DAFTAR ISI - e-renggar.kemkes.go.id · Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 1 BAB I...
Transcript of DAFTAR ISI - e-renggar.kemkes.go.id · Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 1 BAB I...
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru 2020 ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. i DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..………………………………………………………. 1
B. Landasan Hukum .....………………........................................……. 5 C. Tujuan Penulisan ...........................................................................
D. Sistematika Penulisan .................................................................... 7 5 6
BAB II VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
A. Visi …………………………………………………………………… 7 B. Misi …………………………………………………………………… 7 C. Sasaran Strategis ………………………………………………….. 8 BAB III TAHAPAN DAN PROSES PENYUSUNAN RENCANA KERJA TAHUNAN
9
BAB IV BAB V
RENCANA KERJA BBTKLPP BANJARBARU TAHUN 2018……. . PENUTUP ...........................................................................................
13
16
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan mengarah pada peningkatan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan berdasarkan pada perikemanusiaan; pemberdayaan dan kemandirian;
adil dan merata; serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada
penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin.
Pergeseran pola penyakit dalam 30 tahun terakhir. Pada era tahun 1990 an,
penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti infeksi
saluran pernapasan atas, TBC, Diare, dan lain-lain. Sejak tahun 2010 penyebab
terbesar kesakitan dan kematian adalah penyakit tidak menular seperti stroke, jantung,
dan kencing manis. Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini dapat menyerang bukan
hanya usia tua tetapi telah bergeser ke usia muda, dari semua kalangan kaya dan
miskin baik tinggal di kota maupun di desa. Hal ini disebabkan masyarakat semakin
maju, informasi dan transportasi yang semakin mudah dan merubah gaya hidup
masyarakat. Permasalahan ini mengakibatkan beban pada pembiayaan kesehatan
negara kita. Sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengobati penyakit seperti kanker,
stroke, jantung, gagal ginjal dan kencing manis. Selain membutuhkan biaya tinggi juga
membutuhkan waktu yang panjang, karenanya kita harus kembali kepada semangat
gotong royong dan pencegahan penyakit.
Berlandaskan semangat gotong royong, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
adalah bentuk nyata dari revolusi mental. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
merupakan gerakan nasional yang melibatkan seluruh komponen bangsa baik
pemerintah, pusat dan daerah, sektor non-pemerintah, dan masyarakat sebagai upaya
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan bagi setiap orang untuk
hidup sehat agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. GERMAS bertujuan untuk menurunkan beban penyakit, meningkatkan
produktifitas penduduk, menurunkan beban biaya pelayanan kesehatan dan menekan
peningkatan beban finansial untuk pengeluaran kesehatan. Upaya ini dilakukan dengan
membudayakan pola hidup sehat pada masyarakat, utamanya melakukan aktifitas fisik,
makan sayur dan buah serta memeriksakan kesehatan secara rutin. Penyelenggaraan
GERMAS menjadi momentum strategis untuk mewujudkan paradigma sehat di dalam
pembangunan kesehatan.
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 2
Dalam upaya meningkatkan kesehatan dengan penekanan pada upaya
preventif, BBTKLPP Banjarbaru terus meningkatkan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan Tugas Pokok dan Fungsinya (TUPOKSI) meliputi : 1) Pelaksanaan surveilans
epidemiologi, 2) Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), 3) Laboratorium
rujukan, 4) Pengembangan model dan teknologi tepat guna, 5) Uji kendali mutu dan
kalibrasi, 6) Penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan
KLB/wabah dan bencana, 7) Pendidikan dan pelatihan, 8) Kajian dan pengembangan
teknologi pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan
matra, 9) Ketatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKLPP.
BBTKLPP Banjarbaru memiliki wilayah layanan yang meliputi Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur serta Kalimantan Utara dengan kondisi
geografis, sungai, rawa dan pegunungan merupakan daerah pertambangan dan
perkebunan yang potensial untuk menunjang pembangunan ekonomi. Namun,
pembangunan ekonomi tersebut juga berdampak pada perubahan lingkungan dan
kesehatan masyarakat. Pembukaan lahan pertambangan dan perkebunan dapat
menyebabkan perubahan ekosistem, berubahnya habitat vektor penyakit dan
pencemaran lingkungan.
