perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan
formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap,
terampil dan profesional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) N 1 Magelang
adalah sekolah yang didalamnya terdapat berbagai macam jurusan. Jurusan
bangunan, elektro, mesin, otomotif, dan listrik
Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi
Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang, siswa kurang aktif dalam kegiatan
belajar mengajar pada mata pelajaran dasar survei sehingga prestasi belajar siswa
tidak bagus. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan mata pelajaran dan tidak
ikut berpartisipasi selama pelajaran berlangsung, kurang berani dalam bertanya,
tidak antusias dalam pembelajaran, kurang berinteraksi dengan guru dan
berhubungan dengan guru, kurang memahami materi pelajaran. Hal tersebut terjadi
saat guru memberikan materi dengan metode ceramah.
Sebenarnya metode ceramah adalah metode yang bagus karena materi
dapat tersampaikan semua secara keseluruhan, akan tetapi siswa menjadi pasif
karena siswa hanya mendegarkan penjelasan guru dan juga siswa cepat merasa
bosan saat pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa menjadi tidak
tuntas. Masalah ini dianggap sebagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang berkualitas.
Dalam sistem pembelajaran yang baik dibutuhkan kerjasama yang baik
antara dua belah pihak baik antara guru dan siswa. Dalam metode ceramah tersebut
guru terlihat seperti motor yang menggerakkan anak sedang anak hanya terkesan
diam. Metode ceramah yang digunakan juga mengakibatkan prestasi hasil belajar
siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan SMK N 1 Magelang, terlihat
pada data bahwa nilai rata rata siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan
(TKB) adalah 63,47 pada nilai ulangan harian mata pelajaran praktek dasar survei.
Padahal batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70. Berdasarkan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tersebut, terdapat siswa yang mampu mencapai nilai % dari 36
siswa, sedangkan sisanya memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal
tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar yaitu dilihat dan ditinjau dari
segi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa, oleh karena itu penulis menggunakan
model pembelajaran Circuit Learning yaitu suatu model pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Indikator atau tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa yang
digunakan sesuai dengan batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Siswa dikatakan aktif apabila 70% dari jumlah
siswa di kelas telah ikut berpartisipasi dalam sistem belajar mengajar yaitu dalam
bentuk bertanya, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, interaksi siswa
dalam kelompok, hubungan siswa dengan guru saat pembelajaran, partisipasi
siswa dalam pembelajaran, dan penguasaan materi.
Model pembelajaran circuit learning ini digunakan karena model
pembelajarannya memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan
pola bertambah dan mengulang, dengan penerapan peta konsep dan didesain
untuk meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar
mengajar berlangsung. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kegiatan belajar mengajar yaitu dilihat dan ditinjau dari segi
keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas X Teknnik Konstruksi Bangunan
(TKB) pada mata pelajaran praktek dasar survei di SMK N 1 Magelang.
B. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa
hal sebagai berikut:
1. Dalam pengamatan kegiatan belajar mengajar ini di khususkan pada aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Aktivitas yang diamati yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik, siswa tidak mengobrol
dalam kelas, siswa aktif dalam pembelajaran kelompok, siswa mengajukan
pertanyaan kepada guru, siswa menyatakan pendapat, mengerjakan tugas
dengan baik dalam mata pelajaran dasar survei di SMK N 1 Magelang.
2. Penelitian ini mengambil studi kasus Siswa Kelas X TKB Program Keahlian
Bangunan SMK N 1 Magelang sebanyak 36 siswa.
3. Tahapan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran circuit
learning tidak diterapkan dalam praktek dasar survei di lapangan, hanya di
khususkan pada penyampaian teori dan evaluasi pada mata pelajaran praktek
dasar survei.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning
dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar (penyampaian teori) yang
ditinjau dari keaktifan siswa kelas X TKB di SMK N 1 Magelang ?
2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit
Learning dapat meningkatkan hasil belajar dasar survei pada siswa kelas X
TKB di SMK N 1 Magelang ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam
perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar (penyampaian teori) siswa
pada kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang yang ditinjau dari keaktifan
siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit
Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X TKB SMK
Negeri 1 Magelang pada mata pelajaran praktek dasar survei dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Manfaat Praktis :
a. Bagi Sekolah
1) Penelitian yang dilakukan sebagai sumbangan pemikiran untuk
meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di program keahlian
bangunan, yang selanjutnya model pembelajaran kooperatif tipe circuit
learning dapat diterapkan di kelas-kelas lainnya.
2) Memperbaiki proses belajar mengajar pada mata pelajaran Praktek Dasar
Survei SMK N 1 Magelang.
b. Bagi Guru
1) Dengan adanya penelitian ini guru dapat lebih siap untuk menyampaikan
materi karena terdapat tahapan pembelajaran sehingga materi yang
disampaikan tidak ada yang terlewatkan dan lebih bisa bekerjasama
dengan siswa.
2) Sebagai bahan masukan atau referensi tentang model pembelajaran yang
efektif untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar
siswa pada pembelajaran Praktek Dasar Survei.
c. Bagi Siswa
1) Membantu mempermudah siswa menerima dan memahami materi pada
pembelajaran Praktek Dasar Survei.
2) Dapat menumbuhkan keberanian bertanya dan mengemukakan pendapat
pada siswa, motivasi siswa dalam mengikuti pempelajaran, partisipasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan penguasaan materi pada
siswa.
d. Bagi Peneliti
1) Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti khususnya
yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran
aktif tipe circuit learning.
2) Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru Teknik Bangunan yang
siap melaksanakan tugas di lapangan.
2. Manfaat Teoritis :
a) Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang
sejenis dan relevan.
b) Sebagai bahan pustaka bagi siswa Program Pendidikan Teknik
Sipil/Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Hakekat Belajar Mengajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah merupakan proses perubahan sesuatu. Belajar adalah
kegiatan yang dilakukan sepanjang hayat. Menurut Gagne (1984) dalam (H.
Martinis Yamin, 2009 : 98) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman . Dalam prosesnya
belajar tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus
mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. Learning to do yaitu
belajar untuk melakukan sesuatu. Learning to be yaitu belajar untuk menjadi diri
sendiri. Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan merupakan bagian dari prosess
menjadi diri sendiri, dan Learning to live together yaitu belajar untuk hidup
bersama. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar
merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat.
Suatu proses belajar yang dilakukan juga mengajarkan siswa bagaimana
cara belajar (learning how to learn).. Tuntutan pendidikan saat ini sudah banyak
berubah. Antara pendidik dan peserta didik yaitu guru dan siswa harus terjadi
suatu komunikasi yang aktif, dimana guru dapat memberikan materi dengan
variasi-variasi pembelajaran tertentu agar siswa tertarik pada mata pelajaran dan
siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar tidak hanya sekedar proses
dari guru memberikan penjelasan materi dan informasi kepada siswa, namun
belajar itu harus melibatkan siswa aktif di dalam proses pembelajaran yaitu
dengan guru memberikan pertanyaan dan materi secara kreatif dan inovatif, hal ini
dapat dikatakan sebagai pembelajaran aktif.
Belajar menurut anggapan sementara orang, adalah proses yang terjadi
dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua
yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, lantas disusun oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya, orang tidak bisa belajar jika fungsi
otaknya terganggu.
Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang
meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada
beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini dengan sendirinya
dialami tiap-tiap individu atau manusia, terutama hanya sekali sejak manusia
dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan-perubahan dalam arti perkembangan
melaui fase-fasenya. Dan sejak proses perubahan itu terjadi, secara tidak langsung
proses-proses belajar juga terjadi.
