Dinar Emas Dan Dirham Perak
-
Upload
aris-sunaryo -
Category
Documents
-
view
25 -
download
3
description
Transcript of Dinar Emas Dan Dirham Perak
Dinar Emas Dan Dirham Perak: Islam Dan Masa Depan Uang Bab 1 Oleh Imran N. Hosein DINAR EMAS DAN DIRHAM PERAK:
ISLAM DAN MASA DEPAN UANG
Oleh Imran N. Hosein
BAB 1
PENDAHULUAN
Abu Bakar Bin Abi Maryam berkata: Rasulullah (saw) berkata: “Akan datang suatu masa dimana tidak akan ada
(yang berharga) untuk digunakan (dalam transaksi), simpanlah Dinar (koin emas) dan Dirham (koin perak).” [Ini
merupakan nubuah yang dengan jelas menerangkan kejatuhan sistem moneter modern (berdasarkan tipu daya)
yang saat ini digunakan diseluruh dunia.]
(Musnad, Ahmad)
Sangat aneh dan memalukan untuk mengetahui bahwa pada saat ini ketika musuh Islam akan mengakhiri
Guantanamo Finansial (penjara uang kertas dunia), sebagian besar Muslim masih belum mengetahui sisi kebatilan
dari sistem moneter berdasarkan uang kertas yang diciptakan oleh Barat. Salah seorang dari mereka bahkan
mentertawakan penulis buku ini karena memiliki pandangan yang lucu dan aneh mengenai uang.
Tampaknya banyak yang tidak memahami peranan dari sistem keuangan yang diciptakan oleh Eropa, musuh Islam,
yang bertujuan untuk memberikan mereka kemampuan untuk melakukan pencurian legal besar-besaran terhadap
kekayaan seluruh umat manusia. Atau mengerti pada kenyataan bahwa musuh kita telah mendesain sebuah sistem
moneter yang akan memberikan mereka sebuah kediktatoran finansial terhadap seluruh dunia. Mereka telah berhasil
memperbudak jutaan Muslim (dan juga bangsa lainnya) dengan upah minimum regional dan juga kemelaratan, dan
pada saat yang sama mereka mengejar agenda jahat atas nama Negara Yahudi Israel. Sangat menjijikkan untuk
mendengar intelektual Muslim yang menyalahkan rakyat Pakistan atau rakyat Indonesia karena kemiskinan dan
kemelaratan Pakistan dan Indonesia.
Media masa, bahkan di negara yang mayoritas rakyatnya beragama ‘Islam’, berbondong-bondong memblokade
berita-berita yang berkaitan dengan masalah ini. Contohnya ketika diselenggarakan ‘Konferensi Internasional
Mengenai Ekonomi Berdasarkan Dinar Emas’ pada Tanggal 24 dan 25 Juli 2007 di Putra World Trade Center, Kuala
Lumpur, Malaysia. Konferensi dibuka dengan pidato yang sangat mengesankan dari Perdana Menteri Malaysia, Tun
Dr. Mahathir Muhammad yang dilanjutkan dengan ceramah pendahuluan yang kami sampaikan mengenai ‘uang’
yang berjudul, ‘Penjelasan Mengenai Hilangnya Mata Uang yang Memiliki Nilai Intrinsik’, dimana ceramah itulah yang
menjadi ide dasar kerangka yang menyusun buku ini. Para pembaca mungkin dapat melihat ceramah-ceramah
dalam konferensi itu, di dalam liputan berbahasa Inggris yang dimuat di surat -surat kabar Malaysia.
Yang lebih buruk dari blokade media masa mengenai masalah ini adalah para sarjana Islam klasik (ulama) dan
sebagian besar umat Islam, yang acuh dan diam, terhadap realitas sifat penipuan dalam uang modern. Bahkan jika
mereka mengetahui kenyataan dan fakta kebatilan yang dibawa oleh sistem keuangan modern yang aneh ini,
mereka tidak memiliki keberanian untuk menyatakan sistem keuangan yang tidak bisa ditebus dengan emas ini (tidak
dijaminkan dengan emas) adalah penipuan, dan oleh karenanya, Haram.
Pemerintah yang memerintah umat Islam adalah bagian yang paling menyedihkan, entah mereka mengerti, atau
mereka tidak mau mengerti mengenai kenyataan ini. Alasan dibalik sikap mereka itu terletak di peranan mereka yang
tunduk dan taat kepada Aliansi Yahudi Nasrani (peradaban barat modern) yang kini memerintah dunia.
Salah satu pengecualiannya adalah Perdana Menteri Malaysia, Dr. Mahathir Muhammad. Beliau tidak hanya
mengerti mengenai sifat eksploitatif dari sistem moneter yang diciptakan oleh peradaban Barat modern, namun
beliau juga berani menyuarakan apa yang tidak berani disuarakan ulama, yaitu menggunakan kembali Dinar sebagai
uang, untuk menggantikan sistem moneter uang kertas yang berdasarkan penipuan Dollar Amerika Serikat, sehingga
Muslim dapat terlepas dari jerat penindasan finansial dan eksploitasi ekonomi. Namun, seperti yang sudah-sudah,
ulama dan Muslim Malaysiapun mengacuhkannya.
Kami memaparkan hasil kerja kami yaitu ‘masa depan uang’ bagi mereka yang beruntung, yang percaya pada Al-
Qur’an sebagai Sabda dari Tuhan yang Satu, dan juga Hadist sebagai Sabda dan Contoh dari Utusan Tuhan, yaitu
Muhammad (saw). Kami sadar pada kenyataan dimana kami harus mengajarkan subjek ini secara terus menerus,
dan juga berdoa kepada Allah SWT untuk menyingkirkan tabir yang berada di depan mata manusia. Hanya dengan
itulah kami berharap mereka akan dapat melihat tahap akhir dari sistem moneter yang menipu ini, yang dirancang
untuk memperbudak umat manusia diseluruh dunia, sistem moneter yang berada di ambang pintu kehancuran, dan
ketika ia hancur, ia akan membawa seluruh manusia bersamanya. Secara khusus sistem ini di desain untuk
menghancurkan orang-orang (masyarakat) yang menentang aliansi Yahudi Nasrani yang kini memerintah dunia.
Tahap terakhir dari evolusi sistem moneter mereka adalah penetapan pulsa-pulsa elektronik sebagai uang, bagaikan
berlian yang berkilau di mahkota setan, yang akan menggantikan uang kertas. Tahap akhir ini sudah dijalankan di
depan mata kita, dan sekarang yang akan dilakukan oleh bandit-bandit moneter ini adalah mendesain krisis dunia
(serangan terhadap Iran atau perang nuklir) yang akan mengakibatkan runtuhnya mata uang Dollar Amerika Serikat
sebagai konsekuensi dari krisis moneter, yang prosesnya saat ini sudah berlangsung di beberapa penjuru belahan
dunia.
Runtuhnya Dollar dapat dilihat dengan harga tukar Dollar terhadap emas, pada saat ini, harga tukar Dollar terhadap
emas mendekati catatan seperti di Bulan Januari 1980, yaitu USD 850 per 1 ons emas. Kita akan melihat eskalasi
peningkatan nilai tukar Dollar terhadap emas sampai dengan USD 3000 per 1 ons emas. Hal yang sama juga terlihat
di dalam harga minyak dunia.
Kami akan menjelaskan kepada pembaca mengenai sudut pandang Al-Qur’an dan Al-Hadist terhadap uang kertas.
Kami juga akan memaparkan kepada anda bahwa uang dalam sudut pandang tersebut adalah uang ‘Sunah’, yang
berasal dari Rasulullah (saw), yaitu uang yang memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik adalah nilai yang ditetapkan pada
uang itu (berapun jumlahnya), yang tersimpan dari bahan pembuat uang itu, sehingga uang itu kebal dari manipulasi
dan devaluasi yang bertujuan menurunkan nilai uang.
Kami juga akan menjelaskan bahwa sistem moneter yang diciptakan oleh Aliansi Yahudi dan Nasrani Eropa
bertujuan untuk menghilangkan ‘uang dengan nilai intrinsik’ dari sistem keuangan yang digunakan di dunia, dan
menggantikannya dengan uang yang tidak memiliki nilai intrinsik. Uang tersebut adalah uang kertas yang tidak
dijaminkan dengan emas oleh institusi yang mengeluarkannya, yang bertujuan supaya mereka dapat menaikkan dan
menurunkan nilainya. Maka ketika nilainya diturunkan, akan terjadi pencurian legal terhadap kekayaan alam dunia,
terhadap mereka yang menggunakan uang yang telah didevaluasi itu, dan di saat yang sama, menaruh jerat kepada
negara-negara yang berhutang sehingga negara-negara itu tidak dapat melunasi hutang yang mereka ambil dengan
bunga. Negara-negara ini akan terpenjara dalam hutang yang mereka tidak akan pernah dapat membayarnya,
keadaan ini membuat mereka taat, tunduk dan patuh kepada sang pemberi hutang, yang kini dapat memerintah
mereka. (Silahkan baca buku dari John Perkins, ‘Confessions of an Economic Hitman’ atau ‘Pengakuan dari Seorang
Bandit Ekonomi’).
