Bukan Milikmu Lilik Subari

33
Bukan Milikmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penciptaan Sesungguhnya kesenian sebagai ungkapan rasa keindahan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang universal. Ia tidak hanya menjadi milik orang kaya atau orangyang serba kecukupan, melainkan juga menjadi milik atau kebutuhan semua orang. Seperti pendapat R. Firth (1954), bahwa apabila disbanding dengan ekonomi, kesenian itu dapat dianggap sebagai kemewahan dan seringkali dianggap kebutuhan nomer dua. Akan tetapi nyatanya kesenian itu terdapat di setiap masyarakat, manusia, kapan saja dan dimana saja mereka hidup. 1 Sebagai seniman creator dituntut untuk menciptakan karya baru yang bermutu. Rancangan penciptaan yang diwujudkan dalam suatu bentuk karya ini merupakan hasil kreativitas. Dengan tetap berorientasi pada konsep kreativitas yang dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengolah sesuatu yang baru, baik dari sumber yang sudah ada maupun dari hasil imajinasi pencipta. Dalam bidang tehnologi, proses kreatif berakhir dengan sebuah penemuan atau invensi, sedangkan kesenian sebagai cabang kebudayaan, maka kreativitas dan inventivitas saling kait-mengkait dengan pertimbangan etis. 2 Pada dasarnya karya yangdihasilkan merupakan tingkat peradaban yang berlaku dalam sekitar penciptaannya. Seni sendiri merupakan sarana pemenuhan kebutuhan akan kesenangan, meskipun pada perkembangan selanjutnya karya seni tidak lagi merupakan ungkapan estetis, tetapi dari masing-masing individu sang seniman, hasil yang terwujud lebih merupakan ungkapan kreatif dalam suatu masyarakat. 3 1 S. Budisantosa, “Kesenian dan Kebudayaan di Indonesia”, Makalah disampaikan dalam Diskusi Buku, Terbitan perdana STSIPRESS, STSI Surakarta, 1992, p.2. 2 Y. Sumandiyo Hadi, S.S.T., Pengantar Kreativitas Tari, Yogyakarta : Akademi Seni Tari Indonesia, Yogyakata, 1983, p.7. 3 Umar Kayam, Seni Tradisi Masyarakat, Jakarta : Sinar Harapan, 1981. p. 38.

description

Penata Tari : Lilik Subari, M.Sn.Festival Seni Pertunjukkan Internasional 2006SMK Negeri 9 SurabayaBUKAN MILIK……MU!!!!!!!!!“…….dimanapun tempatnya, jika itu hak milik pasti akan dikejar, walau nyawa taruhannya. ……..Kasih sayang merupakan landasan yang kokoh dalam pertalian dua insan manusia yang sedang memadu kasih.…….. cinta adalah segala-galanya”.

Transcript of Bukan Milikmu Lilik Subari

Page 1: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penciptaan

Sesungguhnya kesenian sebagai ungkapan rasa keindahan merupakan

salah satu kebutuhan manusia yang universal. Ia tidak hanya menjadi milik orang

kaya atau orangyang serba kecukupan, melainkan juga menjadi milik atau

kebutuhan semua orang. Seperti pendapat R. Firth (1954), bahwa apabila

disbanding dengan ekonomi, kesenian itu dapat dianggap sebagai kemewahan dan

seringkali dianggap kebutuhan nomer dua. Akan tetapi nyatanya kesenian itu

terdapat di setiap masyarakat, manusia, kapan saja dan dimana saja mereka

hidup.1

Sebagai seniman creator dituntut untuk menciptakan karya baru yang

bermutu. Rancangan penciptaan yang diwujudkan dalam suatu bentuk karya ini

merupakan hasil kreativitas. Dengan tetap berorientasi pada konsep kreativitas

yang dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengolah sesuatu yang

baru, baik dari sumber yang sudah ada maupun dari hasil imajinasi pencipta.

Dalam bidang tehnologi, proses kreatif berakhir dengan sebuah penemuan atau

invensi, sedangkan kesenian sebagai cabang kebudayaan, maka kreativitas dan

inventivitas saling kait-mengkait dengan pertimbangan etis.2

Pada dasarnya karya yangdihasilkan merupakan tingkat peradaban yang

berlaku dalam sekitar penciptaannya. Seni sendiri merupakan sarana pemenuhan

kebutuhan akan kesenangan, meskipun pada perkembangan selanjutnya karya seni

tidak lagi merupakan ungkapan estetis, tetapi dari masing-masing individu sang

seniman, hasil yang terwujud lebih merupakan ungkapan kreatif dalam suatu

masyarakat.3

1 S. Budisantosa, “Kesenian dan Kebudayaan di Indonesia”, Makalah disampaikan dalam Diskusi

Buku, Terbitan perdana STSIPRESS, STSI Surakarta, 1992, p.2.

2 Y. Sumandiyo Hadi, S.S.T., Pengantar Kreativitas Tari, Yogyakarta : Akademi Seni Tari

Indonesia, Yogyakata, 1983, p.7.

3 Umar Kayam, Seni Tradisi Masyarakat, Jakarta : Sinar Harapan, 1981. p. 38.

Page 2: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

2

Berkaitan dengan nilai-nilai budaya perlu pula dikemukakan pendapat R.

Sieber : “ Penghias kehidupan itu sebagai upaya memperindah atau melengkapi,

dalam arti baik dan mengandung maksud tertentu”.4 Artinya , budaya selalu

melekat pada kehidupan manusia, baik secara individu maupun dengan

masyarakat sekitarnya. Ada dua aspek kesenian yang perlu diperhatikan , yaitu

konteks estetika atau penyajiannya yang mencakup bentuk dan keahlian yang

melahirkan gaya, dan konteks makna yang mencakup pesan dan kaitan lambang-

lambangnya. Dalam rangka kedua konteks itulah pendekatan masalah kesenian

hendaknya dipahami. Tidak mungkin orang bicara kesenian tanpa memperhatikan

bentuk, wujud dan gayanya. Begitu pula tidak mungkin orang bicara soal kesenian

tanpa memperhatikan pesan-pesan yang terkandung secara simbolis, disamping

kegiatan kesenian itu sendiri merupakan perwujudan fungsi dari subsistem

kebudayaan tertentu.

Karya tari bukan milikmu ini dirancang berdasarkan pada cerita siklus Panji

Kudonorowongso yang penuh dengan berbagai bentuk cobaan dalam memadu

kasih, dalam perjalanan hidup, dalam putaran waktu yang silih berganti.

