epm

6
Tugas Kelompok Epidemiologi Penyakit Menular kelas D Jenis penyakit dalam kategori penyakit menular sedikit/tanpa gejala klinis yang berakhir dengan kecacatan atau kematian OLEH KELOMPOK 3 Nur Afni Kapitalola St. Khadijah K. Nur Afifah Andi Sahriana Dian Musyafirah Fatahu Hamnur pasha Andi Febryan Ramadhani Fadilah Ulfa Besse Sitti hajar Okta Febri Sulfahmi Ita Ani Hidayat Kasmiati Imedawati

description

epm

Transcript of epm

Page 1: epm

Tugas Kelompok

Epidemiologi Penyakit Menular kelas D

Jenis penyakit dalam kategori penyakit menular sedikit/tanpa gejala

klinis yang berakhir dengan kecacatan atau kematian

OLEH

KELOMPOK 3

Nur Afni Kapitalola

St. Khadijah K.

Nur Afifah

Andi Sahriana

Dian Musyafirah

Fatahu Hamnur pasha

Andi Febryan Ramadhani

Fadilah Ulfa

Besse Sitti hajar

Okta

Febri

Sulfahmi

Ita

Ani Hidayat

Kasmiati

Imedawati

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: epm

Penyebaran Karakteristik Manifestasii Klinik dari jenis penyakit menular ada tiga

kategori, namun yang akan di jelaskan oleh kelompok kami yakni kategori ketiga “Jenis

penyakit dalam kategori penyakit menular sedikit/tanpa gejala klinis yang berakhir dengan

kecacatan atau kematian”

3 penyakit menular berdasarkan kategori tersebut, antara lain:

1) Tetanus Neonatorum

2) Xx

3) xxx

TETANUS NEONATARUM

Penyakit Tetanus Neonatorum adalah salah satu penyakit menular yang paling

beresiko menyebabkan kematian pada bayi baru lahir. Penyakit ini disebabkan oleh  basil

Clostridium tetani. Pada tahun 1980 penyakit ini  menjadi penyebab pertama kematian bayi

di bawah usia satu bulan. Pada umumnya penyakit ini ditularkan melalui penggunaan alat-

alat persalinan yang tidak steril. Misalnya saja ketika memotong tali pusar bayi yang baru

lahir menggunakan gunting yang berkarat dan tidak steril.

Sejak 1989, WHO memang mentargetkan eliminasi tetanus neonatorum. Sebanyak

104 dari 161 negara berkembang telah mencapai keberhasilan itu. Tapi, karena tetanus

neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di 57 negara berkembang lain, UNICEF,

WHO dan UNFPA pada Desember 1999 setuju mengulur eliminasi hingga 2005. Target

eliminasi tetanus neonatorum adalah satu kasus per seribu kelahiran di masing-masing

wilayah dari setiap negara.

A. Pengertian

Tetanus berasal dari kata eflex (Yunani) yang berarti peregangan. Tetanus

Neonatorum adalah Penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas,

setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga

atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut

dan menetek, disusul dengan kejang–kejang (WHO, 1989).

Kejang yang sering di jumpai pada BBL, yang bukan karena trauma kelahiran atau

asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi

sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih (Ngastijah,

1997).

B. Etiologi

2

Page 3: epm

 Penyebab tetanus adalah clostridium tetani yang infeksi biasanya terjadi melalui luka

pada tali pusat. Ini dapat terjadi karena pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat-alat

yang steril hanya memakai alat sederhana seperti bilah bambu atau pisau/ gunting yang

tidak disteril dahulu. Dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan obat

tradiasional seperti abu dan kapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.

Kebanyakan tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun peraji

yang belum mengikuti penataran dari depkes.Dermatol yang dahulu dipakai sebagai obat

pusar sekarang tidak dibenarkan lagi untuk di pakai karena ternyata pada dermatol dapat

dihinggapi spora clostridium tetani. Massa inkubasi penyakit ini adalah 5-14 hari.

Pada umumnya tetanus neonatorum lebih cepat dan penyakit ini berlangsung lebih

berat dari tetanus pada anak.

C. Patofisiologis

Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi bentuk

flex  dan berbiak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat

penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan eflex jaringan akibat

adanya nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal

toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai dengan panjang

axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf

walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sungsum belakang toksin menjalar dari

sel saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal

inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitory

transmitter dan menimbulkan kekakuan

Efek Toxin pada :

a. Ganglion pra sumsum tulang belakang :

Memblok sinaps jalur antagonist, mengubah keseimbangan dan koordinasi

impuls sehingga tonus ototnya meningkat dan otot menjadi kaku. Terjadi

penekanan pada hiperpolarisasi eflexe dari neurons yang merupakan mekanisme

yang umum terjadi bila jalur penghambat terangsang. Depolarisasi yang

berkaitan dengan jalur rangsangan tidak terganggu. Toksin menyebabkan

hambatan pengeluaran inhibitory transmitter dan menekan pengaruh bahan ini

pada eflexe neuron motorik.

b. Otak

3

Page 4: epm

Toxin yang menempel pada cerebral gangliosides diduga menyebabkan gejala

kekakuan dan kejang yang khas pada tetanus. Hambatan antidromik akibat

rangsangan kortikal menurun.

c. Saraf otonom

Terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan gejala keringat yang

berlebihan, eflexeea, hypotensi, hypertensi, arytmia cardiac block atau

takhikardia. Sekalipun otot yang terkena adalah otot bergaris terutama otot

penampang dan penggerak tubuh yang besar-besar, pada tetanus berat otot polos

juga ikut terkena, sehingga timbul manifestasi klinik seperti disebutkan diatas.

d.

4