EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

14
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK MOTIVASI DAN MORALITAS SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI RAJAGALUH KABUPATEN MAJALENGKA 1 Muhamad Rakhmat 2 Utono 1 Dosen Magister Manajemen Pendidikan, Universitas Majalengka, Indonesia 2 Mahasiswa Program Pascasarjana, Universitas Majalengka, Indonesia ABSTRAK Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah usaha mempersiapkan manusia yang menghambakan dirinya kepada Allah. Pada hakikatnya tujaun umum pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia yang sempurna (insan kamil) yaitu manusia yang beribadah kepada Allah.Keluhan masyarakat dan problematika yang diungkapkan diatas bahwasanya pendidikan Agama Islam itu sendiri belum mampu mengantarkan peserta didik untuk dapat memahami dan mengamalkan ajaran agamanya dengan baik dan benar, tidak sedikit anak yang belum bisa membaca dan menulis Al-Qur’an, belum melakukan shalat dengan tertib, belum berpuasa Ramadhan, sering terjadi kenakalan pada usia sekolah. Sebenarnya kehidupan agama berkembang lebih baik, tetapi gejala negative dimasyarakat juga semakin memprihatinkan. Ekstrakurikuler keagamaan perlu digalakkkan secara terus-menerus dan menuntut partisipasi serta tanggung jawab dari semua pihak. hal ini dikandung maksud agar semua aktivitas keagamaan berjalan dengan baik tanpa ada hambatan. Berbagai pembinaan dilakukan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan harapan walaupun bukan dalam bentuk mata pelajaran PAI, namun eksistensinya dalah untuk mendukung dan mencapai tujuan pendidikan islam. Keberhasilan siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler tergantung pada motivasi yang kuat yang berasal dari dalam diri maupun dari luar dirinya serta moralitas yang baik dari siswanya untuk berprilaku yang sesuai dengan norma dan aturan. Pelaksanaan program ekstrakurikuler keagamaan di MAN Rajagaluh Kabupaten Majalengka dilaksanakan rutin setiap hari dan disesuaikan dengan jadwal kegiatan itu sendiri dengan tersetruktur. Program ekstrakurikuler keagamaan rutinan setiap hari ini wajib dilaksanakan oleh seluruh warga madrasah, mulai dari siswa-siswi, para guru dan staf karyawan serta kepala sekolah. Tanggung jawab atas program ekstrakurikuler keagamaan di MAN Rajagaluh Kabupaten Majalengka menjadi tanggung jawab bersama, untuk seluruh warga madrasah bukan hanya tanggung jawab kepala sekolah dan guru PAI saja, untuk guru pada disiplin ilmu yang lain ikut pula berpartisipasi dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler keagamaan untuk mendidik, mengarahkan, serta membimbing para siswanya. Kata Kunci : Efektivitas, Ekstrakulikuler, Motivasi, Moralitas

Transcript of EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

Page 1: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN

DALAM MEMBENTUK MOTIVASI DAN MORALITAS SISWA DI

MADRASAH ALIYAH NEGERI RAJAGALUH KABUPATEN

MAJALENGKA

1 Muhamad Rakhmat

2 Utono 1Dosen Magister Manajemen Pendidikan, Universitas Majalengka, Indonesia

2Mahasiswa Program Pascasarjana, Universitas Majalengka, Indonesia

ABSTRAK

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah usaha mempersiapkan manusia yang

menghambakan dirinya kepada Allah. Pada hakikatnya tujaun umum pendidikan Islam adalah

terbentuknya manusia yang sempurna (insan kamil) yaitu manusia yang beribadah kepada

Allah.Keluhan masyarakat dan problematika yang diungkapkan diatas bahwasanya pendidikan

Agama Islam itu sendiri belum mampu mengantarkan peserta didik untuk dapat memahami dan

mengamalkan ajaran agamanya dengan baik dan benar, tidak sedikit anak yang belum bisa

membaca dan menulis Al-Qur’an, belum melakukan shalat dengan tertib, belum berpuasa

Ramadhan, sering terjadi kenakalan pada usia sekolah. Sebenarnya kehidupan agama

berkembang lebih baik, tetapi gejala negative dimasyarakat juga semakin memprihatinkan.

Ekstrakurikuler keagamaan perlu digalakkkan secara terus-menerus dan menuntut partisipasi

serta tanggung jawab dari semua pihak. hal ini dikandung maksud agar semua aktivitas

keagamaan berjalan dengan baik tanpa ada hambatan. Berbagai pembinaan dilakukan untuk

mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan harapan walaupun bukan dalam bentuk mata

pelajaran PAI, namun eksistensinya dalah untuk mendukung dan mencapai tujuan pendidikan

islam. Keberhasilan siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler tergantung pada motivasi yang kuat

yang berasal dari dalam diri maupun dari luar dirinya serta moralitas yang baik dari siswanya

untuk berprilaku yang sesuai dengan norma dan aturan. Pelaksanaan program ekstrakurikuler

keagamaan di MAN Rajagaluh Kabupaten Majalengka dilaksanakan rutin setiap hari dan

disesuaikan dengan jadwal kegiatan itu sendiri dengan tersetruktur. Program ekstrakurikuler

keagamaan rutinan setiap hari ini wajib dilaksanakan oleh seluruh warga madrasah, mulai dari

siswa-siswi, para guru dan staf karyawan serta kepala sekolah. Tanggung jawab atas program

ekstrakurikuler keagamaan di MAN Rajagaluh Kabupaten Majalengka menjadi tanggung jawab

bersama, untuk seluruh warga madrasah bukan hanya tanggung jawab kepala sekolah dan guru

PAI saja, untuk guru pada disiplin ilmu yang lain ikut pula berpartisipasi dalam pelaksanaan

program ekstrakurikuler keagamaan untuk mendidik, mengarahkan, serta membimbing para

siswanya.

Kata Kunci : Efektivitas, Ekstrakulikuler, Motivasi, Moralitas

Page 2: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

I. PENDAHULUAN

Pendidikan islam adalah pendidikan

yang berusaha mentransformasikan

pengetahuan dan nilai-nilai ajaran Islam dari

satu generasi kepada generasi selanjutnya.

Pendidikan ini dapat dialngsungkan melalui

lembaga pendidikan Islam, ataupun yang

lain yang menempatkan nilai-nilai islam.

