujud serta kualitas pemimpin Kristen yang ideal,

diharapkan terlihat dalam kenyataan berikut: Memiliki karakter Kristus (Christlike),

memiliki pengetahuan yang komprehensif – kemampuan serta ketrampilan

(knowledge-skill) yang bersifat sosial (hubungan dengan orang) dan teknis (yang

berhubungan dengan kerja). Memiliki konsistensi dan integritas dalam hidup dan

Page 83: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

77 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kepemimpinannya, baik kepada kepada Allah, Gereja, pengikutnya maupun diri pribadi

dan dunia serta memiliki tujuan hidup yg jelas (sense of mission) yang memberi

motivasi dan dinamika bagi hidup dan pelayanannya.

Menjadi pemimpin yang baik sesungguhnya dapat dipelajari. Mempelajari teknik

kepemimpinan disertai hati dan karakter Kristus akan menjadikan setiap kita pemimpin

yang baik. Marilah menjadikan dunia ini lebih baik, dengan menjadi orang-orang yang

memberi pengaruh positif kepada dunia.

REFLEKSI

Di dalam kepemimpinan spiritual ini, ada ajakan, dorongan, himbauan, bagi

orang lain untuk mencapai tingkat spiritual yang serupa. Dengan tingkat

spiritual itu, orang dapat melakukan hal-hal yang secara esensial serupa dengan

teladan yang diberikan oleh sang pemimpin, walau dalam konteks yang

berbeda.

Jabatan gerejawi atau tugas kepemimpinan adalah terutama pemberian Tuhan, bukan

“pencapaian” baik melalui pendidikan formal maupun keahlian yang lahir dari

pengalaman, walaupun semuanya itu penting. Para pemimpin yang disebut di dalam

Alkitab lebih menekankan peranan “hati” ketimbang keahlian dan pengalaman.

Pelayanan bukan keikutsertaan, bukan pengalihan dari Yesus.

Inti dari pelayanan adalah; dasar pelayanan adalah Karakter, Sifat pelayanan adalah

Pengabdian. Motif pelayanan adalah Kasih. Ukuran pelayanan adalah Pengorbanan.

Kekuatan pelayanan adalah Penyerahan diri. Hanya dengan demikian seorang

pemimpin dapat memiliki visi dan misi dari Yesus. Jika tidak, pemimpin hanyalah

menciptakan visi dan misinya sendiri.

Samuel adalah anak Elkana, seorang yang saleh dari bani Efraim, dengan istrinya

yang bernama Hana. Nama Samuel disebut sebanyak 134 kali dalam Alkitab, bisa

ditemukan dalam 7 kitab: 1 Samuel, 1 dan 2 Tawarikh, Mazmur, Yeremia, Kisah

Para Rasul, dan surat Ibrani.

Page 84: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

78 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Alkitab mencatat Samuel sebagai hakim terakhir dan terbesar dalam sejarah Israel

(Kisah Para Rasul 13:20). Samuel juga merupakan yang pertama di antara para

nabi (Kisah Para Rasul 3:24). Pada zaman Perjanjian Lama, ia dan Musa adalah

dua pemimpin bangsa yang terbesar di mata Tuhan (Yeremia 15:1).

Otoritas kepemimpinan dalam diri Samuel sebenarnya mulai Tuhan nyatakan sejak

dia masih muda. Tuhan memberinya pewahyuan yang menyingkapkan kejatuhan

imam Eli (1 Samuel 3:1-21). Meskipun semula sungkan, akhirnya Samuel

menyampaikan nubuatan itu kepada Eli (1 Samuel 3:18). Kepemimpinan nabi

Samuel terus berkembang dan semakin diakui banyak orang, Alkitab mencatat:

"Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel

telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan." (1 Samuel 3:20)

Dengan wibawa kepemimpinannya yang besar, Samuel menyerukan tobat nasional.

Samuel berbicara kepada seluruh kaum Israel: "Jika kamu berbalik kepada Tuhan

dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari

tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada Tuhan dan beribadahlah hanya

kepada-Nya." (1 Samuel 7:3) Bangsa itu pun bertobat, mereka menjauhkan berhala-

berhala Baal dan Asytoret (1 Samuel 7:4).

Samuel adalah seorang pemimpin yang profesional; ia menjalankan tugas-tugasnya

dengan baik. Sebagai kepala urusan-urusan sekuler, Samuel berkeliling negeri

untuk mengadili seluruh rakyatnya (1 Samuel 7:16).

Samuel adalah pemimpin yang terbuka terhadap kritik. Ketika rakyat Israel

meragukan integritas anak-anak kandungnya, Samuel tidak mengelak (1 Samuel

8:4-5). Samuel bukan tipe pemimpin yang terjerat nepotisme. Samuel menampung

aspirasi rakyat yang menghendaki raja baru. Ia pun sangat proaktif dalam

pergumulan pencarian pemimpin baru tersebut. Sebagai tokoh senior, Samuel

jugalah yang akhirnya menetapkan dan mengurapi raja baru tersebut, Saul -- dan

kemudian Daud.

Kehidupan Doanya

Spirit doa dalam diri Samuel merupakan warisan dari ibunya. Pada waktu itu Hana

mandul, tidak bisa memunyai anak (1 Samuel 1:2, 5-6). Hana berdoa dengan

Page 85: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

79 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

sungguh-sungguh, dan akhirnya setahun setelah doa itu, Tuhan memberinya

seorang anak yang hebat, Samuel. (1 Samuel 1:20).

Dalam penelitian psikologi, ditemukan fakta bahwa pertumbuhan kejiwaan

seseorang sudah dimulai sejak dia dalam kandungan ibunya. Kondisi kejiwaan ibu

juga menentukan pertumbuhan psikis sang bayi. Demikian juga secara rohani,

kehidupan rohani sang ibu akan mengalir dalam diri anak yang dikandungnya.

Yohanes Pembaptis misalnya, sudah dijamah Roh Kudus ketika ia masih berada di

dalam kandungan ibunya, Elizabet (Lukas 1:41).

Kehidupan doa Samuel juga terbina baik sejak masa kanak-kanaknya. Setelah

Samuel berhenti menyusu, pada usia 2 atau 3 tahun, Hana membawanya ke Silo

dan secara resmi menyerahkannya kepada imam Eli untuk tinggal bersama dia di

lingkungan Bait Suci (1 Samuel 1:24-28). Samuel menjadi pelayan di hadapan

Tuhan; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan (1

Samuel 2:18). Sejak belia, Samuel hidup dalam disiplin rohani yang tinggi. Ia

tinggal di dalam lingkungan orang-orang yang berdoa.

Pembentukan kehidupan rohani seorang pemimpin tidak terjadi secara instan.

Karena itu, kita perlu mendidik kaum muda dalam disiplin rohani yang tinggi.

Kelak, ketika mereka beranjak dewasa dan menjadi pemimpin, kehidupan doa

pribadinya akan sangat kuat. Tetapi, jika seseorang yang kehidupan doanya lemah

telah menjadi pemimpin dan menjadi sangat sibuk karena status dan perannya itu,

tidak akan mudah baginya untuk bertumbuh dalam kehidupan doa. Bahkan kadang

ia meremehkan doa, sebab pikirnya, tanpa doa pun saya sudah menjadi pemimpin.

Kehidupan doa Samuel bersifat dinamis dan dialogis. Alkitab tidak mencatat

bagaimana ia mengemis dalam doanya, minta ini dan itu untuk keperluan

hidupnya. Alkitab justru mencatat bagaimana Tuhan berbicara kepadanya sejak ia

masih remaja (1 Samuel 3). Samuel disebut sebagai seorang pelihat yang sering

memperoleh penglihatan dari Tuhan (1 Samuel 9:9).

Di manakah Samuel-Samuel masa kini? Sekarang banyak orang cerdas, cendekia,

dan terlatih menjadi pemimpin sejak masa muda, tetapi masih terlalu sedikit

pemimpin Kristen yang memunyai kehidupan doa yang kuat.

Bersandar Pada Tuhan.

Page 86: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

80 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Ketika Samuel sudah tua, rakyat memintanya untuk memilihkan seorang raja bagi

mereka. Saat itu, Samuel harus memilih salah seorang dari sekian banyak orang

Israel untuk diangkat menjadi raja atas bangsa itu. Seorang pemimpin akan selalu

diperhadapkan dengan situasi harus memilih seseorang untuk posisi tertentu.

Seorang pendeta harus memilih pemimpin-pemimpin kelompok sel, seorang

direktur harus menunjuk manajer-manajer bawahannya, dan sebagainya.

Sebelum memilih seorang raja, Samuel mau menampung aspirasi para tua-tua

Israel (1 Samuel 8: 4-5). Keluh kesah mereka sebenarnya mengesalkan hati Samuel,

tetapi kemudian ia berdoa membawa persoalan ini kepada Tuhan (1 Samuel 8:6).

Keinginan jemaat atau anak buah dan karyawan tidak jarang membuat sang

pemimpin menjadi kesal, apalagi jika mereka mengajukan permohonan dengan

emosional, misalnya dengan berdemo. Tetapi, seorang pemimpin Kristen harus

menjaga suasana hatinya, dan membawa setiap persoalan itu di dalam doa.

Samuel akhirnya menyetujui keinginan rakyatnya karena Tuhan memberi

rekomendasi. Kadang, seorang pemimpin Kristen menerima permintaan bawahan

karena takut atau karena alasan politis. Tetapi, keputusan Samuel selalu berdasar

pada pertimbangan dari Tuhan. Pun ketika memilih Saul, juga atas dasar petunjuk

Tuhan sendiri (1 Samuel 9:15-16). Ketika raja Saul melakukan banyak kesalahan

dan akhirnya Tuhan menolaknya, Samuel sempat bersedih. Tetapi kemudian

Tuhan berkata: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul?" (1 Samuel

16:1a) Tuhan, tidak senang jika kita larut dalam kekecewaan, kepahitan, dan

kesedihan karena orang pilihan kita gagal. Dalam ayat itu, Tuhan menyuruh

Samuel mengurapi Daud menjadi raja yang baru. Pada waktu memilih Daud,

Tuhan berbicara kepada Samuel agar jangan terkecoh oleh penampilan fisik (1

Samuel 16:7). Inilah pentingnya doa, supaya kita jangan salah memilih. Orang yang

hebat secara fisik belum tentu dipilih Tuhan. Tuhan tahu orang yang tepat dan

yang sempurna bagi kita. Ikutilah pimpinan Roh Kudus!

Akhirnya, Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi

Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya (1 Samuel 16:13a). Artinya, orang-

orang yang sudah kita pilih menurut hikmat Tuhan, harus kita doakan agar ia

memunyai otoritas untuk menjalankan pekerjaan baru yang diembannya.

Page 87: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

81 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Pemimpin Kristen perlu menaikkan doa impartasi urapan untuk anak buah atau

penerusnya.

Pemimpin yang Mendengar

Salah satu ciri utama dari seorang pemimpin yang baik adalah mendengarkan

Allah. Jika kita hanya bergantung pada hikmat, kekuatan, wawasan, atau tindakan

kita, maka kita tidak akan mampu. Kita perlu firman Tuhan. Daud, seperti yang

bisa kita lihat dalam 1 Samuel, adalah seorang pemimpin yang saleh, yang dengan

gigih mencari dan menerima nasihat Allah untuk mengambil keputusan penting

dan terkadang hidupnya bergantung pada apa yang didengarnya dari Allah.

Hal ini mungkin kedengarannya mudah. Namun jika ini benar-benar mudah,

mengapa kita mengabaikannya? Sesungguhnya kita sudah mendapat pewahyuan

dari Tuhan yang ditulis dalam bahasa kita, ditulis oleh orang-orang yang

digerakkan oleh Roh Kudus, dan celakalah kita jika kita tidak mendengarkan

firman Tuhan, baik di rumah, di gereja, maupun di tempat kerja kita. Seberapa

sering kita berkata, "Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu mendengar"?

Pemimpin yang Menegur

Kita juga bisa belajar dari Samuel bahwa seorang pemimpin yang saleh tidak takut

mengatakan apa yang dia dengar. Keesokan harinya, Eli bertanya kepada Samuel

apa yang dikatakan Allah. Samuel, tentu saja tahu Eli tidak akan suka

mendengarkan kebenaran yang telah diterimanya. Tapi Eli berpesan kepadanya,

"Janganlah kausembunyikan kepadaku. Kiranya beginilah Allah menghukum

engkau, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika engkau menyembunyikan sepatah

katapun kepadaku dari apa yang disampaikan-Nya kepadamu itu." (1 Samuel 3:17)

Samuel muda mengulang kembali firman Allah bagi Eli, dan dengan kejadian itu ia

pun memulai kariernya sebagai nabi yang menegur melalui nubuatan. Selanjutnya,

dia harus menghadapi bangsa Israel yang bersikukuh meminta seorang raja

duniawi: "Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu,

tetapi TUHAN tidak akan menjawab kamu pada waktu itu" (1 Samuel 8:18). Dia

juga akan menghadapi Raja Saul yang memberontak yang melanggar perintah yang

sudah jelas dari Allah: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah

TUHAN, Allahmu, ... Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah

Page 88: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

82 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia

menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang

diperintahkan TUHAN kepadamu.... TUHAN telah mengoyakkan dari padamu

jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain

yang lebih baik dari padamu." (1 Samuel 13:13-14; 15:28). Seni konfrontasi dengan

mahir harus dikuasai oleh setiap pemimpin.

Dukungan Keluarga

Walaupun dalam menghadapi seseorang tentu saja membutuhkan kewaspadaan --

mengingat bahwa pemimpin yang pemberang adalah suatu kecelaan (Titus 1:7) --

ada kalanya menolak melawan dosa itu pun suatu dosa. Eli bersalah atas

pelanggaran ini, dan sedihnya, bahkan Samuel pun juga tidak sepenuhnya bebas

dari kesalahan ini. Standar Rasul Paulus dalam kepemimpinan menyatakan bahwa

anak-anak seorang pemimpin hendaknya "hidup beriman dan tidak dapat dituduh

karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib." (Titus 1:6)

Seorang pemimpin yang memiliki anak memiliki tanggung jawab untuk menjadi

ayah yang baik. Walaupun tidak ada jaminan khusus bahwa anak-anak orang-orang

Kristen secara otomatis akan diselamatkan, namun kita berhak berharap bahwa

seorang pemimpin yang saleh akan membesarkan anak-anaknya di dalam "ajaran

dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4). Samuel, sayangnya, memunyai anak-anak yang

"tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan

memutarbalikkan keadilan." (1 Samuel 8:3) Perbuatan jahat yang merugikan ini

memberi andil bagi keinginan bangsa Israel untuk memiliki seorang raja: "Sebab

itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama dan

berkata kepadanya: 'Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti

engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami,

seperti pada segala bangsa-bangsa lain.'" (1 Samuel 8:4-5) Hal ini tidak otomatis

membenarkan para tua-tua Israel untuk menolak Allah dan memilih seorang raja.

http://dilasisean.blogspot.com/2012/06/kepemimpinan-spiritual.html

Page 89: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

83 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN BERBASIS SPIRITUAL

Prof.Dr.Faisal Afiff, SE.Spec.Lic

Beliau adalah seorang pengajar dan telah meniti karir di Fakultas Ekonomi UNPAD selama 45

Tahun. Pendidikan terakhir S3 Bidang Ilmu Ekonomi Belgia dengan spesialisasi pengajaran

di bidang Bidang Ilmu Marketing dan Distribusi. Saat ini menjabat sebagai Guru Besar.

Bandung, 4 Juni 2013

"Spiritualitas juga sangat erat berkaitan dengan konsep jiwa, sehingga menentukan suatu

prinsip bahwa esensi hidup ini bukanlah materi belaka. Maka spiritualitas tanpa jiwa tidak

masuk akal...."

Masih banyak orang yang belum faham betul tentang apa yang dimaksud dengan

spiritualitas. Menurut kamus Merriam Webster “spiritualitas memiliki pengertian

tentang sesuatu yang sangat religius, atau sesuatu yang berkaitan dengan semangat

dan hal-hal sakral”. Tentu saja melalui pencarian dan pengalaman hidup, seseorang

memiliki kebebasan untuk memaknai tentang pengertian spiritual ini. Pengertian

spiritual ini juga sering dikaitkan dengan agama, terutama yang berkaitan dengan

pertanyaan: apakah agama itu merupakan tujuan dari spiritualitas, atau sebaliknya

bahwa agama adalah sarana dan/atau prasarana untuk mencapai tujuan spiritual?

Spiritualitas juga sangat erat berkaitan dengan konsep jiwa, sehingga menentukan

suatu prinsip bahwa esensi hidup ini bukanlah materi belaka. Maka spiritualitas tanpa

jiwa tidak masuk akal. Konsep jiwa digunakan untuk membedakan antara manusia

dengan hewan. Tentu saja dalam dunia hewan kita tidak akan berbicara tentang nilai-

nilai kemanusiaan, kontemplasi, belas kasih dan hati nurani, atau diwakili dalam satu

kata disebut jiwa.

Page 90: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

84 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Namun manusia sebagai mahluk material-biologis tidak terlepas dari sifat hewaniah,

secara faktual manusia memiliki sisi naluri hewaniah sehingga berlomba mengejar

kepentingan material. Bahkan adanya sifat hewaniah ini menjadi sejarah dan evolusi

tentang kisah kemanusiaan. Sebaliknya, tidak diragukan lagi - bagi mereka yang bukan

penganut faham atheis - bahwa kita semua mengakui berasal dari Tuhan. Jika kita

gagal untuk memahami hal ini, kita tidak akan berhubungan dengan sejarah kita

sendiri dan karena itu akan terasing dari jiwa kita sendiri. Oleh karena itu bagaimana

pertamakali kita menjadi manusia? Para evolusionis akan berkata bahwa hal itu telah

terjadi melalui seleksi alam. Para kreasionis akan mengatakan bahwa kita telah

diciptakan sebagai model atau representasi ideal dari Tuhan. Tulisan suci Weda

mengkonfirmasi bahwa representasi ideal bukanlah wujud atau bentuk tertentu.

Dalam kepercayaan Hindu, Tuhan dapat direpresentasikan dalam simbol ikan (Matsya)

atau babi hutan (Varaha), dan bisa juga berupa matahari, bulan dan langit. Begitu juga

bisa memiliki bentuk manusia atau bentuk spiritual seperti Vishnu dengan empat

lengan. Dengan demikian kita diciptakan bukan dalam konsep bentuk, akan tetapi

sebagai konsep ruhaniah. Dengan adanya model atau representasi tersebut, tidak lain

untuk mencerahkan esensi spiritualitas kita yang ideal. Jika pertanyaannya bagaimana

roh ideal kita dihadirkan, maka jawaban yang jauh lebih mudah adalah dari

penderitaan kita di dunia material.

Semangat dan cita-cita yang dibentuk akan menjadi apa yang ada pada kita sekarang.

Dan kini dunia tengah bingung dan tidak pasti tentang kelangsungan hidup dan masa

depan budaya. Apakah kita akan mengalami degradasi atau kita akan bangkit dari abu

pengalaman peperangan yang mengerikan dan segala pembusukan sosial? Banyak

yang skeptis tentang pertanyaan esensi jiwa, tentang cita-cita dan nilai-nilai

kemanusiaan, bahwa hal tersebut masih bisa diharapkan. Dewasa ini orang lebih suka

berpegang pada simplifikasi dari pandangan evolusi Darwinisme, dengan semboyan

survival of the fittest sambil mengenakan dasi dan mobil mentereng . Kita kembali

harus mendefinisikan jiwa kita yang menjamin nilai-nilai kemanusiaan kita: melebarnya

konflik tentang nilai-nilai kemanusiaan dapat mengaburkan visi yang jelas tentang

masa depan. Hanya dari kejelasan demikian, kita bisa berbicara tentang spiritualitas

tercerahkan dan jiwa masyarakat yang terbebaskan.

Page 91: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

85 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Sejauh ini, di seluruh dunia, hampir semua konsep telah diambil dari nilai-nilai sekuler

dan materialistik yang telah berkembang dalam dunia komersial kompetitif.

Manajemen tak sekadar berkaitan dengan dunia bisnis dan industri, akan tetapi juga

melingkupi semua aspek usaha atau kerja manusia. Oleh karena itu, sudah saatnya

bahwa para ilmuwan manajemen menengok kembali pada esensi spiritualis manusia,

baik yang melandasi kebijakannya, cita-citanya maupun ide dari konsep spiritual dan

filosofinya. Hal ini menjadi penting karena planet ini dan penghuninya harus

diselamatkan dari kecenderungan memburuk yang hadir hampir di semua lapisan

masyarakat, yang bahkan dapat membahayakan kehidupan planet ini. Kita harus mulai

mengkritisi kembali tentang konsep kepemimpinan yang berasaskan pada kebijakan

konvensional, yang ditransmisikan melalui lembaga pendidikan dan pelatihan, yang

mengajarkan pengetahuan tingkat rendah yang hanya berdasarkan pada alat indera,

akal dan pikiran. Pengembangan harus ditingkatkan ke arah pengetahuan tingkat tinggi

yang “membungkam pikiran” dan membuka spiritualitas. Para tokoh bijak telah

menemukan misteri alam – mikro dan makro kosmos - tanpa peralatan apapun, seperti

evolusi, kecepatan cahaya, gerakan planet, gravitasi, dan usia bumi.

Dewasa ini para sarjana dan ilmuwan dari seluruh dunia tengah mencari solusi untuk

masalah yang menimpa planet, hewan dan manusia. Konsep kebijakan,

kepemimpinan, manajemen, administrasi dan lain sebagainya, dewasa ini tidak mampu

menangkap tren memburuk yang terjadi di segala sektor. Suatu era dimana setiap

tindakan, transaksi dan/atau interaksi lebih bersifat komersial, hampir semua motivasi

didasarkan pada kepentingan diri sendiri, yang akhirnya bermuara pada eksploitasi

manusia, dan hal ini sedang berlaku di seluruh dunia. Dalam segala sektor,

kepemimpinan cenderung untuk menghancurkan umat manusia daripada

mengangkatnya ke derajat dan martabat yang lebih tinggi. Paul Sweezy, seorang

pemikir sosialis dengan sarkasme telah menulis bahwa "Para pengusaha telah

menciptakan korporasi, sedangkan para manajer diciptakan oleh korporasi. Para

pengusaha mencuri dari korporasi sedangkan manajer mencuri untuk kepentingan

korporasi ". Secara jujur harus diakui, bahwa bukti dari fenomena ini dapat terlihat

pada setiap sektor dan bidang kegiatan manusia. Skandal dan manipulasi – baik secara

laten atau manifes – telah umum berlangsung di beberapa organisasi. Korupsi

misalnya, telah menjadi rangkaian cerita sehari-hari. Fundamentalisme dan

ekstremisme telah melahirkan terorisme dan militansi. Kecenderungan radikalisme ini

Page 92: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

86 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

tidak dapat ditampung oleh konsep-konsep kepemimpinan dan manajemen

konvensional.

Dalam organisasi formal, kegiatan para supervisor, manajer, eksekutif, pejabat,

administrator dan lain sebagainya kewenangannya berasal dari undang-undang dan

aturan. Sementara esensi kewenangan seorang pemimpin seharusnya lahir dari nilai-

nilai rohani dan jasmani mereka. Para manajer perlu menyerap kualitas esensial

kepemimpinan yang akan meningkatkan efektivitas mereka. Gandhi, Mao, Lincoln, dan

bahkan Khomaeni adalah para pemimpin dengan sejumlah cita-cita dan nilai-nilai.

Pemimpin dan manajer seyogyanya merupakan penguasa bijak dengan nilai-nilai luhur

dan cita-cita. Dalam organisasi formal, baik pemerintah dan non-pemerintah, yang

diwakili oleh para pemimpin politik, ekonomi, bisnis, sosial, pendidikan, ilmu

pengetahuan, agama dan sebagainya, bahkan supervisor, pengawas, manajer,

eksekutif, pejabat dan administrator memperoleh kewenangannya berdasarkan

konstitusi, aturan, dan konvensi.

Sementara para pemimpin informal di semua bidang usaha manusia mendapatkan

wewenangnya berdasarkan kualitas dan tindakan mulia mereka, yang merupakan

perpaduan dari atribut, kredibilitas dan integritas, serta kontribusi mereka kepada

masyarakat dengan pelayanan, dedikasi dan komitmen tanpa pamrih untuk cita-cita

dan kesejahteraan umat manusia, lingkungan dan alam. Orang dengan kategori

demikian telah memiliki kualitas kepemimpinan tertentu, yang akan meningkatkan

efektivitas mereka sebagai manajer dan administrator. Oleh karena itu, efektivitas

manajerial mereka ditopang oleh keunggulan dalam bidang moral dan kualitas

kepemimpinan yang etikal, sehingga mereka menjadi pemimpin yang baik serta

dikagumi dan dipuja oleh masyarakat.

Sepanjang sejarah, setiap negara memiliki pemimpin original yang menjalankan

otoritas tidak hanya didukung oleh organisasi formal, akan tetapi juga didukung oleh

masyarakat luas. Gandhi bukanlah anggota dari Partai Kongres, namun “fatwa”nya

telah mewarnai hukum dan partai, dan begitu juga yang terjadi di Iran dalam masa

kepemimpinan Imam Khomaeni. Seluruh masyarakat di India secara sukarela

mengikuti cita-cita non-kooperasi terhadap penjajah dengan gerakan satyagraha. Sri

Satya Sai Baba dan Amritanandamayi memiliki penggemar di seluruh dunia. Dengan

karisma mereka, para pengikutnya bersedia melaksanakan pekerjaan sosial secara

Page 93: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

87 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

sukarela, demikian pula dengan Sri Ravi Shankar dan ratusan biksu lainnya yang telah

memiliki organisasi di seluruh dunia. Para pengikut memuja guru dan melaksanakan

misi mereka. Orang dengan kapasitas demikian dapat dianggap sebagai pemimpin

spiritual. Sebagian besar umat mereka menerima nilai-nilai etika dan moral dan

melaksanakan pelayanan tanpa pamrih, pengakuan dan kompensasi.

Mao Tse Tung adalah termasuk seorang pemimpin politik yang dikagumi jutaan umat

manusia, yang tidak hanya melakukan misi membebaskan Cina dari penindasan asing,

akan tetapi juga membantu dalam membangun kembali negara Cina. Salah satu

contoh pengaruh kepemimpinannya adalah berkenaan dengan kunjungan Nixon ke

negara Cina. Mao diberitahu bahwa kunjungan Nixon ke Cina harus ditunda karena

mereka sulit menyingkirkan salju di jalan-jalan Peking. Mao pergi ke Radio Peking dan

meminta warga untuk membersihkan salju dari jalan. Maka jutaan warga bergerak

dalam upaya menyingkirkan salju tersebut. Dalam arena politik masa kini - termasuk di

Indonesia - hampir tidak ada lagi orang yang mampu menginspirasi orang lain.

Sebagian besar reputasi para pemimpin di tingkat legislatif kita didominasi oleh

catatan pelanggaran moral. Sebagian dari mereka adalah korup, dan dalih dari korupsi

tersebut adalah dampak dari sistem ekonomi-politik yang tidak pantas dari para

aparatur birokrasi negara. Kurangnya kepemimpinan etik telah membuat pemerintah

mengembangbiakan parasit yang meggerogoti wibawa pemerintahan itu sendiri.

Dalam era globalisasi seperti saat ini, seluruh transaksi dan/atau interaksi telah

dikomersialisasikan. Hal ini didukung oleh media, dengan mengelu-elukan bintang film

dan selebritis yang memiliki penggemar besar. Bahkan partai politik memanfaatkan

mereka sebagai ikon untuk mengumpulkan suara mereka. Para pemilih dalam pilkada

disuap dengan uang, dan dengan bujukan hedonisme lainnya. Dengan demikian kurang

ada kesempatan lagi bagi para pemimpin politik tulen yang bakal muncul di negara

kita. Para politisi membeli dan mempengaruhi media untuk mempengaruhi sikap dan

nilai-nilai masyarakat.

Pertimbangan komersial telah menjadi motivasi dominan di kalangan pelaku media.

Oleh karena itu, kepemimpinan yang tulus dalam melayani rakyat sulit untuk muncul di

bidang politik dan media. Meski tengah muncul fenomena baru di luar prediksi

masyarakat tentang kepemimpinan gaya Jokowi di Indonesia yang memberikan

harapan akan perubahan. Seorang pemimpin harus memiliki banyak kualitas mulia,

Page 94: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

88 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

seperti kejujuran, integritas, kerendahan hati, tidak mementingkan diri sendiri,

dedikasi, komitmen, patriotisme, pelayanan tanpa pamrih, dan penuh pengorbanan,

yang seharusnya sektor pendidikan tinggilah yang dapat menghasilkan pemimpin mulia

seperti demikian. Dalam tradisi budaya kita terdahulu, ulama dan guru masih dianggap

sebagai orang yang patut dihormati diatas rata-rata orang pada umumnya.

Dalam tradisi masa lalu seorang ulama atau pendeta adalah penasehat raja atau kaisar,

dan mereka adalah orang yang sangat berpengetahuan dan bijaksana, benar-benar

tanpa pamrih, diberkahi dengan cita-cita luhur, memiliki integritas dan kejujuran, serta

meninggalkan kesenangan duniawiah untuk melayani umat manusia. Banyak risalah

yang ditulis oleh para orang bijak dan filsuf, yang mendedikasikan hidup mereka untuk

kesejahteraan umat manusia, lingkungan dan alam. Mereka adalah orang yang

menjaga diri dari kehidupan duniawiah, dengan tinggal terpencil di pelosok desa -

dengan memimpin pesantren, gereja dan pure - berlatih spiritual untuk mencapai

tingkat tertinggi berkenaan dengan pengetahuan tentang kosmos.

Kontribusi mereka terhadap umat manusia terasa ke seluruh dunia, dan diantara

kalangan pemikir demikian adalah antara lain Ibnu Al-Arabi, Al Ghazali, Ibnu Sinna,

Arnold Toynbee, Will Durant, Laotze, Confusius, Soekarno, Hatta, Sidharta Gautama,

Thoreau, Emerson, Frawley, Rolland dan Basham. Ratusan penemuan di bidang sains

dan matematika yang sering dikaitkan dengan ilmuwan barat, sumbernya ditemukan

oleh orang bijak kuno dan orang-orang suci.

Dalam 100 tahun terakhir, telah ada pertumbuhan spektakuler dalam sains dan

teknologi yang membawa kemakmuran bagi sekitar sepertiga penduduk dunia. Namun

secara bersamaan, planet bumi ini telah dijarah dan dirampok oleh sekelompok

manusia. Hutan telah menghilang, tanah menjadi gersang dan tidak subur, serta

pemanasan global dapat membawa malapetaka ke seluruh penjuru dunia. Polusi telah

melampaui batas toleransi. Jutaan hewan mengalami penderitaan yang tak

terbayangkan, sebagian lagi digunakan untuk makanan, pekerjaan, eksperimentasi dan

hiburan. Manusia sendiri telah menjadi sakit. Disamping terjangkit HIV, manusia telah

menjadi kesepian dan terasing. Keluarga telah terfragmentasi.

Page 95: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

89 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Manusia menderita karena ketegangan, kecemasan, ketakutan dan rasa tanpa tujuan.

Lebih banyak uang dibelanjakan untuk persenjataan yang bisa berakibat pada

penghancuran umat manusia ketimbang untuk mengangkat derajat kemanusiaan pada

tingkat yang lebih tinggi. Tren tersebut diperparah lagi oleh krisis keuangan dan

ekonomi , resesi, manipulasi dari kalangan politisi dan para pelaku bisnis,

meningkatnya kekerasan dan kejahatan, sensualitas dan seksualitas sembarangan yang

vulgar terus meningkat dalam kehidupan publik. Perkembangan yang luar biasa di

bidang transportasi, komunikasi, televisi, internet, ponsel, komputer dan lain

sebagainya, seyogyanya mendidik umat manusia untuk menjalani hidup mulia dan

melahirkankan keharmonisan dan kedamaian.

Sayangnya, yang terjadi justeru sebaliknya. Kesemua peralatan dan gadget tersebut

sebagian malah telah digunakan untuk mendistorsi pikiran dan menyesatkan umat

manusia. Kepemimpinan dan manajemen spiritual dan etika sebaiknya mampu

menangkap tren yang memburuk ini, bahkan harus mampu membalikkan situasi

tersebut. Untuk tujuan ini, kepemimpinan dan manajemen spiritual dan etika perlu

meresapi dan menyerap setiap aktivitas, sikap dan perilaku manusia, dalam kaitannya

dengan transaksi dan/atau interaksi dalam konteks organisasi dan administrasi. Kita

harus mencari solusi untuk masalah yang melanda umat manusia. Indonesia bersama

negara lain perlu mempelopori kepemimpinan spiritual dan inspiratif bagi seantero

dunia, sekaligus merombak semua sektor dan segmen masyarakat - baik dibidang

politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, bisnis dan administrasi

publik - dan kesemuanya perlu menyerap konsep kearifan lokal yang mungkin

belakangan ini sudah dianggap konservatif dan ketinggalan jaman sebagai sumber

pencerahan.

Pada sisi yang lain, bahwa dewasa ini tengah terjadi perkembangan positif yang

berlangsung di arena dunia bisnis. Istilah spiritual seperti "semangat tim," "semangat

kompetitif," "semangat kerjasama," dan "esprit de corps" telah menjadi tema menarik

di beberapa organisasi, baik bisnis maupun publik. Begitu juga pola pikir

kewirausahaan mulai dijelaskan dengan melibatkan dimensi metafisik, sehingga

Page 96: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

90 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

muncul idiom semangat kewirausahaan, suatu praktek inovatif dan energik untuk

mengidentifikasi atau menciptakan kesempatan dan mengambil tindakan yang

ditujukan untuk mewujudkan keberhasilan. Spiritualitas di tempat kerja sebetulnya

telah berkembang selama bertahun-tahun di dalam organisasi bisnis. Disadari,

semangat para pekerja memiliki pengaruh langsung pada produktivitas, sehingga

organisasi bersedia menghabiskan dana dalam jumlah besar untuk menciptakan

lingkungan kerja yang nyaman, menyenangkan, dan bahkan mewah. Ketika ketulusan

dan motif yang murni digabungkan kedalam keterampilan kepemimpinan dan

manajemen, serta dibarengi dengan pengambilan keputusan secara konsisten, hasilnya

adalah sebuah organisasi yang kuat dan sangat termotivasi.

Dalam mencari solusi bisnis, seseorang harus inovatif agar berdampak positif tidak

hanya terhadap para pekerja, akan tetapi juga terhadap rekan kerja. Spiritualitas di

tempat kerja tidak lagi sekedar sebuah konsep, akan tetapi telah menjadi metode

praktis untuk mencapai kesuksesan bisnis. Apalagi dewasa ini sejumlah fakta semakin

membuktikan bahwa ada hubungan yang relatif kuat antara pikiran dan tubuh.

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa berapa banyak orang yang memiliki

penyakit, seperti penyakit jantung atau kanker, sekaligus juga adalah penderita depresi

sebagai bagian dari suatu lingkaran setan. Suatu penyakit fisik dapat berakibat pada

depresi emosional, yang pada gilirannya menghasilkan stres yang memperburuk

kondisi fisik yang mendasarinya. Yang lebih menarik adalah temuan ilmu pengetahuan

modern yang menunjukkan fakta sebaliknya, dimana kebiasaan dan sikap positif dapat

meningkatkan kesehatan fisik manusia, yang pada gilirannya berdampak pada umur

yang panjang. Dari pengamatan ilmiah dan berbagai percobaan telah menunjukkan

bahwa teknik pengobatan alternatif, seperti meditasi, ritual, dan bahkan doa dapat

mengubah perjalanan penyakit terminal, mengurangi ketergantungan pada perawatan

medis, dan bahkan meminimalkan kunjungan ke rumah sakit. Pendek kata, spiritualitas

dan semua yang berkaitan dengannya sangat penting untuk menciptakan kesehatan

jasmani dan rohani yang baik.

Jika kita termasuk orang yang menganut konsep bahwa "Semua materi memiliki

Pencipta" maka logikanya bahwa, yang merupakan sumber dari segala ciptaan adalah

kekuatan yang lebih tinggi yang memancarkan energi positif, ketimbang kekuatan

energi negatif. Dengan demikian, kita perlu mengembangkan cara untuk menarik dan

Page 97: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

91 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

menghubungkan energi yang lebih tinggi sebagai bahan bakar untuk kebugaran fisik,

pikiran , jiwa, dan rohani yang positif.

Sebagai para pelaku bisnis yang tengah mencari kesuksesan, kita harus

mempertimbangkan metode dan teknik yang terhubung dengan daya yang lebih tinggi

tersebut. Organisasi yang mempraktekkan psikologi positif dan telah berinvestasi

untuk program motivasi para pekerja telah terbukti berhasil menuai manfaat dalam

bentuk peningkatan kinerja yang dilaporkan sendiri melalui pengukuran kepuasan

kerja. Hasil ini umumnya diterjemahkan ke dalam peningkatan rasio penjualan (ROS),

pengembalian aset (ROA) dan pengembalian investasi (ROI). Landasan filosofi ini telah

menjadi bagian dari budaya di sejumlah organisasi bisnis, dimana hasil positif dapat

ditunjukkan melalui tolok ukur keuangan dan non keuangan. Para manajer dan staf

mereka yang terlibat dalam praktik "spiritualitas di tempat kerja" telah memancarkan

nilai-nilai kerja dan etika moral yang kuat.

Berlatih spiritualitas di tempat kerja dapat menciptakan “win-win solution” bagi semua

pihak yang terkait. Para wirausahawan, pengusaha atau investor , manajer dan para

pekerja, dan bahkan pelanggan tidak lagi perlu mempertanyakan motif dibalik

pemberian pelayanan yang tersedia. Suatu evaluasi terhadap strategi yang telah

dikembangkan selama 25 tahun pada sejumlah organisasi bisnis ini telah membuktikan

bahwa, pengembangan spiritual di tempat kerja telah menjadi alat kepemimpinan dan

manajemen yang sederhana dan relatif murah, yang mampu menggantikan imbalan

finansial yang relatif mahal, dengan melatih para pekerja bermotivasi tinggi dan

menumbuhkan rasa hormat yang besar antara satu dengan lainnya. Banyak organisasi

menghabiskan jutaan dolar untuk mengembangkan lingkungan kerja yang konon

dirancang untuk memelihara pikiran positif para pekerja dalam rangka kepentingan

mengoptimalkan produktivitas. Asumsinya bahwa jutaan dolar yang telah

diinvestasikan tersebut pada gilirannya akan menyebabkan profitabilitas yang lebih

tinggi dan keunggulan atas para pesaing. Pada prinsipnya, manusia ingin diperlakukan

secara adil, merata, dan terhormat.

Para manajer tidak boleh mengabaikan kebutuhan akan rasa keadilan yang dituntut

oleh para pekerja ketika mereka didorong untuk memaksimalkan keuntungan. Artinya

semua keputusan harus menjamin keadilan dan kesetaraan yang akan meningkatkan

Page 98: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

92 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

tingkat kepercayaan dan meningkatkan transaksi dan/atau interaksi antara manajer

dan para pekerja. Jika rasa saling menghormati dan cinta ditingkatkan, maka transaksi

dan/atau interaksi antara manajer dan para pekerja akan menghasilkan kolaborasi

yang sukses. Apabila situasi dan kondisi tersebut berhasil diciptakan, maka para

pemimpin dan manajer tidak perlu lagi menghabiskan waktu yang berharga untuk

mempertanyakan dan mengevaluasi lagi ketulusan motif supervisor dan tim kerja

mereka. Waktu bisa dialokasikan untuk memberi kesempatan yang lebih luas bagi

tumbuhnya kreativitas, inovasi, dan produktivitas yang lebih tinggi dengan sukses

besar. Tempat kerja dapat dijadikan ruang sosial-ekonomi dan susila. Jika seseorang

pekerja tiba di tempat kerja dengan pikiran bahwa dia akan dipergunakan sebagai alat

dan bukan sebagai kontributor untuk kemajuan organisasi , tentu hasilnya akan sulit

ditebak. Seorang pekerja yang merasa kinerja mereka memiliki dampak pada

pembentukan organisasi dan bermanfaat bagi komunitas yang lebih besar, akan

memancarkan kepercayaan dan kebanggaan diri yang membuatnya merasa

berkontribusi kepada organisasi secara tak ternilai. Organisasi yang memberdayakan

para pekerja dengan memberikan rasa keadilan, pemerataan, dan rasa hormat, dalam

jangka panjang akan memiliki keuntungan yang sangat besar, ketimbang organisasi

yang membatasi para pekerjanya dan menuntut kinerja terbaik agar mereka pantas

diberi keadilan, pemerataan, dan kehormatan.

Para pemimpin dan manajer di perusahaan dewasa ini, mulai dari tingkat organisasi

pemula sampai pada organisasi kompleks yang sudah mapan, perlu mengambil

gagasan segar untuk mengevaluasi tujuan organisasinya kembali. Seorang pakar dalam

praktik kepemimpinan dan manajemen spiritual menjelaskan bahwa doa dan meditasi

merupakan obat untuk membersihkan arteri yang tersumbat pada jiwa kita. Tentu saja

kebutuhan setiap individu ataupun tim kerja berbeda-beda, seumpama selera akan

makanan dan minuman yang bervariasi. Setiap orang memiliki kehidupan serta

fenomena dan isu-isu yang berbeda, namun terdapat satu hal yang menyatukan kita –

terutama ketika kita berada di tempat kerja - yaitu bahwa semua orang bersedia

memberikan kontribusi yang terbaik dengan menghargai segala kontribusi mereka,

dengan rasa saling menghargai dan menghormati, sehingga akan menciptakan dunia

menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup dan ditempati. Pada akhirnya, kepuasan di

tempat kerja akan dibesarkan oleh rasa pemenuhan spiritual, sebagai entitas yang

sangat berharga.

Page 99: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

93 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Dampak dari spiritualitas terhadap individu adalah terbentuknya mentalitas baru yang

bercirikan orientasi yang lebih holistik, altruistik, pelayanan kepada manusia,

komitmen pada kebenaran, dan bentuk-bentuk perilaku luhur lainnya, serta kesadaran

diri (self awareness). Pengendalian diri, optimisme, dorongan berbuat yang terbaik,

dan prakarsa, kesemuanya ini terkait dengan self leadership and management, yang

juga adalah dampak lain dari spiritualitas. Mentalitas semacam itu sangat penting bagi

akselerasi perubahan organisasi bisnis. Sesungguhnya tidak ada peningkatan

produktivitas jika tidak ada perbaikan dalam self-awareness ataupun self-leadership

and management.

Produktivitas merupakan fungsi dari social-management. Sebelum bisa efektif

mengelola transaksi dan/atau interaksi antar individu dan tim kerja secara timbal balik,

diperlukan terlebih dahulu manajemen diri sendiri yang efektif (self-leadership and

management). Dengan demikian, efektivitas sosial kepemimpinan dan manajemen

memerlukan efektivitas dalam self-leadership and management. Untuk memahami

self-leadership and management ini dan dampaknya terhadap social-leadership and

management dan produktivitas organisasi, penting terlebih dahulu untuk difahami

kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional secara individual, yakni dua bentuk

kecerdasan selain kecerdasan intelegensi, yang belakangan ini dipandang menentukan

kinerja individu. Dua bentuk kecerdasan ini, selain terkait satu dengan lainnya, juga

sangat penting dalam meningkatkan efektifitas kepemimpinan dan manajemen diri

dan sosial, dan dalam konteks ini adalah efektivitas dalam mencapai keberhasilan

leadership and management organization itu sendiri, baik pada organisasi bisnis dan

bahkan juga pada organisasi publik.

http://fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/239023-kepemimpinan-dan-

manajemen-berbasis-spiritual

Spiritualitas Pemimpin Kristen

Page 100: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

94 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

“….. kamu yang rohani harus memimpin orang … ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut….”

(Galatia 6:1b)

PENGANTAR

Tajuk “Spiritualitas Pemimpin Kristen” bersifat tepat waktu.” Unsur tepat waktu dari tema ini

didukung oleh kenyataan bahwa kondisi dunia yang berubah dan penuh dengan tantangan ini

menuntut adanya pemimpin Kristen dengan kadar spiritualitas tangguh untuk memimpin.

Disadari bahwa pemimpin Kristen sesungguhnya adalah pemimpin rohani, yang harus

membuktikan kadar kerohaniannya sebagai dasar integritas dirinya yang merupakan kekuatan

moral yang menopang diri serta kepemimpinannya. Pada sisi lain, integritas pemimpin

tergantung sepenuhnya pada kadar spiritualitasnya, yang menunjuk kepada kepentingan

keteguhan spiritualitas pada pemimpin Kristen. Kenyataan ini mendorong untuk bertanya, apa

sesungguhnya spiritualitas itu dan seberapa pentingnya spiritualitas bagi seorang pemimpin

Kristen? Dalam upaya menjawab pertanyaan ini, maka ada tiga pokok penting yang akan

dipercakapkan dalam diskursus ini, yaitu antara lain: Pertama, Memaknai Spiritualitas

Pemimpin;Kedua, Dinamika Spiritualitas Pemimpin Kristen sebagai dasar bagi otoritas

kepemimpinan;Ketiga, Kadar Spiritualitas Pemimpin Kristen sebagai tolok ukur kualitas

kepemimpinan.

