Borang G.tangkubanperahu
-
Upload
wahyu-hermansyah -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
description
Transcript of Borang G.tangkubanperahu
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOLOGI
Karya Referat
Borang Vulkanisme dan Pemanfaatan
Gunung-api Tangkuban Perahu
Disusun oleh:Wahyu Hermansyah10/296704/TK/36197
YOGYAKARTAAPRIL
2014
Borang Vulkanisme dan Pemanfaatan
Gunung-api Tangkuban Perahu
Kategori Penjelasan Kategori
Letak Geografis
G.Tangkuban Perahu secara administrasi masuk kedalam wilayah
kabupaten Bandung dan sebagian masuk kedalam kabupaten Subang,
provinsi Jawa Barat, dan secara geografi terletak pada 6o46’ LS dan
107o36’ BT.
Geomorfologi
Gunung Tangkuban Perahu memiliki bentuk kerucut dengan sisi-
sisi yang terjal. Puncaknya berbentuk cekung seperti panci. Kawah-
kawah Gunung Tangkuban Perahu juga mengeluarkan material-material
berupa lava dan sulfur. Pada kawah yang sudah mati, tersingkap batuan
yang beraliterasi hidrotermal yang membentuk mineral sulfida. Kegiatan
vulkanisme Gunung Tangkuban Perahu telah membentuk morfologi
berupa depresi vulkanik di sekitarnya. Depresi vulkanik adalah bentuk
morfologi berupa cekungan hasil dari kegiatan vulkanisme. Depresi
vulkanik dapat berupa danau vulkanik, kawah dan kaldera. Dalam hal ini,
aktivitas vulkanisme Gunung Tangkuban Perahu telah membentuk
banyak kawah yang sampai sekarang masih terus mengeluarkan material
vulkanik berupa lava dalam jumlah kecil dan uap sulfur. Kawah-kawah
terbentuk sebagai akibat dari pusat erupsi yang berpindah dari arah timur
ke barat. Kawah-kawah tersebut adalah Kawas Ratu, Kawah Domas, dan
Kawah Upas.
Stratigrafi
Secara umum, Gunung Tangkuban Perahu tersusun dari perselingan
antara aliran lava dan breksi piroklastik. Litologi lava dan breksi
piroklastik tersebut terbentuk karena lava Gunung api Tangkuban Perahu
yang berjenis intermediet sehingga tipe erupsinya berupa campuran
antara aliran lava dan ledakan (explosion). Oleh karena itu, Gunung
Tangkuban Perahu dimasukkan ke dalam golongan gunung api strato
(stratovolcano).
Litologi Secara petrografi, lava Tangkubanperahu terbagi atas lava andesit
basalt augit hipersten, lava basalt pigeonit enstatif dan andesit augit
Litologi
hipersten. Penghabluran plagioklas, piroksen augit, hipersten dan olivin
serta oksida bijih dalam wujud fenokris mikra dan makro sebagai masa
dasar berbutir agak kasar bersama-sama dalam masa dasar kaca
gunungapi. Beberapa fenokris plagioklas menunjukkan lubang korosi tak
teratur diduga bertindak sebagai mineral bawaan (senokris).
Struktur Geologi
Sesar Lembang adalah sebuah sesar terbesar di daerah ini, yang
melintang darti barat ke timur. Sesar ini terletak atau melalui Lembang
dari mana nama sesar ini berasal yang kira-kira 10 km sebelah utara
Bandung. Ini adalah sebuah sesar aktif dengan gawir sesar sangat jelas
yang menghadap ke utara. Sesar ini yang panjang seluruhnya kira-kira 22
km dapat diamati sebagai suatu garis lurus dari G. Palasari di timur ke
barat dekat Cisarua. Penyelidikan-penyelidikan terdahulu telah
menghubungkan bahwa sesar Lembang yang dominannya adalah sesar
normal terjadi setelah letusan besar G. Sunda yang berlangsung pada
zaman Kuarter Tua.
