cerita kanak-kanak

12
Cerita Kanak-kanak : Sang Kancil Menipu Harimau Harimau: (suara meninggi) Hah, Sang Kancil! Di sini rupanya kamu berada. Sang Kancil : (terperanjat) Oh harimau, apa lagi yang kamu hendak? (lalu berdiri dengan cepat) Harimau: (suara meninggi) Aku hendak makan kamu.(sambil mengangkat kaki hadapannya dan membuka mulutnya.) Sang Kancil: Nak makan aku? Eh, sekarang tidak boleh, harimau...Aku telah diperintahkan oleh raja Sulaiman supaya menunggu benda ini. (sambil menunjuk ke arah sarang tebuan itu) Harimau: (kehairanan sambil melihat sarang tebuan) Apa benda itu? Sang Kancil: Oh, ini gong Raja Sulaiman. Baginda akan mendengar bunyi gong ini apabila baginda hendak ke hutan. Harimau: Hmm...tentu sedap bunyi gong raja ya. Sang Kancil: Sudah tentulah. Siapa yang mendengarnya akan rasa gembira. Harimau sangat ingin mendengar bunyi gong raja itu dan meminta Sang Kancil memalunya tetapi Sang Kancil menolak permintaan harimau. Sang Kancil memberi alasan yang tugasnya hanya untuk menunggu dan bukan memalu gong itu. Harimau: (sambil merayu) Tolonglah Sang Kancil. Palulah gong raja itu. Sekali pun cukuplah. Lagipun, baginda tiada di sini. Sang Kancil: Eh, tidak boleh, harimau. Kalau aku palu gong ini, bermakna aku tidak jujur. Harimau: Kalau begitu, biarlah aku yang memalunya. Sang Kancil terdiam seketika tetapi berasa sungguh lega. Harimau telah termakan helahnya. Sang Kancil: Baiklah, harimau. Jika kamu hendak memalu gong raja ini, biarlah aku pergi jauh dari sini. Sang Kancil memberikan sepotong kayu kepada harimau. Dia meminta harimau memalu gong itu setelah mendengar arahan daripadanya.

description

cerita

Transcript of cerita kanak-kanak

Cerita Kanak-kanak : Sang Kancil Menipu Harimau

Harimau:(suara meninggi)Hah, Sang Kancil! Di sini rupanya kamu berada.

Sang Kancil :(terperanjat)Oh harimau, apa lagi yang kamu hendak?(lalu berdiri dengan cepat)

Harimau:(suara meninggi)Aku hendak makan kamu.(sambil mengangkat kaki hadapannya dan membuka mulutnya.)

Sang Kancil:Nak makan aku? Eh, sekarang tidak boleh, harimau...Aku telah diperintahkan oleh raja Sulaiman supaya menunggu benda ini.(sambil menunjuk ke arah sarang tebuan itu)

Harimau:(kehairanan sambil melihat sarang tebuan)Apa benda itu?

Sang Kancil:Oh, ini gong Raja Sulaiman. Baginda akan mendengar bunyi gong ini apabila baginda hendak ke hutan.

Harimau:Hmm...tentu sedap bunyi gong raja ya.

Sang Kancil:Sudah tentulah. Siapa yang mendengarnya akan rasa gembira.

Harimau sangat ingin mendengar bunyi gong raja itu dan meminta Sang Kancil memalunya tetapi Sang Kancil menolak permintaan harimau. Sang Kancil memberi alasan yang tugasnya hanya untuk menunggu dan bukan memalu gong itu.

Harimau:(sambil merayu)Tolonglah Sang Kancil. Palulah gong raja itu. Sekali pun cukuplah. Lagipun, baginda tiada di sini.

Sang Kancil:Eh, tidak boleh, harimau. Kalau aku palu gong ini, bermakna aku tidak jujur.

Harimau:Kalau begitu, biarlah aku yang memalunya.

Sang Kancil terdiam seketika tetapi berasa sungguh lega. Harimau telah termakan helahnya.

Sang Kancil:Baiklah, harimau. Jika kamu hendak memalu gong raja ini, biarlah aku pergi jauh dari sini.

Sang Kancil memberikan sepotong kayu kepada harimau. Dia meminta harimau memalu gong itu setelah mendengar arahan daripadanya. Kemudian, Sang Kancil pergi jauh dari situ.

Sang Kancil:(berteriak dengan kuat)Harimau, palu!

Harimau pun memalu sarang tebuan itu. Apabila sarang tebuan itu dipalu, kesemua tebuan itu keluar dan menyengat harimau.

Harimau:(mengaum dengan kuat)Aummm!

Harimau menjerit kesakitan kerana tebuan itu telah menyerang seluruh tubuhnya. Dia berlari dengan pantas tetapi tebuan-tebuan itu terus mengejarnya. Mujurlah harimau terjumpa sungai. Harimau pun terjun ke dalamnya untuk menyelamatkan diri.

Cerita Kanak-kanak : Sang Kancil Menolong Kerbau

Sang Kerbau sedang asyik meragut rumput yang lembut dan segar di tepi sebatang sungai apabila terdengar teriakan meminta bantuan.

Sang Buaya:Tolong! Tolong!

