CH15 SIKLUS PENGELUARAN

12
AUDITING 2 CHAPTER 15 AUDIT SIKLUS PENGELUARAN Oleh Kelompok 2 : Abidah Ardiningsih (1250203011110) Luluk Farida (125020300111071) Meriatul Qibtiyah (1250203021110) Zahrotul Azizah (125020300111051) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

auditing 2

Transcript of CH15 SIKLUS PENGELUARAN

AUDITING 2

CHAPTER 15

AUDIT SIKLUS PENGELUARAN

Oleh Kelompok 2 :

Abidah Ardiningsih (1250203011110)

Luluk Farida (125020300111071)

Meriatul Qibtiyah (1250203021110)

Zahrotul Azizah (125020300111051)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015/2016

AUDIT SIKLUS PENGELUARAN

Siklus Pengeluaran terdiri dari: transaksi pembelian dan transaksi pengeluaran kas.Pembelian dan pengeluaran kas mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan.Manajemen membuat asersi implisit ataueksplisit tentang transaksi dan saldosiklus pengeluaran dan laporan keuangan perusahaan. Kebanyakan audit atas sikluspengeluaranmencakup tujuan utamayang tergantungpada situasi klien.Menurut ISA, proses audit terdiri dari 3 tahap yaitu penilaian risiko, menanggapi risiko danpelaporan. Pada sikluspengeluaran ini, akandibahas 2tahap sajayaitu penilaian risikodan menanggapirisiko.

A. Penilaian Risiko

Penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material dalam laporankeuangan (siklus pengeluaran: transaksi pembelian dan pengeluaran kas). Dalam sikluspengeluaran, prosedur yang dilakukan dalammenilai risiko yaitu:

Pemahaman Bisnis dan Bidang Usaha Klien

Sebelum merancang program program audit pengeluaran, auditor harus mempertimbangkanbisnis klienuntuk mengerti artipenting siklus pengeluaran perusahaan yang diaudit.Hal iniakan membantu dalam memahami risiko bisnis klien, mengevaluasi apakah manajemen cukup memperhitungkan risiko tersebut, dan merancang pengujian audit yang tepat. Pentingnya pemahaman atas bisnis dan usaha klien yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Pemahaman terhadap bidang usaha klien akan membantu auditor dalam mempertimbangkan:

1. Materialitas siklus pengeluaran bagipemakai laporan keuangan

2. Risiko bawaan dalam sikluspengeluaran

3. Pengendalian intern kunci yang seharusnya ada untuk menghadapi resiko bisnis

Mengidentifikasi dan Menilai Risiko Bawaan

Dalam menetapkan risiko bawaan untuk asersi-asersi siklus pengeluaran, auditor harusmempertimbangkan faktor-faktor penting yang bisa mempengaruhi asersi-asersi di seluruhlaporan keuangan. Faktor-faktor yang bisa memotivasi manajemen untuk menyalahsajikan asersi-asersisikluspengeluaran:

1. Tekanan untuk melakukan kurang saji biaya agar bisa laporan keuangan memenuhi target laba atau norma industri tertentu yang dalam kenyatannya tidak tercapai dikarenakan kondisi ekonomi.

2. Tekanan untuk melakukan kurang saji utang agar bisa membuat laporan yang menunjukkan modal kerja lebih tinggi pada saat perusahaan menghadapi masalah likuiditas

3. Kecurangan karyawan melalui pengeluaran kas tanpa persetujuan yang sah

4. Volume transaksi yang banyak

5. Pembelian dan pengeluaran kas bisa dilakukan tanpa otoritasyang sah

6. Pembelian aktiva yang bisadiselewengkan

7. Pembayaran faktur daripenjual yang sebenarnya tidak dilunasi

8. Persoalan akuntansi yang meragukan

Auditor harus bisamempertimbangkan faktor-faktordiatas padasaat menentukan risikobawaan untuksiklus pengeluaran.

Prosedur Analitis

Prosedur analitis ini efektif untuk mengidentifikasi akun pada siklus pengeluaran yang salah saji. Risiko Prosedur Analitis adalah elemen risikodeteksi berupa kegagalan risiko deteksiberupakegagalanproseduruntukmendeteksikekeliruanmaterial.Berikutinimerupakanprosedur analitis yang biasanya digunakan dalam audit siklus pengeluaran.

Memahami dan Mengevaluasi Pengendalian Internal

Sesuai dengan ISA 315 alinea 12 disebutkan bahwa auditor wajib memperoleh pemahamantentang pengendalian internal yang relelvan dengan audit. Selain itu, pada alinea 18 disebutkan bahwa auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai sistem informasi termasuk proses bisnis terkait. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pengendalian yang secara langsung atau tidak langsung menanggulangi salah saji yangmaterial.