Salah satu dampak kondisi lingkungan yang semakin buruk adalah terjadinya
climate change. Kajian-kajian terhadap perubahan perilaku ataupun bionomik vektor
penyakit perlu dilakukan dengan adanya climate change tersebut.
Selain timbunya penyakit-penyakit yang baru muncul, penyakit lama juga masih
sering terjadi di Kalimantan. Masih tingginya prevalensi rate untuk penyakit diare di
Kalimantan Selatan-Tengah dan Timur dimana mencapai 6,0 – 12,5%. Diare
menyumbang angka kematian pada penduduk dengan angka CFR = 0,4 – 1,5. Daerah
yang sering terjadi KLB diare antara lain Kapuas, Palangkaraya, Kotawaringin Timur,
Kotawaringin Barat dan Barito Utara (Provinsi Kalimantan Tengah), Banjarmasin, Kab
Banjar, Tapin, Tanah Bumbu dan Kotabaru ( Provinsi Kalimantan Selatan) serta Kota
Balikpapan, Samarinda, Bontang, Kutai Kertanegara (Provinsi Kalimantan Timur).
Terjadi endemisitas penyakit dibeberapa wilayah seperti endemisitas filaria.
Terdapat 8 kabupaten/kota daerah endemis filaria di Provinsi Kalimantan Selatan.
Terdiri dari Tapin, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Barito Kuala, Tabalong,
Tanah Bumbu dan Balangan. 11 kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang
endemis filaria yaitu Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Kapuas, Barito Selatan,
Barito Timur, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas, Seruyan, Lamandau dan
Sukamara. Daerah endemis filaria di Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 8
kabupaten/kota, terdiri dari Paser, Kutai Barat, Mahakam Hulu, Kutai Kartanegara,
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 3
Balikpapan, Kutai Timur, Penajem Paser Utara dan Berau. Sedangkan di Provinsi
Kalimantan Utara terdapat satu kabupaten yaitu Kabupaten Nunukan.
KLB DBD juga masih sering terjadi di wilayah Kalteng, di Kota Palangkaraya,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Katingan,
Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Kotawaringin Barat. Wilayah Kaltim yang sering
terjadi KLB DBD adalah Balikpapan, Bontang, Penajam Paser Utara dan Grogot.
BBTKLPP Banjarbaru juga memiliki wilayah layanan yang khas berupa daerah
endemis Fasciolopsis buski satu-satunya di Indonesia. Penyakit Fasciolopsi buski
hanya ditemukan di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan.
Ditemukan 3 kecamatan endemis Fasciolopsis buski yaitu Kec. Babirik, Kec. Danau
Panggang dan Kec. Sungai Pandan. Pada saat ditemukan pertama kalinya, angka
kesakitan pada saat itu sebesar 27% (dari 548 penduduk yang diperiksa positif 148
orang) dengan angka tertinggi pada murid sekolah sebesar 79,1% (Handoyo et all,
1989). Antara tahun 1985-1990 dari 3 kegiatan survei yang dilaksanakan di 6 desa
(Sungai. Papuyu, Pajukungan Hulu, Parupukan, Teluk Limbang, Murung Kupang dan
Luang Hilir) di Kecamatan Babirik diperoleh angka prevalensi antara 5,18%-27%.
Umumnya kelompok umur yang terkena adalah yang berusia 15 tahun dan usia
produktif (16-35 tahun) (Tjitra, 1984).
Keberadaan cacing buski tersebut adalah didaerah hamparan rawa. Daerah
tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapin di Kecamatan Candi Laras
Utara, Kecamatan Kuripan Kabupaten Barito Kuala dan Kecamatan Daha Utara
Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Faktor risiko yang berpotensi untuk kecacingan di
daerah sekitar, yaitu adanya aliran sungai dari daerah Hulu Sungai Utara ke daerah
sekitarnya, kegemaran masyarakat setempat mengkonsumsi sayur yang diambil di
daerah rawa seperti kangkung, Supan-supan, dan Genjer serta masih ada masyarakat
yang mengkonsumsi air sungai yang belum dimasak khususnya pada anak-anak untuk
minum.