Sang Kerbau pun berhenti meragut rumput lalu berjalan ke arah suara itu. Apabila Sang Kerbau semakin dekat dengan tempat itu, ia ternampak sebatang pokok yang tumbang.

Sang Buaya:(merayu)Tolonglah aku Sang Kerbau!

Sang Kerbau:Di mana engkau?(sambil mencari-mencari)

Sang Buaya:Aku di bawah pokok tumbang ini!

Sang Kerbau:Engkau rupanya Sang Buaya. Apa yang engkau buat di situ?

Sang Buaya:Engkau tidak nampakkah? Aku dihempap batang pokok ini. Tolonglah aku!

Sang Kerbau:(nada simpati)Bagaimana aku dapat menolong engkau?

Sang Buaya:Engkau tolonglah angkat batang pokok ini.

Sang Kerbau:Baiklah!

Sang Kerbau pun menyusupkan tanduknya di bawah batang pokok itu dan menyuruh Sang Buaya agar cepat keluar. Tanpa disangka oleh Sang Kerbau, Sang Buaya keluar lalu menangkap kakinya. Sang Kerbau pun mula meronta-ronta tetapi Sang Buaya tetap tidak mahu melepaskannya.

Sang Kerbau:(suara ketakutan)Mengapa engkau menangkap kakiku?

Sang Buaya:Aku lapar.(mengerang)

Sang Kerbau:(memekik dengan kuat)Tolong! Tolong!

Sang Kerbau pun menjerit dengan kuat. Pada ketika itu, Sang Kancil pun muncul.

Sang Kancil:Apa yang telah terjadi Sang Kerbau?

Sang Kerbau:(nada sedih)Lihatlah Sang Kancil. Aku telah tolong melepaskan Sang Buaya ini tetapi sekarang, aku pula yang hendak dimakannya.(sambil meronta-ronta)

Sang Kancil:Betulkah begitu? Aku tidak percaya engkau boleh angkat batang pokok ini. Cuba engkau angkat sekali lagi.

Sang Kerbau:Lepaskan dahulu kakiku.

Sang Buaya pun melepaskan kaki Sang Kerbau. Setelah itu, Sang Kerbau menyusupkan tanduknya di bawah batang pokok itu lalu mengangkatnya.

Sang Kancil:Sang Buaya, di mana engkau berada ketika itu?

Sang Buaya:Aku berada di bawah batang pokok ini.

Sang Kancil:Kalau begitu, cepatlah pergi ke bawah batang pokok ini.

Apabila Sang Buaya sudah berada di bawah batang pokok itu, Sang Kancil pun menyuruh kerbau melepaskan batang pokok itu.

Sang Buaya:(mengerang)Aduh! Sakitnya.

Sang Kancil:Pergilah dari sini, Sang Kerbau dan biarkan Sang Buaya ini yang tidak tahu mengenang jasa.

HELANG DAN KURA KURAPada suatu masa dahulu terdapat seekor kura-kura yang ingin terbang seperti burung."Oh, alangkah seronoknya kalau aku dapat terbang seperti burung-burung itu," kata kura-kura.Kura-kura cemburu setiap kali melihat burung-burung terbang bebas di udara. Ia selalu termenung memikirkan akan keinginannya itu. Pada suatu hari, kura-kura ternampak seekor burung gagak sedang berehat di atas sebatang dahan pokok. Kura-kura segera menghampiri burung gagak itu. Ia meminta gagak mengajarnya terbang."Kamu tidak boleh terbang kerana kamu tidak mempunyai sayap," kata gagak.Kura-kura berasa kecewa mendengar kata-kata gagak. Namun ia tidak mahu berputus asa. Tiba-tiba ia ternampak seekor helang menghampirinya. Helang itu sebenarnya sedang mencari makanan."Dari tadi saya perhatikan kamu termenung. Apakah masalah kamu wahai kura-kura?" tanya helang."Sebenarnya saya ingin terbang di udara seperti rakan-rakan kamu tetapi tidak ada yang ingin menolong saya," kata kura-kura."Baiklah kura-kura, saya akan ajar kamu terbang, kata helang."Betulkah kamu boleh mengajar saya terbang?" tanya kura-kura dengan gembira.Helang memegang cengkerang kura-kura dengan kuat lalu membawanya terbang di udara. Helang membawa kura-kura terbang tinggi. Kura-kura berasa sungguh gembira kerana ia dapat terbang bersama burung-burung lain. Ia dapat merasa angin yang sejuk. Ia juga dapat melihat pemandangan yang cantik. Namun begitu, helang yang lapar itu membawa kura-kura ke suatu tempat. Ia melepaskan cengkaman kakinya pada cengkerang kura-kura. Kura-kura melayang-layang jatuh ke tanah dan terhempas di atas batu. Badan kura-kura hancur berkecai. Helang terus makan kura-kura itu dengan gembira.Pengajaran dari cerita- Buat sesuatu perkara mestilah mengukur keupayaan diri sendiriAnjing dan Bayangannya

Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya. Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya. Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah

Kerbau dan Kambing

Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya. Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan." Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang

Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka. Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya. Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.

Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi. Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya. "Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu" "Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."

Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.

Si Pelit

Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi. Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya. Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi. "Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!" "Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?" "Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah. Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu. "Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"

Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.

Pemerah Susu dan Embernya

Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan. "Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta.

Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!" Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.

Jangan menghitung ayam yang belum menetas.