2. Keaslian Penciptaan

Bentuk pengkajian mengacu pada tari tradisi Tari Topeng Dalang

Kedungmonggo Malang. Sebuah tawaran dalam upaya mentransformasikan

gagasan kedalam bentuk visual dibutuhkan perjalanan panjang dalam proses

penciptaannya. Membutuhkan waktu untuk kontemplasi yang pengadaannya tentu

bersamaan dengan pengalaman-pengalaman hidup yang dijalani. Kondisi tawar-

menawar biasa dilihat pada pergulatan estetik antar komponennya seperti adanya

berbagai rangsang yang menjadikan sumber ide tersebut berkembang dan nampak

beragam. Meskipun orisinalitas itu sangat relative, penulis berkeyakinan bahwa

belum ada yang mengangkat dan menggarap karya seperti tersebut diatas,

sehingga rancangan ini merupakan karya seni baru.

4 S. Budisantosa, op. cit., p. 4.

Page 3: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

3

3. Tujuan Penciptaan

Karya tari dengan judul bukan milikmu ditata sebagai symbol ungkapan

aktualisasi diri dalam satu kesatuan aspek kreativitas. Adapun dalam kaitannya

dengan kekaryaan adalah :

a. Karya tari dapat dihayati nilai ungkapnya

b. Dalam penuangan gagasan menemukan berbagai kemungkinan

garap medium

c. Mencari warna baru dalam kehidupan tari

4. Faedah Dan Kegunaan

Isu-isu, berita tentang kesetiaan, kasih sayang dalam kehidupan manusia

sangat kompleks keberadaannya, untuk itu pencipta sangat tertarik untuk

mengangkat ke dalam sebuah karya tari ini. Kehadirannya dalam segala situasi

dan kondisi yang memunculkan daya pikat yang memunculkan sebuah inspirasi.

4.1. Memberikan sebuah bentuk apresiasi

4.2. Membentuk sebuah wacana, dengan melibatkan berbagai aspek seni di

dalamnya.

4.3. Penciptaan ini lebih merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dapat

dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman dalam penciptaan karya

seni.

Page 4: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

4

BAB II

KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN

Ada beberapa rangsang yang dipakai dalam rancangan penciptaan ini,

yaitu rangsang ideasional, visual dan kinestetik yang dijadikan sebagai sumber

penciptaan dalam rancangan karya ini. Berawal dari membaca buku tentang cerita

panji dalam perbandingan, melihat dan mengamati berbagai bentuk kegiatan

ataupun hiburan di televisi serta lingkungan kehidupan antara laki-laki dan

perempuan. Dari kejadian sehari-hari yang ditangkap, baik lewat pendengaran,

penglihatan, media cetak maupun elektronik, pencipta tergugah lalu munculah

sebuah gagasan untuk merangkum dan mentransformasikan ke dalam sebuah

bentuk karya.

Rangsang ideasional, gerak dirangsang dan dibentuk dengan intensitas

untuk menyampaikan gagasan. Suatu missal, bila gagasan yang dikomunikasikan

adalah perang, maka pilihan gerak terbatas pada gerak yang memberikan kesan

seperti perang. Oleh karena itu gagasan mempunyai konsep lingkaran cahaya

tertentu yang memberikan kerangka kerja untuk menciptakan tari.

Rangsang visual, dari pengamatan gambar visualakan muncul gagasan

latar belakangnya, garis-garisnya baik yang berkesan kuat maupun lemah, wujud,

ritme, tekstur, warna, fungsi kelengkapan, sudutnya yang akan ditransformasikan

ke dalam sebuah karya tari lewat garap mediumnya.

Rangsang kinestetik, tari disusun berdasarkan gerak dan kadangkala gerak

itu sendiri berfungsi sebagai rangsang kinestetis, sehingga dari susunan gerak-

gerak sebab akibat, akan memiliki sebuah gaya, suasana yang akan dikembangkan

untuk membentuk tari. Dalam hal ini gerak tidak dimaksudkan dalam fungsi

komunikatif, kecuali sifat alami yang terdapat pada gerak itu sendiri. Meskipun

tidak berkecenderungan untuk mengalihkan gagasan apapun tetapi itu memiliki

gaya, suasana, teba dinamis, pola atau bentuk dan frase gerak dapat digunakan dan

dikembangkan untuk membentuk tari.

Page 5: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

5

BAB III

LANDASAN PENCIPTAAN

Pencipta mempunyai pemikiran bahwa penanaman nilai kehidupan bisa

disublimasikan pada karya seni, sehingga melalui komunikasi garap mediumnya,

peranan karya tari bukan saja sebagai budaya kreativitas, melainkan mempunyai

konotasi sebagai komunikasi pendidikan religi, nilai estetis. Oleh karena itu karya

tari harus mampu mengungkap isi pengalaman hidup yang bermakna bagi

pengembangan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan jiwa yang lebih baik sebagai

transformasi nilai filosofis kehidupan kesenian.

Perwujudan bentuk yang dihasilkan oleh rangkaian gerak dalam aktivitas

tubuh dan ungkapan yang dihadirkan yang bersumber dari dorongan-dorongan

spontanitas yang menyatu dari gambaran jiwa sebagai pancatan kemudian

menghubungkannya ke dalam bentuk akhir sebagai kesatuan antara gerak, pikiran

serta perasaan apapun yang akan diungkapkan ke dalam “ujud” phisik. Dengan

demikian, bentuk dalam segala kaitannya berarti pengaturan. Setiap karya seni

agar mengandung makna, harus tumbuh dari pengalaman batin penciptanya dan

berkembang sejalan dengan mekarnya ide. Wujud yang tampak dari sebuah karya

seni, tumbuh dari gejolak batin yang dilandasi oleh konsepsi-konsepsi yang sejati.

Bentuk seni mewujud berdasarkan akar prinsip yang sama dengan yang melandasi

mewujudnya tingkah laku dan kegiatan hidup manusia.

Pengertian ini menhadirkan dua macam bentuk, pertama, bentuk yang

tidak terikat : bentuk batin, gagasan atau bentuk yang merupakan hasil pengaturan

unsure-unsur pemikiran atau hal-hal yang sifatnya batiniah yang kemudian tampil

sebagai isi tarian. Isi berkepentingan dengan tema atau ide yang hendak

diungkapkan dalam sebuah karya tari. Kedua, adalah bentuk luar yang merupakan

hasil pengaturan dan pelaksanaan elemen-elemen motorik yang teramati. Bentuk

luar berkepentingan dengan bagaimana kita mengolah elemen-elemen gerak dan

menentukan hubungana saling mempengaruhi antar elemen-elemen yang

digunakan.

Page 6: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

6

Aspek bentuk ini meliputi :

a. “wujud” merupakan bentuk sebagai rangkaian gerak.

b. Ragam, sebagai “wujud” yang sudah ditetapkan kedalam perbendaharaan.

c. Kemantapan ekspresi yang menghasilkan kualitas gerak.

d. Aspek komposisi, meliputi pola lantai, repetisi atau pengulangan, rangkaian

gerak, desain kelompok, dinamika.

