episkleritis

10
EPISKLERITIS . 1. Definisi Episkleritis adalah suatu reaksi inflamasi pada jaringan episklera yang terletak di antara konjungtiva dan sklera, bersifat ringan, dapat sembuh sendiri, dan bersifat rekurensi. 1 Episkleritis adalah penyakit pada episklera yang sering, ringan, dapat sembuh sendiri dan biasanya mengenai orang dewasa dan berhubungan dengan penyakit sistemik penyertanya tetapi tidak dapat berkembang menjadi skleritis. 2 2. Epidemiologi Angka kejadian pasti tidak diketahui karena banyaknya pasien yang tidak berobat. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun terdapat laporan 74 % kasus terjadi pada perempuan dan sering terjadi pada usia dekade 4-5. 1 Pada anak-anak episkleritis biasanya menghilang dalam 7- 10 hari dan jarang rekuren. Pada dewasa, 30 % kasus berhubungan dengan penyakit jaringan ikat penyertanya, penyakit inflamasi saluran cerna, infeksi herpes, gout, dan vaskulitis. Penyakit sistemik biasanya jarang pada anak-anak. 3 3. Patofisiologi Patofisiologi belum diketahui secara pasti namun ditemukan respon inflamasi yang terlokalisir pada superficial episcleral vascular network, patologinya menunjukkan inflamasi nongranulomatous dengan dilatasi vascular dan infiltrasi 1

description

ss

Transcript of episkleritis

Page 1: episkleritis

EPISKLERITIS

.

1. Definisi

Episkleritis adalah suatu reaksi inflamasi pada jaringan episklera yang terletak

di antara konjungtiva dan sklera, bersifat ringan, dapat sembuh sendiri, dan bersifat

rekurensi. 1 Episkleritis adalah penyakit pada episklera yang sering, ringan, dapat

sembuh sendiri dan biasanya mengenai orang dewasa dan berhubungan dengan

penyakit sistemik penyertanya tetapi tidak dapat berkembang menjadi skleritis. 2

2. Epidemiologi

Angka kejadian pasti tidak diketahui karena banyaknya pasien yang tidak

berobat. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun terdapat laporan 74 % kasus

terjadi pada perempuan dan sering terjadi pada usia dekade 4-5. 1 Pada anak-anak

episkleritis biasanya menghilang dalam 7-10 hari dan jarang rekuren. Pada dewasa,

30 % kasus berhubungan dengan penyakit jaringan ikat penyertanya, penyakit

inflamasi saluran cerna, infeksi herpes, gout, dan vaskulitis. Penyakit sistemik

biasanya jarang pada anak-anak. 3

3. Patofisiologi

Patofisiologi belum diketahui secara pasti namun ditemukan respon inflamasi

yang terlokalisir pada superficial episcleral vascular network, patologinya

menunjukkan inflamasi nongranulomatous dengan dilatasi vascular dan infiltrasi

perivascular. Penyebab tidak diketahui, paling banyak bersifat idiopatik namun

sepertiga kasus berhubungan dengan penyakit sistemik dan reaksi hipersensitivitas

mungkin berperan.

Penyakit-penyakit sistemik tertentu misalnya

Collagen vascular disease :Polyarteritis nodosa, seronegative

spondyloarthropathies-Ankylosing spondylitis, inflamatory bowel disease,

Reiter syndrome, psoriatic arthritis, artritis rematoid

Infectious disease : Bacteria including tuberculosis, Lyme disease

dan syphilis, viruses termasuk herpes, fungi, parasites.

Miscellaneous : Gout, Atopy, Foreign bodies, Chemicals

1

Page 2: episkleritis

Penyebab lain/yang berhubungan (jarang) : T-cell leukemia, Paraproteinemia,

Paraneoplastic syndromes-Sweet syndrome, dermatomyositis, Wiskott-Aldrich

syndrome, Adrenal cortical insufficiency, Necrobiotic xanthogranuloma,

Progressive hemifacial atrophy, Insect bite granuloma, Malpositioned Jones

tube, following transscleral fixation of posterior chamber intraocular lens 1

Hubungan yang paling signifikan adalah dengan hiperurisemia dan gout. 4

Terdapat dua tipe klinik yaitu simple dan nodular. Tipe yang paling sering

dijumpai adalah simple episcleritis (80%), merupakan penyakit inflamasi moderate

hingga severe yang sering berulang dengan interval 1-3 bulan, terdapat kemerahan

yang bersifat sektoral atau dapat bersifat diffuse (jarang), dan edema episklera. Tiap

serangan berlangsung 7-10 hari dan paling banyak sembuh spontan dalam 1-2 atau 2-

