Cultural Antropology, Kebudayaan Minangkabau
Transcript of Cultural Antropology, Kebudayaan Minangkabau
FINAL TEST
CULTURAL ANTROPHOLOGY
DR. Tutik Dwi Winarni, MM.
ANALISIS UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN UNIVERSAL
TERHADAP BUDAYA MINANGKABAU
Nama: Herni Veryany
Kelas: MKT 11-3C
NIM: 2007110376
STIKOM The London School of Public Relations
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengentahui dan
menganalisa kebudayaan Minangkabau melalui ketujuh unsur-unsur kebudayaan universal.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis juga mendapat banyak bantuan dari pihak lain baik
secara moral maupun maupun material. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tutik
Dwi Winarni selaku dosen mata kuliah Cultural Anthropology merupakan pembimbing
utama dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat diterima dengan baik dan dapat berguna
bagi seluruh pembaca juga bagi kemajuan pendidikan di negara Indonesia. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Jakarta, Januari 2009
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah ................................................................................. 4
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................................. 5
BAB II. KERANGKA TERTULIS
2.1 Definisi Teori Kebudayaan .............................................................................................. 6
2.2. Definisi Teori Masyarakat .............................................................................................. 7
BAB III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 10
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................................18
4.2. Saran ............................................................................................................................. 18
Daftar Pustaka ......................................................................................................................19
Lampiran .............................................................................................................................. 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budaya. Namun kesadaran
masyarakat Indonesia sendiri untuk menggali kekayaan bangsanya masih sanagat kurang.
Penulis memilih untuk membahas kebudayaan Minangkabau karena penulis tertarik untuk
mendalami salah satu budaya dari beragam suku di Indonesia.
Suku Minangkabau merupakan suku asli provinsi Sumatra Barat. Sebutan Minangkabau
merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Minangkabau yaitu minang yang berarti
“menang” dan kabau yang beraeti “kerbau”.
Kebudayaan Minangkabau sendiri memiliki keunikan dibandingkan kebudayaan lain. Budaya
Minangkabau adalah satu-satunya budaya di Indonesia yang menganut sistem matrilineal,
dimana harta dan tanah diwariskan dari ibu kepada anak perempuan. Sementara perihal
agama dan politik adalah tanggung jawab laki-laki. Masyarakat Minangkabau ini pun
merupakan masyarakat matrilineal terbesar di dunia.
Makalah ini akan menganalisa ketujuh unsur kebudayaan universal dari kebudayaan
Minangkabau. Ketujuh unsur tersebut meliputi bahasa, sistem teknologi dan alat produksi,
sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem religi, dan kesenian.
1.2 Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dari makalah ini yaitu:
Bagaimana penerapan tujuh unsur kebudayaan universal pada kebudayaan Minangkabau?
4
1.3 Tujuan Penulisan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
Mengetahui dan menganalisis bahasa pada kebudayaan Minangkabau
Mengetahui dan menganalisis sistem teknologi dan alat produksi pada kebudayaan
Minangkabau
Mengetahui dan menganalisis sistem mata pencaharian pada kebudayaan
Minangkabau
Mengetahui dan menganalisis organisasi sosial pada kebudayaan Minangkabau
Mengetahui dan menganalisis sistem pengetahuan pada kebudayaan Minangkabau
Mengetahui dan menganalisis sistem religi pada kebudayaan Minangkabau
Mengetahui dan menganalisis kesenian pada kebudayaan Minangkabau
5
BAB II
KERANGKA TERTULIS
2.1 Definisi Teori Kebudayaan
Definisi Etimologis:
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.
Definisi Konseptual:
Koentjaraningrat (http://lzamzami.multiply.com/) memberikan gambaran mengenai
kebudayaan, adapun kebudayaan itu adalah keseluruhan sistem atau gagasan, ide, tindakan,
artefak dalam masyarakat yang dijadikan sebagai milik bersama dengan cara belajar untuk
memiliki kebudayaan.
Menurut Sultan Takdir Alisyahbana (http://lzamzami.multiply.com/) kebudayaan adalah
manifestasi dan cara berfikir yang dipakai dan mempengaruhi manusia.
Menurut J.P.H. Dryvendak (Ilmu Budaya Dasar) mengatakan bahwa kebudayaan adalah
kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam satu
masyarakat tertentu.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (http://id.wikipedia.org/),
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Ralph Linton (Ilmu Budaya Dasar) seorang Antropolog Amerika, memberikan sebuah definisi
bahwa kebudayaan itu adalah “Man’s social heredity” (sifat sosial manusia yang temurun).