Pendidikan Agama Islam memiliki

pengertian yang berbeda dengan Pendidikan

Islam, sebab Pendidikan Agama Islam hanya

merupakan salah satu dari bagian dari

Pendidikan Agama Islam. Pendidikan

Agama Islam adalah satu mata pelajaran

yang diberikan kepada peserta didik untuk

mencapai tujuan besar dari pelaksanaan

Pendidikan Islam (Sama’un Bakry,2005:11-

12). Pendidikan Islam dapat diartikan

sebagai berikut, Menurut Omar Muhammad

al-Toumy al-Syaebany, mengartikan

pendidikan islam sebagai usaha mengubah

tingkah laku individu dalam kehidupan

pribadinya atau kemasyarakatannya dan

kehidupan dalam alam sekitarnya melalui

proses kependidikan. Usaha melakukan

perubahan ini harus dilandasi oleh nilai-nilai

Islami, yakni nilai-nilai yang terdapat dalam

al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Menurut

Ahmad Tafsir pendidikan islam sebagai

ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam,

berdasarkan nilai-nilai Islami yang terdapat

dalam dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

Pendidikan Islam menurut Malik Fadjar

dapat dirumuskan sebagai upaya yang

sistematis dalam mengejawantahkan nilai-

nilai Islami. Pengejawantahan nilai-nilai

Islami tersebut sealin dapat dilakukan

melalui lembaga pendidikan Islam, dapat

pula dilakukan melalui berbagai institusi

Pendidikan yang membawa semangat nilai-

nilai Islami (Sama’un Bakry,2005:10-11).

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah

usaha mempersiapkan manusia yang

menghambakan dirinya kepada Allah. Pada

hakikatnya tujaun umum pendidikan Islam

adalah terbentuknya manusia yang sempurna

(insan kamil) yaitu manusia yang beribadah

kepada Allah. Kesempurnaan dalam

prespektif Pendidikan Islam menurut Ahmad

Tafsir adalah manusia yang beribadah

kepada Allah, memiliki kesehatan jasmani

serta kuat secara mental, selain itu juga

memiliki ketrampilan yang dibutuhkan,

akalnya cerdas dan pandai, kalbunya penuh

iman kepada Allah SWT. Karena pendidikan

islam bersumber pada al-Qur’an dan

Sunnah, maka pendidikan sudah pasti akan

mengarahkan anak didik menuju pada

penghambaan dirinya kepada Allah. Hal ini

sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an

surat al-Hujurat ayat 13:

ر لاقنااكم من ذاكا ا الناس إن خا يا أاي هاق اباائلا عالنااكم شعوبا وا واأن ثاى واجااكم كم عندا الل أات قا عاارافوا إن أاكراما لت ا

بي إن اللا عاليم خا

Artinya : “Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu

disisi Allah adalah orang yang

paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah maha

mengetahui lagi maha mengenal.”

(Departemen Agama Republik

Indonesia, 1989:847).

Dari berbagai uraian diatas

bahwasanya Pendidikan Agama Islam dalam

instansi pendidikan sangat diharapkan dapat

membantu memberikan sumbangsih besar

pada akhlak peserta didik khususnya dan

umumnya bagi masyarakat. Karena

masyarakat memiliki harapan dan tujuan

tertentu terhadap system pendidikan begitu

Page 3: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

pula dalam pendidikan islam, yang idealnya

dilaksanakan pada lembaga sekolah dan

kelas (Hanun Asrorah, 2008:83). Keluhan

masyarakat dan problematika yang

diungkapkan diatas bahwasanya pendidikan

Agama Islam itu sendiri belum mampu

mengantarkan peserta didik untuk dapat

memahami dan mengamalkan ajaran

agamanya dengan baik dan benar, tidak

sedikit anak yang belum bisa membaca dan

menulis Al-Qur’an, belum melakukan shalat

dengan tertib, belum berpuasa Ramadhan,

sering terjadi kenakalan pada usia sekolah.

Sebenarnya kehidupan agama berkembang

lebih baik, tetapi gejala negative

dimasyarakat juga semakin memprihatinkan.

Ekstrakurikuler keagamaan perlu

digalakkkan secara terus-menerus dan

menuntut partisipasi serta tanggung jawab

dari semua pihak. hal ini dikandung maksud

agar semua aktivitas keagamaan berjalan

dengan baik tanpa ada hambatan. Maju

mundurnya agama dapat dilihat dari tingkat

keaktifan penganutnya dalam melaksanakan

perintah agama. Pada jenjang pendidikan

tingkat Madrasah Tsanawiyah sebetulnya

sudah mencapai kemampuan untuk

melaksanakan perintah agama. Karena

dengan aktif melaksanakan perintah agama,

secara langsung dapat menanamkan

pendidikan pada diri-sendiri, juga dapat

membentuk watak dan sikap kepribadian

yang islami. Dari berbagai fenomena yang

dijabarkan di atas menuntut adannya

tindakan pembinaan baik dari guru PAI

sendiri, Instansi Pendidikan tersebut ataupun

masyarakat. Berbagai pembinaan dilakukan

untuk mendukung pelaksanaan

pembelajaran dengan harapan walaupun

bukan dalam bentuk mata pelajaran PAI,

namun eksistensinya dalah untuk

mendukung dan mencapai tujuan pendidikan

islam. Pembinaan tersebut direalisasikan

melalui sebuah kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan. Kegiatan Ektrakurikuler

keagamaan yang berkembang dalam

lingkungan sekolah terwujud dalam sholat

dhuha, tadarus al-Qur’an, sholat berjama’ah,

dzikir dan lain sebagainya.

Keberhasilan siswa dalam kegiatan

ekstrakulikuler tergantung pada motivasi

yang kuat yang berasal dari dalam diri

maupun dari luar dirinya serta moralitas

yang baik dari siswanya untuk berprilaku

yang sesuai dengan norma dan aturan.

Faktor dari dalam individu meliputi fisik dan

psikis, contoh faktor psikis diantaranya

adalah motivasi. Motivasi belajar siswa yang

tinggi dapat menunjang keberhasilan belajar,

akan tetapi motivasi belajar siswa yang

rendah merupakan hambatan yang dapat

berakibat pada hasil belajar rendah. Motivasi

merupakan suatu keadaan yang kompleks

dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk

bergerak ke arah tujuan tertentu, baik

disadari atau tidak disadari (Yusuf dan

Nurihsan, 2008: 159). Motivasi belajar

merupakan motivasi dasar yang dimiliki

setiap orang di samping motivasi untuk

bersahabat dan motivasi untuk berkuasa

(Siagian, 2004: 167). Motivasi belajar

merupakan usaha mencapai sukses atau

berhasil berkompetisi dengan suatu ukuran

keunggulan yang dapat berupa prestasi

orang lain maupun prestasi sendiri.

