Claus Lapkas Mioma

30
BAB I PENDAHULUAN DEFINISI Mioma Uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan atau jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibromioma, Leiomioma dan Fibroid. 1,2,3 EPIDEMOLOGI Mioma Uteri merupakan tumor jinak yang paling sering dijumpai. Frekuensi mioma sukar ditentukan secara tepat, hal ini disebabkan banyak penderita dengan mioma tidak mempunyai keluhan apa-apa. Diperkirakan mioma terdapat pada 20-25% wanita berusia diatas 35 tahun. Di Indonesia mioma uteri ditemukan kira-kira 2,39-11,7% dari seluruh penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini terutama ditemukan pada masa reproduksi. 1,2,3,4,5,6 ETIOLOGI Penyebab pasti dari mioma uteri masih belum diketahui tetapi banyak penulis mengangggap teori stimulasi oleh estrogen sebagai faktor penyebab, mengingat bahwa :

Transcript of Claus Lapkas Mioma

Page 1: Claus Lapkas Mioma

BAB I

PENDAHULUAN

DEFINISI

Mioma Uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan atau

jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibromioma, Leiomioma

dan Fibroid.1,2,3

EPIDEMOLOGI

Mioma Uteri merupakan tumor jinak yang paling sering dijumpai. Frekuensi

mioma sukar ditentukan secara tepat, hal ini disebabkan banyak penderita dengan mioma

tidak mempunyai keluhan apa-apa. Diperkirakan mioma terdapat pada 20-25% wanita

berusia diatas 35 tahun. Di Indonesia mioma uteri ditemukan kira-kira 2,39-11,7% dari

seluruh penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini terutama ditemukan pada masa

reproduksi. 1,2,3,4,5,6

ETIOLOGI

Penyebab pasti dari mioma uteri masih belum diketahui tetapi banyak penulis

mengangggap teori stimulasi oleh estrogen sebagai faktor penyebab, mengingat bahwa :

1. Mioma Uteri seringkali tumbuh lebih cepat pada masa hamil

2. Mioma Uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche

3. Mioma Uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersamaan dengan mioma uteri.

Teori lain menurut Meyer dan De Snoo yang mengajukan teori sel nest (teori

genitoblast). Pukaa dkk menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak

didapati daripada miometrium normal. 1,2,5,8

Page 2: Claus Lapkas Mioma

PATOLOGI

Berdasarkan letak tumor menurut pertumbuhannya :

1. Submukosa : berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga

uterus.

2. Intramural : terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium

3. Subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan

uterus

` diliputi oleh serosa.

GEJALA DAN TANDA

Gejala tergantung dari lokasi, besar/ukurannya, perubahan dan komplikasi yang

terjadi dalam mioma. Gejala-gejala digolongkan sebagai berikut :

Perdarahan tidak normal bersifat hipermenore, metroragia

Adanya benjolan dan atau rasa berat pada perut bagian bawah

Rasa nyeri, dapat terjadi jika :

- Mioma menyempitkan kanalis servikalis

- Adanya penyakit adneksa seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis.

DIAGNOSIS

Adanya pembesaran uterus dengan konsistensi kenyal, padat, berbatas jelas,

permukaan berbenjol-benjol pada umumnya multiple teraba pada perut bagian bawah.

Gangguan haid berupa metroragi, menoragi atau dismenore. Gangguan akibat

penekanan tumor berupa disuria, polakisuria, retensi urin, konstipasi dan obstipasi. 1,2,3

DIAGNOSA BANDING

Tumor padat dari ovarium, adenomiosis.7

Page 3: Claus Lapkas Mioma

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dalam menegakkan diagnosa suatu mioma untuk menyingkirkan patologi yang

lain dan mengetahui komplikasi serta untuk kepentingan penanganan maka perlu

dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu :2

Laboratorium

Nilai Hb yang rendah merupakan tanda laboratorium yang paling sering

ditemukan pada mioma teri sebagai akibat perdarahan abnormal dari uterus dan

infeksi. Leukositosis dapat terjadi bila mioma uteri dengan komplikasi

endometritis atau degenerasi merah.

Kuretase pada pasien yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan hiperplasia

endometrium atau adenokarsinoma endometrium yang kemudian dilakukan

pemeriksaan Patologi Anatomi

Ultrasonografi

Tes Kehamilan

PENANGANAN

Penanganan mioma uteri tergantung dari berbagai variable, yaitu : ukuran, lokasi,

gejala dan fungsi reproduksi reproduksi (usia, paritas), kesehatan tubuh, mioma yang

potensial menjadi keganasan.