3 minggu. Dapat lebih lama terjadi pada pasien dengan penyakit sistemik. Pada anak

kecil jarang kambuh dan jarang berhubungan dengan penyakit sistemik. Beberapa

pasien melaporkan serangan lebih sering terjadi saat musim hujan atau semi. Faktor

presipitasi jarang ditemukan namun serangan dapat dihubungkan dengan stress dan

perubahan hormonal. Pasien dengan nodular episcleritis mengalami serangan yang

lebih lama, berhubungan dengan penyakit sistemik (30% kasus, 5% berhubungan

dengan artritis rematoid, 7% berhubungan dengan herpes zoster ophthalmicus atau

herpes simplex dan 3% dengan gout atau atopy) dan lebih nyeri dibandingkan tipe

simple. Nodular episcleritis (20%) terlokalisasi pada satu area, membentuk nodul

dengan injeksi sekelilingnya. 1,3,4

4. Manifestasi Klinik

Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman (mild to moderate) yang berlangsung

akut, seringkali bersifat unilateral, walaupun ada yang melaporkan tidak nyeri,

kemerahan, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri saat ditekan, dan lakrimasi. Pada tipe

noduler gejala lebih hebat dan disertai perasaan ada yang mengganjal.

Tanda objektif dapat ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi kemosis

disertai pelebaran pembuluh darah episklera dan konjungtiva. 1,4,5

5. Pemeriksaan Fisik

Ditandai dengan adanya hiperemia lokal sehingga bola mata tampak berwarna

merah muda atau keunguan. Juga terdapat infiltrasi, kongesti, dan edem episklera,

konjungtiva diatasnya dan kapsula tenon di bawahnya. 4

2

Page 3: episkleritis

a. Episkleritis Sederhana

Gambaran yang paling sering ditandai dengan kemerahan sektoral dan

gambaran yang lebih jarang adalah kemerahan difus. Jenis ini biasanya

sembuh spontan dalam 1-2 minggu.

b. Episkleritis Noduler

Ditandai dengan adanya kemerahan yang terlokalisir, dengan nodul kongestif

dan biasanya sembuh dalam waktu yang lebih lama.

Pemeriksaan dengan Slit Lamp yang tidak menunjukkan peningkatan

permukaan sklera anterior mengindikasikan bahwa sklera tidak

membengkak.

Pada kasus rekuren, lamela sklera superfisial dapat membentuk garis

yang paralel sehinggga menyebabkan sklera tampak lebih translusen.

Gambaran seperti ini jangan disalah diagnosa dengan penipisan sklera.

3

Page 4: episkleritis

Pada kasus yang jarang pemeriksaan pada kornea menunjukkan adanya dellen

formation yaitu adanya infiltrat kornea bagian perifer. 1

Pemeriksaan fisik lainnya adalah adanya uveitis bagian anterior yang

didapatkan pada 10 % penderita. 1

Pemeriksaan visus pada penderita episkleritis tidak menunjukkan penurunan. 6

6. Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi

Pada kebanyakan pasien dengan episkleritis yang “self limited” pemeriksaan

laboratorium tidak diperlukan . 1

Pada beberapa pasien dengan episkleritis noduler atau pada kasus yang berat,

rekuren, dan episkleritis sederhana yang persisten atau rekuren, diperlukan

hitung jenis sel darah (diff count), kecepatan sedimentasi eritrosit (ESR),

pemeriksaan asam urat serum, foto thoraks, pemeriksaan antibodi antinuklea,

rheumatoid factor, tes VDRL (Venereal Disease Research Laborator)) dan tes

FTA-ABS (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption) 1

7. Penatalaksanaan

1.Simple Lubrikan atau Vasokonstriktor

Digunakan pada kasus yang ringan 2

2.Steroid Topikal

Mungkin cukup berguna, akan tetapi penggunaannya dapat menyebabkan

rekurensi. Oleh karena itu dianjurkan untuk memberikannya dalam periode waktu

4

Page 5: episkleritis

yang pendek.2 Terapi topikal dengan Deksametason 0,1 % meredakan peradangan

dalam 3-4 hari. Kortikosteroid lebih efektif untuk episkleritis sederhana daripada

daripada episkleritis noduler. 4

3.Oral Non Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs)