Ketika uang didevaluasi (diturunkan nilainya/harga komoditas dan barang-barang naik), ini berarti jumlah uang dalam
sirkulasi atau peredaran di masyarakat mereka tambahkan, penambahan dalam bentuk mencetak uang baru yang
masuk kedalam kantong mereka sendiri, implikasinya adalah harga dari properti (rumah atau tanah), harga tenaga
kerja, harga komoditas dan barang-barang, akan menjadi ‘murah’ bagi mereka yang menciptakan sistem keuangan
namun menjadi mahal bagi masyarakat karena uang kertas tidak memiliki nilai lagi. Akhirnya di salah satu bagian
dunia ada orang dapat hidup dengan nyaman dan sejahtera, dimana di seluruh bagian dunia yang lainnya, dengan
mata uang yang didevaluasi secara terus-menerus, masyarakat hidup dalam perbudakan dan tenggelam di keringat
mereka, supaya para bandit dapat hidup kaya secara permanen dengan tiket permanen kelas VVIP dalam kapal
pesiar ‘kehidupan’. Ketika kemiskinan meningkat, maka secara alami, korupsi juga meningkat. Mereka yang memiliki
intelek namun memiliki rasio dan moral setara hewan ternak, kemudian terheran-heran dan dengan lantang
mengatakan: Mengapa negara-negara Muslim menderita akibat banjir korupsi sementara Barat (yang mencuri
kekayaan Muslim dan hidup diatas keringat mereka) bebas dari korupsi?
Setelah itu IMF akan memaksakan privatisasi (go publik) kepada mereka yang uangnya telah kehilangan nilainya,
para bandit kemudian ‘dapat’ membeli ladang-ladang minyak bumi, gas alam, perusahaan-perusahaan listrik,
telepon, dll.., di negara-negara itu, dengan harga sebuah lagu ditambah enam sen, yaitu harga yang kurang dari
harga aslinya. Tetap menjadi suatu enigma bahwa Hugo Chavez, Presiden Venezuela, mengerti peranan eksploitatif
dari IMF ini, dia membawa Venezuela keluar dari keanggotaan IMF, sementara para ulama dan sarjana Islam tetap
diam dalam subjek ini, suara yang selalu mereka keluarkan adalah keluhan-keluhan, mengapa umat mereka tidak
bisa sabar untuk bisa menjadi sejahtera, dan kerja terus menerus sampai hari kiamat tiba.
Buku ini juga akan menjelaskan bahwa musuh kita tidak akan hanya puas dengan hidup diatas keringat orang lain
saja, namun mereka memiliki agenda lain, yaitu mengeksploitasi sistem keuangan yang tidak adil dan menindas ini,
dalam rangka mencapai tujuan mereka. Mereka memiliki agenda besar dibalik kediktatoran mereka dibidang
ekonomi yang memperbudak umat manusia, yaitu memberikan jalan bagi mereka untuk menjadikan Negara Yahudi
Israel ‘Eropa’ menjadi negara adikuasa dunia, sehingga pada akhirnya akan ada seorang pemimpin Israel, setelah
Israel menjadi adikuasa, yang akan mengaku sebagai Mesiah yang asli. Namun faktanya dia adalah Mesiah Palsu,
Al Masihud Dajjal atau Anti-Kristus! Kita sekarang sangat dekat kepada saat itu dimana kami yakin bahwa anak-anak
yang ada di bangku sekolah saat ini akan hidup untuk menyaksikannya.
Kecuali anda dapat memahami agenda besar yang berada dibalik penciptaan sistem moneter yang menipu ini, yaitu
sistem uang kertas yang tidak dijaminkan emas, anda tidak akan dapat menanggapi dengan benar peranan sistem
moneter itu pada kehidupan umat manusia, khususnya Muslim.
BAB 2
UANG DI DALAM AL-QUR’AN DAN SUNAH
Banyak sarjana Muslim sekuler di jaman modern ini dengan tabu percaya bahwa agama tidak punya peranan dalam
kehidupan masyarakat dibidang ekonomi dan politik. Mereka tidak akan dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi
pada masa kehidupan Rasulullah (saw) berikut ini:
Abu Sa’id Al-Khudri mengatakan bahwa Bilal membawakan Rasulullah (saw) kurma Barni, dan ketika Rasulullah
(saw) bertanya bagaimana Bilal mendapatkan kurma itu, Bilal menjawab: “Saya memiliki kurma berkualitas rendah
lalu saya menukarkan 2 Sa’s kurma itu untuk 1 Sa’s kurma Barni yang berkualitas bagus ini.” Rasulullah (saw)
membalas: “Bilal! Inilah inti dari Riba, inilah intisari dari Riba! Jangan melakukannya, namun jika kamu ingin
melakukannya (yang benar dan tidak riba), juallah kurma yang jelek itu, dan dengan uang penjualan itu, belilah
kurma yang bagus (kurma Barni).”
(Bukhari, Muslim)
Kita mengetahui dari Rasulullah (saw) melarang pertukaran yang tidak setara antara ‘kurma’ dengan ‘kurma’. Beliau
menyatakan bahwa hal itu adalah intisari dari ‘Riba’. Walaupun terdapat bukti-bukti bahwa terjadi pertukaran yang
tidak setara antara ‘unta’ dengan ‘unta’ yang beliau perbolehkan:
Yahya mengatakan bahwa Malik yang berasal dair Naf’I melihat Abdullah Bin Umar membeli menukarkan 1 unta
betina untuk 4 unta jantan kepada seseorang di Ar-Rabadha.
(Muwatta, Imam Malik)
Sehingga timbul pertanyaan: Mengapa pertukaran tidak setara antara ‘kurma’ dengan ‘kurma’ dilarang sedangkan
pertukaran tidak setara antara ‘unta’ dengan ‘unta’ diperbolehkan?
Jawaban dari permasalahan ini terletak di dalam Hadist lain dari Rasulullah (saw) mengenai Riba:
Abi Sa’id Al-Khudri mengatakan: bahwa Rasulullah (saw) mengatakan: “Emas dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum, barley dengan barley, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam. (Ketika sebuah
transaksi melibatkan) barang yang sama (yang telah disebutkan tadi), transaksi harus dilakukan ditempat itu (muka
bertemu muka) dan jika salah satu meminta lebih (pertukaran tidak setara) maka dia telah memakan Riba, penerima
dan pemberi berdosa sama besar.”
(Sahih Muslim)
Hadist tersebut diatas dengan jelas menerangkan tiga hal:
Pertama, menerangkan apa yang disebut sebagai ‘uang’ dalam Islam, yaitu logam berharga seperti emas dan perak,
atau komoditas bahan pangan yang tahan lama dan dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat yaitu gandum, barley
(sejenis beras), kurma, dan garam. Maka ketika terjadi kelangkaan koin emas dan perak di Pasar Medinah,
komoditas pangan tahan lama yang menjadi konsumsi manusia sehari-hari seperti kurma, yang tersedia melimpah di
Jazirah arab, digunakan sebagai uang. Sehingga kita sekarang dapat menjawab pertanyaan tadi.
Pertukaran tidak setara antara unta dengan unta diperbolehkan karena unta dan binatang lainnya, tidak digunakan
sebagai uang. Dan pertukaran tidak setara antara kurma dengan kurma ‘tidak’ diperbolehkan karena kurma
digunakan sebagai uang, dan permintaan untuk pertukaran seperti itu (tidak setara antara uang) akan membuka
pintu bagi rentenir untuk memberi hutang dengan bunga.[1]
Dengan prinsip yang sama, jika komoditas pangan yang tahan lama akan digunakan sebagai uang di Pulau Jawa,
Indonesia, misalnya, maka beras dapat digunakan sebagai uang jika emas dan perak jumlahnya langka di pasaran.
Dan di Kuba di lain pihak, maka gula dapat digunakan sebagai uang, dll.
Beberapa sarjana Muslim berpendapat bahwa manusia dapat menggunakan apa saja sebagai uang, bahkan pasir
dapat digunakan sebagai uang. Oleh karena itu tidak ada larangan dalam menggunakan kertas sebagai uang,
dengan menuliskan ‘nilai’ di kertas itu. Jawaban kami, pasir tidak dapat digunakan sebagai uang, karena
berdasarkan hadist diatas, pasir bukan merupakan komoditas pangan yang dikonsumsi sehari-hari. Barang atau
material yang digunakan sebagai uang adalah material yang berharga bagi manusia seperti logam berharga (emas
dan perak) atau komoditas pangan tahan lama yang dikonsumsi manusia sehari-hari, dan komoditas pangan itu
memiliki umur yang panjang seperti gandum, barley, kurma, garam, gula, jagung, dll.
Yang Kedua, ketika emas, perak, gandum, barley, kurma dan garam (dan juga beras, gula, dll) digunakan sebagai
uang, nilai dari uang tersebut terletak dan tersimpan ‘di dalam’ uang itu, bukan ‘di luar’ uang itu (seperti halnya uang
kertas). Oleh karena itu, uang yang telah ditetapkan Rasulullah (saw), memiliki nilai intrinsik.