Kalimantan juga merupakan daerah rawan bencana kabut asap. Pada akhir
tahun 2015 Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan sebagian wilayah Kalimantan
Selatan tertutup kabut asap, bahkan di Kota Palangkaraya provinsi Kalimantan Tengah
dinyatakan KLB. Hasil pengukuran kualitas udara yang dilakukan dibeberapa titik di
Kota Palangkaraya oleh BBTKLPPP Banjarbaru pada bulan Oktober Indeks Standar
Pencemar Udara (ISPU) pada tanggal 14 – 15 Oktober 2015 maupun 15 – 16 Oktober
2015 berada pada kategori berbahaya, dengan parameter kritis PM10. Meskipun tahun
2016 dan 2017 tidak terjadi KLB, namun tetap harus diwaspadai kebakaran hutan yang
menimbulkan kabut asap dan berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 4
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 289/Menkes/SK/III/2003
tentang Prosedur Pengendalian Dampak Pencemaran Udara Akibat Kebakaran Hutan
dapat berdampak pada penderita ISPA, pneumonia, dan jantung. Tindakan
pengamanan yang harus dilakukan yaitu membatasi aktifitas diluar rumah,
mempersiapkan ruang khusus untuk perawatan penderita ISPA/pneumonia berat di
rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain. Bagi penderita jantung aktifitas perlu dikurangi.
Munculnya tambang-tambang rakyat mengakibatkan semakin meningkatnya
permasalahan lingkungan yang berpotensi menimbulkan pencemaran air dan udara.
Terdapat beberapa lokasi tambang emas rakyat di Kabupaten Kotabaru provinsi
Kalimantan Selatan, Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur serta Kabupaten
Gunung Mas dan Kabupaten Kapuas provinsi Kalimantan Tengah.
Selain bencana serta penyakit-penyakit di atas, penyakit tidak menular termasuk
cidera dan kecelakaan semakin meningkat insiden dan prevalensinya. Hal ini menjadi
beban ganda karena semakin kompleks dan meluasnya penyebaran penyakit menular
antar wilayah maupun antar negara termasuk munculnya penyakit baru yang
berpotensi wabah dan menjadi masalah emergensi internasional.
Berbagai kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di wilayah kerja
telah dilakukan oleh BBTKLPP Banjarbaru. Dalam penyelenggaraan pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan, BBTKLPP Banjarbaru menjalankan peran
sebagai “regional center of excellence” dalam surveilans epidemiologi berbasis
laboratorium, khususnya untuk malaria dan filaria. Selain itu pada tahun 2017,
BBTKLPP Banjarbaru telah diresmikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit sebagai Pusat Layanan Unggulan Surveilans Penyakit Menular
(PLUSPM), tentu saja hal ini telah didukung oleh laboratorium yang terakreditasi
sehingga mampu memberikan data yang akurat.
Dalam melaksanakan tupoksinya, terdapat berbagai kendala dan hambatan.
Keterjangkauan wilayah belum optimal mengingat wilayah kerja yang luas serta kondisi
geografis dengan medan yang cukup berat.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam melaksanakan peran pengembangan
survailans epidemiologi berbasis laboratorium adalah lemahnya jejaring surveilans
epidemiologi di wilayah layanan sehingga arus pertukaran data dan informasi tentang
penyakit, faktor risiko, SKD KLB, situasi dan kejadian matra belum berjalan secara
optimal serta jejaring kerja dan kemitraan dengan instansi daerah belum terintegrasi
dengan baik.
Adanya perubahan nomenklatur yang terjadi sesuai Perpres Nomor 35 tahun
2015 tentang Kementerian Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64
tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan mempengaruhi
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 5
tugas pokok dan fungsi, anggaran serta kegiatan BBTKLPP Banjarbaru, misalnya untuk
kegiatan terkait dengan pengendalian lingkungan.