MEMAKNAI SPIRITUALITAS PEMIMPIN

Spiritualitas atau spirituality adalah natur rohani yang menjelaskan tentang kadar karakter atau

kualitas rohani seseorang. Berdasarkan pengertian ini, bisa dikatakan bahwa spiritualitas

membayangi kadar karakter setiap orang, dimana karakter dapat merupakan ekspresi kualitas

spiritualitas itu sendiri. Dalam hubungan ini dapatlah dikatakan bahwa spiritualitas adalah

hakikat dan sifat hidup yang dibangun di atas kadar rohani atau kerohanian. Kebenaran ini

menegaskan bahwa kerohanian yang tinggi merefleksikan spiritualitas yang tinggi yang

terbayang dalam karakter yang agung. Hubungan spiritualitas dan karakter ini menjelaskan

adanya kaitan integral yang saling mempengaruhi, antara kadar kerohanian seseorang dan

karakter serta ekspresi dirinya. Spiritualitas di sini dapat dikatakan juga sebagai dasar bagi

integritas seseorang. Di sini, percakapan seputar spiritualitas pemimpin dalam diskursus kali ini

memiliki relevansi kuat untuk kehidupan kepemimpinan Kristen. Spiritualias juga merupakan

ekspresi kesadaran diri akan kepentingan spiritulitas tinggi bagi pemimpin Kristen.

Kepentingan spiritualitas tinggi bagi pemimpin Kristen dibangun oleh kenyataan bahwa

spiritualitas itu adalah penting yang berfungsi sebagai dasar untuk mewujudkan

Page 101: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

95 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kepemimpinan yang berkualitas. Tidaklah mengherankan, bahwa Rasul Paulus di dalam Galatia

6:1b mengatakan, “….. kamu yang rohani harus memimpin orang … ke jalan yang benar dalam roh

lemah lembut….” Makna dari nasehat ini dalam hubungannya dengan tema “Spiritualitas

Pemimpin Kristen” sesungguhnya menekankan kepada faktor pemimpin, dimana kadar dan

kekuatan kerohaniannya merupakan landasan bagi kekuatan etika – moralnya untuk

memimpin yang olehnya ia dapat mewujudkan perannya mengangkat orang lain.

DINAMIKA SPIRITUALITAS PEMIMPIN KRISTEN DAN OTORITAS KEPEMIMPINAN.

Disadari bahwa dinamika spiritualitas pemimpin Kristen bersumber dari Allah. Tatkala Rasul

Yohanes berbicara tentang kebenaran seputar otoritas spiritualitas Kristen, ia menegaskan,

“Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup seperti Kritus telah hidup” (I

Yohanes 2:6). Kebenaran ini menunjuk bahwa sesungguhnya Yohanes sedang menegaskan

tentang sumber otoritas dari spiritualitas Kristen itu. Kebenaran seputar sumber otoritas

Kristen ini mengandung tiga sisi yang harus dipahami dan dihidupi oleh setiap pemimpin

Kristen, yaitu antara lain:

Pertama, Otoritas spiritualitas pemimpin Kristen hanya ada pada setiap orang yang ada di dalam

Kristus. Kebenaran ini diteguhkan oleh Firman yang menegaskan bahwa “Jadi siapa yang ada di

dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru; yang lama sudah berlalu, sesunggunya yang baru sudah

datang” (II Korintus 5:17). Di sini otoritas spiritualitas itu menjadi kokoh oleh kekuatan Roh

Kudus, yang diteguhkan oleh Firman, bahwa “Allah memberikan kepada kita … roh yang

membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (II Timotius 2:7b). Indikator dari otoritas rohani ini

adalah adanya kekuatan (kuasa) rohani untuk hidup dan mengabdi berlandaskan kasih yang

mengangkat dengan kadar penguasan dan ketertiban diri yang tinggi. Kebenaran ini dipastikan

melalui tindakan kasih karunia Allah yang menyelamatkan itu, dimana Rasul Paulus

mengatakan bahwa “Di dalam Dia kamu ….. dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan

itu” (Efesus 1:13). Memeteraikan kebenaran ini di dalam jiwa pemimpin Kristen, Profesor J.

Robert Clinton mengatakan bahwa “Orang yang memandang otoritas rohani sebagai dasar

kekuasaan untuk melayani harus mengakui Sumber dari semua otoritas: (yaitu) Allah.”

Pengakuan ini merupakan sikap sambutan iman atas apa yang telah dikaruniakan TUHAN Allah

kepada pemimpin Kristen, sebagai dasar otoritas spiritualitas kepemimpinannya. Sikap ini

menyebabkan ia berendah hati untuk mengakui bahwa “Bukan dengan keperkasaan dan bukan

dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, Firman TUHAN semesta alam” (Zakharia 4:6).

Page 102: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

96 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Kedua, Otoritas spiritualitas pemimpin Kristen harus dibuktikan dengan adanya tanggung jawab

memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Indikator kuat bahwa seorang pemimpin adalah

pemimpin rohani ialah bahwa ia hidup oleh Roh Kudus, yang olehnya ia dapat menguasai

dirinya dengan tidak menuruti keinginan daging (Galatia 5:16-17). Indikator kuasa positif yang

pasti ialah bahwa dari kehidupan pemimpin rohani yang dipimpin oleh Roh Kudus, akan nyata

kekuatan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,

kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22). Kebenaran inilah yang menjelaskan

adanya dinamika kredibilitas pemimpin rohani.

Ketiga, Otoritas spiritualitas pemimpin Kristen dibuktikan dengan adanya integritas diri yang

teguh. Integritas diri itu kebaikan hati, kebenaran, kemuliaan, keadilan, kesucian, kesedapan,

kemanisan, kebaikan dan kepatutan untuk dipuji, keadilan, kesetiaan, ketaatan dan kejujuran

yang membawa kemuliaan bagi Allah, karena segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan bagi

Dialah kemualiaan sampai selama-lamanya (Filipi 4:5,8; Yesaya 32:1-2; Roma 11:36). Dalam

hubungan ini dapat ditegaskan bahwa dinamika spiritualitas pemimpin Kristen akan ada dan

nampak pada integritas diri pemimpin yang ada di dalam Kristus, yang relah memberi diri

dipimpin oleh Roh Kudus. Penyerahan diri ini adalah dasar kekuatan yang menopang

pemimpin membuktikan integritas karakter Kristen yang teguh oleh kuasa Roh Allah. Dengan

integritas diri ini pemimpin dapat berdiri teguh sebagai pemimpin rohani yang tangguh dalam

menghadapi serta menjawab tantangan perubahan dunia yang mengancam.

KADAR SPIRITUALITAS PEMIMPIN KRISTEN DAN KUALITAS KEPEMIMPINAN.

Menengok balik akan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kadar kualitas spiritualitas

pemimpin Kristen berbanding sejajar dengan kualitas kepemimpinannya. Maksud dari

pernyataan ini adalah bahwa spiritualitas yang berkualitas menentukan adalah kekuatan bagi

kualitas kepemimpinan. Dapat juga dikatakan bahwa kadar kualitas spiritualitas menentukan

ketahanan dan kelanggengan kualtias kepemimpinan pemimpin rohani. Menguraikan

kebenaran tentang kadar kualitas spiritualitas, dapatlah dikatakan bahwa faktor penting bagi

peneguhan kadar kualitas spiritualitas pemimpin Kristen adalah antara lain:

Pertama, Pemimpin rohani membangun diri di dalam Firman Allah (Mazmur 1; Yosua 1:7-9),

sehingga ia memiliki karakter dan integritas diri yang kuat dimana ia dilengkapi untuk setiap

perbuatan benar dan baik (II Timotius 3:15-17);

Page 103: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

97 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Kedua, Pemimpin rohani menjaga hatinya, sehingga ia rendah hati (Amsal 4:23) dan memimpin

seperti Yesus Kristus yang memimpin dari hati (Matius 9:34-38), memimpin berdasarkan kasih

yang mengangkat (Yohanes 13:1, 34-35), dan memimpin dengan kekuatan kebenaran dan

kebaikan (Yohanes 14:6; Yesaya 32:1-2, 8, 117), sehingga ia mengamalkan damai, keadilan dan

kesejahteraan dalam kepemimpinannya.

Ketiga, pemimpin rohani memimpin dengan mengandalkan TUHAN Allah (Yeremia 17:7-8; 9:23-

24), sehingga ia menjadi bijaksana dan teguh dalam kepemimpinan melewati berbagai kondisi

sulit (Amsal 18:10; 24:10; I Raja-raja 3:9, 12, 28).

Keempat, pemimpin rohani memimpin sebagai pemimpin teladan yang membawa berkat bagi

orang yang dipimpin dan lingkungan kepemimpinan (Ibrani 13:7,17).

Kelima, pemimpin rohani memimpin dengan penuh pengabdian sebagai hamba dan pelayan

(Markus 10:41-47; Lukas 17:10) yang dibuktikan melalui pelayanan terhadap orang yang

dipimpin (I Petrus 5:1-4). Pemimpin yang memimpin dengan melayani seperti Yesus Kristus

sajalah yang adalah pemimpin yang dapat membuktikan kualitas kepemimpinan yang tidak

lekang karena panas dan tidak lapuk oleh hujan. Kebenaran ini ditegaskan oleh Nabi Daniel

yang mengungkapkan, “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan

yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bindatng-bintang, tetap untuk selama-

lamanya” (Daniel 12:3).

RAMPUNGAN

Melihat uraian sebelumnya tentang otoritas spiritualitas kepemimpinan dan tentang kualitas

kadar spiritualitas yang memiliki pengaruh terhadap kadar kualitas pemimpin Krsten dan

kepemimpinannya, dapat dikatakan bahwa “kekuatan dan kualitas pemimpin terletak pada

otoritas dan kadar spiritualitasnya.” Di sini dapat ditekankan bahwa “pemimpin Kristen dengan

kadar otoritas spiritualitas tinggi sajalah yang akan membuktikan diri sebagai pemimpin yang

bekualitas dan dapat mempertahan kualitas diri menghadapi tantangan dan tekanan dalam

menjalankan kepemimpinan yang diembannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa “Pemimpin

Kristen yang menjaga otoritas spiritualitas dan mengembangkan kadar spiritualitasnya adalah

pemimpin berkualitas yang akan bertahan serta siaga menghadapi kenyataan kepemimpnan

pada segala masa (II Timotius 4:1-6). Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang disiapkan

untuk menghadapi masa depan yang sulit dan akan bertahan serta keluar sebagai pemenang

dalam menjalankan kepemimpinannya secara langgeng dan berhasil (Nehemia 2:20).

Page 104: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

98 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Akhirnya, spiritualitas sejati hanya ada karena pemimpin Kristen hidup dan mengabdi seperti

TUHAN-nya (I Yohanes 2:6), dimana ia mampu memimpin dari hati (yang penuh hikmat;

Matius 9:34-38; Yesaya 32:8), berlandaskan kasih (yang mengangkat sesama Yohanes 13:1, 34-

35; I Yohanes 4:7-10) dengan kekuatan kebenaran dan kebaikan (yang membawa damai

sejahtera; Yesaya 32:17, 1-2; 15:15-16; Yohanes 14:6, 27; Matius 5:9). Dan lagi, spiritualitas

sejati meneguhkan hubungan pemimpin dengan TUHAN Allahnya, Sang Pencipta, karena

olehnya ia hidup kudus (I Petrus 1:15-16); dan dapat melihat Allah (Matius 5:8), serta bersekutu

degan DIA, hidup dalam ketaatan akan Firman berbasis kasih setia yang ditambatkan pada

hatinya sehingga ia dihormati oleh TUHAN Allah dan manusia serta berhasil dan menjadi

berkat dalam kepemimpinannya (Amsal 3:1-10; Kejadian 12:1-3). Selamat dan sukses bagi

kemuliaan TUHAN Yesus Kristus. TUHAN Allah kiranya memberkati dengan limpahnya.

Terimakasih

Motivator,

Dr. Yakob Tomatala

[1] Pokok ini disampaikan dalam Wisuda STT Doulas Jakarta, tanggal 21 Agustus 2010 di Istana

Kana, Jakarta.

http://yakobtomatala.com/2010/09/01/spiritualitas-pemimpin-kristen/

PEMIMPIN DALAM KEPEMIMPINAN KRISTEN

Pengantar

Page 105: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

99 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Premis atau dalil dasar kepemimpinan Kristen adalah berlandaskan ajaran Alkitab. Secara

khusus, peremis mengenai pemimpin dalam kepemimpinan meliputi tiga hal penting, yaitu

antara lain: Satu, Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen; Dua, Dasar Teologi Kepemimpinan

Kristen; dan Tiga, Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen.

A. Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen

Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa Allah, oleh kehendak-Nya

yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks

pelayanan menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh Allah ini adalah untuk

pelayanan memimpin. Premis ini ditegaskan oleh Profesor Dr. J. Robert Clinton yang

mengatakan,

“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang

ditandai oleh adanya:

1. Kapasitas memimpin dan

2. Tanggung jawab pemberian Allah

UNTUK

3. Memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja)

4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini” (Clinton 1989:2).

Dari penegasan Profesor Clinton di atas, dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin Kristen ada

sebagai pemimpin karena ia dipanggil oleh Allah. Dengan demikian, ia harus memiliki

kesadaran diri sebagai telah terpanggil Allah dan meneguhkan kualifikasi dirinya sebagai

pemimpin. Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa seorang pemimpin

Kristen adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya ia harus yakin bahwa ia

terpanggil Allah untuk memangku tanggung jawab kepemimpinan. Kebenaran ini pada sisi lain,

menegaskan bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya kapasitas teguh untuk memimpin,

sehingga ia dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati (Lihat: Kejadian 12:1-3; Keluaran

2-7; dan 18, Roma 12:8, dsb.).

B. Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen

Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen

ialah:

1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil

Page 106: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

100 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

sebagai – “pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada

tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status

menghamba kepada TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan.

2. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu; Satu: “membina

hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya (Markus 3:13-19;

Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubungan-

hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin. Dua:

“mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan

bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan

mengabdikan diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.

3. Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta ketrampilan memimpin,

antara lain:

a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Allah, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja) dari

institusi/organisasi yang dipimpinnya.

b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.

c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas 14:28-

30).

d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah

penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpin-bawahan, sebagai dasar untuk

melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara

pemimpin dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan

dengan baik pula.

e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi yang

kondusif, serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya memperlancar uapaya

dan kinerja kepemimpinan.

C. Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen

Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika-moral yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan

Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas fakta dan dinamika “inkarnasi” Yesus

Kristus (Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang

dibangun di atas fakta “inkarnasi Yesus Kristus” yang memiliki kisi kebenaran berikut:

1. Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus, termasuk:

kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana seluruh kerangka kepemimpinan Kristen

dibangun di atas dasar ini (I Yohanes 2:6).

Page 107: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

101 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang

berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19).

3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup

(individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup

dan semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21).

4. Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen di atas haruslah dinyatakan dalam sikap

hati, kata dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup

berikut:

a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani

13:17).

b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7;

3:5-17).

c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja

(Ibrani 13:7-8).

d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang

senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin.

Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata

ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena

itu, seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral,

orientasi dan motivasi yang sesuai dengan Firman Allah.

RANGKUMAN

Peerlu dipertegas, bahwa pada dasarnya kepemimpinan Kristen memiliki faktor-faktor dan

matra-matra dasar kepemimpinan yang sama dengan kepemimpinan umum lainnya. Pada sisi

lain kenyataan yang membedakan antara Kepemimpinan Kristen dan kepemimpinan lainnya

ialah hakikat, dinamika, serta falsafah yang didasarkan pada Alkitab. Sebagai contoh, premis

utama kepemimpinan Kristen ialah bahwa Allah yang berdaulat oleh kehendak-Nya yang kekal,

telah menetapkan serta memilih setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin. J.

Robert Clinton mengatakan, “Allah memilih bagi dirinya seorang pemimpin, dan Allah

mengembangkan pemimpin tersebut sepanjang kehidupannya.” Itulah sebabnya tatkala

mendefinisikan tentang siapa pemimpin Kristen itu, Clinton menjelaskan:

“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang

ditandai oleh:

1. Kapasitas memimpin dan

Page 108: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

102 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

2. Tanggung jawab pemberian Allah

UNTUK

3. Memimpin suatu kelompok umat Allah (Gereja)

4. Mencapai TUJUANNYA (bagi serta) melalui kelompok ini”

Premis utama ini menyinggung hakikat kepemimpinan Kristen – bahwa Allah adalah segala-

galanya bagi kepemimpinan Kristen, dimana Ia-lah yang mengawali, menopang, dan

menghasilkan dalam seluruh proses kepemimpinan. Hal ini senada dengan pernyataan David

Hocking yang mengatakan, “Tanpa bantuan Allah, tidak seorang pun di antara kita dapat

mengharap menjadi apa yang Allah gambarkan sebagai seorang pemimpin rohani.” Melihat

premis di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Kristen adalah “God Centered

Leadership” dengan pemimpin sebagai God centered leader – di mana Allah adalah segala-

galanya bagi pemimpin dan kepemimpinan itu.

Indikator penting bahwa seseorang dipanggil Allah kepada tugas kepemimpinan ialah bahwa ia

memiliki kapasitas lengkap sebagai pemimpin, dan ada tanggungjawab yang diuntukkan

baginya guna menjalankan upaya memimpin. Pada pihak lain kepemimpinan Kristen

meletakkan kedudukan pemimpin Kristen secara proposional, di mana “pemimpin Kristen

adalah pemimpin yang berkarakter tinggi, berpengetahuan komprehensif dan khas lebih, serta

berkecakapan sosial dan teknis yang andal. Pemimpin Kristen seperti ini akan terbukti sebagai

pemimpin dengan ciri-ciri “efektivitas tinggi, efisiensi tinggi, dan hubungan sehat yang tinggi” –

sehingga dapat mewujudkan kinerja optimal dengan produk unggul dalam kepemimpinan yang

diembannya. Ciri-ciri di atas akan selalu terlihat dengan adanya kisi-kisi berikut:

1. Pemimpin mengabdi dengan komitmen yang tinggi kepada Allah, kepada organisasi (gereja)

dan kepada tugas (misi Allah).

2. Pemimpin memiliki dan mempertahankan nilai efektivitas tinggi yang ditandai oleh sifat dan

sikap pemimpin dengan gaya kepemimpinan berikut:

a. Ia adalah pemimpin teladan-bertanggung jawab.

b. Ia adalah pemimpin inspirator-komunikator.

c. Ia adalah pemimpin pemersatu-dengan kerja sama yang tinggi.

d. Ia adalah pemimpin pekerja-motivator ulung.

e. Ia adalah pemimpin berwibawa-otokrator bijak.

f. Ia adalah pemimpin strategos-terfokus yang selalu tepat arah dan pencapaian.

g. Ia adalah pemimpin peduli-terpadu yang memiliki kepedulian tinggi atas kesejahteraan

semua pihak dalam kepemimpinannya.

Page 109: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

103 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Ciri khas pemimpin Kristen seperti inilah yang menempatkan kepemimpinan Kristen sebagai

unik, dengan hakikat, dinamika, serta falsafah penuntunnya yang khas. Hal mana akan

mewarnai “leader behavior, leadership style, dan leadership performance” – yang membawa

“summum bonum” (kebaikan tertinggi) bagi diri (sebagai pemimpin), bawahan (orang yang

dipimpin), organisasi dan masyarakat (lingkungan) di mana kepemimpinannya diaktualisasikan

secara optimal. Selamat.

Penjelasan rinci dapat menghubungi DR. Y. Tomatala; email: [email protected]., Website:

www.yakobtomatala.com.

Jakarta, April, 2008

http://yakobtomatala.com/2008/04/02/pemimpin-dalam-kepemimpinan-kristen/comment-

page-1/#comment-16616

MEMBANGUN SIKAP: SEBERAPA

PENTINGNYA RENDAH HATI ITU

“Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka

bumi” (Bilangan 12:3).

PENGANTAR

Menjadi pemimpin yang rendah hati. Apa artinya ini? Bukankah dengan sikap rendah hati ini,

pemimpin kelihatannya lembut, lembek, lamban dan lambat. Lembut, lembek, lamban, lambat

adalah ciri pemimpin yang tidak efektif. Jadi, bagaimana mungkin kepemimpinan menjadi maju

dengan gaya pemimpin yang seperti ini. Sekarang ada baiknya kita melihat tentang contoh

rendah hati menurut Alkitab. Menurut Levi Brackman dan Sam Jaffe tatkala meneliti dan

mengometari mengenai Musa sebagai pemimpin, mereka mengatakan, “… Musa dipersepsikan

oleh orang-orang sebagai congkak. Jadi mengapa Taurat mengatakan bahwa Musa begitu rendah hati?”

Memberikan komentar mereka tentang rendah hati, mereka menyetir Midrashyang menegaskan,

“Dia yang rendah hati, keberhasilan menunggunya.” Memahami apa sesungguhnya rendah hati itu,

Brackman dan Jaffe membedakan antara orang yang angkuh dan orang yang rendah hati.

“Keangkuhan yang sebenarnya adalah rasa terbumbung akan kemampuan dan kepentingan

kita di mata orang lain.” Dan lagi, “Orang yang angkuh memiliki rasa terbumbung karena

Page 110: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

104 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

merasa diri penting, … mudah sekali tersinggung dan menyimpan dendam. Mereka senang

mengecilkan orang lain dan memperlihatkan diri lebih baik dari orang lain, namun saat yang

lain melakukan hal yang sama ke dirinya, mereka tersinggung, tersakiti dan menyimpan rasa

pahit dan dendam – ego orang angkuh tak tersembuhkan.” … “orang yang angkuh adalah

egoistis; semua tentang mereka, kemampuan mereka, rasa penting diri mereka; tidak ada

lainnya yang cukup berharga bagi mereka” (2008:58-59). Pada sisi lain, “… kerendahan hati

adalah kemampuan untuk melihat keluar dari diri sendiri” (Ibid). Orang yang rendah hati dapat

terluka bila dihina, tetapi juga dapat cepat sembuh dari rasa terhina. Mereka memaknai

penghinaan bagi dirinya dan mengambil pelajaran untuk menjadi lebih baik. Mereka berupaya

menyelami kemanfaatan penghinaan itu sehingga ada kekuatan yang menghilangkan rasa

terhina. Mereka mengabaikan harga diri mereka, dan menetapkan untuk melakukan hal yang

lebih besar untuk lebih banyak orang.” (Ibid).

Pada sisi lain, Rasul Paulus berbicara tentang rendah hati sebagai “Sikap batin yang dikuasai

keteladanan Yesus Kristus dilandasi pikiran dan perasaan sadar yang mengutamakan dan

memberikan tempat yang layak bagi setiap orang. Sikap batin ini diwujudkan dengan tidak

mempertahankan serta tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mementingkan orang lain

dalam kehidupan, dibuktikan melalui kesediaan dan kerelaan berkorban” (Filipi 2:1-11;

Banding: Matius 11:28-29). Melihat makna rendah hati seperti ini, kini kita bertanya, sejauh

mana “kerendahan hati” ini penting bagi Anda dan saya dalam kepemimpinan?

RENDAH HATI: MEMILIKI KEKUATAN BAGI KETENANGAN JIWA. Rendah hati adalah hakikat

hidup yang merupakan kekuatan ketenangan jiwa (Matius 11:28-29). Jiwa yang tenang adalah

jiwa yang kuat, jiwa yang sehat (Amsal 14:30; 15:13). Rendah hati membuat orang tidak

terombang ambing oleh pikiran, perasaan dan kehendak yang negatif. Pada dasarnya orang

rendah hati dapat tersinggung tetapi kekuatan kerendahan hati akan membebaskannya dari

rasa tersinggung, dan terhina. Sikap rendah hati adalah pilihan bijak yang membuat diri

sembuh dari keterpurukan. Rendah hati adalah kekuatan ampuh yang meneguhkan pemimpin

sejati.

RENDH HATI: KEKUATAN PENGONTROLAN DIRI. Rendah hati juga meneguhkan pengontrolan

diri. Di sini orang yang rendah hati cercegah untuk membalas kejahatan dengan

kejahatan(Amsal 12:16; Matius 7:12). Orang rendah hati tidak gampang tegoda untuk

membalas kejahatan dengan kejahatan, karena di dalam dirinya ada kekuatan mengalahkan

Page 111: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

105 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

godaan kejahatan, sehingga ia menikmati kebaikan semata (Matius 7:12). Rendah hati adalah

kualitas hidup pemimpin sejati.

RENDAH HATI: MELAHIRKAN KEANGGUNAN YANG DISUKAI ORANG. Rendah hati

berhubungan dengan baik hati, murah hati (Amsal 11:16-17) yang menjelaskan adanya sikap

bermatabat yang agung dan anggun. Orang rendah hati dengan sendirinya mengembangkan

sikap menyenangkan, karena ia tidak suka merendahkan orang lain. Sikap rendah hati seperti

ini membuat orang rendah hati cenderung menghargai orang lain, sehingga ia akan disukai

banyak orang. Pemimpin yang rendah hati akan menggunakan pikiran, sikap, kata dan

perbuatan anggun, yang meneybabkan ia disukai banyak orang. Rendah hati menjadikan

pemimpin menjadi populer tanpa menganggap diri populer, olehnya ia anggun dalam

pandangan orang lain.

RENDAH HATI: KUALITAS HIDUP AGUNG YANG LANGGENG. Orang yang redah hati disukai

TUHAN (Banding: Amsal 16:5). Orang yang rendah hati “diperkenankan TUHAN” yang olehnya

akan mudah mengasihi dan mengampuni orang lain (Amsal 16:6-7; 19:11), sehingga terciptalah

hubungan sejahtera dan harmonis sejati. Orang rendah hati akan mudah taat akan Firman, dan

merendahkan diri kepada otoritas, berbijak hati, berakal budi yang menjadikan perkataannya

menyenangkan serta membawa berkat (Amsal 16:19-24). Ternyata kerendahan hati membuat

dan menempatkan orang pada tempat yang bermartabat, karena “kerendahan hati

mendahului kehormatan” (Amsal 18:12b).

RENDAH HATI: MENEGUHKAN DAYA TAHAN. Rendah hati yang ditandai kekuatan untuk

“memilih taat kepada Allah” (Filipi 2:5-11) yang olehnya ada daya bertahan terhadap tekanan.

Daya tahan inilah yang merupakan jaminan kemenangan hidup yang sejati, yang tidak dapat

dikalahkan lagi, karena FIRMAN Allah menegaskan: “Kecongkakan mendahului kehancuran dan

tinggi hati mendahului kejatuhan” (Amsal 16:18). Rendah hati meneguhkan untuk bersabar

dan merebut kemenangan, karena “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang

menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota” dan “Orang bijak lebih berwibawa dari

orang kuat” (Amsal 16:32; 21:22; 24:5a).

RENDAH HATI: MEMILIH UNTUK MEMIHAK KEBENARAN. Orang yang rendah hati

diperkenankan TUHAN, karena ia suka akan kebenaran (Amsal 21:2-3; Matius 5:6). Rendah hati

yang dilandasi gairah lapar dan haus akan kebenaran menjelaskan bahwa di dalam diri orang

rendah hati ada kebenaran yang membawa kedamaian sejati bagi dirinya, yang olehnya ia

Page 112: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

106 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dapat menjadi alat pendamaian bagi orang lain. Orang rendah hati sajalah yang akan lemah

lembut, yang memungkinkan ia menjadi berkat bagi banyak orang (Matius 5:5).

RENDAH HATI: TERBUKA UNTUK MENERIMA DAN MENGAKUI ORANG LAIN. Orang yang

rendah hati melihat orang lain sebagai berguna, penting dan berkepentingan bagi keberhasilan

dirinya (Filemon 8-11). Orang yang rendah hati bersikap terbuka menerima orang ain. Orang

rendah hati juga juga lebih mudah jujur mengakui kelebihan orang lain, sehingga ia dapat

bekerja dengan lebih banyak orang. Ia dapat bersinergi dengan siapa saja, yang olehnya akan

lebih muda untuk mewujudkan upaya bersama yang membawa keuntungan bagi semua pihak (Filipi

2:1-11).

REFLEKSI

Orang yang rendah hati akan selalu beruntung, karena ada kekuatan berikut:

a. Prinsip Integritas. Rendah hati adalah ciri pemimpin besar yang memiliki kekuatan hati/ roh/

jiwa, sebagai dasar etika dan moral teguh dari pemimpin sejati.

b. Prinsip Tanggungjawab Bertujuan. Rendah hati adalah sikap terbaik pemimpin sejati.

c. Prinsip Kemanfaatan. Rendah hati adalah kuasa pengendalian diri yang meneguhkan daya dan

semangat juang serta daya tahan pemimpin sejati.

d. Prinsip Berlanjutan. Rendah hati adalah tindakan dan gaya kepemimpinan altruis berdampak

positif yang meneguhkan orang lain sepanjang waktu.

Selamat membuktikan diri sebagai pemimpin rendah hati, demi keberhasilan kepemimpinan!!!

Salam dan doa,

Dr. Yakob Tomatala

http://yakobtomatala.com/2010/04/14/membangun-sikap-seberapa-pentingnya-rendah-hati-

itu/comment-page-1/#comment-15191

Page 113: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

107 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

INTEGRITAS KERJA DALAM UPAYA

MEMIMPIN YANG MEMBERKATI

“Barang siapa memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin”

(Roma 12:8c).

Pengantar

Menelisik nasihat Jitro kepada Musa dalam Keluaran 18, di dalamnya terdapat elemen

integritas kepemimpinan lengkap yang menyentuh aspek individu, rohani, sosial dan ekonomi

serta kerja atau kinerja dalam kepemimpinan. Integrias kerja secara khusus berhubungan

dengan pembuktian diri bahwa Pemimpin menghidupi dan mempraktekkan integritas dalam

hidup dan kerja yang konsisten. Haruslah ditegaskan bahwa sejatinya dari perspektif Alkitab,

integritas dibangun di atas hubungan dengan TUHAN Allah yang adalah Sumber Kebenaran

(Yeremia 10:10).

Dalam uraian sebelumnya, telah ditegaskan bahwa “integritas dapat disebut sebagai suatu

keadaan atau kualitas kehidupan positif yang dibangun di atas kebenaran, keadilan, ketulusan

dan kejujuran yang telah lengkap atau penuh yang menyentuh segala aspek yang diwujudkan

melalui kualitas etika (inner values) dan ekspresi moral (expression of personality) dari

kehidupan berintegritas (Yesaya 32:1-2; 33:15-16) yang membuktikan adanya kebijaksanaan

(Yesaya 32:8; Ayub 28:28).”[1] Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa apabila seseorang

disebut berintegritas ialah karena ia telah membuktikan bahwa ia hidup di dalam kebenaran di

mana pikiran, sikap, kata dan perbuatannya ditandai oleh kebenaran dalam praktek

kehidupan. Singkatnya, seseorang yang berintegritas itu menunjukkan bahwa “Kebenaran

tentang apa yang dikatakan, akan selalu ditemukan sesuai dengan apa yang dilakukan.”

Lebih singkat lagi, dapat dikatakan bahwa integritas terbukti pada “kata dan perbuatan yang

selalu pas.” Integritas seperti ini hanya akan ada dalam hubungan seseorang dengan TUHAN-

nya yang menjelaskan bahwa ia telah mengalami pembaruan kehidupan (II Korintus 5:17) dan

ia hidup dalam komitmen (janji hati) untuk setia dan taat kepada TUHAN (Ulangan 6:2,13,24;

10:12,20 13:4; 20:1-14). Pembaruan kehidupan seperti ini meneguhkan integritas individu yang

akan nampak dalam kebiasaan benar, baik dan sehat yang dilakukan berlandaskan kebenaran.

Page 114: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

108 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Kebiasaan baik benar dan sehat ini dinyatakan melalui etika, moral, etiket dan etos benar

dalam kehidupan keseharian serta kinerja kepemimpinan seorang pemimpin yang olehnya ia

akan diakui sebagai kredibel, karena kata dan perbuatannya yang selalu pas dalam kehidupan

nyata. Pengakuan seperti ini hanya akan ada apabila pemimpin dengan tulus dan konsisten

hidup dalam kata dan praktek yang selaras.

Berdasarkan prinsip ini, kini timbul pertanyaan, bagaimana seorang pemimpin menampakkan

integritas dirinya dalam upaya memimpin atau pekerjaan kepemimpinan yang yang

dilakukannya? Dalam upaya menjawab pertanyaan ini, maka beberapa pokok penting yang

akan dibahas di sini adalah antara lain: 1. Integritas Kerja dan Kuasa Kepemimpinan; 2.

Integritas Kerja dan Tugas Pemimpin; 3. Integritas Kerja dan Upaya memimpin; serta

rangkuman.

I. Integritas Kerja dan Kuasa Kepemimpinan

Apa dan sejauh mana hubungan integritas dan kuasa kepemimpinan. Bagaimana kuasa

kepemimpinan ini diterapkan dalam organisasi, dan sejauh mana hubungannya dengan

integritas yang seharusnya ada pada pemimpin dalam menjalankan upaya memimpin dalam

organisasi yang dipimpinnya. Pertanyaan-pertanyaan ini sesungguhnya merupakan aspek

kuasa yang sangat substantif yang harus dipahami oleh setiap pemimpin. Menjawab upaya dan

mengulas pertanyan-pertanyaan di atas, maka akan ditegaskan beberapa aspek dari hubungan

integritas dan kuasa kepemimpinan dalam organisasi. antara lain: Pertama, Kuasa menjadi

Pemiimpin; serta 2. Kuasa dan Integritas Pemimpin.

Kuasa menjadi Pemimpin

Menjadi pemimpin adalah oproses kepemimpinan yang sangat berhubungan erat dengan

kuasa kepemimpinan. Telah ditegaskan sebelumnya bahwa kuasa kepemimpinan

atau leadership power adalah “kemampuan seutuhnya untuk menyebabkan sesuatu terjadi.”

Pemahaman makna kuasa kepemimpinan seperti ini menyiratkan kebenaran bahwa

sesungguhnya tatakala seseorang menjadi pemimpin, ia memiliki kuasa[2] untuk menyebabkan

sesuatu dan apa saja terjadi dalam kepemimpinannya. Dalam hubungan ini, seseorang yang

memiliki kuasa kepemipinan dalam atau dari suatu organisasi menjelaskan bahwa tatkala ia

dipilih, atau diangkat, diwariskan, mencipta, atau merampas kuasa dengan paksa, maka secara

legal atau “resmi”[3] ia menjadi pemimpin. Kuasa kepemimpinan di sini memiliki fungsi

legitimasi, yang memberikan status dan peran resmi kepada pemimpin. Status dan peran resmi

Page 115: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

109 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

inilah yang menjelaskan bahwa seseorang itu adalah Pemimpin dalam suatu organisasi di mana

telah terjadiproses legitimalisasi yang mengukuhkannya. Proses legitimalisasi ini adalah bagian

dari aspek peneguhan menjadi pemimpin secara legal atau resmi yang harus dilihat secara

normatif sebagai bagian dari proses yang akan selalu ada serta terjadi dalam legitimalisasi

kepemimpinan setiap organisasi formal. Sampai pada tahap ini, seseorang terbukti menjadi

Pemimpin secara resmi. Sebagai Pemimin Resmi, tentu ada pengkuan terhadapnya, namun

harus dibedakan adanya pengakuan karena setuju menkudung atau pengakuan karena

terpaksa atau dipaksa mendukung dalam kasus seseorang menjadi Pemimpin melalui proses

kudeta. Pemimpin resmi di sini dengan sendirinya memiliki kuasa menjadi Pemimpin.

Pemimpin yang memiliki kuasa seperti ini dapat menjalankan upaya memimpin dengan

memimpin atau menggerakkan secara terencana dan menyebabkan apa saja terjadi dalam

kepemimpinannya.

Kuasa dan Integritas Pemimpin

Melihat uraian pada bagian di atas, dapat ditegaskan bahwa seseorang menjadi pemimpin

secara resmi adalah karena ia memiliki kuasa kepemimpinan. Memiliki kuasa kepemimpinan di

sini berarti bahwa Pemimpin secara khusus telah memperoleh pengukuhan bahwa ia adalah

Pemimpin secara resmi (dejure) dan faktuil (defakto). Di sini terlihat bahwa sang Pemimpin

menjadi Pemimpin serta memperoleh keresmian bagi dirinya, yang karenanya ia memiliki

posisi (possition) dan peran (role) sebagai Pemimpin resmi. Menjadi Pemimpin dalam

hubungan ini dapat dilihat bahwa sang Pemimpin sebagai Pemimpin Sejati[4] telah

membuktikan bahwa ia memiliki integritas (integritas individu, rohani, sosial, ekonomi dan

kerja) sehingga ia diakui sebagai Pemimpin dengan terwujudnya proses kepemimpinan,

sehingga ia menjadi Pemimpin. Mencermati kenyataan ini adalah merupakan tanggung jawab

Pemimpin untuk hidup secara bertanggung jawab dan dengan konsisten membuktikan diri

sebagai Pemimpin berintegritas. Pengakuan dan tanggung jawab pembuktian diri ini berjalan

seiring, di mana Pemimpin haruslah secara konsisten membuktikan bahwa ia sesungguhnya

“layak menjadi Pemimpin.” [5]Alasan kuat bagi kebenaran ini adalah Pemimpin sejatinya

adalah dia yang memiliki integritas yang telah dan harus dihidupi secara ajeg serta

dipraktekkan dalam hidup pribadi dan kepemimpinannya.

II. Integritas Kerja dan Tugas Pemimpin

Integritas Kerja berhubungan dengan erat dengan Tugas Kepemimpinan. Hubungan ini

haruslah disadari an membiarkannya mewarnai seluruh aspek kehidupan dan kepemimpinan

Page 116: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

110 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Pemimpin. Menggarisbawahi kebenaran ini, maka perlulah dipahami bahwa menjadi

Pemimpin berarti seseorang memperoleh dan memiliki kuasa lengkap yang legitimate, di mana

di dalamnya ada “tugas kepemimpinan” yang harus diembannya.

Tugas Pemimpin dalam Kepemimpinan

Telah ditegaskan bahwa menjadi Pemimpin secara resmi berarti seseorang menjadi Pemimpin

yang telah diakui secara resmi pula.[6] Pengakuan ini mangandaikan bahwa Pemimpin memiiki

posisi (jabatan)[7] dan peran (tanggung jawab tugas) sebagai Pemimpin organisasi. Posisi

Tugas Pemimpin ini mengikuti Kuasa Legitimate Kepemimpinan yang ada padanya. Kebenaran

ini menjelaskan bahwa di dalam posisi tugas itu ada tugas (Task) atau

pekerjaan,kewenangan (Authority) atau otoritas, hak istimewa (Privilege) atau

privilese, kewajiban (Obligation) atau obligasi, tanggung jawab (Responsibility)

dan pertanggung jawaban(Accauntability) kepemimpinan organisasi bagi Pemimpin. Keenam

aspek Posisi Tugas Pemimpin ini haruslah “sama dengan” atau equal with satu dengan yang

lainnya. Posisi Tugas ini juga menjelaskan “jenjang otoritas Pemimpin” dalam struktur

organisasi, apakan ia adalah Pemimpin Puncak (Excecutive Leader) atau Pemimpin pada aras

manajerial (Kepala Divisi, Kepala Departemen, Kepada Bagian, dsb). Dengan demikian,

Pemimpin haruslah menyadari sejak dini di mana ia berada, sehingga ia secara sadar dapat

menata bagaimana seharusnya ia bersikap dan bertindak dalam kepemimpinan organisasi di

mana ia menjadi Pemimpin. Dalam kaitan dengan substansi kepemimpinan, tugas pemimpin

dalam kepemimpinan adalah sebagaipemikir (Great Thinker), manajerial (Top Manager)

dan supervisi (Top Supervisor).

Tugas Pemimpin sebagai Pemikir

Tugas Pemimpin sebagai Pemikir di sini adalah “tugas besar” dari Pemimpin di mana ia

berperan sebagai Great Thinker dalam kepemimpinan organisasinya. Di sini Pemimpin

haruslah bersikap sebagai seorang Narasumber, Jenderal, Strategos, Manajer Besar (Puncak

Atas – Top Manager), mau pun Administrator Besar (Puncak Atas – Top Administrator), yang

berpikir benar, baik, luas, besar, dalam, tinggi, piawai, inovatif, kreatif, energetik, proaktif,

asertif, terkendali, efektif, efisien, sehat, lentur, entrepreneurial, produktif, kemungkinan dan

pasti. Kadar berpikir seperti ini menjelaskan tentang kompetensi Pemimpin, yang haruslah

dihidupi, dipraktekkan dan diterapkan secara tetap dan bersinambung dalam menjalankan

upaya memimpin aygn berkualitas. Dalam hubungan ini, Pemimpin haruslah bertanggung

Page 117: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

111 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

jawab untuk menggunakan pikirannya guna menghasilkan hal-hal besar yang membawa

kemanfaatan dan keuntungan bagi oraganisasi yang dipimpinnya.

Tugas manajerial dalam Upaya Memimpin

Tugas manajerial Pemimpin dilakukan dengan menjalankan upaya memimpin, di mana tatkala

Pemimpin memimpin, ia memasuki kawasan manajemen dan memanajemeni. Di sini

Pemimpin haruslah piawai dalam menerapkan seluruh aspek dan kerangka menajemen

sewaktu menjalankan kepemimpinannya. Ia harus mengkoordinasi, merencanakan,

mengorganisir, memimpin, dan mengawasi dengan menerapkan manajemen performansi

tinggi (High Performance Management) berbasis MBO (Management by Objectives) yang

dibangun diatas kerangka Total Quality management (TQM). Pemimpin dalam kaitan ini

haruslah secara sadar dan terencana menerapkan upaya memimpin yang berkualitas berbasis

landasan teori yang kuat. Pemimpin haruslah piawai dan energetik menjalankan upaya

memimpin yagn dirangkum dari perspektif pandangan diri, pendapat orang yang dipimpin dan

tanggapan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) organisasi.

Tugas Supervisi

Pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan sebagai Top Manager, bertanggung jawab untuk

menjalankan roda organisasi secara efektif (berkualitas), dengan pendekatan kuiantitas

(numerik) yang harus diwujudkan secara produktif yang menghasilkan. Tugas Manajer Top ini

dipraktekkan melalui supervisi, guna memastikan bahwa kepemimpinan berjalan sesuai

dengan rencana. Tugas suervisi ini didasarkan atas Perencanaan Strategis Organisasi (jangka

panjang), Perencanaan Program dan Proyek (Perencanaan jangka menengah dan jagnka

pendek) mengimplementasi Perencanaan Strategis dalam waktu dan situasi kepemimpinan di

mana organisasi beroperasi. Tugas supervisi ini harus dijalankan dengan memperhatikan

beberapa tahapan, antara lain: Supervisi On the Spot untuk memberikan arahan, dorong san

dukungan; Supervisi Berkala untuk mengadakan evaluasi tahun berjalan, dan Supervisi Akhir

untuk memasikan bahwa selutuh pekerjaan telah dijalankan dengan benar, baik dan produktif

dalam tahun kerja yang dicanangkan. Ujung dari tugas supervisi adalah memastikan

tersedianya Laporan Pertangung Jawaban Tahunan dan Pertanggung jawaban Lengkap bagi

Organisasi; dan memastikan adanya reward bagi keberhasilan kerja.

Tugas Pemimpin dan Otoritas Kepemimpinan

Page 118: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

112 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Penggunaan istilah “otoritas kepemimpinan” atau leadership authority di sini dipahami dan

diberlakukan secara berbeda dibanding dengan penggunaan istilah otoritas atau kewenangan

kepemimpinan yang mengikuti kuasa kepemimpinan lengkap seperti yang telah dijalankan di

atas.

Makna Otoritas Inklusif

Istilah otoritas di sini bermakna besar, kuat dan umum atau inklusif. Hal ini dapat dijelaskan

dengan menunjukkan contoh melalui pernyataan berikut: “Keyakinan Pemimpin bahwa ia

dipanggil TUHAN Allah serta didukung mayoritas Pengikut bagi tugas kepemimpinan,

memberikan otoritas kepemimpinan baginya.” Istilah otoritas di sini lebih berarti kekuatan,

keyakinan, kemampuan, dan keberanian baginya untuk memimpin. Otoritas kepemimpinan di

sini lebih berhubungan dengan “kuasa rohani” atau spiritual power dalam kuasa

kepempimpinan lengkap yang memastikan adanya dukungan kuat bagi Pemimpin untuk

memimpin. Otoritas kepemimpinan di sini akan nampak dalam kewibawaan yang nampak dari

ekspresi dan kebiasaan kepemimpinan sang Pemimpin.

Penggunaan Otoritas

Otoritas yang dimaksudkan di sini sering disalah pahami dan di salah gunakan. Penggunaan

istilah kewenangan bagi otoritas seperti yang digunakan sebelumnya berhubungan degan

tugas kepemimpinan, sedangkan istilah otoritas kepemimpinan di sini lebih cenderung

berhubungan dengan sikap, keyakinan, gaya, perilaku dan cara yagn diberlakukan Pemimpin

dalam menyikapi kuasa kepemimpinan lengkap yang ada padanya. Penyikapan kuasa

kepemimpinan seperti ini selalu terlihat dalam hal Pemimpin menjalankan kepemimpinan

organisasi. Dalam praktek, Pemimpin akan terlihat sebagai pemimpin Bijak atau Arif atau

sebaliknya ia akan terbukti sebagai Pemimpin Arogan, tergantung dari bagaimana ia

menerapkan perilaku serta gaya kepemimpinannya secara aktual.

