Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

download Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

of 19

Transcript of Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    1/19

    LAPORAN AKHIR

    PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

    PENYANGGA/PENGUAT KAKI KURSI

    Kelompok 1

    Rho Natta Matahari

    1006771636

    Asisten : M.Gani Maulana

    Co-Asisten : Vinda B.T.L Manurung

    Departemen Teknik Mesin

    Fakultas Teknik Universitas Indonesia

    Depok

    2012

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    2/19

    DAFTAR ISI

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    1.2 Pembatasan Masalah

    1.3 Maksud dan Tujuan Praktikum

    BAB II

    PROSES PENGERJAAN

    2.1 Proses Detail Benda Kerja2.2 Gambar Benda Kerja (CAD)

    BAB III

    ANALISA

    Analisa Alat

    3.1 Analisa Bahan

    3.2 Analisa Chip

    3.3 Analisa Proses, Hasil, dan Waktu

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    4.2 Saran

    2

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    3/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Setiap barang dalam kehidupan kita pasti melalui proses manufaktur. Proses

    manufaktur akan terus diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kita akan barang-barang.

    Seiring dengan meningkatnya teknologi dan menuju ke tingkatan yang lebih modern.

    Proses manufaktur juga terus berkembang karena telah menjadi kebutuhan yang sangat

    penting dimana tiap pembentukan suatu benda dengan komposisi material akan

    melibatkan proses-proses produksi yang akan membentuk part yang diinginkan.

    Proses manufaktur melibatkan berbagai serangkaian proses yang dalam

    pembuatannya telah menuju kemudahan dan kemajuan dalam teknologinya, contohnyapenyambungan baja atau baja ccampuran berkadar rendah dengan menggunakan mesin

    las atau pembentukan parts dengan mesin bubut dan lain sebagainya.

    Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia telah

    mengaplikasikan pemanfaatan dari proses produksi dalam berbagai mata kuliah sebagai

    bekal persiapan para mahasiswa di dunia kerja. Contohya dalam praktikum produksi yang

    memperkenalkan berbagai peralatan manufaktur yang disediakan oleh Departemen

    Teknik Mesin.

    Sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan kami tentang proses-proses

    produksi, pada kali ini kami akan membuat penyangga kaki kursi dengan menggunakanperalatan-peralatan yang ada di Laboratorium Manufaktur di Departemen Teknik Mesin

    FT-UI.

    Pada praktikum kali ini,praktikan membuat sebuah penyangga /penguat kaki

    kursi. Jika dilihat dari segi desain, sebenarnya assembly ini tidak terlalu kompleks.

    Namun bila dilihat dari segi fungsi,maka dapat dilihat bahwa penyangga kaki kursi ini

    berperan vital agar kursi tidak mengalami deformasi yang tidak diinginkan pada saat

    digunakan. Penyangga kaki kursi ini membagikan beban massa yang diberikan oleh

    penggunanya sehingga dapat meratakan beban yang tercipta di kursi.

    Pada praktikum proses manufaktur kali ini, terdapat 3 bagian (part) yang harus

    dibuat untuk membuat sebuah assembly berupa satu penyangga/kaki kursi. Part part

    tersebut terdiri dari 1 (satu) buah rangka yang dibentuk dari batang silinder hollow dan 2

    (dua) buah boss yang dibentuk dari batang pejal. Untuk mendapatkan benda sesuai

    dengan desain tersebut, maka material tersebut diolah sedemikian rupa sesuai dengan

    kaidah dalam proses manufaktur.

    Kegiatan praktikum proses manufaktur ini juga dapat dijadikan sarana untuk

    mengaplikasikan materi-materi perkuliahan berupa teori yang sudah diajarkan oleh

    dosen-dosen mata kuliah proses manufaktur selama ini di dalam kelas. Beberapa teori

    tersebut antara lain adalah bagaimana kita dapat melakukan berbagai proses dalam

    manufaktur terhadap suatu benda sehingga dapat mengubah material dengan bentuk awal(bahan baku) menjadi benda dengan bentuk sesuai dengan desain yang ada (produk jadi).