Observasi

Dilakukan pada penderita yang asimptomatik, ukuran tumor yang kecil dan

penderita yang mendekati menopause. Observasi dilakukan setiap 3-6 bulan untuk

mengetahui pertumbuhan yang abnormal dari tumor atau komplikasi yang timbul.

Dengan adanya USG dan CT-Scan dapat didiagnosa suatu mioma uteri.

Bedah

Pada penderita yang mengalami gejala, bedah merupakan metode diantara

penanganan- penanganan yang ada. Bedah dilakukan jika tumor menyebabkan uterus

membesar (>12minggu usia kehamilan), torsi. Miomektomi dilakukan bila fungsi

Page 4: Claus Lapkas Mioma

uterus masih hendak dipertahankan, masih menginginkan anak dan wanita muda.

Histerektomi dilakukan bila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan, pertumbuhan

tumor cepat dan terdapat perdarahan yang membahayakan.

Terapi hormonal

Pada wanita dengan adanya gejala-gejala mioma uteri tapi tidak dapat dilakukan

operasi dapat ditangani dengan analog Gonadotropin Releasing Hormone (GnRh). Hal

ini didasarkan atas pemikiran bahwa mioma uteri terdiri dari sel-sel otot yang

diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRh yang mengatur reseptor gonadotropin

dari hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi mioma.8,9,10

Radioterapi

Penyinaran dilakukan pada penderita yang memerlukan operasi akan tetapi kesehatan

umumnya merupakan kontraindikasi terhadap tindakan tersebut. Dengan penyinaran,

fungsi ovarium dihentikan dan tumor akan mengecil.

BAB II

Page 5: Claus Lapkas Mioma

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. G.L

Umur : 43 tahun

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMP

Alamat : Molas

Agama : Kristen Protestan

Bangsa : Indonesia

Tanggal MRS : 27 desember 2013

ANAMNESA

Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Dikirim oleh dr.B.joel.L SpOg (K) dengan diagnosis miaoma uteri + anemia

Keluar dara dari jalan lahir sejak maret maret 2012, bergumpal, nyeri (+)

Riwayat perdarahan di luar haid (+)

Riwayat pendarahan pasca senggama (-)

BAB , BAK : normal

Riwayat Penyakit Dahulu :

Page 6: Claus Lapkas Mioma

Riwayat penyakit jantung,hati.paru, ginjal, darah tinggi, kencing manis disangkal.

ANAMNESA GINEKOLOGI

1. Hal Perkawinan dan Kehamilan

Kawin : 1 kali, umur kawin 18 tahun

Kehamilan: 1 : permpuan SPT LBK tahun 1983

2 : Laki – laki SPT LBK tahun 1990

2. Hal Haid

Menarche : 11 tahun, siklus : teratur, lamanya : 5 hari

Sakit waktu haid hingga tidak dapat bekerja : (-)

Penggunaan KB : Suntik 3 tahun + Pil 2 tahun

RIWAYAT PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x /menit

Suhu Badan : 36,5 0c

Respirasi : 20x/menit

Berat Badan : 62 kg

Warna Kulit : Sawo matang

Kepala : Simetris

Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-

Paru : Inspeksi : Pergerakan simetris kiri = kanan

Page 7: Claus Lapkas Mioma

Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan baru

Auskultasi : Sp.Vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak tampak

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : SI-II normal, bising (-)

Abdomen : Inspeksi : Datar

Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-) teraba massa setinggi 2 jari

diatas simphisis

Perkusi : WD (-)

Auskultasi : Peristalik usus (+) normal.

Ekstremitas : Edema -/-

Refleks fisiologis : (+) normal

Refleks patologis : (-)

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Status Lokalis (Abdomen)

Inspeksi : Cembung

Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-) teraba massa setinggi 2 jari diatas simphisis

Perkusi : WD (-)

Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal.

Page 8: Claus Lapkas Mioma

Status Ginekologi

Inspeksi : Fluksus (-), flour (-) vulva t.a.k

Inspekulo : Fluksus (+), vagina tak, portio licin, erosi (-), OUE tertutup

PD : Fluksus (+),vagina tak, nyeri goyang (-), portio kenyal, OUE

tertutup, CU teraba massa sebesar 16-18minggu kehamilan.