Yang Ketiga, uang selalu berupa komoditas yang diciptakan oleh Allah SWT dan nilai yang berada di dalamnya juga
diciptakan dan ditentukan sendiri oleh Allah SWT. Allah SWT mendeklarasikan diriNya sebagai Al-Razak, Sang
Pencipta Kekayaan.
Sekarang kita dapat mendefinisikan uang yang berdasarkan Sunnah yaitu sebagai berikut:
Uang adalah logam berharga seperti emas dan perak dan juga komoditas pangan tahan lama yang diknsumsi sehari-
hari seperti kurma, beras, gandum, gula, garam, dll.
Uang harus memiliki nilai intrinsik.
Uang yang diciptakan oleh Allah SWT, dengan nilai di dalamnya yang ditentukan oleh Allah SWT, Pencipta
Kekayaan.
Beberapa sarjana Islam berpendapat karena Sunah terdiri dari dua jenis, yaitu yang berasal dari panduan Allah
SWT, dan yang berasal dari pendapat pribadi Rasulullah (saw), dimana Beliau mengatakan, “kamu lebih mengetahui
perihal dunia ketimbang aku!” Implikasi dari hal ini adalah bahwa Muslim tidak wajib dalam menjalankan Sunah yang
termasuk jenis ini.
Sarjana-sarjana Islam yang berpendapat demikian selanjutnya mengemukakan bahwa ‘uang’ masuk kedalam sunah
jenis kedua yang disebutkan tadi. Konsekuensinya adalah legitimasi Islam untuk menerima uang kertas yang
diciptakan Aliansi Yahudi Nasrani sebagai penguasa dunia saat ini yang dengan sederhana menyematkan (menulis)
nilai fiktif diatas kertas itu (uang kertas) dan dalam prosesnya mereka menciptakan kekayaan sebanyak kemauan
mereka, menjadi Sang Pencipta Kekayaan. Mereka kemudian dapat menggunakan uang itu untuk membeli apa saja
di seluruh dunia. Namun, jika seorang Muslim melakukan bid’ah ini, mencetak uang sebanyak yang dia mau,
menciptakan kekayaan dari tidak ada menjadi ada, satu koper penuh berisi Rupiah Indonesia atau Rupee Pakistan
tidak akan dapat untuk membeli bahkan satu cangkir kopi di Manhattan, New York.
Sarjana Islam seperti ini, yang tidak pernah menyatakan haram terhadap sistem moneter uang kertas, dan
nampaknya mereka tidak akan pernah menyatakannya sebagai haram. Mereka, tentu saja salah dalam penilaian
mereka dan harus menerima konsekuensinya di hari pengadilan nanti di akhirat. Mereka tidak memahami bahwa
uang yang berwujud logam berharga yang diciptakan sendiri oleh Allah SWT dengan nilai intrinsik di dalamnya,
dinyatakan di dalam Al-Qur’an:
Allah SWT menyebut ‘Dinar’ (koin emas) di dalam ayat dari Surah Ali Imran:
إلیك إلا۞ ومن أھل ٱلكتـب من إن تأمنھ بقنطار یؤدهۦ إلیك ومنھم من إن تأمنھ بدینار ل ذٲلك بأنھم قالوا لیس علینا فى ٱلأمیـن سبیل ویقولون ما دمت علیھ قآ�ما ا یؤدهۦ
بلى من أوفى بعھدهۦ وٱتقى فإن ٱللھ یحب ٱلمتقین (٧٥)على ٱللھ ٱلكذب وھم یعلمون
Di antara ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya
kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak
dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. yang demikian itu lantaran mereka mengatakan:
“tidak ada dosa bagi Kami terhadap orang-orang ummi. mereka berkata Dusta terhadap Allah, Padahal mereka
mengetahui. Yang mereka maksud dengan orang-orang Ummi dalam ayat ini adalah orang Arab.
(Al-Qur’an, Ali Imran, 3:75)
Allah menyebut ‘Dirham’ (koin perak) dalam Surah Yusuf:
وشروه بثمن بخس درٲھم معدودة و�انوا فیھ من ٱلزٲھدین
Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak
tertarik hatinya kepada Yusuf.
(Al-Qur’an, Yusuf, 12:20)
Di dalam ayat-ayat tersebut Allah SWT telah menyatakan ‘uang’ adalah koin ‘emas’ dan ‘perak’. Dinar adalah koin
emas yang memiliki nilai intrinsik, dan Dirham adalah koin perak yang memiliki nilai intrinsik juga. Keduanya terletak
di dalam Al-Qur’an, dan merupakan ciptaan Allah, dan keduanya memiliki nilai intrinsik yang juga telah ditentukan
sendiri oleh Allah SWT, Sang Pencipta Kekayaan.
Ada juga ayat lain yang menyatakan emas dan perak sebagai kekayaan dan kekayaan seperti dapat digunakan
sebagai uang dalam bentuk Dinar Emas dan Dirham Perak:
وٱللھ عنده ۥ حسن ٱلمـاب ذٲلك متـع ٱلحیوة ٱلدنیا وٱلأنعـم وٱلحرث وٱلخیل ٱلمسومة زین للناس حب ٱلشھوٲت من ٱلنسآء وٱلبنین وٱلقنـطیر ٱلمقنطرة من ٱلذھب وٱلفضة
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
(Al-Qur’an, Ali Imran, 3:14)
أولـ�ك لھم عذاب ألیم وما لھم من نـصرین من أحدھم ملء ٱلأرض ذھبا ولو ٱفتدى بھۦ إن ٱلذین كفروا وماتوا وھم كفار فلن یقبل
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, Maka tidaklah akan
diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun Dia menebus diri dengan emas (yang
sebanyak) itu. bagi mereka Itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.
(Al-Qur’an, Ali Imran, 3:91)
وٱلذین یكنزون ٱلذھب وٱلفضة ولا ینفقونہا فى سبیل ٱللھ ھإن �ثیرا من ٱلأحبار وٱلرھبان لیأكلون أموٲل ٱلناس بٱلبـطل ویصدون عن سبیل ٱلل ۞ یـأیہا ٱلذین ءامنوا
فبشرھم بعذاب ألیم
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib
Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (dalam kontek ini jelas sekali bahwa emas dan perak
digunakan sebagai uang) dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih;
(Al-Qur’an, At-Taubah, 9:34)
وزخرفا (٣٤)ولبیوتہم أبوٲبا وسررا علیہا یتكـون (٣٣)رج علیہا یظھرون یكون ٱلناس أمة وٲحدة لجعلنا لمن یكفر بٱلرحمـن لبیوتہم سقفا من فضة ومعا ولولآ أن
(٣٥) وٱلأخرة عند ربك للمتقین لك لما متـع ٱلحیوة ٱلدنیاوإن �ل ذٲ
Dan Sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah Kami
buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah loteng- loteng perak bagi rumah mereka
dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya.Dan (kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-
rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya.Dan (kami buatkan pula) perhiasan-
perhiasan (dari emas untuk mereka). dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan
kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
(Al-Qur’an, Zukhruf, 43:33-35)
أتأخذونھ ۥ بھتـنا وإثما مبینا ال زوج م�ان زوج وءاتیتم إحد�ھن قنطارا فلا تأخذوا منھ شیـاوإن أردتم ٱستبد
Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang
di antara mereka harta Qintar (Qintar = 12.000 Dinar) yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari
padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang Dusta dan
dengan (menanggung) dosa yang nyata ?
(Al-Qur’an, An-Nisa, 4:20)
Al-Qur’an melanjutkan untuk mengunggkapkan bahwa emas dan perak akan mempertahankan statusnya sebagai
kekayaan dengan nilai yang berharga di kehidupan yang selanjutnya (akhirat). Dengan kata lain, emas dan perak
memiliki realitas spiritual, sebagai tambahan peranan emas dan perak di kehidupan dunia.
وحلوا أساور من فضة وسق�ھم ربہم شرابا طھورا عـلیہم ثیاب سندس خضر وإستبرق
Mereka memakai pakaian sutera Halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat
dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. [Ayat ini, juga ayat-ayat lainnya yang
mengikutinya, memberitahukan bahwa emas dan perak akan tetap menjadi barang berharga di akhirat juga]
(Al-Qur’an, Al-Ihsan 76:21)
وأنتم فیھا خـلدون وفیھا ما تشتھیھ ٱلأنفس وتلذ ٱلأعین یطاف علیہم بصحاف من ذھب وأكواب
Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang
diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”.
(Al-Qur’an, AL-Zukhruf, 43:71)
فلولآ ألقى علیھ أسورة من ذھب أو جآء معھ ٱلملـ��ة مقترنین
Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau Malaikat datang bersama-sama Dia untuk
mengiringkannya?” [Karena mereka mengenal emas begitu berharga sehingga hanya bisa datang dari Tuhan]
(Al-Qur’an, Al-Zukhruf, 43:53)
ا یحلون فیہا من أساور من ذھب ولؤلؤا ولباسہم فیہا حریرجنـت عدن یدخلونہ
(bagi mereka) syurga ‘Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang
dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.