Seseorang yang memiliki motivasi belajar

akan berusaha melakukan sesuatu untuk

meraih apa yang diinginkan. Hal ini juga

berlaku bagi siswa, di mana mereka akan

berusaha sekuat tenaga belajar untuk meraih

Page 4: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

prestasi yang baik di sekolahnya. Siswa

yang demikian biasanya memiliki tanggung

jawab yang tinggi untuk terus belajar agar

mendapat prestasi yang diinginkan. Di

sinilah faktor internal terlihat sangat

menentukan keberhasilan seseorang. Selain

faktor internal, dalam proses dan

keberhasilan belajar siswa, juga dipengaruhi

oleh faktor eksternal. Faktor eksternal yang

berasal dari lingkungan sosial dan non sosial

siswa turut berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa. Lingkungan di sekitar

individu, seperti lingkungan keluarga,

lingkungan masyarakat, lingkungan belajar,

dan lingkungan kelompok memiliki

pengaruh terhadap keberhasilan individu

dalam belajar (Usman dan Setyawati, 1993:

38). Bila lingkungan sekitar memberikan

dukungan yang positif maka akan

mendukung proses dan keberhasilan belajar

siswa, sebaliknya bila lingkungan di sekitar

tidak memberikan dukungan yang positif

maka akan menghambat siswa untuk meraih

prestasi belajar yang optimal. Dengan

demikian penulis merasa perlu membahas

lebih dalam mengenai kegiatan yang

menyangkut keagaaman yang dapat

menunjang dan membantu pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam Instansi pendidikan atau lembaga

sekolah. Dengan pelaksanakan penelitian

yang berjudul: Efektivitas Pelaksanaan

Ekstrakurikuler Keagamaan dalam

Membentuk Motivasi Belajar Siswa di

Madrasah Aliyah Negeri Rajagaluh

Kabupaten Majalengka.

II. LANDASAN TEORI

Tujuan Ekstrakurikuler keagamaan

pada umumnya sama menghendaki para

peserta didiknya memiliki akhlakul karimah

atau moralitas yang baik. Tujuan ini adalah

sebagai upaya dalam penyempurnaan tujuan

Pendidikan Agama Islam untuk membentuk

manusia insane kamil, tentu saja mengaju

pada Undang-undang Sisdiknas No.20 tahun

2003 dapat tercapai: melengkapi dan

menyempurnakan Pendidikan Agama Islam

di kelas sesuai yang diharapkan dalam

kurikulum, Visi dan Misi sekolah dan

membina moralitas keagamaan sesuai

dengan ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Kegiatan ekstrakulikuler keagamaan dapat

berjalan efektif apabila didukung oleh

motivasi yang tinggi dari siswa untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran. Melalui

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini

mengandung pendidikan agama dan

pendidikan akhlak yang berfungsi sebagai

konsumsi hati dan sebagai penuntun

akhlakul karimah.

Oleh karena itu, dalam mewujudkan

harapan yang terkandung dalam kegiatan

ekstrakulikuler, yaitu terbentuknya akhlak

atau moral yang tinggi, maka kegiatan

ekstrakulikuler keagamaan perlu didukung

oleh semangat belajar dari siswanya. Karena

secara tidak langsung kegiatan ekstrakuriler

ini dijadikan sebagai aspek esensial

pendidikan akhlak yang ditujukan kepada

jiwa dan pembentukan akhlak atau moralita

seorang siswa. Karena pentingnya agama

dan ilmu menjadikan keduanya sebagai

pegangan yang paling utama dalam

kehidupan manusia. Oleh karena itulah pada

umumnya sekolah atau madrasah banyak

yang memberi jam pelajaran tambahan atau

kegiatan tambahan diluar jam pelajaran

dalam bentuk ekstrakurikuler yang khusus

dalam bidang keagamaan, agar para siswa

dapat memperoleh pengetahuan yang

Page 5: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

seimbang anatara pengetahuan agama dan

pengetahuan umum serta dapat menerapkan

dan mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan program ekstrakurikuler

keagamaan ini diharapkan daapt

mengembangkan karakter. Program ini

kegiatan akhalak melalui ekstrakurikuler

keagamaan ini untuk membentuk

kepribadian siswa menjad seorang yang taat

terhadap ajaran agama, sekaligus guna

menciptakan kondusi atau suasana kondusif

bagi terwujudnya suasana yang nuansa

keagamaan di sekolah. Adapun proposisi

dalam penelitian ini diuraikan dalam bentuk

kalimat kualitatif sebagai berikut : “

Pelaksanaan program kegiatan

ekstrakulikuler keagamaan akan berjalan

efektif, apabila didukung oleh adanya

motivasi yang tinggi dari para siswanya

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran

tersebut”.

III. METODE PENELITIAN

Objek pada penelitian ini terkait

dengan pelaksanaan ekstrakulikuler

keagamaan dan motivasi belajar yang

diterapkan pada Madrasah Aliyah Negeri

Rajagaluh di Kabupaten Majalengka. Subjek

penelitian ini adalah sumber tempat, orang

atau responden untuk memperoleh

informasi. Di dalam penelitian ini, yang

peneliti jadikan obyek atau sumber data

penelitian melalui wawancara, yaitu kepala

madrasah, koordinator ekstrakulikuler, waka

kesiswaan, guru pembimbung

ekstrakulikuler keagamaan (Do’a bersama,

Shalat Dhuha berjama’ah, Shalat Dhuhur

berjemaah, Kultum atau Kithobah, Shalat

Ashar Berjemaah, membaca Asmaul Husna

dan Program Sedekah), serta siswa yang

mengikuti ekstrakulikuler keagamaan baik

kelas VII, VIII dan IX. Dalam menentukan

subjek penelitiannya, peneliti mengambil

sampel dari masing-masing kegiatan

ekstrakulikuler keagamaan untuk mencari

kevalidan datanya. Dalam kegiatan

ekstrakulikuler untuk siswa, penelitian

menentukan sampel siswa berdasarkan teori

sampel Quota, sehingga peneliti menetapkan

kuota diambil 10% dari seluruh siswa yang

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler

keagamaan. Penelitian studi kasus ini

menggunakan penelitian pendekatan

kualitatif. Menurut Poerwandari (1998)

penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan dan mengolah data yang

sifatnya deskriptif, seperti transkripsi

wawancara , catatan lapangan, gambar, foto

rekaman video dan lain-lain. Dalam

penelitan kualitatif perlu menekankan pada

pentingnya kedekatan dengan orang-orang

dan situasi penelitian, agar peneliti

memperoleh pemahaman jelas tentang

realitas dan kondisi kehidupan nyata (Patton

dalam Poerwandari, 1998). Dalam penelitian

ini, keajegan mengacu pada kemungkinan

peneliti selanjutnya memeperoleh hasil yang

sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi

dengan subjek yang sama. Hal ini

menujukan bahwa konsep keajegan

penelitian kualitatif selain menekankan pada

desain penelitian, juga pada cara

pengumpulan data dan pengolahan data.

