Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan
-
Upload
pt-wings-surya -
Category
Spiritual
-
view
326 -
download
5
Transcript of Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan
MENTORING-44 (SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN)
BMF collections - 2015
i | P a g e
Table of Contents PENDAHULUAN ........................................................................................................ iii
Kepemimpinan Dari Dalam Hati-Spiritual Leadership .............................................. 1
Good to Go.............................................................................................................. 12
Powerful Personal Branding ................................................................................... 14
Bangun, Dengan Bijak ............................................................................................. 21
Dicari : Perempuan Cerdas, Cantik dan Cakap Perilaku ......................................... 24
Kembangkan Kemahmu! ........................................................................................ 27
RUMAH : Sekolah Unggulan Karakter ..................................................................... 30
Berbuah Sepanjang Tahun ...................................................................................... 34
Bukan Karakter Sebulan .......................................................................................... 36
Mengikuti Petunjuk ................................................................................................ 40
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN BERBASIS SPIRITUAL ..................................... 42
Kepemimpinan Spiritual ......................................................................................... 62
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN BERBASIS SPIRITUAL ..................................... 83
Spiritualitas Pemimpin Kristen................................................................................ 93
PEMIMPIN DALAM KEPEMIMPINAN KRISTEN ........................................ 98
MEMBANGUN SIKAP: SEBERAPA PENTINGNYA RENDAH HATI ITU
.............................................................................................................................. 103
INTEGRITAS KERJA DALAM UPAYA MEMIMPIN YANG MEMBERKATI
.............................................................................................................................. 107
INTEGRITAS EKONOMI DALAM KEPEMIMPINAN ................................ 114
INTEGRITAS SOSIAL: KEHORMATAN DAN HORMAT DALAM
KEPEMIMPINAN ............................................................................................... 121
INTEGRITAS INTELEKTUAL MEMBANGUN KEPEMIMPINAN BERKUALITAS .......... 126
CONTOH KURIKULUM Master of Christian Leadership (M.C.L) ............................ 132
APAKAH DAPAT DIBENARKAN MENGINGINKAN MENJADI PEMIMPIN ................ 139
SEJARAH ILMU KEPEMIMPINAN ........................................................................... 145
PEMIMPIN SEJATI MEMBUKTIKAN DIRI SEBAGAI SEJATI ............. 155
ii | P a g e
KEPEMIMPINAN KRISTEN DALAM KANCAH PERUBAHAN ................ 158
PEMIMPIN BERKARAKTER LUHUR ............................................................ 164
MENAKAR KEABSAHAN DIRI SEBAGAI PEMIMPIN ROHANI ........... 175
MENEGUHKAN DIRI MENJADI PEMIMPIN VISIONER ........................ 183
ENTREPRENEUR SEJATI ............................................................................... 197
APAKAH BENAR SABAR ITU MENGUNTUNGKAN................................. 205
SYAHADAT KEPEMIMPINAN YESUS KRISTUS ...................................... 210
MEMBANGUN SIKAP: MENGAPA HARUS MENJADI PEMIMPIN
PEMBAWA DAMAI ........................................................................................... 214
AWAS, PEMIMPIN JANGAN MEMBIARKAN DIRI DIJILAT-JILAT .... 218
SEBERAPA PENTINGNYA KOMITMEN DALAM KEPEMIMPINAN ...... 222
PENUTUP ............................................................................................................... 227
iii | P a g e
PENDAHULUAN
Apakah ada hubungannya antara kepemimpinan dengan spiritualitas seseorang?
Apakah yang dimaksud kepemimpinan ? & Apakah yang dimaksud dengan
spiritualitas?
Apa saja unsur-unsur spiritualitas itu?
Apakah pemimpin harus memiliki nilai-nilai spiritual? Bagaimana dengan
pemimpin dunia? Mana yang lebih efektif?
Hal-hal tersebut akan dibahas dalam koleksi ini.
iv | P a g e
Tuhan Yesus memberkati.
BMF collections - 2015
1 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan Dari Dalam Hati-Spiritual Leadership
Kepemimpinan efektif yang selama ini telah dilakukan banyak CEO dan
Manager seluruh dunia, adalah yang berkaitan dengan motivasi,
pengembangan potensi individu, dan pembentukan team yang solid. Namun
itu saja tidak cukup; kemampuan mengelola krisis, perubahan dan
melakukan pertumbuhan-pertumbuhan, menjadi tuntutan dominan dalam
kepemimpinan. Keahlian kepemimpinan membutuhkan tidak saja
ketrampilan namun juga membutuhkan inspirasi, kearifan dan komitmen.
Semua orang saat ini mengidamkan kepemimpinan, membutuhkan figure
kepemimpinan yang dapat diandalkan, dipercaya dan dapat
mengaktualisasikan perubahan-perubahan konstruktif. Kita membutuhkan
kepemimpinan yang mampu mentransformasikan karakter organisasi,
memberikan perubahan-perubahan strategis, sekaligus yang dapat
meningkatkan potensi individu-individu yang dipimpinnya, efektif mengelola
resources dan memiliki keinginan untuk aktif terlibat dalam proses inovasi
dan pertumbuhan. Serta yang terpenting, memiliki semangat meraih
pencapaian dan mengejar kesuksesan tanpa terdominasi oleh materialism
belaka.
Teori Kepemimpinan kini telah berkembang dengan mengapresiasikan nilai-
nilai kehidupan (values) dan kemanusiaan. Kepemimpinan tanpa
menyertakan values adalah sebuah kepemimpinan yang digerakkan oleh
ototarianisme belaka. Nilai-nilai inti kehidupan yang telah teruji berlangsung
sepanjang jaman adalah Spiritualitas. Spiritualitas, adalah tentang interaksi
jiwa kita pada dunia disekitar, respon yang mempengaruhi perilaku kita
dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Spiritualitas bukanlah segalanya tentang agama, spiritualitas
adalah tentang mengabsorbsi intisari dari hubungan kita secara roh
dan jiwa dengan Yang Suci, Yang Ilahi, Sumber Kebenaran, atau
Yang Maha Kuasa yang kita percayai dan bagaimana kita
2 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
mengaplikasikannya secara universal kepada semua orang di
sekitar kita.
Spiritualitas, membantu membangun karakter dalam diri kita. Termasuk
dalam pola kepemimpinan yang kita jalankan. Kepemimpinan yang berbasis
spiritualitas, bukan tentang kecerdasan dan ketrampilan dalam memimpin
belaka, namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas,
kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih, yang membentuk akhlak dan moral
diri sendiri dan orang lain. Spiritual Leadership adalah kepemimpinan yang
mengedepankan moralitas, kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa,
kekayaan bathin dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain.
Spiritualitas adalah tentang bagaimana melakukan segala sesuatu dengan
usaha terbaik dalam kesempurnaan bathin sesuai dengan nilai-nilai
kehidupan yang kita yakini.
Mengaplikasikan spiritualitas, adalah cara kita mencapai otoritas moral
bahkan dalam situasi tersulit sekalipun. Spiritualitas membawa kita kepada
pencarian jati diri lebih mendalam; mencari kebaikan dan potensi terbaik
dari dalam diri, menghargai dan memahami orang lain, menumbuhkan
kedewasaan berpikir, waspada, bijaksana, membangun rasa belas kasih
terhadap orang lain, dan membuat kita bersemangat dalam meningkatkan
hubungan rohani dengan TUHAN melalui kegiatan-kegiatan keagamaan
yang lebih khusuk dan bermakna.
Spiritualitas mengekspresikan cinta sesungguhnya dari TUHAN, yang tak
bersyarat, tidak takut, dan tidak mementingkan diri sendiri.
Nilai-nilai kehidupan berorientasi pada kejujuran, perilaku
bertanggungjawab, kedamaian bathin, menghindari konflik, dan berakhlak
mulia ini berpengaruh dalam pembentukan karakter individu dalam
berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam melakukan pekerjaan
apapun. Seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya terbaik bahkan
ketika tidak ada seorangpun yang memperhatikannya. Seorang profesional
dapat dengan jujur mengakui kesalahan/keterlambatannya menyelesaikan
tugas dengan tidak menyalahkan orang lain. Seorang eksekutif, dapat
menemukan cara lebih baik dalam mengirimkan barang/jasa yang
3 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
diproduksinya, tanpa menambahkan biaya kepada pelanggannya. Seorang
Sales, tidak memberikan janji berlebih atau harga lebih tinggi. Seorang
manager, melihat bahwa tugasnya bukan sekedar menjadi bos, tetapi
melayani orang lain.
Pada suatu ketika, seorang petani yang sedang bekerja di ladangnya
ditanya oleh seorang pria yang kebetulan lewat dan berhenti persis di
pinggir ladang tersebut. Ia mengagumi tanah subur yang dipenuhi dengan
tanaman sayur hijau yang menakjubkan. Ia berkata, ”Wah, ladang ini luar
biasa! Bapak pasti telah sangat bekerja keras mengupayakan semua ini.
Seumur hidup belum pernah saya melihat tanaman sesubur ini pasti bapak
sangat bangga memilikinya” Petani ini tersenyum dan menjawab, “Ah,
tidak, saya hanya menanamkan benih kedalam tanah ini saja”. Keheranan
dengan jawaban petani ini, pria itu berkata, “Ya, tetapi Bapak pasti
melakukan usaha dan kerja keras yang luar biasa untuk mencapai hasil
seperti ini.” Petani ini tersenyum dan menjawab,” Tentu saja, saya tidak
sendirian, beberapa orang membantu saya mengerjakan tanahnya.” Masih
belum puas, pria ini kembali bertanya, “Lalu siapa yang membuat tanaman
sayur ini tumbuh dan berkembang dengan indah seperti ini?” Dengan
tenang Petani ini menjawab, “Oh, itu bukan bagian kami! Semua keindahan
ini adalah bagianNya” Petani ini, dengan tenang menunjuk ke atas.
Lanjutnya,” Ini adalah hasil kerjasama kami!”
Sebenarnya, petani ini memiliki kesempatan menerima pujian atas
ladangnya. Namun, ia meyakini bahwa bagian yang ia kerjakan tidak
sepenuhnya layak mendapatkan keseluruhan apresiasi. Ada orang-orang
yang membantunya mengolah tanah dan menyadari bahwa bagian terbesar
tetap ada di tangan TUHAN yang memungkinkan semua jerih payahnya
menghasilkan sesuatu yang luar biasa menakjubkan. Memelihara hubungan
dengan TUHAN memungkinkannya melampaui semua yang tidak sanggup ia
kerjakan sendirian; ia tetap menjaga kerendahan hati, meski pujian atas
kesempurnaan ditujukan kepadanya secara pribadi! Ia tidak sekedar
melakukan apa yang ia sanggup kerjakan dengan tangannya sendiri, namun
menambahkan nilai-nilai kehidupan (spiritualitas) dalam usaha yang
4 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dilakukannya.
Keberhasilan, apapun bentuknya tidak bisa diraih sendirian dan dengan
usaha kita sendiri. Menjalin hubungan dengan orang lain dan yang terutama
kesediaan kita bekerja sama dengan TUHAN adalah dasar utama dalam
mengelola anugerah yang dipercayakanNya kepada kita. Mengandalkan
kemampuan, pengalaman dan kekuatan kita saja tidak cukup, kita perlu
segera menyadari bahwa nilai-nilai spiritual yang kita miliki dapat
mengarahkan kita mencapai kualitas hidup yang jauh lebih indah dari yang
pernah kita pikirkan! Atas apapun tujuan yang hendak kita capai.
Bagian 2
Sebesar apa harga yang Anda mau bayarkan untuk menjadi pemimpin yang
berhasil baik secara profesional maupun spiritual? Setiap orang pasti akan
melakukan segala hal, tak peduli berapapun harga yang dibayarkan dan
banyaknya waktu yang dikorbankan asalkan mencapai keberhasilan sebagai
pemimpin yang tidak saja trampil dalam ilmu kepemimpinan namun juga
cerdas emosi dan spiritual. Sebuah keseimbangan keberhasilan dalam hidup
yang diinginkan banyak orang, juga Anda.
Percaya atau tidak, tidak peduli berapa banyaknya resources yang Anda
miliki, keberhasilan sebuah kepemimpinan tidak datang dari luar, ini hanya
dapat dimulai dari diri Anda sendiri, dan dimulai dari dalam hati.
Anda, adalah tentang siapa Anda sebenarnya. Kepintaran, titel, senioritas,
pengalaman dan supremasi sosial ekonomi mungkin dapat menjadikan
Anda seorang pemimpin. Tetapi keberhasilan Anda menjadi seorang
pemimpin, adalah saat Anda berlaku seperti seorang pemimpin, yakni
ketika hati Anda membawa Anda pada perilaku-perilaku seorang pemimpin
yang sejati.
Memimpin Diri Sendiri
Orang pertama yang anda pimpin adalah diri sendiri. Anda tidak dapat
memimpin dengan efektif sebelum Anda berhasil memimpin diri sendiri.
“Kemenangan pertama dan terbaik adalah menaklukan diri sendiri” (Plato)
Fokuskan, untuk mulai dari diri sendiri sehingga Anda dapat melakukan apa
5 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
yang patut di lakukan untuk mempengaruhi dan menolong orang lain
mencapai keadaan yang lebih baik.
Bukalah hati anda untuk bersedia melakukan perubahan-perubahan terlebih
dahulu sebelum menghasilkan perubahan-perubahan atas diri orang lain.
Spiritualitas menumbuhkan karakter-karakter positif seorang pemimpin.
a. Positive-Thinking
Seberapapun besarnya usaha Anda untuk menjadi Pemimpin yang berhasil
tidak akan cukup, sebelum Anda merombak cara berpikir Anda terlebih
dahulu menjadi lebih positif. Berpikir positif melahirkan optimisme,
konsistensi, daya tahan, integritas, ide-ide cemerlang, kejujuran,
kerjasama, hati yang lemah lembut, ketegasan, kewibawaan, percaya diri,
belas-kasih, motivasi, efektif, pengendalian diri, menghargai orang lain,
toleransi dan kesediaan membantu orang lain.
Bersihkan pikiran Anda dari segala yang mengarah pada hal-hal
negatif/merusak. Dan bersihkan sekarang juga! Pikiran Anda menentukan
karakter Anda.
Kendalikan pikiran Anda atau ia akan mengendalikan Anda (Horace)
Beberapa tahun silam, sebuah peristiwa luar biasa terjadi di Eropa. Para
ilmuwan diberi ijin untuk mengadakan suatu percobaan yang mereka
lakukan pada seorang narapidana yang telah divonis hukuman mati.
Narapidana itu diikat, ditutup matanya dan didudukan diatas meja. Lengan
narapidana itu ditoreh sedikit yang sebenarnya tidak sampai mengeluarkan
darah. Tapi kepada narapidana itu diberitahukan bahwa darahnya akan
mengalir terus sampai dia mati dan darah itu akan mengalir ke baskom
seperti yang narapidana rasa dan dengar. Ilmuwan itu terus berbicara
tentang perkembangan darah yang mengalir dari lengan narapidana itu.
Dan narapidana tersebut semakin lemah. Dengan semua sugesti buruk
yang merasuki pikirannya ini, perlahan-lahan narapidana itu mati dengan
sendirinya.
6 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Pikiran Anda adalah kekuatan besar yang mampu memberikan apa yang
Anda inginkan. Ia dipengaruhi oleh semua yang kita masukkan kedalam
pikiran kita. Apa yang dipikirkan, itulah yang terjadi. Pikiran kita bisa tertipu
sebagaimana cerita diatas. Narapidana itu diyakinkan bahwa dia akan mati
dan pikirannya meyakinkan itu, lalu matilah dia! Yakinkan bahwa Anda telah
melindungi daerah rawan Anda dari pikiran-pikiran negatif. Pikirkan hal-hal
yang ingin Anda capai sekalipun saat itu Anda belum benar-benar
meraihnya.
Jika Anda mengembangkan Karakter Berpikir Positif, maka orang lain juga
akan mengikuti Anda.
b. Tentukan Tujuan yang Jelas
Kepemimpinan Spiritual memiliki visi. Pemimpin spiritual memimpin dengan
tujuan dan sasaran yang jelas. Ia adalah seorang pemimpin yang memiliki
pertimbangan atas apa yang dapat ia lakukan karena ia dapat berpikir
dengan hasil akhir yang tampak jelas. Ingatlah, siapapun dapat
mengemudikan kapal, tetapi diperlukan pemimpin untuk memetakan
jalurnya terlebih dahulu!
“Rahasia kesuksesan terletak pada konsistensi kita terhadap tujuan yang
telah kita tetapkan”
(Distraeli)
c. Disiplin Diri
Disiplin, meski dapat diajarkan dan dipaksakan, tidak akan dapat
berlangsung lama jika ia tidak ditularkan dan dibiasakan. Disiplin diri tidak
dapat dilakukan sesaat ia harus menjadi gaya hidup. Disiplin adalah tentang
komitmen. Lakukanlah segala sesuatu yang dapat membawa Anda lebih
dekat kepada tujuan Anda setiap hari. Ingatlah, bahwa Anda tidak saja
tengah membuat perubahan atas hidup sendiri, namun juga sedang melatih
diri Anda untuk menularkannya pada orang lain.
d. Selalu Bertumbuh
TUHAN YANG MAHA BESAR menganugerahkan kehidupan, apa yang akan
7 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kita lakukan dengan pemberianNya tersebut menjadi tanggung jawab kita
sepenuhnya; kita hanya perlu menggali, menemukan semuanya dan
melakukan pertumbuhan bersamaNya. Spiritualitas merupakan partisipasi
aktif dan kerjasama yang indah antara kita dan ALLAH dalam
mengembangkan kehidupan. Sebuah korelasi yang menakjubkan!
“Kita tidak berada dalam posisi dimana kita tidak memiliki apapun yang
dapat digunakan untuk bekerja. Kita sudah mempunyai kemampuan, bakat,
arah, misi dan panggilan”. (Abraham Maslow)
Pemimpin Spiritual, harus dapat menginisiatifkan pertumbuhan! Tak peduli
apakah ia adalah pemimpin di perusahaan besar, di cabang kecil di daerah,
atas keluarga, atau bahkan ketika ia memimpin dirinya sendiri.
“Arti kehidupan yang penuh kesadaran terletak, bukan pada apa yang biasa
kita pikirkan, atau kemakmuran, melainkan pada perkembangan jiwa”
(Alexander Solzhenitsyn)
Terkadang kesuksesan, dan kemapanan mengaburkan kepekaan kita akan
pentingnya melakukan pertumbuhan. Padahal, pemimpin yang tidak
bertumbuh adalah pemimpin yang sudah dapat dipastikan tidak memiliki
masa depan! Mereka yang tidak melakukan pertumbuhan, tidak
bekerjasama mengembangkan anugerah yang diberikan TUHAN kepadanya.
“ Mereka yang senantiasa bersama Tuhan akan mendapatkan kekuatan
baru. Mereka seperti burung rajawali yang terbang tinggi dengan kekuatan
sayapnya. Mereka berlari dan tidak menjadi lemah, mereka berjalan dan
tidak menjadi lesu.”
Maka, bertumbuhlah agar potensi yang telah diberikanNya berkembang,
kembangkan potensi hingga berlipat jumlahnya, tebarkan potensi itu, agar
bermanfaat bagi dirimu sendiri dan orang lain, dan hingga kemudian,
semuanya akan memuliakan nama TUHAN yang memberimu anugerah
kehidupan tersebut.
8 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Anda tidak perlu berusaha keras meyakinkan oranglain, bagaimana
hebatnya Anda memimpin, atau betapa besarnya keinginan Anda agar
mereka mencapai keberhasilan, Anda hanya perlu menunjukkannya kepada
mereka. Saat Anda telah berhasil memimpin diri sendiri dengan spiritualitas
dalam hati Anda, Anda telah siap memimpin orang lain.
Bagian 3
Kepemimpinan adalah pengaruh, kemampuan seseorang mempengaruhi
orang lain. Seorang pemimpin hanya dapat memimpin orang lain ketika ia
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain mengikuti jejaknya.
Seorang pemimpin spiritual menyadari bahwa fokusnya bukan lagi terletak
pada diri sendiri, tetapi pada orang-orang yang dipimpinnya. Ia adalah
seorang pemimpin yang memperhatikan bagaimana orang lain dapat
tumbuh, berkembang dan mencapai visi yang hendak dicapai bersama
dengan nilai-nilai kehidupan yang ia sebarkan pada mereka.
“Kita semua dilahirkan untuk suatu alasan, tetapi tidak semua kita
menemukan sebabnya. Keberhasilan dalam kehidupan tidak ada
hubungannya dengan apa yang Anda dapatkan atau capai sendiri.
Keberhasilan adalah apa yang Anda lakukan bagi orang lain”.
(Danny Thomas)
Sebagai pemimpin, Anda berkewajiban mendorong orang lain untuk
mencapai tujuan-tujuan dan mendorong perubahan-perubahan yang lebih
baik. Jangan pernah bekerja sendirian. Tidak ada pemimpin tipe Lone
Ranger. Jika Anda sendirian, Anda tidak sedang memimpin siapapun!
Memimpin Orang Lain
Salah satu kesalahan yang biasa dilakukan pemimpin adalah berusaha
memimpin orang lain sebelum mengembangkan hubungan dengan mereka.
Sementara Anda bersiap untuk mengembangkan orang lain, luangkanlah
waktu untuk saling mengenal. Mintalah mereka berbagi cerita dengan Anda,
temukanlah apa yang menggugah mereka, kekuatan dan kelemahan
9 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
mereka, sifat-sifat mereka, impian-impian mereka, ekspektasi mereka
dalam pekerjaan dan sebagainya. Ini akan mengembangkan hubungan
Anda dengan cara yang tidak pernah ada sebelumnya, dan akan membuat
Anda juga bertumbuh.
William Wolcott berkunjung ke New York pada tahun 1924 dan membuat
catatan tentang perjalanannya tersebut. Saat ia tengah berada di kantor
seorang sahabatnya, tiba-tiba ia mendapatkan ilham untuk membuat
sketsa. Agar tidak kehilangan ilham tersebut, ia meminta secarik kertas
yang ada di meja sahabatnya itu.
“Bisakah saya memintanya?” sahabatnya menjawab,”Itu bukan kertas
sketsa, itu hanya kertas pembungkus biasa”. Karena tidak ingin kehilangan
ilham yang muncul itu, Wolcott mengambil kertas pembungkus tersebut
dan berkata,”Tidak ada yang biasa-biasa saja jika kita tahu bagaimana
menggunakannya”. Pada kertas pembungkus itu, ia membuat dua sketsa.
Kemudian hari, salah satu sketsa itu dijual dengan harga $500 dan yang
lainnya dengan harga $1000, sebuah jumlah yang sangat besar pada tahun
1924.
Setiap orang, jika dalam pengaruh positif orang lain, sama seperti kertas
pembungkus biasa di tangan seorang artis besar. Tidak peduli dari apa
kertas tersebut dibuat, kertas itu dapat menjadi harta yang sangat
berharga.
Tidak setiap orang yang Anda pengaruhi akan berpikir sama dengan Anda.
Anda harus menolong mereka bukan saja percaya mereka dapat berhasil,
tetapi juga memperlihatkan kepada mereka, bahwa Anda menginginkan
mereka berhasil.
Pemimpin Spiritual memelihara hubungan dengan orang lain adalah dengan
menumbuhkan kepeduliaan yang tulus. Mereka memimpin dengan
empathy, kasih sayang, dan rasa hormat.
a. Peliharakanlah Hubungan Baik
10 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
1. Memahami Orang Lain
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda, dan setiap individu tidak
mungkin dihadapi dengan cara yang sama. Karenanya, memahami mereka,
dan mempelajari bagaimana membina mereka sesuai dengan kepribadian
mereka, dapat membantu Anda menolong mereka mencapai tujuan-tujuan.
2. Mengasihi Orang Lain
Anda tidak dapat benar-benar menjadi pemimpin efektif kecuali Anda
mengasihi mereka.
Henry Gruland berkata,”Menjadi seorang pemimpin artinya lebih dari
sekedar ingin memimpin. Para pemimpin mempunyai rasa pengertian
terhadap orang lain dan kemampuan yang tajam untuk menemukan yang
terbaik dari dalam diri orang lain.. bukan yang terburuk.. dengan benar-
benar mempedulikan orang lain”
3. Menolong Orang Lain
Pusatkan diri Anda pada apa yang Anda dapat tanamkan dalam diri orang
lain, bukan apa yang Anda bisa terima dari mereka.
b. Berikan Hati Anda
Harapan adalah karunia terbesar yang dapat kita berikan kepada orang
lain; karena bahkan jika orang lain gagal melihat arti diri mereka sendiri,
mereka masih mempunyai alasan untuk tetap berusaha dan bekerja keras
untuk mencapai potensi mereka di masa depan. Pemimpin Spiritualitas
adalah pemimpin yang memberikan harapan dan pengertian.
“Kita membutukan pemimpin-pemimpin yang tahu bagaimana „membaca‟
hati dan yang dapat memberikan kepada mereka rasa tenang, rasa
percaya, pengertian akan mereka dan kejujuran yang sesungguhnya
dibutuhkan mereka…” Samual Brengle
Apa yang Anda percayai terlihat dengan bagaimana cara Anda bertindak.
“Perlakukanlah orang lain seperti penampilannya dan Anda akan
membuatnya semakin buruk. Tetapi perlakukanlah seseorang seolah-olah ia
11 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
telah mencapai potensinya dan Anda akan menjadikan dia menjadi
sebagaimana seharusnya” (Wolfgang von Goethe).
c. Kembangkan Potensi Mereka
Berikan perhatian Anda pada kekuatan orang lain. Pusatkanlah perhatian
pada mempertajam keahlian yang sudah ada. Pujilah kualitas-kualitas
positif. Munculkanlah bakat-bakat terpendam pada mereka. Doronglah
mereka mengembangkan potensi-potensi mereka. Pusatkan perhatian pada
peningkatan kekuatan mereka, Anda sedang mengembangkan hubungan
yang kuat dengan mereka, dan mereka mulai bertumbuh serta
mendapatkan rasa percaya diri. Setelah percaya diri muncul, baru Anda
dapat membicarakan tentang kelemahan-kelemahan mereka dan
menanganinya dengan bijaksana satu per satu.
Ingatlah bahwa semua orang mempunyai potensi untuk berhasil. Sebagai
pemimpin, tugas Anda melihat potensi-potensi dimaksud, menemukan apa
yang belum ada dan memperlengkapinya dengan apa yang diperlukannya.
“Membina hubungan dengan orang lain tidak rumit, hanya membutuhkan
usaha”
Jadilah penuntun, panutan, pelopor, penolong, pemerhati, pemerkasa
tindakan, pekerja keras, pencetus ide, penyelaras hubungan, pembuat
keputusan bijak, penggali potensi, pemberi bantuan, pelatih, pecinta
pengetahuan, pemberi bimbingan spiritual (imam), pemberani, pengabdi
kejujuran, pembuat perubahan, pemegang janji, pemaaf, pelaku rendah
hati, pembuat kebahagiaan, pelaku disiplin, pendobrak pembaharuan,
pendengar yang baik, pemberi rasa aman, pendorong kerja sama, pembuat
pengaruh positif, pembuat momentum, pemberi kepercayaan, perencana,
pendorong semangat, pemenang, pendorong perbaikan karakter, pencetus
kualitas, dan penyelesai perselisihan.
JADILAH PEMIMPIN!
“Dengan kepemimpinan yang baik, segala sesuatu dapat diperbaiki.”
Selamat Memimpin, Sukses Milik Anda Sekarang!
Untuk Diingat:
12 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Pemimpin Spiritual mengapresiasikan nilai-nilai kehidupan ke dalam
kepemimpinannya, memberikan teladan dalam perilakunya dan mendorong
perubahan positif kepada orang lain. Latihlah diri Anda melakukan hal
berikut:
Aku Melakukannya.
Aku Melakukannya dan kamu memperhatikan.
Kamu Melakukannya dan aku memperhatikannya.
Kamu Melakukan.
https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/kepemimpinan-dari-dalam-
hati-spiritual-leadership/
Good to Go
Pernahkah Anda bercermin sebelum pergi keluar rumah, kemudian
kembali lagi beberapa saat kemudian kedepan cermin, hanya untuk memastikan bahwa
Anda sudah cukup rapi untuk keluar rumah?
Entah berapa banyak waktu yang kita perlukan dalam sehari untuk melihat cermin,
memastikan bahwa keadaan kita sudah cukup baik untuk berangkat.
Ayah saya adalah seorang yang sangat tertib dan senantiasa menjaga penampilan nya untuk
bersih, resik dan wangi. Saya selalu ingat,sebagai gadis kecil memperhatikan dengan
asyik betapa gagahnya beliau mengenakan seragam, menyisir rambut abu-abunya dengan
rapih, mengenakan ikat pinggang, berkaca di cermin dengan gagah, tersenyum dan
mengatakan sesuatu bagi dirinya di depan cermin sebelum kemudian berangkat kerja.
13 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Sebagai gadis kecil yang mengagumi ayahnya, saya selalu terpana, melihat bagaimana
beliau menyiapkan dirinya setiap hari sebelum berangkat kerja. Kadang saya benar-benar
menyimak bagaimana ia mencukur, dan memperhatikan bagaimana beliau menetapkan
bahwa segalanya telah siap untuk hal selanjutnya.
Beberapa waktu berselang, saat berangkat dewasa, saya baru mulai memahami mengapa
ayah saya dahulu selalu menyisihkan waktu memperhatikan penampilannya prima sebelum
berangkat bekerja. Baginya, begitu penting memastikan bahwa segala sesuatu disiapkan
terbaik, meski hari itu entah bagaimana nanti berakhir.
Ketika kita merasa, saat memulai hari, dengan kondisi terbaik secara fisik, menetapkan
bahwa hari itu adalah hari terbaik, dan bahwa kita siap menjalaninya, maka segalanya
kemudian menjadi baik untuk dikerjakan. Dan setiap selesai menyiapkan dirinya, ia selalu
berkata, “good to go”. Kebiasaannya kini saya teruskan, dan bagikan kepada anak saya.
Saya sangat mempercayai bahwa memulai hari dengan segala persiapan yang baik, dan
dalam pikiran positif maka seluruh hari berjalan dengan baik. Bahwasannya kemudian ada
tantangan, gangguan, ketidaknyamanan yang terjadi di hari itu, tidak lagi menjadi penting,
sebab hari itu dimulai dengan sesuatu yang baik, yang positif dan di sepanjang hari segala
keadaan menjadi lebih ringan dan tidak terlalu berat.
Kita memang tidak punya kendali atas hari yang ada di hadapan kita, tetapi kita punya
kendali atas bagaimana kita merespon segala keadaan dengan memulai hari dengan
menyiapkan terbaik dari diri sendiri, merasa nyaman dengan diri sendiri, dan mengerahkan
seluruh kemampuan diri untuk mengharapkan yang terbaik terjadi hari itu.
Tidak ada salahnya, memberikan sedikit waktu setelah bangun tidur memikirkan hal-hal
terbaik tentang diri kita, dan hal-hal yang kita harapkan terjadi hari itu untuk kita, kemudian
menyisihkan waktu untuk benar-benar memberikan perhatian pada penampilan kita hari itu,
memuji semua anugerah yang kita terima itu kemudian mengokohkan pikiran untuk menjadi
yang terbaik hari itu. Lupakan sesaat kemacetan yang sebentar akan kita temui di jalan,
atasan yang marah, rekan kerja yang terlambat, tagihan yang belum terbayar, makan pagi
yang belum sempat disiapkan, lupakan sesaat hiruk pikuk rumah di pagi hari, lupakan
sejenak semua kegelisahan dan fokuskan perhatian hanya pada pribadi dicermin, dan pada
14 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
hal-hal besar yang akan dilakukannya hari ini. Segala yang kita pikirkan, terpaku pada apa
yang kita percayai dapat kita lakukan. dan biarlah kekuatan positif ini memenuhi keberadaan
kita di pagi hari.
Sebab, mungkin saja hari ini berjalan dengan penuh kejutan; tapi ketika kita memulai nya
dengan semua kesiapan Good to Go! maka keseluruhan hari dapat dipastikan berjalan baik;
It‟s Going Good..
Mau coba?
https://liferesonance.wordpress.com/take-it-up/good-to-go/
Powerful Personal Branding
Anda tentu tak asing dengan beragam iklan di media massa. Terlebih yang ditayangkan
berulang-ulang di televisi dan radio. Beberapa dari Anda bahkan mampu
menghafal jingle atau tagline iklan tertentu atau bahkan menggunakan beberapa potongan
kalimat iklan untuk berkelakar atau mengukuhkan pernyataan anda.
Jika saya bertanya untuk meminta anda menjawab tanpa berpikir panjang tentang korelasi
kata yang saya sebutkan dengan merk produk tertentu, saya yakin Anda dapat menjawab
pertanyaan saya dengan mudah. Mari kita buktikan; jawablah semua pertanyaan di bawah
ini dengan cepat menurut apa yang paling Anda ingat :
1. Pencuci Rambut Hitam …
2. Mobil keluarga …
3. Restoran Cepat Saji ….
4. Sabun Pemutih Badan ….
5. CDMA Termurah ….
6. Pasta Gigi ….
15 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
7. Pembersih Lantai Ampuh ….
8. Obat Sakit Kepala ….
9. Minuman Berenergi ….
10. Susu Kesehatan Tulang …
Jika 10 pertanyaan ini Anda jawab kurang dari 5 menit, maka dapat disimpulkan, bahwa ini
lah yang disebut sebagai keberhasilan menanamkan kekuatan branding produk yang
dipasarkan; sedemikian kuat nya pesona branding tersebut sehingga Anda dan berjuta orang
lain tak perlu harus bersusah payah mengingat untuk menjawab kategori benda yang
ditanyakan dengan merk produk tertentu yang tertanam dalam benak dengan sedemikian
kuat.
Luar Biasa! Nah, bayangkan jika kekuatan yang sama kita transformasikan dalam proses
„mempromosikan‟ diri kita kepada oranglain. Mungkin ini terdengar tidak lazim, tetapi ini
sebuah terobosan cerdik yang manfaatnya sangat dahsyat melebihi kemampuan Product
Branding memenangkan kompetisi market. Hanya saja, kita tidak sedang berupaya menjual
barang/jasa tetapi kompetensi dan keahlian yang kita miliki ini kepada peminat pengguna
keahlian tersebut. Kita sedang berupaya memenangkan kompetisi di „pasar potensi‟ dengan
jutaan pesaing lain yang memiliki kemiripan features dan qualities serupa dengan kita.
Di „Pasar Potensi‟ dengan kompetisi ketat seperti ini, tentu saja diperlukan lebih banyak
usaha untuk menajamkan Personal Branding untuk dapat benar-benar tampil mencuat dari
kebanyakan. Disini, kita belajar bersama, bagaimana mengelola seluruh potensi yang
termuat dalam diri kita menjadi Powerful Personal Branding.
Definisi sederhana yang dapat saya katakan tentang Personal Branding adalah Seni
Dikenali Unik . Mengapa unik? Karena demikianlah keadaan kita sesungguhnya. Tidak ada
yang diciptakan sama dengan Anda, bahkan ketika Anda memiliki saudara kembar sekalipun.
Sebelum dan setelah Anda, tidak ada yang benar-benar diciptakan sama persis dengan
Anda. Demikian uniknya, Anda di ciptakan, seluruh bagian hidup yang disertakan pada Anda
pun sangat unik tidak sama dengan yang lain. Ketika Anda berpikir, bahwa Anda tidak
memiliki semua yang Anda perlukan untuk mengubah nasib Anda, ini semua sebenarnya
16 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
adalah Apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda, yang Anda batai sendiri tentang keadaan
Anda, yang membuat Anda merasa tidak dapat bergerak kemanapun. Dan inilah internal
branding yang Anda proyeksikan di benak Anda tentang keadaan hidup Anda.
Ya. Anda memiliki pengaruh yang luarbiasa besar dalam menentukan internal branding ;
yakni Apa yang Anda pikirkan tentang Siapa Anda kepada diri Anda sendiri. Cobalah, dalam
3 kata adjektif (kata sifat) tentukan apa yang Anda pikir dapat merefleksikan keadaan Anda?
Pikirkan masak-masak dan jawab dengan jujur. Sesungguhnya, keatas diri sendiri, apa yang
Anda pikirkan tentang siapa diri Anda? Ini langkah penting, untuk mendefinisikan diri sendiri
dengan jujur. Kebanyakan orang mulai menapaki kegagalan ketika mereka berhenti dengan
jujur membuat penilaian atas keadaan dan kondisi mereka apa adanya. Jika Anda tidak
dapat dengan jujur mengemukakan keadaan diri kepada Anda sendiri, bagaimana mungkin
Anda dapat menciptakan Personal Branding yang kokoh, keluar?
Sebagai contoh dapat saya gambarkan seperti ini. Ferona (maaf jika ada yang bernama
sama) berpikir bahwa dirinya pemaaf, sabar dan cekatan. Tetapi orang-orang yang bekerja
bersamanya, atasannya dan keluarganya menilai Ferona terlalu pendiam, tidak cepat
bereaksi atas keadaan, dan cenderung mencari kondisi aman ketimbang mempertimbangkan
mengambil resiko untuk melakukan sesuatu. Apakah Ferona salah mengidentifikasi Internal
Branding nya? atau apakah orang-orang disekitar Ferona tidak mampu memahaminya?
Ingat, setiap orang memiliki perspektif dalam penilaian mereka. Ada rangkaian proses dalam
benak setiap orang dalam membuat penilaian yang berbeda satu dengan yang lain atas
seseorang. Yang terpenting adalah saat melakukan Internal Branding, Anda mampu benar-
benar membuat definisi jujur tentang keadaan Anda, kemudian merefleksikannya keluar
dengan jujur, menerima saran dan kritik orang lain untuk membuat penebalan pada definisi
Internal Branding, meluruskan posisi branding Anda, dan melakukan perubahan-perubahan
yang diperlukan agar proses Personal Branding Anda merupakan sesuatu yang benar-benar
dikenal unik. Hal terpenting saat melakukan Internal Branding adalah bersikap jujur
terhadap diri sendiri tentang keadaan Anda, kemudian merefleksikan keadaan itu keluar;
jangan takut menjadi orang yang tidak sempurna, karena dalam keadaan apa adanya,
banyak peluang dibukakan kepada kita untuk memperbaiki dan merubah diri kita.
Internal Branding, adalah apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda, harapan apa yang ingin
Anda raih sebagai kualitas internal Anda yang mencuat dan membuat oranglain benar-benar
17 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
tertarik pada kualitas itu di dalam Anda. Percayalah pada diri sendiri, bahwa Internal
Branding itu benar-benar mewakili keadaan Anda sebenarnya dan bukan yang Anda
rekayasa untuk dilihat oranglain.
Apa yang oranglain lihat, pahami dan simpulkan tentang keadaan Anda, adalah yang
disebut Eksternal Branding . Eksternal Branding memang dipengaruhi oleh perspektif
oranglain, standar penilaian eksternal, status, relasi, dan tingkatan kepentingan. Namun,
demikian Eksternal Branding juga dipengaruhi seberapa kuat dan besarnya pengaruh
Internal Branding yang kita proyeksikan keluar melalui rangkaian tindakan-tindakan, reaksi
dan perubahan sikap yang kita lakukan. Jadi, jelaslah, Personal Branding, adalah interaksi
yang terjadi antara Internal Branding dan Eksternal Branding yang mengarahkan kepada
Personal Growth Anda.
Manfaat Personal Branding
Ingat betapa sebuah iklan yang membekas dalam benak kita kadang dapat mendorong
terjadinya impulse buying atas produk tertentu? Nah..inilah kekuatan dahsyat yang saya
maksud dari keberhasilan sebuah iklan atas proses pengambilan keputusan membeli
oleh target market mereka. Bayangkan jika ini terjadi pada Personal Branding kita;
saat dewan direksi memutuskan untuk mengangkat seorang manajer yang cekatan, jujur,
memiliki keahlian manajemen, leadership yang kuat, berani, dan dapat diandalkan maka
nama yang mencuat sebagai kandidat terkuat adalah Anda! karena semua kualitas dan
„features‟ yang dibutuhkan untuk posisi tersebut ada di dalam diri Anda. Personal Branding
bermanfaat untuk:
1. Merealisasi kan visi hidup Anda
2. Mengokohkan „Features‟ atau „Key Attributes‟ atau „Keahlian Utama‟ Anda
3. Mengokohkan „Qualities‟ yang Anda miliki; nilai lebih yang menyertai „Brand Features‟
Anda
4. Membantu Anda melakukan Personal Growth setiap waktu dengan lebih strategik
18 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
5. Membantu Anda mempresentasikan diri Anda Lebih Maksimal (promosi jabatan, peluang
karir, gaji lebih baik)
6. Menjalani hidup lebih Percaya Diri, Jujur dan Penuh Semangat
7. Membuka peluang lebih banyak untuk pertumbuhan, peningkatan keahlian dan
pengetahuan
Dan lebih banyak manfaat lain yang dapat Anda temukan saat menjalaninya nanti.
8 Langkah Strategis
Jika sekarang ini adalah waktu dimana Anda memutuskan untuk memulai mengelola
Personal Branding Anda, maka inilah langkah-langkah yang saya sarankan Anda lakukan:
1. DIG DEEP : WHO YOU ARE?
Cari tahu dan buatlah daftar tentang penemuan ini. Buatlah dalam dua kolom, tentang
SIAPA ANDA; di kolom satu menurut Anda sendiri, dan kolom kedua menurut orang lain
(buat dua sampai tiga anak kolom dari 2-3 orang berbeda). lalu cari kesamaan dari pendapat
mereka ini dengan daftar Anda. Analisa dengan seksama (tentu saja Anda harus dapat
benar-benar jujur) apakah hal-hal ini benar-benar dapat mendefinisikan keadaan diri Anda?
jika ya, pilihlah 3-5 atau bahkan lebih hal-hal yang ingin Anda adaptasi sebagai kekuatan
Internal Branding Anda, kemudian fokus pada hal-hal yang telah Anda pilih ini sebagai area
kekuatan yang akan Anda kelola sebagai kekuatan branding Anda kemudian.
2. DEFINE YOUR DREAMS AND MAKE IT HAPPEN
Catat Visi Hidup Anda, kemudian tuliskan pencapaian apa saja yang ingin Anda raih dalam
hidup Anda, bagikan dalam bentuk matriks 6 bulan, 1 tahun, 3 tahun dan 5 tahun ke depan.
Untuk memudahkan, anda dapat mulai mendesain Mission Statement untuk perencanaan
kehidupan Anda baik secara pribadi, profesi, sosial dan keluarga. Anda harus dapat
menemukan arah hidup Anda, dan menyusun Mission Statement : raison d‟ être membantu
Anda mengarahkan tindakan mencapainya.
Kemudian, coba perhatikan, apakah hal-hal yang telah Anda muat dalam Internal
Branding Anda telah dapat membantu Anda menuju Pencapaian Visi Diri? Mencapai Mimpi
19 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
yang Anda idamkan? Jika belum, cari tahu hal apa lagi yang dapat Anda tambahkan untuk
membantu Anda dalam proses ini.
3. GO AFTER YOUR TARGET AUDIENCE WITH FIRE IN YOUR HEART
Penuh Semangat! ini kuncinya. Percayai bahwa Personal Branding Anda adalah kemasan
yang cukup kuat untuk memenangkan kompetisi. Presentasikan dengan kepercayaan diri,
dan Anda akan melihat betapa pengaruh itu dapat membuat impresi yang dalam pada
audiens yang Anda tuju.
Satu hal penting lain yang perlu diingat, tetaplah jujur tentang keadaan Anda. Ini
memudahkan kekuatan Personal Branding Anda mencuat dari kebanyakan. Tentu sulit,
jika Anda memanipulasi keadaan Anda untuk berbagai audience, dan dengan mengenakan
„Features‟ yang bukan merefleksikan keadaan sebenarnya, mungkin anda berhasil
„mengelabui‟ situasi dan keadaan tertentu, tetapi Personal Branding Anda menjadi tidak
fokus, tidak powerful apalagi teruji konsisten. Daripada melakukan hal sia-sia yang
melelahkan (karena Anda harus melakukan „bongkar-pasang‟ Brand Features Anda) lebih
baik fokus kekuatan Anda dalam keadaan sebenarnya Anda.
4. DONT CRASH AND BURN
Seringkali Anda mengalami stagnasi, mandek atau bingung hendak melakukan apa lagi atau
bagaimana melakukannya. Jangan Kuatir.. Anda tidak sendirian. Hal yang paling efektif
untuk menghindarkan diri dari tantangan berhenti di tengah jalan, adalah dengan mencari
tahu hal-hal apa yang membuat Anda terhenti. Apakah masalah ini terkait hal psikis/mental
ataukah hal-hal yang terjadi di lingkungan Anda. Jika hal-hal yang telah dapat Anda kenali
sebagai penyebab ini Anda temukan dan dapat atasi, lakukan. Jika tidak, jangan ragu dan
sungkan meminta bantuan oranglain yang Anda pikir dapat membantu Anda mengatasi
stagnasi ini. Dalam keadaan stagnasi seperti ini, jangan mudah terpengaruh untuk mengikuti
pola/bentuk dari personal Branding orang lain yang Anda nilai berhasil. Tidak selamanya
keberhasilan oranglain memiliki komposisi kesuksesan yang sama dengan yang Anda miliki.
Berhenti Membanding dan Mencopy, lakukan sesuatu dengan maksimal dengan apa yang
Anda miliki.
5. RECRUIT A SQUAD OF BRAND CHEER LEADER
20 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Ini yang saya sukai. Kita tidak mungkin dapat berhasil sendirian! Keberhasilan kita juga
tergantung dari bagaimana kita dapat menjaga relasi dengan banyak orang, dan
mempertahankan persahabatan dengan orang-orang yang dapat mendukung kesuksesan
kita, seperti kita mendukung keberhasilan mereka juga. Mulailah membentuk „team‟ kecil
yang mendukung keberhasilan Anda mengukuhkan Personal Branding yang Anda ingin
kokohkan, kemudian mintalah mereka dalam beberapa jangka waktu, untuk melakukan
analisa dan penilaian atas Anda. Ini membantu Anda untuk memiliki keabsahan akan
keberhasilan Anda membentuk Powerful personal Branding keluar.
6. PACKAGING!
Tidak ada produk yang laku terjual hanya dengan kampanye yang hebat tanpa didukung
kemasan. Demikian juga Personal Branding Anda. Presentasikan Personal Branding anda
sesuai dengan kemasan yang dapat merepresentasikan branding Anda. Sertakan Kualitas
yang menonjol dan membuat Anda unik dinilai. Misalkan sertakan Integritas dalam Personal
Branding Anda. Jika perlu tambahkan beberapa detail penting setiap kali Anda berinteraksi
dengan orang lain, seperti Keramahan, Senyum, Menyapa lebih dulu, Memberikan
kesempatan oranglain menyelesaikan kalimatnya..dapat dijadikan hal yang membantu
kemasan Personal Branding Anda menarik untuk diperhatikan. Anda juga mungkin dapat
berpikir untuk memperbaiki penampilan Anda, merapihkan pakaian (tidak perlu mahal, yang
penting sopan dan bersih), menata rambut Anda, membersihkan kuku Anda, dan
sebagainya. Ingatlah kesan, meninggalkan pesan. Tinggalkan Kesan yang baik, agar pesan
anda tersampaikan (Anda tengah menyampaikan Personal Branding Anda).
7. GET COMFORTABLE WITH YOUR OWN SKIN
Perubahan bagaimanapun kecil nya pasti memerlukan waktu adaptasi. Usahakan, perubahan
apapun yang Anda lakukan adalah yang benar-benar Anda inginkan, karena Anda
membutuhkannya. Buatlah diri Anda senyaman mungkin dalam melakukan nya. Karena itu,
saya selalu mendorong perubahan dan tindakan yang mengikuti arah perubahan lebih efektif
terjadi jika didasari oleh motivasi yang dibangun dari diri sendiri, bukan karena keharusan
atau karena diminta orang lain. Sekali lagi, Anda harus benar-benar nyaman dengan
keadaan Anda, dengan Personal Branding yang ingin Anda „market‟ kan keluar.
21 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
8. DEVISE A PLAN AND GET ON WITH IT
Melakukan sebaik-baiknya saja tidaklah cukup. Anda harus benar-benar bekerja keras
mengupayakannya. Ingat, kompetitor Anda lumayan banyak, Anda harus mencuat unggul
karena keunikan yang Anda miliki. Galilah dan temukan hal-hal yang membuat Anda
memenangkan kompetisi ini dan diperhitungkan sebagai seorang dengan Powerful Personal
Branding. Akuntan dengan sertifikasi brevet A-C, teliti, jujur, cekatan, dapat bekerja
dibawah tekanan, mampu mendelegasi tugas, memiliki kemampuan komputer akuntansi
yang baik, seperti Anda misalnya cukup banyak, tetapi diatas semua Features dan Qualities
ini Anda harus menambahkan satu atau lebih yang membuat Anda mencuat dari kebanyakan
orang (Stand Out in Crowd). Ini adalah kerja keras, lakukan sesuatu sekarang.
Setidaknya buatlah dalam 5 bagian Peta Potensi ini distribusi yang Anda perlukan dalam
mencapai Visi Hidup Anda ke depan.
peta-potensi
Siapapun Anda, dan bidang pekerjaan Anda, ketahuilah sebenarnya Anda memiliki banyak
sekali potensi, keahlian dan kualitas yang belum Anda kelola dengan maksimal, bahkan ada
beberapa yang belum Anda temukan di dalam diri Anda. Setiap Anda, memerlukan Peta
Potensi untuk mengetahui hal ini. Karenanya, mulai biasakan untuk mulai
membuat Portfolio Potensi secara berkala dan menghitung semua potensi yang Anda miliki
dan perlu Anda miliki untuk merancang Perencanaan Karir Anda ke depan nanti.
Selamat Beriklan!
https://liferesonance.wordpress.com/take-it-up/powerful-personal-branding/
Bangun, Dengan Bijak
Seorang tukang kayu memutuskan untuk pensiun lebih cepat. Dia memberitahukan kepada
kontraktor atasannya, bahwa ia telah lama bekerja dengan keras dan ingin sekali menikmati
hidup bersama keluarga nya dengan berhenti bekerja. Kontraktor ini menyesalkan keputusan
tukang kayu pegawainya, dan bersedia meluluskan permintaan tersebut dengan sebuah
22 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
syarat; tukang kayu harus dapat menyelesaikan satu pekerjaan baginya sebelum ia berhenti
bekerja.
Tukang kayu menyanggupi, meski ia sebenarnya kesal dengan syarat yang diajukan
kontraktor atasannya ini, mau berhenti bekerja, malah diberikan tugas tambahan, sungguh
tak masuk akal pikirnya lagi. Maka, dengan berat hati, ia pun bekerja semaunya,
menyelesaikan pekerjaan yang diminta atasannya itu untuk membangun sebuah rumah.
Semua dikerjakan apa adanya sesuka hatinya, ia berpikir, toh jika pekerjaanku tidak
sempurna, aku pun sudah akan berhenti bekerja baginya, dan ia tidak dapat memarahiku
lagi. Ia memilih bahan bangunan yang murah, memasang tembok dengan tidak rapih,
memuat kabel-kabel sekenanya, memasang pipa berkarat, atap dipasang asal-asalan, dan
memasang pintu bekas yang dibelinya di pasar loak. Yang penting jadi, pikirnya dalam hati.
Tibalah waktu dimana rumah itu selesai dibangun. Kontraktor ini datang untuk mengecek
pekerjaan terakhir yang dilakukan oleh tukang kayu pegawainya. Terlihat rumah itu
dibangun dengan asal-asalan, sangat berantakan dan sedikit oleng ke kiri karena pondasi
yang dibuat tidak cukup kuat. Tukang kayu merasa, bahwa tugasnya selesai, dan kini ia
dapat segera pergi berlibur dengan keluarganya. Tak sabar, ia bersegera ia menyerahkan
kunci rumah yang selesai dibangun kepada kontraktor. Tetapi tiba-tiba diluar dugaan,
kontraktor ini justru menyerahkan kembali kunci nya kepada tukang kayu, seraya berkata,
“Ini untukmu. Hadiah yang kusiapkan bagimu sebagai tanda perpisahan kita, karenanya aku
meminta satu tugas akhir sebelum engkau pergi, untuk membuat satu rumah ini yang
hendak kuberikan kepadamu”
Alangkah terkejutnya si tukang kayu. Jika saja ia tahu, bahwa rumah itu bakal menjadi
miliknya, tentulah ia akan mengerjakan pembangunannya dengan lebih baik, lebih rapi, dan
memilih bahan bangunan yang terbaik.
Sama halnya dengan kita. Tatkala kita membangun kehidupan, sehari lepas hari, seringkali
kita menaruh teramat sedikit, cenderung asal-asalan, dan segala hal yang tidak bermutu
kedalam “bangunan” hidup kita. Kemudian menemukan, bahwa semua yang kita lakukan itu
ternyata untuk diri kita sendiri. Terperanjat dengan hasil yang kita terima; semuanya
didapati dalam kondisi yang tidak bagus, karena kita berpikir kita melakukannya sebagai
beban dan tidak berpikir manfaat bagi diri sendiri. Kita tidak berpikir membangun kehidupan
23 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
ini untuk kebaikan, kenyamanan, dan kebahagiaan bagi diri sendiri. Dan sama dengan
tukang kayu itu, kita hanya dapat menyesal dan tidak dapat memutar ulang proses
pembangunan itu.
Saya teringat pesan ayah, “kehidupan adalah project do-it-yourself” perilaku kita dan
pilihan-pilihan yang kita ambil hari ini, sangat menentukan bagaimana bentuk bangunan
kehidupan kita, esok hari. Karenanya, bangun dengan bijaksana dan tentukan pilihan-pilihan
dengan bertanggungjawab.
Apa jadinya anda nanti, ditentukan dari bagaimana Anda mengambil keputusan hari ini.
Sejauh mana, Anda menilai kehidupan Anda dan dengan bertanggungjawab
memaksimalisasikan semua usaha yang Anda kerjakan untuk kehidupan Anda nanti.
“Bangunan” kehidupan seperti apa yang sedang Anda rancang? Apa yang telah Anda
masukkan kedalamnya? Apakah semua bahan-bahan yang membentuk bangunan adalah
kualitas terbaik? Bagaimana meletakkan pondasi nya agar kuat menopang?
Anda dapat memulai merestorasi “bangunan” kehidupan Anda dan membangunnya dengan
lebih baik untuk tujuan kehidupan yang lebih bermanfaat :
1. Bijak mengambil keputusan
Sebagai pemimpin, Anda tentu diharapkan dapat menentukan pilihan-pilihan, mengambil
keputusan dengan bijaksana untuk menentukan bagaimana jadinya nanti “bangunan” yang
anda kerjakan sekarang. Dan seperti Anda telah tahu, mengambil keputusan adalah inti dari
kepemimpinan. Inilah yang sesungguhnya membedakan antara pemimpin yang biasa
dengan pemimpin yang luarbiasa, yang membedakan pemimpin yang berhasil mencapai
tujuan dengan pemimpin yang tidak saja berhasil mencapai tujuan tapi juga secara
bersamaan membuat inovasi. Bangun dengan bijaksana, tentukan pilihan dengan keputusan
cermat.
2. Bijak menentukan tujuan
Banyak orang gagal bukan karena tidak mampu, tetapi karena tidak memiliki tujuan yang
jelas. Hidup tanpa tujuan, mengalir begitu saja, menikmati apa yang datang memang
mungkin lebih mudah. Tetapi masalahnya, hidup yang demikian tidak membawa hasil yang
berarti. Orang seperti ini, mungkin di akhir kehidupannya didunia, akan menggaruk kepala
mereka dan bertanya, “sesungguhnya saya hidup untuk apa?” Sebaliknya, mereka yang
memiliki arah dapat merefleksikan kehidupan mereka dengan puas karena telah menemukan
24 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
tujuan hidup dan mencapai hal-hal yang berarti. Anda harus memiliki tujuan jangka panjang,
untuk menghindarkan Anda dari frustasi karena kegagalan jangka pendek (Charles C. Noble)
Tujuan adalah kunci kesuksesan hidup. Dr. Ari Kiev (Cornell University) mengamati bahwa
saat seseorang memutuskan untuk mengkonsentrasikan energinya untuk suatu tujuan yang
spesifik, mereka mulai mengalahkan kesulitan yang paling berat sekalipun. Bangun dengan
bijaksana, tentukan tujuan.
3. Bijak Bebas dari Keterbatasan
Seringkali, pemikiran kita memiliki batasan-batasan. Seperti seekor lebah yang dimasukkan
pada gelas tertutup, tiap kali ia terbang, mengenai tutup gelas dan merasakan sakitnya
terbentur, ia kembali terbang rendah berputar-putar dalam gelas. Setelah berbulan-bulan
dalam kondisi tersebut, lebah tidak berusaha lagi untuk terbang lebih tinggi daripada tutup
gelas. Bahkan bila tutup tersebut dibuka, tetap saja, lebah tidak akan terbang keluar.
Seperti lebah itu, seringkali pemikiran kita dibatasi oleh “tutup-tutup” gelas kehidupan. Yang
harus Anda lakukan adalah, terbanglah, meski terus terbentur berkali-kali, karena kita tidak
pernah tahu kapan, “tutup-tutup gelas” telah terbukam dan kita bisa terbang bebas keluar.
Bangun dengan Bijaksana, bebaskan diri dari keterbatasan.
Bagaimana jadinya hidup Anda nanti, ditentukan dari bagaimana Anda membangunnya hari
ini, jadi, bertanggungjawab menjalani hidup; bangunlah dengan bijaksana, karena semua
usaha itu, pada akhirnya dipersembahkan hanya untuk Anda.
https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/bangun-dengan-bijak/
Dicari : Perempuan Cerdas, Cantik dan Cakap Perilaku
Sempurna! Tentu saja!
TUHAN tidak pernah mencipta tanpa tujuan, dan semua yang dikerjakanNya pasti sempurna,
tak bercela dan selalu dalam perhatian khusus (bayangkan, tak ada satupun dapat mencipta
dengan detail, presisi luar biasa dan keunikan beragam yang tak pernah sama sekali dibuat
ulang dalam keserupaan seperti yang selalu dilakukanNya).
25 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Perempuan diciptakan untuk tujuan mulia, mereka dihadirkan di antara segala ciptaanNya
untuk melengkapi kesempurnaan maha karya yang Agung.
Jadi, jika anda, adalah seorang perempuan, dan merasa tidak tahu tentang tujuan hidup
anda di dunia ini, ketahuilah, bahwa TUHAN tidak pernah dalam keadaan tidak sengaja
menciptakan anda, IA tidak menciptakan anda biasa saja tanpa kelebihan, karena kehadiran
anda bukanlah sekedar angka dalam statistik jumlah penduduk. Tidak sama sekali! Jika saya
dapat menggambarkannya, saat TUHAN memutuskan untuk menciptakan anda, IA pasti
memikirkan dengan seksama tentang anda, mencipta dalam kebesaran kasih sayangNya,
dan dengan hati-hati terencana mengatur setiap keberadaan fisik, jiwa dan roh untuk
melaksanakan maksudNya atas hidup anda, kemudian menghadirkan anda di tengah-tengah
keluarga anda sekarang, mengirimkan rejeki, suami, anak, karir, usaha, kawan-kawan,
keberhasilan dan ketrampilan untuk anda sebagai perempuan yang sempurna dihadapanNya.
Sayangnya, banyak perempuan merasa mereka tidak berarti, tak berdaya, merasa kurang
cantik dan tidak cukup cerdas untuk menjadi sukses dan bahagia dalam hidupnya. Mereka,
mungkin juga anda, belum benar-benar menyadari bahwa setiap perempuan diciptakan
sedemikian unik, dan luar biasa yang tidak ada duanya! Bayangkan, anda tidak diciptakan
dalam bentuk grosiran! Cuma ada satu saja perempuan seperti anda di dunia ini, dan inilah
saatnya, anda benar-benar menemukan hal-hal mengagumkan tentang diri anda.
Cerdas.
Tidak ada perempuan bodoh, yang ada hanya perempuan ceroboh, yang melakukan
kesalahan karena tidak waspada, gegabah, angkuh dan tidak bijak berlaku. Sekali lagi, tidak
ada perempuan yang bodoh. Jadi, jangan pernah menganggap diri anda tidak berguna
terlebih menempatkan diri tak berdaya. Meski terlihat tak seperkasa kaum lelaki, perempuan
dapat melakukan lebih banyak, menampung rasa, mengolah pikiran dan menggunakan
intuisi lebih besar. Perempuan cerdas tidak semata diukur dengan tingginya skor IQ mereka,
jenis keahlian yang mereka miliki, profesi yang mereka jalankan, atau nilai akademik yang
mencengangkan. Perempuan cerdas, adalah mereka yang mengetahui tujuan hidup mereka,
mengelola potensi diri mereka, mengasah hati, dan yang bijak mengatur hidup mereka
mencapai perubahan dan perbaikan setiap hari. Kecerdasan tidak semata terletak pada
kemampuan akal belaka tetapi juga melaraskan hati, mengamalkan iman dan
memberlakukan budi pekerti mereka dengan bijak.
26 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Perempuan cerdas, bukan berarti selalu benar tanpa salah; perempuan cerdas mengakui
kesalahan mereka, mengevaluasi tindakan-tindakannya dan melakukan perencanaan untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan. Perempuan cerdas, paham betul, bahwa tujuan hidupnya
tidak berhenti pada keadaan kini, tetapi untuk hal-hal yang terus datang sepanjang hidup
mereka. Anda, adalah perempuan yang cerdas, yang kini anda harus lakukan adalah
menyempurnakan kecerdasan anda dengan menyeimbangkan segala yang anda miliki dan
terus bertumbuh. Hidup anda tidak berhenti ketika anak-anak menikah, juga tidak selesai
ketika cucu-cucu anda dilahirkan, masa pensiun tiba, ketika suami anda tiada, dan bahkan
ketika usia mulai membatasi fisik anda. Anda tidak berhenti bertumbuh, terus galilah potensi
pemberianNya di hidup anda yang mengalir tanpa henti. Ketika anda melakukannya, anda
adalah perempuan cerdas yang dicari itu.
Tak peduli warna kulit anda, bentuk hidung anda, letak tahi lalat anda, berapapun berat
badan anda, tinggi badan anda dan rupa fisik anda; anda adalah seorang perempuan yang
cantik! Ya, benar. Lalu berhentilah membandingkan diri anda dengan perempuan lain!
Secermat apapun anda menilai, anda tidak melakukan hal apapun yang konstruktif atas diri
anda sendiri – tidak ada apapun yang akan anda temukan kecuali rasa kecewa saat anda
membanding diri. Mengapa membuang energi dan waktu untuk sesuatu yang tidak produktif
27 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dan cenderung destruktif itu? Saya tegaskan sekali lagi, anda cantik sebagaimana
adanya, bersyukurlah!
Hanya anda yang dapat menentukan keindahan diri anda sendiri, menetapkannya dalam
sanubari, mempercayainya sepenuh hati dan orang lainlah yang akan melihat kecantikan itu
terpancar dari dalam diri anda, jauh melebihi tebalnya make up atau mahalnya perawatan
tubuh yang anda investasikan setiap bulan. Hati yang besyukur, membuat anda selalu
menjadi perempuan yang cantik. Dan kecantikan seperti ini adalah kemolekan jiwa bukan
sekedar terlihat dalam kemasan luar belaka.
Cakap Perilaku.
Peran perempuan adalah pemimpin, pemandu, penasehat, pemberi teladan dan pembimbing
perilaku anak-anaknya. Pada rumahtangganya ia membantu suaminya meneguhkan
karakter-karakter terpuji, memelihara ahlak mulia, membiasakan kesantunan dan
mengukuhkan iman. Pada keluarga dan tempatnya bekerja ia menjadi pribadi yang
diandalkan, dipanut, dan dipuji karena perilakunya yang setia, lembut, panjang sabar,
cekatan, penyayang, pandai, pemaaf, penolong, tegas, dan bertanggungjawab. Berprofesi
apapun perempuan, ketika mereka rendah hati dan berperangai baik, keberadaannya
membawa pengaruh positif kepada orang disekitarnya; mereka telah sukses dalam apapun
profesi dan peran yang mereka jalankan.
https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/dicari-perempuan-cerdas-cantik-dan-
cakap-perilaku/
Kembangkan Kemahmu!
Perbedaan mereka yang mampu menciptakan sebuah inovasi dahsyat di dunia adalah
kemampuan untuk melihat sesuatu yang tidak dilihat orang-orang pada jamannya. Coba
bayangkan saat Thomas Alfa Edison memperkenalkan listrik pertama kali; kegagalan-
kegagalannya banyak di cemooh orang, belum lagi reaksi atas keraguan pada penggunaan
28 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
energi listrik saat pertama kali di perkenalkan. Namun lihat bagaimana listrik kini, tanpanya,
kita sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Inilah kekuatan sebuah visi!
“If you can dream it, you can do it” – Walt Disney.
Sebuah visi yang jelas, dapat membawa siapapun mencapai tujuan. Kemudian? Ya,
kemudian kita melakukan segala upaya untuk mencapai keberhasilan. Lalu apa yang kita
lakukan saat kita telah mencapai kesuksesan, apakah ini berarti visi kita juga telah berakhir?
Banyak orang berpikir pencapaian berhenti saat visi tercapai, ini tidak sepenuhnya benar;
tengoklah bagaimana tokoh-tokoh besar penemu, penjelajah dan pelopor tatkala mereka
telah mencapai sesuatu, mereka melakukan lebih banyak, menggali visi lebih dalam,
melakukan pertumbuhan, menciptakan sesuatu yang baru, melebarkan sayap mereka.