Dari uraian di atas BBTKLPP Banjarbaru dengan potensi sumber daya yang
tersedia dan tantangan permasalahan yang dihadapi perlu untuk meningkatkan
profesionalisme SDM yang ada, peralatan esensial, sarana transpotasi dan jangkauan
pelayanan program. Diperlukan dukungan anggaran yang memadai agar seluruh tugas
pokok dan fungsi serta peran BBTKLPP Banjarbaru dapat terlaksana secara optimal.
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2015 Nomor 3) ;
3. Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia tahun
2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik tahun 2013 Nomor 741);
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2349/MENKES/PER/ XI/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 266/MENKES/ SK/III/2004 tentang Kriteria
Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pemberantasan Penyakit Menular;
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum disusunnya RKT BBTKLPP Banjarbaru tahun 2020 adalah
sebagai perangkat manajemen dalam perencanaan kegiatan tahun anggaran 2020.
Secara khusus RKT BBTKLPP Banjarbaru bertujuan :
1. Sebagai petunjuk dalam menjalankan program kegiatan BBTKLPP Banjarbaru tahun
2020.
2. Untuk meningkatkan pengelolaan kegiatan BBTKLPP Banjarbaru yang berdampak
pada pencapaian target kinerja.
3. Memberikan informasi tentang target kinerja BBTKLPP Banjarbaru yang ingin dicapai
selama tahun 2020.
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 6
4. Sebagai alat kendali dalam pelaksanaan evaluasi pencapaian kinerja kegiatan
BBTKLPP Banjarbaru tahun 2020.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan RKT BBTKLPP Banjarbaru tahun 2020 disusun dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Landasan Hukum C. Tujuan Penulisan D. Sistematika Penulisan
BAB II. VISI,MISI, SASARAN STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA BBTKLPP
BANJARBARU BAB III. TAHAPAN DAN PROSES PENYUSUNAN RENCANA KERJA TAHUNAN BAB IV. RENCANA KERJA TAHUNAN TAHUN 2020 BAB V. PENUTUP
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 7
BAB II
VISI, MISI, SASARAN STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
BBTKLPP BANJARBARU
A. VISI
BBTKLPP Banjarbaru mendukung visi dan misi Kementerian Kesehatan, yaitu :
” TERWUJUDNYA MASYARAKAT SEHAT, PRODUKTIF, MANDIRI DAN
BERKEADILAN UNTUK MENUJU INDONESIA MAJU YANG BERDAULAT,
MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”
B. MISI
Guna mendukung peningkatan kualitasmanusia Indonesia, Kementerian
Kesehatan menetapkan misi sebagai berikut:
1. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh penduduk
Indonesia
2. Memberdayakan masyarakat dan mengutamakan pembangunan kesehatan
3. Meningkatkan ketersediaan, pemerataandan mutusumberdaya kesehatan
4. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif.
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru merupakan Unit
Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal PP & PL, sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 2349 tanggal 22
November 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit.
BBTKLPP Banjarbaru mempunyai tugas melaksanakan
surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium
rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan,
pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan
penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di bidang pemberantasan
penyakit menular dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan fungsi:
a. Pelaksanaan surveilans epidemiologi,
b. Pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL)
c. Pelaksanaan laboratorium rujukan
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 8
d. Pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna
e. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi
f. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penganggulangan
KLB/wabah dan bencana
g. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
h. Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pemberantasan penyakit menular,
kesehatan lingkungan dan kesehatan matra
i. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan
Guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut di atas
BBTKLPP Banjarbaru dilengkapi dengan 11 instalasi, yaitu
Instalasi Laboratorium Faktor Risiko Lingkungan; Instalasi Laboratorium Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit; Instalasi Laboratorium Intervensi Perubahan Perilaku;
Instalasi Laboratorium Virologi dan Imunologi; Instalasi Laboratorium Mikrobiologi;
Instalasi Laboratorium Parasitologi; Instalasi Laboratorium Teknologi Tepat guna;
Instalasi Uji Resistensi dan Efektifitas; Instalasi Mutu, Pemeliharaan dan Kalibrasi;
Instalasi Media, Reagensia, Limbah dan K3; serta Instalasi Pelayanan Publik dan
Hubungan Masyarakat. Berdasarkan Lampiran IV Keputusan Menteri Kesehatan No.
