Dua Dunia Satu Cerita

18
Kumpulan Puisi Dedy Tri Riyadi DUA DUNIA SATU CERITA Ed. Juni 2016

description

Kumpulan Puisi karya Dedy Tri Riyadi yang berisikan cerita dari Cina dan petikan Mahabarata.

Transcript of Dua Dunia Satu Cerita

Page 1: Dua Dunia Satu Cerita

Kumpulan Puisi

Dedy Tri Riyadi

DUA DUNIA

SATU CERITA

Ed. Juni 2016

Page 2: Dua Dunia Satu Cerita

Beberapa Cerita Dinasti Han

Page 3: Dua Dunia Satu Cerita

Orang Tua Pemindah Gunung

Yang kau lakukan tak akan pernah sia-sia. Sebagai Yugong, kau hanya menua. Tapi Zishou tak tahu apa-apa. Yang kau lakukan bukan sekadar upaya, Tapi cita-cita. Bahkan Jingcheng pun mengirimkan Sang Putra. Kuifu, bagimu hanya kerikil dan debu. Sepatutnya, di utara Yintu, tersingkirlah Tat Xing dan Wang Wu. Menyisih ke sisi laut Bo. Dan terbukalah jalan dari Yuzhou sampai tepi sungai Han bagi langkah kakimu. 2016

Page 4: Dua Dunia Satu Cerita

Lelaki di balik Balok Kayu

Ia, bisa saja bernama Chen Shi. Bisa juga kau. Yang mengikat sabuk dan memberi nasihat pada anak-anaknya, “Jadilah laki-laki pemberani!” Ia, bisa saja Si Pencuri, lelaki di balik balok kayu, tapi bisa juga kau. Yang terperanjat diraba sisi pengecutnya, lalu menghadap Chen Shi dan menjura tiga kali. Tapi dalam cerita ini, Chen Shi hanya menepuk pundaknya, lalu berkata, “Jadilah ia yang menanggung hidupnya.” 2016

Page 5: Dua Dunia Satu Cerita

Sepatu Bergambar Macan

Kebenaran harus selalu tegak,

meski kelak hanya gambar pada sepasang sepatu.

Ia adalah ibu bagi anak-anaknya.

Selalu penuh rindu, selalu berhitung dalam bertindak.

Meski di rumah pejabat,

Kebenaran harus bisa menang telak. Kuat dan tajam seperti taring macan.

Siapa menghalangi akan dikoyak.

Dan dia adalah ibu untuk anak-anaknya. Jari tempat melekatnya kuku-kuku itu.

2016

Page 6: Dua Dunia Satu Cerita

Tiga Lubang Kelinci

Agar lumbungmu aman, kau harus pergi. Menolak Wei dan dapatkan simpati dari Qi. Di tangan Feng Xuan, semuanya terkendali. Temuilah Qi sekali lagi. Mintalah ia mendirikan kuil suci. Maka berbulan-bulan, para petani akan memberimu padi. Setelah itu, Meng Changjun, kau akan tetap di sini. Menjadi kelinci pada tiga lubang abadi. 2016

Page 7: Dua Dunia Satu Cerita

Jeruk Pak Menteri

Jeruk tetaplah jeruk, tak ada Huainan atau Huaibei. Tak ada juga manusia yang buruk Meski tahanan atau pencuri. Jeruk tetaplah jeruk, meski dihidangkan Raja Chu hari ini. Namun dengan kondisi negara makin teruk, bagaimana bisa mengira budi dalam hati? 2016

Page 8: Dua Dunia Satu Cerita

Ketabahan Yao Tenunlah lagi, Yao, kain Cap Go Meh. Masih ada tujuh keranjang kapas dan bulan belum pias. Tenunlah lagi, Yao, jangan berhenti. Meski dewa-dewa meminta kau tidur dengan memadamkan bulan. Tenunlah lagi, kesabaranmu, Yao. Sampai seluruh keluarga Yang memandang kaulah emas yang paling gemilang. 2016

Page 9: Dua Dunia Satu Cerita

Bulan untuk Huo Jia

Tertawalah, Huo Jia, untuk bulan di angkasa, karena hidup memang untuk menertawakan kegetirannya sendiri. Tertawalah, Huo Jia. Tak ada bulan mengapung di telaga. Yang menyangkut di mata kailmu hanya batu kali. Menangislah, Huo Jia, menangislah dan merasa gagal. Anggaplah dirimu sebagai yang hampir menangkap bulan sebutir. Dan berbahagialah, Huo Jia. Setiap bulan muncul di langit, ada kisah tentangmu dianggit. 2016

Page 10: Dua Dunia Satu Cerita

Jenderal-Jenderal Penjaga Pintu Kau harusnya bahagia, Qin dan Yuchi, diabadikan sepenuh badan menjaga mimpi. Seperti pintu -- membatasi ruang diri, melingkupkan pertahanan bagi Raja Li. Kau layak untuk dihormati, Qin dan Yuchi, dijadikan lambang pertahanan sejati. Dengan begitu - ia yang ingin tidur sendiri bisa merasa, esok pagi, ada yang akan menyambutnya dari mati. 2016

Page 11: Dua Dunia Satu Cerita

Wirataparwa

Page 12: Dua Dunia Satu Cerita

Sarindhri

"Akulah Alfa dan Omega, Firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa." (Wahyu 1:8)