(Al-Qur’an, Al-Fatir, 35:33)
یر ولباسھم فیھا حر ون فیھا من أساور من ذھب ولؤلؤاإن ٱللھ یدخل ٱلذین ءامنوا وعملوا ٱلصـلحـت جنـت تجرى من تحتھا ٱلأنھـر یحل
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan
mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera.
(Al-Qur’an, Al-Hajj, 22:23)
نعم ٱلثواب وحسنت آ�كیلبسون ثیابا خضرا من سندس وإستبرق متكـین فیہا على ٱلأرأولـ�ك لھم جنـت عدن تجرى من تحتہم ٱلأنہـر یحلون فیہا من أساور من ذھب و
مرتفقا
Mereka Itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu
mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera Halus dan sutera tebal, sedang
mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat
istirahat yang indah;
(Al-Qur’an, Al-Kahf, 18:31)
قل سبحان ربى ھل كنت إلا بشرا رسوال لرقیك حتى تنزل علینا كتـبا نقرؤه ۥ أو یكون لك بیت من زخرف أو ترقى فى ٱلسمآء ولن نؤمن
Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. dan Kami sekali-kali tidak akan
mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas Kami sebuah kitab yang Kami baca”. Katakanlah: “Maha
suci Tuhanku, Bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
(Al-Qur’an, Banu Israel, 17:93)
Memang Dinar emas akan memainkan peranan penting di Hari Penghakiman. Di dalam suatu Hadist yang panjang,
berat sebuah kebaikan di dalam hati, ketika diukur berdasarkan Dinar, akan menjadi ukuran dimana orang akan
dikeluarkan dari neraka:
Abu Sa’id Al-Khudri mengatakan: bahwa Rasulullah (saw) mengatakan: Ketika Hari Kebangkitan datang, seorang
Mu’adhdhin (juru bicara) akan mengumumkan: “Biarkan setiap orang mengikuti apa yang mereka biasa sembah (di
dunia)…”Maka mereka yang menyembah ‘hanya’ Allah, akan terbebas dari neraka. Allah menyuruh mereka
mengeluarkan sebagaian besar manusia yang sudah terbakar api neraka, ada yang terbakar sampai perut ada yang
sampai lutut. Mereka berkata: “Ya Allah, kami telah mengeluarkan mereka, yang sesuai dengan apa yang Engkau
perintahkan.” Allah berkata, “Kamu kembali lagi ke neraka, keluarkanlah orang-orang disana yang kamu timbang
iman mereka setara dengan 1 Dinar!” Kemudian mereka masuk kembali kedalam neraka, memilih dan mengeluarkan
dari neraka, orang-orang yang mereka pilih. Kemudian mereka berkata: “Ya Allah, kami telah mengeluarkan mereka,
yang sesuai dengan apa yang Engkau perintahkan.” Allah berkata, “Kamu kembali lagi ke neraka, keluarkanlah
orang-orang disana yang kamu timbang iman mereka setara dengan setengah Dinar!” Kemudian mereka masuk
kembali kedalam neraka, memilih dan mengeluarkan dari neraka, orang-orang yang mereka pilih. Kemudian mereka
berkata: “Ya Allah, kami telah mengeluarkan mereka, yang sesuai dengan apa yang Engkau perintahkan.” Allah
berkata, “Kamu kembali lagi ke neraka, keluarkanlah orang-orang disana yang kamu timbang iman mereka setara
dengan atom/partikel/biji zarah/iman paling kecil!” Kemudian mereka masuk kembali kedalam neraka, memilih dan
mengeluarkan dari neraka, orang-orang yang mereka pilih. Kemudian mereka berkata: “Ya Allah sudah tidak ada lagi
orang yang beriman di neraka.”
(Sahih Muslim)
Ayat dan Hadist diatas memaparkan bahwa emas dan perak diciptakan oleh Allah SWT dengan nilai yang telah
ditetapkan di dalamnya, bahwa nilai tersebut akan digunakan di dunia ini dan juga akan digunakan di dunia
selanjutnya (akhirat). Ayat-ayat tersebut juga dengan jelas menerangkan bahwa Allah SWT telah menciptakan baik
emas maupun perak untuk digunakan oleh manusia sebagai uang dari banyak fungsi lainnya. Siapapun yang buta
untuk menantang fakta yang jelas ini harus mempersiapkan dirinya untuk mempertahankan pendapatnya di Hari
Penghakiman.
Uang dengan nilai intrinsik saat ini telah hilang dari sistem keuangan yang digunakan diseluruh penjuru bumi.
Seluruh dunia Muslim juga bersalah ketika mereka meninggalkan ‘uang’ yang secara tegas dan teguh dicantumkan
di Al-Qur’an, yang bahkan juga disebutkan di akhirat juga. Muslim saat ini seperti yang telah kita saksikan dengan
mata kepala kita, telah membayar dengan harga yang menyakitkan karena meninggalkan ‘uang suci’ dan menerima
sebagai penggantinya, cara-cara tipu daya di dalam bentuk, ‘uang sekuler’.
Tujuan buku ini adalah untuk mejelaskan, bagaimana dan mengapa uang ‘Sunah’ ditiadakan. Kami meminta mereka
yang membaca buku ini, akan mengerti dan setuju dengan argumen yang dipaparkan buku ini, sehingga mereka
dapat bertindak terhadap apa yang diperintahkan Rasulullah (saw):
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: Saya mendengar Rasulullah (saw) berkata: “Barang siapa dari kalian yang melihat
(apapun juga) kejahatan, biarkan dia merubahnya dengan tangannya; dan jika dia tidak dapat melakukannya, biarkan
dia merubahnya dengan lidahnya; dan jika dia tidak dapat merubahnya, maka dengan hatinya; inilah bentuk iman
yang paling rendah.”
(Sahih Muslim)
BAB 3
AGENDA BESAR
Ada sebuah agenda besar yang menghubungkan tiga; politik internasional, ekonomi moneter internasional, dan
agama, dimana ketiganya memiliki hubungan langsung dengan penipuan sistem moneter modern saat ini. Kami akan
menjelaskannya.
Setiap bocah Yahudi mengetahui, dan percaya, dengan sebuah pesan suci yang disampaikan kepada Banu Israel
dimana Allah SWT mengatakan sejarah akan berakhir di tangan satu orang, yang akan menjadi Nabi dan Mesiah,
memerintah seluruh dunia dari singgasana Daud (as) di Jerusalem Suci dengan sebuah pemerintahan yang abadi.
Pemerintahan abadi dalam artian bahwa pemerintahan itu akan terjadi di akhir kehidupan manusia dan menjadi
penutup dari sejarah manusia di akhir jaman. Yahudi menyimpulkan bahwa sejarah akan berakhir dengan Pax
Judaica (tatanan dunia Yahudi memimpin bumi), dengan Jerusalem menjadi pusatnya dunia seperti pada saatnya
Sulaiman (as). Mereka percaya bahwa Pax Judaica akan menjadi bukti kebenaran agama Yahudi yang akan
menganulir kebenaran agama lainnya.
Adalah suatu hal yang menakjubkan bahwa Islam dan Nasrani memiliki pandangan yang hampir mirip dengan
pandangan Yahudi mengenai konsep berakhirnya akhir jaman, yaitu dengan berakhirnya sejarah manusia dengan
pemerintahan Mesiah yang memerintah dunia dengan adil dari Jerusalem Suci. Namun, tidak seperti Yahudi, Muslim
dan Nasrani percaya bahwa Yesus/Isa (as), Anak dari Perawan Maryam, adalah Mesiah Suci yang dijanjikan oleh
Allah SWT. Mereka juga percaya bahwa dia diangkat ke surga pada saat ketika dia akan dicoba dibunuh melalui
penyaliban, dan bahwa dia akan kembali ke bumi untuk memerintah bumi dari Jerusalem seperti apa yang telah
dinubuahkan Allah SWT.
Al-Qur’an menjelaskan kedatangannya dengan menjelaskan bahwa Yesus/Isa (as) tidak disalib, namun Allah SWT
membuatnya ‘nampak’ demikian.
وما قتلوه اع ٱلظن ما لھم بھۦ من علم إلا ٱتب وإن ٱلذین ٱختلفوا فیھ لفى شك منھ ھ لھموقولھم إنا قتلنا ٱلمسیح عیسى ٱبن مریم رسول ٱللھ وما قتلوه وما صلبوه ولـكن شب
(١٥٨) وكان ٱللھ عزیزا حكیما بل رفعھ ٱللھ إلیھ (١٥٧)یقینا
Dan mereka berkata (dengan lantang): “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah”, Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi Allah membuatnya nampak seperti
itu. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-
raguan tentang pembunuhan itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.Tetapi (yang
sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Al-Qur’an, An-Nisa, 4:157-158)
Nasrani menolak pernyataan Al-Qur’an diatas dan terus percaya bahwa Yesus telah mati di tiang salib.