Gerak tubuh kita mempunyai ukuran besar kecil atau volume. Figure penari yang

bergerak menciptakan desain di dalam ruang dan hubungan timbal-balik antara

gerak dan ruang yang akan membangkitkan corak dan makna tertentu. Besar

kecilnya jangkauan gerak tari ini erat hubungannya dengan perasaan yang dapat

dilihat pada kerangka wujud yang terbentuk oleh hubungan antara anggota-

anggota tubuh, yang berupa garis-garis gerak. Kerangka wujud yang berupa garis-

garis gerak itu sangat berpengaruh pada watak gerak tari, misalnya, gerakan yang

besar dan kuat erat kaitannya dengan ide dan perasaan yang bebas dan terbuka.

Namun hal ini juga belum tentu benar, karena dalam perwujudan ungkapan ide

juga dipengaruhi oleh tehnik. Yaitu suatu cara dan aturan untuk mencapai bentuk

yang sudah ditetapkan yang keduanya merupakan mekanisme di dalam proses

menuju perwujudan ungkap tari dengan jelas. Sebagai alat pencapaian,

pengendalian ataupun mengkoordinasikan tubuh untuk menghasilkan bentuk

sikap dan gerak yang diinginkan.

Ritme menunjukkan sebuah pola hubungan timbal balik atau perbedaan.

Ritme dalam gerak meliputi pengaturan pola-pola gerak yang terdiri dari

serangkaian permulaan, perkembangan dan akhir. Ketiga pola gerak yang

mengarah pada suatu struktur yaitu awal-tengah-akhir, hadir dalam gerak tari

melalui tegangan otot. Dalam setiap gerak ada momen dari penggunaan energi

dan saat rileks atau pengendoran dari ketegangan. Hubungan timbal balik tersebut

merupakan siklus kerja dalam pengaturan bentuk.

Penggabungan gerak menuntut adanya suatu rangkaian gerak-gerak yang

dipakai. Yakni suatu urutan dalam mana satu gerakan mengikuti gerakan yang

lain. Dengan adanya suatu rangkaian dalam penggabungan akan lebih

Page 7: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

7

menegaskan arti maknawi dari suatu peristiwa yang dialaminya, yang

diungkapkan lewat bentuk pola-pola gerak. Kontinyuitas dan keutuhan sebuah

bentuk tari hadir karena adanya suatu rangkaian urutan gerak, yaitu suatu tata

tertib hubungan gerak yang satu dengan gerak yang menyusulnya. Hal ini akan

lebih dapat memberi pengungkapan yang lebih lengkap dan lebih berarti sebagai

suatu ekspresi.

Elemen dinamika merupakan jiwa emosional dari gerak, karena dinamika

merupakan kekuatan dalam yang menyebabkan gerak menjadi hidup dan menarik.

Kekuatan semacam ini meliputi motivasi untuk bergerak, semangat yang

menyala-nyala serta pancaran batin yang membuat sebuah tarian terasa hidup.

Dimana seorang penari hadir secara utuh yaitu jasmaniah dan mental di atas

panggung.

Pencapaian dinamika dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara, misalnya

lewat pengaturan level yang diatur sedemikian rupa dari tinggi rendah yang

berkaitan dengan ruang dan seterusnya dapat melahirkan dinamika. Pergantian

tempo dari cepat ke lambat dan sebaliknya yng berkaitan dengan waktu dapat

menimbulkan dinamika.

Gerak sebagai medium pokok tari merupakan idiom garap tari yang

mempunyai prinsip dasar tentang unsur volume, tempo, pola ritmik serta dinamika

yang diungkap melalui pengolahan tubuh sebagai media gerak. Pengolahan

bentuk gerak dengan unsure-unsurnya dalam kualitas tertentu yang secara mantap

dilakukan oleh penari lebih memungkinkan terbentuknya gaya. Gaya adalah sifat

pembawaan tari, menyangkut cara-cara bergerak tertentu yang merupakan ciri

pengenal dari gaya yang bersangkutan. Gaya bukan dihasilkan oleh bentuk

semata, akan tetapi lebih merupakan akibat oleh tehnik laku pembawaan dalam

penyajian. Gaya bisa muncul sebagai diri individu atau berkembang ke dalam

tatanan penyajian secara konsep. Setiap penyajian akan dipengaruhi pula oleh

suasana hati atau gejala kejiwaan dalam diri manusia yang secara inderawi

melekat pada garap mediumnya atau tafsir rasa gerak.

Page 8: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

8

BAB IV

KONSEP KOREOGRAFI

dalam karya ini secara konseptual pencipta berusaha untuk memanfaatkan

segala kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Namun demikian karena sifat

karya yang mengarah pada aktualisasi yang sekaligus mengarah pada kemampuan

jalur profesi yang lebih ditekuni dalam kehidupan kesenian, maka dalam

penciptaan tari yang berjudul bukan milikmu, pada hakekatnya :

a. Pada aspek penuangan gagasan, lebih dititik beratkan pada penafsiran

kehidupan seseorang yang sedang dilanda asmara.

b. Pada aspek struktur, penataan tidak didasarkan pada alur cerita

melainkan pada penuangan garap suasana.

c. Pada aspek garap fisiknya dititikberatkan pada pengolahan rasa gerak

pada ruang dan waktu.

Sebagai landasan kerja proses studio dalam penciptaan karya ini, maka

pencipta memanfaatkan prinsip dasar konsep kreativitas dalam menunjang proses

perwujudan karya. Konsep tersebut antara lain : Pertama, kreativitas sebagai

bentuk kebebasan ungkap dalam penuangan isi dan garap isi untuk menemukan

kebaruan yang segar dalam kehidupan tari. Kedua, komposisi sebagai disiplin

ilmu yang memberi kesempatan analisis terhadap berbagai kemungkinan garap

mediumnya. Ketiga, filsafat mencari hakekat dalam hubungannya antara

kehidupan tari dengan kehidupan realitas yang saling memberi umpan balik.

1. Konsep Dasar

1.1. Tema

Tema yang dimaksud adalah suatu bentuk suasana kehidupan asmara Panji

Kudonorowongso yang sedang kehilangan Dewi Sekartaji. Kesetiaan lebih

merupakan suatu bentuk akibat yang terwujud, yang terbentuk oleh peristiwa

hilangnya Dewi Sekartaji. Rancangan ini berangkat dari penjelajahan sosok Panji

Kudonorowongso dan Dewi Sekartaji yang dianggap sebagai tokoh sentral dalam

garapan. Dari rasa ke-cinta-annya Panji terhadap Sekartaji yang merupakan

Page 9: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

9

tempat segala kelebihan, kecantikan, kelemahlembutan serta merupakan segala-

galanya bagi Panji. Kasih sayang dan kesetiaan Panji merupakan pijakan kuat

untuk mencari dimana Dewi Sekartaji berada.