6
Definisi Operasional:
Kebudayaan adalah seluruh gagasan, cara pikir, dan tingkah laku manusia yang mengandung
nilai sebagai sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Instrumen Variabel Teori:
Variabel Teori Dimensi Indikator
KEBUDAYAAN
Gagasan Ide
Pendapat
Hasil pemikiran
Nilai Sosial
Religi
Norma
Karya Karya fisik
Karya budaya
Karya ilmiah
2.2 Definisi Teori Masyarakat
Definisi Etimologis:
Masyarakat merupakan arti dari kata society dalam bahasa Inggris. Kata society berasal dari
bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas
diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat
dengan kata sosial. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab,
musyarak.
7
Definisi Konseptual:
Menurut Selo Sumardjan (http://organisasi.org/) masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Menurut Karl Marx (http://organisasi.org/) masyarakat adalah suatu struktur yang
menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan
antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
Menurut Koentjaraningrat (http://id.answers.yahoo.com/), masyarakat adalah kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi suatu sistem adat istiadat tertentu yang terikat oleh suatu
rasa identitas bersama.
Sedangkan menurut Harold J. Laski (http://id.answers.yahoo.com/), masyarakat adalah
kelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya
keinginan-keinginan mereka bersama.
Menurut Emile Durkheim (http://organisasi.org/) masyarakat merupakan suatu kenyataan
objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
8
Definisi Operasional:
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup besama secara terstruktur dan saling bekerja
sama demi tujuan bersama.
Instrumen Variabel Teori:
Variabel Teori Dimensi Indikator
MASYARAKAT
Orang Raga
Pikiran
Mental
Struktur Sosial
Komponen
Aturan
Tujuan Hasil akhir
Arahan
Usaha
9
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Bahasa
Bahasa Minangkabau atau dalam bahasa asal, Baso Minang adalah sebuah bahasa
Austronesia yang digunakan oleh kaum Minangkabau di Sumatra Barat, di barat Riau, Negeri
Sembilan (Malaysia), dan juga oleh penduduk yang telah merantau ke daerah-daerah lain di
Indonesia.
Terdapat beberapa kontroversi mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa
Melayu. Hal ini disebabkan kemiripan dalam tatabahasa mereka. Ada pendapat yang
mengatakan bahasa Minangkabau sebenarnya adalah dialek lain dari bahasa Melayu,
sedangkan pendapat lain mengatakan bahasa Minangkabau adalah sebuah bahasa dan
bukan sebuah dialek.
Secara garis besar, daerah pemakaian bahasa Minangkabau dibedakan dalam dua daerah
besar, yaitu daerah /a/ dan daerah /o/. berikut adalah contoh dialek bahasa Minangkabau:
Bahasa Melayu Dialek /a/ Dialek /o/Penat Panek PonekApa A Ano
Mana Ma ManoLepas Lapeh Lopeh
Contoh perbandingan bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu:
Bahasa Minangkabau: Sarang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok kunun manusia
Bahasa Melayu: Pohon di rimba tidak sama tinggi, apa lagi manusia
Bahasa Minangkabau: Indak buliah mambuang sarok disiko!
Bahasa Melayu: Tidak boleh membuang sampah di sini!
Bahasa Minangkabau: A tu nan ka karajo ang?
Bahasa Melayu: Apa yang kamu sedang kerjakan?
10
3.2 Sistem Teknologi dan Alat Produksi
Teknologi yang berkembang pada masyarakat Minangkabau contohnya yaitu bentuk desa
dan bentuk tempat tinggal. Desa mereka disebut nagari dalam bahasa Minangkabau. Nagari
terdiri dari dua bagian utama, yaitu daerah nagari dan taratak. Nagari ialah daerah
kediaman utama yang dianggap pusat sebuah desa. Halnya berbeda dengan taratak yang
dianggap sebagai daerah hutan dan ladang.
Di dalam nagari biasanya terdapat sebuah masjid, sebuah balai adat, dan pasar. Mesjid
merupakan tempat untuk beribadah, balai adat merupakan tempat sidang-sidang adat
diadakan. Sedangkan pasar dan kantor kepala nagari terletak pada pusat desa atau pada
pertengahan sebuah jalan memanjang dengan rumah-rumah kediaman di sebelah kiri dan
kanannya.
Rumah adat Minangkabau biasa disebut rumah gadang dan merupakan rumah panggung.