Di lain pihak, Yahudi menolak Yesus sebagai Mesiah, dan mereka sedang menunggu kedatangan Mesiah yang lain
yang akan membebaskan Tanah Suci bagi Yahudi, membawa Yahudi kembali ke Tanah Suci dan mengklaimnya
sebagai ‘tanah’ mereka, mendirikan kembali Negara Suci Israel yang pernah didirikan oleh Daud (as), dan terakhir
akan membuat Israel menjadi negara adikuasa di bumi. Mesiah itu akhirnya akan memerintah seluruh bumi dari
Jerusalem Suci dengan Pax Judaica yang akan membawakan kembali masa kejayaan dan kegemilangan Yahudi.
Sekarang mari kita lihat kejadian dan peristiwa-peristiwa di Tanah Suci saat ini. Banyak bukti-bukti yang secara
misterius timbul dan nampak akan melegitimasi klaim Yahudi kepada kebenaran mereka. Bukankah pembebasan
Tanah Suci telah terjadi di Tahun 1917? Kemudian dunia menyaksikan kembalinya Yahudi ke Tanah Suci untuk
menyatakan bahwa Tanah Suci itu milik mereka-setelah 2000 tahun mereka telah diusir oleh Allah SWT. Pendirian
Negara Israel ‘palsu’ kemudian terjadi di 1948 yang diikuti dengan pertumbuhan Israel secara ekonomi dan militer
yang saat ini nampak menyaingi Amerika Serikat sebagai adikuasa atau superpower di bumi. Pada saat yang sama
Aliansi Yahudi-Nasrani (peradaban Eropa modern) telah membawa seluruh umat manusia ke dalam satu
pemerintahan dunia (globalisasi). PBB menetapkan program-program yang wajib dilaksanakan oleh seluruh negara-
negara di dunia. Sekarang hanya masalah waktu bagi Israel untuk mengambil alih status adikuasa dari Amerika
Serikat, dimana seorang Israel akan menjadi kepala pemerintahan dunia yang berpusat di Jerusalem dan dia akan
mengaku kepada dunia bahwa dialah Sang Mesiah (sang penyelamat bumi)!
Nabi Muhammad (saw) memberitahukan kepada dunia, bahwa Allah SWT yang mengetahui segala peristiwa
(konspirasi) yang ada di dunia telah merespon penolakan Yahudi kepada Mesiah yang asli dengan menciptakan
Mesiah Palsu. Allah SWT akan melepas makhluk itu ke bumi dalam dimensi waktu yang berlainan dengan waktu kita
dalam misinya untuk ‘meniru mesiah’ yang asli (lihat Bab 2: ‘Al-Qur’an dan Waktu’, buku Surah Al Kahf dan
Peradaban Modern), dan akhirnya ketika dimensi waktunya sama dengan dimensi waktu kita maka Dajjal Mesiah
Palsu akan mencoba mendirikan satu pemerintahan dunia (globalisasi) dimana dia akan memerintah seluruh bumi
dari Jerusalem.
Ada informasi mengenai pelepasan Dajjal ke dunia setelah Nabi Muhammad (saw) Hijrah ke Medinah khususnya
setelah Yahudi menolak Muhammad (saw) sebagai Nabi dan juga menolak Al-Qur’an sebagai sabda Allah SWT.
Buku saya, ‘Jerusalem di Dalam Al-Qur’an’ menjelaskan hal ini dengan terperinci.
Nabi Muhammad (saw) juga mengatakan bahwa senjata mutakhir yang digunakan Dajjal akan membuat manusia
menjadi buta spiritual internalnya, dimana manusia tidak akan mampu menghadapi strategi muka dua Dajjal,
sehingga manusia akan tertipu. (Lihat buku saya, ‘Surah Al-Kahf dan Peradaban Modern’, Bab, ‘Musa dan Khidr’).
Nabi Muhammad (saw) juga menjelaskan bahwa strategi utama Dajjal adalah Riba, dimana ia akan memaksakan
kediktatorannya kepada seluruh manusia. Dengan Riba Dajjal akan memiskinkan siapa saja yang berani
menentangnya, dan akan membuat kaya siapa saja yang menerima dan mendukungnya. Kaum elit manusia kaya
diciptakan sebagai kaki tangan dan lumpur hisap untuk mengeksploitasi dan memperbudak rakyat sehingga dapat
diperintah mereka atas nama Dajjal.
BAB 4
AGENDA BESAR DAN ALIANSI YAHUDI NASRANI
Al-Qur’an dengan tegas telah melarang Muslim untuk menjadi sekutu dengan Yahudi dan Nasrani dimana mereka
(Yahudi dan Nasrani) ini memiliki perilaku seperti yang dijelaskan pada Bab 3, jadi bukanlah semua orang-orang
Yahudi maupun Nasrani. Namun Yahudi dan Nasrani yang melakukan rekonsiliasi (Yahudi dan Nasrani bermusuhan
dan berperang satu sama lain dari awal sejarah mereka, karena Yahudi membunuh Tuhannya Nasrani yaitu Yesus di
tiang salib, silahkan periksa pengetahuan sejarah anda) dan mendirikan persahabatan dan aliansi Judeo Nasrani
yang dijelaskan dalam Surah Al-Maidah:
(٥١) إن ٱللھ لا یھدى ٱلقوم ٱلظـلمین لھم منكم فإنھ ۥ منہم ومن یتو بعضہم أولیآء بعض ۞ یـأیہا ٱلذین ءامنوا لا تتخذوا ٱلیہود وٱلنصـرى أولیآء
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi teman dan
sekutumu; sebahagian mereka adalah teman dan sekutu bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu
mengambil mereka menjadi teman dan sekutu, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melakukan Dhulm (kejahatan dan kelicikan).
(Al-Qur’an, Al-Maidah, 5:51)
Kita sekarang hidup dimasa seperti yang dijelaskan Surah Al-Maidah ayat 51 diatas, dimana untuk pertama kalinya
dalam sejarah, kita menyaksikan munculnya aliansi antara beberapa umat Yahudi dan Nasrani. Aliansi inilah yang
telah menciptakan peradaban barat modern, dan kini mereka telah memerintah bumi melalui Persatuan Bangsa-
Bangsa, dan organisasi-organisasi lainnya. Mereka telah menciptakan sistem ekonomi dan moneter yang pada
dasarnya licik dan tidak adil, dan dirancang untuk memperkaya diri mereka dengan menghisap kekayaan seluruh
manusia di bumi. Aliansi Yahudi dan Nasrani inilah yang telah mendirikan IMF, International Monetary Fund atau
Dana Moneter Internasional. Para pembaca hendaklah bertanya kepada dirinya masing-masing, apakah ayat Al-
Qur’an diatas memperbolehkan Muslim untuk menjadi anggota IMF yang diciptakan dan dikontrol oleh aliansi Yahudi
dan Nasrani? Jawabannya seharusnya sangat jelas dan terang.
Elit kaya kini memerintah dunia diatas rakyat miskin dari seluruh umat manusia, dan negara-negara kaya kini
memerintah semua negara-negara miskin yang ada diseluruh penjuru bumi. Sehingga para elit pemerintah dan
korporasi di seluruh penjuru bumi mewakili satu jamaah, dan panggung sandiwara kini telah disiapkan untuk
kemunculan satu Amir (pemimpin) yang akan memerintah dunia dari Jerusalem dan akan menjadi Mesiah Palsu.
Mereka yang tidak mengenal Dajjal sebagai Mesiah Palsu sebagai dalang di belakang tatanan dunia saat ini,
sekarang menjadi pemimpin yang memerintah seluruh dunia Muslim. Maka konsekuensi logisnya adalah mereka dan
dunia Muslim yang mereka pimpin telah melanggar Al-Qur’an karena mereka menjaga dan menegakkan
persahabatan dan persekutuan dengan aliansi Yahudi Nasrani. Selama orang-orang semacam ini terus memerintah
dunia Muslim maka mereka yang beriman yaitu Umatnya Muhammad (saw) akan terus dipenjara di dalam
kemiskinan dan kemelaratan sehingga tidak akan mampu melawan mereka-mereka yang memerangi Islam atas
nama Negara Israel.
Sekarang akan kami jelaskan bagaimana proses Riba yang digunakan Dajjal memberikan kekuatan pada mereka
yang menerima dan mendukungnya, dan sebaliknya memperbudak dan memiskinkan mereka yang tidak menerima
dan menentangnya. Apa yang Dajjal lakukan adalah menciptakan sistem moneter internasional yang menipu
penggunaan uang sedemikian sehingga nilai dari uang itu dapat dimanipulasi dan difungsikan sebagai alat pencurian
legal, tipu daya universal, dan penindasan ekonomi. Dan salah satu bukti yang terlihat dengan jelas adalah
eksploitasi tenaga kerja melalui Upah Minimum Regional. Di seluruh penjuru bumi saat ini, apa yang disebut sebagai
pasar bebas, pemerintah negara-negara di dunia, telah menetapkan undang-undang upah minimum dalam rangka
untuk mencegah pemberontakan berdarah oleh mereka yang dipenjara dengan UMR.