Dalam penggarapan karya ini kehadiran sosok laki-laki sangat dominant

dalam setiap suasana, yang keberadaannya mewakili berbagai lapisan, sehingga

menjadi sosok sentral yang kehadirannya terus-menerus mengikuti aliran waktu

yang berlangsung dalam urutan suasana.

Dalam penataan alur cerita tidak berpikir pada sebuah cerita-cerita atau

yang ada di dalam buku. Pencipta berkeinginan untuk membuat alur cerita sendiri

dengan berdasar pada penggarapan, penataan suasana melalui gerak dalam ruang

dan waktu.

1.2. Tipe Tari

Penciptaan tari bukan milikmu ini akan digarap dalam bentuk tari

dramatic, artinya bahwa :

“…….gagasan yang dikomunikasikan sangat kuat dan penuh daya pikat,

dinamis dan banyak ketegangan dan dimungkinkan melibatkan konflik antar

orang seorang dalam dirinya atau dengan orang lain. Tari dramatic akan

memusatkan perhatian pada sebuah kejadian atau suasana yang tidak

menggelarkan cerita”.5

Karena tari dramatic terikat dengan emosi dan kejadian dalam

hubungannya dengan manusia, maka karakterisasi merupakan titik perhatian. Pada

prosesnya dibutuhkan kejelian dan sikap hati-hati dalam mempelajari karakter dan

suasana dalam realita serta memahami bagaimana mendramatisasikan isi gerak

tari.

Penekanan isi dalam gerak selalu cenderung memberikan pengaruh

dramatik. Disamping itu juga dalam tari dramatic hampir selalu terdapat hubungan

antar manusia atau antar individu dengan sebuah obyek dan hubungan seperti ini

selalu emotif. Bagaimanapun orientasi hubungan tidak harus berarti secara tegas

antara penari-penari dan batas ruang mereka.

5 Jaqueline Smith, Komposisi Tari, sebuah petunjuk praktis bagi guru, terjemahan Ben Suharto,

Ikalsti, Yogyakarta, 1985, p.27.

Page 10: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

10

1.3. Judul

Bukan milikmu adalah sebuah ungkapan penegasan yang mengandung arti

bahwa sesuatu itu bukan milik orang lain, tetapi milik diri sendiri. Dalam karya

ini, Sekartaji adalah hanya milik Panji meskipun dalam tempat terpisah.

Judul ini dipakai dengan harapan dapat mengangkat ataupun memberi

gambaran tentang tema yang akan disajikan.

1.4. Mode Penyajian

Pilihan model penyajian besar kemungkinannya akan mengarah ke

simbolis representasional. Tarian representative dalam bentuknya banyak

mengandung elemen-elemen realistic yang mudah dipahami. Tarian simbolis,

ekspresi dan komunikasi bergantung pada kemampuan, kekuatan gerak dalam

membangkitkan rangsangan-rangsangan emotif. Pendekatan ini lebih memberikan

tekanan kepada nilai rasa, bukan kepada pengetahuan tentang masalah yang

hendak diungkapkan. Dalam hal ini arti lebih dihayati lewat imajinasi. Misalnya,

kesedihan menimbulkan imaji gerak menekuk, lembut, gerak-gerak kecil, ayunan,

tangan memeras, dan sebagainya.

2. Konsep Penggarapan Koreografi

2.1. Gerak

Berorientasi pada gerak-gerak Tari Topeng Dalang Kedungmonggo

Malang. Namun juga tidak menutup kemungkinan hadirnya beberapa gerak-gerak

baru, yaitu gerak ekspresif yang sesuai dengan tema, pencarian gerak baru yang

tidak berpijak pada sebuah tari tradisi yang sudah ada.

Dalam hal ini tidak berarti semua gerak disebut tari, gerak didalam tari

bukanlah gerak yang realistis, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif

dan estetis. Bentuk ekspresif ialah bentuk yang diungkapkan manusia untuk

dinikmati dengan rasa. Gerak ekspresif adalah gerak yang indah yang dapat

menggetarkan perasaan manusia. Adapun gerak yang indah adalah gerak yang

distilir yang didalamnya mengandung ritme tertentu. Jadi gerak tari dapat

Page 11: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

11

diartikan sebagai ekspresi manusia yang diwujudkan dengan gerak ritmis dan

indah.

2.2. Penari

Pendukung tari bukan milikmu berjumlah enam orang penari putri yang

membawakan karakter putra. Dalam kebutuhan garap koreografinya,

kehadirannya mempertegas kesedihan, kesetiaan, keraguan, semangat kecintaan

terhadap Sekartaji. Selain sebagai sosok Panji yang mencintai Sekartaji, terkadang

juga sebagai symbol nafsu Panji. Pertimbangan memanfaatkan penari gasal dan

genap adalah agar kemunculannya lebih mendukung suasana. Setiap suasana akan

didukung oleh sosok yang berbeda dan jumlah pendukung yang berbeda pula. Ada

duet, trio, atau penari dalam jumlah genap ataupun penari tunggal yang akan

memberikan suasana yang berbeda dalam setiap adegan yang disajikan. Keenam

penari tersebut kehadirannya mempunyai peran yang berbeda-beda dan kadang

bergantian.

Mempertimbangkan jumlah penari dalam komposisi kelompok dapat

dibedakan dengan penari jumlah gasal dan genap.pertimbangan tersebut sangat

terkait dengan kebutuhan pusat perhatian dalam garap koreografinya, misalnya :

dua pusat perhatian (focus on two points) dari enam penari, terdiri 1-5, lihat

gambar 1.

Gb. 1.focus on two points

(photo : Rio)

Page 12: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

12

tiga pusat perhatian (focus on three points) dari enam penari, terdiri 1-1-4, lihat

gambar 2.

Gb. 2

focus on three points

(photo : Rio)

2.3. Konsep Tata Panggung

Pada konsepsi penampilan tari bukan milikmu, sengaja memanfaatkan tata

panggung proscenium dengan latar belakang netral, agar tampak dapat memberi

kemungkinan pengembangan garap suasana maupun memberi kebebasan terhadap

penari dalam menginterpretasikan suasana di atas panggung.

2.4. Konsep Tata Busana, Rias Wajah Dan Rambut

Penataan busana disusun dalam pendekatan warna karakter putra. Baju

warna kuning ke-emasan (warna kulit), sedangkan bagian bawah memakai celana

warna biru dan kain warna kuning menyala.

Tata rias wajah diarahkan pada karakter putra alus. Sedangkan penataan

rambut dibentuk dengan mode terurai bebas.