Intinya, mereka tidak pernah berhenti berkembang!
Banyak orang berkeinginan untuk mendaki Puncak Everest, setidaknya saya satu diantara
mereka. Tujuan para pendaki ini tak lain adalah untuk mencapai puncak dari gunung
tertinggi di dunia. Motivasi yang terbesar adalah tentang penaklukan; baik atas tumpukan
batu setinggi awan itu, maupun penaklukan diri para pendaki itu sendiri. Para penjelajah
yang telah lebih dahulu berhasil melakukan ekspedisi paling berbahaya ini memberikan
panduan dan pelajaran yang berarti dalam menaklukan puncak tertinggi itu yakni; hal
tersulit bukan saja terletak saat melakukan pendakian, namun juga ternyata saat menuruni
puncak!
Sama halnya dengan saat kita mengira tantangan terberat meniti puncak kesuksesan adalah
saat bergerak ke atas menuju puncak tujuan sehingga orang berlomba-lomba menjadi
nomor satu. Tetapi ternyata lebih sukar bagi seseorang untuk mengerti arti turun ke bawah.
Saya sangat setuju, bahwa semua orang harus berpegang pada visi mereka dan mencapai
keberhasilan, namun betapa sering kita melupakan bahwa mencapai tujuan saja, hanyalah
penjelajahan setengah jalan! Karena perjalanan selanjutnya adalah tentang membagi visi
kita kepada orang lain, membagi kesuksesan kepada orang lain sesuai dengan kemampuan
kita dan menularkan perjuangan pertumbuhan yang telah kita alami kepada lebih banyak
orang.
Given to Give
29 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Dalam sebuah kesempatan memimpin outbond training pada suatu waktu, saya meminta
beberapa peserta membangun kemah bagi team mereka sendiri. Para peserta yang saya beri
tugas ini adalah mereka yang ditunjuk sebagai pemimpin team hari itu, tanpa tahu, berapa
jumlah anggota team yang akan ditugaskan bersama mereka. Logika-nya, mereka
menghitung probabilitas yang dapat terjadi dengan menghitung jumlah total peserta dan
pemimpin yang ditunjuk. Saya biarkan mereka berkreasi dengan resources yang ada di
depan mereka, dan tak satupun dari mereka pernah mendirikan kemah sebelumnya! Setelah
kemah-kemah dengan bentuk aneh selesai didirikan, saya mulai memanggil peserta yang
lain, dan membaginya sampai semua peserta masuk dalam kelompok yang jumlahnya sama
besar, lalu saya meminta mereka masuk dalam kemah yang telah dibuat oleh pemimpin
kemah dengan tidak memperkenankan apapun dan siapapun keluar dari kemah. Ini yang
menarik, saya menambahkan tantangan, dengan menyertakan kelompok pengamat dan
pembina masuk dalam kelompok! Kemah-kemah yang didirikan hanya dapat memuat 6-7
orang, tidak untuk 12 orang! Semua berdiri berdesak-desakan,tak ayal lagi, hampir semua
kemah ambruk seketika karena desakan anggota team didalamnya, kecuali satu kemah yang
masih berdiri, meski hamper oleng. Perhatian saya tertuju penuh pada kelompok ini, yang
kemudian bersepakat menggabungkan kemah mereka dengan kemah ambruk kelompok di
sebelahnya, sehingga 2 kemah dapat menampung 2 kelompok dan penyatuan kedua kemah
ini justru saling menopang, memperkuat satu dengan yang lain. Ini tidak akan terjadi jika
kelompok dengan kemah paling tahan berdiri dari yang lain, tidak segera mengambil
keputusan melebarkan kemah mereka dengan kemah kelompok lain di dekat mereka!
Kemah yang hampir oleng mungkin bernasib sama, ambruk dan tidak mendapat apapun,
jika ia tetap bangga pada pencapaian sementara, dan tidak memahami arti turun ke bawah
memberikan asistansi kepada yang lain; yang justru kemudian ternyata makin memperkuat
kemah mereka dan kemah milik orang lain.
Berkolaborasi adalah tindakan positif melalukan pertumbuhan atas diri sendiri dan orang
lain, lakukanlah dengan ketulusan dan toleransi yang tinggi! Anda tidak akan pernah rugi,
saat Anda memberi! Dalam hidup, masing-masing kita diberikan berkah kelimpahan rezeki
lahir dan bathin, tapi bukan hak kita semata menikmatinya sendiri. Apapun yang telah
diberikan kepada kita, baru dapat benar-benar berarti sebagai berkah saat kita dapat
membaginya kepada orang lain.
30 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Sinergi Selalu ada manfaat lebih, saat anda dapat bekerjasama. Anda dapat menyatukan
kekuatan, menciptakan kondisi yang menguntungkan, mengerjakan lebih banyak dan lebih
baik dari pada saat mengerjakannya sendiri, kemudian, saat mengalami kesulitan, kegagalan
atau kendala yang tidak diharapkan, Anda tidak sendirian melampauinya. Kekuatan yang
bergabung, dapat menjangkau lebih banyak, Anda tentu sependapat dengan saya; bahwa
berbagai bisnis yang berhasil adalah bisnis yang dapat bersinergi efektif dengan berbagai
pihak.
Peluang Ada Dimana-mana!
Meski telah terdengar biasa, coba pahami lebih dalam. Peluang benar-benar dapat Anda
temui dimanapun, bahkan pada tempat, keadaan, kondisi dan waktu yang mungkin Anda
tidak duga sebelumnya. Perhatikan dengan seksama disekeliling Anda, pergunakan peluang
dan kembangkan kemah anda sekarang!
Do not looked down small people, when you meet great giants; when you need needle, what
sword can do?
https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/kembangkan-kemahmu/
RUMAH : Sekolah Unggulan Karakter
Bayangkan betapa bangganya anda, ketika anak anda memenangkan sebuah perlombaan, ia
pulang dengan piala dan penghargaan atas kemenangannya berkompetisi dengan anak-anak
lain. Apapun perlombaannya tidak menjadi sepenting titel kejuaraan yang anak anda
peroleh, meski mungkin ia hanya memenangkan lomba makan kerupuk di acara
tujuhbelasan lingkungan tempat tinggal anda! Dan bayangkan, betapa lebih bangganya lagi
anda, jika dalam sepuluh atau tigapuluh tahun kemudian, ia menjadi seorang yang berhasil
dalam profesinya, pemimpin yang dihormati banyak orang, dikenal berbagai kalangan
masyarakat, dan membanggakan bangsa dan negaranya.
Semua orangtua, termasuk saya, pasti berharap keberhasilan hidup terjadi pada masa depan
anak-anak kita; menjadi pemenang, menjadi pemimpin, pionir, dan pencetus ide. Diatas
31 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
semua harapan tinggi tersebut, setidaknya, kita berharap anak-anak mendapatkan
kehidupan yang jauh lebih baik dari yang semua orangtua pernah dapatkan. Tetapi
bagaimana caranya memastikan bahwa anak-anak kita kelak mendapatkan kehidupan yang
jauh lebih baik dari orangtuanya? Apa yang hendak anda wariskan kepada anak-anak Anda?
Semua orangtua pasti akan bekerja keras dan berupaya lebih giat untuk memastikan
kesiapan masa depan anak mereka terjamin sejak awal.
Tetapi apakah semua itu cukup untuk menjamin kehidupan mereka lebih baik seperti yang
kita harapkan? Uang tentu saja dapat memenuhi hampir semua kebutuhan, tetapi ingat,
justru hal-hal yang terpenting di dunia, tidak dapat dibeli dengan uang! Dapatkah anda
membeli cinta kasih tulus? Kebaikan? Toleransi? Adakah toko khusus yang menjual
Karakter? Dimana dapat membeli kejujuran? Atau dimana kita memesan dalam jumlah
banyak Ketaqwaan dan Keluhuran Hati? Sekali lagi, saya tekankan, tidak ada orangtua atau
guru yang gagal, yang ada hanyalah para orangtua terlalu sibuk dan berhenti mendengarkan
anak-anak mereka.
Pembentukan karakter ternyata jauh lebih penting untuk mempersiapkan anak-anak atas
masa depan mereka. Keberhasilan, kesuksesan dan ketenaran tidak pernah kekal, tetapi
keunggulan karakter –lah yang dapat membuat mereka menjadi pemenang dan pemimpin
berhasil dalam hidup mereka, tidak peduli jenis pekerjaan apa yang akan mereka kerjakan
nanti, berapa jumlah gajinya setiap bulan dan dimana mereka akan tinggal. Mereka akan
bersemangat untuk hidup sebagai pemenang, ketika dengan keunggulan karakter, mereka
merasa berbahagia dengan kehidupan yang mereka dambakan, dan bukan yang kita
tentukan bagi mereka.
Ini adalah sebuah kebenaran : ”Tidak ada anak yang gagal atau bodoh, mereka hanya tidak
tahu apa yang seharusnya mereka lakukan dan kebingungan dengan semua tuntutan
orangtua dan pengajar mereka tentang hidup mereka.” Tidak ada yang benar-benar
mempertanyakan kepada anak-anak apa yang mereka inginkan. Dan ketika anak-anak
mengungkapkan apa yang mereka inginkan dalam hidup mereka nanti, sedikit orangtua
yang benar-benar menyimak dan mengambil tindakan mengarahkan mereka pada tujuan
yang hendak mereka capai.
32 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Karakter tumbuh dari kebiasaan-kebiasaan yang dilatih, ditunjukan, diperbaiki dan diulang
terus menerus. Dan inilah fakta sesungguhnya; “Tidak ada Sekolah Karakter sebaik di
rumah”.
Tidak ada kurikulum paling efektif dalam Sekolah Karakter yang saya maksudkan ini, kecuali
yang disusun bersama seluruh anggota keluarga. Itu sebabnya saya lebih menyukai istilah
„kerja tim‟ dalam project persiapan masa depan anak ketimbang „agenda tugas‟ saat
merancang apa yang dapat orangtua lakukan bagi anak-anak mereka sejak hari ini.
Anak-anak anda adalah calon pemimpin, setidak-tidaknya menjadi pemimpin atas hidup
mereka sendiri! Dimana mereka memiliki kendali atas emosi mereka, dalam interaksi dengan
orang lain, reaksi atas keadaan, sikap yang dipilih, ekspresi mereka dan pengambilan
keputusan atas segala sesuatu yang terjadi pada hidup mereka nanti. Berikut beberapa
langkah sederhana, dimana Anda dapat mengembangkan pendidikan karakter pada sekolah
calon pemimpin di rumah Anda sendiri.
1. TANPA INSTRUKSI!
Anak-anak dilahirkan tanpa instruksi manual. Tapi ALLAH SWT memberikan panduan rohani
di bathin anda, sebagai orangtua. Sebutkan nama mereka di setiap doa-doa Anda, dan minta
hikmahNya dalam membina mereka. Anda bukan Super Parents Bekerjasamalah dengan
TUHAN!
2. BUKAN GROSIRAN!
Saya selalu mengingatkan orangtua dimanapun saya berjumpa mereka, bahwa anak-anak
anda tidak dilahirkan dalam kualitas grosiran! Mereka punya identitas sendiri, meski ketika
mereka kembar empat sekalipun. Perlakukan mereka se-istimewa itu, sebab sesungguhnya
mereka diciptakan dengan detail istimewa, dan tidak ada duanya di dunia!). Kenali anak-
anak Anda, lebih baik dari orang lain. Gunakan waktu bersama dengan mereka, meski waktu
anda terbatas, gunakan dengan kualitas. Biarkan mereka bicara dan Anda mendengarkan!
3. HOUSE RULES!
Di rumah, kami memiliki 12 peraturan yang kami rancang bersama-sama, dimana semua
anggota keluarga mengikutinya. Sebagian memuat good-manners seperti menunggu orang
lain menyelesaikan kalimat sebelum kita bicara, sesering mungkin mengucapkan “terima
kasih”, weekend person-in-charge setiap minggu dan dapur kami tutup setelah jam 7
malam. Rancanglah House Rules Anda yang menyenangkan, mulailah dengan menyertakan
33 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kebiasaan-kebiasaan baik yang anda inginkan Anda wariskan pada anak-anak Anda.
4. ROAD MAPS!
Apa cita-cita anak-anak anda? Arahkan dengan spesifik, telusuri bersama seluk beluk profesi
pilihan mereka, dan tentukan rencana bersama untuk mencapainya. Semua anak pernah
bercita-cita menjadi dokter, tanyakan dokter apa?mengapa? kemudian bersama-sama
membuat daftar hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi dokter. Dampingi mereka, saat
menelusuri semua fakta tentang profesi, semangati mereka dan jangan padamkan
impiannya! Jangan pernah katakan TIDAK MUNGKIN pada mimpi mereka, tapi katakan,
”Mari kita lihat apa INI MUNGKIN kita peroleh”.
5. EMOSI DALAM KENDALI!
Anak-anak juga sama seperti kita, kadang-kadang lepas kendali atas emosi. Jika mereka
marah, sedih atau bahkan mengamuk. Jangan segera menghukum mereka, arahkan mereka
untuk kembali tenang, agar mereka bisa mengungkapkan alasan kemarahan mereka,
diskusikan apa yang sebaiknya mereka dan anda lakukan dengan keadaan itu. Bersabarlah,
dan bersungguh-sungguh dalam menjembatani kebutuhan emosi mereka. Kadang-kadang
anak-anak sulit berekpresi dan memilih diam atau menangis sebagai bahasa yang paling
mereka ketahui untuk menarik perhatian Anda. Jika dibiasakan, mereka dapat menguasai
diri dengan lebih baik.
Masih banyak cara praktis lainnya untuk memulai membangun karakter anak-anak anda di
rumah, apapun yang hendak anda putuskan untuk lakukan, ingat Anda memegang peranan
penting atas pembentukan Karakter Mereka!
Bila seorang anak hidup dengan penuh rasa aman, Ia belajar untuk
beriman(Dorothy Law Notle)
Rumah adalah sekolah unggulan terbaik dalam bertumbuh sesuai potensi dan kepribadian
anak-anak Anda menjadi pemimpin dengan Karakter Cemerlang . Persiapkan Mereka!
https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/rumah-sekolah-unggulan-karakter/
34 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Berbuah Sepanjang Tahun
Tak terlukiskan senangnya anak saya ketika pada suatu hari kami membawanya ke rumah
seorang kerabat yang tinggal di pedesaan. Lahan pertanian yang terbentang sepanjang
pandangan mata, empang dan ternak yang tidak setiap hari di temuinya di Jakarta. Betapa
nikmatnya makan buah langsung memetik dari pohon, tanpa harus ke supermarket dan
mengantri bayar terlebih dahulu. Pemilik kebun pun sama senangnya pujian kami atas tanah
subur yang ia miliki, dan selanjutnya dengan bangga menceritakan beberapa proses yang ia
kerjakan agar hasil kebunnya maksimal sepanjang tahun. Saya menyimak penjelasannya,
banyak sekali yang ia harus kerjakan dengan tekun untuk memastikan tanahnya dapat
menghasilkan sepanjang tahun!
Anda dan saya, juga pasti menginginkan keberhasilan yang membanggakan dalam
kehidupan. Keberhasilan adalah anugerah tanpa henti diberikan kepada TUHAN sepanjang
hidup kita. Kita hanya perlu mengusahakannya terjadi di setiap tahun-nya!
Bukankah menyenangkan memiliki lahan yang terus menerus menghasilkan dan pohon yang
berbuah sepanjang tahun? Bukankah menyenangkan jika bisnis dan pekerjaan mengalami
pertumbuhan, keluarga berkembang lebih harmonis, ibadah berakar lebih dalam,
persahabatan mengalami peningkatan nilai, kepemimpinan anda mendorong perubahan
positif dan setiap hal yang anda kerjakan meraih pencapaian?
Nah, sekarang, apa yang Anda inginkan terjadi dalam tahun ini? Jawablah dengan membuat
sebuah daftar tentang hal-hal apa yang sangat anda dambakan terjadi. Kemudian, periksa
baik-baik daftar itu, buatlah skala prioritas dari yang paling penting, lalu periksa kembali.
Dari daftar terseleksi ini, apakah hal-hal yang telah anda tuliskan itu adalah yang benar-
benar anda inginkan? Jika ya, bacakan keras-keras hingga anda dapat mendengar suara
keyakinan keluar dari hati anda sendiri. Ulangi beberapa kali, hingga anda mempercayai
bahwa anda dapat meraih hal-hal yang telah anda tuliskan tersebut tahun ini juga! Sekarang
lanjutkan dengan langkah berikut ini:
Sejauh yang Anda Pikirkan!
Pikirkan keberhasilan, pikirkan pencapaian, pikirkan kebahagiaan, pikirkan tentang
kehidupan sepanjang tahun penuh dengan kepuasan bathin, dan kesejahteraan. Saya tahu,
anda pasti juga memikirkan keterbatasan anda, mempertanyakan kemampuan diri sendiri
atau menyangsikan kedispilinan anda menjalankan komitmen sendiri. Fokus pada
35 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
keberhasilan. Maka sesungguhnya anda sedang menggerakkan seluruh keberadaan anda
dalam mencapainya; percaya bahwa anda telah mencapainya, maka sejauh itu lah anda
akan memperolehnya. Pikirkan, Fokus dan Percaya membantu anda menyelaraskan diri pada
tujuan anda tahun ini.
Keadaan hidupmu adalah cermin dari keadaan pikiranmu –Dr. Wayne W Dyer
Kerjakan Tanahnya!
Berpikir saja tentang sukses tanpa mengerjakan sesuatu tentu saja omong kosong. Lakukan
sesuatu! Jangan takut kotor, jika anda menginginkan tanah yang gembur untuk siap
ditanami. Gali lebih dalam apa yang anda miliki dalam diri Anda, kembangkan potensi-
potensi Anda sekarang; ini adalah modal yang tidak harus Anda usahakan, karena TUHAN
telah memberinya gratis sejak Anda dilahirkan dan percayalah, pasti itu lebih dari satu!
Perbanyak kesempatan melatih potensi, bakat dan kemampuan Anda. Mulailah dari diri
sendiri sebelum anda bekerja dengan sumber daya lain di luar anda.
Ciptakan yang terbaik dari diri anda karena dari situlah semua tentang anda ditentukan-
Ralph W. Emerson
Pastikan Selalu Cukup Perawatan!
Sebaik-baiknya bibit, jika setelah ditanam ia tidak mendapatkan perawatan yang maksimal,
ia sama sekali tidak berharga. Sama halnya dengan hidup anda, apa yang telah
dianugerahkan, apabila itu tidak dipelihara dengan baik, maka ia tidak menghasilkan apapun
atas hidup anda. Sama halnya dengan tanaman perlu langkah pemeliharaan; maka
setidaknya ada 5 perkara yang perlu anda lakukan untuk memastikan pemeliharaan hidup
anda berlangsung dengan maksimal.
1. Pastikan Cukup Sinar Matahari
Sumber kehidupan tumbuhan ada di sinar matahari. Sementara sumber kehidupan kita
adalah TUHAN. Pastikan Anda selalu menjaga hubungan anda terpelihara baik denganNya.
2. Pastikan Cukup Pupuk
Sesekali perlu ada nutrisi tambahan pada tanaman. Nutrisi hidup anda terletak pada
kemauan anda menghimpun kebiasaan baik, mengasah ketrampilan kepemimpinan,
mengelola waktu, mengatur keuangan efisien, memelihara kedamaian, menjaga sikap hati,
dan mempelajari hal-hal baru yang memperluas pengetahuan.
3. Pastikan Tidak ada Benalu
Kendala, cobaan, kesulitan, kegagalan selalu hadir dalam hidup kita, ia bisa tumbuh dimana
36 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
saja dalam aspek kehidupan kita seperti layaknya benalu, tetapi tindakan kita
menyikapinyalah, yang membuat kita dapat bertahan, dan tidak mati kering terserap
keadaan-keadaan yang menyulitkan disekitar kita. Berpikir positif sama dengan mencabut
benalu sampai akarnya; kita tidak memberi kesempatan keadaan mempengaruhi
pertumbuhan dan pencapaian kita.
4. Pastikan Cukup Perhatian
Sebuah penelitian pertanian di Jepang memberitahukan bahwa tumbuhan yang diberikan
perhatian khusus dengan diajak bicara setiap hari, menghasilkan daun dan buah lebih baik
dari tumbuhan lainnya. Jika tumbuhan saja dapat merespon sedemikian apalagi manusia.
Sediakan waktu untuk berkomunikasi, bukan sekedar bicara dengan orang lain sekitar anda.
5. Pastikan Cukup Persediaan
Setiap panen, selalu ada lumbung yang harus diisi persediaan. Selalu ada tanaman yang
tidak turut dipetik dan menjadi bibit unggulan seterusnya. Dan selalu ada persediaan untuk
tindakan pengembangan selanjutnya. Apapun kesuksesan yang telah anda raih, anda harus
berpikir tentang persediaan untuk tahun berikutnya, kemudian sebarkan bibit kesuksesan
anda kepada orang lain dan kembangkan lebih besar lagi potensi keberhasilan anda
selanjutnya. Ingat, harus selalu ada persediaan!
Jangan berpusat pada keterbatasan, sesungguhnya anda memiliki lebih banyak potensi
untuk meniadakan keterbatasan tersebut. Tentukan sukses anda tahun ini sekarang.
Berbuahlah Sepanjang Tahun! Jika saya bisa, mengapa Anda tidak?
https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/berbuah-sepanjang-tahun/
Bukan Karakter Sebulan
Pernahkah Anda berpikir, bahwa hidup Anda tidak mengalami kemajuan yang berarti dan
memutuskan bahwa sekarang adalah saat tepat melakukan perubahan-perubahan? Anda
telah membuat daftar atas hal-hal yang dapat Anda lakukan, tetapi kemudian berakhir
dimana Anda tidak pernah melakukannya sama sekali? Atau Anda berhasil melakukan
37 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
perubahan-perubahan pada perilaku dan kebiasaan Anda, namun selang beberapa saat
kemudian Anda berhenti dan kembali pada keadaan semula? Padahal Anda benar-benar
ingin berubah lebih baik.
Atau justru Anda kebingungan darimana perubahan-perubahan atas diri Anda dapat dimulai?
Betapa pun seringnya Anda mengumandangkan self transformation pada diri Anda sendiri,
apabila Anda tidak benar-benar melakukannya, Anda belum melakukan apa-apa kecuali
perencanaan. Dan sebuah transformasi tidak terjadi seketika, dan bertahan dalam hitungan
sebulan saja, transformasi atas kehidupan Anda baru dapat terjadi saat Anda 1) benar-benar
menginginkannya, 2) benar-benarmengusahakannya dan 3) benar-benar
mempertahankannya.
Sebuah perubahan, jika Anda menginginkannya, dapat Anda lakukan dan nikmati
keuntungannya untuk kualitas kehidupan yang lebih baik, kualitas hubungan yang lebih
harmonis, dan kualitas spiritualitas yang prima. Live to be alive – Menjadi lebih hidup.
Life belongs to the living, and he who lives must be prepared for changes. (Johann Wolfgang
von Goethe)
Anda dikenal bukan saja dengan nama Anda tetapi juga dari karakter Anda, karenanya
mulailah melakukan perubahan-perubahan pada diri Anda sendiri, agar selain Anda
merasakan hidup Anda lebih maksimal, orang lain melihat perubahan yang Anda lakukan,
kemudian meniru teladan yang Anda tinggalkan.
Coba perhatikan bagaimana perilaku dan sikap Anda atas keadaan yang Anda alami, atas
orang di sekitar Anda dan atas ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di sekitar Anda.
Kemudian cermati reaksi Anda, hal-hal yang Anda temukan itu sesungguhnya adalah
cerminan kepribadian Anda yang sebenarnya.
Sow a thought, and you reap an act;
Sow an act, and you reap a habit;
Sow a habit, and you reap a character;
Sow a character, and you reap a destiny.
(Charles Reade)
38 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Alkisah,seorang Raja meletakkan sebongkah batu besar di tengah jalan. Ia bersembunyi
untuk melihat apa yang terjadi, dan siapa yang akan menyingkarkan batu besar itu dari
jalan. Beberapa pedagang kaya yang melalui jalan itu berjalan menghindari bongkahan batu
seraya bersungut-sungut menyalahkan raja yang tidak dapat menjaga kebersihan jalan
utama di kerajaannya sendiri.
Tak lama kemudian,beberapa hulubalang juga melewati jalan yang sama, dan berjalan
menjauhi bongkahan batu itu dan bergegas pergi. Setelah lama menunggu, tiba-tiba dari
kejauhan Raja melihat seorang petani mendorong gerobak penuh sayur mayur melewati
jalan yang sama. Ketika hampir dekat dengan bongkahan batu ini, si petani berhenti, ia
mencoba menyingkirkan batu besar itu dengan tangannya, karena besar dan berat petani ini
kelelahan dan beristirahat sejenak, kemudian mendorong batu dengan sekuat tenaga.
Akhirnya batu besar itu dapat disingkirkan ke tepi jalan.
Namun saat petani hendak kembali mendorong gerobak, ia melihat sebuah kantong yang
tergeletak di jalan tepat di bawah bongkahan batu besar tadi, ia memungutnya, dan
membuka talinya. Alangkah terkejutnya ia mendapati sejumlah uang emas dan catatan kecil
dari sang Raja di dalamnya, hadiah emas sengaja diberikan kepada siapa saja yang bersedia
menyingkirkan bongkahan batu di tengah jalan. Petani ini tidak pernah menyangka hal
sederhana yang ia lakukan dapat membawa keberuntungan besar baginya.
Biasakan memiliki dan memelihara Karakter Terpuji, Anda akan terheran bagaimana hal-hal
ini dapat merubah hidup Anda dan membuat Anda bersemangat menjalani kehidupan.
Berikut ini adalah panduan Karakter Terpuji yang dapat Anda biasakan:
1. Trustworthiness/Dapat Dipercaya
Jujur, Tidak menipu, curang atau mencuri. Dapat diandalkan-melakukan apa yang dijanjikan.
Memiliki keberanian melakukan hal-hal yang benar. Setia – terhadap keluarga, teman dan
bangsa negara.
2. Respect/Menghargai
Menghargai orang lain. Toleransi pada perbedaan. Menggunakaan tata krama dan bahasa
sopan. Menjaga perasaan orang lain. Tidak mengancam, memukul atau menyakiti orang lain.
Menghadapi dengan tenang dan bijaksana pada kemarahan, hinaan dan ketidakcocokan.
39 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
3. Responsibility/Bertanggungjawab
Lakukan semua pekerjaan yang menjadi bagian Anda. Tidak mudah menyerah. Selalu
mencoba yang terbaik sesuai kemampuan Anda. Gunakan pengendalian diri Anda dengan
sebaik-baiknya. Disiplin Diri. Berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak-mempertimbangkan
konsekuensi yang mungkin timbul. Memiliki kemampuan menciptakan pilihan-pilihan.
4. Fairness/Adil
Mengikuti aturan. Sabar menunggu giliran dan berbagi dengan yang lain. Berpikir terbuka,
dan mau mendengarkan orang lain. Tidak mengambil keuntungan sendiri dari orang lain.
Tidak menghakimi orang lain semena-mena dan adil terhadap orang lain.
5. Caring/Penyayang
Bersikap ramah dan sopan. Penyayang dan memperdulikan orang lain. Senantiasa
bersyukur. Memaafkan kesalahan orang lain dan membantu orang dalam kesusahan.
6. Citizenship/Semangat bermasyarakat
Kerjakan kewajiban pada institusi dan lingkungan kemasyarakatan dengan lebih baik.
Bekerjasama. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Menjadi
tetangga yang baik. Menjaga informasi dan ikut pemilihan umum. Mematuhi undang-undang
dan peraturan. Menghargai kewenangan dan pemerintah. Menjaga lingkungan hidup.
Ramadhan adalah sebuah kesempatan menyucikan diri dari segala dosa dan kesalahan,
sebuah anugerah melakukan perubahan dan perbaikan, sebuah komitmen mendekatkan diri
dengan TUHAN, sebuah momentum dalam menegakkan kembali pilar-pilar karakter terpuji
bagi diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
” WHO you are, speak louder to me than anything you say” (Deepak Chopra)
Karakter Anda tidak tercipta seketika, tetapi seketika ini juga Anda memiliki kendali dalam
memutuskan apakah Anda mau berubah. Karakter Anda tidak di bangun dalam sehari,
namun dapat dibiasakan sehari lepas sehari.
Karakter yang anda biasakan, bukan hanya untuk sebulan ini saja, tetapi dipelihara setiap
bulan sepanjang Anda hidup.
https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/bukan-karakter-sebulan/
40 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Mengikuti Petunjuk
Apakah anda pernah merasa kesal ketika menemukan tidak mudah menemukan sebuah
alamat di kota Jakarta, dengan begitu banyak jalan kecil, gang, jalan buntu dan perempatan
jalan tanpa papan petunjuk jelas atau nomor rumah yang tak berurutan? Atau ketika
membeli perabot susun pasang yang terlihat begitu mudah di gambar petunjuk, tetapi
ternyata sulit merakitnya, kemudian pada akhirnya tidak maksimal terbangun karena satu
dua baut yang terlupa, atau beberapa bagian yang rusak akibat salah memasangkan dengan
bagian lain? Saya sering tersesat di Jakarta jika tidak melihat peta.
Bagi saya, peta merupakan petunjuk yang paling dapat saya andalkan (setidaknya saya
berpikir demikian) hingga pada suatu hari, saya kesulitan menemukan sebuah lokasi tujuan
saya dipeta Jakarta yang lengkap. Rekan saya, kemudian memberitahukan, bahwa begitu
banyak jalan-jalan kecil di kota ini yang tidak termuat dalam peta, sehingga tidak mudah
bagi saya menemukannya. Ia pun kemudian menggambarkan „peta tambahan‟ untuk
menemukan alamat yang saya tuju, dan yang ternyata bukan terletak pada gang kecil!
Meski kurang akurat saya sempat mempercayai; bahwa setiap tahun pastilah ada jalan baru,
gang, perumahan, pusat perbelanjaan, jembatan dan perempatan yang diciptakan di Jakarta
dan keberadaannya tidak tercantum dalam peta yang dijual di toko buku. Itu sebabnya tidak
cukup jika hanya menggunakan satu peta, diperlukan petunjuk lain yang dapat
mengarahkan tujuan yang benar.
Entah berapa kali kita harus berhenti beberapa kali pada penjual pinggir jalan, pejalan kaki
yang lewat, tukang ojek, atau tukang parkir yang kita temui dalam perjalanan untuk
menanyakan arah, meskipun lokasi yang kita tuju bukanlah daerah yang asing bagi kita.
Petunjuk! Benar-benar diperlukan untuk membuat kita tetap pada arah tujuan yang benar
dan menghasilkan sesuatu yang benar. Petunjuk yang benar mengarahkan kita pada arah
dan hasil yang benar, petunjuk yang salah, hanya membuat kita terputar-putar, tersesat dan
terbawa makin jauh dari arah yang seharusnya.
Demikian halnya dengan hidup kita. Kemanapun kita melangkah, pastikan arahnya benar,
maka kita akan mencapai tujuan yang hendak kita capai. Banyak orang bahkan tidak tahu
41 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
tujuan hidup mereka; tidak sedikit juga yang tidak dapat memastikan mau apa mereka
nanti, bagaimana mereka dapat menjalankan hidup dan yang menyerah karena tidak tahu
apa yang harus dilakukan.
Tetapkan Tujuan
“Jangan pernah keluar rumah tanpa tujuan!”. Menyelami setiap kebenaran kalimat ini,
sesungguhnya inilah yang kita butuhkan; jangan hidup tanpa tujuan, kita akan berputar-
putar tanpa arah, putus asa dan kemudian tidak lagi dapat menikmati kehidupan ini sebagai
anugerah Allah SWT yang besar. Berapa banyak waktu yang telah anda buang hanya
berputar-putar tanpa tujuan jelas? Berapa tahun telah hilang dari dalam hidup anda hanya
karena anda tidak tahu apa sebenarnya tujuan hidup anda. Buatlah visi, bangunlah dari
mimpi-mimpi besar anda, dan mulailah menetapkan pencapaiannya. Anda akan
bersemangat menjalani hari-hari ketika tahu kemana arah tujuan hidup anda sesungguhnya.
Ambil secarik kertas, buatlah 2 kolom besar, tuliskan judul kolom sebelah kiri sebagai mimpi
besar anda dan pada kolom kanan alasan mengapa anda mengingininya terjadi dalam hidup
anda. Pastikan memuat pembaharuan kehidupan rohani dan spiritual di dalamnya, sebab
anda perlu mencapai kehidupan sejahtera lahir dan bathin.
Buatlah Rencana Kerja
Peta. Ya. Anda butuh peta hidup. Gambarkanlah dengan jelas dan detail bagaimana setiap
baris dalam kolom mimpi yang anda tuliskan dapat di realisasikan. Jangan takut, jika anda
menganggap mimpi tersebut sangat besar dan tidak mungkin dilakukan; sebab anda harus
mempercayai bahwa mimpi-mimpi yang anda tulis itu adalah hal-hal yang benar-benar
paling anda inginkan terjadi, dan yang pasti dapat anda terima sejauh anda
mempercayainya. Buatlah perencanaan kerja, usaha yang harus anda lakukan untuk
mencapai tujuan-tujuan pada waktu yang anda tetapkan sendiri tersebut, perubahan dan
keputusan yang harus anda lakukan. Hijrah-kan kehidupan anda yang stagnan, tanpa hasil
dan tidak membangun kepada kehidupan yang berbuah, menghasilkan kebaikan dan
menguntungkan anda serta orang lain di sekitar anda. Kehidupan Anda harus seterang
bintang di malam hari yang keindahannya terlihat bahkan dari kejauhan sekalipun! Jika
dengan rinci anda menguraikannya, maka akan dapat dengan mudah anda memahami
kearah mana tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapainya. Disiplin-lah
mengikuti semua ketentuan yang anda buat ini, dan berlatihlah untuk menjadikannya
kebiasaan dimana anda bergerak dengan panduan jelas.
42 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Mintalah Petunjuk
Ada banyak orang-orang yang mahir, yang berpengalaman, yang lebih bijaksana, yang
mengalami kesuksesan, yang memiliki kehidupan rohani lebih mapan dari anda dan yang
memiliki teladan hidup baik di sekitar anda. Mereka telah lebih dulu mencapai keberhasilan
tujuan hidup mereka. Meski memiliki „ peta hidup‟ yang telah anda rancang,rencanakan dan
jalankan; anda tetap membutuhkan petunjuk dari orang-orang di sekitar anda untuk tetap
memastikan arah yang anda tuju adalah arah yang benar! Anda butuh pegangan, butuh
pengawas dan pertolongan orang lain dalam memimpin hidup anda berhasil. Anda butuh
petunjuk setiap saat, mintalah! Dan yang terpenting, mintalah petunjuk Allah SWT atas
hidup anda setiap hari!
Sepanjang Hayat!
Jangan pernah berpikir anda dapat berhasil dalam semalam! Berdirilah teguh, dan biarkan
diri anda tetap focus pada pencapaian. Pusatkan perhatian pada hal-hal yang ingin anda
raih, lalu perkatakanlah kepada diri sendiri sesering mungkin apa yang anda ingin capai
dalam hidup. Satu-satunya orang yang perlu diyakinkan adalah diri anda sendiri, bukan
orang lain. Lalu kerjakanlah setiap pembaharuan, setiap rencana kerja, ikutilah setiap
petunjuk dengan benar dan jagalah hati anda senantiasa.
Ini bukan pekerjaan sesaat, ini pekerjaan sepanjang hayat!
Jangan berhenti di tengah jalan!
https://liferesonance.wordpress.com/telusuri-disini/mengikuti-petunjuk/
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN BERBASIS SPIRITUAL
Masih banyak orang yang belum faham betul tentang apa yang dimaksud
dengan spiritualitas. Menurut kamus Merriam Webster “spiritualitas memiliki
43 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
pengertian tentang sesuatu yang sangat religius, atau sesuatu yang berkaitan
dengan semangat dan hal-hal sakral”. Tentu saja melalui pencarian dan
pengalaman
hidup, seseorang memiliki kebebasan untuk memaknai tentang pengertian spiritual
ini. Pengertian spiritual ini juga sering dikaitkan dengan agama, terutama yang
berkaitan dengan pertanyaan: apakah agama itu merupakan tujuan dari
spiritualitas,
atau sebaliknya bahwa agama adalah sarana dan/atau prasarana untuk mencapai
tujuan spiritual? Spiritualitas juga sangat erat berkaitan dengan konsep jiwa,
sehingga menentukan suatu prinsip bahwa esensi hidup ini bukanlah materi belaka.
Maka spiritualitas tanpa jiwa tidak masuk akal. Konsep jiwa digunakan untuk
membedakan antara manusia dengan hewan. Tentu saja dalam dunia hewan kita
tidak akan berbicara tentang nilai-nilai kemanusiaan, kontemplasi, belas kasih dan
hati nurani, atau diwakili dalam satu kata disebut jiwa.
Namun manusia sebagai mahluk material-biologis tidak terlepas dari sifat
hewaniah, secara faktual manusia memiliki sisi naluri hewaniah sehingga berlomba
mengejar kepentingan material. Bahkan adanya sifat hewaniah ini menjadi sejarah
dan evolusi tentang kisah kemanusiaan. Sebaliknya, tidak diragukan lagi - bagi
mereka yang bukan penganut faham atheis - bahwa kita semua mengakui berasal
44 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dari Tuhan. Jika kita gagal untuk memahami hal ini, kita tidak akan berhubungan
dengan sejarah kita sendiri dan karena itu akan terasing dari jiwa kita sendiri. Oleh
karena itu bagaimana pertamakali kita menjadi manusia? Para evolusionis akan
berkata bahwa hal itu telah terjadi melalui seleksi alam. Para kreasionis akan
mengatakan bahwa kita telah diciptakan sebagai model atau representasi ideal dari
Tuhan. Tulisan suci Weda mengkonfirmasi bahwa representasi ideal bukanlah
wujud
atau bentuk tertentu.
Dalam kepercayaan Hindu, Tuhan dapat direpresentasikan dalam simbol ikan
(Matsya) atau babi hutan (Varaha), dan bisa juga berupa matahari, bulan dan
langit.
Begitu juga bisa memiliki bentuk manusia atau bentuk spiritual seperti Vishnu
dengan empat lengan. Dengan demikian kita diciptakan bukan dalam konsep
bentuk,
akan tetapi sebagai konsep ruhaniah. Dengan adanya model atau representasi
tersebut, tidak lain untuk mencerahkan esensi spiritualitas kita yang ideal. Jika
pertanyaannya bagaimana roh ideal kita dihadirkan, maka jawaban yang jauh lebih
mudah adalah dari penderitaan kita di dunia material. Semangat dan cita-cita yang
dibentuk akan menjadi apa yang ada pada kita sekarang. Dan kini dunia tengah
bingung dan tidak pasti tentang kelangsungan hidup dan masa depan budaya.
45 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Apakah kita akan mengalami degradasi atau kita akan bangkit dari abu pengalaman
peperangan yang mengerikan dan segala pembusukan sosial? Banyak yang skeptis
tentang pertanyaan esensi jiwa, tentang cita-cita dan nilai-nilai kemanusiaan,
bahwa
hal tersebut masih bisa diharapkan. Dewasa ini orang lebih suka berpegang pada
simplifikasi dari pandangan evolusi Darwinisme, dengan semboyan survival of the
fittest sambil mengenakan dasi dan mobil mentereng . Kita kembali harus
mendefinisikan jiwa kita yang menjamin nilai-nilai kemanusiaan kita: melebarnya
konflik tentang nilai-nilai kemanusiaan dapat mengaburkan visi yang jelas tentang
masa depan. Hanya dari kejelasan demikian, kita bisa berbicara tentang
spiritualitas
tercerahkan dan jiwa masyarakat yang terbebaskan.
Sejauh ini, di seluruh dunia, hampir semua konsep telah diambil dari nilai-nilai
sekuler dan materialistik yang telah berkembang dalam dunia komersial kompetitif.
Manajemen tak sekadar berkaitan dengan dunia bisnis dan industri, akan tetapi
juga
melingkupi semua aspek usaha atau kerja manusia. Oleh karena itu, sudah saatnya
bahwa para ilmuwan manajemen menengok kembali pada esensi spiritualis
manusia, baik yang melandasi kebijakannya, cita-citanya maupun ide dari konsep
spiritual dan filosofinya. Hal ini menjadi penting karena planet ini dan penghuninya
46 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
harus diselamatkan dari kecenderungan memburuk yang hadir hampir di semua
lapisan masyarakat, yang bahkan dapat membahayakan kehidupan planet ini. Kita
harus mulai mengkritisi kembali tentang konsep kepemimpinan yang berasaskan
pada kebijakan konvensional, yang ditransmisikan melalui lembaga pendidikan dan
pelatihan, yang mengajarkan pengetahuan tingkat rendah yang hanya berdasarkan
pada alat indera, akal dan pikiran. Pengembangan harus ditingkatkan ke arah
pengetahuan tingkat tinggi yang “membungkam pikiran” dan membuka
spiritualitas.
Para tokoh bijak telah menemukan misteri alam – mikro dan makro kosmos - tanpa
peralatan apapun, seperti evolusi, kecepatan cahaya, gerakan planet, gravitasi, dan
usia bumi.
Dewasa ini para sarjana dan ilmuwan dari seluruh dunia tengah mencari solusi
untuk masalah yang menimpa planet, hewan dan manusia. Konsep kebijakan,
kepemimpinan, manajemen, administrasi dan lain sebagainya, dewasa ini tidak
mampu menangkap tren memburuk yang terjadi di segala sektor. Suatu era
dimana
setiap tindakan, transaksi dan/atau interaksi lebih bersifat komersial, hampir
semua
motivasi didasarkan pada kepentingan diri sendiri, yang akhirnya bermuara pada
47 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
eksploitasi manusia, dan hal ini sedang berlaku di seluruh dunia. Dalam segala
sektor,
kepemimpinan cenderung untuk menghancurkan umat manusia daripada
mengangkatnya ke derajat dan martabat yang lebih tinggi. Paul Sweezy, seorang
pemikir sosialis dengan sarkasme telah menulis bahwa "Para pengusaha telah
menciptakan korporasi, sedangkan para manajer diciptakan oleh korporasi. Para
pengusaha mencuri dari korporasi sedangkan manajer mencuri untuk kepentingan
korporasi ". Secara jujur harus diakui, bahwa bukti dari fenomena ini dapat terlihat
pada setiap sektor dan bidang kegiatan manusia. Skandal dan manipulasi – baik
secara laten atau manifes – telah umum berlangsung di beberapa organisasi.
Korupsi
misalnya, telah menjadi rangkaian cerita sehari-hari. Fundamentalisme dan
ekstremisme telah melahirkan terorisme dan militansi. Kecenderungan radikalisme
ini tidak dapat ditampung oleh konsep-konsep kepemimpinan dan manajemen
konvensional.
Dalam organisasi formal, kegiatan para supervisor, manajer, eksekutif,
pejabat, administrator dan lain sebagainya kewenangannya berasal dari
undangundang
dan aturan. Sementara esensi kewenangan seorang pemimpin seharusnya
lahir dari nilai-nilai rohani dan jasmani mereka. Para manajer perlu menyerap
48 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kualitas esensial kepemimpinan yang akan meningkatkan efektivitas mereka.
Gandhi,
Mao, Lincoln, dan bahkan Khomaeni adalah para pemimpin dengan sejumlah
citacita
dan nilai-nilai. Pemimpin dan manajer seyogyanya merupakan penguasa bijak
dengan nilai-nilai luhur dan cita-cita. Dalam organisasi formal, baik pemerintah dan
non-pemerintah, yang diwakili oleh para pemimpin politik, ekonomi, bisnis, sosial,
pendidikan, ilmu pengetahuan, agama dan sebagainya, bahkan supervisor,
pengawas, manajer, eksekutif, pejabat dan administrator memperoleh
kewenangannya berdasarkan konstitusi, aturan, dan konvensi. Sementara para
pemimpin informal di semua bidang usaha manusia mendapatkan wewenangnya
berdasarkan kualitas dan tindakan mulia mereka, yang merupakan perpaduan dari
atribut, kredibilitas dan integritas, serta kontribusi mereka kepada masyarakat
dengan pelayanan, dedikasi dan komitmen tanpa pamrih untuk cita-cita dan
kesejahteraan umat manusia, lingkungan dan alam. Orang dengan kategori
demikian
telah memiliki kualitas kepemimpinan tertentu, yang akan meningkatkan efektivitas
mereka sebagai manajer dan administrator. Oleh karena itu, efektivitas manajerial
mereka ditopang oleh keunggulan dalam bidang moral dan kualitas kepemimpinan
49 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
yang etikal, sehingga mereka menjadi pemimpin yang baik serta dikagumi dan
dipuja
oleh masyarakat. Sepanjang sejarah, setiap negara memiliki pemimpin original
yang
menjalankan otoritas tidak hanya didukung oleh organisasi formal, akan tetapi juga
didukung oleh masyarakat luas. Gandhi bukanlah anggota dari Partai Kongres,
namun “fatwa”nya telah mewarnai hukum dan partai, dan begitu juga yang terjadi
di
Iran dalam masa kepemimpinan Imam Khomaeni. Seluruh masyarakat di India
secara sukarela mengikuti cita-cita non-kooperasi terhadap penjajah dengan
gerakan satyagraha. Sri Satya Sai Baba dan Amritanandamayi memiliki penggemar
di
seluruh dunia. Dengan karisma mereka, para pengikutnya bersedia melaksanakan
pekerjaan sosial secara sukarela, demikian pula dengan Sri Ravi Shankar dan
ratusan
biksu lainnya yang telah memiliki organisasi di seluruh dunia. Para pengikut
memuja
guru dan melaksanakan misi mereka. Orang dengan kapasitas demikian dapat
dianggap sebagai pemimpin spiritual. Sebagian besar umat mereka menerima
nilainilai
etika dan moral dan melaksanakan pelayanan tanpa pamrih, pengakuan dan
50 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kompensasi.
Mao Tse Tung adalah termasuk seorang pemimpin politik yang dikagumi
jutaan umat manusia, yang tidak hanya melakukan misi membebaskan Cina dari
penindasan asing, akan tetapi juga membantu dalam membangun kembali negara
Cina. Salah satu contoh pengaruh kepemimpinannya adalah berkenaan dengan
kunjungan Nixon ke negara Cina. Mao diberitahu bahwa kunjungan Nixon ke Cina
harus ditunda karena mereka sulit menyingkirkan salju di jalan-jalan Peking. Mao
pergi ke Radio Peking dan meminta warga untuk membersihkan salju dari jalan.
Maka jutaan warga bergerak dalam upaya menyingkirkan salju tersebut. Dalam
arena politik masa kini - termasuk di Indonesia - hampir tidak ada lagi orang yang
mampu menginspirasi orang lain. Sebagian besar reputasi para pemimpin di tingkat
legislatif kita didominasi oleh catatan pelanggaran moral. Sebagian dari mereka
adalah korup, dan dalih dari korupsi tersebut adalah dampak dari sistem
ekonomipolitik
yang tidak pantas dari para aparatur birokrasi negara. Kurangnya
kepemimpinan etik telah membuat pemerintah mengembangbiakan parasit yang
meggerogoti wibawa pemerintahan itu sendiri.
Dalam era globalisasi seperti saat ini, seluruh transaksi dan/atau interaksi
telah dikomersialisasikan. Hal ini didukung oleh media, dengan mengelu-elukan
51 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
bintang film dan selebritis yang memiliki penggemar besar. Bahkan partai politik
memanfaatkan mereka sebagai ikon untuk mengumpulkan suara mereka. Para
pemilih dalam pilkada disuap dengan uang, dan dengan bujukan hedonisme
lainnya.
Dengan demikian kurang ada kesempatan lagi bagi para pemimpin politik tulen
yang
bakal muncul di negara kita. Para politisi membeli dan mempengaruhi media untuk
mempengaruhi sikap dan nilai-nilai masyarakat. Pertimbangan komersial telah
menjadi motivasi dominan di kalangan pelaku media. Oleh karena itu,
kepemimpinan
yang tulus dalam melayani rakyat sulit untuk muncul di bidang politik dan media.
Meski tengah muncul fenomena baru di luar prediksi masyarakat tentang
kepemimpinan gaya Jokowi di Indonesia yang memberikan harapan akan
perubahan.
Seorang pemimpin harus memiliki banyak kualitas mulia, seperti kejujuran,
integritas, kerendahan hati, tidak mementingkan diri sendiri, dedikasi, komitmen,
patriotisme, pelayanan tanpa pamrih, dan penuh pengorbanan, yang seharusnya
sektor pendidikan tinggilah yang dapat menghasilkan pemimpin mulia seperti
demikian. Dalam tradisi budaya kita terdahulu, ulama dan guru masih dianggap
sebagai orang yang patut dihormati diatas rata-rata orang pada umumnya. Dalam
52 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
tradisi masa lalu seorang ulama atau pendeta adalah penasehat raja atau kaisar,
dan mereka adalah orang yang sangat berpengetahuan dan bijaksana, benar-benar
tanpa pamrih, diberkahi dengan cita-cita luhur, memiliki integritas dan kejujuran,
serta meninggalkan kesenangan duniawiah untuk melayani umat manusia. Banyak
risalah yang ditulis oleh para orang bijak dan filsuf, yang mendedikasikan hidup
mereka untuk kesejahteraan umat manusia, lingkungan dan alam. Mereka adalah
orang yang menjaga diri dari kehidupan duniawiah, dengan tinggal terpencil di
pelosok desa - dengan memimpin pesantren, gereja dan pure - berlatih spiritual
untuk mencapai tingkat tertinggi berkenaan dengan pengetahuan tentang kosmos.
Kontribusi mereka terhadap umat manusia terasa ke seluruh dunia, dan diantara
kalangan pemikir demikian adalah antara lain Ibnu Al-Arabi, Al Ghazali, Ibnu Sinna,
Arnold Toynbee, Will Durant, Laotze, Confusius, Soekarno, Hatta, Sidharta
Gautama,
Thoreau, Emerson, Frawley, Rolland dan Basham. Ratusan penemuan di bidang
sains
dan matematika yang sering dikaitkan dengan ilmuwan barat, sumbernya
ditemukan oleh orang bijak kuno dan orang-orang suci. Dalam 100 tahun terakhir,
telah ada pertumbuhan spektakuler dalam sains
dan teknologi yang membawa kemakmuran bagi sekitar sepertiga penduduk dunia.
Namun secara bersamaan, planet bumi ini telah dijarah dan dirampok oleh
53 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
sekelompok manusia. Hutan telah menghilang, tanah menjadi gersang dan tidak
subur, serta pemanasan global dapat membawa malapetaka ke seluruh penjuru
dunia. Polusi telah melampaui batas toleransi. Jutaan hewan mengalami
penderitaan
yang tak terbayangkan, sebagian lagi digunakan untuk makanan, pekerjaan,
eksperimentasi dan hiburan. Manusia sendiri telah menjadi sakit. Disamping
terjangkit HIV, manusia telah menjadi kesepian dan terasing. Keluarga telah
terfragmentasi. Manusia menderita karena ketegangan, kecemasan, ketakutan dan
rasa tanpa tujuan. Lebih banyak uang dibelanjakan untuk persenjataan yang bisa
berakibat pada penghancuran umat manusia ketimbang untuk mengangkat derajat
kemanusiaan pada tingkat yang lebih tinggi. Tren tersebut diperparah lagi oleh
krisis
keuangan dan ekonomi , resesi, manipulasi dari kalangan politisi dan para pelaku
bisnis, meningkatnya kekerasan dan kejahatan, sensualitas dan seksualitas
sembarangan yang vulgar terus meningkat dalam kehidupan publik. Perkembangan
yang luar biasa di bidang transportasi, komunikasi, televisi, internet, ponsel,
komputer dan lain sebagainya, seyogyanya mendidik umat manusia untuk
menjalani
hidup mulia dan melahirkankan keharmonisan dan kedamaian. Sayangnya, yang
terjadi justeru sebaliknya. Kesemua peralatan dan gadget tersebut sebagian malah
54 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
telah digunakan untuk mendistorsi pikiran dan menyesatkan umat manusia.
Kepemimpinan dan manajemen spiritual dan etika sebaiknya mampu menangkap
tren yang memburuk ini, bahkan harus mampu membalikkan situasi tersebut.
Untuk
tujuan ini, kepemimpinan dan manajemen spiritual dan etika perlu meresapi dan
menyerap setiap aktivitas, sikap dan perilaku manusia, dalam kaitannya dengan
transaksi dan/atau interaksi dalam konteks organisasi dan administrasi. Kita harus
mencari solusi untuk masalah yang melanda umat manusia. Indonesia bersama
negara lain perlu mempelopori kepemimpinan spiritual dan inspiratif bagi seantero
dunia, sekaligus merombak semua sektor dan segmen masyarakat - baik dibidang
politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, bisnis dan
administrasi publik - dan kesemuanya perlu menyerap konsep kearifan lokal yang
mungkin belakangan ini sudah dianggap konservatif dan ketinggalan jaman sebagai
sumber pencerahan.
Pada sisi yang lain, bahwa dewasa ini tengah terjadi perkembangan positif
yang berlangsung di arena dunia bisnis. Istilah spiritual seperti "semangat tim,"
"semangat kompetitif," "semangat kerjasama," dan "esprit de corps" telah menjadi
tema menarik di beberapa organisasi, baik bisnis maupun publik. Begitu juga pola
55 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
pikir kewirausahaan mulai dijelaskan dengan melibatkan dimensi metafisik,
sehingga
muncul idiom semangat kewirausahaan, suatu praktek inovatif dan energik untuk
mengidentifikasi atau menciptakan kesempatan dan mengambil tindakan yang
ditujukan untuk mewujudkan keberhasilan. Spiritualitas di tempat kerja sebetulnya
telah berkembang selama bertahun-tahun di dalam organisasi bisnis. Disadari,
semangat para pekerja memiliki pengaruh langsung pada produktivitas,
sehinggaorganisasi bersedia menghabiskan dana dalam jumlah besar untuk
menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman, menyenangkan, dan bahkan mewah. Ketika
ketulusan
dan motif yang murni digabungkan kedalam keterampilan kepemimpinan dan
manajemen, serta dibarengi dengan pengambilan keputusan secara konsisten,
hasilnya adalah sebuah organisasi yang kuat dan sangat termotivasi. Dalam
mencari
solusi bisnis, seseorang harus inovatif agar berdampak positif tidak hanya terhadap
para pekerja, akan tetapi juga terhadap rekan kerja. Spiritualitas di tempat kerja
tidak lagi sekedar sebuah konsep, akan tetapi telah menjadi metode praktis untuk
mencapai kesuksesan bisnis. Apalagi dewasa ini sejumlah fakta semakin
membuktikan bahwa ada hubungan yang relatif kuat antara pikiran dan tubuh.
Berbagai studi telah menunjukkan bahwa berapa banyak orang yang memiliki
56 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
penyakit, seperti penyakit jantung atau kanker, sekaligus juga adalah penderita
depresi sebagai bagian dari suatu lingkaran setan. Suatu penyakit fisik dapat
berakibat pada depresi emosional, yang pada gilirannya menghasilkan stres yang
memperburuk kondisi fisik yang mendasarinya. Yang lebih menarik adalah temuan
ilmu pengetahuan modern yang menunjukkan fakta sebaliknya, dimana kebiasaan
dan sikap positif dapat meningkatkan kesehatan fisik manusia, yang pada
gilirannya
berdampak pada umur yang panjang. Dari pengamatan ilmiah dan berbagai
percobaan telah menunjukkan bahwa teknik pengobatan alternatif, seperti
meditasi,
ritual, dan bahkan doa dapat mengubah perjalanan penyakit terminal, mengurangi
ketergantungan pada perawatan medis, dan bahkan meminimalkan kunjungan ke
rumah sakit. Pendek kata, spiritualitas dan semua yang berkaitan dengannya
sangat
penting untuk menciptakan kesehatan jasmani dan rohani yang baik. Jika kita
termasuk orang yang menganut konsep bahwa "Semua materi memiliki Pencipta"
maka logikanya bahwa, yang merupakan sumber dari segala ciptaan adalah
kekuatan yang lebih tinggi yang memancarkan energi positif, ketimbang kekuatan
energi negatif. Dengan demikian, kita perlu mengembangkan cara untuk menarik
57 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dan menghubungkan energi yang lebih tinggi sebagai bahan bakar untuk
kebugaran
fisik, pikiran , jiwa, dan rohani yang positif.
Sebagai para pelaku bisnis yang tengah mencari kesuksesan, kita harus
mempertimbangkan metode dan teknik yang terhubung dengan daya yang lebih
tinggi tersebut. Organisasi yang mempraktekkan psikologi positif dan telah
berinvestasi untuk program motivasi para pekerja telah terbukti berhasil menuai
manfaat dalam bentuk peningkatan kinerja yang dilaporkan sendiri melalui
pengukuran kepuasan kerja. Hasil ini umumnya diterjemahkan ke dalam
peningkatan
rasio penjualan (ROS), pengembalian aset (ROA) dan pengembalian investasi
(ROI).
Landasan filosofi ini telah menjadi bagian dari budaya di sejumlah organisasi bisnis,
dimana hasil positif dapat ditunjukkan melalui tolok ukur keuangan dan non
keuangan. Para manajer dan staf mereka yang terlibat dalam praktik "spiritualitas
di
tempat kerja" telah memancarkan nilai-nilai kerja dan etika moral yang kuat.
Berlatih
spiritualitas di tempat kerja dapat menciptakan “win-win solution” bagi semua
pihak yang terkait. Para wirausahawan, pengusaha atau investor , manajer dan
para
58 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
pekerja, dan bahkan pelanggan tidak lagi perlu mempertanyakan motif dibalik
pemberian pelayanan yang tersedia. Suatu evaluasi terhadap strategi yang telah
dikembangkan selama 25 tahun pada sejumlah organisasi bisnis ini telah
membuktikan bahwa, pengembangan spiritual di tempat kerja telah menjadi alat
kepemimpinan dan manajemen yang sederhana dan relatif murah, yang mampu
menggantikan imbalan finansial yang relatif mahal, dengan melatih para pekerja
bermotivasi tinggi dan menumbuhkan rasa hormat yang besar antara satu dengan
lainnya. Banyak organisasi menghabiskan jutaan dolar untuk mengembangkan
lingkungan kerja yang konon dirancang untuk memelihara pikiran positif para
pekerja
dalam rangka kepentingan mengoptimalkan produktivitas. Asumsinya bahwa jutaan
dolar yang telah diinvestasikan tersebut pada gilirannya akan menyebabkan
profitabilitas yang lebih tinggi dan keunggulan atas para pesaing. Pada prinsipnya,
manusia ingin diperlakukan secara adil, merata, dan terhormat. Para manajer tidak
boleh mengabaikan kebutuhan akan rasa keadilan yang dituntut oleh para pekerja
ketika mereka didorong untuk memaksimalkan keuntungan. Artinya semua
keputusan harus menjamin keadilan dan kesetaraan yang akan meningkatkan
tingkat
kepercayaan dan meningkatkan transaksi dan/atau interaksi antara manajer dan
para pekerja. Jika rasa saling menghormati dan cinta ditingkatkan, maka transaksi
59 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dan/atau interaksi antara manajer dan para pekerja akan menghasilkan kolaborasi
yang sukses. Apabila situasi dan kondisi tersebut berhasil diciptakan, maka para
pemimpin dan manajer tidak perlu lagi menghabiskan waktu yang berharga untuk
mempertanyakan dan mengevaluasi lagi ketulusan motif supervisor dan tim kerja
mereka. Waktu bisa dialokasikan untuk memberi kesempatan yang lebih luas bagi
tumbuhnya kreativitas, inovasi, dan produktivitas yang lebih tinggi dengan sukses
besar. Tempat kerja dapat dijadikan ruang sosial-ekonomi dan susila. Jika
seseorang
pekerja tiba di tempat kerja dengan pikiran bahwa dia akan dipergunakan sebagai
alat dan bukan sebagai kontributor untuk kemajuan organisasi , tentu hasilnya
akan
sulit ditebak. Seorang pekerja yang merasa kinerja mereka memiliki dampak pada
pembentukan organisasi dan bermanfaat bagi komunitas yang lebih besar, akan
memancarkan kepercayaan dan kebanggaan diri yang membuatnya merasa
berkontribusi kepada organisasi secara tak ternilai. Organisasi yang
memberdayakan
para pekerja dengan memberikan rasa keadilan, pemerataan, dan rasa hormat,
dalam jangka panjang akan memiliki keuntungan yang sangat besar, ketimbang
organisasi yang membatasi para pekerjanya dan menuntut kinerja terbaik agar
mereka pantas diberi keadilan, pemerataan, dan kehormatan.
60 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Para pemimpin dan manajer di perusahaan dewasa ini, mulai dari tingkat
organisasi pemula sampai pada organisasi kompleks yang sudah mapan, perlu
mengambil gagasan segar untuk mengevaluasi tujuan organisasinya kembali.
Seorang pakar dalam praktik kepemimpinan dan manajemen spiritual menjelaskan
bahwa doa dan meditasi merupakan obat untuk membersihkan arteri yang
tersumbat pada jiwa kita. Tentu saja kebutuhan setiap individu ataupun tim kerja
berbeda-beda, seumpama selera akan makanan dan minuman yang bervariasi.
Setiap orang memiliki kehidupan serta fenomena dan isu-isu yang berbeda, namun
terdapat satu hal yang menyatukan kita – terutama ketika kita berada di tempat
kerja - yaitu bahwa semua orang bersedia memberikan kontribusi yang terbaik
dengan menghargai segala kontribusi mereka, dengan rasa saling menghargai dan
menghormati, sehingga akan menciptakan dunia menjadi tempat yang lebih baik
untuk hidup dan ditempati. Pada akhirnya, kepuasan di tempat kerja akan
dibesarkan
oleh rasa pemenuhan spiritual, sebagai entitas yang sangat berharga.
Dampak dari spiritualitas terhadap individu adalah terbentuknya mentalitas
baru yang bercirikan orientasi yang lebih holistik, altruistik, pelayanan kepada
manusia, komitmen pada kebenaran, dan bentuk-bentuk perilaku luhur lainnya,
serta
kesadaran diri (self awareness). Pengendalian diri, optimisme, dorongan berbuat
61 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
yang terbaik, dan prakarsa, kesemuanya ini terkait dengan self leadership and
management, yang juga adalah dampak lain dari spiritualitas. Mentalitas semacam
itu sangat penting bagi akselerasi perubahan organisasi bisnis. Sesungguhnya tidak
ada peningkatan produktivitas jika tidak ada perbaikan dalam self-awareness
ataupun self-leadership and management. Produktivitas merupakan fungsi dari
social-management. Sebelum bisa efektif mengelola transaksi dan/atau interaksi
antar individu dan tim kerja secara timbal balik, diperlukan terlebih dahulu
manajemen diri sendiri yang efektif (self-leadership and management). Dengan
demikian, efektivitas sosial kepemimpinan dan manajemen memerlukan efektivitas
dalam self-leadership and management. Untuk memahami self-leadership and
management ini dan dampaknya terhadap social-leadership and management dan
produktivitas organisasi, penting terlebih dahulu untuk difahami kecerdasan
spiritual
dan kecerdasan emosional secara individual, yakni dua bentuk kecerdasan selain
kecerdasan intelegensi, yang belakangan ini dipandang menentukan kinerja
individu.
Dua bentuk kecerdasan ini, selain terkait satu dengan lainnya, juga sangat penting
dalam meningkatkan efektifitas kepemimpinan dan manajemen diri dan sosial, dan
dalam konteks ini adalah efektivitas dalam mencapai keberhasilan leadership and
62 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
management organization itu sendiri, baik pada organisasi bisnis dan bahkan juga
pada organisasi publik.
Bandung, 4 Juni 2013
Faisal Afiff
http://sbm.binus.ac.id/files/2013/06/KEPEMIMPINAN-DAN-MANAJEMEN-BERBASIS-
SPIRITUAL4.pdf
Kepemimpinan Spiritual
I. Pendahuluan.
Istilah kepemimpinan telah banyak kita kenal, baik secara akademik maupun
sosiologik. Jika dikumpulkan, ada sedikitnya 60 definisi kepemimpinan dalam berbagai
literatur. Dari sekian banyak definisi yang ada pada intinya menganggap bahwa dalam
kepemimpinan selalu terdapat tiga unsur yang saling mempengaruhi:pertama,
pemimpin yang menjalankan peran kepemimpinan; kedua, pengikut yaitu sekelompok
orang yang mengikuti; dan ketiga, adanya situasi yang memungkinkan terjadinya
proses interaksi antara pemimpin dan orang yang dipimpinnya dalam rangka mencapai
suatu tujuan. Adapun kepemimpinan spiritual (spiritual leadership),menurut Dr.
63 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Tobroni dalam “The Spiritual Leadership,…” (2005), adalah kepemimpinan yang
membawa dimensi keduniawian kepada dimensi keilahian. Tuhan adalah pemimpin
sejati yang mengilhami, mempengaruhi, melayani dan menggerakkan hati nurani
hamba-Nya dengan sangat bijaksana melalui pendekatan etis dan keteladanan. Karena
itu kepemimpinan spiritual disebut juga kepemimpinan yang berdasarkan etika religius
dan kecerdasan spiritual, mendasarkan pada iman dan hati nurani.