Para pembaca dapat mengenali dengan jelas proses pencurian legal dari aliansi Yahudi Nasrani ini dengan
memusatkan perhatian pada peristiwa yang terjadi di April 1933. Pemerintah Amerika Serikat memberlakukan
undang-undang yang melarang rakyat Amerika Serikat untuk menyimpan emas (koin dan lantakan) dan juga
sertifikat jaminan emas. Ini disebut demonitized uang emas, pelarangan penggunaan uang emas sebagai alat
transaksi. Jika ada yang tertangkap menyimpan dan menggunakan uang emas maka dia akan didenda sebesar USD
10.000 atau dipenjara selama 6 bulan. Sebagai pengganti koin emas dan lantakan emas itu, Federal Reserve (Bank
Sentral Amerika Serikat), yang merupakan Bank milik swasta (perseorangan/Yahudi), mengeluarkan uang kertas,
yaitu Dollar, dengan nilai yang tercantum diatas kertas itu, dimana 1 ons emas ditukar dengan kertas bertuliskan
USD 20 atau $20.
Kebanyakan rakyat Amerika segera menuju ke Bank untuk menukarkan emas mereka dengan uang kertas, namun
beberapa orang Amerika yang mengetahui penipuan ini, mereka menukarkan semua uang kertas mereka dengan
emas, kemudian membawa emas itu keluar dari Amerika.
Pada tahun yang sama pemerintah Inggris melakukan hal yang sama, melakukan demonetized uang emas, mereka
melarang penukaran uang kertas sterling dengan emas.
Setelah seluruh emas sudah dikumpulkan, langkah selanjutnya yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat adalah
mendevaluasi uang kertas pada Bulan Januari 1934 sebesar 41%, lalu mereka membatalkan undang-undang
demonetized uang emas tadi dan menyatakan bahwa uang kertas dapat ditukar dengan emas kembali. Lagi, rakyat
Amerika segera beramai-ramai ke bank untuk menukarkan uang kertas mereka dengan emas, rasio pertukaran yang
baru adalah $35 untuk 1 ons emas. Dalam proses itu, 41% harta rakyat Amerika dicuri dan dirampok oleh pemerintah
mereka sendiri. Para pembaca yang budiman dapat melihat penipuan sistem moneter berbasis uang kertas dengan
cara pencurian yang legal itu.
Al-Qur’an berulang kali menyatakan perampokan dan pencurian kekayaan orang lain itu dilarang, dan oleh karena itu
‘haram’, contohnya terdapat dalam Surah An-Nisa dan Surah Hud:
إن ٱللھ كان بكم رحیما ولا تقتلوا أنفسكم ما ٱلذین ءامنوا لا تأ�لوا أموٲلكم بین�م بٱلبـطل إلآ أن تكون تجـرة عن تراض منكیـأیھ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
(Al-Qur’an, An-Nisa, 4:29)
ولا تبخسوا ٱلناس أشیآءھم ولا تعثوا فى ٱلأرض مفسدین وفوا ٱلم�یال وٱلمیزان بٱلقسطویـقوم أ
dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan
masyarakat dengan mengurangi nilai harta benda mereka (tenaga kerja, property, barang dll) dan jangan kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
(Al-Qur’an, Hud, 11:85)
Rasulullah (saw) telah menyatakan cara-cara transaksi seperti dalam ayat tersebut diatas tidaklah adil (penipuan)
dan menyatakannya Riba.[2] Suatu transaksi dimana salah satu pihak mendapatkan keuntangan secara tidak adil
adalah riba. Penipuan yang terkandung dalam sistem moneter uang kertas ini juga termasuk Riba, karena sesuai
dengan pemaparan dalam Surah An-Nisa dan Hud diatas.
Bisakah anda memberi contoh yang lain? Seorang pedagang yang menawarkan dagangannya di depan pintu rumah
anda telah melakukan Riba, karena dia memanfaatkan ketidaktahuan anda mengenai harga barang dagangannya di
pasar. Demikian pula sebaliknya, jika anda mencegat dan membeli barang sebelum barang itu sampai di pasar, anda
telah melakukan Riba, karena anda ingin mendapatkan harga yang murah dengan memanfaatkan ketidaktahuan
pedagang mengenai harga barang dagangannya di pasar. Seorang pedagang kain dan rempah-rempah Asia yang
berasal dari India akan mendapatkan harga yang adil dan keuntungan yang adil ketika dia membongkar
dagangannya di pasar Medinah atau Mekah. Oleh karena itu, wajib ditetapkan pasar yang legal di masing-masing
tempat komunitas masyarakat, dan oleh karena itulah, Rasulullah (saw) menempatkan petugas di pasar-pasar itu
untuk memastikan hukum Allah SWT, ditegakkan, dimana pintu rejeki Allah SWT terbuka, dan Allah dapat membuat
orang menjadi kaya atau miskin melalui adanya resiko dalam perdagangan melalui penggunaan uang Allah SWT
yaitu logam berharga maupun uang Sunah yaitu komoditas pangan yang tahan lama dan transaksi yang adil bagi
setiap manusia. Tidak akan ada segelintir orang yang dapat menjadi permanen kaya selama-lamanya dan tidak akan
ada sebagian besar orang yang menjadi permanen miskin dan melarat selama-lamanya. Anda pernah mendengar
bisnis yang tidak memiliki resiko rugi? Anda telah menutup pintu rejeki Allah.
Federal Reserve Bank dalam paparan diatas terlihat sedang melakukan percobaan dalam melakukan penipuan
melalui sistem moneter berbasis uang kertas kepada rakyat Amerika yang tidak mencurigainya, sebelum mereka
melakukannya kepada seluruh manusia di dunia, ketika Amerika Serikat terlihat sebagai dewa penyelamat dunia
pada akhir Perang Dunia 2. Proses penghisapan kekayaan umat manusia dilakukan dengan cara menciptakan uang
dari bahan kertas yang tidak berharga, dan memaksakannya untuk digunakan diseluruh dunia. Mereka yang
menguasai sistem moneter ini kemudian memilih suatu mata uang tertentu untuk diserang dan didevaluasikan secara
terus menerus. Ketika mata uang kertas itu didevaluasikan, maka masyarakat negara itu, yang tidak mencurigai
mengenai hal ini, mengalami kerugian besar-besaran, dimana ‘kerugian’ mereka adalah ‘keuntungan’ bagi yang lain.
Kurang dari dua bulan sebelumnya, yaitu di September 1931, Pound, mata uang kertas Inggris didevaluasi sebesar
31%, kemudian meningkat menjadi 40% pada Tahun 1934. Kemudian diikuti Franc Perancis yang didevaluasi
sebesar 30% dan Lira Italia sebesar 41% dan Franc Swiss sebesar 30%. Hal yang sama secara terprogram terjadi
diseluruh negara-negara Eropa. Hanya Yunani yang diserang habis-habisan dengan didevaluasi sebesar 59%.
Apa yang terlihat sebagai kebijakan “rampok tetangga anda” di Tahun 30an, dengan menggunakan devaluasi mata
uang untuk meningkatkan kompetitas produk ekspor dalam rangka menyeimbangkan defisit pembayaran, berakibat
menurunnya pendapatan negara, menurunnya permintaan barang, pengangguran besar-besaran, dan penurunan
transaksi di perdagangan dunia yang dikenal sebagai “The Great Depression” atau “Krisis Ekonomi Global”. Namun
kenyataannya, apa yang terjadi ini, menyiapkan ditetapkan satu sistem moneter yang baru, yang disiapkan untuk
memperbaiki tatanan ekonomi dunia dan menyelamatkan dunia dari kerusuhan dan huru-hara. Anda harus
mengetahui bahwa setelah mengalami krisis ekonomi global ditahun 30an ini, dunia mengalami Perang Dunia 2.
Dengan kata lain, krisis ekonomi global yang dilanjutkan dengan perang dunia bukanlah suatu hal yang terjadi
dengan kebetulan, namun sebuah rencana yang dihitung dengan matang, untuk akhirnya dapat membenarkan
penetapan sistem moneter yang baru yang akan membenahi tatanan dunia ekonomi yang carut marut itu.
Kejadian yang aneh dan jarang terjadi itu, yaitu kolaborasi diantara negara-negara Eropa dalam melakukan devaluasi
mata uangnya masing-masing secara berkelanjutan dan terkoordinasi seharusnya membangunkan dunia Muslim
terhadap bahaya sistem moneter berbasis uang kertas yang diciptakan oleh Judeo Nasrani Eropa.