Page 13: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

13

2.5. Konsep Iringan

Dalam penataan musik akan lebih memberikan nuansa yang berkesan

harmoni maupun kontras. Adapun perangkat pendukungnya diambil dari beberapa

alat musik antara lain : satu rancak bonang barung, dua rancak gender, satu

rancak slentem,satu rancak gambang, kempul gong, suling, vokal yang semuanya

berlaras slendro. Pada proses penciptaan ini piñata iringan diberi kebebasan untuk

mengolah warna suara yang berpedoman pada gagasan pencipta karya tari.

Pemilihan jenis instrument lebih ditekankan pada efek bunyi yang dihasilkan yang

mengacu pada kerangka koreografinya.

Musik dalam mengiringi sebuah karya tari diarahkan dan disusun

berdasarkan kerangka koreografinya secara utuh. Musik bukan semata-mata hanya

sebagai pengiring, pengisi kekosongan antara adegan satu ke adegan berikutnya,

melainkan musik menjembatani fungsi-fungsi seperti : sebagai ilustrasi,

mempertegas aksen-aksen, mempunyai makna memberikan citra dan gambaran

adegan atau peristiwa yang secara eksplisit terungkap didalam struktur dramatic.

Pola-pola musik yang ada akan secara fleksibel mengikuti ritme, tempo

dan irama kinestetik tari yang terungkap. Sebagai pemberi warna, secara

karakteristik mengandung pengertian bahwa musik juga memiliki peluang untuk

memberikan nuansa-nuansa sendiri. Oleh karena itu kehadiran musik dalam karya

tari ini semata-mata tidak hanya sebagai penunjang mengiringi tempo, ritme dan

irama saja, tetapi menjadi bagian penggarapan dalam mengungkapkan dan

mempertegas suasana yang dimaksud.

Page 14: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

14

BAB V

PROSES PENGGARAPAN

Pertumbuhan kreatifitas memungkinkan seseorang untuk menemukan dan

mengekspresikan gerak-gerak unik dalam pencarian gerak yang diinginkan.

Sehingga materi gerak tersebut dapat diorientasikan ke bentuk tari yang

diinginkan.

Tari hadir sebagai sebuah system pengalaman yang berbentuk. Dalam

proses ini diikuti dengan berkembangnya tuntutan tehnik gerak yang selaras

dengan kebutuhan ekspresi, perkembangan jiwa, serta pemikiran yang lebih

matang. Spontanitas mulai diimbangi dengan pemahaman prinsip dasar gerak,

namun nilai-nilai yang terkandung dalam susunan sebelumnya tidak dilepas, tetapi

ikiut membentuk wujud ekspresinya yang baru.

Dalam mengkomunikasikan rasa estetik yang lebih mantap terjadilah

proses penghalusan sehingga penari menjadi lebih mampu untuk mengungkapkan

makna-makna yang ada. Dari merasakan pengalaman secara inderawi, penari

mulai menggunakan penalaran kemudian memahami. Melalui ekspresi sadar

emosional, terjadilah integrasi jiwa yang sempurna.

Eksplorasi merupakan tahap pencarian yang diperlukan tentunya

disamping sebagai tahap yang merupakan penjelajahan ruang dan waktu yang

diintikan sebagai dasar pijakan dalam proses sehingga menjadi bentuk yang nyata.

Sebagai usaha pencarian dari kemungkinan berbagai materi, baik gerak, musik

dan materi tubuh itu sendiri serta mengimajinasikan terhadap berbagai sosok yang

akan dipakai sebagai pijakan dalam setiap suasana, fleksibel dalam gerak

ditentukan pula oleh tema gerak. Eksplorasi dalam proses koreografi ini untuk

menjajagi aspek-aspek bentuk dan tehnik para penari, yaitu ketrampilan dan

kualitas gerak penari, serta aspek-aspek isi atau makna tari. Ketrampilan dan

kualitas gerak sebagai persiapan tubuh seorang penari agar dapat melakukan

gerakan yang akan ditata dalam koreografi.6

6 Y. Sumandiyo Hadi, aspek-aspek dasar koreografi kelompok, Yogyakarta : MANTHILI, 1996,

p.41.

Page 15: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

15

Improvisasi merupakan salah satu cara untuk pengembangan kreativitas.

Melalui improvisasi diharapkan seorang penari yang bebas untuk

mengekspresikan perasaannya terutama lewat media gerak. Improvisasi diartikan

sebagai penemuan gerak secara spontan walaupun gerak-gerak tertentu timbul dari

gerak-gerak yang pernah dipelajari. Dalam tahap ini dilakukan percobaan-

percobaan, memilih, membedakan, mempertimbangkan, membuat harmonisasi

dan kontras-kontras tertentu. Menemukan integritas dan kesatuan terhadap

berbagai percobaan yang telah dilakukan.7

Guna mendukung dalam berimprovisasi penari dirangsang oleh musik

iringan yang sudah disediakan dan sekaligus untuk melatih kepekaan pendengaran

dalam ruang dan waktu. Cara-cara tersebut ternyata sangat bermanfaat bagi penari

untuk mengekspresikan gagasan lewat simbol-simbol kinestetik.

Gerak yang tersusun perlu disesuaikan dengan kebutuhan ungkap.

Penggalian dan pengkayaan yang dicoba untuk dikembangkan dengan cara

menekankan pada penghayatan tanpa mengurangi kapasitas estetik dan diimbangi

pencapaian gerak yang menekankan pada titik henti dalam setiap gerak. Dan

tentunya akan dinamakan sebagai sesuatu yang akan menjadi sebuah bentuk yang

tampak natural.

Penyesuaian terhadap jalinan perangkat penyerta, dalam menata lebih

kolektif untuk menghasilkan tatanan komposisi yang akan difokuskan.

Menentukan bentuk ciptaan dengan menggabungkan symbol-simbol yang

dihasilkan dari berbagai percobaan yang telah dilakukan. Menentukan kesatuan

dengan parameter yang lain, seperti gerak dengan iringan, busana, warna,

pemberian bobot seni (kerumitan, kesederhanaan dan intensitas), dramatisasi dan

bobot keagamaan.8 Hal ini merupakan tahap dalam proses pertimbangan tentang

berbagai aspek komposisi yaitu pengaturan ruang, pengaturan waktu dan

pengaturan tenaga yang menjadi kesatuan evaluasi.

Proses pembentukan ini lebih menitikberatkan pada proses pemantapan.

Seluruh pendukung baik penari maupun pemusik berjalan seiring sesuai control

7 Alma M. Hawkins, Mencipta Lewat Tari, Terj., Y. Sumandiyo Hadi, S. St. ISI Yogyakarta, 1990.

8 Ibid

Page 16: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

16

masing-masing dalam upaya mewujudkan konsep garap bukan milikmu hingga

menjadi sebuah karya tari.

Hasil garap secara keseluruhan perlu dihayati nilai ungkap secara utuh.