Ada dua model kepemimpinan spiritual yaitu kepemimpinan spiritual substantif dan
kepemimpinan spiritual instrumental.Pertama, kepemimpinan spiritual substantif,
yaitu kepemimpinan spiritual yang lahir dari penghayatan spiritual sang pemimpin dan
kedekatan pemimpin dengan realitas Ilahi dan dunia Ruh. Model kepemimpinan
spiritualnya muncul dengan sendirinya dan menyatu dalam kepribadian dan perilaku
kesehariannya dan karena itu bersifat tetap. Kedua, kepemimpinan spiritual
instrumental, yaitu kepemimpinan spiritual yang dipelajari dan kemudian dijadikan
gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan spiritualnya muncul karena tuntutan
eksternal dan menjadi alat atau media untuk mengefekifkan perilaku
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan spiritual instrumental bersifat tidak abadi dan
sekiranya konteks kepemimpinannya berubah, maka gaya kepemimpinannya bisa jadi
berubah pula. Gaya kepemimpinan ini bisa juga muncul sebagai salah satu cara untuk
mengatasi permasalahan baik permasalahan internal sang pemimpin itu sendiri
maupun permasalahan eksternal.
Gaya kepemimpinan spiritual tidak hanya cocok diterapkan padanobel
industry (industri pengemban misi mulia), seperti lembaga-lembaga sosial non profit:
sekolah, rumah sakit, masjid, LSM, ormas, dsb., tetapi juga cocok untuk diterapkan di
lembaga-lembaga bisnis. Belakangan ini banyak pakar menulis, bahwa aspek spiritual
menjadi penyumbang terbesar keberhasilan seseorang dalam hidupnya, termasuk di
dalamnya kecerdasan spiritual (SQ), yang menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (SQ:
Spiritual Intelligence, the Ultimate Intelligence, 2000), memiliki andil 80 % dalam
kesuksesan karir seseorang; dan kepemimpinan spiritual, yang menurut hasil
penelitian Ian Percy (Going Deep: Exploring Spirituality in Life and Leadership, 2003),
para direktur dan Chief of Excutive Officer (CEO) yang efektif dalam hidup dan
kepemimpinannya memiliki spiritualitas yang tinggi dan menerapkan gaya
kepemimpinan spiritual. Gaya kepemimpinan spiritual dalam membangun budaya
64 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
organisasi dapat dilakukan dengan empat langkah: (1) niat yang suci, yaitu
membangun kualitas batin yang prima dalam memimpin. Dengan kualitas batin yang
prima, komunitas organisasi akan memiliki perhatian penuh dan istiqomah dalam
berkhidmat pada tugas masing-masing. (2) mengembangkan budaya kualitas dengan
cara membangun keyakinan inti (core believe) dan nilai inti (core values) kepada
komunitas organisasi bahwa hidup dan kerja hakekatnya adalah idadah kepada Allah,
maka harus dilakukan dengan sebaik-baiknya . (3) Mengembangkan persaudaraan
sesama anggota komunitas, sehingga kerjasama, sinergi antar individu dan
kelompok/unit dalam organisasi dapat tercipta untuk memberdayakan potensi dan
kekuatan secara maksimal. (4) mengembangkan perilaku etis dalam bekerja melalui
pembudayaan rasa syukur dan sabar dalam mengemban amanah. Untuk
mengefektifkan proses organisasi dapat dilakukan dengan pendekatan etis, pemakai
gaya kepemimpinan spiritual harus menjadi: (1) murabbi (penggembala) dalam
mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab; (2) penjernih dan pengilham
dalam proses komunikasi dan inovasi; (3) ta’mir (pemakmur) dalam mensejahterakan
bawahannya; (4) enterpreneur dalam kiat-kiatnya mengembangkan usaha; dan (5)
pemberdaya dalam mengembangkan kepemimpinan bagi bawahannya dan mengkader
pemimpin baru yang lebih baik.
Gaya kepemimpinan spiritual tidak apriori dan menolak gaya kepemimpinan lainnya
seperti kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional, melainkan
bersifat menyempurnakan. Penyempurnaan itu terutama atas tiga hal:pertama,
landasan epistemologi (teori ilmiah) kepemimpinan bersumber dari nilai-nilai etis
(etika riligius) yang diderivasi dari nilai-nilai ketuhanan. Dengan kata lain,
kepemimpinan spiritual adalah kepemimpinan dalam nama Allah (bismillah). Maka
rujukan etik sebagai landasan perilaku kepemimpinannya bersumber dari sifat-sifat
Allah, seperti Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang), maka seorang
pemimpin harus menebarkan sifat kasih dan sayang kepada bawahannya,
dst. Kedua, landasan ontologis (hakekat apa yang dikaji) adalah bahwa kepemimpinan
itu amanah dari Allah dan akan dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya kelak.
Dan ketiga, landasan aksiologis (segi kemanfaatan) adalah bahwa kepemimpinan itu
untuk kesejahteraan dengan kekuasaan, memberdayakan (empowering) umat yang
dipimpin, mencerahkan pikiran, membersihkan hati, pemenangan hati nurani, dan
pembebasan jiwa menuju kehidupan yang lebih baik.
65 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
II. Menjadi Pemimpin Kristen
John Stott mengatakan bahwa dunia masa kini ditandai oleh kelangkaan pemimpin
gereja yang berkualitas. Kita dihadapkan kepada problema-problema yang berat.
Banyak orang yang memperingatkan akan bahaya yang bakal menimpa dunia,
terutama umat Kristen, tetapi hanya sedikit orang yang menawarkan cara-cara
penangkalannya. Ketrampilan dan pengetahuan kita berlebihan, tetapi kurang dalam
hikmat dan kearifan. Dengan meminjam metafora Tuhan Yesus, kita ini bagaikan
“kawanan domba tanpa gembala” sementara para pemimpin seringkali tampil seperti
“si buta yang memimpin orang buta”.
Umat Tuhan sedang mengalami kekurangan pemimpin yang berkualitas gembala
seperti yang ada pada diri Kristus. Kurangnya kepemimpinan diantara orang-orang
Kristen adalah krisis yang paling gawat dari semua. Pengaruh kesalehan masyarakat
Kristenlah yang menahan lajunya kuasa kejahatan di kota-kota dan bangsa-bangsa.
Kurangnya para pemimpin Kristen yang rohani, efektif dan kuat sangat melemahkan
kesanggupan kita untuk bertahan melawan kekuatan si jahat.
Ketika berbicara tentang asal mula pemimpin biasanya selalu berkiblat pada tiga
pandangan. Ada yang mengatakan pemimpin itu dilahirkan; ada juga yang
mengemukakan teori bahwa pemimpin itu dibentuk dan teori ketiga (Great event
theory) yang mengatakan bahwa pemimpin itu terbentuk oleh situasi dan kondisi
khusus yang menekan, namun dari tekanan masalah itu akan keluar kualitas
kepemimpinan seseorang. Saya percaya, pemimpin ada yang dilahirkan dengan bakat
luar biasa. Namun pemimpin yang efektif adalah orang yang bersedia digembleng dan
dilatih Tuhan melalui berbagai proses kehidupan maupun pembelajaran.
Shakespeare pernah mengatakan, “Ada yang besar karena dilahirkan besar, ada yang
besar karena usaha sendiri, tapi ada juga yang besar karena dipaksa oleh keadaan”.
Buku-buku manajemen selalu berbicara tentang kualitas dasar pemimpin yang alami,
artinya tentang pria dan wanita yang memiliki intelektual, watak dan kepribadian yang
kuat sebagai bawaan. Dan berkaitan dengan kepemimpinan Kristiani, dapat
ditambahkan “suatu perpaduan antara kualitas alami dan kualitas spiritual,” atau
dengan kata lainkepemimpinan Kristen adalah perpaduan antara bakat alami dan
pemberian spiritual. Tidak cukup sampai disitu, kepemimpinan yang potensial harus
dipupuk dan dikembangkan.
66 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Dalam mengelola gereja kerap kali mendapat kritikan; di satu sisi gereja dikelola
sebagaimana maunya pendeta. Karena disebut gereja tidak boleh dikelola dengan
manajeman murni. Padahal, di sisi lain, dalam konteks keberadaannya di muka bumi
ini, gereja sebagai bagian dari organisasi di dunia, membutuhkan manajemen untuk
mendukung pelayanan. Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi
terlaksana kalau penasehat banyak ” (Amsal 15:22). Manajemen dalam kaitan ini dapat
diartikan sebagai “suatu proses kepemimpinan yang diwujudkan dalam satu sistem
kerja terpadu yang olehnya pemimpin dapat menggunakan upaya kinerja sinergis
(bekerja bersama dan bekerja melalui bawahan) guna mencapai tujuan yang telah
dicanangkan.
Pendeta Dr Yakob Tomatala, seorang teolog ahli manajemen
mengatakan, memanajemeni bagi seorang pemimpin berarti menjalankan proses
menajemen, sehingga ia haruslah piawai mengkoordinasi, membuat perencanaan
strategis, mengorganisir tugas dan menempatkan orang yang pas, dan melaksanakan
upaya memimpin.
A. Kapabilitas Kepemimpinan Kristen
Seorang pemimpin perlu memahami konsep kepemimpinan Kristen secara
definitif, agar kepemimpinan menjadi lebih profesional dan spiritual. James
MacGregor Burns mengatakan, "Kepemimpinan adalah salah satu fenomena yang
paling banyak diamati orang dan paling sedikit dipahami di dunia ini" [1]. Vance
Packed mengatakan, "Kepemimpinan adalah [cara untuk] membuat orang lain
untuk melakukan sesuatu yang menurut Anda perlu dilakukan" [2].
Sementara itu Oswald Sanders mengatakan, "Kepemimpinan adalah pengaruh,
kemampuan seseorang untuk memengaruhi" [3], dan Kenneth O. Gangel
mengatakan, "Kepemimpinan adalah tindakan seseorang anggota kelompok yang
memunyai kualitas, karakter, dan kemampuan tertentu yang pada suatu waktu
tertentu, akan berhasil mengubah tingkah laku kelompoknya menuju sasaran-
sasaran yang dapat diterima bersama" [4].
Walaupun definisi-definisi tersebut menjelaskan dasar-dasar pengertian tentang
kepemimpinan secara umum, namun belum menyentuh pengertian mengenai
kepemimpinan Kristen. Ada beberapa definisi yang lebih spesifik yang menekankan
67 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
pengertian kepemimpinan Kristen, misalnya George Barna mengatakan,
"Pemimpin Kristen -- sebagai seseorang yang dipanggil Tuhan untuk memimpin
dengan karakter seperti Kristus dan memotivasi secara efektif -- mengerahkan
sumber daya dan mengarahkan orang-orang ke penggenapan visi bersama dari
Allah" [5]. Robert Clinton mengatakan, "Tugas utama pemimpin adalah
memengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah" [6]. Sementara itu,
Henry dan Richard Blackaby mengatakan, "Kepemimpinan rohani adalah
menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah" [7].
Beberapa definisi di atas memberikan paradigma yang benar antara prinsip
kepemimpinan umum dan prinsip kepemimpinan spiritual. Kepemimpinan Kristen
tidak identik dengan seseorang, yang secara langsung dapat mengerjakan rencana
Allah. Ia bisa ditunggangi motivasi dan ambisi pribadi, kecuali jika ia memahami
dan menerapkan definisi-definisi ini secara komprehensif dan konsisten [8].
Perbedaan antara rumusan kepemimpinan umum dan kepemimpinan Kristen,
bukan terletak pada metode, jabatan, atau kedudukan, melainkan pada panggilan,
nilai, dan filosofinya yaitu kepemimpinan Kristen mencapai tingkat kepemimpinan
yang lebih tinggi demi melaksanakan rencana Allah berdasarkan agenda Allah [9].
Pertama, kapabilitas kepemimpinan. Kepemimpinan berkaitan dengan
pengetahuan, kompetensi, kapabilitas, dan pengelolaan sebuah pelayanan.
T.Engstrom dan E.Dayton menjelaskan bahwa pemimpin harus memunyai
kapabilitas yang memadai di bidang mereka, dan cakap secara teknis untuk
membuktikan tingkat kemampuannya [10]. Kemampuan atau keterampilan
kepemimpinan (leadership skill) merupakan kekuatan untuk memengaruhi orang-
orang yang dipimpinnya [11]. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang sukses,
berani membayar dan memakai orang-orang yang terampil atau orang yang
memiliki kapabilitas tinggi. Andrew Carnegie, pemilik perusahaan pabrik baja yang
terbesar di Amerika, mengakui bahwa pekerjaannya pada mulanya serabutan,
namun setelah ia berani membayar 1 juta dolar setahun kepada Charles Schwab
yang memiliki kapabilitas tinggi, akhirnya pabriknya mengalami sukses besar [12].
Dari penelitian Charles Garfield secara intensif kepada orang-orang yang
berprestasi puncak, baik dalam bidang olahraga, ilmiah, maupun bisnis,
kebanyakan mereka memunyai kemampuan visualisasi, memiliki fokus pada
68 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
sasaran, dan proaktif dalam bidangnya [13]. Pimpinan merupakan tumpuan dari
sebuah organisasi dan pengikutnya, dan berhasil atau tidaknya kepemimpinan
seseorang, sangat bergantung pada kelebihan kemampuan/kapabilitas yang ia
miliki. Kelebihan dalam menggunakan segala ilmu organisasi, mendayagunakan
sumber daya dengan maksimal, serta dalam pengambilan keputusan yang cepat
dan tepat [14].
Kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang mengoptimalkan seluruh
kemampuan atau kapabilitasnya, untuk memberikan pengaruh yang konstruktif
kepada orang lain dalam melakukan satu usaha mencapai sasaran yang sudah
direncanakan [15]. Karena itu, korelasi antara kepemimpinan dan kapabilitas tidak
boleh dianggap remeh. Tanpa kedua unsur tersebut, maka organisasi tidak akan
menjadi efektif. Pemimpin harus meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa ia
memiliki kapabilitas memimpin, memengaruhi, mengendalikan, dan mengarahkan
orang yang dipimpinnya [16].
Kedua, kemampuan berorganisasi. Kemampuan memimpin harus disertai dengan
pemahaman dan penguasaan organisasi yang memadai [17]. Peter M. Sange dan
Art Klener mengatakan, "Seorang pemimpin harus terus-menerus berusaha
mengembangkan kemampuan melalui peningkatan pemahaman dan pengetahuan
organisasinya untuk memperbaiki cara kerja, agar mampu mencapai organisasi
secara maksimal" [18]. Esensinya adalah agar pemimpin dapat menciptakan
kinerja yang efektif sesuai tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap individu
untuk mencapai maksud bersama. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang
tindih, vakum, kacau, atau tidak terarah, sebaliknya dapat mengoordinasi setiap
potensi secara efisien ke arah satu titik [19], sehingga pekerjaan tidak tertumpuk di
satu tangan, melainkan melalui pengorganisasian tercipta spesifikasi dan
profesionalisme yang menguntungkan organisasinya.
Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
organisasi dalam arti statis dan organisasi dinamis [20]. Organisasi statis (tidak
bergerak/diam) adalah organisasi yang dipandang sebagai jaringan dari hubungan
kerja yang bersifat formal, seperti yang tergambar dalam suatu bagan dengan
mempergunakan kotak-kotak yang beraneka ragam [21]. Bagan struktur organisasi
ada banyak macam dan jenjang. Bentuk dan jenjang apa pun, posisi pimpinan
69 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
selalu berada paling atas, sedangkan kotak semakin kecil, jenjang posisinya
semakin rendah.
Kotak-kotak tersebut memberikan gambaran-gambaran tentang kedudukan atau
jabatan yang harus di isi oleh orang-orang yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan fungsi masing-masing. Melalui bentuk organisasi ini dapat diketahui
hierarki kedudukan atau jabatan, garis komando, wewenang, dan tanggung jawab
[22]. Sedangkan organisasi dinamis adalah sebuah organisasi yang hidup dan
organisme yang dinamis. Tidak hanya di lihat dari segi bentuk dan wujudnya, tetapi
juga dari segi isinya, yaitu menyangkut sekelompok orang melakukan kegiatan
untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, organisasi dinamis menyoroti unsur
manusia yang ada di dalamnya karena manusia merupakan unsur terpenting dari
seluruh unsur organisasi, dan hanya manusia yang memiliki sifat kedinamisan.
B. Kehidupan Spiritual dalam Kepemimpinan Kristiani
Semua orang kristen sesungguhnya memerlukan 'makanan dan perawatan'yang
utuh dan menyeluruh atau holistik. Makanan dan perawatan jasmani dan rohani,
secara material maupun spiritual. Para pemimpin kristen yaitu para pendeta,
penatua,guru sekolah minggu, pengurus komisi, kelompok kerja dan semua aktifis
bertugas untuk memastikan bahwa makanan dan perawatan yang diperlukan oleh
jemaat Kristus itu terpenuhi, sehingga jemaat yang adalah domba-domba Kristus
terpelihara. Untuk tugas tersebut, maka para pemimpin kristen harus merasa
terpenuhi makanan dan perawatannya sendiri. Jika gembala tidak diberi makan
seperti halnya domba-domba, maka mereka akan kelaparan, kehausan, kelelahan
dan sakit. Namun bahayanya bukan hanya bagi dirinya sendiri. Apabila
kelaparannya, kelelahannya dan luka-lukanya tidak diatasi, maka si gembala bisa
jadi akan melakukan tindakan yang tidak ia sadari yang membahayakan orang-
orang yang digembalakannya. Karena para pemimpin gereja adalah pemimpin
spiritual,dalam arti bahwa setiap aktifitasnya harus dilandasi dan digerakkan oleh
dorongan spiritual, maka pembiaan ini akan difokuskan pada kebutuhan spiritual
para gembala dan bagaimana memenuhinya.
◘ Kekeringan Spiritual.
70 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Persoalan besar para pemimpin kristiani adalah persoalan kekeringan spiritual.
Orang-orang yang kekeringan spiritual ini adalah orang-orang yang tidak
menemukan alasan-alasan spiritual mengapa ia harus melakukan setiap bagian
dalam pelayanannya. Kekeringan spiritual ini bisa membuat seseorang menjadi
loyo atau ogah-ogahan. Ia tidak memiliki energi yang membuatnya berapi-api dan
penuh semangat melakukan bagiannya. Atau, mereka mungkin melakukan banyak
hal, namun dirinya merasakan bahwa apa yang dikakukannya itu kosong dan
hampa. Pelayanan menjadi formal, rutin, kaku , dingin dan tidak melahirkan
pertumbuhan, kedalaman dan kehangatan. Tidak ada vitalitas, yang ada adalah
rutinitas yang membosankan dan membebani serta kehilangan makna. Flora
Slosson menggambarkan kondisi kekeringan spiritual sebagai hubungan yang
menjadi kering, seperti hubungan pokok anggur dan ranting-ranting yang mulai
kering.
◘ Inti Spiritualitas Kristiani.
Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit merupakan jantung atau inti spiritualitas
Kristiani. Kristus yang bangkit itulah Kristus yang menjumpai setiap murid-Nya.
Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit itulah yang membebaskan mereka dari
rasa bersalah, membalut luka-luka hati mereka yang kehilangan, memulihkan
harapan , meneguhkan keragu-raguan dan membangkitkan keberanian mereka
yang ketakutan.
Kalau kita meneliti Model perjumpaan Kristus, kita menemukan model
perjumpaan yang sangat personal. Kisah-kisah perjumpaan Tuhan Yesus
menunjukkan bagaimana Ia hadir, memandang langsung ke setiap orang seolah dia
adalah satu-satunya yang hadir sekalipun ia berada ditengah keramaian. Apakah
Yesus bertemu seorang imam, seorang anak-anak, seorang pezinah, seorang
pemungut cukai, seorang nelayan, seorang yang sakit kusta atau seorang musuh,
Tuhan Yesus sungguh hadir sebagai pribadi. Yesus pun memandang setiap orang
yang dijumpainya sebagai pribadi, tidak lebih dan tidak kurang. Hubungan yang
dibangun sungguh-sungguh hubungan Aku dan Engkau. Tuhan mungkin lebih
daripada pribadi namun Tuhan Yesus tidak mungkin kurang dari pribadi.
Kita dapat menjadi lebih sensitif atau peka menanggapi kehadiran Kristus melalui
banyak cara. Kehidupan doa yang teratur atau bersaat teduh dimana kita menarik
71 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
diri dan mencoba menghayati kehadiran Kristus melalui setiap hal yang sedang kita
hadapi. Mengapa harus belajar menghayati kehadiran Kristus ? Karena Allah di
dalam Kristus adalah Allah yang hadir dimana-mana, Ia turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Hakekat unik dari kekristenan tumbuh
dalam perjumpaan dengan hati Allah melalui Yesus Kristus.
Ada tiga pola model kekristenan.
Mengganggap kristen adalah agama tentang Yesus. Model ini mengexternalisasikan
Yesus. Yesus ditempatkan diluar, semacam superman, seorang tokoh sempurna di luar
sana yang kepadaNya kita tunduk. Namun model ini menggiring kita pada sikap
ketaatan tanpa banyak perubahan batin.
Model agama dari Yesus. Model ini menempatkan Yesus sebagai saudara tua yang
ramah, seorang guru atau pembimbing. model ini membangun ketaatan sebagai usaha
meniru atau mengikuti ajaran tetapi tidak memiliki hubungan personal dengan Yesus.
Kekristenan adalah agama melalui Yesus. Pola ini menawarkan kepada kita ikatan yang
hidup dengan Yesus; yang melaluiNya kita mengalami Allah, diri kita dan orang lain.
Melalui Yesus kita mengalami Allah yang mendalam dan luar biasa. Tanpa hubungan
pribadi orang percaya dengan Kristus yang hidup, kekristenan mungkin hanya akan
menjadi iman atas gagasan dan cita-cita luhur namun kehilangan angin, api, garam dan
raginya. Untuk mengalami kepenuhan kebutuhan spiritual, kita harus selalu berusaha
memangun hubungan pribadi dengan Kristus ditengah-tengah kehidupan pelayanan
kita.
◘ Teladan Kepemimpinan Tuhan Yesus & rasul Paulus
Yesus menunjukkan teladan kepemimpinan dengan jalan menjadi
panutan, memberikan teladan kehidupan ketimbang memberikan perintah dan
aturan-aturan yang memaksa. Ia senantiasa menjadikan diri dan kehidupan-Nya
sebagai teladan moralitas. Tidak ada kesalahan maupun kejahatan di dalam hidup-
Nya. Hidup-Nya transparan, semua orang dapat menilai dan menganalisa diri-Nya.
Kepemimpinan yang ditunjukkan Yesus juga bukan hanya sekedar melalui kata-kata,
namun juga disertai dengan hikmat dan wibawa ilahi. Hal inilah yang harus
diperhatikan setiap orang yang ingin meniru teladan kepemimpinan Yesus. Menjadi
seorang pemimpin, baik dalam kehidupan diri sendiri, keluarga, masyarakat, gereja
72 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dan lingkungan lainnya dimana kita berada, harus memiliki kuasa, hikmat dan
penyertaan Tuhan. Dengan demikian maka akan dapat mencapai kesuksesan didalam
memimpin.
Salah satu peranan utama dari seorang pemimpin adalah menunjukkan teladan yang
baik dan kemudian melatih orang lainuntuk mengikutinya. Paulus adalah seorang
pemimpin besar dari gereja Tuhan di abad pertama. Dalam kitab 1 Korintus 11:1 ia
menulis, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Ia
berhasil memultiplikasikan kepemimpinannya dengan mencetak pemimpin-pemimpin
baru yang handal. Ia berhasil mendidik Timotius menjadi pemimpin dan gembala yang
handal. Timotius pun kemudian menghasilkan pemimpin-pemimpin baru di dalam
gereja yang digembalakannya.
◘ Multiplikasi Pemimpin
Pertumbuhan dan perluasan kekeristenan terjadi sesuai dengan tersedianya para
pemimpin yang berhasil guna. Myron Rush seorang pakar kepemimpinan Kristen
terkemuka menceritakan pengalaman seorang rekan gembalanya.
“Ted Grant ialah seorang gembala jemaat dari sebuah gereja besar, dinamis dan
berkembang pesat di barat-daya Amerika Serikat. Namun ketika saya untuk pertama
kalinya menjumpai Ted beberapa tahun lalu, gerejanya menghadapi berbagai masalah
dan bergumul untuk mempertahankan kehadiran sekitar dua ratus jemaat pada
kebaktian hari Minggu pagi. Gerejanya juga terlibat utang yang besar. Pertama kali
saya bertemu Ted pada waktu seminar manajemen yang saya selenggarakan untuk
para gembala jemaat dan pemimpin gereja di daerahnya.
Pada waktu itu Ted adalah seorang gembala sidang yang sedang mengalami frustasi.
Karena ia merasa saya seorang luar yang dapat dipercayainya, ia menumpahkan isi
hatinya kepada saya mengenaimasalah untuk mendapatkan pemimpin-pemimpin yang
memenuhi syarat di dalam gerejanya. Ia mengatakan kepada saya bahwa ia mengalami
kesukaran menerima calon-calon baru untuk memimpin gereja cabang, pimpinan
departemen, anggota dewan pengurus/majelis, dan jabatan-jabatan puncak lainnya di
dalam gerejanya. Selama percakapan berlangsung Ted mengatakan ‘Tampaknya saya
tak dapat menemukan seseorang yang ingin berbuat sesuatu kecuali hanya duduk di
kursi gereja dan menonton selagi beberapa orang dari kami melaksanakan seluruh
73 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
pekerjaan.Tidaklah mengherankan bila kita mempunyai masalah. Tidaklah mungkin
untuk membina sebuah gereja yang kuat tanpa adanya para pemimpin’.
Tahun lalu saya mendapat kehormatan untuk mengunjungi gereja yang dipimpin oleh
Ted. Gereja itu sungguh telah jauh berbeda dari yang telah disebutkannya beberapa
tahun sebelumnya. Mereka baru saja menyelesaikan tempat kebaktian yang baru dan
merencanakan sebuah bangunan untuk pendidikan. Lebih dari 3000 orang menghadiri
dua kebaktian pagi setiap hari Minggu. Dan departemen Misi Penginjilan mempunyai
anggaran hampir 1 juta dollar AS. Setelah kebaktian berakhir saya mempunyai
kesempatan untuk berbincang-bincang lama dengan Ted dan menanyakan kunci
keberhasilan pertumbuhan gerejanya itu.
Ia mengatakan bahwa sejak perjumpaan dengan saya ia mulai mengadakan
program pelatihan kepemimpinan di gereja. Ia dan timnya mengajar orang-orang cara
untuk menjadi pemimpin sebelum mengharapkan mereka mencalonkan diri dengan
sukarela untuk memegang peranan sebagai pemimpin. Ted menjelaskan bahwa acara
latihan kepemimpinan telah mencapai sesuatu yang oleh kotbah bertahun-tahun gagal
untuk diperoleh. ‘Begitu kami mulai melatih anggota-anggota gereja kami tentang cara
memimpin, cara mengajar dan cara mereproduksi diri mereka pada orang lain, maka
kami tidak mempunyai masalah lagi untuk menemukan orang-orang yang memenuhi
syarat kepemimpinan yang diperlukan oleh gereja. Sebenarnya kami telah melatih
sedemikian banyak pemimpin dalam gereja kami sehingga kami telah mulai
mendirikan sebuah gereja pendamping yang baru demi mempekerjakan semua tenaga
pemimpin yang berlebihan itu’.
Mendengarkan pembicaraan Ted pada hari itu mengingatkan saya pada pentingnya
peranan para pemimpin dalam keberhasilan dari organisasi apapun. Tanpa
kepemimpinan yang tepat, maka gereja Ted bergumul untuk mempertahankan
kelanjutan hidupnya, tetapi begitu mereka mulai membina para pemimpin yang efektif
atau berhasil-guna maka gerejanya menjadi sebuah organisasi yang sangat berhasil.
Melatih para pemimpin yang berhasil adalah rahasia keberhasilan mereka.”
◘ Kualifikasi Pemimpin
Dalam konsep kepemimpinan Kristiani, ada beberapa faktor utama yang menentukan
keberhasilan seorang pemimpin. Faktor-faktor itu adalah:
74 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Visi (sense of mission)
“Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat,” demikianlah dikatakan dalam Amsal
29:18. Visi adalah tujuan, sasaran, goal, arah, wahyu, mimpi yang hendak dicapai. John
Stott mengatakan bahwa visi adalah suatu ihwal melihat, mendapat persepsi tentang
sesuatu yang imajinatif, yang memadu pemahaman yang mendasar tentang situasi
masa kini dengan pandangan yang menjangkau jauh ke depan.
Musa merupakan salah satu pemimpin besar yang mengerti benar mengenai visi. Ia
berjuang keras memimpin bangsanya melawan penindasan Mesir, mengarungi padang
gurun selama puluhan tahun, karena ia mendapat visi yang jelas tentang “Tanah
Perjanjian”.
Pengetahuan dan keterampilan (knowledge-skill)
Visi harus dibarengi dengan pengetahuan yang cukup dan keterampilan. Tidak cukup
bagi Musa untuk memimpikan suatu negeri yang berlimpah-limpah madu dan susunya.
Ia berusaha mewujudkannya. Ia menghimpun, menyatukan dan mengatur orang Israel
menjadi suatu bangsa. Ia menggunakan pengetahuan yang didapatnya selama
pendidikan di Mesir dan pengalaman bersama Tuhan untuk memimpin mereka
melintasi gurun yang penuh bahaya dan kesukaran sebelum akhirnya mencapai tanah
Kanaan.
Konsistensi (Consistency)
Konsistensi merupakan salah satu kualitas kepemimpinan yang paling utama. Musa
lagi-lagi merupakan teladan konsistensi yang luar biasa. Berkali-kali dalam hidupnya
bangsa Israel “menggerutu” terhadap kepemimpinannya dan menentang wibawanya.
Akan tetapi Musa tidak menyerah. Ia tidak lupa akan panggilan Allah kepadanya untuk
memimpin bangsa itu. Ia konsisten melakukan perintah Tuhan untuk membawa
bangsa itu keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan.
Yohanes pembaptis, Daniel, Daud, Yosua merupakan teladan kehidupan lainnya
berkenaan dengan faktor konsistensi. Kepemimpinan mereka tidak hanya “sukses” di
awal saja, namun mereka konsisten mempertahankan kualitas kerja dan
kepemimpinannya sampai akhir. Konsistensi berbicara tentang ketahanan, ketekunan
75 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dan fokus yang tidak pernah berkurang atau pudar dalam meraih tujuan
kepemimpinan.
Karakter dan Integritas (Character and Integrity)
Kepemimpinan Kristen merupakan kepemimpinan yang berpusatkan Kristus. Tidak ada
seorang manusiapun di muka bumi ini yang akan mampu menjadi pemimpin Kristen
yang handal bila ia tidak lebih dulu berjumpa secara pribadi dengan Yesus dan menjadi
ciptaan baru (II Korintus 5:17). Ketika seorang menghendaki untuk menjadi pemimpin
yang efektif, ia harus bertumbuh secara karakter.
Lynn E. Samaan dan Dunnam, pakar kepemimpinan mengatakan, “Pemimpin Kristen
menerima kehidupan Kristus dengan iman dan menerapkannya dalam komitmen,
disiplin dan perilaku/perbuatan, dimana kehidupannya setiap waktu mengungkapkan
Kristus yang hidup di dalamnya sebagai kesaksian kepada dunia.” Tujuan utama
pengembangan karakter adalah “kualitas hidup”. Yaitu kualitas hidup rohani yang
berpusatkan Kristus. Kualitas hidup ini dipengaruhi oleh pekerjaan Roh Kudus dalam
semua aspek dan peristiwa hidup serta respon atau komitmen (sikap) terhadap
peristiwa serta pengalaman hidup tersebut. Buah Roh akan makin terpancar dalam
kehidupan sementara buah daging makin terkikis.
Salah satu karakter pemimpin Kristen yang diinginkan Yesus terlihat dalam firman-Nya,
“Kamu tahu bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah
rakyatnya dengan tangan besi…Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin
menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu…Karena Anak Manusia
juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani…(Markus 10:42-45).
Panggilan kita adalah untuk melayani bukan untuk dilayani dan menguasai. Pemimpin
harus melayani dan memperhatikan kebutuhan bawahannya. Memberi kesejahteraan
pada mereka, sehingga bawahan akan bersemangat menopang pemimpinnya. Seperti
Yesus yang mencukupi kesejahteraan murid-murid-Nya dengan menunjuk bendahara
untuk mengelola keuangan. Pemimpin Kristen bukanlah pemimpin-penguasa,
melainkan pemimpin-hamba. Otoritas memimpin dilakukan bukan dengan kekuasaan
melainkan kasih, bukan kekerasan melainkan teladan, bukan paksaan melainkan
persuasif.
76 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Integritas berbicara tentang “apa yang dikatakan sama dengan perbuatan”. Dengan
kata lain, seorang pemimpin yang sukses adalah seseorang yang kehidupannya
“transparan”, luar dalam sama. Dia tidak saja menjadi teladan dalam perkataan dan
kepemimpinan, tetapi juga melakukan dengan tepat semua yang dikatakannya.
Banyak kasus moralitas, korupsi dsb terjadi karena para pemimpin gagal melakukan
prinsip-prinsip yang diajarkannya. Mereka hanya menjadi macan kertas atau macan
panggung, namun ternyata ompong dalam melakukan perkataannya.
C. Kesimpulan
Umat membutuhkan pemimpin yang dapat diteladani, dalam segala segi baik karakter,
manajemen, pelayanan maupun mau bekerja keras untuk memimpin orang-orang.
Kepemimpinan Kristenbukanlah mau memerintah, akan tetapi menjadi teladan hidup.
Pemimpin sukses adalah orang yang mampu mencetak pemimpin baru, dan bukannya
iri atau takut tersaingi bila bawahannya sukses.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memperhatikan bawahannya. Mencukupi
kebutuhan hidupnya agar mereka dapat berkonsentrasi melakukan tugas pelayanan
yang dibebankan tanpa harus dipusingkan akan persoalan makan, minum, pakai.
Pantang menyerah, inovatif dan terus mengembangkan diri merupakan kualitas yang
harus diperhatikan juga.
Dengan demikian, akan membuat pelayanan pemimpin itu semakin efektif dan berhasil
mencapai visi yang ingin diraihnya. Wujud serta kualitas pemimpin Kristen yang ideal,
diharapkan terlihat dalam kenyataan berikut: Memiliki karakter Kristus (Christlike),
memiliki pengetahuan yang komprehensif – kemampuan serta ketrampilan
(knowledge-skill) yang bersifat sosial (hubungan dengan orang) dan teknis (yang
berhubungan dengan kerja). Memiliki konsistensi dan integritas dalam hidup dan
77 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kepemimpinannya, baik kepada kepada Allah, Gereja, pengikutnya maupun diri pribadi
dan dunia serta memiliki tujuan hidup yg jelas (sense of mission) yang memberi
motivasi dan dinamika bagi hidup dan pelayanannya.
Menjadi pemimpin yang baik sesungguhnya dapat dipelajari. Mempelajari teknik
kepemimpinan disertai hati dan karakter Kristus akan menjadikan setiap kita pemimpin
yang baik. Marilah menjadikan dunia ini lebih baik, dengan menjadi orang-orang yang
memberi pengaruh positif kepada dunia.
REFLEKSI
Di dalam kepemimpinan spiritual ini, ada ajakan, dorongan, himbauan, bagi
orang lain untuk mencapai tingkat spiritual yang serupa. Dengan tingkat
spiritual itu, orang dapat melakukan hal-hal yang secara esensial serupa dengan
teladan yang diberikan oleh sang pemimpin, walau dalam konteks yang
berbeda.
Jabatan gerejawi atau tugas kepemimpinan adalah terutama pemberian Tuhan, bukan
“pencapaian” baik melalui pendidikan formal maupun keahlian yang lahir dari
pengalaman, walaupun semuanya itu penting. Para pemimpin yang disebut di dalam
Alkitab lebih menekankan peranan “hati” ketimbang keahlian dan pengalaman.
Pelayanan bukan keikutsertaan, bukan pengalihan dari Yesus.
Inti dari pelayanan adalah; dasar pelayanan adalah Karakter, Sifat pelayanan adalah
Pengabdian. Motif pelayanan adalah Kasih. Ukuran pelayanan adalah Pengorbanan.
Kekuatan pelayanan adalah Penyerahan diri. Hanya dengan demikian seorang
pemimpin dapat memiliki visi dan misi dari Yesus. Jika tidak, pemimpin hanyalah
menciptakan visi dan misinya sendiri.
Samuel adalah anak Elkana, seorang yang saleh dari bani Efraim, dengan istrinya
yang bernama Hana. Nama Samuel disebut sebanyak 134 kali dalam Alkitab, bisa
ditemukan dalam 7 kitab: 1 Samuel, 1 dan 2 Tawarikh, Mazmur, Yeremia, Kisah
Para Rasul, dan surat Ibrani.
78 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Alkitab mencatat Samuel sebagai hakim terakhir dan terbesar dalam sejarah Israel
(Kisah Para Rasul 13:20). Samuel juga merupakan yang pertama di antara para
nabi (Kisah Para Rasul 3:24). Pada zaman Perjanjian Lama, ia dan Musa adalah
dua pemimpin bangsa yang terbesar di mata Tuhan (Yeremia 15:1).
Otoritas kepemimpinan dalam diri Samuel sebenarnya mulai Tuhan nyatakan sejak
dia masih muda. Tuhan memberinya pewahyuan yang menyingkapkan kejatuhan
imam Eli (1 Samuel 3:1-21). Meskipun semula sungkan, akhirnya Samuel
menyampaikan nubuatan itu kepada Eli (1 Samuel 3:18). Kepemimpinan nabi
Samuel terus berkembang dan semakin diakui banyak orang, Alkitab mencatat:
"Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel
telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan." (1 Samuel 3:20)
Dengan wibawa kepemimpinannya yang besar, Samuel menyerukan tobat nasional.
Samuel berbicara kepada seluruh kaum Israel: "Jika kamu berbalik kepada Tuhan
dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari
tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada Tuhan dan beribadahlah hanya
kepada-Nya." (1 Samuel 7:3) Bangsa itu pun bertobat, mereka menjauhkan berhala-
berhala Baal dan Asytoret (1 Samuel 7:4).
Samuel adalah seorang pemimpin yang profesional; ia menjalankan tugas-tugasnya
dengan baik. Sebagai kepala urusan-urusan sekuler, Samuel berkeliling negeri
untuk mengadili seluruh rakyatnya (1 Samuel 7:16).
Samuel adalah pemimpin yang terbuka terhadap kritik. Ketika rakyat Israel
meragukan integritas anak-anak kandungnya, Samuel tidak mengelak (1 Samuel
8:4-5). Samuel bukan tipe pemimpin yang terjerat nepotisme. Samuel menampung
aspirasi rakyat yang menghendaki raja baru. Ia pun sangat proaktif dalam
pergumulan pencarian pemimpin baru tersebut. Sebagai tokoh senior, Samuel
jugalah yang akhirnya menetapkan dan mengurapi raja baru tersebut, Saul -- dan
kemudian Daud.
Kehidupan Doanya
Spirit doa dalam diri Samuel merupakan warisan dari ibunya. Pada waktu itu Hana
mandul, tidak bisa memunyai anak (1 Samuel 1:2, 5-6). Hana berdoa dengan
79 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
sungguh-sungguh, dan akhirnya setahun setelah doa itu, Tuhan memberinya
seorang anak yang hebat, Samuel. (1 Samuel 1:20).
Dalam penelitian psikologi, ditemukan fakta bahwa pertumbuhan kejiwaan
seseorang sudah dimulai sejak dia dalam kandungan ibunya. Kondisi kejiwaan ibu
juga menentukan pertumbuhan psikis sang bayi. Demikian juga secara rohani,
kehidupan rohani sang ibu akan mengalir dalam diri anak yang dikandungnya.
Yohanes Pembaptis misalnya, sudah dijamah Roh Kudus ketika ia masih berada di
dalam kandungan ibunya, Elizabet (Lukas 1:41).
Kehidupan doa Samuel juga terbina baik sejak masa kanak-kanaknya. Setelah
Samuel berhenti menyusu, pada usia 2 atau 3 tahun, Hana membawanya ke Silo
dan secara resmi menyerahkannya kepada imam Eli untuk tinggal bersama dia di
lingkungan Bait Suci (1 Samuel 1:24-28). Samuel menjadi pelayan di hadapan
Tuhan; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan (1
Samuel 2:18). Sejak belia, Samuel hidup dalam disiplin rohani yang tinggi. Ia
tinggal di dalam lingkungan orang-orang yang berdoa.
Pembentukan kehidupan rohani seorang pemimpin tidak terjadi secara instan.
Karena itu, kita perlu mendidik kaum muda dalam disiplin rohani yang tinggi.
Kelak, ketika mereka beranjak dewasa dan menjadi pemimpin, kehidupan doa
pribadinya akan sangat kuat. Tetapi, jika seseorang yang kehidupan doanya lemah
telah menjadi pemimpin dan menjadi sangat sibuk karena status dan perannya itu,
tidak akan mudah baginya untuk bertumbuh dalam kehidupan doa. Bahkan kadang
ia meremehkan doa, sebab pikirnya, tanpa doa pun saya sudah menjadi pemimpin.
Kehidupan doa Samuel bersifat dinamis dan dialogis. Alkitab tidak mencatat
bagaimana ia mengemis dalam doanya, minta ini dan itu untuk keperluan
hidupnya. Alkitab justru mencatat bagaimana Tuhan berbicara kepadanya sejak ia
masih remaja (1 Samuel 3). Samuel disebut sebagai seorang pelihat yang sering
memperoleh penglihatan dari Tuhan (1 Samuel 9:9).
Di manakah Samuel-Samuel masa kini? Sekarang banyak orang cerdas, cendekia,
dan terlatih menjadi pemimpin sejak masa muda, tetapi masih terlalu sedikit
pemimpin Kristen yang memunyai kehidupan doa yang kuat.
Bersandar Pada Tuhan.
80 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Ketika Samuel sudah tua, rakyat memintanya untuk memilihkan seorang raja bagi
mereka. Saat itu, Samuel harus memilih salah seorang dari sekian banyak orang
Israel untuk diangkat menjadi raja atas bangsa itu. Seorang pemimpin akan selalu
diperhadapkan dengan situasi harus memilih seseorang untuk posisi tertentu.
Seorang pendeta harus memilih pemimpin-pemimpin kelompok sel, seorang
direktur harus menunjuk manajer-manajer bawahannya, dan sebagainya.
Sebelum memilih seorang raja, Samuel mau menampung aspirasi para tua-tua
Israel (1 Samuel 8: 4-5). Keluh kesah mereka sebenarnya mengesalkan hati Samuel,
tetapi kemudian ia berdoa membawa persoalan ini kepada Tuhan (1 Samuel 8:6).
Keinginan jemaat atau anak buah dan karyawan tidak jarang membuat sang
pemimpin menjadi kesal, apalagi jika mereka mengajukan permohonan dengan
emosional, misalnya dengan berdemo. Tetapi, seorang pemimpin Kristen harus
menjaga suasana hatinya, dan membawa setiap persoalan itu di dalam doa.
Samuel akhirnya menyetujui keinginan rakyatnya karena Tuhan memberi
rekomendasi. Kadang, seorang pemimpin Kristen menerima permintaan bawahan
karena takut atau karena alasan politis. Tetapi, keputusan Samuel selalu berdasar
pada pertimbangan dari Tuhan. Pun ketika memilih Saul, juga atas dasar petunjuk
Tuhan sendiri (1 Samuel 9:15-16). Ketika raja Saul melakukan banyak kesalahan
dan akhirnya Tuhan menolaknya, Samuel sempat bersedih. Tetapi kemudian
Tuhan berkata: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul?" (1 Samuel
16:1a) Tuhan, tidak senang jika kita larut dalam kekecewaan, kepahitan, dan
kesedihan karena orang pilihan kita gagal. Dalam ayat itu, Tuhan menyuruh
Samuel mengurapi Daud menjadi raja yang baru. Pada waktu memilih Daud,
Tuhan berbicara kepada Samuel agar jangan terkecoh oleh penampilan fisik (1
Samuel 16:7). Inilah pentingnya doa, supaya kita jangan salah memilih. Orang yang
hebat secara fisik belum tentu dipilih Tuhan. Tuhan tahu orang yang tepat dan
yang sempurna bagi kita. Ikutilah pimpinan Roh Kudus!
Akhirnya, Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi
Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya (1 Samuel 16:13a). Artinya, orang-
orang yang sudah kita pilih menurut hikmat Tuhan, harus kita doakan agar ia
memunyai otoritas untuk menjalankan pekerjaan baru yang diembannya.
81 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Pemimpin Kristen perlu menaikkan doa impartasi urapan untuk anak buah atau
penerusnya.
Pemimpin yang Mendengar
Salah satu ciri utama dari seorang pemimpin yang baik adalah mendengarkan
Allah. Jika kita hanya bergantung pada hikmat, kekuatan, wawasan, atau tindakan
kita, maka kita tidak akan mampu. Kita perlu firman Tuhan. Daud, seperti yang
bisa kita lihat dalam 1 Samuel, adalah seorang pemimpin yang saleh, yang dengan
gigih mencari dan menerima nasihat Allah untuk mengambil keputusan penting
dan terkadang hidupnya bergantung pada apa yang didengarnya dari Allah.
Hal ini mungkin kedengarannya mudah. Namun jika ini benar-benar mudah,
mengapa kita mengabaikannya? Sesungguhnya kita sudah mendapat pewahyuan
dari Tuhan yang ditulis dalam bahasa kita, ditulis oleh orang-orang yang
digerakkan oleh Roh Kudus, dan celakalah kita jika kita tidak mendengarkan
firman Tuhan, baik di rumah, di gereja, maupun di tempat kerja kita. Seberapa
sering kita berkata, "Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu mendengar"?
Pemimpin yang Menegur
Kita juga bisa belajar dari Samuel bahwa seorang pemimpin yang saleh tidak takut
mengatakan apa yang dia dengar. Keesokan harinya, Eli bertanya kepada Samuel
apa yang dikatakan Allah. Samuel, tentu saja tahu Eli tidak akan suka
mendengarkan kebenaran yang telah diterimanya. Tapi Eli berpesan kepadanya,
"Janganlah kausembunyikan kepadaku. Kiranya beginilah Allah menghukum
engkau, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika engkau menyembunyikan sepatah
katapun kepadaku dari apa yang disampaikan-Nya kepadamu itu." (1 Samuel 3:17)
Samuel muda mengulang kembali firman Allah bagi Eli, dan dengan kejadian itu ia
pun memulai kariernya sebagai nabi yang menegur melalui nubuatan. Selanjutnya,
dia harus menghadapi bangsa Israel yang bersikukuh meminta seorang raja
duniawi: "Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu,
tetapi TUHAN tidak akan menjawab kamu pada waktu itu" (1 Samuel 8:18). Dia
juga akan menghadapi Raja Saul yang memberontak yang melanggar perintah yang
sudah jelas dari Allah: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah
TUHAN, Allahmu, ... Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah
82 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia
menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang
diperintahkan TUHAN kepadamu.... TUHAN telah mengoyakkan dari padamu
jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain
yang lebih baik dari padamu." (1 Samuel 13:13-14; 15:28). Seni konfrontasi dengan
mahir harus dikuasai oleh setiap pemimpin.
Dukungan Keluarga
Walaupun dalam menghadapi seseorang tentu saja membutuhkan kewaspadaan --
mengingat bahwa pemimpin yang pemberang adalah suatu kecelaan (Titus 1:7) --
ada kalanya menolak melawan dosa itu pun suatu dosa. Eli bersalah atas
pelanggaran ini, dan sedihnya, bahkan Samuel pun juga tidak sepenuhnya bebas
dari kesalahan ini. Standar Rasul Paulus dalam kepemimpinan menyatakan bahwa
anak-anak seorang pemimpin hendaknya "hidup beriman dan tidak dapat dituduh
karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib." (Titus 1:6)
Seorang pemimpin yang memiliki anak memiliki tanggung jawab untuk menjadi
ayah yang baik. Walaupun tidak ada jaminan khusus bahwa anak-anak orang-orang
Kristen secara otomatis akan diselamatkan, namun kita berhak berharap bahwa
seorang pemimpin yang saleh akan membesarkan anak-anaknya di dalam "ajaran
dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4). Samuel, sayangnya, memunyai anak-anak yang
"tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan
memutarbalikkan keadilan." (1 Samuel 8:3) Perbuatan jahat yang merugikan ini
memberi andil bagi keinginan bangsa Israel untuk memiliki seorang raja: "Sebab
itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama dan
berkata kepadanya: 'Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti
engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami,
seperti pada segala bangsa-bangsa lain.'" (1 Samuel 8:4-5) Hal ini tidak otomatis
membenarkan para tua-tua Israel untuk menolak Allah dan memilih seorang raja.
http://dilasisean.blogspot.com/2012/06/kepemimpinan-spiritual.html
83 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN BERBASIS SPIRITUAL
Prof.Dr.Faisal Afiff, SE.Spec.Lic
Beliau adalah seorang pengajar dan telah meniti karir di Fakultas Ekonomi UNPAD selama 45
Tahun. Pendidikan terakhir S3 Bidang Ilmu Ekonomi Belgia dengan spesialisasi pengajaran
di bidang Bidang Ilmu Marketing dan Distribusi. Saat ini menjabat sebagai Guru Besar.
Bandung, 4 Juni 2013
"Spiritualitas juga sangat erat berkaitan dengan konsep jiwa, sehingga menentukan suatu
prinsip bahwa esensi hidup ini bukanlah materi belaka. Maka spiritualitas tanpa jiwa tidak
masuk akal...."
Masih banyak orang yang belum faham betul tentang apa yang dimaksud dengan
spiritualitas. Menurut kamus Merriam Webster “spiritualitas memiliki pengertian
tentang sesuatu yang sangat religius, atau sesuatu yang berkaitan dengan semangat
dan hal-hal sakral”. Tentu saja melalui pencarian dan pengalaman hidup, seseorang
memiliki kebebasan untuk memaknai tentang pengertian spiritual ini. Pengertian
spiritual ini juga sering dikaitkan dengan agama, terutama yang berkaitan dengan
pertanyaan: apakah agama itu merupakan tujuan dari spiritualitas, atau sebaliknya
bahwa agama adalah sarana dan/atau prasarana untuk mencapai tujuan spiritual?
Spiritualitas juga sangat erat berkaitan dengan konsep jiwa, sehingga menentukan
suatu prinsip bahwa esensi hidup ini bukanlah materi belaka. Maka spiritualitas tanpa
jiwa tidak masuk akal. Konsep jiwa digunakan untuk membedakan antara manusia
dengan hewan. Tentu saja dalam dunia hewan kita tidak akan berbicara tentang nilai-
nilai kemanusiaan, kontemplasi, belas kasih dan hati nurani, atau diwakili dalam satu
kata disebut jiwa.
84 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Namun manusia sebagai mahluk material-biologis tidak terlepas dari sifat hewaniah,
secara faktual manusia memiliki sisi naluri hewaniah sehingga berlomba mengejar
kepentingan material. Bahkan adanya sifat hewaniah ini menjadi sejarah dan evolusi
tentang kisah kemanusiaan. Sebaliknya, tidak diragukan lagi - bagi mereka yang bukan
penganut faham atheis - bahwa kita semua mengakui berasal dari Tuhan. Jika kita
gagal untuk memahami hal ini, kita tidak akan berhubungan dengan sejarah kita
sendiri dan karena itu akan terasing dari jiwa kita sendiri. Oleh karena itu bagaimana
pertamakali kita menjadi manusia? Para evolusionis akan berkata bahwa hal itu telah
terjadi melalui seleksi alam. Para kreasionis akan mengatakan bahwa kita telah
diciptakan sebagai model atau representasi ideal dari Tuhan. Tulisan suci Weda
mengkonfirmasi bahwa representasi ideal bukanlah wujud atau bentuk tertentu.
Dalam kepercayaan Hindu, Tuhan dapat direpresentasikan dalam simbol ikan (Matsya)
atau babi hutan (Varaha), dan bisa juga berupa matahari, bulan dan langit. Begitu juga
bisa memiliki bentuk manusia atau bentuk spiritual seperti Vishnu dengan empat
lengan. Dengan demikian kita diciptakan bukan dalam konsep bentuk, akan tetapi
sebagai konsep ruhaniah. Dengan adanya model atau representasi tersebut, tidak lain
untuk mencerahkan esensi spiritualitas kita yang ideal. Jika pertanyaannya bagaimana
roh ideal kita dihadirkan, maka jawaban yang jauh lebih mudah adalah dari
penderitaan kita di dunia material.
Semangat dan cita-cita yang dibentuk akan menjadi apa yang ada pada kita sekarang.
Dan kini dunia tengah bingung dan tidak pasti tentang kelangsungan hidup dan masa
depan budaya. Apakah kita akan mengalami degradasi atau kita akan bangkit dari abu
pengalaman peperangan yang mengerikan dan segala pembusukan sosial? Banyak
yang skeptis tentang pertanyaan esensi jiwa, tentang cita-cita dan nilai-nilai
kemanusiaan, bahwa hal tersebut masih bisa diharapkan. Dewasa ini orang lebih suka
berpegang pada simplifikasi dari pandangan evolusi Darwinisme, dengan semboyan
survival of the fittest sambil mengenakan dasi dan mobil mentereng . Kita kembali
harus mendefinisikan jiwa kita yang menjamin nilai-nilai kemanusiaan kita: melebarnya
konflik tentang nilai-nilai kemanusiaan dapat mengaburkan visi yang jelas tentang
masa depan. Hanya dari kejelasan demikian, kita bisa berbicara tentang spiritualitas
tercerahkan dan jiwa masyarakat yang terbebaskan.
85 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Sejauh ini, di seluruh dunia, hampir semua konsep telah diambil dari nilai-nilai sekuler
dan materialistik yang telah berkembang dalam dunia komersial kompetitif.
Manajemen tak sekadar berkaitan dengan dunia bisnis dan industri, akan tetapi juga
melingkupi semua aspek usaha atau kerja manusia. Oleh karena itu, sudah saatnya
bahwa para ilmuwan manajemen menengok kembali pada esensi spiritualis manusia,
baik yang melandasi kebijakannya, cita-citanya maupun ide dari konsep spiritual dan
filosofinya. Hal ini menjadi penting karena planet ini dan penghuninya harus
diselamatkan dari kecenderungan memburuk yang hadir hampir di semua lapisan
masyarakat, yang bahkan dapat membahayakan kehidupan planet ini. Kita harus mulai
mengkritisi kembali tentang konsep kepemimpinan yang berasaskan pada kebijakan
konvensional, yang ditransmisikan melalui lembaga pendidikan dan pelatihan, yang
mengajarkan pengetahuan tingkat rendah yang hanya berdasarkan pada alat indera,
akal dan pikiran. Pengembangan harus ditingkatkan ke arah pengetahuan tingkat tinggi
yang “membungkam pikiran” dan membuka spiritualitas. Para tokoh bijak telah
menemukan misteri alam – mikro dan makro kosmos - tanpa peralatan apapun, seperti
evolusi, kecepatan cahaya, gerakan planet, gravitasi, dan usia bumi.
Dewasa ini para sarjana dan ilmuwan dari seluruh dunia tengah mencari solusi untuk
masalah yang menimpa planet, hewan dan manusia. Konsep kebijakan,
kepemimpinan, manajemen, administrasi dan lain sebagainya, dewasa ini tidak mampu
menangkap tren memburuk yang terjadi di segala sektor. Suatu era dimana setiap
tindakan, transaksi dan/atau interaksi lebih bersifat komersial, hampir semua motivasi
didasarkan pada kepentingan diri sendiri, yang akhirnya bermuara pada eksploitasi
manusia, dan hal ini sedang berlaku di seluruh dunia. Dalam segala sektor,
kepemimpinan cenderung untuk menghancurkan umat manusia daripada
mengangkatnya ke derajat dan martabat yang lebih tinggi. Paul Sweezy, seorang
pemikir sosialis dengan sarkasme telah menulis bahwa "Para pengusaha telah
menciptakan korporasi, sedangkan para manajer diciptakan oleh korporasi. Para
pengusaha mencuri dari korporasi sedangkan manajer mencuri untuk kepentingan
korporasi ". Secara jujur harus diakui, bahwa bukti dari fenomena ini dapat terlihat
pada setiap sektor dan bidang kegiatan manusia. Skandal dan manipulasi – baik secara
laten atau manifes – telah umum berlangsung di beberapa organisasi. Korupsi
misalnya, telah menjadi rangkaian cerita sehari-hari. Fundamentalisme dan
ekstremisme telah melahirkan terorisme dan militansi. Kecenderungan radikalisme ini
86 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
tidak dapat ditampung oleh konsep-konsep kepemimpinan dan manajemen
konvensional.
Dalam organisasi formal, kegiatan para supervisor, manajer, eksekutif, pejabat,
administrator dan lain sebagainya kewenangannya berasal dari undang-undang dan
aturan. Sementara esensi kewenangan seorang pemimpin seharusnya lahir dari nilai-
nilai rohani dan jasmani mereka. Para manajer perlu menyerap kualitas esensial
kepemimpinan yang akan meningkatkan efektivitas mereka. Gandhi, Mao, Lincoln, dan
bahkan Khomaeni adalah para pemimpin dengan sejumlah cita-cita dan nilai-nilai.
Pemimpin dan manajer seyogyanya merupakan penguasa bijak dengan nilai-nilai luhur
dan cita-cita. Dalam organisasi formal, baik pemerintah dan non-pemerintah, yang
diwakili oleh para pemimpin politik, ekonomi, bisnis, sosial, pendidikan, ilmu
pengetahuan, agama dan sebagainya, bahkan supervisor, pengawas, manajer,
eksekutif, pejabat dan administrator memperoleh kewenangannya berdasarkan
konstitusi, aturan, dan konvensi.
Sementara para pemimpin informal di semua bidang usaha manusia mendapatkan
wewenangnya berdasarkan kualitas dan tindakan mulia mereka, yang merupakan
perpaduan dari atribut, kredibilitas dan integritas, serta kontribusi mereka kepada
masyarakat dengan pelayanan, dedikasi dan komitmen tanpa pamrih untuk cita-cita
dan kesejahteraan umat manusia, lingkungan dan alam. Orang dengan kategori
demikian telah memiliki kualitas kepemimpinan tertentu, yang akan meningkatkan
efektivitas mereka sebagai manajer dan administrator. Oleh karena itu, efektivitas
manajerial mereka ditopang oleh keunggulan dalam bidang moral dan kualitas
kepemimpinan yang etikal, sehingga mereka menjadi pemimpin yang baik serta
dikagumi dan dipuja oleh masyarakat.
Sepanjang sejarah, setiap negara memiliki pemimpin original yang menjalankan
otoritas tidak hanya didukung oleh organisasi formal, akan tetapi juga didukung oleh
masyarakat luas. Gandhi bukanlah anggota dari Partai Kongres, namun “fatwa”nya
telah mewarnai hukum dan partai, dan begitu juga yang terjadi di Iran dalam masa
kepemimpinan Imam Khomaeni. Seluruh masyarakat di India secara sukarela
mengikuti cita-cita non-kooperasi terhadap penjajah dengan gerakan satyagraha. Sri
Satya Sai Baba dan Amritanandamayi memiliki penggemar di seluruh dunia. Dengan
karisma mereka, para pengikutnya bersedia melaksanakan pekerjaan sosial secara
87 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
sukarela, demikian pula dengan Sri Ravi Shankar dan ratusan biksu lainnya yang telah
memiliki organisasi di seluruh dunia. Para pengikut memuja guru dan melaksanakan
misi mereka. Orang dengan kapasitas demikian dapat dianggap sebagai pemimpin
spiritual. Sebagian besar umat mereka menerima nilai-nilai etika dan moral dan
melaksanakan pelayanan tanpa pamrih, pengakuan dan kompensasi.
Mao Tse Tung adalah termasuk seorang pemimpin politik yang dikagumi jutaan umat
manusia, yang tidak hanya melakukan misi membebaskan Cina dari penindasan asing,
akan tetapi juga membantu dalam membangun kembali negara Cina. Salah satu
contoh pengaruh kepemimpinannya adalah berkenaan dengan kunjungan Nixon ke
negara Cina. Mao diberitahu bahwa kunjungan Nixon ke Cina harus ditunda karena
mereka sulit menyingkirkan salju di jalan-jalan Peking. Mao pergi ke Radio Peking dan
meminta warga untuk membersihkan salju dari jalan. Maka jutaan warga bergerak
dalam upaya menyingkirkan salju tersebut. Dalam arena politik masa kini - termasuk di
Indonesia - hampir tidak ada lagi orang yang mampu menginspirasi orang lain.
Sebagian besar reputasi para pemimpin di tingkat legislatif kita didominasi oleh
catatan pelanggaran moral. Sebagian dari mereka adalah korup, dan dalih dari korupsi
tersebut adalah dampak dari sistem ekonomi-politik yang tidak pantas dari para
aparatur birokrasi negara. Kurangnya kepemimpinan etik telah membuat pemerintah
mengembangbiakan parasit yang meggerogoti wibawa pemerintahan itu sendiri.
Dalam era globalisasi seperti saat ini, seluruh transaksi dan/atau interaksi telah
dikomersialisasikan. Hal ini didukung oleh media, dengan mengelu-elukan bintang film
dan selebritis yang memiliki penggemar besar. Bahkan partai politik memanfaatkan
mereka sebagai ikon untuk mengumpulkan suara mereka. Para pemilih dalam pilkada
disuap dengan uang, dan dengan bujukan hedonisme lainnya. Dengan demikian kurang
ada kesempatan lagi bagi para pemimpin politik tulen yang bakal muncul di negara
kita. Para politisi membeli dan mempengaruhi media untuk mempengaruhi sikap dan
nilai-nilai masyarakat.
Pertimbangan komersial telah menjadi motivasi dominan di kalangan pelaku media.
Oleh karena itu, kepemimpinan yang tulus dalam melayani rakyat sulit untuk muncul di
bidang politik dan media. Meski tengah muncul fenomena baru di luar prediksi
masyarakat tentang kepemimpinan gaya Jokowi di Indonesia yang memberikan
harapan akan perubahan. Seorang pemimpin harus memiliki banyak kualitas mulia,
88 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
seperti kejujuran, integritas, kerendahan hati, tidak mementingkan diri sendiri,
dedikasi, komitmen, patriotisme, pelayanan tanpa pamrih, dan penuh pengorbanan,
yang seharusnya sektor pendidikan tinggilah yang dapat menghasilkan pemimpin mulia
seperti demikian. Dalam tradisi budaya kita terdahulu, ulama dan guru masih dianggap
sebagai orang yang patut dihormati diatas rata-rata orang pada umumnya.
Dalam tradisi masa lalu seorang ulama atau pendeta adalah penasehat raja atau kaisar,
dan mereka adalah orang yang sangat berpengetahuan dan bijaksana, benar-benar
tanpa pamrih, diberkahi dengan cita-cita luhur, memiliki integritas dan kejujuran, serta
meninggalkan kesenangan duniawiah untuk melayani umat manusia. Banyak risalah
yang ditulis oleh para orang bijak dan filsuf, yang mendedikasikan hidup mereka untuk
kesejahteraan umat manusia, lingkungan dan alam. Mereka adalah orang yang
menjaga diri dari kehidupan duniawiah, dengan tinggal terpencil di pelosok desa -
dengan memimpin pesantren, gereja dan pure - berlatih spiritual untuk mencapai
tingkat tertinggi berkenaan dengan pengetahuan tentang kosmos.
Kontribusi mereka terhadap umat manusia terasa ke seluruh dunia, dan diantara
kalangan pemikir demikian adalah antara lain Ibnu Al-Arabi, Al Ghazali, Ibnu Sinna,
Arnold Toynbee, Will Durant, Laotze, Confusius, Soekarno, Hatta, Sidharta Gautama,
Thoreau, Emerson, Frawley, Rolland dan Basham. Ratusan penemuan di bidang sains
dan matematika yang sering dikaitkan dengan ilmuwan barat, sumbernya ditemukan
oleh orang bijak kuno dan orang-orang suci.
Dalam 100 tahun terakhir, telah ada pertumbuhan spektakuler dalam sains dan
teknologi yang membawa kemakmuran bagi sekitar sepertiga penduduk dunia. Namun
secara bersamaan, planet bumi ini telah dijarah dan dirampok oleh sekelompok
manusia. Hutan telah menghilang, tanah menjadi gersang dan tidak subur, serta
pemanasan global dapat membawa malapetaka ke seluruh penjuru dunia. Polusi telah
melampaui batas toleransi. Jutaan hewan mengalami penderitaan yang tak
terbayangkan, sebagian lagi digunakan untuk makanan, pekerjaan, eksperimentasi dan
hiburan. Manusia sendiri telah menjadi sakit. Disamping terjangkit HIV, manusia telah
menjadi kesepian dan terasing. Keluarga telah terfragmentasi.
89 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Manusia menderita karena ketegangan, kecemasan, ketakutan dan rasa tanpa tujuan.
Lebih banyak uang dibelanjakan untuk persenjataan yang bisa berakibat pada
penghancuran umat manusia ketimbang untuk mengangkat derajat kemanusiaan pada
tingkat yang lebih tinggi. Tren tersebut diperparah lagi oleh krisis keuangan dan
ekonomi , resesi, manipulasi dari kalangan politisi dan para pelaku bisnis,
meningkatnya kekerasan dan kejahatan, sensualitas dan seksualitas sembarangan yang
vulgar terus meningkat dalam kehidupan publik. Perkembangan yang luar biasa di
bidang transportasi, komunikasi, televisi, internet, ponsel, komputer dan lain
sebagainya, seyogyanya mendidik umat manusia untuk menjalani hidup mulia dan
melahirkankan keharmonisan dan kedamaian.