Para ahli telah merumuskan tentang belajar. Berikut adalah beberapa
pernyataannya. (1) Walker dalam (Ahmadi 1990 : 119), menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman; (2) Winkel
(1991 : 36), menyatakan bahwa belajar sebagai aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap; (3) Slameto
(2003 : 2), menyatakan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interakso dengan
lingkungannyap; (4) Darsono (2001 : 32), menyatakan bahwa belajar adalah suatu
kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik psikis maupun fisik
untuk mencapai perubahan dalam tingah laku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku
seseorang yang prosesnya terjadi secara internal terhadap situasi tertentu yang
disebabkan oleh latihan dan pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi
itu.
b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa
siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi, pengetahuan
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa
dalam suatu pembelajaran yang kondusif ( Dewi, 2010 ). Yang menjadi kunci
dalam menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak
dicapai dan dikembangkan serta diapresiasikan. Berdasarkan mata pelajaran yang
ada dalam petunuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang
diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia
harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat
diukur.
Suatu tujuan pembelajaran seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut :
(1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam
situasi bermain peran; (2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam
bentuk dapat diukur dan dapat diamati; (3) Tujuan menyatakan tingkat minimal
perilaku yang dikehendaki, misalnya pada materi pengukuran profil melintang,
siswa dapat menyebutkan sekurang kurangnya tiga macam pekerjaan lapangan
yang pada pengukurannya diterapkan pengukuran profil melintang.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait (Nurhadi, 2004:112-113). Elemen-elemen itu
adalah : (1) Saling ketergantungan positif, Pembelajaran kooperatif, menciptakan
suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan
yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan
positif. Saling ketergantungan dalam hal mencapai tujuan, menyelesaikan tugas,
bahan atau sumber, peran, dan hadiah; (2) Interaksi tatap muka, Interaksi tatap
muka menjadikan siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga dapat
berdialog. Interaksi semacam ini penting karena siswa merasa lebih mudah belajar
dari sesamanya; (3) Akuntabilitas individual, Pembelajarran kooperatif
menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Nilai kelompok didasarkan atas
rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus
memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang
didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual
ini disebut dengan akuntibilitas individual; (4) Ketrampilan menjalin hubungan
antar pribadi, Ketrampilan sosial seperti rasa tenggang rasa, sikap sopan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
sesama, mengkritik ide, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dan
menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya di asumsikan tetapi secara sengaja
diajarkan.
Menurut Slavin (1995: 2) Model pembelajaran kooperatif memiliki
kelebihan atau keunggulan disbanding model pembelajaran yang lainnya, antara
lain:
(1) meningkatkan kemampuan akademik siswa; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian; (4) memperbaiki hubungan antar kelompok; (5) meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi; (6) meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas; (7) meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa yang lainnya.
Model pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki
kelemahan, yaitu:
(1) perlu persiapan yang rumit; (2) siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas; (3) bila terjadi persaingan negative maka hasilnya akan buruk; (4) ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok; (5) bila ada anggota kelompok yang ingin berkuasa atau ada anggota kelompok yang malas maka usaha kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan tidak berjalan sebagaimana mestinya
3. Kajian tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Circuit Learning
Pembelajaran kooperatif tipe circuit learning adalah suatu tipe
pembelajaran yang menggunakan peta konsep dengan memaksimalkan
pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang.
Model pembelajaran kooperatif tipe Circuit learning ini didesain untuk
meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar
berlangsung.
Model pembelajaran kooperatif tipe Circuit learning dikembangkan oleh
John Parks Le Tellier untuk mengoptimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
dan menghemat waktu belajar terutama untuk menghadapi ujian, bagi pembelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
yang jadwalnya padat. Selanjutnya De Porter mengembangkannya lagi dengan
penggunaan peta konsep (De Porter, 2000). Peta konsep merupakan strategi
membelajarkan siswa dan mengembangkan pembelajaran. Menurut Dahar, dalam
(H. Martinis Yamin & Bansu I. Ansari , 2009:38). Peta konsep digunakan untuk
menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep - konsep dalam bentuk
proporsisi-proposisi, proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep
yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Peta konsep ini dikembangkan
secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa-siswa mengatur sejumlah
konsep atau kunci-kunci pada satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya
dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang
menjelaskan kaitan antar kata-kata.
Guru menggunakan peta konsep ini adalah untuk : (1) Mengetahui sejauh
mana pengetahuan siswa tentang suatu topik sebelum materi pembelajaran
diberikan, dengan keadaan guru sudah memberikan kata kunci yang terkait
dengan topik yang akan dipelajari; (2) Menyediakan suatu tanggapan balik untuk
diskusi antar siswa guna memperjelas pengertian mereka. Dalam keadaan ini
siswa ditempatkan didalam dua atau tiga orang untuk membangun peta konsep;
(3) Mengkaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam
suatu kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain. Untuk
maksud ini, guru memberikan dua buah daftar kunci kepada siswa kemudian
siswa mengumpulkan kata-kata dari kedua daftar dalam peta konsep mereka.
Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe circuit learning ini salah satu
poinnya adalah penggunaan peta konsep, guru memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan konsep atau gagasan. Guru memilih gagasan dan memberikan
kepada siswa agar siswa mengenalinya, mengerti, dan menggambarkan. Misalnya
pada mata pelajaran dasar survei, pada pokok bahasan sudut ukuran .
Dari pokok bahasan tersebut dapat diterapkan dalam peta konsep yaitu
seperti gambar berikut, gambar 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
macam
adalah
Pokok bahasan : Sudut ukuran
Gambar 1. Sudut ukuran
Sumber :H. Martinis Yamin 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Untuk pelaksanaan pembelajaran circuit learning disusun langkah-langkah
sebagai berikut: (1) pembagian kelompok siswa; (2) pengkondisian siswa; (3)
pembagian peta konsep; (4) perwakilan dari masing masing kelompok dua
orang siswa mencari buku di perpustakaan yang berhubungan dengan peta
konsep; (5) diskusi kelompok, kelompok berdiskusi dan mencari hal hal yang
berhubungan dengan peta konsep tersebut; (6) tanya jawab dengan guru
mengenai materi yang mereka peroleh; (7) penyimpulan bersama (guru dan
murid) sesuai peta konsep yang telah dibagikan; (8) pemberian tugas.
4. Dasar Survei
Mata pelajaran dasar survei atau sering disebut juga ilmu ukur tanah dan
pemetaan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa kelas X
TKB di SMK N 1 Magelang. Mata pelajaran ini disampaikan dalam 2 semester,
yang meliputi teori dan praktek di lapangan. Mata pelajaran dasar survei atau ilmu
ukur tanah dan pemetaan tidak hanya diberikan pada kelas X Teknik Konstruksi
Bangunan (TKB), mata pelajaran ini diberikan ke semua siswa jurusan bangunan
yaitu Teknik Konstruksi Kayu (TKK) dan Teknik Gambar Bangunan (TGB).
Menurut Iskandar Muda (2008:1) mengatakan bahwa:
Dasar survei atau ilmu ukur tanah dan pemetaan merupakan bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan ilmu Geodesi. Ilmu geodesi mempunyai dua maksud yaitu : (a) Maksud Ilmiah, adalah
Sudut ukuran
Sudut sentisimal
Sistem besaran sudut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menentukan bentuk permukaan bumi; (b) Maksud praktis, adalah membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi. Pada maksud yang kedua inilah yang sering disebut dengan pemetaan. Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu : (1) Geodetic Surveying; (2) Plan Surveying.
Geodetic Surveying adalah ilmu, seni, teknologi untuk menyajikan
informasi bentuk kelengkungan bumi. Sedangkan Plan Surveying adalah
merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi
baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar.
Plan Surveying dibatasi oleh daerah yang sempit yaitu berkisar antara 0.5 derajat
x 0.5 derajat atau 55 kilometer x 55 kilometer, (Soetomo Wongsocitro, 1991:1).
Mata pelajaran Dasar survei pada semester 2 di SMK N 1 Magelang terdiri
dari beberapa kompetensi yaitu pada table dibawah ini :
Tabel 1. Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Konstruksi Bangunan
SMK Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2010/2011
MATA DIKLAT
STÁNDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Dasar
Survei
1. Mengukur dan
menghitung jarak tak
langsung
1.1. Terampil menggunakan alat ukur sederhana
Yalon, meteran.
2. Pengukuran
Galian dan Urugan
2.1. Terampil menghitung garis bidik dengan tepat
dan benar.