Marshall dan Rossman mengajukan teknik

analisa data kualitatif untuk proses analisis

data dalam penelitian ini. Dalam

menganalisa penelitian kualitatif terdapat

Page 6: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

beberapa tahapan-tahapan yang perlu

dilakukan (Marshall dan Rossman dalam

Kabalmay, 2002), diantaranya

mengorganisasikan Data, pengelompokan

berdasarkan Kategori, Tema dan pola

jawaban, Menguji Asumsi atau

Permasalahan yang ada terhadap Data,

Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data dan

Menulis Hasil Penelitian.

IV. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Moral atau akhlak adalah suatu

perbuatan yang lahir dengan mudah dari

jiwa yang tulus, tanpa memerlukan

pertimbangan dan pemikiran lagi Abudin

(2003:1997) Dalam pendidikan agama islam

moral peserta didik menjadi perhatian utama

untuk dibina. Tujuan pembentukan moralitas

peserta didik di sekolah merupakan tujuan

pokok keberhasilan lembaga dalam

mendidik dan membimbing siswa. Secara

spesifik tujuan pembentukan moralitas

adalah sama halnya dengan berakhlak mulia

baik di masyarakat maupun di sekolah, yaitu

untuk memperkuat dan menyempurnakan

agama serta selamat di dunia dan akhirat.

Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari

pendidikan Islam, dan Islam telah

menyimpulkan bahwa pendidikan budi

pekerti dan akhlak sebagai jiwa pendidikan

Islam (Atthiyah, 1970:1). Dengan demikian

MAN Rajagaluh sebagai lembaga

pendidikan formal mengharapkan dapat

membentuk moralitas yang baik dari para

siswanya Program Ekstrakurikuler

Keagamaan di MAN Rajagaluh yang

bersifat rutin dan wajib ini mengarah pada

tujuan PRORIN MADU BERKARAKTER

(program rintisan madrasah yang unggul dan

berkarakter).

Madrasah model (unggulan)

semacam itu tampil dengan penuh visi dan

inspirasi, serta penuh Inovasi yang

mengundang penasaran banyak orang. Dari

segi nama, tampaknya lebih gagah dan

menjanjikan kualitas masa depan murid.

Istilah sekolah unggul pertama kali

diperkenalkan oleh mantan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)

Wardiman Djojonegoro, tepatnya setahun

setelah pengangkatannya, tahun 1994.

Istilah sekolah unggul lahir dari satu visi

yang jauh menjangkau ke depan, wawasan

keunggulan. Menurut Wardiman, selain

mengharapkan terjadinya distribusi ilmu

pengetahuan, dengan membuat sekolah

unggul ditiap-tiap propinsi, peningkatan

SDM menjadi sasaran berikutnya. Lebih

lanjut, Wardiman menambahkan bahwa

kehadiran sekolah unggul bukan untuk

diskriminasi, tetapi untuk menyiapkan SDM

yang berkualitas dan memiliki wawasan

keunggulan. Di lingkungan kementerian

agama, definisi madrasah unggulan adalah

madrasah program unggulan yang lahir dari

sebuah keinginan untuk memiliki madrasah

yang mampu berprestasi di tingkat nasional

dan dunia dalam penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh

akhlakul karimah. Sementara sekolah Islam

unggulan adalah sekolah yang

dikembangkan untuk mencapai keunggulan

dalam keluaran (out put) pendidikannya.

Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka

masukan (input), proses pendidikan, guru

dan tenaga kependidikan, manajemen,

layanan pendidikan, serta sarana

penunjangnya harus diarahkan untuk

menunjang tercapainya tujuan tersebut.

Menurut Moedjirto, setidaknya dalam

Page 7: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

praktik dilapangan terdapat tiga tipe

madrasah atau sekolah Islam unggulan.

Pertama, tipe madrasah atau sekolah Islam

berbasis pada anak cerdas. Tipe seperti ini

sekolah atau madrasah hanya menerima dan

menyeleksi secara ketat calon siswa yang

masuk dengan kriteria memiliki prestasi

akademik yang tinggi. Meskipun proses

belajar-mengajar di lingkungan madrasah

atau sekolah Islam tersebut tidak terlalu

istimewa bahkan biasa-biasa saja, namun

karena input siswa yang unggul, maka

mempengaruhi outputnya tetap berkualitas.

Kedua, tipe madrasah atau sekolah Islam

berbasis pada fasilitas. Sekolah Islam atau

madrasah semacam ini cenderung

menawarkan fasilitas yang serba lengkap

dan memadahi untuk menunjang kegiatan

pembelajarannya.

Tipe ini cenderung memasang tarif

lebih tinggi ketimbang rata-rata sekolah atau

madrasah pada umumnya. Ketiga, tipe

madrasah atau sekolah Islam berbasi pada

iklim belajar. Tipe ini cenderung

menekankan pada iklim belajar yang positif

di lingkungan sekolah/madrasah. Lembaga

pendidikan dapat menerima dan mampu

memproses siswa yang masuk (input)

dengan prestasi rendah menjadi lulusan

(output) yang bermutu tinggi. Tipe ketiga ini

termasuk agak langka, karena harus bekerja

ekstra keras untuk menghasilkan kualitas

yang bagus. Dari uraian di atas dapat

didefinisikan bahwa sekolah Islam atau

madrasah unggulan adalah lembaga

pendidikan Islam yang memiliki komponen

unggul, yang tercermin pada sumber daya

manusia (pendidik, tenaga kependidikan,

dan siswa) sarana prasarana, serta fasilitas

pendukung lainnya untuk menghasilkan

lulusan yang mampu menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi secara terampil,

memiliki kekokohan spiritual (Mempunyai

Fondasi iman dan Islam yang kokoh).