    3

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    4/19

    Pada praktikum ini, kegiatan praktikum banyak menekankan pada proses pengerjaan

    machining dan proses pengerjaan joining hingga terbentuk suatu produk melalui

    mengetahui cara pengoperasian mesin-mesin antara lain :

    1) Mesin Bubut

    2) Mesin Freis3) Mesin Las Listrik (SMAW)

    4) Mesin Bor

    Selain hal yang telah disebutkan di atas, kami juga dapat mempraktikkan

    bagaimana cara melakukan metode produksi manufaktur secara tepat, aman, dan efisien.

    Dimana kami memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan untuk menjalani setiap

    tahapan dari proses produksi, maka kami dapat menentukan apakah kami dapat bekerja

    secara efisien atau tidak dan jika tidak sesuai,kita bisa menganalisa kesalahan apa saja

    yang terjadi sehingga hasil perhitungan tidak sesuai dengan kenyataannya. Selain hal-hal

    yang bersifat ilmu keteknikan di atas, praktikum ini juga dapat kami jadikan sarana untuk

    melatih soft skill praktikan sebagai mahasiswa dan calon mechanical engineer seperti

    nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, teamwork,ketelitian, dll.

    1.2. Pembatasan Masalah

    Laporan akhir ini dibuat untuk mengetahui bagaimanakah cara kerja untuk

    membuat suatu benda kerja, dalam hal ini adalah penyangga kaki kursi, dari suatu silinder

    hollow dan pejal dalam bentuk mentah (belum dibentuk suatu benda kerja) hingga

    terbentuk suatu benda kerja hasil dari suatu proses manufaktur yang dilalui untuk

    membentuk benda kerja tersebut, seperti proses cutting, turning, drilling, tapping, dan

    welding.

    1.3. Tujuan Praktikum

    Praktikum proses manufaktur kali ini dilakukan supaya praktikan dapat

    memahami proses produksi yang nyata. Pada praktikum proses manufaktur kali ini

    kegiatan yang akan dilakukan adalah :

    1) Pemotongan

    2) Pembubutan

    3) Pengeboran

    4) Pembuatan ulir dalam

    5) Pengelasan

    Sebelum praktikum tentunya praktikan harus memahami cara kerja dari masing-

    masing mesin dan alat yang digunakan agar dalam prosesnya nanti waktu yang

    dihabiskan lebih efisien. Selain itu praktikum kali ini yang dilakukan secara berkelompok

    juga bertujuan memupuk disiplin, tanggung jawab kerja dan melatih kemampuan

    berkolaborasi dan bekerja sama dalam 1 tim.

    4

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    5/19

    BAB II

    PROSES PENGERJAAN

    Pada praktikum kali ini, material dari batang hollow yang digunakan adalah low-

    carbon steel ST 37 dan material dari batang pejal yang dijadikan boss adalah medium-carbon steel ST 45. Pemilihan kedua material tersebut sebenarnya tidak dilakukan oleh

    praktikan karena memang sudah disediakan oleh asisten. Pertimbangan menggunakan

    material ini adalah bahan yang kekuatannya besar (high strengthened materials) dan

    memiliki yield strength yang tinggi, mengingat nantinya benda kerja tersebut akan

    menahan beban yang besar mengingat fungsinya sebagai penyangga kaki kursi.

    2.1. Proses Detail Benda Kerja :

    A. Pengerjaan

    Dalam praktikum membuat penyangga kursi ini, proses-proses yang di kerjakan

    adalah sebagai berikut.

    a. b. Proses kerja bangku silinder hollow

    b. Proses memotong boss (mendekati panjang yang benda target)

    c. Proses membubut boss (mengurangi diameter dikedua ujungnya dengan jarak

    tertentu )

    d. Proses membuatlubang (mengebor) boss.

    e. Proses membuat ulir pada lubang boss.

    f. Proses memotong silinder hollow Proses yang dikerjakan dalam tahapan ini

    adalah sebagai berikut:

    5

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    6/19

    i. Silinder hollow panjang dipotong mendekati dengan ukuran target.

    ii. Hasil dari pemotongan tersebut dihaluskan permukaannya

    sehingga sesuai dengan ukuran benda target.

    g. Proses meng-assembly benda kerja yang telah jadi.h. Proses Pengelasan SMAW.