Sayangnya, yang terjadi justeru sebaliknya. Kesemua peralatan dan gadget tersebut
sebagian malah telah digunakan untuk mendistorsi pikiran dan menyesatkan umat
manusia. Kepemimpinan dan manajemen spiritual dan etika sebaiknya mampu
menangkap tren yang memburuk ini, bahkan harus mampu membalikkan situasi
tersebut. Untuk tujuan ini, kepemimpinan dan manajemen spiritual dan etika perlu
meresapi dan menyerap setiap aktivitas, sikap dan perilaku manusia, dalam kaitannya
dengan transaksi dan/atau interaksi dalam konteks organisasi dan administrasi. Kita
harus mencari solusi untuk masalah yang melanda umat manusia. Indonesia bersama
negara lain perlu mempelopori kepemimpinan spiritual dan inspiratif bagi seantero
dunia, sekaligus merombak semua sektor dan segmen masyarakat - baik dibidang
politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, bisnis dan administrasi
publik - dan kesemuanya perlu menyerap konsep kearifan lokal yang mungkin
belakangan ini sudah dianggap konservatif dan ketinggalan jaman sebagai sumber
pencerahan.
Pada sisi yang lain, bahwa dewasa ini tengah terjadi perkembangan positif yang
berlangsung di arena dunia bisnis. Istilah spiritual seperti "semangat tim," "semangat
kompetitif," "semangat kerjasama," dan "esprit de corps" telah menjadi tema menarik
di beberapa organisasi, baik bisnis maupun publik. Begitu juga pola pikir
kewirausahaan mulai dijelaskan dengan melibatkan dimensi metafisik, sehingga
90 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
muncul idiom semangat kewirausahaan, suatu praktek inovatif dan energik untuk
mengidentifikasi atau menciptakan kesempatan dan mengambil tindakan yang
ditujukan untuk mewujudkan keberhasilan. Spiritualitas di tempat kerja sebetulnya
telah berkembang selama bertahun-tahun di dalam organisasi bisnis. Disadari,
semangat para pekerja memiliki pengaruh langsung pada produktivitas, sehingga
organisasi bersedia menghabiskan dana dalam jumlah besar untuk menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman, menyenangkan, dan bahkan mewah. Ketika ketulusan
dan motif yang murni digabungkan kedalam keterampilan kepemimpinan dan
manajemen, serta dibarengi dengan pengambilan keputusan secara konsisten, hasilnya
adalah sebuah organisasi yang kuat dan sangat termotivasi.
Dalam mencari solusi bisnis, seseorang harus inovatif agar berdampak positif tidak
hanya terhadap para pekerja, akan tetapi juga terhadap rekan kerja. Spiritualitas di
tempat kerja tidak lagi sekedar sebuah konsep, akan tetapi telah menjadi metode
praktis untuk mencapai kesuksesan bisnis. Apalagi dewasa ini sejumlah fakta semakin
membuktikan bahwa ada hubungan yang relatif kuat antara pikiran dan tubuh.
Berbagai studi telah menunjukkan bahwa berapa banyak orang yang memiliki
penyakit, seperti penyakit jantung atau kanker, sekaligus juga adalah penderita depresi
sebagai bagian dari suatu lingkaran setan. Suatu penyakit fisik dapat berakibat pada
depresi emosional, yang pada gilirannya menghasilkan stres yang memperburuk
kondisi fisik yang mendasarinya. Yang lebih menarik adalah temuan ilmu pengetahuan
modern yang menunjukkan fakta sebaliknya, dimana kebiasaan dan sikap positif dapat
meningkatkan kesehatan fisik manusia, yang pada gilirannya berdampak pada umur
yang panjang. Dari pengamatan ilmiah dan berbagai percobaan telah menunjukkan
bahwa teknik pengobatan alternatif, seperti meditasi, ritual, dan bahkan doa dapat
mengubah perjalanan penyakit terminal, mengurangi ketergantungan pada perawatan
medis, dan bahkan meminimalkan kunjungan ke rumah sakit. Pendek kata, spiritualitas
dan semua yang berkaitan dengannya sangat penting untuk menciptakan kesehatan
jasmani dan rohani yang baik.
Jika kita termasuk orang yang menganut konsep bahwa "Semua materi memiliki
Pencipta" maka logikanya bahwa, yang merupakan sumber dari segala ciptaan adalah
kekuatan yang lebih tinggi yang memancarkan energi positif, ketimbang kekuatan
energi negatif. Dengan demikian, kita perlu mengembangkan cara untuk menarik dan
91 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
menghubungkan energi yang lebih tinggi sebagai bahan bakar untuk kebugaran fisik,
pikiran , jiwa, dan rohani yang positif.
Sebagai para pelaku bisnis yang tengah mencari kesuksesan, kita harus
mempertimbangkan metode dan teknik yang terhubung dengan daya yang lebih tinggi
tersebut. Organisasi yang mempraktekkan psikologi positif dan telah berinvestasi
untuk program motivasi para pekerja telah terbukti berhasil menuai manfaat dalam
bentuk peningkatan kinerja yang dilaporkan sendiri melalui pengukuran kepuasan
kerja. Hasil ini umumnya diterjemahkan ke dalam peningkatan rasio penjualan (ROS),
pengembalian aset (ROA) dan pengembalian investasi (ROI). Landasan filosofi ini telah
menjadi bagian dari budaya di sejumlah organisasi bisnis, dimana hasil positif dapat
ditunjukkan melalui tolok ukur keuangan dan non keuangan. Para manajer dan staf
mereka yang terlibat dalam praktik "spiritualitas di tempat kerja" telah memancarkan
nilai-nilai kerja dan etika moral yang kuat.
Berlatih spiritualitas di tempat kerja dapat menciptakan “win-win solution” bagi semua
pihak yang terkait. Para wirausahawan, pengusaha atau investor , manajer dan para
pekerja, dan bahkan pelanggan tidak lagi perlu mempertanyakan motif dibalik
pemberian pelayanan yang tersedia. Suatu evaluasi terhadap strategi yang telah
dikembangkan selama 25 tahun pada sejumlah organisasi bisnis ini telah membuktikan
bahwa, pengembangan spiritual di tempat kerja telah menjadi alat kepemimpinan dan
manajemen yang sederhana dan relatif murah, yang mampu menggantikan imbalan
finansial yang relatif mahal, dengan melatih para pekerja bermotivasi tinggi dan
menumbuhkan rasa hormat yang besar antara satu dengan lainnya. Banyak organisasi
menghabiskan jutaan dolar untuk mengembangkan lingkungan kerja yang konon
dirancang untuk memelihara pikiran positif para pekerja dalam rangka kepentingan
mengoptimalkan produktivitas. Asumsinya bahwa jutaan dolar yang telah
diinvestasikan tersebut pada gilirannya akan menyebabkan profitabilitas yang lebih
tinggi dan keunggulan atas para pesaing. Pada prinsipnya, manusia ingin diperlakukan
secara adil, merata, dan terhormat.
Para manajer tidak boleh mengabaikan kebutuhan akan rasa keadilan yang dituntut
oleh para pekerja ketika mereka didorong untuk memaksimalkan keuntungan. Artinya
semua keputusan harus menjamin keadilan dan kesetaraan yang akan meningkatkan
92 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
tingkat kepercayaan dan meningkatkan transaksi dan/atau interaksi antara manajer
dan para pekerja. Jika rasa saling menghormati dan cinta ditingkatkan, maka transaksi
dan/atau interaksi antara manajer dan para pekerja akan menghasilkan kolaborasi
yang sukses. Apabila situasi dan kondisi tersebut berhasil diciptakan, maka para
pemimpin dan manajer tidak perlu lagi menghabiskan waktu yang berharga untuk
mempertanyakan dan mengevaluasi lagi ketulusan motif supervisor dan tim kerja
mereka. Waktu bisa dialokasikan untuk memberi kesempatan yang lebih luas bagi
tumbuhnya kreativitas, inovasi, dan produktivitas yang lebih tinggi dengan sukses
besar. Tempat kerja dapat dijadikan ruang sosial-ekonomi dan susila. Jika seseorang
pekerja tiba di tempat kerja dengan pikiran bahwa dia akan dipergunakan sebagai alat
dan bukan sebagai kontributor untuk kemajuan organisasi , tentu hasilnya akan sulit
ditebak. Seorang pekerja yang merasa kinerja mereka memiliki dampak pada
pembentukan organisasi dan bermanfaat bagi komunitas yang lebih besar, akan
memancarkan kepercayaan dan kebanggaan diri yang membuatnya merasa
berkontribusi kepada organisasi secara tak ternilai. Organisasi yang memberdayakan
para pekerja dengan memberikan rasa keadilan, pemerataan, dan rasa hormat, dalam
jangka panjang akan memiliki keuntungan yang sangat besar, ketimbang organisasi
yang membatasi para pekerjanya dan menuntut kinerja terbaik agar mereka pantas
diberi keadilan, pemerataan, dan kehormatan.
Para pemimpin dan manajer di perusahaan dewasa ini, mulai dari tingkat organisasi
pemula sampai pada organisasi kompleks yang sudah mapan, perlu mengambil
gagasan segar untuk mengevaluasi tujuan organisasinya kembali. Seorang pakar dalam
praktik kepemimpinan dan manajemen spiritual menjelaskan bahwa doa dan meditasi
merupakan obat untuk membersihkan arteri yang tersumbat pada jiwa kita. Tentu saja
kebutuhan setiap individu ataupun tim kerja berbeda-beda, seumpama selera akan
makanan dan minuman yang bervariasi. Setiap orang memiliki kehidupan serta
fenomena dan isu-isu yang berbeda, namun terdapat satu hal yang menyatukan kita –
terutama ketika kita berada di tempat kerja - yaitu bahwa semua orang bersedia
memberikan kontribusi yang terbaik dengan menghargai segala kontribusi mereka,
dengan rasa saling menghargai dan menghormati, sehingga akan menciptakan dunia
menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup dan ditempati. Pada akhirnya, kepuasan di
tempat kerja akan dibesarkan oleh rasa pemenuhan spiritual, sebagai entitas yang
sangat berharga.
93 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Dampak dari spiritualitas terhadap individu adalah terbentuknya mentalitas baru yang
bercirikan orientasi yang lebih holistik, altruistik, pelayanan kepada manusia,
komitmen pada kebenaran, dan bentuk-bentuk perilaku luhur lainnya, serta kesadaran
diri (self awareness). Pengendalian diri, optimisme, dorongan berbuat yang terbaik,
dan prakarsa, kesemuanya ini terkait dengan self leadership and management, yang
juga adalah dampak lain dari spiritualitas. Mentalitas semacam itu sangat penting bagi
akselerasi perubahan organisasi bisnis. Sesungguhnya tidak ada peningkatan
produktivitas jika tidak ada perbaikan dalam self-awareness ataupun self-leadership
and management.
Produktivitas merupakan fungsi dari social-management. Sebelum bisa efektif
mengelola transaksi dan/atau interaksi antar individu dan tim kerja secara timbal balik,
diperlukan terlebih dahulu manajemen diri sendiri yang efektif (self-leadership and
management). Dengan demikian, efektivitas sosial kepemimpinan dan manajemen
memerlukan efektivitas dalam self-leadership and management. Untuk memahami
self-leadership and management ini dan dampaknya terhadap social-leadership and
management dan produktivitas organisasi, penting terlebih dahulu untuk difahami
kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional secara individual, yakni dua bentuk
kecerdasan selain kecerdasan intelegensi, yang belakangan ini dipandang menentukan
kinerja individu. Dua bentuk kecerdasan ini, selain terkait satu dengan lainnya, juga
sangat penting dalam meningkatkan efektifitas kepemimpinan dan manajemen diri
dan sosial, dan dalam konteks ini adalah efektivitas dalam mencapai keberhasilan
leadership and management organization itu sendiri, baik pada organisasi bisnis dan
bahkan juga pada organisasi publik.
http://fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/239023-kepemimpinan-dan-
manajemen-berbasis-spiritual
Spiritualitas Pemimpin Kristen
94 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
“….. kamu yang rohani harus memimpin orang … ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut….”
(Galatia 6:1b)
PENGANTAR
Tajuk “Spiritualitas Pemimpin Kristen” bersifat tepat waktu.” Unsur tepat waktu dari tema ini
didukung oleh kenyataan bahwa kondisi dunia yang berubah dan penuh dengan tantangan ini
menuntut adanya pemimpin Kristen dengan kadar spiritualitas tangguh untuk memimpin.
Disadari bahwa pemimpin Kristen sesungguhnya adalah pemimpin rohani, yang harus
membuktikan kadar kerohaniannya sebagai dasar integritas dirinya yang merupakan kekuatan
moral yang menopang diri serta kepemimpinannya. Pada sisi lain, integritas pemimpin
tergantung sepenuhnya pada kadar spiritualitasnya, yang menunjuk kepada kepentingan
keteguhan spiritualitas pada pemimpin Kristen. Kenyataan ini mendorong untuk bertanya, apa
sesungguhnya spiritualitas itu dan seberapa pentingnya spiritualitas bagi seorang pemimpin
Kristen? Dalam upaya menjawab pertanyaan ini, maka ada tiga pokok penting yang akan
dipercakapkan dalam diskursus ini, yaitu antara lain: Pertama, Memaknai Spiritualitas
Pemimpin;Kedua, Dinamika Spiritualitas Pemimpin Kristen sebagai dasar bagi otoritas
kepemimpinan;Ketiga, Kadar Spiritualitas Pemimpin Kristen sebagai tolok ukur kualitas
kepemimpinan.
MEMAKNAI SPIRITUALITAS PEMIMPIN
Spiritualitas atau spirituality adalah natur rohani yang menjelaskan tentang kadar karakter atau
kualitas rohani seseorang. Berdasarkan pengertian ini, bisa dikatakan bahwa spiritualitas
membayangi kadar karakter setiap orang, dimana karakter dapat merupakan ekspresi kualitas
spiritualitas itu sendiri. Dalam hubungan ini dapatlah dikatakan bahwa spiritualitas adalah
hakikat dan sifat hidup yang dibangun di atas kadar rohani atau kerohanian. Kebenaran ini
menegaskan bahwa kerohanian yang tinggi merefleksikan spiritualitas yang tinggi yang
terbayang dalam karakter yang agung. Hubungan spiritualitas dan karakter ini menjelaskan
adanya kaitan integral yang saling mempengaruhi, antara kadar kerohanian seseorang dan
karakter serta ekspresi dirinya. Spiritualitas di sini dapat dikatakan juga sebagai dasar bagi
integritas seseorang. Di sini, percakapan seputar spiritualitas pemimpin dalam diskursus kali ini
memiliki relevansi kuat untuk kehidupan kepemimpinan Kristen. Spiritualias juga merupakan
ekspresi kesadaran diri akan kepentingan spiritulitas tinggi bagi pemimpin Kristen.
Kepentingan spiritualitas tinggi bagi pemimpin Kristen dibangun oleh kenyataan bahwa
spiritualitas itu adalah penting yang berfungsi sebagai dasar untuk mewujudkan
95 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kepemimpinan yang berkualitas. Tidaklah mengherankan, bahwa Rasul Paulus di dalam Galatia
6:1b mengatakan, “….. kamu yang rohani harus memimpin orang … ke jalan yang benar dalam roh
lemah lembut….” Makna dari nasehat ini dalam hubungannya dengan tema “Spiritualitas
Pemimpin Kristen” sesungguhnya menekankan kepada faktor pemimpin, dimana kadar dan
kekuatan kerohaniannya merupakan landasan bagi kekuatan etika – moralnya untuk
memimpin yang olehnya ia dapat mewujudkan perannya mengangkat orang lain.
DINAMIKA SPIRITUALITAS PEMIMPIN KRISTEN DAN OTORITAS KEPEMIMPINAN.
Disadari bahwa dinamika spiritualitas pemimpin Kristen bersumber dari Allah. Tatkala Rasul
Yohanes berbicara tentang kebenaran seputar otoritas spiritualitas Kristen, ia menegaskan,
“Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup seperti Kritus telah hidup” (I
Yohanes 2:6). Kebenaran ini menunjuk bahwa sesungguhnya Yohanes sedang menegaskan
tentang sumber otoritas dari spiritualitas Kristen itu. Kebenaran seputar sumber otoritas
Kristen ini mengandung tiga sisi yang harus dipahami dan dihidupi oleh setiap pemimpin
Kristen, yaitu antara lain:
Pertama, Otoritas spiritualitas pemimpin Kristen hanya ada pada setiap orang yang ada di dalam
Kristus. Kebenaran ini diteguhkan oleh Firman yang menegaskan bahwa “Jadi siapa yang ada di
dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru; yang lama sudah berlalu, sesunggunya yang baru sudah
datang” (II Korintus 5:17). Di sini otoritas spiritualitas itu menjadi kokoh oleh kekuatan Roh
Kudus, yang diteguhkan oleh Firman, bahwa “Allah memberikan kepada kita … roh yang
membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (II Timotius 2:7b). Indikator dari otoritas rohani ini
adalah adanya kekuatan (kuasa) rohani untuk hidup dan mengabdi berlandaskan kasih yang
mengangkat dengan kadar penguasan dan ketertiban diri yang tinggi. Kebenaran ini dipastikan
melalui tindakan kasih karunia Allah yang menyelamatkan itu, dimana Rasul Paulus
mengatakan bahwa “Di dalam Dia kamu ….. dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan
itu” (Efesus 1:13). Memeteraikan kebenaran ini di dalam jiwa pemimpin Kristen, Profesor J.
Robert Clinton mengatakan bahwa “Orang yang memandang otoritas rohani sebagai dasar
kekuasaan untuk melayani harus mengakui Sumber dari semua otoritas: (yaitu) Allah.”
Pengakuan ini merupakan sikap sambutan iman atas apa yang telah dikaruniakan TUHAN Allah
kepada pemimpin Kristen, sebagai dasar otoritas spiritualitas kepemimpinannya. Sikap ini
menyebabkan ia berendah hati untuk mengakui bahwa “Bukan dengan keperkasaan dan bukan
dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, Firman TUHAN semesta alam” (Zakharia 4:6).
96 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Kedua, Otoritas spiritualitas pemimpin Kristen harus dibuktikan dengan adanya tanggung jawab
memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Indikator kuat bahwa seorang pemimpin adalah
pemimpin rohani ialah bahwa ia hidup oleh Roh Kudus, yang olehnya ia dapat menguasai
dirinya dengan tidak menuruti keinginan daging (Galatia 5:16-17). Indikator kuasa positif yang
pasti ialah bahwa dari kehidupan pemimpin rohani yang dipimpin oleh Roh Kudus, akan nyata
kekuatan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22). Kebenaran inilah yang menjelaskan
adanya dinamika kredibilitas pemimpin rohani.
Ketiga, Otoritas spiritualitas pemimpin Kristen dibuktikan dengan adanya integritas diri yang
teguh. Integritas diri itu kebaikan hati, kebenaran, kemuliaan, keadilan, kesucian, kesedapan,
kemanisan, kebaikan dan kepatutan untuk dipuji, keadilan, kesetiaan, ketaatan dan kejujuran
yang membawa kemuliaan bagi Allah, karena segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan bagi
Dialah kemualiaan sampai selama-lamanya (Filipi 4:5,8; Yesaya 32:1-2; Roma 11:36). Dalam
hubungan ini dapat ditegaskan bahwa dinamika spiritualitas pemimpin Kristen akan ada dan
nampak pada integritas diri pemimpin yang ada di dalam Kristus, yang relah memberi diri
dipimpin oleh Roh Kudus. Penyerahan diri ini adalah dasar kekuatan yang menopang
pemimpin membuktikan integritas karakter Kristen yang teguh oleh kuasa Roh Allah. Dengan
integritas diri ini pemimpin dapat berdiri teguh sebagai pemimpin rohani yang tangguh dalam
menghadapi serta menjawab tantangan perubahan dunia yang mengancam.
KADAR SPIRITUALITAS PEMIMPIN KRISTEN DAN KUALITAS KEPEMIMPINAN.
Menengok balik akan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kadar kualitas spiritualitas
pemimpin Kristen berbanding sejajar dengan kualitas kepemimpinannya. Maksud dari
pernyataan ini adalah bahwa spiritualitas yang berkualitas menentukan adalah kekuatan bagi
kualitas kepemimpinan. Dapat juga dikatakan bahwa kadar kualitas spiritualitas menentukan
ketahanan dan kelanggengan kualtias kepemimpinan pemimpin rohani. Menguraikan
kebenaran tentang kadar kualitas spiritualitas, dapatlah dikatakan bahwa faktor penting bagi
peneguhan kadar kualitas spiritualitas pemimpin Kristen adalah antara lain:
Pertama, Pemimpin rohani membangun diri di dalam Firman Allah (Mazmur 1; Yosua 1:7-9),
sehingga ia memiliki karakter dan integritas diri yang kuat dimana ia dilengkapi untuk setiap
perbuatan benar dan baik (II Timotius 3:15-17);
97 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Kedua, Pemimpin rohani menjaga hatinya, sehingga ia rendah hati (Amsal 4:23) dan memimpin
seperti Yesus Kristus yang memimpin dari hati (Matius 9:34-38), memimpin berdasarkan kasih
yang mengangkat (Yohanes 13:1, 34-35), dan memimpin dengan kekuatan kebenaran dan
kebaikan (Yohanes 14:6; Yesaya 32:1-2, 8, 117), sehingga ia mengamalkan damai, keadilan dan
kesejahteraan dalam kepemimpinannya.
Ketiga, pemimpin rohani memimpin dengan mengandalkan TUHAN Allah (Yeremia 17:7-8; 9:23-
24), sehingga ia menjadi bijaksana dan teguh dalam kepemimpinan melewati berbagai kondisi
sulit (Amsal 18:10; 24:10; I Raja-raja 3:9, 12, 28).
Keempat, pemimpin rohani memimpin sebagai pemimpin teladan yang membawa berkat bagi
orang yang dipimpin dan lingkungan kepemimpinan (Ibrani 13:7,17).
Kelima, pemimpin rohani memimpin dengan penuh pengabdian sebagai hamba dan pelayan
(Markus 10:41-47; Lukas 17:10) yang dibuktikan melalui pelayanan terhadap orang yang
dipimpin (I Petrus 5:1-4). Pemimpin yang memimpin dengan melayani seperti Yesus Kristus
sajalah yang adalah pemimpin yang dapat membuktikan kualitas kepemimpinan yang tidak
lekang karena panas dan tidak lapuk oleh hujan. Kebenaran ini ditegaskan oleh Nabi Daniel
yang mengungkapkan, “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan
yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bindatng-bintang, tetap untuk selama-
lamanya” (Daniel 12:3).
RAMPUNGAN
Melihat uraian sebelumnya tentang otoritas spiritualitas kepemimpinan dan tentang kualitas
kadar spiritualitas yang memiliki pengaruh terhadap kadar kualitas pemimpin Krsten dan
kepemimpinannya, dapat dikatakan bahwa “kekuatan dan kualitas pemimpin terletak pada
otoritas dan kadar spiritualitasnya.” Di sini dapat ditekankan bahwa “pemimpin Kristen dengan
kadar otoritas spiritualitas tinggi sajalah yang akan membuktikan diri sebagai pemimpin yang
bekualitas dan dapat mempertahan kualitas diri menghadapi tantangan dan tekanan dalam
menjalankan kepemimpinan yang diembannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa “Pemimpin
Kristen yang menjaga otoritas spiritualitas dan mengembangkan kadar spiritualitasnya adalah
pemimpin berkualitas yang akan bertahan serta siaga menghadapi kenyataan kepemimpnan
pada segala masa (II Timotius 4:1-6). Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang disiapkan
untuk menghadapi masa depan yang sulit dan akan bertahan serta keluar sebagai pemenang
dalam menjalankan kepemimpinannya secara langgeng dan berhasil (Nehemia 2:20).
98 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Akhirnya, spiritualitas sejati hanya ada karena pemimpin Kristen hidup dan mengabdi seperti
TUHAN-nya (I Yohanes 2:6), dimana ia mampu memimpin dari hati (yang penuh hikmat;
Matius 9:34-38; Yesaya 32:8), berlandaskan kasih (yang mengangkat sesama Yohanes 13:1, 34-
35; I Yohanes 4:7-10) dengan kekuatan kebenaran dan kebaikan (yang membawa damai
sejahtera; Yesaya 32:17, 1-2; 15:15-16; Yohanes 14:6, 27; Matius 5:9). Dan lagi, spiritualitas
sejati meneguhkan hubungan pemimpin dengan TUHAN Allahnya, Sang Pencipta, karena
olehnya ia hidup kudus (I Petrus 1:15-16); dan dapat melihat Allah (Matius 5:8), serta bersekutu
degan DIA, hidup dalam ketaatan akan Firman berbasis kasih setia yang ditambatkan pada
hatinya sehingga ia dihormati oleh TUHAN Allah dan manusia serta berhasil dan menjadi
berkat dalam kepemimpinannya (Amsal 3:1-10; Kejadian 12:1-3). Selamat dan sukses bagi
kemuliaan TUHAN Yesus Kristus. TUHAN Allah kiranya memberkati dengan limpahnya.
Terimakasih
Motivator,
Dr. Yakob Tomatala
[1] Pokok ini disampaikan dalam Wisuda STT Doulas Jakarta, tanggal 21 Agustus 2010 di Istana
Kana, Jakarta.
http://yakobtomatala.com/2010/09/01/spiritualitas-pemimpin-kristen/
PEMIMPIN DALAM KEPEMIMPINAN KRISTEN
Pengantar
99 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Premis atau dalil dasar kepemimpinan Kristen adalah berlandaskan ajaran Alkitab. Secara
khusus, peremis mengenai pemimpin dalam kepemimpinan meliputi tiga hal penting, yaitu
antara lain: Satu, Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen; Dua, Dasar Teologi Kepemimpinan
Kristen; dan Tiga, Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen.
A. Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen
Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa Allah, oleh kehendak-Nya
yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks
pelayanan menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh Allah ini adalah untuk
pelayanan memimpin. Premis ini ditegaskan oleh Profesor Dr. J. Robert Clinton yang
mengatakan,
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang
ditandai oleh adanya:
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian Allah
UNTUK
3. Memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini” (Clinton 1989:2).
Dari penegasan Profesor Clinton di atas, dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin Kristen ada
sebagai pemimpin karena ia dipanggil oleh Allah. Dengan demikian, ia harus memiliki
kesadaran diri sebagai telah terpanggil Allah dan meneguhkan kualifikasi dirinya sebagai
pemimpin. Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa seorang pemimpin
Kristen adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya ia harus yakin bahwa ia
terpanggil Allah untuk memangku tanggung jawab kepemimpinan. Kebenaran ini pada sisi lain,
menegaskan bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya kapasitas teguh untuk memimpin,
sehingga ia dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati (Lihat: Kejadian 12:1-3; Keluaran
2-7; dan 18, Roma 12:8, dsb.).
B. Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen
Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen
ialah:
1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil
100 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
sebagai – “pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada
tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status
menghamba kepada TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan.
2. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu; Satu: “membina
hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya (Markus 3:13-19;
Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubungan-
hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin. Dua:
“mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan
bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan
mengabdikan diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.
3. Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta ketrampilan memimpin,
antara lain:
a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Allah, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja) dari
institusi/organisasi yang dipimpinnya.
b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas 14:28-
30).
d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah
penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpin-bawahan, sebagai dasar untuk
melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara
pemimpin dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan
dengan baik pula.
e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi yang
kondusif, serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya memperlancar uapaya
dan kinerja kepemimpinan.
C. Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen
Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika-moral yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan
Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas fakta dan dinamika “inkarnasi” Yesus
Kristus (Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang
dibangun di atas fakta “inkarnasi Yesus Kristus” yang memiliki kisi kebenaran berikut:
1. Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus, termasuk:
kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana seluruh kerangka kepemimpinan Kristen
dibangun di atas dasar ini (I Yohanes 2:6).
101 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang
berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19).
3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup
(individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup
dan semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21).
4. Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen di atas haruslah dinyatakan dalam sikap
hati, kata dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup
berikut:
a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani
13:17).
b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7;
3:5-17).
c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja
(Ibrani 13:7-8).
d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang
senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin.
Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata
ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena
itu, seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral,
orientasi dan motivasi yang sesuai dengan Firman Allah.
RANGKUMAN
Peerlu dipertegas, bahwa pada dasarnya kepemimpinan Kristen memiliki faktor-faktor dan
matra-matra dasar kepemimpinan yang sama dengan kepemimpinan umum lainnya. Pada sisi
lain kenyataan yang membedakan antara Kepemimpinan Kristen dan kepemimpinan lainnya
ialah hakikat, dinamika, serta falsafah yang didasarkan pada Alkitab. Sebagai contoh, premis
utama kepemimpinan Kristen ialah bahwa Allah yang berdaulat oleh kehendak-Nya yang kekal,
telah menetapkan serta memilih setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin. J.
Robert Clinton mengatakan, “Allah memilih bagi dirinya seorang pemimpin, dan Allah
mengembangkan pemimpin tersebut sepanjang kehidupannya.” Itulah sebabnya tatkala
mendefinisikan tentang siapa pemimpin Kristen itu, Clinton menjelaskan:
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang
ditandai oleh:
1. Kapasitas memimpin dan
102 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
2. Tanggung jawab pemberian Allah
UNTUK
3. Memimpin suatu kelompok umat Allah (Gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA (bagi serta) melalui kelompok ini”
Premis utama ini menyinggung hakikat kepemimpinan Kristen – bahwa Allah adalah segala-
galanya bagi kepemimpinan Kristen, dimana Ia-lah yang mengawali, menopang, dan
menghasilkan dalam seluruh proses kepemimpinan. Hal ini senada dengan pernyataan David
Hocking yang mengatakan, “Tanpa bantuan Allah, tidak seorang pun di antara kita dapat
mengharap menjadi apa yang Allah gambarkan sebagai seorang pemimpin rohani.” Melihat
premis di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Kristen adalah “God Centered
Leadership” dengan pemimpin sebagai God centered leader – di mana Allah adalah segala-
galanya bagi pemimpin dan kepemimpinan itu.
Indikator penting bahwa seseorang dipanggil Allah kepada tugas kepemimpinan ialah bahwa ia
memiliki kapasitas lengkap sebagai pemimpin, dan ada tanggungjawab yang diuntukkan
baginya guna menjalankan upaya memimpin. Pada pihak lain kepemimpinan Kristen
meletakkan kedudukan pemimpin Kristen secara proposional, di mana “pemimpin Kristen
adalah pemimpin yang berkarakter tinggi, berpengetahuan komprehensif dan khas lebih, serta
berkecakapan sosial dan teknis yang andal. Pemimpin Kristen seperti ini akan terbukti sebagai
pemimpin dengan ciri-ciri “efektivitas tinggi, efisiensi tinggi, dan hubungan sehat yang tinggi” –
sehingga dapat mewujudkan kinerja optimal dengan produk unggul dalam kepemimpinan yang
diembannya. Ciri-ciri di atas akan selalu terlihat dengan adanya kisi-kisi berikut:
1. Pemimpin mengabdi dengan komitmen yang tinggi kepada Allah, kepada organisasi (gereja)
dan kepada tugas (misi Allah).
2. Pemimpin memiliki dan mempertahankan nilai efektivitas tinggi yang ditandai oleh sifat dan
sikap pemimpin dengan gaya kepemimpinan berikut:
a. Ia adalah pemimpin teladan-bertanggung jawab.
b. Ia adalah pemimpin inspirator-komunikator.
c. Ia adalah pemimpin pemersatu-dengan kerja sama yang tinggi.
d. Ia adalah pemimpin pekerja-motivator ulung.
e. Ia adalah pemimpin berwibawa-otokrator bijak.
f. Ia adalah pemimpin strategos-terfokus yang selalu tepat arah dan pencapaian.
g. Ia adalah pemimpin peduli-terpadu yang memiliki kepedulian tinggi atas kesejahteraan
semua pihak dalam kepemimpinannya.
103 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Ciri khas pemimpin Kristen seperti inilah yang menempatkan kepemimpinan Kristen sebagai
unik, dengan hakikat, dinamika, serta falsafah penuntunnya yang khas. Hal mana akan
mewarnai “leader behavior, leadership style, dan leadership performance” – yang membawa
“summum bonum” (kebaikan tertinggi) bagi diri (sebagai pemimpin), bawahan (orang yang
dipimpin), organisasi dan masyarakat (lingkungan) di mana kepemimpinannya diaktualisasikan
secara optimal. Selamat.
Penjelasan rinci dapat menghubungi DR. Y. Tomatala; email: [email protected]., Website:
www.yakobtomatala.com.
Jakarta, April, 2008
http://yakobtomatala.com/2008/04/02/pemimpin-dalam-kepemimpinan-kristen/comment-
page-1/#comment-16616
MEMBANGUN SIKAP: SEBERAPA
PENTINGNYA RENDAH HATI ITU
“Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka
bumi” (Bilangan 12:3).
PENGANTAR
Menjadi pemimpin yang rendah hati. Apa artinya ini? Bukankah dengan sikap rendah hati ini,
pemimpin kelihatannya lembut, lembek, lamban dan lambat. Lembut, lembek, lamban, lambat
adalah ciri pemimpin yang tidak efektif. Jadi, bagaimana mungkin kepemimpinan menjadi maju
dengan gaya pemimpin yang seperti ini. Sekarang ada baiknya kita melihat tentang contoh
rendah hati menurut Alkitab. Menurut Levi Brackman dan Sam Jaffe tatkala meneliti dan
mengometari mengenai Musa sebagai pemimpin, mereka mengatakan, “… Musa dipersepsikan
oleh orang-orang sebagai congkak. Jadi mengapa Taurat mengatakan bahwa Musa begitu rendah hati?”
Memberikan komentar mereka tentang rendah hati, mereka menyetir Midrashyang menegaskan,
“Dia yang rendah hati, keberhasilan menunggunya.” Memahami apa sesungguhnya rendah hati itu,
Brackman dan Jaffe membedakan antara orang yang angkuh dan orang yang rendah hati.
“Keangkuhan yang sebenarnya adalah rasa terbumbung akan kemampuan dan kepentingan
kita di mata orang lain.” Dan lagi, “Orang yang angkuh memiliki rasa terbumbung karena
104 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
merasa diri penting, … mudah sekali tersinggung dan menyimpan dendam. Mereka senang
mengecilkan orang lain dan memperlihatkan diri lebih baik dari orang lain, namun saat yang
lain melakukan hal yang sama ke dirinya, mereka tersinggung, tersakiti dan menyimpan rasa
pahit dan dendam – ego orang angkuh tak tersembuhkan.” … “orang yang angkuh adalah
egoistis; semua tentang mereka, kemampuan mereka, rasa penting diri mereka; tidak ada
lainnya yang cukup berharga bagi mereka” (2008:58-59). Pada sisi lain, “… kerendahan hati
adalah kemampuan untuk melihat keluar dari diri sendiri” (Ibid). Orang yang rendah hati dapat
terluka bila dihina, tetapi juga dapat cepat sembuh dari rasa terhina. Mereka memaknai
penghinaan bagi dirinya dan mengambil pelajaran untuk menjadi lebih baik. Mereka berupaya
menyelami kemanfaatan penghinaan itu sehingga ada kekuatan yang menghilangkan rasa
terhina. Mereka mengabaikan harga diri mereka, dan menetapkan untuk melakukan hal yang
lebih besar untuk lebih banyak orang.” (Ibid).
Pada sisi lain, Rasul Paulus berbicara tentang rendah hati sebagai “Sikap batin yang dikuasai
keteladanan Yesus Kristus dilandasi pikiran dan perasaan sadar yang mengutamakan dan
memberikan tempat yang layak bagi setiap orang. Sikap batin ini diwujudkan dengan tidak
mempertahankan serta tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mementingkan orang lain
dalam kehidupan, dibuktikan melalui kesediaan dan kerelaan berkorban” (Filipi 2:1-11;
Banding: Matius 11:28-29). Melihat makna rendah hati seperti ini, kini kita bertanya, sejauh
mana “kerendahan hati” ini penting bagi Anda dan saya dalam kepemimpinan?
RENDAH HATI: MEMILIKI KEKUATAN BAGI KETENANGAN JIWA. Rendah hati adalah hakikat
hidup yang merupakan kekuatan ketenangan jiwa (Matius 11:28-29). Jiwa yang tenang adalah
jiwa yang kuat, jiwa yang sehat (Amsal 14:30; 15:13). Rendah hati membuat orang tidak
terombang ambing oleh pikiran, perasaan dan kehendak yang negatif. Pada dasarnya orang
rendah hati dapat tersinggung tetapi kekuatan kerendahan hati akan membebaskannya dari
rasa tersinggung, dan terhina. Sikap rendah hati adalah pilihan bijak yang membuat diri
sembuh dari keterpurukan. Rendah hati adalah kekuatan ampuh yang meneguhkan pemimpin
sejati.
RENDH HATI: KEKUATAN PENGONTROLAN DIRI. Rendah hati juga meneguhkan pengontrolan
diri. Di sini orang yang rendah hati cercegah untuk membalas kejahatan dengan
kejahatan(Amsal 12:16; Matius 7:12). Orang rendah hati tidak gampang tegoda untuk
membalas kejahatan dengan kejahatan, karena di dalam dirinya ada kekuatan mengalahkan
105 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
godaan kejahatan, sehingga ia menikmati kebaikan semata (Matius 7:12). Rendah hati adalah
kualitas hidup pemimpin sejati.
RENDAH HATI: MELAHIRKAN KEANGGUNAN YANG DISUKAI ORANG. Rendah hati
berhubungan dengan baik hati, murah hati (Amsal 11:16-17) yang menjelaskan adanya sikap
bermatabat yang agung dan anggun. Orang rendah hati dengan sendirinya mengembangkan
sikap menyenangkan, karena ia tidak suka merendahkan orang lain. Sikap rendah hati seperti
ini membuat orang rendah hati cenderung menghargai orang lain, sehingga ia akan disukai
banyak orang. Pemimpin yang rendah hati akan menggunakan pikiran, sikap, kata dan
perbuatan anggun, yang meneybabkan ia disukai banyak orang. Rendah hati menjadikan
pemimpin menjadi populer tanpa menganggap diri populer, olehnya ia anggun dalam
pandangan orang lain.
RENDAH HATI: KUALITAS HIDUP AGUNG YANG LANGGENG. Orang yang redah hati disukai
TUHAN (Banding: Amsal 16:5). Orang yang rendah hati “diperkenankan TUHAN” yang olehnya
akan mudah mengasihi dan mengampuni orang lain (Amsal 16:6-7; 19:11), sehingga terciptalah
hubungan sejahtera dan harmonis sejati. Orang rendah hati akan mudah taat akan Firman, dan
merendahkan diri kepada otoritas, berbijak hati, berakal budi yang menjadikan perkataannya
menyenangkan serta membawa berkat (Amsal 16:19-24). Ternyata kerendahan hati membuat
dan menempatkan orang pada tempat yang bermartabat, karena “kerendahan hati
mendahului kehormatan” (Amsal 18:12b).
RENDAH HATI: MENEGUHKAN DAYA TAHAN. Rendah hati yang ditandai kekuatan untuk
“memilih taat kepada Allah” (Filipi 2:5-11) yang olehnya ada daya bertahan terhadap tekanan.
Daya tahan inilah yang merupakan jaminan kemenangan hidup yang sejati, yang tidak dapat
dikalahkan lagi, karena FIRMAN Allah menegaskan: “Kecongkakan mendahului kehancuran dan
tinggi hati mendahului kejatuhan” (Amsal 16:18). Rendah hati meneguhkan untuk bersabar
dan merebut kemenangan, karena “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang
menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota” dan “Orang bijak lebih berwibawa dari
orang kuat” (Amsal 16:32; 21:22; 24:5a).
RENDAH HATI: MEMILIH UNTUK MEMIHAK KEBENARAN. Orang yang rendah hati
diperkenankan TUHAN, karena ia suka akan kebenaran (Amsal 21:2-3; Matius 5:6). Rendah hati
yang dilandasi gairah lapar dan haus akan kebenaran menjelaskan bahwa di dalam diri orang
rendah hati ada kebenaran yang membawa kedamaian sejati bagi dirinya, yang olehnya ia
106 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dapat menjadi alat pendamaian bagi orang lain. Orang rendah hati sajalah yang akan lemah
lembut, yang memungkinkan ia menjadi berkat bagi banyak orang (Matius 5:5).
RENDAH HATI: TERBUKA UNTUK MENERIMA DAN MENGAKUI ORANG LAIN. Orang yang
rendah hati melihat orang lain sebagai berguna, penting dan berkepentingan bagi keberhasilan
dirinya (Filemon 8-11). Orang yang rendah hati bersikap terbuka menerima orang ain. Orang
rendah hati juga juga lebih mudah jujur mengakui kelebihan orang lain, sehingga ia dapat
bekerja dengan lebih banyak orang. Ia dapat bersinergi dengan siapa saja, yang olehnya akan
lebih muda untuk mewujudkan upaya bersama yang membawa keuntungan bagi semua pihak (Filipi
2:1-11).
REFLEKSI
Orang yang rendah hati akan selalu beruntung, karena ada kekuatan berikut:
a. Prinsip Integritas. Rendah hati adalah ciri pemimpin besar yang memiliki kekuatan hati/ roh/
jiwa, sebagai dasar etika dan moral teguh dari pemimpin sejati.
b. Prinsip Tanggungjawab Bertujuan. Rendah hati adalah sikap terbaik pemimpin sejati.
c. Prinsip Kemanfaatan. Rendah hati adalah kuasa pengendalian diri yang meneguhkan daya dan
semangat juang serta daya tahan pemimpin sejati.
d. Prinsip Berlanjutan. Rendah hati adalah tindakan dan gaya kepemimpinan altruis berdampak
positif yang meneguhkan orang lain sepanjang waktu.
Selamat membuktikan diri sebagai pemimpin rendah hati, demi keberhasilan kepemimpinan!!!
Salam dan doa,
Dr. Yakob Tomatala
http://yakobtomatala.com/2010/04/14/membangun-sikap-seberapa-pentingnya-rendah-hati-
itu/comment-page-1/#comment-15191
107 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
INTEGRITAS KERJA DALAM UPAYA
MEMIMPIN YANG MEMBERKATI
“Barang siapa memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin”
(Roma 12:8c).
Pengantar
Menelisik nasihat Jitro kepada Musa dalam Keluaran 18, di dalamnya terdapat elemen
integritas kepemimpinan lengkap yang menyentuh aspek individu, rohani, sosial dan ekonomi
serta kerja atau kinerja dalam kepemimpinan. Integrias kerja secara khusus berhubungan
dengan pembuktian diri bahwa Pemimpin menghidupi dan mempraktekkan integritas dalam
hidup dan kerja yang konsisten. Haruslah ditegaskan bahwa sejatinya dari perspektif Alkitab,
integritas dibangun di atas hubungan dengan TUHAN Allah yang adalah Sumber Kebenaran
(Yeremia 10:10).
Dalam uraian sebelumnya, telah ditegaskan bahwa “integritas dapat disebut sebagai suatu
keadaan atau kualitas kehidupan positif yang dibangun di atas kebenaran, keadilan, ketulusan
dan kejujuran yang telah lengkap atau penuh yang menyentuh segala aspek yang diwujudkan
melalui kualitas etika (inner values) dan ekspresi moral (expression of personality) dari
kehidupan berintegritas (Yesaya 32:1-2; 33:15-16) yang membuktikan adanya kebijaksanaan
(Yesaya 32:8; Ayub 28:28).”[1] Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa apabila seseorang
disebut berintegritas ialah karena ia telah membuktikan bahwa ia hidup di dalam kebenaran di
mana pikiran, sikap, kata dan perbuatannya ditandai oleh kebenaran dalam praktek
kehidupan. Singkatnya, seseorang yang berintegritas itu menunjukkan bahwa “Kebenaran
tentang apa yang dikatakan, akan selalu ditemukan sesuai dengan apa yang dilakukan.”
Lebih singkat lagi, dapat dikatakan bahwa integritas terbukti pada “kata dan perbuatan yang
selalu pas.” Integritas seperti ini hanya akan ada dalam hubungan seseorang dengan TUHAN-
nya yang menjelaskan bahwa ia telah mengalami pembaruan kehidupan (II Korintus 5:17) dan
ia hidup dalam komitmen (janji hati) untuk setia dan taat kepada TUHAN (Ulangan 6:2,13,24;
10:12,20 13:4; 20:1-14). Pembaruan kehidupan seperti ini meneguhkan integritas individu yang
akan nampak dalam kebiasaan benar, baik dan sehat yang dilakukan berlandaskan kebenaran.
108 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Kebiasaan baik benar dan sehat ini dinyatakan melalui etika, moral, etiket dan etos benar
dalam kehidupan keseharian serta kinerja kepemimpinan seorang pemimpin yang olehnya ia
akan diakui sebagai kredibel, karena kata dan perbuatannya yang selalu pas dalam kehidupan
nyata. Pengakuan seperti ini hanya akan ada apabila pemimpin dengan tulus dan konsisten
hidup dalam kata dan praktek yang selaras.
Berdasarkan prinsip ini, kini timbul pertanyaan, bagaimana seorang pemimpin menampakkan
integritas dirinya dalam upaya memimpin atau pekerjaan kepemimpinan yang yang
dilakukannya? Dalam upaya menjawab pertanyaan ini, maka beberapa pokok penting yang
akan dibahas di sini adalah antara lain: 1. Integritas Kerja dan Kuasa Kepemimpinan; 2.
Integritas Kerja dan Tugas Pemimpin; 3. Integritas Kerja dan Upaya memimpin; serta
rangkuman.
I. Integritas Kerja dan Kuasa Kepemimpinan
Apa dan sejauh mana hubungan integritas dan kuasa kepemimpinan. Bagaimana kuasa
kepemimpinan ini diterapkan dalam organisasi, dan sejauh mana hubungannya dengan
integritas yang seharusnya ada pada pemimpin dalam menjalankan upaya memimpin dalam
organisasi yang dipimpinnya. Pertanyaan-pertanyaan ini sesungguhnya merupakan aspek
kuasa yang sangat substantif yang harus dipahami oleh setiap pemimpin. Menjawab upaya dan
mengulas pertanyan-pertanyaan di atas, maka akan ditegaskan beberapa aspek dari hubungan
integritas dan kuasa kepemimpinan dalam organisasi. antara lain: Pertama, Kuasa menjadi
Pemiimpin; serta 2. Kuasa dan Integritas Pemimpin.
Kuasa menjadi Pemimpin
Menjadi pemimpin adalah oproses kepemimpinan yang sangat berhubungan erat dengan
kuasa kepemimpinan. Telah ditegaskan sebelumnya bahwa kuasa kepemimpinan
atau leadership power adalah “kemampuan seutuhnya untuk menyebabkan sesuatu terjadi.”
Pemahaman makna kuasa kepemimpinan seperti ini menyiratkan kebenaran bahwa
sesungguhnya tatakala seseorang menjadi pemimpin, ia memiliki kuasa[2] untuk menyebabkan
sesuatu dan apa saja terjadi dalam kepemimpinannya. Dalam hubungan ini, seseorang yang
memiliki kuasa kepemipinan dalam atau dari suatu organisasi menjelaskan bahwa tatkala ia
dipilih, atau diangkat, diwariskan, mencipta, atau merampas kuasa dengan paksa, maka secara
legal atau “resmi”[3] ia menjadi pemimpin. Kuasa kepemimpinan di sini memiliki fungsi
legitimasi, yang memberikan status dan peran resmi kepada pemimpin. Status dan peran resmi
109 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
inilah yang menjelaskan bahwa seseorang itu adalah Pemimpin dalam suatu organisasi di mana
telah terjadiproses legitimalisasi yang mengukuhkannya. Proses legitimalisasi ini adalah bagian
dari aspek peneguhan menjadi pemimpin secara legal atau resmi yang harus dilihat secara
normatif sebagai bagian dari proses yang akan selalu ada serta terjadi dalam legitimalisasi
kepemimpinan setiap organisasi formal. Sampai pada tahap ini, seseorang terbukti menjadi
Pemimpin secara resmi. Sebagai Pemimin Resmi, tentu ada pengkuan terhadapnya, namun
harus dibedakan adanya pengakuan karena setuju menkudung atau pengakuan karena
terpaksa atau dipaksa mendukung dalam kasus seseorang menjadi Pemimpin melalui proses
kudeta. Pemimpin resmi di sini dengan sendirinya memiliki kuasa menjadi Pemimpin.
Pemimpin yang memiliki kuasa seperti ini dapat menjalankan upaya memimpin dengan
memimpin atau menggerakkan secara terencana dan menyebabkan apa saja terjadi dalam
kepemimpinannya.
Kuasa dan Integritas Pemimpin
Melihat uraian pada bagian di atas, dapat ditegaskan bahwa seseorang menjadi pemimpin
secara resmi adalah karena ia memiliki kuasa kepemimpinan. Memiliki kuasa kepemimpinan di
sini berarti bahwa Pemimpin secara khusus telah memperoleh pengukuhan bahwa ia adalah
Pemimpin secara resmi (dejure) dan faktuil (defakto). Di sini terlihat bahwa sang Pemimpin
menjadi Pemimpin serta memperoleh keresmian bagi dirinya, yang karenanya ia memiliki
posisi (possition) dan peran (role) sebagai Pemimpin resmi. Menjadi Pemimpin dalam
hubungan ini dapat dilihat bahwa sang Pemimpin sebagai Pemimpin Sejati[4] telah
membuktikan bahwa ia memiliki integritas (integritas individu, rohani, sosial, ekonomi dan
kerja) sehingga ia diakui sebagai Pemimpin dengan terwujudnya proses kepemimpinan,
sehingga ia menjadi Pemimpin. Mencermati kenyataan ini adalah merupakan tanggung jawab
Pemimpin untuk hidup secara bertanggung jawab dan dengan konsisten membuktikan diri
sebagai Pemimpin berintegritas. Pengakuan dan tanggung jawab pembuktian diri ini berjalan
seiring, di mana Pemimpin haruslah secara konsisten membuktikan bahwa ia sesungguhnya
“layak menjadi Pemimpin.” [5]Alasan kuat bagi kebenaran ini adalah Pemimpin sejatinya
adalah dia yang memiliki integritas yang telah dan harus dihidupi secara ajeg serta
dipraktekkan dalam hidup pribadi dan kepemimpinannya.
II. Integritas Kerja dan Tugas Pemimpin
Integritas Kerja berhubungan dengan erat dengan Tugas Kepemimpinan. Hubungan ini
haruslah disadari an membiarkannya mewarnai seluruh aspek kehidupan dan kepemimpinan
110 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Pemimpin. Menggarisbawahi kebenaran ini, maka perlulah dipahami bahwa menjadi
Pemimpin berarti seseorang memperoleh dan memiliki kuasa lengkap yang legitimate, di mana
di dalamnya ada “tugas kepemimpinan” yang harus diembannya.
Tugas Pemimpin dalam Kepemimpinan
Telah ditegaskan bahwa menjadi Pemimpin secara resmi berarti seseorang menjadi Pemimpin
yang telah diakui secara resmi pula.[6] Pengakuan ini mangandaikan bahwa Pemimpin memiiki
posisi (jabatan)[7] dan peran (tanggung jawab tugas) sebagai Pemimpin organisasi. Posisi
Tugas Pemimpin ini mengikuti Kuasa Legitimate Kepemimpinan yang ada padanya. Kebenaran
ini menjelaskan bahwa di dalam posisi tugas itu ada tugas (Task) atau
pekerjaan,kewenangan (Authority) atau otoritas, hak istimewa (Privilege) atau
privilese, kewajiban (Obligation) atau obligasi, tanggung jawab (Responsibility)
dan pertanggung jawaban(Accauntability) kepemimpinan organisasi bagi Pemimpin. Keenam
aspek Posisi Tugas Pemimpin ini haruslah “sama dengan” atau equal with satu dengan yang
lainnya. Posisi Tugas ini juga menjelaskan “jenjang otoritas Pemimpin” dalam struktur
organisasi, apakan ia adalah Pemimpin Puncak (Excecutive Leader) atau Pemimpin pada aras
manajerial (Kepala Divisi, Kepala Departemen, Kepada Bagian, dsb). Dengan demikian,
Pemimpin haruslah menyadari sejak dini di mana ia berada, sehingga ia secara sadar dapat
menata bagaimana seharusnya ia bersikap dan bertindak dalam kepemimpinan organisasi di
mana ia menjadi Pemimpin. Dalam kaitan dengan substansi kepemimpinan, tugas pemimpin
dalam kepemimpinan adalah sebagaipemikir (Great Thinker), manajerial (Top Manager)
dan supervisi (Top Supervisor).
Tugas Pemimpin sebagai Pemikir
Tugas Pemimpin sebagai Pemikir di sini adalah “tugas besar” dari Pemimpin di mana ia
berperan sebagai Great Thinker dalam kepemimpinan organisasinya. Di sini Pemimpin
haruslah bersikap sebagai seorang Narasumber, Jenderal, Strategos, Manajer Besar (Puncak
Atas – Top Manager), mau pun Administrator Besar (Puncak Atas – Top Administrator), yang
berpikir benar, baik, luas, besar, dalam, tinggi, piawai, inovatif, kreatif, energetik, proaktif,
asertif, terkendali, efektif, efisien, sehat, lentur, entrepreneurial, produktif, kemungkinan dan
pasti. Kadar berpikir seperti ini menjelaskan tentang kompetensi Pemimpin, yang haruslah
dihidupi, dipraktekkan dan diterapkan secara tetap dan bersinambung dalam menjalankan
upaya memimpin aygn berkualitas. Dalam hubungan ini, Pemimpin haruslah bertanggung
111 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
jawab untuk menggunakan pikirannya guna menghasilkan hal-hal besar yang membawa
kemanfaatan dan keuntungan bagi oraganisasi yang dipimpinnya.
Tugas manajerial dalam Upaya Memimpin
Tugas manajerial Pemimpin dilakukan dengan menjalankan upaya memimpin, di mana tatkala
Pemimpin memimpin, ia memasuki kawasan manajemen dan memanajemeni. Di sini
Pemimpin haruslah piawai dalam menerapkan seluruh aspek dan kerangka menajemen
sewaktu menjalankan kepemimpinannya. Ia harus mengkoordinasi, merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengawasi dengan menerapkan manajemen performansi
tinggi (High Performance Management) berbasis MBO (Management by Objectives) yang
dibangun diatas kerangka Total Quality management (TQM). Pemimpin dalam kaitan ini
haruslah secara sadar dan terencana menerapkan upaya memimpin yang berkualitas berbasis
landasan teori yang kuat. Pemimpin haruslah piawai dan energetik menjalankan upaya
memimpin yagn dirangkum dari perspektif pandangan diri, pendapat orang yang dipimpin dan
tanggapan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) organisasi.
Tugas Supervisi
Pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan sebagai Top Manager, bertanggung jawab untuk
menjalankan roda organisasi secara efektif (berkualitas), dengan pendekatan kuiantitas
(numerik) yang harus diwujudkan secara produktif yang menghasilkan. Tugas Manajer Top ini
dipraktekkan melalui supervisi, guna memastikan bahwa kepemimpinan berjalan sesuai
dengan rencana. Tugas suervisi ini didasarkan atas Perencanaan Strategis Organisasi (jangka
panjang), Perencanaan Program dan Proyek (Perencanaan jangka menengah dan jagnka
pendek) mengimplementasi Perencanaan Strategis dalam waktu dan situasi kepemimpinan di
mana organisasi beroperasi. Tugas supervisi ini harus dijalankan dengan memperhatikan
beberapa tahapan, antara lain: Supervisi On the Spot untuk memberikan arahan, dorong san
dukungan; Supervisi Berkala untuk mengadakan evaluasi tahun berjalan, dan Supervisi Akhir
untuk memasikan bahwa selutuh pekerjaan telah dijalankan dengan benar, baik dan produktif
dalam tahun kerja yang dicanangkan. Ujung dari tugas supervisi adalah memastikan
tersedianya Laporan Pertangung Jawaban Tahunan dan Pertanggung jawaban Lengkap bagi
Organisasi; dan memastikan adanya reward bagi keberhasilan kerja.
Tugas Pemimpin dan Otoritas Kepemimpinan
112 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Penggunaan istilah “otoritas kepemimpinan” atau leadership authority di sini dipahami dan
diberlakukan secara berbeda dibanding dengan penggunaan istilah otoritas atau kewenangan
kepemimpinan yang mengikuti kuasa kepemimpinan lengkap seperti yang telah dijalankan di
atas.
Makna Otoritas Inklusif
Istilah otoritas di sini bermakna besar, kuat dan umum atau inklusif. Hal ini dapat dijelaskan
dengan menunjukkan contoh melalui pernyataan berikut: “Keyakinan Pemimpin bahwa ia
dipanggil TUHAN Allah serta didukung mayoritas Pengikut bagi tugas kepemimpinan,
memberikan otoritas kepemimpinan baginya.” Istilah otoritas di sini lebih berarti kekuatan,
keyakinan, kemampuan, dan keberanian baginya untuk memimpin. Otoritas kepemimpinan di
sini lebih berhubungan dengan “kuasa rohani” atau spiritual power dalam kuasa
kepempimpinan lengkap yang memastikan adanya dukungan kuat bagi Pemimpin untuk
memimpin. Otoritas kepemimpinan di sini akan nampak dalam kewibawaan yang nampak dari
ekspresi dan kebiasaan kepemimpinan sang Pemimpin.
Penggunaan Otoritas
Otoritas yang dimaksudkan di sini sering disalah pahami dan di salah gunakan. Penggunaan
istilah kewenangan bagi otoritas seperti yang digunakan sebelumnya berhubungan degan
tugas kepemimpinan, sedangkan istilah otoritas kepemimpinan di sini lebih cenderung
berhubungan dengan sikap, keyakinan, gaya, perilaku dan cara yagn diberlakukan Pemimpin
dalam menyikapi kuasa kepemimpinan lengkap yang ada padanya. Penyikapan kuasa
kepemimpinan seperti ini selalu terlihat dalam hal Pemimpin menjalankan kepemimpinan
organisasi. Dalam praktek, Pemimpin akan terlihat sebagai pemimpin Bijak atau Arif atau
sebaliknya ia akan terbukti sebagai Pemimpin Arogan, tergantung dari bagaimana ia
menerapkan perilaku serta gaya kepemimpinannya secara aktual.
III. Integritas Kerja dan Upaya Memimpin
Pemimpin berintegritas akan terbukti mampu menyatakan integritas dirinya sebagapai
Pemimpin sejati melalui upaya meimpin yagn berkualitas. Upaya meimpinyagn berkualtias ini
akan terbukti melalui cara pandang tugas dalam hubungandegan dirinya, atasan, bawahan
serta ortganisasi yagn dipimpinnya.
Pemimpin dan dirinya
113 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Pemimpin berintegritas sesuguhnya menyadari bahwa ia tidak bekerja demi orang lain.
Sebagai pemimpin, ia bekerja sebagai Pemimpin adalah demi dirinya.
Pemimpin dan atasannya
Pemimpin berinegritas menyadari bahwa kepemimpinan baginya adalah kesempatan
mengabdi, sehingga tugas yagn diterimanya sebagai Pemimpin adalah merupakan
kepercayaan dari atasannya. Dalam hubungaini, Pemimpin secaraberendah hati menyikapi
tugasnya degan penuh tanggung jawab, karena menyadari bahwa ada tanggung gugat yagn
akan dilaksanakan atasannya atas setiap pelaksanaan tugas ygn dikerjakannya.
Pemimpin dan bawahannya
Pemimpin berintegritas melihat bawahannya sebagai teman sewaris keberhasilan, yagn
menyebabkan ia menghargasi setiap kontribusi mereka
Pemimpin dan organisasinya
Pemimpin berintegritas melihat organisasinya sebagai intrumen dan sekaligus sebagai alat
pembesaran kinerjanya. Cara pandang seperti ini akan menyebabkan Pemimpin meberlakukan
organisasi dengan sikap “membesarkan organisasi, sehingga pada gilirannya oraganisasi akan
membesarkan dirinya.”
Pemimpin dan Pekerjaannya
Rangkuman
[1] Lihat uraian sebelumnya tentang Integritas Intelektual dalam Web ini.
[2] Makna Menjadi Pemimpin di sini melibatkan proses dan sistem kepemipinan, di mana
seseorang menjadi pemipin karena: 1. Dipilih (Democracy – ellection); 2. Diangkat (Merit –
Appointment); 3. Diwariskan (Monarchy - coronation); 4. Diciptakan (Entrepreneurial – self
effort); 4. Dirampas (Forcible action – Coup de tat).
[3] Kuasa Kepemimpinan meliputi: 1. Epert Power;2. Refferent Power; 3. Reward Power; 4.
coersive Power; 5. Legitimate Power; dan 6. Spiritual Power. Secara khusus, legitimate Power
114 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
di sini menjelaskan tentang aspek legal dari menjadi pemimpin. Aspek legal di sini tidaklah
berarti bahwa ada pengakuan penuh karena makna legal di di sini dapat berarti “resmi”
menjadi pemimpin. Resmi menjadi pemimpin adalah proses legitimalisasi seseorang penjadi
Pemimpin suatu organisasi melalui salah satu atau kombinasi dari proses kepemimpinan
seperti yagn telah diungkapkan dalam kutipan terdahulu.
[4] Kebenaran Pemimpin Sejati ini mengandung implikasi bahwa Pemimpin yang mengambil
Kekuasaan secara paksa atau kudeta atau menipu dengan “money pilitics” atau upaya negatif
sejenisnya adalah mereka yang dipertanyakan integritasnya.
[5] Lihat ulasan menganai Integritas Sosial dan Ekonomi yagn telah diuraikan sebelumnya.
[6] Pengakuan Resmi Pemimpin sering dilakukan dengan praktek Prokoler Pelantikan dan
Administratif (Surat Pengkukuhan atau Surat Keputusan – SK).
[7] Posisi atau jabatan di sini harus disikapi sebagai Posisi Tugas yang harus dilakukan degan
penuh tanggung jawab, karena sangat sering disalahpahami dan disalahgunakan oleh
Pemimpin atau disalahpandangi oleh Bawahan.
http://yakobtomatala.com/2014/04/03/integritas-kerja-dalam-upaya-memimpin-yang-
memberkati/
INTEGRITAS EKONOMI DALAM
KEPEMIMPINAN
“….. akar segala kejahatan ialah cinta uang” (I Timotius 6:10a).
Pengantar
Uang adalah alat tukar (medium of exchange) atau alat transaksi yang telah ditemukan
ribuan tahun lamanya. Fungsi uang yang utama adalah sebagai instrumen ekonomi.
Sebagai intrumen ekonomi, uang adalah alat transaksi, di mana dalam proses transaksi
nilai uang (satuan hitung) disamakan atau equal dengan barang dan atau jasa dalam
115 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
setiap transaksi. Sebagai alat tukar atau alat transaksi, uang menyimpan nilai (valuta)
di dalam dirinya sendiri. Jika seseorang yang menghendaki untuk memperoleh sesuatu
berupa barang mau pun jasa, ia dapat menukarkannya dengan sejumlah uang yang
nilainya ditentukan sebagai equal atau sepadan dengan barang atau jasa yang
dikehendakinya. Pada sisi lain, uang juga memiliki fungsi turunan.
Fungsi turunan dari uang antara lain, yaitu: “sebagai alat pembayaran yang sah, alat
pembayaran utang, alat penimbun kekayaan, alat pemindah kekayaan, dan alat
pendorong kegiatan ekonomi, yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Di sini
terlihat bahwa uang memiliki peran ekonomi yang penting dalam hubungan transaksif
ekonomis antar manusia. Namun, mengapa uang disebut sebagai berpengaruh
terhadap kehidupan manusia, dan sejauh mana pengaruh uang dari sisi positif mau
pun sisi negatif dalam kehidupan manusia itu?
Sebagai jawaban awal, dapat dikatakan bahwa uang dalam nilai intrinsik (nilai bahan)
mau pun nilai nominal (nilai tercantum pada mata uang) adalah netral, namun sikap
manusia terhadap uang memiliki kecenderungan-kecenderungan yang dapat menjadi
keberhasilan atau masalah bagi dirinya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan adanya
penegasan dalam Firman, “akar segala kejahatan ialah cinta uang” (I Timotius 6:10).
Kini timbul pertanyaan yang baru, apa hubungan cinta akan uang dan integritas
ekonomi serta sejauh mana hal ini berkaitan dengan kualitas kepemimpinan seorang
pemimpin?
SIKAP TERHADAP UANG DAN KADAR KUALITAS KEPEMIMPINAN
Telah diuraikan sebelumnya bahwa uang dalam nilainya, baik secara intrinsik mau pun
secara nominal adalah netral. Namun sikap terhadap uang akan sangat menentukan
bagaimana memperlakukan uang. Sikap terhadap uang dan perlakuan terhadap uang
sehubungan dengan fungsinya dapat dilihat dalam bagaimana orang memberlakukan
uang. Sikap ini terlihat pada kenyataan, apakah uang dilihat sebagai alat, atau pun
apakah uang disikapi sebagai tujuan.
Orang yang memberlakukan uang sebagai alat akan melihatnya sebagai instrumen
pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan orang yang memberlakukan uang sebagai
tujuan akan cenderung mengejar uang, menimbun, dan memperkaya diri. Di sini
116 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
sangat terlihat bahwa sikap terhadap uanglah yang menggambarkan dan membuktikan
harkat diri seorang pemimpin. Kalau ia memberlakukan uang sebagai tujuan, akan
terlihat bahwa ia akan cenderung mengelola atau memanajemeni uang secara gelap.