III. Integritas Kerja dan Upaya Memimpin

Pemimpin berintegritas akan terbukti mampu menyatakan integritas dirinya sebagapai

Pemimpin sejati melalui upaya meimpin yagn berkualitas. Upaya meimpinyagn berkualtias ini

akan terbukti melalui cara pandang tugas dalam hubungandegan dirinya, atasan, bawahan

serta ortganisasi yagn dipimpinnya.

Pemimpin dan dirinya

Page 119: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

113 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Pemimpin berintegritas sesuguhnya menyadari bahwa ia tidak bekerja demi orang lain.

Sebagai pemimpin, ia bekerja sebagai Pemimpin adalah demi dirinya.

Pemimpin dan atasannya

Pemimpin berinegritas menyadari bahwa kepemimpinan baginya adalah kesempatan

mengabdi, sehingga tugas yagn diterimanya sebagai Pemimpin adalah merupakan

kepercayaan dari atasannya. Dalam hubungaini, Pemimpin secaraberendah hati menyikapi

tugasnya degan penuh tanggung jawab, karena menyadari bahwa ada tanggung gugat yagn

akan dilaksanakan atasannya atas setiap pelaksanaan tugas ygn dikerjakannya.

Pemimpin dan bawahannya

Pemimpin berintegritas melihat bawahannya sebagai teman sewaris keberhasilan, yagn

menyebabkan ia menghargasi setiap kontribusi mereka

Pemimpin dan organisasinya

Pemimpin berintegritas melihat organisasinya sebagai intrumen dan sekaligus sebagai alat

pembesaran kinerjanya. Cara pandang seperti ini akan menyebabkan Pemimpin meberlakukan

organisasi dengan sikap “membesarkan organisasi, sehingga pada gilirannya oraganisasi akan

membesarkan dirinya.”

Pemimpin dan Pekerjaannya

Rangkuman

[1] Lihat uraian sebelumnya tentang Integritas Intelektual dalam Web ini.

[2] Makna Menjadi Pemimpin di sini melibatkan proses dan sistem kepemipinan, di mana

seseorang menjadi pemipin karena: 1. Dipilih (Democracy – ellection); 2. Diangkat (Merit –

Appointment); 3. Diwariskan (Monarchy - coronation); 4. Diciptakan (Entrepreneurial – self

effort); 4. Dirampas (Forcible action – Coup de tat).

[3] Kuasa Kepemimpinan meliputi: 1. Epert Power;2. Refferent Power; 3. Reward Power; 4.

coersive Power; 5. Legitimate Power; dan 6. Spiritual Power. Secara khusus, legitimate Power

Page 120: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

114 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

di sini menjelaskan tentang aspek legal dari menjadi pemimpin. Aspek legal di sini tidaklah

berarti bahwa ada pengakuan penuh karena makna legal di di sini dapat berarti “resmi”

menjadi pemimpin. Resmi menjadi pemimpin adalah proses legitimalisasi seseorang penjadi

Pemimpin suatu organisasi melalui salah satu atau kombinasi dari proses kepemimpinan

seperti yagn telah diungkapkan dalam kutipan terdahulu.

[4] Kebenaran Pemimpin Sejati ini mengandung implikasi bahwa Pemimpin yang mengambil

Kekuasaan secara paksa atau kudeta atau menipu dengan “money pilitics” atau upaya negatif

sejenisnya adalah mereka yang dipertanyakan integritasnya.

[5] Lihat ulasan menganai Integritas Sosial dan Ekonomi yagn telah diuraikan sebelumnya.

[6] Pengakuan Resmi Pemimpin sering dilakukan dengan praktek Prokoler Pelantikan dan

Administratif (Surat Pengkukuhan atau Surat Keputusan – SK).

[7] Posisi atau jabatan di sini harus disikapi sebagai Posisi Tugas yang harus dilakukan degan

penuh tanggung jawab, karena sangat sering disalahpahami dan disalahgunakan oleh

Pemimpin atau disalahpandangi oleh Bawahan.

http://yakobtomatala.com/2014/04/03/integritas-kerja-dalam-upaya-memimpin-yang-

memberkati/

INTEGRITAS EKONOMI DALAM

KEPEMIMPINAN

“….. akar segala kejahatan ialah cinta uang” (I Timotius 6:10a).

Pengantar

Uang adalah alat tukar (medium of exchange) atau alat transaksi yang telah ditemukan

ribuan tahun lamanya. Fungsi uang yang utama adalah sebagai instrumen ekonomi.

Sebagai intrumen ekonomi, uang adalah alat transaksi, di mana dalam proses transaksi

nilai uang (satuan hitung) disamakan atau equal dengan barang dan atau jasa dalam

Page 121: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

115 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

setiap transaksi. Sebagai alat tukar atau alat transaksi, uang menyimpan nilai (valuta)

di dalam dirinya sendiri. Jika seseorang yang menghendaki untuk memperoleh sesuatu

berupa barang mau pun jasa, ia dapat menukarkannya dengan sejumlah uang yang

nilainya ditentukan sebagai equal atau sepadan dengan barang atau jasa yang

dikehendakinya. Pada sisi lain, uang juga memiliki fungsi turunan.

Fungsi turunan dari uang antara lain, yaitu: “sebagai alat pembayaran yang sah, alat

pembayaran utang, alat penimbun kekayaan, alat pemindah kekayaan, dan alat

pendorong kegiatan ekonomi, yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Di sini

terlihat bahwa uang memiliki peran ekonomi yang penting dalam hubungan transaksif

ekonomis antar manusia. Namun, mengapa uang disebut sebagai berpengaruh

terhadap kehidupan manusia, dan sejauh mana pengaruh uang dari sisi positif mau

pun sisi negatif dalam kehidupan manusia itu?

Sebagai jawaban awal, dapat dikatakan bahwa uang dalam nilai intrinsik (nilai bahan)

mau pun nilai nominal (nilai tercantum pada mata uang) adalah netral, namun sikap

manusia terhadap uang memiliki kecenderungan-kecenderungan yang dapat menjadi

keberhasilan atau masalah bagi dirinya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan adanya

penegasan dalam Firman, “akar segala kejahatan ialah cinta uang” (I Timotius 6:10).

Kini timbul pertanyaan yang baru, apa hubungan cinta akan uang dan integritas

ekonomi serta sejauh mana hal ini berkaitan dengan kualitas kepemimpinan seorang

pemimpin?

SIKAP TERHADAP UANG DAN KADAR KUALITAS KEPEMIMPINAN

Telah diuraikan sebelumnya bahwa uang dalam nilainya, baik secara intrinsik mau pun

secara nominal adalah netral. Namun sikap terhadap uang akan sangat menentukan

bagaimana memperlakukan uang. Sikap terhadap uang dan perlakuan terhadap uang

sehubungan dengan fungsinya dapat dilihat dalam bagaimana orang memberlakukan

uang. Sikap ini terlihat pada kenyataan, apakah uang dilihat sebagai alat, atau pun

apakah uang disikapi sebagai tujuan.

Orang yang memberlakukan uang sebagai alat akan melihatnya sebagai instrumen

pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan orang yang memberlakukan uang sebagai

tujuan akan cenderung mengejar uang, menimbun, dan memperkaya diri. Di sini

Page 122: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

116 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

sangat terlihat bahwa sikap terhadap uanglah yang menggambarkan dan membuktikan

harkat diri seorang pemimpin. Kalau ia memberlakukan uang sebagai tujuan, akan

terlihat bahwa ia akan cenderung mengelola atau memanajemeni uang secara gelap.

Ada indikator kuat bahwa apabila pemimpin melihat uang sebagai tujuan, akan ada

kecenderungan mengejar uang, menimbun uang untuk memperkaya diri dan

konsekwensinya akan merugikan lembaga dan orang lain yang ada di bawah

kepemimpinannya.

Sedangkan apabila Pemimpin melihat uang sebagai alat, maka ia akan

memanajemeninya secara bertanggung jawab dalam mendukung organisasi mencapai

tujuan yang telah dicanangkan bersama. Dalam hubungan inilah, Jitro memberikan

Nasehat kepada Musa sewaktu ia dianjurkan untuk merekrut Pemimpin berintegritas,

dengan mengatakan, “Pilihlah orang yang benci pengejaran suap” (Keluaran 19:21,

Pemimpin yang memiliki integritas ekonomi).

Alasan terpenting dari penegasan TUHAN Allah ini dinyatakan Alkitab yang dengan

tegas yang mengatakan bahwa “suap membuat buta mata orang-orang yang melihat”

(Keluaran 23:8); suap membuat buta mata orang-orang yang bijaksana” (Ulangan

16:19). Setidaknya, sangatlah terlihat bahwa sikap memberlakukan uang sebagai

tujuan menampakkan adanya kebutaan, yang olehnya pemimpin tidak dapat melihat

kebenaran dan keadilan serta kehilangan kebijaksanaan.

Dari sini dapat dikatakan, bahwa apabila Pemimpin itu buta karena uang, maka ia

cenderung egois, dimana akan terlihat bahwa pikiran, sikap, kata serta tindakannya

akan berorientasi kepada “mengejar uang,” matanya berbinar serta silau melihat uang,

dan ia kalap. Semuanya ini menggambarkan sikap Pemimpin yang telah tumpul,

ditumpulkan oleh “cita uang,” dan menjadi “tumpul terhadap kebenaran dan

keadilan.” Alhasil, Pemimpin cenderung tertutup, tidak transparan dan cenderung

mencari cara apa saja untuk mengejar dan menimbun uang. Bagi Pemimpin yang

dibutakan uang, korupsi menjadi santapan empuk, dan sarapan pagi yang lesat. Dari

perspektif integritas, “cita akan uang” yang yang olehnya Pemimpin

memberlakukannya sebagai tujuan menyebabkan ia beretika (sikap batin) dan

bermoral (ekspresi batin) yang cenderung rendah serta negatif.

Di sini sudah dapat diduga bahwa cinta akan uang membuat kualitas Pemimpin sebagai

seorang individu cenderung rendah, karena ia diperhamba oleh uang dan ditaklukkan

Page 123: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

117 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

oleh kekayaan. Akibatnya, Pemimpin meruntuhkan dirinya sendiri, dan

menghancurkan kredibilitas dirinya, seperti yang disabdakan TUHAN, “Sungguh,

pemerasan membodohkan orang berhikmat dan suap merusak hati” (Pengkhotbah

7:7). Dan lagi, “Siapa loba akan keuntungan gelap, mengacaukan rumah tangganya,

tetapi siapa membenci suap akan hidup” (Banding: Yesaya 33:15-16).

Nanti terlihat bahwa Pemimpin yang cinta uang – akan mewarnai pikiran, sikap, kata

dan perbuatannya yang tadinya bijak, akan rendah belaka; “kata-katamu yang manis

kau sia-siakan” (Amsal 23:8), karena HATI Pemimpin rusak dan dibutakan oleh cinta

akan uang. Pengkhotbah secara gamblang mengatakan, “Siapa mencintai uang, tidak

akan puas dengan uang dan siapa mencintai kekayaan, tidak akan puas dengan

penghasilannya” (Pengkhotbah 5:10). TUHAN Yesus menegaskan “di mana hartamu

berada, di situ juga hatimu berada” (Matius 6:21). Hm, apa jadinya dengan Pemimpin

yang hatinya seperti ini? Dapat dikatakan bahwa, ini adalah gambaran kualitas

Pemimpin yang rendah, yang cinta uang!!!

SIKAP TERHADAP UANG DAN KINERJA SERTA KEBERHASILAN KEPEMIMPINAN

Dari uraian di atas, terlihat bahwa konsekwensi sikap Pemimpin yang memberlakukan

uang sebagai tujuan adalah bahwa secara pribadi, ia akan buta terhadap kebenaran

dan keadilan. Hal-hal yang telah disinggung di atas sesungguhnya memperlihatkan

kualitas seorang Pemimpin. Kualitas diri pemimpin seperti inilah yang akan

mempengaruhi kinerja kepemimpinannya secara negatif. Kenyataan yang paling

terlihat adalah bahwa apabila Pemimpin cinta akan uang, maka ia dengan sendirinya

akan terpengaruh untuk melakukan tindakan yang bodoh, salah dan keliru.

Sikap seperti ini akan sangat mempengaruhi kinerja dan hasil kepemimpinannya.

Semua sikap dan konsekwensinya ini dapat terjadi karena Pemimpin terbukti tidak

takut akan TUHAN (II Tawarikh 19:7). Sikap pemimpin yang tidak takuat akan TUHAN

mengakibatkan konsekwensi pengaruh terhadap kinerja dan keberhasilan

kepemimpinannya yang dapat dijelaskan dari dua sisi, antara lain yaitu

A. Pemimpin yang cinta uang dan Kinerjanya

Page 124: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

118 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Pengaruh sikap Pemimpin yang memberlakukan uang sebagai tujuan akan sangat

terlihat dari pikiran, sikap, katra dan perbuatannya yang memberikan indikasi berikut

ini.

Pemimpin akan terjebak berbuat kebodohan (Pengkhotbah 7:7); ia dengan sendirinya

akan memutarbalikkan kebenaran dan keadilan, ia akan memandang buluh, mengejar

laba, memberontak, bersekongkol dengan pencuri, menerima suap, mengejar sogok,

memungut bunga uang atau mengambil riba dan merugikan sesama (Ulangan 16:19; I

Samuel 8:3; Yesaya 1:23; Yehezkiel 22:12).

Pemimpin seperti ini akan cenderung terjebak pada memutuskan hukum karena suap,

memberi pengajaran karena bayaran dan menenung karena uang (Mikha 3:11).

Pemimpin seperti ini akan cekatan berbuat jahat; dapat disuap dan menyuap, memberi

putusan sekehandaknya, dan memutarbalikkan hukum (Mikha 7:3; Amsal 17:8, 23).

Pemimpin seperti ini akan cenderung berbuat mesum dan gampang menerima suapan

(Mazmur 26:27) dan bersikap munafik (Amsal 17:8).

Pemimpin cenderung menjepit orang benar dan mempersalahkannya (Amos 5:12),

membenarkan orang fasik dan memungkiri hak orang benar (Yesaya 5:23).

Akibat dari semua sikap ini adalah bahwa kebenaran serta keadilan akan muncul

terbalik atau sungsang yang dengan sendirinya akan berakibat negatif. Akibat negatif

ini akan menciderai jatidiri serta integritas Pemimpin dan kinerjanya yang akan

terbukti meresahkan serta merugikan diri sendiri dan orang yang dipimpinnya. Semua

kenyataan ini dapat membuat kinerja kepemimpinan sang Pemimpin menjadi lemah,

menurun bahkan bisa berujung ambruk.

B. Pemimpin yang cinta uang dan keberhasilannya

Menyimak uraian di atas, sudah dapat diramalkan bahwa sikap Pemimpin yang gagal

dalam integritas ekonomi akan membawanya kepada kenyataan berdampak seperi

berikut ini.

Pemimpin yang cinta uang akan gagal secara etika dan moral, karena ia tidak dapat

menjadi teladan atau model hidup yang benar dalam kepemimpinannya sehingga ia

Page 125: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

119 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

cenderung merusak akhlak orang-orangnya sendiri (I Samuel 8:3; Banding Ibrani

13:7,17).

Pemimpin yang cinta uang dengan sendirinya akan terjebak, dimana sikap dan kinerja

buruknya akan gampang terbaca (Nehemia 6:12-13). Sikap dan kinerja buruk

Pemimpin yang terbaca seperti ini akan mengoyahkan moral orang-orangnya, sehingga

pasti ada yang terpicu untuk meniru, bersikap masa bodoh mau pun menjadi oposan

yang mengganggu kepemimpinannya, sehingga menjadi morat-marit.

Pemimpin yang cinta uang dinyatakan Firman Allah sebagai “orang fasik” dimana

sudah dipastikan bahwa ia pasti tidak akan berhasil, dan api akan memakan habis

kemah-kemah orang yang menerima atau makan suap (Ayub 15:34). Pemimpin yagn

cinta uang akan disilapkan, sehingga ia tertipu, karena “Hadiah suapan adalah seperti

mestika di mata yang memberinya, ke mana pun juga ia memalingkan muka, ia

beruntung” (Amsal 17:8), yang “disangka lurus, pada hal ujungnya menuju maut”

(Amsal 14:2; 16:25).

Pemimpin yang cinta uang disebut terkutuk, karena ia akan terjebak dan bertindak

kejam dengan “membunuh orang yang tidak bersalah” (Ulangan 27:25)

Pemimpin yang cinta uang dengan sindirinya akan mengacaukan kepemimpinannya. Ia

“tidak tulus dan tidak jujur” serta sedang terjebak karena dirinya sendiri dan pasti tidak

akan berhasil dalam upaya memimpinnya (Bilangan 14; Lihat aya 41-42).

Menyimak uraian ini, dapat ditegaskan bahwa Pemimpin yang memimpin dengan sikap

cinta uang, akan melanggar dan meremukkan kebenaran dan keadilan. Konsekwensi

logis dari sikap ini adalah bahwa Pemimpin menjadi tertipu, ditipu oleh dirinya sendiri.

Wajahnya akan buruk terpuruk. Ia pada sisi lain menyangka bahwa ia sedang berhasil,

pada hal ia sedang membunuh diri, meruntuhkan diri serta kepemimpinannya. Ngeri!!!

KESIMPULAN

Menyimak balik akan uraian tentang integritas ekonomi seorang pemimpin, sangatlah

disadari bahwa TUHAN menghendaki agar setiap pemimpin memimpin dalam

kebenaran dan keadilan sehingga ia dapat mewujudkan keberhasilan dalam

kepemimpinannya. Indikator keberhasilan ini dapat dilihat dalam kenyataan berikut:

Page 126: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

120 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Pemimpin menolak cinta uang, dapat membuktikan diri sebagai Pemimpin yang

berbudi luhur, karena ia hidup dalam kebenaran dan keadilan (Yesaya 32:8; Daniel

12:3), sehingga ia sendiri hidup dalam kecukupan dan anugerah TUHAN (Yesaya 33:16-

16; Ulangan 28:1-14).

Pemimpin yang menolak cinta uang, akan terbukti dapat membawa shalom dan

memberkati orang yang dipimpin dalam kepemimpinannya, karena ia memimpin

dalam kebenaran dan keadilan, sehingga ada kedamaian serta sejahtera (Yesaya 32:1-

2,17).

Pemimpin yang menolak cinta uang, akan memimpin dalam kebenaran dan keadilan

yang olehnya ia akan menikmati berkat penyertaan TUHAN dalam kehidupan serta

kepemimpinannya. Penyertaan TUHAN ini adalah jaminan bahwa ia akan terus berhasil

serta berhasil dan beruntung dalam melaksanakan upaya memimpin, yang pada

gilirannya akan membawa berkat dalam seluruh proses kepemimpinannya (Yesaya

33:15-16; Yosua 1:7-9; Lihat Yusuf dalam Kejadian 39:2-3;23).

Melihat kebenaran tentang integritas ekonomi ini, dapatlah dikatakan bahwa setiap

Pemimpin sewajarnya memahami bahwa ia perlu mematutkan sikap terhadap uang

dengan memberlakukannya sebagai alat, bukannya tujuaan. Sikap seperti ini hanya

akan terwujud apabila sang Pemimpin mengandalkan TUHAN dengan hidup dalam

kebenaran dan keadilan, sehingga ia dapat tegak berdiri, berbagi dan memberkati

sesama serta orang yang dipimpin dalam sepanjang kinerja kepemimpinannya.

Kenyataan ini meneguhkan integritas pemimpin dimana ia dimampukan TUHAN Allah

untuk hidup sebagai pemimpin model yang kredibel. Pemimpin yang hidup dalam

integritas ekonomi sesungguhnya menyadari bahwa “cinta akan kebenaran dan

keadilan adalah akar segala kebaikan”(Kebalikan dari I Timotius 6:10; Bandingkan:

Yesaya 32:1-2; 33:15-16), sehigga ia pasti menuai keberhasilan dalam

kepemimpinannya sehingga akan ada kesaksian, “Telah nyata kepadaku bahwa TUHAN

memberkati aku karena engkau” (Kejadian 30:27). Selamat membuktikan diri sebagai

Pemimpin yang memiliki integritas ekonomi.

Jakarta – Solo, 28 Mei 2013

Dr. Yakob Tomatala

http://yakobtomatala.com/2013/05/29/integritas-ekonomi-dalam-kepemimpinan/

Page 127: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

121 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

INTEGRITAS SOSIAL: KEHORMATAN

DAN HORMAT DALAM

KEPEMIMPINAN

“Nama baik lebih berharga dari kekayaan besar, dikasihi orang lebih berharga dari

pada perak dan emas” (Amsal 22:1).

Pengantar

Salah satu syarat mutlak yang diberikan oleh Jitro kepada Musa tentang Pemimpin

yang harus direkrutnya ialah bahwa Pemimpin dimaksud haruslah “orang yang dapat

dipercaya” (Keluaran 18:21). Orang yang dapat dipercaya seperti ini disebut oleh Rasul

Paulus sebagai “mempunyai nama baik” (I Timotius 3:7). Persayaratan kepemimpinan

ini sarat dengan muatan moral sosial, yang menjelaskan bahwa “seorang pemimpin,

sejatinya adalah dia yang terhomat karena memiliki kehormatan, dalam kacamata

masyarakat, di mana ia dikenal sebagai orang baik, yang hidup dalam kebenaran.”

Pengakuan seperti ini dengan sendirinya membuat Pemimpin memperoleh

penghormatan. Pengakuan terhadap Pemimpin sebagai “orang baik” menjelaskan

tentang adanya penghormatan tentang oknum dimaksud karena ia telah membuktikan

diri serta telah terbukti sebagai orang yang terkenal baik.

Pembuktikan diri Pemimpin sebagai orang baik, dimana ia terbukti dan diakui sebagai

orang baik merupakan dua sisi dari matauang yang satu. Dua sisi mata uang yang

sama yang menjelaskan adanya pembuktian dan adanya pengakuan ini

memperlihatkan bahwa yang dimaksudkan dengan selembar atau sekeping uang itu,

haruslah memiliki dua sisi yang tidak terpisahkan. Seseorang disebut baik atau dikenal

sebagai baik, ialah apabila ia dapat membuktikan diri dan terbukti “memang baik.”

Kenyataan ini menegaskan bahwa setiap pemimpin yang sejati, memiliki tanggung

jawab untuk membuktikan diri sebagai pemimpin yang baik,sebagai bagian dari

kehormatan dirinya. Pembuktian diri ini merupakan dasar bagi pengakuan dari orang-

orang lain di sekitarnya tentang integritas dirinya dari sisi sosial, sebagai individu yang

Page 128: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

122 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dikenal orang “baik.” Mencermati kebenaran ini, maka ada dua hal yang akan

dikembangkan dalam tulisan ini tentang integritas sosial yang menyangkut “hormat

dan kehormatan dalam kepemimpinan,” yaitu antara lain: Pertama, Integritas Sosial

dan Kehormatan; Kedua, Integritas Sosial dan Penghormatan, yang akan diakhiri

dengan suatu rangkuman.

I. INTERGRITAS SOSIAL DAN KEHORMATAN PEMIMPIN

Integritas sosial menjelaskan tentang “Kepenuhan kebenaran[1] yang yang ditandai

dengan kebaikan, keadilan, ketulusan, kejujuran, kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, dan

kepatutan yang mewarnai karakter individu, yang diekspresikan melalui sifat, sikap,

pikiran, kehendak, perasaan, perkataan dan perbuatan yang bernilai positif di dalam

lingkungan sosial atau masyarakat di mana seseorang hidup.” Dalam kaitan ini,

integritas seorang individu baik sebagai pribadi mau pun sebagai pemimpin

menjelaskan tentang “kehidupannya yang meliputi sifat, sikap, pikiran, kehendak,

perasaan, perkataan, dan perbuatan yang dikuasai oleh kebenaran” sehingga bernilai

postif.

Kehidupannya yang bernilai positif ini ditandakannya melalui kebaikan, keadilan,

ketulusan, kejujuran, kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, dan kepatutan yang dihidupi

secara konsisten di tengah masyarakat di mana ia berada. Kehidupan seperti ini

menggambarkan tentang rasa hormat dan kehormatan dirinya yang dinampakkan oleh

pemimpin sebagai seorang pribadi.

Di sini sangatlah terlihat bahwa pemimpin sedang menampakkan adanya kehormatan

dirinya yang anggun, yang menjelaskan tentang adanya nilai-nilai luhur dari

kehidupannya. Nilai-nilai luhur yang dihidupi dalam kata dan praktek yang ajeg ini

adalah alasan kuat, yang olehnya ia di dihormati sebagai Pemimpin Berbudi

luhur (Yesaya 32:8). Kehidupan seperti ini digambarkan oleh Pengkhotbah sebagai

“memiliki nama harum, yang terbukti lebih baik dari pada minyak yang mahal

harganya” (Pengkhotbah 7:1).

Nama baik ini mengandung implikasi kuat akan adanya pembuktian diri Pemimpin yang

menampakkan bukti integritas sosial dalam kehidupannya. Di sini ada pengandaian

bahwa Pemimpin ternyata telah hidup dalam kebenaran dan membuktikan diri hidup di

Page 129: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

123 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dalam kebenaran, yang terlihat pada adanya keselarasan antara kata dan

perbuatannya di dalam kehidupan sehari-hari (Roma 2:7).

Dengan menghidupi hidupnya di dalam kebenaran seperti ini, ternyata Pemimpin

sedang mendemonstrasikan kehidupan berkualitas. Melalui penandaan kehidupan

berkualitas ini, pemimpin sedang menandakan sikap hormat dan kehormatan dirinya

(Amsal 3:35).

Pada sisi lain,integritas sosial yang ditandakan dengan kehormatan dan penghormatan

adalah kehormatan sosial yang menjadi “trade mark” atau “branding” dirinya sebagai

Pemimpin berintegritas. Sebagai pemimpin berintegritas, ia sedang menghidupi

kehidupan yang luhur, di mana ia terbukti berbudi luhur, karena ia hidup di

dalam kebenaran (Yesaya 32:8, 1-2) secara konsisten. Pembuktian diri seperti ini

dengan sendirinya menggangkat serta meninggikan derajatnya (Amsal 14:34) sebagai

seorang Pemimpin yang memiliki integritas sosial, sehinga ia patut dihormati (Amsal

21:21; I Timotius 5:17).

INTEGRITAS SOSIAL DAN PENGHORMATAN DALAM KEPEMIMPINAN

Telah diuraikan di atas bahwa hormat dan kehormatan diri seorang pemimpin

berintegritas yang dihidupi secara konsisten merupakan “trade mark” atau “branding”

dari Pemimpin sejati. Hormat dan kehormatan merupakan branding dari pemimpin

sejati yang hidup di dalam kebenaran (Yehezkiel 18:5,9). Di sini sangatlah terlihat

bahwa apabila Pemimpin dihormati, hal ini dikarenakan alasan mendasar, yaitu bahwa

ia secara konsisten membuktikan diri sebagai pemimpin yang hidup di dalam

kebenaran. Pemimpinn yang hidup di dalam kebenaran adalah Pemimpin berintegritas.

Pemimpin yang hidup di dalam kebenaran akan teguh dimana ia akan terbukti secara

konsisten mempertahankan integritas dirinya. Dari sisi lain, Pemimpin yang hidup di

dalam kebenaran sedang membuktikan bahwa ia penuh hormat atas dirinya dimana ia

hidup dengan mengekspresikan integritasnya secara ajeg. Pengekspresian integritas

secara ajeg seperti ini akan berimbas kepada pengakuan orang terhadap dirinya.

Pengakuan ini adalah penghormatan orang lain kepada Pemimpin. Dengan adanya

pengakuan seperti ini, pemimpin sedang diakui sebagai Pemimpin yang berintegritas,

Page 130: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

124 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

karena ia terbukti hidup di dalam kebenaran. Pembuktian integritas diri seperti ini pada

gilirannya akan memperoleh “nama baik” sebagai pengakuan dan penghormatan

orang di sekiranya terhadap dirinya (I Timotius 3:7). Kepentingan dari integritas

sosial dan penghormatan terhadap pemimpin memberikan kredensi kepadanya, yang

meneguhkan otoritas kepemimpinannya. Peneguhan otoritas kepemimpinan seperti

ini memberikan keberanian kepada pemimpin untuk memimpin, karena ia mengetahui

bahwa dengan penghormatan yang diberikan kepadanya ada dukungan bagi

pelaksanaan upaya memimpinnya secara penuh. Implikasi dari integritas sosial yang

berimbas kepada penghormatan yagn diterima pemimpin antara lain adalah:

Pemimpin yang memperoleh kehormatan dan penghormatan adalah merupakan

ganjaran atau reward dari integritas sosial yang telah dihidupi serta dibuktikan dalam

sepanjang kehidupannya (Amsal 22:4).

Pemimpin yang memperoleh penghormatan adalah karena ia telah membuktikan

bahwa oleh integritas diri yang dihidupnya, orang yang dipimpinnya merasakan akan

adanya imbasan berkat kepemipinannya atas mereka (Ibrani 5:4; I Tesalonika 5:12-

13).

Pemimpin yang memperoleh penghormatan di sini adalah merupakan bukti dan

pembuktian bahwa Sang Pemimpin telah membayar harga kepemimpinan, dengan

menempatkan setiap orang secara pas dalam hubungan-hubungan kepemimpinan

yang diwujudkan melalui sikap hormat dalam sepanjang upaya memimpin yang

dilakoninya.

IMPLIKASI KEPEMIMPINAN

Pemimpin yang memperoleh kehormatan serta penghormatan adalah dia yang telah

membuktikan diri sebagai Pemimpin yang berbudi luhur, yang secara konsisten

membuktikan bahwa ia hidup di dalam kebenaran yang terbukti melalui perkataan dan

praktek kehidupannya yang selaras. Dari sinilah sang Pemimpin menuai kebenaran

dariKaidah Emas TUHAN Yesus yang menegaskan, “Segala sesuatu yang kamu

kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada

mereka” (Matius 7:12). Tegasnya, Pemimpin dihormati dan memperoleh kehormatan,

karena ia menghormati sesama secara tulus dalam kata dan praktik.

Page 131: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

125 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Pemimpin yang memperoleh kehormatan dan penghormatan adalah dia yang

memperoleh imbasan pengakuan atas tindakannya yang berhikmat, dengan

memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya secara terhormat dan penuh

penghargaan. Kebenaran ini menegaskan bahwa sang Pemimpin dengan sikap dan

cara terhormat seperti ini membuktikan bahwa ia dapat mencipta sinergi, yang

menjamin keberhasilan kepemimpinannya dengan menghargakan setiap orang yang

dipimpinnya. Pemimpin yang menghargai dan menghargakan kapasitas orang-

orangnya, dan menghargai cara kerja mereka serta kontribusi mereka adalah

pemimpin yang pasti akan menuai keberhasilan dalam kepemimpinannya. Alasan kuat

bagi kebenaran ini ialah karena penghormatan yang diberikan pemimpin maka orang-

orang yang dipimpinnya memperoleh “pengakuan yang meneguhkan harga diri dan

kemauan baik mereka untuk mengabdi serta berjuang bersama” meneguhkan kinerja

organisasi. Di sini dapatlah ditegaskan bahwa Pemimpin yang menghormati dan

dihormati akan menjamin keberhasilan upaya memimpin yang diembannya, karena ia

akan memperoleh dukungan yang penuh dari setiap komponen manusia dalam

kepemimpinannya. Selamat membuktikan integritas sosial dengan kehormatan dan

penghormatan yang menjamin keberhasilan kepemimpinan.

Salam dan doa,

Dr. Yakob Tomatala

[1] Dalam PL, istilah Kebenaran (Tsdaqah – sted_aw_kaw) berarti: Rigthness

(Abtractly); Rectitude (Subjectively); Justice (Objectively); Virtue (Morally) dan

Prosperity (Figuratively). Dalam PB, Kebenaran (Aletheia) berarti: Truth, True, Verity.

Kebenaran juga berarti “in accord with fact” (Yohanes 18:37-38; 19:35). Sumber: e-

Sword Bible Commentary and Dictionary.

http://yakobtomatala.com/2013/04/19/integritas-sosial-kehormatan-dan-hormat-

dalam-kepemimpinan/

Page 132: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

126 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

INTEGRITAS INTELEKTUAL MEMBANGUN KEPEMIMPINAN

BERKUALITAS

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang

adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang

disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 4:8; banding

Yehezkiel 18:5).

PENGANTAR

Telah diuraikan sebelumnya[1] bahwa istilah integritas yang digunakan selama ini

berasal dari kata “integrity” (Latin integritas < integer) yang berarti „tidak tersentuh‟

(untouched), atau „menyeluruh‟ (whole) atau keseluruhan (entire).

[2] Dari pemahaman ini dapat dikatakan bahwa integritas dapat disebut sebagai “suatu

keadaan atau kualitas kehidupan positif yang dibangun di atas kebenaran, keadilan,

ketulusan dan kejujuran yang telah lengkap atau penuh yang menyentuh segala aspek

yang diwujudkan melalui kualitas etika (inner values) dan ekspresi moral (expression of

personality) dari kehidupan berintegritas (Yesaya 32:1-2; 33:15-16) yang membuktikan

adanya kebijaksanaan (Yesaya 32:8; Ayub 28:28).[3]

Dari uraian di depan, integritas dari sisi lain, dapat dimaknai sebagai “Kepenuhan

kebenaran[4]yang yang ditandai dengan kebaikan, keadilan, ketulusan, kejujuran,

kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, dan kepatutan yang mewarnai karakter individu, yang

diekspresikan melalui sifat, sikap, pikiran, kehendak, perasaan, perkataan dan

perbuatan yang bernilai positif (Yehezkiel 18:5).”

Secara spesifik, apabila yang dirujuk adalah integritas intelektual, maka yang

dimaksudkan ialah “kepenuhan kebenaran yang menguasai substansi, hakikat dan

eksistensi pikiran (kognitif), yang memperlihatkan nilai, isi dan ekspresi berpikir yang

positif, serta proaktif yang menandakan adanya hal benar, baik, mulia, adil, suci,

manis, sedap didengar, kebajikan dan yang patut dipuji.” Dari pemahaman ini, dapat

dikatakan bahwa integritas intelektual atau integritas kognitif menjelaskankan tentang

Page 133: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

127 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

substansi dan tatanan pikiran yang benar yang merupakan landasan untuk berpikir

benar yang menghasilkan hal-hal benar dengan dampak besar dari kegiatan berpikir,

yang menggambarkan keseluruhan integritas intelektual. Berdasarkan uraian seputar

integritas berpikir dimaksud, maka pokok-pokok yang akan dikembangkan di sini

antara lain ialah: Pertama, Substansi, esensi dan eksistensi integritas

intelektual; Kedua, Aspek-aspek integritas intelektual; Ketiga, Implikasi Integritas

Intelektual bagi kepemimpinan berkualitas; yang diakhiri dengan suatu rangkuman.

I. SUBSTANSI, ESENSI DAN EKSISTENSI INTEGRITAS INTELEKTUAL

Substansi integritas intelektual menyentuh esensi dan eksistensi keseluruhan tatanan

pikiran, yang meliputi isi, sifat khas dan dinamika pikiran. Dalam hubungan ini,

substansi integritas memperlihatkan keseluruhan tatanan pikiran yang menjelaskan

tentang isi pikiran yang dikuasai oleh kebenaran. Sifat khas pikiran pada sisi lain

memperlihatkan nilai-nilai etika dan moral benar dari pikiran yang dibangun di atas

kebenaran. Sedangkan dinamika pikiran ditandai aktivitas serta

tindakan berpikir benar yang menjelaskan adanya kekuatan kebenaran dan gerakan

kebenaran yang terpancar dari pikiran berintegritas, yang menyentuh aspek lain dari

diri, orang lain, serta segala sesuatu di sekitar pemimpin.

A. Integritas Intelektual dan Isi Pikiran

Isi pikiran menjelaskan tentang apa yang ada di dalam pikiran serta kompleksias

pengaruh yang mewarnainya. Indikator dari isi pikiran berkualitas ialah adanya

kekuatan keluhuran yang mempengaruhi sifat, sikap, kehendak, perasaan, kata dan

tindakan (Yesaya 32:8; Lukas 6:45).

B. Integritas Intelektual dan sifat khas pikiran

Sifat khas pikiran menjelaskan tentang kadar dan tingkat kekuatan pengaruh yang

memberi warna kepada isi pikiran. Sifat khas pikiran ini memiliki kekuatan

mempengaruhi yang dahsyat, sehingga mempengaruhi banyak orang secara positif

(Amsal 10:20-21; Kisah Para Rasul 10:35).

Page 134: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

128 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

C. Integritas Intelektual dan dinamika pikiran

Dinamika pikiran menunjuk kepada kekuatan yang menggerakkan yang berada di

dalam dan mendorong gerakan ke luar yang ditandai melalui kehendak, perasaan, kata

dan perbuatan bermartabat, yang diindikasikan dengan adanya “kebenaran dan

sejahtera” yang membebaskanserta memerdekakan (Yesaya 32:1-2, 8,17; Yohanes

8:32).

II. ASPEK-ASPEK INTEGRITAS INTELEKTUAL

Aspek-aspek integritas intelektual menyentuh faktor autentisitas, nilai dan kekuatan

yang menunjuk kepada kelebihan-kelebihan khas yang ada padanya. Kelebihan khas

ini membuktikan bahwa autentisitas akan melahirkan hal-hal besar tidak terkalahkan,

berbasis nilai agung yang tidak lekang oleh waktu dengan kekuatan yang

menyebabkan kepemimpinan menjadi langgeng.

A. Autentisitas Integritas Intelektual

Autentisitas Integritas Intelektual menunjuk kepada sumber integritas, yaitu TUHAN

Allah, yang menjelaskan tentang adanya “keaslian intelektual.” Keaslian ini

menegaskan tentang kekuatan mencipta dari tiada kepada ada, sebagai landasan

mewujudkan kenyataan apa pun. Kekuatan ini menolak nyang tidak asli, menolak

kepura-puraan, menolak kemunafikan serta ketidakjujuran akademik (Yesaya 33:;15-

16; II Korintus 9:9; Galatia 2:5; Efesus 4:15).

B. Nilai-nilai Integritas Intelektual

Nilai Integritas Intelektual mengandung kekuatan agung yang membawa dan

mengimpartasi keagungan dan keanggunan yang menggerakkan kebiasaan benar, baik

dan sehat (Efesus 5:9; 6:14).

C. Kekuatan Integritas Intelektual

Kekuatan Integritas Intelektual terletak pada perannya yang mengantarai hati dengan

perasaan, kehendak, kata dan perbuatan luhur (Lukas 6:45).

Page 135: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

129 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

III. IMPLIKASI INTEGRITAS INTELEKTUAL BAGI KEPEMIMPINAN

BERKUALITAS

Integritas intelektual memberikan kepada Pemimpin kekuatan khas untuk memimpin

dan berhasil dalam kepemimpinannya (Mazmur 9:8; 17:15). Integritas intelektual ini

menjelaskan bahwa oleh bimbingan “Sang Kebenaran (Yohanes 14:6),” Pemimpin

memimpin dengan penuh berkat (Mazmur 25:10; 26:3; 37:6; 40:11; 45:6; 86:11;

99:4).

A. Integritas Intelektual dan Berpikir Benar sebagai Pemimpin

Integritas pikiran merupakan landasan dan kekuatan bagi Pemimpin untuk berpikir

benar. Berpikir benar di sini mengandaikan adanya “kualitas berpikir” yang

menjelaskan tentang kadarefektivitas pikiran Pemimpin. Efektivitas pikiran Pemimpin

ini nampak pada kualitas berpikiryang menghasilkan upaya memimpin (manajemen)

dan pencapaian keberhasilan performa (sukses) berbasis keadilan dan kebenaran,

yang membawa kebaikan kepada semua komponen organisasi (II Samuel 8:15; I

Tawarikh 18:14).

B. Integritas Intelektual dan Berpikir Baik sebagai Pemimpin

Integritas Intelektual akan mendominasi kekuatan berpikir pemimpin yang olehnya ada

kegiatan berpikir dan hasil berpikir yang efisien. Kekuatan dan hasil berpikir yang

efisien menjelaskan tentang kemampuan pemimpin untuk menggunakan pikirannya

untuk merekayasa instrumen pelakasanakan kerja yang berkualitas (administering

operating core). Dari sudut pandang lain, berpikir baik menunjuk kepada adanya

keberanian (kemandirian dengan jiwa enterpreneurial) untuk berpikir melampaui

kenyataan konkrit, melewati batas-batas dan tembok-tembok ego yang sempit.

Kemandirian berpikir ini adalah kekuatan istimewa yang meneguhkan Pemimpin

sehingga ia mampu mencipta dan merengkuh peluang dan mengatasi tantangan yang

pada gilirannya membawa kepada tindakan kerja yang produktif yang berujung kepada

peninggian dan sukses (Amsal 14:34; Yesaya 58:8-12).

Page 136: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

130 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

C. Integritas Intelektual dan Berpikir Sehat sebagai Pemimpin

Berpikir sehat merupakan indikator kuat adanya integritas intelektual dalam diri

pemimpin. Berpikir sehat menghubungkan pikiran pemimpin dengan dirinya, orang lain

serta semua faktor yang terdapat dalam kepemimpinannya (Ibrani 13:7, 17). Integritas

intelektual memberikan kekuatan kepada pemimpin, sehingga ia dapat “memimpin

dengan kuasa” yang meneguhkan (Amsal 16:12) dan memberkati (Amsal 1:3; 2:9;

8:7, 20; 10:2; 11:4, 6, 18, 1912:17, 19, 28; I Timotius 6:5). Indikator kuat bagi

kebenaran hubungan integritas intelektual dan berpikir sehat ini adalah adanya

hubungan harmonis responsif yang nampak pada sinergi dan gerakan kerja yang

simultan terpadu, menuju pencapaian kerja yang menghasilkan dalam kepemimpinan

yang diemban.

RANGKUMAN

Dalam mengungkapkan tentang integritas intelektual, perlulah dipahami bahwa

kebenaran seputar integritas intelektual ini menyentuh semua aspek. Landasan bagi

integritas intelektual adalah TUHAN Allah yang adalah Sumber Kebenaran (I Samuel

7:28; Yohanes 14:6; Ayub 37:23; Mazmur 111:7,8; 119:160; Yesaya 5:7, 16; 9:7;

33:545:23). Kekuatan kebenaran yang bersumber dari TUHAN Allah ini meneguhkan

integritas intelektual yang berfungsi melakonkan peran sebagai jembatan

perantara bagi sifat, sikap, kehendak, perasaan, kata serta perbuatan pemimpin.

Pada sisi lain, integritas intelektual ini melingkupi isi, sifat khas dan dinamika pikiran,

yang menjadi dasar bagi autentisitas, nilai serta kekuatan berpikir. Dalam hubungan

ini, integritas intelektual memberikan penguatan bagi pemimpin untuk berpikir benar,

baik dan sehat, sehingga ia mewujudkan kekuatan positif proaktif dari dirinya (Yesaya

62:2; Yeremia 4:2). Penguatan ini adalah dinamika integritas intelektual yang

memberikan kualitas khas bagi pemimpin yang meneguhkannya dengan integritas

pribadi mendukung kompetensi dirinya untuk melaksanakan upaya memimpin dengan

hasil kerja yang gemilang, yang ditandai sukses dalam upaya memimpin yang

dijalankannya.

Pada sisi yang lain, integritas intelektual ini pada akhirnya berujung kepada lahirnya

“pikiran, kehendak, perasaan dan tindakan berkualitas” yang agung dan anggun yang

membawa Pemimpin kepada keberhasilan kepemimpinannya. Namun hal terpenting

Page 137: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

131 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

yang terlihat di sini ialah bahwa integritas intelektual ini menguatkan Pemimpin yang

olehnya ia sepenuhnya menyadari bahwa “keberhasilan itu datangnya dari TUHAN

Allah” (Mazmur 126:1-5; 127:1-2; 133:1-3). Di sini integritas intelektual yang

membawa sukses ini ternyata merupakan kekuatan yang melindungi Pemimpin

sehingga ia tidak terjebak kepada keangkuhan (Lukas 17:10). Alasan kuat dari

kekuatan integritas intelektual yang menguatkan ini ialah bahwa Pemimpin dengan

penuh kesadaran mengabdi dengan komitmen serta dedikasi yang tinggi didukung

sikap tanpa pamrih dan upaya memimpin yang berkualitas, sehingga membawa sukses

yang menguntungkan semua komponen organisasi yang dimpinnya (Roma 12:8),

sehingga TUHAN Allah dipermuliakan (Roma 11:36). Selamat!!!

Jakarta, 22 Maret 2013

Dr. Yakob Tomatala

[1] Lihat uraian terdahulu dari Penulis dalam Website: www.yakobtomatala.com.

[2] Sumber: Webster New Universal Dictionary of The English Language. Webster

International Press, New York 1976. Integrity: 1. “The quality or state of being

complete; wholeness; entireness; unbrocken state.” 2. “The entire, unimpaired state or

quality of anything; perfect condition; soundness.” 3. “The quality or state of being

sound moral principle; uprightness; honesty and sincerity”

[3] Penjelasan makna integritas ini dapat dilihat dalam Buletin Integritas STT Jaffray

jakarta, Edisi Februari – Maret; dan April – Juni, 2012.