267/ Menkes/ SK/ III/ 2004, tempat kedudukan BBTKLPP Banjarbaru adalah di
Banjarbaru dengan wilayah layanan Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
C. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis BBTKLPP Banjarbaru adalah: Meningkatnya pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium.
Dalam upaya mencapai sasaran strategis melalui peningkatan kinerja bidang
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), bidang Surveilans Epidemiologi (SE),
Bidang Pengembangan Teknologi Laboratorium (PTL) dan Bagian Tata Usaha (TU).
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 9
BAB III
TAHAPAN DAN PROSES PENYUSUNAN RENCANA KERJA TAHUNAN
Perencanaan kinerja di lingkungan BBTKLPP Banjarbaru disusun mengikuti pola
siklus penyusunan anggaran yang berlaku dalam sistem anggaran pemerintah. Proses
penyusunan rencana kegiatan dan rencana anggaran dilakukan secara bottom up mulai
dari seksi ke bidang dan dikoordinir oleh bagian tata usaha.
Pada tahun 2015 oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35
tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan telah menetapkan Struktur Organisasi
Kementerian Kesehatan. Berdasarkan Perpres tersebut Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) berubah nomenklatur menjadi Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) sehingga tugas dan fungsi Direktorat P2P
juga mengalami perubahan yang otomatis perencanaan kegiatan dan anggaran
BBTKLPP Banjarbaru juga menyesuaikan kegiatan Direktorat P2P.
Proses penyusunan anggaran tahun 2020 dimulai sejak awal tahun 2019,
selanjutnya dilakukan pendalaman dan telaahan dengan memperhatikan indikator yang
terdapat pada RAK BBTKLPP Banjarbaru. Penyusunan perencanaan juga harus
mengacu pada Jukren (Petunjuk Penyusunan Perencanaan) dari Ditjen P2P tahun 2020.
Adapun tahapan dan proses penyusunan Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP
Banjarbaru tahun 2020 dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sosialisasi Jukren (Petunjuk Penyusunan Perencanaan) tahun 2020
Sosialisasi Jukren tahun 2020 dilakukan oleh Kepala BBTKLPP Banjarbaru dan
dibantu oleh Kepala Bagian Tata Usaha. Sosialisasi disampaikan terhadap semua
pejabat struktural di BBTKLPP Banjarbaru serta Kepala Instalasi dan perwakilan
masing-masing jabatan fungsional. Hal yang disosialisasikan selain jukren juga
kebijakan anggaran, standar biaya masukan tahun 2020, standar biaya keluaran
serta biaya-biaya yang diperoleh dari peraturan daerah untuk menetapkan biaya
transportasi didaerah serta biaya pembelian alat tulis kantor maupun barang
operasional yang lain.
2. Penetapan Target Kinerja tahun 2020
Sebelum penyusunan RKA-KL masing-masing bidang/bagian menyampaikan target-
target kinerja tahun 2020 serta mempertimbangkan indikator-indikator yang wajib
dilakukan oleh BBTKLPP Banjarbaru sesuai jukren Ditjen P2P tahun 2020.
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 10
3. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2020
a. Pengajuan Usulan Perencanaan melalui e-renggar
Bagian Program dan Informasi Direktorat Jenderal P2P setiap awal tahun meminta
usulan anggaran dan kegiatan kepada UPT yang ada di bawah tanggung
jawabnya yaitu B/BTKLPP dan KKP seluruh Indonesia. Masing-masing bidang dan
bagian di BBTKLPP Banjarbaru mengkoordinir seksi/sub bagian untuk membuat
usulan kegiatan dan anggaran tahun 2020. Dari bidang/bagian usulan kegiatan
dan anggaran diserahkan kepada tim perencanaan BBTKLPP Banjarbaru yang
dikoordinir oleh Sub Bagian Program dan Laporan. Tim perencana mengecek
usulan dari bidang/bagian. Bila terjadi kekeliruan dikembalikan ke bidang/bagian
untuk dilakukan perbaikan. Setelah diperbaiki tim perencana mengkompilasi
semua usulan menjadi usulan rencana kegiatan BBTKLPP Banjarbaru dan diinput
ke dalam aplikasi e-renggar. Tim juga mengupload proposal kegiatan yang
disusun bidang/bagian.