Ada indikator kuat bahwa apabila pemimpin melihat uang sebagai tujuan, akan ada
kecenderungan mengejar uang, menimbun uang untuk memperkaya diri dan
konsekwensinya akan merugikan lembaga dan orang lain yang ada di bawah
kepemimpinannya.
Sedangkan apabila Pemimpin melihat uang sebagai alat, maka ia akan
memanajemeninya secara bertanggung jawab dalam mendukung organisasi mencapai
tujuan yang telah dicanangkan bersama. Dalam hubungan inilah, Jitro memberikan
Nasehat kepada Musa sewaktu ia dianjurkan untuk merekrut Pemimpin berintegritas,
dengan mengatakan, “Pilihlah orang yang benci pengejaran suap” (Keluaran 19:21,
Pemimpin yang memiliki integritas ekonomi).
Alasan terpenting dari penegasan TUHAN Allah ini dinyatakan Alkitab yang dengan
tegas yang mengatakan bahwa “suap membuat buta mata orang-orang yang melihat”
(Keluaran 23:8); suap membuat buta mata orang-orang yang bijaksana” (Ulangan
16:19). Setidaknya, sangatlah terlihat bahwa sikap memberlakukan uang sebagai
tujuan menampakkan adanya kebutaan, yang olehnya pemimpin tidak dapat melihat
kebenaran dan keadilan serta kehilangan kebijaksanaan.
Dari sini dapat dikatakan, bahwa apabila Pemimpin itu buta karena uang, maka ia
cenderung egois, dimana akan terlihat bahwa pikiran, sikap, kata serta tindakannya
akan berorientasi kepada “mengejar uang,” matanya berbinar serta silau melihat uang,
dan ia kalap. Semuanya ini menggambarkan sikap Pemimpin yang telah tumpul,
ditumpulkan oleh “cita uang,” dan menjadi “tumpul terhadap kebenaran dan
keadilan.” Alhasil, Pemimpin cenderung tertutup, tidak transparan dan cenderung
mencari cara apa saja untuk mengejar dan menimbun uang. Bagi Pemimpin yang
dibutakan uang, korupsi menjadi santapan empuk, dan sarapan pagi yang lesat. Dari
perspektif integritas, “cita akan uang” yang yang olehnya Pemimpin
memberlakukannya sebagai tujuan menyebabkan ia beretika (sikap batin) dan
bermoral (ekspresi batin) yang cenderung rendah serta negatif.
Di sini sudah dapat diduga bahwa cinta akan uang membuat kualitas Pemimpin sebagai
seorang individu cenderung rendah, karena ia diperhamba oleh uang dan ditaklukkan
117 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
oleh kekayaan. Akibatnya, Pemimpin meruntuhkan dirinya sendiri, dan
menghancurkan kredibilitas dirinya, seperti yang disabdakan TUHAN, “Sungguh,
pemerasan membodohkan orang berhikmat dan suap merusak hati” (Pengkhotbah
7:7). Dan lagi, “Siapa loba akan keuntungan gelap, mengacaukan rumah tangganya,
tetapi siapa membenci suap akan hidup” (Banding: Yesaya 33:15-16).
Nanti terlihat bahwa Pemimpin yang cinta uang – akan mewarnai pikiran, sikap, kata
dan perbuatannya yang tadinya bijak, akan rendah belaka; “kata-katamu yang manis
kau sia-siakan” (Amsal 23:8), karena HATI Pemimpin rusak dan dibutakan oleh cinta
akan uang. Pengkhotbah secara gamblang mengatakan, “Siapa mencintai uang, tidak
akan puas dengan uang dan siapa mencintai kekayaan, tidak akan puas dengan
penghasilannya” (Pengkhotbah 5:10). TUHAN Yesus menegaskan “di mana hartamu
berada, di situ juga hatimu berada” (Matius 6:21). Hm, apa jadinya dengan Pemimpin
yang hatinya seperti ini? Dapat dikatakan bahwa, ini adalah gambaran kualitas
Pemimpin yang rendah, yang cinta uang!!!
SIKAP TERHADAP UANG DAN KINERJA SERTA KEBERHASILAN KEPEMIMPINAN
Dari uraian di atas, terlihat bahwa konsekwensi sikap Pemimpin yang memberlakukan
uang sebagai tujuan adalah bahwa secara pribadi, ia akan buta terhadap kebenaran
dan keadilan. Hal-hal yang telah disinggung di atas sesungguhnya memperlihatkan
kualitas seorang Pemimpin. Kualitas diri pemimpin seperti inilah yang akan
mempengaruhi kinerja kepemimpinannya secara negatif. Kenyataan yang paling
terlihat adalah bahwa apabila Pemimpin cinta akan uang, maka ia dengan sendirinya
akan terpengaruh untuk melakukan tindakan yang bodoh, salah dan keliru.
Sikap seperti ini akan sangat mempengaruhi kinerja dan hasil kepemimpinannya.
Semua sikap dan konsekwensinya ini dapat terjadi karena Pemimpin terbukti tidak
takut akan TUHAN (II Tawarikh 19:7). Sikap pemimpin yang tidak takuat akan TUHAN
mengakibatkan konsekwensi pengaruh terhadap kinerja dan keberhasilan
kepemimpinannya yang dapat dijelaskan dari dua sisi, antara lain yaitu
A. Pemimpin yang cinta uang dan Kinerjanya
118 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Pengaruh sikap Pemimpin yang memberlakukan uang sebagai tujuan akan sangat
terlihat dari pikiran, sikap, katra dan perbuatannya yang memberikan indikasi berikut
ini.
Pemimpin akan terjebak berbuat kebodohan (Pengkhotbah 7:7); ia dengan sendirinya
akan memutarbalikkan kebenaran dan keadilan, ia akan memandang buluh, mengejar
laba, memberontak, bersekongkol dengan pencuri, menerima suap, mengejar sogok,
memungut bunga uang atau mengambil riba dan merugikan sesama (Ulangan 16:19; I
Samuel 8:3; Yesaya 1:23; Yehezkiel 22:12).
Pemimpin seperti ini akan cenderung terjebak pada memutuskan hukum karena suap,
memberi pengajaran karena bayaran dan menenung karena uang (Mikha 3:11).
Pemimpin seperti ini akan cekatan berbuat jahat; dapat disuap dan menyuap, memberi
putusan sekehandaknya, dan memutarbalikkan hukum (Mikha 7:3; Amsal 17:8, 23).
Pemimpin seperti ini akan cenderung berbuat mesum dan gampang menerima suapan
(Mazmur 26:27) dan bersikap munafik (Amsal 17:8).
Pemimpin cenderung menjepit orang benar dan mempersalahkannya (Amos 5:12),
membenarkan orang fasik dan memungkiri hak orang benar (Yesaya 5:23).
Akibat dari semua sikap ini adalah bahwa kebenaran serta keadilan akan muncul
terbalik atau sungsang yang dengan sendirinya akan berakibat negatif. Akibat negatif
ini akan menciderai jatidiri serta integritas Pemimpin dan kinerjanya yang akan
terbukti meresahkan serta merugikan diri sendiri dan orang yang dipimpinnya. Semua
kenyataan ini dapat membuat kinerja kepemimpinan sang Pemimpin menjadi lemah,
menurun bahkan bisa berujung ambruk.
B. Pemimpin yang cinta uang dan keberhasilannya
Menyimak uraian di atas, sudah dapat diramalkan bahwa sikap Pemimpin yang gagal
dalam integritas ekonomi akan membawanya kepada kenyataan berdampak seperi
berikut ini.
Pemimpin yang cinta uang akan gagal secara etika dan moral, karena ia tidak dapat
menjadi teladan atau model hidup yang benar dalam kepemimpinannya sehingga ia
119 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
cenderung merusak akhlak orang-orangnya sendiri (I Samuel 8:3; Banding Ibrani
13:7,17).
Pemimpin yang cinta uang dengan sendirinya akan terjebak, dimana sikap dan kinerja
buruknya akan gampang terbaca (Nehemia 6:12-13). Sikap dan kinerja buruk
Pemimpin yang terbaca seperti ini akan mengoyahkan moral orang-orangnya, sehingga
pasti ada yang terpicu untuk meniru, bersikap masa bodoh mau pun menjadi oposan
yang mengganggu kepemimpinannya, sehingga menjadi morat-marit.
Pemimpin yang cinta uang dinyatakan Firman Allah sebagai “orang fasik” dimana
sudah dipastikan bahwa ia pasti tidak akan berhasil, dan api akan memakan habis
kemah-kemah orang yang menerima atau makan suap (Ayub 15:34). Pemimpin yagn
cinta uang akan disilapkan, sehingga ia tertipu, karena “Hadiah suapan adalah seperti
mestika di mata yang memberinya, ke mana pun juga ia memalingkan muka, ia
beruntung” (Amsal 17:8), yang “disangka lurus, pada hal ujungnya menuju maut”
(Amsal 14:2; 16:25).
Pemimpin yang cinta uang disebut terkutuk, karena ia akan terjebak dan bertindak
kejam dengan “membunuh orang yang tidak bersalah” (Ulangan 27:25)
Pemimpin yang cinta uang dengan sindirinya akan mengacaukan kepemimpinannya. Ia
“tidak tulus dan tidak jujur” serta sedang terjebak karena dirinya sendiri dan pasti tidak
akan berhasil dalam upaya memimpinnya (Bilangan 14; Lihat aya 41-42).
Menyimak uraian ini, dapat ditegaskan bahwa Pemimpin yang memimpin dengan sikap
cinta uang, akan melanggar dan meremukkan kebenaran dan keadilan. Konsekwensi
logis dari sikap ini adalah bahwa Pemimpin menjadi tertipu, ditipu oleh dirinya sendiri.
Wajahnya akan buruk terpuruk. Ia pada sisi lain menyangka bahwa ia sedang berhasil,
pada hal ia sedang membunuh diri, meruntuhkan diri serta kepemimpinannya. Ngeri!!!
KESIMPULAN
Menyimak balik akan uraian tentang integritas ekonomi seorang pemimpin, sangatlah
disadari bahwa TUHAN menghendaki agar setiap pemimpin memimpin dalam
kebenaran dan keadilan sehingga ia dapat mewujudkan keberhasilan dalam
kepemimpinannya. Indikator keberhasilan ini dapat dilihat dalam kenyataan berikut:
120 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Pemimpin menolak cinta uang, dapat membuktikan diri sebagai Pemimpin yang
berbudi luhur, karena ia hidup dalam kebenaran dan keadilan (Yesaya 32:8; Daniel
12:3), sehingga ia sendiri hidup dalam kecukupan dan anugerah TUHAN (Yesaya 33:16-
16; Ulangan 28:1-14).
Pemimpin yang menolak cinta uang, akan terbukti dapat membawa shalom dan
memberkati orang yang dipimpin dalam kepemimpinannya, karena ia memimpin
dalam kebenaran dan keadilan, sehingga ada kedamaian serta sejahtera (Yesaya 32:1-
2,17).
Pemimpin yang menolak cinta uang, akan memimpin dalam kebenaran dan keadilan
yang olehnya ia akan menikmati berkat penyertaan TUHAN dalam kehidupan serta
kepemimpinannya. Penyertaan TUHAN ini adalah jaminan bahwa ia akan terus berhasil
serta berhasil dan beruntung dalam melaksanakan upaya memimpin, yang pada
gilirannya akan membawa berkat dalam seluruh proses kepemimpinannya (Yesaya
33:15-16; Yosua 1:7-9; Lihat Yusuf dalam Kejadian 39:2-3;23).
Melihat kebenaran tentang integritas ekonomi ini, dapatlah dikatakan bahwa setiap
Pemimpin sewajarnya memahami bahwa ia perlu mematutkan sikap terhadap uang
dengan memberlakukannya sebagai alat, bukannya tujuaan. Sikap seperti ini hanya
akan terwujud apabila sang Pemimpin mengandalkan TUHAN dengan hidup dalam
kebenaran dan keadilan, sehingga ia dapat tegak berdiri, berbagi dan memberkati
sesama serta orang yang dipimpin dalam sepanjang kinerja kepemimpinannya.
Kenyataan ini meneguhkan integritas pemimpin dimana ia dimampukan TUHAN Allah
untuk hidup sebagai pemimpin model yang kredibel. Pemimpin yang hidup dalam
integritas ekonomi sesungguhnya menyadari bahwa “cinta akan kebenaran dan
keadilan adalah akar segala kebaikan”(Kebalikan dari I Timotius 6:10; Bandingkan:
Yesaya 32:1-2; 33:15-16), sehigga ia pasti menuai keberhasilan dalam
kepemimpinannya sehingga akan ada kesaksian, “Telah nyata kepadaku bahwa TUHAN
memberkati aku karena engkau” (Kejadian 30:27). Selamat membuktikan diri sebagai
Pemimpin yang memiliki integritas ekonomi.
Jakarta – Solo, 28 Mei 2013
Dr. Yakob Tomatala
http://yakobtomatala.com/2013/05/29/integritas-ekonomi-dalam-kepemimpinan/
121 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
INTEGRITAS SOSIAL: KEHORMATAN
DAN HORMAT DALAM
KEPEMIMPINAN
“Nama baik lebih berharga dari kekayaan besar, dikasihi orang lebih berharga dari
pada perak dan emas” (Amsal 22:1).
Pengantar
Salah satu syarat mutlak yang diberikan oleh Jitro kepada Musa tentang Pemimpin
yang harus direkrutnya ialah bahwa Pemimpin dimaksud haruslah “orang yang dapat
dipercaya” (Keluaran 18:21). Orang yang dapat dipercaya seperti ini disebut oleh Rasul
Paulus sebagai “mempunyai nama baik” (I Timotius 3:7). Persayaratan kepemimpinan
ini sarat dengan muatan moral sosial, yang menjelaskan bahwa “seorang pemimpin,
sejatinya adalah dia yang terhomat karena memiliki kehormatan, dalam kacamata
masyarakat, di mana ia dikenal sebagai orang baik, yang hidup dalam kebenaran.”
Pengakuan seperti ini dengan sendirinya membuat Pemimpin memperoleh
penghormatan. Pengakuan terhadap Pemimpin sebagai “orang baik” menjelaskan
tentang adanya penghormatan tentang oknum dimaksud karena ia telah membuktikan
diri serta telah terbukti sebagai orang yang terkenal baik.
Pembuktikan diri Pemimpin sebagai orang baik, dimana ia terbukti dan diakui sebagai
orang baik merupakan dua sisi dari matauang yang satu. Dua sisi mata uang yang
sama yang menjelaskan adanya pembuktian dan adanya pengakuan ini
memperlihatkan bahwa yang dimaksudkan dengan selembar atau sekeping uang itu,
haruslah memiliki dua sisi yang tidak terpisahkan. Seseorang disebut baik atau dikenal
sebagai baik, ialah apabila ia dapat membuktikan diri dan terbukti “memang baik.”
Kenyataan ini menegaskan bahwa setiap pemimpin yang sejati, memiliki tanggung
jawab untuk membuktikan diri sebagai pemimpin yang baik,sebagai bagian dari
kehormatan dirinya. Pembuktian diri ini merupakan dasar bagi pengakuan dari orang-
orang lain di sekitarnya tentang integritas dirinya dari sisi sosial, sebagai individu yang
122 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dikenal orang “baik.” Mencermati kebenaran ini, maka ada dua hal yang akan
dikembangkan dalam tulisan ini tentang integritas sosial yang menyangkut “hormat
dan kehormatan dalam kepemimpinan,” yaitu antara lain: Pertama, Integritas Sosial
dan Kehormatan; Kedua, Integritas Sosial dan Penghormatan, yang akan diakhiri
dengan suatu rangkuman.
I. INTERGRITAS SOSIAL DAN KEHORMATAN PEMIMPIN
Integritas sosial menjelaskan tentang “Kepenuhan kebenaran[1] yang yang ditandai
dengan kebaikan, keadilan, ketulusan, kejujuran, kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, dan
kepatutan yang mewarnai karakter individu, yang diekspresikan melalui sifat, sikap,
pikiran, kehendak, perasaan, perkataan dan perbuatan yang bernilai positif di dalam
lingkungan sosial atau masyarakat di mana seseorang hidup.” Dalam kaitan ini,
integritas seorang individu baik sebagai pribadi mau pun sebagai pemimpin
menjelaskan tentang “kehidupannya yang meliputi sifat, sikap, pikiran, kehendak,
perasaan, perkataan, dan perbuatan yang dikuasai oleh kebenaran” sehingga bernilai
postif.
Kehidupannya yang bernilai positif ini ditandakannya melalui kebaikan, keadilan,
ketulusan, kejujuran, kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, dan kepatutan yang dihidupi
secara konsisten di tengah masyarakat di mana ia berada. Kehidupan seperti ini
menggambarkan tentang rasa hormat dan kehormatan dirinya yang dinampakkan oleh
pemimpin sebagai seorang pribadi.
Di sini sangatlah terlihat bahwa pemimpin sedang menampakkan adanya kehormatan
dirinya yang anggun, yang menjelaskan tentang adanya nilai-nilai luhur dari
kehidupannya. Nilai-nilai luhur yang dihidupi dalam kata dan praktek yang ajeg ini
adalah alasan kuat, yang olehnya ia di dihormati sebagai Pemimpin Berbudi
luhur (Yesaya 32:8). Kehidupan seperti ini digambarkan oleh Pengkhotbah sebagai
“memiliki nama harum, yang terbukti lebih baik dari pada minyak yang mahal
harganya” (Pengkhotbah 7:1).
Nama baik ini mengandung implikasi kuat akan adanya pembuktian diri Pemimpin yang
menampakkan bukti integritas sosial dalam kehidupannya. Di sini ada pengandaian
bahwa Pemimpin ternyata telah hidup dalam kebenaran dan membuktikan diri hidup di
123 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dalam kebenaran, yang terlihat pada adanya keselarasan antara kata dan
perbuatannya di dalam kehidupan sehari-hari (Roma 2:7).
Dengan menghidupi hidupnya di dalam kebenaran seperti ini, ternyata Pemimpin
sedang mendemonstrasikan kehidupan berkualitas. Melalui penandaan kehidupan
berkualitas ini, pemimpin sedang menandakan sikap hormat dan kehormatan dirinya
(Amsal 3:35).
Pada sisi lain,integritas sosial yang ditandakan dengan kehormatan dan penghormatan
adalah kehormatan sosial yang menjadi “trade mark” atau “branding” dirinya sebagai
Pemimpin berintegritas. Sebagai pemimpin berintegritas, ia sedang menghidupi
kehidupan yang luhur, di mana ia terbukti berbudi luhur, karena ia hidup di
dalam kebenaran (Yesaya 32:8, 1-2) secara konsisten. Pembuktian diri seperti ini
dengan sendirinya menggangkat serta meninggikan derajatnya (Amsal 14:34) sebagai
seorang Pemimpin yang memiliki integritas sosial, sehinga ia patut dihormati (Amsal
21:21; I Timotius 5:17).
INTEGRITAS SOSIAL DAN PENGHORMATAN DALAM KEPEMIMPINAN
Telah diuraikan di atas bahwa hormat dan kehormatan diri seorang pemimpin
berintegritas yang dihidupi secara konsisten merupakan “trade mark” atau “branding”
dari Pemimpin sejati. Hormat dan kehormatan merupakan branding dari pemimpin
sejati yang hidup di dalam kebenaran (Yehezkiel 18:5,9). Di sini sangatlah terlihat
bahwa apabila Pemimpin dihormati, hal ini dikarenakan alasan mendasar, yaitu bahwa
ia secara konsisten membuktikan diri sebagai pemimpin yang hidup di dalam
kebenaran. Pemimpinn yang hidup di dalam kebenaran adalah Pemimpin berintegritas.
Pemimpin yang hidup di dalam kebenaran akan teguh dimana ia akan terbukti secara
konsisten mempertahankan integritas dirinya. Dari sisi lain, Pemimpin yang hidup di
dalam kebenaran sedang membuktikan bahwa ia penuh hormat atas dirinya dimana ia
hidup dengan mengekspresikan integritasnya secara ajeg. Pengekspresian integritas
secara ajeg seperti ini akan berimbas kepada pengakuan orang terhadap dirinya.
Pengakuan ini adalah penghormatan orang lain kepada Pemimpin. Dengan adanya
pengakuan seperti ini, pemimpin sedang diakui sebagai Pemimpin yang berintegritas,
124 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
karena ia terbukti hidup di dalam kebenaran. Pembuktian integritas diri seperti ini pada
gilirannya akan memperoleh “nama baik” sebagai pengakuan dan penghormatan
orang di sekiranya terhadap dirinya (I Timotius 3:7). Kepentingan dari integritas
sosial dan penghormatan terhadap pemimpin memberikan kredensi kepadanya, yang
meneguhkan otoritas kepemimpinannya. Peneguhan otoritas kepemimpinan seperti
ini memberikan keberanian kepada pemimpin untuk memimpin, karena ia mengetahui
bahwa dengan penghormatan yang diberikan kepadanya ada dukungan bagi
pelaksanaan upaya memimpinnya secara penuh. Implikasi dari integritas sosial yang
berimbas kepada penghormatan yagn diterima pemimpin antara lain adalah:
Pemimpin yang memperoleh kehormatan dan penghormatan adalah merupakan
ganjaran atau reward dari integritas sosial yang telah dihidupi serta dibuktikan dalam
sepanjang kehidupannya (Amsal 22:4).
Pemimpin yang memperoleh penghormatan adalah karena ia telah membuktikan
bahwa oleh integritas diri yang dihidupnya, orang yang dipimpinnya merasakan akan
adanya imbasan berkat kepemipinannya atas mereka (Ibrani 5:4; I Tesalonika 5:12-
13).
Pemimpin yang memperoleh penghormatan di sini adalah merupakan bukti dan
pembuktian bahwa Sang Pemimpin telah membayar harga kepemimpinan, dengan
menempatkan setiap orang secara pas dalam hubungan-hubungan kepemimpinan
yang diwujudkan melalui sikap hormat dalam sepanjang upaya memimpin yang
dilakoninya.
IMPLIKASI KEPEMIMPINAN
Pemimpin yang memperoleh kehormatan serta penghormatan adalah dia yang telah
membuktikan diri sebagai Pemimpin yang berbudi luhur, yang secara konsisten
membuktikan bahwa ia hidup di dalam kebenaran yang terbukti melalui perkataan dan
praktek kehidupannya yang selaras. Dari sinilah sang Pemimpin menuai kebenaran
dariKaidah Emas TUHAN Yesus yang menegaskan, “Segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka” (Matius 7:12). Tegasnya, Pemimpin dihormati dan memperoleh kehormatan,
karena ia menghormati sesama secara tulus dalam kata dan praktik.
125 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Pemimpin yang memperoleh kehormatan dan penghormatan adalah dia yang
memperoleh imbasan pengakuan atas tindakannya yang berhikmat, dengan
memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya secara terhormat dan penuh
penghargaan. Kebenaran ini menegaskan bahwa sang Pemimpin dengan sikap dan
cara terhormat seperti ini membuktikan bahwa ia dapat mencipta sinergi, yang
menjamin keberhasilan kepemimpinannya dengan menghargakan setiap orang yang
dipimpinnya. Pemimpin yang menghargai dan menghargakan kapasitas orang-
orangnya, dan menghargai cara kerja mereka serta kontribusi mereka adalah
pemimpin yang pasti akan menuai keberhasilan dalam kepemimpinannya. Alasan kuat
bagi kebenaran ini ialah karena penghormatan yang diberikan pemimpin maka orang-
orang yang dipimpinnya memperoleh “pengakuan yang meneguhkan harga diri dan
kemauan baik mereka untuk mengabdi serta berjuang bersama” meneguhkan kinerja
organisasi. Di sini dapatlah ditegaskan bahwa Pemimpin yang menghormati dan
dihormati akan menjamin keberhasilan upaya memimpin yang diembannya, karena ia
akan memperoleh dukungan yang penuh dari setiap komponen manusia dalam
kepemimpinannya. Selamat membuktikan integritas sosial dengan kehormatan dan
penghormatan yang menjamin keberhasilan kepemimpinan.
Salam dan doa,
Dr. Yakob Tomatala
[1] Dalam PL, istilah Kebenaran (Tsdaqah – sted_aw_kaw) berarti: Rigthness
(Abtractly); Rectitude (Subjectively); Justice (Objectively); Virtue (Morally) dan
Prosperity (Figuratively). Dalam PB, Kebenaran (Aletheia) berarti: Truth, True, Verity.
Kebenaran juga berarti “in accord with fact” (Yohanes 18:37-38; 19:35). Sumber: e-
Sword Bible Commentary and Dictionary.
http://yakobtomatala.com/2013/04/19/integritas-sosial-kehormatan-dan-hormat-
dalam-kepemimpinan/
126 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
INTEGRITAS INTELEKTUAL MEMBANGUN KEPEMIMPINAN
BERKUALITAS
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang
adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 4:8; banding
Yehezkiel 18:5).
PENGANTAR
Telah diuraikan sebelumnya[1] bahwa istilah integritas yang digunakan selama ini
berasal dari kata “integrity” (Latin integritas < integer) yang berarti „tidak tersentuh‟
(untouched), atau „menyeluruh‟ (whole) atau keseluruhan (entire).
[2] Dari pemahaman ini dapat dikatakan bahwa integritas dapat disebut sebagai “suatu
keadaan atau kualitas kehidupan positif yang dibangun di atas kebenaran, keadilan,
ketulusan dan kejujuran yang telah lengkap atau penuh yang menyentuh segala aspek
yang diwujudkan melalui kualitas etika (inner values) dan ekspresi moral (expression of
personality) dari kehidupan berintegritas (Yesaya 32:1-2; 33:15-16) yang membuktikan
adanya kebijaksanaan (Yesaya 32:8; Ayub 28:28).[3]
Dari uraian di depan, integritas dari sisi lain, dapat dimaknai sebagai “Kepenuhan
kebenaran[4]yang yang ditandai dengan kebaikan, keadilan, ketulusan, kejujuran,
kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, dan kepatutan yang mewarnai karakter individu, yang
diekspresikan melalui sifat, sikap, pikiran, kehendak, perasaan, perkataan dan
perbuatan yang bernilai positif (Yehezkiel 18:5).”
Secara spesifik, apabila yang dirujuk adalah integritas intelektual, maka yang
dimaksudkan ialah “kepenuhan kebenaran yang menguasai substansi, hakikat dan
eksistensi pikiran (kognitif), yang memperlihatkan nilai, isi dan ekspresi berpikir yang
positif, serta proaktif yang menandakan adanya hal benar, baik, mulia, adil, suci,
manis, sedap didengar, kebajikan dan yang patut dipuji.” Dari pemahaman ini, dapat
dikatakan bahwa integritas intelektual atau integritas kognitif menjelaskankan tentang
127 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
substansi dan tatanan pikiran yang benar yang merupakan landasan untuk berpikir
benar yang menghasilkan hal-hal benar dengan dampak besar dari kegiatan berpikir,
yang menggambarkan keseluruhan integritas intelektual. Berdasarkan uraian seputar
integritas berpikir dimaksud, maka pokok-pokok yang akan dikembangkan di sini
antara lain ialah: Pertama, Substansi, esensi dan eksistensi integritas
intelektual; Kedua, Aspek-aspek integritas intelektual; Ketiga, Implikasi Integritas
Intelektual bagi kepemimpinan berkualitas; yang diakhiri dengan suatu rangkuman.
I. SUBSTANSI, ESENSI DAN EKSISTENSI INTEGRITAS INTELEKTUAL
Substansi integritas intelektual menyentuh esensi dan eksistensi keseluruhan tatanan
pikiran, yang meliputi isi, sifat khas dan dinamika pikiran. Dalam hubungan ini,
substansi integritas memperlihatkan keseluruhan tatanan pikiran yang menjelaskan
tentang isi pikiran yang dikuasai oleh kebenaran. Sifat khas pikiran pada sisi lain
memperlihatkan nilai-nilai etika dan moral benar dari pikiran yang dibangun di atas
kebenaran. Sedangkan dinamika pikiran ditandai aktivitas serta
tindakan berpikir benar yang menjelaskan adanya kekuatan kebenaran dan gerakan
kebenaran yang terpancar dari pikiran berintegritas, yang menyentuh aspek lain dari
diri, orang lain, serta segala sesuatu di sekitar pemimpin.
A. Integritas Intelektual dan Isi Pikiran
Isi pikiran menjelaskan tentang apa yang ada di dalam pikiran serta kompleksias
pengaruh yang mewarnainya. Indikator dari isi pikiran berkualitas ialah adanya
kekuatan keluhuran yang mempengaruhi sifat, sikap, kehendak, perasaan, kata dan
tindakan (Yesaya 32:8; Lukas 6:45).
B. Integritas Intelektual dan sifat khas pikiran
Sifat khas pikiran menjelaskan tentang kadar dan tingkat kekuatan pengaruh yang
memberi warna kepada isi pikiran. Sifat khas pikiran ini memiliki kekuatan
mempengaruhi yang dahsyat, sehingga mempengaruhi banyak orang secara positif
(Amsal 10:20-21; Kisah Para Rasul 10:35).
128 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
C. Integritas Intelektual dan dinamika pikiran
Dinamika pikiran menunjuk kepada kekuatan yang menggerakkan yang berada di
dalam dan mendorong gerakan ke luar yang ditandai melalui kehendak, perasaan, kata
dan perbuatan bermartabat, yang diindikasikan dengan adanya “kebenaran dan
sejahtera” yang membebaskanserta memerdekakan (Yesaya 32:1-2, 8,17; Yohanes
8:32).
II. ASPEK-ASPEK INTEGRITAS INTELEKTUAL
Aspek-aspek integritas intelektual menyentuh faktor autentisitas, nilai dan kekuatan
yang menunjuk kepada kelebihan-kelebihan khas yang ada padanya. Kelebihan khas
ini membuktikan bahwa autentisitas akan melahirkan hal-hal besar tidak terkalahkan,
berbasis nilai agung yang tidak lekang oleh waktu dengan kekuatan yang
menyebabkan kepemimpinan menjadi langgeng.
A. Autentisitas Integritas Intelektual
Autentisitas Integritas Intelektual menunjuk kepada sumber integritas, yaitu TUHAN
Allah, yang menjelaskan tentang adanya “keaslian intelektual.” Keaslian ini
menegaskan tentang kekuatan mencipta dari tiada kepada ada, sebagai landasan
mewujudkan kenyataan apa pun. Kekuatan ini menolak nyang tidak asli, menolak
kepura-puraan, menolak kemunafikan serta ketidakjujuran akademik (Yesaya 33:;15-
16; II Korintus 9:9; Galatia 2:5; Efesus 4:15).
B. Nilai-nilai Integritas Intelektual
Nilai Integritas Intelektual mengandung kekuatan agung yang membawa dan
mengimpartasi keagungan dan keanggunan yang menggerakkan kebiasaan benar, baik
dan sehat (Efesus 5:9; 6:14).
C. Kekuatan Integritas Intelektual
Kekuatan Integritas Intelektual terletak pada perannya yang mengantarai hati dengan
perasaan, kehendak, kata dan perbuatan luhur (Lukas 6:45).
129 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
III. IMPLIKASI INTEGRITAS INTELEKTUAL BAGI KEPEMIMPINAN
BERKUALITAS
Integritas intelektual memberikan kepada Pemimpin kekuatan khas untuk memimpin
dan berhasil dalam kepemimpinannya (Mazmur 9:8; 17:15). Integritas intelektual ini
menjelaskan bahwa oleh bimbingan “Sang Kebenaran (Yohanes 14:6),” Pemimpin
memimpin dengan penuh berkat (Mazmur 25:10; 26:3; 37:6; 40:11; 45:6; 86:11;
99:4).
A. Integritas Intelektual dan Berpikir Benar sebagai Pemimpin
Integritas pikiran merupakan landasan dan kekuatan bagi Pemimpin untuk berpikir
benar. Berpikir benar di sini mengandaikan adanya “kualitas berpikir” yang
menjelaskan tentang kadarefektivitas pikiran Pemimpin. Efektivitas pikiran Pemimpin
ini nampak pada kualitas berpikiryang menghasilkan upaya memimpin (manajemen)
dan pencapaian keberhasilan performa (sukses) berbasis keadilan dan kebenaran,
yang membawa kebaikan kepada semua komponen organisasi (II Samuel 8:15; I
Tawarikh 18:14).
B. Integritas Intelektual dan Berpikir Baik sebagai Pemimpin
Integritas Intelektual akan mendominasi kekuatan berpikir pemimpin yang olehnya ada
kegiatan berpikir dan hasil berpikir yang efisien. Kekuatan dan hasil berpikir yang
efisien menjelaskan tentang kemampuan pemimpin untuk menggunakan pikirannya
untuk merekayasa instrumen pelakasanakan kerja yang berkualitas (administering
operating core). Dari sudut pandang lain, berpikir baik menunjuk kepada adanya
keberanian (kemandirian dengan jiwa enterpreneurial) untuk berpikir melampaui
kenyataan konkrit, melewati batas-batas dan tembok-tembok ego yang sempit.
Kemandirian berpikir ini adalah kekuatan istimewa yang meneguhkan Pemimpin
sehingga ia mampu mencipta dan merengkuh peluang dan mengatasi tantangan yang
pada gilirannya membawa kepada tindakan kerja yang produktif yang berujung kepada
peninggian dan sukses (Amsal 14:34; Yesaya 58:8-12).
130 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
C. Integritas Intelektual dan Berpikir Sehat sebagai Pemimpin
Berpikir sehat merupakan indikator kuat adanya integritas intelektual dalam diri
pemimpin. Berpikir sehat menghubungkan pikiran pemimpin dengan dirinya, orang lain
serta semua faktor yang terdapat dalam kepemimpinannya (Ibrani 13:7, 17). Integritas
intelektual memberikan kekuatan kepada pemimpin, sehingga ia dapat “memimpin
dengan kuasa” yang meneguhkan (Amsal 16:12) dan memberkati (Amsal 1:3; 2:9;
8:7, 20; 10:2; 11:4, 6, 18, 1912:17, 19, 28; I Timotius 6:5). Indikator kuat bagi
kebenaran hubungan integritas intelektual dan berpikir sehat ini adalah adanya
hubungan harmonis responsif yang nampak pada sinergi dan gerakan kerja yang
simultan terpadu, menuju pencapaian kerja yang menghasilkan dalam kepemimpinan
yang diemban.
RANGKUMAN
Dalam mengungkapkan tentang integritas intelektual, perlulah dipahami bahwa
kebenaran seputar integritas intelektual ini menyentuh semua aspek. Landasan bagi
integritas intelektual adalah TUHAN Allah yang adalah Sumber Kebenaran (I Samuel
7:28; Yohanes 14:6; Ayub 37:23; Mazmur 111:7,8; 119:160; Yesaya 5:7, 16; 9:7;
33:545:23). Kekuatan kebenaran yang bersumber dari TUHAN Allah ini meneguhkan
integritas intelektual yang berfungsi melakonkan peran sebagai jembatan
perantara bagi sifat, sikap, kehendak, perasaan, kata serta perbuatan pemimpin.
Pada sisi lain, integritas intelektual ini melingkupi isi, sifat khas dan dinamika pikiran,
yang menjadi dasar bagi autentisitas, nilai serta kekuatan berpikir. Dalam hubungan
ini, integritas intelektual memberikan penguatan bagi pemimpin untuk berpikir benar,
baik dan sehat, sehingga ia mewujudkan kekuatan positif proaktif dari dirinya (Yesaya
62:2; Yeremia 4:2). Penguatan ini adalah dinamika integritas intelektual yang
memberikan kualitas khas bagi pemimpin yang meneguhkannya dengan integritas
pribadi mendukung kompetensi dirinya untuk melaksanakan upaya memimpin dengan
hasil kerja yang gemilang, yang ditandai sukses dalam upaya memimpin yang
dijalankannya.
Pada sisi yang lain, integritas intelektual ini pada akhirnya berujung kepada lahirnya
“pikiran, kehendak, perasaan dan tindakan berkualitas” yang agung dan anggun yang
membawa Pemimpin kepada keberhasilan kepemimpinannya. Namun hal terpenting
131 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
yang terlihat di sini ialah bahwa integritas intelektual ini menguatkan Pemimpin yang
olehnya ia sepenuhnya menyadari bahwa “keberhasilan itu datangnya dari TUHAN
Allah” (Mazmur 126:1-5; 127:1-2; 133:1-3). Di sini integritas intelektual yang
membawa sukses ini ternyata merupakan kekuatan yang melindungi Pemimpin
sehingga ia tidak terjebak kepada keangkuhan (Lukas 17:10). Alasan kuat dari
kekuatan integritas intelektual yang menguatkan ini ialah bahwa Pemimpin dengan
penuh kesadaran mengabdi dengan komitmen serta dedikasi yang tinggi didukung
sikap tanpa pamrih dan upaya memimpin yang berkualitas, sehingga membawa sukses
yang menguntungkan semua komponen organisasi yang dimpinnya (Roma 12:8),
sehingga TUHAN Allah dipermuliakan (Roma 11:36). Selamat!!!
Jakarta, 22 Maret 2013
Dr. Yakob Tomatala
[1] Lihat uraian terdahulu dari Penulis dalam Website: www.yakobtomatala.com.
[2] Sumber: Webster New Universal Dictionary of The English Language. Webster
International Press, New York 1976. Integrity: 1. “The quality or state of being
complete; wholeness; entireness; unbrocken state.” 2. “The entire, unimpaired state or
quality of anything; perfect condition; soundness.” 3. “The quality or state of being
sound moral principle; uprightness; honesty and sincerity”
[3] Penjelasan makna integritas ini dapat dilihat dalam Buletin Integritas STT Jaffray
jakarta, Edisi Februari – Maret; dan April – Juni, 2012.
[4] Dalam PL, istilah Kebenaran (Tsdaqah – sted_aw_kaw) berarti: Rigthness
(Abtractly); Rectitude (Subjectively); Justice (Objectively); Virtue (Morally) dan
Prosperity (Figuratively). Dalam PB, Kebenaran (Aletheia) berarti: Truth, True, Verity.
Kebenaran juga berarti “in accord with fact” (Yohanes 18:37-38; 19:35). Sumber: e-
Sword Bible Commentary and Dictionary.
132 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
http://yakobtomatala.com/2013/03/23/integritas-intelektual-
membangun-kepemimpinan-berkualitas/
CONTOH KURIKULUM Master of Christian Leadership (M.C.L)
YT GRADUATE SCHOOL OF LEADERSHIP
Kurikulum:
Master of Christian Leadership (M.C.L)
Pendahuluan
Program Riset YT Graduate School of Leadership (YTGSL) merupakan suatu upaya
untuk menjawab tuntutan kebutuhan dan tantangan perubahan global dalam segala
bidang kehidupan. Meresponi kondisi ini, Program Eksekutif Profesional Pascasarjana
Kepemimpinan –Master of Chrisitian Leadership (MCL) dirancang untuk menopang
Gereja-gereja melengkapi para pemimpin, dan atau calon pemimpin dari semua aras
serta berbagai kategori dalam pelayanan Kristen. Program MCL ini dikhususkan untuk
antara lain; pemimpin organisasi gereja, organisasi sosial, kelompok karya, dan
pelayanan umum lainnya termasuk kaum awam, kelompok pebisnis serta kaum
professional. Program ini bertujuan untuk menopang serta mengembangkan para
pemimpin dan atau calon pemimpin dimaksud untuk menjadi pemimpin Kristen yang
kompeten, yang dapat memikul tanggung jawab kepemimpinan dan memimpin secara
berkualitas pada skala lokal, regional, nasional, dan internasional.
Visi
“Program Eksekutif MCL diadakan untuk memuliakan Allah (Roma 11:36) dengan
melengkapi para pelayan TUHAN yaitu pemimpin dan calon pemimpin Kristen untuk
menjadi pemimpin yang KOMPETEN yang dapat melaksanakan upaya memimpin
secara BERKUALITAS, dalam segala aras dan bidang kehidupan.”
133 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Misi
“Program Eksekutif MCL mengemban tanggung jawab melengkapi peserta didik
(Mahasiswa/ i) menjadi PEMIMPIN KOMPETEN berorientasi kepada kualitas dengan
semangat entrepreneur tinggi (Quality Leader with Entrepreneurial Spirit), melalui:
Proses pembelajaran akademik standar, dan
Proses pembelajaran terbuka yang fleksibel dari aspek akademis, praktis dan
professional, serta
Proses apprenticeship (pemagangan);
untuk mengembangkan pemimpin entrepreneur yang mandiri dan tangguh yang andal
menjalankan tanggung jawab kepemimpinan menggapai sukses.”
Fokus
“Quality Leader with Excellent Spirit.”
Motto
“Be the Leader with Excellent Spirit and Soul” – “BLESS”
PROFIL
Program Eksekutif dirancang sedemikian rupa untuk menyiapkan peluang belajar
dengan fleksibilitas tinggi bagi semua peserta didik (Mahasiswa/i). Program ini
dibangun sebagai suatu paket pembelajaran yang menyentuh aspek-aspek:
Spiritual, sebagai landasan bagi etika moral Kristen yang teguh (integritas tinggi);
Kognitivitas, sebagai landasan membangun pengetahuan yang komprehensif dan
khas lebih (kapasitas tinggi);
Afektivitas, sebagai dinamika penghayatan, membangun nilai-nilai Kristen yang kuat
(nilai tinggi); serta
Psikomotoris, sebagai landasan membangun ketrampilan dan kecakapan memimpin
dari sisi sosial (sociability) dan teknis (managerial) yang tinggi (kapabilitas tinggi) –
sehingga menjadi PEMIMPIN KOMPETEN yang dapat memimpin dengan benar
134 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
(efektif), baik (efisien) serta sehat (hubungan-hubungan responsif) optimal yang
meneguhkan untuk berhasil.
PROFIL MAHASISWA
Program Eksekutif menerima semua calon mahasiswa dan mahasiswi, tanpa
membedakan latar belakang suku, bangsa, dan bahasa serta tingkat sosial yang
beragam, serta gender, yang datang dari semua gereja di tanah air, mau pun dari luar
negeri, dengan syarat berikut:
1. Syarat Umum.
Berijazah Sarjana Teologi (B.Th/ S.Th. S.Si) dari Sekolah Teologi
Berijazah Sarjana Umum dari berbagai disiplin Ilmu.
2. Syarat Khusus
Meminta dan mengisi Formulir Mahasiswa Baru. Permintaan formulir dapat dilakukan
melalui email: [email protected]. Formulir Pendaftaran akan dikirim setelah
kantor YTGSL menerima tanda bukti (scan) pembayaran atau transfer bank melalui
email dan bukti pengecekan di Bank kami.
DATA PELENGKAP (Dikirim per pos ke alamat: Dr. Yakob Tomatala., Jl. Jatinegara
Timur II No 35 jakarta Timur 13350)
Menyertakan dua Salinan atau Fotocopy Ijazah yang telah dilegalisir.
Menyertakan Transkrip Akademik yang telah dilegalisir.
Menyertakan dua Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku.
Menyertakan Keterangan keanggotaan Gereja yang baru.
Menyertakan tiga helai foto berukuran 3×2 yang baru
Pemberitahuan penerimaan sebagai mahasiswa akan dilakukan melalui email.
3. Syarat tamat
Menyelesaikan total: 42 SKS sesuai kurikulum yang terdiri dari:
135 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
36 SKS Studi Kepemimpinan Mandiri
6 SKS Proyek Kepemimpinan (tullisan Ilmiah)
Kurikulum
1. MATA KULIAH MATRIKULASI – MKM [Jumlah: 10 SKS]
Kristologi – Soteriologi [2 SKS]
Teologi Misi [2 SKS]
Antropologi Terapan [2 SKS]
Logika [2 SKS]
Pengantar Hermeneutika [2 SKS]
(Matakuliah Matrikulasi ini adalah bagi Mahasiswa dengan latar belakang Sarjana
Umum dan Mahasiswa dengan latar belakang Sarjana Teologi yang belum mengambil
matakuliah-matakuliah dimaksud)
2. MATA KULIAH KEILMUAN KETERAMPILAN – MKKK [Jumlah: 10 SKS]
Pengantar Kepemimpinan [2 SKS]
Teori Kepemimpinan I [2 SKS]
Teori Pengembangan Kepemimpinan [2 SKS]
Manajemen Perencanaan Strategis [2 SKS]
Manajemen Manajemen Dasar dan Manajemen Kualitas Total [2 SKS]
3. MATA KULIAH KEAHLIAN BERKARYA – MKKB [Jumlah: 16 SKS]
Kepemimpinan Kristen/ Kepemimpinan Rohani [2 SKS]
Manajemen Pengembangan Kompetensi Pemimpin Kristen I [2 SKS]
Manajemen Pengembangan Organisasi Gereja [2 SKS]
Manajemen Pengembangan Sikap Entrepreneur Kristen [2 SKS]
136 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
4. MATAKULIAH PERILAKU BERKARYA – MPB [Jumlah: 6 SKS]
Manajemen Visi Kepemimpinan Kristen [2 SKS]
Manajemen Perubahan [2 SKS]
Manajemen Strategi-Taktik Memimpin [2 SKS]
5. MATA KULIAH KEHIDUPAN BERMASYARAKAT – MKB [Jumlah: 4 SKS]
Manajemen Konflik Organisasi Gereja[2 SKS]
Etos Kepemimpinan Yesus Kristus/ Memimpin Seperti Yesus Kristus [2 SKS]
6. Proyek Kepemimpinan [6 SKS]
TOTAL : 42 SKS
MATAKULIAH PILIHAN:
Mahasiswa dapat merancang program studinya dengan memilih matakuliah pilihan
(masing masing berbobot 2 sks) sebagai pengganti matakuliah MKKB, MPB atau MKB.
Rancangan program studi ini dituliskan dalam Kartu Rencana Studi (KRS).
1. Teori Kepemimpinan II
2. Manajemen Performansi Tinggi
3. Manajemen Administrasi Kesekretariatan Gereja
4. Manajemen SDM Psikogeometrik
5. Manajemen Pengembangan Karir
6. Manajemen Pengembangan SDM Profesor J. Robert Clinton
7. Manajemen Pertumbuhan Gereja
8. Kepemimpinan Perempuan
9. Kepemimpinan Kristen dan Tren Global
10. Kepemimpinan dan Manajemen Keluarga
137 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
11. Etika Kepemimpinan
12. Pembelajaran Konstruksivisme
13. Konseling dalam Kepemimpinan
14. Sejarah Gereja dan Misi Dunia
15. Kepemimpinan Transformasional Holistik
16. Kepemimpinan Hamba – Servant Leadership
17. Manajemen Tim Kepemimpinan
18. Gembala dan Pengembangan SDM Pemimpin Kristen
PROSES BELAJAR
1. Setelah calon Mahasiswa atau Mahasiswi diterima sebagai Mahasiswa Program
Eksekutif MCL, maka setiap Mahasiswa harus mengisi Kartu Rencana Studi (KRS)
untuk belajar pada setiap sesi ajaran/ seri belajar yang dikirim per email.
2. Jumlah SKS (Satuan Kredit Semester) untuk Program Master of Christian
Leadership adalah 42 SKS (tidak terhitung SKS Matakuliah Matrikulasi).
3. Mahasiswa diwajibkan mengambil matakuliah Desain Riset yang akan
dijadwalkan pada hari Sabtu dalam bulan Juni-Juli setiap tahun ajaran. Tiap Mahasiswa
hanya belajar pada satu hari Sabtu (hanya 1x) bagi setiap kelas sebagai persiapan
untuk menulis suatu Proyek Kepemimpinan (Tulisan Ilmiah) yang akan diterapkan
dalam kepemimpinan.
4. Sistem belajar Program Eksekutif dilakukan dengan studi mandiri. Bentuk belajar
Mandiri dilakukan dengan memperoleh bahan-bahan berupa: Buku, CD, Modul,
dilengkapi dengan silabus sebagai penuntun belajar. Bahan pelajaran akan dikirim
setelah ada bukti pembayaran dari Mahasiswa ke Bank kami.
5. Yudisium dan Wisuda dilakukan secara inabsensia.
6. Setiap Mahasiswa diizinkan mengambil maksimal 12 SKS per satu sesi ajaran
atau seri belajar.
138 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Profil Pembina
Pdt. Dr. Yakob Tomatala, D.Miss (Pendiri IFTK Jaffray dan Pembina YTGSL)
DIREKTUR PROGRAM
Pdt. Dr. Yakob Tomatala, D.Miss
ADMINISTRATOR
Gilbert P.I. Tomatala, S.K.K
Yahya Malailak, S.Th
DOSEN-DOSEN
Dr. Yakob Tomatala, D.Miss.
Dr. G. Marso Daniel, D.Th.
Dr. Paskalinus Busthan, D.Th.
Dr. Magdalena Tomatala, Ph.D.
Dr. Ijus Rusman, D.Th.
Dr. Isak Suria, D.Th.
Welly Octavianus Mawa, M.Th
Biaya Pendidikan
1. Uang Formulir Mahasiswa baru Rp. 250.000,00 (1X)
2. Uang Pendaftaran Mahasiswa Baru Rp 500.000,00 (1x)
3. Biaya Penyelenggaraan Pendidikan per sesi belajar Rp 800.000,00 (setiap sesi)
4. Biaya Perkuliahan per SKS Rp 100.000,00 (per satu SKS dari setiap matakuliah)
5. Biaya Bahan Pelajaran (buku, modul,CD) diatur sesuai harga yang berkembang.
Mahasiswa menanggung biaya pengiriman bahan pelajaran yang dikirim melalui pos.
139 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
6. Pembayaran dapat ditransfer atau disetorkan ke:
Bank Mandiri Cabang Jatinegara – Jakarta. Jl. Jatinegara Timur Raya
No. Acc. 006.009 7017465
Atas nama: Yakob Tomatala
Hubungi kami:
Website : www.yakobtomatala.com
Email : [email protected]
APAKAH DAPAT DIBENARKAN MENGINGINKAN MENJADI
PEMIMPIN
“Orang yang menghendaki jabatan penilik (pemimpin) jemaat menginginkan
pekerjaan yang indah” (I Timotius 3:1).
Pengantar
Menjadi Pemimpin dan menginginkan menjadi Pemimpin adalah dua hal yang
berhubungan namun berbeda. Menjadi pemimpin menunjuk kepada suatu proses
dinamis, dimana melalui sistem tertentu, seseorang dipilih, atau diangkat, atau
diwariskan, atau diciptakan, atau dirampas menjadi pemimpin. Menjadi pemimpin
seperti ini menjelaskan adanya “kuasa kepemimpinan”[1] yang diimpartasi secara
formil, sehingga seseorang memiliki tugas, kewenangan, hak, kewajiban, tanggung
jawab dan pertanggungjawaban kepemimpinan yang harus diemban dalam organisasi
di mana ia dipilih atau dingkat, atau diwariskan atau diciptakan menjadi pemimpin.
140 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Menginginkan menjadi pemimpin secara substantif dapat disebut sebagai keinginan
mulia (I Timotius 3:1). Menjadi pemimpin yang adalah keinginan mulia ini didasarkan
atas kebenaran bahwa kepemimpinan adalah pelayanan. Menjadi pemimpin dalam
perspektif ini menjelaskan bahwa pemimpin yang memimpin adalah dia yang melayani
orang yang dipimpinnya (Matius 20:25-28; Markus 10:42-45). Di sini ada penekanan
bahwa memimpin itu adalah melayani, sehingga kepemimpinan itu adalah pekerjaan
mulia. Pada sisi lain, menginginkan menjadi pemimpin adalah persoalan motivasi yang
berhubungan dengan kehendak khusus. Kehendak khusus yang menginginkan menjadi
pemimpin dapat ditinjau dari sisi positif mau pun negatif. Menginginkan menjadi
pemimpin secara subjektif menjelaskan tentang kemauan seseorang, entahkah positif
atau pun negatif yang mendorong untuk mau menjadi pemimpin.
Ada asumsi bahwa apabila motivasi yang mendorong kehendaknya untuk menjadi
pemimpin itu positif, sudah dapat diduga bahwa ia pasti akan berpikiran, berperasaan,
berkehendak, bersikap, berkata dan bertindak positif serta altruis. Sebaliknya, apabila
motivasi yang mendorong kehendaknya adalah negatif, maka tidaklah mengherankan
bahwa ia akan berpikiran, berperasaan, berkehendak, bersikap, berkata dan bertindak
negatif, yang akan nyata dalam sikap serta gayanya yang egois.
Menjadi pemimpin dengan pendekatan terakhir ini akan memperlihatkan cara-cara
menjadi pemimpin yang negatif alias “kotor,” antara lain, adanya keinginan dan upaya
“merampas kepemimpinan” dengan menggunakan segala cara kotor, baik secara
senyap, mau pun terang-terangan.
Menjadi pemimpin sebagai keinginan mulia memperlihatkan adanya kesadaran bahwa
kepemimpinan adalah panggilan, tanggung jawab pembebasan dan tugas pemenuhan
hidup keorganisasian. Ketiga aspek dari keinginan menjadi pemimpin ini akan dibahas
secara khusus pada bagian di bawah ini.
MENJADI PEMIMPIN ADALAH PANGGILAN UNTUK MELAYANI
Menjadi pemimpin adalah suatu panggilan. Panggilan menjadi pemimpin di sini
menjelaskan bahwa setiap orang yang menjadi pemimpin sesungguhnya sudah
ditetapkan menjadi pemipin oleh TUHAN (Markus 10:41; Yohanes 3:27). Sehingga
menjadi pemimpin di sini merupakandestini, seperti yang telah ditetapkan, sehingga
141 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah ditetapkan menjadi pemimpin,
sehingga ia menjadi pemimpin. Dalam hubungan ini, menjadi pemimpin haruslah
diyakini dari hati, bahwa seseorang itu terpanggil menjadi pemimpin. Keyakinan
panggilan pemimpin dari hati inilah yang menjadi landasan bagi komitmen dan
dedikasi untuk mengabdi sebagai pemimpin.
Dalam kaitan ini, setiap pemimpin yang menjadi pemimpin harus dilihat sebagai
pemenuhan destini pada satu sisi, yang haruslah disambut dengan adanya pembuktian
kompentensi diri sehingga diakui dan direstui sebagai pemimpin secara individual,
sosial mau pun formil. Panggilan untuk melayani ini mengharuskan adanya komitmen
dan dedikasi untuk melayani, yang diwujudkan dengan “melayani orang yang
dipimpin.” Melayani orang yang dipimpin adalah kekuatan yang mendasari sikap
pemimpin terhadap kepemimpinan yang dipercayakan kepadanya.
Kebenaran ini menegaskan bahwa setiap pemimpin haruslah menyadari
bahwa memimpin ialah melayani, sehingga motivasi pemimpin dalam kepemimpinan
adalah melayani, bukanlah dilayani (Markus 10:45). Motivasi seperti ini adalah motivasi
terkuat bagi pemimpin yang akan meneguhkan kepemimpinannya.
Di sini akan sangat terlihat apakah pemimpin mempimpin secara berkualitas ataukah
asal-asalan saja. Melalui pemahaman memimpin melalui melayani ini, pemimpin akan
bersikap altruis mementingkan sesama, khususnya orang-orang yang dimpimpinnya.
Pada sisi yang lebih khusus, pemimpin seperti ini akan membutikan keabsahan diri
dengan adanya kompetensi (Integritas, Kapasitas dan Kapabilitas) diri yang tinggi,
disertai dengan komitmen dan dedikasi serta kepiawaian untuk melayani. Dengan
kesadaran bahwa menjadi pemimpin adalah “panggilan untuk melayani,” maka
kepemimpinan seorang pemimpin akan terbukti sebagai berkualitas melalui memimpin
melayani yang dilakonkannya.
MENJADI PEMIMPIN ADALAH TANGGUNG JAWAB MEMBEBASKAN DAN
MEMBESARKAN
Menjadi pemimpin adalah suatu tanggung jawab mulia. Pada tahap yang lebih tinggi
dapat dikatakan bahwa menjadi pemimpin adalah tanggung jawab mulia yagn
142 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
berhubungan dengan peran pembebasan dan pembesaran. Dalam hubungan ini,
menjadi pemimpin sebagai suatu tanggung jawab menjelaskan bahwa pada pemimpin
dan kepemimpinan ada beban yang dipundakkan untuk dipikul. Beban kepemimpinan
ini bersifat inklusif yang melingkupi tugas sebagai pemimpin yang arahnya adalah
untuk membebaskan dan membesarkan organisasi, serta menyejahterakan orang yang
dipimpin.
Beban kepemimpinan ini menunjuk kepada adanya suatu tanggung jawab berupa
tugas utama yang dikhususkan bagi pemimpin, yang terfokus untuk membesarkan
organisasi. Tugas pembesaran organisasi ini adalah tugas pembebasan, yang
berhubungan erat dengan tanggung jawab membesarkan organisasi dimaksud sampai
pada tahap tinggi. Tugas membesarkan organisasi ini merupakan suatu kewajiban
utama atau obligasi terpenting yang harus dilaksanakan pemimpin.
Tugas ini memberikan beban khusus kepada pemimpin yang apabila diabaikan, akan
memperlihatkan kadar karakter dan integritas rendah yang akan meruntuhkan
kepemimpinannya. Tanggung jawab membebaskan membesarkan ini terlihat pada
adanya kekuatan pemimpin yang memerdekakan, khususnya dengan meneguhkan dan
membesarkan organisasi menjadi organisasi pembebas. Organisasi Pembebas ini
diharapkan dapat menjawab harapan dan ekspektasi keorganisasian yang melibatkan
harapan pemimpin, orang yang dipimpin dan seluruh stakeholder organisasi.
Dari sisi ini, dapatlah dipastikan bahwa apabila seorang pemimpin yang terpanggil
kepada tanggung jawab kepemimpinan menjalankan upaya memimpin sebagai suatu
peran pembebasan dan pembesaran dalam seluruh aspek kehidupan keorganisasian,
maka organisasi akan semakin teguh menjalankan kiprahnya. Hal tertinggi yang
diyakini terjadi ialah bahwa semua upaya memimpin akan membawa pemerdekaan
yang meneguhkan pihak-pihak terkait dalam organisasi.
MENJADI PEMIMPIN ADALAH TUGAS PEMENUHAN HIDUP
KEORGANISASIAN
Kepemimpinan adalah tugas pemenuhan hidup bukanlah menduduki suatu jabatan.
Kepemimpinan yang adalah tugas pemenuhan hidup ini mengharuskan pemimpin
memahami tugas dengan segala aspek rinci yang ada di dalamnya. Memahami tugas
143 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kepemimpinan menjelaskan bahwa pemimpin adalah pekerja walau pun kerja
utamanya adalah “berpikir sebagai pemimpin.” Dalam hubungan ini, pemimpin harus
juga mengetahui bagaimana memanajemeni tugas kepemimpinan dan bagaimana
berinisiasi, menggalang, serta mengeksekusi tindakan, mengarahkan, mendukung dan
meneguhkan aktualisasi memimpin.
Tugas kepemimpinan dari pemimpin akan terlihat pada “leading attempt” yang
dilakukan pemimpin dalam situasi aktual yang berhubungan erat dengan upaya
pemenuhan kebutuhan hidup keorganisasian secara menyeluruh. Upaya pemenuhan
hidup ini menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah proses peneguhan pemenuhan
hidup organisasi yang menyentuh dan menjawab seluruh kebutuhan pemimpin,
bawahan, situasi serta lingkungan di mana organisasi dijalankan.
Dengan demikian, pemimpin yang menyadari bahwa ia terpanggil untuk mengabdi
dengan melayani dengan mewujudkan tanggung jawab pembebasan yang diembannya
maka seluruh kehidupan keorganisasian akan terpenuhi menggapai TUJUAN,
memenuhi VISI dan MISI yang telah dicanangkan, sehingga mendatangkan sejahtera
bagi seluruh stakeholders.
RANGKUMAN
Seseorang yang menginginkan menjadi pemimpin dalam artian yang benar,
sesungguhnya adalah keinginan yang mulia. Menginginkan menjadi pemimpin adalah
keinginan mulia akan menjadi benar, dan dapat dibenarkan apabila didasari pada
kesadaran bahwa memimpin adalah melayani, yang diwujudkan dengan menerima
kepemimpinan sebagai panggilan, tanggung jawab dan tugas yang dikhususkan untuk
meneguhkan serta membesarkan organisasi yang dipimpinnya.
Di sini pemimpin yang yakin terpanggil untuk melayani, harus bersikap altruis,
mengedepankan kemauan baik membesarkan organisasi dan melayani sesama dalam
kepemimpinan. Pemimpin yang melayani akan memperlihatkan kadar positif, dimulai
dari pikiran, perasaan, kehendak, sikap, kata dan perbuatan yang berujung kepada
pembebasan dan pembesaran organisasi. Pembebasan dan pembesaran organisasi ini
akan terbukti membawa kebaikan tertinggi bagi diri, orang yang dipimpin dan
144 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
lingkungan di mana kepemimpinan dijalankan sebagai bagian dari tanggung jawab
pemenuhan kehidupan keorganiasian.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah ditegaskan bahwa “Menjadi Pemimpin adalah
Suatu Keinginan Mulia” apabila dibangun di atas kesadaran dan kemauan positif yang
menggaris bawahi kebenaran, bahwa: Pertama, Pemimpin menerima tanggung jawab
kepemimpinan sebagai “panggilan kepada tanggung jawab melayani.” Indikator dari
kesadaran ini adalah bahwa Pemimpin akan membangun komitmen dan dedikasi tinggi
untuk melayani dan melayani (bukan dilayani) sebagai bagian dari panggilan
kepemimpinannya.
Jadi apa bila pemimpin memimpin dengan gaya egois dan mementingkan diri sendiri,
maka ia sedang nyasar dari kebenaran bahwa “Kepemimpinan adalah panggilan untuk
melayani.”Kedua, Pemimpin sepenuhnya menyadari bahwa kepemimpinan adalah
tanggung jawab pembebasan pembesaran. Tanggung jawab pembebasan pembesaran
ini akan terlihat pada adanya sikap altruis ditopang dengan kesadaran penuh bahwa
pemimpin terpanggil untuk membawa pembebasan dalam pemenuhan kebutuhan
kehidupan organisasi.
Tanggung jawab pembebasan ini akan terlihat pada adanya upaya sadar membesarkan
organisasi, sehingga organisasi menjadi teguh. Upaya pembesaran organisasi ini pada
gilirannya akan memperlihatkan kebenaran bahwa “Apabila organisasi dibesarkan,
maka organisasi akan membesarkan semua stakeholdersnya.” Ketiga, Pemimpin
sepenuhnya berupaya untuk mewujudkan kebenaran bahwa bagi dirinya
“kepemimpinan adalah tugas pemenuhan kebutuhan hidup keorganisasian
mencapai visi, misi dan tujuan keorganisasian.” Tugas pemenuhan kehidupan ini
mengandaikan bahwa pemimpin secara sadar terencana memanajemeni semua
sumber untuk menggerakkan upaya memimpin secara efektif, efisien dan sehat guna
mencapai produktivitas tinggi.
Penegasan dari kebenaran ini menunjuk bahwa pemimpin yang terpanggil menerima
tanggung jawab sepenuh hati dan melakukan tugas kepemimpinan sebagai obligasi,
responsibilitas dan akuntabilitas untuk membawa kepemimpinan mencapai tujuan yang
ditandai keberhasilan yang dapat dinikmati semua stakeholders.
145 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Ujung dari kebenaran ini membuktikan bahwa Pemimpin sepenuhnya menyadari
bahwa kepemimpinan bagi dirinya adalah suatu panggilan mulia, yang disambutnya
dengan penuh hormat dan penghargaan serta dilakonkannya dengan penuh tanggung
jawab sehingga mendatangkan keberhasilan dan menghadirkan kesejahteraan yang
dirasakan oleh semua pihak, sehingga organisasi dapat berfungsi efektif, efisien dan
sehat secarra dinamis. Selamat mengisi panggilan mulia sebagai Pemimpin sejati.
Salam Kepemimpinan,
Dr. Yakob Tomatala
[1] Lihat Pokok: Kuasa Kepemimpinan dalam web ini.
http://yakobtomatala.com/2013/02/28/apakah-dapat-dibenarkan-menginginkan-menjadi-
pemimpin/
SEJARAH ILMU KEPEMIMPINAN
SEJARAH ILMU KEPEMIMPINAN[1]
PENGANTAR
Kepemimpinan adalah suatu gejala universal yang secara defacto sudah ada sejak
waktu yang lama dalam sejarah umat manusia dan dijalankan dalam kurun yang
panjang. Namun demikian, pada sisi lain, kepemimpinan sebagai suatu ilmu usianya
baru kurang lebih seratus enam puluh tahun.[2] Pertanyaan awalnya ialah mengapa
sampai demikian? Jawaban atas pertanyaan inilah yang akan digumuli dalam tulisan
ini. Tujuan khusus dari upaya ini adalah untuk menelusuridan memberikan gambatran
tentang sejarah perkembangan ilmu kepemimpinan. Tulisan ini akan
memberikan uraian tentang sejarah perkembangan kepemimpinan sebagai suatu ilmu
dengan menunjuk titik awal perkembangan serta tokoh-tokoh penting yang terkait di
dalamnya dan kecenderungan ke arah mana ilmu ini sedang berkembang.
146 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN DALAM SEJARAH.
Melihat dari sudut pandang seni, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah seni
yang usianya setua usia manusia di bumi,[3] yang telah dipraktekkan dalam sepanjang
sejarah[4]manusia. Kebenaran tentang kepemimpinan yang telah dipraktekkan dalam
sepanjang sejarah ini ditegaskan oleh Bernard M. Bass yang mengatakan, “The study
of leadership is an ancient art. Discussion of the subject will be found in Plato, Caesar,
and Plutarch, just to mention a few of classical era. The Chinese classics are filled with
hortatory advice to the county‟s leaders. The ancient Egyptians attributed three
qualities of divinity to their king. They said of him „authoritative utterness is in thy
mouth, perception is in thy heart, and thy tongue is the shrine of justice.‟ The
Egyptians demanded of their leader qualities of authority, discrimination, and just
behavior.”[5] Dari penjelasan Bass di atas dapat dikatakan bahwa berdasarkan fakta,
seni kepemimpinan itu telah ada serta diterapkan secara umum, karena kepemimpinan
itu adalah seni yang bersifat universal.