Dalam madrasah unggul ada hal yang

penting adalah pendidikan karakter, yaitu

pendidikan budi pekerti, yaitu yang

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),

perasaan (feeling), dan tindakan (action).

Dengan pendidikan karakter, seorang anak

akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan

emosi adalah bekal terpenting dalam

mempersiapkan anak menyongsong masa

depan, karena dengannya seseorang akan

dapat berhasil dalam menghadapi segala

macam tantangan, termasuk tantangan untuk

berhasil secara akademis. Madrasah harus

mampu menjadi lembaga pendidikan yang

unggul dalam menanamkan kekuatan moral

kepada para peserta didiknya.

Penanaman moral tersebut dilakukan

dalam beragam cara dan oleh berbagai pihak

di Madrasah yang mewujud dalam budaya

Madrasah yang unggul. Cara dimaksud di

antaranya adalah melalui visi dan misi,

kurikulum, tata tertib, dan programprogram

sosial yang mendidik peserta didik.

Sedangkan pihak-pihak yang dilibatkan

dalam kesadaran membentuk moralitas

peserta didik adalah Kepala Madrasah,

Wakil Kepala Madrasah, pimpinan lainnya,

tenaga pendidik dan kependidikan; pihak-

pihak yang ada di sekitar lingkungan

Madrasah juga harus dilibatkan dalam

gerakan budaya sekolah tersebut, sehingga

peserta didik merasakan pembinaan yang

utuh dan terintegrasi. Pembentukan karakter

murid sangat bertumpu pada mutu guru

dalam aspek pengetahuan dan karakter

pribadinya. Beberapa karakter utama yang

Page 8: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

harus dimiliki seorang guru adalah:

Berakhlak mulia. “Pendidikan nasional yang

bermutu diarahkan untuk pengembangan

potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab,”. Arahan pendidikan

nasional ini hanya mungkin terwujud jika

guru memiliki akhlak mulia, sebab murid

adalah cermin dari gurunya. Sulit mencetak

siswa yang saleh jika gurunya tidak saleh.

Selain guru, untuk melahirkan siswa yang

saleh, perlu dukungan: pertama, komunitas

sekolah yang saleh (pimpinan dan staf).

Kedua, budaya sekolah yang saleh, seperti

disiplin, demokratis, adil, jujur, syukur, dan

amanah. Hadis Rasulullah yang

diriwayatkan Thabrani dari Ibnu Amr

menunjukkan bahwa, “seorang mukmin

yang paling utama imannya adalah yang

paling baik akhlaknya”. Perencanaan

(pengembangan) membutuhkan langkah

strategis untuk mengembangkan keunggulan

madrasah dan sekolah Islam unggulan.

Penguatan keunggulan lembaga tersebut

melalui cara membangun cita dan kultur

akademik yang kokoh.

Cita-cita didirikannya madrasah dan

sekolah Islam adalah sangat mulia, yaitu

ingin melahirkan lulusan yang unggul dan

berkarakter di bidang akademik, spiritual

dan moral. Selama ini, hanya ada dua

lembaga pendidikan yang melahirkan

identitas ilmuwan yang berbeda. Yaitu

pondok pesantren yang ingin melahirkan

ulama’ (ahli agama) dan sekolah umum

yang ingin melahirkan kaum intelektual

(akademis). Madrasah dan sekolah Islam

unggulan dan berkarakter selama ini

sesungguhnya bercita-cita ingin meraih

kedua corak tersebut, yakni mencetak calon

ulama’ sekaligus intelek atau intelek yang

sekaligus ulama’. Visi dan misi yang ideal

tersebut harus diperjuangkan dan

diwujudkan melalui pembenahan berbagai

aspek, baik terkait dengan konsep bangunan

keilmuannya (kurikulum), sumber daya

manusia, pengembangan sarana dan

prasarana, kelembagaan maupun leadership

dan managerialnya. Langkah strategis untuk

melakukan pengembangan madrasah dan

sekolah Islam unggulan tersebut

memerlukan upaya sebagai berikut:

1. Membangun Mindset Secara Kolektif

Untuk mengembangkan mutu madrasah

dan sekolah Islam unggulan

membutuhkan pandangan, cita-cita,

imajinasi, nilai-nilai keyakinan yang kuat

dan kolektif. Tatkala tumbuh konflik

kepentingan, antara kepentingan individu

dan institusi, maka yang harus

dimenangkan adalah kepentingan

institusi. Aspek kepentingan institusi

harus dibangun secara kolektif dengan

orientasi yang sama. Kepentingan

institusi harus dikedepankan daripada

kepentingan individu. Mindset yang perlu

dibangun pada lembaga pendidikan Islam

unggulan adalah menanamkan keyakinan

dan tekad bersama kepada seluruh warga

sekolah atau madrasah. Mereka

digerakkan untuk memperjuangkan

keunggulan institusi, dengan cara

mengimplementasikan visi, misi, tradisi,

orientasi dan mimpi-mimpinya ke depan

selalu disosialisasikan oleh pimpinan di

semua tingkatan melalui berbagai bentuk

publikasi, baik secara lisan, tulisan dan

Page 9: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

bahkan media lainnya secara terus

menerus ke seluruh warga madrasah atau

sekolah. Madrasah atau sekolah unggulan

dan berkarakter membutuhkan

lingkungan akademik yang handal dan

tekad bersama. Inspirasi dan semangat

inilah yang harus dibangun dan

dikembangkan untuk meningkatkan mutu

akademik dan institusinya. Istilah

unggulan bukan hanya sekadar nama dan

label, akan tetapi merupakan gambaran

utuh yang didalamnya terdapat suasana

akademik yang unggul, kultur lembaga

(budaya organisasi) yang efektif, kualitas

pembelajaran (learning quality) yang

kreatif dan inovatif, serta internalisasi

nilai-nilai keislaman yang aktual dalam

setiap perilaku, sikap dan perbuatan

seharihari di madrasah dan sekolah Islam.