[4] Dalam PL, istilah Kebenaran (Tsdaqah – sted_aw_kaw) berarti: Rigthness

(Abtractly); Rectitude (Subjectively); Justice (Objectively); Virtue (Morally) dan

Prosperity (Figuratively). Dalam PB, Kebenaran (Aletheia) berarti: Truth, True, Verity.

Kebenaran juga berarti “in accord with fact” (Yohanes 18:37-38; 19:35). Sumber: e-

Sword Bible Commentary and Dictionary.

Page 138: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

132 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

http://yakobtomatala.com/2013/03/23/integritas-intelektual-

membangun-kepemimpinan-berkualitas/

CONTOH KURIKULUM Master of Christian Leadership (M.C.L)

YT GRADUATE SCHOOL OF LEADERSHIP

Kurikulum:

Master of Christian Leadership (M.C.L)

Pendahuluan

Program Riset YT Graduate School of Leadership (YTGSL) merupakan suatu upaya

untuk menjawab tuntutan kebutuhan dan tantangan perubahan global dalam segala

bidang kehidupan. Meresponi kondisi ini, Program Eksekutif Profesional Pascasarjana

Kepemimpinan –Master of Chrisitian Leadership (MCL) dirancang untuk menopang

Gereja-gereja melengkapi para pemimpin, dan atau calon pemimpin dari semua aras

serta berbagai kategori dalam pelayanan Kristen. Program MCL ini dikhususkan untuk

antara lain; pemimpin organisasi gereja, organisasi sosial, kelompok karya, dan

pelayanan umum lainnya termasuk kaum awam, kelompok pebisnis serta kaum

professional. Program ini bertujuan untuk menopang serta mengembangkan para

pemimpin dan atau calon pemimpin dimaksud untuk menjadi pemimpin Kristen yang

kompeten, yang dapat memikul tanggung jawab kepemimpinan dan memimpin secara

berkualitas pada skala lokal, regional, nasional, dan internasional.

Visi

“Program Eksekutif MCL diadakan untuk memuliakan Allah (Roma 11:36) dengan

melengkapi para pelayan TUHAN yaitu pemimpin dan calon pemimpin Kristen untuk

menjadi pemimpin yang KOMPETEN yang dapat melaksanakan upaya memimpin

secara BERKUALITAS, dalam segala aras dan bidang kehidupan.”

Page 139: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

133 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Misi

“Program Eksekutif MCL mengemban tanggung jawab melengkapi peserta didik

(Mahasiswa/ i) menjadi PEMIMPIN KOMPETEN berorientasi kepada kualitas dengan

semangat entrepreneur tinggi (Quality Leader with Entrepreneurial Spirit), melalui:

Proses pembelajaran akademik standar, dan

Proses pembelajaran terbuka yang fleksibel dari aspek akademis, praktis dan

professional, serta

Proses apprenticeship (pemagangan);

untuk mengembangkan pemimpin entrepreneur yang mandiri dan tangguh yang andal

menjalankan tanggung jawab kepemimpinan menggapai sukses.”

Fokus

“Quality Leader with Excellent Spirit.”

Motto

“Be the Leader with Excellent Spirit and Soul” – “BLESS”

PROFIL

Program Eksekutif dirancang sedemikian rupa untuk menyiapkan peluang belajar

dengan fleksibilitas tinggi bagi semua peserta didik (Mahasiswa/i). Program ini

dibangun sebagai suatu paket pembelajaran yang menyentuh aspek-aspek:

Spiritual, sebagai landasan bagi etika moral Kristen yang teguh (integritas tinggi);

Kognitivitas, sebagai landasan membangun pengetahuan yang komprehensif dan

khas lebih (kapasitas tinggi);

Afektivitas, sebagai dinamika penghayatan, membangun nilai-nilai Kristen yang kuat

(nilai tinggi); serta

Psikomotoris, sebagai landasan membangun ketrampilan dan kecakapan memimpin

dari sisi sosial (sociability) dan teknis (managerial) yang tinggi (kapabilitas tinggi) –

sehingga menjadi PEMIMPIN KOMPETEN yang dapat memimpin dengan benar

Page 140: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

134 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

(efektif), baik (efisien) serta sehat (hubungan-hubungan responsif) optimal yang

meneguhkan untuk berhasil.

PROFIL MAHASISWA

Program Eksekutif menerima semua calon mahasiswa dan mahasiswi, tanpa

membedakan latar belakang suku, bangsa, dan bahasa serta tingkat sosial yang

beragam, serta gender, yang datang dari semua gereja di tanah air, mau pun dari luar

negeri, dengan syarat berikut:

1. Syarat Umum.

Berijazah Sarjana Teologi (B.Th/ S.Th. S.Si) dari Sekolah Teologi

Berijazah Sarjana Umum dari berbagai disiplin Ilmu.

2. Syarat Khusus

Meminta dan mengisi Formulir Mahasiswa Baru. Permintaan formulir dapat dilakukan

melalui email: [email protected]. Formulir Pendaftaran akan dikirim setelah

kantor YTGSL menerima tanda bukti (scan) pembayaran atau transfer bank melalui

email dan bukti pengecekan di Bank kami.

DATA PELENGKAP (Dikirim per pos ke alamat: Dr. Yakob Tomatala., Jl. Jatinegara

Timur II No 35 jakarta Timur 13350)

Menyertakan dua Salinan atau Fotocopy Ijazah yang telah dilegalisir.

Menyertakan Transkrip Akademik yang telah dilegalisir.

Menyertakan dua Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku.

Menyertakan Keterangan keanggotaan Gereja yang baru.

Menyertakan tiga helai foto berukuran 3×2 yang baru

Pemberitahuan penerimaan sebagai mahasiswa akan dilakukan melalui email.

3. Syarat tamat

Menyelesaikan total: 42 SKS sesuai kurikulum yang terdiri dari:

Page 141: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

135 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

36 SKS Studi Kepemimpinan Mandiri

6 SKS Proyek Kepemimpinan (tullisan Ilmiah)

Kurikulum

1. MATA KULIAH MATRIKULASI – MKM [Jumlah: 10 SKS]

Kristologi – Soteriologi [2 SKS]

Teologi Misi [2 SKS]

Antropologi Terapan [2 SKS]

Logika [2 SKS]

Pengantar Hermeneutika [2 SKS]

(Matakuliah Matrikulasi ini adalah bagi Mahasiswa dengan latar belakang Sarjana

Umum dan Mahasiswa dengan latar belakang Sarjana Teologi yang belum mengambil

matakuliah-matakuliah dimaksud)

2. MATA KULIAH KEILMUAN KETERAMPILAN – MKKK [Jumlah: 10 SKS]

Pengantar Kepemimpinan [2 SKS]

Teori Kepemimpinan I [2 SKS]

Teori Pengembangan Kepemimpinan [2 SKS]

Manajemen Perencanaan Strategis [2 SKS]

Manajemen Manajemen Dasar dan Manajemen Kualitas Total [2 SKS]

3. MATA KULIAH KEAHLIAN BERKARYA – MKKB [Jumlah: 16 SKS]

Kepemimpinan Kristen/ Kepemimpinan Rohani [2 SKS]

Manajemen Pengembangan Kompetensi Pemimpin Kristen I [2 SKS]

Manajemen Pengembangan Organisasi Gereja [2 SKS]

Manajemen Pengembangan Sikap Entrepreneur Kristen [2 SKS]

Page 142: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

136 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

4. MATAKULIAH PERILAKU BERKARYA – MPB [Jumlah: 6 SKS]

Manajemen Visi Kepemimpinan Kristen [2 SKS]

Manajemen Perubahan [2 SKS]

Manajemen Strategi-Taktik Memimpin [2 SKS]

5. MATA KULIAH KEHIDUPAN BERMASYARAKAT – MKB [Jumlah: 4 SKS]

Manajemen Konflik Organisasi Gereja[2 SKS]

Etos Kepemimpinan Yesus Kristus/ Memimpin Seperti Yesus Kristus [2 SKS]

6. Proyek Kepemimpinan [6 SKS]

TOTAL : 42 SKS

MATAKULIAH PILIHAN:

Mahasiswa dapat merancang program studinya dengan memilih matakuliah pilihan

(masing masing berbobot 2 sks) sebagai pengganti matakuliah MKKB, MPB atau MKB.

Rancangan program studi ini dituliskan dalam Kartu Rencana Studi (KRS).

1. Teori Kepemimpinan II

2. Manajemen Performansi Tinggi

3. Manajemen Administrasi Kesekretariatan Gereja

4. Manajemen SDM Psikogeometrik

5. Manajemen Pengembangan Karir

6. Manajemen Pengembangan SDM Profesor J. Robert Clinton

7. Manajemen Pertumbuhan Gereja

8. Kepemimpinan Perempuan

9. Kepemimpinan Kristen dan Tren Global

10. Kepemimpinan dan Manajemen Keluarga

Page 143: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

137 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

11. Etika Kepemimpinan

12. Pembelajaran Konstruksivisme

13. Konseling dalam Kepemimpinan

14. Sejarah Gereja dan Misi Dunia

15. Kepemimpinan Transformasional Holistik

16. Kepemimpinan Hamba – Servant Leadership

17. Manajemen Tim Kepemimpinan

18. Gembala dan Pengembangan SDM Pemimpin Kristen

PROSES BELAJAR

1. Setelah calon Mahasiswa atau Mahasiswi diterima sebagai Mahasiswa Program

Eksekutif MCL, maka setiap Mahasiswa harus mengisi Kartu Rencana Studi (KRS)

untuk belajar pada setiap sesi ajaran/ seri belajar yang dikirim per email.

2. Jumlah SKS (Satuan Kredit Semester) untuk Program Master of Christian

Leadership adalah 42 SKS (tidak terhitung SKS Matakuliah Matrikulasi).

3. Mahasiswa diwajibkan mengambil matakuliah Desain Riset yang akan

dijadwalkan pada hari Sabtu dalam bulan Juni-Juli setiap tahun ajaran. Tiap Mahasiswa

hanya belajar pada satu hari Sabtu (hanya 1x) bagi setiap kelas sebagai persiapan

untuk menulis suatu Proyek Kepemimpinan (Tulisan Ilmiah) yang akan diterapkan

dalam kepemimpinan.

4. Sistem belajar Program Eksekutif dilakukan dengan studi mandiri. Bentuk belajar

Mandiri dilakukan dengan memperoleh bahan-bahan berupa: Buku, CD, Modul,

dilengkapi dengan silabus sebagai penuntun belajar. Bahan pelajaran akan dikirim

setelah ada bukti pembayaran dari Mahasiswa ke Bank kami.

5. Yudisium dan Wisuda dilakukan secara inabsensia.

6. Setiap Mahasiswa diizinkan mengambil maksimal 12 SKS per satu sesi ajaran

atau seri belajar.

Page 144: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

138 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Profil Pembina

Pdt. Dr. Yakob Tomatala, D.Miss (Pendiri IFTK Jaffray dan Pembina YTGSL)

DIREKTUR PROGRAM

Pdt. Dr. Yakob Tomatala, D.Miss

ADMINISTRATOR

Gilbert P.I. Tomatala, S.K.K

Yahya Malailak, S.Th

DOSEN-DOSEN

Dr. Yakob Tomatala, D.Miss.

Dr. G. Marso Daniel, D.Th.

Dr. Paskalinus Busthan, D.Th.

Dr. Magdalena Tomatala, Ph.D.

Dr. Ijus Rusman, D.Th.

Dr. Isak Suria, D.Th.

Welly Octavianus Mawa, M.Th

Biaya Pendidikan

1. Uang Formulir Mahasiswa baru Rp. 250.000,00 (1X)

2. Uang Pendaftaran Mahasiswa Baru Rp 500.000,00 (1x)

3. Biaya Penyelenggaraan Pendidikan per sesi belajar Rp 800.000,00 (setiap sesi)

4. Biaya Perkuliahan per SKS Rp 100.000,00 (per satu SKS dari setiap matakuliah)

5. Biaya Bahan Pelajaran (buku, modul,CD) diatur sesuai harga yang berkembang.

Mahasiswa menanggung biaya pengiriman bahan pelajaran yang dikirim melalui pos.

Page 145: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

139 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

6. Pembayaran dapat ditransfer atau disetorkan ke:

Bank Mandiri Cabang Jatinegara – Jakarta. Jl. Jatinegara Timur Raya

No. Acc. 006.009 7017465

Atas nama: Yakob Tomatala

Hubungi kami:

Website : www.yakobtomatala.com

Email : [email protected]

APAKAH DAPAT DIBENARKAN MENGINGINKAN MENJADI

PEMIMPIN

“Orang yang menghendaki jabatan penilik (pemimpin) jemaat menginginkan

pekerjaan yang indah” (I Timotius 3:1).

Pengantar

Menjadi Pemimpin dan menginginkan menjadi Pemimpin adalah dua hal yang

berhubungan namun berbeda. Menjadi pemimpin menunjuk kepada suatu proses

dinamis, dimana melalui sistem tertentu, seseorang dipilih, atau diangkat, atau

diwariskan, atau diciptakan, atau dirampas menjadi pemimpin. Menjadi pemimpin

seperti ini menjelaskan adanya “kuasa kepemimpinan”[1] yang diimpartasi secara

formil, sehingga seseorang memiliki tugas, kewenangan, hak, kewajiban, tanggung

jawab dan pertanggungjawaban kepemimpinan yang harus diemban dalam organisasi

di mana ia dipilih atau dingkat, atau diwariskan atau diciptakan menjadi pemimpin.

Page 146: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

140 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Menginginkan menjadi pemimpin secara substantif dapat disebut sebagai keinginan

mulia (I Timotius 3:1). Menjadi pemimpin yang adalah keinginan mulia ini didasarkan

atas kebenaran bahwa kepemimpinan adalah pelayanan. Menjadi pemimpin dalam

perspektif ini menjelaskan bahwa pemimpin yang memimpin adalah dia yang melayani

orang yang dipimpinnya (Matius 20:25-28; Markus 10:42-45). Di sini ada penekanan

bahwa memimpin itu adalah melayani, sehingga kepemimpinan itu adalah pekerjaan

mulia. Pada sisi lain, menginginkan menjadi pemimpin adalah persoalan motivasi yang

berhubungan dengan kehendak khusus. Kehendak khusus yang menginginkan menjadi

pemimpin dapat ditinjau dari sisi positif mau pun negatif. Menginginkan menjadi

pemimpin secara subjektif menjelaskan tentang kemauan seseorang, entahkah positif

atau pun negatif yang mendorong untuk mau menjadi pemimpin.

Ada asumsi bahwa apabila motivasi yang mendorong kehendaknya untuk menjadi

pemimpin itu positif, sudah dapat diduga bahwa ia pasti akan berpikiran, berperasaan,

berkehendak, bersikap, berkata dan bertindak positif serta altruis. Sebaliknya, apabila

motivasi yang mendorong kehendaknya adalah negatif, maka tidaklah mengherankan

bahwa ia akan berpikiran, berperasaan, berkehendak, bersikap, berkata dan bertindak

negatif, yang akan nyata dalam sikap serta gayanya yang egois.

Menjadi pemimpin dengan pendekatan terakhir ini akan memperlihatkan cara-cara

menjadi pemimpin yang negatif alias “kotor,” antara lain, adanya keinginan dan upaya

“merampas kepemimpinan” dengan menggunakan segala cara kotor, baik secara

senyap, mau pun terang-terangan.

Menjadi pemimpin sebagai keinginan mulia memperlihatkan adanya kesadaran bahwa

kepemimpinan adalah panggilan, tanggung jawab pembebasan dan tugas pemenuhan

hidup keorganisasian. Ketiga aspek dari keinginan menjadi pemimpin ini akan dibahas

secara khusus pada bagian di bawah ini.

MENJADI PEMIMPIN ADALAH PANGGILAN UNTUK MELAYANI

Menjadi pemimpin adalah suatu panggilan. Panggilan menjadi pemimpin di sini

menjelaskan bahwa setiap orang yang menjadi pemimpin sesungguhnya sudah

ditetapkan menjadi pemipin oleh TUHAN (Markus 10:41; Yohanes 3:27). Sehingga

menjadi pemimpin di sini merupakandestini, seperti yang telah ditetapkan, sehingga

Page 147: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

141 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah ditetapkan menjadi pemimpin,

sehingga ia menjadi pemimpin. Dalam hubungan ini, menjadi pemimpin haruslah

diyakini dari hati, bahwa seseorang itu terpanggil menjadi pemimpin. Keyakinan

panggilan pemimpin dari hati inilah yang menjadi landasan bagi komitmen dan

dedikasi untuk mengabdi sebagai pemimpin.

Dalam kaitan ini, setiap pemimpin yang menjadi pemimpin harus dilihat sebagai

pemenuhan destini pada satu sisi, yang haruslah disambut dengan adanya pembuktian

kompentensi diri sehingga diakui dan direstui sebagai pemimpin secara individual,

sosial mau pun formil. Panggilan untuk melayani ini mengharuskan adanya komitmen

dan dedikasi untuk melayani, yang diwujudkan dengan “melayani orang yang

dipimpin.” Melayani orang yang dipimpin adalah kekuatan yang mendasari sikap

pemimpin terhadap kepemimpinan yang dipercayakan kepadanya.

Kebenaran ini menegaskan bahwa setiap pemimpin haruslah menyadari

bahwa memimpin ialah melayani, sehingga motivasi pemimpin dalam kepemimpinan

adalah melayani, bukanlah dilayani (Markus 10:45). Motivasi seperti ini adalah motivasi

terkuat bagi pemimpin yang akan meneguhkan kepemimpinannya.

Di sini akan sangat terlihat apakah pemimpin mempimpin secara berkualitas ataukah

asal-asalan saja. Melalui pemahaman memimpin melalui melayani ini, pemimpin akan

bersikap altruis mementingkan sesama, khususnya orang-orang yang dimpimpinnya.

Pada sisi yang lebih khusus, pemimpin seperti ini akan membutikan keabsahan diri

dengan adanya kompetensi (Integritas, Kapasitas dan Kapabilitas) diri yang tinggi,

disertai dengan komitmen dan dedikasi serta kepiawaian untuk melayani. Dengan

kesadaran bahwa menjadi pemimpin adalah “panggilan untuk melayani,” maka

kepemimpinan seorang pemimpin akan terbukti sebagai berkualitas melalui memimpin

melayani yang dilakonkannya.

MENJADI PEMIMPIN ADALAH TANGGUNG JAWAB MEMBEBASKAN DAN

MEMBESARKAN

Menjadi pemimpin adalah suatu tanggung jawab mulia. Pada tahap yang lebih tinggi

dapat dikatakan bahwa menjadi pemimpin adalah tanggung jawab mulia yagn

Page 148: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

142 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

berhubungan dengan peran pembebasan dan pembesaran. Dalam hubungan ini,

menjadi pemimpin sebagai suatu tanggung jawab menjelaskan bahwa pada pemimpin

dan kepemimpinan ada beban yang dipundakkan untuk dipikul. Beban kepemimpinan

ini bersifat inklusif yang melingkupi tugas sebagai pemimpin yang arahnya adalah

untuk membebaskan dan membesarkan organisasi, serta menyejahterakan orang yang

dipimpin.

Beban kepemimpinan ini menunjuk kepada adanya suatu tanggung jawab berupa

tugas utama yang dikhususkan bagi pemimpin, yang terfokus untuk membesarkan

organisasi. Tugas pembesaran organisasi ini adalah tugas pembebasan, yang

berhubungan erat dengan tanggung jawab membesarkan organisasi dimaksud sampai

pada tahap tinggi. Tugas membesarkan organisasi ini merupakan suatu kewajiban

utama atau obligasi terpenting yang harus dilaksanakan pemimpin.

Tugas ini memberikan beban khusus kepada pemimpin yang apabila diabaikan, akan

memperlihatkan kadar karakter dan integritas rendah yang akan meruntuhkan

kepemimpinannya. Tanggung jawab membebaskan membesarkan ini terlihat pada

adanya kekuatan pemimpin yang memerdekakan, khususnya dengan meneguhkan dan

membesarkan organisasi menjadi organisasi pembebas. Organisasi Pembebas ini

diharapkan dapat menjawab harapan dan ekspektasi keorganisasian yang melibatkan

harapan pemimpin, orang yang dipimpin dan seluruh stakeholder organisasi.

Dari sisi ini, dapatlah dipastikan bahwa apabila seorang pemimpin yang terpanggil

kepada tanggung jawab kepemimpinan menjalankan upaya memimpin sebagai suatu

peran pembebasan dan pembesaran dalam seluruh aspek kehidupan keorganisasian,

maka organisasi akan semakin teguh menjalankan kiprahnya. Hal tertinggi yang

diyakini terjadi ialah bahwa semua upaya memimpin akan membawa pemerdekaan

yang meneguhkan pihak-pihak terkait dalam organisasi.

MENJADI PEMIMPIN ADALAH TUGAS PEMENUHAN HIDUP

KEORGANISASIAN

Kepemimpinan adalah tugas pemenuhan hidup bukanlah menduduki suatu jabatan.

Kepemimpinan yang adalah tugas pemenuhan hidup ini mengharuskan pemimpin

memahami tugas dengan segala aspek rinci yang ada di dalamnya. Memahami tugas

Page 149: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

143 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kepemimpinan menjelaskan bahwa pemimpin adalah pekerja walau pun kerja

utamanya adalah “berpikir sebagai pemimpin.” Dalam hubungan ini, pemimpin harus

juga mengetahui bagaimana memanajemeni tugas kepemimpinan dan bagaimana

berinisiasi, menggalang, serta mengeksekusi tindakan, mengarahkan, mendukung dan

meneguhkan aktualisasi memimpin.

Tugas kepemimpinan dari pemimpin akan terlihat pada “leading attempt” yang

dilakukan pemimpin dalam situasi aktual yang berhubungan erat dengan upaya

pemenuhan kebutuhan hidup keorganisasian secara menyeluruh. Upaya pemenuhan

hidup ini menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah proses peneguhan pemenuhan

hidup organisasi yang menyentuh dan menjawab seluruh kebutuhan pemimpin,

bawahan, situasi serta lingkungan di mana organisasi dijalankan.

Dengan demikian, pemimpin yang menyadari bahwa ia terpanggil untuk mengabdi

dengan melayani dengan mewujudkan tanggung jawab pembebasan yang diembannya

maka seluruh kehidupan keorganisasian akan terpenuhi menggapai TUJUAN,

memenuhi VISI dan MISI yang telah dicanangkan, sehingga mendatangkan sejahtera

bagi seluruh stakeholders.

RANGKUMAN

Seseorang yang menginginkan menjadi pemimpin dalam artian yang benar,

sesungguhnya adalah keinginan yang mulia. Menginginkan menjadi pemimpin adalah

keinginan mulia akan menjadi benar, dan dapat dibenarkan apabila didasari pada

kesadaran bahwa memimpin adalah melayani, yang diwujudkan dengan menerima

kepemimpinan sebagai panggilan, tanggung jawab dan tugas yang dikhususkan untuk

meneguhkan serta membesarkan organisasi yang dipimpinnya.

Di sini pemimpin yang yakin terpanggil untuk melayani, harus bersikap altruis,

mengedepankan kemauan baik membesarkan organisasi dan melayani sesama dalam

kepemimpinan. Pemimpin yang melayani akan memperlihatkan kadar positif, dimulai

dari pikiran, perasaan, kehendak, sikap, kata dan perbuatan yang berujung kepada

pembebasan dan pembesaran organisasi. Pembebasan dan pembesaran organisasi ini

akan terbukti membawa kebaikan tertinggi bagi diri, orang yang dipimpin dan

Page 150: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

144 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

lingkungan di mana kepemimpinan dijalankan sebagai bagian dari tanggung jawab

pemenuhan kehidupan keorganiasian.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah ditegaskan bahwa “Menjadi Pemimpin adalah

Suatu Keinginan Mulia” apabila dibangun di atas kesadaran dan kemauan positif yang

menggaris bawahi kebenaran, bahwa: Pertama, Pemimpin menerima tanggung jawab

kepemimpinan sebagai “panggilan kepada tanggung jawab melayani.” Indikator dari

kesadaran ini adalah bahwa Pemimpin akan membangun komitmen dan dedikasi tinggi

untuk melayani dan melayani (bukan dilayani) sebagai bagian dari panggilan

kepemimpinannya.

Jadi apa bila pemimpin memimpin dengan gaya egois dan mementingkan diri sendiri,

maka ia sedang nyasar dari kebenaran bahwa “Kepemimpinan adalah panggilan untuk

melayani.”Kedua, Pemimpin sepenuhnya menyadari bahwa kepemimpinan adalah

tanggung jawab pembebasan pembesaran. Tanggung jawab pembebasan pembesaran

ini akan terlihat pada adanya sikap altruis ditopang dengan kesadaran penuh bahwa

pemimpin terpanggil untuk membawa pembebasan dalam pemenuhan kebutuhan

kehidupan organisasi.

Tanggung jawab pembebasan ini akan terlihat pada adanya upaya sadar membesarkan

organisasi, sehingga organisasi menjadi teguh. Upaya pembesaran organisasi ini pada

gilirannya akan memperlihatkan kebenaran bahwa “Apabila organisasi dibesarkan,

maka organisasi akan membesarkan semua stakeholdersnya.” Ketiga, Pemimpin

sepenuhnya berupaya untuk mewujudkan kebenaran bahwa bagi dirinya

“kepemimpinan adalah tugas pemenuhan kebutuhan hidup keorganisasian

mencapai visi, misi dan tujuan keorganisasian.” Tugas pemenuhan kehidupan ini

mengandaikan bahwa pemimpin secara sadar terencana memanajemeni semua

sumber untuk menggerakkan upaya memimpin secara efektif, efisien dan sehat guna

mencapai produktivitas tinggi.

Penegasan dari kebenaran ini menunjuk bahwa pemimpin yang terpanggil menerima

tanggung jawab sepenuh hati dan melakukan tugas kepemimpinan sebagai obligasi,

responsibilitas dan akuntabilitas untuk membawa kepemimpinan mencapai tujuan yang

ditandai keberhasilan yang dapat dinikmati semua stakeholders.

Page 151: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

145 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Ujung dari kebenaran ini membuktikan bahwa Pemimpin sepenuhnya menyadari

bahwa kepemimpinan bagi dirinya adalah suatu panggilan mulia, yang disambutnya

dengan penuh hormat dan penghargaan serta dilakonkannya dengan penuh tanggung

jawab sehingga mendatangkan keberhasilan dan menghadirkan kesejahteraan yang

dirasakan oleh semua pihak, sehingga organisasi dapat berfungsi efektif, efisien dan

sehat secarra dinamis. Selamat mengisi panggilan mulia sebagai Pemimpin sejati.

Salam Kepemimpinan,

Dr. Yakob Tomatala

[1] Lihat Pokok: Kuasa Kepemimpinan dalam web ini.

http://yakobtomatala.com/2013/02/28/apakah-dapat-dibenarkan-menginginkan-menjadi-

pemimpin/

SEJARAH ILMU KEPEMIMPINAN

SEJARAH ILMU KEPEMIMPINAN[1]

PENGANTAR

Kepemimpinan adalah suatu gejala universal yang secara defacto sudah ada sejak

waktu yang lama dalam sejarah umat manusia dan dijalankan dalam kurun yang

panjang. Namun demikian, pada sisi lain, kepemimpinan sebagai suatu ilmu usianya

baru kurang lebih seratus enam puluh tahun.[2] Pertanyaan awalnya ialah mengapa

sampai demikian? Jawaban atas pertanyaan inilah yang akan digumuli dalam tulisan

ini. Tujuan khusus dari upaya ini adalah untuk menelusuridan memberikan gambatran

tentang sejarah perkembangan ilmu kepemimpinan. Tulisan ini akan

memberikan uraian tentang sejarah perkembangan kepemimpinan sebagai suatu ilmu

dengan menunjuk titik awal perkembangan serta tokoh-tokoh penting yang terkait di

dalamnya dan kecenderungan ke arah mana ilmu ini sedang berkembang.

Page 152: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

146 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN DALAM SEJARAH.

Melihat dari sudut pandang seni, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah seni

yang usianya setua usia manusia di bumi,[3] yang telah dipraktekkan dalam sepanjang

sejarah[4]manusia. Kebenaran tentang kepemimpinan yang telah dipraktekkan dalam

sepanjang sejarah ini ditegaskan oleh Bernard M. Bass yang mengatakan, “The study

of leadership is an ancient art. Discussion of the subject will be found in Plato, Caesar,

and Plutarch, just to mention a few of classical era. The Chinese classics are filled with

hortatory advice to the county‟s leaders. The ancient Egyptians attributed three

qualities of divinity to their king. They said of him „authoritative utterness is in thy

mouth, perception is in thy heart, and thy tongue is the shrine of justice.‟ The

Egyptians demanded of their leader qualities of authority, discrimination, and just

behavior.”[5] Dari penjelasan Bass di atas dapat dikatakan bahwa berdasarkan fakta,

seni kepemimpinan itu telah ada serta diterapkan secara umum, karena kepemimpinan

itu adalah seni yang bersifat universal.

Sebagai seni, kepemimpinan telah dipraktekkan oleh penguasa-penguasa dunia zaman

kuno seperti pada kerajaan Mesopotamia,[6] Persia, Mesir klasik di Timur Tengah;

penguasa India,Tiongkok dan Jepang klasik di Timur,[7] dan penguasa Indian Inka di

Amerika Latin, penguasa zaman tengah Babylon (Mesopotamia), Persia, Yunani dan

Romawi, penguasa zaman masehi, di Eropa termasuk negara-negara baru seperti

Perancis dan Jerman, Ingris, dan sebagainya sampai kepada penguasa dari kerajaan-

kerajaan tua di Timur Jauh, serta kelompok masyarakat-budaya lain yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan pula bahwa sebagai seni,

kepemimpinan pun telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh dunia yang besar dan

terkenal yang berkiprah dalam segala bidang kehidupan, mulai dari

Hammurabi,[8] raja Babylon yang sezaman dengan Abraham (Kejadian 14), para

Firaun Mesir, Musa dan Yosua yang disebut dalam Alkitab, sampai ahli seni perang

klasik Sun Tzu dan filsuf Lao Tzu di Tiongkok, serta filsuf klasik Yunani seperti Plato,

Aristoteles dan Socrates, Sidharta Gautama,[9] termasuk Kaisar-kaisar Romawi

terkenal yang disebut dalam Alkitab, seperti Agustus,[10] Tiberius; serta yang lain,

yaitu Nero, Konstantinus Agung[11]; Paus Gregorius Agung[12] sampai kepada raja

Perancis Charlemagne,[13] para raja dalam dinasti-dinasti klasik Tiongkok, Inggris, dan

Jenghiz Khan, raja Mongol, penulis dan negarawan Italia, Niccolo Di Benardo

Macchiavelli,[14] reformator Protestan Mathin Luther, dramator Inggris, William

Page 153: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

147 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Shakespeare,[15] ahli pedang Jepang Miyamoto Musashi,[16] Patih Gajamada,

penguasa kolonial Belanda, pelukis Raden Saleh, dan Soekarno, Presiden RI pertama,

serta banyak lagi. Para tokoh besar yang disinggung di atas ini telah membuktikan diri

sebagai manusia-manusia luar biasa yang menerapkan seni kepemimpinan dalam karir

mereka, namun, karya-karya besar mereka yang gemilang tidak dapat diklasifikasikan

secara penuh sebagai karya dasar bagi ilmu kepemimpinan.[17]

Pernyataan di atas cukup menarik untuk disimak, dalam upaya menempatkan

kepemimpinan sebagai suatu ilmu pada jalur sejarah yang pas. Untuk menempatkan

kepemimpinan pada jalur ilmu, maka langkah awal yang perlu dipastikan adalah

lingkup dari kepemimpinan. Sebagai suatu ilmu, bidang studi kepemimpinan memiliki

tiga lingkup utama, yaitu: Pertama, elemen dasar kepemimpinan yang meliputi

pemimpin, orang yang dipimpin dan situasi kepemimpinan. Kedua, doktrin dasar

kepemimpinan yang meliputi perlengkapan dasar kepemimpinan (perilaku pemimpin

serta sumber-sumber) dan nilai dasar kepemimpinan (nilai yang bersifat teologis dan

filosofis). Ketiga, pekerjaan atau tugas dasar kepemimpinan(yang meliputi:

esensi, sifat, unsur ekonomi dan lokasi kepemimpinan).[18] Dalam kaitan dengan

menempatkan kepemimpinan dalam jalur ilmu yang disoroti dari lingkup bidang studi

kepemimpinan seperti yang disinggung di atas, maka tugas kedua ialah mengukur

karya tulis para tokoh sejarah tentang kepemimpinan. Mengukur karya tulis para pakar

dan pemimpin sepanjang sejarah dari perspektif ini, dapat dikatakan bahwa

kebanyakan karya tulis mengetengahkan pemahaman tentang kepemimpinan secara

terbatas dengan menyinggung trait atau karakteristik-karakteristik serta kecakapan

dan nilai-nilai kepemimpinan saja. Satu-satunya tokoh sejarah yang menuliskan

tentang pemimpin sebagai elemen dasar utama dari kepemimpinan melalui karya

tulisnya,[19] ialah Thomas Carlyle.[20] Tulisan Carlyle yang berjudul “On Hero and

Hero Worship” dapat dianggap sebagai karya terbesar buku ilmiah

kepemimpinan[21] yang pertama. Buku ini memberikan tempat yang luas bagi aspek-

aspek dan unsur-unsur kepemimpinan yang lengkap, yang membuktikan bahwa karya

Karlyle ini adalah tonggak sejarah bagi perkembangan ilmu kepemimpinan.

PERJALANAN ILMU KEPEMIMPINAN MELINTASI SEJARAH.

Dalam sejarah di dunia Barat, diakui bahwa istilah leader atau pemimpin itu telah ada

dalam kamus berbahasa Inggris sejak tahun 1300, tetapi penggunaan istilah

Page 154: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

148 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kepemimpinan itu baru saja ada pada pertengahan abad ke sembilanbelas.[22] Dalam

studi Timur klasik pun sudah ditemukan adanya upaya penerapan seni kepemimpinan

dalam peran pemimpin serta upaya perkembangan pemimpin.[23] Namun dapat dilihat

adanya indikasi kecenderungan yang sama yaitu belum adanya konsep baku tentang

kepemimpinan yang dikembangkan serta diterapkan secara ilmiah. Implikasi di atas ini

cukup menarik untuk disimak sebagai dasar untuk mengidentifikasi perkembangan

sejarah kepemimpinan sebagai suatu ilmu. Upaya mengidentifikasi perkembangan ilmu

kepemimpinan telah dilakukan oleh, Profesor Dr. J. Robert Clinton[24] dari Fuller

Theological Seminary, School of Inter-cultural Studies. Dalam hasil risetnya, Profesor

Clinton mengidentifikasi perkembangan ilmu kepemimpiman dengan membuat

klasifikasinya kedalam beberapa era perkembangan. Klasifikasi perkembangan ilmu

kepemimpinan dimaksud adalah sebagai berikut ini.

Great Man Era, yang meliputi tahun 1841-1904.

Trait Era, yang meliputi tahun 1904-1948.

Behavior Era, yang meliputi tahun 1948-1967.

Contingency Era, yang meliputi tahun 1967-1980.

Complexity Era, yang meliputi tahun 1980-1986, dst.

Mengomentari klasifikasi Clinton ini, dapat dikatakan bahwa alasan utama untuk

membuat penggolongan perkembangan ilmu kepemimpinan seperti di atas ini

dilakukan dengan menunjuk kepada trend penelitian dan hasilnya yang dapat

ditemukan dalam literatur-literatur kepemimpinan yang dihasilkan oleh para pakar

pada masing-masing era di atas.[25]

Great Man Era menunjuk kepada inti teori yang menegaskan bahwa pemimpin terlahir

sebagai pemimpin dengan bawaan lahir serta faktor keluarga dan lingkungan yang

mendukungnya. Teori kepemimpinan pada Trait Era menunjuk kepada faktor

karakteristik, yang menjelaskan bahwa pemimpin memiliki karakteristik khas, yang

merupakan bawaan lahir serta kepribadiannya. Teori kepeimpinan pada Behavior Era

menunjuk kepada kesadaran tentang adanya interaksi pengaruh antara pemimpin,

bawahan dan situasi. Faktor interaksi ini sangat ditentukan oleh pengaruh serta

perilaku pemimpin dalam kepemimpinan. Teori kepemimpinan dalam Contingancy Era

Page 155: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

149 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

mengakui adanya pengaruh yang kontingen antara faktor kelahiran atau keluarga,

lingkungan pembesaran, karakteristik serta faktor pengaruh interaktif lainnya yang

mempengaruhi pemimpin dan kepemimpinan. Teori kepemimpinan pada Complexity

Era mengakui pengaruh dari semua faktor yang disinggung di atas, dengan kesadaran

bahwa kepemipinan dapat dipelajari. Complexity Era menyadari dan mengakui adanya

perkembangan ilmu kepemimpinan yang terjadi dengan begitu pesat terbukti

mempengaruhi segala bidang hidup. Perkembangan dan pengaruh ini nampak dalam

indikator fenomenal pada masa kini, dimana pemimpin dan kepemimpinan tidak

sekedar diedintifikasi dengan sebutan tradisional seperti kepemimpinan atau pemimpin

visioner, kharismatik, reformatif, transformatif, futuristik, dan sebagainya, tetapi juga

disebut dengan kepemimpinan serta pemimpin pos-mo, informatif, global, dan

seterusnya, yang dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks.[26]

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KEPEMIMPINAN DI INDONESIA.

Dalam analisa yang bersifat umum, sejarah kepemimpinan di Indonesia dapat

dikategorikan dengan memperhatikan beberapa fase perkembangan berikut.

Fase Pertama, Masa Kolonial Belanda sampai 1953,[27] yang dapat disebut fase

mandor atau fase klerek. Masa ini adalah sebagai “masa primadona administrasi”

(administratie), dimana administrasi memegang peran penting. Dalam kaitan ini,

penguasa kolonial Belanda yang cenderung otokratis menempatkan para

pemimpin inlander hanya pada level mandor, klerek, kopral atau sersan dan

sebagainya yang menjelaskan bahwa para pemimpin ini hanya sampai pada aras

operasional. Pemimpin aras operasional ini ini hanya berperan sebagai “middle

administrator” atau “supervisor kerja” saja bukanlah manajer atau top leader, karena

top leader hanyalah kelompok kolonial yang diyakini oleh mereka bahwa mereka lahir

untuk memimpin.[28]

Fase Kedua, tahun 1953 sampai dengan 1970-1980. Fase ini dapat disebut fase

perkembangan administrasi dan manajemen. Pada era ini ilmu administrasi sangat

populer di Indonesia, yang ditandai dengan adanya akademi-akademi administrasi dan

kesekretariatan. Dalam bidang pemerintatahan, Lembaga Administrasi Negara (LAN)

memegang peran utama untuk mengembangkan pemimpin untuk bidang

pemerintahan. Masa ini ditandai pula dengan munculnya ilmu manajemen di Indonesia,

mulai dengan manajemen klasik, manajemen berdasarkan sasaran, manajemen

Page 156: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

150 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

performansi tinggi, manajemen perencaraan strategis, sampai dengan manajemen

total kualitas.[29] Pada tataran ini para pemimpin Indonesia (setidak-tidaknya

segelintir kelompok elit) telah mahir menggunakan ilmu menajemen dimana mereka

berperan besar sebagai para entrepreneur (wirausahawan/ wati) walau pun dalam

jumlah yang terbatas. Ilmu manajemen ini telah diterapkan dalam bidang militer,

pemerintahan, perbankan, bisnis, politik, pendidikan, dan sebagainya yang dilakukan

secara khas pula yang menandakan dipraktekkannya penggunaan majemen secara

umum.

Fase Ketiga, tahun 1980-2000 sampai saat ini, yang dapat disebut sebagai fase

kepemimpinan baru atau fase kepemimpinan global. Fase ini diawali dengan adanya

upaya mengembangkan ilmu yang disebut Manajemen Sumberdaya Manusia (Human

Resources Management yang dibedakan dengan Personnel Management pada era

sebelumnya). Pada sisi lain, secara umum terlihat bahwa bidang studi kepemimpinan

mulai marak berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang tersebar dari bidang

umum sampai pada bidang-bidang khusus, seperti keagamaan (termasuk pendidikan

teologi), perusahan swasta, pendidikan umum, dan sebagainya.[30] Perkembangan

selanjutnya terlihat pada adanya pendidikan serta pelatihan kepemimpinan (formil,

non-formil dan informil) yang marak dalam segala bidang kerja.[31]Dan lagi,

kenyataan menunjuk kepada pemunculan begitu banyak pemimpin baru dalam segala

bidang kehidupan yang menandakan bahwa Indonesia sedang berada dalam era

baru, era global, dengan persaingan kepemimpinan yang cukup ketat yang terjadi

pada semua aras di tengah percaturan masyarakat yang super kompleks.

RAMPUNGAN

Menunjuk balik kepada uraian yang telah dibentangkan di atas, dapatlah dikatakan

bahwa kepemimpinan dan ilmu kepemimpinan mulai memperoleh tempat serta

perhatian luas dalam masyarakat, khususnya di Indonesia. Perkembangan ilmu

kepemimpinan ini terlihat dari adanya upaya penerapannya, baik dalam bidang

pendidikan kepemimpinan mau pun dalam lingkup umum lainnya dewasa ini.

Menganalisis semua ini, dapatlah diambil suatu rampungan pikiran bahwa sejarah

kepemimpinan secara umum dan khususnya di Indonesia sedang memasuki suatu era

baru dengan kemajemukan serta kompleksitas yang semakin meluas dan meninggi

dalam dunia yang mengglobal, yang turut menyodorkan peluang dan tantangan untuk

Page 157: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

151 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

maju. Karena itu, adalah bijak untuk memperhitungkan pengembangan kepemimpinan

dan penerapannya dalam kinerja secara saintifik dan bertanggung jawab,[32] guna

menjawab tantangan serta mengisi peluang yang terbuka di depan.

Dr. Yakob Tomatala

YT Leasdership Foundation

Jakarta, Indonesia

2004

[1] Versi lengkap dari tulisan ini dibuat untuk diterbitkan dalam Jurnal SETIA dari

PERSETIA (Persekutuan Antar Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia), oleh Pdt. Dr.

Yakob Tomatala. Dr. Tomatala adalah lulusan FullerTheological Seminary, School of

Intercultural Studies (bidang keahlian Leadership Development Theory), di Pasadena,

California, U.S.A.

[2] Setidaknya sampai saat tulisan ini dibuat.

[3] Pernyataan ini menunjuk pada adanya dua hal penting yang sangat mendasar,

yaitu antara lain: Satu, elemen dasar kepemimpinan yang dapat ditemukan dimana-

mana yakni: Pemimpin,Orang yang dipimpin, dan Situasi Kepemimpinan. Kedua,

adanya tokoh-tokoh pemimpinyang telah membuktikan kinerja

kepemimpinan yang gemilang sebagai praktisi kepemimpinan dalam lintasan sejarah.

Dengan melihat unsur elemen dasar kepemimpinan dan adanya para tokoh pemimpin

yang disebut di atas, maka dapat dibuktikan bahwa kepemimpinan sebagai seni telah

dipraktekkan sejak lama.

[4] Istilah sejarah (history – Inggris, yang berakar dari kata histor atau istor,

eidenai, to know; historia – Latin/ Yunani, yang berarti learning by inquiry, knowledge,

a narrative. Sejarah secara lengkap, harus dilihat sebagai kejadian atau fakta (histoire

realite) dan sebagaimana dituturkan (histoire recite).

[5] Bernard M. Bass, STOGDILL‟S HANDBOOK OF LEADERSHIP., 1981, halaman 5.

Page 158: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

152 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

[6] Berdasarkan apa yang dapat diketahui, Mesopotamia kuno dianggap sebagai

kerajaan tertua di dunia disusul dengan Pesia dan Mesir klasik.

[7] L.R. Wing dalam buku-bukunya yang merupakan karya klasik, antara lain, Kekuatan

TAOdan Seni Strategi menggungkapkan bahwa Lao Tzu dan Sun Tzu (mungkin juga

oknum yang sama) telah menulis konsep-konsep kepemimpinan sejak abad keenam

sebelum masehi.

[8] Hammurabi, atau Khammurabi atau Hammurabi adalah Amraphel, raja Siniar atau

Babylon, seperti yang disebut dalam Alkitab (Kejadian 14), memerintah pada tahun

2100 SM

[9] Peganjur/ pendiri Buddhisme yang hidup pada tahun 640-480 SM.

[10] Gaius Octavianus Augustus (Kaisar Agustus) lahir pada 23 September 63 SM yang

memerintah tahun 27 SM

dan meninggal pada 19 Agustus tahun 14 M.

[11] Constantine the Great, nama lengkapnya ialah Flavius Valerius Aurelius

Constantinus (280-337) menjadi kaisar Romawi pada 306-337 M.

[12] Gregory the Great lahir 590-604 dan menjadi Paus pada 590-604.

[13] Charlemagne atau Charles the Great, raja Perancis , lahir 742-814, anak dari

Pepin the Short, yang memerintah sebagai raja Perancis 768-814.

[14] Macchiavelli (1469-1527) terkenal dengan bukunya, Il Principe (The

Prince), Discorsi(discouses) dan Arte della Guerra (Art of War).

[15] Shakespeare dibaptis 26 April 1564, dan meninggal 23 April 1616.

[16] Musashi hidup antara tahun 1584-1645, dengan karya klasiknya yang terkenal A

Book of Five Rings.