A/P bilateral lemas, nyeri tekan (-), massa (-).

Cavum douglasi : tidak menonjol

RT : Spingter cekat, ampula kosong, mukosa licin, masa (-)

Resume masuk

Pasien MRS tanggal 27 desember 2012 dikirim dari dr. B. Joel. L ,SpOG (K) dengan

diagnosa P2A0 43 tahun dengan mioma uteri + Anemia.dengan perdarahan jalan lahir.

Status present :

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/70 mmHg R : 20x/menit

N : 80x/menit S : 36,5oC

Status ginekologi :

Inspeksi : Fluksus (+), vulva t.a.k

Inspekulo : Fluksus (+), vagina tak, portio licin, erosi (-), OUE tertutup

PD : Fluksus (+),vagina tak, nyeri goyang (-), portio kenyal, OUE

tertutup, CU sebesar kehamilan 18-20 minggu, kenyal A/P bilateral

lemas, nyeri tekan (-), massa (-).

Cavum douglasi : tidak menonjol

Page 9: Claus Lapkas Mioma

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

TD : 120/60 mmHg

N : 80 x/menit

R : 20 x/ menit

Sb : 36,5oC

Mata : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Jantung dan paru : t.a.k

Abdomen : Cembung, tegang, teraba masa setinggi 2 jari bawah pusat nyeri

tekan (-), mobile (+), pekak berpindah (-), bising usus (+) normal.

Inspeksi : Fluksus (-), vulva t.a.k

Inspekulo : Fluksus (-), vagina t.a.k, portio liciin, erosi (-), OUE tertutup.

PD :Fluksus (-), vagina licin, nyeri goyang (-), portio kenyal, nyeri

goyang (-), OUE tertutup. CU sebesar kehamilan 18-20 minggu. A/P

bilateral lemas, CD tidak menonjol.

Hasil Laboratorium

* Hb : 12,0 gr % * Eritrosit : 4,79 /mm3

* Leukosit : 15500 /mm3 * GDS : 91

* Trombosit : 833.000 /mm3 * SGOT : 21 U/L

* Ureum : 19 mg/dL * SGPT : 33 U/L

* Kreatinin : 0,8 mg/dL

Page 10: Claus Lapkas Mioma

* Uric acid darah : 5,5 mg/dL

Sikap/tindakan :

USG konsulen

DL, SGOT, SGPT, ureum, creatinin, asam urat, CT/BT

EKG, foto thorax

R/ D & C

HT

FOLOW UP

27 – 12 – 2012

S : pendarahan sedikit – sedikit

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m,

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

28 – 12 – 2012

S : pendarahan sedikit – sedikit

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m S : 36,7 º C

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

29 – 12 – 2012

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

Page 11: Claus Lapkas Mioma

T : 120/80 mmHg, N : 88 x/m, R : 22 x/m, S : 36,5 º C

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

30 – 12 – 2012

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/70 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,5 º C

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

31 – 12 – 2012

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/70 mmHg, N : 80 x/m, R : 224 x/m, S : 36,5 º C

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

01 – 01 – 2013

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/60 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,2 º C

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

02 – 01– 2013

S : (-)

Page 12: Claus Lapkas Mioma

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,5 º C

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

03 – 01– 2013

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/80 mmHg, N : 88 x/m, R : 22 x/m, S : 36,5 º C

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

04 – 01– 2013

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m,

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

05 – 01– 2013

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/70mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,6 º C

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

06 – 01– 2013

Page 13: Claus Lapkas Mioma

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m,

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

07 – 01– 2013

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m,

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri

P : HTSO tanggal 7 -1 -2012

Oprasi hari ini. Didorong ke IBS jam 11.00

LAPORAN OPRASI

Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik pada

abdomen dan sekitarnya kemudian ditutup dengan doek steril pada daerah abdomen

lapangan operasi. Dalam keadaan spinal dilakukan insisi linea mediana inferior. Insisi

diperdalam lapis demi lapis hingga fascia. Fascia diinsisi kecil dan diperdalam

diperluas ke atas dan ke bawah. Otot disisihkan secara tumpul. Peritoneum dijepit

dengan 2 pinset. Setelah yakin tidak ada usus yang terjepit dibawahnya, peritoneum

digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke bawah. Tampak uterus mioma ukuran