Bentuknya memanjang dengan atap menyerupai tanduk kerbau. Ukuran rumah juga
didasarkan kepada perhitungan jumlah ruang yang terdapat dalam rumah itu. Sebuah
rumah gadang terdiri dari jumlah ruangan dalam bilangan yang ganjil, mulai dari tiga.
Jumlah ruangan yang biasa adalah tujuh, namun ada sebuah rumah gadang yang
mempunyai tujuh belas ruangan.
Sebuah rumah gadang biasanya memiliki tiga didieh yang digunakan sebagai kamar dan
ruangan terbuka untuk menerima tamu atau berpesta. Selain itu beberapa rumah gadang
juga memiliki tempat yang disebut anjueng (anjung) yaitu bagian yang ditambahkan pada
ujung rumah dan dianggap sebagai tempat kehormatan.
3.3 Sistem Mata Pencaharian
Sebagian besar masyarakat Minangkabau hidup dari bercocok tanam. Di daerah yang subur
dengan cukup air tersedia, kebanyakan orang mengusahakan sawah, sedangkan pada
daerah subur yang tinggi banyak orang menanam sayur mayur untuk perdagangan.pada
daerah yang kurang subur, penduduknya hidup dari tanaman-tanaman seperti pisang, ubi
kayu, dan sebagainya. Pada daerah pesisir mereka bisa menanam kelapa. Disamping hidup
11
dari pertanian, penduduk yang tinggal di pinggir laut atau danau juga dapat hidup dari hasil
tangkapan ikan
Ada berbagai hal yang menyebabkan banyak orang Minangkabau kemudian meninggalkan
sektor pertanian. Ada yang disebabkan karena tanah mereka memberikan hasil yang kurang
atau karena kesadaran bahwa dengan pertanian mereka tidak dapat menjadi kaya. Orang-
orang sejenis ini biasanya beralih ke sektor perdagangan dan merantau dengan harapan
mereka akan kembali sebagai orang yang dewasa dan bertanggung jawab. Kehidupan
perdagangan di Minangkabau kebanyakan dikuasai oleh penduduk Minangkabau sendiri.
Selain itu ada juga masyarakat yang hidup dari kerajinan tangan. Seperti kerajinan perak
bakar dari Koto Gadang, sebuah desa dekat Bukittinggi dan pembuatan kain songket dari
Silukang, sebuah desa dekat Sawah Lunto.
3.4 Organisasi Sosial
Kelompok kekerabatan masyarakat Minangkabau yaitu paruik, kampueng, dan suku. Suku
dan kampueng dapat dianggap sebagai kelompok formal. Suku dipimpin oleh seorang
penghulu suku, sedangkan kampueng oleh penghulu andiko atau datuek kampung.
Selain kelompok paruik, kampueng, dan suku, masyarakat Minangkabau tidak mengenal
organisasi masyarakat adata yang lain. Dengan begitu instruksi dan aturan pemerintah,
administrasi masyarakat pedesaan, biasanya disalurkan kepada penduduk desa melalui
panghulu suku dan panghulu andiko.
Di samping memiliki seorang penghulu suku, sebuah suku juga mempunyai seoarang
dubalang atau manti. Dubalang bertugas menjaga keamanan sebuah suku, sedangkan manti
berhubungan dengan tugas-tugas keamanan.
Garis keturunan dalam masyarakat Minangkabau diperhitungkan menurut garis matrilineal.
Seorang termasuk keluarga ibunya bukan keluarga ayahnya. Begitu juga tanah dan harta
warisan akan diwariskan kepada anak perempuan.
Perkawinan dalam budaya Minangkabau sebenarnya tidak mengenal mas kawin. Namun
keluarga pengantin wanita akan memberi sejumlah uang atau barang untuk menjemput
12
pengantin pria. Uang tersebut biasanya disebut uang jemputan. Tetapi yang penting dalam
perkawinan Minangkabau adalah pertukaran benda lambing antara kedua keluarga berupa
cincin atau keris.
Dalam masyarakat Minangkabau tidak ada larangan bagi seseorang untuk memiliki lebih
dari satu istri. Orang-orang dengan kedudukan social tertentu terkadang suka melakukan
perkawinan poligami.
Secara kasar stratifikasi social dalam masyarakat Minangkabau yang hanya berlaku dalam
kesatuan sebuah desa tertentu saja, atau sekelompok desa yang berdekatan, membagi
masyarakat ke dalam tiga lapisan besar, yaitu bangsawan, orang biasa, dan orang yang
paling rendah. Lapisan terakhir ini mungkn dapat dihubugkan dengan ‘budak’ dalam arti
yang lebih ringan.
