Presentasi Kasus THF e.c id

54
Presentasi Kasus Penyakit Jantung Tiroid e.c Hipertiroidisme Disusun Oleh : MUHAMMAD EKO ANDARU 1102005164 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI Pembimbing : Dr. Hami Zulkifli Abbas Sp.PD, MH.Kes Dr. Sianne A. Wahyudi, Sp.PD Dr. Sunhadi 1

Transcript of Presentasi Kasus THF e.c id

Page 1: Presentasi Kasus THF e.c id

Presentasi Kasus

Penyakit Jantung Tiroid e.c Hipertiroidisme

Disusun Oleh :

MUHAMMAD EKO ANDARU

1102005164

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

Pembimbing :

Dr. Hami Zulkifli Abbas Sp.PD, MH.Kes

Dr. Sianne A. Wahyudi, Sp.PD

Dr. Sunhadi

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD ARJAWINANGUN

KATA PENGANTAR

1

Page 2: Presentasi Kasus THF e.c id

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun

tugas presentasi kasus yang berjudul Penyakit Jantung Tiroid et causa Hipertiroidisme.

Penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna baik isi maupun penyajiaannya sehingga

diharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar dikesempatan

yang akan datang penulis dapat membuat yang lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hami Zulkifli

Abbas, Sp.PD, MH.Kes; Dr. Sianne A. Wahyudi, Sp.PD; dan Dr. Sunhadi serta berbagai

pihak yang telah membantu penyelesaian presentasi kasus ini.

Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Arjawinangun, 05-07-2010

Penyusun

2

Page 3: Presentasi Kasus THF e.c id

BAB I

KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 21 Tahun

Alamat : Guwa Lor

Pekerjaan : Pengangguran

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Tgl. Masuk : 17-06-2010

Tgl. Keluar : 23-06-2010

II. Anamnesis

Keluhan Utama:

Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan

yang lalu. Sesak terutama timbul saat aktifitas ringan seperti menyapu lantai, mandi

atau mencuci, bahkan ketika di rumah sakit ketika berjalan sebanyak 10 langkah,

pasien sudah merasa sesak. Sesak berkurang bila dibawa istirahat. Sesak bila tidur

telentang dan berkurang bila kepala ditinggikan sebanyak 3-4 bantal. Ketika tidur

pasien juga miring kesebelah kanan unutk menghilangkan rasa sesaknya. Keluhan

juga disertai batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu, batuk jarang, tidak berdahak dan

tidak berdarah. Kedua tungkai bengkak sejak 2 bulan yang lalu.

Benjolan pada leher sejak 1 tahun yang lalu, benjolan pertama-tama dirasakan kecil

dan lama-lama makin cepat membesar, benjolan tidak sakit, dan tidak terasa panas.

Muka tampak pucat disertai badan terasa lemah, letih, dan lesu sejak 6 bulan yang

3

Page 4: Presentasi Kasus THF e.c id

lalu. Dada terasa berdebar–debar yang disertai rasa gelisah dan sering berkeringat

banyak sejak 6 bulan yang lalu. Pasien juga merasa bola mata terasa menonjol ke arah

luar. Pasien mengaku nafsu makannya meningkat dan sering lapar, disertai berat

badan menurun dari 55 kg menjadi 48 kg dalam 2 tahun terakhir. Pasien mengeluh

sering BAB dengan konsistensi cair selama 3 hari dengan frekuensi 3-4 x dan pada

BAB tidak ditemukan adanya darah maupun lendir . BAK normal. Keluhan tidak

disertai dengan rasa mual dan muntah. Keluarga juga mengatakan bahwa pasien

mempunyai emosi yang labil belakangan ini. Pasien mengaku tidak mengetahui

riwayat terpapar radiasi pada waktu kecil.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat tekanan darah tinggi tidak ada. Riwayat batuk-batuk lama tidak ada. Riwayat

diabetes tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit seperti

ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK

- Kesadaran : Compos mentis

- Tekanan darah : 130/70 mmHg

- Nadi : 104 x / menit

- Pernapasan : 36 x /menit,

dispneu (+)

- Suhu : 38,2 0 C

- Ikterus : -/-

- Oedema : +/+

- Cyanotik : -/-

- Anemia : -/-

- Ptechia : -

- Turgor kulit : Baik

4

Page 5: Presentasi Kasus THF e.c id

- Tinggi Badan : 165 cm

- Berat badan : 48 Kg

KEPALA

- Bentuk : Normal, simetris

- Rambut : Hitam, tidak mudah tercabut

- Mata : Exophtalmus

Konjungtiva tidak anemis

Sklera tidak ikterik

edema palpebra (-)

pupil isokor kanan = kiri,

Refleksi cahaya (+).

- Telinga : Bentuk normal, simetris, membran timpani intak

- Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi

- Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, tidak

hiperemis, tidak ada nyeri menelan.

LEHER

Bentuk normal, deviasi trakhea (-).

Kelenjar tiroid : Teraba membesar di kedua lobus kanan dan kiri, ikut bergerak

ke atas ketika menelan. Konsistensi padat/keras dan melekat ke jaringan sekitar

dengan batas yang tidak tegas. Tidak nyeri pada penekanan.

KGB tidak membesar , JVP meningkat (5 + 4 cmH2O).

THORAKS

- Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris

pergerakan napas kanan = kiri.

Iktus kordis terlihat

- Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri

Fremitus vocal kanan melemah daripada kiri

5

Page 6: Presentasi Kasus THF e.c id

Iktus kordis teraba di sela iga V garis midclaviculla kiri

teraba meningkat dan meluas.