b. Pengajuan Usulan RKA-KL
Pada tahapan menunggu perkembangan usulan melalui e-renggar, tim perencana
menginput usulan tersebut ke dalam aplikasi RKA-KL. Tim perencana juga
meminta RAB serta data dukung lainnya ke bidang/bagian agar pada saat reviu
perencanaan sudah siap.
c. Penetapan Pagu Indikatif
Usulan perencanaan disampaikan ke eselon I melalui Bagian Program dan
Informasi Ditjen P2P sampai ditetapkan pagu indikatif. Pada saat penetapan pagu
indikatif akan terjadi perubahan/pergeseran anggaran maupun kegiatan sehingga
oleh tim perencana dikembalikan ke bagian/bidang untuk dilakukan revisi. Usulan
yang telah direvisi dikompilasi lagi oleh tim perencana untuk disampaikan kepada
eselon I.
d. Reviu Pagu Indikatif dan Penetapan Pagu Sementara
Usulan pagu indikatif akan direviu oleh masing-masing direktorat yaitu Direktorat
Surveilans dan Karantina Kesehatan, Direktorat P2PTVZ, Direktorat P2ML,
Direktorat P2TM, Direktorat Keswa dan Napza serta Sekretariat Ditjen PP dan PL.
Pada saat reviu tersebut terjadi perubahan serta pergeseran kegiatan dan
anggaran. Hasil reviu disampaikan kepada bidang/bagian untuk dilakukan revisi.
Usulan yang telah direvisi dikompilasi oleh tim perencana untuk disampaikan ke
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 11
eselon I untuk dijadikan pertimbangan penetapan pagu sementara. Reviu
dilakukan sekitar bulan Maret.
e. Reviu Pagu Sementara dan Penetapan Pagu Definitif
Usulan pagu sementara akan direviu oleh masing-masing direktorat yaitu
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Direktorat P2PTVZ, Direktorat
P2ML, Direktorat P2TM, Direktorat Keswa dan Napza serta Sekretaris Ditjen PP
dan PL atau hanya direviu oleh Sekretaris Ditjen PP dan PL dalam hal ini Bagian
Program dan Informasi (PI). Pada saat reviu tersebut terjadi perubahan serta
pergeseran kegiatan dan anggaran. Hasil reviu disampaikan kepada
bidang/bagian untuk dilakukan revisi. Usulan yang telah direvisi dikompilasi oleh
tim perencana untuk disampaikan ke eselon I untuk dijadikan pertimbangan
penetapan pagu definitif. Reviu ini dilakukan sekitar bulan April.
f. Reviu Pagu Definitif
Pada penetapan pagu definitif biasanya selain di reviu oleh Bagian PI Ditjen P2P
juga oleh Biro Perencanaan dan anggaran Kemenkes serta Itjen Kemenkes. Pada
reviu ini data dukung yang diperlukan benar-benar harus lengkap. Untuk belanja
modal data dukung yang diperlukan terdiri dari penawaran 3 rekanan dengan
tanda tangan dan stempel asli, analisis kebutuhan, rencana penempatan alat,
surat usulan pengadaan alat dari user (bidang/bagian), data BMN, tabel
pembanding dari 3 rekanan serta RAB harus bersumber dari data harga salah satu
rekanan dengan dilengkapi alasannya. Pada reviu pagu definitif ini masing-masing
bidang diwakili oleh salah satu kepala seksi untuk menjelaskan usulan kegiatan
dan anggarannya masing-masing. Pada saat reviu pagu indikatif ini diupayakan
semaksimal mungkin tidak ada catatan dalam CHR sehingga tidak ada catatan
dalam halaman IV DIPA. Reviu ini dilakukan sekitar bulan Juli - Agustus.