Perhitungan Risiko Manajemen meliputi pertimbangan atas:

1. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan aliran kas untuk transaksipembelian

2. Kerugian tak terduga

3. Ketersediaansupplies

4. Pengaruh kenaikan biaya terhadap perusahaan

5. Atensi perusahaan terhadap terjadinya pembayaran dobel

Apabila manajemen memperhatikan disertai komitmen untuk menerapkan aktivitaspengendalian untuk menghadapi risiko diatas, maka kemungkinan terjadinya salahsaji akan dapat dikurangi. Setelah auditor memahami pengendalian internal, auditorperlu mengevaluasi rancangan dan implementasi pengendalian internal untuk menentukan dilakasanakan atau tidaknya test of control pada prosesaudit selanjutnya. Mengevaluasi pengendalian internal dilakukan melalui 3 langkah, yaitu:

1. Risiko apa yang harusdimitigasi?

2. Apakah pengendalian yang dirancang manajemen, memitigasi risiko ini?

3. Apakah pengendalian yang memitigasi risiko ituberfungsi?

Dalam siklus pengeluaran, pertanyaan tersebut dengan melihat risiko manajemen sepertiyang disebutkan di atas.

Menyelesaikan Tahap Penilaian Risiko

Langkah terakhir dalam tahap penilaian risiko adalah mereview hasil dari pelaksanaan prosedur penilaian risikodankemudianmengikhtisarkanrisikosalahsajimaterial pada tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun dan penyajian serta pengungkapan. Sesuai dengan ISA 315 alinea 25 disebutkan bahwa auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi sebagai dasar untuk merancang dan melaksanakan prosedur auditselanjutnya.

B. Menanggapi Risiko

Pada ISA 330.6 dinyatakan bahwa auditor wajib merancang dan melaksanakanprosedur audit selanjutnya yang sifat, waktu pelaksanaan dan luasnya didasarkan atasdan merupakan tanggapan terhadap risiko salah saji material yang dinilai di tingkat asersi. Ada 2 prosedur dalam menanggapi risiko yaitu substantive procedure dan test of control.

1. Substantive procedure

Prosedur substantive dirancang oleh auditor untuk mendeteksi salah saji yang material, dideteksi pada tingkat asersi.

Penentuan RisikoDeteksi untuk Pengujian Detail

Utang dagang dipengaruhi oleh transaksi pembelian yang menyebabkanbertambahnya saldo dan transaksi pengeluaran kasyang menyebabkan berkurangnya saldo tersebut. Sehingga risiko pengujian detail untuk asersi utang dagang dipengaruhi oleh risiko bawaan, risiko prosedur analitis, dan faktor-faktor risiko pengendalianyang ada pada kelompok transaksi tersebut. Tingkat risiko deteksi diperlukannya bukti yang lebih meyakinkan untuk asersi-asersi kelengkapan,penyajiandan pengungkapandibandingkandenganasersi-asersi lainnya sesuai dengan metologi yang digunakan auditor dalam menetapkan risiko.

Perancangan Pengujian Substantif

1. Prosedur Awal

Pengujian audit selalu diawali dengan usaha mendapatkan pemahaman tentang bisnisdan usaha klien. Pemahaman tentang seberapa signifikan siklus pembelian dalam perusahaan klien. Pemahamantentangpemicukemajuanekonomi,luasnyabisnispemasok. Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atasutang dagang adalah melakukan penelusuran saldo awal ke kertas kerja tahun lalu, dan menggunakanperangkat lunak audit digeneralisasi untuk memeriksa selintas rekening utang dagang guna melihat kemungkinan adanya pendebetan atau pengkreditan yang tidak biasa,dan untuk mendapatkan daftar utang dagang per tanggal neraca beserta masing-masing saldonya.

2. Prosedur analitis

Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk menaksir saldo utang dagang dan menetapkan hubungan antara utang dagang dengan rekening-rekening kunci lainnya seperti pembelian atau persediaan. Prosedur analitis yang dilakukan pada tahap akhir bertujuan menjamin bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian detail adalah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Pengujian Detil Transaksi

Dalam melaksanakan pengujian, auditor menitikberatkan pada usaha medeteksi kurang saji dalam pencatatan utang dan utang yang tidak dicatat. Seberapa luas pengujian tergantung pada tingkat risikodeteksipadamasing-masingasersi-asersibersangkutan.

1. Pencocokan Utang dalam Pembukuan ke Dokumen Pendukung

Dalam pengujian ini, pengkreditan dalam rekening utang dagang dicocokkan kedokumen pendukung yang ada pada arsip klien, seperti faktur penjual, laporan penerimaan barang dan orderpembelian.Pendebetannyadicocokkankedalam dokumen pengeluaran kas, seperti bukti pengeluaran cek, memo dari penjual dan potongan lainnya. Pengujian ini akan menghasilkan bukti untuk tujuanaudityangberkaitan dengan empat dari lima asersi, terkecuali asersi kelengkapan.