Obat yang termasuk golongan ini adalah Flurbiprofen 300 mg sehari, yang

diturunkan menjadi 150 mg sehari setelah gejala terkontrol, atau Indometasin 25

mg tiga kali sehari. Obat ini mungkin bermanfaat untuk kedua bentuk episkleritis,

terutama pada kasus rekuren. 4 Pemberian aspirin 325 sampai 650 mg per oral 3-4

kali sehari disertai dengan makanan atau antasid. 6

4. Episkleritis memiliki hubungan yang paling signifikan dengan hiperurisemia

(Gout), oleh karena itu Gout harus diterapi secara spesifik.

Follow up

Pasien yang diberi pengobatan dengan air mata artifisial tidak perlu diperiksa

kembali episkleritisnya dalam beberapa minggu, kecuali bila gejala tidak

membaik atau malah makin memburuk.

Pasien yang diberi steroid topikal harus diperiksa setiap mingggunya

(termasuk pemeriksaan tekanan intraokular) sampai gejala-gejalanya hilang.

Kemudian frekuensi pemberian steroid topikal ditappering off.

Kepada pasien harus dijelaskan bahwa episkleritis dapat berulang pada mata

yang sama atau pada mata sebelahnya. 6

8. Diagnosis Banding

Konjungtivitis

Disingkirkan dengan sifat episkleritis yang lokal dan tidak adanya

keterlibatan konjungtiva palpebra. 4 Pada konjungtivitis ditandai dengan

adanya sekret dan tampak adanya folikel atau papil pada konjungtiva tarsal

inferior. 6

Skleritis

Dalam hal ini misalnya noduler episklerits dengan sklerits noduler 5.untuk

mendeteksi keterlibatan sklera dalam dan membedakannya dengan

episkleritis, konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di bawah

sinar matahari (jangan pencahayaan artifisial) disertai penetesan epinefrin

5

Page 6: episkleritis

1:1000 atau fenilefrin 10% yang menimbulkan konstriksi pleksus vaskular

episklera superfisial dan konjungtiva. 4

Iritis

Pada iritis ditemukan adanya sel dan ”flare” pada kamera okuli anterior. 6

Keratokonjungtivitis limbic superior. 1

9. Prognosis

Umumnya kelainan ini sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun

kekambuhan dapat terjadi selama bertahun-tahun 4

Pada kebanyakan kasus perjalanan penyakit dipersingkat dengan pengobatan

yang baik 7

10. Komplikasi

Sering relaps

Keratitis Superficial

Pada kasus yang jarang dapat terjadi skleritis 7

Daftar Pustaka

1. Roy Hampton, Episcleritis in Http://www.emedicine.com/oph/topic641.htm

2. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology

5th Edition pp. 151-2. Great Britain. 2003. Butterworth-Heinemann.

3. Pavan-Langston, Cornea and External Disease in Manual of Ocular Diagnosis

and Therapy 5th Edition pp. 125-126. Philadelphia. 2002. Lippincott Williams

& Wilkins

4. Riordan Paul-Eva, Episkleritis dalam Oftalmologi Umum edisi 14 hal.170-

171. Jakarta. 2000. Widya Medika.

5. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology

4th Edition pp. 151-2. Great Britain. 1999. Butterworth-Heinemann.

6

Page 7: episkleritis

6. Rhee Douglas and Pyfer Mark, Episcleritis in The Wills Eye Manual 3rd

Edition pp133-134. United States of America. 1999. Lippincott Williams &

Wilkins

7. FeinbergEdward,EpiscleritisinHttp://www.pennhealthj.com/ency/article/

001019.htm.

7