Cara Allah Swt Dalam Menurunkan Wahyu Kepada Nabi Dan Rasul

3
Allah swt dalam menurunkan wahyu kepada nabi dan rasul-Nya pada hakikatnya terdiri atas dua cara. Pertama, yakni melalui perantaraan Jibril as yang memang tugasnya sebagai malaikat pembawa wahyu.Kedua, yakni tidak melalui perantaraan. Cara Pewahyuan melalui Perantaraan Malaikat Jibril Mengenai cara pewahyuan melalui perantaraan malaikat Jibril tersebut, juga terdiri atas beberapa macam, yakni; 1. Cara pertama, datang kepadanya suara seperti dencingan lonceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor- faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat buat Rasul. Apabila wahyu yang turun kepada rasulullah saw dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan memahaminya, dan suara itu mungkin sekali suara “kepakan” sayap-sayap malaikat, seperti yang diisyaratkan di dalam hadis : Ali bin ‘Abdullah, memberitakan kepada kami, dari Sufyan, dari Umar, dari Ikrimah, dari Abu Hurairah, ia disampaikan oleh Nabi saw dalam sabdanya: Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka para malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya, bagaikan gemerincingnya mata rantai di atas batu-batu yang licin (HR. al- Bukhari) 2. Cara kedua, malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia. Cara yang demikian itu lebih ringan ketimbang cara pertama tadi dalam pewahyuan. Dalam hal ini, Rasul berhadapan langsung dengan malaikat. Cara Pewahyuan tanpa Perantaraan Malaikat Jibril Mengenai cara pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril, adalah ; 1. Mimpi yang benar di dalam Tidur, sebagaimana dalam hadis, yakni ; Yahya bin Bukair memberitakan kepada kami, ia berkata dari al-Laiś, dari Uqail, dari Ibn Syihab, dari

description

Cara Allah Swt Dalam Menurunkan Wahyu Kepada Nabi Dan Rasul

Transcript of Cara Allah Swt Dalam Menurunkan Wahyu Kepada Nabi Dan Rasul

Page 1: Cara Allah Swt Dalam Menurunkan Wahyu Kepada Nabi Dan Rasul

Allah swt dalam menurunkan wahyu kepada nabi dan rasul-Nya pada

hakikatnya terdiri atas dua cara. Pertama, yakni melalui perantaraan Jibril

as yang memang tugasnya sebagai malaikat pembawa wahyu.Kedua, yakni

tidak melalui perantaraan.

Cara Pewahyuan melalui Perantaraan Malaikat Jibril

Mengenai cara pewahyuan melalui perantaraan malaikat Jibril tersebut,

juga terdiri atas beberapa macam, yakni;

1. Cara pertama, datang kepadanya suara seperti dencingan lonceng dan

suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran,

sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu.

Cara ini yang paling berat buat Rasul. Apabila wahyu yang turun

kepada rasulullah saw dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala

kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan

memahaminya, dan suara itu mungkin sekali suara “kepakan” sayap-

sayap malaikat, seperti yang diisyaratkan di dalam hadis : Ali bin

‘Abdullah, memberitakan kepada kami, dari Sufyan, dari Umar, dari

Ikrimah, dari Abu Hurairah, ia disampaikan oleh Nabi saw dalam

sabdanya: Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka

para malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada

firman-Nya, bagaikan gemerincingnya mata rantai di atas batu-batu

yang licin (HR. al-Bukhari)

2. Cara kedua, malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki

dalam bentuk manusia. Cara yang demikian itu lebih ringan ketimbang

cara pertama tadi dalam pewahyuan. Dalam hal ini, Rasul berhadapan

langsung dengan malaikat.

Cara Pewahyuan tanpa Perantaraan Malaikat Jibril

Mengenai cara pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril,

adalah ;

1. Mimpi yang benar di dalam Tidur, sebagaimana dalam hadis, yakni ;

Yahya bin Bukair memberitakan kepada kami, ia berkata dari al-Laiś,

dari Uqail, dari Ibn Syihab, dari Urwah bin al-Zubayr, dari Asiyah Umm

al-Mu’minīn, ia berkata : Sesunggungnya apa yang mula-mula terjadi

Page 2: Cara Allah Swt Dalam Menurunkan Wahyu Kepada Nabi Dan Rasul

bagi Rasulullah saw adalah mimpi yang benar di waktu tidur. Beliau

tidaklah melihat mimpi kecuali mimi itu datang bagaikan terangnya

pagi hari. Menurut keterangan dari berbagai rujukan (literatur),

ditemukan pen-jelasan bahwa Rasulullah saw menerima wahyu dengan

cara mimpi, sebagai persiapan baginya untuk menerima wahyu dalam

keadaan sadar. Di dalam al-Quran wahyu yang diturunkan ketika

beliau dalam keadaan sadar, kecuali bagi banyak orang yang

mendakwakan bahwa surat al-Kauśar diturunkan melalui mimpi.

2. Wahyu diterima dari balik tabir tanpa melalui perantara, adalah

sebagaimana yang terjadi pada nabi Mūsa as.

Cara pewahyuan al-Quran yang telah disebutkan di atas adalah berlaku

umum bagi semua nabi dan rasul Allah. Sedangkan cara pewahyuan al-

Quran yang khusus bagi Nabi Muhammad saw menurut pada ahli (mufassir)

adalah terdiri atas atas tujuh cara, yakni ;

Dengan mimpi.

Dicampakkan ke dalam jiwa Nabi saw (dihembuskan ke dalam jiwanya)

perkataan yang dimaksudkan, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS.

al-Syura (42) ayat 52.

Wahyu datang kepada Nabi saw seperti gerincingan lonceng, yakni

Nabi saw mendengar suara yang sangat kerasnya menyerupai

gerincingan lonceng yang keras. Martabat inilah yang paling berat

diterima Nabi saw.

Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupa seorang

laki-laki yang sangat elok rupanya.

Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupanya yang

asli, yang mempunyai enam ratus sayap.

Allah membicarakan Nabi saw dari belakang hijab, baik dalam keadaan

Nabi saw sadar (jaga), sebagaimana yang terjadi pada

malam isrā’, ataupun dalam keadaan tidur.

Page 3: Cara Allah Swt Dalam Menurunkan Wahyu Kepada Nabi Dan Rasul

Israfil turun membawa beberapa kalimat dari wahyu, sebelum Jibril

datang membawa wahyu al-Quran.

Berkenaan dengan cara pewahyuan al-Quran yang telah disebutkan di atas,

oleh segolonganmufassir menambahkan bahwa adalagi cara pewahyuan

yang tidak disebutkan belum disebutkan, yakni Tuhan langsung berbicara

dengan Nabi saw bermuka-muka tanpa hijab. Pendapat ini berdasarkan

kepada faham bahwa nabi saw mampu melihat Allah dengan mata kepala.

Referensi Makalah®

*Berbagai sumber