Dislokasi Regio Bahu

9
Dislokasi Regio Bahu (Shoulder Dislocation) Pada regio bahu terdapat beberapa sendi yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, yaitu sendi sternoklavikular, sendi akromioklavikular, dan sendi glenohumoral. Hubungan skapulothorakal bukan merupakan sendi melainkan suatu hubungan muskuler antara dinding thoraks dan skapula. Melalui keempat hubungan ini yang terdiri atas tiga persendian dan satu hubungan muskular ini terjadi gerakan ke segala arah di gelang bahu. Dislokasi regio bahu (sendi glenohumoral) merupakan 50 % kasus dari semua dislokasi. 80 % dari dislokasi regio bahu ini adalah tipe dislokasi bahu anterior. Stabilitas sendi bahu tergantung dari otot - otot dan kapsul tendon yang mengitari sendi bahu. Sedangkan hubungan antara kepala humerus dengan cekungan glenoid terlalu dangkal. Oleh karena itu pada sendi glenohumoral sering terjadi dislokasi, baik akibat trauma maupun pada saat serangan epilepsi. Melihat lokasi kaput humeri terhadap glenoidalis, dislokasi paling sering ke arah anterior dan lebih jarang ke arah posterior. Pada waktu terjadinya dislokasi yang pertama mengalami kerusakan atau avulasi dari fibrocarltilage antara kapsul sendi dengan glenoidalis di bagian anterior dan inferior. Dengan adanya robekan tadi, maka sendi bahu akan mudah mengalami dislokasi ulang bila mengalami cedera lagi. Hal ini disebut sebagai recurrent dislokasi. Tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu: • Sendi bahu tidak dapat digerakakkan • Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain • Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan • Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya

Transcript of Dislokasi Regio Bahu

Page 1: Dislokasi Regio Bahu

Dislokasi Regio Bahu (Shoulder Dislocation)

Pada regio bahu terdapat beberapa sendi yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, yaitu sendi sternoklavikular, sendi akromioklavikular, dan sendi glenohumoral. Hubungan skapulothorakal bukan merupakan sendi melainkan suatu hubungan muskuler antara dinding thoraks dan skapula. Melalui keempat hubungan ini yang terdiri atas tiga persendian dan satu hubungan muskular ini terjadi gerakan ke segala arah di gelang bahu. Dislokasi regio bahu (sendi glenohumoral) merupakan 50 % kasus dari semua dislokasi. 80 % dari dislokasi regio bahu ini adalah tipe dislokasi bahu anterior. Stabilitas sendi bahu tergantung dari otot - otot dan kapsul tendon yang mengitari sendi bahu. Sedangkan hubungan antara kepala humerus dengan cekungan glenoid terlalu dangkal. Oleh karena itu pada sendi glenohumoral sering terjadi dislokasi, baik akibat trauma maupun pada saat serangan epilepsi. Melihat lokasi kaput humeri terhadap glenoidalis, dislokasi paling sering ke arah anterior dan lebih jarang ke arah posterior. Pada waktu terjadinya dislokasi yang pertama mengalami kerusakan atau avulasi dari fibrocarltilage antara kapsul sendi dengan glenoidalis di bagian anterior dan inferior. Dengan adanya robekan tadi, maka sendi bahu akan mudah mengalami dislokasi ulang bila mengalami cedera lagi. Hal ini disebut sebagai recurrent dislokasi.

Tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu: • Sendi bahu tidak dapat digerakakkan • Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain • Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan • Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya

Gambar 6. Shoulder dislocation

Dislokasi Acromioclavicularis

Kekuatan sendi akromioklavikular disebabkan oleh simpai sendi dan ligament korakoklavikular. Dislokasi sendi akromioklavikular tanpa disertai rupturnya ligament korakoklavikuar, biasanya tidak menyebabkan dislokasi fragmen distal ke cranial dan dapat diterapi secara konservatif dengan mitela yang disertai latihan dan gerakan otot bahu. Bila tidak berhasil atau adanya robekan ligament korakoklavikula kadang dilakukan operasi reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna.

Page 2: Dislokasi Regio Bahu

Gambar 4. Dislokasi acromioclavicularis

Dislokasi Sternoclavicular

Dislokasi sternoklavikular ini jarang terjadi dan bisa terjadi akibat trauma langsung klavikula kearah dorsal yang menyebabkan dislokasi posterior atau retrosternal. Atau bisa terjadi akibat tumbukan pada bagian depan bahu sehingga bagian medial dari klavikula tertarik kearah depan dan menyebabkan lepasnya sendi sternoklavikular kearah anterior. Pengobatan konserfatif dengan reposisi dan imobilisasi bisa berhasil dan bila gagal perlu dilakukan operasi. Yang terpenting ialah latihan otot supaya tidak terjadi hipotrofik pada otot bahu.

Gambar 5. Dislokasi Sternoclavicular

a. Dislokasi bahu anterior

Sering terjadi pada usia dewasa muda, kecelakaan lalu lintas ataupun cedera olah raga. Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi ekstern (puntiran keluar) dan ekstensi sendi bahu. Posisi lengan atas dalam posisi abduksi. Kaput humerus didorong ke depan dan menimbulkan avulsi simpai sendi bagian bawah dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidalis bagian anterior. Lesi ini disebut bankart lesion. Karena terjadi robekan kapsul, kepala humerus akan keluar dari cekungan glenoid ke arah depan dan medial, kebanyakan tertahan di bawah coracoideus. Mekanisme lain terjadinya disloksi adalah trauma langsung. Pederita jatuh, pundak bagian belakang terbentur lantai atau tanah. Gaya akan mendorong permukaan belakang humerus bagian proksimal ke depan.