- Perkusi : Sonor pada lapang paru kiri, redup pada lapang

paru kanan setinggi sela iga III

Batas Jantung

Batas atas : sela iga II garis sternalis kanan

Batas kanan : sulit dinilai

Batas kiri : sela iga V garis axillaris anterior kiri

Batas paru hati : sulit dinilai

- Auskultasi : Rhonki basah kasar +/- , wheezing -/-

Bunyi jantung I>II cepat,irreguler

ABDOMEN

- Inspeksi : Perut datar simetris

vena kolateral (-)

caput Medussae (-)

umbilikus tidak menonjol

- Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)

Tidak ada pembesaran hepar

Tidak ada pembesaran lien

- Perkusi : Shifting dullnes (-)

- Auskultasi : Bising usus (+) normal,

GENITALIA

♂ T.A.K

EKSTREMITAS

- Superior : Hangat

Tremor (+)

Eritema palmaris (-/-)

Sianosis (-/-)

6

Page 7: Presentasi Kasus THF e.c id

Clubbing finger (-/-)

edema (-/-)

- Inferior : Hangat

Edema pretibial (+/+)

Sianosis (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin Tgl (17-06-2010)

Hemoglobin : 10,2 g/dl 11,0 – 17,0

Leukosit : 6,0 H 103/μl 4,0 – 10,0

Limfosit : 2,6 103/μl 1,0 – 5,0

Monosit : 0,4 103/μl 0,1 – 1,0

Granulosit : 2,9 H 103/μl 2,0 – 8,0

Hematokrit : 32,3 % 35,0 – 55,0

MCV : 85,3 μm3 80,0 – 100,0

MCH : 28,2 pg 26,0 – 34,0

MCHC : 33,0 g/dl 31,0 – 35,5

Trombosit : 152 103/μl 150 - 400

Kimia klinik

Glukosa (20-06-2010)

Glukosa sewaktu : 120 70 – 150 mg/dl

Fungsi Ginjal (18-06-2010)

– Ureum : 26,4 mg/dl 10 -50

– Kreatinin : 0,29 mg/dl 0,6 – 1,38

– Uric Acid : 4,52 mg/dl 3,34 – 7,0

7

Page 8: Presentasi Kasus THF e.c id

Fungsi Hati (18-06-2010)

- Albumin : 2,50 g/dl 3,5 – 5,0

- SGOT : 24 U/l 0 - 38

- SGPT : 11 U/l 0 – 41

Lipid

- Cholesterol Total 73 mg/dl

Elektrolit (22-06-2010)

- Natrium : 137 mmol/L 136 – 145

- Kalium : 4,7 mmol/L 3,5 – 5,1

- Clorida : 102 mmol/L 97 – 111

- Kalsium : 1,10 mmol/L 1,15 – 1,29

Urine rutin ( 18-06-2010)

Warna : kuning

pH : 6.0

Berat jenis : 1020

Nitrit : negatif

Protein : +1

Glukosa : negatif

Keton : negatif

Bilirubin : negatif

Urobilinogen : negatif

Sedimen

Leukosit : +0-1/LPB

Eritrosit : negatif

Epitel : +0-1/LPB

Kristal : negatif

Bakteri : negatif

Silinder : negatif

8

Page 9: Presentasi Kasus THF e.c id

Serologi

Thyroid function

- FT4 : 75,62 12,00 – 22,0 pmol/l

- T3 : 5,21 1,30 – 3,10 pmol/l

- T4 : 211,0 66,0 – 181,0 pmol/l

- TSH : 0,089 0,270 – 4,20 uIUl/ml

Pemeriksaan EKG :

Kesan :

Sinus Aritmia, HR : 169 x /menit

Atrial Flutter

Axis normal

9

Page 10: Presentasi Kasus THF e.c id

Pemeriksaan Radiologi :

Foto Thoraks PA

Batas kanan jantung sulit dinilai, sinus kanan dan diafragma kanan tetutup bayangan

opak, sinus kiri dan diafragma kiri normal.

Pulmo : Hili tertutup bayangan opak

Corakan paru bertambah

Tidak tampak perbercakan lunak

Tampak bayangan opak pada lapang tengah dan bawah paru kanan

Kesan : Efusi pleura kanan

Kardiomegali

USG Thyroid

Tiroid :

Kedua tiroid membesar dengan ukuran kanan 24,3 x 32,5 x 35,1 mm, kiri 24,0 x 27,3 x

34,4 mm.

Tekstur parenkim difusa heterogen solid. Pada pemeriksaan Doppler tampak

hipervaskularisasi.Tidak tampak kalsifikasi.

10

Page 11: Presentasi Kasus THF e.c id

Kesan :

Struma difusa tipe padat yang menunjukkan hipervaskularisasi pada pemeriksaan

Doppler.

Resume:

Pasien laki-laki usia 21 tahun datang dengan keluhan paroxismal nocturnal

dispneu (+). Ketika tidur pasien miring kesebelah kanan untuk menghilangkan rasa

sesaknya. Keluhan batuk (+), edema pretibial (+). Benjolan pada leher (+), badan terasa

lemah, letih, dan lesu. Palpitasi (+) yang disertai rasa gelisah dan sering berkeringat.

Exophltamus (+). Nafsu makan meningkat, berat badan menurun dari 55 kg menjadi 48

kg. Pasien mengeluh mencret tanpa darah dan lendir (+). Emosi labil.

Pada pemeriksaan fisik terdapat frekuensi nadi takikardi frekuensi nafas ↑. Mata

exophtalmus dan tremor pada ekstremitas (+). Pembesaran kelenjar tiroid dan JVP↑.

Thoraks perkusi redup dan fremitus vokal melemah pada lapang paru kanan. Iktus kordis

↑ dengann pembesaran jantung kiri. Rhonki basah kasar +/- bunyi jantung I>II

cepat,irreguler.

11

Page 12: Presentasi Kasus THF e.c id

Pada pemeriksaan serologi didapatkan peningkatan kadar T3, T4, FT4 dan

penurunan kadar TSH. Pemeriksaan fungsi hati kadar albumin turun. Pada pemeriksaan

elektrolit didapatkan penurunana kadar calsium, dan peningkatan kadar kalium.

EKG menunjukkan adanya atrial fibrilasi, sinus aritmia,

Hasil rontgen Thoraks PA : Efusi pleura kanan. Hasil USG tiroid kesan : Struma

difusa tipe padat yang menunjukkan hipervaskularisasi pada pemeriksaan Doppler.