Sebagai seni, kepemimpinan telah dipraktekkan oleh penguasa-penguasa dunia zaman
kuno seperti pada kerajaan Mesopotamia,[6] Persia, Mesir klasik di Timur Tengah;
penguasa India,Tiongkok dan Jepang klasik di Timur,[7] dan penguasa Indian Inka di
Amerika Latin, penguasa zaman tengah Babylon (Mesopotamia), Persia, Yunani dan
Romawi, penguasa zaman masehi, di Eropa termasuk negara-negara baru seperti
Perancis dan Jerman, Ingris, dan sebagainya sampai kepada penguasa dari kerajaan-
kerajaan tua di Timur Jauh, serta kelompok masyarakat-budaya lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan pula bahwa sebagai seni,
kepemimpinan pun telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh dunia yang besar dan
terkenal yang berkiprah dalam segala bidang kehidupan, mulai dari
Hammurabi,[8] raja Babylon yang sezaman dengan Abraham (Kejadian 14), para
Firaun Mesir, Musa dan Yosua yang disebut dalam Alkitab, sampai ahli seni perang
klasik Sun Tzu dan filsuf Lao Tzu di Tiongkok, serta filsuf klasik Yunani seperti Plato,
Aristoteles dan Socrates, Sidharta Gautama,[9] termasuk Kaisar-kaisar Romawi
terkenal yang disebut dalam Alkitab, seperti Agustus,[10] Tiberius; serta yang lain,
yaitu Nero, Konstantinus Agung[11]; Paus Gregorius Agung[12] sampai kepada raja
Perancis Charlemagne,[13] para raja dalam dinasti-dinasti klasik Tiongkok, Inggris, dan
Jenghiz Khan, raja Mongol, penulis dan negarawan Italia, Niccolo Di Benardo
Macchiavelli,[14] reformator Protestan Mathin Luther, dramator Inggris, William
147 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Shakespeare,[15] ahli pedang Jepang Miyamoto Musashi,[16] Patih Gajamada,
penguasa kolonial Belanda, pelukis Raden Saleh, dan Soekarno, Presiden RI pertama,
serta banyak lagi. Para tokoh besar yang disinggung di atas ini telah membuktikan diri
sebagai manusia-manusia luar biasa yang menerapkan seni kepemimpinan dalam karir
mereka, namun, karya-karya besar mereka yang gemilang tidak dapat diklasifikasikan
secara penuh sebagai karya dasar bagi ilmu kepemimpinan.[17]
Pernyataan di atas cukup menarik untuk disimak, dalam upaya menempatkan
kepemimpinan sebagai suatu ilmu pada jalur sejarah yang pas. Untuk menempatkan
kepemimpinan pada jalur ilmu, maka langkah awal yang perlu dipastikan adalah
lingkup dari kepemimpinan. Sebagai suatu ilmu, bidang studi kepemimpinan memiliki
tiga lingkup utama, yaitu: Pertama, elemen dasar kepemimpinan yang meliputi
pemimpin, orang yang dipimpin dan situasi kepemimpinan. Kedua, doktrin dasar
kepemimpinan yang meliputi perlengkapan dasar kepemimpinan (perilaku pemimpin
serta sumber-sumber) dan nilai dasar kepemimpinan (nilai yang bersifat teologis dan
filosofis). Ketiga, pekerjaan atau tugas dasar kepemimpinan(yang meliputi:
esensi, sifat, unsur ekonomi dan lokasi kepemimpinan).[18] Dalam kaitan dengan
menempatkan kepemimpinan dalam jalur ilmu yang disoroti dari lingkup bidang studi
kepemimpinan seperti yang disinggung di atas, maka tugas kedua ialah mengukur
karya tulis para tokoh sejarah tentang kepemimpinan. Mengukur karya tulis para pakar
dan pemimpin sepanjang sejarah dari perspektif ini, dapat dikatakan bahwa
kebanyakan karya tulis mengetengahkan pemahaman tentang kepemimpinan secara
terbatas dengan menyinggung trait atau karakteristik-karakteristik serta kecakapan
dan nilai-nilai kepemimpinan saja. Satu-satunya tokoh sejarah yang menuliskan
tentang pemimpin sebagai elemen dasar utama dari kepemimpinan melalui karya
tulisnya,[19] ialah Thomas Carlyle.[20] Tulisan Carlyle yang berjudul “On Hero and
Hero Worship” dapat dianggap sebagai karya terbesar buku ilmiah
kepemimpinan[21] yang pertama. Buku ini memberikan tempat yang luas bagi aspek-
aspek dan unsur-unsur kepemimpinan yang lengkap, yang membuktikan bahwa karya
Karlyle ini adalah tonggak sejarah bagi perkembangan ilmu kepemimpinan.
PERJALANAN ILMU KEPEMIMPINAN MELINTASI SEJARAH.
Dalam sejarah di dunia Barat, diakui bahwa istilah leader atau pemimpin itu telah ada
dalam kamus berbahasa Inggris sejak tahun 1300, tetapi penggunaan istilah
148 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kepemimpinan itu baru saja ada pada pertengahan abad ke sembilanbelas.[22] Dalam
studi Timur klasik pun sudah ditemukan adanya upaya penerapan seni kepemimpinan
dalam peran pemimpin serta upaya perkembangan pemimpin.[23] Namun dapat dilihat
adanya indikasi kecenderungan yang sama yaitu belum adanya konsep baku tentang
kepemimpinan yang dikembangkan serta diterapkan secara ilmiah. Implikasi di atas ini
cukup menarik untuk disimak sebagai dasar untuk mengidentifikasi perkembangan
sejarah kepemimpinan sebagai suatu ilmu. Upaya mengidentifikasi perkembangan ilmu
kepemimpinan telah dilakukan oleh, Profesor Dr. J. Robert Clinton[24] dari Fuller
Theological Seminary, School of Inter-cultural Studies. Dalam hasil risetnya, Profesor
Clinton mengidentifikasi perkembangan ilmu kepemimpiman dengan membuat
klasifikasinya kedalam beberapa era perkembangan. Klasifikasi perkembangan ilmu
kepemimpinan dimaksud adalah sebagai berikut ini.
Great Man Era, yang meliputi tahun 1841-1904.
Trait Era, yang meliputi tahun 1904-1948.
Behavior Era, yang meliputi tahun 1948-1967.
Contingency Era, yang meliputi tahun 1967-1980.
Complexity Era, yang meliputi tahun 1980-1986, dst.
Mengomentari klasifikasi Clinton ini, dapat dikatakan bahwa alasan utama untuk
membuat penggolongan perkembangan ilmu kepemimpinan seperti di atas ini
dilakukan dengan menunjuk kepada trend penelitian dan hasilnya yang dapat
ditemukan dalam literatur-literatur kepemimpinan yang dihasilkan oleh para pakar
pada masing-masing era di atas.[25]
Great Man Era menunjuk kepada inti teori yang menegaskan bahwa pemimpin terlahir
sebagai pemimpin dengan bawaan lahir serta faktor keluarga dan lingkungan yang
mendukungnya. Teori kepemimpinan pada Trait Era menunjuk kepada faktor
karakteristik, yang menjelaskan bahwa pemimpin memiliki karakteristik khas, yang
merupakan bawaan lahir serta kepribadiannya. Teori kepeimpinan pada Behavior Era
menunjuk kepada kesadaran tentang adanya interaksi pengaruh antara pemimpin,
bawahan dan situasi. Faktor interaksi ini sangat ditentukan oleh pengaruh serta
perilaku pemimpin dalam kepemimpinan. Teori kepemimpinan dalam Contingancy Era
149 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
mengakui adanya pengaruh yang kontingen antara faktor kelahiran atau keluarga,
lingkungan pembesaran, karakteristik serta faktor pengaruh interaktif lainnya yang
mempengaruhi pemimpin dan kepemimpinan. Teori kepemimpinan pada Complexity
Era mengakui pengaruh dari semua faktor yang disinggung di atas, dengan kesadaran
bahwa kepemipinan dapat dipelajari. Complexity Era menyadari dan mengakui adanya
perkembangan ilmu kepemimpinan yang terjadi dengan begitu pesat terbukti
mempengaruhi segala bidang hidup. Perkembangan dan pengaruh ini nampak dalam
indikator fenomenal pada masa kini, dimana pemimpin dan kepemimpinan tidak
sekedar diedintifikasi dengan sebutan tradisional seperti kepemimpinan atau pemimpin
visioner, kharismatik, reformatif, transformatif, futuristik, dan sebagainya, tetapi juga
disebut dengan kepemimpinan serta pemimpin pos-mo, informatif, global, dan
seterusnya, yang dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks.[26]
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KEPEMIMPINAN DI INDONESIA.
Dalam analisa yang bersifat umum, sejarah kepemimpinan di Indonesia dapat
dikategorikan dengan memperhatikan beberapa fase perkembangan berikut.
Fase Pertama, Masa Kolonial Belanda sampai 1953,[27] yang dapat disebut fase
mandor atau fase klerek. Masa ini adalah sebagai “masa primadona administrasi”
(administratie), dimana administrasi memegang peran penting. Dalam kaitan ini,
penguasa kolonial Belanda yang cenderung otokratis menempatkan para
pemimpin inlander hanya pada level mandor, klerek, kopral atau sersan dan
sebagainya yang menjelaskan bahwa para pemimpin ini hanya sampai pada aras
operasional. Pemimpin aras operasional ini ini hanya berperan sebagai “middle
administrator” atau “supervisor kerja” saja bukanlah manajer atau top leader, karena
top leader hanyalah kelompok kolonial yang diyakini oleh mereka bahwa mereka lahir
untuk memimpin.[28]
Fase Kedua, tahun 1953 sampai dengan 1970-1980. Fase ini dapat disebut fase
perkembangan administrasi dan manajemen. Pada era ini ilmu administrasi sangat
populer di Indonesia, yang ditandai dengan adanya akademi-akademi administrasi dan
kesekretariatan. Dalam bidang pemerintatahan, Lembaga Administrasi Negara (LAN)
memegang peran utama untuk mengembangkan pemimpin untuk bidang
pemerintahan. Masa ini ditandai pula dengan munculnya ilmu manajemen di Indonesia,
mulai dengan manajemen klasik, manajemen berdasarkan sasaran, manajemen
150 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
performansi tinggi, manajemen perencaraan strategis, sampai dengan manajemen
total kualitas.[29] Pada tataran ini para pemimpin Indonesia (setidak-tidaknya
segelintir kelompok elit) telah mahir menggunakan ilmu menajemen dimana mereka
berperan besar sebagai para entrepreneur (wirausahawan/ wati) walau pun dalam
jumlah yang terbatas. Ilmu manajemen ini telah diterapkan dalam bidang militer,
pemerintahan, perbankan, bisnis, politik, pendidikan, dan sebagainya yang dilakukan
secara khas pula yang menandakan dipraktekkannya penggunaan majemen secara
umum.
Fase Ketiga, tahun 1980-2000 sampai saat ini, yang dapat disebut sebagai fase
kepemimpinan baru atau fase kepemimpinan global. Fase ini diawali dengan adanya
upaya mengembangkan ilmu yang disebut Manajemen Sumberdaya Manusia (Human
Resources Management yang dibedakan dengan Personnel Management pada era
sebelumnya). Pada sisi lain, secara umum terlihat bahwa bidang studi kepemimpinan
mulai marak berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang tersebar dari bidang
umum sampai pada bidang-bidang khusus, seperti keagamaan (termasuk pendidikan
teologi), perusahan swasta, pendidikan umum, dan sebagainya.[30] Perkembangan
selanjutnya terlihat pada adanya pendidikan serta pelatihan kepemimpinan (formil,
non-formil dan informil) yang marak dalam segala bidang kerja.[31]Dan lagi,
kenyataan menunjuk kepada pemunculan begitu banyak pemimpin baru dalam segala
bidang kehidupan yang menandakan bahwa Indonesia sedang berada dalam era
baru, era global, dengan persaingan kepemimpinan yang cukup ketat yang terjadi
pada semua aras di tengah percaturan masyarakat yang super kompleks.
RAMPUNGAN
Menunjuk balik kepada uraian yang telah dibentangkan di atas, dapatlah dikatakan
bahwa kepemimpinan dan ilmu kepemimpinan mulai memperoleh tempat serta
perhatian luas dalam masyarakat, khususnya di Indonesia. Perkembangan ilmu
kepemimpinan ini terlihat dari adanya upaya penerapannya, baik dalam bidang
pendidikan kepemimpinan mau pun dalam lingkup umum lainnya dewasa ini.
Menganalisis semua ini, dapatlah diambil suatu rampungan pikiran bahwa sejarah
kepemimpinan secara umum dan khususnya di Indonesia sedang memasuki suatu era
baru dengan kemajemukan serta kompleksitas yang semakin meluas dan meninggi
dalam dunia yang mengglobal, yang turut menyodorkan peluang dan tantangan untuk
151 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
maju. Karena itu, adalah bijak untuk memperhitungkan pengembangan kepemimpinan
dan penerapannya dalam kinerja secara saintifik dan bertanggung jawab,[32] guna
menjawab tantangan serta mengisi peluang yang terbuka di depan.
Dr. Yakob Tomatala
YT Leasdership Foundation
Jakarta, Indonesia
2004
[1] Versi lengkap dari tulisan ini dibuat untuk diterbitkan dalam Jurnal SETIA dari
PERSETIA (Persekutuan Antar Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia), oleh Pdt. Dr.
Yakob Tomatala. Dr. Tomatala adalah lulusan FullerTheological Seminary, School of
Intercultural Studies (bidang keahlian Leadership Development Theory), di Pasadena,
California, U.S.A.
[2] Setidaknya sampai saat tulisan ini dibuat.
[3] Pernyataan ini menunjuk pada adanya dua hal penting yang sangat mendasar,
yaitu antara lain: Satu, elemen dasar kepemimpinan yang dapat ditemukan dimana-
mana yakni: Pemimpin,Orang yang dipimpin, dan Situasi Kepemimpinan. Kedua,
adanya tokoh-tokoh pemimpinyang telah membuktikan kinerja
kepemimpinan yang gemilang sebagai praktisi kepemimpinan dalam lintasan sejarah.
Dengan melihat unsur elemen dasar kepemimpinan dan adanya para tokoh pemimpin
yang disebut di atas, maka dapat dibuktikan bahwa kepemimpinan sebagai seni telah
dipraktekkan sejak lama.
[4] Istilah sejarah (history – Inggris, yang berakar dari kata histor atau istor,
eidenai, to know; historia – Latin/ Yunani, yang berarti learning by inquiry, knowledge,
a narrative. Sejarah secara lengkap, harus dilihat sebagai kejadian atau fakta (histoire
realite) dan sebagaimana dituturkan (histoire recite).
[5] Bernard M. Bass, STOGDILL‟S HANDBOOK OF LEADERSHIP., 1981, halaman 5.
152 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
[6] Berdasarkan apa yang dapat diketahui, Mesopotamia kuno dianggap sebagai
kerajaan tertua di dunia disusul dengan Pesia dan Mesir klasik.
[7] L.R. Wing dalam buku-bukunya yang merupakan karya klasik, antara lain, Kekuatan
TAOdan Seni Strategi menggungkapkan bahwa Lao Tzu dan Sun Tzu (mungkin juga
oknum yang sama) telah menulis konsep-konsep kepemimpinan sejak abad keenam
sebelum masehi.
[8] Hammurabi, atau Khammurabi atau Hammurabi adalah Amraphel, raja Siniar atau
Babylon, seperti yang disebut dalam Alkitab (Kejadian 14), memerintah pada tahun
2100 SM
[9] Peganjur/ pendiri Buddhisme yang hidup pada tahun 640-480 SM.
[10] Gaius Octavianus Augustus (Kaisar Agustus) lahir pada 23 September 63 SM yang
memerintah tahun 27 SM
dan meninggal pada 19 Agustus tahun 14 M.
[11] Constantine the Great, nama lengkapnya ialah Flavius Valerius Aurelius
Constantinus (280-337) menjadi kaisar Romawi pada 306-337 M.
[12] Gregory the Great lahir 590-604 dan menjadi Paus pada 590-604.
[13] Charlemagne atau Charles the Great, raja Perancis , lahir 742-814, anak dari
Pepin the Short, yang memerintah sebagai raja Perancis 768-814.
[14] Macchiavelli (1469-1527) terkenal dengan bukunya, Il Principe (The
Prince), Discorsi(discouses) dan Arte della Guerra (Art of War).
[15] Shakespeare dibaptis 26 April 1564, dan meninggal 23 April 1616.
[16] Musashi hidup antara tahun 1584-1645, dengan karya klasiknya yang terkenal A
Book of Five Rings.
[17] Sebagai contoh, menurut Bernard M. Bass, Plato dalam tulisannya the Republic,
mengklasifikasikan pemimpin dalam tiga tipe, yaitu: 1. Filosofer-negarawan yang
memerintah dengan reason dan justice; 2. Pemimpin militer yang membela dan
mendukung kehendak Negara; 3. Pebisnis yang menyediakan kebutuhan materi bagi
153 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
warga Negara dan memuaskan kebutuhan rendah mereka. Loc. Cit. halaman 17.
Walau pun demikian, karya Plato tidak dapat digolongkan sebagai karya kepemimpinan
murni.
[18] Untuk keterangan lengkap tentang lingkup studi kepemimpinan, lihat buku karya
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, tahun 1997, halaman 19-28.
[19] Buku ini juga menyinggung tentang unsur-unsur dasar lain dari studi
kepemimpinan.
[20] Thomas Carlyle adalah keturunan Skotlandia yang lahir pada 4 Desember
1795- dan meninggal pada 6 Februari1881. Carlyle adalah penulis esai (essayist) dan
sejarawan (historian) yang hidup sezaman dengan John Stuart Mill, filsuf dan ahli
ekonomi Inggris (1806-1873). Karya besar Carlyle ialah buku French Revolution, dan
buku sejarah A Complete History of Commonwealth. Tahun 1937-1840, ia diundang ke
Amerika untuk memberikan kuliah mengenai German Literature dan On Hero and
Hero Worship. Tulisan terakhir inilah yang dibukukan pada tahun 1841, yang
merupakan buku kepemimpinan pertama yang berbicaraa tentang lingkup dasar studi
kepemimpinan. Buku “On Hero and Hero Worship” ini diterbitkan di Amerika oleh
Penerbit Adams, di Boston tahun 1907 (Grolier Encyclopedia).
[21] Lihat pendapat J. Robert Clinton, dalam Reader. Tahun 1989, halaman 7-45 dan
penjelasan Bernard Bass, Loc. Cit. halaman 27.
[22] Lihat penjelasan B. M. Bass, Op. Cit., halaman 9.
[23] Dalam literatur klasik Tiongkok, Jepang, India, dsb., dapat ditemukan penjelasan
tentang pemimpin dan karakteristik pemimpin serta peran pemimpin dan
pengembangan kepemimpinan.
[24] Lihat, J. Robert Clinton dalam Reader. Loc. Cit.
[25] Banding B.M. Bass, Op. Cit. Part I. Introduction to Leadership Theory, Chapter
1,2 dan 3., untuk pemahaman lanjutan.
[26] Studi kepemimpinan mulai marak di Indonesia pada tahun sembilan puluhan,
dengan munculnya upaya dan gerakkan yang terlibat dalam pengembangan
kepemimpinan melalui pelatihan informal-non-formal serta institusi-institusi pendidikan.
154 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Tonggak studi kepemimpinan dalam lingkungan Kristen mulai diperhatikan dengan
serius tatakala Departen Agama RI, dalam hal ini BIMAS Kristen untuk pertama kali
menyelenggarakan Seminar Sehari tentangKepemimpinan Kristen pada tanggal 5
Agustus 2002, dimana penulis adalah penceramah utama.
[27] Tahun 1953 dilihat oleh Sayidiman Suryohadiprojo sebagai tahun penerapan
kepemimpinan dalam lingkungan TNI. Lihat buku Kepemimpinan ABRI. Tahun 1996,
halaman 1-3.
[28] Kondisi ini berakar pada “Great Man Theory of Leadership.”
[29] Manajemen Total Kualitas atau Total Quality Management yang dikembangkan
oleh para pemimpin Jepang berdasarkan teori W. Edward Deming (1950 – Statistical
Process Control) dan Joseph M. Juran (1954 – Responsible Management for High
Quality) telah digunakan sejak lama tetapi baru saja masuk di Indonesia pada tahun
1980an dan populer pada akhir 1990an dan awal 2000an ini.
[30] Dari perspektif kepemimpinan, penulis secara pribadi berpeluang
mempelajari Teori Pengembangan Kepemimpinan (Leadership Development Theory)
dibawah asuhan Profesor Dr. J. Robert Clinton di Fuller Theological Seminary,
Pasadena, California. Disamping itu, dalam perbandingan, pada tahun 1987 penulis
menulis buku yang berjudul Penatalayanan Gereja Yang Effektif di Dunia
Modern (Penerbit Gandum Mas, Malang) yang berorientasi kepada manajemen klasik
dan administrasi, sedangkan pada tahun 1997 penulis menulis buku yang
berjudul Kepemimpinan Yang Dinamis, dan beberapa buku manajemen SDM lainnya,
dan tahun 2002 penulis menulis buku yang berjudul Kepemimpinan Kristen (YT
Leadership Foundation, Jakarta).
[31] Dalam lingkup kegerejaan, Institut Filsafat Theologi dan Kepemimpinan Jaffray
Jakarta didirikan (mulai 1984 sebagai Cabang STT Jaffray Makassar, dan tahun 1991
berdiri sendiri) untuk meresponi kebutuhan dan tuntutan kepemimpinan dalam gereja.
[32] Perlulah disadari bahwa kepemimpinan adalah ilmu ujung tombak. Dalam hal ini,
kepemimpinan bukanlah segala-galanya, tetapi tanpa kepemimpinan, penerapan ilmu
lain adalah lemah, dan konsekwensinya ialah bahwa kepemimpinan tanpa ilmu lain
adalah sama tidak ada artinya.
155 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
http://yakobtomatala.com/2010/04/15/sejarah-ilmu-
kepemimpinan/comment-page-1/#comment-14049
PEMIMPIN SEJATI MEMBUKTIKAN DIRI SEBAGAI SEJATI
“Dengan keadilan seorang raja menegakkan negerinya” (Amsal 29:4a)
Pengantar
Judul pembahasan “Pemimpin Sejati Membuktikan Diri sebagai Sejati”
kelihatannya paradokskarena menggandaikan bahwa ada pemimpin yang sejati dan
ada pemimpimpin yang tidak sejati.
Dari sini dapat dikatakan bahwa sejatinya, Pemimpin itu Sejati, namun ada gejala di
mana pemimpin tidak dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati. Melihat gejala
ini, kini timbul pertanyaan, apa sesungguhnya makna pemimpin sejati itu, dan apa
pula indikatornya? Menjawab pertanyaan ini, perlulah diawali dari penegasan makna
pemimpin sejati itu.
Pemimpin sejati adalah pemimpin yang tahu dan menyadari bahwa “ia di panggil
TUHAN sebagai Pemimpin, yang diwujudkan dengan membuktikan diri sebagai
pemimpin yang menjalankan tugas (task), kewenangan (authority), hak (right/
privilege), kewajiban (obligation), tanggung jawab (responsibility) dan
pertanggungjawaban (accoutability) kepemimpinan
dengan benar (efektif), baik (efisien) dan sehat (hubungan-hubungan kerja, sosial
internal dan bisnis, sosial eksternal yang kondusif), sehingga membawa keuntungan
bagi pemimpin, bawahan, organisasi dan lingkungan di mana kepemimpinan
dijalankan.“ Pemimpin sejati yang dipanggil TUHAN ini diteguhkan-Nya
dengan kompetensi tinggi (yang ditandai oleh integritas karakter, etika dan moral
– SQ, kapasitas pengetahuan yang komprehensif dan khas lebih –
IQ dan kapabilitas kecakapan sosial, eknomi/ entrepreneurial, teknis/ manajemen-
administratif dalam kerja – ScETQ) untuk memimpin yang didukung visi yang jelas
dan kepiawaian merencanakan dan melaksanakan upaya memimpin (mengimpartasi
156 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
pengaruh dengan menggerakkan) secara strategis taktis yang membawa keberhasilan
(sukses) dalam kepemimpinan bagi banyak pihak. Melihat uraian di atas tentang
makna kepemimpinan sejati, maka indikator pemimpin sejati yang membuktikan diri
sebagai sejati, yang dapat dilihat dari aspek berikut ini:
Pemimpin sejati membuktikan diri sebagai sejati dengan menyadari panggilannya
untuk menjadi pemimpin rohani (Yohanes 3:27; Yeremia 1:5; Yesaya 49:1b; Roma
12:8c), yang diwujudkannya secara konsisten. Dari perspektif rohani, pemimpin
menyadari panggilan TUHAN, di mana dalam hal ini ia selalu sadar bahwa karena
anugerah TUHAN, ia dipercayakan Allah menjadi pemimpin. Dari perspektif pribadi,
pemimpin hidup dalam kesadaran bahwa menjadi pemimpin baginya adalah
penghargaan yang harus dihargainya secara tulus. Dari perpektif sosial, ia sadar
bahwa ia diberikan penghargaan oleh orang-orang di sekitarnya untuk menjadi
pemimpin. Dari perspektif kepemimpinan, ia diberikan kuasa (leadership power) untuk
memimpin (mengatur, memerintah, menggunakan fasilitas, dan berkuasa atas orang
lain). Dari perspektif bawahan, mereka menggantungkan kepercayaan, harapan hidup,
masa depan dan kehidupan mereka kepadanya. Dari perspektif umum, ia dianggap
kompeten sebagai pemimpin bagi organisasinya dan menerima hormat kepemimpinan
dari masyarakat. Kalau ternyata seorang pemimpin berada dalam
situasi membelakangi prinsip ini, ia sedang menandakan diri sebagai tidak sejati,
karena selusin alasan karena ……; yang ditandakannya.
Pemimpin sejati adalah dia yang menyadari diri bahwa panggilan TUHAN Allah
baginya, adalah kekuatan untuk menjadi kompeten. Menjadi kompeten akan terbukti
dengan adanya spiritualitas etika, moral dan tindakan yang memper lihatkan
adanya integritas karakter, sebagai sisi pertama (SQ). Integritas ini meneguhkan
pemimpin, di mana ia diakui sebagai baik, benar, jujur, adil, setia, teguh, tabah, tekun,
yang singkatnya menampakkan ketahanan dan kedewasaannya.[1] Kompetensi
pemimpin sejati akan terlihat padakapasitas dirinya yang terlihat pada kadar berpikir
(komprehensif), isi berpikir (khas lebih), cara berpikir, sikap dan tindakan yang positif,
proaktif, antisipatif, asertis, kritis, inovatif, praktis dan dinamis (pragmatis). Kapasitas
pemimpin ini akan terlihat pada pengendalian diri, sikap dewasa dan tindakan yang
bermartabat. Kompetensi pemimpin pun akan nampak pada kapabilitas (keandalan
157 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
bertindak melakukan tugas atau pekerjaan) pemimpin dari sisi sosial (hubungan sehat
dalam kerja dan hubungan sosial – ScQ), keandalan dari sisi ekonomi dan
entrepreneurial (EQ), keandalan kerja (TQ) menjalankan tugas secara manajerial dan
administratif. Pemimpin yang mendapati dirinya kurang dari ini, akanmenampakkan
ketidaksejatian yang akan menurunkan kualitas kepemimpinannya, sehingga ia terlihat
sebagai pemimpin yang tidak sejati.
Pemimpin sejati meneguhkan diri bahwa ia adalah pemimpin dengan menjadi dan
melaksanakan tugas, kewenangan, hak, kewajiban, tanggung jawab dan
pertanggungjawaban dengan benar, baik dan sehat. Dalam hal ini, pemimpin sadar
bahwa menjadi pemimpin baginya adalah tugas penting yang harus dilakukan dari hati,
berlandaskan kasih dan dengan kekuatan kebenaran dan kebaikan.[2] Pemimpin yang
sejati dengan ini memahami tugasnya sebagai pemimpin yang dilakukannya sebagai
pemimpin.[3] Pemimpin berpikir, bersikap dan bertindak sebagai pemimpin yang
kualitasnya nampak dalam efektivitas, efisiensi dan kesehatan kepemimpinannya.
Ujung dari sikap, cara dan tindakan pemimpin seperti ini adalah membawa kebaikan
bagi dirinya, bagi orang yang dipimpin, bagi organisasi dan bagi lingkungan sosial di
mana ia menjalankan kepemimpinannya. Kebenaran dari prinsip ini ialah bahwa akan
ada konfirmasi dan afirmasi dari banyak orang bahwa pemimpin telah membuktikan
diri sebagai andal dengan berbagi kemanfaatan kepemimpinan, yaitu sukses yang
dinikmati bersama. Pemimpin yang membelakangi prinsip ini sedang membuktikan diri
sebagai tidak sejati. Hmm.
RANGKUMAN
Pemimpin sejati harus secara sadar mengingatkan diri bahwa ia dipanggil TUHAN
karena itu, ia harus membuktikan diri, menyadari diri dan meneguhkan diri sebagai
pemimpin sejati yang selalu ingat bahwa oleh anugerah TUHAN ia menjadi pemimpin,
oleh perkenanan orang ia didukung dan menjadi pemimpin, karena itu ia memiliki
tanggung jawab besar untuk “terus menjadi sejati” dengan kebenaran dan kebaikan
hati, serta tindakan yang menyenangkan, mengangkat serta membawa keuntungan
bagi banyak pihak. Hal ini dapat dilakukan dengan mengingat dan mempertahankan
158 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
nasihat TUHAN Allah, “Dengan keadilan seorang raja menegakkan negerinya” yaitu
meneguhkan integritas diri (hati) dalam pikiran, sikap, kata dan tindakan yang
memberkati orang lain, sehingga kesejatian diri sebagai pemimpin terbukti langgeng.
Selamat.
[1] Kompetensi akan membawa pemimpin ke atas, ke depan dan menjadi besar, tetapi
integritas akan meneguhkan sehingga pemimpin akan terus naik ke atas, maju ke
depan dan menjadi besar, namun tidak merendahkan orang, tidak membelakangkan
dan tidak membelakangi orang serta tidak membesarkan diri dengan memperkecil
orang lain atau membesarkan diri di atas pengecilan dan perendahan orang lain.
[2] Konsep ini tertuang dalam buku karya Y. Tomatala, “Par-excellence Leadership:
Memimpin Seperti Yesus Kristus.”
[3] Tugas pemimpin sebagai pemimpin berbeda dengan tugas non-pemimpin. Tugas
utama pemimpin adalah “berpikir sebagai pemimpin dan memanajemeni tugasnya
dengan memanajemeni, serta menyentuh level manajerial,” di mana tugas lain
melewati batas ini adalah tugas non-pemimpin.
KEPEMIMPINAN KRISTEN DALAM KANCAH PERUBAHAN
“Lihatlah, Aku menjadikan segala seuatu baru” (Wahyu 21:5)
PENGANTAR
Dunia di mana kita berada ditandai dengan perubahan yang sangat pesat serta
dahsyat. Perubahan yang terjadi menyentuh seluruh segi dan aspek kehidupan dari
semua kelompok orang di segala penjuru, termasuk kita sebagai bagian dari komunitas
makro. Gagasan perubahan ini dilukiskanoleh Alvin dan Heidy Toffler dengan
menggambarkan bagaimana peradaban dunia mengalami perubahan yang
159 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
berkembang dalam tiga tahap. Pertama, dunia dengan peradaban pertanian
(disimbolkan dengan pacul) memakan waktu sekitar tiga ribu tahun;
Kedua, peradaban industri (yang disimbolkan dengan cerobong asap) meliputi tiga
ratus tahun; Ketiga, dunia dengan peradaban informasi (yang disimbolkan dengan
komputer – sekarang harus memakai simbol HP), yang berubah dengan kecepatan
tinggi. Perubahan dalam peradaban informasi ini begitu cepat, dimana setiap tujuh
puluh hari tedapat penemuan ilmu pengetahuan baru, dengan produk teknologi
informasi yang berkembang sangat pesat. Perkembangan perubahan dunia ini tentu
secara khusus mempengaruhi semua organisasi baik langsung, mau pun tidak
langsung. Karena itu pertanyaan penting yang perlu ditanyakan ialah, bagaimana kita
menyikapi kenyataan perubahan ini. dalam upaya menjawab pertanyaan ini, maka ada
dua pokok yang akan dibahas, yaitu; 1. Membangun kepemimpinan Kristen
mengantisipasi perubahan; dan 2. Merekayasa strategi kepemimpinan menghadapi
perubahan; yang akan diakhiri dengan suatu rangkuman.
MEMBANGUN KEPEMIMPINAN KRISTEN MENGANTISIPASI PERUBAHAN
Kepemimpinan Kristen, secara khusus berkaitan dengan kepemimpinan dalam
organisasi keagamaan. Di sini, kepemimpinan Kristen, sebagai “Suatu proses terencana
yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen (yang menyangkut faktor waktu,
tempat, dan situasi khusus) yang di dalamnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil
bagi diri-Nya seorang pemimpin (dengan kapasitas penuh) untuk memimpin umat-Nya
(yang mengelompokkan diri dalam suatu institusi/organisasi) guna mencapai tujuan
Allah[1] (yang membawa keuntungan bagi pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup)
bagi serta melalui umat-Nya, untuk kejayaan kerajaan-Nya.”[2] Pemahaman tentang
keunikan kepemimpinan Kristen ini menegaskan bahwa kepemimpinan sebagai proses
terencana dan dinamis, mengambil konteks pelayanan Kristen sebagai faktor situasi
khusus, yang meliputi waktu serta tempat khusus pula.
Dalam kaitan ini dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan
yang mengambil organisasi keagamaan Kristen sebagai lokus di mana kepemimpinan
Kristen itu dijalankan. Pemahaman ini berhubungan dengan premis kepemimpinan
Kristen, yang menegaskan bahwa dalam proses yang dinamis ini Allah campur
tangan dan memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin, ke dalam tanggung jawab
kepemimpinan.
160 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Dalam hal yang sama, pemimpin organisasi Kristen adalah juga seseorang yang
dipanggil Allah kedalam tanggung jawab kepemimpinan, yang ditandai oleh adanya
kapasitas serta tanggung jawab yang melekat padanya untuk memimpin suatu
organisasi keagamaan. Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa sebagai seseorang yang
dipanggil Allah ke dalam tanggung jawab kepemimpinan, pemimpin Kristen perlu
bersikap pasti akan panggilan Allah kepadanya (Markus 10:40; Yohanes 3:27), yang
memberikan kepadanya otoritas untuk menjadi pemimpin. Dengan otoritas
kepemimpinan berdasarkan panggilan Allah ini, pemimpin dengan sendirinya
memilikikredensi ilahi sehingga ia dapat melakukan upaya memimpin, karena ada
padanya kapasitas pemberian Allah untuk menjadi pemimpin yang berkualitas.[3] Pada
sisi lain, adalah merupakan tanggung jawab pemimpin guna menetapkan rancangan
pengembangan formatif bagi dirinya, yang terfokus kepada pengembangan dirinya
menjadi pemimpin kompeten.[4] Sejalan dengan ini, pemimpin harus menetapkan
postur belajar sepanjang hidup (life long learning posture) yang olehnya ia dapat terus
berkembang ke arah kompetensi penuh.
Perkembangan ke arah kompetensi penuh ini mengandaikan bahwa pemimpin memiliki
kapasitas lengkap yang olehnya ia dapat memimpin secara berkualitas. Pemimpin
Kristen yang kompeten seperti ini menunjukkan bahwa ia dapat memimpin organisasi
dengan efektif (berkualitas), efisien (berkuantitas) dan sehat (hubungan responsif
kondusif), yang akan membawa kemanfaatan bagi semua pihak. Pemimpin seperti
inilah yang diharapkan dapat meneguhkan organisasi yang dipimpinnya untuk
mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam lingkungan di mana kepemimpinannya
dijalankan dengan bersikap proaktif.
MEREKAYASA STRATEGI KEPEMIMPINAN MENGHADAPI PERUBAHAN
Menengok balik melihat ulasan di atas, dapat dikatakan bahwa pemimpin Kristen
memiliki tanggung jawab besar untuk memimpin organisasinya. Mengemban tanggung
jawab ini, pemimpin harus menyikapi perannya sebagai seorang strategos[5] yang
andal. Sebagai seorang strategos, pemimpin harus meyiasati upaya memimpin
secara strategis-taktis, yang olehnya ia dapat melaksanakan upaya memimpin secara
efektif, efisien, sehat dan menghasilkan. Pada sisi lain, ia harus menyadari dirinya
161 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
sebagai pemimpin rohani yang bertanggung jawab utuh atas kehidupan organisasi,
khususnya orang-orang yang dipercayakan kepada-nya (I Petrus 5:1-5).
Sebagai pemimpin rohani yang mereprensentasi peran imam, nabi dan rasul Allah,
pemimpin Kristen memiliki tugas yang penting yang harus diemban di tengah segala
macam kondisi yang juga kompleks. Di sini, sangatlah disadari bahwa tatkala
pemimpin memimpin, ia dihadapkan kepada berbagai macam tantangan, salah satunya
ialah perubahan yang sejalan dengan kondisi peradaban yang di dalamnya kita
menjalani sejarah. Menyikapi tanggung jawab kepemimpinan ini, pemimpin harus
memastikan pelaksanaan peran strategosnya pada bidang-bidang berikut, dalam
menghadapi serta menjawab tantangan perubahan.
Pemimpin harus membangun suatu landasan perencanaan strategis guna menyiapkan
perangkat strategi kepemimpinannya, yang dibangun di atas visi, misi, fokus, tujuan
dan target kepemimpinan yang jelas.[6]
Pemimpin harus menyiapkan suatu platform pembekalan orang yang dipimpin melalui
pendidikan terpadu, yang melengkapi mereka secara filosofis dan pengetahuan etika-
moral etos praktis untuk menjawab tantangan sekurarisme dan pengaruh lain yang
menerpa dengan sikap proaktif.
Pemimpin harus menyiapkan suatu strategi pelibatan semua komponen anggota dalam
kepemimpinannya, sehingga semuanya menjadi aktif, sebagai landasan mengantisipasi
pengaruh perubahan secara responsif.
Pemimpin harus menjalankan upaya memimpin secara terencana dengan mengunakan
semua sumber guna melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan secara relevan,
menjawab kebutuhan anggota pada satu sisi, dan menjawab tantangan dunia pada sisi
lainnya.
Pemimpin harus membuka diri, membangun jejaringan dengan organisasi lain untuk
saling melengkapi guna menghadapi tantangan bersama, baik secara domestik, mau
pun global.
Pemimpin harus membangun pendekatan sosio-kultural dengan pemerintah dan
masyarakat untuk membina ketahanan bersama sebagai anggota anak bangsa,
162 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
menghadapi tantangan perubahan mengglobal yang sedang terjadi dalam dunia di
mana kita berada.
Pemimpin harus menjalankan upaya memimpin berkualitas yang membuktikan bahwa
ia memiliki ketangguhan untuk meneguhkan, melindungi dan membawa organisasinya
ke depan dalam menjalankan tanggung jawab pembangunannya.[7]
RANGKUMAN
Menyimak balik uraian di depan, dapat dikatakan bahwa setiap pemimpin
Kristen adalahseseorang yang telah dipanggil Allah ke dalam tanggung jawab
kepemimpinan, yang olehnya ia memiliki kapasitas utuh untuk memimpin. Pada sisi
lain, pemimpin Kristen adalah manusia baru di dalam TUHAN Yesus Kristus (II Korintus
5:17), umat ketebusan Allah (I Petrus 2:9-10), yang olehnya ia harus hidup sepadan
dengan panggilan-nya (Efesus 4:1); yang bertanggung jawab untuk hidup kudus (I
Yohanes 2:6; I Petrus 1:13-16; Imamat 11:44-45; 19:2);dan mengasihi sesama
(Yohanes 13:34-35; I Yohanes 4:7-10).
Pemimpin Kristen yang adalah representasi pemimpin rohani yang berperan sebagai
imam, nabi dan rasul bagi umat Allah memiliki tanggung jawab yang besar untuk
memimpin dan melindungi umat Allah dari pengaruh perubahan dunia serta segala
eksesnya, dalam upaya meneguhkan diri menyiarahi perjalanan sejarahnya (I Petrus
5:1-5; Kolose 3:12-17; I Timotius 3:1-7, 8-13; 4:12; 5:1-2). Diyakini, pemimn Kristen
yang melaksanakan tanggung jawabnya dengan benar dan baik pada akhirnya akan
meneguhkan organisasi yang dipimpinnya dalam menjalankan misinya sehingga
TUHAN Allah dipermuliakan (Roma 11:36). Dengan demikian, apabila pemimpin
menyadari panggilan khususnya kepada pelayanan kepemimpinan dan menghidupi diri
serta seluruh pelayanannya secara bertangung jawab, maka ia sedang menandakan
diri sebagai Pemimpin Rohani yang keberkatan bagi diri, keluarga, gereja dan
masyarakat. Perubahan dan tantangan dapat terus terjadi, tetapi pemimpin gereja
yang kuat akan memimpin umat secara berkualitas, sehingga gereja dapat melewati
segala tantangan baik dari dalam mau pun dari luar, dan akhirnya akan keluar sebagai
pemenang. Salam
Jakarta, Mei 2012
163 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Dr. Yakob Tomatala
[1] Istilah “tujuan Allah” – harus dipahami secara luas, yaitu tujuan yang olehnya
gereja/umat Allah itu “ada/berada” di bumi, yaitu untuk membawa kemuliaan bagi
Allah. Secara sempit istilah ini berkenaan dengan visi dasar bagi kepemimpinan
seorang pemimpin, bukan alasan pembenaran bagi sikap/keputusan pemimpin (atas
nama kehendak Allah yang disalah gunakan).
[2] Lihat Kepemimpinan Kristen, karya Yakob Tomatala, thn 2002., hal 7-
20; Kepemimpinan yang Dinamis.
[3] Kapasitas yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan seutuhnya yang
dikaruniakan TUHAN Allah kepada pemimpin, yaitu kharisma atau karunia rohani
(Roma 12:8c), bawaan lahir, pengalaman khas, pengetahuan yang diperoleh karena
pembalajaran serta pengalaman karir, yang melengkapi pemimpin untuk memimpin.
[4] Kompetensi kepemimpinan menjelaskan bahwa pemimpin Kompetensi atau
“competent” < competens, competere (Latin) artinya “menjadi penuh atau lengkap
sehingga dapat menjawab kebutuhan atau tuntutan.” Arti selengkapnya dari
istilah kompeten adalah: Satu, Dapat menjawab semua persyaratan, cocok, puas dan
memadai untuk suatu tujuan tertentu. Dua, Telah memenuhi semua kualifikasi dan
kapasitas yang dituntut untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Tiga, Sangat sesuai untuk
mengerjakan pekerjaan, dan telah memenuhi semua ketentuan legal untuk menjadi
sesuatu guna melaksanakan sesuatu itu. Berdasarkan pemahaman ini, maka
kompetensi adalah perangkat kapasitas penuh seorang individu sehingga ia diakui
sebagai andal dalam melakukan tugas kepemimpinan. Kapasitas penuh ini meliputi tiga
rana penting, yaitu: Kompetensi karakter (Integritas etika – motal dan mentalitas
proaktif);Kompetensi pengetahuan (Kapasitas kemampuan intelektual yang
komprehensif dan khas lebih) dan Kompetentensi kecakapan (Kapabilitas sosial dan
teknik “know how” manajerial administratif tangguh) yang membuatnya
diperhitungkan.
164 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
[5] Strategos dalam konotasi Yunani adalah sama dengan Jenderal, sehingga strategi
adalah ilmu kejenderalan, yang memberikan peran yang menentukan jatuhbangunnya
organisasi kepada pemimpin.
[6] Referensi bagi penerjaan perencanaan strategis ini dapat dilihat dari buku
“Mastering Planning” karya Y. Tomatala, untun membangun suatu manajemen
perencanaan strategis bagi gereja. Banding: Lukas 14:28-32.
[7] Lihat Kepemimpinan Kristen, Ibid., halaman 81-98 tetang penerapan
kepemimpinan Kristen dalam konteks.
PEMIMPIN BERKARAKTER LUHUR
Judul : PEMIMPIN BERKARAKTER LUHUR
Penulis : Dr. Yakob Tomatala
Media : HUT 80 STT Jaffray Makassar
Jumlah kata : 3316
ABSTRAK
Firman Allah menegaskan bahwa “….. orang yang berbudi luhur merancang hal-hal
yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian” (Yesaya 32:8). Kebenaran dalam
nubuatan Nabi Yesaya ini berbicara tentang pribadi yang berbudi luhur, yang berpikir
luhur, bersikap luhur dan bertindak luhur yang akan terwujud dengan sendirinya
secara konsisten. Penekanan ini menerangkan tentang seseorang pribadi, yang
apabila ia berbudi luhur, ia akan membuktikannya dengan sifat, sikap, kata serta
tindakan yang luhur yang akan selalu menyatakan keluhurannya sebagai karakteristik
dirinya. Pada sisi lain, dalam kaitan ini dapat dilihat bahwa seorang individu
sesungguhnya memiliki kepribadian utuh yang ditandakan dengan karakter[1] yang
menjelaskan tentang karakteristik kepripadian individu dimaksud. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kepribadian diekspresikan melalui karakter dan karakter yang
dibangun di atas sejumlah faktor menunjukkan kadar nilai dari kepribadian. Jadi
dapatlah dikatakan bahwa apabila pemimpin memiliki karakter yang disebut “berbudi
165 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
luhur” maka pada tahap pertama, ia telah membangun kepribadiannya di atas nilai
yang luhur, dan dari nilai luhur ini, ia mengekspresikan karakternya yang
berkarakteristik “berbudi luhur” dimaksud dalam keseharian melalui pikiran, sikap,
sifat, kata serta perbuatannya. Dalam upaya menjelaskan hubungan yang integral
antara pemimpin dan karakternya, maka tulisan ini akan membahas beberapa pokok
penting, yaitu antara lain., Satu, Fondasi karakter individu yang luhur; Kedua,
Dinamika mengembangkan karakter yang luhur; yang diakhiri dengan suatu
rangkuman.
FONDASI KARAKTER INDIVIDU YANG LUHUR
Telah disinggung sebelumnya, bahwa karakter sangat erat hubungannya dengan
kepribadian setiap individu. Substansi kepribadian setiap orang memiliki ego (diri,
hakikat diri), yang dibangun di attas temperamen yang merupakan bawaan lahir. Ego
memiliki (dimiliki) tubuh, jiwa, roh yang menjadikan manusia sebagai manusia (yang
hidup, yang bukan binatang), dengan kesatuan psiko-somatik (jiwa/roh/tubuh) utuh
tidak terpisahkan. Ego yang dimotori oleh temperamen mempengaruhi kepribadian
yang melibatkan pikiran (intelek/ kognisi), perasaan (emosi) dan kehendak (volisi)
yang beroperasi secara mekanis dan integral. Di sini jelas terlihat bahwa secara
substatif, manusia disebut manusia karena ia memiliki ego yang ada menyatu pada
tubuh/jiwa/roh, yang olehnya manusia adalah seorang pribadi dengan kepribadian
utuh. Ego diwarnai oleh temperamen[2] yang merupakan bawaan lahir, yang memberi
pengaruh dasar awal terhadap sifat, sikap, pikiran, perasaan dan kehendak serta
tindakan setiap individu. Kenyataan manusia seperi inilah yang
menjadikannya manusia berpribadi, dengan kepribadian sepesifik, khas serta unik.
Pada tataran selanjutnya, perlu disadari bahwa “Kepribadian seseorang sangat
dipengaruhi oleh faktor genetika yang nampak pada temperamen atau bawaan lahir,
lingkungan, dan pengalaman hidup individu.”[3] Di sini terlihat bahwa ada faktor
kepribadian dan pengaruh terhadap kepribadian setiap orang yang tidak dapat diubah
atau dipengaruhi, karena merupakan destini. [4] Faktor-faktor dimaksud secara
dominan mempengaruhi kepribadian, tanpa dapat diubah, karena sifatnya yang tetap,
namun hanya dapat disikapi.
Menghubungkan kepribadian dengan karakter, perlu diawali dengan menegaskan
bahwa ego (ke-AKU-an) yang membentuk seseorang sebagai manusia pribadi adalah
166 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
bagian dari genetika dan bawaan lahir setiap orang yang menjadikan kepribadian
dengan temperamen yang permanen dan tidak berubah. Tatkala seorang individu
mengekspresikan dirinya, maka ia sedang menyatakan “karakteristik kepribadiannya”
yang dari padanya dapat terlihat karakter khusus yang dimilikinya. Dari sisi ini terlihat
faktor pengaruh terhadap kepribadian setiap individu yang dialami, diperoleh dan
dijalani dalam lingkungan kehidupan di mana setiap orang berada dan dibesarkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepribadian yang permanen itu ditandakan
dengan karakter khas yang dipengaruhi sejumlah faktor. Kepribadian yang didominasi
oleh karakter inilah yang menyebabkan karakter memiliki sifat “dapat
berubah.”[5]Dengan adanya sifat ini pada karakter, maka karakter setiap orang dapat
dikembangkan menjadi lebih baik dari apa yang ada padanya, karena karakter adalah
ekspresi dari kepribadian.[6]Dalam upaya mengembangkan karakter menjadi lebih
baik, maka landasan yang kuat yang harus dipahami adalah otoritas nilai[7] yang
menjadi anutan setiap orang. Otoritas bagi nilai ini adalah antara lain, TUHAN,
keluarga, guru, pemimpin atau atasan, sahabat baik, dan sebagainya, yang
menjelaskan bahwa “sesuatu yang dominan baik positif atau pun negatif” akan
mempengaruhi karakter individu.[8] Nilai-nilai agung yang dapat dijadilakan landasan
dan tolok ukur bagi “pribadi yang berbudi luhur” dapat diidentifikasi pada aspek berikut
di bawah ini.
Kebenaran yang berperan sebagai dasar bagi kepercayaan (iman atau kredo), serta
landasan etika dan moral (sikap hati sebagai penggrak perbuatan atau agenda).
Landasan utama bagi nilai individu mau pun masyarakat yang berakar dari adalah
kepercayaan atau apa yang dipercayai, ini sangat berhubungan dengan kebenaran
sebagai dasar bagi iman. Dalam kaitan ini, kebenaran macam apa pun yang
dipercayaai akan sangat mempengaruhi kadar kepercayaan atau iman yang berujung
pada terwujudnya integritas[9] diri. Mencermati dari perspektif Kristen, kebenaran
yang adalah dasar kepercayaan dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, Kebenaran
azali adalah milik TUHAN (YHWH) Allah (Elohim) dan yang hanya ada pada Allah.
Kebenaran azali milik Allah ini adalah “kudus” (Imamat 11:44-45; I Petrus 1:15-16).
Kebenaran azali TUHAN Allah ini adalah bagian dari hakikat (essence), sifat khas
(attributes) dan tindakan TUHAN Allah. Kebenaran azali ini hanya ada pada manusia
karena diimpartasi oleh TUHAN.[10]
167 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Inkulturasi keluarga dan masyarakat. Tatkala seseorang individu berada di dalam
rahim ibunya, ia dapat saja dipengaruhi oleh faktor “psikologi ibu” melalui prenatal
influncesyang diimpartasi sang ibu. dapat dikatakan bahwa dari sisi psikologi ibu ini,
nilai bawaan dasar pribadi ditanamkan, namun secara kultural, sasng bayi belumlah
menjadi manusia budaya. Setelah sang bayi lahir, ia mulai memasuki proses budaya
dengan dibudayakan dan berbudaya, sehingga ia menjadi manusia budaya dari suatu
kelompok masyarakat. Pada tatanan ini, mulailah terlihat adanya pengaruh
kebudayaan terhadap pembentukkan diri individu yang
disebut inkulturasi atau enkulturasi,[11] yang dimulai dari pengaruh orang tua dan
lingkungan keluarga. dalam kaitan ini, dapatlah dikatakan bahwa salah satu faktor
dominan yang mempengaruhi kepribadian seseorang adalah keluarga dan masyarakat
yang diwujudkan melalui inkulturasi ini.[12]
Pendidikan umum, yang mewarnai kecakapan berpikir. Di samping faktor inkulturasi,
faktor pendidikan umum juga sangat mewarnai dasar, khasana, kemampuan dan cara
berpikir setiap orang. Dengan demikian dapatlah dilihat bahwa pendidikan umum yang
ditekuni seseorang sampai pada level apa pun dengan cara apa pun akan mewarnai
serta mempengaruhi kepribadiannya secara umum pula. Dari sinilah akan terlihat
bahwa kecenderunga berpikir, bersikap, berkata dan berbuat akan memperlihatkan
keterpengaruhan pendidikan formal ini.
Pergaulan yang mewarnai hubungan-hubungan sosial. Faktor sosial dasar yang juga
berpengaruh atas kepribadian seseorang dan setiap orang adalah pergaulan dengan
teman sepermainan atau peer. Di samping faktor sosial yang diwariskan dari pengaruh
kehidupan keluarga, pergaulan dengan peer juga memiliki kontribusi dalam
pembentukan kepribadian individu. Karena itu, pengaruh atas kepribadian seseorang
dapat ditelusuri balik kepada pergaulan dengan peer dalam lingkungan masyarakat di
mana ia hidup dan berada pada awalnya.
Dalam hubungan dengan uraian di atas ini, dapatlah dikatakan bahwa kebiasaan
pribadi yang menunjuk kepada bagaimana seseorang berpikir, bersifat, bersikap atau
berkehendak, berperasaan, berkata dan bertindak, dapat ditelusuri balik kepada
pengaruh-pengaruh yang melingkupi dirinya terutama pada masa kanak-kanak, dari
usia bayi, sampai masa remaja dan pemuda. Dengan demikian, dapatlah dikatakan
bahwa kadar keluhuran budi seseorang akan ditentukan oleh pengaruh nilai iman,
168 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
keluarga, pendidikan umum, pergaulan dan hubungan-hubungan di mana ia hidup dan
di besarkan. Dari sisi lain dapatlah dikatakan bahwa pengaruh-pengaruh di atas inilah
yang membentuk dan mengubah kepribbadian seseorang sehingga ia menjadi apa
adanya pada saat ini dengan ekpresi dirinya yang unik dan khas.
DINAMIKA MENGEMBANGKAN KARAKTER YANG LUHUR
Telah diungkapkan bahwa karakter memiliki sifat khas “dapat berubah” yang olehnya
karakter dapat dikembangkan dan berkembang menjadi positif atau dibiarkan untuk
dipengaruhi sehingga menjadi negatif.[13] Dengan demikian, dalam upaya
mengembangkan “karakter menjadi luhur” maka ada dua aspek yang akan disinggung,
antara lain yaitu: Pertama, Menata perkembangan format diri; dan Kedua, Pencitraan
diri yang positif.
Menata perkembangan format diri
Dalam upaya mengembangkan karakter luhur, setiap individu dan pemimpin Kristen
perlu manyadari dengan dalam bahwa menurut Alkitab, “semua orang (manusia) telah
berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Kebenaran ini menegaskan
bahwa secara natur, manusia adalah berdosa, dan tidak memiliki kekuatan untuk
mengembangkan diri menjadi luhur dalam arti yang sebenarnya. Ini tidak berarti
bahwa secara umum, manusia tidak dapat “berpikir positif yang alami,” karena pada
dasarnya, manusia memiliki kebaikan umum, yang olehnya secara sosial manusia
sejahat apapun dia, pasti akan bersikap baik terhadap isteri, suami, atau anak-nya.
Namun, kebaikan seperti ini bernilai positif tidak penuh, karena dosa, sehingga
manusia sebaik apa pun dia, ia akan membenci musuhnya (ia tentu memiliki musuh)
dan dimusuhi orang lain.[14] Hal ini berarti secara umum, manusia dapat saja
berbicara tentang berpikir positif, tetapi dalam sifat yang tidak murni, karena dosa
yang ada padanya (Roma 6:23). Pada sisi lain, bagi orang Kristen, tatkala ia di dalam
Kristus, sesungguhnya ia telah menjadi “manusia baru” (II Korintus 5:17), dimana
manusia lama (natur keberdosaan) telah diselesaikan TUHAN (I Korintus 15:1-5),
sehingga ia telah mengalami pembaruan hidup (Kolose 3:5-11), menjadi “manusia
baru” (ciptaan baru) dalam Kristus (II Korintus 5:17). Dalam kaitan ini, tatkala orang
Kristen hidup sesuai dengan panggilannya dengan cara hidup “rendah hati, lemah
169 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
lembut, sabar, mengasihi, memelihara kesatuan dalam ikatan damai sejahtera” (Efesus
4:1-3) dan hidup dalam kasih serta menjauhkan diri dari perbuatan kegelapan dan
hidup sebagai anak-anak terang dengan arif sesuai kehendak Allah (Efesus 5:1-18),
dan memiliki belas kasihan dengan sifat serta kata-kata yang membangun (Kolose
3:12-17), kemudian “membangun pikirannya di atas “apa yang benar, mulia, adil, suci,
manis, sedap didengar, dengan kebajikan dan tindakan yang patut dipuji” (Efesus 4:8),
maka ia telah “bersikap, berpikir, dan bertindak positif” dalam arti yang sejati. Dengan
berlandaskan kebenaran ini, orang Kristen dapat mengembangkan diri ke arah
kedewasaan penuh (Efesus 4:13-16) yang menandakan bahwa ia sedang berada
dalam suatu proses perkembangan diri yang formatif.[15]
Sebagai seorang individu pemimpin, perkembangan seperti yang dijelaskan di depan
ini harus diupayakan sedemikian rupa, sehingga terfokus kepada sasaran: “mejadi
kompeten” denganintegritas-kredibilitas karakter tinggi (Formasi
Rohani); kapasitas pengetahuan yang komprehensif dan khas lebih (Formasi
Pelayanan) dan kapabilitas sosial (kemampuan mengembangkan hubungan positif
yang luas), ekonomi (naluri dan kecakapan ekonomi) dan teknis (kecakapan memimpin
dengan memanejemeni secara andal), yang berkembang secara ajeg ke
arah kovergensi menjadi pemimpin tangguh.[16] Seorang individu pemimpin yang
berkembang secara formatif seperti ini menjelaskan bahwa ia sedang membangun
karakternya yang dilandasi nilai etika – moral agung (Roma 12:1-2; Mazmur 1;
Yeremia 9:23-24; 17:7-8; Yesaya 32:1-3,8, Daniel 12:3), yang memberikan kepadanya
landasan kuat untuk berbudi luhur. Perkembangan formatif ini ditandai oleh
kemampuan untuk mengendalikan diri dengan “menjaga hati” (Amsal 4:23), yang
olehnya dari dalam dirinya mengalir air hidup (Yohanes 7:38), sehingga orang lain
yang ada di sekitarnya diberkati TUHAN. Oleh pertolongan Roh Kudus, ia sedang ada
dalam “kemampuan tinggi” yang dinyatakan dengan “keagungan hidup berlandaskan
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahblembutan, dan penguasaan diri” (Galatia 5:22-23‟ I Korintus 13; Yohanes
13:34-35). Cara hidup (lifeway) seperti ini menjelaskan bahwa orang Kristen/
pemimpin Kristen sedang hidup seperi Kristus TUHAN-nya (I Yohanes 2:6). Di sini ia
sedang membuktikan diri memiliki keluhuran budi (Yesaya 32:8) yang ditanda-buktikan
dengan memimpin banyak orang kepada kebenaran dan damai sejahtera (Daniel 12:3;
Yesaya 32:17; Yohanes 14:27). Dalam kaitan dengan pengembangan diri menjadi
170 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
pemimpin kompeten dengan keluhuran budi seperti ini, setiap individu Kristen/
Pemimpin Kristen harus dengan penuh kesadaran dan secara terencana membangun
suatu strategi “pengembangan diri” diawali dengan sikap siap menjadi pembelajar
sepanjang hidup yang terus menerus mengembangkan diri melalui belajar
secara introspektif(mengkaji pengaman hidup secara internal), retrospektif (mengkaji
nilai pengalaman masa lalu bagi kehidupan sekarang) dan belajar secara
vikariat (vicarious learning, yaitu belajar dengan menggunakan pemimpin Alkitab,
pemimpn historis yang telah berlalu dari sejarah, dan pemimpin kontempoter) sebagai
model atau patron pembelajaran. Dengan menata perkembangan diri seperti ini,
pemimpin sedang dan akan terus berkembang ke arah kepenuhan diri menjadi
kompeten, yang ditandai oleh kenyataan bahwa ia terus menghidupi dirinya dengan
karakter agung[17] di mana ia menjadi berkat kepada lebih banyak orang dari
berbagai kalangan. Pemenuhan format diri harus didukung oleh kesadaran bahwa sang
pemimpin sedang menghidupi karakter dan menjalankan kepemimpinannya dengan
“cara hidup bijak.” Pada sisi lain kesadaran ini harus ditopang oleh penemuan diri
(secara subyektif) bahwa sang pemimpin sedang berkembang dan adanya pengakuan
dari orang lain (konfirmasi) bahwa pemimpin sedang menjadi berkat bagi banyak
orang. Sang pemimpin dalam kaitan ini tidak dapat bertepuk sebelah tangan
(membuat klaim secara sepihak) dengan mengatakan bahwa “saya adalah kompeten
dan sedang berkembang,” karena kompetensi dan perkembangan diri seorang
pemimpin harus dibuktikan dengan adanya pengakuan dari orang lain secara positif
bahwa ia sedang berkembang dengan adanya bukti bahwa ia “menjadi berkat” kepada
lebih banyak orang. Pengakuan seperi ini harus disambut oleh pemimpin dengan
mawas diri dan berendah hati, agar ia tidak terjebak kepada keangkuhan dan menjadi
takabur.
Pencitraan diri yang positif
Kesadaran diri pemimpin secara subyektif bahwa ia sedang berkembang hanya dapat
dipastikan melalui pencitraan dirinya. Pencitraan diri positif yang sejati dibangun di
atas kompetensi diriyang kuat, antara lain, karakter (Etika-moral = SQ) yang
teguh, pengetahuan yang komprehensif dan khas lebih (yang dalam, luas, dan khas
atau spesial = IQ) serta kecakapansosial-ekonomi-teknis (ScETQ) yang andal.
Pencitraan diri dalam kaitan ini adalah suatu sikap sadar bertanggung jawab seorang
individu. Sikap ini diwujudkan dalam mengekspresikan dirinya yang ditandai oleh
171 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
pikiran, sikap, kata serta tindakan yang positif yang mewarnai lingkungan pribadi serta
kinerja dengan membangun orang lain yang ada di sekirarnya dan membawa
keuntungan bagi kepemimpinannya. Pencitraan diri diwali dengan
adanyaintegritas karakter Kristen yang kuat, yang olehnya pemimpin yang
membuktikan diri dengan etika moral luhur, akan diakui sebagai kredibel. Pencitraan
diri dari sisi karakter ini di awali dari membangun self esteem (sikap penghargaan
obyektif terhadap diri) yang mengakui bahwa dirinya berharga di mata TUHAN yang
telah memilih dan menetapkannya menjadi seorang pribadi dan seorang pemimpin
(Yeremia 1:5). Sikap seperti ini meneguhkan diri dengan kepercayaan yang teguh,
yang melahirkan self confidence (rasa percaya diri) yang kuat sebagai pemimpin yang
telah dipanggil TUHAN. Self esteem pada sisi lain akan meneguhkan self
dignity(kewibawaan diri), sehingga pemimpin dapat berdiri tegak menghadapi
kepemimpinannya yang ditandai oleh berbagai gelombang tantangan. Dengan sikap
dasar seperti ini, pemimpin dengan sendirinya ditopang untuk berpikir, bersikap,
berkata dan bertindak positif terhadap tugasnya (terstruktur objektif) orang lain
(konsiderat-altruistik) dan segala sesuatu yang dihadapi (pragmatis-optmistik).
