Esotropia e.c Paresis N.vi
-
Upload
armand-prasetya -
Category
Documents
-
view
276 -
download
10
Transcript of Esotropia e.c Paresis N.vi
LAPORAN KASUS I
ESOTROPIA AKUT E.C PARESIS NERVUS VI (ABDUCENS)
R.Armand Budi Prasetya
H1A 007 052
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013
1 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
BAB I
PENDAHULUAN
Strabismus adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penyimpangan
abnormal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya,sehingga garis
penglihatan tidak paralel dan pada waktu yang sama, kedua mata tidak tertuju
pada benda yang sama. Strabismus yang terjadi pada kondisi penglihatan
binokular disebut strabismus manifest,heterotropia, atau tropia. Sedangkan
deviasi yang hanya muncul setelah penglihatan binokular terganggu (mis. Dengan
penutupan salah satu mata) disebut strabismus laten, heteroforia, atau foria. Secara
umum strabismus dapat diklasifikasikan menjadi 2, esotropia dan eksotropia.
Perkiraan Prevalensi strabismus pada populasi umum adalah sekitar 2- 5
%, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kasus esotropia (juling ke dalam)
terjadi sekitar 3-5 kali lebih banyak daripada eksotropia(juling ke luar).
Prevalensi strabismus di Amerika, umur 1-3 tahun (1,9%), umur 4-54 tahun
(3,3%), dan umur 55-75 tahun (6,1%).
Faktor risiko dari strabismus itu sendiri ada 3, yaitu riwayat keluarga,
kelainan refraksi (hiperopia ekstrem), dan kondisi-kondisi medis tertentu (down
syndrome,trauma,stroke,cerebral palsy,dll)
2 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Sahni
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Desa Sedau
Tanggal Pemeriksaan : 27 Agustus 2013
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Penglihatan Ganda
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan penglihatannya menjadi ganda
secara tiba-tiba sejak ± 3 minggu yang lalu. Keluhan ini baru pertama kali
dialami oleh pasien dan keluhan ini tidak pernah dialami pasien sejak ia
kecil. Selain itu pasien juga mengeluh pandangannya terasa kabur dan bola
mata kanan terlihat bergulir ke arah dalam. Sebelumnya pasien
mengatakan kedua bola matanya masih simetris. Penglihatan double
biasanya hanya dirasakan pasien jika melihat jauh dengan kedua mata.
Selain itu pasien juga mengeluhkan mata kanannya terasa berat. Nyeri (-)
Gatal (-), Merah (-), berair (-), silau (-), riwayat trauma (-), riwayat
pemakaian kacamata (-).
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit mata
Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya.
3 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
Riwayat HT (-) DM (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien.
E. Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat (-).
F. Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat karena keluhan yang sama ke puskemas namun
tidak ada perubahan.
.
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6
B. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi Napas : 22 kali/menit
Suhu : 36 O C
C. Status Lokalis
OD OS
Visus
Pin Hole
6/9 sc
6/6
6/7 sc
6/6
Tes Hirschberg &
Kirmsky
Esotropia 30Δ normal
Gerakan bola mata Terbatas Ke segala arah
4 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
Lapang Pandang Menyempit normal
Cover/Uncover Esotropia normal
Bilik mata depan sde Dalam, hifema (-)
Palpebra superior Edema (-)
Hiperemia (-)
Pseudoptosis (-)
entropion (-)
ektropion (-)
Edema (-)
Hiperemia (-)
Pseudoptosis (-)
entropion (-)
ektropion (-)
Palpebra inferior Edema (-)
Hiperemia (-)
entropion (-)
ektropion (-)
Edema (-)
Hiperemia (-)
entropion (-)
ektropion (-)
Fissura Palpebra ± 10 mm ± 10 mmKonjungtiva Palpebra
Superior• hiperemia (-)• sikatrik (-)
• Hiperemia (-)• sikatrik (-)
Konjungtiva Palpebra Inferior
• hiperemia (-)• sikatrik (-)
• hiperemia (-)• sikatrik (-)