2.2. Terampil menghitung luas segitiga sembarang.
2.3. Terampil menghitung Volume urugan tanah.
3. Mengukur beda
tinggi memanjang
terikat terbuka
dengan PPD
3.1. Memahami jenis dan bagian dari pesawat
penyipat datar.
3.2. Mengoperasikan pesawat dengan baik.
3.3. Melakukan pengukuran beda tinggi
dengan Pesawat Penyipat Datar (PPD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Mengukur Profil
Melintang (Cross)
4.1. Dapat mengerti tahap pengukuran profil
melintang
4.2. Dapat menghitung hasil pengukuran profil
melintang
Sumber : Dokumen SMK N 1 Magelang.
5. Hasil Belajar
Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang
diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Setiap proses
belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai siswa.
Kualitas hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor faktor tertentu,
faktor faktor tersebut adalah : (1) Faktor Internal (dari dalam individu yang
belajar), Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi
kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian,
pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya; (2) Faktor Eksternal (dari luar
individu yang belajar), Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar
siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar, istilah hasil
dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berikut ini
beberapa definisi tentang prestasi belajar : (1) Muhibbin Syah (1997 : 141)
menyatakan prestasi adalah taraf keberhasilan proses belajar mengajar; (2)
Poerwadarmita (1996 : 169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah
dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
keuletan kerja.
Dari kedua pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang atas pekerjaan yang telah dilakukan
baik melalui pendidikan atau latihan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6. Prosedur Pembelajaran
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah,
yaitu: orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap
langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru dengan berpegang pada
hakekat setiap langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan
orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan
dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan
tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai
oleh siswa, serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan
hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi
antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi
kesepakatan bersama.
b. Kerja kelompok
Pada tahap ini siswa melakukan kerja atau diskusi kelompok pada mata
pelajaran praktek dasar survei saat pemberian teori saja tidak pada praktek di
lapangan. Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam bentuk
kegiatan melakukan, memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari,
menemukan suatu gagasan atau kata kunci dan permasalahan kemudian
membahasnya bersama-sama. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, browsing
internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas
dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu
lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan
sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran.
Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai
pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh guru. Panduan harus
memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masing -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai.
Misalnya, siswa diharapkan dapat mengemukakan gagasannya setelah melakukan
kerja kelompok tersebut. Melakukan analisis terhadap komponen-komponen
pembelajaran seperti; kompetensi pembelajaran, materi pembelajaran. Guru
berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok,
dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa,
mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat
diperlukan.
c. Tes/Kuis
Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu
memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-
masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka
terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup
penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana
melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis
pembelajaran sebelum mengembangkan media? Siswa dapat juga diminta
menggunakan media tepat guna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam
pembelajaran.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang relevan dengan kerangka berpikir penelitian ini adalah :
Nama : Rokayah Hestri
Judul : MODEL PEMBELAJARAN CIRCUIT
LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN
BELAJAR KLASIKAL MATEMATIK SISWA SMP (Penelitian Tindakan
Kelas terhadap Siswa Kelas VII-C SMP Laboratorium UPI Bandung)
Dari hasil penelitian diatas, dinyatakan bahwa : (1) penerapan model
pembelajaran circuit learning dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa,
hal ini di tandai dengan presentase hasil test yang mengalami peningkatan
dalam tiap siklusnya. Pada siklus I tingkat ketuntasan siswa sebesar 60%,
dengan nilai rata rata 60. Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
80%, dengan nilai rata rata 80. Disamping itu penerapan model
pembelajaran circuit learning dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola kelas.
2. Nama : Tutiek Yunita Rachmawati
Judul
CERITA PENDEK DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND
MAPPING) PADA SISWA KELAS IX D SMP AL MUAYYAD
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 (Penelitian Tindakan Kelas),
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Januari 2008.
Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa: (1) penerapan metode peta pikiran
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen, yaitu
meningkatnya keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat dan motivasi siswa.
Pada siklus I siswa aktif sebesar 54%, siswa yang perhatian dan konsentrasi
sebesar 65%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 65%. Pada
siklus II siswa aktif 81%, siswa yang perhatian sebesar 85%, dan yang
berminat dan termotivasi sebesar 85%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar
92%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 100%, dan siswa yang
berminat dan termotivasi sebesar 100%. Rata rata nilai per siklus, siklus I
60,2; siklus II 67,5; siklus III 71,9. (2) penerapan mind mapping dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.
C.Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang berkualitas adalah teradinya interaksi guru dengan
siswa selama pembelajaran berlangsung, tidak ada rasa jenuh, bosan pada siswa.
Namun, hal tersebut masih menjadi kendala pada mata pelajaran praktek dasar
survei kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang,
karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan masih monoton yaitu guru
terlihat seperti motor yang menggerakan siswa tanpa melibatkan siswa ikut andil
dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadikan jalannya kegiatan belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tidak lagi bermutu, siswa jadi bosan dan prestasi belajar siswa tidak tercapai,
karena tidak adanya aktivitas siswa dan kerjasama guru dengan siswa.
Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran praktek dasar survei masih banyak ditemukan
masalah masalah yaitu, masih rendahnya prestasi belajar siswa dan keaktifan
siswa dalam pembelajaran yang mana keaktifan siswa ditinjau dalam beberapa
aspek yaitu : (1) Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik; (2) Siswa
tidak mengobrol di dalam kelas; (3) Siswa aktif dalam pembelajaran kelompok;
(4) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru; (5) Siswa menyatakan pendapat;
(6) Siswa mengerjakan tugas dengan baik.
Model pembelajaran circuit learning adalah model pembelajaran yang
memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan
mengulang, dengan penerapan peta konsep dan didesain untuk meningkatkan
aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar berlangsung.
Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran yang ditinjau dari keaktifan
siswa dan prestasi belajar siswa pada kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB)
di SMK N 1 Magelang maka model pembelajaran circuit learning ini diterapkan.
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Prestasi Belajar Belum Tuntas
Proses Pembelajaran Kurang Berkualitas
Kebosanan
belajar tinggi Keaktifan siswa
rendah
Tindakan Penerapan Model Pembelajaran Circuit
Learning
Prestasi Belajar Tuntas
Proses Pembelajaran Berkualitas Kebosanan
belajar rendah Keaktifan siswa
tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
D.Hipotesis Dari hasil analisis tindakan penulis membuat hipotesis bahwa apabila guru
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning, maka dapat
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari segi keaktifan
siswa dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran praktek dasar survei kelas X
bangunan SMK N 1 Magelang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SMK Negeri 1
Magelang yang beralamat di Jl. Cawang no.2, Kecamatan Magelang selatan Telp.
(0293) 362172 Faximile (0293) 368821 Magelang Kode Pos 56123. Lokasi ini
dipilih sebagai tempat penelitian karena di lokasi tersebut ditemukan kualitas hasil
pembelajaran praktek di SMK Negeri 1 Magelang masih kurang.
B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKB SMK Negeri 1
Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 36 orang. Yang terdiri dari
29 siswa laki laki dan 7 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih sampel kelas
X TKB yaitu karena peneliti ingin membantu meningkatkan kualitas kegiatan
belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe circuit learning.
C. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu 4 bulan mulai
bulan Januari sampai dengan bulan April 2011. Dapat dilihat pada tabel 2. Jadwal
penelitian, setelah halaman berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tab
el 2
. Jad
wal
Pen
elit
ian
Bul
an
Apr
il 20
10
Okt
ober
20
10
Nov
embe
r 20
10
Des
embe
r 20
10
Janu
ari
2011
Fe
brua
ri
2011
M
aret
20
11
Apr
il
2011
M
ei
2011
Ju
ni
2011
M
ingg
u
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
Peng
ajua
n Ju
dul
Peny
usun
an
Prop
osal
Rev
isi
Prop
osal
Sem
inar
Pr
opos
al
Peri
jinan
Pe
nelit
ian
Pela
ksan
aan
Pene
litia
n
Penu
lisan
L
apor
an
Pene
litia
n
Ujia
n Sk
rips
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
D. Data Dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data yang diperoleh dan dikumpulkan terdiri dari rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) guru dasar survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang, hasil
observasi, wawancara dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas X TKB SMK
N 1 Magelang berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai mata pelajaran
praktek dasar Survei setelah diterapkanya model pembelajaran circuit learning.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini data diperoleh dari beberapa informan yaitu:
a. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Negeri 1 Magelang.
b. Guru mata pelajaran Dasar Survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang.
c. Siswa kelas X TKB tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 36 orang.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi yang dilakukan peneliti, untuk mengamati seluruh kegiatan
yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun aktivitas siswa, mulai dari awal
pembelajaran sampai akhir pembelajaran Dasar Survei pada kelas X TKB SMK N
1 Magelang. Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data keaktifan
siswa sehingga didapatkan hasil peningkatan keaktifan siswa dalam memperbaiki
pembelajaran (format observasi terlampir).
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan secara tidak formal terstruktur. Dalam hal ini,
peneliti mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka, dalam keadaan alami dan
mengarah pada kedalaman informasi dengan suasana yang lentur, terbuka dan
santai namun tetap serius guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang
banyak hal. Kelonggaran dan kelenturan cara pengumpulan data ini diharapkan
akan mampu mendapatkan kejujuran informan untuk memberikan informasi yang
sebenarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Peneliti lebih mengarahkan jalannya wawancara mendalam pada masing-
masing informan untuk mendapat informasi antara lain tentang :
a. Sistem kegiatan belajar mengajar di kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang
pada mata pelajaran Praktek Dasar Survei.
b. Kendala-kendala yang dihadapi kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang pada
mata pelajaran Praktek Dasar Survei.
c. Penerapan model pembelajaran circuit learning guna meningkatkan kegiatan
belajar mengajar pada mata pelajaran praktek dasar survei kelas X Teknik
Konstruksi Bangunan di SMK N 1 Magelang.
3. Kajian Dokumen
Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada,
seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan nilai yang diberikan guru
pada kelas X TKB SMK N 1 Magelang
4. Tes
Tes adalah serentatan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran Praktek Dasar Survei. Tes yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis mengenai materi pelajaran bukan
berupa tes praktek di lapangan. Tes tertulis bertujuan untuk mengetahui
peningkatan pemahaman siswa berupa soal-soal yang harus dijawab.
F. Validitas Data
Teknik pengembangan validitas data yang paling umum digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah teknik triangulasi. Pada penelitian ini digunakan teknik
triangulasi data (sumber) untuk menjaga validitasnya. Teknik triangulasi ini
merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat
multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak
hanya satu sudut pandang. Triangulasi data mengarahkan dalam proses
pengumpulan data untuk memperoleh beberapa sumber data yang berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sehingga apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji kebenarannya.
Triangulasi data (sumber) digunakan karena dalam penelitian ini terdapat tiga
sumber data, yaitu informan atau narasumber dengan tingkatan berbeda (WKS,
guru, siswa), hasil observasi dan kajian dokumen (berbagai arsip dan dokumen
hasil tes siswa).
Validitas data dilaksanakan karena diperkuat oleh pendapat H.B. Sutopo (
simpulan dan tafsir makna seba
diperoleh di lapangan, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus
diusahakan kedalaman, kemantapan dan kebenarannya. Agar hasil penelitian
dapat dipertanggungjawabkan, maka memerlukan teknik pemeriksaan data yang
tepat salah satunya adalah triangulasi data.
Untuk lebih jelasnya, proses triangulasi data (sumber) pada penelitian ini
dapat dilihat pada gambar berikut:
Atau :
Data Wawancara
Informan 1
Informan 2
Informan 3
WKS
Guru
Siswa
Gambar 3. Skema Triangulasi Data (Sumber H.B Sutopo, 2006: 94)
Aktifitas Observasi
Data
Wawancara Informan
Content Analysis
Dokumen/ Arsip
Kegiatan di kelas
WKS, guru, siswa
Data sekolah, data siswa, catatan,dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
G. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan
dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan.
Untuk kesinambungan dan kedalaman pengajaran data penelitian ini digunakan
analisis interaktif. Data yang dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis
interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses
siklus.
Menurut Punch, dalam ( Pawito, 2007 : 104 ) Teknik analisis ini pada
dasarnya terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display), penarikan kesimpulan (drawing and verifying conclusions).
Analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan secara lebih rinci sebagai berikut :
1. Reduksi data
Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta
transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa
sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas
sehingga mudah dipahami. Berdasarkan kesimpulan sementara, kemudian
dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama dengan guru dasar survei
kelas X TKB SMK N 1 Magelang sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan
diverifikasi.
2. Penyajian data
Data yang telah direduksi kemudian di sajikan, dengan data yang telah
teratur dan penyajaian data yang sistematis akan memudahkan pemahaman
terhadap penyajian data tersebut sehingga memudahkan penarikan kesimpulan
atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan mencakup semua perubahan atau peningkatan pada
setiap anggota penelitian termasuk peneliti dan situasi tempat penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dilakukan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai kesimpulan
sementara sampai kesimpulan akhir yang diperoleh pada siklus terakhir dengan
kesimpulan siklus sebelumnya sebagai pijakan kesimpulan berikutnya.
H. Tolok ukur keberhasilan
Untuk mengukur keberhasilan tujuan penelitian di atas, maka ditetapkan
tolok ukur 0 % dari jumlah siswa dan
70. Tolok ukur tersebut
ditetapkan sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang untuk tahun ajaran
2010/2011.
1. 70% siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik.
2. 70% siswa tidak mengobrol dalam kelas.
3. 70% siswa aktif dalam pembelajaran kelompok.
4. 70% siswa mengajukan petanyaan kepada guru.
5. 70% siswa menyatakan pendapat
6. 70% siswa mengerjakan tugas dengan baik
Tabel 3. Tolok Ukur Keberhasilan
No Aspek yang
diamati
Indikator Target
1 Keaktifan siswa
Siswa mendengarkan
penjelasan guru dengan baik
Rata rata keaktifan
Siswa tidak mengobrol di
dalam kelas
Siswa tidak bermain ponsel
Siswa mengajukan pertanyaan
kepada guru
Siswa menyatakan pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
70%
Siswa mengerjakan tugas
dengan baik
2 Prestasi belajar
siswa
Siswa tuntas belajar dengan
Nilai rata rata kelas
I. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk
siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat
keberhasilan target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu
atau lebih pertemuan. Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang mengkaji
tentang permasalahan dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas yang berkaitan
dengan perilaku seseorang atau kelompok tertentu, ditujukan untuk menentukan
tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau
memperbaiki sesuatu dan pada umumnya dilaksanakan secara kolaboratif antara
Kepala Sekolah, Guru dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang
optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya
tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan kegiatan belajar
mengajar pada praktek dasar survei. Kepala sekolah, guru dasar survei dan
peneliti serta siswa dilibatkan sejak dialog awal sampai refleksi. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: (1). Dialog awal (2). Perencanaan
tindakan (3). Pelaksanaan tindakan (4). Observasi dan monitoring (5). Analisis
Data (6). Refleksi.
Langkah-langkah penelitian diilustrasikan dalam siklus sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
penjelasan siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan tindakan
Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan
sumber pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa
yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam tahap ini seluruh rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki praktek pembelajaran dasar survei, yaitu dengan menerapkan
pembelajaran circuit learning, adapun langkah - langkah perencanaannya yaitu:
1) Meminta izin kepada kepala sekolah dan guru terutama guru wali kelas X
TKB SMK N 1 Magelang.
2) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
3) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
silabus.
4) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
5) Memilih bahan pelajaran yang sesuai
6) Menentukan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran circuit
learning.
Gambar Prosedur
Penelitian
S IKLUS I
S IKLUS II
Masalah terselesaikan?
Berhenti pada Siklus ini!