Berdasarkan sikap seperti yang telah disinggung di atas, pemimpin akan diteguhkan
dengan jiwa positif (hidup benar, baik hati, tulus, jujur, adil, setia, arif) yang olehnya ia
memiliki mentalitas positif (keteguhan, ketekunan, kesetiaan, kerajinan, keuletan) yang
memberikan kepadanya gaya proaktif (asertif, inovatif, antisipatif, partisipatif, adaptif)
dalam menyikapi dan menindaki segala sesuatu. Pencitraan diri dari sisi pengetahuan
akan terlihat pada kapasitas diri sebagai narasumber dengan kemampuan intelektual
cemerlang. Pada sisi ini, pemimpin telah membangun dirinya dengan
perangkat falsafah kehidupan yang lengkap, serta pengetahuan know how yang
membuatnya cerdas dengan kemampuan menanggapi segala sesuatu secara
cemerlang. Pecitraan diri dari segi kecakapan akan terlihat pada kapabilitas kinerja
dari sisi sosial, dimana pemimpin piawai dalam mengelola dan membangun hubungan-
hubungan dengan jejaringan yang luas pada segala aras., dan mampu memanejemeni
tanggungungjawab kepemimpinan secara efektif, efisien, dan sehat yang produktif
optimal.[18]
Pada tataran lain, pencitraan diri secara praksis hanya akan bernilai positif apabila
pemimpin secara bertanggungjawab menghidupi diri serta kepemimpinannya sebegitu
rupa sehingga ia menandakan adanya kualitas karakter lebih. Karakter lebih
172 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
ini pertama-tama ditandakan dengan adanya keagungan budi. Keagungan budi yang
sejati dibangun di atas kebenaran, kebaikan, keadilan, ketulusan, kesetiaan, ketekunan
dan ketahanan, yang menunjukkan adanya integritas dan kredibilitas karakter. Kedua,
karakter lebih ini ditunjang oleh adanya komitmen tinggi kepada disiplin serta
penguasan diri, kebijaksanaan dan kearifan dalam membangun sikap terhadap orang
lain, serta adanya kesetiaan, keuletan dan ketekunan kerja berkualitas (efektif-efisien-
sehat-optimal) yang membawa keuntungan bagi diri, orang yang dipimpin, dan
organisasi serta masyarakat di mana kepemimpinannya dijalankan. Ketiga, karakter
lebih ini ditandai dengan adanya kearifan dalam melaksanakan upaya memimpin,
dengan sikap terbuka, konsiderat serta lugas terhadap orang yang dipimpin dan
pekerjaan yang dijalankan. Keempat, karakter lebih pada sisi lain, nampak pada
pencitraan diri yang baik dan benar yang diekspresikan melalui pikiran, sikap, kata dan
tindakan yang mengangkat dan meneguhkan, sehingga dengan sendirinya akan
berimbas kepada adanya pengakuan akan kualitas diri lebih yang ada pada pemimpin.
Pengakuan ini merupakan imbasan berupa penghargaan obyektif tulus atas diri
pemimpin sebagai refleksi orang lain atas pencitraannya. Dari sisi inilah akan terbukti
sejauh mana pemimpin memiliki karakter yang luhur yang ditandai dengan adanya
pengakuan dan penghargaan yang diberikan kepadanya.
RANGKUMAN
Pemimpin Kristen yang memiliki karakter luhur hanya ada karena anugerah Allah yang
telah menyelamatkannya, dan menjadikannya sebagai manusia baru (II Korintus 5;17;
Yesaya 32:1-2,8,17; Daniel 12:3). Manusia baru yang adalah ciptaan Allah memberikan
kepada pemimpin vitalitas yang meneguhkannya untuk membangun diri ke arah
kedesawaan sesuai dengan rencana Allah. Secara khusus, keluhuran karakter
pemimpin dibangun di atas keluhuran budi, dengan komitmen kuat untuk taat dan
setia kepada TUHAN. Dari tataran praktis, keluhuran diri pemimpin akan tampak
pada karakternya yang berintegritas tinggi (benar, baik, suci, adil, jujur, tulus, setia,
tabah, tekun, tangguh, indah, mulia – Lihat Filipi 4:5,8), kapasitas pengetahuannya
173 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
yang komprehensif (luas) dan khas lebih (pilihan unggulan); yang menempatkannya
pada tataran atas dan lini depan dalam percaturan intelektualitas; sertakapabilitas
sosial, ekonomi dan teknis yang andal yang meneguhkan pribadi entrepreneur
mandiri yang memiliki basis sosial berjejaring luas serta keandalan memanejemeni
secara strategis taktis tinggi, yang membawanya unggul dalam kinerja serta
pencapaian. Semua ini akan terwujud melalui pencitraan diri dan tindakan proaktif
yang berimbas kepada pengakuan positif dari banyak orang tentang keandalan
pemimpin. Keandalan pemimpin ini terbukti karena ia memiliki karakter yang luhur,
yang membawa keberhasilan dalam kehidupan serta karirnya yang ditandai dengan
keberadaannya yang memberkati banyak orang. Selamat menghidupi diri dengan
karakter luhur.
Jakarta, Maret 2012
Pdt. Dr. Yakob Tomatala
[1] Lihat Buku Manusia Sukses: Teologi Sukses Menurut Alkitab. Tahun 1988 karangan
Yakob Tomatala tentang Faktor Karakter yang menentukan 85 % keberhasilan seorang
pemimpin.
[2] Temperamen atau bawaan lahir lebih bersifat permanen, karena terkait pada faktor
genetika.
[3] Lihat penjelasan Yakob Tomatala dalam buku Manusia Sukses, tahun1998 halaman
31-32.
[4] Temperamen atau bawaan lahir, lingkungan dan pengalaman khas berbekas adalah
dasar kepribadian yang tidak dapat diubah. Faktor-faktor dasar bagi pembentukan
karakter ini adalahdestini karunia Sang Pencipta yang bersifat permanen, di mana
faktor ini hanya dapat disikapi secara positif atau negatif.
174 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
[5] “Karakter Anda terwujud oleh sejumlah faktor. Ada faktor yang tidak mungkin
diubah oleh siapa saja, tetapi ada faktor yang dapat dikembangkan dengan “proses
positivisasi” untuk menjadikannya positif.” Ibid.
[6] Karakter adalah hakikat, sifat, dan ekspresi kepribadian seseorang yang dinyatakan
melalui pikiran, perasaan, kehendak, pembicaraan serta perilaku dalam lingkungan
atau konteks di mana ia hidup. Ibid.
[7] Lihat buku Anda juga Bisa menjadi Pemimpin Visioner, tahun 2007 karangan Yakob
Tomatala tentang Otoritas Nilai. Halaman 51-79.
[8] Amsal 22:24-25, “Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, ……. supaya
engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya ….”
[9] Integritas menurut David K. Hatch, “adalah garis merah yang mempertahankan
setiap prinsip lain dalam Kehebatan Sehari-hari. Jika dianggap tidak jujur, misalnya,
orang yang pemberani akan ditakuti dan dihindari. Jika dipandang sebagai tidak etis,
orang yang menampilkan sikap dermawan akan dianggap dalang yang mementingkan
diri sendiri. … Orang yang penuh integritas adalah orang yang ucapannya sesuai
dengan perbuatannya, dan perilakunya mencerminkan nilai-nilai luhur yang dianutnya.”
(2011:149). Banding Bab II.
[10] Lihat uraian Rasul Paulus di dalam Galatia 2:15-20; dan II Korintus 5:17).
[11] Lihat buku karangan Teologi Kontekstualisasi dan Antropologi Kebudayaan karya
Yakob Tomatala tentang pokok inkulturasi atau enkulturasi atau sosialissi atau
pendidikan dalam kebudayaan ini.
[12] Lihat tulisan Yakob Tomatal dalam buku: Dr. Marthin Billa: Pemimpin Visioner,
Transformator, Futuristik. Tahun 2012 tentang pengaruh keluarda dalam pembesaran.
[13] Salomo menasihatkan agar “tidak bergaul dengan orang jahat” karena akan
dipengaruhi oleh karakter mereka (Lihat: Amsal 1:10-16; 23:20; dan Rasul Paulus
mengatakan, “Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik” (I Korintus 15:33).
175 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
[14] Orang Kristen sejati dapat saja dibenci oleh orang lain, namun kesejatiannya
hanya sejati benar bila ia tidak membenci, dan tidak memusuhi siapapun (Kolose 3:12-
13; I Yohanes 2:11, 29; 3:7-10, 13-15).
[15] Kenyatan ini disebut Formasi Rohani dalam kepemimpinan.
[16] Sebagai upaya pembelajaran lanjutan untuk mengembangkan diri, dapat dilihat
dalam buku Pemimpin yang Handal dan Manajeman Pengembangan Sumber Daya
manusia Pemimpin Kristen, karya Yakob Tomatala.
[17] Dengan karakter agung seperi ini, pemimpin dapat berada di atas dengan tidak
mengatas-ataskan diri dan merendahkan orang lain, ia bisa besar, namun tidak
terjebak membesar-besarkan diri dengan mengecilkan orang lain, ia bisa benar tetapi
tidak mebenar-benarkan diri dan melecehkan orang lain, karena ia menyadari bahwa
sebagai pemimpin, ia adalah hamba-pelayan, yang memiliki komitmen untuk mengabdi
dan memberikan diri untuk melayani bukan untuk dilayani (Markus 10:35-45; Matius
20:20-28; Lukas 17:10)., dimana ia harus hidup bagi TUHAN-Nya dan memberkati
orang lain (Amsal 19:11; 21;1-3; 24:5; 29:4; 28:16, 20, 25-28).
[18] Lihat buku Kepemimpinan yang Dinamis karya Yakob Tomatala tentang pokok ini.
MENAKAR KEABSAHAN DIRI SEBAGAI PEMIMPIN ROHANI
“… kamu yang rohani, harus memimpin orang … ke jalan yang benar dalam roh lemah
lembut …” (Galatia 6:1b).
PENGANTAR
176 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Seorang pemimpin yang sejati, tahu siapa dirinya, mengapa ia ada, di mana ia berada,
ke mana ia akan pergi, dan apa yang akan dicapainya. Kebenaran ini menegaskan
bahwa sejatinya, seorang pemimpin harus tahu apa yang menyebabkan ia ada dan
berada serta mengapa ia ada sebagai pemimpin. Hal ini menjelaskan tentang beberapa
pertanyaan penting, antara lain.,Pertama, apa landasan bagi legitimasi
kepemimpinannya yang memberikan otoritas serta keyakinan kepadanya untuk
menjadi pemimpin. Landasan legitimasi yang memberi otoritas ini sekaligus
memberikan indikator tentang landasan, dinamika dan arah kepemimpinan dari
organisasi yang dipimpinnya. Kedua, apa motivasi yang mendorongnya untuk berada
pada tempat di mana ia berada sekarang sebagai pemimpin. Pertanyaan ini
mempertanyakan tentang nilai anutan yang memberikan dorongan kepada pemimpin
untuk mewujudkan keberadaannya.Ketiga, apa visi dan misi kepemimpinannya yang
memberikan arah dan tugas yang akan dikerjakan untuk menggapai ideaslisme
kepemimpinannya. Meneguhkan kebenaran kepemimpinan ini, seorang pemipin sejati
harus memastikan faktor-faktor prima yang merupakan dinamika bagi keberadaannya
sebagai pemimpin. Menjawab untaian aspek yang membawa seseorang menjadi
pemimpin seperti ini, La Rochefoucauld mengatakan: “Kejayaan orang-orang besar
harus selalu diukur dari cara yang mereka gunakan untuk mencapai kejayaan
tersebut.”
Pernyataan ini menegaskan bahwa suatu pencapaian kepemimpinan yang absah dan
bernilai agung adalah bila dibangun di atas kebenaran yang mendasari motif, sifat,
sikap kata, perbuatan dan cara yang digunakan untuk berada sebagai pemimpin. Dari
perspektif Kristen, seorang pemimpin yang adalah pemimpin rohani haruslah
menjawab pertanyaan penting yang antara lain: “Apakah keberadaannya sebagai
pemimpin selaras dengan kehendak Allah yang sejati; Apakah kepemimpinannya
digapai dengan motivasi luhur sebagai pemimpin rohani sejati; dan, Apakah
kepemimpinannya diuntukkan guna memperjuangkan hal besar bagi kepentingan
banyak orang, yang sejatinya merupakan pembuktian diri sebagai pemimpin besar.
Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan di depan, maka ada tiga hal yang
akan dibincangkan, yaitu antara lain: 1. Membangun kepemimpinan di atas kehendak
Allah; 2. Meneguhkan kepemimpinan dengan motivasi agung sebagai pemimpin
177 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
rohani; dan 3. Membuktikan kepemimpinan dengan memperjuangkan hal besar yang
inklusif., yang akan diakhiri dengan suatu refleksi.
1. MEMBANGUN KEPEMIMPINAN DI ATAS KEHENDAK ALLAH. Dasar bagi
pembuktian keabsahan diri seorang pemimpin adalah memahami apa sesungguhnya
kehendak Allah bagi diri, rumah tangga dan kepemimpinannya. Adalah tidak mudah
untuk memastikan serta menegaskan apa yang disebut kehendak Allah ini. Sebagai
contoh, seseorang bisa saja atas nama “kehendak Allah” memaksakan kehendaknya
atas orang lain, atau bertindak licik guna mencapai tujuan dengan menghalalkan
berbagai macam cara. Dalam hubungan ini haruslah dipahami, bahwa kehendak Allah
itu adalah sepasti hakikat-Nya yang berdaulat, dimana dapat dikatakan bahwa jika
TUHAN Allah menghendaki sesuatu, maka kehendak-Nya itu pasti terjadi. Pernyataan
seperti begini sungguhlah cukup menarik untuk disimak. Pertama, Kita harus belajar
membedakan kehendak Allah dan kehendak atau usaha manusia. Kehendak Allah yang
adalah selaras serta sepasti sama dengan hakikat-Nya ini, pasti dan harus sama
dengan sifat khas-Nya, yang maha benar, maha suci, maha adil, maha hikmat, maha
baik, maha tepat, maha tahu, maha hadir, maha arif, yang nyata dari Firman-Nya serta
terbukti dalam tindakan-Nya. Di sini dapat ditegaskan bahwa karena kehendak Allah itu
sempurna, maka penggenapannya juga haruslah sempurna. Kedua, Kita juga melihat
dari sisi lain, yang berhubungan dengan meyakini sesuatu sebagai kehendak Allah dan
mematutkannya dengan tanggung jawab manusia. Pertanyaan penting yang harus
dijawab adalah, sejauh mana sesuatu yang disebut kehendak Allah itu dapat dibedakan
dari sikap membiarkan apa saja terjadi. Atau dengan meyakini bahwa sesuatu itu
adalah kehendak Allah maka kita terdorong untuk melakukan apa yang diyakini
sebagai kehendak Allah, pada hal, pertanyaan besar yang muncul ialah, apakah
kehendak Allah yang sejati yang ada pada diri-Nya itu sejalan dengan tindakan saya?
Kalau pun saya mengatakan bahwa itu adalah sejalan, maka pertanyaan berikutnya
ialah, apakah benar itu adalah sejalan, dan apa sesungguhnya tolok ukurnya? Karena,
jangan-jangan, saya memaksakan kehendak diri saya dan berlindung di balik
“kehendak Allah.” Ketiga, Kita pun perlu untuk memastikan apa yang disebut kehendak
Allah itu dengan kebenaran Firman, suara batin, faktor hukum, keadilan sosial-
ekonomi, nilai luhur kultural sosial dan hak-hak individu, rumah tangga, hak
masyarakat serta hak organisasi. Semua ini haruslah menjadi pertimbangan, karena
178 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
melibatkan orang lain dan banyak orang yang adalah manusia ciptaan Allah, dimana
kita semua memiliki tanggung jawab moral yang melekat pada hakikat dan citra diri
kita sebagai ciptaan TUHAN yang mulia. Di sini kita dapat berkata bahwa kehendak
Allah yang berdaulat itu pasti terlaksana, tetapi pertanyaan penting yang harus
ditanyakan ialah, bagaimana hubungannya dengan saya secara pribadi yang
menyikapinya? Apakah saya yakin bahwa ini benar-benar kehendak Allah? Apakah Roh
Kudus sungguh berperan di dalamnya? Apakah semua ini selaras dengan kebenaran
Firman? Apakah suara batin saya selaras dengan kehendak Allah, atau karena demi
keinginan berkuasa, keingian mendominasi, keinginan dihormati, keinginan berada di
atas orang lain, saya “memelintir kehendak Allah”? Keempat, Kita perlu memastikan
apa yang disebut kehendak Allah itu dan akibat-akibat yang akan ditimbulkan oleh apa
yang disebut sebagai tindakan yang mengatasnamakan kehendak Allah itu sendiri.
Adalah tidak mudah untuk menjawab semua pertanyaan ini, karena suatu tindakan
yang dianggap benar oleh seseorang, belum tentu dianggap benar oleh orang lain,
sehingga tindakan yang mengatasnamakan kehendak Allah sekalipun belumlah tentu
kehendak Allah yang sejati. Kelima, Kita juga harus membedakan apa yang
sesungguhnya kehendak Allah itu dengan keputusan-keputusan yang berbasis sistem
demokrasi, sistem hukum prifat atau sistem hukum positif atau suatu tindakan yang
bersifat formil, yang sering dilihat sebagai pengabsahan kehendak Allah itu. Pokok ini
sangatlah perlu untuk disimak dengan seksama oleh mereka yang berniat baik,
bermaksud benar dan bertindak dengan kehendak mulia untuk membiarkan kehendak
Allah terjadi secara bertanggung jawab. Dalam menerapkan kebenaran tentang
kehendak Allah ini, kita diminta arif untuk menyikapinya, baik dari sikap hati, dalam
pikiran, sifat, sikap dan kata serta tindakan, sehingga yang kita katakan kehendak
TUHAN itu benar-benar kehendak-Nya yang selaras dengan rencana-Nya yang kekal.
Dalam hal ini, kita perlu mendengar nasihat Kong Hu Cu (Konfusius) yang
mengatakan, “Mengetahui apa yang baik tetapi tidak melakukannya adalah sikap
pengecut yang paling buruk.” Lebih dari itu, Firman Allah menegaskan, “….. barang
siapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia
bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi
sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya” (Yakobus
2:25). Semua ini harus kita sikapi dengan kerendahan hati serta kemauan untuk taat
kepada TUHAN Allah dengan mengingat Firma-Nya yang menegaskan, “Hal-hal yang
tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita
179 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dan anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan
hukum Turat itu” (Ulangan 29:29). Hm, kehendak TUHAN Allah tetaplah suatu misteri
yang kekal !!!
2. MENEGUHKAN KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI AGUNG SEBAGAI
PEMIMPIN ROHANI. Dalam upaya menegaskan bahwa saya dan Anda ada dalam
kehendak Allah yang sesungguhnya, kita harus meneguhkan sikap kita sebagai
pemimpin rohani. Pemimpin rohani, adalah dia yang menyadari bahwa TUHAN Allah
demi kemurahan-Nya telah memanggilnya kepada keselamatan. Pemimpin rohani yang
terpanggil oleh TUHAN Allah akan selalu berupaya untuk mendahulukan kehendak
Allah. Mendahulukan kehendak Allah ini haruslah nyata dalam hati, pikiran, sikap, kata
serta tindakan dengan memperhatikan kebenaran berikut., Pertama, Sebagai upaya
meneguhkan sikap kita, maka kita perlu menyimak Sabda TUHAN Yesus yang
menegaskan, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-
Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan
kamu” (Yohanes 8:31b-32). Di sini hal yang perlu dipahami ialah bahwa seorang
pemimpin rohani, haruslah membuktikan diri sebagai pemimpin yang mengutamakan
Firman Allah (Maz 1; 119:105). Keadaan hati, pikiran, sifat, sikap, kata serta
tindakannya haruslah diwarnai oleh “kebenaran Firman TUHAN.” Ia akan selalu
bertanya, apakah hati saya, pikiran saya, sifat saya, sikap saya, kata-kata saya serta
tindakan saya selaras dengan Firman Allah? Semua yang selaras dengan Firman Allah
berarti kita ada di dalam kebenaran yang tanpa dosa. Kebenaran yang tanpa dosa ini
adalah kebenaran yang tidak boleh dikompormikan dengan dosa. Sebagai contoh,
“motivasi saya adalah untuk merebut kedudukan kepemimpinan, tetapi saya
menyelubunginya dengan sikap licik, bercicara manis, dan mengakali hukum. Dilihat
dari perspektif umum, cara ini bisa dibanggakan, dan disebut strategi, tetapi dalam
perspektif rohani, ini adalah sebuah “penipuan.” Selanjutnya, kebenaran yang tanpa
dosa ini adalah pembuktian seorang pemimpin ada di dalam kehendak TUHAN yang
memberikan kekuatan untuk membuktikan bahwa sang pemimpin rohani sedang
mengutamakan TUHAN Allah-nya, karena ia memahami bahwa Firman Allah
mengharuskan “Ya” adalah “Ya,” dan “Tidak” adalah “Tidak,” dimana yang
bertentangan dengan ini adalah dosa, seperti yang disabdakan TUHAN, “…. jika
seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia
180 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
berdosa” (Yakobus 4:17; 1:26; 3:2-11). Mengutamakan kehendak Allah di sini berarti
mengenyampingkan kehendak diri, mengabaikan kemauan untuk menang sendiri,
dengan tujuan untuk membiarkan kehendak Allah terlaksana di dalam kebenaran,
sehingga akan ada kemuliaan bagi nama-Nya (Roma 11:36). Kedua, Pemimpin rohani
yang hidup selaras dengan kehendak Allah akan selalu dituntun oleh Roh Kudus.
Tuntunan Roh Kudus ini meneguhkan hakikat hidup rohani pemimpin dengan kuasa
untuk hidup seperti TUHAN Yesus (I Yohanes 2:6). Pemimpin yang hidup seperti Yesus
TUHAN-nya akan dipenuhi dan dituntun Roh Kudus (Matius 3: 13-17; 4:1; Markus
1:12-13; Lukas 4:1-13; Roma 8:14-16). Pemimpin rohani yang dipimpin Roh Kudus
akan menampakkan keunggulan karakter yang diwarnai oleh “kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan
penguasaan diri” (Galatia 6:22-23; Banding I Samuel 24:6-8; 26:9-11). Ketiga, Dalam
melaksanakan hal ini, tanggung jawab pemimpin ialah membuktikan bahwa ia benar-
benar mendahulukan kehendak TUHAN dengan berbuat kebenaran dan kebaikan.
Kebenaran dan kebaikan yang dilakukannya itu selalu berujung kepada membawa
kemuliaan bagi TUHAN, dan keuntungan bagi banyak orang, dimana tidak selamanya
membawa keuntungan bagi diri. Contoh teragung dari kebenaran ini dapat dilihat dari
sikap dan doa TUHAN Yesus di Getsemani (Matius 26:36-46; Markus 14:32-42; Lukas
22:39-46), di mana IA membiarkan kehendak ALLAH Bapa-Nya terlaksana yang
ditandai dengan hati, pikiran, sifat, sikap dan tindakan-Nya yang mendahulukan
kehendak Bapa-Nya dengan kesigapan menanggung resiko dari kehendak TUHAN yang
terlaksana itu. Keempat, Pemimpin rohani yang hidup dalam kebenaran yang
mewarnai isi hati, pikiran, sifat, sikap dan tindakan akan selalu termotivasi untuk
mendahulukan kebenaran dengan hidup dalam kebenaran. Hidup di dalam kebenaran
akan terindikasi dengan melakukan kebenaran, keadilan, ketulusan, kejujuran yang
nyata dari hati, pikiran, sifat, sikap, kata serta tindakan yang membawa kedamaian
kepada sesama (Yesaya 32:1-2; 8, 17). Dalam hal ini, pemimpin akan selalu berupaya
menuntun orang ke dalam kebenaran dengan kesediaan yang tinggi untuk
mengangkat serta menolong sesama dengan segenap hati (Galatia 6:1-2). Kelima,
Pemimpin rohani yang hidup dalam kebenaran dan mendahulukan kehendak Allah,
akan diteguhkan untuk membuktikan integritas diri sebagai seorang pelayan TUHAN.
Bukti bahwa pemimpin rohani adalah pemimpin rohani yang berintegritas ialah bahwa
ia memahami kehendak Allah yang ditandai oleh hati, pikiran, sifat, sikap dan
181 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kehidupan serta tindakan yang arif, sehingga ia menjadi berkat kepada banyak orang
dalam kepemimpinannya dan lebih luas lagi (Efesus 5:15-21; I Raja-raja 3:16-28).
3. MEMBUKTIKAN KEPEMIMPINAN DENGAN MEMPERJUANGKAN HAL BESAR
YANG INKLUSIF. Pemimpin rohani yang mendahulukan kehendak TUHAN Allah
dengan hidup di dalam kebenaran dan kebaikan, akan selalu memperjuangkan hal
besar. Memperjuangkan hal besar di sini berarti membebaskan diri dari sikap egoisme
yang cenderung mendorong kepada upaya pementingan diri, dan kelompok serta
berkecenderungan memperjuangkan kepentingan sendiri. Pemimpin rohani akan selalu
menyadari beberapa kebenaran penting yang harus disikapi dan dihidupi secara
konkrit, yaitu antara lain., Pertama, Pemimpin rohani sepenuhnya hidup dengan
kesadaran bahwa menjadi pemimpin itu adalah kasih karunia Allah (Roma 12:1-2,7; II
Kor 4:1). Kepemimpinan baginya adalah pekerjaan mulia yang harus disikapi dengan
penuh hormat dan tanggung jawab yang tinggi (I Timotius 3:1-7). Dalam hubungan
ini, pemimpin haruslah memimpin dengan “sukarela sesuai dengan kehendak Allah,
mendahulukan pengabdian dan tidak mencari keuntungan, dan selalu memimpin
dengan teladan” (I Petrus 5:2-3; Ibrani 13:7, 17). Kedua, Pemimpin seperti ini
menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk senantiasa berupaya
mendahulukan kepentingan orang lain (Filipi 2:3-4). Mendahulukan kepentingan orang
lain berarti bersikap altruis yang selalu berupaya mengangkat dan meneguhkan orang
lain. Ketiga, Pemipin rohani yang mendahulukan kepentingan orang lain, adalah bagian
dari upaya memperjuangkan hal besar yang membawa keuntungan kepada banyak
orang. Keadaan hati, pikiran, sifat, sikap, kata dan tindakan pemimpin rohani seperti
ini adalah dasar bagi pembuktian integritas diri, motivasi, daya juang dan pencapaian
yang diakui oleh kalangan luas (Filipi 4:5). Pemimpin seperti ini akan membuktikan
bahwa “Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang
menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan
menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana
penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah
seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya adalah kubuh di
atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin” (Yesaya 33:15-16).
Pemimpin yang memperjuangkan hal besar sesungguhnya memahami Sabda Kristus
TUHAN-nya, bahwa “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
182 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (matius 7:12). Pemimpin yang
mau menjadi besar, akan hidup untuk memperjuangkan hal besar demi kepentingan
yang lebih besar. Inilah pemimpin rohani yang memahami kehendak TUHAN, yang
setia membuktikan diri dengan terus menjadi berkat.”
REFLEKSI:
Secara umum, upaya mengukur dan membuktikan diri sebagai pemimpin rohani hanya
akan terlaksana apabila setiap pemimpin menetapkan untuk mendahulukan kebenaran
berikut:
Pertama, Pemimpin rohani akan sensitif dengan terus mendahulukan kehendak
TUHAN Allah-nya. Mendahulukan kehendak TUHAN di sini tidaklah semudah membalik
telapak tangan, dimana ia harus menyerahkan diri kepada Roh Kudus untuk memohon
bimbingan-Nya. Pemimin akan selalu berupaya mengedepankan kebenaran Firman
Allah di atas kehendak dirinya sendiri. Bukti bahwa seseorang itu mendahulukan
kehendak Allah adalah bahwa TUHAN Yesus Kristus akan terus dimuliakan dalam
kehidupan serta kepemimpinannya; sekalipun sang pemimpin merungi, kehilangan dan
terkalahkan dalam keputusannya mendahulukan kehendak Allah.
Kedua, Pemimpin rohani akan selalu berupaya membuktikan komitmennya untuk
mengedepankan integritas dirinya sebagai pemimpin rohani. Pembuktian ini didasarkan
atas kerelaannya hidup selaras degnan Firman Allah, dituntun Roh Kudus dan
membuktikan diri hidup seperti Yesus TUHAN-nya dengan menandakan keagungan
kehidupan Kristus di dalam dan melalui hati, pikiran, sifat, sikap kata serta
tindakannya, sehingga ada pengakuan bahwa ia adalah pemipin rohani sejati.
Ketiga, Pemimpin rohani harus hidup dan membaktikan dirinya untuk
memperjuangkan hal besar bagi kemuliaan TUHAN-nya, kebaikan umat
kepemimpinan-nya, serta lingkungan di mana ia mengabdi. Di sini pemimpin harus
terus hidup dalam kebenaran, membebaskan diri oleh kuasa kebenaran dari egois, dan
183 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
mempertahankan sikap altruis yang membawa keuntungan serta kebaikan kepada
sebanyak mungkin orang yang dilayaninya. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin
berkat,yang akan terus memberkati dan menikmati berkat dari kehidupan serta
pengabdian kepemimpinan yang diembannya. Selamat mengukur keabsahan diri
sebagai pemimpin rohani yang hidup, bakti, serta mati-nya adalah untuk memberkati.
Salam doa,
Dr. Yakob Tomatala
MENEGUHKAN DIRI MENJADI PEMIMPIN VISIONER
“Dalam tahun ………. aku melihat TUHAN duduk di atas tahta yang tinggi dan
menjulang, dan ujung jubahnya memenuhi Bait Suci” (Yesaya 6:1).
Pengantar
Apa sesungguhnya visi itu? Apakah visi itu adalah monopoli dari orang yang disebut
visioner saja? Ada yang berkata bahwa pemimpin visioner sajalah yang memiliki visi,
sedangkang visi itu tidak ada pada orang kebanyakan. Apa sebenarnya yang sedang
terjadi? Hampir bisa diduga bahwa orang yang seperti ini cenderung mengatakan
bahwa ia tidak memiliki visi karena beberapa alasan. Pertama, Orang sering sulit
mengetahui serta menemukan visi karena pada dasarnya mereka tidak memahaminya
dengan baik. Kedua, Dari sudut pandang lain, orang juga sering tidak memahami apa
dan di mana sumber visi itu, dari mana visi itu datang, bagaimana cara untuk
mengetahuinya serta apa cara menggali serta mengembangkannya di dalam
diri?Ketiga, visi itu sering disamakan dengan mimpi, sehingga orang sulit
menemukannya.[1] Dalam membahas pokok seputar VISI, maka ada tujuh pokok
perbincangan yang akan didiskusikan dalam Bab ini. Ketujuh pokok percakapan itu
adalah antara lain: 1. Apa sebenarnya VISI itu? 2.Karakteristik dari VISI., 3. Tanda
dari VISI., 4. Menggali VISI., 5. VISI dan IMAN., 6. Membagi VISI. dan 7. Visi dan
Perubahan.[2]
184 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
1. APA SEBENARNYA VISI ITU? Anda tentu telah mengetahui bahwa ada banyak
definisi dan pemahaman tentang VISI dalam berbagai literatur. Istilah VISI berasal
dari kata VISION (Bahasa Inggris) yang berakar dari kata visoum (Middle English),
dan vision(Old France) yang bersumber dari istilah Latin visio, visus, videre, yang arti
dasarnya ialah “to see atau melihat.” Arti selengkapnya dari vision ini adalah “tindakan
atau kekuatan melihat dengan mata; atau kemampuan intuisi melihat.” Visi dapat juga
berarti “kemampuan melihat lebih dari keadaan normal, yaitu suatu kemampuan
mental untuk mengimajinasi; dan kemampuan untuk melihat serta memahami sesuatu
yang tidak terlihat oleh orang kebanyakan, dsb.” Visi seperti yang diterangkan di atas
menjelaskan tentang kekuatan diri untuk melihat karena visi berarti melihat.[3] Kini
timbul pertanyaan, yaitu, dengan pengertian visi seperti ini, apakah ada kejelasan
mengenai apa sebenarnya substansi visi itu? Barangkali pertanyaan ini dapat
disederhanakan, yaitu, “kalau visi artinya melihat, apa sesungguhnya yang dilihat?” Visi
yang artinya melihat ini sebenarnya tidak menjelaskan apa yang dilihat itu, sehingga
pengertian tentang visi itu sendiri perlu diperjelas. Dari perspektif yang substantif, VISI
dapat didefinisikan sebagai berikut: “VISI adalah kemampuan untuk melihat keinginan
suci yang ditulis oleh Sang Pencipta di dalam batin (guna menjawab kebutuhan) yang
berkaitan erat dengan pemenuhan hidup seseorang atau setiap individu bagi diri mau
pun organisasi yang dipimpinnya.”[4] Defenisi visi yang diungkapkan di atas ini
menunjuk kepada Allah sebagai sumber dan pemberi visi[5] yang dilakukan-Nya
dengan menuliskannya di dalam batin setiap orang.[6] Visi juga menjelaskan tentang
kemampuan untuk melihat apa yang telah ditulis oleh Allah di dalam batin setiap orang
tersebut. Visi yang diberikan oleh Allah ini memiliki tujuan yang pasti yaitu untuk
pemenuhan hidup, baik kehidupan individu, rumah tangga mau pun kelompok dan
kepemimpinan. Pemahaman definisi visi seperti ini dapat dihubungkan dengan
pendapat George Barna yang mengatakan bahwa “Vision is a clear and precise mental
portrait of preferable future, imparted by God to His chosen servants, based on
accurate understanding of God, self and circumstances.”[7] Pemahaman visi seperti
yang ditegaskan oleh Barna ini bersifat ekslusif Kristen, yang juga menempatkan Allah
sebagai sumber visi itu. Pada sisi lain ada penekanan yang diberikan pada sisi
pemimpin, yang memiliki kemampuan untuk melihat visi dimaksud secara jelas,
dimana akhirnya ia dapat mengetahui dengan pasti apa yang dinyatakan Allah
185 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
mengenai masa depan yang akan dimasuki kelak. Dalam kaitan dengan pengertian
visi seperti yang diungkapkan di atas dan dihubungkan dengan kepemimpinan, maka
dapat dikatakan bahwa, “Visi kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin untuk
melihat serta memahami keinginan suci yang ditulis oleh Allah di dalam batinnya bagi
organisasi serta kepemimpinannya.” Pengertian visi seperti ini jelas menunjuk kepada
Allah sebagai sumber visi, yang oleh kedaulatan-Nya ia menuliskan keinginan suci itu di
dalam batin setiap pemimpin bagi organisasi serta kepemimpinannya. Di sini dapat
ditemukan bahwa dalam visi itu ada kehendak Allah yang khusus bagi kepemimpinan
seorang pemimpin. Pada sisi lain, visi juga dijelaskan sebagai kemampuan pemimpin
untuk melihat secara jelas apa yang tertulis oleh Allah di dalam batinnya untuk
dilakukannya. Dalam kaitan ini, Allah sering kali memberikan konfirmasi tentang visi
yang ditulis-Nya itu melalui berbagai macam cara. Ia dapat menyatakan visi itu untuk
dilihat oleh pemimpin melalui mimpi[8] (Yusuf, Daniel, Paulus, dsb) atau penyataan
intuitif langsung atau melalui peristiwa krusial seperti kepada Nehemia dengan berita
kehancuran Yerusalem atau Esther dengan berita ancaman maut bagi bangsanya. Visi
pun dapat dinyatakan melalui interaksi dinamis dalam kelompok orang[9] yang terlibat
dalam suatu kepemimpinan yang berupaya menemukan jawaban bersama untuk
mejawab pertanyaan “mengapa mereka ada sebagai suatu organisasi.” Kebenaran
mengenai VISI ini ditegaskan oleh Andy Stanley, dengan mengatakan: “Visi-visi lahir
dalam jiwa seorang pria atau perempuan yang dihadapkan kepada ketegangan tentang
apa sebenarnya yang ada dan apa yang dapat terjadi.”[10] Hal-hal yang dapat
diperhatikan dalam penjelasan Stanley di atas adalah: Visi mulai terlihat dengan
adanya kebutuhan terasa dihadapkan dengankondisi yang tidak memuaskan. Dari
sinilah VISI mulai menyatakan diri. Kebutuhan terasa dimaksud menunjuk kepada visi
sebagai dasar untuk memberikan jawaban kepadanya. Kebutuhan terasa dan kondisi
tidak memuaskan ini kemudian berkembang menjadi suatugambaran mental yang
jelas tentang “apa yang dapat terjadi dari apa yang ada.” Penyataan visi semakin
menjadi jelas dengan adanya keyakinan yang kuat atas apa yang mungkin saja terjadi
dari apa yang ada itu.[11] Dengan penyataan visi ini maka pemimpin kemudian dapat
memahami visi yang tertulis oleh Allah di dalam batinnya.
KARAKTERISTIK DARI VISI. dalam upaya untuk menjawab apa sebenarnya VISI
itu, tercermin pada pertanyaan tentang “Apa saja yang merupakan karakteristik dasar
186 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dari VISI itu?” Pertanyaan tentang karakteristik visi ini dapat dijawab dengan
menyimak penjelasan berikut:
VISI bersifat Ilahiah, berasal dari Allah, yang menuliskan keinginan suci di dalam
batin setiap invidu. Rick Warren berkata, “You exist only because God wills that you
exist. You were made by God and for God – and until you understand that, life will
never make sense.”[12] Dalam kaitan ini, Alkitab memberikan contoh yang jelas
melalui pemanggilan Yeremia dimana Allah sendirilah yang memberikan konfirmasi
kepadanya untuk memahami keinginan suci ini (Banding: Yeremia 1:4-10., Kolose
1:16b, dsb).[13]
VISI menjelaskan tentang „mengapa anda ber-ADA‟ (esse), dan apa TUJUAN (purpose)
keberadaan anda, serta „ke arah mana‟ (life objective) hidup anda tertuju‟ (yang
berhubungan dengan bene esse atau kesejahteraan yang didambakan). Visi dalam
pengertian ini menjelaskan tentang tujuan khusus keber-ada-an setiap individu yang
memberikan sense of purpose dan fokus yang jelas kepadanya. Dengan demikian,
apabila ia menemukan sense of purpose dan fokus ini, maka ia kemudian dapat
menjadi berbeda dengan mencapai tujuan kehidupan bagi diri mau pun organisasi
yang dipimpinnya. Dalam kaitan ini, anda harus memperhatikan faktor yang disebut di
sini bila merumuskan visi itu.[14]
VISI bersifat dulu (life root), kini (now) dan besok (future)., untuk itu anda harus
menggali, memimpikannya, dan melihatnya dengan jelas serta mengambilnya sebagai
dasar bagi hidup dan kepemimpinan anda.
VISI berkenan dengan kebutuhan dasar dari kehidupan; yang berhubungan dengan
kepentingan “pribadi serta kepemimpinan dalam suatu organisasi.” Kebenaran ini
menegaskan bahwa visi sejati akan bersifat obyektif, profitabel dan pragmatis bagi
banyak orang, visi itu harus selalu membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi banyak
pihak, karena visi yang benar memiliki unsur altruistik.[15]
VISI membuka mata untuk melihat kekuatan saat ini dan hal-hal yang mungkin
dicapai di masa depan, serta memberanikan untuk melompat ke air yang dalam.
Visi sejati akan menolong setiap orang untuk memahami bahwa ia memiliki kekuatan
dalam dirinya untuk bertindak maju memasuki masa depan.
187 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
3. TANDA DARI VISI. Setelah mempelajari karakteristik visi seperti yang telah
diuraikan, sekarang anda dapat merpindah untuk melihat tanda dari visi.[16] Ada
beberapa tanda yang dapat menolong untuk mengidentifikasi VISi itu. Tanda-tanda itu
adalah sebagai berikut:
VISI biasanya berteriak keras (di dalam batin) tetapi tidak terucapkan, karena bertalian
erat dengan kebutuhan mendasar yang akan membawa keuntungan bagi diri dan
orang lain.[17] Tanda pertama ini menerangkan bahwa apa yang disebut visi itu
memiliki kekuatan yang sangat mempengaruhi batin setiap individu. Kekuatan dari visi
ini membuat individu dimaksud menjadi sadar bahwa ia memiliki sesuatu yang harus
diperjuangkan, walau pun pada awalnya ia sulit membaginya kepada orang lain.
VISI itu akan terus menerus mendebarkan batin dengan frekuensi yang semakin tinggi.
Visi sejati selalu akan memberikan dinamika bagi individu (pemimpin), dimana ia akan
terus menyala dan menjadi dinamis oleh visi itu.
VISI bersifat tunggal sebagai dasar bagi fokus satu-satunya dalam hidup dan
kepemimpinan. William Beausay II berkata, “Satu adalah angka yang kuat.” Seseorang
dapat saja memiliki beberapa visi bagi diri, rumah tangga mau pun pekerjaan atau
karir dan kepemimpinan, tetapi setiap visi dimaksud harus bersifat tunggal, sehingga ia
dapat difahami dan dikerjakan secara terfokus.
VISI mendorong untuk menetapkan perhatian yang menjurus ke satu arah (tujuan).,
yang menjelaskan tentang adanya „sense of purpose.‟ Dalam kaitan ini visi yang
memberi fokus itu mendorong sehingga pemimpin memahami tujuan yang untuknya
visi itu diberi..
VISI menyemangati naluri berpikir yang terus menalar mencari jalan ke luar ke fokus
(yang membara dalam batin dan benak) untuk menjawab setiap kebutuhan terkait.
VISI selalu selaras dengan potensi riil yang ada pada seseorang. Potensi riil ini sering
belum disadari sekarang, tetapi ada tanda-tandanya yang jelas. Dengan kata lain visi
itu dapat disebut visi sejati karena selaras dengan potensi riil dalam diri individu
(pemimpin).
188 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
4. MENGGALI VISI. Setelah menggumuli dan mengenal tanda-tanda dari visi kini
timbul pertanyaan lain, bagaimana menggali, menemukan, serta mengembangkan visi
(keinginan suci) yang tertulis oleh Allah di dalam batin anda itu? dalam upaya menggali
visi, hal pertama yang harus dibuat dari perspektif Kristen ialah berdoa, dimana Anda
secara khusus menyatakan kepada ALLAH tentang kerinduan untuk menemukan
tulisan tangan-Nya di dalam batin. Berdoa berarti mengadakan perenungan
introspektif di hadapan Allah untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
mengenai keinginan suci(visi) yang telah ditulis-Nya di dalam batin. Ada beberapa
beberapa langkah yang harus ditempuh dengan melihat tanda-tanda praksisnya seperti
di bawah ini:
Awalilah dengan mencermatilah keinginan terdalam yang adalah keinginan suci.”
Keinginan suci ini harus dibedakan dari keinginan biasa, yang ada pada kebanyakan
orang. Ingatlah bahwa keinginan suci ini bersifat khusus dan selalu berhubungan
dengan kebutuhan pokok yang terasa.[18] Untuk membedakannya dengan keinginan
biasa, cermatilah nilai-nilai bagi keinginan itu dan cocokanlah dengan potensi
terpendam dalam diri Anda.[19]
“Salurkanlah keinginan suci tersebut dengan jalan mengalimatkannya dengan kalimat
berbobot. Contoh bagi kalimat berbobot dimaksud dapat dilihat dengan
membandingkan pernyataan berikut: „Saya ingin banyak uang, hidup senang,‟ dan
„Saya mau memperkaya orang lain‟.”[20] Apabila Anda telah mengalimatkan visi
maka anda sedang berpindah dari suatu ide kepada konsep. Konsep ini adalah
sebagai lambang fakta, yang dengannya akan terwujud kenyataan yang didambakan
secara riil nanti. Sebagai contoh, anda dapat merangkum pernyataan visi sebagai
berikut: “…………. ada untuk memuliakan Allah dengan memperkaya banyak
orang.” Perhatikanlah ini, “…….. ada” menunjuk kepada subyek yang substantif, yang
keberadaannya adalah untuk memuliakan Allah. “Memuliakan Allah” menunjuk kepada
utopi; dan “memperkaya banyak orang,” menunjuk kepada tujuan operasi kerja dari
pribadi mau kepemimpinan dalam suatu organisasi.
Sebagai dasar untuk melangkah membuat “suatu perencanaan strategis” guna
melaksanakan visi anda dimaksud, maka anda membuat sebuah potret tentang
bagaimana anda mengerjakan dan mengalami pemenuhan (menggapai) visi dimaksud”
(sekarang di suatu masa yang akan datang) sebagai langkah kegenapan visi anda
189 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
itu.[21] Membuat potret masa depan diawali dengan membuat skenario masa depan
sebagai dasar untuk membangun suatu perencanaan strategis (strategic
planning).[22] Dengan adanya perancanaan strategis ini, anda dapat mengetahui
dengan pasti akan visi, misi, fokus dan inti bisnis kepemimpinan yang menjelaskan
tentang tugas-tugas yang akan dikerjakan mencapai tujuan yang telah dicanangkan
dalam organisasi yang anda pimpin.
5. VISI DAN IMAN. Iman sangatlah diperlukan dalam upaya menetapkan dan
melaksanakan VISI. Iman di sini merupakan pengukur keabsahan visi dan penentu
pelaksaannya. Kini timbul pertanyaan, apa sebenarnya IMAN itu, dan apa
hubungannya dengan VISI? Dalam perspektif Kristen, Kitab Suci secara gambling
menegaskan, “Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani
11:1). Di sini iman menjelaskan tentang visi sebagai sesuatu yang memiliki dasar
pembuktian. Merumuskan hubungan ini lebih jauh, dapat dikatakan bahwa IMAN
adalah VISI, yaitu “Melihat hal yang ingin kita capai, jauh sebelum itu ada” (J.C.
Bowling). Beberapa unsur penting dari hubungan VISI dan IMAN (Iman dan Visi) dapat
dijelaskan sebagai berikut ini:
IMAN adalah dasar bagi VISI, yang merupakan landasan bagi pencapaian gambaran
“mimpi masa depan” yang didambakan.[23] Dapat dikatakan bahwa iman
menjadikan visi sebagai suatu kenyataan, dan iman memastikan bahwa visi adalah
sejati.
IMAN meneguhkan VISI, dan berperan sebagai BUKTI bahwa visi yang didasarkan
atas iman itu adalah nyata (riil), dapat dikerjakan serta dapat dicapai. Dalam
kaitan ini, visi menjadi pasti sepasti iman akan TUHAN, dan ada hal-hal nyata yang
akan dilakukan untuk mencapai hal-hal nyata lainnya di masa depan yang juga pasti.
VISI yang dibangun di atas iman menjelaskan tujuan organisasi
dan meneguhkanuntuk berjalan ke depan mencapainya. Dengan adanya visi, maka
individu (pemimpin) dapat melihat tujuan yang jelas ke depan, serta dapat
mengetahui apa-apa saja yang patut dikerjakan untu mencapai tujuan dimaksud.
VISI dan IMAN meneguhkan kepemimpinan, sehingga pemimpin dapat memimpin
orang lain yang diawali dengan membagi visi. Dengan adanya visi (kepemimpinan)
190 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
maka pemimpin dengan sendirinya memiliki kuasa untuk memimpin, karena dengan
visi dimaksud ia dapat membuat sesuatu terjadi. Dengan visi yang sama, ia pun dapat
menggerakan orang lain (bawahan) untuk bertindak secara sinergis dengan berbagi
visi dimaksud. Dengan berbagi visi, pemimpin dapat memastikan bahwa upaya
memimpinnya (leadership attempt) pasti akan terlaksana.
VISI dan IMAN memastikan masa depan bertujuan, meneguhkan harapan
mencapainya, karena VISI dan IMAN adalah “FAITH LEAP.”[24] Dengan adanya visi
bertujuan ini, individu (pemimpin) dapat melihat jalan ke masa depan yang
memberikan kekuatan dan memberanikannya untuk melompat ke dalam peluang
(melompat ke air yang dalam), mencipta masa depan yang cerah.
VISI dan IMAN memberi semangat untuk membangun motivasi tinggi dan mendukung
guna mengatasi tantangan bersama untuk maju secara konsisten.[25]
6. MEMBAGI VISI. Telah dikatakan sebelumnya bahwa VISI memiliki kekuatan yang
ampuh untuk mengangkat dan membawa seseorang ke atas serta ke depan. Secara
khusus dapat dikatakan bahwa, VISI memberi kuasa bagi pelaksanaan kepemimpinan,
karena itu, VISI KEPEMIMPINAN itu harus dibagi. Dalam kaitan ini, visi harus dilihat
sebagai api yang membinarkan kekuatan yang menghangatkan. Bill Newman
mengatakan: “Visi adalah seperti api unggun di perkemahan, dimana orang-orang
akan berkumpul mengelilinginya, karena di sana ada cahaya, energi, kehangatan dan
kebersamaan.” Visi yang memiliki kekuatan seperti yang digambarkan di sini
menjelaskan bahwa visi dapat dibagi, sehingga menjadi milik semua orang. Sekarang
bagaimana VISI itu dapat Anda bagi? Visi itu dapat dibagi dengan memperhatikan
langkah penting berikut ini.
Gunakanlah visi itu untuk melihat gambaran suatu akhir dengan jelas, sebagai dasar
untuk melibatkan orang lain. Aristoteles berkata, “Jiwa tidak dapat berpikir tanpa
adanya suatu gambaran.” Dalam kaitan ini, visi memberi kemampuan
untuk membuat dan membagi gambar visi, pemimpin dapat membuat visualisasi
profil masa depan serta siap membaginya kepada orang lain.
191 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Perhatikanlah perubahan yang akan terjadi dengan adanya gambaran
akhir ataugambaran profil masa depan dari visi ini, dan keuntungan apa yang saja
yang akan dicapai, serta alasan kuat untuk mencapainya. Dengan gambaran akhir ini,
seorang pemimpin dapat mengetahui secara pasti tentang apa yang dapat dan harus
dilakukan untuk menggapai visi itu.
Anda dapat berbagi visi itu dengan memberikan gambaran masa depan secara jelas.
Dengan gambaran masa depan yang jelas ini anda memiliki alat untuk mengambarkan
masa depan. dimana Anda juga dapat membangunkan keyakinan dan semangat
semua orang yang anda pimpin bahwa visi dimaksud dapat dicapai secara
bersama.
Kunci untuk berbagi VISI dalam perspektif Kristen memiliki kekuatan khas. Kekuatan
khas ini adalah seperti yang dikatakan oleh Larry Crabb, bahwa “Suatu visi yang dibagi
berkenan dengan bagaimana seseorang adanya dan dapat menjadi kemudian, memiliki
kuasa apabila Roh Kudus telah berbicara kepada jiwanya.”[26] Di sini terlihat jelas
bahwa Roh Kudus sendirilah yang meneguhkan visi di dalam jiwa seorang pemimpin.
Di atas visi inilah pemimpin dapat membangun gambaran masa depan yang bisa
diungkapkannya secara dinamis oleh pertolongan Roh Kudus.
Kebenaran tentang berbagi visi yang memiliki daya dorong kuat ini ditegaskan oleh
Burt Nanus dengan mengatakan, “Tidak ada mesin penggerak organisasi ke arah
ekselensi dan sukses jangka panjang dari pada membagi secara luas suatu visi yang
atraktif, bermanfaat, dan dapat dilaksanakan untuk mencapai masa depan.”[27] Dari
uraian Burt Nanus ini dapat dikatakan dengan tegas bahwa visi harus dirumuskan
secara atraktif, pragmatis dan aplikatif yang olehnya pemimpin dapat membaginya
kepada orang yang dipimpinnya. Berbagi visi seperti inilah yang menyebabkan adanya
daya dorong yang menggerakan semua komponen organisasi untuk terlibat aktif dalam
kinerja kepemimpinan.
VISI DAN PERUBAHAN. Telah dibincangkan sebelumnya bahwa visi yang adalah
keinginan suci memberikan kemampuan untuk memahami kehendak Allah dan melihat
ke depan akan apa yang akan terjadi. Kondisi ini dapat disebut sebagai “perubahan.”
Perubahan dapat dijelaskan sebagai keadaan yang dinamis yang terus bergerak ke
192 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
arah bentuk yang baru ke depan. Perubahan ini dapat berbentuk berubahan internal
atau pun perubahan eksternal, yang menyangkut perubahan esensi, bentuk, makna,
fungsi dan peran yang dapat terjadi secara penuh maupun setengah, mengganti,
modifikasi, dan sebagainya. Mengaitkan perubahan dimaksud dengan visi, maka Rick
Warren mengatakan, “Visi adalah kemapuan untuk menilai dengan tepat perubahan-
perubahan yang terjadi dewasa ini dan menarik manfaat dari perubahan-perubahan
tersebut.” Mencermati apa yang diuraikan oleh Rick Warren ini dapatlah dikatakan
bahwa dengan keinginan suci pemberian Allah (visi), pemimpin dapat belajar untuk
melihat adanya perubahan-perubahan pesat yang terjadi dan menyesuaikan strategi
serta tindakannya untuk melangkah secara baru menjawab tantangan perubahan
dengan menginisiasi perubahan ke depan. Dalam kaitan ini, pemimpin perlu peka
terhadap kondisi perubahan dalam arti yang sebenarnya. Hal inilah yang dikatakan
oleh Rick Warren bahwa “visi adalah perasaan peka terhadap setiap
kesempatan”[28] Menghadapi kondisi perubahan dimaksud, ada dua hal yang dapat
dikerjakan secara simultan yaitu:
Mengembangkan sikap kepekaan terhadap masa depan. Dalam upaya
mengembangkan kepekaan terhadap masa depan maka ada beberapa langkah yang
perlu di cermati. Langkah-langkah tersebut adalah antara lain:
1) Membangun pendekatan yang konstruktif sebagai upaya mengidentifikasi
hakikat, bentuk, dan kadar perubahan yang sedang terjadi .
2) Mendefinisikan perubahan dengan melihat gejala-gejala dan mengadakan isolasi
dari hakikat, bentuk dan makna perubahan yang sesungguhnya.
3) Mengantisipasi konflik yang terjadi akibat dari setiap perubahan dan
memberikan batas sekat kepadanya sehingga tidak membawa akibat negatif.
4) Memberi arah yang tegas untuk mengendalikan perubahan terarah seseuai
dengan visi yang ada untuk menciptakan masa depan yang di dambakan.
Mencipta skenario masa depan menjawab tuntutan perubahan.[29] Menagani
perubahan yang sedang terjadi, pemimpin bertanggung jawab untuk mencipta
193 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
skenario untuk menghadapi masa depan yang telah dicanangkan. Skenario masa
depan itu dapat dilakukan dengan mengambil langkah berikut ini:
1) Menegaskan kembali akan visi yang telah ditetapkan untuk menetapkan arah
yang jelas ke masa depan.
2) Menggali info dari pengalaman masa lalu terhadap isu yang berkaitan dengan
visi untuk mempelajari kecenderungan-kecenderungan yang akan ditimbulkan oleh
perubahan.
3) Menemukan indikator dari apa yang telah terjadi guna menemukan jawaban
bagi apa yang mungkin terjadi nanti.
4) Menetapkan langkah-langkah strategis yang akan ditempuh ke depan untuk
membawa perubahan, sehingga anda tidak digilas oleh perubahan itu.
RANGKUMAN.
Di sini telah didiskusikan tentang VISI dengan mempertanyakan apakah sebenarnya
VISI itu, apa pula karakteristik dan tanda-tanda-nya serta hubungannya dengan iman,
serta bagaimana menggali dan membaginya di tengah perubahan yang nyata. Pokok-
pokok dimaksud telah dijabarkan secara rinci sehingga diharapkan bahwa setiap aspek
dari visi sudah menjadi jelas bagi anda. Kiranya anda dapat memahami, memiliki dan
membatinkannya dalam hidup, yang menjadi landasan bagi anda untuk
melaksanakannya. Telah ditegaskan bahwa visi dapat diumpamakan seperti api kecil
yang dapat membakar hutan rimba dengan akibat yang dahyat. Dengan kekuatan visi,
seorang individu (pemimpin) dapat melihat rencana Allah, ia dapat mamahami masa
lalu yang memberikan kepastian tentang kebenaran visi masa kini untuk melangkah ke
depan. Dengan visi seorang individu (pemimpin) dapat melihat masa depan dengan
jelas dan ia pun akan mampu untuk mengajak orang lain untuk berjalan bersama-
sama memasukinya. Bagaimana seseorang pemimpin dapat mengajak orang lain untuk
turut bersama dengannya menuju ke masa depan? Hal penting yang perlu dilakukan
seorang pemimpin untuk melibatkan orang yang dipimpinnya dengan visi
kepemimpinan yang TUHAN berikan kepadanya, ialah:
Berdoalah dengan tekun atas apa yang perlu diketahui dari TUHAN Allah berkenan
dengan visi yang diberikannya.
194 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Berpikirlah sejernih mungkin untuk mencari secara introspektif dengan sensitivitas
rohani yang tinggi.
Berpikirlah sebesar (berpikir besar) dan seluas (berpikir mendalam) mungkin untuk
memahami, dengan melihatnya secara jelas melalui gambaran mental yang lengkap.
Kembangkanlah visi dimaksud melalui suatu gambaran mental dengan melakukan
„brain storming‟ untuk pemahaman lengkap.
Padukan dengan nilai-nilai Anda untuk menetapkan suatu rumusan visi pribadi atau
kepemimpinan.
Sekarang Anda telah memiliki suatu pernyataan visi, yang olehnya anda dapat berbagi
dan mengajak orang lain untuk memahaminya serta mengikut Anda ke depan.
Salam doa,
Dr. Yakob Tomatala
[1] Perlu di sadari bahwa mimpi adalah konfirmasi visi, sehingga dapat dikatakan
bahwa visi yang benar tentu tidak sama dengan mimpi, walau pun visi dapat saja
dipahami melalui mimpi, dimana visi dapat disebut sebagai mimpi siang hari., dan
mimpi juga adalah gambaran dari visi itu.
[2] Tulisan ini diangkat dari buku Anda juba bisa menjadi Pemimpin Visioner, karya Y.
Tomatala.
[3] Jonathan Swift mengatakan, “Vision is the art of seeing things invisible” (Andy
Stanley, 1999:29).
195 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
[4] Aplikasi dari definisi ini bersifat terbuka karena dapat dikenakan bagi semua orang
dalam segala lingkungan kehidupan.
[5] Andy Stanley mengatakan bahwa visi memiliki “divine element.” Ibid., halaman 12-
14. Banding halaman 24-25.
[6] Penjelasan tentang sumber visi seperti ini menjelaskan akan tindakan Allah yang
sama kepada semua orang dari sudut pandang “common grace” yang diuntukan bagi
semua manusia ciptaan-Nya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa visi yang ada
pada semua orang adalah pemberian Allah yang oleh keadilan dan hikmat-Nya, Ia
memperlakukan semua manusia secara adil (Matius 5:45). Levi Brackman dan Sam
Jaffe meneybut visi sebagai innerwil.
[7] G. Barna, Turning Vision into Action, tahun 1987., halaman 35-36.
[8] Ada sementara orang menyamakan visi dengan mimpi, tetapi dalam mengaitkan
mimpi dengan visi yang sejati, mimpi adalah sebagai “kemampuan untuk melihat/
memimpikan hal besar yang akan terjadi pada masa depan.” John E. Haggai dalam
bukunya Lead On cenderung menyamakan visi dengan mimpi, yang dalam kenyataan
memang visi berhubungan dengan mimpi, dimana visi hanya dapat dipahami dan
dicapai melalui kemampuan memimpikannya (Lihat Lead On, Part I. The Dream).
Aubrey Malphurs mengatakan bahwa “Vision is not a dream” (1999:32).
[9] Di sini Allah dapat menyatakan visi kepemimpinan melalui kelompok orang dalam
suatu organisasi.
[10] Andy Stanley, Op. Cit., halaman 17.
[11] Kebenaran ini mengaitkan visi dengan iman yang akan dijelaskan kemudian dalam
Bab ini.
[12] Rick Warren, The Purpose Driven Life, tahun 2002., halaman 18-19.
[13] Dalam kaitan ini, keingian suci dapat disebut sebagai kehendak Allah yang khusus
bagi setiap individu untuk membawa kepenuhan bagi kehidupannya. Kepenuhan di sini
dapat berarti keberhasilan atau sukses dari perspektif Alkitab yang berimbang. Lihat
konsep sukses menurut Alkitab dalam buku Manusia Sukses: Suatu Teologi Berkat dari
Perspektif Alkitab, karya Y. Tomatala.
196 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
[14] Lihat Andy Stanley, Loc. Cit.
[15] Visi yang altruistis artinya visi yang berorientasi kepada orang lain. Untuk
memahami hal ini, bandingkanlah dengan definisi kepemimpinan filosofis yang
tertuang dalam buku karya Y. Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, dimana tujuan
yang dicapai oleh kepemimpinan sejati adalah altruistik yaitu yang memiliki orientasi
self dan others, yang membawa keuntungan bagi pemimpin, orang yang dipimpin
dan situasi kepemimpinan. Dengan demikian, adalah beralasan untuk mengatakan
bahwa visi yang benar bersifat altruistik. Inilah visi sejati.
[16] Andy Stanley mengatakan bahwa visi itu cenderung menenun empat hal dalam
pengalaman keseharian yaitu: passion, motivation, direction dan
purpose (1999:9-14).
[17] Apabila anda dapat mengungkapkan visi itu dengan gampang, maka ini adalah
keinginan biasa. Sebagai contoh, anda melihat bahwa menjadi sarjana itu keren, maka
anda juga ingin menjadi sarjana tanpa mengetahui kemanfaatan menjadi sarjana itu,
sehingga sekali pun anda seorang sarjana, anda akan nampak seperti orang biasa-
biasa saja.
[18] Kebutuhan pokok terasa dapat dijelaskan sebagai kebutuhan individu
untuk menjadi apadan untuk apa. Kebutuhan pokok ini juga adalah kebutuhan nyata
dalam kepemimpinan bagi kemaslahatan banyak orang.
[19] Ingatlah bawa keinginan suci itu bersifat altruis, sehingga apabila seseorang
menginginkan sesuatu yang disebutnya sebagai keinginan suci tetapi keinginan itu
memiliki nilai yang bersifat egoistis serta rendah dan ia ternyata tidak memiliki potensi
yang sesuai untuk mengerjakannya maka dapat diduga bahwa ini adalah keinginan
yang biasa-biasa saja. Kalau seseorang ingin menjadi kaya, bernama besar dan berada
di depan, ini dapat disebut ambisi yang pantas, tetapi belum tentu adalah visi sejati.
[20] Pernyataan pertama dapat disebut sebagai keinginan biasa-biasa dari orang biasa
dan pernyataan kedua merupakan indikasi pernyataan visi.
[21] Uraian ini menghubungkan visi dengan kemampuan untuk membuat peta
keinginan masa depan organisasi, sebagai bagian dari kemampuan seorang pemimpin
melihat visi kepemimpinan dengan jelas.
197 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
[22] Lihat buku “Mastering Planning” yang membahas tentang “Manajemen
Perencanaan Strategis” karya Y. Tomatala, terbitan YT Leadership Foundation,
Jakarta., untuk pembelajaran lanjutan.
[23] Dalam kaitan ini, visi yang sesungguhnya hanya dapat diterima dengan iman,
dimana iman menentukan sejauh mana kebenaran visi itu, serta semungkin mana visi
itu dapat tercapai. Rich DeVos berkata, “Saya percaya bahwa sukses sejati dalam
setiap aspek kehidupan kita tergantung pada landasan iman Kristiani saya yang tak
tergoyahkan.” Dan katanya lagi, “Iman itu melampaui nalar: iman mengisi jurang
ketika anda tidak tahu apa yang harus anda perbuat atau apa yang akan terjadi.”
(2004: 112, 114).
[24] Istilah Faith Leap menjelaskan tentang suatu lompatan dengan kekuatan
kepercayaan besar memasuki masa depan yang hanya dapat dilakukan dengan iman
yang teguh akan TUHAN Allah.
[25] George Barna memberikan contoh hubungan visi dengan iman ini pada Musa
dengan mengatakan, “Moses caught the vision, articulated the visin and implemented
the vision basedon his faith and wholehearted trust in an omnipotent and loving God”
(1996:53).
[26] Lihat Andy Stanley, Op. Cit., halaman 109.
[27] G. Barna, Op. Cit., halaman 35.
[28] Lihat karya Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, Penerbit Gandum Mas,
tahun 2003., halaman 32.
[29] Lihat buku Mastering Planning, halaman karya Y. Tomatala, tahun 2001., halaman
14-15, untuk mempelajari tentang bagaimana membuat Skenario Masa Depan.
http://yakobtomatala.com/
ENTREPRENEUR SEJATI
“Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu
bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam”
198 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
(Amsal 31:17-18).
PENGANTAR
Istilah entrepreneur dan entrepreneurship sangat populer belakangan ini. Dalam
memahami entrepreneur dan entrepreneurship, kita perlu bertanya, “siapa dan apa
sesungguhnya entrepreneur dan atau entrepreneurship itu, serta apa hubungannya
dengan wirausaha atau kewirausahaan?” Secara umum, entrepreneur telah
dipadankan dengan wirausaha, dan entrepreneurship telah dipadankan dengan
kewirausahaan, yang cenderung berkaitan hanya dengan dunia bisnis[2] dan pelaku
usaha bisnis. Setelah mengadakan pengkajian yang lebih terbuka terhadap
entrepreneur dan entrepreneurship, penulis menghasilkan kesimpulan bahwa setiap
orang yang sukses sampai ke puncak, sesungguhnya adalah dia yang memiliki jiwa
entrepreneur.[3] Menguraikan pokok seputar Entrepreneur Sejati, maka ada tiga hal
yang akan dibahas, yaitu antara lain: Satu, Memaknai Entrepreneur dan
entrepreneurship; Dua, Ciri-ciri entrepreneur; dan Tiga, Membangun budaya
entrepreneurship.
MEMAKNAI ENTREPRENEUR DAN ENTREPRENEURSHIP
Telah dikatakan bahwa selama ini, istilah entrepreneur dan entrepreneurship telah
dipadankan dengan wirausaha dan kewirausahaan. Di sini dapat dikatakan bahwa
“wirausaha” artinya “berani berusaha, atau berani menjalankan sesuatu usaha secara
mandiri sehingga mendatangkan keberhasilan atau keuntungan. Dalam pengertian di
atas, dapatlah dikatakan bahwa “Kewirausahaan adalah upaya mengembangkan
pengaruh dengan mengelola suatu bisnis atau usaha sebegitu rupa secara mandiri,
sehingga mendatangkan keuntungan.” Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa
kewirausahaan dalam kaitan ini berarti “proses yang ditandai oleh keberanian memulai,
mengelola dan menjalankan suatu usaha khusus secara mandiri yang berorientasi
kepada keberhasilan atau keuntungan.” Menurut Pietra Sarosawirausahawan/
wati adalah “Seseorang yang mempunyai visi, semangat dan tindakan-tindakan nyata
dalam usaha menciptakan dan mengembangkan sendiri sumber-sumber income-nya
tanpa bergantung semata-mata kepada orang lain.”