Selanjutnya eselon I melakukan reviu dengan Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan RI pada bulan Oktober.
g. Penetapan DIPA
Setelah dilakukan reviu oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan
RI, pagu alokasi anggaran disetujui oleh DJA Kemenkeu dan ditetapkan menjadi
DIPA petikan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2020. Penetapan DIPA dilakukan
sekitar bulan November 2019.
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 12
h. Penerimaan DIPA
DIPA BBTKLPP Banjarbaru tahun 2020, diterima bulan Desember 2019 yang
diserahkan oleh Gubernur Kalimantan Selatan.
4. Penyusunan Perjanjian Kinerja
Sesuai Peraturan Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, menyebutkan perjanjian
kinerja disusun setelah suatu instansi pemerintah telah menerima dokumen
pelaksanaan anggaran paling lambat 1 bulan setelah dokumen anggaran diserahkan.
Perjanjian Kinerja BBTKLPP Banjarbaru tahun 2020 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.1. Perjanjian Kinerja BBTKLPP Banjarbaru tahun 2020
No. NAMA SASARAN No. NAMA INDIKATOR TARGET
1 Terwujudnya Pelayanan Surveilans dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
1 Jumlah surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dilaksanakan
28
2 Persentase rekomendasi surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dilaksanakan
25
3 Persentase Respon Sinyal KLB/Bencana kurang dari 24 jam
90
4 Jumlah Teknologi Tepat Guna yang dihasilkan
1
5 Nilai kinerja anggaran 80
6 Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
90
7 Kinerja implementasi satker WBK 70
8 Persentase Peningkatan kapasitas ASN sebanyak 20 JPL
80
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 13
BAB IV
RENCANA KERJA TAHUNAN BBTKLPP BANJARBARU
TAHUN 2020
Rencana Kerja Tahunan (RKT) BBTKLPP Banjarbaru disusun setelah
penyusunan perjanjian kinerja. RKT BBTKLPP Banjarbaru tahun 2020 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Suboutput/komponen/
subkomponen Target Anggaran
Terwujudnya Pelayanan Surveilans dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Persentase Respon Sinyal KLB/Bencana kurang dari 24 jam
verifikasi rumor 90 persen 177,613,000
penyelidikan epidemiologi 90 persen 95,920,000
dukungan pengendalian KLB
1 paket 20,001,000
Investigasi pada kejadian khusus
90 persen 24,278,000
Jumlah surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dilaksanakan
Pengambilan dan pemeriksaan spesimen surveilans lingkungan ERAPO
1 laporan 41,771,000
akreditasi laboratorium 1 laporan 308,579,000
penyelenggaraan kalibrasi 1 laporan 184,301,000
pengelolaan limbah 1 laporan 18,994,000
Uji banding dan Uji Profisiensi
1 laporan 43,434,000
Media reagensia rutin 1 paket 364,190,000
Bahan penunjang laboratorium/glassware
1 paket 75,107,000
Bahan penunjang operasional laboratorium
1 paket 140,503,000
Media reagensia pengembangan laboratorium
1 paket 147,039,000
Pemantauan TTG Sistem Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih
1 laporan 15,079,000
surveilans faktor risiko pada situasi khusus
5 laporan 86,786,000
Diseminasi hasil surveilans penyakit
1 laporan 286,018,000
Layanan informasi kewaspadaan dini berbasis laboratorium
1 laporan 38,900,000
Pemetaan luas wilayah reseptifitas Malaria
3 laporan 221,111,000
Uji Kualitas RDT 1 laporan 116,402,000
Surveilans dinamika penularan Malaria di lintas batas
3 laporan 141,344,000
Pre assessmen Malaria 2 laporan 98,868,000
Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria Pasca POPM Filariasis Pre TAS
2 laporan 161,236,000
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 14