Permasalahan
Refleksi I
Rencana Tindakan I (Alternatif
Analisis Data I
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan / Pengumpulan Data I
Belum Terselesaikan
Refleksi II
Rencana Tindakan II (Alternatif
Analisis Data II
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan / Pengumpulan Data II
Gambar4. Prosedur Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
7) Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa sumber, bahan, dan alat bantu
yang dibutuhkan.
8) Menyusun lembar kerja siswa
9) Mengembangkan format evaluasi
10) Mengembangkan format observasi pembelajaran.
11) Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu
pada perencanaan yang telah dibuat yaitu :
A. Tahap Awal Pembelajaran
1) Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam.
2) Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.
3) Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).
B. Tahap Inti Pembelajaran
1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.
3) Guru mengkondisikan siswa.
4) Guru membagikan peta konsep.
5) Guru menyuruh perwakilan 2 orang siswa dari masing masing kelompok
untuk mencari buku atau referensi di perpustakaan yang berkaitan dengan
peta konsep yang telah dibagikan dengan waktu kurang lebih 15 menit.
Siswa yang tinggal di kelas dikondisikan oleh guru untuk tenang dan tidak
ramai.
6) Perwakilan kelompok telah membawa buku, kemudian setiap kelompok
berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari buku yang mereka
dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 15 menit.
7) Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan
kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh
dengan alokasi waktu 15 menit.
8) Praktek pengukuran profil melintang dengan alokasi waktu 115 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
9) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit.
C. Tahap Akhir Pembelajaran
1) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep
dirumah, kemudian dicari referensinya dari buku maupun internet.
2) Guru menutup materi pelajaran.
3. Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas
siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini
dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dalam
pembelajaran praktek dasar survei pada kelas X TKB SMK N 1 Magelang saat
penyampaian teori. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa
sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak.
Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
4. Refleksi
Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat
observasi oleh peneliti, praktikan dan pembimbing. Refleksi berguna untuk
memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan.
Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat
perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai
pembelajaran dinyatakan berhasil.
Peneliti akan melakukan refleksi diakhir pembelajaran dengan
merenungkan kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan
sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang
sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan
hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses
tindakan.
2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti berupa hasil nilai
siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3) Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario
pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan
sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan
pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
SIKLUS II 1. Perencanaan tindakan
1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Menentukan indikator peningkatan kegiatan belajar mengajar.
3) Pengembangan program tindakan II.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah
yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang
sudah ditentukan, antara lain melalui:
1) Guru memberikan motivasi.
2) Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran.
3) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.
4) Guru mengkondisikan siswa.
5) Guru membagikan peta konsep.
6) Guru menyiapkan minimal 7 buku materi untuk dibagikan kepada masing-
masing kelompok sebagai bahan untuk mencari materi yang ada dalam peta
konsep tersebut.
7) Setiap kelompok berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari
buku yang mereka dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 20 menit.
8) Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan kemudian
tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh dengan
alokasi waktu 15 menit.
9) Penyimpulan bersama sesuai peta konsep yang telah dibagikan dengan
alokasi waktu 10 menit.
10) Praktek mengukur profil melintang dengan alokasi waktu 115 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
11) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit.
3. Observasi
1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal - hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung.
2) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
4. Refleksi
1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang
terkumpul.
2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus III
4) Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami
kemajuan minimal 5% dari siklus I.
Siklus III
Siklus III sebenarya harus dilaksanakan karena adanya perubahan pelaksanaan
tindakan siklus I ke siklus II, akan tetapi siklus III tidak dilaksanakan jika ada
peningkatan dari hasil siklus I ke siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMK Negeri 1 Magelang
Sekitar tahun 1965 di Magelang terdapat sebuah Sekolah Teknik
Menengah dengan nama STM Tidar. Terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1965
dengan SP. Menteri P.D & K nomor : 136/Dirpt/BI/65 tanggal 8 Oktober 1965
STM Tidar berubah menjadi sekolah negeri dengan nama STM N di Magelang
dengan jurusan : 1. Bangunan Gedung 2. Mesin. Sesuai dengan perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1970
menambah jurusan Listrik dengan Surat Keputusan Direktur Djendral Pendidikan
Dep. P.&.K Republik Indonesia nomor : 306/Set/DDT/70 tanggal 13 April 1970,
dan pada tahun pelajaran 1986/1987 ditambah dua jurusan lagi yakni jurusan
Elektronika dan Otomotip. Akhirnya sekarang berubah nama menjadi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Magelang.
2. Lokasi Gedung SMK Negeri 1 Magelang Gedung SMK Negeri 1 Magelang terletak di Jln.Cawang no.2 Magelang.
Dilihat dari keberadaannya, lokasi SMK Negeri 1 Magelang dekat dengan
komplek perumahan dan jalan raya, sehingga dapat dikatakan terletak di
lingkungan strategis. Hal ini dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa karena
letak dipinggir jalan raya, maka transportasi mudah dijangkau, baik kendaraan
umum maupun kendaraan pribadi. SMK Negeri 1 Magelang menempati areal
tanah seluas 4,8 Hektar yang terdiri dari gedung dan halaman dan fasilitas sekolah
seperti lapangan sepakbola, basket dan tenis, studio band aula serta perpustakaan.
Karena luasnya yang mencukupi maka sangat menunjang kegiatan belajar
mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Utara
Barat Timur
Selatan
Jalan Magelang - Jogja
Jalan
Cawang
Batas pagar
Lap.Sepakbola
Tempat Parkir Siswa
SMK N 1 Magelang
P a Taman Kantor g Kepala a Sekolah Taman Perpus r Lapangan Basket Kesiswaan
Studio Band Bagian Administrasi Kantin R. Kelas
Taman R. Kelas
Ruang Dasar Survei R. Autocad
Bengkel Kayu Bengkel Mesin
Gambar 5. Denah SMK N 1 Magelang
Kampung Warga
Pos Satpam
Komplek Perumahan
Toko
Warnet
Kampung Warga
Komplek Perumahan
Toko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Siklus I
Atas dasar gagasan yang timbul dari peneliti pada penelitian tindakan
kelas ini selanjutnya dikembangkan rencana penelitian berupa prosedur kerja yang
dilaksanakan pada kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang. Peneliti pada siklus I
melaksanakan pembelajaran dengan standar kompetensi mengukur profil
melinang (cross) pada titik-titik memanjang. Peneliti melaksanakan tahap demi
tahap yang telah direncanakan dalam PTK ini. Siklus I terdiri dari tiga pertemuan,
pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari senin tanggal 14 maret 2011 pada jam
ke 1 4 dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Kemudian pertemuan kedua pada
hari senin tanggal 21 maret 2011 pada jam 1 4 dengan alokasi waktu 4 x 45
menit. Dan pertemuan ketiga pada hari senin tanggal 28 maret 2011 diadakan
evaluasi siklus I selama 40 menit. Alokasi pelaksanaan siklus yaitu 4x45 menit
atau sama dengan 4 jam pelajaran (180 menit) dengan perincian 15 menit dua
orang siswa perwakilan dari masing masing kelompok mencari buku di
perpustakaan, 15 menit siswa dikusi kelompok, 15 menit sedikit penjelasan materi
dari guru dan tanya jawab, 115 menit praktek, 20 menit siswa mengerjakan
lembar kerja.
2. Pelaksanaan Siklus I a. Tahap Perencanaan
1. Observer mendokumentasi kondisional siswa yang meliputi jumlah siswa
dalam kelas, serta nilai ulangan harian Paktek Dasar Survei pada kelas X
TKB.
2. Observer mengidentifikasi masalah yang timbul pada siswa dan guru,
kenyataan yang ada setelah melakukan indentifikasi bahwa siswa kelas X
TKB SMK N 1 Magelang tergolong siswa yang kurang minat dalam
belajar sedangkan cara mengajar guru hanya monoton selalu metode
ceramah yang digunakan sehingga siswa jenuh dan kreatifitas siswa tidak
terasah.
3. Observer berkolaborasi dengan guru untuk mengembangkan model
pembelajaran Circuit Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4. Observer membuat jadwal kegiatan penelitian dengan bantuan guru.
5. Observer membagi siswa dalam 7 kelompok yang dibagi secara
acak.(daftar kelompok pada lampiran 4 hal 72).