Aliansi Judeo Nasrani kemudian melanjutkan menetapkan sistem moneter internasional berbasis ‘mata uang kertas’
di Bretton Woods. Mereka menggunakan hubungan antara mata uang internasional yaitu Dollar Amerika Serikat
dengan emas sebagai kamuflase untuk menyembunyikan realitas bahwa sekarang uang dapat dicetak dan
digunakan sebagai uang tanpa syarat bisa atau tidaknya uang tersebut dapat ditukar atau dijaminkan dengan uang
sebenarnya (emas) atau uang dengan nilai intrinsik. Perjanjian Bretton Woods kemudian menciptakan IMF atau
Dana Moneter Internasional pada Tahun 1944 (bahkan sebelum PD2 berakhir) untuk mengatur mata uang kertas
yang tidak dijaminkan dengan ‘emas’ di seluruh penjuru bumi. Kamuflase itu terbongkar di Tahun 1971 ketika
Presiden Perancis, Charles de Gaulle meminta Amerika Serikat menukar semua Dollar Amerika yang beredar di
Perancis dengan emas. “Kami berjanji, tetapi kami tidak menepatinya”, demikian kata Paman Sam yang tidak
memiliki apa yang disebut ‘moral’.
Sangat menakjubkan sekali, bahwa tidak ada tindakan dan respon dari intelek Islam untuk memperingatkan dunia
Islam terhadap bahaya yang menghadang ini. Jika sarjana-sarjana Islam dibutakan dengan kamuflase Dollar
Amerika pada saat itu, maka kejadian di Tahun 1971 itu seharusnya dapat dilihat dengan jelas oleh mereka, bahwa
Dollar adalah alat pencurian dan perampokan legal. Sarjana dan ulama Islam telah gagal dalam melihat sifat sistem
moneter yang berbasis uang kertas sebagai sistem yang Haram. Konsekuensinya, dunia Islam telah mengikuti
aliansi Judeo Nasrani ini masuk ke dalam sistem moneter lubang biawak-Muhammad (saw): “Kamu akan mengikuti
mereka yang datang sebelum kamu (Yahudi-Nasrani) bahkan untuk masuk lubang biawak!”
Maka ketika aliansi Yahudi-Nasrani Eropa men-dekolonisasi semua kolonialisasi mereka di seluruh penjuru bumi
(Nasrani sebagai pelaksana kolonialnya, Yahudi sebagai investornya, anda tentunya tahu mengenai VOC di Hindia
Timur dan EIC di Hindia Barat). Mereka memastikan bahwa daerah kolonial yang mereka tinggalkan itu,
menggunakan sistem moneter berbasis uang kertas yang mereka ciptakan, melalui keanggotaan negara-negara
(yang baru saja merdeka) itu ke dalam IMF.
Pasal-pasal perjanjian IMF melarang penggunaan emas sebagai uang. [3] IMF melarang mata uang lain untuk
dijaminkan dengan emas kecuali Dollar Amerika Serikat. Art.4 Section 2(b), Artikel Perjanjian menyatakan:
“pengaturan pertukaran (mata uang) meliputi (i) pengelolaan nilai mata uang oleh anggota melalui suatu hak khusus
atau dengan cara yang lain,selain emas, yang ditentukan sendiri oleh anggota atau (ii) kerjasama kooperatif dimana
anggota menentukan nilai tukar mata uangnya dengan anggota lain atau (iii) cara-cara pertukaran lainnya yang
disetujui oleh pilihan anggota”.
Pada Bulan April 2002, Ron Paul, anggota Konggres Amerikas Serikat mengirimkan surat berikut kepada Kementrian
Keuangan AS dan juga Federal Reserve Bank, bank sentral AS, dimana dia menanyakan mengapa IMF melarang
mata uang yang dijaminkan emas kepada seluruh anggotanya:
Dengan Hormat,
Saya menulis surat ini untuk menanyakan mengenai Artikel 4, Section 2b dari Artikel Perjanjian IMF. Seperti yang
anda ketahui, bahasa ini melarang anggota IMF untuk menghubungkan mata uang mereka dengan emas. Dengan
demikian IMF telah melarang anggotanya untuk dapat menerapkan solusi yang tepat dalam menstabilkan mata uang
mereka. Kebijakan ini dapat menghambat negara yang bersangkutan untuk pulih dari krisis ekonomi, dan juga dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dan membuat mereka terbelakang dalam hal stabilitas ekonomi maupun politik.
Saya akan menghargai sebuah penjelasan mengenai hal ini dari Kementrian Keuangan maupun Federal Reserve,
apa yang menjadi alasan bagi Amerika Serikat untuk terus menerapkan kebijakan yang sesat ini. Silahkan untuk
menghubungi Bapak. Norman Singleton, direktur kantor saya, jika anda menginginkan penjelasan lebih lanjut
mengenai permintaan saya ini.
Terima kasih atas kerjasama anda mengenai hal ini.
Ron Paul.
Anggota DPR AS
Departemen Keuangan AS maupun Federal Reserve tidak pernah menjawab surat Ron Paul ini. Karena memang
tidak ada penjelasan yang dapat diberikan. Alasan di balik itu adalah, realitas dimana sistem moneter yang dikelola
IMF ini, telah diciptakan untuk merampok kekayaan umat manusia dan akhirnya menetapkan perbudakan finansial
semua orang-orang yang menjadi musuh bagi aliansi Yahudi Nasrani yang kini menguasai dunia.
Sistem moneter IMF diciptakan sebagai sistem keuangan internasional dengan terminologi moneter yang aneh dan
baru, dimana Muslim belum pernah menemukannya sebelumnya. Sebelumnya ada perbedaan diantara ‘mata uang
kertas lokal’, yang diterima dan digunakan di negara yang menggunakannya, dan pertukaran ‘mata uang kertas
asing’ yang digunakan untuk perdagangan di luar negara itu. Oleh karena itu, jika Muslim di Malaysia hendak
menjual barangnya kepada Muslim di Indonesia, maka Muslim Indonesia harus menggunakan mata uang lain untuk
melakukan pembelian. Karena alasan praktis, maka uang lain yang digunakan sebagai uang pembelian itu terbatas
hanya untuk mata uang Amerika Serikat dan beberapa mata uang Eropa. Sehingga jebakan telah dibuat agar
seluruh manusia tetap menginginkan (menggunakan) mata uang perdagangan tersebut, sehingga mata uang
semacam ini (AS dan Eropa) disebut sebagai ‘mata uang kuat’. Selama umat manusia terus menggunakan ‘mata
uang kuat’ milik aliansi Yahudi Nasrani ini, maka selama itulah mereka dapat terus-menerus mencetak uang mereka,
dan dalam prosesnya, terus-menerus menciptakan kekayaan dari tidak ada menjadi ada.
Tujuan setan lainnya dari sistem ini adalah agar mata uang Barat, bersama dengan seluruh mata uang negara-
negara kaki tangan mereka (temasuk negara Muslim), tetap berada di posisi paling atas dalam hal pertukaran mata
uang terhadap mata uang lainnya. Hal ini dicapai melalui serangan yang mengakibatkan devaluasi terhadap mata
uang negara target mereka. Ketika uang di negara itu didevaluasi (dapat dilihat melalui naiknya komoditas kebutuhan
pokok), terjadilah perpindahan kekayaan dari rakyat kepada elit penguasa. Hal ini juga memaksa buruh untuk tetap
bekerja walaupun dengan gaji budak. Negara yang berhutang mata uang kuat itu, baik dari IMF maupun jaringan
perbankan Eropa lainnya, tidak akan pernah dapat membayar hutang dengan bunga itu. Realitasnya, memang itulah
alasan mengapa maha karya IMF ini diciptakan. Negara-negara target dijebak dengan hutang besar, dan secara
terus menerus dikuras kekayaan alamnya, dan dimelaratkan dalam proses pembayaran hutang dengan uang yang
terus menerus kehilangan nilainya. Semua ini tidaklah terjadi karena kebetulan.
Akhirnya, dan yang paling penting, sistem moneter berbasis uang kertas ini memfasilitasi sistem baru perbankan,
yang disebut ‘fractional reserve banking sistem’, dimana bank dapat meminjamkan uang ‘yang tidak mereka miliki’
dengan bunga. Hal ini, juga merupakan penipuan legal. Saya mengira ulama dan mufti tidak mengerti mengenai
fractional reserve banking, atau mereka memiliki pengetahuan yang cukup mengenai sistem ekonomi moneter yang
dijelaskan di buku ini. Ketika uang elektronik menggantikan uang kertas dalam transaksi besar, maka sistem moneter
yang batil ini makin menancapkan pondasinya. Sehingga pasal perjanjian IMF akan “membantu … penghilangan
peraturan mengenai pertukaran mata uang asing (forex) yang menghambat perdagangan dunia.” Penghilangan
peraturan mengenai pertukaran mata uang asing ini akan menghilangkan kekebalan mata uang suatu negara yang
dijadikan target dalam serangan finansial dimana keuntungan diperoleh melalui hilangnya nilai mata uang negara itu.
Sistem moneter internasional ini telah berhasil memenjarakan umat manusia di seluruh dunia dalam penjara
kemiskinan dan bahkan kemelaratan. Dan ketika uang elektronik telah mengambil peranannya dalam sirkulasi uang
kertas maka hal ini akan memperbolehkan perbudakan finansial terhadap seluruh umat manusia, termasuk dunia
Muslim. Apakah dengan kenyataan ini ulama, dan mufti akan menetapkan uang elektronik sebagai ‘halal’? Muslim
harus bertindak dengan cara yang benar atau berharap campur tangan Allah SWT yang dapat mengeluarkan mereka
dari perbudakan finansial ini. Apa tindakan itu? Bagaimana kita memulainya?