2. Menciptakan Inovasi secara Terus

Menerus

Keunggulan lembaga madrasah dan

sekolah Islam sesungguhnya terletak

pada inovasinya. Inovasi merupakan

usaha dan kerja nyata untuk mencari dan

membuat hal baru demi meraih kemajuan

dan keunggulan bagi lembaga pendidikan

itu sendiri. Inovasi harus didasarkan pada

kebutuhan idealita dan realita agar

lembaga madrasah dan sekolah Islam itu

terus maju dan berkembang. Inovasi tidak

saja diperlukan untuk selalu

menyempurnakan kondisi madrasah,

tetapi juga penting untuk membangun

keutuhan (holistika) tujuan pendidikan

madrasah dan sekolah Islam. Usaha dan

kerja nyata itu ditempuh secara serentak,

menyeluruh dan padu di antara beberapa

elemen yang ada di madrasah dan

sekolah Islam. Bentuk inovasi itu

misalnya, perbaikan atau penambahan

sarana fisik, akademik, tenaga guru dan

karyawan, perekrutan siswa dan seluruh

aspek yang ada. Inovasi lainnya misalnya

menciptakan kultur madrasah atau

sekolah Islam berbasis bilingual,

mentradisikan hafalan al-qur’an,

menggerakkan pusat seni dan olah raga,

dan seterusnya. Modal seperti inilah yang

harus dituangkan dalam visi dan orientasi

madrasah dan sekolah Islam unggul

berkarakter. Melalui usaha demikian

dimaksudkan agar madrasah dan sekolah

Islam unggulan dapat menawarkan

sesuatu yang baru, yang khas dan

memiliki keunikan yang diperhitungkan

oleh banyak orang. 3. Memanfaatkan

Teknologi Informasi Untuk memajukan

madrasah dan sekolah Islam yang merata

dan berkualitas membutuhkan energi

pikiran, tenaga dan usaha yang tiada

henti. Madrasah dan sekolah Islam

unggulan saatnya mengembangkan

pembelajaran berbasis digital, selain yang

sudah ada, guna mengefektifkan program

dan kegiatan pendidikan yang lebih

maksimal. Pendidikan madrasah dan

sekolah Islam unggulan berkarakter

jangan sampai tertinggal di bidang

teknologi informasinya. Dengan

pemanfaat IT tersebut para siswa dapat

belajar lebih intensif, disamping melalui

sistem reguler dan kurikuler.

IT dimanfaatkan sebagai sumber

belajar yang mudah dan berjangkauan luas,

tanpa hambatan waktu dan tempat. Untuk

menciptakan mutu layanan akademik,

menurut hemat penulis dapat kembangkan

sistem digital di sekolah atau madrasah.

Hampir semua aktivitas akademik

Page 10: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

melibatkan internet, sehingga program-

program sekolah atau madrasah dapat

berjalan secara sinergis antara unit satu

dengan unit-unit lainnya. Melalui proses

digital ini, upaya untuk memajukan

madrasah atau sekolah sangatlah mudah

diukur dan dirasakan oleh para pengguna.

Dari program ekstrakurikuler keagamaan

memberikan dampak yang positif bagi

seluruh warga madrasah sebagai pelaku

kegitatan tersebut, dari program ini juga

menimbulkan keberagamaan terhadap

aktifitas sekolah sehingga tercipta nuansa

yang religius sesuai dengan visi dan misi

MAN Rajagaluh. Pada pelaksanaan

program ekstrakurikuler keagamaan ini

sendiri pada awalnya para siswanya

diberikan bimbingan dan pembinaan

meliputi pembinaan pelaksanaannya, dan

doa-doa yang terangkum dalam sebuah

buku, begitu juga dengan wali muridnya,

para orang tua telah diberikan pengarahan

dari pihak madrasah bahwa anak-anaknya

diberikan kegiatan ekstrakurikuler

keagaamaan yang wajib dan rutin

dilaksanakan untuk membentuk moralitas

anaknya menjadi lebih baik yang unggul

dalam ilmu pengetahuan dan unggul dalam

prestasi sesuai dengan visi misi MAN

Rajagaluh. Peran para orang tua disini

diharapakan dapat mendukung program

ekstrakurikuler keagamaan dan membantu

memberikan motivasi kepada anak-anaknya

untuk pelaksanaan program tersebut. Orang

tua juga diharapkan hendaknya menciptakan

suasana rumah sebagai tempat yang

menyenangkan untuk anak-anaknya

sehingga anak-anak dapat tumbuh dan

berkembang dalam lingkungan yang penuh

kasih sayang. Diharapkan pula menciptakan

suasana lingkungan rumah yang islami,

orang tua menjadi uswah bagi anak-anaknya

Jelaslah dari teori diatas disebutkan

bahwasanya untuk membentuk moral

peserta didik diperlukan usaha dari sekolah

atau madrasah untuk menciptakan

lingkungan yang kondusif dan positif bagi

peserta didik. Dari hasil penelitian dapat

diambil kesimpulan bahwasanya dalam

pembentukan moralitas siswanya MAN

Rajagaluh melalui kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan yang bersifat rutin dan

dibudayakan untuk seluruh warga madrasah

merupakan program yang efektif dan dapat

dikatakan sukses, dilihat dari perkembangan

pengetahuan agama para siswa yang

meliputi pengetahuan tentang doa-doa,

menghafalkan beberapa surat dalam al-

Qur’an, membaca alQur’an dengan tartil.

Kemudian perkembangan yang lain berupa

pengamalan ibadah para siswa yang sudah

baik dan disiplin baik pada tataran ibadah

wajib maupun ibadah sunnah. Dari hasil

penelitian dihasilkan gambaran sebagai

berikut, dalam rangka membentuk moralitas

atau akhlak yang baik bagi siswanya melalui

program ekstrakurikuler keagamaan banyak

usaha yang dilakukan baik kepala sekolah,

guru maupun staf karyawan. Dalam

membentuk moralitas para siswa diperlukan

metode yang tepat, sehingga apa yang

diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.

Pemilihan metode yang tepat merupakan

unsur yang penting dalam usaha

mewujudkan pembentukan moralitas para

siswa. Salah satu metode yang dipakai untuk

pembentukan moralitas adalah metode

integrated yaitu dengan sistem yang

menggunakan sarana peribadatan. Metode

ini didasarkan pada ide bahwa pencarian dan

Page 11: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

pengembangan pengetahuan adalah

merupakan proses aktivitas sosial, di mana

siswa perlu mempraktekkannya. Metode ini

erat kaitannya dalam aspek rukun islam dan

rukun iman, serta lainnya yang diarahkan

pada pembentukan moralitas peserta didik.