Sampai semua cahaya di langit direbut, cinta tetap akan hiasan wajah semata. Karena itulah, aku ada. Dan aku tak peduli, dia Kencaka atau Dursasana, mereka yang tak mengerti, pasti binasa. Sampai semua raja mengerti dharma, dan semua satria memahami peperangan tidak hanya terjadi di medan laga, aku tetap akan ada. Aku ada, supaya yang lima (kejujuran, keberanian, kasih, kesetiaan, dan tenggang-rasa) tetap terjaga. Dan selepas bait ke lima, aku lesap, Menghilang di Himalaya, di antara nama awatara dan sejumlah peristiwa, 2016

Page 13: Dua Dunia Satu Cerita

Kanka

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." (Matius 5:11)

Biar. Biarkan dengan sanyasin, ia membuatmu yakin, Matsyapati, bahwa hidup adalah perjudian bagi harga diri. Biarkan juga ia, Wirata, bercerita yang gemulai juga bisa memegang pedang seperti Utara. Biarkan ia membuatmu gundah, seperti kau biarkan sebuah pukulan mendera kepalanya, di ujung cerita. Sampai kau menyesal dan merapal mantra -- bersetia padanya. 2016

Page 14: Dua Dunia Satu Cerita

Abilawa

"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." (Matius 10:34)

Kau sembunyikan dosa berjudi pada setumpuk daging dan pisau pasi. Pisau yang bilahnya telah membelah tiga nama: Rajamala, Rupakenca, dan Kencakarupa -- pengacau Wirata. Pisau yang ikhlas menuliskan -- Wilakas dan sarapan pagi para putri. Pisau yang iri pada kukumu lalu diam-diam ingin mengiris tahun ke dua belas rambutmu. Dan karena kau daging, tetap saja tak bisa kau berpaling pada kilau sepi -- sekali lagi. 2016

Page 15: Dua Dunia Satu Cerita

Wrehanala

"Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap." (Matius 13:14)

Bersembunyi ia dalam gerak dan irama Bersembunyi ia antara lelaki dan perempuan Bersembunyi ia sebagai satria dan sida-sida Bersembunyi sampai genap tahun Wirata Bersembunyi sampai kau mengira Indra mengirim cahaya di antara dengus kuda. 2016

Page 16: Dua Dunia Satu Cerita

Darmagranti

“Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.” (Yakobus 3:3)

Ia lebih mengerti luasan padang daripada seratus ekor kuda, sebab telah ditulisnya Aswasastra dengan pedang dan wajahnya. Wajah yang kelak membuatmu mengenang jazirah Mesir hingga Benggala -- gurun, gunung, padang dan belantara. Wajah yang membuatmu tak yakin; bayang siapa memantul di air kolam. Wajah yang terpancar dari sebilah pedang, dan membuatmu merasa -- sebelum moksa ada sakit tak tertahankan. Seperti tubuh diinjak seratus ekor kuda. Seketika. 2016

Page 17: Dua Dunia Satu Cerita

Tantripala

“Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendenga suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala." (Yohannes 10:16)

Sebentang rerumput dan kembang disentuh demi sapi-sapimu yang lintuh. Bentang alam, semak dan pepucuk delima dirambah bagi tidur ternak yang tenteram. Setiap yang buatmu terkejut dan bimbang dibunuh, agar bulan di malammu penuh. Dan entah mambang, kuntilanak, atau denawa dicegah agar tak masuk ke mimpimu dalam-dalam. Karena, sebaik-baiknya ternak adalah yang tidur. tidak ribut atau mendengkur. Dan sebagai gembala, dia berjaga dari serangan serigala, pencuri itu. Ia berjaga sekaligus mencari, barangkali ada ternak tertinggal tertambat di pinggir kali. Ia ingin kau benar-benar merasa – di sini, di padang penggembalaan, cahaya benderang bukan hanya datang dari bintang dalam sebuah saga. 2016

Page 18: Dua Dunia Satu Cerita

Biodata Dedy Tri Riyadi lahir di Tegal, 42 tahun silam. Sekarang bermukim di Jakarta. Tepatnya di sebuah rumah kontrakan dengan alamat Jalan Haji Batong III No. 28 RT 05 RW 06 Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan (12430). Rajin menulis puisi untuk kebutuhannya sebagai blogger khusus puisi di blog-nya www.toko-sepatu.blogspot.com, yang kemudian beberapa di antaranya lolos kurasi di media masa seperti Pikiran Rakyat, Jurnal Nasional, Suara Karya, Koran Tempo, Kompas, Majalah Sastra Horison, dan antologi bersama Dewan Kesenian Jakarta tahun 2010. Buku Antologi puisi pertamanya lahir dari penulisan bersama rekan sejawat di Komunitas Bunga Matahari yaitu Maulana Ahmad dan Inez Dikara bertajuk “Sepasang Sepatu Sendiri dalam Hujan.” Selanjutnya, melahirkan buku puisi sendiri berjudul “Gelembung” yang dicetak terbatas. Baru tahun 2014 kembali melahirkan buku puisi berjudul “Liburan Penyair.” Tahun ini puisinya masuk ke dalam antologi bersama bertema Sungai, dan masuk pula dalam antologi Dewan Kesenian Banten dengan puisi bertema Maritim. Saat ini sedang berencana menerbitkan kembali buku puisi yang sementara diberi judul “Pengungsian Suara.” Setiap hari dapat dihubungi melalui telepon seluler bernomor 087885233244 atau melalui surat elektronik dengan alamat [email protected]