DIAGNOSIS KERJA

Congestive Hearth Failure grade III e.c Hipertiroidism e.c Susp. Ca Tiroid

DIAGNOSIS BANDING

Congestive Hearth Failure grade III e.c Hipertiroidism e.c Grave disease

Congestive Hearth Failure grade III

PROGNOSIS : Dubia at malam

V. PENATALAKSANAAN

1. Istirahat

2. Diit : Tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam.

3. Medikamentosa :

D5% 20 tetes/ menit

O2 3L

Ceftriaxon 2 x 1 gram IV

Untuk mengatasi peningkatan asam lambung : Dexanta 3 x CI, Ranitidin

3x 1 amp

Propanolol 3 x 10 mg

PTU 3 x tab 100 mg

Digoksin 2 x 1 selama 3 hari setelah itu dilanjutin 1 x 1

Infus Albumin 20 %

Furosemid 2 x 1

KSR 3 x 1

12

Page 13: Presentasi Kasus THF e.c id

VI. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. Biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus kelenjar tiroid (BAJAH)

2. Sintigrafi Tiroid

3. Terapi Supresi Tiroksin

4. Torakosintesis

FOLLOW UP

Tanggal 18-06-2010 19-06-2010 20-06-2010

Keluhan - Sesak (+)

- Batuk (+)

- Berdebar-debar (+)

- Mencret (+)

- Malaise (+)

- Sesak (+)

- Batuk (+)

- Berdebar-debar(+)

- Mencret (+)

- Sesak (+)

- Batuk (+)

- Berdebar-debar(+)

- Mencret (-)

- Kepala pusing (+)

Pemeriksaan fisik

- Kesadaran

- TD

- Nadi

- Pernapasan

- Suhu

CM

130/90mmHg

90x/mnt

23x/mnt

36,40 C

CM

120/80mmHg

88x/mnt

36x/mnt

36,00 C

CM

160/90mmHg

84x/mnt

24x/mnt

36,20 C

Leher

Pembesaran kel. TiroidJVP Mata

- eksoftalmusThorak

Cor pulmo

(+)meningkat

( + )

Rhonki basah

kasar+/-, BJ I>II,

cepat irreguler

(+)meningkat

( + )

Rhonki basah

kasar+/-, BJ I>II,

cepat irreguler

(+)meningkat

( + )

Rhonki basah

kasar+/-, BJ I>II,

cepat irreguler

13

Page 14: Presentasi Kasus THF e.c id

palpitasi Ekstremitas Inferior

-Oedem

-Tremor

-keringat

(+)

(+)

(+)

( +)

(+)

(+)

(+)

( +)

(+)

(+)

(+)

( +)

Diagnosa Penyakit jantung

tiroid e.c

Hipertiroidisme

Penyakit jantung

tiroid e.c

Hipertiroidisme e.c

susp. CA tiroid

Penyakit jantung

tiroid e.c

Hipertiroidisme e.c

susp. CA tiroid

Penatalaksanaan

Bed rest

D5% 20 tetes/ menit

Ceftriaxon 2 x 1 gram IV

Dexanta 3 x CI,

Ranitidin 3x 1 amp

Propanolol 3 x 10 mg

PTU 3 x tab 100 mg

Digoksin 2 x 1

Infus Albumin 20 %

Furosemid 2 x 1

KSR 3 x 1

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

Pemeriksaan anjuran

tambahan

-Lab TSH, T3, T4-Elektrolit-EKG-Ro foto toraks-USG tiroid

14

Page 15: Presentasi Kasus THF e.c id

Tanggal 22-06-2010 23-06-2010 24-06-2010

Keluhan - Sesak (+)

- Batuk (+)

- Berdebar-debar (+)

- Kepala pusing (-)

- Sesak (-)

- Batuk (+)

- Berdebar-debar(+)

- Sesak (-)

- Batuk (+)

- Berdebar-debar(+)

Pemeriksaan fisik

- Kesadaran

- TD

- Nadi

- Pernapasan

- Suhu

CM

120/70mmHg

88x/mnt

36x/mnt

36,40 C

CM

110/80mmHg

88x/mnt

24x/mnt

360 C

CM

140/100mmHg

79x/mnt

26x/mnt

370 C

Leher

Pembesaran kel. TiroidJVP Mata

- eksoftalmusThorak

Cor pulmo

palpitasi Ekstremitas Inferior

-Oedem

-Tremor

-keringat

(+)meningkat

( + )

Rhonki basah

kasar+/-, BJ I>II,

cepat irreguler

(+)

(+)

(+)

( +)

(+)meningkat

( + )

Rhonki basah

kasar+/-, BJ I>II,

cepat irreguler

(+)

(+)

(+)

( +)

(+)meningkat

( + )

Rhonki basah

kasar+/-, BJ I>II,

cepat irreguler

(+)

(+)

(+)

( +)

Diagnosa Penyakit jantung Penyakit jantung Penyakit jantung

15

Page 16: Presentasi Kasus THF e.c id

tiroid e.c

Hipertiroidisme e.c

Susp. CA tiroid

tiroid e.c

Hipertiroidisme e.c

susp. CA tiroid

tiroid e.c

Hipertiroidisme e.c

susp. CA tiroid

Penatalaksanaan

Bed rest

D5% 20 tetes/ menit

Ceftriaxon 2 x 1 gram IV

Dexanta 3 x CI,

Ranitidin 3x 1 amp

Propanolol 3 x 10 mg

PTU 3 x tab 100 mg

Digoksin 2 x 1

Infus Albumin 20 %

Furosemid 2 x 1

KSR 3 x 1

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

Pemeriksaan anjuran

tambahan

-Lab TSH, T3, T4-Elektrolit-EKG-Ro foto toraks-USG tiroid

Acc. pulang

ANALISA KASUS

16

Page 17: Presentasi Kasus THF e.c id

Saya mendiagnosa pasien ini dengan penyakit Congestive Heart Failure Grade III

e.c hipertiroid e.c susp Karsinoma Tirod karena dari:

Congestive Hearth Failure Grade III :

Ditemukan Kriteria Framingham untuk menegakan diagnosis gagal jantung kongestif.

Kriteria mayor:1. paroxismal nocturnal dispneu : Sesak bila tidur telentang dan berkurang bila kepala ditinggikan sebanyak 3-4 bantal2. distensi vena leher3. ronkhi paru : Rhonki basah kasar +/-4. kardiomegali5. edema paru akut6. gallop s37. peninggian tekanan vena jugularis : JVP meningkat (5 + 4 cmH2O)8. refluks hepatojugular

Kriteria minor:1. edema ekstremitas : edema pretibial +/+2. batuk malam hari3. dispneu de effort : Sesak terutama timbul saat aktifitas ringan seperti menyapu lantai, mandi atau mencuci4. hepatomegali5. efusi pleura :

anamnesis : Ketika tidur pasien juga miring kesebelah kanan untuk menghilangkan rasa sesaknya

Pemeriksaan Fisik : Fremitus vocal kanan melemah daripada kiri, perkusi redup pada hemithoraks kanan. Rhonki basah kasar +/-

Thoraks PA : efusi pleura kanan6. takikardi : Bunyi jantung I>II cepat,irreguler, HR 104 x/ menit7. penurunan kapasitas vital sepertiga dari normal

Diagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 1 kriteria minor harus ada pada saat yang bersamaan.