Peserta didik diajarkan

mengimplementasikan rukun iman kedalam

bentuk-bentuk peribadatan yang terkandung

dalam rukun islam.jika nilai-nilai dari rukun

islam dan rukun islam telah tertanam dalam

jiwa para siswa hal ini mengajarkan kepada

siswa untuk taat dalam menjalankan

ibadahnya, mampu bertanggung jawab

kepada Tuhan. Metode berikutnya adalah

dengan keteladanan, keteladanan

memberikan sumbangan keberhasilan yang

menyakinkan pada aspek pembentukan

akhlak. Keteladanan untuk para siswa sangat

diperlukan untuk membentuk moralitas anak

yang baik karena keteladanan berwujud

nyata dalam bentuk tingkah laku. Di MAN

Rajagaluh ini wujud keteladanan dapat

dilihat dari pemberlakuan program

ekstrakurikuler keagamaan yang rutin dan

wajib diikuti oleh seluruh warga madrasah.

Hal ini menunjukkan tidak ada

pengkhususan bagi program tersebut semua

wajib melaksanakannya dan unsure yang

terpenting adalah kepala sekolah, para guru

dan karyawan ikut melaksanakan program

tersebut dan dijadikan sebagai contoh wujud

nyata keteladanan bagi para siswanya.

Pendidik adalah merupakan salah satu faktor

pendidikan yang sangat penting pula karena

pendidik itulah yang akan bertanggung

jawab dalam pembentukan pribadi anak

didiknya. Keteladanan guru sangatlah

berpengaruh pada pendidikan anak, karena

metode ini sangat efektif dan meyakinkan

akan keberhasilannya dalam mempersiapkan

dan membentuk moral, spiritual dan sosial

anak. Untuk itulah pendidik harus

menyadari bahwa dirinya merupakan figur

yang baik dalam pandangan anak didik,

yang mana perkataan dan perbuatannya akan

menjadi panutan bagi anak didik. Karena

adanya kecenderungan anak untuk meniru

apa yang dilihatnya, maka dengan

keteladanan pribadi seorang guru tanpa

disadari telah terpengaruh dan tertanam pada

diri anak. Dari sikap tersebut akhirnya

tertanamlah suatu akhlak yang baik dan

diharapkan pada diri anak, sehingga

pembentukan akhlakul karimah dapat

terealisasikan. Metode selanjutnya adalah

pembiasaan. Dalam pembentukan moralitas

para siswanya perlu adanya pembiasaan

yang rutin untuk menjadikan suatu

kebiasaan yang melekat pada pribadi

seseorang, sehingga menjadi kebutuhan bagi

pelakunya. Metode pembiasaan di MAN

Rajagaluh ini terlihat dari seluruh rangkaian

program ekstrakuriluler keagamaan yang

bersifat rutin dan wajib dilaksanakan oleh

seluruh warga madrasah, serta adanya sanksi

pula bagi yang tidak melaksanakannya

sebagai bentuk pendisiplinan kepribadian.

Berawal dari pembiasaan sejak kecil itulah,

peserta didik membiasakan dirinya

melakukan sesuatu yang lebih baik.

Menumbuhkan kebiasaan yang baik ini

tidaklah mudah, akan memakan waktu yang

panjang. Tetapi bila sudah menjadi

kebiasaan, akan sulit pula untuk berubah

dari kebiasaan tersebut.

Dengan metode-metode tadi

membentuk moralitas atau akhlak siswanya

dengan baik, tidak hanya menjadi kegiatan

di madrasah saja, namun kegiatan

Page 12: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

ekstrakurikuler keagamaan tersebut dapat

masuk dalam sendi-sendi kehidupan

siswanya baik dilingkungan keluarga

maupun masyarakat. Upaya untuk

mendukung pelaksanaan program

ekstrakurikuler keagamaan adalah adanya

punishment bagi siswa yang absen dalam

melaksanakan kegiatan yang diprogramkan

dalam ekstrakurikuler keagamaan tersebut.

Punishment disini adalah sebagai perbaikan

bukan sebagai hardikan atau balas dendam,

Punishment atau hukuman merupakan

tindakan yang menjadi pilihan dalam upaya

menghentikan pelanggaran-pelanggaran

yang sudah terlanjur dilakukan oleh peserta

didik. Pemberian hukuman merupakan

bentuk tindakan yang diharapkan

menimbulkan efek jerah terutama bagi

pelaku pelanggaran. Tentu saja pemberian

hukuman ini kadarnya harus disesuaikan

dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan

oleh peserta didik. Punishment Ini

merupakan tindak kuratif yakni untuk

menghentikan terjadinya pelanggaran-

pelanggaran yang tidak dikehendaki. Di

dalam islam hukuman (punishment) itu akan

diberikan kepada siapa saja yang

menyimpang. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam surat atTaubah ayat: 74

Artinya:

"Dan jika mereka berpaling niscaya

Allah akan mengazab mereka

dengan

azab yang pedih di dunia dan

akhirat." (Qs. At-taubah: 74).

Punishment yang pertama dilakukan

adalah berupa teguran, berupa nasihat yang

diberikan guru kepada siswanya, selanjutnya

jika siswa tetap melakukan pelanggaran

yang kedua maka siswa diberikan

punishment berupa pembinaan, dimana

terdapat guru yang ditugaskan untuk

melakukan bimbingan dan pembinaan

terhadap kesalahan yang dilakukan siswa

dengan memberi pengertian. Selanjutnya

jika siswa hingga tiga kali tetap melakukan

pelanggaran maka MAN Rajagaluht

menetapkan punishment berupa menulis

surat pernyataan diharapkan dengan menulis

surat pernyataan tidak mengulangi kesalahan

tersebut, bertujuan untuk menimbulkan efek

jera bagi siswa sehingga tidak akan

menggulanginya lagi. Punishment yang lain

juga berupa denda yang dibebankan kepada

kelas jika terdapat perwakilan kelas yang

tidak melaksanakan tugas ketika

berkewajiban menjadi muadzin,

penceramah, pemimpin doa dan asmaul

husna serta tidak membaca surat yasin.

Dengan upaya-upaya diatas MAN Rajagaluh

melalui program ekstrakurikuler keagamaan

sangat peduli dalam membentuk moralitas

siswanya atau membentuk kararakter pribadi

seorang muslim yang baik. Dari berbagai

kegiatan yang diprogramkan semuanya

memberikan sumbangan dan merupakan

program yang efektif dalam pembentukan

moralitas seluruh warga madrasah

khususnya siswanya, sehingga tercipta

nuansa yang religius dan disiplin yang tinggi

dalam lingkungan MAN Rajagaluh.