[17] Sebagai contoh, menurut Bernard M. Bass, Plato dalam tulisannya the Republic,

mengklasifikasikan pemimpin dalam tiga tipe, yaitu: 1. Filosofer-negarawan yang

memerintah dengan reason dan justice; 2. Pemimpin militer yang membela dan

mendukung kehendak Negara; 3. Pebisnis yang menyediakan kebutuhan materi bagi

Page 159: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

153 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

warga Negara dan memuaskan kebutuhan rendah mereka. Loc. Cit. halaman 17.

Walau pun demikian, karya Plato tidak dapat digolongkan sebagai karya kepemimpinan

murni.

[18] Untuk keterangan lengkap tentang lingkup studi kepemimpinan, lihat buku karya

Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, tahun 1997, halaman 19-28.

[19] Buku ini juga menyinggung tentang unsur-unsur dasar lain dari studi

kepemimpinan.

[20] Thomas Carlyle adalah keturunan Skotlandia yang lahir pada 4 Desember

1795- dan meninggal pada 6 Februari1881. Carlyle adalah penulis esai (essayist) dan

sejarawan (historian) yang hidup sezaman dengan John Stuart Mill, filsuf dan ahli

ekonomi Inggris (1806-1873). Karya besar Carlyle ialah buku French Revolution, dan

buku sejarah A Complete History of Commonwealth. Tahun 1937-1840, ia diundang ke

Amerika untuk memberikan kuliah mengenai German Literature dan On Hero and

Hero Worship. Tulisan terakhir inilah yang dibukukan pada tahun 1841, yang

merupakan buku kepemimpinan pertama yang berbicaraa tentang lingkup dasar studi

kepemimpinan. Buku “On Hero and Hero Worship” ini diterbitkan di Amerika oleh

Penerbit Adams, di Boston tahun 1907 (Grolier Encyclopedia).

[21] Lihat pendapat J. Robert Clinton, dalam Reader. Tahun 1989, halaman 7-45 dan

penjelasan Bernard Bass, Loc. Cit. halaman 27.

[22] Lihat penjelasan B. M. Bass, Op. Cit., halaman 9.

[23] Dalam literatur klasik Tiongkok, Jepang, India, dsb., dapat ditemukan penjelasan

tentang pemimpin dan karakteristik pemimpin serta peran pemimpin dan

pengembangan kepemimpinan.

[24] Lihat, J. Robert Clinton dalam Reader. Loc. Cit.

[25] Banding B.M. Bass, Op. Cit. Part I. Introduction to Leadership Theory, Chapter

1,2 dan 3., untuk pemahaman lanjutan.

[26] Studi kepemimpinan mulai marak di Indonesia pada tahun sembilan puluhan,

dengan munculnya upaya dan gerakkan yang terlibat dalam pengembangan

kepemimpinan melalui pelatihan informal-non-formal serta institusi-institusi pendidikan.

Page 160: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

154 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Tonggak studi kepemimpinan dalam lingkungan Kristen mulai diperhatikan dengan

serius tatakala Departen Agama RI, dalam hal ini BIMAS Kristen untuk pertama kali

menyelenggarakan Seminar Sehari tentangKepemimpinan Kristen pada tanggal 5

Agustus 2002, dimana penulis adalah penceramah utama.

[27] Tahun 1953 dilihat oleh Sayidiman Suryohadiprojo sebagai tahun penerapan

kepemimpinan dalam lingkungan TNI. Lihat buku Kepemimpinan ABRI. Tahun 1996,

halaman 1-3.

[28] Kondisi ini berakar pada “Great Man Theory of Leadership.”

[29] Manajemen Total Kualitas atau Total Quality Management yang dikembangkan

oleh para pemimpin Jepang berdasarkan teori W. Edward Deming (1950 – Statistical

Process Control) dan Joseph M. Juran (1954 – Responsible Management for High

Quality) telah digunakan sejak lama tetapi baru saja masuk di Indonesia pada tahun

1980an dan populer pada akhir 1990an dan awal 2000an ini.

[30] Dari perspektif kepemimpinan, penulis secara pribadi berpeluang

mempelajari Teori Pengembangan Kepemimpinan (Leadership Development Theory)

dibawah asuhan Profesor Dr. J. Robert Clinton di Fuller Theological Seminary,

Pasadena, California. Disamping itu, dalam perbandingan, pada tahun 1987 penulis

menulis buku yang berjudul Penatalayanan Gereja Yang Effektif di Dunia

Modern (Penerbit Gandum Mas, Malang) yang berorientasi kepada manajemen klasik

dan administrasi, sedangkan pada tahun 1997 penulis menulis buku yang

berjudul Kepemimpinan Yang Dinamis, dan beberapa buku manajemen SDM lainnya,

dan tahun 2002 penulis menulis buku yang berjudul Kepemimpinan Kristen (YT

Leadership Foundation, Jakarta).

[31] Dalam lingkup kegerejaan, Institut Filsafat Theologi dan Kepemimpinan Jaffray

Jakarta didirikan (mulai 1984 sebagai Cabang STT Jaffray Makassar, dan tahun 1991

berdiri sendiri) untuk meresponi kebutuhan dan tuntutan kepemimpinan dalam gereja.

[32] Perlulah disadari bahwa kepemimpinan adalah ilmu ujung tombak. Dalam hal ini,

kepemimpinan bukanlah segala-galanya, tetapi tanpa kepemimpinan, penerapan ilmu

lain adalah lemah, dan konsekwensinya ialah bahwa kepemimpinan tanpa ilmu lain

adalah sama tidak ada artinya.

Page 161: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

155 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

http://yakobtomatala.com/2010/04/15/sejarah-ilmu-

kepemimpinan/comment-page-1/#comment-14049

PEMIMPIN SEJATI MEMBUKTIKAN DIRI SEBAGAI SEJATI

“Dengan keadilan seorang raja menegakkan negerinya” (Amsal 29:4a)

Pengantar

Judul pembahasan “Pemimpin Sejati Membuktikan Diri sebagai Sejati”

kelihatannya paradokskarena menggandaikan bahwa ada pemimpin yang sejati dan

ada pemimpimpin yang tidak sejati.

Dari sini dapat dikatakan bahwa sejatinya, Pemimpin itu Sejati, namun ada gejala di

mana pemimpin tidak dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati. Melihat gejala

ini, kini timbul pertanyaan, apa sesungguhnya makna pemimpin sejati itu, dan apa

pula indikatornya? Menjawab pertanyaan ini, perlulah diawali dari penegasan makna

pemimpin sejati itu.

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang tahu dan menyadari bahwa “ia di panggil

TUHAN sebagai Pemimpin, yang diwujudkan dengan membuktikan diri sebagai

pemimpin yang menjalankan tugas (task), kewenangan (authority), hak (right/

privilege), kewajiban (obligation), tanggung jawab (responsibility) dan

pertanggungjawaban (accoutability) kepemimpinan

dengan benar (efektif), baik (efisien) dan sehat (hubungan-hubungan kerja, sosial

internal dan bisnis, sosial eksternal yang kondusif), sehingga membawa keuntungan

bagi pemimpin, bawahan, organisasi dan lingkungan di mana kepemimpinan

dijalankan.“ Pemimpin sejati yang dipanggil TUHAN ini diteguhkan-Nya

dengan kompetensi tinggi (yang ditandai oleh integritas karakter, etika dan moral

– SQ, kapasitas pengetahuan yang komprehensif dan khas lebih –

IQ dan kapabilitas kecakapan sosial, eknomi/ entrepreneurial, teknis/ manajemen-

administratif dalam kerja – ScETQ) untuk memimpin yang didukung visi yang jelas

dan kepiawaian merencanakan dan melaksanakan upaya memimpin (mengimpartasi

Page 162: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

156 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

pengaruh dengan menggerakkan) secara strategis taktis yang membawa keberhasilan

(sukses) dalam kepemimpinan bagi banyak pihak. Melihat uraian di atas tentang

makna kepemimpinan sejati, maka indikator pemimpin sejati yang membuktikan diri

sebagai sejati, yang dapat dilihat dari aspek berikut ini:

Pemimpin sejati membuktikan diri sebagai sejati dengan menyadari panggilannya

untuk menjadi pemimpin rohani (Yohanes 3:27; Yeremia 1:5; Yesaya 49:1b; Roma

12:8c), yang diwujudkannya secara konsisten. Dari perspektif rohani, pemimpin

menyadari panggilan TUHAN, di mana dalam hal ini ia selalu sadar bahwa karena

anugerah TUHAN, ia dipercayakan Allah menjadi pemimpin. Dari perspektif pribadi,

pemimpin hidup dalam kesadaran bahwa menjadi pemimpin baginya adalah

penghargaan yang harus dihargainya secara tulus. Dari perpektif sosial, ia sadar

bahwa ia diberikan penghargaan oleh orang-orang di sekitarnya untuk menjadi

pemimpin. Dari perspektif kepemimpinan, ia diberikan kuasa (leadership power) untuk

memimpin (mengatur, memerintah, menggunakan fasilitas, dan berkuasa atas orang

lain). Dari perspektif bawahan, mereka menggantungkan kepercayaan, harapan hidup,

masa depan dan kehidupan mereka kepadanya. Dari perspektif umum, ia dianggap

kompeten sebagai pemimpin bagi organisasinya dan menerima hormat kepemimpinan

dari masyarakat. Kalau ternyata seorang pemimpin berada dalam

situasi membelakangi prinsip ini, ia sedang menandakan diri sebagai tidak sejati,

karena selusin alasan karena ……; yang ditandakannya.

Pemimpin sejati adalah dia yang menyadari diri bahwa panggilan TUHAN Allah

baginya, adalah kekuatan untuk menjadi kompeten. Menjadi kompeten akan terbukti

dengan adanya spiritualitas etika, moral dan tindakan yang memper lihatkan

adanya integritas karakter, sebagai sisi pertama (SQ). Integritas ini meneguhkan

pemimpin, di mana ia diakui sebagai baik, benar, jujur, adil, setia, teguh, tabah, tekun,

yang singkatnya menampakkan ketahanan dan kedewasaannya.[1] Kompetensi

pemimpin sejati akan terlihat padakapasitas dirinya yang terlihat pada kadar berpikir

(komprehensif), isi berpikir (khas lebih), cara berpikir, sikap dan tindakan yang positif,

proaktif, antisipatif, asertis, kritis, inovatif, praktis dan dinamis (pragmatis). Kapasitas

pemimpin ini akan terlihat pada pengendalian diri, sikap dewasa dan tindakan yang

bermartabat. Kompetensi pemimpin pun akan nampak pada kapabilitas (keandalan

Page 163: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

157 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

bertindak melakukan tugas atau pekerjaan) pemimpin dari sisi sosial (hubungan sehat

dalam kerja dan hubungan sosial – ScQ), keandalan dari sisi ekonomi dan

entrepreneurial (EQ), keandalan kerja (TQ) menjalankan tugas secara manajerial dan

administratif. Pemimpin yang mendapati dirinya kurang dari ini, akanmenampakkan

ketidaksejatian yang akan menurunkan kualitas kepemimpinannya, sehingga ia terlihat

sebagai pemimpin yang tidak sejati.

Pemimpin sejati meneguhkan diri bahwa ia adalah pemimpin dengan menjadi dan

melaksanakan tugas, kewenangan, hak, kewajiban, tanggung jawab dan

pertanggungjawaban dengan benar, baik dan sehat. Dalam hal ini, pemimpin sadar

bahwa menjadi pemimpin baginya adalah tugas penting yang harus dilakukan dari hati,

berlandaskan kasih dan dengan kekuatan kebenaran dan kebaikan.[2] Pemimpin yang

sejati dengan ini memahami tugasnya sebagai pemimpin yang dilakukannya sebagai

pemimpin.[3] Pemimpin berpikir, bersikap dan bertindak sebagai pemimpin yang

kualitasnya nampak dalam efektivitas, efisiensi dan kesehatan kepemimpinannya.

Ujung dari sikap, cara dan tindakan pemimpin seperti ini adalah membawa kebaikan

bagi dirinya, bagi orang yang dipimpin, bagi organisasi dan bagi lingkungan sosial di

mana ia menjalankan kepemimpinannya. Kebenaran dari prinsip ini ialah bahwa akan

ada konfirmasi dan afirmasi dari banyak orang bahwa pemimpin telah membuktikan

diri sebagai andal dengan berbagi kemanfaatan kepemimpinan, yaitu sukses yang

dinikmati bersama. Pemimpin yang membelakangi prinsip ini sedang membuktikan diri

sebagai tidak sejati. Hmm.

RANGKUMAN

Pemimpin sejati harus secara sadar mengingatkan diri bahwa ia dipanggil TUHAN

karena itu, ia harus membuktikan diri, menyadari diri dan meneguhkan diri sebagai

pemimpin sejati yang selalu ingat bahwa oleh anugerah TUHAN ia menjadi pemimpin,

oleh perkenanan orang ia didukung dan menjadi pemimpin, karena itu ia memiliki

tanggung jawab besar untuk “terus menjadi sejati” dengan kebenaran dan kebaikan

hati, serta tindakan yang menyenangkan, mengangkat serta membawa keuntungan

bagi banyak pihak. Hal ini dapat dilakukan dengan mengingat dan mempertahankan

Page 164: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

158 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

nasihat TUHAN Allah, “Dengan keadilan seorang raja menegakkan negerinya” yaitu

meneguhkan integritas diri (hati) dalam pikiran, sikap, kata dan tindakan yang

memberkati orang lain, sehingga kesejatian diri sebagai pemimpin terbukti langgeng.

Selamat.

[1] Kompetensi akan membawa pemimpin ke atas, ke depan dan menjadi besar, tetapi

integritas akan meneguhkan sehingga pemimpin akan terus naik ke atas, maju ke

depan dan menjadi besar, namun tidak merendahkan orang, tidak membelakangkan

dan tidak membelakangi orang serta tidak membesarkan diri dengan memperkecil

orang lain atau membesarkan diri di atas pengecilan dan perendahan orang lain.

[2] Konsep ini tertuang dalam buku karya Y. Tomatala, “Par-excellence Leadership:

Memimpin Seperti Yesus Kristus.”

[3] Tugas pemimpin sebagai pemimpin berbeda dengan tugas non-pemimpin. Tugas

utama pemimpin adalah “berpikir sebagai pemimpin dan memanajemeni tugasnya

dengan memanajemeni, serta menyentuh level manajerial,” di mana tugas lain

melewati batas ini adalah tugas non-pemimpin.

KEPEMIMPINAN KRISTEN DALAM KANCAH PERUBAHAN

“Lihatlah, Aku menjadikan segala seuatu baru” (Wahyu 21:5)

PENGANTAR

Dunia di mana kita berada ditandai dengan perubahan yang sangat pesat serta

dahsyat. Perubahan yang terjadi menyentuh seluruh segi dan aspek kehidupan dari

semua kelompok orang di segala penjuru, termasuk kita sebagai bagian dari komunitas

makro. Gagasan perubahan ini dilukiskanoleh Alvin dan Heidy Toffler dengan

menggambarkan bagaimana peradaban dunia mengalami perubahan yang

Page 165: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

159 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

berkembang dalam tiga tahap. Pertama, dunia dengan peradaban pertanian

(disimbolkan dengan pacul) memakan waktu sekitar tiga ribu tahun;

Kedua, peradaban industri (yang disimbolkan dengan cerobong asap) meliputi tiga

ratus tahun; Ketiga, dunia dengan peradaban informasi (yang disimbolkan dengan

komputer – sekarang harus memakai simbol HP), yang berubah dengan kecepatan

tinggi. Perubahan dalam peradaban informasi ini begitu cepat, dimana setiap tujuh

puluh hari tedapat penemuan ilmu pengetahuan baru, dengan produk teknologi

informasi yang berkembang sangat pesat. Perkembangan perubahan dunia ini tentu

secara khusus mempengaruhi semua organisasi baik langsung, mau pun tidak

langsung. Karena itu pertanyaan penting yang perlu ditanyakan ialah, bagaimana kita

menyikapi kenyataan perubahan ini. dalam upaya menjawab pertanyaan ini, maka ada

dua pokok yang akan dibahas, yaitu; 1. Membangun kepemimpinan Kristen

mengantisipasi perubahan; dan 2. Merekayasa strategi kepemimpinan menghadapi

perubahan; yang akan diakhiri dengan suatu rangkuman.

MEMBANGUN KEPEMIMPINAN KRISTEN MENGANTISIPASI PERUBAHAN

Kepemimpinan Kristen, secara khusus berkaitan dengan kepemimpinan dalam

organisasi keagamaan. Di sini, kepemimpinan Kristen, sebagai “Suatu proses terencana

yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen (yang menyangkut faktor waktu,

tempat, dan situasi khusus) yang di dalamnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil

bagi diri-Nya seorang pemimpin (dengan kapasitas penuh) untuk memimpin umat-Nya

(yang mengelompokkan diri dalam suatu institusi/organisasi) guna mencapai tujuan

Allah[1] (yang membawa keuntungan bagi pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup)

bagi serta melalui umat-Nya, untuk kejayaan kerajaan-Nya.”[2] Pemahaman tentang

keunikan kepemimpinan Kristen ini menegaskan bahwa kepemimpinan sebagai proses

terencana dan dinamis, mengambil konteks pelayanan Kristen sebagai faktor situasi

khusus, yang meliputi waktu serta tempat khusus pula.

Dalam kaitan ini dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan

yang mengambil organisasi keagamaan Kristen sebagai lokus di mana kepemimpinan

Kristen itu dijalankan. Pemahaman ini berhubungan dengan premis kepemimpinan

Kristen, yang menegaskan bahwa dalam proses yang dinamis ini Allah campur

tangan dan memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin, ke dalam tanggung jawab

kepemimpinan.

Page 166: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

160 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Dalam hal yang sama, pemimpin organisasi Kristen adalah juga seseorang yang

dipanggil Allah kedalam tanggung jawab kepemimpinan, yang ditandai oleh adanya

kapasitas serta tanggung jawab yang melekat padanya untuk memimpin suatu

organisasi keagamaan. Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa sebagai seseorang yang

dipanggil Allah ke dalam tanggung jawab kepemimpinan, pemimpin Kristen perlu

bersikap pasti akan panggilan Allah kepadanya (Markus 10:40; Yohanes 3:27), yang

memberikan kepadanya otoritas untuk menjadi pemimpin. Dengan otoritas

kepemimpinan berdasarkan panggilan Allah ini, pemimpin dengan sendirinya

memilikikredensi ilahi sehingga ia dapat melakukan upaya memimpin, karena ada

padanya kapasitas pemberian Allah untuk menjadi pemimpin yang berkualitas.[3] Pada

sisi lain, adalah merupakan tanggung jawab pemimpin guna menetapkan rancangan

pengembangan formatif bagi dirinya, yang terfokus kepada pengembangan dirinya

menjadi pemimpin kompeten.[4] Sejalan dengan ini, pemimpin harus menetapkan

postur belajar sepanjang hidup (life long learning posture) yang olehnya ia dapat terus

berkembang ke arah kompetensi penuh.

Perkembangan ke arah kompetensi penuh ini mengandaikan bahwa pemimpin memiliki

kapasitas lengkap yang olehnya ia dapat memimpin secara berkualitas. Pemimpin

Kristen yang kompeten seperti ini menunjukkan bahwa ia dapat memimpin organisasi

dengan efektif (berkualitas), efisien (berkuantitas) dan sehat (hubungan responsif

kondusif), yang akan membawa kemanfaatan bagi semua pihak. Pemimpin seperti

inilah yang diharapkan dapat meneguhkan organisasi yang dipimpinnya untuk

mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam lingkungan di mana kepemimpinannya

dijalankan dengan bersikap proaktif.

MEREKAYASA STRATEGI KEPEMIMPINAN MENGHADAPI PERUBAHAN

Menengok balik melihat ulasan di atas, dapat dikatakan bahwa pemimpin Kristen

memiliki tanggung jawab besar untuk memimpin organisasinya. Mengemban tanggung

jawab ini, pemimpin harus menyikapi perannya sebagai seorang strategos[5] yang

andal. Sebagai seorang strategos, pemimpin harus meyiasati upaya memimpin

secara strategis-taktis, yang olehnya ia dapat melaksanakan upaya memimpin secara

efektif, efisien, sehat dan menghasilkan. Pada sisi lain, ia harus menyadari dirinya

Page 167: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

161 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

sebagai pemimpin rohani yang bertanggung jawab utuh atas kehidupan organisasi,

khususnya orang-orang yang dipercayakan kepada-nya (I Petrus 5:1-5).

Sebagai pemimpin rohani yang mereprensentasi peran imam, nabi dan rasul Allah,

pemimpin Kristen memiliki tugas yang penting yang harus diemban di tengah segala

macam kondisi yang juga kompleks. Di sini, sangatlah disadari bahwa tatkala

pemimpin memimpin, ia dihadapkan kepada berbagai macam tantangan, salah satunya

ialah perubahan yang sejalan dengan kondisi peradaban yang di dalamnya kita

menjalani sejarah. Menyikapi tanggung jawab kepemimpinan ini, pemimpin harus

memastikan pelaksanaan peran strategosnya pada bidang-bidang berikut, dalam

menghadapi serta menjawab tantangan perubahan.

Pemimpin harus membangun suatu landasan perencanaan strategis guna menyiapkan

perangkat strategi kepemimpinannya, yang dibangun di atas visi, misi, fokus, tujuan

dan target kepemimpinan yang jelas.[6]

Pemimpin harus menyiapkan suatu platform pembekalan orang yang dipimpin melalui

pendidikan terpadu, yang melengkapi mereka secara filosofis dan pengetahuan etika-

moral etos praktis untuk menjawab tantangan sekurarisme dan pengaruh lain yang

menerpa dengan sikap proaktif.

Pemimpin harus menyiapkan suatu strategi pelibatan semua komponen anggota dalam

kepemimpinannya, sehingga semuanya menjadi aktif, sebagai landasan mengantisipasi

pengaruh perubahan secara responsif.

Pemimpin harus menjalankan upaya memimpin secara terencana dengan mengunakan

semua sumber guna melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan secara relevan,

menjawab kebutuhan anggota pada satu sisi, dan menjawab tantangan dunia pada sisi

lainnya.

Pemimpin harus membuka diri, membangun jejaringan dengan organisasi lain untuk

saling melengkapi guna menghadapi tantangan bersama, baik secara domestik, mau

pun global.

Pemimpin harus membangun pendekatan sosio-kultural dengan pemerintah dan

masyarakat untuk membina ketahanan bersama sebagai anggota anak bangsa,

Page 168: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

162 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

menghadapi tantangan perubahan mengglobal yang sedang terjadi dalam dunia di

mana kita berada.

Pemimpin harus menjalankan upaya memimpin berkualitas yang membuktikan bahwa

ia memiliki ketangguhan untuk meneguhkan, melindungi dan membawa organisasinya

ke depan dalam menjalankan tanggung jawab pembangunannya.[7]

RANGKUMAN

Menyimak balik uraian di depan, dapat dikatakan bahwa setiap pemimpin

Kristen adalahseseorang yang telah dipanggil Allah ke dalam tanggung jawab

kepemimpinan, yang olehnya ia memiliki kapasitas utuh untuk memimpin. Pada sisi

lain, pemimpin Kristen adalah manusia baru di dalam TUHAN Yesus Kristus (II Korintus

5:17), umat ketebusan Allah (I Petrus 2:9-10), yang olehnya ia harus hidup sepadan

dengan panggilan-nya (Efesus 4:1); yang bertanggung jawab untuk hidup kudus (I

Yohanes 2:6; I Petrus 1:13-16; Imamat 11:44-45; 19:2);dan mengasihi sesama

(Yohanes 13:34-35; I Yohanes 4:7-10).

Pemimpin Kristen yang adalah representasi pemimpin rohani yang berperan sebagai

imam, nabi dan rasul bagi umat Allah memiliki tanggung jawab yang besar untuk

memimpin dan melindungi umat Allah dari pengaruh perubahan dunia serta segala

eksesnya, dalam upaya meneguhkan diri menyiarahi perjalanan sejarahnya (I Petrus

5:1-5; Kolose 3:12-17; I Timotius 3:1-7, 8-13; 4:12; 5:1-2). Diyakini, pemimn Kristen

yang melaksanakan tanggung jawabnya dengan benar dan baik pada akhirnya akan

meneguhkan organisasi yang dipimpinnya dalam menjalankan misinya sehingga

TUHAN Allah dipermuliakan (Roma 11:36). Dengan demikian, apabila pemimpin

menyadari panggilan khususnya kepada pelayanan kepemimpinan dan menghidupi diri

serta seluruh pelayanannya secara bertangung jawab, maka ia sedang menandakan

diri sebagai Pemimpin Rohani yang keberkatan bagi diri, keluarga, gereja dan

masyarakat. Perubahan dan tantangan dapat terus terjadi, tetapi pemimpin gereja

yang kuat akan memimpin umat secara berkualitas, sehingga gereja dapat melewati

segala tantangan baik dari dalam mau pun dari luar, dan akhirnya akan keluar sebagai

pemenang. Salam

Jakarta, Mei 2012

Page 169: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

163 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Dr. Yakob Tomatala

[1] Istilah “tujuan Allah” – harus dipahami secara luas, yaitu tujuan yang olehnya

gereja/umat Allah itu “ada/berada” di bumi, yaitu untuk membawa kemuliaan bagi

Allah. Secara sempit istilah ini berkenaan dengan visi dasar bagi kepemimpinan

seorang pemimpin, bukan alasan pembenaran bagi sikap/keputusan pemimpin (atas

nama kehendak Allah yang disalah gunakan).

[2] Lihat Kepemimpinan Kristen, karya Yakob Tomatala, thn 2002., hal 7-

20; Kepemimpinan yang Dinamis.

[3] Kapasitas yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan seutuhnya yang

dikaruniakan TUHAN Allah kepada pemimpin, yaitu kharisma atau karunia rohani

(Roma 12:8c), bawaan lahir, pengalaman khas, pengetahuan yang diperoleh karena

pembalajaran serta pengalaman karir, yang melengkapi pemimpin untuk memimpin.

[4] Kompetensi kepemimpinan menjelaskan bahwa pemimpin Kompetensi atau

“competent” < competens, competere (Latin) artinya “menjadi penuh atau lengkap

sehingga dapat menjawab kebutuhan atau tuntutan.” Arti selengkapnya dari

istilah kompeten adalah: Satu, Dapat menjawab semua persyaratan, cocok, puas dan

memadai untuk suatu tujuan tertentu. Dua, Telah memenuhi semua kualifikasi dan

kapasitas yang dituntut untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Tiga, Sangat sesuai untuk

mengerjakan pekerjaan, dan telah memenuhi semua ketentuan legal untuk menjadi

sesuatu guna melaksanakan sesuatu itu. Berdasarkan pemahaman ini, maka

kompetensi adalah perangkat kapasitas penuh seorang individu sehingga ia diakui

sebagai andal dalam melakukan tugas kepemimpinan. Kapasitas penuh ini meliputi tiga

rana penting, yaitu: Kompetensi karakter (Integritas etika – motal dan mentalitas

proaktif);Kompetensi pengetahuan (Kapasitas kemampuan intelektual yang

komprehensif dan khas lebih) dan Kompetentensi kecakapan (Kapabilitas sosial dan

teknik “know how” manajerial administratif tangguh) yang membuatnya

diperhitungkan.

Page 170: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

164 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

[5] Strategos dalam konotasi Yunani adalah sama dengan Jenderal, sehingga strategi

adalah ilmu kejenderalan, yang memberikan peran yang menentukan jatuhbangunnya

organisasi kepada pemimpin.

[6] Referensi bagi penerjaan perencanaan strategis ini dapat dilihat dari buku

“Mastering Planning” karya Y. Tomatala, untun membangun suatu manajemen

perencanaan strategis bagi gereja. Banding: Lukas 14:28-32.

[7] Lihat Kepemimpinan Kristen, Ibid., halaman 81-98 tetang penerapan

kepemimpinan Kristen dalam konteks.

PEMIMPIN BERKARAKTER LUHUR

Judul : PEMIMPIN BERKARAKTER LUHUR

Penulis : Dr. Yakob Tomatala

Media : HUT 80 STT Jaffray Makassar

Jumlah kata : 3316

ABSTRAK

Firman Allah menegaskan bahwa “….. orang yang berbudi luhur merancang hal-hal

yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian” (Yesaya 32:8). Kebenaran dalam

nubuatan Nabi Yesaya ini berbicara tentang pribadi yang berbudi luhur, yang berpikir

luhur, bersikap luhur dan bertindak luhur yang akan terwujud dengan sendirinya

secara konsisten. Penekanan ini menerangkan tentang seseorang pribadi, yang

apabila ia berbudi luhur, ia akan membuktikannya dengan sifat, sikap, kata serta

tindakan yang luhur yang akan selalu menyatakan keluhurannya sebagai karakteristik

dirinya. Pada sisi lain, dalam kaitan ini dapat dilihat bahwa seorang individu

sesungguhnya memiliki kepribadian utuh yang ditandakan dengan karakter[1] yang

menjelaskan tentang karakteristik kepripadian individu dimaksud. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kepribadian diekspresikan melalui karakter dan karakter yang

dibangun di atas sejumlah faktor menunjukkan kadar nilai dari kepribadian. Jadi

dapatlah dikatakan bahwa apabila pemimpin memiliki karakter yang disebut “berbudi

Page 171: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

165 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

luhur” maka pada tahap pertama, ia telah membangun kepribadiannya di atas nilai

yang luhur, dan dari nilai luhur ini, ia mengekspresikan karakternya yang

berkarakteristik “berbudi luhur” dimaksud dalam keseharian melalui pikiran, sikap,

sifat, kata serta perbuatannya. Dalam upaya menjelaskan hubungan yang integral

antara pemimpin dan karakternya, maka tulisan ini akan membahas beberapa pokok

penting, yaitu antara lain., Satu, Fondasi karakter individu yang luhur; Kedua,

Dinamika mengembangkan karakter yang luhur; yang diakhiri dengan suatu

rangkuman.

FONDASI KARAKTER INDIVIDU YANG LUHUR

Telah disinggung sebelumnya, bahwa karakter sangat erat hubungannya dengan

kepribadian setiap individu. Substansi kepribadian setiap orang memiliki ego (diri,

hakikat diri), yang dibangun di attas temperamen yang merupakan bawaan lahir. Ego

memiliki (dimiliki) tubuh, jiwa, roh yang menjadikan manusia sebagai manusia (yang

hidup, yang bukan binatang), dengan kesatuan psiko-somatik (jiwa/roh/tubuh) utuh

tidak terpisahkan. Ego yang dimotori oleh temperamen mempengaruhi kepribadian

yang melibatkan pikiran (intelek/ kognisi), perasaan (emosi) dan kehendak (volisi)

yang beroperasi secara mekanis dan integral. Di sini jelas terlihat bahwa secara

substatif, manusia disebut manusia karena ia memiliki ego yang ada menyatu pada

tubuh/jiwa/roh, yang olehnya manusia adalah seorang pribadi dengan kepribadian

utuh. Ego diwarnai oleh temperamen[2] yang merupakan bawaan lahir, yang memberi

pengaruh dasar awal terhadap sifat, sikap, pikiran, perasaan dan kehendak serta

tindakan setiap individu. Kenyataan manusia seperi inilah yang

menjadikannya manusia berpribadi, dengan kepribadian sepesifik, khas serta unik.

Pada tataran selanjutnya, perlu disadari bahwa “Kepribadian seseorang sangat

dipengaruhi oleh faktor genetika yang nampak pada temperamen atau bawaan lahir,

lingkungan, dan pengalaman hidup individu.”[3] Di sini terlihat bahwa ada faktor

kepribadian dan pengaruh terhadap kepribadian setiap orang yang tidak dapat diubah

atau dipengaruhi, karena merupakan destini. [4] Faktor-faktor dimaksud secara

dominan mempengaruhi kepribadian, tanpa dapat diubah, karena sifatnya yang tetap,

namun hanya dapat disikapi.

Menghubungkan kepribadian dengan karakter, perlu diawali dengan menegaskan

bahwa ego (ke-AKU-an) yang membentuk seseorang sebagai manusia pribadi adalah

Page 172: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

166 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

bagian dari genetika dan bawaan lahir setiap orang yang menjadikan kepribadian

dengan temperamen yang permanen dan tidak berubah. Tatkala seorang individu

mengekspresikan dirinya, maka ia sedang menyatakan “karakteristik kepribadiannya”

yang dari padanya dapat terlihat karakter khusus yang dimilikinya. Dari sisi ini terlihat

faktor pengaruh terhadap kepribadian setiap individu yang dialami, diperoleh dan

dijalani dalam lingkungan kehidupan di mana setiap orang berada dan dibesarkan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepribadian yang permanen itu ditandakan

dengan karakter khas yang dipengaruhi sejumlah faktor. Kepribadian yang didominasi

oleh karakter inilah yang menyebabkan karakter memiliki sifat “dapat

berubah.”[5]Dengan adanya sifat ini pada karakter, maka karakter setiap orang dapat

dikembangkan menjadi lebih baik dari apa yang ada padanya, karena karakter adalah

ekspresi dari kepribadian.[6]Dalam upaya mengembangkan karakter menjadi lebih

baik, maka landasan yang kuat yang harus dipahami adalah otoritas nilai[7] yang

menjadi anutan setiap orang. Otoritas bagi nilai ini adalah antara lain, TUHAN,

keluarga, guru, pemimpin atau atasan, sahabat baik, dan sebagainya, yang

menjelaskan bahwa “sesuatu yang dominan baik positif atau pun negatif” akan

mempengaruhi karakter individu.[8] Nilai-nilai agung yang dapat dijadilakan landasan

dan tolok ukur bagi “pribadi yang berbudi luhur” dapat diidentifikasi pada aspek berikut

di bawah ini.

Kebenaran yang berperan sebagai dasar bagi kepercayaan (iman atau kredo), serta

landasan etika dan moral (sikap hati sebagai penggrak perbuatan atau agenda).

Landasan utama bagi nilai individu mau pun masyarakat yang berakar dari adalah

kepercayaan atau apa yang dipercayai, ini sangat berhubungan dengan kebenaran

sebagai dasar bagi iman. Dalam kaitan ini, kebenaran macam apa pun yang

dipercayaai akan sangat mempengaruhi kadar kepercayaan atau iman yang berujung

pada terwujudnya integritas[9] diri. Mencermati dari perspektif Kristen, kebenaran

yang adalah dasar kepercayaan dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, Kebenaran

azali adalah milik TUHAN (YHWH) Allah (Elohim) dan yang hanya ada pada Allah.

Kebenaran azali milik Allah ini adalah “kudus” (Imamat 11:44-45; I Petrus 1:15-16).

Kebenaran azali TUHAN Allah ini adalah bagian dari hakikat (essence), sifat khas

(attributes) dan tindakan TUHAN Allah. Kebenaran azali ini hanya ada pada manusia

karena diimpartasi oleh TUHAN.[10]

Page 173: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

167 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Inkulturasi keluarga dan masyarakat. Tatkala seseorang individu berada di dalam

rahim ibunya, ia dapat saja dipengaruhi oleh faktor “psikologi ibu” melalui prenatal

influncesyang diimpartasi sang ibu. dapat dikatakan bahwa dari sisi psikologi ibu ini,

nilai bawaan dasar pribadi ditanamkan, namun secara kultural, sasng bayi belumlah

menjadi manusia budaya. Setelah sang bayi lahir, ia mulai memasuki proses budaya

dengan dibudayakan dan berbudaya, sehingga ia menjadi manusia budaya dari suatu

kelompok masyarakat. Pada tatanan ini, mulailah terlihat adanya pengaruh

kebudayaan terhadap pembentukkan diri individu yang

disebut inkulturasi atau enkulturasi,[11] yang dimulai dari pengaruh orang tua dan

lingkungan keluarga. dalam kaitan ini, dapatlah dikatakan bahwa salah satu faktor

dominan yang mempengaruhi kepribadian seseorang adalah keluarga dan masyarakat

yang diwujudkan melalui inkulturasi ini.[12]

Pendidikan umum, yang mewarnai kecakapan berpikir. Di samping faktor inkulturasi,

faktor pendidikan umum juga sangat mewarnai dasar, khasana, kemampuan dan cara

berpikir setiap orang. Dengan demikian dapatlah dilihat bahwa pendidikan umum yang

ditekuni seseorang sampai pada level apa pun dengan cara apa pun akan mewarnai

serta mempengaruhi kepribadiannya secara umum pula. Dari sinilah akan terlihat

bahwa kecenderunga berpikir, bersikap, berkata dan berbuat akan memperlihatkan

keterpengaruhan pendidikan formal ini.

Pergaulan yang mewarnai hubungan-hubungan sosial. Faktor sosial dasar yang juga

berpengaruh atas kepribadian seseorang dan setiap orang adalah pergaulan dengan

teman sepermainan atau peer. Di samping faktor sosial yang diwariskan dari pengaruh

kehidupan keluarga, pergaulan dengan peer juga memiliki kontribusi dalam

pembentukan kepribadian individu. Karena itu, pengaruh atas kepribadian seseorang

dapat ditelusuri balik kepada pergaulan dengan peer dalam lingkungan masyarakat di

mana ia hidup dan berada pada awalnya.

Dalam hubungan dengan uraian di atas ini, dapatlah dikatakan bahwa kebiasaan

pribadi yang menunjuk kepada bagaimana seseorang berpikir, bersifat, bersikap atau

berkehendak, berperasaan, berkata dan bertindak, dapat ditelusuri balik kepada

pengaruh-pengaruh yang melingkupi dirinya terutama pada masa kanak-kanak, dari

usia bayi, sampai masa remaja dan pemuda. Dengan demikian, dapatlah dikatakan

bahwa kadar keluhuran budi seseorang akan ditentukan oleh pengaruh nilai iman,

Page 174: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

168 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

keluarga, pendidikan umum, pergaulan dan hubungan-hubungan di mana ia hidup dan

di besarkan. Dari sisi lain dapatlah dikatakan bahwa pengaruh-pengaruh di atas inilah

yang membentuk dan mengubah kepribbadian seseorang sehingga ia menjadi apa

adanya pada saat ini dengan ekpresi dirinya yang unik dan khas.

DINAMIKA MENGEMBANGKAN KARAKTER YANG LUHUR

Telah diungkapkan bahwa karakter memiliki sifat khas “dapat berubah” yang olehnya

karakter dapat dikembangkan dan berkembang menjadi positif atau dibiarkan untuk

dipengaruhi sehingga menjadi negatif.[13] Dengan demikian, dalam upaya

mengembangkan “karakter menjadi luhur” maka ada dua aspek yang akan disinggung,

antara lain yaitu: Pertama, Menata perkembangan format diri; dan Kedua, Pencitraan

diri yang positif.

Menata perkembangan format diri

Dalam upaya mengembangkan karakter luhur, setiap individu dan pemimpin Kristen

perlu manyadari dengan dalam bahwa menurut Alkitab, “semua orang (manusia) telah

berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Kebenaran ini menegaskan

bahwa secara natur, manusia adalah berdosa, dan tidak memiliki kekuatan untuk

mengembangkan diri menjadi luhur dalam arti yang sebenarnya. Ini tidak berarti

bahwa secara umum, manusia tidak dapat “berpikir positif yang alami,” karena pada

dasarnya, manusia memiliki kebaikan umum, yang olehnya secara sosial manusia

sejahat apapun dia, pasti akan bersikap baik terhadap isteri, suami, atau anak-nya.

Namun, kebaikan seperti ini bernilai positif tidak penuh, karena dosa, sehingga

manusia sebaik apa pun dia, ia akan membenci musuhnya (ia tentu memiliki musuh)

dan dimusuhi orang lain.[14] Hal ini berarti secara umum, manusia dapat saja

berbicara tentang berpikir positif, tetapi dalam sifat yang tidak murni, karena dosa

yang ada padanya (Roma 6:23). Pada sisi lain, bagi orang Kristen, tatkala ia di dalam

Kristus, sesungguhnya ia telah menjadi “manusia baru” (II Korintus 5:17), dimana

manusia lama (natur keberdosaan) telah diselesaikan TUHAN (I Korintus 15:1-5),

sehingga ia telah mengalami pembaruan hidup (Kolose 3:5-11), menjadi “manusia

baru” (ciptaan baru) dalam Kristus (II Korintus 5:17). Dalam kaitan ini, tatkala orang

Kristen hidup sesuai dengan panggilannya dengan cara hidup “rendah hati, lemah

Page 175: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

169 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

lembut, sabar, mengasihi, memelihara kesatuan dalam ikatan damai sejahtera” (Efesus

4:1-3) dan hidup dalam kasih serta menjauhkan diri dari perbuatan kegelapan dan

hidup sebagai anak-anak terang dengan arif sesuai kehendak Allah (Efesus 5:1-18),

dan memiliki belas kasihan dengan sifat serta kata-kata yang membangun (Kolose

3:12-17), kemudian “membangun pikirannya di atas “apa yang benar, mulia, adil, suci,

manis, sedap didengar, dengan kebajikan dan tindakan yang patut dipuji” (Efesus 4:8),

maka ia telah “bersikap, berpikir, dan bertindak positif” dalam arti yang sejati. Dengan

berlandaskan kebenaran ini, orang Kristen dapat mengembangkan diri ke arah

kedewasaan penuh (Efesus 4:13-16) yang menandakan bahwa ia sedang berada

dalam suatu proses perkembangan diri yang formatif.[15]

Sebagai seorang individu pemimpin, perkembangan seperti yang dijelaskan di depan

ini harus diupayakan sedemikian rupa, sehingga terfokus kepada sasaran: “mejadi

kompeten” denganintegritas-kredibilitas karakter tinggi (Formasi

Rohani); kapasitas pengetahuan yang komprehensif dan khas lebih (Formasi

Pelayanan) dan kapabilitas sosial (kemampuan mengembangkan hubungan positif

yang luas), ekonomi (naluri dan kecakapan ekonomi) dan teknis (kecakapan memimpin

dengan memanejemeni secara andal), yang berkembang secara ajeg ke

arah kovergensi menjadi pemimpin tangguh.[16] Seorang individu pemimpin yang

berkembang secara formatif seperti ini menjelaskan bahwa ia sedang membangun

karakternya yang dilandasi nilai etika – moral agung (Roma 12:1-2; Mazmur 1;

Yeremia 9:23-24; 17:7-8; Yesaya 32:1-3,8, Daniel 12:3), yang memberikan kepadanya

landasan kuat untuk berbudi luhur. Perkembangan formatif ini ditandai oleh

kemampuan untuk mengendalikan diri dengan “menjaga hati” (Amsal 4:23), yang

olehnya dari dalam dirinya mengalir air hidup (Yohanes 7:38), sehingga orang lain

yang ada di sekitarnya diberkati TUHAN. Oleh pertolongan Roh Kudus, ia sedang ada

dalam “kemampuan tinggi” yang dinyatakan dengan “keagungan hidup berlandaskan

kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,

kelemahblembutan, dan penguasaan diri” (Galatia 5:22-23‟ I Korintus 13; Yohanes

13:34-35). Cara hidup (lifeway) seperti ini menjelaskan bahwa orang Kristen/

pemimpin Kristen sedang hidup seperi Kristus TUHAN-nya (I Yohanes 2:6). Di sini ia

sedang membuktikan diri memiliki keluhuran budi (Yesaya 32:8) yang ditanda-buktikan

dengan memimpin banyak orang kepada kebenaran dan damai sejahtera (Daniel 12:3;

Yesaya 32:17; Yohanes 14:27). Dalam kaitan dengan pengembangan diri menjadi

Page 176: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

170 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

pemimpin kompeten dengan keluhuran budi seperti ini, setiap individu Kristen/

Pemimpin Kristen harus dengan penuh kesadaran dan secara terencana membangun

suatu strategi “pengembangan diri” diawali dengan sikap siap menjadi pembelajar

sepanjang hidup yang terus menerus mengembangkan diri melalui belajar

secara introspektif(mengkaji pengaman hidup secara internal), retrospektif (mengkaji

nilai pengalaman masa lalu bagi kehidupan sekarang) dan belajar secara

vikariat (vicarious learning, yaitu belajar dengan menggunakan pemimpin Alkitab,

pemimpn historis yang telah berlalu dari sejarah, dan pemimpin kontempoter) sebagai

model atau patron pembelajaran. Dengan menata perkembangan diri seperti ini,

pemimpin sedang dan akan terus berkembang ke arah kepenuhan diri menjadi

kompeten, yang ditandai oleh kenyataan bahwa ia terus menghidupi dirinya dengan

karakter agung[17] di mana ia menjadi berkat kepada lebih banyak orang dari

berbagai kalangan. Pemenuhan format diri harus didukung oleh kesadaran bahwa sang

pemimpin sedang menghidupi karakter dan menjalankan kepemimpinannya dengan

“cara hidup bijak.” Pada sisi lain kesadaran ini harus ditopang oleh penemuan diri

(secara subyektif) bahwa sang pemimpin sedang berkembang dan adanya pengakuan

dari orang lain (konfirmasi) bahwa pemimpin sedang menjadi berkat bagi banyak

orang. Sang pemimpin dalam kaitan ini tidak dapat bertepuk sebelah tangan

(membuat klaim secara sepihak) dengan mengatakan bahwa “saya adalah kompeten

dan sedang berkembang,” karena kompetensi dan perkembangan diri seorang

pemimpin harus dibuktikan dengan adanya pengakuan dari orang lain secara positif

bahwa ia sedang berkembang dengan adanya bukti bahwa ia “menjadi berkat” kepada

lebih banyak orang. Pengakuan seperi ini harus disambut oleh pemimpin dengan

mawas diri dan berendah hati, agar ia tidak terjebak kepada keangkuhan dan menjadi

takabur.