CHF menurut New York Heart Assosiation dibagi menjadi :

17

Page 18: Presentasi Kasus THF e.c id

Grade 1 :  Penurunan fungsi ventrikel kiri tanpa gejala

Grade 2 :  Sesak nafas saat aktivitas berat

Grade 3 :  Sesak nafas saat aktivitas sehari-hari.

Grade 4 :  Sesak nafas saat sedang istirahat.

Hipertiroid et causa Ca Tiroid :

Gejala dan tanda hipertiroidisme

Hipereaktivitas, palpitasi, berat badan menurun, nafsu makan meningkat, tidak

tahan panas, banyak keringat, mudah lelah, sering buang air besar,

oligomenore/amenore dan libido turun, takikardi, fibrilasi atrial, tremor halus, refleks

meningkat, emosi labil, kulit hangat dan basah, rambut rontok, bruit.

Diagnosis dikenal dengan indeks klinis Wayne dan New Castle yang didasarkan oleh

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti.

18

Page 19: Presentasi Kasus THF e.c id

Untuk fase awal penentuan diagnosis perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada pemantauan

cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal keadaan membaik.

Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop oleh hormon tiroid, sehingga lamban

pulih (lazy pituitary). Untuk memeriksa mata disamping klinis digunakan alat

eksofalmometer Herthl. Karena hormon tiroid berpengaruh terhadap semua sel/organ

maka tanda kliniknya ditemukan pada organ kita.1

19

Page 20: Presentasi Kasus THF e.c id

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium TSHs, T4 atau fT4, T3 atau fT3, TSH Rab, kadar leukosit (bila timbul

infeksi pada awal pemakaian obat antitiroid)2

2. Sidik tiroid (thyroid scan) terutama membedakan penyakit Plummer dari penyakit

Graves dengan komponen nodosa2

3. EKG2

4. Foto thoraks 2

Pada pasien ini pemeriksaan Thyroid function didapatkan :

- FT4 : 75,62 12,00 – 22,0 pmol/l

- T3 : 5,21 1,30 – 3,10 pmol/l

- T4 : 211,0 66,0 – 181,0 pmol/l

- TSH : 0,089 0,270 – 4,20 uIUl/ml

Karsinoma Tiroid

Karsinoma tiroid jarang didapati, insidensnya sekitar 3- 5% dari semua tumor

maligna, terutama di negara endemik dan untuk tipe yang tidak berdifferensiasi. Dapat

dijumpai disegala usia dengan puncak pada usia muda (7- 20 tahun), usia setengah baya

(40- 60 tahun). Pada Pria insidensnya 3/100.000/tahun dan wanita sekitar

8/100.000/tahun.

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga kecenderungan nodul

tiroid tersebut ganas atau tidak, yaitu dari besar dan bentuknya, konsistensi, hubungan

dengan struktur sekitarnya, hiperfungsi atau hipofungsi dari kelenjar tiroid dan pada

pmeriksan biopsi jarum halus. Juga riwayat terpapar sinar radiasi pada saat anak- anak,

intake yodium yang tinggi berhubungan dengan karsinoma papiller yang biasa terlihat.

Sedangkan usia kurang dari 40 tahun, asupan yodium kurang biasa didapati pada

penderita karsinoma tiroid follikuler. Kanker tiroid mempunyai 4 tipe, yaitu: papiler,

folikuler, meduller dan anaplastik. Kanker jarang memberikan gejala pembesaran

kelenjar, lebih sering memberikan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar.Kanker

tiroid seringkali memberikan hambatan dalam penyerapan yodium dan membatasi dalam

produksi hormon tiroid namun seringkali menghasilkan cukup banyak hormon tiroid

sehingga memberikan gejala hipertiroidisme.

20

Page 21: Presentasi Kasus THF e.c id

Pendekatan Diagnosis

Pasien dengan karsinoma tiroid biasanya datang dengan nodul soliter. Anamnesis penting dalam rangka penegakan diagnosis.

Berikut adalah kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan kecurigaan kearah keganasan tiroid, yaitu : usia < 20 tahun atau > 60 tahun mempunyai prevalensi keganasan pada nodul yang teraba. Nodul pada pria mempunyai kemungkinan 2 kali lebih tinggi menjadi ganas dari wanita :

Keluhan suara serak, susah nafas, batuk, disfagia Riwayat radiasi pengion pada saat kanak-kanak Padat, keras tidak rata dan terfixir Limfadenopati servikal Riwayat keganasan tiroid sebelumnya

Pada pasien ini ditemukan :

Pasien adalah seorang pria dengan usia muda yaitu 21 tahun dengan riwayat terasa benjolan di leher sejak 1 tahun yang lalu, disertai keluhan batuk. Pada pemeriksaan fisik kelenjar tiroid :Teraba membesar di kedua lobus kanan dan kiri, ikut bergerak ke atas ketika menelan. Konsistensi padat/keras dan melekat ke jaringan sekitar dengan batas yang tidak tegas. Tidak nyeri pada penekanan.

Pemeriksaan Penunjang 1. BAJAH2. Laboratorium3. Sintigrafi Tiroid4. USG

USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukan untuk menentukan ukuran dan jumlah nodul, meski sebenarnya USG tidak dapat membedakan nodul jinak dari yang ganas. USG pada nodul tiroid dingin sebagian besar akan menghasilkan gambaran solid, campuran solid kistik dan sedikit kista simple. Dari suatu seri penelitian USG tiroid, didapatkan 69% solid, 12 % campuran dan 19 % kista. Dari seluruh 19 % kista tersebut hanya 7 % yang ganas, sedangkan kemungkinan ganas dari nodul solid atau campuran berkisar 20%. USG juga dikerjakan untuk menentukan multinodularitas yang tidak teraba dengan palpasi, khususnya pada individu dengan riwayat radiasi pengion pada daerah kepala dan leher. Nodul soliter atau multiple yang lebih kecil dari 1 cm yang hanya terdeteksi dengan USG umumnya jinak dan tidak diperlukan pemeriksaan lanjutan lain kecuali evaluasi USG ulang secara periodic.