V. KESIMPULAN

Pelaksanaan program ekstrakurikuler

keagamaan di MAN Rajagaluh Kabupaten

Majalengka dilaksanakan rutin setiap hari

dan disesuaikan dengan jadwal kegiatan itu

sendiri dengan tersetruktur. Program

Page 13: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

ekstrakurikuler keagamaan rutinan setiap

hari ini wajib dilaksanakan oleh seluruh

warga madrasah, mulai dari siswa-siswi,

para guru dan staf karyawan serta kepala

sekolah. Tanggung jawab atas program

ekstrakurikuler keagamaan di MAN

Rajagaluh Kabupaten Majalengka menjadi

tanggung jawab bersama, untuk seluruh

warga madrasah bukan hanya tanggung

jawab kepala sekolah dan guru PAI saja,

untuk guru pada disiplin ilmu yang lain ikut

pula berpartisipasi dalam pelaksanaan

program ekstrakurikuler keagamaan untuk

mendidik, mengarahkan, serta membimbing

para siswanya. Pada pelaksanaan program

ekstrakurikuler keagamaan dalam

pembentukan moralitas siswa memerlukan

usaha yang maksimal untuk mencapai tujuan

dan hasil yang diharapkan, oleh karena itu

setiap kegiatan pasti menemukan beberapa

kendala dalam pelaksanaannya. Adapun

kendala tersebut yang merupakan faktor

penghambat dari pelaksanaan program

ekstrakurikuler keagamaan dalam

pembentukan moralitas siswa di MAN

Rajagaluh, antara lain:

1. Kurang memadainya sarana

prasarana. Dalam kaitannya dengan

sarana prasarana maka perlu

perhatian serta penanganan yang

seriusagar dalam pelaksanaan

program ekstrakurikuler keagamaan

dalam pembentukan moralitas

siswanya dapat berjalan lancer dan

berhasil.

2. Faktor dari para siswa, yaitu berupa

kemampuan siswa yang tidak sama

mengenai pengetahuan agama,

adakalanya siswa masuk jenjang

sekolah telah memahami dan

memiliki pengalaman tentang agama,

adakalanya pula siswa memasuki

jenjang sekolah belum memahami

dan memiliki engalaman agama.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A, Uhbiyati, N. 2001.Ilmu

pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S 2002. Prosedur Penelitian,

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Asrorah, Hanun. 2008. Sosiologi

Pendidikan. Surabaya: Kopertais

Press.

Astuti, Endang Sri. 2010. Bahan Dasar

Untuk Pelayanan Konseling Pada

Satuan. Jakarta: Rineka Cipta.

Bakry, Sama'un, 2005. Menggagas Ilmu

Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi

Aksara.

Departemen Agama R.I. 2005. Al-Qur'an

dan Terjemahnya. Jakarta:

Grasindo.

Diknas. 2003. Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun

2003. Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: CV. Eko Jaya.

Hakim, Thursan. 2000. Belajar secara

Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hakim,Thursan. 2008. Belajar Secara

Efektif. Jakarta. Pustaka

Hapsari, Sri. 2005. Bimbingan dan

konseling SMA. Jakarta: Grasindo.

Herdiansyah, 2009. http//www.ekskul.co.id//

diakses : 14-11-2009. Diundunh tgl.

24 Maret 2015

Hermawan, Asep . 2008. Penelitian Bisnis

Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT

Grasindo.

John W. Santrock. 2008. Psikologi

Pendidikan. Jakarta: Prenada

Media

Page 14: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN …

Kabalmay. 2002. Konsep Teknologi dan

Aplikasi Internet Pendidikan.

Yogyakarta : ANDI.

Khoirun, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik

Bagi Warga Negara.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mahmud, M Dimyati. 1989. Psikologi

Pendidikan, Yogjakarta: BPEF.

Mikarsa, Lestari Hera, dkk. 2007.

Pengembangan Pendidikan

Kewarganegaraan SD. Depdiknas.

Jakarta. Grasindo.

Moh` Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 1993.

Upaya Optimalisasi Kegiatan

Belajara. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya,.

Nawawi, dan Martini hadari. 1991.

Instrumen Penelitian Bidang

Sosial. Bandung: PT. Remaja.

Rosdakarya.

Nolly, Thomas and Begg, Carolyn. 2010.

Database Systems A Practical.

Approach to Design,

Implementation, and Management.

Jakarta: Bumi Aksara.

Poerwandari, E. Kristi. 1998. Pendekatan

Kualitatif dalam Penelitian. Jakarta

: Gramedia Pustaka Utama.

Poerwandari, E. Kristi. 1998. Pendekatan

Kualitatif dalam Penelitian.

Jakarta: Pustaka sinar harapan

Poerwandari, E. Kristi. 1998. Pendekatan

Kualitatif dalam Penelitian

Psikologi. Jakarta : Pustaka sinar

harapan.

Prabowo. 1996. Memahami Penelitian

Kualitatif. Yogyakarta: Andi

Offset.

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Psikologi

Pendidikan. Bandung: PT Remaja.

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Psikologi

Pendidikan. Bandung: PT Remaja.

Rahman, M. Taufiqur. 2005. Inovasi

Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam SMA. Jakarta: Puslitbang 2.

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi Dan

Motivasi Belajar Siswa. Jakarta.

PT. Rajawali Pres Grafindo

Persada.

Sardiman. 2003. Interaksi & Motivasi

Belajar Mengajar. Surabaya:

Kopertais Press.

Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen

Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Bumi Aksara.

Singgih D. Gunarsa. 2003. Psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja.

Jakarta: Gunung Mulia.

Sulistiany. 1999. Kecemasan Memasuki

Dunia Perkawinan Pada Wanita

Dewasa. Poerwandari, E. Kristi.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar

Mengajar Di Sekolah. Jakarta :

Rineka Cipta

Sutisna,Oteng. 1987. Administrasi

Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk

Praktek. Surabaya: Kopertais

Press.

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-

UPI. 2007.

Psikologi Pendidikan Dengan

Pendekatan Baru. Rosdakarya.

Bandung: Remaja.

Yin, Robert K 2003. Studi Kasus Desain dan

metode. Jakarta : Raja Grafindo.

Yusuf, S & Nurihsan, A.J. 2006. Hubungan

Layanan Bimbingan dan Konseling

dengan Kesehatan. Surabaya:

Kopertais Press.