6. Observer menyusun rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar
observasi siswa dan mengevaluasi akhir siklus I ( semua data tersebut
lampiran 6 halaman 74, lampiran 7 halaman 77, lampiran 8 halaman 79).
b. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam.
2. Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.
3. Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).
4. Guru memberikan motivasi kepada siswa.
5. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.
6. Guru mengkondisikan siswa.
7. Guru membagikan peta konsep.
8. Guru menyuruh perwakilan 2 orang siswa dari masing masing kelompok
untuk mencari buku atau referensi di perpustakaan yang berkaitan dengan
peta konsep yang telah dibagikan dengan waktu kurang lebih 15 menit.
9. Perwakilan kelompok telah membawa buku, kemudian setiap kelompok
berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari buku yang mereka
dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 15 menit.
10. Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan
kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh
dengan alokasi waktu 15 menit.
11. Praktek dengan alokasi waktu 115 menit.
12. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit.
13. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep
dirumah, kemudian dicari referensinya dari buku maupun internet.
14. Guru menutup materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
15. Pada pertemuan 3 hari senin tanggal 28 Maret 2011 guru melakukan
evaluasi siklus I selama 40 menit.
c. Hasil observasi keaktifan siswa dan pretasi belajar siswa
Hasil pada siklus I pertemuan 1 yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Hasil Observasi Keaktifan siswa
Tabel 4. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan 1
No Aspek yang
diamati Indikator
Banyaknya
siswa yang
melakukan
Persentase Keterangan
1 Keaktifan siswa
Siswa
mendengarkan
penjelasan
guru dengan
baik
12 33,33 % K
Siswa tidak
mengobrol di
dalam kelas
15 41,66 % C
Siswa aktif
dalam
brdiskusi
15 41,66 %
C
Siswa
mengajukan
pertanyaan
kepada guru
12 33,33 % K
Siswa menyatakan pendapat
8 22,22 % K
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Siswa
mengerjakan
tugas dengan
baik
14 38,88 % K
Jumlah Persentase 211,08 %
Persentase rata rata
keaktifan siswa 35,18 %
Keterangan :
Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40%
Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60%
Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80%
Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%
Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I
pertemuan I didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 211,08 %,
yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam
kelas sebesar 35,18 % dari 36 siswa. Persentase tersebut belum mencapai tolok
ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa
sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. Selanjutnya siklus I
dilanjutkan untuk pertemuan 2 yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan II
No Aspek yang
diamati Indikator
Banyaknya
siswa yang
melakukan
Persentase Keterangan
1 Keaktifan siswa
Siswa 19 52,77 % C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mendengarkan
penjelasan
guru dengan
baik
Siswa tidak
mengobrol di
dalam kelas
20 55,55 % C
Siswa aktif
dalam
brdiskusi
15 41,66 % C
Siswa
mengajukan
pertanyaan
kepada guru
17 47,22 % C
Siswa
menyatakan
pendapat
11 30,55 % K
Siswa
mengerjakan
tugas dengan
baik
19 52,77 % C
Jumlah Persentase 280,52 %
Persentase rata rata
keaktifan siswa 46,75 %
Keterangan :
Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40%
Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80%
Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%
Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I
pertemuan 2 didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 280,52 %,
yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam
kelas sebesar 46,75 % dari 36 anak. Persentase tersebut belum mencapai tolok
ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa
sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. Selanjutnya siklus I
dilanjutkan untuk pertemuan 3. Sesuai dengan perencanaan siklus yang mana
pada siklus I pertemuan 3 diadakan evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar
siswa, yang hasilnya adalah sebagai berikut:
2. Prestasi belajar siswa
Tabel 6. Tolok Ukur Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa Siklus I
No Aspek yang
diamati Indikator
Banyaknya
siswa
Nilai
rata rata
kelas
Keterangan
1 Prestasi Belajar
Siswa yang
tuntas belajar
70
19
(52,77 %) 65,55
Prestasi belajar
belum tuntas.
Belum
mencapai nilai
rata rata kelas
Dari data tabel diatas didapatkan presentase siswa yang tuntas belajar
dengan nilai sebesar 52,77 % atau sebanyak 19 siswa dari jumlah
keseluruhan siswa 36 anak, dengan nilai rata rata kelas 65,55. Nilai rata - rata
tersebut belum mencapai tolok ukur yang ditetapkan yaitu 70 sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. (Data selengkapnya nilai prestasi belajar
siswa siklus I ada pada lampiran 14 halaman 91.)
d. Refleksi
Refleksi dilakukan terhadap hasil pelaksanaan tindakan siklus I di kelas.
Dari kegiatan pembelajaran tersebut, diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat
sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu :
1) Pada saat pembelajaran berlangsung, masih sedikit siswa yang berani
mengungkapkan pendapatnya. Hal tersebut terlihat pada data siklus I
pertemuan pertama yang mana presentase siswa yang mau menyatakan
pendapatnya hanya sebesar 22,22 % atau sebanyak 8 siswa, dan pada
siklus I pertemuan kedua sebesar 30,55 % atau sebanyak 11 siswa dari 36
siswa. Meskipun terjadi peningkatan, namun presentase tersebut belum
mencapai tolok ukur keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu rata rata
keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan ketetapan SMK N 1
Magelang.
2) Mengerjakan tugas dengan baik saat berlangsungnya proses pembelajaran
belum tercapai sesuai dengan tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa,
karena tidak adanya peningkatan presentase dari siklus I pertemuan
pertama ke siklus I pertemuan kedua, yang mana nilai presentase siklus I
pertemuan pertama sebesar 38,88 % atau sebanyak 14 siswa dan
pertemuan kedua sebesar 52,77 % atau sebanyak 19 siswa.
3) Hasil belajar siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang masih belum
tercapai,
sebanyak 19 siswa atau sama dengan 52,77 % dari 36 siswa dengan nilai
rata rata kelas 65,55 (Data selengkapnya nilai prestasi belajar siswa ada
pada lampiran 14 halaman 91). Hal tersebut belum mencapai tolok ukur
keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu nilai rata sesuai
dengan ketetapan SMK N 1 Magelang.
4) Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus 1 pada umumnya baik,
meskipun masih ada beberapa hal yang masih cukup sehingga perlu ada
peningkatan pada siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Hasil Penelitian Siklus II
Atas dasar gagasan yang timbul dari peneliti pada penelitian tindakan
kelas ini selanjutnya dikembangkan rencana penelitian berupa prosedur kerja yang
dilaksanakan pada kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang. Peneliti pada siklus I
melaksanakan pembelajaran dengan standar kompetensi mengukur profil
melinang (cross) pada titik-titik memanjang . Peneliti melaksanakan tahap demi
tahap yang telah direncanakan dalam PTK ini. Siklus II terdiri dari tiga
pertemuan, pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 April 2011
pada jam ke 1 4 dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Kemudian pertemuan kedua
pada hari senin tanggal 11 April 2011 pada jam 1 4 dengan alokasi waktu 4 x
45 menit. Dan pertemuan ketiga pada hari senin tanggal 25 April 2011 diadakan
evaluasi siklus I selama 40 menit. Alokasi pelaksanaan siklus dengan waktu 4 x
45 menit atau sam dengan waktu 4 jam pelajaran (180 menit) dengan perincian.
20 menit diskusi kelompok, 15 menit sedikit penjelasan materi dari guru dan
tanya jawab, 10 menit penyimpulan bersama tentang materi yang telah dibahas,
115 menit praktek , 20 menit siswa mengerjakan lembar kerja.
4. Pelaksanaan Siklus II
a. Tahap persiapan
1. Observer tidak perlu mendokumentasi kondisional siswa yang meliputi
jumlah siswa dalam kelas, serta nilai ulangan harian Paktek Dasar Survei
pada kelas X TKB.