Pencitraan diri yang positif

Kesadaran diri pemimpin secara subyektif bahwa ia sedang berkembang hanya dapat

dipastikan melalui pencitraan dirinya. Pencitraan diri positif yang sejati dibangun di

atas kompetensi diriyang kuat, antara lain, karakter (Etika-moral = SQ) yang

teguh, pengetahuan yang komprehensif dan khas lebih (yang dalam, luas, dan khas

atau spesial = IQ) serta kecakapansosial-ekonomi-teknis (ScETQ) yang andal.

Pencitraan diri dalam kaitan ini adalah suatu sikap sadar bertanggung jawab seorang

individu. Sikap ini diwujudkan dalam mengekspresikan dirinya yang ditandai oleh

Page 177: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

171 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

pikiran, sikap, kata serta tindakan yang positif yang mewarnai lingkungan pribadi serta

kinerja dengan membangun orang lain yang ada di sekirarnya dan membawa

keuntungan bagi kepemimpinannya. Pencitraan diri diwali dengan

adanyaintegritas karakter Kristen yang kuat, yang olehnya pemimpin yang

membuktikan diri dengan etika moral luhur, akan diakui sebagai kredibel. Pencitraan

diri dari sisi karakter ini di awali dari membangun self esteem (sikap penghargaan

obyektif terhadap diri) yang mengakui bahwa dirinya berharga di mata TUHAN yang

telah memilih dan menetapkannya menjadi seorang pribadi dan seorang pemimpin

(Yeremia 1:5). Sikap seperti ini meneguhkan diri dengan kepercayaan yang teguh,

yang melahirkan self confidence (rasa percaya diri) yang kuat sebagai pemimpin yang

telah dipanggil TUHAN. Self esteem pada sisi lain akan meneguhkan self

dignity(kewibawaan diri), sehingga pemimpin dapat berdiri tegak menghadapi

kepemimpinannya yang ditandai oleh berbagai gelombang tantangan. Dengan sikap

dasar seperti ini, pemimpin dengan sendirinya ditopang untuk berpikir, bersikap,

berkata dan bertindak positif terhadap tugasnya (terstruktur objektif) orang lain

(konsiderat-altruistik) dan segala sesuatu yang dihadapi (pragmatis-optmistik).

Berdasarkan sikap seperti yang telah disinggung di atas, pemimpin akan diteguhkan

dengan jiwa positif (hidup benar, baik hati, tulus, jujur, adil, setia, arif) yang olehnya ia

memiliki mentalitas positif (keteguhan, ketekunan, kesetiaan, kerajinan, keuletan) yang

memberikan kepadanya gaya proaktif (asertif, inovatif, antisipatif, partisipatif, adaptif)

dalam menyikapi dan menindaki segala sesuatu. Pencitraan diri dari sisi pengetahuan

akan terlihat pada kapasitas diri sebagai narasumber dengan kemampuan intelektual

cemerlang. Pada sisi ini, pemimpin telah membangun dirinya dengan

perangkat falsafah kehidupan yang lengkap, serta pengetahuan know how yang

membuatnya cerdas dengan kemampuan menanggapi segala sesuatu secara

cemerlang. Pecitraan diri dari segi kecakapan akan terlihat pada kapabilitas kinerja

dari sisi sosial, dimana pemimpin piawai dalam mengelola dan membangun hubungan-

hubungan dengan jejaringan yang luas pada segala aras., dan mampu memanejemeni

tanggungungjawab kepemimpinan secara efektif, efisien, dan sehat yang produktif

optimal.[18]

Pada tataran lain, pencitraan diri secara praksis hanya akan bernilai positif apabila

pemimpin secara bertanggungjawab menghidupi diri serta kepemimpinannya sebegitu

rupa sehingga ia menandakan adanya kualitas karakter lebih. Karakter lebih

Page 178: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

172 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

ini pertama-tama ditandakan dengan adanya keagungan budi. Keagungan budi yang

sejati dibangun di atas kebenaran, kebaikan, keadilan, ketulusan, kesetiaan, ketekunan

dan ketahanan, yang menunjukkan adanya integritas dan kredibilitas karakter. Kedua,

karakter lebih ini ditunjang oleh adanya komitmen tinggi kepada disiplin serta

penguasan diri, kebijaksanaan dan kearifan dalam membangun sikap terhadap orang

lain, serta adanya kesetiaan, keuletan dan ketekunan kerja berkualitas (efektif-efisien-

sehat-optimal) yang membawa keuntungan bagi diri, orang yang dipimpin, dan

organisasi serta masyarakat di mana kepemimpinannya dijalankan. Ketiga, karakter

lebih ini ditandai dengan adanya kearifan dalam melaksanakan upaya memimpin,

dengan sikap terbuka, konsiderat serta lugas terhadap orang yang dipimpin dan

pekerjaan yang dijalankan. Keempat, karakter lebih pada sisi lain, nampak pada

pencitraan diri yang baik dan benar yang diekspresikan melalui pikiran, sikap, kata dan

tindakan yang mengangkat dan meneguhkan, sehingga dengan sendirinya akan

berimbas kepada adanya pengakuan akan kualitas diri lebih yang ada pada pemimpin.

Pengakuan ini merupakan imbasan berupa penghargaan obyektif tulus atas diri

pemimpin sebagai refleksi orang lain atas pencitraannya. Dari sisi inilah akan terbukti

sejauh mana pemimpin memiliki karakter yang luhur yang ditandai dengan adanya

pengakuan dan penghargaan yang diberikan kepadanya.

RANGKUMAN

Pemimpin Kristen yang memiliki karakter luhur hanya ada karena anugerah Allah yang

telah menyelamatkannya, dan menjadikannya sebagai manusia baru (II Korintus 5;17;

Yesaya 32:1-2,8,17; Daniel 12:3). Manusia baru yang adalah ciptaan Allah memberikan

kepada pemimpin vitalitas yang meneguhkannya untuk membangun diri ke arah

kedesawaan sesuai dengan rencana Allah. Secara khusus, keluhuran karakter

pemimpin dibangun di atas keluhuran budi, dengan komitmen kuat untuk taat dan

setia kepada TUHAN. Dari tataran praktis, keluhuran diri pemimpin akan tampak

pada karakternya yang berintegritas tinggi (benar, baik, suci, adil, jujur, tulus, setia,

tabah, tekun, tangguh, indah, mulia – Lihat Filipi 4:5,8), kapasitas pengetahuannya

Page 179: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

173 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

yang komprehensif (luas) dan khas lebih (pilihan unggulan); yang menempatkannya

pada tataran atas dan lini depan dalam percaturan intelektualitas; sertakapabilitas

sosial, ekonomi dan teknis yang andal yang meneguhkan pribadi entrepreneur

mandiri yang memiliki basis sosial berjejaring luas serta keandalan memanejemeni

secara strategis taktis tinggi, yang membawanya unggul dalam kinerja serta

pencapaian. Semua ini akan terwujud melalui pencitraan diri dan tindakan proaktif

yang berimbas kepada pengakuan positif dari banyak orang tentang keandalan

pemimpin. Keandalan pemimpin ini terbukti karena ia memiliki karakter yang luhur,

yang membawa keberhasilan dalam kehidupan serta karirnya yang ditandai dengan

keberadaannya yang memberkati banyak orang. Selamat menghidupi diri dengan

karakter luhur.

Jakarta, Maret 2012

Pdt. Dr. Yakob Tomatala

[1] Lihat Buku Manusia Sukses: Teologi Sukses Menurut Alkitab. Tahun 1988 karangan

Yakob Tomatala tentang Faktor Karakter yang menentukan 85 % keberhasilan seorang

pemimpin.

[2] Temperamen atau bawaan lahir lebih bersifat permanen, karena terkait pada faktor

genetika.

[3] Lihat penjelasan Yakob Tomatala dalam buku Manusia Sukses, tahun1998 halaman

31-32.

[4] Temperamen atau bawaan lahir, lingkungan dan pengalaman khas berbekas adalah

dasar kepribadian yang tidak dapat diubah. Faktor-faktor dasar bagi pembentukan

karakter ini adalahdestini karunia Sang Pencipta yang bersifat permanen, di mana

faktor ini hanya dapat disikapi secara positif atau negatif.

Page 180: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

174 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

[5] “Karakter Anda terwujud oleh sejumlah faktor. Ada faktor yang tidak mungkin

diubah oleh siapa saja, tetapi ada faktor yang dapat dikembangkan dengan “proses

positivisasi” untuk menjadikannya positif.” Ibid.

[6] Karakter adalah hakikat, sifat, dan ekspresi kepribadian seseorang yang dinyatakan

melalui pikiran, perasaan, kehendak, pembicaraan serta perilaku dalam lingkungan

atau konteks di mana ia hidup. Ibid.

[7] Lihat buku Anda juga Bisa menjadi Pemimpin Visioner, tahun 2007 karangan Yakob

Tomatala tentang Otoritas Nilai. Halaman 51-79.

[8] Amsal 22:24-25, “Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, ……. supaya

engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya ….”

[9] Integritas menurut David K. Hatch, “adalah garis merah yang mempertahankan

setiap prinsip lain dalam Kehebatan Sehari-hari. Jika dianggap tidak jujur, misalnya,

orang yang pemberani akan ditakuti dan dihindari. Jika dipandang sebagai tidak etis,

orang yang menampilkan sikap dermawan akan dianggap dalang yang mementingkan

diri sendiri. … Orang yang penuh integritas adalah orang yang ucapannya sesuai

dengan perbuatannya, dan perilakunya mencerminkan nilai-nilai luhur yang dianutnya.”

(2011:149). Banding Bab II.

[10] Lihat uraian Rasul Paulus di dalam Galatia 2:15-20; dan II Korintus 5:17).

[11] Lihat buku karangan Teologi Kontekstualisasi dan Antropologi Kebudayaan karya

Yakob Tomatala tentang pokok inkulturasi atau enkulturasi atau sosialissi atau

pendidikan dalam kebudayaan ini.

[12] Lihat tulisan Yakob Tomatal dalam buku: Dr. Marthin Billa: Pemimpin Visioner,

Transformator, Futuristik. Tahun 2012 tentang pengaruh keluarda dalam pembesaran.

[13] Salomo menasihatkan agar “tidak bergaul dengan orang jahat” karena akan

dipengaruhi oleh karakter mereka (Lihat: Amsal 1:10-16; 23:20; dan Rasul Paulus

mengatakan, “Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik” (I Korintus 15:33).

Page 181: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

175 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

[14] Orang Kristen sejati dapat saja dibenci oleh orang lain, namun kesejatiannya

hanya sejati benar bila ia tidak membenci, dan tidak memusuhi siapapun (Kolose 3:12-

13; I Yohanes 2:11, 29; 3:7-10, 13-15).

[15] Kenyatan ini disebut Formasi Rohani dalam kepemimpinan.

[16] Sebagai upaya pembelajaran lanjutan untuk mengembangkan diri, dapat dilihat

dalam buku Pemimpin yang Handal dan Manajeman Pengembangan Sumber Daya

manusia Pemimpin Kristen, karya Yakob Tomatala.

[17] Dengan karakter agung seperi ini, pemimpin dapat berada di atas dengan tidak

mengatas-ataskan diri dan merendahkan orang lain, ia bisa besar, namun tidak

terjebak membesar-besarkan diri dengan mengecilkan orang lain, ia bisa benar tetapi

tidak mebenar-benarkan diri dan melecehkan orang lain, karena ia menyadari bahwa

sebagai pemimpin, ia adalah hamba-pelayan, yang memiliki komitmen untuk mengabdi

dan memberikan diri untuk melayani bukan untuk dilayani (Markus 10:35-45; Matius

20:20-28; Lukas 17:10)., dimana ia harus hidup bagi TUHAN-Nya dan memberkati

orang lain (Amsal 19:11; 21;1-3; 24:5; 29:4; 28:16, 20, 25-28).

[18] Lihat buku Kepemimpinan yang Dinamis karya Yakob Tomatala tentang pokok ini.

MENAKAR KEABSAHAN DIRI SEBAGAI PEMIMPIN ROHANI

“… kamu yang rohani, harus memimpin orang … ke jalan yang benar dalam roh lemah

lembut …” (Galatia 6:1b).

PENGANTAR

Page 182: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

176 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Seorang pemimpin yang sejati, tahu siapa dirinya, mengapa ia ada, di mana ia berada,

ke mana ia akan pergi, dan apa yang akan dicapainya. Kebenaran ini menegaskan

bahwa sejatinya, seorang pemimpin harus tahu apa yang menyebabkan ia ada dan

berada serta mengapa ia ada sebagai pemimpin. Hal ini menjelaskan tentang beberapa

pertanyaan penting, antara lain.,Pertama, apa landasan bagi legitimasi

kepemimpinannya yang memberikan otoritas serta keyakinan kepadanya untuk

menjadi pemimpin. Landasan legitimasi yang memberi otoritas ini sekaligus

memberikan indikator tentang landasan, dinamika dan arah kepemimpinan dari

organisasi yang dipimpinnya. Kedua, apa motivasi yang mendorongnya untuk berada

pada tempat di mana ia berada sekarang sebagai pemimpin. Pertanyaan ini

mempertanyakan tentang nilai anutan yang memberikan dorongan kepada pemimpin

untuk mewujudkan keberadaannya.Ketiga, apa visi dan misi kepemimpinannya yang

memberikan arah dan tugas yang akan dikerjakan untuk menggapai ideaslisme

kepemimpinannya. Meneguhkan kebenaran kepemimpinan ini, seorang pemipin sejati

harus memastikan faktor-faktor prima yang merupakan dinamika bagi keberadaannya

sebagai pemimpin. Menjawab untaian aspek yang membawa seseorang menjadi

pemimpin seperti ini, La Rochefoucauld mengatakan: “Kejayaan orang-orang besar

harus selalu diukur dari cara yang mereka gunakan untuk mencapai kejayaan

tersebut.”

Pernyataan ini menegaskan bahwa suatu pencapaian kepemimpinan yang absah dan

bernilai agung adalah bila dibangun di atas kebenaran yang mendasari motif, sifat,

sikap kata, perbuatan dan cara yang digunakan untuk berada sebagai pemimpin. Dari

perspektif Kristen, seorang pemimpin yang adalah pemimpin rohani haruslah

menjawab pertanyaan penting yang antara lain: “Apakah keberadaannya sebagai

pemimpin selaras dengan kehendak Allah yang sejati; Apakah kepemimpinannya

digapai dengan motivasi luhur sebagai pemimpin rohani sejati; dan, Apakah

kepemimpinannya diuntukkan guna memperjuangkan hal besar bagi kepentingan

banyak orang, yang sejatinya merupakan pembuktian diri sebagai pemimpin besar.

Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan di depan, maka ada tiga hal yang

akan dibincangkan, yaitu antara lain: 1. Membangun kepemimpinan di atas kehendak

Allah; 2. Meneguhkan kepemimpinan dengan motivasi agung sebagai pemimpin

Page 183: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

177 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

rohani; dan 3. Membuktikan kepemimpinan dengan memperjuangkan hal besar yang

inklusif., yang akan diakhiri dengan suatu refleksi.

1. MEMBANGUN KEPEMIMPINAN DI ATAS KEHENDAK ALLAH. Dasar bagi

pembuktian keabsahan diri seorang pemimpin adalah memahami apa sesungguhnya

kehendak Allah bagi diri, rumah tangga dan kepemimpinannya. Adalah tidak mudah

untuk memastikan serta menegaskan apa yang disebut kehendak Allah ini. Sebagai

contoh, seseorang bisa saja atas nama “kehendak Allah” memaksakan kehendaknya

atas orang lain, atau bertindak licik guna mencapai tujuan dengan menghalalkan

berbagai macam cara. Dalam hubungan ini haruslah dipahami, bahwa kehendak Allah

itu adalah sepasti hakikat-Nya yang berdaulat, dimana dapat dikatakan bahwa jika

TUHAN Allah menghendaki sesuatu, maka kehendak-Nya itu pasti terjadi. Pernyataan

seperti begini sungguhlah cukup menarik untuk disimak. Pertama, Kita harus belajar

membedakan kehendak Allah dan kehendak atau usaha manusia. Kehendak Allah yang

adalah selaras serta sepasti sama dengan hakikat-Nya ini, pasti dan harus sama

dengan sifat khas-Nya, yang maha benar, maha suci, maha adil, maha hikmat, maha

baik, maha tepat, maha tahu, maha hadir, maha arif, yang nyata dari Firman-Nya serta

terbukti dalam tindakan-Nya. Di sini dapat ditegaskan bahwa karena kehendak Allah itu

sempurna, maka penggenapannya juga haruslah sempurna. Kedua, Kita juga melihat

dari sisi lain, yang berhubungan dengan meyakini sesuatu sebagai kehendak Allah dan

mematutkannya dengan tanggung jawab manusia. Pertanyaan penting yang harus

dijawab adalah, sejauh mana sesuatu yang disebut kehendak Allah itu dapat dibedakan

dari sikap membiarkan apa saja terjadi. Atau dengan meyakini bahwa sesuatu itu

adalah kehendak Allah maka kita terdorong untuk melakukan apa yang diyakini

sebagai kehendak Allah, pada hal, pertanyaan besar yang muncul ialah, apakah

kehendak Allah yang sejati yang ada pada diri-Nya itu sejalan dengan tindakan saya?

Kalau pun saya mengatakan bahwa itu adalah sejalan, maka pertanyaan berikutnya

ialah, apakah benar itu adalah sejalan, dan apa sesungguhnya tolok ukurnya? Karena,

jangan-jangan, saya memaksakan kehendak diri saya dan berlindung di balik

“kehendak Allah.” Ketiga, Kita pun perlu untuk memastikan apa yang disebut kehendak

Allah itu dengan kebenaran Firman, suara batin, faktor hukum, keadilan sosial-

ekonomi, nilai luhur kultural sosial dan hak-hak individu, rumah tangga, hak

masyarakat serta hak organisasi. Semua ini haruslah menjadi pertimbangan, karena

Page 184: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

178 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

melibatkan orang lain dan banyak orang yang adalah manusia ciptaan Allah, dimana

kita semua memiliki tanggung jawab moral yang melekat pada hakikat dan citra diri

kita sebagai ciptaan TUHAN yang mulia. Di sini kita dapat berkata bahwa kehendak

Allah yang berdaulat itu pasti terlaksana, tetapi pertanyaan penting yang harus

ditanyakan ialah, bagaimana hubungannya dengan saya secara pribadi yang

menyikapinya? Apakah saya yakin bahwa ini benar-benar kehendak Allah? Apakah Roh

Kudus sungguh berperan di dalamnya? Apakah semua ini selaras dengan kebenaran

Firman? Apakah suara batin saya selaras dengan kehendak Allah, atau karena demi

keinginan berkuasa, keingian mendominasi, keinginan dihormati, keinginan berada di

atas orang lain, saya “memelintir kehendak Allah”? Keempat, Kita perlu memastikan

apa yang disebut kehendak Allah itu dan akibat-akibat yang akan ditimbulkan oleh apa

yang disebut sebagai tindakan yang mengatasnamakan kehendak Allah itu sendiri.

Adalah tidak mudah untuk menjawab semua pertanyaan ini, karena suatu tindakan

yang dianggap benar oleh seseorang, belum tentu dianggap benar oleh orang lain,

sehingga tindakan yang mengatasnamakan kehendak Allah sekalipun belumlah tentu

kehendak Allah yang sejati. Kelima, Kita juga harus membedakan apa yang

sesungguhnya kehendak Allah itu dengan keputusan-keputusan yang berbasis sistem

demokrasi, sistem hukum prifat atau sistem hukum positif atau suatu tindakan yang

bersifat formil, yang sering dilihat sebagai pengabsahan kehendak Allah itu. Pokok ini

sangatlah perlu untuk disimak dengan seksama oleh mereka yang berniat baik,

bermaksud benar dan bertindak dengan kehendak mulia untuk membiarkan kehendak

Allah terjadi secara bertanggung jawab. Dalam menerapkan kebenaran tentang

kehendak Allah ini, kita diminta arif untuk menyikapinya, baik dari sikap hati, dalam

pikiran, sifat, sikap dan kata serta tindakan, sehingga yang kita katakan kehendak

TUHAN itu benar-benar kehendak-Nya yang selaras dengan rencana-Nya yang kekal.

Dalam hal ini, kita perlu mendengar nasihat Kong Hu Cu (Konfusius) yang

mengatakan, “Mengetahui apa yang baik tetapi tidak melakukannya adalah sikap

pengecut yang paling buruk.” Lebih dari itu, Firman Allah menegaskan, “….. barang

siapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia

bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi

sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya” (Yakobus

2:25). Semua ini harus kita sikapi dengan kerendahan hati serta kemauan untuk taat

kepada TUHAN Allah dengan mengingat Firma-Nya yang menegaskan, “Hal-hal yang

tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita

Page 185: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

179 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dan anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan

hukum Turat itu” (Ulangan 29:29). Hm, kehendak TUHAN Allah tetaplah suatu misteri

yang kekal !!!

2. MENEGUHKAN KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI AGUNG SEBAGAI

PEMIMPIN ROHANI. Dalam upaya menegaskan bahwa saya dan Anda ada dalam

kehendak Allah yang sesungguhnya, kita harus meneguhkan sikap kita sebagai

pemimpin rohani. Pemimpin rohani, adalah dia yang menyadari bahwa TUHAN Allah

demi kemurahan-Nya telah memanggilnya kepada keselamatan. Pemimpin rohani yang

terpanggil oleh TUHAN Allah akan selalu berupaya untuk mendahulukan kehendak

Allah. Mendahulukan kehendak Allah ini haruslah nyata dalam hati, pikiran, sikap, kata

serta tindakan dengan memperhatikan kebenaran berikut., Pertama, Sebagai upaya

meneguhkan sikap kita, maka kita perlu menyimak Sabda TUHAN Yesus yang

menegaskan, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-

Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan

kamu” (Yohanes 8:31b-32). Di sini hal yang perlu dipahami ialah bahwa seorang

pemimpin rohani, haruslah membuktikan diri sebagai pemimpin yang mengutamakan

Firman Allah (Maz 1; 119:105). Keadaan hati, pikiran, sifat, sikap, kata serta

tindakannya haruslah diwarnai oleh “kebenaran Firman TUHAN.” Ia akan selalu

bertanya, apakah hati saya, pikiran saya, sifat saya, sikap saya, kata-kata saya serta

tindakan saya selaras dengan Firman Allah? Semua yang selaras dengan Firman Allah

berarti kita ada di dalam kebenaran yang tanpa dosa. Kebenaran yang tanpa dosa ini

adalah kebenaran yang tidak boleh dikompormikan dengan dosa. Sebagai contoh,

“motivasi saya adalah untuk merebut kedudukan kepemimpinan, tetapi saya

menyelubunginya dengan sikap licik, bercicara manis, dan mengakali hukum. Dilihat

dari perspektif umum, cara ini bisa dibanggakan, dan disebut strategi, tetapi dalam

perspektif rohani, ini adalah sebuah “penipuan.” Selanjutnya, kebenaran yang tanpa

dosa ini adalah pembuktian seorang pemimpin ada di dalam kehendak TUHAN yang

memberikan kekuatan untuk membuktikan bahwa sang pemimpin rohani sedang

mengutamakan TUHAN Allah-nya, karena ia memahami bahwa Firman Allah

mengharuskan “Ya” adalah “Ya,” dan “Tidak” adalah “Tidak,” dimana yang

bertentangan dengan ini adalah dosa, seperti yang disabdakan TUHAN, “…. jika

seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia

Page 186: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

180 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

berdosa” (Yakobus 4:17; 1:26; 3:2-11). Mengutamakan kehendak Allah di sini berarti

mengenyampingkan kehendak diri, mengabaikan kemauan untuk menang sendiri,

dengan tujuan untuk membiarkan kehendak Allah terlaksana di dalam kebenaran,

sehingga akan ada kemuliaan bagi nama-Nya (Roma 11:36). Kedua, Pemimpin rohani

yang hidup selaras dengan kehendak Allah akan selalu dituntun oleh Roh Kudus.

Tuntunan Roh Kudus ini meneguhkan hakikat hidup rohani pemimpin dengan kuasa

untuk hidup seperti TUHAN Yesus (I Yohanes 2:6). Pemimpin yang hidup seperti Yesus

TUHAN-nya akan dipenuhi dan dituntun Roh Kudus (Matius 3: 13-17; 4:1; Markus

1:12-13; Lukas 4:1-13; Roma 8:14-16). Pemimpin rohani yang dipimpin Roh Kudus

akan menampakkan keunggulan karakter yang diwarnai oleh “kasih, sukacita, damai

sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan

penguasaan diri” (Galatia 6:22-23; Banding I Samuel 24:6-8; 26:9-11). Ketiga, Dalam

melaksanakan hal ini, tanggung jawab pemimpin ialah membuktikan bahwa ia benar-

benar mendahulukan kehendak TUHAN dengan berbuat kebenaran dan kebaikan.

Kebenaran dan kebaikan yang dilakukannya itu selalu berujung kepada membawa

kemuliaan bagi TUHAN, dan keuntungan bagi banyak orang, dimana tidak selamanya

membawa keuntungan bagi diri. Contoh teragung dari kebenaran ini dapat dilihat dari

sikap dan doa TUHAN Yesus di Getsemani (Matius 26:36-46; Markus 14:32-42; Lukas

22:39-46), di mana IA membiarkan kehendak ALLAH Bapa-Nya terlaksana yang

ditandai dengan hati, pikiran, sifat, sikap dan tindakan-Nya yang mendahulukan

kehendak Bapa-Nya dengan kesigapan menanggung resiko dari kehendak TUHAN yang

terlaksana itu. Keempat, Pemimpin rohani yang hidup dalam kebenaran yang

mewarnai isi hati, pikiran, sifat, sikap dan tindakan akan selalu termotivasi untuk

mendahulukan kebenaran dengan hidup dalam kebenaran. Hidup di dalam kebenaran

akan terindikasi dengan melakukan kebenaran, keadilan, ketulusan, kejujuran yang

nyata dari hati, pikiran, sifat, sikap, kata serta tindakan yang membawa kedamaian

kepada sesama (Yesaya 32:1-2; 8, 17). Dalam hal ini, pemimpin akan selalu berupaya

menuntun orang ke dalam kebenaran dengan kesediaan yang tinggi untuk

mengangkat serta menolong sesama dengan segenap hati (Galatia 6:1-2). Kelima,

Pemimpin rohani yang hidup dalam kebenaran dan mendahulukan kehendak Allah,

akan diteguhkan untuk membuktikan integritas diri sebagai seorang pelayan TUHAN.

Bukti bahwa pemimpin rohani adalah pemimpin rohani yang berintegritas ialah bahwa

ia memahami kehendak Allah yang ditandai oleh hati, pikiran, sifat, sikap dan

Page 187: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

181 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kehidupan serta tindakan yang arif, sehingga ia menjadi berkat kepada banyak orang

dalam kepemimpinannya dan lebih luas lagi (Efesus 5:15-21; I Raja-raja 3:16-28).

3. MEMBUKTIKAN KEPEMIMPINAN DENGAN MEMPERJUANGKAN HAL BESAR

YANG INKLUSIF. Pemimpin rohani yang mendahulukan kehendak TUHAN Allah

dengan hidup di dalam kebenaran dan kebaikan, akan selalu memperjuangkan hal

besar. Memperjuangkan hal besar di sini berarti membebaskan diri dari sikap egoisme

yang cenderung mendorong kepada upaya pementingan diri, dan kelompok serta

berkecenderungan memperjuangkan kepentingan sendiri. Pemimpin rohani akan selalu

menyadari beberapa kebenaran penting yang harus disikapi dan dihidupi secara

konkrit, yaitu antara lain., Pertama, Pemimpin rohani sepenuhnya hidup dengan

kesadaran bahwa menjadi pemimpin itu adalah kasih karunia Allah (Roma 12:1-2,7; II

Kor 4:1). Kepemimpinan baginya adalah pekerjaan mulia yang harus disikapi dengan

penuh hormat dan tanggung jawab yang tinggi (I Timotius 3:1-7). Dalam hubungan

ini, pemimpin haruslah memimpin dengan “sukarela sesuai dengan kehendak Allah,

mendahulukan pengabdian dan tidak mencari keuntungan, dan selalu memimpin

dengan teladan” (I Petrus 5:2-3; Ibrani 13:7, 17). Kedua, Pemimpin seperti ini

menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk senantiasa berupaya

mendahulukan kepentingan orang lain (Filipi 2:3-4). Mendahulukan kepentingan orang

lain berarti bersikap altruis yang selalu berupaya mengangkat dan meneguhkan orang

lain. Ketiga, Pemipin rohani yang mendahulukan kepentingan orang lain, adalah bagian

dari upaya memperjuangkan hal besar yang membawa keuntungan kepada banyak

orang. Keadaan hati, pikiran, sifat, sikap, kata dan tindakan pemimpin rohani seperti

ini adalah dasar bagi pembuktian integritas diri, motivasi, daya juang dan pencapaian

yang diakui oleh kalangan luas (Filipi 4:5). Pemimpin seperti ini akan membuktikan

bahwa “Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang

menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan

menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana

penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah

seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya adalah kubuh di

atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin” (Yesaya 33:15-16).

Pemimpin yang memperjuangkan hal besar sesungguhnya memahami Sabda Kristus

TUHAN-nya, bahwa “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat

Page 188: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

182 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (matius 7:12). Pemimpin yang

mau menjadi besar, akan hidup untuk memperjuangkan hal besar demi kepentingan

yang lebih besar. Inilah pemimpin rohani yang memahami kehendak TUHAN, yang

setia membuktikan diri dengan terus menjadi berkat.”

REFLEKSI:

Secara umum, upaya mengukur dan membuktikan diri sebagai pemimpin rohani hanya

akan terlaksana apabila setiap pemimpin menetapkan untuk mendahulukan kebenaran

berikut:

Pertama, Pemimpin rohani akan sensitif dengan terus mendahulukan kehendak

TUHAN Allah-nya. Mendahulukan kehendak TUHAN di sini tidaklah semudah membalik

telapak tangan, dimana ia harus menyerahkan diri kepada Roh Kudus untuk memohon

bimbingan-Nya. Pemimin akan selalu berupaya mengedepankan kebenaran Firman

Allah di atas kehendak dirinya sendiri. Bukti bahwa seseorang itu mendahulukan

kehendak Allah adalah bahwa TUHAN Yesus Kristus akan terus dimuliakan dalam

kehidupan serta kepemimpinannya; sekalipun sang pemimpin merungi, kehilangan dan

terkalahkan dalam keputusannya mendahulukan kehendak Allah.

Kedua, Pemimpin rohani akan selalu berupaya membuktikan komitmennya untuk

mengedepankan integritas dirinya sebagai pemimpin rohani. Pembuktian ini didasarkan

atas kerelaannya hidup selaras degnan Firman Allah, dituntun Roh Kudus dan

membuktikan diri hidup seperti Yesus TUHAN-nya dengan menandakan keagungan

kehidupan Kristus di dalam dan melalui hati, pikiran, sifat, sikap kata serta

tindakannya, sehingga ada pengakuan bahwa ia adalah pemipin rohani sejati.

Ketiga, Pemimpin rohani harus hidup dan membaktikan dirinya untuk

memperjuangkan hal besar bagi kemuliaan TUHAN-nya, kebaikan umat

kepemimpinan-nya, serta lingkungan di mana ia mengabdi. Di sini pemimpin harus

terus hidup dalam kebenaran, membebaskan diri oleh kuasa kebenaran dari egois, dan

Page 189: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

183 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

mempertahankan sikap altruis yang membawa keuntungan serta kebaikan kepada

sebanyak mungkin orang yang dilayaninya. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin

berkat,yang akan terus memberkati dan menikmati berkat dari kehidupan serta

pengabdian kepemimpinan yang diembannya. Selamat mengukur keabsahan diri

sebagai pemimpin rohani yang hidup, bakti, serta mati-nya adalah untuk memberkati.

Salam doa,

Dr. Yakob Tomatala

MENEGUHKAN DIRI MENJADI PEMIMPIN VISIONER

“Dalam tahun ………. aku melihat TUHAN duduk di atas tahta yang tinggi dan

menjulang, dan ujung jubahnya memenuhi Bait Suci” (Yesaya 6:1).

Pengantar

Apa sesungguhnya visi itu? Apakah visi itu adalah monopoli dari orang yang disebut

visioner saja? Ada yang berkata bahwa pemimpin visioner sajalah yang memiliki visi,

sedangkang visi itu tidak ada pada orang kebanyakan. Apa sebenarnya yang sedang

terjadi? Hampir bisa diduga bahwa orang yang seperti ini cenderung mengatakan

bahwa ia tidak memiliki visi karena beberapa alasan. Pertama, Orang sering sulit

mengetahui serta menemukan visi karena pada dasarnya mereka tidak memahaminya

dengan baik. Kedua, Dari sudut pandang lain, orang juga sering tidak memahami apa

dan di mana sumber visi itu, dari mana visi itu datang, bagaimana cara untuk

mengetahuinya serta apa cara menggali serta mengembangkannya di dalam

diri?Ketiga, visi itu sering disamakan dengan mimpi, sehingga orang sulit

menemukannya.[1] Dalam membahas pokok seputar VISI, maka ada tujuh pokok

perbincangan yang akan didiskusikan dalam Bab ini. Ketujuh pokok percakapan itu

adalah antara lain: 1. Apa sebenarnya VISI itu? 2.Karakteristik dari VISI., 3. Tanda

dari VISI., 4. Menggali VISI., 5. VISI dan IMAN., 6. Membagi VISI. dan 7. Visi dan

Perubahan.[2]

Page 190: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

184 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

1. APA SEBENARNYA VISI ITU? Anda tentu telah mengetahui bahwa ada banyak

definisi dan pemahaman tentang VISI dalam berbagai literatur. Istilah VISI berasal

dari kata VISION (Bahasa Inggris) yang berakar dari kata visoum (Middle English),

dan vision(Old France) yang bersumber dari istilah Latin visio, visus, videre, yang arti

dasarnya ialah “to see atau melihat.” Arti selengkapnya dari vision ini adalah “tindakan

atau kekuatan melihat dengan mata; atau kemampuan intuisi melihat.” Visi dapat juga

berarti “kemampuan melihat lebih dari keadaan normal, yaitu suatu kemampuan

mental untuk mengimajinasi; dan kemampuan untuk melihat serta memahami sesuatu

yang tidak terlihat oleh orang kebanyakan, dsb.” Visi seperti yang diterangkan di atas

menjelaskan tentang kekuatan diri untuk melihat karena visi berarti melihat.[3] Kini

timbul pertanyaan, yaitu, dengan pengertian visi seperti ini, apakah ada kejelasan

mengenai apa sebenarnya substansi visi itu? Barangkali pertanyaan ini dapat

disederhanakan, yaitu, “kalau visi artinya melihat, apa sesungguhnya yang dilihat?” Visi

yang artinya melihat ini sebenarnya tidak menjelaskan apa yang dilihat itu, sehingga

pengertian tentang visi itu sendiri perlu diperjelas. Dari perspektif yang substantif, VISI

dapat didefinisikan sebagai berikut: “VISI adalah kemampuan untuk melihat keinginan

suci yang ditulis oleh Sang Pencipta di dalam batin (guna menjawab kebutuhan) yang

berkaitan erat dengan pemenuhan hidup seseorang atau setiap individu bagi diri mau

pun organisasi yang dipimpinnya.”[4] Defenisi visi yang diungkapkan di atas ini

menunjuk kepada Allah sebagai sumber dan pemberi visi[5] yang dilakukan-Nya

dengan menuliskannya di dalam batin setiap orang.[6] Visi juga menjelaskan tentang

kemampuan untuk melihat apa yang telah ditulis oleh Allah di dalam batin setiap orang

tersebut. Visi yang diberikan oleh Allah ini memiliki tujuan yang pasti yaitu untuk

pemenuhan hidup, baik kehidupan individu, rumah tangga mau pun kelompok dan

kepemimpinan. Pemahaman definisi visi seperti ini dapat dihubungkan dengan

pendapat George Barna yang mengatakan bahwa “Vision is a clear and precise mental

portrait of preferable future, imparted by God to His chosen servants, based on

accurate understanding of God, self and circumstances.”[7] Pemahaman visi seperti

yang ditegaskan oleh Barna ini bersifat ekslusif Kristen, yang juga menempatkan Allah

sebagai sumber visi itu. Pada sisi lain ada penekanan yang diberikan pada sisi

pemimpin, yang memiliki kemampuan untuk melihat visi dimaksud secara jelas,

dimana akhirnya ia dapat mengetahui dengan pasti apa yang dinyatakan Allah

Page 191: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

185 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

mengenai masa depan yang akan dimasuki kelak. Dalam kaitan dengan pengertian

visi seperti yang diungkapkan di atas dan dihubungkan dengan kepemimpinan, maka

dapat dikatakan bahwa, “Visi kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin untuk

melihat serta memahami keinginan suci yang ditulis oleh Allah di dalam batinnya bagi

organisasi serta kepemimpinannya.” Pengertian visi seperti ini jelas menunjuk kepada

Allah sebagai sumber visi, yang oleh kedaulatan-Nya ia menuliskan keinginan suci itu di

dalam batin setiap pemimpin bagi organisasi serta kepemimpinannya. Di sini dapat

ditemukan bahwa dalam visi itu ada kehendak Allah yang khusus bagi kepemimpinan

seorang pemimpin. Pada sisi lain, visi juga dijelaskan sebagai kemampuan pemimpin

untuk melihat secara jelas apa yang tertulis oleh Allah di dalam batinnya untuk

dilakukannya. Dalam kaitan ini, Allah sering kali memberikan konfirmasi tentang visi

yang ditulis-Nya itu melalui berbagai macam cara. Ia dapat menyatakan visi itu untuk

dilihat oleh pemimpin melalui mimpi[8] (Yusuf, Daniel, Paulus, dsb) atau penyataan

intuitif langsung atau melalui peristiwa krusial seperti kepada Nehemia dengan berita

kehancuran Yerusalem atau Esther dengan berita ancaman maut bagi bangsanya. Visi

pun dapat dinyatakan melalui interaksi dinamis dalam kelompok orang[9] yang terlibat

dalam suatu kepemimpinan yang berupaya menemukan jawaban bersama untuk

mejawab pertanyaan “mengapa mereka ada sebagai suatu organisasi.” Kebenaran

mengenai VISI ini ditegaskan oleh Andy Stanley, dengan mengatakan: “Visi-visi lahir

dalam jiwa seorang pria atau perempuan yang dihadapkan kepada ketegangan tentang

apa sebenarnya yang ada dan apa yang dapat terjadi.”[10] Hal-hal yang dapat

diperhatikan dalam penjelasan Stanley di atas adalah: Visi mulai terlihat dengan

adanya kebutuhan terasa dihadapkan dengankondisi yang tidak memuaskan. Dari

sinilah VISI mulai menyatakan diri. Kebutuhan terasa dimaksud menunjuk kepada visi

sebagai dasar untuk memberikan jawaban kepadanya. Kebutuhan terasa dan kondisi

tidak memuaskan ini kemudian berkembang menjadi suatugambaran mental yang

jelas tentang “apa yang dapat terjadi dari apa yang ada.” Penyataan visi semakin

menjadi jelas dengan adanya keyakinan yang kuat atas apa yang mungkin saja terjadi

dari apa yang ada itu.[11] Dengan penyataan visi ini maka pemimpin kemudian dapat

memahami visi yang tertulis oleh Allah di dalam batinnya.

KARAKTERISTIK DARI VISI. dalam upaya untuk menjawab apa sebenarnya VISI

itu, tercermin pada pertanyaan tentang “Apa saja yang merupakan karakteristik dasar

Page 192: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

186 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dari VISI itu?” Pertanyaan tentang karakteristik visi ini dapat dijawab dengan

menyimak penjelasan berikut:

VISI bersifat Ilahiah, berasal dari Allah, yang menuliskan keinginan suci di dalam

batin setiap invidu. Rick Warren berkata, “You exist only because God wills that you

exist. You were made by God and for God – and until you understand that, life will

never make sense.”[12] Dalam kaitan ini, Alkitab memberikan contoh yang jelas

melalui pemanggilan Yeremia dimana Allah sendirilah yang memberikan konfirmasi

kepadanya untuk memahami keinginan suci ini (Banding: Yeremia 1:4-10., Kolose

1:16b, dsb).[13]

VISI menjelaskan tentang „mengapa anda ber-ADA‟ (esse), dan apa TUJUAN (purpose)

keberadaan anda, serta „ke arah mana‟ (life objective) hidup anda tertuju‟ (yang

berhubungan dengan bene esse atau kesejahteraan yang didambakan). Visi dalam

pengertian ini menjelaskan tentang tujuan khusus keber-ada-an setiap individu yang

memberikan sense of purpose dan fokus yang jelas kepadanya. Dengan demikian,

apabila ia menemukan sense of purpose dan fokus ini, maka ia kemudian dapat

menjadi berbeda dengan mencapai tujuan kehidupan bagi diri mau pun organisasi

yang dipimpinnya. Dalam kaitan ini, anda harus memperhatikan faktor yang disebut di

sini bila merumuskan visi itu.[14]

VISI bersifat dulu (life root), kini (now) dan besok (future)., untuk itu anda harus

menggali, memimpikannya, dan melihatnya dengan jelas serta mengambilnya sebagai

dasar bagi hidup dan kepemimpinan anda.

VISI berkenan dengan kebutuhan dasar dari kehidupan; yang berhubungan dengan

kepentingan “pribadi serta kepemimpinan dalam suatu organisasi.” Kebenaran ini

menegaskan bahwa visi sejati akan bersifat obyektif, profitabel dan pragmatis bagi

banyak orang, visi itu harus selalu membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi banyak

pihak, karena visi yang benar memiliki unsur altruistik.[15]

VISI membuka mata untuk melihat kekuatan saat ini dan hal-hal yang mungkin

dicapai di masa depan, serta memberanikan untuk melompat ke air yang dalam.

Visi sejati akan menolong setiap orang untuk memahami bahwa ia memiliki kekuatan

dalam dirinya untuk bertindak maju memasuki masa depan.

Page 193: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

187 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

3. TANDA DARI VISI. Setelah mempelajari karakteristik visi seperti yang telah

diuraikan, sekarang anda dapat merpindah untuk melihat tanda dari visi.[16] Ada

beberapa tanda yang dapat menolong untuk mengidentifikasi VISi itu. Tanda-tanda itu

adalah sebagai berikut:

VISI biasanya berteriak keras (di dalam batin) tetapi tidak terucapkan, karena bertalian

erat dengan kebutuhan mendasar yang akan membawa keuntungan bagi diri dan

orang lain.[17] Tanda pertama ini menerangkan bahwa apa yang disebut visi itu

memiliki kekuatan yang sangat mempengaruhi batin setiap individu. Kekuatan dari visi

ini membuat individu dimaksud menjadi sadar bahwa ia memiliki sesuatu yang harus

diperjuangkan, walau pun pada awalnya ia sulit membaginya kepada orang lain.

VISI itu akan terus menerus mendebarkan batin dengan frekuensi yang semakin tinggi.

Visi sejati selalu akan memberikan dinamika bagi individu (pemimpin), dimana ia akan

terus menyala dan menjadi dinamis oleh visi itu.

VISI bersifat tunggal sebagai dasar bagi fokus satu-satunya dalam hidup dan

kepemimpinan. William Beausay II berkata, “Satu adalah angka yang kuat.” Seseorang

dapat saja memiliki beberapa visi bagi diri, rumah tangga mau pun pekerjaan atau

karir dan kepemimpinan, tetapi setiap visi dimaksud harus bersifat tunggal, sehingga ia

dapat difahami dan dikerjakan secara terfokus.

VISI mendorong untuk menetapkan perhatian yang menjurus ke satu arah (tujuan).,

yang menjelaskan tentang adanya „sense of purpose.‟ Dalam kaitan ini visi yang

memberi fokus itu mendorong sehingga pemimpin memahami tujuan yang untuknya

visi itu diberi..

VISI menyemangati naluri berpikir yang terus menalar mencari jalan ke luar ke fokus

(yang membara dalam batin dan benak) untuk menjawab setiap kebutuhan terkait.

VISI selalu selaras dengan potensi riil yang ada pada seseorang. Potensi riil ini sering

belum disadari sekarang, tetapi ada tanda-tandanya yang jelas. Dengan kata lain visi

itu dapat disebut visi sejati karena selaras dengan potensi riil dalam diri individu

(pemimpin).

Page 194: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

188 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

4. MENGGALI VISI. Setelah menggumuli dan mengenal tanda-tanda dari visi kini

timbul pertanyaan lain, bagaimana menggali, menemukan, serta mengembangkan visi

(keinginan suci) yang tertulis oleh Allah di dalam batin anda itu? dalam upaya menggali

visi, hal pertama yang harus dibuat dari perspektif Kristen ialah berdoa, dimana Anda

secara khusus menyatakan kepada ALLAH tentang kerinduan untuk menemukan

tulisan tangan-Nya di dalam batin. Berdoa berarti mengadakan perenungan

introspektif di hadapan Allah untuk menemukan jawaban atas pertanyaan

mengenai keinginan suci(visi) yang telah ditulis-Nya di dalam batin. Ada beberapa

beberapa langkah yang harus ditempuh dengan melihat tanda-tanda praksisnya seperti

di bawah ini:

Awalilah dengan mencermatilah keinginan terdalam yang adalah keinginan suci.”