Page 3: Dislokasi Regio Bahu

Gambar 7. Dislokasi bahu anterior

Klinis

Pasien merasakan sendinya keluar dan tidak mampu menggerakkan lengannya, dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelah lain. Pundak terasa sakit sekali, bentuk pundak asimetris, posisi badan pendeita miring ke arah sisi yang sakit, bentuk deltoid pada sisi yang cedera tampak mendatar, hal ini disebabkan kepala humerus sudah keluar dari cekungan glenoid ke depan. Pada palpasi daerah subacromius jelas teraba cekungan.

Pemeriksaan penunjang

Dengan pembuatan X – ray foto, umumnya dengan proyeksi AP sudah dapat terdiagnosis adanya dislokasi sendi bahu.

Gambar 8. X – ray foto dislokasi bahu anterior

Penatalaksanaan

Keadaan ini memerlukan reposisi segera. Ada beberapa indikasi untuk melakukan reposisi, yaitu : tidak adanya fraktur, tidak adanya defisit neurologi

Oleh karena itu sebelum melakukan reposisi sebaiknya dilakukan beberapa pemeriksaaan

1. Nervus axillary : 8% terjadi kelumpuhan

- innervasi m. Deltoideus : tidak di tes

Page 4: Dislokasi Regio Bahu

- Sensoris: dibawah m. Deltoideus

2. Nervus Radialis: extensi tangan

3. Artery brachialis: denyut nadi radialis

Gambar 9. Pre reduction examination

Terdapat 3 cara untuk mereposisi dislokasi bahu anterior, yaitu :

1. Cara Stimson

Cara ini mudah dan tidak memerlukan anestesia. Penderita tidur tengkurang di atas meja, lengan yang cedera dibiarkan tergelantung ke bawah. Lengan diberi beban seberat 5 – 7 ½ kg. Pada saat otot bahu dalam keadaan relaksasi, diharapkan terjadi reposisi akibat berat lengan yang tergantung di samping tempat tidur tersebut. Hal ini dilakukan selama 20 – 25 menit.

Gambar 10. Cara Stimson

1. Cara Hippocrates

Page 5: Dislokasi Regio Bahu

Bila cara stimson gagal maka dilakukan cara hippocrates. Penderita tidur terlentang di atas meja, lengan penderita pada sisi yang sakit ditarik ke distal, posisi lengan sedikit abduksi. Sementara itu kaki penolong ditekankan ke aksila untuk mengungkit kaput humerus ke arah lateral dan posterior. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan penyangga ke dada selama paling sedikit 3 minggu.

Gambar 11. Cara Hippocrates

1. Cara Kocher

Penderita ditidurkan di atas meja. Penolong melakukan gerakan yang dapat dibagi dalam 4 tahap.

· Tahap pertama, dalam posisi siku fleksi penolong menarik lengan atas ke arah distal

· Tahap kedua, dilakukan gerakan eksorotasi dari sendi bahu

· Tahap ketiga, melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu

· Tahap ke empat, melakukan gerakan endorotasi sendi bahu.

Setelah tereposisi sendi bahu difiksasi dengan dada, dengan verband dan lengan bawah digantung dengan sling. Immobilisasi cukup 3 minggu. Cara ini paling sering dilakukan di klinik.

Page 6: Dislokasi Regio Bahu

Gambar 12. Cara Kocher

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi dislokasi bahu anterior, yaitu :

§ Cedera plexus brachialis dan n. Axillaris yang menyebabkan kumpulnya m. deltoid sehingga bahu tidak dapat diangkat abduksi

§ Robeknya muskulus tendineus cuff (cuff rotator)

§ Patah tulang humerus

§ Rekurrens dislokasi bahu anterior

Hal ini disebabkan terjadinya celah robekan fibrocartilago di daerah bannkart yang menetap. Trauma yang ringan saja seperti mengenakan baju atau menutup jendela akan terjadi posisi abduksi dan eksternal rotasi yang akan mengakibatkan dislokasi kembali. Kalau terjadi lebih dari 3 x, dianjurkan untuk dilakukan operasi. Metode operasi yang dipakai yaitu, Bristow, Bannkart, dan Putti plat. Tujuan dari operasi ini untuk melakukan rekonstruksi struktur bagian anterior sendi.

b. Dislokasi bahu posterior

Dislokasi ini jarang terjadi, mekanisme biasanya penderita jatuh dimana posisi lengan atas dalamkedudukan adduksi atau internal rotasi.

Klinis:

Sangat sakit di daerah bahu. Posisi lengan dalam kedudukan adduksi dan internal rotasi. Terdapat penonjolan kaput di daerah posterior.

Pemeriksaan Radiologi:

Proyeksi AP kadang sulit dilihat, Kalau perlu dilakukan proyeksi aksial.

Penatalaksanaan:

Page 7: Dislokasi Regio Bahu

Keadaan ini memerlukan reposisi tertutup segera alam narkosis umum dengan melakukan rotasi ekstern pada bahu dan kaput humerus didorong ke depan. Setelah reposisi, dipasang gips spika bahu dalam posisi abduksi 30 0 selama 3 minggu. (3,7)

c. Dislokasi bahu inferior (Luxatio Erecta)

Kaput humerus terperangkap dibawah kavitas glenoidale sehingga terkunci dalam posisi abduksi. Karena robekan kapsul sendi lebih kecil dibanding kepala humerus, maka sangat susah kepala humerus ditarik keluar, hal ini disebut sebagai “efek lubang kancing (Button hole effect)”

Penatalaksanaan

Lakukan traksi berlawanan dengan arah dislokasi. Awalnya lakukan tarikan ke arah dislokasi, yaitu ke arah atas, lanjutkan tarikan semakin lama semakin ke bawah (counter abduksi), dan akhirnya arahkan lengan ke sisi penderita.