13x12x8cm. Kedua tuba dan ovarium baik. Diputuskan dilakukan histerektomi totalis

ligamentum rotondum kanan dijepit dengan 2 klem, digunting dan diikat demikian

juga sisi kiri. Identifikasi plica vesica uterina dijepit dengan pinset, digunting kecil

dan diperluas ke kiri dan kekanan sampai pangkal ligamentum rotundum, vesica

Page 14: Claus Lapkas Mioma

urinaria disisihkan ke bawah dan dilindungi dengan haak abdomen. Ligamentum

latum kiri ditembus secara tumpul untuk membuat jendela, pangkal tuba, ligamentum

ovarii propium, dan mesosaipium, dijepit dengan 3 klem di gunting dan dijahit double

ligase, begitu juga sisi kiri. Identifikasi arteri uterine kiri dijepit 3 klem digunting dan

dijahit double ligasi, demikian juga pada sisi kanan. Ligamentum kardinale sisi kiri

dijepit 2 klem digunting dan dijahit demikian juga sisi kanan. Identifikasi puncak

vagina, dijepit dengan 2 klem bengkok, digunting dan dijepit dengan klem kocher

panjang kemudian dimasukkan kasa betadine. Puncak vagina dijahit secara jelujur

dengan dexon no.1, kontrol perdarahan negatif. Dilakukan retroperitonealisasi,

kontrol perdarahan negatif. Rongga abdomen dibersihkan dari sisa darah dan bekuan

darah. Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain catgut. Otot dijahit secara

simpul dengan plain catgut. Kulit dijahit secara subkutikuler dengan chromic catgut

2/0. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine. Operasi selesai.

KU Post Operasi.

T : 110/70 mmHg, N : 80 x/m, R :20 x/m, S :36,5oC

Perdarahan ± 200 cc, diuresis ± 100 cc

Instruksi Post Operasi

1. Kontrol Hb 6 jam post OP, jika HB < 10gr/dL protranfusi

2. Puasa sampai peristaltic (+) / fluksus (+)

3. RL = D 5 % = 1:1 = 20 gtt/menit

4. Antibiotika : - Ceftriaxon inj 3 x 1 gr

- Metronidazole 2 x 500 mg

- Transamin 3 x 1 amp

- Vit C 1x1 amp

- Kaltrofen 1 x 2 supp

08 – 01– 2013

S : Nyeri luka post oprasi

Page 15: Claus Lapkas Mioma

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,2

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri. Dilakukan histerektomi totalis H I

P : ceftriaxon 3 x 1 (IV) Rawat luka

Metronidazole 2 x 500gr (IV)

Vitamin C 1 x 1 amp Kaltrofen 1 x 2 supp

09 – 01– 2013

S : Nyeri luka post oprasi

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,2

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri. Dilakukan histerektomi totalis H II

P :

cefadroxile 3 x 1 tab

Vit C 3 x 1 tab

SF 1 x 1 tab

Tunggu Hasil PA

Rawat luka

10– 01– 2013

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 22 x/m, S : 36,5

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri. Dilakukan histerektomi totalis H III

P :

Page 16: Claus Lapkas Mioma

cefadroxile 3 x 1 tab

Vit C 3 x 1 tab

SF 1 x 1 tab

Tunggu Hasil PA

Rawat luka

Blader drain

10– 01– 2013

S : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 22 x/m, S : 36,5

A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri. Dilakukan histerektomi totalis H II

P :

cefadroxile 3 x 1 tab

aff kateter

Vit C 3 x 1 tab

SF 1 x 1 tab

Rawat luka

Blader drain

Hasil PA : endometriosis interna + trauma endometrium

R / Pulang besok

Page 17: Claus Lapkas Mioma

DISKUSI KASUS

1. Diagnosis

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan ginekologik. Anamnesis didapatkan adanya perdarahan dari jalan lahir

sejak bulan maret 2012 ,.

Pemeriksaan abdomen ditemukan massa setinggi satu jari diatas pusat, dengan

ukuran 12x13x8 cm, letak di tengah, permukaan agak berbenjol, konsistensi padat,

dapat digerakkan, nyeri tekan tidak ada. Periksa dalam ditemukan korpus uteri

membesar sesuai kehamilan 24-26 minggu 12x13x8 cm konsistensi padat, permukaan

berbenjol, dapat digerakkan, nyeri tekan tidak ada.