Keinginan suci ini harus dibedakan dari keinginan biasa, yang ada pada kebanyakan

orang. Ingatlah bahwa keinginan suci ini bersifat khusus dan selalu berhubungan

dengan kebutuhan pokok yang terasa.[18] Untuk membedakannya dengan keinginan

biasa, cermatilah nilai-nilai bagi keinginan itu dan cocokanlah dengan potensi

terpendam dalam diri Anda.[19]

“Salurkanlah keinginan suci tersebut dengan jalan mengalimatkannya dengan kalimat

berbobot. Contoh bagi kalimat berbobot dimaksud dapat dilihat dengan

membandingkan pernyataan berikut: „Saya ingin banyak uang, hidup senang,‟ dan

„Saya mau memperkaya orang lain‟.”[20] Apabila Anda telah mengalimatkan visi

maka anda sedang berpindah dari suatu ide kepada konsep. Konsep ini adalah

sebagai lambang fakta, yang dengannya akan terwujud kenyataan yang didambakan

secara riil nanti. Sebagai contoh, anda dapat merangkum pernyataan visi sebagai

berikut: “…………. ada untuk memuliakan Allah dengan memperkaya banyak

orang.” Perhatikanlah ini, “…….. ada” menunjuk kepada subyek yang substantif, yang

keberadaannya adalah untuk memuliakan Allah. “Memuliakan Allah” menunjuk kepada

utopi; dan “memperkaya banyak orang,” menunjuk kepada tujuan operasi kerja dari

pribadi mau kepemimpinan dalam suatu organisasi.

Sebagai dasar untuk melangkah membuat “suatu perencanaan strategis” guna

melaksanakan visi anda dimaksud, maka anda membuat sebuah potret tentang

bagaimana anda mengerjakan dan mengalami pemenuhan (menggapai) visi dimaksud”

(sekarang di suatu masa yang akan datang) sebagai langkah kegenapan visi anda

Page 195: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

189 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

itu.[21] Membuat potret masa depan diawali dengan membuat skenario masa depan

sebagai dasar untuk membangun suatu perencanaan strategis (strategic

planning).[22] Dengan adanya perancanaan strategis ini, anda dapat mengetahui

dengan pasti akan visi, misi, fokus dan inti bisnis kepemimpinan yang menjelaskan

tentang tugas-tugas yang akan dikerjakan mencapai tujuan yang telah dicanangkan

dalam organisasi yang anda pimpin.

5. VISI DAN IMAN. Iman sangatlah diperlukan dalam upaya menetapkan dan

melaksanakan VISI. Iman di sini merupakan pengukur keabsahan visi dan penentu

pelaksaannya. Kini timbul pertanyaan, apa sebenarnya IMAN itu, dan apa

hubungannya dengan VISI? Dalam perspektif Kristen, Kitab Suci secara gambling

menegaskan, “Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani

11:1). Di sini iman menjelaskan tentang visi sebagai sesuatu yang memiliki dasar

pembuktian. Merumuskan hubungan ini lebih jauh, dapat dikatakan bahwa IMAN

adalah VISI, yaitu “Melihat hal yang ingin kita capai, jauh sebelum itu ada” (J.C.

Bowling). Beberapa unsur penting dari hubungan VISI dan IMAN (Iman dan Visi) dapat

dijelaskan sebagai berikut ini:

IMAN adalah dasar bagi VISI, yang merupakan landasan bagi pencapaian gambaran

“mimpi masa depan” yang didambakan.[23] Dapat dikatakan bahwa iman

menjadikan visi sebagai suatu kenyataan, dan iman memastikan bahwa visi adalah

sejati.

IMAN meneguhkan VISI, dan berperan sebagai BUKTI bahwa visi yang didasarkan

atas iman itu adalah nyata (riil), dapat dikerjakan serta dapat dicapai. Dalam

kaitan ini, visi menjadi pasti sepasti iman akan TUHAN, dan ada hal-hal nyata yang

akan dilakukan untuk mencapai hal-hal nyata lainnya di masa depan yang juga pasti.

VISI yang dibangun di atas iman menjelaskan tujuan organisasi

dan meneguhkanuntuk berjalan ke depan mencapainya. Dengan adanya visi, maka

individu (pemimpin) dapat melihat tujuan yang jelas ke depan, serta dapat

mengetahui apa-apa saja yang patut dikerjakan untu mencapai tujuan dimaksud.

VISI dan IMAN meneguhkan kepemimpinan, sehingga pemimpin dapat memimpin

orang lain yang diawali dengan membagi visi. Dengan adanya visi (kepemimpinan)

Page 196: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

190 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

maka pemimpin dengan sendirinya memiliki kuasa untuk memimpin, karena dengan

visi dimaksud ia dapat membuat sesuatu terjadi. Dengan visi yang sama, ia pun dapat

menggerakan orang lain (bawahan) untuk bertindak secara sinergis dengan berbagi

visi dimaksud. Dengan berbagi visi, pemimpin dapat memastikan bahwa upaya

memimpinnya (leadership attempt) pasti akan terlaksana.

VISI dan IMAN memastikan masa depan bertujuan, meneguhkan harapan

mencapainya, karena VISI dan IMAN adalah “FAITH LEAP.”[24] Dengan adanya visi

bertujuan ini, individu (pemimpin) dapat melihat jalan ke masa depan yang

memberikan kekuatan dan memberanikannya untuk melompat ke dalam peluang

(melompat ke air yang dalam), mencipta masa depan yang cerah.

VISI dan IMAN memberi semangat untuk membangun motivasi tinggi dan mendukung

guna mengatasi tantangan bersama untuk maju secara konsisten.[25]

6. MEMBAGI VISI. Telah dikatakan sebelumnya bahwa VISI memiliki kekuatan yang

ampuh untuk mengangkat dan membawa seseorang ke atas serta ke depan. Secara

khusus dapat dikatakan bahwa, VISI memberi kuasa bagi pelaksanaan kepemimpinan,

karena itu, VISI KEPEMIMPINAN itu harus dibagi. Dalam kaitan ini, visi harus dilihat

sebagai api yang membinarkan kekuatan yang menghangatkan. Bill Newman

mengatakan: “Visi adalah seperti api unggun di perkemahan, dimana orang-orang

akan berkumpul mengelilinginya, karena di sana ada cahaya, energi, kehangatan dan

kebersamaan.” Visi yang memiliki kekuatan seperti yang digambarkan di sini

menjelaskan bahwa visi dapat dibagi, sehingga menjadi milik semua orang. Sekarang

bagaimana VISI itu dapat Anda bagi? Visi itu dapat dibagi dengan memperhatikan

langkah penting berikut ini.

Gunakanlah visi itu untuk melihat gambaran suatu akhir dengan jelas, sebagai dasar

untuk melibatkan orang lain. Aristoteles berkata, “Jiwa tidak dapat berpikir tanpa

adanya suatu gambaran.” Dalam kaitan ini, visi memberi kemampuan

untuk membuat dan membagi gambar visi, pemimpin dapat membuat visualisasi

profil masa depan serta siap membaginya kepada orang lain.

Page 197: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

191 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Perhatikanlah perubahan yang akan terjadi dengan adanya gambaran

akhir ataugambaran profil masa depan dari visi ini, dan keuntungan apa yang saja

yang akan dicapai, serta alasan kuat untuk mencapainya. Dengan gambaran akhir ini,

seorang pemimpin dapat mengetahui secara pasti tentang apa yang dapat dan harus

dilakukan untuk menggapai visi itu.

Anda dapat berbagi visi itu dengan memberikan gambaran masa depan secara jelas.

Dengan gambaran masa depan yang jelas ini anda memiliki alat untuk mengambarkan

masa depan. dimana Anda juga dapat membangunkan keyakinan dan semangat

semua orang yang anda pimpin bahwa visi dimaksud dapat dicapai secara

bersama.

Kunci untuk berbagi VISI dalam perspektif Kristen memiliki kekuatan khas. Kekuatan

khas ini adalah seperti yang dikatakan oleh Larry Crabb, bahwa “Suatu visi yang dibagi

berkenan dengan bagaimana seseorang adanya dan dapat menjadi kemudian, memiliki

kuasa apabila Roh Kudus telah berbicara kepada jiwanya.”[26] Di sini terlihat jelas

bahwa Roh Kudus sendirilah yang meneguhkan visi di dalam jiwa seorang pemimpin.

Di atas visi inilah pemimpin dapat membangun gambaran masa depan yang bisa

diungkapkannya secara dinamis oleh pertolongan Roh Kudus.

Kebenaran tentang berbagi visi yang memiliki daya dorong kuat ini ditegaskan oleh

Burt Nanus dengan mengatakan, “Tidak ada mesin penggerak organisasi ke arah

ekselensi dan sukses jangka panjang dari pada membagi secara luas suatu visi yang

atraktif, bermanfaat, dan dapat dilaksanakan untuk mencapai masa depan.”[27] Dari

uraian Burt Nanus ini dapat dikatakan dengan tegas bahwa visi harus dirumuskan

secara atraktif, pragmatis dan aplikatif yang olehnya pemimpin dapat membaginya

kepada orang yang dipimpinnya. Berbagi visi seperti inilah yang menyebabkan adanya

daya dorong yang menggerakan semua komponen organisasi untuk terlibat aktif dalam

kinerja kepemimpinan.

VISI DAN PERUBAHAN. Telah dibincangkan sebelumnya bahwa visi yang adalah

keinginan suci memberikan kemampuan untuk memahami kehendak Allah dan melihat

ke depan akan apa yang akan terjadi. Kondisi ini dapat disebut sebagai “perubahan.”

Perubahan dapat dijelaskan sebagai keadaan yang dinamis yang terus bergerak ke

Page 198: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

192 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

arah bentuk yang baru ke depan. Perubahan ini dapat berbentuk berubahan internal

atau pun perubahan eksternal, yang menyangkut perubahan esensi, bentuk, makna,

fungsi dan peran yang dapat terjadi secara penuh maupun setengah, mengganti,

modifikasi, dan sebagainya. Mengaitkan perubahan dimaksud dengan visi, maka Rick

Warren mengatakan, “Visi adalah kemapuan untuk menilai dengan tepat perubahan-

perubahan yang terjadi dewasa ini dan menarik manfaat dari perubahan-perubahan

tersebut.” Mencermati apa yang diuraikan oleh Rick Warren ini dapatlah dikatakan

bahwa dengan keinginan suci pemberian Allah (visi), pemimpin dapat belajar untuk

melihat adanya perubahan-perubahan pesat yang terjadi dan menyesuaikan strategi

serta tindakannya untuk melangkah secara baru menjawab tantangan perubahan

dengan menginisiasi perubahan ke depan. Dalam kaitan ini, pemimpin perlu peka

terhadap kondisi perubahan dalam arti yang sebenarnya. Hal inilah yang dikatakan

oleh Rick Warren bahwa “visi adalah perasaan peka terhadap setiap

kesempatan”[28] Menghadapi kondisi perubahan dimaksud, ada dua hal yang dapat

dikerjakan secara simultan yaitu:

Mengembangkan sikap kepekaan terhadap masa depan. Dalam upaya

mengembangkan kepekaan terhadap masa depan maka ada beberapa langkah yang

perlu di cermati. Langkah-langkah tersebut adalah antara lain:

1) Membangun pendekatan yang konstruktif sebagai upaya mengidentifikasi

hakikat, bentuk, dan kadar perubahan yang sedang terjadi .

2) Mendefinisikan perubahan dengan melihat gejala-gejala dan mengadakan isolasi

dari hakikat, bentuk dan makna perubahan yang sesungguhnya.

3) Mengantisipasi konflik yang terjadi akibat dari setiap perubahan dan

memberikan batas sekat kepadanya sehingga tidak membawa akibat negatif.

4) Memberi arah yang tegas untuk mengendalikan perubahan terarah seseuai

dengan visi yang ada untuk menciptakan masa depan yang di dambakan.

Mencipta skenario masa depan menjawab tuntutan perubahan.[29] Menagani

perubahan yang sedang terjadi, pemimpin bertanggung jawab untuk mencipta

Page 199: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

193 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

skenario untuk menghadapi masa depan yang telah dicanangkan. Skenario masa

depan itu dapat dilakukan dengan mengambil langkah berikut ini:

1) Menegaskan kembali akan visi yang telah ditetapkan untuk menetapkan arah

yang jelas ke masa depan.

2) Menggali info dari pengalaman masa lalu terhadap isu yang berkaitan dengan

visi untuk mempelajari kecenderungan-kecenderungan yang akan ditimbulkan oleh

perubahan.

3) Menemukan indikator dari apa yang telah terjadi guna menemukan jawaban

bagi apa yang mungkin terjadi nanti.

4) Menetapkan langkah-langkah strategis yang akan ditempuh ke depan untuk

membawa perubahan, sehingga anda tidak digilas oleh perubahan itu.

RANGKUMAN.

Di sini telah didiskusikan tentang VISI dengan mempertanyakan apakah sebenarnya

VISI itu, apa pula karakteristik dan tanda-tanda-nya serta hubungannya dengan iman,

serta bagaimana menggali dan membaginya di tengah perubahan yang nyata. Pokok-

pokok dimaksud telah dijabarkan secara rinci sehingga diharapkan bahwa setiap aspek

dari visi sudah menjadi jelas bagi anda. Kiranya anda dapat memahami, memiliki dan

membatinkannya dalam hidup, yang menjadi landasan bagi anda untuk

melaksanakannya. Telah ditegaskan bahwa visi dapat diumpamakan seperti api kecil

yang dapat membakar hutan rimba dengan akibat yang dahyat. Dengan kekuatan visi,

seorang individu (pemimpin) dapat melihat rencana Allah, ia dapat mamahami masa

lalu yang memberikan kepastian tentang kebenaran visi masa kini untuk melangkah ke

depan. Dengan visi seorang individu (pemimpin) dapat melihat masa depan dengan

jelas dan ia pun akan mampu untuk mengajak orang lain untuk berjalan bersama-

sama memasukinya. Bagaimana seseorang pemimpin dapat mengajak orang lain untuk

turut bersama dengannya menuju ke masa depan? Hal penting yang perlu dilakukan

seorang pemimpin untuk melibatkan orang yang dipimpinnya dengan visi

kepemimpinan yang TUHAN berikan kepadanya, ialah:

Berdoalah dengan tekun atas apa yang perlu diketahui dari TUHAN Allah berkenan

dengan visi yang diberikannya.

Page 200: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

194 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Berpikirlah sejernih mungkin untuk mencari secara introspektif dengan sensitivitas

rohani yang tinggi.

Berpikirlah sebesar (berpikir besar) dan seluas (berpikir mendalam) mungkin untuk

memahami, dengan melihatnya secara jelas melalui gambaran mental yang lengkap.

Kembangkanlah visi dimaksud melalui suatu gambaran mental dengan melakukan

„brain storming‟ untuk pemahaman lengkap.

Padukan dengan nilai-nilai Anda untuk menetapkan suatu rumusan visi pribadi atau

kepemimpinan.

Sekarang Anda telah memiliki suatu pernyataan visi, yang olehnya anda dapat berbagi

dan mengajak orang lain untuk memahaminya serta mengikut Anda ke depan.

Salam doa,

Dr. Yakob Tomatala

[1] Perlu di sadari bahwa mimpi adalah konfirmasi visi, sehingga dapat dikatakan

bahwa visi yang benar tentu tidak sama dengan mimpi, walau pun visi dapat saja

dipahami melalui mimpi, dimana visi dapat disebut sebagai mimpi siang hari., dan

mimpi juga adalah gambaran dari visi itu.

[2] Tulisan ini diangkat dari buku Anda juba bisa menjadi Pemimpin Visioner, karya Y.

Tomatala.

[3] Jonathan Swift mengatakan, “Vision is the art of seeing things invisible” (Andy

Stanley, 1999:29).

Page 201: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

195 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

[4] Aplikasi dari definisi ini bersifat terbuka karena dapat dikenakan bagi semua orang

dalam segala lingkungan kehidupan.

[5] Andy Stanley mengatakan bahwa visi memiliki “divine element.” Ibid., halaman 12-

14. Banding halaman 24-25.

[6] Penjelasan tentang sumber visi seperti ini menjelaskan akan tindakan Allah yang

sama kepada semua orang dari sudut pandang “common grace” yang diuntukan bagi

semua manusia ciptaan-Nya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa visi yang ada

pada semua orang adalah pemberian Allah yang oleh keadilan dan hikmat-Nya, Ia

memperlakukan semua manusia secara adil (Matius 5:45). Levi Brackman dan Sam

Jaffe meneybut visi sebagai innerwil.

[7] G. Barna, Turning Vision into Action, tahun 1987., halaman 35-36.

[8] Ada sementara orang menyamakan visi dengan mimpi, tetapi dalam mengaitkan

mimpi dengan visi yang sejati, mimpi adalah sebagai “kemampuan untuk melihat/

memimpikan hal besar yang akan terjadi pada masa depan.” John E. Haggai dalam

bukunya Lead On cenderung menyamakan visi dengan mimpi, yang dalam kenyataan

memang visi berhubungan dengan mimpi, dimana visi hanya dapat dipahami dan

dicapai melalui kemampuan memimpikannya (Lihat Lead On, Part I. The Dream).

Aubrey Malphurs mengatakan bahwa “Vision is not a dream” (1999:32).

[9] Di sini Allah dapat menyatakan visi kepemimpinan melalui kelompok orang dalam

suatu organisasi.

[10] Andy Stanley, Op. Cit., halaman 17.

[11] Kebenaran ini mengaitkan visi dengan iman yang akan dijelaskan kemudian dalam

Bab ini.

[12] Rick Warren, The Purpose Driven Life, tahun 2002., halaman 18-19.

[13] Dalam kaitan ini, keingian suci dapat disebut sebagai kehendak Allah yang khusus

bagi setiap individu untuk membawa kepenuhan bagi kehidupannya. Kepenuhan di sini

dapat berarti keberhasilan atau sukses dari perspektif Alkitab yang berimbang. Lihat

konsep sukses menurut Alkitab dalam buku Manusia Sukses: Suatu Teologi Berkat dari

Perspektif Alkitab, karya Y. Tomatala.

Page 202: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

196 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

[14] Lihat Andy Stanley, Loc. Cit.

[15] Visi yang altruistis artinya visi yang berorientasi kepada orang lain. Untuk

memahami hal ini, bandingkanlah dengan definisi kepemimpinan filosofis yang

tertuang dalam buku karya Y. Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, dimana tujuan

yang dicapai oleh kepemimpinan sejati adalah altruistik yaitu yang memiliki orientasi

self dan others, yang membawa keuntungan bagi pemimpin, orang yang dipimpin

dan situasi kepemimpinan. Dengan demikian, adalah beralasan untuk mengatakan

bahwa visi yang benar bersifat altruistik. Inilah visi sejati.

[16] Andy Stanley mengatakan bahwa visi itu cenderung menenun empat hal dalam

pengalaman keseharian yaitu: passion, motivation, direction dan

purpose (1999:9-14).

[17] Apabila anda dapat mengungkapkan visi itu dengan gampang, maka ini adalah

keinginan biasa. Sebagai contoh, anda melihat bahwa menjadi sarjana itu keren, maka

anda juga ingin menjadi sarjana tanpa mengetahui kemanfaatan menjadi sarjana itu,

sehingga sekali pun anda seorang sarjana, anda akan nampak seperti orang biasa-

biasa saja.

[18] Kebutuhan pokok terasa dapat dijelaskan sebagai kebutuhan individu

untuk menjadi apadan untuk apa. Kebutuhan pokok ini juga adalah kebutuhan nyata

dalam kepemimpinan bagi kemaslahatan banyak orang.

[19] Ingatlah bawa keinginan suci itu bersifat altruis, sehingga apabila seseorang

menginginkan sesuatu yang disebutnya sebagai keinginan suci tetapi keinginan itu

memiliki nilai yang bersifat egoistis serta rendah dan ia ternyata tidak memiliki potensi

yang sesuai untuk mengerjakannya maka dapat diduga bahwa ini adalah keinginan

yang biasa-biasa saja. Kalau seseorang ingin menjadi kaya, bernama besar dan berada

di depan, ini dapat disebut ambisi yang pantas, tetapi belum tentu adalah visi sejati.

[20] Pernyataan pertama dapat disebut sebagai keinginan biasa-biasa dari orang biasa

dan pernyataan kedua merupakan indikasi pernyataan visi.

[21] Uraian ini menghubungkan visi dengan kemampuan untuk membuat peta

keinginan masa depan organisasi, sebagai bagian dari kemampuan seorang pemimpin

melihat visi kepemimpinan dengan jelas.

Page 203: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

197 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

[22] Lihat buku “Mastering Planning” yang membahas tentang “Manajemen

Perencanaan Strategis” karya Y. Tomatala, terbitan YT Leadership Foundation,

Jakarta., untuk pembelajaran lanjutan.

[23] Dalam kaitan ini, visi yang sesungguhnya hanya dapat diterima dengan iman,

dimana iman menentukan sejauh mana kebenaran visi itu, serta semungkin mana visi

itu dapat tercapai. Rich DeVos berkata, “Saya percaya bahwa sukses sejati dalam

setiap aspek kehidupan kita tergantung pada landasan iman Kristiani saya yang tak

tergoyahkan.” Dan katanya lagi, “Iman itu melampaui nalar: iman mengisi jurang

ketika anda tidak tahu apa yang harus anda perbuat atau apa yang akan terjadi.”

(2004: 112, 114).

[24] Istilah Faith Leap menjelaskan tentang suatu lompatan dengan kekuatan

kepercayaan besar memasuki masa depan yang hanya dapat dilakukan dengan iman

yang teguh akan TUHAN Allah.

[25] George Barna memberikan contoh hubungan visi dengan iman ini pada Musa

dengan mengatakan, “Moses caught the vision, articulated the visin and implemented

the vision basedon his faith and wholehearted trust in an omnipotent and loving God”

(1996:53).

[26] Lihat Andy Stanley, Op. Cit., halaman 109.

[27] G. Barna, Op. Cit., halaman 35.

[28] Lihat karya Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, Penerbit Gandum Mas,

tahun 2003., halaman 32.

[29] Lihat buku Mastering Planning, halaman karya Y. Tomatala, tahun 2001., halaman

14-15, untuk mempelajari tentang bagaimana membuat Skenario Masa Depan.

http://yakobtomatala.com/

ENTREPRENEUR SEJATI

“Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu

bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam”

Page 204: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

198 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

(Amsal 31:17-18).

PENGANTAR

Istilah entrepreneur dan entrepreneurship sangat populer belakangan ini. Dalam

memahami entrepreneur dan entrepreneurship, kita perlu bertanya, “siapa dan apa

sesungguhnya entrepreneur dan atau entrepreneurship itu, serta apa hubungannya

dengan wirausaha atau kewirausahaan?” Secara umum, entrepreneur telah

dipadankan dengan wirausaha, dan entrepreneurship telah dipadankan dengan

kewirausahaan, yang cenderung berkaitan hanya dengan dunia bisnis[2] dan pelaku

usaha bisnis. Setelah mengadakan pengkajian yang lebih terbuka terhadap

entrepreneur dan entrepreneurship, penulis menghasilkan kesimpulan bahwa setiap

orang yang sukses sampai ke puncak, sesungguhnya adalah dia yang memiliki jiwa

entrepreneur.[3] Menguraikan pokok seputar Entrepreneur Sejati, maka ada tiga hal

yang akan dibahas, yaitu antara lain: Satu, Memaknai Entrepreneur dan

entrepreneurship; Dua, Ciri-ciri entrepreneur; dan Tiga, Membangun budaya

entrepreneurship.

MEMAKNAI ENTREPRENEUR DAN ENTREPRENEURSHIP

Telah dikatakan bahwa selama ini, istilah entrepreneur dan entrepreneurship telah

dipadankan dengan wirausaha dan kewirausahaan. Di sini dapat dikatakan bahwa

“wirausaha” artinya “berani berusaha, atau berani menjalankan sesuatu usaha secara

mandiri sehingga mendatangkan keberhasilan atau keuntungan. Dalam pengertian di

atas, dapatlah dikatakan bahwa “Kewirausahaan adalah upaya mengembangkan

pengaruh dengan mengelola suatu bisnis atau usaha sebegitu rupa secara mandiri,

sehingga mendatangkan keuntungan.” Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa

kewirausahaan dalam kaitan ini berarti “proses yang ditandai oleh keberanian memulai,

mengelola dan menjalankan suatu usaha khusus secara mandiri yang berorientasi

kepada keberhasilan atau keuntungan.” Menurut Pietra Sarosawirausahawan/

wati adalah “Seseorang yang mempunyai visi, semangat dan tindakan-tindakan nyata

dalam usaha menciptakan dan mengembangkan sendiri sumber-sumber income-nya

tanpa bergantung semata-mata kepada orang lain.”

Selanjutnya, istlah entrepreneur dan entrepreneurship yang berasal dari

istilah entreprendre, berarti “menjalankan, yang menjelaskan tentang adanya

Page 205: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

199 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

seseorang yang mengorganisir dan menjalankan suatu usaha secara berani dengan

tujuan memperoleh keuntungan.” Di sini dapat dikatakan bahwa entrepreneur adalah

seseorang yang mandiri dan berani melakukan sesuatu yang membawa keuntungan

dan memberikan keuntungan. Entrepreneurship dalam kaitan ini berarti “proses yang

ditandai oleh keberanian memulai, mengelola dan menjalankan suatu usaha khusus

secara mandiri yang berorientasi kepada keberhasilan atau keuntungan, sehingga

dapat menguntungkan secara lebih luas.” Menyimak pemahaman entrepreneur dan

entrepreneur seperti di atas ini, dapat dikatakan bahwa konsep entrepreneur ini

bersifat terbuka, yang dapat meliputi segala bidang kehidupan, yang menjelaskan

bahwa seorang entrepreneur itu dapat “siapa aja” dalam bidang “apa saja,” karena

yang terpenting ialah bahwa ia memiliki jiwa entreprenur dengan ciri, sikap dan

tindakan yang jelas, yang menunjukkan adanya kemandirian tinggi padanya.[4]

CIRI-CIRI ENTREPRENEUR

Memahami konsep entrepreneur secara terbuka, dapat dikatakan bahwa seorang

entrepreneur memiliki ciri-ciri khusus yang unik. [5] Ciri-ciri entrepreneur yang unik itu

adalah antara lain:

Entrepreneur adalah seorang yang kompeten. Kompetensi ini menegaskan bahwa

entrepreneur memiliki kepenuhan-kelengkapan diri yang bersifat individu, profesional

dan formal. Kompetensi enterpreneur ini dibangun diatas faktor berikut:

Menemukan visi sebagai dasar membangun kompetensi. Seorang entrepreneur harus

memulai dengan menemukan, membangun dan meneguhkan visi (keingin suci,

keinginan sejati)[6] sebagai dasar untuk mengembangkan diri serta karirnya.

Meneguhkan budaya kualitas. Kompetensi diri entrepreneur menjelaskan bahwa ia

berhasil membangun diri dalam life way berkualitas, yang menegaskan bagaimana ia

mengembangkan paradigma, perspektif, sifat, sikap; dan cara unggul.

Page 206: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

200 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Membangun kompetensi, mewujudkan INTEGRITAS karakter, sehingga ia

dapatdipercayai; KAPASITAS pengetahuan yang komprehensif dan khas lebih sehingga

ia dapatdiharapkan; dan KAPABILITAS (kecakapan) sosial dan teknis andal, sehingga ia

dapatdiandalkan.

Entrepreneur adalah seorang mandiri. Aspek kemandirian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Entrepreneur memiliki Keunggulan Pikiran dan Berpikir yang membuatnya andal

mengungguli orang kebanyakan (orang rata-rata) di lingkungannya. Keunggulan

pikiran dan berpikir ini ditandai oleh keandalan menggunakan pikirannya, dimana ia

dapat berpikir dan bersikap terbuka; berpikir dan bersikap kreatif dan inovatif; berpikir

dan bersikap asertif; berpikir dan bersikap proaktif – antisipatif; berpikir dan bersikap

besar, berpikir dan bersikap benar; berpikir dan bersikap sinergis simultan; serta

berpikir dan bersikap kemungkinan.

Entrepreneur memiliki Keunggulan Keberanian yang menjelaskan bahwa ada kebiasaan

unggulan. Kebiasaan unggulan inilah yang menyebabkan seorang entrepreneur itu

berani menentukan sikap; berani menemukan, mencipta, mengejar dan menangkap

peluang; berani mengubah peluang menjadi produk; berani menanggung akibat dari

keputusan; berani mengambil resiko dan petaruhan; berani terbuka melibatkan orang

lain untuk bekerja sama dengan penuh kepercayaan serta penghargaan guna

mencipta peluang menjadi uang.

Entrepreneur memiliki Keunggulan MEREKAYASA CARA yang memberikan keandalan

kepadanya. Keunggulan ini membuatnya andal untuk bertindak strategis dan bertindak

taktis yang dibuktikan dengan bekerja cakap; bertindak dengan cara unik dan penuh

perhitungan, efektif, efisien, sehat, produktif; bertindak dengan gairah penuh; dan

bertindak terfokus dan konsisten.

Enterpreneur adalah seorang yang bermental investor.[7] Sejatinya, seorang

entrepreneur adalah dia yang memiliki kedewasaan dengan mentalitas investor.

Mentalitas investor menjelaskan bahwa ia selain memiliki kestabilan income, ia bebas

Page 207: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

201 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

untuk mengembangkan usaha berciri the second, the third atau the fourth income dst.,

dengan membiarkan uang bekerja baginya. Dalam hubungan ini, sang entrepreneur

hanya bekerja dengan orang yang andal, dapat diharapkan dan dapat dipercaya

dengan penerapan manajemen yang tidak rumit dan dapat disupervisi secara

menyenangkan.

Enterpreneur adalah strategos taktisian andal. Sebagai strategos taktisian,

enterepreneur adalah seorang eksekutor atau pelaksana yang pemberani. Gerakannya

selalu memperhitungkan bagaimana ia memilih, meraih, mencipta peluang, bersikap

tidak terbaca; berani menunjukkan keunggulan; melangkah terus berada di depan

orang lain, dengan melangkah cepat; dan bertindak tepat.

Entrepreneur adalah pribadi yang harus membawa keuntungan bagi banyak orang.

Seorang enterpreneur pada akhirnya memiliki ciri kemanfaatan tinggi, yaitu ia akan

selalu membawa keuntungan dan manfaat yang dapat dinikmati oleh lebih banyak

orang ia dapat hidup untuk memberi, hidup untuk menolong dan membuktikan diri

sebagai the life giving leader.

MEMBANGUN BUDAYA ENTREPRENEURSHIP

Mengapa membangun individu-individu berjiwa entrepreneur[8] itu sangat penting

bagi sebuah negara atau suatu bangsa? Dr. Ir. Ciputra[9] senantiasa bertanya,

mengapa Indonesia masih tertinggal secara ekonomi dari Singapura, Taiwan,

Hongkong, Jepang, apalagi Amerika Serikat? Dan apa yang ditemukannya cukup

mengejutkan, yaitu karena Indonesia terlalu sedikit mempunyai

wirausaha entrepreneur.[10] Pertanyaan Bapak Ciputra ini haruslah disambut sebagai

tantangan untuk dijawab sebagai anak bangsa. Dalam upaya menjawab pertanyaan

ini, “Sosiolog Pembangunan, David McLelland menemukan bahwa suatu negara akan

makmur apabila mempunyai wirausaha atau entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah

penduduk negara itu. TAHUN 2005, Singapura memiliki entrepreneur 7.2% dari total

penduduknya, padahal tahun 2001 hanya ada 2.1%. PADA TAHUN 1983, Amerika yang

berpenduduk 280 juta memiliki 6 juta entrepreneur, atau sekitar 2.14% dari total

penduduknya.[11] Berdasarkan observasi Ciputra dan temuan McLelland ini, dapatlah

Page 208: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

202 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

ditegaskan beberapa kebenaran seputar urgensi dan kepentingan membangun budaya

entrepreneurship.

Kepentingan membangun Budaya Entrepreneurship. Menjadi seorang entrepreneur

sejatinya adalah melibatkan cara hidup unggul yang menuntut adanya suatu budaya

entrepreneurship.

Kadar entrepreneur menjelaskan tentang kualitas kemandirian suatu masyarakat yang

menggungkapkan tentang kualitas intelektualitas, kualitas sikap dan kualitas tindakan

setiap individu. Kadar kemandirian ini menunjuk tentang sejauh mana suatu

masyarakat itu dapat mengisi kehidupannya secara berkualitas, dan muncul sebagai

ungul dalam persalingan antar kelompok, mau pun antar bangsa.

Kadar entrepreneurship menjelaskan tentang kualitas kebudayaan yang menunjuk

kepada the total lifeway dari suatu kelompok masyarakat atau suatu bangsa yang

menjelaskan bagaimana mereka berpikir, bersikap, berkata dan bertindak dalam upaya

melanjutkan serta mempertahankan eksistensinya. Di sini akan nampak keunggulan

berpikir inovatif, kreatif mengembangkan serta menggunakan teknologi; berpikir

asertif, proaktif, antisipatif, menggunakan teknologi bagi pengembangan ekonomi;

berpikir dan bersikap sosiatif, energetik, sinegetik dan simultan sebagai landasan

menggunakan teknologi untuk bertindak mewujudkan praksis ekonomi yang kompetitif

serta unggul.

Kadar entrepreneurship menjelaskan tentang kualitas nilai suatu kelompok atau

bangsa yang menunjuk kepada sejauh mana proses inkulturasi dijalankan untuk

meneguhkan kehidupan kelompok yang menjelaskan tentang daya juang dan daya

tahannya; daya saing dan daya jualnya; yang membuktikan keunggulan kelompok

dimaksud yang kompetitif.

Pendekatan membangun Budaya Entrepreneurship. Dari perspektif

kebudayaan,worldview yang membakukan nilai-nilai agung suatu kelompok, semuanya

Page 209: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

203 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

ini dibangun melalui proses inkulturasi atau enkulturasi, yaitu hakikat dan cara

pendidikan dalam kebudayaan setiap masyarakat.[12] Dalam perpektif ini, dapat

dikatakan bahwa budaya entrepreneur dapat dibangun melalui proses inkulturasi, yaitu

pendidikan yang bersifat informil, non-formil dan formil, untuk mencipta, meneruskan

dan membakukan nilai-nilai menjadi suatu worldview. Dari sudut pandang inkulturasi

atau pendidikan dalam kebudayaan ini, pendekatan membangun budaya entrepreneur

menyentuh aspek-aspek berkut:

Fokus pendidikan – mewadahkan nilai-nilai ke dalam worldview yang berorientasi

entrepreneurship untuk mengembangkan manusia mandiri.

Sistem pendidikan – melibatkan pelaksana didik dan nara didik dengan semangat

entrepreneurship yang menggunakan falsafah tranformasi – entrepreneuris yang

bermuara kepada pembentukan pribadi peserta didik yang berjiwa entrepreneur.

Wadah pendidikan – membagi (sharing) nilai entrepreneurship melalui mekanisme

pendidikan masyarakat atau keluarga (non-formil); pendidikan ketrampilan sosial dan

teknis (informil) dan pendidikan umum atau sekolah (formil) yang harus dilakukan

secara berkualitas serta konsisten.

Proses pendidikan – menyentuh interaksi nilai-nilai yang merupakan upaya membentuk

falsafah hidup dengan worlview entrepreneurship.

Produk pendidikan – menghasilkan “output” berupa manusia mandiri yang berjiwa

entrepreneur dengan kemandirian tinggi yang kompetitif, sehingga mereka dapat

berkiprah dalam karir apa pun secara unggul, kompetitif dan sukses di market place.

RANGKUMAN

Telah diuraikan tiga hal penting dalam bahasan seputar entrepreneur dan

entrepreneurship. Pemahaman tentang entrepreneur dan entrepreneurship

menegaskan tentang adanya seseorang yang berjiwa

entrepreneur dengan kemandirian tinggi, sehingga ia dapat berkiprah di market

Page 210: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

204 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

place dalam bidang kehidupan apa pun yang sesuai jatidirinya (inner will) yang

merupakan dasar bagi visi dan karir yang ditekuninya.

Telah ditegaskan pula bahwa seorang entrepreneur memiliki ciri-ciri khas, yaitu ia

haruslah kompeten dengan integritas karakter dengan etika moral teguh yang

membuat ia dapat dipercaya; dan Kapasitas Pengetahuan yang komprehensif dan khas

lebih, yang membuat iadapat diharapkan dan Kapabilitas Kecakapan Sosial dan Teknis

yang membuatnya dapat diandalkan. Secara lebih khusus, ujung dari kompetensi

entrepreneur adalah “kemandirian tinggi” yang mewadahkan – keandalan penggunaan

pikirannya (Pikiran Unggul); keandalah kebiasaan entrepreneur yang nampak pada

keberanian membuat keputusan terhadap peluang (Keberanian Unggul); dan

keandalan merekayasa cara (Cara Unggul), sehingga sang entrepreneur dapat

membuktikan diri menjadi pelaku yang terus berkiprah kepada keberhasilan yang

membawa keuntungan yang menguntungkan diri serta orang lain dalam hidup serta

karirnya. Selamat membangun dan membuktikan diri sebagai entrepreneur sejati.

Salam doa,

Dr. Yakob Tomatala

[1] Pokok ini tidak diberikan judul “wirausahawan sejati,” untuk menegaskan bahwa

konsep entrepreneurship bersifat terbuka, dan juga untuk menghindari konotasi bahwa

entrepreneur hanyalah milik mereka yang berkiprah dalam dunia bisnis saja.

[2] Lihat pendapat Dr. Ir. Ciputra yang mengatakan, “Indonesia hanya memiliki sekitar

400 ribu wirausaha real entrepreneur, atau sekitar 0.18% dari penduduk. Memang

pelaku bisnis tercatat ada 50 juta orang, tetapi yang lain itu bukan entrepreneur yang

sesungguhnya, mereka hanya melakukan kegiatan mencari

nafkah subsisten. Indonesia memerlukan 12 kali real entrepreneurlebih banyak dari

yang ada hari ini, atau sekitar 4.6 JUTA ORANG.”

[3] Lihat gagasan ini yan gdikemukakan oleh Levi Bracman dan Sam Jaffe dalam buku

Sukses Bisnis Cara Yahudi.

Page 211: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

205 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

[4] Konsep entrepreneur dan entrepreneurshi ini dapat dipelajari dalam buku,

“Entrepreneur Rohani” (Spiritual Entrepreneur) karya Y. Tomatala, terbitan YT

Leadership Foundation, terbitan tahun 2010.

[5] Menurut Ciputra, ada tiga ciri penting dalam diri seorang

wirausaha (real entrepreneur),yaitu : (1) Penciptaan peluang opportunity creating; (2)

Melakukan inovasi innovating; dan (3) Mengambil resiko yang terukur calculated risk

taking. Selanjutkan dikatakan bahwawirausahawan atau entrepreneur adalah mereka

yang memiliki keandalan mengubah sampah menjadi emas.

[6] Pokok tentang visi sebagai “keinginan suci” ini dapat dipelajari dalam buku “Anda

juga dapat menjadi Pemimpin Visioner,” karya Y. Tomatala

[7] Gagasan mental investor ini dapat dipelajari dari karya tulis Robert T. Kyosaki.

[8] Penyebutan “berjiwa entrepreneur” digunakan di sini untuk menegaskan pendapat

bahwa entrepreneurship dan entrepreneur itu bersifat terbuka, mencakup usaha dalam

segala bidang kehidupan.

[9] Dr. Ir. ciputra dapat dinobatkan sebagai Bapak Entrepreneur Indonesia.

[10] Data ini diperoleh dari seorang rekan lain, yang sumbernya tidak tercantum.

[11] Ibid.

[12] Pokok ini dapat dipelajari dalam buku Antropologi Kebudayaan, karya Y.

Tomatala.

APAKAH BENAR SABAR ITU MENGUNTUNGKAN

“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya

melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16:32).

PENGANTAR

Sabar? Sabar sepertinya memberi indikator kalah, menurut pandangan sementara

orang. Kata sabar ini bisa menjengkelkan bagi yang tidak menyukai dan melawannya.

Page 212: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

206 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Karena, sabar mengekang jiwa dan membakar emosi, yang bila tidak diledakkan akan

menggetirkan diri. Betapa tidak, pada sisi lain, orang yang sabar sering dianggap

kalah, rendah, tidak memiliki kekuatan dan seterusnya. Karena itu, sabar itu adalah hal

yang memalukan. Inilah dia. Sabar sudah diberikan arti yang “keliru dan sumbang.”

Mengapa? Sabar telah diberi bobot negatif, pesimis dan permisif.

Sabar telah menjadi negatif karena menunjukkan sikap orang lemah. Sabar memberi

indikasi adanya gaya pesimistis. Sabar, katanya, membuat orang pesimis dan berkata,

“inilah saya, saya tidak berdaya melawan,” pikir sementara orang. Sabar diartikan

secara permisif, yaitu gaya “kesera-sera what will be will be” karena saya sudah begini,

mau apa lagi. Melawan akan tetap kalah juga, jadi sabar saja, jangan buat apa-apa,

katanya. Apakah sabar berarti seperti ini? Namun, dari posisi yang benar, ternyata

sabar memiliki keunggulan hebat. Mengapa demikian? Sabar sesungguhnya adalah

dasar bagi sikap, sifat, dan kebiasaan hebat yang proaktif yang menghasilkan secara

positif. Ingatlah ini: “Sabar itu sober! Sabar itu subur! Sabar itu Zabur! Dan sabar

itu shalom!” Apa pula maknanya ini? Marilah kita mulai dengan mencerna makna sabar

yang sesungguhnya dan implikasinya bagi keteguhan diri serta keberhasilan dalam

hidup serta kepemimpinan.

MAKNA SABAR YANG PAS. Sabar dan orang sabar dalam Amsal 16:32 Alkitab LAI

edisi BIS, dilukiskan dengan pernyataan berikut, “Tidak cepat marah, lebih baik dari

pada mempunyai kuasa; menguasai diri lebih baik dari pada menaklukkan kota.” Di sini

sabar diartikan sebagai “tidak cepat marah” yang padanannya ialah “menguasai diri.”

Makna dari “sabar” terlihat jelas di sini, yaitu sikap tidak cepat marah dengan

menguasai diri. Di sini sabar menjelaskan bahwa si penyabar menempatkan kehendak

baik (good will), dan pikiran sehat (healthy rationality) di atas emosi. Sabar

menjelaskan bahwa si penyabar berkemauan baik yang ditempatkannya di atas segala

yang lain. Ia juga menempatkan pikiran sehat di atas apa pun, sehingga ia tidak

membiarkan emosinya mengambil kendali dalam bersikap (menentukan sikap atau

menyikapi) apa pun sebagai respon atau reaksi atas aksi atau stimulus yang datang

dari luar. Si penyabar dengan menempatkan kehendak baik dan pikiran sehat di atas

emosi maka ia terbukti dapat menguasai diri. Di sini emosi diberi tempat yang pas

sebagai pendukung kehendak dan pikiran. Perhatikanlah, bahwa “orang yang tidak

sabar sebenarnya hanya membiarkan emosinya berada di atas kehendak dan pikiran

sehat,” sehingga responnya menjadi emosional.

Page 213: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

207 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Dengan respon emosional ini kehendak dan pikirannya dipaksakan untuk menuruti

kemauan emosi, maka jadilah “marah” alias “tidak sabaran” kata orang. Sabar dalam

artian ini menegaskan adanya kehendak baik, kemauan baik, pikiran sehat untuk

menyikapi stimulus (yang dipersepsikan negatif) yang datang dari luar, sehingga sabar

dianggap lebih baik dari kekuatan atau kuasa. Sabar menjelaskan tentang kadar

penguasan diri yang tinggi serta teguh. Sabar menjelaskan adanya sikap menolak

menerapkan kekuatan tanpa kemauan baik. Menerapkan kekuatan atau kuasa tanpa

kemauan baik akan terlihat sebagai arogan dengan gaya mendominasi yang egoistis.

Sabar adalah sikap menempatkan kemauan baik di atas emosi, dimana emosi berperan

mengedepankan kehendak baik yang berapi-api, bukan sikap amarah yang emosional.

Sabar itu benar, baik, indah dan kuat.

SABAR ITU SOBER. Sabar itu sober. Apa artinya ini? Sabar berati sober, dimana si

penyabar sedang menggunakan pikiran jernih, “sober mind.” Sabar yang sober ini

bukan saja memberikan tempat kepada pikiran sehat di atas emosi,

tetapi menjernihkan pikiran dan menggunakan kejernihan itu untuk memandang dan

memaknai stimulus yang datang dari luar, sebelum memberikan reaksi. Sabar yang

sober akan membuat si penyabar bersikap empati yang objektif yang olehnya ia akan

terlihat sebagai “orang berpengertian.” Penyabar sejati, dapat membuktikan diri

sebagai orang berhikmat, dengan sober. Sabar dalam artian ini ialah “berpikir jernih”

sebagai dasar untuk melakukan sesuatu tindakan (reaksi). Sabar yang sober ini

terlihat dalam Amsal 15:22b yang menegaskan, “Rancangan gagal kalau tidak ada

pertimbangan.” Jadi sabar yang sober, adalah jawaban bagi tindakan yang positif dan

berhasil. Sabar itu sober, dimana penyabar adalah “pendengar yang bijaksana yang

lambat berkata-kata dan lambat marah.” Ia sabar yang dibuktikan dengan pikiran

jernih, sikap dan tindakan yang benar serta membawa kebaikan (Yakobus 1:19).