Pada tahap ini pencipta memberikan koreksi, penilaian terhadap kekurangan yang

perlu dibenahi. Pengembangan yang tidak memberi pengaruh total terhadap

keseluruhan garap dilakukan dengan memberi sentuhan akhir pada unsure kecil

yang dapat memperhalus garapan menjadi lebih komunikatif.

Page 17: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

17

BAB VI

DESKRIPSI PENYAJIAN

Adegan 1

Dua penari berjalan dari pojok kiri panggung menuju ke pojok kanan

depan. Keduanya memerankan satu tokoh….. yaitu Panji. Satu sosok adalah

wujud dari sikap setuju, sedangkan satu sosok yang lain wujud dari sikap tidak

setuju. Pada dasarnya kedua wujud itu adalah sifat yang sangat manusiawi sekali

dan selalu terdapat pada diri manusia yaitu sikap antara iya---tidak; baik---buruk;

malas---semangat; yaitu dua sikap dan sifat yang saling bertolak belakang.

Dengan diiringi tembang yang tegas terus sayup-sayup yang mengekspresikan

kgundahan, kesedihan Panji yang kehilangan Sekartaji, penari menggeliat,

kontras, kadang semangat dan kadangkala juga enggan. Pertengkaran antara dua

sisi yang berbeda yang selalu menghantui diri Panji.

Dengan berjalannya waktu yang dibarengi dengan alunan musik gender

dan seruling, yang mengekspresikan situasi tenang yang penuh kepercayaan maka

rasa takut, malas dan kuatir bisa dikendalikan oleh Panji. Namun hal itu tak

berjalan lama, karena sebagai sosok manusia akan selalu diselimuti oleh rasa

kuatir, was. Secara visualisasi dimunculkan dengan hadirnya empat penari, yang

menggambarkan keempat nafsu manusia yaitu supiah, mutmainah, amarah dan

aluamah.

Kekawatiran, kegundahan, rasa cemas, rindu dan marah semakin membara

dihati Panji. Dengan berjalannya waktu seakan Panji menemukan jalan untuk

menapak menuju pada pencarian Sekartaji. Panji secara pelan-pelan menata diri,

hati, mengendalikan emosi jiwanya dengan lebih pasrah dan mendekatkan diri

pada Hyang Widi, muncullah semangat dan kepercayaan untuk mencari Sekartaji.

Adegan 2

Dengan lebih mendekatkan diri pada Hyang Widi, Panji dari sedikit demi

sedikit juga belajar tentang makna hidup, pengendalian diri, emosi jiwa yang

setiap saat bisa berontak. Secara visualisasi diwujudkan dengan munculnya enam

Page 18: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

18

penari yang menyatu, kadang berpencar, berpasangan satu-satu yang

melambangkan menyatunya kehendak, kadang berpapasan berlawanan yang

melambangkan rasa keragu-raguan, kekawatiran, kadang lemah, kadang serempak

bersama-sama yang melambangkan tekad dan semangat yang kuat dan juga

dibarengi alunan musik yang menghentak menambah warna kebersamaan dalam

diri Panji.

Namun dalam perjalanan hidupnya seiring dengan bergulirnya waktu,

Panjipun tak kuasa membendung rasa rindu, asmara, cemas, sedih, berontak yang

campur aduk menyelimuti hati Panji. Dengan hentakan garap musik dari ricikan

gender dan bonang barung serta garap vokal yang melengking memecah gendang

telinga, menambah perasaan betapa sedihnya hati Panji. Penataan komposisi

dengan garap lintasan pola lantai dalam wujud 1-1-4: melambangkan satu penari

di depan sebagai wujud Panji dari sisi yang lain(suka menggoda), satu penari di

tengah sebagai wujud Panji yang asli, dan empat penari di belakang merupakan

wujud empat nafsu Panji yang selalu hadir dan mengikuti kemanapun Panji

berada. Tugas utama sebelum menemukan Sekartaji adalah harus bisa

mengendalikan ke-empat nafsu tersebut. Dengan alunan garap musik yang selalu

hadir dalam garap medium gerak, serta dibarengi dengan garap vokal, semakin

menambah bobot suasana menyentuh pada suasana yang diinginkan sesuai dengan

konsep garap koreografinya.

Dalam menapaki waktu pada perjalanan hidupnya, tak lepas dengan

adanya godaan-godaan yang selalu hadir setiap saat. Satu penari di depan bertemu

dengan satu penari ditengah melambangkan rasa, sikap antara iya dan tidak, yang

satu menghendaki iya, yang satunya menghendaki tidak. Disinilah wujud perang

batin Panji, keraguan ke-enggan-an, semangat, rindu, cemas terhadap Sekartaji.

Adegan 3

Dengan semangat dan keteguhan hatu Panji, maka ke-empat nafsu tersebut

bisa dikendalikan dan bahkan membantu keinginan Panji. Dengan berbekal

keyakinan yang kuat, rasa percaya diri, maka Panji berangkat mencari Sekartaji.

Dalam perjalanannya, seiring dengan bergulirnya waktu tak lepas dengan godaan

Page 19: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

19

dan aral yang merupakan ujian bagi Panji. Kekerasan, konflik batin, setiap saat

selalu hadir, namun Panji selalu dapat mengatasi dan akhirnya Panji dengan sigap

dan semangat membara penuh harapan berangkat mencari Sekartaji.

Page 20: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

20

BAB VII

PENUTUP

Penanaman nilai kehidupan dapat disublimasikan dalam sebuah karya seni

sehingga melalui komunikasi garap mediumnya, peranan karya tari bukan saja

sebagai budaya kreativitas, melainkan juga mempunyai konotasi sebagai

komunikasi pendidikan religi nilai estetis. Oleh karena itu karya tari harus mampu

mengungkap isi pengalaman hidup yang bermakna bagi pengembangan

pemenuhan kebutuhan kesejahteraan jiwa yang lebih baik melalui transformasi

nilai filosofi kesenian.

Bentuk garap pengolahan unsure artistic yang lebih mengutamakan

penggarapan kinestetik yang selanjutnya ditetapkan sebagai bentuk garap tari

“Dramatik”, yang mengandung arti bahwa gagasan yang dikomunikasikan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis dan banyak ketegangan dan dimungkinkan

melibatkan konflik orang-seorang dalam dirinya atau dengan orang lain. Tari

dramatic akan memusatkan perhatian pada seuah kejadian atau suasana yang tidak

menggelarkan cerita.