Sebagian besar kasus mioma uteri tidak menunjukkan gejala khas, bahkan

kadang-kadang mioma yang besar pada penderita gemuk tidak terdeteksi. Adapun

gejala klinik yang sering adalah perdarahan uterus abnormal, nyeri, adanya gejala

akibat penekanan, interfertilitas dan abortus spontan.

Pada kasus ini ditemukan perdarahan uterus abnormal adalah menometroragia

yang merupakan manifestasi klinik paling sering dan paling penting. Penyebab

menoragia ialah perluasan dari permukaan endometrium, hiperplasia endometrium

dan penekanan vena oleh mioma/tumor yang mengakibatkan kongesti vena di

endometrium. Sedangkan metroragia disebabkan oleh massa mioma yang mengalami

trombosis vena endometrial dan nekrosis pada permukaannya terutama pada mioma

submukosum.

Penderita juga mengeluh nyeri perut bagian bawah yang hilang timbul.

Kepustakaan menyebutkan, bahwa mioma jarang menimbulkan keluhan nyeri, kecuali

bila terjadi gangguan vaskularisasi seperti penyumbatan pembuluh darah, infeksi dan

torsi mioma bertangkai atau karena tumor masuk ke rongga pelvis dan menekan saraf

lumbosakral sehingga menimbulkan rasa nyeri yang menjalar ke punggung atau

ekstremitas bawah.

Page 18: Claus Lapkas Mioma

Pada pemeriksaan didapatkan uterus membesar sesuai kehamilan 24-26 minggu

12x13x8 cm, permukaan berbenjol, konsistensi padat, dapat digerakkan.

Kemungkinan adanya perlekatan dapat disingkirkan karena massa dapat digerakkan.

2. Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada kasus ini adalah tumor padat ovarium dan adenomiosis,

karena tumor padat ovarium merupakan massa yang mirip dengan mioma uteri,

dengan konsistensi kenyal sampai padat, permukaan berbenjol dan mudah digerakkan

bila tak ada perlekatan dengan sekitarnya. Tumor ovarium padat merupakan 5% dari

semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita pada massa

menopause dan sesudahnya.

Dengan pemeriksaan, tumor ovarium berada di samping atau diatas uterus dan

dapat ditentukan hubungan dengan uterus. Pada kasus ini, bila massa abdomen

digerakkan atau ditekan ke bawah maka portio ikut bergerak, ini menandakan bahwa

massa tersebut berhubungan dengan uterus. Sedangkan tumor ovarium, bila massa

abdomen digerakkan ke bawah maka portio tidak ikut bergerak bila tak ada

perlekatan. Adanya perdarahan abnormal dan pembesaran uterus pada kasus ini

memungkinkan juga untuk diagnosis banding dengan adenomiosis. Tapi adenomiosis

dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan pulau-

pulau jaringan endometrium.

3. Penanganan

Untuk persiapan pre-operatif pada penderita ini, dilakukan pemeriksaan laboratorium

lengkap yaitu periksa darah rutin, faal hemostatis, fungsi ginjal, fungsi hati, gula

darah puasa, EKG, foto thorax. Maksud pemeriksaan ini untuk mengetahui penyakit

penyerta dan untuk mengantisipasi adanya penyakit disaat tindakan anastesi, saat

operasi dan pasca operasi. Pemeriksaan USG dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosis pasti pada kasus ini. Sedangkan pemeriksaan histopatologi dengan D & C,

oleh karena adanya keluhan perdarahan uterus abnormal, untuk mengetahui apakah

adanya keganasan di endometrium atau di endoservix..

Pada pasien ini juga dilihat dari keadaan umum mengalami perdarahan yang terus

menerus dan bergumpal-gumpal menyebabkan pasien ini mengalami anemia sehingga

perlu diperbaiki dahulu keadaan umum pasien khususnya anemianya dengan

melakukan transfusi.

Page 19: Claus Lapkas Mioma

Penatalaksanaan operatif dengan HT + salpingektomi bilateral dilakukan pada pasien

ini karena penderita berumur 46 tahun, sudah mempunyai 3 orang anak dan juga

terjadi perdarahan yang membahayakan jiwa penderita sehingga fungsi uterus tidak

diperlukan lagi. Saat operasi, ditemukan uterus yang membesar dengan ukuran ±

15x20x15 cm. Jenis mioma pada pasien ini pada saat dilakukan operasi ditemukan

mioma intramural dimana ini menerangkan terjadinya perdarahan hebat,

menyebabkan permukaan endometrium menjadi lebih luas. Selain itu, sarang mioma

yang terdapat diantara serabut otot uterus menyebabkan berkurangnya kemampuan

otot uterus untuk berkontraksi dan menjepit pembuluh darah yang melewatinya.