SABAR ITU SUBUR. Sabar itu subur. Apa maksud dari pernyataan ini? Sabar itu

subur mengimplikasikan akan dampak positif dari kesabaran. Sikap sabar

mendemonstrasikan kebiasaan benar dan baik pada satu sisi, dimana kebiasaan benar

yang baik tentu dilandasi karakter benar dan baik yang bersumber dari nilai etika serta

moral yang benar. Sabar menjelaskan bahwa si penyabar berakal budi atau berbudi

luhur (Yesaya 32:8), yang dinyatakan dalam sikap dan tindakan yang lemah lembut

(Yakobus 3:13-18). Kebenaran tentang sabar yang subur ini disetir dalam Amsal 16:21

yang menegaskan, “Orang yang bijak hati disebut berpengertian” (TB) atau “Orang

Page 214: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

208 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

yang bijaksana dikenal dari pikirannya yang tajam” (BIS), sehingga ia

dapat mengendalikan diri dan “berbicara manis lebih dapat meyakinkan” (TB) atau ia

membutikan diri sebagai “memiliki cara bicaranya yang menarik, membuat kata-

katanya makin menguntungkan” (BIS). Sabar yang subur ini ternyata membawa

keuntungan dan kemanfaatan ganda. Pada satu sisi, si penyabar membutikan diri

sebagai orang bijak, dan pada sisi lain ia terbukti memelihara hatinya dari yang jahat

(Amsal 4:23). Di sini, melalui kesabaran ini, ia menyelamatkan dirinya serta

hubungannya dengan orang lain (stimulan) dalam situasi seburuk apa pun. Sabar yang

subur ini ternyata membawa kemanfaatan positif dan keuntungan besar.

SABAR ITU ZABUR. Sabar itu zabur mengandaikan bahwa sabar membuat orang

dapat bersyukur atau bermazmur dalam segala sesuatu untuk semua kondisi. Sabar

dalam kaitan ini menjelaskan bahwa si penyabar yang mengendalikan emosinya, juga

mengendalikan kata-katanya, yang olehnya ia membuktikan bahwa ia adalah “orang

beribadah yang sejati” (Yakobus 1:26). Orang sabar menggunakan mulutnya untuk

“memuji TUHAN” (I Tesalonika 5:16-18). Karena ia mengerti bahwa “Allah turut

bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebajikan kepadanya” (Roma

8:28), sehingga ia tidak terpancing untuk bereaksi negatif atas stimulus dari luar,

seperti kata-kata dan tidandakan seseorang kepadanya yang negatif dan menyakitkan

sekali pun. Dengan sikap sabar seperti ini orang sabar “memelihara nyawanya dengan

menjaga mulutnya” (Amsal 13:3, 6). Orang yang sabar menyadari bahwa “Perkataan

yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak”

(Amsal 25:11). Sedangkan, orang yang tidak sabar dan tidak sabaran hanya

mengucapkan kata-kata yang menghancurkan bagaikan “tikaman pedang” (Amsal

12:18). Sabar menempatkan si penyabar sebagai manusia bijak yang selalu

menggunakan kata-katanya untuk memuliakan Allah dan meneguhkan sesama, karena

itu sabar itu zabur.

SABAR ITU SHALOM. Sabar itu shalom. Apa artinya ini? Sabar itu shalom, karena

dengan bersikap sabar, si penyabar sedang membuktikan bahwa “ia adalah pengasih

sejati” yang mengasihi dan membawa shalom. Si penyabar mengasihi karena ia

mengerti bahwa “kasih itu sabar” (I Korintus 13:4a). Ia sabar karena ia menyadari

bahwa ia dikasihi Allah, ia diampuni Allah (Kolose 3:12) sehingga ia mengalami damai

sejahtera dalam hati, roh, jiwanya. Dengan jamahan kasih TUHAN ini, si penyabar

telah berdamai dengan Allah (Roma 5:9-11) dan menikmati shalom. Dengan kekuatan

Page 215: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

209 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

kasih itulah si penyabar memiliki kemampuan untuk mengampuni sesamanya, seperti

ia telah diampuni oleh Allah (Banding: Matius 18:21-22, 23-35). Dengan sikap dan

tindakan mengampuni seperti ini si penyabar sedang menebar kedamaian bagi setiap

orang yang ada di sekitarnya. Kualitas hidup baru yang dibangun di atas kasih Allah ini

menyebabkan si penyabar mampu membuktikan kinerja yang berkualitas, karena ia

dapat melakukan segala sesuatu sama seperti kepada Allah (Kolose 3:17, 23). Si

penyabar sabar, karena sabar itu shalom!

IMPLIKASI:

Anda tentu telah meilhat apa dan bagaimana memaknai serta menikati keuntungan

dengan sabar serta mencitrakan diri sebagai penyabar sejati. Lihatlah kebenaran

tentang sabar yang dapat meneguhkan, seperti dibawah ini:

Sabar mengandaikan adanya kekuatan pengendalian diri yang teguh, sehingga si

penyabar bersikap proaktif positif yang konsisten. Sabar membuat ia mampu untuk

tidak melukai dan tidak terluka.

Sabar menunjukkan adanya kualitas penguasaan pikiran yang terus dipertahankan

sejernih-jernihnya, sehingga si penyabar akan selalu berpikir positif, sebagai dasar

untuk berkata, bersikap dan bertindak positif. Ia akan terbukti selalu altruistik dengan

adanya sikap sabar.

Sabar memberikan kekuatan kepada si penyabar untuk membuktikan diri sebagai

berbudi luhur yang olehnya ia akan berpikir luhur, berkata luhur dan bertindak luhur.

Ia akan selalu membangun.

Sabar memberikan kuasa yang meneguhkan si penyabar sehingga ia mampu untuk

bersikap teguh dalam menghadapi kondisi nyata. Sabar meneguhkan si penyabar

sehingga ia mampu bersyukur kepada Allah serta menjadi berkat bagi sesama dalam

segala kondisi. Ia akan selalu rohani dan manusiawi.

Sabar mengaruniakan damai sejati kepada si penyabar yang olehnya ia menikmati

shalom serta mampu menjadi alat perdamaian kepada sesama dalam hidup keseharian

serta kerja. Sabar yang membawa damai ini akhirnya akan membawa hasil yang positif

dan penuh berkat secara langgeng dalam kehidupan pribadi mau pun kepemimpinan.

Ia akan selalu membawa berkat dan memberkati.

Page 216: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

210 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Praktekanlah, maka Anda akan tajub oleh khasiat sabar. Selamat

membuktikan diri sebagai “pemimpin yang sabar” yang merupakan

karakteristik pemimpin besar, demi keberhasilan hidup dan kepemimpinan!!!

Salam dan doa,

Dr. Yakob Tomatala

SYAHADAT KEPEMIMPINAN YESUS KRISTUS

“Yang mau hidup harus mati, yang tidak kalah tidak akan menang. Lebih dahulu

merasakan hati yang hancur, barulah batin merasa senang”

(“Yang mau hidop harus mati, yang seng kalah, seng manang. Dolo rasa picah hati,

baru batin pun sanang”)

Kutipan yang diingat dari: Mazmur dan Tahlil

Anda harus mati untuk hidup

“Pemimpin sejati adalah pemimpin pemberi hidup, karena itu, ia harus hidup untuk

dapat memberi hidup”

Kalau ia memberi hidup, ia akan disalah-mengerti dan dituduh mencari muka, mencari

nama

Bagaimanapun juga, ia harus tetap memberikan hidup untuk memberi hidup

Karena kalau tidak, ia akan terjebak kepada mencari hidup

“Kalau Anda berupaya untuk hidup, Anda pasti akan dianggap serakah, cari kekayaan,

cari kedudukan”

Apapun anggapan orang, Anda harus tetap berupaya untuk hidup, karena Anda harus

menghidupkan yang memerlukan bantuan Anda

“Kalau Anda berjuang untuk hidup, Anda akan dihadapkan kepada tantangan yang

mematikan”

Page 217: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

211 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Orang akan berkata, mampuslah kau

Sekalipun demikian, Anda harus tetap berjuang

“Seandainya Anda tutup mulut dan terus berjuang, Anda akan terlihat kalah, mati”

Anda akan dipojokkan dimana Anda akan mendengar teriak kemenangan yang

mencemooh, Anda dihancurkan

Walaupun begitu, Anda harus tetap tutup mulut dan belajar untuk bertelinga tebal,

sebab Anda sudah mati

“Kalau Anda sudah mati, Anda tidak akan merasakan apa-apa lagi”

Orang tidak akan merasa terusik dengan orang yang sudah mati

Karena Anda sudah mati, maka Anda tidak mengusik siapa-siapa, Anda telah siap

untuk memberikan kehidupan yang berarti

“Seandainya Anda sudah mati, Anda tidak memiliki apa-apa lagi untuk diri Anda

sendiri”

Bisa saja orang mengabaikan Anda yang dianggap sudah mati

Oleh sebab Anda sudah mati, maka Anda harus terus mati, supaya orang lain bisa

hidup karena kematian Anda

“Karena Anda sudah mati, Anda tidak akan terganggu dan tidak mengganggu”

Orang akan melupakan Anda, karena Anda sudah mati dan tidak menjadi ancaman

Sekarang, Anda siap memberikan kehidupan, dan Anda pasti dikenang 1000 tahun.

Anda harus hancur untuk menang

“Kalau Anda sudah mati, maka Anda sudah hancur”

Orang akan melihat bahwa Anda tidak ada apa-apanya, karena Anda memang lebur

Kalau Anda sudah hancur lebur, teruslah menghancur supaya Anda bisa menyatu

dengan tanah

Page 218: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

212 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

“Kehancuran yang menyebabkan Anda menyatu dengan tanah membuat Anda siap

menjadi tanah yang subur bagi kehidupan yang lainnya”

Sewaktu Anda menjadi tanah, Anda pasti dipijak orang

Sekarang walaupun Anda dipijak, Anda memang tanah yang harus dipijak, teruslah

memberikan peluang agar yang lain bisa tumbuh

“Hati Anda sekarang turut hancur dengan kehancuran Anda, Anda sedang dipijak”

Dengan kehancuran hati Anda, orang akan berkata, Anda benar-benar telah tiada

Karena Anda benar-benar telah tiada, maka keberadaan Anda tidak menjadi ancaman

bagi siapapun, Anda hanya tanah untuk ditanami, yang akan menyebabkan yang lain

bisa hidup

“Dengan hati yang hancur itulah Anda harus memberikan kehidupan”

Anda akan diolok, apa sih yang dapat diberikannya lagi

Sekalipun demikian, Anda harus memakai hati yang hancur untuk memberikan yang

terbaik, Anda tidak mencari apa-apa, karena Anda memberikan semua, yaitu diri Anda

“Anda memberikan kehidupan karena Anda mengasihi, memberikan diri, dan tempat

yang layak bagi orang lain”

Kalau Anda berbuat seperti ini, Anda akan digugat dengan nista karena dianggap

mencari pendukung

Andaipun begitu, Anda harus terus mengasihi, karena kasih memang tidak

berkesudahan

“Sewaktu Anda memakai hati untuk mengasihi dan memberikan kehidupan bagi

semua, maka kehidupan yang Anda beri adalah kebaikan yang menghidupkan untuk

1000 tahun”

Orang tidak dapat melihat sehingga mereka tidak mampu melihat dan terus berolok

Page 219: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

213 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Tetapi, karena Anda memakai hati yang mengasihi untuk memberikan kehidupan,

maka Anda telah memberikan yang terbaik yang pernah diberikan oleh anak manusia,

Anda sekarang hidup dalam hati jutaan orang, teruslah berbuat baik.

Anda akan menang dengan kematian dan kehancuran

“Menang karena kematian, menang dengan hati yang hancur membuat Anda tidak

akan merasa menang”

Bisa saja orang terus berolok, tidak ada yang dicapainya

Kalau sudah begini, Anda harus terus mati dan pecah hati, sehingga Anda terus

menang tanpa memperoleh penghargaan sekalipun

“Menang karena kematian, menang dengan hati yang hancur membuat Anda menang

dengan tidak menghancurkan siapapun”

Orang bisa saja menyeletuk, kemenangan macam apa ini …

Bila sudah begini, Anda harus terus mati dan pecah hati, karena selain Anda tidak

mengancurkan, Anda juga tidak kehilangan apapun, Anda tidak bisa dikalahkan lagi

“Kemenangan sejati adalah kemenangan yang tidak dapat dikalahkan lagi”

Orang bisa berolok, ia sudah mati dan kalah, tidak ada yang berarti padanya

Anda harus terus maju, karena sesungguhnya Anda adalah pemenang pertempuran,

dan memenangkan peperangan

Ini adalah kemenangan sejati

“Kemenangan sejati adalah kemenangan tanpa senjata, kemenangan yang

memenangkan semua”

Sesungguhnya tidak banyak orang yang mengerti, bahwa Anda adalah pemenang,

karena itu mereka terus memandang enteng

Kalaupun Anda dianggap enteng, teruslah memberikan kehidupan yang dari kematian,

yang dari hati yang hancur, karena sesungguhnya Anda pemberi hidup sejati

Page 220: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

214 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

“Kemenangan sejati adalah kemenangan yang memberikan semua, menghidupkan

semua”

Anda tidak akan merasa puas sekarang, karena Anda akan terus dipojokkan

Sekalipun Anda terus dipojokkan, teruslah memberi hidup, karena kemenangan Anda

ialah bahwa Anda memberi hidup sejati bagi banyak orang, untuk 1000 generasi.

Selamat, Anda sudah mati dan pecah hati, sebagai pemenang sejati, pemberi

kehidupan yang berarti.

Jakarta, 5 Februari 2008.[1]

Salam dari yang Pecah Hati, yang sudah mati karena kasih, untuk memberikan

kebaikan bagi – mu.

Dr. Yakob Tomatala

[1] Lihat buku: My Lifeway, karya Dr. Yakob Tomatala

MEMBANGUN SIKAP: MENGAPA HARUS MENJADI PEMIMPIN

PEMBAWA DAMAI

“Berbahagialah orang yang membawa damai….” (Matius 5:9a)

PENGANTAR

Damai, peace adalah kata yang merupakan dambaan semua orang. Namun, apa

sesungguhnya makna damai itu, dilihat dari sisi hakikat, sifat dan dinamikanya?

Menjawab pertanyaan ini, dapatlah dikatakan bahwa secara hakikat, damai adalah “a

state of peaceful” yang holistik dengan sifat dan dinamikanya yang kuat. Damai secara

substansial adalah keadaan sejahtera yang penuh (whole/ holistic) yang dibangun di

atas dan di dalam kebenaran (Yesaya 32:17). Damai yang substansial ini sifatnya

teguh karena melekat pada harkat Allah dan atribut-Nya, yang olehnya kehadiran-Nya

Page 221: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

215 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

adalah kehadiran damai, karena IA adalah sumber damai sejati. Dengan demikian,

tatkala Allah hadir dalam kehidupan dan pengalaman setiap orang, maka di situ ada

damai dalam arti yang sebenarnya (Yohanes 8:31-32).

Pada sisi lain, patutlah ditanyakan, apa sih dan sejauh mana pentingnya bagi seorang

pemimpin untuk menjadi pembawa damai? Menjadi pemimpin pembawa damai itu

penting, sepenting sabda Allah: “Berbahagialah orang yang membawa damai.” Namun

patut pula ditanyakan, apa untungnya bersikap sebagai pemimpin pembawa damai dan

apa ruginya menjadi pemimpin yang arogan? Simaklah:

1. MEMBAWA DAMAI ITU KARAKTERISTIK PEMIMPIN BERKUALITAS.

Pemimpin pembawa damai menjelaskan tentang adanya karakeristik kuat pada diri

pemimpin. Karakteristik kuat ini merupakan inner being dari dirinya sebagai seorang

pemimpin rohani (Yesaya 32:8). Inner being atau jati diri pemimpin ini ditandai melalui

ekspresi diri sebagai hidup dalam kebenaran dan keadilan dengan membawa sejahtera

(Yesaya 32:1-2), sebagaimana sabda Allah, “Dimana ada kebenaran, di situ akan

tumbuh damai sejahtera” (Yesaya 32:17a). Berdasarkan uraian di depan ini, maka

dapatlah dikatakan bahwa pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang hidup

dalam kebenaran, keadilan dan sejahtera. Dengan penegasan ini dapat dikatakan

bahwa karakteristik utama dari pemimpin pembawa damai adalah “hidup dalam

kebenaran yang dihidupi dalam keadilan yang berbuahkan sejahtera.” Dalam

hubungan ini, pemimpin yang hidup dalam kebenaran sajalah yang dapat menjadi

pembawa damai (Yakobus 3:13, 17-18). Kekuatan kebenaran yang ditandai oleh

hikmat akan menguasai pikiran, sikap dan kata dan tindakannya, sehingga ia

melahirkan “buah yang terdiri dari kebenaran ditabur dalam damai untuk mereka yang

mengadakan damai” (Yakobus 3:17).

2. DAMAI DAN MEMBAWA DAMAI ITU ISI HATI PEMIMPIN.

Pemimpin pembawa damai hanya dapat melakukan perannya apabila ia hidup dalam

kebenaran, karena kebenaran adalah isi hatinya (Yesaya 32:8). Kebenaran hanya akan

ada dalam dan pada pemimpin jika ia telah dibebaskan oleh Sang

Kebenaran (Yohanes 14:6), yang olehnya hidupnya dibaharui (II Korintus 5;17)

sehingga ia mampu hidup dan mengamalkan kebenaran (Yohanes 8:31-32; 14:27).

Dalam hubungan ini dapatlah dikatakan bahwa pemimpin pembawa damai akan selalu

Page 222: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

216 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

hidup dalam kebenaran dan mengimpartasi kebenaran dalam hidup dan baktinya

sehingga setiap orang yang dipimpinnya akan mengalami sentuhan nilai dan kekuatan

kebenaran yang membawa damai kekal (Daniel 12:3).

3. MEMBAWA DAMAI ADALAH KEKUATAN INTEGRITAS PEMIMPIN.

Pemimpin pembawa damai membuktikan kekuatan integritas karakternya, karena

kebenaran yang dihidupinya secara bertanggung jawab, yang dibuktikannnya dengan

menjauhkan diri dari kejahatan (Ayub 28:28). Dalam kaitan ini, pemimpin hanya dapat

membuktikan diri sebagai pembawa damai, bukan saja karena kebenaran Allah ada

padanya, tetapi ia menghidupinya dan menjadikannya sebagai bagian dari dirinya.

Dengan membawa damai, pemimpin mengekspresikan kekuatan integritas dirinya yang

tidak kurang dari “pembawa damai” yang dinyatakan dalam kebenaran dalam pikiran,

sikap, kata dan tindakan yang memperlihatkan adanya kebenaran, kabaikan hati,

kemuliaan, keadilan, kesucian, kemanisan, kesedapan, kejujuran, dan kepatutan (Filipi

4:5, 8-9; Amsal 13:6; 10:28-29, 32), karena “Siapa bersih kelakuannya aman jalannya”

(Amsal 10:9).

4. MEMBAWA DAMAI ADALAH CITRA KEPEMIMPINAN YANG KUAT.

Membawa damai adalah citra kepemimpinan yang kuat, karena dengan membawa

damai, ia sedang mencitrakan kepemimpinannya yang berkualitas. Pemimpin yang

kerjanya membawa damai memahami bahwa “Orang yang menggunakan kekerasan

menyesatkan sesamanya, dan membawa dia di jalan yang tidak baik” (Amsal 16;29).

Karena itu pemimpin pembawa damai mencitrakan diri sebagai pemimpin yang tahu

menjaga hatinya (Amsal 4:23), dengan berbijak hati (Amsal 10:8), sehingga

kelakuannya bersih (Amsal 10:9), kata-katanya seperti “perak pilihan” (Amsal 10:20)

dan “membawa kehidupan” (Amsal 10:11). Secara praktis, pencitraan diri pemimpin

pembawa damai akan membawa ketenteraman, sukacita dan sejahtera kepada semua

orang yang ada di sekitarnya. Pemimpin pembawa damai mencitrakan diri sebagai

pemimpin berhikmat sehingga kehadirannya diidamkan, kata-katanya bertuah dan

tindakannya membawa berkat.

5. MEMBAWA DAMAI MENEGUHKAN KEPEMIMPINAN.

Dengan membawa damai, pemimpin sesungguhnya sedang meneguhkan

kepemimpinannya, karena Firman Allah menegaskan, “Kebenaran meninggihkan

Page 223: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

217 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa” (Amsal 14:34). Pemimpin pembawa

damai yang hidup dalam kebenaran sedang menegaskan nilai-nilai kuat dari dirinya.

Nilai-nilai kuat inilah yang meninggihkan kapasitas dan derajat diri dan

kepemimpinannya. Nilai-nilai kuat pemimpin pembawa damai ini pada gilirannya akan

berimbas kepada penguatan terhadap organisasi. Pemimpin pembawa damai yang

hidup dalam kebenaran akan menampakkan keluhuran dan keagungan nilai anutannya

yang akan meneguhkan diri dan orang yang dipimpinnya. Dalam hubungan ini

kepemimpinan pemimpin pembawa damai akan ditandai damai sejahtera di tengah

kekacauan dan kerumitan hidup, yang menggambarkan keuletan diri dan kekuatan

kepemimpinan yang sedang diembannya dengan menghidupi kebenaran.

PRINSIP YANG MENOPANG SIKAP PEMBAWA DAMAI.

Mencermati uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pemimpin pembawa damai adalah

pemimpin berkualitas tinggi, yang olehnya ia dapat memimpin secara berkualitas pula.

Prinsip yang dapat diangkat dari harkat dan sifat kepemimpinan pembawa damai ini

adalah antara lain:

Pertama, Pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang hidup dalam kebenaran

yang terpatri di hatinya oleh anugerah TUHAN Allah, serta terwujud melalui sifat,

sikap, kata dan perbuatannya.

Kedua, Pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang selalu mengamalkan

kebenaran dalam sikap, kata dan perbuatan yang selalu terbukti konsisten dalam

keseharian hidupnya.

Ketiga, pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang selalu menandakan

integritasnya dengan selalu menjadi pelaku damai dalam lingkungan di mana ia hadir.

Keempat, pemimpin pembawa damai selalu mencitrakan diri sebagai pemimpin yang

terus menerus membawa pembebasan dan pemerdekaan dengan memberkati semua

orang melalui sifat, sikap, kata dan perbuatannya.

Kelima, pemimpin pembawa damai akan menjadi peneguh bagi kepemimpinannya,

karena dengan membawa damai, kepemimpinannya akan tetap langgeng di tengah

kekacauan, dimana dari kepemimpinannya akan mengalir kekuatan yang meneguhkan.

Dalam semuanya ini, kepemimpinan pemimpin pembawa damai akan terus eksis di

Page 224: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

218 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

tengah kenyataan tersulit sekalipun, karena di dalamnya ada kekuatan besar (Amsal

14:26).

RAMPUNGAN

Melihat uraian sebelumnya tentang pemimpin pembawa damai, dapatlah dikatakan

bahwa pemimpin pembawa damai itu hidup dalam kebenaran yang beranjak dari

hatinya yang terjaga baik, sifat, sikap dan kata-kata serta perbuatannya yang

memberkati banyak orang. Menjadi pemimpin pembawa damai dalam hal ini adalah

pilihan terbaik dan berkualitas, dibanding dengan menjadi pemimpin yang membawa

kekacauan. Pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang akan selalu membawa

berkat bagi banyak orang melalui hidup, kata dan perbuatannya di mana saja ia

berada. Dalam keadaan tersulit sekalipun, pemimpin pembawa damai akan terus hidup

dalam kebenaran serta berbagi damai yang membawa sejahtera, dimana “Hati orang

bijak menjadikan mulutnya berakal budi dan menjadikan bibirnya lebih dapat

dipercaya” (Amsal 16:23). Karena itu, kehadiran pemimpin pembawa damai akan

selalu didambakan dan kontribusinya dalam menjalankan upaya memimpin yang

membawa kesejahteraan bagi banyak orang selalu ditunggu. Kepemimpinannya akan

selalu diidamkan. Karyanya akan terus melegenda dalam jiwa semua yang

dipimpinnya. Nilai kehidupan luhurnya akan menjadi kenangan abadi yang dituturkan

dari generasi ke generasi dengan aroma berkatnya.

Selamat membuktikan diri sebagai pemimpin pembawa damai bagi kemuliaan TUHAN

Yesus Kristus dan selamat menjadi berkat dalam kepemimpinan yang sedang diemban.

TUHAN Allah kiranya memberkati dengan limpahnya. Terimakasih

Motivator,

Dr. Yakob Tomatala

AWAS, PEMIMPIN JANGAN MEMBIARKAN DIRI DIJILAT-JILAT

“Orang yang menjilat sesamanya membentangkan jerat di depan kakinya” (Amsal

29:5).

PENGANTAR

Page 225: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

219 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan melibatkan banyak orang, mulai dari pemimpin puncak dan para

pemimpin, para manajer, para administrator serta semua bawahan. Orang-orang ini

terhimpun dalam suatu organisasi yang juga melibatkan berbagai kepentingan.

Kepentingan-kepentingan ini dapat digolongkan dalam dua sisi, yaitu 1. Kepentingan

organisasi, yang merupakan kepentingan utama, kepentingan bersama yang harus

diutamakan. 2. Kepentingan pribadi, dari setiap unsur manusia terkait dalam

organisasi. Untuk kepentingan pertama, orang cenderung membuktikan secara umum

bahwa mereka mementingkan organisasi dengan “bekerja keras” misalnya. Namun,

soal pementingan kepentingan organisasi ini akan teruji dengan mencaritahu sejauh

mana kepentingan pribadi terkait di dalamnya. Dalam hubungan inilah akan terlihat

siapa sesungguhnya yang memperjuangkan kepentingan organisasi dan siapa

sesungguhnya yang pemperjuangkan kepentingan pribadi. Pada sisi yang kedua inilah

akan terbukti siapa pejuang organisasi yang sejati, siapa manusia asal jadi, siapa

penggembira, siapa penonton, dan siapa penjilat. Mencermati semua ini, kini muncul

pertanyaan, “apakah pantas bagi pemimpin membiarkan dirinya dijilat-jilat oleh

penjilat?” Marilah kita simak bersama:

1. MEMAHAMI PARA PENJILAT DISEKITAR ANDA SEBAGAI PEMIMPIN.

Setiap orang dikenal dari apa yang diperjuangkannya, karena “Anda akan selamanya

menjadi apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan dan apa yang Anda lakukan.”

Ini dapat dibaca lho, hanya, pemimpin sejati tidak cepat curiga, ia mawas diri dan

membiarkan waktulah yang membuktikan siapa sesungguhnya para penjilat sejati!

Karena itu, pemimpin sejati dapat mengindentifikasi, siapa manusia sejati yang

memperjuangkan kepentingan organisasi, dan siapa manusia penjilat di sekitarnya.

Para penjilat atau ingrasiator adalah orang yag suka mendekati pemimpin secara

berlebihan dengan sikap seolah ingin menjadi tangan kanan utama. Bagaimana

mengenal para penjilat ini? Pertama, para penjilat kelihatannya sebagai anjing

peliharaan yang jinak pada mulanya. Mereka akan selalu mengatakan ya Pak, baik

Pakdemi menyenangkan pemimpin bagi kepentingan mengambil hati, mencuri hati,

menguasai hati pemimpin untuk merebut kepercayaan pemimpin kepada dirinya, agar

ia dapat dijadikan tangan kanan utama dari pemimpin. Di sini penjilat bersikap sangat

suka menolong pemimpin. Penjilat secara berlebihan memamerkan bahwa ia membela

kepentingan pemimpin, dan selalu berpihak terang-terangan kepada

pemimpinan. Kedua, para penjilat biasanya memiliki agenda yang tidak tertulis, tetapi

Page 226: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

220 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

dapat dibaca oleh pemimpin yang bijaksana. Agenda itu isinya adalah “menjadi

penguasa dibalik kekuasaan pemimpin.” Keinginan berkuasa ini sesungguhnya sudah

nampak dari awal, yaitu “ia berupaya menyita perhatian pemimpin bagi dirinya” yang

dikakukan secara licik. Untuk tujuan ini, ia akan menyingkirkan siapa saja yang

berupaya mendekati pemimpin yang dilakukannya dengan cara apa pun. Pemimpin

sejati perlu tahu bahwa di sini si penjilat sesungguhnya sedang berupaya merebut

kekuasaan pemimpin secara licik pula.

Ketiga, para penjilat akhirnya memperlihatkan taringnya sebagai “serigala sejati,”

tatkala ia memperoleh kepercayaan, khususnya berhasil menguasai kepemimpinan.

Kalau si penjilat belum berhasil mnenjadi pemimpin tertinggi, ia akan menggunakan

tangan pemimpin untuk menindas sesama. Ia akan selalu mengatakan “menurut bos,

… ini perintah bos …! Kalau ia sudah menjadi penguasa, ia akan terbukti mendominasi

semua bagi dirinya. Ia terbukti tidak memperjuangkan kepentingan organisasi! Ia tidak

peduli dengan siapa pun kecuali dirinya, ia mendominasi apa pun dan siapa saja! Ia

akan bersikap defensif yang arogan atas apa dan siapa saja. Inilah saat-saat loceng

kematian organisasi berdentang dengan sendirinya. Indikatornya, akan ada sikap suka-

tidak suka, pencideraan, dan pihak memihak, perpecahan. Kesatuan dalam organisasi

pecah, banyak persoalan tidak terselesaikan muncul silih berganti, lalu sirna

meninggalkan luka-luka batin. Apa akibat dari keadaan seperti ini? (Baca: Amsal

29:2,7-16).

2. PEMIMPIN SEJATI DAN PENJILAT SEJATI. Pemimpin sejati hidup dalam

kebenaran dan melakukan keadilan, serta membawa sejahtera bagi semua orang

dalam kepemimpinannya (Yesaya 32:8, 1-2, 17; Amsal 29:14). Pemimpin sejati dapat

mengenal para penjilat karena ia sendiri bukan penjilat. Pemimpin sejati perlu

mengingat bahwa para penjilat itu seungguhnya “serigala berbuluh domba.” Ia

mempunyai kepentingan utama yaitu dirinya sendiri, dan agenda utamanya

ialah, penjadi penguasa atau pendominasi sesungguhnya dengan berupaya

menggunakan tangan pemimpin sebagai langkah awalnya. Di sini, pemimpin sejati

harus menetapkan sikap bijak terhadap para penjilat. Pertama, Pemimpin sejati

berhati mulia dan tidak memberikan kesempatan merekrut dan mengangkat “anak

emas” bagi dirinya, karena para penjilat suka diangkat menjadi anak emas, anak

kesayangannya si bos. Inilah ciri utama para penjilat, “anak emasnya si bos.” Kedua,

Pemimpin sejati dengan hati mulia akan menangkal para penjilat dengan

Page 227: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

221 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

memperlakukan setiap orang di sekitarnya dengan sikap bijakasana. Ia akan

memberlakukan sikap mengasihi sama rata, dengan memperhatikan dan

memperjuangkan kepentingan semua pihak (Yohanes 13:34-35; Filipi 2:1-4).

Pemimpin sejati tahu bahwa “kalau kepentingan organisasi diperjuangkan bersama,

maka organisasi akan teguh dan kepemimpinan akan berhasil dengan membawa

sejahtera bagi semua pihak.” Ketiga, Pemimpin sejati memenangkan pertarungan

mengatasi para penjilat melalui sikap pembuktian diri sebagaipemimpin rohani yang

altruis yang “mementingkan kepentingan sesama, yaitu sama rata sama rasa” (Galatia

6:1-10) dengan berbuat kebenaran dan kebaikan (Filipi 4:5,8-9), sehingga semua

pihak menikmati sejahtera dan diberkati dalam kepemimpinannya.

3. PEMIMPIN SEJATI DAN MENJILAT-JILAT. Pemimpin sejati tidak akan

membiarkan dirinya dijilat-jilat, karena ia tidak memiliki borok untuk dijilat oleh anjing.

Pemimpin sejati rendah hati dan selalu mawas diri, untuk menjauhkan kejaharan dari

padanya (Ayub 28:28). Pemimpin sejati akan bersikap bijaksana sehingga ia akan

mampu memisahkan “sanga dari perak,” dengan memberlakukan kebenaran dan

kebaikan dengan komitmen bersama yang teguh untuk perjuangan bersama demi

kebersamaan, sehingga ia dapat menujukhidungbelangnya si penjilat (I Raja-raja 3:16-

28). Sikap pemimpin seperti ini nanti akan membuat mereka yang suka menjilat akan

terjulur lidahnya dan kelelahan, karena pemimpin terbukti kokoh dan tidak dapat

dijilat.

PRINSIP MENYIKAPI PENJILAT DALAM KEPEMIMPINAN:

Berdasarkan uraian di atas, kita tentu dapat belajar bagaimana menjadi pemimpin

sejati yang tidak membesarkan para penjilat, sehingga kesatuan dan kebersamaan

organisasi dapat terbina secara harmonis dan mendatangkan keberhasilan dalam

kepemimpinan. Kalau begitu, ingatlah prinsip di bawah ini:

Jadilah pemimpin sejati yang mengenal serta memberlakukan kebenaran dan

keadilandalam kepemimpinannya (Yesaya 33:15-16; Yohanes 14:6; 8:30-36; Efesus

5:8-11), sehingga ia terhindar dari sikap memihak-mihak yang salah, terhindar dari

kekuasaan para penjilat.

Jangan memberi peluang kepada para penjilat dengan bersikap hati mulia, yang

nampak dalam sifat, sikap, kata serta tindakan mengasihi yang sama rata, dan

Page 228: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

222 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

memberlakukan kebersamaan dalam kepemimpinan (Yohanes 13:1, 34-35; 15:17),

sehingga tidak ada kesempatan bagi penjilat untuk bergentayangan.

Hidarkan diri dari mencipta anak emas dalam kepemimpinan, sehingga para penjilat

kehilangan taringnya dan menjadi serigala ompong.

Kalau Anda bawahan sejati yang mau menjadi pemimpin sejati, “jangan menjadi

penjilat!”

Selamat menyikapi para penjilat secara bijak demi keberhasilan

kepemimpinan!!!

Salam dan doa,

Dr. Yakob Tomatala

SEBERAPA PENTINGNYA KOMITMEN DALAM KEPEMIMPINAN

“…. kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati ” (Ester 4:16d).

PENGANTAR

Komitmen kepemimpinan merupakan faktor penting yang meneguhkan pemimpin dan

orang yang dipimpin dalam suatu organisasi menjalani tanggung jawab kepemimpinan

yang diembannya. Apa sesungguhnya komitmen itu dan apa hubungannya dengan

keberhasilan kepemimpinan? Istilah komitmen atau commitment berasal dari

kata commit, committen (istilah Latin, commitere) yang berarti to bring together.

Istilah ini berakar dari kata com yang berarti together, dan mittere yang artinya to

send. Istilah komitmen di sini lebih berarti sedang membawa bersama, atau sedang

memeteraikan bersama, atau berjanji bersama untuk melakukan sesuatu yang

dianggap penting dan merupakan kepentingan bersama.

Page 229: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

223 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Dalam kaitan dengan kepemimpinan, dapat dikatakan bahwa komimen berarti

bersama-sama membawa kepemimpinan kepada keberhasilan. Secara khusus,

komimen dapat diartikan sebagai “janji hati untuk membawa kepemimpinan secara

bersama-sama kepada keberhasilan yang didambakan.” Berdasarkan pengertian ini

dapatlah dikatakan bahwa komitmen kepemimpinan ternyata begitu penting bagi

keberhasilan kepemimpinan dalam setiap organisasi.

KOMITMEN DAN DEDIKASI KEPEMIMPINAN. Komimen berkaitan erat dengan

dedikasi. Istilah dedikasi berasal dari kata dedicatus bersumber dari dedicare yang

berarti “to consecrate, dan atau to declare.” Istilah ini dipakai untuk menjelaskan

sikap mengkhususkan kepada sesuatu yang disembah atau diagungkan, atau sesuatu

yang memiliki tujuan tertinggi. Hubungan dedikasi dalam kepemimpinan lebih berarti

mengkhususkan diri berdasarkan janji hati untuk membawa kepemimpinan mencapai

tujuan tertingginya, yaitu keberhasilan. Dalam kaitan dengan kepemimpinan, pertama-

tama, pemimpin dan orang yang dipimpin harus memiliki komitmen yang tinggi kepada

yang dipercayai, yang diyakini sebagai sumber keberhasilan. Di sini pemimpin orang-

orangnya harus mempertahankan dedikasi dan komitmen teguh kepada TUHAN Allah

yaitu setia. Komitmen ini menjelaskan tentang sikap iman atau kepercayaan yang

diwujudkan dengan taat dan setia kepada TUHAN Allah. Kedua, komitmen kepada

Gereja atau organisasi, yaitu janji untuk meneguhkan organisasi. Ketiga, komimen

kepada tugas (task – duty). Komitmen ini ditandai oleh adanya dedikasi kerja

kepada disiplin tangguh seutuhnya(dedicated to self disciplines, family disciplines, and

organization disciplines), dedikasi kepada kualitas total (total quality), dan dedikasi

untuk mengelola dengan kinerja tinggi (high performance management). Komitmen

kerja inilah yang menjamin terwujudnya keberhasilan upaya memimpin yang optimal

serta produktif tinggi. Komitmen dan dedikasi tinggi kepada TUHAN, membangun

organisasi, komitmen kepada tugas dengan disiplin, kualitas hidup dan kinerja serta

performansi tinggi sajalah yang akan membuat kepemimpinan terfokus kepada tujuan

ideal dari organisasi yang akan melahirkan keberhasilan.

KOMITMEN DAN BUDAYA ORGANISASI. Komitmen memiliki unsur sosial kultural

yang kental yang melibatkan kebiasaan bersama sebagai cara hidup total dari

organisasi.[1] Unsur sosial ini menghubungkan pemimpin dan orang yang dipimpin

untuk secara bersama-sama memadukan tekad membawa organisasi ke arah

keberhasilan. Dalam kaitan ini, komimen memerlukan pewadahan sikap dan kebiasaan

Page 230: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

224 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

bersama. Kebiasaan bersama yang menjadi the total lifeway yang berkualitas inilah

yang memadukan kemampuan ke arah keberhasilan. Di sini, pemimpin dan orang yang

dipimpin haruslah memadukan komitmen kepada upaya mengembangkan budaya

organisasi dengan orientasi kepada budaya kualitas, organisasi pembelajar dan

semangat entrepreneurship. Budaya organisasi dengan kebiasaan berkualitas akan

memberikan keteguhan kepada prakek hidup dan kerja sinergis berkualitas. Kebiasaan

berkualitas yang dibangun di atas pendekatan organisasi pembelajar memberikan

dinamika kepada perkembangan organisasi yang terus menjadi relevan. Dan jiwa

entrepreneurship memberikan peneguhan kebiasaan dengan kemandirian tinggi.

Kemandirian tinggi ini akan tampak dalam kebiasaan mengembangkan keunggulan

berpikir, keberanian membuat keputusan merebut dan mencipta peluang, dan

kepiawaian merekayasa cara terbaik dalam mewujudkan keberhasilan kerja.

KOMITMEN DAN KEPENTINGAN ORGANISASI. Komitmen dan dedikasi pemimpin

dan orang yang dipimpin yang dibangun di atas budaya kualitas hanya akan berguna

apabila terfokus kepada kepentingan organisasi. Yang dimaksudkan dengan fokus

kepada kepentingan organisasi di sini ialah tekad dan upaya bersama yang tertuju

kepada penguatan organisasi. Penguatan organisasi adalah begitu penting, karena

dengan menguatkan organisasi, organisasi akan berkembangkan dan membawa

dampak positif kepada semua peserta yang terlibat di dalamnya. Prinsip ini selaras

dengan pernyataan mendiang Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, “Jangan

tanyakan apa yang dapat dibuat negara bagi Anda, tetapi tanyakanlah apa yang dapat

Anda buat bagi negara.” Adalah sangat jelas bahwa dampak dari penguatan negara

atau organisasi adalah keberhasilan bersama yang akan meneguhkan kehidupan

bersama pula. Sebaliknya, organisasi akan runtuh apabila setiap individu baik

pemimpin mau pun orang yang dipimpin hanya terfokus kepada kepentingan

sendiri.[2] Di sini sudah dapat dibayangkan bahwa komitmen kepada kepentingan

organisasi ternyata begitu penting, karena akan meneguhkan upaya bersama bagi

keberhasilan bersama.

KOMITMEN DAN DAYA JUANG SERTA KETAHANAN ORGANISASI. Komitmen

pada sisi yang khas menjelaskan tentang kadar daya juang manusia pemimpin dan

orang yang dipimpin dalam setiap organisasi. Kadar daya juang ini menjelaskan

tentang dinamika semangat juang atau fighting spirit yang ada dalam organisasi.

Kadar daya juang ini akan nampak dalam ketahanan organisasi menjalani

Page 231: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

225 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

panggilannya. Di sini dapatlah dikatakan bahwa daya juang atau semangat juang yang

tinggi memberi ketahanan tinggi kepada organisasi. Sedangkan, semangat juang yang

rendah akan memperlemah daya tahan organisasi, sehingga tidak akan mampu

menghadapi tekanan danpersaingan nyata.

KOMITMEN DAN KEBERHASILAN KEPEMIMPINAN. Keberhasilan dan kegagalan

bersemi dalam diri (dalam pikiran) pemimpin dan orang yang dipimpin pada setiap

organisasi. Pernyataan Ralph W. Emerson yang mengatakan, “Anda akan selamanya

menjadi apa yang Anda pikirkan,” menjelaskan prinsip di atas. Dengan demikian,

apabila pemimpin dan orang yang dipimpin mewadahkan keberhasilan bersama dalam

benak serta tekadnya, maka mereka akan menghasilkan secara bersama pula. Pada

sisi lain, dalam perspektif Kristen, keberhasilan adalah karunia TUHAN Allah (Banding:

Nehemia 2:20). Di sini, komitmen bersama kepada keberhasilan dengan membangun

secara sinergis mewadahkan pembuktian keberhasilan itu (Lihat: Nehemia 2:18).

Dalam kaitan ini dapatlah dikatakan bahwa komitmen bersama atau janji hati semua

komponen manusia organisasi untuk secara bersama terlibat dalam upaya dan kerja ke

arah keberhasilan kepemimpinan, pasti akan berujung kepada keberhasilan, sepasti

menabur dan menuai (Mazmur 126:5-6; 133).

REFLEKSI:

Sangat jelas di sini bahwa komitmen dan dedikasi pemimpin dan orang yang dipimpin

terhadap keberhasilan kepemimpinan adalah landasan kesuksesan setiap organisasi.

Dapatlah dibanyangkan bahwa apabila pemimpin dan orang yang dipimpin memiliki

komitmen dan dedikasi tinggi ditunjang oleh budaya kualitas dengan semangat juang

tinggi yang terfokus kepada keberhasilan bersama, akan melahirkan keberhasilan yang

pasti. Renungkanlah kenyataan berikut:

Apa yang terjadi dengan orang Yahudi, seandainya Ester tidak memiliki komitmen dan

dedikasi tinggi dengan mengatakan “jika terpaksa aku mati, biarlah aku mati?”

Apakah Anda dapat melihat munculnya semangat juang yang tinggi dalam diri Ester

dengan adanya komitmen dan dedikasi tinggi kepada kepentingan bersama? Dalam

kaitan ini terlihat dengan jelas bahwa komitmen yang melahirkan semangat akan

beranak semangat, yang olehnya semua tersemangati dan menjadi tegar yang

meneguhkan daya juang bersama.

Page 232: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

226 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Adakah Anda sadar bahwa dengan komitmen kepada kepentingan organisasi (seperti

Ester kepada kepentingan bangsanya), maka organisasi akan teguh dan berujung

kepada keberhasilan?

Selamat berjuang bagi keberhasilan dengan komitmen dan dedikasi tinggi.

Salam dan doa,

Yakob Tomatala

Rekan sekepemimpinan

[1] Pemahaman budaya kebudayaan atau kultur dalam kaitan ini adalah kebiasaan

bersama yang merupakan the total lifeway, yang menjelaskan bagaimana orang

(sebagai suatu kelompok masyarakat) berpikir, bersikap, berkata dan bekerja dalam

upaya mengelola dan mempertahankan keberlangsungan kehidupan mereka.

[2] Kenyataan bahwa korupsi dalam negara atau organisasi menunjuk kepada sikap

kepentingan pribadi, yang menjelaskan tidak adanya komitmen dan upaya

membangun bersama, yang akhirnya akan meruntuhkan negara mau pun organisasi.

Page 233: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

227 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

PENUTUP

Page 234: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

228 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Page 235: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

229 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Page 236: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

230 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Page 237: Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan

231 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan itu melibatkan intelektual, emosi, dan hati. Pikiran, perasaan, dan kehendak.

Aspek batiniah (internal) ini berpengaruh sangat besar dalam kepemimpinan dibandingkan

dengan aspek jasmaniah (eksternal).

Kepemimpinan berkaitan dengan manusia, karena itu kepemimpinan juga berkaitan dengan

jiwa.

Semoga koleksi ini memberkati kita semua.

BMF collections - 2015