21

Page 22: Presentasi Kasus THF e.c id

Pada pasien ini ditemukan gambaran USG Tiroid dengan hasil :

Kedua tiroid membesar dengan ukuran kanan 24,3 x 32,5 x 35,1 mm, kiri

24,0 x 27,3 x 34,4 mm.

Tekstur parenkim difusa heterogen solid. Pada pemeriksaan Doppler tampak

hipervaskularisasi.Tidak tampak kalsifikasi.

Kesan :

Struma difusa tipe padat yang menunjukkan hipervaskularisasi pada

pemeriksaan Doppler.

5. Terapi supresi Titoksin

PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan penyakit jantung tiroid adalah secepatnya menurunkan

keadaan hipermetabolisme dan kadar hormon tyroid yang berada dalam sirkulasi.

Hiperdinamik dan aritmia atrial akan respon baik dengan penghambat beta, propanolol

bekerja cepat dan mempunyai keampuhan yang sangat besar dalam menurunkan

frekuensi jantung, diberikan berkisar 40-160 mg dengan dosis terbagi. Propanolol dapat

menurunkan kadar T4 dalam sirkulasi dan mengubahnya kembali menjadi T3, disamping

juga dapat menurunkan kadar T3 dalam sirkulasi sebanyak 20-30 %. Pada penderita

dengan gagal jantung berat, maka penggunaan obat penghambat beta haruslah hati-hati

karena dapat memperburuk fungsi miokard, disamping bahaya lainnya berupa spasme

bronkus.

Obat anti tiroid seperti metimazol 60-80 mg per hari atau propiltiourasil 400-600

mg perhari dengan dosis terbagi, bila keadaan eutiroid sudah tercapai dosis dapat

diturunkan menjadi pemeliharaan (maintenance). Setelah pemberian 1-1,5 tahun obat

dapat dihentikan tanpa menimbulkan gejala hipertiroidisme.

22

Page 23: Presentasi Kasus THF e.c id

Penatalaksanaan Untuk CA tiroid :

1. PembedahanBila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operable, operasi yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas kemungkinan ada sel sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi total. Komplikasi dari operasi antara lain terputusnya nervus laringeus rekurens dan cabang eksterna dari nervus laringeus superior, hipotiroidisme dan ruptur esophagus. Setelah pembedahan, hormon tiroid diberikan dengan dosis supresif untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid

2. RadiasiBila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobis kontralateral, dilakukan:

a. Radiasi interna dengan I131. hanya tumor tumor berdiferensiasi baik yang mempunyai afinitas terhadap I131 terutama yang folikuler. Radiasi interna juga diberikan pada tumor tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor

b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor tumor inoperable atau anplastik yang tidak berafinitas terhadap I131. [pemberian eksterna terapi radiasi menghadapi risiko untukmengalami mukositis, kekeringan mulut, disfagia, kemerahan mulut, anoreksia, kelelahan.

Yang diberikan pada pasien ini :

Obat anti tiroid yang diberikan PTU 3 x 100 mg bertujuan untuk mencapai

keadaan eutiroid. Setelah pemberian 1-1,5 tahun obat dapat dihentikan tanpa

menimbulkan gejala hipertiroidisme.

Propanolol 3 x 10 mg (Penghambat B-adrenergik). Untuk menurunkan frekuensi

jantung

Digoksin. Untuk menigkatkan kontraktilitas. Bisa mengurangi volume dan

peregangan ruang ventrikel.

Furosemid ( diuretic ). Menambah kecepatan pembentukan urin/meningkatkan

eskresi air, natrium, klorida--> menurunkan volume darah --> sehingga aliran

balik vena dan peregangan serabut otot jantung berkurang.

23

Page 24: Presentasi Kasus THF e.c id

BAB II

PEMBAHASAN

Penyakit Jantung Tyroid

Pengaruh hormon tyroid pada jantung digolongkan menjadi 3 kategori; efek

terhadap jantung langsung, efek hormon tyroid pada sistem saraf simpatis dan efek

sekunder terhadap perubahan hemodinamik.

Hormon tiroid meningkatkan metabolisme tubuh total dan konsumsi oksigen

yang secara tidak langsung meningkatkan beban kerja jantung. Hormon tiroid

menyebabkan efek inotropik, kronotropik, dan dromotropik, yang mirip dengan efek

stimulasi adrenergik, hormon tiroid meningkatkan sintesis miosin dan Na, K, ATP ase,

mirip seperti pada reseptor beta adrenergik miokard.

Gejala Klinis

Meskipun tanpa gagal jantung, manifestasi kardiovaskuler tirotoksikosis secara

subjektif maupun objektif akan mendominasi gejala klinis penderita. Gejalagejala ini

berupa palpitasi, takikardi, perasaan tak enak di epigastrium sebagai akibat kontraksi

aorta decenden yang berlebihan, lekas lelah, sesak nafas, gelisah, keringat yang

berlebihan dan sebagainya. Secara objektif ditemukan takikardi, nadi seler, denyut nadi

karotis dan aorta meningkat, apeks impuls yang kuat, pulsasi kapiler pada ujung jari,

bunyi jantung pertama yang kuat. Kadang-kadang dijumpai murmur sistolik di daerah

prekordial, berbagai gangguan irama, fibrilasi atrium dan pembesaran jantung.

Radiologi

Gambaran radiologi umumnya normal, kadang-kadang dijumpai pembesaran

aorta asenden atau desenden, penonjolan segmen pulmonal dan pada kasus yang berat

dijumpai pula pembesaran jantung.

24

Page 25: Presentasi Kasus THF e.c id

Elektrokardiografi

Pada EKG sering ditemui gangguan irama atau gangguan hantaran. Biasanya

dengan sinus takikardi, atrium fibrilasi ditemui 10-20 % kasus. Pada kasus berat bisa

ditemui pembesaran ventrikel kiri, kadang-kadang ditemui pelebaran dan pemanjangan

gelombang P dan pemanjangan PR interval, gelombang T yang prominen, peninggian

voltase, perobahan gelombang ST-T dan pemendekan interval QT.

Ekokardiografi

Pada ekokardiografi bisa ditemui hiperkontraksi dengan pengisian yang cepat,

peningkatan masa ventrikel kiri dan hipertrofi otot jantung (4).