Penanganan penderita di RR berupa pemberian antibiotik, analgesik dan anti

perdarahan untuk mencegah timbulnya komplikasi post operasi.

Penderita kemudian dipindahkan ke ruangan setelah keadaan umum penderita agak

membaik. Setelah dirawat selama 22 hari tidak ditemukan adanya komplikasi dan

luka operasi baik maka penderita sudah dapat dipulangkan dan dianjurkan untuk

kontrol kembali ke poliklinik ginekologi RSUP Manado.

4. Komplikasi

Pada penderita ini komplikasi yang dialami sebelum operasi adalah perdarahan yang

abnormal ini dapat menyebabkan terjadinya anemia, bila tidak segera diatasi.

5. Prognosis

Pada kasus ini prognosis awal sebelum dilakukan tindakan adalah kurang baik karena

perdarahan abnormal yang dialami berlangsung terus menerus, ini memberikan

dugaan kearah penyakit-penyakit kandungan lain dan keganasan.

Page 20: Claus Lapkas Mioma

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

ginekologis serta dari hasil operasi.

Penanganan pada pasien ini adalah dengan tindakan operatif yaitu HT +

salpingektomi bilateral karena adanya ukuran mioma uteri yang cukup besar 12x13x8

cm dan adanya komplikasi perdarahan yang membahayakan jiwa penderita juga

karena pasien ini telah mempunyai 2 orang anak serta sudah berumur 43 tahun, dalam

hal ini fungsi uterus sudah tidak diperlukan lagi.

Prognosis pada kasus ini baik walaupun ditemukan adanya komplikasi perdarahan

tetapi dapat diatasi dan tidak ditemukan adanya komplikasi lain selama perawatan

serta dari hasil PA tidak menunjukkan tanda-tanda keganasan.

SARAN

Perlu dijelaskan mengenai tindakan operasi (Histerektomi) dengan sebaik-baiknya,

karena akibat tindakan ini penderita tidak akan mengalami haid lagi sebab uterusnya

sudah diangkat.

Penderita disarankan untuk kontrol di poliklinik ginekologi.

Setiap wanita hendaknya secara teratur memeriksakan diri ke dokter.

Page 21: Claus Lapkas Mioma

DAFTAR PUSTAKA

1. Wikajosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, ed. Tumor Jinak Alar Genital. Dalam

: Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 1997 ; 338-45.

2. Piver M.S, Benign Conditions of the Myometrium in Manual Gynecology Oncology

and Gynecology 1st edition, Little, Brown and Compapny, New York. 1991 ; 250-33

3. Danfort’s Leioyomas, in Obstetvies and Gynecology, 7th edition, J.B. Lippincott

Company, Philadelphia, 1994 ; 929-37

4. Meinindah D, Reseptor Estrogen dan Progesteron pada Leiominia dan Miometrum

Normal. Dalam : Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, 1999; 10-24

5. Wexler AS, Pernoll ML. Benign, Disorder of the Uterine Corpus in Dechenery Ah,

Pern-ll ML (editors). Current Obstetric and Gynecologic. Diagnosis and Treatment 8 th

ed. A lenge Medical Book, Noswak, Connecticut. 1994;731-7

6. Thomas EJ, The Aetrology and Pathogenesis of Fibroids. In :Shaw RW editors.

Advance in Reproductive Endicrinology : Uterine Fibroids Time for Review. Volume

4. New Jersey :The Parthenon Group Inc. 1992 ; 1-8

7. Benson R.C, Pernoll M.L, Disease of The Uterus in Handbook of Obstetric and

Gynecology, 9th edition, Mc Graw – Hill, Inc. Singapore, 1994 ; 553-38

8. Gant NF. Cunningham F.G, Beningn Disease of The Uterus in the Basic Gynecology

and Obstetric, 1st edition, Prentice-Hall International Inc, Dallas, 1993 ; 23-26

9. Bahan Kuliah Mahasiswa FK Unsrat. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unsrat,

Manado, 2000.

10. Taber B. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, 1994.

Page 22: Claus Lapkas Mioma

1.

2.

Page 23: Claus Lapkas Mioma