Mengenai pola kepemimpinan dapat dikatakan bahwa sulit untuk melihat suatu pola yang
jelas dalam masyarakat Minangkabau. Kita tidak dapat mengatakan dengan jelas siapa yang
menjadi pemimpin bagi suatu paruik. Setiap orang dewasa boleh dikatakan memiliki hak
sebagai pemimpin. Perintah atau saran seseorang mungkin akan dituruti oleh anggota
keluarganya, tetapi ini tergantung pada kewibawaan pribadi dari orang tersebut.
3.5. Sistem Pengetahuan
Anak-anak lelaki usia 7 tahun biasanya akan meninggalkan rumah mereka untuk tinggal di
surau di mana merka diajarkan ilmu agama dan adat Minangkabau. Di usia remaja, mereka
digalakkan untuk meninggalkan perkampungan mereka untuk menimba ilmu di sekolah atau
menimba pengalaman di luar kampung dengan harapan mereka akan pulang sebagai
seorang dewasa yang lebih matang dan bertanggungjawab kepada keluarga dan nagari
(kampung halaman).
Selain dikenali sebagai seorang pedagang, masyarakat Minangkabau juga berhasil
melahirkan beberapa penyair, penulis, negarawan, ahli fikir dan para ulama. Ini mungkin
terjadi kerana budaya mereka yang memberatkan penimbaan ilmu pengetahuan. Sebagai
13
penganut agama Islam yang kuat, mereka cenderung kepada ide untuk menggabungkan ciri-
ciri Islam dalam masyarakat yang moden.
Berikut adalah beberapa orang Minangkabau yang berhasil menjadi orang yang terkemuka:
Abdul Muis, penulis, wartawan dan pejuang kebangsaan
Chairil Anwar, pujangga
Buya Hamka, cendekiawan Islam
Prof Dr Emil Salim, ahli ekonomis dan bekas menteri Indonesia
Haji Agus Salim, pejuang kemerdekaan Indonesia
Mohammad Hatta, Wakil Presiden Indonesia yang pertama dan salah seorang
proklamator negara Indonesia
Rasuna Said, menteri wanita pertama di Indonesia
Tuanku Imam Bonjol, Pemimpin gerakan Padri
Tuanku Nan Renceh, ketua dalam Perang Padri
Yusof Ishak, presiden pertama Singapura
Ir. Fazwar Bujang Direktor Utama syarikat PT. Krakatau Steel Indonesia
3.6. Sistem Religi
Hampir seluruh masyarakat Minangkabau menganut agama Islam, walaupun sebagian besar
dari mereka hanya menganut agama sebagai simbolis tanpa melakukan ibadah dan
kewajibannya. Boleh dikatakan mereka tidak mengenal unsur-unsur kepercayaan lain selain
yang diajarkan oleh agama Islam. Walaupun demikian masih banyak juga orang yang
percaya akan hal-hal yang tidak diajarkan oleh Islam, seperti hantu-hantu dan kekuatan
gaib.
Selain itu, banyak orang menganggap bahwa sistem matrilinear yang dianut masyarakat
Minangkabau bertentangan dengan aturan Islam yang menekankan sistem patrilinear.
Padahal sesungguhnya terdapat banyak kesamaan antara faham Islam dengan faham
Minangkabau.
14
Berikut ini merupakan contoh dari beberapa kesamaan faham Islam dan Minangkabau:
Faham Islam: Menimba ilmu adalah wajib.
Faham Minangkabau: Anak-anak lelaki harus meninggalkan rumah mereka untuk
tinggal dan belajar di surau (langgar, masjid).
Faham Islam: Mengembara adalah kewajiban untuk mempelajari tamadun-tamadun
yang kekal dan binasa untuk meningkatkan iman kepada Allah.
Faham Minangkabau: Para remaja harus merantau (meninggalkan kampung
halaman) untuk menimba ilmu dan bertemu dengan orang dari berbagai tempat
untuk mencapai kebijaksanaan, dan untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Falsafah merantau juga berarti melatih orang Minangkabau untuk hidup mandiri,
kerana ketika seorang pemuda Minangkabau berniat merantau meninggalkan
kampungnya, dia hanya membawa bekal seadanya.
Faham Islam: Tidak ada wanita yang boleh dipaksa untuk menikah dengan lelaki
yang tidak dia cintai.
Faham Minangkabau: Wanita yang menentukan dengan siapa yang ia ingin menikah.
Faham Islam: Ibu berhak dihormati 3 kali lebih tinggi daripada bapak.