Pengobatan

Tujuan pengobatan penyakit jantung tiroid adalah secepatnya menurunkan

keadaan hipermetabolisme dan kadar hormon tyroid yang berada dalam sirkulasi.

Hiperdinamik dan aritmia atrial akan respon baik dengan penghambat beta, propanolol

bekerja cepat dan mempunyai keampuhan yang sangat besar dalam menurunkan

frekuensi jantung, diberikan berkisar 40-160 mg dengan dosis terbagi. Propanolol dapat

menurunkan kadar T4 dalam sirkulasi dan mengubahnya kembali menjadi T3, disamping

juga dapat menurunkan kadar T3 dalam sirkulasi sebanyak 20-30 %. Pada penderita

dengan gagal jantung berat, maka penggunaan obat penghambat beta haruslah hati-hati

karena dapat memperburuk fungsi miokard, disamping bahaya lainnya berupa spasme

bronkus.

Obat anti tiroid seperti metimazol 60-80 mg per hari atau propiltiourasil 400-600

mg perhari dengan dosis terbagi, bila keadaan eutiroid sudah tercapai dosis dapat

diturunkan menjadi pemeliharaan (maintenance). Setelah pemberian 1-1,5 tahun obat

dapat dihentikan tanpa menimbulkan gejala hipertiroidisme.

25

Page 26: Presentasi Kasus THF e.c id

HIPERTIROIDISME

I. DEFINISI

Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang

hiperaktif.

Tiroksikosis adalah manifestasi klinis berlebihan hormon tiroid yang beredar dalam

sirkulasi.

Apapun sebabnya manifestasi klinik dari kedua gangguan ini adalah sama, karena

efek ini disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh. Terdapat dua

tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai yaitu penyakit Graves dan goiter

nodular toksik.

1. penyakit Graves

- Terjadi pada usia 30-40

- Lebih sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki

- Predisposisi familial

- Gejala hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang berlebihan

- Pasien mengeluh: lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat >>,

berat badan menurun, palpitasi, takikardi

- Oftalmopati yang ditandai dengan mata melotot.

- Ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia hormon tiroid yang

berlebihan

- Hipertiroidisme akibat sekresi tiroidisme berupa manifestasi

hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang berlebihan

- Manifestasi esktratiroidal berupa oftalmopati yang ditandai dengan

mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag (

keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata)

2. goiter nodular toksik

- ditemukan pada usia lanjut

- Gejala hipertiroidisme dan hipermetabolisme timbul lebih lambat dan

lebih ringan daripada penyakit Graves

26

Page 27: Presentasi Kasus THF e.c id

- Mungkin menglami gagal jantung , aritmia yang resisten dengan terapi

digitalis

Gejala serta tanda Hipertiroidisme umumnya dan pada Penyakit Graves

Sistem Gejala dan tanda Sistem Gejala dan tanda

Umum Tak tahan hawa

panas, hiperkinesis,

BB turun, tumbuh

cepat, toleransi obat

Psikis dan saraf Labil, iritabel,

tremor, psikosis,

nervositas, paralisis

periodik, dispneu,

hipertensi,

Gastrointestinal Hiperdefekasi,

lapar, makan

banyak, haus,

muntah disfagia,

splenomegali

Jantung aritmia, gagal

jantung, palpitasi

Muskular Rasa lemah Darah dan limfatik Limfositosis,

anemia,

splenomegali, leher

membesar

Genitourinaria Oligomenorea,

amenorea, libido

turun, infertil,

ginekomasti

Skelet Osteoporosis,

epifisis cepat

menutup, nyeri

tulang

Kulit Rambut rontok,

berkeringat, kulit

basah, silky hair,

onikolisis

II. ETIOLOGI

Kira-kira 70% tirotoksikosis karena penyakit Graves, sisanya karena gondok

multinodular toksik dan adenoma toksik.

27

Page 28: Presentasi Kasus THF e.c id

Penyebab Tirotoksikosis

Hipertiroidisme Primer Tirotoksikosis tanpa

hipertiroidisme

Hipertiroidisme Sekunder

Penyakit Graves Hormon tiroid berlebihan TSH

Gondok multinodular toksik Tiroiditis subakut (viral

atau De Quervain

Tirotoksikosis gestasi

(trimester pertama)

Adenoma toksik Silent thyroiditis Resistensi hormon tiroid

Obat: yodium lebih, litium Destruksi kelenjar

Karsinoma tiroid Radiasi, adenoma, infark

Struma ovarii

Mutasi TSH

III. DIAGNOSIS

Untuk fungsi tiroid diperiksa kadar hormon beredar T3 T4 dan TSH, kadar yodium

urine, dan kadar tiroglubulin. Untuk fase awal penentuan diagnosis perlu T4 dan TSH ,

namun pada pemantauan cukup diperiksa T4 saja sebab sering TSH tetap tersupresi

padahal keadaan membaik. Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotop oleh

hormon tiroid sehingga lamban pulih.

Untuk memeriksa mata disamping kinis digunakan alat eksoftamometer Herthl.

Pada kelompok usia lanjut gejala dan tanda tidak sejelas pada usia muda, malahan

dalam beberapa hal sangat berbeda. Perbedaan ini antara lain dalam hal: berat badan

menurun mencolok, nafsu makan menurun, mual, muntah dan sakit perut, fibrilasi atrium,

payah jantung, eye signs tidak nyata atau tidak ada, bukannya gelisah justru apatis.

IV. TERAPI

Dengan pemberian Tirostatika / OAT – Obat Anti Tiroid. Terpenting adalah

kelompok derivat tioimidazol ( CMZ Karbimazol 5 mg, MTZ Metimazol atau tiamazol 5,

10, 30 mg) dan derivat tiourasil ( PTU propiltiourasil 50, 100 mg). Metode yang

digunakan dalam penggunaan OAT ini ada dua. Yang pertama adalah, berdasarkan titrasi.

Dosis diberikan dimulai dengan dosis besar, yaitu 30 mg CMZ, 30mg MTZ, atau 400MG

28

Page 29: Presentasi Kasus THF e.c id

PTU sehari dalam dosis terbagi. Dosis diberikan hingga tercapai eutiroidisme. Biasanya

dalam 4-6 minggu tercapai masa eutiroidisme.