Analisa
Geokimia
Penyelidikan geokimia di gunungapi dimaksudkan untuk
mengetahui perubahan tingkat kegiatan gunungapi, bahkan hingga pada
perkiraan letusan. Secara umum gas vulkanik Gunung Tangkuban Perahu
yang dikeluarkan dari setiap lubang solfatara dicirikan oleh besarnya
kandungan belerang dan uap air. Kadar uap air ditentukan dengan
perhitungan berat menggunakan P205 kering sebagai penyerapnya. Hasil
analisis contoh-contoh tersebut menunjukkan kandungan unsur-unsur
kalsium, magnesium, silikat, besi, sulfat, klorida, natrium, kalium dan
lithium relatif tinggi, sedangkan unsur kalsium, magnesium, natrium dan
kalium dipergunakan untuk menghitung besarnya suhu bawah
permukaan dengan beberapa grafik standar (sriwana, 1985). Pemeriksaan
petrokimia aliran lava Gunung Sunda dan Gunung Tangkubanperahu,
menunjukkan bahwa gunungapi Sunda bersumber pada kegiatan erupsi
magmatis dari kelompok dioritik gabro dan dioritik termasuk seri alkali
kapur kaya akan alumina tinggi berasosiasi dengan magma toleitik.
Sejarah Letusan Menurut penelitian seorang ahli geologi Belanda, Van Bammelen, di
tahun 1934, riwayat letusan gunungapi Tangkuban Perahu dapat di bagi
Sejarah Letusan
menjadi tiga periode berdasarkan coraknya, yaitu :
1. Tahap A, tahap explosive. Selama tahap ini dikeluarkan berbagai
bahan letusan yang terdiri atas segala ukuran, sehingga menutupi
permukaan sekitarnya dan dihanyutkan sebagai lahar atau lumpur
gunungapi. Saat itu di duga bahan letusanya menutupi aliran Sungai
Citarum Purba sehingga airnya menggenangi cekungan Bandung dan
terjadilah Danau Bandung Purba.
2. Tahap B, tahap effusive. Pada tahap ini bahan letusan terdiri dari aliran
lava.
3. Tahap C, tahap pembentukan gunung yang sekarang. Erupsi
Tangkuban Perahu dewasa ini tergolong fasa C, berupa erupsi
esplosif yang kecil-kecil saja dan kadang-kadang diselingi oleh
erupsi freatik.
Pemanfaatannya
dan Tata Guna
Lahan
Tata guna lahan merupakan sebuah pemanfaatan dan penataan lahan
yang di lakukan sesuai dengan kondisi bentukan muka bumi. Dalam hal
ini tata guna lahan di sekitar G.Tangkuban Perahu.
G. Tangkuban Perahu merupakan salah satu gunung api yang mudah
untuk diakses. Kawasan di sekitar G. Tangkuban Perahu merupakan
daerah wisata alam yang menarik, baik dari hayati ataupun geologi.
Mayoritas komoditas utama masyrakat di sekitar G. Tangkuban
Perahu adalah bertani, berkebun, beternak, sama seperti di tempat-tempat
lainnya yang ada di Indonesia. Selain dari aktivitas mata pencaharian,
kebutuhan untuk hidup seperti ketersediaan air bersih untuk memenuhi
aktivitas hidup itu di butuhkan oleh masyarakat sekitar kawasan
G.Tangkuban Perahu.
Dari data distribusi penggunaan lahan di kawasan Bandung Utara
arahan penggunaan lahan KBU di peruntukan bagi hutan 68,69%, dan
peruntukan aneka pertanian tanaman keras dan hortikultura 20,73%, dan
untuk penggunaan lahan lainnya seperti permukiman perkotaan maupun
pedesaan serta peruntukan lainnya 10,58 % (dari luas 38.548,35 ha).
Berdasarkan arahan penggunaan lahan, di KBU dapat di gunakan juga
dalam hal kegiatan pariwisata, rekreasi dan ilmiah.
Daftar Pustaka
Bronto, Sutikno, 2006, Fasies Gunung Api dan Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia, Vol.
1 No. 2:59-71, Pusat Survei Geologi, Bandung.
Bronto, Sutikno, dan Hartono, U, 2007, Potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan
Bandung dan sekitarnya, jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1. No.1:9-18, Pusat Survei
Geologi, Bandung.
Darmawan, Alwin, 2009, Identifikasi Proses Terjadinya Gerakan Tanah di Kawasan bandung
Utara Melalui Pendekatan Fasies Gunung Api”, Buletin Geologi, Vol. 19 No. I:9-19,
Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi, Bandung.
Dirk, Mesker H.J., 2008, Petrologi-Geokimia Batuan Gunung Api Tampomas, Jurnal geologi
Indonesia Vol. 3 No.1 : 23-25, Pusat Survei Geologi, Bandung.
Gunadi, Apriliani, D.S., 2009, Analisis Hubungan Antara Penggunaan Lahan Dan Bentuk
Lahan Di Wilayah Bandung Utara Dan Kajian Resiko Bencana Alam Vulkanik, Tugas
Akhir, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.