Selanjutnya, istlah entrepreneur dan entrepreneurship yang berasal dari
istilah entreprendre, berarti “menjalankan, yang menjelaskan tentang adanya
199 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
seseorang yang mengorganisir dan menjalankan suatu usaha secara berani dengan
tujuan memperoleh keuntungan.” Di sini dapat dikatakan bahwa entrepreneur adalah
seseorang yang mandiri dan berani melakukan sesuatu yang membawa keuntungan
dan memberikan keuntungan. Entrepreneurship dalam kaitan ini berarti “proses yang
ditandai oleh keberanian memulai, mengelola dan menjalankan suatu usaha khusus
secara mandiri yang berorientasi kepada keberhasilan atau keuntungan, sehingga
dapat menguntungkan secara lebih luas.” Menyimak pemahaman entrepreneur dan
entrepreneur seperti di atas ini, dapat dikatakan bahwa konsep entrepreneur ini
bersifat terbuka, yang dapat meliputi segala bidang kehidupan, yang menjelaskan
bahwa seorang entrepreneur itu dapat “siapa aja” dalam bidang “apa saja,” karena
yang terpenting ialah bahwa ia memiliki jiwa entreprenur dengan ciri, sikap dan
tindakan yang jelas, yang menunjukkan adanya kemandirian tinggi padanya.[4]
CIRI-CIRI ENTREPRENEUR
Memahami konsep entrepreneur secara terbuka, dapat dikatakan bahwa seorang
entrepreneur memiliki ciri-ciri khusus yang unik. [5] Ciri-ciri entrepreneur yang unik itu
adalah antara lain:
Entrepreneur adalah seorang yang kompeten. Kompetensi ini menegaskan bahwa
entrepreneur memiliki kepenuhan-kelengkapan diri yang bersifat individu, profesional
dan formal. Kompetensi enterpreneur ini dibangun diatas faktor berikut:
Menemukan visi sebagai dasar membangun kompetensi. Seorang entrepreneur harus
memulai dengan menemukan, membangun dan meneguhkan visi (keingin suci,
keinginan sejati)[6] sebagai dasar untuk mengembangkan diri serta karirnya.
Meneguhkan budaya kualitas. Kompetensi diri entrepreneur menjelaskan bahwa ia
berhasil membangun diri dalam life way berkualitas, yang menegaskan bagaimana ia
mengembangkan paradigma, perspektif, sifat, sikap; dan cara unggul.
200 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Membangun kompetensi, mewujudkan INTEGRITAS karakter, sehingga ia
dapatdipercayai; KAPASITAS pengetahuan yang komprehensif dan khas lebih sehingga
ia dapatdiharapkan; dan KAPABILITAS (kecakapan) sosial dan teknis andal, sehingga ia
dapatdiandalkan.
Entrepreneur adalah seorang mandiri. Aspek kemandirian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Entrepreneur memiliki Keunggulan Pikiran dan Berpikir yang membuatnya andal
mengungguli orang kebanyakan (orang rata-rata) di lingkungannya. Keunggulan
pikiran dan berpikir ini ditandai oleh keandalan menggunakan pikirannya, dimana ia
dapat berpikir dan bersikap terbuka; berpikir dan bersikap kreatif dan inovatif; berpikir
dan bersikap asertif; berpikir dan bersikap proaktif – antisipatif; berpikir dan bersikap
besar, berpikir dan bersikap benar; berpikir dan bersikap sinergis simultan; serta
berpikir dan bersikap kemungkinan.
Entrepreneur memiliki Keunggulan Keberanian yang menjelaskan bahwa ada kebiasaan
unggulan. Kebiasaan unggulan inilah yang menyebabkan seorang entrepreneur itu
berani menentukan sikap; berani menemukan, mencipta, mengejar dan menangkap
peluang; berani mengubah peluang menjadi produk; berani menanggung akibat dari
keputusan; berani mengambil resiko dan petaruhan; berani terbuka melibatkan orang
lain untuk bekerja sama dengan penuh kepercayaan serta penghargaan guna
mencipta peluang menjadi uang.
Entrepreneur memiliki Keunggulan MEREKAYASA CARA yang memberikan keandalan
kepadanya. Keunggulan ini membuatnya andal untuk bertindak strategis dan bertindak
taktis yang dibuktikan dengan bekerja cakap; bertindak dengan cara unik dan penuh
perhitungan, efektif, efisien, sehat, produktif; bertindak dengan gairah penuh; dan
bertindak terfokus dan konsisten.
Enterpreneur adalah seorang yang bermental investor.[7] Sejatinya, seorang
entrepreneur adalah dia yang memiliki kedewasaan dengan mentalitas investor.
Mentalitas investor menjelaskan bahwa ia selain memiliki kestabilan income, ia bebas
201 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
untuk mengembangkan usaha berciri the second, the third atau the fourth income dst.,
dengan membiarkan uang bekerja baginya. Dalam hubungan ini, sang entrepreneur
hanya bekerja dengan orang yang andal, dapat diharapkan dan dapat dipercaya
dengan penerapan manajemen yang tidak rumit dan dapat disupervisi secara
menyenangkan.
Enterpreneur adalah strategos taktisian andal. Sebagai strategos taktisian,
enterepreneur adalah seorang eksekutor atau pelaksana yang pemberani. Gerakannya
selalu memperhitungkan bagaimana ia memilih, meraih, mencipta peluang, bersikap
tidak terbaca; berani menunjukkan keunggulan; melangkah terus berada di depan
orang lain, dengan melangkah cepat; dan bertindak tepat.
Entrepreneur adalah pribadi yang harus membawa keuntungan bagi banyak orang.
Seorang enterpreneur pada akhirnya memiliki ciri kemanfaatan tinggi, yaitu ia akan
selalu membawa keuntungan dan manfaat yang dapat dinikmati oleh lebih banyak
orang ia dapat hidup untuk memberi, hidup untuk menolong dan membuktikan diri
sebagai the life giving leader.
MEMBANGUN BUDAYA ENTREPRENEURSHIP
Mengapa membangun individu-individu berjiwa entrepreneur[8] itu sangat penting
bagi sebuah negara atau suatu bangsa? Dr. Ir. Ciputra[9] senantiasa bertanya,
mengapa Indonesia masih tertinggal secara ekonomi dari Singapura, Taiwan,
Hongkong, Jepang, apalagi Amerika Serikat? Dan apa yang ditemukannya cukup
mengejutkan, yaitu karena Indonesia terlalu sedikit mempunyai
wirausaha entrepreneur.[10] Pertanyaan Bapak Ciputra ini haruslah disambut sebagai
tantangan untuk dijawab sebagai anak bangsa. Dalam upaya menjawab pertanyaan
ini, “Sosiolog Pembangunan, David McLelland menemukan bahwa suatu negara akan
makmur apabila mempunyai wirausaha atau entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah
penduduk negara itu. TAHUN 2005, Singapura memiliki entrepreneur 7.2% dari total
penduduknya, padahal tahun 2001 hanya ada 2.1%. PADA TAHUN 1983, Amerika yang
berpenduduk 280 juta memiliki 6 juta entrepreneur, atau sekitar 2.14% dari total
penduduknya.[11] Berdasarkan observasi Ciputra dan temuan McLelland ini, dapatlah
202 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
ditegaskan beberapa kebenaran seputar urgensi dan kepentingan membangun budaya
entrepreneurship.
Kepentingan membangun Budaya Entrepreneurship. Menjadi seorang entrepreneur
sejatinya adalah melibatkan cara hidup unggul yang menuntut adanya suatu budaya
entrepreneurship.
Kadar entrepreneur menjelaskan tentang kualitas kemandirian suatu masyarakat yang
menggungkapkan tentang kualitas intelektualitas, kualitas sikap dan kualitas tindakan
setiap individu. Kadar kemandirian ini menunjuk tentang sejauh mana suatu
masyarakat itu dapat mengisi kehidupannya secara berkualitas, dan muncul sebagai
ungul dalam persalingan antar kelompok, mau pun antar bangsa.
Kadar entrepreneurship menjelaskan tentang kualitas kebudayaan yang menunjuk
kepada the total lifeway dari suatu kelompok masyarakat atau suatu bangsa yang
menjelaskan bagaimana mereka berpikir, bersikap, berkata dan bertindak dalam upaya
melanjutkan serta mempertahankan eksistensinya. Di sini akan nampak keunggulan
berpikir inovatif, kreatif mengembangkan serta menggunakan teknologi; berpikir
asertif, proaktif, antisipatif, menggunakan teknologi bagi pengembangan ekonomi;
berpikir dan bersikap sosiatif, energetik, sinegetik dan simultan sebagai landasan
menggunakan teknologi untuk bertindak mewujudkan praksis ekonomi yang kompetitif
serta unggul.
Kadar entrepreneurship menjelaskan tentang kualitas nilai suatu kelompok atau
bangsa yang menunjuk kepada sejauh mana proses inkulturasi dijalankan untuk
meneguhkan kehidupan kelompok yang menjelaskan tentang daya juang dan daya
tahannya; daya saing dan daya jualnya; yang membuktikan keunggulan kelompok
dimaksud yang kompetitif.
Pendekatan membangun Budaya Entrepreneurship. Dari perspektif
kebudayaan,worldview yang membakukan nilai-nilai agung suatu kelompok, semuanya
203 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
ini dibangun melalui proses inkulturasi atau enkulturasi, yaitu hakikat dan cara
pendidikan dalam kebudayaan setiap masyarakat.[12] Dalam perpektif ini, dapat
dikatakan bahwa budaya entrepreneur dapat dibangun melalui proses inkulturasi, yaitu
pendidikan yang bersifat informil, non-formil dan formil, untuk mencipta, meneruskan
dan membakukan nilai-nilai menjadi suatu worldview. Dari sudut pandang inkulturasi
atau pendidikan dalam kebudayaan ini, pendekatan membangun budaya entrepreneur
menyentuh aspek-aspek berkut:
Fokus pendidikan – mewadahkan nilai-nilai ke dalam worldview yang berorientasi
entrepreneurship untuk mengembangkan manusia mandiri.
Sistem pendidikan – melibatkan pelaksana didik dan nara didik dengan semangat
entrepreneurship yang menggunakan falsafah tranformasi – entrepreneuris yang
bermuara kepada pembentukan pribadi peserta didik yang berjiwa entrepreneur.
Wadah pendidikan – membagi (sharing) nilai entrepreneurship melalui mekanisme
pendidikan masyarakat atau keluarga (non-formil); pendidikan ketrampilan sosial dan
teknis (informil) dan pendidikan umum atau sekolah (formil) yang harus dilakukan
secara berkualitas serta konsisten.
Proses pendidikan – menyentuh interaksi nilai-nilai yang merupakan upaya membentuk
falsafah hidup dengan worlview entrepreneurship.
Produk pendidikan – menghasilkan “output” berupa manusia mandiri yang berjiwa
entrepreneur dengan kemandirian tinggi yang kompetitif, sehingga mereka dapat
berkiprah dalam karir apa pun secara unggul, kompetitif dan sukses di market place.
RANGKUMAN
Telah diuraikan tiga hal penting dalam bahasan seputar entrepreneur dan
entrepreneurship. Pemahaman tentang entrepreneur dan entrepreneurship
menegaskan tentang adanya seseorang yang berjiwa
entrepreneur dengan kemandirian tinggi, sehingga ia dapat berkiprah di market
204 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
place dalam bidang kehidupan apa pun yang sesuai jatidirinya (inner will) yang
merupakan dasar bagi visi dan karir yang ditekuninya.
Telah ditegaskan pula bahwa seorang entrepreneur memiliki ciri-ciri khas, yaitu ia
haruslah kompeten dengan integritas karakter dengan etika moral teguh yang
membuat ia dapat dipercaya; dan Kapasitas Pengetahuan yang komprehensif dan khas
lebih, yang membuat iadapat diharapkan dan Kapabilitas Kecakapan Sosial dan Teknis
yang membuatnya dapat diandalkan. Secara lebih khusus, ujung dari kompetensi
entrepreneur adalah “kemandirian tinggi” yang mewadahkan – keandalan penggunaan
pikirannya (Pikiran Unggul); keandalah kebiasaan entrepreneur yang nampak pada
keberanian membuat keputusan terhadap peluang (Keberanian Unggul); dan
keandalan merekayasa cara (Cara Unggul), sehingga sang entrepreneur dapat
membuktikan diri menjadi pelaku yang terus berkiprah kepada keberhasilan yang
membawa keuntungan yang menguntungkan diri serta orang lain dalam hidup serta
karirnya. Selamat membangun dan membuktikan diri sebagai entrepreneur sejati.
Salam doa,
Dr. Yakob Tomatala
[1] Pokok ini tidak diberikan judul “wirausahawan sejati,” untuk menegaskan bahwa
konsep entrepreneurship bersifat terbuka, dan juga untuk menghindari konotasi bahwa
entrepreneur hanyalah milik mereka yang berkiprah dalam dunia bisnis saja.
[2] Lihat pendapat Dr. Ir. Ciputra yang mengatakan, “Indonesia hanya memiliki sekitar
400 ribu wirausaha real entrepreneur, atau sekitar 0.18% dari penduduk. Memang
pelaku bisnis tercatat ada 50 juta orang, tetapi yang lain itu bukan entrepreneur yang
sesungguhnya, mereka hanya melakukan kegiatan mencari
nafkah subsisten. Indonesia memerlukan 12 kali real entrepreneurlebih banyak dari
yang ada hari ini, atau sekitar 4.6 JUTA ORANG.”
[3] Lihat gagasan ini yan gdikemukakan oleh Levi Bracman dan Sam Jaffe dalam buku
Sukses Bisnis Cara Yahudi.
205 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
[4] Konsep entrepreneur dan entrepreneurshi ini dapat dipelajari dalam buku,
“Entrepreneur Rohani” (Spiritual Entrepreneur) karya Y. Tomatala, terbitan YT
Leadership Foundation, terbitan tahun 2010.
[5] Menurut Ciputra, ada tiga ciri penting dalam diri seorang
wirausaha (real entrepreneur),yaitu : (1) Penciptaan peluang opportunity creating; (2)
Melakukan inovasi innovating; dan (3) Mengambil resiko yang terukur calculated risk
taking. Selanjutkan dikatakan bahwawirausahawan atau entrepreneur adalah mereka
yang memiliki keandalan mengubah sampah menjadi emas.
[6] Pokok tentang visi sebagai “keinginan suci” ini dapat dipelajari dalam buku “Anda
juga dapat menjadi Pemimpin Visioner,” karya Y. Tomatala
[7] Gagasan mental investor ini dapat dipelajari dari karya tulis Robert T. Kyosaki.
[8] Penyebutan “berjiwa entrepreneur” digunakan di sini untuk menegaskan pendapat
bahwa entrepreneurship dan entrepreneur itu bersifat terbuka, mencakup usaha dalam
segala bidang kehidupan.
[9] Dr. Ir. ciputra dapat dinobatkan sebagai Bapak Entrepreneur Indonesia.
[10] Data ini diperoleh dari seorang rekan lain, yang sumbernya tidak tercantum.
[11] Ibid.
[12] Pokok ini dapat dipelajari dalam buku Antropologi Kebudayaan, karya Y.
Tomatala.
APAKAH BENAR SABAR ITU MENGUNTUNGKAN
“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya
melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16:32).
PENGANTAR
Sabar? Sabar sepertinya memberi indikator kalah, menurut pandangan sementara
orang. Kata sabar ini bisa menjengkelkan bagi yang tidak menyukai dan melawannya.
206 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Karena, sabar mengekang jiwa dan membakar emosi, yang bila tidak diledakkan akan
menggetirkan diri. Betapa tidak, pada sisi lain, orang yang sabar sering dianggap
kalah, rendah, tidak memiliki kekuatan dan seterusnya. Karena itu, sabar itu adalah hal
yang memalukan. Inilah dia. Sabar sudah diberikan arti yang “keliru dan sumbang.”
Mengapa? Sabar telah diberi bobot negatif, pesimis dan permisif.
Sabar telah menjadi negatif karena menunjukkan sikap orang lemah. Sabar memberi
indikasi adanya gaya pesimistis. Sabar, katanya, membuat orang pesimis dan berkata,
“inilah saya, saya tidak berdaya melawan,” pikir sementara orang. Sabar diartikan
secara permisif, yaitu gaya “kesera-sera what will be will be” karena saya sudah begini,
mau apa lagi. Melawan akan tetap kalah juga, jadi sabar saja, jangan buat apa-apa,
katanya. Apakah sabar berarti seperti ini? Namun, dari posisi yang benar, ternyata
sabar memiliki keunggulan hebat. Mengapa demikian? Sabar sesungguhnya adalah
dasar bagi sikap, sifat, dan kebiasaan hebat yang proaktif yang menghasilkan secara
positif. Ingatlah ini: “Sabar itu sober! Sabar itu subur! Sabar itu Zabur! Dan sabar
itu shalom!” Apa pula maknanya ini? Marilah kita mulai dengan mencerna makna sabar
yang sesungguhnya dan implikasinya bagi keteguhan diri serta keberhasilan dalam
hidup serta kepemimpinan.
MAKNA SABAR YANG PAS. Sabar dan orang sabar dalam Amsal 16:32 Alkitab LAI
edisi BIS, dilukiskan dengan pernyataan berikut, “Tidak cepat marah, lebih baik dari
pada mempunyai kuasa; menguasai diri lebih baik dari pada menaklukkan kota.” Di sini
sabar diartikan sebagai “tidak cepat marah” yang padanannya ialah “menguasai diri.”
Makna dari “sabar” terlihat jelas di sini, yaitu sikap tidak cepat marah dengan
menguasai diri. Di sini sabar menjelaskan bahwa si penyabar menempatkan kehendak
baik (good will), dan pikiran sehat (healthy rationality) di atas emosi. Sabar
menjelaskan bahwa si penyabar berkemauan baik yang ditempatkannya di atas segala
yang lain. Ia juga menempatkan pikiran sehat di atas apa pun, sehingga ia tidak
membiarkan emosinya mengambil kendali dalam bersikap (menentukan sikap atau
menyikapi) apa pun sebagai respon atau reaksi atas aksi atau stimulus yang datang
dari luar. Si penyabar dengan menempatkan kehendak baik dan pikiran sehat di atas
emosi maka ia terbukti dapat menguasai diri. Di sini emosi diberi tempat yang pas
sebagai pendukung kehendak dan pikiran. Perhatikanlah, bahwa “orang yang tidak
sabar sebenarnya hanya membiarkan emosinya berada di atas kehendak dan pikiran
sehat,” sehingga responnya menjadi emosional.
207 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Dengan respon emosional ini kehendak dan pikirannya dipaksakan untuk menuruti
kemauan emosi, maka jadilah “marah” alias “tidak sabaran” kata orang. Sabar dalam
artian ini menegaskan adanya kehendak baik, kemauan baik, pikiran sehat untuk
menyikapi stimulus (yang dipersepsikan negatif) yang datang dari luar, sehingga sabar
dianggap lebih baik dari kekuatan atau kuasa. Sabar menjelaskan tentang kadar
penguasan diri yang tinggi serta teguh. Sabar menjelaskan adanya sikap menolak
menerapkan kekuatan tanpa kemauan baik. Menerapkan kekuatan atau kuasa tanpa
kemauan baik akan terlihat sebagai arogan dengan gaya mendominasi yang egoistis.
Sabar adalah sikap menempatkan kemauan baik di atas emosi, dimana emosi berperan
mengedepankan kehendak baik yang berapi-api, bukan sikap amarah yang emosional.
Sabar itu benar, baik, indah dan kuat.
SABAR ITU SOBER. Sabar itu sober. Apa artinya ini? Sabar berati sober, dimana si
penyabar sedang menggunakan pikiran jernih, “sober mind.” Sabar yang sober ini
bukan saja memberikan tempat kepada pikiran sehat di atas emosi,
tetapi menjernihkan pikiran dan menggunakan kejernihan itu untuk memandang dan
memaknai stimulus yang datang dari luar, sebelum memberikan reaksi. Sabar yang
sober akan membuat si penyabar bersikap empati yang objektif yang olehnya ia akan
terlihat sebagai “orang berpengertian.” Penyabar sejati, dapat membuktikan diri
sebagai orang berhikmat, dengan sober. Sabar dalam artian ini ialah “berpikir jernih”
sebagai dasar untuk melakukan sesuatu tindakan (reaksi). Sabar yang sober ini
terlihat dalam Amsal 15:22b yang menegaskan, “Rancangan gagal kalau tidak ada
pertimbangan.” Jadi sabar yang sober, adalah jawaban bagi tindakan yang positif dan
berhasil. Sabar itu sober, dimana penyabar adalah “pendengar yang bijaksana yang
lambat berkata-kata dan lambat marah.” Ia sabar yang dibuktikan dengan pikiran
jernih, sikap dan tindakan yang benar serta membawa kebaikan (Yakobus 1:19).
SABAR ITU SUBUR. Sabar itu subur. Apa maksud dari pernyataan ini? Sabar itu
subur mengimplikasikan akan dampak positif dari kesabaran. Sikap sabar
mendemonstrasikan kebiasaan benar dan baik pada satu sisi, dimana kebiasaan benar
yang baik tentu dilandasi karakter benar dan baik yang bersumber dari nilai etika serta
moral yang benar. Sabar menjelaskan bahwa si penyabar berakal budi atau berbudi
luhur (Yesaya 32:8), yang dinyatakan dalam sikap dan tindakan yang lemah lembut
(Yakobus 3:13-18). Kebenaran tentang sabar yang subur ini disetir dalam Amsal 16:21
yang menegaskan, “Orang yang bijak hati disebut berpengertian” (TB) atau “Orang
208 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
yang bijaksana dikenal dari pikirannya yang tajam” (BIS), sehingga ia
dapat mengendalikan diri dan “berbicara manis lebih dapat meyakinkan” (TB) atau ia
membutikan diri sebagai “memiliki cara bicaranya yang menarik, membuat kata-
katanya makin menguntungkan” (BIS). Sabar yang subur ini ternyata membawa
keuntungan dan kemanfaatan ganda. Pada satu sisi, si penyabar membutikan diri
sebagai orang bijak, dan pada sisi lain ia terbukti memelihara hatinya dari yang jahat
(Amsal 4:23). Di sini, melalui kesabaran ini, ia menyelamatkan dirinya serta
hubungannya dengan orang lain (stimulan) dalam situasi seburuk apa pun. Sabar yang
subur ini ternyata membawa kemanfaatan positif dan keuntungan besar.
SABAR ITU ZABUR. Sabar itu zabur mengandaikan bahwa sabar membuat orang
dapat bersyukur atau bermazmur dalam segala sesuatu untuk semua kondisi. Sabar
dalam kaitan ini menjelaskan bahwa si penyabar yang mengendalikan emosinya, juga
mengendalikan kata-katanya, yang olehnya ia membuktikan bahwa ia adalah “orang
beribadah yang sejati” (Yakobus 1:26). Orang sabar menggunakan mulutnya untuk
“memuji TUHAN” (I Tesalonika 5:16-18). Karena ia mengerti bahwa “Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebajikan kepadanya” (Roma
8:28), sehingga ia tidak terpancing untuk bereaksi negatif atas stimulus dari luar,
seperti kata-kata dan tidandakan seseorang kepadanya yang negatif dan menyakitkan
sekali pun. Dengan sikap sabar seperti ini orang sabar “memelihara nyawanya dengan
menjaga mulutnya” (Amsal 13:3, 6). Orang yang sabar menyadari bahwa “Perkataan
yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak”
(Amsal 25:11). Sedangkan, orang yang tidak sabar dan tidak sabaran hanya
mengucapkan kata-kata yang menghancurkan bagaikan “tikaman pedang” (Amsal
12:18). Sabar menempatkan si penyabar sebagai manusia bijak yang selalu
menggunakan kata-katanya untuk memuliakan Allah dan meneguhkan sesama, karena
itu sabar itu zabur.
SABAR ITU SHALOM. Sabar itu shalom. Apa artinya ini? Sabar itu shalom, karena
dengan bersikap sabar, si penyabar sedang membuktikan bahwa “ia adalah pengasih
sejati” yang mengasihi dan membawa shalom. Si penyabar mengasihi karena ia
mengerti bahwa “kasih itu sabar” (I Korintus 13:4a). Ia sabar karena ia menyadari
bahwa ia dikasihi Allah, ia diampuni Allah (Kolose 3:12) sehingga ia mengalami damai
sejahtera dalam hati, roh, jiwanya. Dengan jamahan kasih TUHAN ini, si penyabar
telah berdamai dengan Allah (Roma 5:9-11) dan menikmati shalom. Dengan kekuatan
209 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
kasih itulah si penyabar memiliki kemampuan untuk mengampuni sesamanya, seperti
ia telah diampuni oleh Allah (Banding: Matius 18:21-22, 23-35). Dengan sikap dan
tindakan mengampuni seperti ini si penyabar sedang menebar kedamaian bagi setiap
orang yang ada di sekitarnya. Kualitas hidup baru yang dibangun di atas kasih Allah ini
menyebabkan si penyabar mampu membuktikan kinerja yang berkualitas, karena ia
dapat melakukan segala sesuatu sama seperti kepada Allah (Kolose 3:17, 23). Si
penyabar sabar, karena sabar itu shalom!
IMPLIKASI:
Anda tentu telah meilhat apa dan bagaimana memaknai serta menikati keuntungan
dengan sabar serta mencitrakan diri sebagai penyabar sejati. Lihatlah kebenaran
tentang sabar yang dapat meneguhkan, seperti dibawah ini:
Sabar mengandaikan adanya kekuatan pengendalian diri yang teguh, sehingga si
penyabar bersikap proaktif positif yang konsisten. Sabar membuat ia mampu untuk
tidak melukai dan tidak terluka.
Sabar menunjukkan adanya kualitas penguasaan pikiran yang terus dipertahankan
sejernih-jernihnya, sehingga si penyabar akan selalu berpikir positif, sebagai dasar
untuk berkata, bersikap dan bertindak positif. Ia akan terbukti selalu altruistik dengan
adanya sikap sabar.
Sabar memberikan kekuatan kepada si penyabar untuk membuktikan diri sebagai
berbudi luhur yang olehnya ia akan berpikir luhur, berkata luhur dan bertindak luhur.
Ia akan selalu membangun.
Sabar memberikan kuasa yang meneguhkan si penyabar sehingga ia mampu untuk
bersikap teguh dalam menghadapi kondisi nyata. Sabar meneguhkan si penyabar
sehingga ia mampu bersyukur kepada Allah serta menjadi berkat bagi sesama dalam
segala kondisi. Ia akan selalu rohani dan manusiawi.
Sabar mengaruniakan damai sejati kepada si penyabar yang olehnya ia menikmati
shalom serta mampu menjadi alat perdamaian kepada sesama dalam hidup keseharian
serta kerja. Sabar yang membawa damai ini akhirnya akan membawa hasil yang positif
dan penuh berkat secara langgeng dalam kehidupan pribadi mau pun kepemimpinan.
Ia akan selalu membawa berkat dan memberkati.
210 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Praktekanlah, maka Anda akan tajub oleh khasiat sabar. Selamat
membuktikan diri sebagai “pemimpin yang sabar” yang merupakan
karakteristik pemimpin besar, demi keberhasilan hidup dan kepemimpinan!!!
Salam dan doa,
Dr. Yakob Tomatala
SYAHADAT KEPEMIMPINAN YESUS KRISTUS
“Yang mau hidup harus mati, yang tidak kalah tidak akan menang. Lebih dahulu
merasakan hati yang hancur, barulah batin merasa senang”
(“Yang mau hidop harus mati, yang seng kalah, seng manang. Dolo rasa picah hati,
baru batin pun sanang”)
Kutipan yang diingat dari: Mazmur dan Tahlil
Anda harus mati untuk hidup
“Pemimpin sejati adalah pemimpin pemberi hidup, karena itu, ia harus hidup untuk
dapat memberi hidup”
Kalau ia memberi hidup, ia akan disalah-mengerti dan dituduh mencari muka, mencari
nama
Bagaimanapun juga, ia harus tetap memberikan hidup untuk memberi hidup
Karena kalau tidak, ia akan terjebak kepada mencari hidup
“Kalau Anda berupaya untuk hidup, Anda pasti akan dianggap serakah, cari kekayaan,
cari kedudukan”
Apapun anggapan orang, Anda harus tetap berupaya untuk hidup, karena Anda harus
menghidupkan yang memerlukan bantuan Anda
“Kalau Anda berjuang untuk hidup, Anda akan dihadapkan kepada tantangan yang
mematikan”
211 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Orang akan berkata, mampuslah kau
Sekalipun demikian, Anda harus tetap berjuang
“Seandainya Anda tutup mulut dan terus berjuang, Anda akan terlihat kalah, mati”
Anda akan dipojokkan dimana Anda akan mendengar teriak kemenangan yang
mencemooh, Anda dihancurkan
Walaupun begitu, Anda harus tetap tutup mulut dan belajar untuk bertelinga tebal,
sebab Anda sudah mati
“Kalau Anda sudah mati, Anda tidak akan merasakan apa-apa lagi”
Orang tidak akan merasa terusik dengan orang yang sudah mati
Karena Anda sudah mati, maka Anda tidak mengusik siapa-siapa, Anda telah siap
untuk memberikan kehidupan yang berarti
“Seandainya Anda sudah mati, Anda tidak memiliki apa-apa lagi untuk diri Anda
sendiri”
Bisa saja orang mengabaikan Anda yang dianggap sudah mati
Oleh sebab Anda sudah mati, maka Anda harus terus mati, supaya orang lain bisa
hidup karena kematian Anda
“Karena Anda sudah mati, Anda tidak akan terganggu dan tidak mengganggu”
Orang akan melupakan Anda, karena Anda sudah mati dan tidak menjadi ancaman
Sekarang, Anda siap memberikan kehidupan, dan Anda pasti dikenang 1000 tahun.
Anda harus hancur untuk menang
“Kalau Anda sudah mati, maka Anda sudah hancur”
Orang akan melihat bahwa Anda tidak ada apa-apanya, karena Anda memang lebur
Kalau Anda sudah hancur lebur, teruslah menghancur supaya Anda bisa menyatu
dengan tanah
212 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
“Kehancuran yang menyebabkan Anda menyatu dengan tanah membuat Anda siap
menjadi tanah yang subur bagi kehidupan yang lainnya”
Sewaktu Anda menjadi tanah, Anda pasti dipijak orang
Sekarang walaupun Anda dipijak, Anda memang tanah yang harus dipijak, teruslah
memberikan peluang agar yang lain bisa tumbuh
“Hati Anda sekarang turut hancur dengan kehancuran Anda, Anda sedang dipijak”
Dengan kehancuran hati Anda, orang akan berkata, Anda benar-benar telah tiada
Karena Anda benar-benar telah tiada, maka keberadaan Anda tidak menjadi ancaman
bagi siapapun, Anda hanya tanah untuk ditanami, yang akan menyebabkan yang lain
bisa hidup
“Dengan hati yang hancur itulah Anda harus memberikan kehidupan”
Anda akan diolok, apa sih yang dapat diberikannya lagi
Sekalipun demikian, Anda harus memakai hati yang hancur untuk memberikan yang
terbaik, Anda tidak mencari apa-apa, karena Anda memberikan semua, yaitu diri Anda
“Anda memberikan kehidupan karena Anda mengasihi, memberikan diri, dan tempat
yang layak bagi orang lain”
Kalau Anda berbuat seperti ini, Anda akan digugat dengan nista karena dianggap
mencari pendukung
Andaipun begitu, Anda harus terus mengasihi, karena kasih memang tidak
berkesudahan
“Sewaktu Anda memakai hati untuk mengasihi dan memberikan kehidupan bagi
semua, maka kehidupan yang Anda beri adalah kebaikan yang menghidupkan untuk
1000 tahun”
Orang tidak dapat melihat sehingga mereka tidak mampu melihat dan terus berolok
213 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Tetapi, karena Anda memakai hati yang mengasihi untuk memberikan kehidupan,
maka Anda telah memberikan yang terbaik yang pernah diberikan oleh anak manusia,
Anda sekarang hidup dalam hati jutaan orang, teruslah berbuat baik.
Anda akan menang dengan kematian dan kehancuran
“Menang karena kematian, menang dengan hati yang hancur membuat Anda tidak
akan merasa menang”
Bisa saja orang terus berolok, tidak ada yang dicapainya
Kalau sudah begini, Anda harus terus mati dan pecah hati, sehingga Anda terus
menang tanpa memperoleh penghargaan sekalipun
“Menang karena kematian, menang dengan hati yang hancur membuat Anda menang
dengan tidak menghancurkan siapapun”
Orang bisa saja menyeletuk, kemenangan macam apa ini …
Bila sudah begini, Anda harus terus mati dan pecah hati, karena selain Anda tidak
mengancurkan, Anda juga tidak kehilangan apapun, Anda tidak bisa dikalahkan lagi
“Kemenangan sejati adalah kemenangan yang tidak dapat dikalahkan lagi”
Orang bisa berolok, ia sudah mati dan kalah, tidak ada yang berarti padanya
Anda harus terus maju, karena sesungguhnya Anda adalah pemenang pertempuran,
dan memenangkan peperangan
Ini adalah kemenangan sejati
“Kemenangan sejati adalah kemenangan tanpa senjata, kemenangan yang
memenangkan semua”
Sesungguhnya tidak banyak orang yang mengerti, bahwa Anda adalah pemenang,
karena itu mereka terus memandang enteng
Kalaupun Anda dianggap enteng, teruslah memberikan kehidupan yang dari kematian,
yang dari hati yang hancur, karena sesungguhnya Anda pemberi hidup sejati
214 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
“Kemenangan sejati adalah kemenangan yang memberikan semua, menghidupkan
semua”
Anda tidak akan merasa puas sekarang, karena Anda akan terus dipojokkan
Sekalipun Anda terus dipojokkan, teruslah memberi hidup, karena kemenangan Anda
ialah bahwa Anda memberi hidup sejati bagi banyak orang, untuk 1000 generasi.
Selamat, Anda sudah mati dan pecah hati, sebagai pemenang sejati, pemberi
kehidupan yang berarti.
Jakarta, 5 Februari 2008.[1]
Salam dari yang Pecah Hati, yang sudah mati karena kasih, untuk memberikan
kebaikan bagi – mu.
Dr. Yakob Tomatala
[1] Lihat buku: My Lifeway, karya Dr. Yakob Tomatala
MEMBANGUN SIKAP: MENGAPA HARUS MENJADI PEMIMPIN
PEMBAWA DAMAI
“Berbahagialah orang yang membawa damai….” (Matius 5:9a)
PENGANTAR
Damai, peace adalah kata yang merupakan dambaan semua orang. Namun, apa
sesungguhnya makna damai itu, dilihat dari sisi hakikat, sifat dan dinamikanya?
Menjawab pertanyaan ini, dapatlah dikatakan bahwa secara hakikat, damai adalah “a
state of peaceful” yang holistik dengan sifat dan dinamikanya yang kuat. Damai secara
substansial adalah keadaan sejahtera yang penuh (whole/ holistic) yang dibangun di
atas dan di dalam kebenaran (Yesaya 32:17). Damai yang substansial ini sifatnya
teguh karena melekat pada harkat Allah dan atribut-Nya, yang olehnya kehadiran-Nya
215 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
adalah kehadiran damai, karena IA adalah sumber damai sejati. Dengan demikian,
tatkala Allah hadir dalam kehidupan dan pengalaman setiap orang, maka di situ ada
damai dalam arti yang sebenarnya (Yohanes 8:31-32).
Pada sisi lain, patutlah ditanyakan, apa sih dan sejauh mana pentingnya bagi seorang
pemimpin untuk menjadi pembawa damai? Menjadi pemimpin pembawa damai itu
penting, sepenting sabda Allah: “Berbahagialah orang yang membawa damai.” Namun
patut pula ditanyakan, apa untungnya bersikap sebagai pemimpin pembawa damai dan
apa ruginya menjadi pemimpin yang arogan? Simaklah:
1. MEMBAWA DAMAI ITU KARAKTERISTIK PEMIMPIN BERKUALITAS.
Pemimpin pembawa damai menjelaskan tentang adanya karakeristik kuat pada diri
pemimpin. Karakteristik kuat ini merupakan inner being dari dirinya sebagai seorang
pemimpin rohani (Yesaya 32:8). Inner being atau jati diri pemimpin ini ditandai melalui
ekspresi diri sebagai hidup dalam kebenaran dan keadilan dengan membawa sejahtera
(Yesaya 32:1-2), sebagaimana sabda Allah, “Dimana ada kebenaran, di situ akan
tumbuh damai sejahtera” (Yesaya 32:17a). Berdasarkan uraian di depan ini, maka
dapatlah dikatakan bahwa pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang hidup
dalam kebenaran, keadilan dan sejahtera. Dengan penegasan ini dapat dikatakan
bahwa karakteristik utama dari pemimpin pembawa damai adalah “hidup dalam
kebenaran yang dihidupi dalam keadilan yang berbuahkan sejahtera.” Dalam
hubungan ini, pemimpin yang hidup dalam kebenaran sajalah yang dapat menjadi
pembawa damai (Yakobus 3:13, 17-18). Kekuatan kebenaran yang ditandai oleh
hikmat akan menguasai pikiran, sikap dan kata dan tindakannya, sehingga ia
melahirkan “buah yang terdiri dari kebenaran ditabur dalam damai untuk mereka yang
mengadakan damai” (Yakobus 3:17).
2. DAMAI DAN MEMBAWA DAMAI ITU ISI HATI PEMIMPIN.
Pemimpin pembawa damai hanya dapat melakukan perannya apabila ia hidup dalam
kebenaran, karena kebenaran adalah isi hatinya (Yesaya 32:8). Kebenaran hanya akan
ada dalam dan pada pemimpin jika ia telah dibebaskan oleh Sang
Kebenaran (Yohanes 14:6), yang olehnya hidupnya dibaharui (II Korintus 5;17)
sehingga ia mampu hidup dan mengamalkan kebenaran (Yohanes 8:31-32; 14:27).
Dalam hubungan ini dapatlah dikatakan bahwa pemimpin pembawa damai akan selalu
216 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
hidup dalam kebenaran dan mengimpartasi kebenaran dalam hidup dan baktinya
sehingga setiap orang yang dipimpinnya akan mengalami sentuhan nilai dan kekuatan
kebenaran yang membawa damai kekal (Daniel 12:3).
3. MEMBAWA DAMAI ADALAH KEKUATAN INTEGRITAS PEMIMPIN.
Pemimpin pembawa damai membuktikan kekuatan integritas karakternya, karena
kebenaran yang dihidupinya secara bertanggung jawab, yang dibuktikannnya dengan
menjauhkan diri dari kejahatan (Ayub 28:28). Dalam kaitan ini, pemimpin hanya dapat
membuktikan diri sebagai pembawa damai, bukan saja karena kebenaran Allah ada
padanya, tetapi ia menghidupinya dan menjadikannya sebagai bagian dari dirinya.
Dengan membawa damai, pemimpin mengekspresikan kekuatan integritas dirinya yang
tidak kurang dari “pembawa damai” yang dinyatakan dalam kebenaran dalam pikiran,
sikap, kata dan tindakan yang memperlihatkan adanya kebenaran, kabaikan hati,
kemuliaan, keadilan, kesucian, kemanisan, kesedapan, kejujuran, dan kepatutan (Filipi
4:5, 8-9; Amsal 13:6; 10:28-29, 32), karena “Siapa bersih kelakuannya aman jalannya”
(Amsal 10:9).
4. MEMBAWA DAMAI ADALAH CITRA KEPEMIMPINAN YANG KUAT.
Membawa damai adalah citra kepemimpinan yang kuat, karena dengan membawa
damai, ia sedang mencitrakan kepemimpinannya yang berkualitas. Pemimpin yang
kerjanya membawa damai memahami bahwa “Orang yang menggunakan kekerasan
menyesatkan sesamanya, dan membawa dia di jalan yang tidak baik” (Amsal 16;29).
Karena itu pemimpin pembawa damai mencitrakan diri sebagai pemimpin yang tahu
menjaga hatinya (Amsal 4:23), dengan berbijak hati (Amsal 10:8), sehingga
kelakuannya bersih (Amsal 10:9), kata-katanya seperti “perak pilihan” (Amsal 10:20)
dan “membawa kehidupan” (Amsal 10:11). Secara praktis, pencitraan diri pemimpin
pembawa damai akan membawa ketenteraman, sukacita dan sejahtera kepada semua
orang yang ada di sekitarnya. Pemimpin pembawa damai mencitrakan diri sebagai
pemimpin berhikmat sehingga kehadirannya diidamkan, kata-katanya bertuah dan
tindakannya membawa berkat.
5. MEMBAWA DAMAI MENEGUHKAN KEPEMIMPINAN.
Dengan membawa damai, pemimpin sesungguhnya sedang meneguhkan
kepemimpinannya, karena Firman Allah menegaskan, “Kebenaran meninggihkan
217 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa” (Amsal 14:34). Pemimpin pembawa
damai yang hidup dalam kebenaran sedang menegaskan nilai-nilai kuat dari dirinya.
Nilai-nilai kuat inilah yang meninggihkan kapasitas dan derajat diri dan
kepemimpinannya. Nilai-nilai kuat pemimpin pembawa damai ini pada gilirannya akan
berimbas kepada penguatan terhadap organisasi. Pemimpin pembawa damai yang
hidup dalam kebenaran akan menampakkan keluhuran dan keagungan nilai anutannya
yang akan meneguhkan diri dan orang yang dipimpinnya. Dalam hubungan ini
kepemimpinan pemimpin pembawa damai akan ditandai damai sejahtera di tengah
kekacauan dan kerumitan hidup, yang menggambarkan keuletan diri dan kekuatan
kepemimpinan yang sedang diembannya dengan menghidupi kebenaran.
PRINSIP YANG MENOPANG SIKAP PEMBAWA DAMAI.
Mencermati uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pemimpin pembawa damai adalah
pemimpin berkualitas tinggi, yang olehnya ia dapat memimpin secara berkualitas pula.
Prinsip yang dapat diangkat dari harkat dan sifat kepemimpinan pembawa damai ini
adalah antara lain:
Pertama, Pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang hidup dalam kebenaran
yang terpatri di hatinya oleh anugerah TUHAN Allah, serta terwujud melalui sifat,
sikap, kata dan perbuatannya.
Kedua, Pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang selalu mengamalkan
kebenaran dalam sikap, kata dan perbuatan yang selalu terbukti konsisten dalam
keseharian hidupnya.
Ketiga, pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang selalu menandakan
integritasnya dengan selalu menjadi pelaku damai dalam lingkungan di mana ia hadir.
Keempat, pemimpin pembawa damai selalu mencitrakan diri sebagai pemimpin yang
terus menerus membawa pembebasan dan pemerdekaan dengan memberkati semua
orang melalui sifat, sikap, kata dan perbuatannya.
Kelima, pemimpin pembawa damai akan menjadi peneguh bagi kepemimpinannya,
karena dengan membawa damai, kepemimpinannya akan tetap langgeng di tengah
kekacauan, dimana dari kepemimpinannya akan mengalir kekuatan yang meneguhkan.
Dalam semuanya ini, kepemimpinan pemimpin pembawa damai akan terus eksis di
218 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
tengah kenyataan tersulit sekalipun, karena di dalamnya ada kekuatan besar (Amsal
14:26).
RAMPUNGAN
Melihat uraian sebelumnya tentang pemimpin pembawa damai, dapatlah dikatakan
bahwa pemimpin pembawa damai itu hidup dalam kebenaran yang beranjak dari
hatinya yang terjaga baik, sifat, sikap dan kata-kata serta perbuatannya yang
memberkati banyak orang. Menjadi pemimpin pembawa damai dalam hal ini adalah
pilihan terbaik dan berkualitas, dibanding dengan menjadi pemimpin yang membawa
kekacauan. Pemimpin pembawa damai adalah pemimpin yang akan selalu membawa
berkat bagi banyak orang melalui hidup, kata dan perbuatannya di mana saja ia
berada. Dalam keadaan tersulit sekalipun, pemimpin pembawa damai akan terus hidup
dalam kebenaran serta berbagi damai yang membawa sejahtera, dimana “Hati orang
bijak menjadikan mulutnya berakal budi dan menjadikan bibirnya lebih dapat
dipercaya” (Amsal 16:23). Karena itu, kehadiran pemimpin pembawa damai akan
selalu didambakan dan kontribusinya dalam menjalankan upaya memimpin yang
membawa kesejahteraan bagi banyak orang selalu ditunggu. Kepemimpinannya akan
selalu diidamkan. Karyanya akan terus melegenda dalam jiwa semua yang
dipimpinnya. Nilai kehidupan luhurnya akan menjadi kenangan abadi yang dituturkan
dari generasi ke generasi dengan aroma berkatnya.
Selamat membuktikan diri sebagai pemimpin pembawa damai bagi kemuliaan TUHAN
Yesus Kristus dan selamat menjadi berkat dalam kepemimpinan yang sedang diemban.
TUHAN Allah kiranya memberkati dengan limpahnya. Terimakasih
Motivator,
Dr. Yakob Tomatala
AWAS, PEMIMPIN JANGAN MEMBIARKAN DIRI DIJILAT-JILAT
“Orang yang menjilat sesamanya membentangkan jerat di depan kakinya” (Amsal
29:5).
PENGANTAR
219 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan melibatkan banyak orang, mulai dari pemimpin puncak dan para
pemimpin, para manajer, para administrator serta semua bawahan. Orang-orang ini
terhimpun dalam suatu organisasi yang juga melibatkan berbagai kepentingan.
Kepentingan-kepentingan ini dapat digolongkan dalam dua sisi, yaitu 1. Kepentingan
organisasi, yang merupakan kepentingan utama, kepentingan bersama yang harus
diutamakan. 2. Kepentingan pribadi, dari setiap unsur manusia terkait dalam
organisasi. Untuk kepentingan pertama, orang cenderung membuktikan secara umum
bahwa mereka mementingkan organisasi dengan “bekerja keras” misalnya. Namun,
soal pementingan kepentingan organisasi ini akan teruji dengan mencaritahu sejauh
mana kepentingan pribadi terkait di dalamnya. Dalam hubungan inilah akan terlihat
siapa sesungguhnya yang memperjuangkan kepentingan organisasi dan siapa
sesungguhnya yang pemperjuangkan kepentingan pribadi. Pada sisi yang kedua inilah
akan terbukti siapa pejuang organisasi yang sejati, siapa manusia asal jadi, siapa
penggembira, siapa penonton, dan siapa penjilat. Mencermati semua ini, kini muncul
pertanyaan, “apakah pantas bagi pemimpin membiarkan dirinya dijilat-jilat oleh
penjilat?” Marilah kita simak bersama:
1. MEMAHAMI PARA PENJILAT DISEKITAR ANDA SEBAGAI PEMIMPIN.
Setiap orang dikenal dari apa yang diperjuangkannya, karena “Anda akan selamanya
menjadi apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan dan apa yang Anda lakukan.”
Ini dapat dibaca lho, hanya, pemimpin sejati tidak cepat curiga, ia mawas diri dan
membiarkan waktulah yang membuktikan siapa sesungguhnya para penjilat sejati!
Karena itu, pemimpin sejati dapat mengindentifikasi, siapa manusia sejati yang
memperjuangkan kepentingan organisasi, dan siapa manusia penjilat di sekitarnya.
Para penjilat atau ingrasiator adalah orang yag suka mendekati pemimpin secara
berlebihan dengan sikap seolah ingin menjadi tangan kanan utama. Bagaimana
mengenal para penjilat ini? Pertama, para penjilat kelihatannya sebagai anjing
peliharaan yang jinak pada mulanya. Mereka akan selalu mengatakan ya Pak, baik
Pakdemi menyenangkan pemimpin bagi kepentingan mengambil hati, mencuri hati,
menguasai hati pemimpin untuk merebut kepercayaan pemimpin kepada dirinya, agar
ia dapat dijadikan tangan kanan utama dari pemimpin. Di sini penjilat bersikap sangat
suka menolong pemimpin. Penjilat secara berlebihan memamerkan bahwa ia membela
kepentingan pemimpin, dan selalu berpihak terang-terangan kepada
pemimpinan. Kedua, para penjilat biasanya memiliki agenda yang tidak tertulis, tetapi
220 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
dapat dibaca oleh pemimpin yang bijaksana. Agenda itu isinya adalah “menjadi
penguasa dibalik kekuasaan pemimpin.” Keinginan berkuasa ini sesungguhnya sudah
nampak dari awal, yaitu “ia berupaya menyita perhatian pemimpin bagi dirinya” yang
dikakukan secara licik. Untuk tujuan ini, ia akan menyingkirkan siapa saja yang
berupaya mendekati pemimpin yang dilakukannya dengan cara apa pun. Pemimpin
sejati perlu tahu bahwa di sini si penjilat sesungguhnya sedang berupaya merebut
kekuasaan pemimpin secara licik pula.
Ketiga, para penjilat akhirnya memperlihatkan taringnya sebagai “serigala sejati,”
tatkala ia memperoleh kepercayaan, khususnya berhasil menguasai kepemimpinan.
Kalau si penjilat belum berhasil mnenjadi pemimpin tertinggi, ia akan menggunakan
tangan pemimpin untuk menindas sesama. Ia akan selalu mengatakan “menurut bos,
… ini perintah bos …! Kalau ia sudah menjadi penguasa, ia akan terbukti mendominasi
semua bagi dirinya. Ia terbukti tidak memperjuangkan kepentingan organisasi! Ia tidak
peduli dengan siapa pun kecuali dirinya, ia mendominasi apa pun dan siapa saja! Ia
akan bersikap defensif yang arogan atas apa dan siapa saja. Inilah saat-saat loceng
kematian organisasi berdentang dengan sendirinya. Indikatornya, akan ada sikap suka-
tidak suka, pencideraan, dan pihak memihak, perpecahan. Kesatuan dalam organisasi
pecah, banyak persoalan tidak terselesaikan muncul silih berganti, lalu sirna
meninggalkan luka-luka batin. Apa akibat dari keadaan seperti ini? (Baca: Amsal
29:2,7-16).
2. PEMIMPIN SEJATI DAN PENJILAT SEJATI. Pemimpin sejati hidup dalam
kebenaran dan melakukan keadilan, serta membawa sejahtera bagi semua orang
dalam kepemimpinannya (Yesaya 32:8, 1-2, 17; Amsal 29:14). Pemimpin sejati dapat
mengenal para penjilat karena ia sendiri bukan penjilat. Pemimpin sejati perlu
mengingat bahwa para penjilat itu seungguhnya “serigala berbuluh domba.” Ia
mempunyai kepentingan utama yaitu dirinya sendiri, dan agenda utamanya
ialah, penjadi penguasa atau pendominasi sesungguhnya dengan berupaya
menggunakan tangan pemimpin sebagai langkah awalnya. Di sini, pemimpin sejati
harus menetapkan sikap bijak terhadap para penjilat. Pertama, Pemimpin sejati
berhati mulia dan tidak memberikan kesempatan merekrut dan mengangkat “anak
emas” bagi dirinya, karena para penjilat suka diangkat menjadi anak emas, anak
kesayangannya si bos. Inilah ciri utama para penjilat, “anak emasnya si bos.” Kedua,
Pemimpin sejati dengan hati mulia akan menangkal para penjilat dengan
221 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
memperlakukan setiap orang di sekitarnya dengan sikap bijakasana. Ia akan
memberlakukan sikap mengasihi sama rata, dengan memperhatikan dan
memperjuangkan kepentingan semua pihak (Yohanes 13:34-35; Filipi 2:1-4).
Pemimpin sejati tahu bahwa “kalau kepentingan organisasi diperjuangkan bersama,
maka organisasi akan teguh dan kepemimpinan akan berhasil dengan membawa
sejahtera bagi semua pihak.” Ketiga, Pemimpin sejati memenangkan pertarungan
mengatasi para penjilat melalui sikap pembuktian diri sebagaipemimpin rohani yang
altruis yang “mementingkan kepentingan sesama, yaitu sama rata sama rasa” (Galatia
6:1-10) dengan berbuat kebenaran dan kebaikan (Filipi 4:5,8-9), sehingga semua
pihak menikmati sejahtera dan diberkati dalam kepemimpinannya.
3. PEMIMPIN SEJATI DAN MENJILAT-JILAT. Pemimpin sejati tidak akan
membiarkan dirinya dijilat-jilat, karena ia tidak memiliki borok untuk dijilat oleh anjing.
Pemimpin sejati rendah hati dan selalu mawas diri, untuk menjauhkan kejaharan dari
padanya (Ayub 28:28). Pemimpin sejati akan bersikap bijaksana sehingga ia akan
mampu memisahkan “sanga dari perak,” dengan memberlakukan kebenaran dan
kebaikan dengan komitmen bersama yang teguh untuk perjuangan bersama demi
kebersamaan, sehingga ia dapat menujukhidungbelangnya si penjilat (I Raja-raja 3:16-
28). Sikap pemimpin seperti ini nanti akan membuat mereka yang suka menjilat akan
terjulur lidahnya dan kelelahan, karena pemimpin terbukti kokoh dan tidak dapat
dijilat.
PRINSIP MENYIKAPI PENJILAT DALAM KEPEMIMPINAN:
Berdasarkan uraian di atas, kita tentu dapat belajar bagaimana menjadi pemimpin
sejati yang tidak membesarkan para penjilat, sehingga kesatuan dan kebersamaan
organisasi dapat terbina secara harmonis dan mendatangkan keberhasilan dalam
kepemimpinan. Kalau begitu, ingatlah prinsip di bawah ini:
Jadilah pemimpin sejati yang mengenal serta memberlakukan kebenaran dan
keadilandalam kepemimpinannya (Yesaya 33:15-16; Yohanes 14:6; 8:30-36; Efesus
5:8-11), sehingga ia terhindar dari sikap memihak-mihak yang salah, terhindar dari
kekuasaan para penjilat.
Jangan memberi peluang kepada para penjilat dengan bersikap hati mulia, yang
nampak dalam sifat, sikap, kata serta tindakan mengasihi yang sama rata, dan
222 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
memberlakukan kebersamaan dalam kepemimpinan (Yohanes 13:1, 34-35; 15:17),
sehingga tidak ada kesempatan bagi penjilat untuk bergentayangan.
Hidarkan diri dari mencipta anak emas dalam kepemimpinan, sehingga para penjilat
kehilangan taringnya dan menjadi serigala ompong.
Kalau Anda bawahan sejati yang mau menjadi pemimpin sejati, “jangan menjadi
penjilat!”
Selamat menyikapi para penjilat secara bijak demi keberhasilan
kepemimpinan!!!
Salam dan doa,
Dr. Yakob Tomatala
SEBERAPA PENTINGNYA KOMITMEN DALAM KEPEMIMPINAN
“…. kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati ” (Ester 4:16d).
PENGANTAR
Komitmen kepemimpinan merupakan faktor penting yang meneguhkan pemimpin dan
orang yang dipimpin dalam suatu organisasi menjalani tanggung jawab kepemimpinan
yang diembannya. Apa sesungguhnya komitmen itu dan apa hubungannya dengan
keberhasilan kepemimpinan? Istilah komitmen atau commitment berasal dari
kata commit, committen (istilah Latin, commitere) yang berarti to bring together.
Istilah ini berakar dari kata com yang berarti together, dan mittere yang artinya to
send. Istilah komitmen di sini lebih berarti sedang membawa bersama, atau sedang
memeteraikan bersama, atau berjanji bersama untuk melakukan sesuatu yang
dianggap penting dan merupakan kepentingan bersama.
223 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Dalam kaitan dengan kepemimpinan, dapat dikatakan bahwa komimen berarti
bersama-sama membawa kepemimpinan kepada keberhasilan. Secara khusus,
komimen dapat diartikan sebagai “janji hati untuk membawa kepemimpinan secara
bersama-sama kepada keberhasilan yang didambakan.” Berdasarkan pengertian ini
dapatlah dikatakan bahwa komitmen kepemimpinan ternyata begitu penting bagi
keberhasilan kepemimpinan dalam setiap organisasi.
KOMITMEN DAN DEDIKASI KEPEMIMPINAN. Komimen berkaitan erat dengan
dedikasi. Istilah dedikasi berasal dari kata dedicatus bersumber dari dedicare yang
berarti “to consecrate, dan atau to declare.” Istilah ini dipakai untuk menjelaskan
sikap mengkhususkan kepada sesuatu yang disembah atau diagungkan, atau sesuatu
yang memiliki tujuan tertinggi. Hubungan dedikasi dalam kepemimpinan lebih berarti
mengkhususkan diri berdasarkan janji hati untuk membawa kepemimpinan mencapai
tujuan tertingginya, yaitu keberhasilan. Dalam kaitan dengan kepemimpinan, pertama-
tama, pemimpin dan orang yang dipimpin harus memiliki komitmen yang tinggi kepada
yang dipercayai, yang diyakini sebagai sumber keberhasilan. Di sini pemimpin orang-
orangnya harus mempertahankan dedikasi dan komitmen teguh kepada TUHAN Allah
yaitu setia. Komitmen ini menjelaskan tentang sikap iman atau kepercayaan yang
diwujudkan dengan taat dan setia kepada TUHAN Allah. Kedua, komitmen kepada
Gereja atau organisasi, yaitu janji untuk meneguhkan organisasi. Ketiga, komimen
kepada tugas (task – duty). Komitmen ini ditandai oleh adanya dedikasi kerja
kepada disiplin tangguh seutuhnya(dedicated to self disciplines, family disciplines, and
organization disciplines), dedikasi kepada kualitas total (total quality), dan dedikasi
untuk mengelola dengan kinerja tinggi (high performance management). Komitmen
kerja inilah yang menjamin terwujudnya keberhasilan upaya memimpin yang optimal
serta produktif tinggi. Komitmen dan dedikasi tinggi kepada TUHAN, membangun
organisasi, komitmen kepada tugas dengan disiplin, kualitas hidup dan kinerja serta
performansi tinggi sajalah yang akan membuat kepemimpinan terfokus kepada tujuan
ideal dari organisasi yang akan melahirkan keberhasilan.
KOMITMEN DAN BUDAYA ORGANISASI. Komitmen memiliki unsur sosial kultural
yang kental yang melibatkan kebiasaan bersama sebagai cara hidup total dari
organisasi.[1] Unsur sosial ini menghubungkan pemimpin dan orang yang dipimpin
untuk secara bersama-sama memadukan tekad membawa organisasi ke arah
keberhasilan. Dalam kaitan ini, komimen memerlukan pewadahan sikap dan kebiasaan
224 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
bersama. Kebiasaan bersama yang menjadi the total lifeway yang berkualitas inilah
yang memadukan kemampuan ke arah keberhasilan. Di sini, pemimpin dan orang yang
dipimpin haruslah memadukan komitmen kepada upaya mengembangkan budaya
organisasi dengan orientasi kepada budaya kualitas, organisasi pembelajar dan
semangat entrepreneurship. Budaya organisasi dengan kebiasaan berkualitas akan
memberikan keteguhan kepada prakek hidup dan kerja sinergis berkualitas. Kebiasaan
berkualitas yang dibangun di atas pendekatan organisasi pembelajar memberikan
dinamika kepada perkembangan organisasi yang terus menjadi relevan. Dan jiwa
entrepreneurship memberikan peneguhan kebiasaan dengan kemandirian tinggi.
Kemandirian tinggi ini akan tampak dalam kebiasaan mengembangkan keunggulan
berpikir, keberanian membuat keputusan merebut dan mencipta peluang, dan
kepiawaian merekayasa cara terbaik dalam mewujudkan keberhasilan kerja.
KOMITMEN DAN KEPENTINGAN ORGANISASI. Komitmen dan dedikasi pemimpin
dan orang yang dipimpin yang dibangun di atas budaya kualitas hanya akan berguna
apabila terfokus kepada kepentingan organisasi. Yang dimaksudkan dengan fokus
kepada kepentingan organisasi di sini ialah tekad dan upaya bersama yang tertuju
kepada penguatan organisasi. Penguatan organisasi adalah begitu penting, karena
dengan menguatkan organisasi, organisasi akan berkembangkan dan membawa
dampak positif kepada semua peserta yang terlibat di dalamnya. Prinsip ini selaras
dengan pernyataan mendiang Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, “Jangan
tanyakan apa yang dapat dibuat negara bagi Anda, tetapi tanyakanlah apa yang dapat
Anda buat bagi negara.” Adalah sangat jelas bahwa dampak dari penguatan negara
atau organisasi adalah keberhasilan bersama yang akan meneguhkan kehidupan
bersama pula. Sebaliknya, organisasi akan runtuh apabila setiap individu baik
pemimpin mau pun orang yang dipimpin hanya terfokus kepada kepentingan
sendiri.[2] Di sini sudah dapat dibayangkan bahwa komitmen kepada kepentingan
organisasi ternyata begitu penting, karena akan meneguhkan upaya bersama bagi
keberhasilan bersama.
KOMITMEN DAN DAYA JUANG SERTA KETAHANAN ORGANISASI. Komitmen
pada sisi yang khas menjelaskan tentang kadar daya juang manusia pemimpin dan
orang yang dipimpin dalam setiap organisasi. Kadar daya juang ini menjelaskan
tentang dinamika semangat juang atau fighting spirit yang ada dalam organisasi.
Kadar daya juang ini akan nampak dalam ketahanan organisasi menjalani
225 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
panggilannya. Di sini dapatlah dikatakan bahwa daya juang atau semangat juang yang
tinggi memberi ketahanan tinggi kepada organisasi. Sedangkan, semangat juang yang
rendah akan memperlemah daya tahan organisasi, sehingga tidak akan mampu
menghadapi tekanan danpersaingan nyata.
KOMITMEN DAN KEBERHASILAN KEPEMIMPINAN. Keberhasilan dan kegagalan
bersemi dalam diri (dalam pikiran) pemimpin dan orang yang dipimpin pada setiap
organisasi. Pernyataan Ralph W. Emerson yang mengatakan, “Anda akan selamanya
menjadi apa yang Anda pikirkan,” menjelaskan prinsip di atas. Dengan demikian,
apabila pemimpin dan orang yang dipimpin mewadahkan keberhasilan bersama dalam
benak serta tekadnya, maka mereka akan menghasilkan secara bersama pula. Pada
sisi lain, dalam perspektif Kristen, keberhasilan adalah karunia TUHAN Allah (Banding:
Nehemia 2:20). Di sini, komitmen bersama kepada keberhasilan dengan membangun
secara sinergis mewadahkan pembuktian keberhasilan itu (Lihat: Nehemia 2:18).
Dalam kaitan ini dapatlah dikatakan bahwa komitmen bersama atau janji hati semua
komponen manusia organisasi untuk secara bersama terlibat dalam upaya dan kerja ke
arah keberhasilan kepemimpinan, pasti akan berujung kepada keberhasilan, sepasti
menabur dan menuai (Mazmur 126:5-6; 133).
REFLEKSI:
Sangat jelas di sini bahwa komitmen dan dedikasi pemimpin dan orang yang dipimpin
terhadap keberhasilan kepemimpinan adalah landasan kesuksesan setiap organisasi.
Dapatlah dibanyangkan bahwa apabila pemimpin dan orang yang dipimpin memiliki
komitmen dan dedikasi tinggi ditunjang oleh budaya kualitas dengan semangat juang
tinggi yang terfokus kepada keberhasilan bersama, akan melahirkan keberhasilan yang
pasti. Renungkanlah kenyataan berikut:
Apa yang terjadi dengan orang Yahudi, seandainya Ester tidak memiliki komitmen dan
dedikasi tinggi dengan mengatakan “jika terpaksa aku mati, biarlah aku mati?”
Apakah Anda dapat melihat munculnya semangat juang yang tinggi dalam diri Ester
dengan adanya komitmen dan dedikasi tinggi kepada kepentingan bersama? Dalam
kaitan ini terlihat dengan jelas bahwa komitmen yang melahirkan semangat akan
beranak semangat, yang olehnya semua tersemangati dan menjadi tegar yang
meneguhkan daya juang bersama.
226 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Adakah Anda sadar bahwa dengan komitmen kepada kepentingan organisasi (seperti
Ester kepada kepentingan bangsanya), maka organisasi akan teguh dan berujung
kepada keberhasilan?
Selamat berjuang bagi keberhasilan dengan komitmen dan dedikasi tinggi.
Salam dan doa,
Yakob Tomatala
Rekan sekepemimpinan
[1] Pemahaman budaya kebudayaan atau kultur dalam kaitan ini adalah kebiasaan
bersama yang merupakan the total lifeway, yang menjelaskan bagaimana orang
(sebagai suatu kelompok masyarakat) berpikir, bersikap, berkata dan bekerja dalam
upaya mengelola dan mempertahankan keberlangsungan kehidupan mereka.
[2] Kenyataan bahwa korupsi dalam negara atau organisasi menunjuk kepada sikap
kepentingan pribadi, yang menjelaskan tidak adanya komitmen dan upaya
membangun bersama, yang akhirnya akan meruntuhkan negara mau pun organisasi.
227 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
PENUTUP
228 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
229 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
230 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
231 |SPIRITUALITAS KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan itu melibatkan intelektual, emosi, dan hati. Pikiran, perasaan, dan kehendak.
Aspek batiniah (internal) ini berpengaruh sangat besar dalam kepemimpinan dibandingkan
dengan aspek jasmaniah (eksternal).
Kepemimpinan berkaitan dengan manusia, karena itu kepemimpinan juga berkaitan dengan
jiwa.
Semoga koleksi ini memberkati kita semua.
BMF collections - 2015