2. Pengujian Pisah Batas Pembelian

Bertujuan untuk memastikan bahwa pembelian yang terjadi di seputar tanggal tutupbuku telahdicatatpadaperiodeyang tepat.Pengujianinibiasanya dilakukanuntukmasa lima sampai 10 hari sebelum atau sesudah tanggal tutup buku. Bukti dari pengujian ini berkaitan dengan asersikeberadaanatauketersediaandanasersi kelengkapan utang dagang. Dalam melaksanakan pengujian ini auditor harus menentukan bahwa pisah batas yang tepat telah dilakukan pada saat klien melakukanperhitungan fisik persediaan maupun dalam pencatatan transaksi pembelian

3. Pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas

Pengujian pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh melalui observasi langsung atau review atas dokumen-dokumen intern. Penelusuran juga dapat dilakukan dengan menelusuri cek-cek dibayar dalam periode waktu beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca ke tanggal pencatatan cek tersebut dalam pembukuan. Bukti yang diperoleh dari pengujian ini juga berkaitan dengan asersi-asersi keberadaan atau keterjadian dan asersi kelengkapan utang dagang.

4. Pencarian utang tidak dicatat

Terdiri dari prosedur-prosedur yang dirancang secara khusus untuk mendeteksikewajiban per tanggal neraca yang dicatat.

5. Pembayaran kemudian

Pemeriksaan atas pembayaran-pembayaran kemudian terdiri dari pemeriksaan atas cek-cek yang diterbitkan atau voucher yang dibayar setelah tanggal neraca. Pengujian ini dilakukan sampai dengan akhir tanggal pekerjaan lapangan untuk memperbesar kemungkinan memperoleh bukti tentang utang secara sengaja atau kurang teliti sehingga tidak dimasukkan kedalam utang pada tanggal laporan keuangan.

6. Prosedur-prosedurlain

Dokumen-dokumen pendukung utang yang telah dicatat,tetapi masih belum dibayar sampai tanggal terakhir pekerjaan lapangan juga harus diperiksa dengan pengujian. Prosedur-prosedur yang bisa membawa padapembuktian adanya hutang tidak dicatat, meliputi: menyelidiki order pembelian yang tidak lengkap dokomen pendukung lainnya, mengajukan pertanyaan pada personil akuntansi dan pembelian tentang utang yang tidak dicatat, mereview anggaran aktiva tetap, perintah kerja dan kontrak pembangunan untuk mencari bukti adanya utang yang tidak dicatat.

Pengujian Detail Saldo

Pengujian ini meliputi dua kategori,yaitu:

1. Konfirmasi Utang Dagang

Pengiriman konfirmasi dalam audit terhadap utang dagang tidak merupakan proseduryang harus dilakukan auditor. Prosedur ini bersifat opsional karena 1) konfirmasi tidak dapat menjamin bahwa utang yang tidak dicatat dapat terdeteksi 2) bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan dari penjual biasanya telah tersedia untuk sebagian besar utang. Auditor harus mengawasi pembuatan dan pengiriman permintaan konfirmasi dan harus menerima jawaban secara langsungdarirespoden.

Dalam mengkonfirmasi utang dagang, auditor harus menghendaki agar krediturmenyebutkan jumlah terutang karena jumlah itu akan direkonsiliasi dengan jumlah menurut klien. Pengujian ini menghasilkan bukti untuk semua asersi utang dagang, namun demikian pembuktian yang dihasilkan dari asersi kelengkapan hanya terbatas karena adanya kemungkinan kesalahan dalam mengidentifikasi pemasok yang dikirimi konfirmasi disebabkan klien tidak mencatat utang tertentu

2. Merekonsiliasi Utang yang Tidak Dikonfirmasi ke laporan dari pemasok

Pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bisa dijumpai dalam arsipklien. Jika demikian, maka jumlah yang terutang kepada pemasok menurut catatan klien dapat direkonsiliasi dengan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari prosedur ini sama dengan yang diperoleh melalui prosedurkonfirmasi,hanyasaja kurang dapat diandalkan karena laporan yang dikirim pemasok kepada klien,tidak langsung kepada auditor.

Pembandingan Penyajian Utang di Neraca dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum

Utang dagang harus diidentifikasi dengan benar dan dikelompokkan sebagai kewajiban lancar. Apabila saldo utang dagang mencangkup pembayaran di muka kepada pemasok untuk pesanan barang dan jasa yang baru dikirimkan di kemudian hari dalam jumlah material maka jumlah pembayaran dimuka direklasifikasi. Penyajian dan pengungkapan yang dilakukan manajemen dalam laporan keuangan harus dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh prinsip akuntansi berlakuumum

2.Test of control

Uji pengendalian dilakukan auditor untuk mengumpulkan bukti mengenai berfungsinya secara efektif pengendalian internal. Uji pengendalian meliputi pemilihan sejumlah sample transaksi atau dokumen pendukungyangrepresentative untuk:

a. Mengamati berfungsinya prosedur pengendalian internal

b. Menginspeksi bukti bahwa prosedur pengendalian internal memang dilakukan

c. Menanyakan bagaimana dan kapan prosedur pengendalian internaldilakukan

d. Reperforming prosedur pengendalian internal

Audit Sampling (ISA 530)

Dalam menentukan banyaknya sampel, auditor menentukan tingkat salah saji yang diterima atau tingkat penyimpangan yang dapat diterima.