2. Observer mengidentifikasi masalah yang timbul pada siswa dan guru,
kenyataan yang ada setelah melakukan indentifikasi bahwa siswa kelas X
TKB SMK N 1 Magelang tergolong siswa yang kurang aktif dalam
belajar, dikatakan kurang aktif karena siswa jarang berpartisipasi dalam
pembelajaran misalnya bertanya kepada guru. Sedangkan cara mengajar
guru hanya monoton selalu metode ceramah yang digunakan sehingga
siswa jenuh dan kreatifitas siswa tidak terasah.
3. Observer berkolaborasi dengan guru untuk mengembangkan model
pembelajaran Circuit Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4. Observer membuat jadwal kegiatan penelitian dengan bantuan guru.
5. Observer membagi siswa dalam 7 kelompok yang dibagi secara
acak.(daftar kelompok pada lampiran 4 hal 72).
6. Observer menyusun rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar
observasi siswa dan mengevaluasi akhir siklus I ( semua data tersebut
lampiran 6 halaman 74, lampiran 7 halaman 77, lampiran 8 halaman 79).
b. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam.
2. Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.
3. Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).
4. Guru memberikan motivasi kepada siswa.
5. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.
6. Guru mengkondisikan siswa.
7. Guru membagikan peta konsep.
8. Guru menyiapkan minimal 7 buku materi untuk dibagikan kepada masing-
masing kelompok sebagai bahan untuk mencari materi yang ada dalam
peta konsep tersebut.
9. Setiap kelompok berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari
buku yang mereka dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 20 menit.
10. Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan
kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh
dengan alokasi waktu 15 menit.
11. Penyimpulan bersama sesuai peta konsep yang telah dibagikan dengan
alokasi waktu 10 menit.
12. Praktek dengan alokasi waktu 115 menit.
13. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit.
14. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep
dirumah, kemudian dicari referensinya dari buku maupun internet.
15. Guru menutup materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
16. Pada pertemuan 3 hari senin tanggal 25 April 2011 guru melakukan
evaluasi siklus I selama 40 menit.
c. Hasil observasi keaktifan siswa dan pretasi belajar siswa
Hasil pada siklus I pertemuan 1 yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Hasil Observasi Keaktifan siswa
Tabel 7. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 1
No Aspek yang
diamati Indikator
Banyaknya
siswa yang
melakukan
Persentase Keterangan
1 Keaktifan siswa
Siswa
mendengarkan
penjelasan
guru dengan
baik
24 66,66 % B
Siswa tidak
mengobrol di
dalam kelas
23 63,88 % B
Siswa aktif
dalam
brdiskusi
21 58,33 % C
Siswa
mengajukan
pertanyaan
kepada guru
22 61,11 % B
Siswa menyatakan pendapat
26 72,22 % B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Siswa
mengerjakan
tugas dengan
baik
26 72,22 % B
Jumlah Persentase 394,42 %
Persentase rata rata
keaktifan siswa 65,73 %
Keterangan :
Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40%
Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60%
Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80%
Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%
Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus II
pertemuan I didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 394,42 %,
yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam
kelas sebesar 65,73 % dari 36 siswa. Persentase tersebut belum mencapai tolok
ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa
sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. Selanjutnya siklus I
dilanjutkan untuk pertemuan 2 yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan II
No Aspek yang
diamati Indikator
Banyaknya
siswa yang
melakukan
Persentase Keterangan
1 Keaktifan siswa
Siswa 30 88,33 % BS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mendengarkan
penjelasan
guru dengan
baik
Siswa tidak
mengobrol di
dalam kelas
27 75 % B
Siswa aktif
dalam
brdiskusi
26 72,22 % B
Siswa
mengajukan
pertanyaan
kepada guru
31 86,11 % BS
Siswa
menyatakan
pendapat
29 80,55 % B
Siswa
mengerjakan
tugas dengan
baik
29 80,55 % B
Jumlah Persentase 482,76 %
Persentase rata rata
keaktifan siswa 80,46 %
Keterangan :
Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40%
Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80%
Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%
Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I
pertemuan 2 didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 482,76 %,
yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam
kelas sebesar 80,46 % dari 36 anak. Persentase tersebut sudah mencapai tolok
ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa
sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang.
Selanjutnya siklus I dilanjutkan untuk pertemuan 3. Sesuai dengan
perencanaan siklus yang mana pada siklus I pertemuan 3 diadakan evaluasi
berbentuk soal test untuk mengetahui prestasi belajar siswa, yang hasilnya adalah
sebagai berikut :
3. Prestasi belajar siswa
Tabel 9. Tolok Ukur Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa Siklus II
No Aspek yang
diamati Indikator
Banyaknya
siswa
Nilai
rata rata
kelas
Keterangan
1 Prestasi Belajar
Siswa yang
tuntas belajar
70
30
(88,33 %) 80,46
Prestasi belajar
belum tuntas.
Belum
mencapai nilai
rata rata kelas
Dari data tabel diatas didapatkan presentase siswa yang tuntas belajar
dengan nilai 88,33 % atau sebanyak 30 siswa dari jumlah
keseluruhan siswa 36 anak, dengan nilai rata rata kelas 80,46. Nilai rata rata
tersebut sudah mencapai tolok ukur yang telah ditentukan yaitu nilai rata - rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
kelas 70 sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. (Data
selengkapnya nilai prestasi belajar siswa siklus II ada pada lampiran 23 halaman
127)
2. Refleksi
1) Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa yang berani mengungkapkan
pendapatnya di dalam kelas telah meningkat. Hal tersebut terlihat pada
data siklus II pertemuan pertama yang mana presentase siswa yang mau
menyatakan pendapatnya hanya sebesar 72,22 % atau sebanyak 26 siswa,
dan pada siklus II pertemuan kedua sebesar 80,55 % atau sebanyak 29
siswa dari 36 siswa. Hasil tersebut lebih baik dari siklus I karena
mengalami peningkatan persentase. Dengan hasil tersebut maka sudah
mencapai tolok ukur keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu rata rata
keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan ketetapan SMK
N 1 Magelang.
2) Siswa mengerjakan tugas dengan benar saat berlangsungnya proses
pembelajaran pada siklus II sudah mencapai tolok ukur keberhasilan yang
telah ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa
sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang, karena adanya peningkatan
presentase dari siklus I yang mana nilai presentase siklus II pertemuan
pertama sebesar 72,22 % atau sebanyak 26 siswa dan pertemuan kedua
sebesar 80,55 % atau sebanyak 29 siswa.
3) Hasil belajar siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang sudah tercapai,
karena jumlah siswa yang tuntas belaj
siswa atau sama dengan 83,33 % dari 36 siswa dengan nilai rata rata
kelas 75,44 (Data selengkapnya nilai prestasi belajar siswa ada pada
lampiran 23 halaman 126). Hal tersebut sudah mencapai tolok ukur
keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu nilai rata rata kelas 70 sesuai
dengan ketetapan SMK N 1 Magelang.
4) Peningkatan kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari tingkat keaktifan
sudah tercapai, karena Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II
menunjukkan peningkatan dari siklus I yaitu dari persentase siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pertemuan pertama 35,18 %, pertemuan kedua 46,75 % kemudian
persentase siklus II adalah pada pertemuan pertama 65,73 %, pertemuan
kedua 80,46 %. Hal ini berarti sudah memenuhi keberhasilan dari tolok
ukur keberhasilan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah
siswa.
C. Pembahasan Pembahasan terhadap penelitian tindakan yaitu berdasar analisis data
kualitatif terhadap hasil penelitian yang diperoleh dari kerja sama antara peneliti
dan guru pengajar dasar survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang. Sebenarnya
siklus III harus dilaksanakan karena adanya perubahan pelaksanaan tindakan pada
siklus I ke siklus II, namun karena hasil keaktifan dan prestasi belajar siswa dari
siklus I ke siklus II mengalami banyak peningkatan yang menunjukkan
peningkatan hasil yang optimal dan mencapai tolok ukur keberhasilan yang
ditetapkan. Dapat dinyatakan bahwa Model pembelajaran circuit learning pada
mata pelajaran Dasar Survei kelas X TKB di SMK N 1 Magelang dapat
meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari keaktifan dan hasil
belajar siswa.
