Diagnosis Keperawatan Nanda Eliminasi
description
Transcript of Diagnosis Keperawatan Nanda Eliminasi
DIAGNOSIS KEPERAWATAN NANDA
ELIMINASI
1. Inkontinensia Alvi
a) Definisi
Perubahan kebiasaan defekasi dari pola normal dengan karakteristik
pengeluaran feses secara involunter.
b) Batasan Karakteristik
Subjektif :
Ketidakmampuan mengenali desakan untuk defekasi
Mengenali rasa penuh di rectum tetapi melaporkan ketidakmampuan untuk
mengeluarkan feses yg terbentuk.
Melaporkan sendiri ketidakmampuan untuk merasakan rectum sdh penuh.
Objektif :
Mengeluarkan / Menetaskan feses lunak secara konsisten.
Bau feses
Feses mengotori pakaian dan / alas tidur
Ketidakmampuan untuk menunda defekasi.
Tidak memperhatikan desekan untuk defekasi.
Kulit perianal yg merah
Urgensi
2. Konstipasi
a) Definisi
Penurunan frekuensi normal defekasi yg disertai pengeluaran yg disertai
pengeluaran feses yg sulit atau tidak lampias atau pengeluaran feses yg sangat keras
dan kering.
b) Batasan Karakteristik
Subjektif :
Nyeri Abdomen
Nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistansi otot yg dapat di
palpasi.
Anoreksia
Perasaan penuh atau tekanan pada rectum
Kelelahan umum
Sakit kepala
Peningkatan tekanan abdomen
Indigesti
Mual dan muntah.
Nyeri saat defekasi
Objektif :
Tampilan atipikal pada lansia ( misalnya, perubahan status mental,
inkontinensia urine, jatuh tanpa sebab jelas, dan peningkatan suhu tubuh )
Darah merah segar menyertai pengeluaran feses.
Perubahan pada suara abdomen ( borborigmi ).
Perubahan pada pola defekasi.
Penurunan frekuensi
Penurunan volume feses.
Distensi abdomen.
Feses yg kering, keras, dan padat.
Massa abdomen dapat dipalpasi.
Massa rektal dapat dipalpasi.
Bunyi pekak pada perkusi abdomen.
Adanya feses, seperti pasta di rectum.
Flatus berat.
Mengejan saat defekasi.
Tidak mampu mengeluarkan feses.
3. Konstipasi : Persepsi
a) Definisi
Diagnosis mandiri konstipasi dan penyalahgunaan laksatif, enema atau
supositoria untuk menjamin defekasi harian.
b) Batasan Karakteristik
Subjektif :
Mengharapkan defekasi setiap hari.
Mengharapkan pengeluaran feses pada waktu yg sama seperti hari.
Objektif :
Penggunaan laksatif, enema, dan supositoria ( untuk merangsang defekasi
setiap hari ) yg berlebihan.
4. Konstipasi : Risiko
a) Definisi
Berisiko mengalami penurunan frekuensi normal defekasi, disertai kesulitan
atau pengeluaran feses tidak tuntas, atau pengeluaran feses yg sangat keras dan
kering.
b) Fakto Risiko
Kelemahan Otot Abdomen
Kebiasaan menahan dan mengabaikan desakan untuk defekasi
Ketidakadekuatan defekasi ( misalnya, ketepatan waktu, posisi saat defekasi,
dan privasi )
Aktivitas Fisik tidak mencukupi.
Kebiasaan defekasi tidak teratur.
Perubahan lingkungan yg baru terjadi.
Depresi dan stress
Perubahan kebiasaan makanan dan pola makan.
Penurunan motilitas saluran gastrointestinal.
Dehidrasi.
Pola makan yg buruk.
Asupan serat dan cairan yg tidak mencukupi
Pemakaian obat / efek samping obat – obatan.
5. Diare
a) Definisi
Pengeluaran feses lunak dan tidak bermassa.
b) Batasan Karakteristik
Subjektif :
Nyeri abdomen’
Kram
Urgensi
Objektif :
Sedikitnya sehari mengalami 3 X defekasi dengan feses cair bising usus
hiperaktif.
6. Eliminasi Urine : Kesiapan Untuk Meningkatkan
a) Definisi
Pola fungsi perkemihan yg memadai untuk memenuhi kebutuhan eliminasi
dapat ditingkatkan.
b) Batasan Karakterisitik
Subjektif :
Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan eliminasi urine.
Objektif :
Jumlah haluaran urine dalam batas normal.
Asupan cairan adekuat untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Mengatur posisi diri untuk mengosongkan kandung kemih.
Berat jenis urine dalam batas normal.
Urine kuning kecokelatan.
Urine tidak berbau.