Konjungtiva Bulbi • injeksi konjungtiva (-)
• injeksi siliar (-)• massa (-)• edema (-)
• injeksi konjungtiva (-)
• injeksi siliar (-)• massa (-)• edema (-)
Kornea(Bentuk)
(Kejernihan)(Permukaan)(Benda Asing)
CembungJernihLicin
(-)
CembungJernihLicin
(-)Iris Warna coklat, regular Warna coklat, regular
Pupil Bentuk BulatRefleks Direk (+)
Refleks Indirek (+)
Bentuk BulatRefleks Direk (+)
Refleks Indirek (+)Lensa Jernih, Iris
Shadow (-), Subluksasi (-), Luksasi (-)
Jernih, Iris Shadow (-), Subluksasi (-), Luksasi (-)
Tonometri Schiotz(Skala/beban)
5/5,5Konversi : 17,3
6/5,5Konversi : 14,6
Funduskopi Kesan Normal Kesan Normal
5 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
4. Foto Mata Pasien
6 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
SUBJECTIVE
a. Pengelihatan ganda
b. Bola mata kanan bergulir ke dalam
c. Hanya melihat ganda jika melihat jauh dengan kedua mata
d. Terjadi secara tiba-tiba
OBJECTIVE
a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan :
- Lapang pandang menyempit dan gerakan bola mata terbatas
2. Analisa Kasus
A. Penglihatan Ganda
Penglihatan ganda pada pasien ini terjadi karena mata pasien yang
juling, sehingga bayangan benda yang dilihat pasien tidak jatuh tepat di
kedua fovea, sehingga terjadi objek yang sama terlihat di dua tempat
(diplopia). Karena diplopia ini juga lah yang menyebabkan penglihatan
pasien menjadi kabur.
B. Bola mata kanan bergulir ke dalam
Untuk mempertahankan posisi bola mata tepat di
tengah,dipengaruhi oleh 6 otot ekstraokular yang berperan dalam
mengatur posisi mata dalam tiga sumbu rotasi. Kerja primer suatu otot
adalah efek utama yang ditimbulkan pada rotasi mata, efek yang lebih
kecil disebut efek sekunder atau tersier.
Otot Kerja
Primer
Kerja Sekunder
7 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
Rektus Lateralis Abduksi Tidak ada
Rektus Medialis Aduksi Tidak ada
Rektus Superior Elevasi Aduksi, intorsi
Rektus Inferior Depresi Aduksi, ekstorsi
Oblique
Superior
Intorsi Depresi ,abduksi
Oblique Inferior Ekstorsi Elevasi, abduksi
Nerve Supply
N. III RM,RS,RI, OB
N. IV Oblique Superior
N.VI Rektus lateral
Pada pasien didapatkan kelainan bola mata kanan yang bergulir ke arah
dalam (nasal), yang kemungkinan terjadi akibat adanya kelemahan salah
8 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
satu otot ekstaokuler dimana dalam kasus ini terjadi kelemahan otot
“Rektus Lateralis dextra” sehingga menyebabkan pasien tidak dapat
melakukan gerakan abduksi dan mempertahankan posisinya sehingga
bola mata tertarik oleh otot yang kerjanya berlawanan (rektus medialis)
sehingga menyebabkan bola mata pasien bergulir ke arah dalam/nasal.
Sehingga kemungkinan juga terjadi gangguan pada saraf yang
menginervasi otot tersebut yaitu N.VI(abducens)
C. Terjadi secara tiba-tiba dan hanya melihat ganda jika melihat jauh
dengan kedua mata.
Esotropia yang terjadi secara tiba-tiba/esotropia akut umumnya terjadi
pada anak umur > 6 tahun, remaja dan orang dewasa. Beberapa tanda dan
gejala klinis yang dapat menyebabkan esotropia akut adalah sebagai
berikut :
I. Heteroporia yang dekompensasi
II. Late-onset acomodative esotropia
III. Nervus abducens/lateral rectus palsy
IV. Divergence paralysis/insuficiency
V. Acute acquired esotropia
Masing-masing perbedaan gejala klinis penyebab di atas, bisa dilihat pada
tabel dibawah :
9 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien ini negalami esotropia
akut yang disebabkan karena nervus abducens/lateral rectus palsy karena
dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini ditemukan,
10 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
onset yang tiba-tiba, hanya melihat ganda(diplopia) pada saat melihat
jauh,restriksi gerakan abduksi hanya pada satu mata saja yaitu mata
kanan, yang menjurus kepada esotropia yang disebabkan oleh adanya
paresis pada nervus VI(abducens).