Perbandingan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II
disajikan dalam data berikut ini :
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Observasi Keaktifan Siswa
No Aspek yang
diamati Indikator Banyaknya siswa
yang melakukan
Banyaknya siswa
yang melakukan
Siklus I
P 1 Siklus I
P2 Siklus II
P 1 Siklus II
P 2
1 Keaktifan
siswa
Siswa
mendengarkan
penjelasan
12
(33,33%)
19
(52,77%)
24
(66,66%)
30
(83,33%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang melakukan
aktifitas seperti yang ada pada indikator terus mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus II. Indikator tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik
Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang mendengarkan
penjelasan guru dengan baik semakin meningkat mulai dari siklus I sampai
dengan siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.
Hal tersebut dapat dilihat dari lembar observasi siswa, bahwa siswa yang
mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1 jumlahnya
guru dengan
baik
Siswa tidak
mengobrol di
dalam kelas
15
(41,66%)
20
(55,55%)
23
(63,88%)
27
(75%)
Siswa aktif
dalam
brdiskusi
15
(41,66%)
15
(41,66%)
21
(58,33%)
26
(72,22%)
Siswa
mengajukan
pertanyaan
kepada guru
12
(33,33%)
17
(47,22%)
22
(61,11%)
31
(86,11%)
Siswa
menyatakan
pendapat
8
(22,22%)
11
(30,55%)
26
(72,22%)
29
(80,55%)
Siswa
mengerjakan
tugas dengan
baik
14
(38,88%)
19
(52,77%)
26
(72,22%)
29
(80,55%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
12 siswa atau sama dengan 33,33 % dari 36 siswa, pada siklus I pertemuan 2
jumlahnya 19 siswa atau sama dengan 52,77 % dari 36 siswa, pada siklus II
pertemuan 1 jumlahnya 24 siswa atau sama dengan 66,66 % dari 36 siswa dan
pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 30 siswa atau sama dengan 88,33 % dari 36
siswa.
2. Siswa tidak mengobrol di dalam kelas
Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang tidak mengobrol di
dalam kelas semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II,
jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.
Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa
yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1
jumlahnya 15 siswa atau sama dengan 41,66 % dari 36 siswa, pada siklus I
pertemuan 2 jumlahnya 20 siswa atau sama dengan 55,55 % dari 36 siswa, pada
siklus II pertemuan 1 jumlahnya 23 siswa atau sama dengan 63,88 % dari 36
siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 27 siswa atau sama dengan 75 %
dari 36 siswa.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Gambar 8. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru Dengan Baik
pertemuan 1
pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Siswa aktif dalam pembelajaran kelompok
Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang aktif dalam
pembelajaran kelompok semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan
siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.
Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa
yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1
jumlahnya 15 siswa atau sama dengan 41,66 % dari 36 siswa, pada siklus I
pertemuan 2 jumlahnya 15 siswa atau sama dengan 41,66 % dari 36 siswa, pada
siklus II pertemuan 1 jumlahnya 21 siswa atau sama dengan 58,33 % dari 36
siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 26 siswa atau sama dengan 72,22
% dari 36 siswa.
0%10%20%30%40%50%
60%70%80%90%
100%
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Gambar 9. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Tidak Mengobrol Dalam Kelas
pertemuan 1
pertemuan 2
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Gambar 10. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Aktif Dalam Pembelajaran Kelompok
pertemuan 1
pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
4. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru
Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang mengajukan
pertanyaan kepada guru semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan
siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.
Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi keaktifan siswa, bahwa
siswa yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1
jumlahnya 12 siswa atau sama dengan 33,33 % dari 36 siswa, pada siklus I
pertemuan 2 jumlahnya 17 siswa atau sama dengan 47,22 % dari 36 siswa, pada
siklus II pertemuan 1 jumlahnya 22 siswa atau sama dengan 61,11 % dari 36
siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 31 siswa atau sama dengan 86,11
% dari 36 siswa.
5. Siswa menyatakan pendapat selama pembelajaran
Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang menyatakan pendapat
semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, jumlah siswa
tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.
Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa
yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1
jumlahnya 8 siswa atau sama dengan 22,22 % dari 36 siswa, pada siklus I
pertemuan 2 jumlahnya 11 siswa atau sama dengan 30,55 % dari 36 siswa, pada
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Gambar 11. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Mengajukan Pertanyaan Kepada Guru
pertemuan 1
pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
siklus II pertemuan 1 jumlahnya 26 siswa atau sama dengan 72,22 % dari 36
siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 29 siswa atau sama dengan
80,55% dari 36 siswa.
6. Siswa mengerjakan tugas dengan baik
Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang mengerjakan tugas
dengan baik semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II,
jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.
Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa
yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1
jumlahnya 14 siswa atau sama dengan 38,88 % dari 36 siswa, pada siklus I
pertemuan 2 jumlahnya 19 siswa atau sama dengan 52,77 % dari 36 siswa, pada
siklus II pertemuan 1 jumlahnya 26 siswa atau sama dengan 72,22 % dari 36
siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 29 siswa atau sama dengan 80,55
% dari 36 siswa.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Gambar 12. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Menyatakan Pendapat Selama Pembelajaran
pertemuan 1
pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
REKAPITULASI HASIL PENGAMATAN
Tabel 11. Rata - Rata Hasil Observasi Keaktifan Siswa
NO ASPEK PENGAMATAN SIKLUS I SIKLUS II
P. 1 P. 2 P. 1 P. 2
1. Keaktifan Siswa 35,18% 46,75% 65,73% 80,46%
Tabel 12. Persentase Prestasi Belajar Siswa
NO ASPEK PENGAMATAN SIKLUS I SIKLUS II
1. Prestasi Belajar Siswa 52,77 % 88,33 %
Berdasarkan hasil penelitian di atas yang mana penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning dapat meningkatkan kegiatan
belajar mengajar yang ditinjau atau dilihat dari segi keaktifan siswa dan prestasi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Gambar 13. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Menyatakan Pendapat Selama Pembelajaran
pertemuan 1
pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
belajar siswa, meskipun ada kelemahannya yaitu pada saat pelaksanaan tahap
tahapnya siswa terkadang belum siap mulai pembelajaran dan pada pelaksanaan
siklus I terdapat kelemahan tahap pembelajaran yaitu saat siswa mencari buku di
perpustakaan siswa terkadang kesulitan mencari buku sehingga melebihi batas
waktu yang telah ditentukan ang mengakibatkan waktu pembelajaran tidak sesuai
dengan rencana pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas pada siswa kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe circuit learning dapat
meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari keaktifan dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran dasar survei kelas X TKB di SMK Negeri 1
Magelang. Hal ini dapat dilihat dari:
1. Kegiatan belajar mengajar yang meningkat dengan diterapkannya model
pembelajaran circuit learning. Hal tersebut dilihat dari meningkatnya
keaktifan siswa selama kegitan belajar berlangsung dari dimulai siklus I
sampai dengan siklus terakhir yaitu siklus II dengan hasil akhir persentase
keaktifan siswa sebesar 80,46 % atau sama dengan 30 siswa dari 36 siswa.
2. Penerapan model pembelajaran circuit learning dapat meningkatkan hasil
belajar ( nilai kompetensi ) siswa kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang
tahun ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran praktek dasar Survei berstandar
kompetensi mengukur profil melintang (cross) pada titik memanjang dengan
hasil akhir rata - rata kelas 75,44.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka beberapa saran peneliti dikemukakan
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas ( PTK )
alangkah lebih bagus jika penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
circuit learning diteliti untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
2. Bagi guru hendaknya dapat lebih menciptakan pembelajaran yang kondusif
dan dapat mengikutsertakan siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan belajar
sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran terus meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti
lain dan kiranya perlu dilakukan penelitian sejenis dengan cakupan mata
pelajaran berbeda yang disinyalir menghadapi permasalahan yang serupa,
sehingga dapat diketahui sejauh mana efektifitas pembelajaran dari penerapan
Model Pembelajaran Circuit Learning dalam meningkatkan keaktifan siswa
dan hasil belajar siswa sebagai poin penting meningkatnya kegiatan belajar
mengajar.