Dalam mengungkapkan gagasan, secara konseptual memanfaatkan segala

kemampuan dan pengalaman yang dimiliki, bahwa mencipta merupakan aktivitas

kreatif. Untuk itu dalam penciptaan karya ini sebagai pencipta memanfaatkan

prinsip dasar kreativitas. Pertama, kreativitas sebagai bentuk kebebasan ungkap

dalam isi dan garap isi untuk menemukan kebaruan yang segar dalam kehidupan

tari. Kedua, komposisi sebagai disiplin ilmu yang memberi kesempatan analisis

terhadap berbagai kemungkinan garap mediumnya. Ketiga, filsafat mencari

hakekat dalam hubungan antara kehidupan tari dengan kehidupan realita yang

saling memberi umpan balik.

Page 21: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

21

DAFTAR SUMBER ACUAN

Budisantosa, S, “Kesenian dan Kebudayaan di Indonesia”, Makalah disampaikan

dalam Diskusi Buku, terbitan Perdana, Surakarta: STSIPRESS,

STSI Surakarta, 1992.

Ellfeldt, Lois, A Primer for Choreographere, terj., Sal Murgiyanto, Pedoman

Dasar Penata Tari, University of Southern California; LPKJ,

Jakarta 1 Des 1977.

Hadi, Y. Sumandiyo, S. St., Pengantar Kreativitas Seni, Yogyakarta: Proyek

Pengembangan Institut Ksesnian Indonesia di Jakarta, Sub

Bagian Proyek ASTI, Yogyakarta, Dep. P dan K, 1982/1983.

---------------, Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok, Yogyakarta:

MANTHILI, Yogyakarta, 1996.

Hawkins, Alma M., Mencipta Lewat Tari, Terj., Y. Sumandiyo Hadi, Yogyakarta:

ISI Yogyakarta, 1990.

Kayam, Umar, Seni Tradisi Masyarakat, Jakarta : Sinar Harapan, 1981.

Smith, Jaqueline, Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Terj.,

Ben Suharto, Yogyakarta: Ikalasti, 1985.

Page 22: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

22

Lampiran 1 SUSUNAN ADEGAN

No. URAIAN DESAIN KOREOGRAFI

1 Adegan 1.

Dua penari keluar yang

menggambarkan keraguan hati Panji

(konflik batin untuk mengambil

keputusan antara iya atau tidak)

2 Perasaan dan pikiran Panji semakin

kacau dan akhirnya marah (keluar

empat penari yang melambangkan

empat napsu:merah, kuning, putih,

hitam)

3 Lanjutan no. 2

4

Adegan 2. Untuk sementara Panji bisa

mengendalikan ke empat napsu yang

menggodanya dan Panji lebih

mendekatkan diri pada Tuhan untuk

mohon petunjuk dan keselamatan

Sekartaji

Page 23: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

23

5 Lanjutan no. 4

6 Dalam meditasinya, Panji tersadar

dan ingat akan Sekartaji yang hilang,

maka marah dan bingung (yang

dilambangkan oleh empat penari

kelompok), satu penari lainnya

melambangkan sosok Panji dari

sudut pandang yang berbeda

7 Lanjutan no. 6

8 Enam penari kelompok

melambangkan semangat Panji

untuk mencari Sekartaji

Page 24: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

24

9 Kegundahan hati Panji

10 Enam penari kelompok menghibur

Panji

11

Lanjutan no. 10

12 Lanjutan no. 11

Page 25: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

25

13 Adegan 3.

Panji semakin gundah, karena sangat

rindu sekali dengan Sekartaji yang

saat itu entah dimana rimbanya.

14 Lanjutan no. 12

15 Dengan kekuatan dan kesaktiannya,

Panji murka. Apapun yang

dijumpainya kena amarah Panji.

16 Lanjutan no. 15

Page 26: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

26

17 Dengan semangat yang didasari rasa

kasih sayang, Panji mencari Sekartaji

18 Lanjutan no. 17

19 Dengan rasa cinta kasih, kerinduan

Panji semakin mendalam, dan Panji

sangat yakin bahwa nanti akan

menemukan Sekartaji, karena

memang Sekartaji adalah milik Panji

Page 27: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

27

Lampiran 2 Instrument Musik

Intro : 3 5 6 12 16 12 16 15 -6 5 3 65 -1 -6 5 1

65 -2 -2 -3 2 - - 1

1. Gender : 21 -2 1 21 23 21 32 1 21 -2 1 .

2. Slentem: - 2 - 5 - 2 - 1 - 2 - 5 - 6 - 1

BB : - 2 - 1 - 6 3 2 -5 3 2 1 3 2 1 -

Gender : 2 3 2 3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1 2 1

Koor putra (ada-ada)

2 2 2 1 6 1 52 2 2 3 1 5 5 32 2 2 sumengka -ne tyas bra –man-tya si - nurung u - baling ra - sa

6 6 1 6 5 2 2 2 2 1 5 2 5 5 5 5 mangka tan ce - tha u - ninga kang karya run - tik -ing na –la

3. Koor putri:

- 1 - 1 - 6 1 5 2 6 -1 - 25 - - 5 - - su - wung angen - angen bi - ngung liwung o

- 25 6 3 2 6 - 5 61 - - 1 5 -6 3 2 - ati kang ke - duwung ge -tun temah - an kamprung

2 5 2 2 6 - - 3 26 -3 2 - - 5 16 1 ngupa -di di - ri tan wruh ing wanci tan ti – ti

- - 2 5 - 2 -5 6 - - 56 15 3 - 2 5 - mawas panggagas nemahi rasa tu - na

Slentem : - - - - - - - 6 - 1 - 5 - 1 - 5

- 6 - 2 - 6 - 1 - 6 - 5 - 3 - 2

- 5 - 2 - 5 - 3 - 6 - 5 - 6 - 1

- 2 - 5 - 2 - 6 - 2 - 1 - 6 - 5

4. Gender : 23 -1 -2 3 1 6 5 61 -6 -1 2 1 6 1

Slentem : - 3 5 6 3 6 5 - 2 3 1 2 3 1

Vokal pa:

5 61 1 1 1 1 231 65-165 a - duh bi - yung, a - ti la - ra

5 12 2 2 2 2 2 35-32532 231 65165 5 ka - ya ngene ra - sa - ne wong ke - du - wung

Page 28: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

28

5. - - 1 6 21 -6 -2 1 6 16 5 3 65 -3 -6 5 3 53 2

- - 1

6. Slentem : - 1 - 1 - 1 6 1

Gender : 12 -1 2 12 16 56 12 1

koor pa-i : - 2 - 2 1 6 5 2 - 2 1 5 2 5 - - ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho

- 5 1 - 5 - 2 5 2 2 1 5 1 - - - ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho

7. Ilustrasi kempul : - 1 - 5 - - 16 5 - 3 5 1 - -

solis pi : 1 1 7 2 1 2 5 5 2 5 3 1 71 1 Da-tan ku-wa - wa u - ninga do - sa duh as - ma-ra

