Cara Allah Swt Dalam Menurunkan Wahyu Kepada Nabi Dan Rasul
-
Upload
mardiyati-alwi -
Category
Documents
-
view
159 -
download
3
description
Transcript of Cara Allah Swt Dalam Menurunkan Wahyu Kepada Nabi Dan Rasul
Allah swt dalam menurunkan wahyu kepada nabi dan rasul-Nya pada
hakikatnya terdiri atas dua cara. Pertama, yakni melalui perantaraan Jibril
as yang memang tugasnya sebagai malaikat pembawa wahyu.Kedua, yakni
tidak melalui perantaraan.
Cara Pewahyuan melalui Perantaraan Malaikat Jibril
Mengenai cara pewahyuan melalui perantaraan malaikat Jibril tersebut,
juga terdiri atas beberapa macam, yakni;
1. Cara pertama, datang kepadanya suara seperti dencingan lonceng dan
suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran,
sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu.
Cara ini yang paling berat buat Rasul. Apabila wahyu yang turun
kepada rasulullah saw dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala
kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan
memahaminya, dan suara itu mungkin sekali suara “kepakan” sayap-
sayap malaikat, seperti yang diisyaratkan di dalam hadis : Ali bin
‘Abdullah, memberitakan kepada kami, dari Sufyan, dari Umar, dari
Ikrimah, dari Abu Hurairah, ia disampaikan oleh Nabi saw dalam
sabdanya: Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka
para malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada
firman-Nya, bagaikan gemerincingnya mata rantai di atas batu-batu
yang licin (HR. al-Bukhari)
2. Cara kedua, malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki
dalam bentuk manusia. Cara yang demikian itu lebih ringan ketimbang
cara pertama tadi dalam pewahyuan. Dalam hal ini, Rasul berhadapan
langsung dengan malaikat.
Cara Pewahyuan tanpa Perantaraan Malaikat Jibril
Mengenai cara pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril,
adalah ;
1. Mimpi yang benar di dalam Tidur, sebagaimana dalam hadis, yakni ;
Yahya bin Bukair memberitakan kepada kami, ia berkata dari al-Laiś,
dari Uqail, dari Ibn Syihab, dari Urwah bin al-Zubayr, dari Asiyah Umm
al-Mu’minīn, ia berkata : Sesunggungnya apa yang mula-mula terjadi
bagi Rasulullah saw adalah mimpi yang benar di waktu tidur. Beliau
tidaklah melihat mimpi kecuali mimi itu datang bagaikan terangnya
pagi hari. Menurut keterangan dari berbagai rujukan (literatur),
ditemukan pen-jelasan bahwa Rasulullah saw menerima wahyu dengan
cara mimpi, sebagai persiapan baginya untuk menerima wahyu dalam
keadaan sadar. Di dalam al-Quran wahyu yang diturunkan ketika
beliau dalam keadaan sadar, kecuali bagi banyak orang yang
mendakwakan bahwa surat al-Kauśar diturunkan melalui mimpi.
2. Wahyu diterima dari balik tabir tanpa melalui perantara, adalah
sebagaimana yang terjadi pada nabi Mūsa as.
Cara pewahyuan al-Quran yang telah disebutkan di atas adalah berlaku
umum bagi semua nabi dan rasul Allah. Sedangkan cara pewahyuan al-
Quran yang khusus bagi Nabi Muhammad saw menurut pada ahli (mufassir)
adalah terdiri atas atas tujuh cara, yakni ;
Dengan mimpi.
Dicampakkan ke dalam jiwa Nabi saw (dihembuskan ke dalam jiwanya)
perkataan yang dimaksudkan, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS.
al-Syura (42) ayat 52.
Wahyu datang kepada Nabi saw seperti gerincingan lonceng, yakni
Nabi saw mendengar suara yang sangat kerasnya menyerupai
gerincingan lonceng yang keras. Martabat inilah yang paling berat
diterima Nabi saw.
Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupa seorang
laki-laki yang sangat elok rupanya.
Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupanya yang
asli, yang mempunyai enam ratus sayap.
Allah membicarakan Nabi saw dari belakang hijab, baik dalam keadaan
Nabi saw sadar (jaga), sebagaimana yang terjadi pada
malam isrā’, ataupun dalam keadaan tidur.
Israfil turun membawa beberapa kalimat dari wahyu, sebelum Jibril
datang membawa wahyu al-Quran.
Berkenaan dengan cara pewahyuan al-Quran yang telah disebutkan di atas,
oleh segolonganmufassir menambahkan bahwa adalagi cara pewahyuan
yang tidak disebutkan belum disebutkan, yakni Tuhan langsung berbicara
dengan Nabi saw bermuka-muka tanpa hijab. Pendapat ini berdasarkan
kepada faham bahwa nabi saw mampu melihat Allah dengan mata kepala.
Referensi Makalah®
*Berbagai sumber