BAB 5
TINDAKAN KITA
Ketika Muslim telah sadar bahwa mereka telah meninggalkan Sunah Rasulullah (saw) dan sebagai gantinya telah
mengikuti Aliansi Yahudi Nasrani ke dalam ‘lubang biawak’, maka tindakan yang harus dilakukan Muslim adalah
berputar balik dan berusaha keluar dari ‘lubang biawak’ itu dengan menjalankan Sunah yang telah ditinggalkan.
Walaupun demikian, jika Sunah yang hilang itu ternyata juga terdapat di dalam Al-Qur’an, seperti Dinar emas dan
Dirham emas, maka Muslim wajib meminta ampunan kepada Allah SWT terhadap pengkhianatan yang telah mereka
lakukan melalui perjuangan untuk mendirikan kembali apa yang telah ditinggalkan itu. Bagaimana mereka harus
melakukan perjuangan itu? Apa yang harus mereka lakukan?
Tahap Satu
Mencetak koin Dinar emas dan koin Dirham perak sehingga Muslim dapat menunaikan kewajibannya seperti zakat,
mahar, pembiayaan Haji, dll. Sebagai tambahan, koin tersebut akan menjadi sarana dalam ‘menyimpan nilai’ dimana
mereka yang kaya akan memiliki perlindungan dari devaluasi uang kertas. Mencetak koin emas dan menjual atau
menukarkannya ke pasaran dan masyarakat tidak akan membantu masyarakat Muslim yang miskin, karena mereka
pun sulit untuk memiliki bahkan hanya satu Dinar. Namun hal ini bisa menjadi sarana pendidikan bagi Muslim untuk
mengetahui kebenaran uang Sunah.
Hanya ketika Dinar emas dan Dirham perak ini digunakan sebagai sarana ‘penyimpan nilai’ dan juga ‘media
transaksi’ dalam perdagangan di pasar-pasar, uang Sunah telah dikembalikan dengan sempurna dalam kehidupan
Muslim. Uang ini tentunya akan menyingkap tabir penipuan uang kertas.
Oleh karena itu, tujuan dari gerakan moneter Islam ini adalah penetapan undang-undang yang memperbolehkan
penggunaan koin emas dan perak sebagai alat tukar yang sah. Masyarakat harus mempertanyakan mengapa koin
emas dan perak tidak diperbolehkan untuk digunakan sebagai alat tukar? Tidak ada pemerintahan di dunia ini yang
dapat menjawabnya karena IMF sendiri juga tidak dapat menjawabnya.
Upaya-upaya dalam merespon penindasan yang tak bermoral yang termanifestasi dalam hukum ini harus sejalan
dengan perjuangan yang dilakukan Rasulullah (saw), sejalan dengan Sunahnya. Sunahnya mengajarkan kita bahwa
tahap pertama dari semua perjuangan mencapai kemerdekaan dari penindasan politik dan ekonomi adalah dengan
proses edukasi masyarakat, buku ini ditulis untuk tujuan itu.
Namun, banyak Muslim yang sulit diyakinkan mengenai realitas penipuan sistem moneter barat yang kita gunakan
saat ini, selama para ulama sendiri tidak mengerti dan memahami akan subjek ini dan tetap bersikeras untuk
mempertahankannya. Mungkin Muslim dapat disadarkan melalui sebuah Hadist dari Rasulullah (saw) dimana dia
memprediksikan datangnya sebuah masa, dimana para ulama akan mengkhianati Islam dan mereka akan menjadi
‘manusia yang paling buruk di kolong jagat’ dan ‘tidak akan ada yang tersisa dari Islam kecuali namanya saja’.
“Tidak akan lama lagi akan segera datang sebuah masa dimana tidak akan ada yang tersisa dari Islam kecuali
namanya, tidak akan ada yang tersisa dari Al-Qur’an kecuali suara bacaannya. Mesjid mereka besar, mewah dan
megah, namun di dalamnya tidak ada petunjuk (iman), ulama mereka akan menjadi makhluk paling buruk di kolong
jagat. Dari mereka akan keluar Fitnah terhadap Islam, dan kepada mereka pula fitnah itu dikembalikan.”
Tahap Dua
Tahap kedua dari perjuangan ini adalah penolakan penggunaan uang kertas dan uang elektronik oleh desa-desa
terpencil yang terpisah jauh dari peradaban kota. Contohnya adalah para petani padi di Pulau Jawa, Indonesia,
mereka akan meminta pembayaran dengan koin emas dan perak untuk beras yang mereka hasilkan. Ketika pembeli
menolak untuk membayar dengan koin emas atau perak maka petani akan melakukan demonitized uang kertas
dengan menfungsikan beras sebagai uang. Tentu saja penggunaan beras sebagai uang hanya terbatas untuk
transaksi kecil dan bersifat sementara, namun paling tidak uang Sunah sudah digunakan pada transaksi mikro, dan
sementara itu, penggunaan koin emas dan perak tetap diberlakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan
ekonomi.
Kota-kota akan tetap terperangkap dengan uang kertas dan uang elektronik selama peradaban Yajuj dan Majuj tetap
memerintah dunia.[4] Walaupun demikian, wilayah penggunaan uang Sunah dapat diperluas hingga ke perbatasan
kota-kota, sampai prediksi Rasulullah (saw) terjadi, yaitu runtuhnya sistem moneter uang kertas:
Abu Bakar Bin Abi Maryam berkata: Rasulullah (saw) berkata: “Akan datang suatu masa dimana tidak akan ada yang
(berharga) untuk digunakan (dalam transaksi), simpanlah Dinar (koin emas) dan Dirham (koin perak).”
(Musnad, Ahmad)
Selesai
Catatan:
[1] Al-Qur’an telah memisahkan dengan jelas antara ‘jual beli’ dengan ‘renten/piutang uang’. Di setiap transaksi jual
beli harus terdapat elemen ‘resiko’, dimana transaksi itu dapat mengakibatkan keuntungan atau kerugian. Allah SWT
kemudian dapat ikut campur untuk ‘mengambil kekayaan’ dari satu dan ‘memberikan kekayaan’ bagi yang lainnya.
Melalui hal ini, maka Allah SWT dapat memastikan bahwa kekayaan dapat berputar di roda ekonomi. Yang kaya
tidak akan dapat menjadi permanen kaya dan yang miskin tidak terpenjara dalam kemiskinan permanen.
Ketika uang dipinjamkan dengan bunga, rentenir / pemberi hutang memaksimalkan perlindungan dirinya untuk
mengalami kerugian. Konsekuensinya, kekayaan tidak akan pernah berputar dalam roda ekonomi yang berdasarkan
hutang berbunga. Yang kaya akan permanen kaya dan yang miskin akan permanen miskin sampai melarat dan
terekspos penindasan. Wanita Muslim Indonesia yang miskin harus bekerja di Singapura untuk majikannya yang non
Muslim yang tidak bersahabat dengan Islam. Selain dia harus memasak babi dan menyajikannya, dia juga harus
bekerja selama 24 jam sehari dan semua itu hanya untuk mendapatkan gaji budak. Tidak ada wanita Singapura
dengan pekerjaan serupa yang mau menerima gaji yang dia terima.
[2] “Anas bin Malik berkata: Rasulullah (saw) berkata: Melakukan penipuan mustarsal (transaksi dimana salah satu
pihak tidak mengetahui harga pasar) adalah Riba.”
(Sunan Baihaqi)
“Abdullah bin Abu Aufa berkata: seorang pedagang yang sedang tawar menawar dengan seorang pembeli di pasar
bersumpah bahwa seorang pembeli telah menghargai dagangannya sekian-sekian dan ternyata harganya bukan
seperti yang dikatakannya. Mengikuti kejadian tersebut ayat Al-Qur’an diturunkan: Ketahuilah! Mereka yang
mendapat keuntungan sedikit atas nama Allah dan perkataannya… akan mendapatkan hukuman yang berat (3:77)
bin Aufa menambahkan: Orang seperti itu telah melakukan Riba!”
(Bukhari)
Penipuan transaksi jual beli seperti menyembunyikan harga pasaran dimana penjual atau pembeli dapat menjual
atau membeli di bawah atau diatas harga pasaran sehingga mendapatkan keuntungan lebih dari keuntungan yang
sebenarnya yang adil. Sehingga suatu transaksi jual beli yang menerapkan unsur tipu daya yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan yang lebih dari keuntungan sebenarnya jika transaksi jual beli itu dilakukan tanpa tipu daya
(adil) disebut Riba.
[3] Webmaster penulis memberitahukan penulis bahwa seseorang dari IMF telah menjadi pengunjung harian webnya
sehingga membuat penulis memberitahu IMF untuk datang dan memberitahu penulis apa-apa saja dalam buku ini
yang IMF anggap salah.
[4] Ada satu Bab di dalam Buku Jerusalem di Dalam Al-Qur’an yang menjelaskan subjek Yajuj Majuj secara
menyeluruh.