3 2 7 23 1 3 5 2 1 2 7 5 71 1 kidung kang su - ci tan ka- ek - si mbebungah di - ri

8. 12 12 12 31 12 12 32 11 12 12 12 32 -1 -5 -3 2

23 23 23 62 23 23 23 22 23 23 23 61 -2 -1 -6 1

9. koor pi : - 2 -5 5 - 45 - 3 -2 - 31 2 1 3 1 5 tatas tali jiwa musna tan cecala

- - - 4 - -3 3 2 - - 5 4 - 3 -2 - rinujit kalis ing sih

31 2 1 3 12 - - 12 - - - 3 - 1 76 12 garwanta kadusta cidra ing dursila

- - - 1 - - 7 6 2 - 21 2 -1 -7 -5 6 tan uninga agung ing katresnan

- 5 3 2 - 5 -6 7 - - 1 2 - 7 2 -

limuting tyas kingkin sonya lalis

10. – 1 – 2 32 1 6 13 -3 1 2 12 3 23 -2 -1 2 6

65 6 53 3 2 - 1 2 3 1 3 2 1 2 - 2

1 2 1 6 5 6

Page 29: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

29

11. Koor pa-pi : - - 5 6 - 5 6 - 5 - 6 1 - 6 - -

sa - mu - barang kang ki - nu - dang

- 5 6 - 1 - 2 - - 32 1 2 6 - - - da - tan bi - sa ka - semba - dan

- 32 1 2 32 -1 -6 2 - - - 1 2 6 5 3 wus gina - ris ing pe - pesthi a - mung me-mu - ji

- - - - - 5 6 1 - - - - 5 6 1 2 ra - ha - yu ka - yu - wanan

- 3 - 2 1 6 5 6 - - - - - - - - tum - rap ing wang

12. 6 1 2 1 3 2 1 6

3 65 -1 -2 1 2 65 6 3 6 56 -1 -3 -5 -2 6

3 5 2 6 2 6 3 2 32 -3 2 32 -3 2 32 -3

2……………..1

13. Slentem :- 2 1 2 1 2 1 6

Gambang: 3 5 6 3 5 6

14. Gender I : Gender II :

- -2 1 21 -2 1 21 -2 -3 -2 32 -3 -2 32

15. 1 3 1 3 1 6 1 6

Gender: 2 1 3 2 6 1 2 3 5 3 2 1 3 2 1 6

16.Gender: 6 6 - - - 6 1 66 21 66 21 6

- - 63 - 6 - - 55 16 55 16 5 1

Bb: - - - -2 16 52 35 62 -2 -2 -2 -1

65 3 - - 6/2 23 53 53 56 23 53 53 5 5/1

17. Bb : -6 56 11 25 3

Gender: 21 6 -1 2 21 6 -1 2 16 5 -6 1 65 3 -5 6

18. - - 2 5 - 2 6 5 - - 2 6 - 3 1 6

- - 2 5 - 2 6 5 16 -5 -2 12 -1 -2 15 -6

-5 6 5 6 - 1 - 2

Page 30: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

30

19. gecul pi: - 1 - 5 - 1 - 5 5 5 1 6 1 5 6 2 cring crong cring crong duwit krincing sak -e bolong

- 5 1 6 1 5 2 6 - 5 - 1 - 5 - 1 ja ngono a - ja ngono cring crong cring crong

55 5 1 6 5 6 1 2………………………1/5 nek wis disanding a - ja ndomblong (lha!!!!) ho………….

20. 53 -5 -3 5 3

Koor pa: 3 3 3 3 3 6 1 1 ka - dya ri - nu - jit kang na -la

1 1 1 1 2 6 5 3 du - pi a - mu - lat kang gar - wa

5 3 5 6 5 3 5 6 ji - na - rah pi - no - tha- po - tha

3 3 3 3 5 2 5 3 se - dya-ne a - so - roh a - muk

3 3 5 6 5 3 2 3 e - nget ing pra - se - tya- ni - ra

5 5 6 1 5 5 3 5 3 su - ka li - la la - buh gar- wa

5 3 5 6 5 3 2 3 nu - ho - ni pra - se - tya ta - ma

21. Slentem: 1 6 3 Gender : 53 -5 -3 6 5 3

Koor pa:

3 6 6 6 1 3 3 2 6

tan-pa gu - na ngumbar angka - ra

2 6 6 6 6 1 6 3 mung ngre - ru - jit ji - wa ra - ga

3 6 6 6 1 3 3 2 6 tan wurung - a ne -mah-i sir - na

2 6 6 6 1 6 6 3 pe - pa -lang ja - ti - ning ge - sang

Page 31: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

31

Lampiran 3 Tata Busana

1. Baju kuthungan warna kuning ke-emasan.

2. Stagen warna biru muda.

3. Plasmen warna dasar merah – kuning.

4. Kain (jarit) warna kuning polos.

5. Celana warna biru.

6. Rapek warna hitam.

7. Ilat-ilatan warna hitam.

8. Bokongan warna hitam.

Gb. 3

Busana & Penari

(photo : Rio)

Page 32: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

32

Lampiran 4 Jadual Penciptaan

BULAN

MATERI

TEMPAT

Juli

Eksplorasi : melihat, membaca,

mengamati gejala-gejala lingkungan.

Majalah, buku,

media

elektronik

Agustus-

September

Improvisasi: penjelajahan gerak, karakter,

penuangan konsep dan musik.

Studio Tari

Oktober-

Nopember

Komposisi : pemantapan adan peninjauan

semua elemen pendukung pementasan.

Studio Tari,

StageProcenium

Page 33: Bukan Milikmu Lilik Subari

Bukan Milikmu

33

Lampiran 5

Tim Produksi :

PIMPINAN PRODUKSI : Drs. M. HAMDAN MAKNUN, MM.

STAGE MANAGER : WINARTO, BA.

SEKRETARIS : SULAIMAN

BENDAHARA : BUDI SANTOSA

PENATA TARI : LILIK SUBARI

PENATA IRINGAN : JOKO SUSILO, S.Sn.

PENATA CAHAYA : HENI PURNOMO, S. Sn.

PENATA BUSANA : HERI SULAKSONO, S. Pd.

PENARI :

1. AYU TITIS RUKMANA

2. DWI ANA WULANDARI

3. ELA ROSANTI

4. PITRI WULANSARI

5. RENI IKA NARITA

6. VIVIN EKA INDRAWATI

PEMUSIK :

1. ANANG WAHYU

2. Drs. SOEBROTO

3. GIYATUN, S. Sn.

4. PUJI ASTUTI, S. Sn.

5. Rb. ZAINI

6. SUPRIYONO, S. Sn.

7. TETUKO AJI

8. YUDI

SIE. TRANSPORTASI : SUPRIYONO, S. Sn.

SIE. KONSUMSI : TRI ESTI YANUARI