Metode yang kedua adalah berdasarkan klinis/laboratoris. Dosis diturunkan sampai

mencapai dosis terendah di mana pasien masih dalam keadaan eutiroidisme.

Efek samping yang sering ditemukan oleh karena pemakaian OAT ini adalah rash,

urtikari, demam dan malaise, alergi, nyeri otot dan altralgia, perubahan rasa dan kecap,

artritis, dan agranulositosis. Efek samping yang jarang adalah trombositopenia, anemia

aplastik, hepatitis, vaskulitis, hipoglikemia.

Efek berbagai obat yang digunakan dalam pengelolaan tirotoksikosis

Kelompok obat Efek Indikasi

Obat Anti Tiroid

- Propiltiourasil/ PTU

- Metimazol / MTZ

- Karbimazol / CMZ

Menghambat sintesis

hormon tiroid dan berefek

imunosupresif ( PTU juga

menghambat konversi T4)

Pengobatan lini pertama

pada Graves. Obat jangka

pendek prabedah/ pra RAI

B-adrenergik antagonis

- Propanolol

- Metoprolol

- Atenolol

- Nadolol

Mengurangi dampak

hormon tiroid pada jaringan

Obat tambahan kadang

sebagai obat tunggal pada

tiroiditis

Bahan mengandung Iodine

- Kalium iodida

- Solusi lugol

- Natrium ipodat

- Asam lopanoat

Menghambat keluarnya T4

dan T3, menghambat

produksi T3 ekstratiroidal

Persiapan tiroidektomi.

Pada krisis tiroid, bukan

untuk penggunaan rutin

Obat lainnya

- Kalium perklorat

- Litium karbonat

- glukokortikoid

Menghambat transpor

yodium, sintesis dan

keluarnya hormon,

memperbaiki efek hormon

di jaringan dan sifat

imunologis

Bukan indikasi rutin, pada

subakut tiroiditis berat, dan

krisis tiroid.

29

Page 30: Presentasi Kasus THF e.c id

Pelaksanaan tiroidektomi dilakukan bila keadaan pasien sudah eutiroid, klinis

maupun biokimiawi. Operasi dilakukan dengan tiroidektomi subtotal dupleks mensisakan

jaringan seujung ibu jari atau lobektomi total termasuk ismus dan tiroidektomi subtotal

lobus lain.

V. KOMPLIKASI

1. penyakit jantung tiroid

2. oftalmopati Graves

3. infeksi karena agranulositosis

4. krisis tiroid

VI. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

30

Page 31: Presentasi Kasus THF e.c id

Karsinoma Thyroid

Pendahuluan

Kanker Thyroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan yang tersering. Lebih

banyak pada wanita dengan distribusi sekitar antara 2:1 sampai 3:1. insidennya berkisar

antara 5,4 – 30 %. Berdasarkan jenis histopatolologi. Sebarannya adalah kanker Thyroid

jenis papilar (71,4 %), kanker Thyroid jenis folikuler (16,7 %), kanker Thyroid jenis

anaplastik (8,4%) dan kanker Thyroid jenis meduler (1,4%). Berdasarkan usi kanker

thyroid jenis papiler biasanya pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun,berbeda

dengan kanker thyroid folikuler yang banyak pada usia diatas 40 tahun. Sedangkan

kanker jenis meduler sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun).

Etiologi

Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khususnya well differentiated

carcinoma (papilar dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis dan untuk jeni

meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk

kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker thyroid anaplastik berasal dari

perubahan kanker thyoid berdifferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan

kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Sedangkan limfoma pada tiroid

diperkirakan karena perubahan perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis hashimoto.

Manifestasi Klinik

Gejala karsinoma Thyroid adalah sebagai berikut:

1. kista bisa cepat membesar, nodul jinak perlahan, sedang nodul ganas agak cepat dan

nodul anaplastik cepat sekali (dihitung dalam minggu), tanpa nyeri.

2. terdapat factor factor risiko yaitu

masa kanak kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher atau sekitarnya

31

Page 32: Presentasi Kasus THF e.c id

anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok (endemis)

tetangga atau penduduk sekanpung ada yang menderita kelainan kelenjar

gondok

3. merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher seperti gangguan menelan yang

menunjukkan adanya desakan esophagus atau perasaan sesak yang menunjukkan

adanya desakan/infiltrasi ke trakea

4. pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher (mungkin metastasis)

5. penonjolan/kelainan pada tulang tempurung kepala (metastasis di kepala)

6. perasaan sesak dan batuk batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis di paru paru

bagi jenis folikuler)

Dari pemeriksaan fisis didapatkan:

1. pemeriksaan Thyroid. Nodul soliter pada thyroid kemungkinan ganasnya 15-20%,

sedang nodul multiple mempunyai kemungkinan 5%. Kadang kadang nodul soliter

yang ganas lama lama dapat berubah menjadi bernodul nodul. Pembesaran difus

mungkin merupakan suatu tirotoksikosis

2. Pemerikaan pada tempat tempat kemungkinan terdapatnya penyebaran tumor

(pembesaran kelenjar getah bening, dan organ organ). Metastase jauh karsinoma

thyroid ialah paru paru, tulang (pelvis, vertebra, sternym, tengkorak dan humerus),

hati, ginjal dan otak. Bagian tulang yang terkena adalah yang spongiosa dan kaya

vaskularisasi.

Klasifikasi

Klasifikasi histopatologi karsinoma thyroid epithelial adalah

1. Adenokarsinoma berdifferensiasi baik, terdiri atas:

32

Page 33: Presentasi Kasus THF e.c id

Papiler

Folikuler

Campuran papiler dan folikuler

2. Adenikarsinoma berdiferensiasi buruk, terdiri atas:

Karsinoma sel kecil

Karsinoma sel besar

Karsinoma sel spindel

3. Karsinoma meduler

4. Karsinoma sel skuamosa

Sedangkan klasifikasi histopatologi karsinoma thyroid non epithelial adalah limfoma,

sarcoma, metastatik tumor, teratoma malignan dan tomur yang tidak dapat

diklasifikasikan.

Stadium kanker

Stadium kanker ini tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional

dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM

adalah sebagai berikut.