7. Inkontinensia Urine : Fungsional
a) Definisi
Ketidakmampuan individu yg biasanya kontinen untuk mencapai toilet tepat
waktu guna menghindari pengeluaran urine yg tidak sengaja.
b) Batasan Karakteristik
Mampu mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
Lama waktu yg diperlukan untuk mencapai toilet lebih panjang dari waktu
antara merasakan dorongan ingin berkemih tanpa kendali.
Mengeluarkan urine sebelum mencapai toilet.
Kemungkinan hanya inkontinensia di pagi hari.
Merasakan dorongan ingin berkemih.
8. Inkontinensia Urine : Over Flow
a) Definisi
Pengeluaran urine involunter yg berkaitan dengan overdistensi kandung
kemih.
b) Batasan Karakterisitik
Subjektif :
Melaporkan kebocoran sedikit urine secara involunter.
Objektif :
Distensi kandung kemih.
Volume residu pasca berkemih banyak.
Nokturia.
Tampak kebocoran sedikit urine secara involunter.
9. Inkontinensia Urine : Refleks
a) Definisi
Pengeluaran urine involunter pada interval yg dapat diduga saat kandung
kemih terisi urine dalam volume tertentu.
b) Batasan Karakteristik
Subjektif :
Tidak merasakan kandung kemih penuh.
Tidak merasakan keinginan atau dorongan berkemih
Tidak merasakan berkemih.
Ssensasi urgensi tanpa penahanan volunteer terhadap kontraksi kandung
kemih.
Sensasi yang berkaitan dengan kandung kemih penuh, seperti berkeringat,
gelisah, dan ketidaknyamanan abdomen.
Objektif :
Pengosongan kandung kemih secara tuntas dengan lesi di atas pusat mikturisi
di pontin.
Ketidakmampuan untuk secara volunteer menghambat atau memulai
berkemih.
Pengosongan kandung kemih tidak tuntas dengan lesi di atas pusat mikturisi
di sacrum.
Pola berkemih yg dapat diduga.
10.Inkontinensia Urine : Stres
a) Definisi
Kebocoran mendadak urine akibat aktivitas yg meningkatkan penekanan
terhadap abdomen.
b) Batasan Karakteristik
Subjektif :
Melaporkan kebocoran sedikit urine secara involunter :
Saat tidak ada kontraksi detrusor
Saat tidak terjadi overdistensi kandung kemih
Saat bekerja atau beraktivitas atau akibat bersin, tertawa, atau batuk.
Objektif
Tampak kebocoran sedikit urine secara involunter :
Saat tidak ada kontraksi detrusor
Saat tidak terjadi overdistensi kandung kemih.
Saat bekerja atau beraktivitas atau akibat bersin, tertawa, atau batuk.
11.Inkontinensia Urine : Total
a) Definisi
Pengeluaran urine yg kontinu dan tidak terduga.
b) Batasan Karakteristik
Tidak menyadari inkontinensia
Aliran urine konstan yg terjadi pada waktu yg tak terduga tanpa distensi atau
kontraksi kandung kemih yg tidak dapat diinhibisi atau spasme kandung
kemih.
Kurang kesadaran perineal atau pengisian kandung kemih.
Nokturia.
Ketidakberhasilan terapi refraktori inkontinensia.
12.Inkontinensia Urine : Urgensi
a) Definisi
Pengeluaran urine secara involunter yg terjadi segera setelah keinginan
berkemih yg kuat muncul.
b) Batasan Karakteristik
Subjektif :
Melaporkan urgensi berkemih.
Melaporkan pengeluaran urine secara involunter akibat kontraksi / spasme
kandung kemih.
Melaporkan ketidakmampuan mencapai toilet pada waktunya guna
menghindari pengeluaran urine.
Objektif :
Tampak tidak mampu mencapai toilet pada waktunya untuk menghindari
pengeluaran urine.
13. Inkontinensia Urine : Urgensi, Risiko
a) Definisi
Berisiko terhadap pengeluaran urine secara involunter yg berhubungan dengan
sensasi urgensi berkemih yg kuat dan mendadak.
b) Faktor Risiko
Hiperrefleksia detrusor ( misalnya, akibat sistitis, urethritis, tumor, batu ginjal,
gangguan sistem saraf pusat di atas pusat berkemih di pontin ).
Efek obat, kafein, atau alcohol.
Gangguan kontraktilitas kandung kemih.
Ketidakefektifan kebiasaan eliminasi.
Relaksasi sfingter involunter.
Kapasitas kandung kemih kecil.
14.Retensi Urine
a) Definisi
Ketidaksempurnaan pengosongan kandung kemih.
b) Batasan Karakterisitik
Subjektif :
Dysuria
Sensasi kandung kemih penuh.
Objektif :
Distensi kandung kemih
Urine menetes ( dribbing )
Inkontinensia overflow
Urine residu.
Haluaran urine sering dan sedikit atau tidak ada
SUMBER BUKU
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern ( 2011 ) “ Buku Saku Diagnosis
Keperawatan NANDA “ Edisi 9 Penerbit EGC : Jakarta