Sedangkan, untuk mengetahui yang menyebabkan paresis nervus
VI itu sendiri masih perlu digali lagi, baik melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan penunjang. Berikut beberapa penyebab yang dapat menyebabkan
esotropia akut.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, pasien mengaku
tidak pernah mengalami terjatuh, mengalami benturan atau pukulan di
kepalanya, sehingga kemungkinan penyebab oleh karena trauma kepala
dapat disingkirkan. Untuk kemungkinan penyebab lain, perlu dievaluasi
lagi agar dapat mengetahui penyebab sebenarnya.
11 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
D. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata kanan
Gerakan bola mata kanan yang terbatas disertai dengan tes lapang
pandang yang menyempit, kemungkinan terjadi akibat paresis atau
restriksi kerja pada salah satu atau lebih otot ekstraokular. Dimana dalam
hal ini yang mengalami gangguan adalah otot rektus lateralis dextra.
E. Assessment
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarahkan pada esotropia akut yang disebabkan oleh adanya
paresis nervus. Diagnosa ini dipilih karena pada pasien ditemukan usia dewasa,
sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang sama saat kecil. Onset terjadi
secara tiba-tiba, penglihatan ganda(diplopia), mata juling ke dalam(esotropia),
pemeriksaan fisik didapatkan kemungkinan adanya paresis otot ekstraokular
“rektus lateralis dextra” yang diinervasi oleh nervus abducens. Untuk penyebab
paresis nervus abducens itu sendiri masih perlu digali lagi.
Diagnosis Kerja:
- Esotropia Akut e.c Paresis Nervus VI
F. Planning
- USG
- CT-Scan
- Dan Pemeriksaan penunjang lain
(untuk mengetahui “underlying cause” dari paresis N.VI itu sendiri)
12 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
A. Tatalaksana
Tujuan terapi adalah untuk membantu pasien sedekat mungkin mencapai
penglihatan binokular normal di segala arah dan jarak
Tergantung tipe strabismus dan penyebabnya tatalaksana pasien bisa
bervariasi bisa menggunakan Eye Patch, Glasses/Contacts, Prisms, Vision
Therapy, Surgery,atau bahkan Botolinum toxin (Botox)
13 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
Bersambung ke tabel di bawah :
14 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
15 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
G. KIE
- Pasien diberikan informasi bahwa, pasien harus rajin melatih otot matanya
yang lemah.
H. Prognosis
Prognosis umumnya baik
16 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
BAB IV
RINGKASAN AKHIR
Pasien datang dengan keluhan penglihatannya menjadi ganda secara tiba-tiba
sejak ± 3 minggu yang lalu. Keluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien dan
keluhan ini tidak pernah dialami pasien sejak ia kecil. Selain itu pasien juga
mengeluh pandangannya terasa kabur dan bola mata kanan terlihat bergulir ke
arah dalam. Sebelumnya pasien mengatakan kedua bola matanya masih simetris.
Penglihatan double biasanya hanya dirasakan pasien jika melihat jauh dengan
kedua mata. Selain itu pasien juga mengeluhkan mata kanannya terasa berat.
Nyeri (-) Gatal (-), Merah (-), berair (-), silau (-), riwayat trauma (-), riwayat HT
dan DM (-).
Pada pemeriksaan fisik, visus OD 6/9 sc (PH(6/6), OS 6/7 sc (PH(6/6)),
terdapat penyempitan lapang pandang pada OD dan gerakan bola mata yang
terbatas . berdasarkan hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tadi pasien ini
dapat didiagnosis dengan Esotropia Akut et causa Paresis Nervus VI.
17 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I
DAFTAR PUSTAKA
1. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
2. Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa
Kedokteran, Perdami
3. Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Jakarta;
EGC
4. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American
Academy of opthalmology. 2004.
5. Gerhand K.Lang. Basic Ophtalmology. 2nd Edition. Germany : Theime.
2004
6. American Optometric Association. Care of the patient with : Strabismus –
Esotropia dan Exotropia. 2011
18 | C a s e P r e s e n t a t i o n – E s o t r o p i a a k u t e . c P a r e s i s N e r v u s V I