Tipe dan stadium <45> > 45 tahun

Papiler

Stadium I

Stadium II

Setiap T, setiap N, M0

Setiap T, setiap N, M1

Setiap T, N0, M0, T1, N1,

M0

T2-4, N1, M0

Setiap T, setiap N, M0

33

Page 34: Presentasi Kasus THF e.c id

Stadium III

Stadium IV

Tipe dan stadium <45> >45 tahun

Folikuler

Stadium I

Stadium II

Stadium III

Stadium IV

Setiap T, setiap N, M0

Setiap T, setiap N, M1

-

-

T1, N0, M0

T2-4, N0, M0

Setiap T, N1, M0

Setiap T, setiap N, M0

Meduler

Stadium I

Stadium II

Stadium III

Stadium IV

-

setiap T, setiap N, M0

-

setiap T, setiap N, M1

T1, N0, M0

T2-4, N0, M0

Setiap T, N1, M0

Setiap T, setiap N, M1

Tdk dapat

dikalsifikasikn

Stadium I

Stadium II

Stadium III

Stadium IV

-

-

-

setiap T, setiap N, etiap M

-

-

-

setiap T, setiap N, setiap M

Catatan :

34

Page 35: Presentasi Kasus THF e.c id

Tx : tumor tidak dapat ditentukan

T0 : Tidak ada tumor

T1 : tumor berdiameter terpanjang <>

T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm

T3 : fikus intraglanduler multiple

T4 : tumor primer terfiksasi

Metastase Kanker

Nodul tanpa nyeri pada tiroi atau pada leher biasanya merupakan tanda awal adanya

penyakit. Keterlibatan limfonodi servikal sering timbul pada awal diagnosis. Setiap

pembesaran limfonodi servikalis yang tidak terjelaskan memerlukan pemeriksaan tiroid,

yang kadang kadang menderita tumor primer yang sangat kecil untuk diraba,

diagnosisnya didasarkan pada hasil biopsy limfonodi. Paru paru merupakan tempat

metastase yang paling lazim di luar leher. Mungkin tidakada menifestasi klinis yang

dapat diacu padanya, secara rontgenografis, tumor ini tampak sebagai infiltrasi nodular

atau milies difus, terutama bagian basal. Tumor ini mungkin terkelirukan dengan TBC,

histoplasmosis atau sarkoidosis. Tempat tempat matastasis lain meliputi mediatinum,

tulang panjang, tulang tengkorak dan aksilla.

Diagnosis

Secara klinis ditegakkan diagnosis struma nodusa dengan persangkaan jinak atau ganas.

Diagnosis yang diperoleh dapat berupa :

1. kelainan yang bukan neoplasma

2. neoplasma jinak

3. neoplasma ganas. Bila diagnosisnya suatu proses keganasan tiroid maka harus

dinilai apakah masih operable ataukah sudah inoperable.

35

Page 36: Presentasi Kasus THF e.c id

Diagnosis pasti dengan histopatologi. Sediaan dapat diperoleh denganpemerisaan potong

beku atau pemeriksaan dengan paraffin coupe (gold standar).

Pemeriksaan Penunjang

Langkah pertama yang dianjurkan adalah menetukan status fungsi tiroid dengan

memeriksa TSH (sensitive) dan T4 bebas. Pada keganasan thyroid umumnya fungsi

thyroid normal. Tetap abnormalitas fungsi thyroid tidak dapat dengan sendirinya

menghilangkan kemungkinan keganasan.

1. Pemeriksaan laboratorium tidk ada yang spesifik, kecuali pemeriksaan kadar

kalsitonin untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler. Pengukuran kadar

human Thyroglobulin, suatu pertanda tumor untuk keganasan tiroid yang

berdiferensiasi baik terutama untuk monitoring setelah terapi pembedahan total

tiroidektomi.

2. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah nodul padat atau kistik dan

sebagai penuntun pada biopsy jarum halu. Nodul padat cenderung ganas.

3. Pemeriksaan sisdik thyroid, dapat dilakukan jika terdapat fasilitas kedokteran

muklir. Bila nodul menangkap yodium sedikit dari jaringan thyroid yang normal

disebut nodul dingin. Bila sama afinitasnya disebut nodul hangat. Karsinoma

thyroid sebagian besar nodul dingin.

4. Biopsi jarum dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau biopsy jarum

halus. Hasil ketepatan diagnostiknya masih diperdebatkan.

5. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mencari metastasis. Dilakukan foto paru

posterioanterior, foto polos jaringan lunak leher antero-posterior dan lateral

dengan posisi leher hiperekstensi bila tumornya besar, esofagogram bila secara

klinis terdapat tanda tanda adanya infiltrasi ke esophagus dan foto tulang bila ada

tanda tanda metastasis ke tulang.

36

Page 37: Presentasi Kasus THF e.c id

Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operable, operasi yang dilakukan

adalah lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas

kemungkinan ada sel sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa

tiroidektomi total. Komplikasi dari operasi antara lain terputusnya nervus laringeus

rekurens dan cabang eksterna dari nervus laringeus superior, hipotiroidisme dan

ruptur esophagus. Setelah pembedahan, hormon tiroid diberikan dengan dosis

supresif untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid

2. Radiasi

Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobis

kontralateral, dilakukan:

a. Radiasi interna dengan I131. hanya tumor tumor berdiferensiasi baik yang

mempunyai afinitas terhadap I131 terutama yang folikuler. Radiasi interna juga

diberikan pada tumor tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor

b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor tumor

inoperable atau anplastik yang tidak berafinitas terhadap I131. [pemberian

eksterna terapi radiasi menghadapi risiko untukmengalami mukositis,

kekeringan mulut, disfagia, kemerahan mulut, anoreksia, kelelahan.

Prognosis

Prognosis pasien dengan kanker thyroid berdiferensiasi baik tergantung pada umur,

adanya ekstensi, adanya lesi metastasis, diameter tumor dan jenis histopatologi.

37

Page 38: Presentasi Kasus THF e.c id

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.2007.

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan Pelayanan

Medik. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

3. Kapita Selekta “Metabolik Endokrin”

4. Ganong,2003.Fisiologi Kedokteran.ed 20,EGC.Jakarta

5. The New England Journal of Medicine “Grave’s Disease” 26 October 2000.

6. SA, Price.1995.Patofiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, ed 4, EGC, Jakarta.

7. Baxter, JD.2000. Fungsi Endokrinologi Dasar dan Klinik,EGC.Jakarta.

38