Surveilans penilaian penularan filariasis dan kecacingan (Transmission Assessment Survey/TAS Filariasis) Terpadu
9 laporan 1,327,069,000
Surveilans Arbovirosis berbasis laboratorium
3 laporan 722,999,000
Surveilans sentinel leptospirosis
1 laporan 261,822,000
Surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit
2 laporan 222,270,000
Kajian penemuan kasus baru dan pemantauan TBC di tempat khusus (Ponpes dan Lapas)
3 laporan 92,511,000
Persentase rekomendasi surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dilaksanakan
25 persen -
Jumlah Teknologi Tepat Guna yang dihasilkan
TTG dalam rangka Pengendalian Vektor
1 unit 9,666,000
Nilai kinerja anggaran Penyusunan RAK 1 dokumen 43,986,000
penyusunan e-planning 1 dokumen 8,067,000
pembahasan dan penelaahan usulan dokumen perencanaan anggaran dan revisi
2 dokumen 129,834,000
Penyusunan laporan pelaksanaan program
12 dokumen 35,080,000
penyusunan laporan e-monev penganggaran
16 dokumen 7,382,000
penyusunan laporan tahunan satker
1 dokumen 1,375,000
Evaluasi SAKIP 1 dokumen 33,593,000
penyusunan profil 1 dokumen 975,000
Koordinasi/konsultasi /rapat kerja kepala Satker dan pendamping
12 bulan 131,958,000
Konsultasi Permasalahan Pengelolaan/Pelaporan PNBP ke pusat
1 dokumen 89,703,000
Analisis kebutuhan dan perencanaan pegawai
2 dokumen 49,332,000
MCU 1 paket 121,410,000
Pengelolaan BMN 2 dokumen 194,049,000
Pengembangan Masterplan
1 paket 500,000,000
operasional dan pemeliharaan kantor
12 bulan 2,498,526,000
Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
verifikasi dan rekonsiliasi LK UAPPA E-1 laporan keuangan satker pusat, UPT, Dekon Tahun 2019 dan Semester I TA 2020
2 dokumen 48,218,000
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 15
Penyusunan Dokumen Perbendaharaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
12 dokumen 42,201,000
Gaji dan tunjangan 12 bulan 9,426,312,000
Kinerja Implementasi satker WBK
Temu pelanggan 1 laporan 22,825,000
Pelayanan hukum 1 paket 6,807,000
Pengelolaan Kearsipan 12 bulan 6,807,000
Pengelolaan Rumah Tangga
12 bulan 41,772,000
Pelayanan pengadaan barang dan jasa
1 paket 18,751,000
Layanan humas 1 paket 71,878,000
Layanan organisasi tatalaksana reformasi birokrasi
12 bulan 22,651,000
Persentase Peningkatan kapasitas ASN sebanyak 20 JPL
Peningkatan kapasitas Pelaksanaan Surveilans penyakit
34 orang 15,400,000
Pelatihan peningkatan kapasitas surveilans epidemiologi (In house training)
34 orang 15,400,000
OJT Clostridium tetani 2 orang 16,434,000
OJT identifikasi Bordetelia pertusis
2 orang 16,434,000
Diklat PIM III dan PIM IV 2 orang 67,596,000
Peningkatan petugas dalam rangka Pelayanan Prima
20 orang 11,737,000
Peningkatan motivasi dan etos kerja pegawai
71 orang 151,666,000
Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2020 16
BAB V
PENUTUP
Penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) BBTKLPP Banjarbaru tahun 2020
merupakan salah satu upaya untuk menciptakan arah yang lebih jelas, target kinerja yang
lebih terukur serta pengelolaan sumberdaya khususnya sumberdaya keuangan dan
sumberdaya manusia (SDM). Dengan adanya RKT dimaksudkan agar pengelolaan
sumberdaya lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran dan tujuan BBTKLPP
Banjarbaru.
Perencanaan disusun secara bottom up mulai dari seksi/subbag yang dikoordinir oleh
masing-masing bagian/bidang berdasarkan pagu alokasi anggaran yang tersedia dan diatur
dalam mekanisme pengusulan biaya yang berlaku, serta sesuai jukren Ditjen P2P sehingga
tercapai efisiensi dan peningkatan kinerja.