Faham Minangkabau: Bundo Kanduang adalah pemimpin/pengambil keputusan di
Rumah Gadang.
Ciri-ciri Islam begitu mendalam dalam adat Minangkabau sehingga mereka yang tidak
mengamalkan Islam dianggap telah keluar dari masyarakat Minang.
3.7. Kesenian
Berikut ini adalah kesenian tradisonal Minangkabau:
Randai, teater rakyat yang meliputi pencak, musik, tarian dan drama
Saluang Jo Dendang, serunai bambu dan nyanyian
Talempong, musik bunyi gong
15
Tari Piring, gerakan tarian menyerupai gerakan para petani semasa bercocok tanam
Tari Payung, menceritakan kehidupan muda-mudi Minang yang selalu riang gembira
Tari Indang
Pidato Adat, juga dikenali sebagai Sambah Manyambah (sembah-menyembah),
upacara berpidato, dilakukan di setiap upacara-upacara adat, seperti rangkaian acara
pernikahan (baralek), upacara pengangkatan pangulu (penghulu), dan lain-lain
Pencak Silat, tarian yang gerakannya adalah gerakan silat tradisional Minangkabau
Upacara dan perayaan Minangkabau termasuk:
Turun mandi - upacara pemberkatan bayi
Sunat rasul - upacara bersunat
Baralek - upacara pernikahan
Batagak pangulu - upacara pelantikan penghulu. Upacara ini akan berlangsung
selama 7 hari di mana seluruh kaum kerabat dan ketua-ketua dari kampung yang lain
akan dijemput
Turun ka sawah - upacara kerja gotong-royong
Manyabik - upacara menuai padi
Hari Rayo - perayaan Hari Raya Idul Fitri
Hari Rayo - perayaan Hari Raya Idul Adha
Maanta pabukoan - mengantar makanan kepada ibu mertua sewaktu bulan
Ramadan
Tabuik - perayaan Islam di Pariaman
Tanah Ta Sirah - perlantikan seorang Datuk (ketua puak) apabila Datuk yang
sebelumnya meninggal dunia
Mambangkik Batang Tarandam - perlantikan seorang Datuk apabila Datuk yang
sebelumya telah meninggal 10 atau 50 tahun yang lalu (mengisi jabatan yang telah
lama dikosongkan)
16
Selain itu masyarakat Minangkabau juga memiliki kesenian kerajian tangan, seperti:
Kain Songket, ditenun dengan tangan dan mempunyai corak rumit benang emas atau
perak. Songket hanya diapakai oleh golongan bangsawan. Kehalusan dan corak songket
menggambarkan pangkat dan kedudukan tinggi seorang pembesar.
Sulaman
Ukiran kayu
Pahatan emas dan perak
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Budaya Minangkabau adalah budaya yang unik dan mengandung nilai-nilai kebudayaan
yang tinggi. Persebaran masyarkat Minangkabau di Indonesia pun cukup banyak. Selain
dikenal sebagai seorang pedagang, orang Minangkabau juga terkenal sebagai penganut
agama Islam yang baik. Cukup banyak orang Minangkabau yang berhasil menjadi seorang
tokoh kebanggan bangsa.
Kebanggaan lain dari suku Minangkabau adalah masakan Padang yang sudah sejak dulu
menjadi kegemaran banyak orang. Rendang dan dendeng balado adalah salah satu masakan
yang sangat disukai dan restoran Padang pun kini sudah menyebar, baik di neara Indonesia
sendiri atau bahkan ke mancanegara.
4.2. Saran
Sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia, budaya Minangkabau pun patut dilestarikan.
Pengaruh budaya luar dan akulturasi seharusnya dapat disesuaikan dengan budaya aslinya,
sehingga nilai-nilai luhur dari suatu budaya tersebut tidak terhapuskan atau bahkan
menghilang. Setiap masyarakat Minangkabau yangmerantauke kota lai atau ke negara lain
seharusnya tetap menjunjung tinggi budaya aslinya dan juga melestarikannya. Bahkan jika
memungkinkan, seseorang dapat menyebarkan budaya aslinya di tempat yang lain, sehingga
kekayaan budaya Indonesia tidak mudah luntur dan masyarakat dapat semakin mencintai
kekayaan bangsa Indonesia sendiri.
18
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2004.
Widagho, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, Jakata: Bumi Aksara, 2001.
http://lzamzami.multiply.com/journal/item/10/Kebudayaan_Koentjaraningrat_Pengantar_Antropologi
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20071124011057AAm53hm
19