    B. Alur Proses Produksi dan Pengerjaan

    Berikut adalah flowchart pengerjaan proses manufaktur penyangga kursi Berikut

    penjabaran proses di atas sebagai berikut.

    1.Proses Cutting Silinder Pejal

    Batang pejal berdiameter 20mm dengan panjang awal tidak diketahui dipotong

    secara otomatis dengan menggunakan mesin gergaji. Pemotongan dilakukan sebanyak 2

    (dua) kali dengan panjang tiap kali pemotongan sebesar 25mm dan pemberian toleransi

    sebesar 2mm sehingga total material yang dipotong sebesar: 2 x (25+2) = 54mm.

    Pemberian toleransi dilakukan dengan tujuan menyisakan panjang batang yang akan

    dihaluskan dengan kikir/gerinda.

    2. Proses Grinding

    Permukaan hasil proses cutting (pemotongan) dapat dipastikan memiliki tekstur

    yang masih sangat kasar dan tidak rata sehingga diperlukan proses penghalusan

    permukaan. Proses penghalusan permukaan ini dapat dilakukan dengan menggunakankikir atau gerinda. Kali ini, praktikan melakukan proses penghalusan permukaan potong

    dengan menggunakan kikir. Permukaan potong pada batang pejal dikikir dengan

    menggunakan kikir segi-empat sampai permukaan potong menjadi rata dan halus.

    3. Proses Pembubutan

    Salah satu dari kedua batang pejal tersebut kemudian diletakkan pada spindel

    yang terdapat pada mesin bubut. Diperlukan perhatian lebih pada saat pemasangan benda

    kerja pada spindel karena akan menentukan jalannya proses pembubutan lebih lanjut.

    Apalagi dalam kasus yang dialami oleh praktikan, dimana panjang benda kerja yang

    dijepit pada spindel hanya sebesar 5mm sedangkan panjang benda yang akan dibubut

    sebesar 20mm. Sebelum pembubutan dilakukan, praktikan melakukan beberapa test

    drive pada benda kerja, dari awal ketika benda kerja mengalami putaran yang tidak

    sesuai sumbu, ketika benda kerja mengalami vibrasi berlebihan, sampai pada akhirnya

    benda kerja dapat berputar sesuai sumbunya pada spindel. Setelah benda kerja dapat

    berputar sesuai sumbunya pada spindel, live center ditempelkan pada benda kerja untuk

    menandai titik pusat benda sekaligus untuk mengkalibrasi mata pahat agar sejajar

    tingginya dengan live center. Jika titik pusat sudah ditandai, proses pembubutan pun

    dimulai.

    Benda kerja pertama-tama di-facing dengan tujuan menghaluskan dan meratakan

    permukaan benda kerja (melanjutkan proses pada tahap grinding). Proses facingdilakukan sekaligus untuk memastikan batang pejal tersebut memiliki panjang 25 mm.

    6

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    7/19

    Setelah itu proses pembubutan secara memanjang pun dilakukan pada batang kerja

    sepanjang 20mm. Diameter yang diinginkan sebagai hasil dari proses pembubutan adalah

    sebesar 17mm. Namun bukan berarti proses pembubutan dapat langsung dilakukan

    dengan memasukkan mata pahat sebesar 1,5mm terhadap benda kerja. Setiap proses

    pemotongan dilakukan dengan memajukan mata pahat secara bertahap sedikit demisedikit, kira-kira sebesar 0,5mm sehingga diperllukan 3 kali proses pemotongan.

    Pada saat melakukan proses pemotongan, jalannya mata pahat ke arah kiri

    (mendekati benda kerja/spindel) dapat dilakukan secara otomatis dengan menekan tuas

    penggerak otomatis. Namun ketika mata pahat sudah mulai mendekati pangkal dari benda

    kerja (spindel) tuas penggerak otomatis harus diangkat secara manual dan proses

    pengembalian posisi mata pahat ke arah kanan (menjauhi benda) harus dilakukan secara

    manual.

    4. Proses Drilling

    Setelah benda kerja selesai dibubut, dilakukan proses pengeboran (drilling).

    Proses pengeboran dapat dilakukan dengan dua mesin, mesin bor dan mesin bubut.

    Praktikan memilih untuk menggunakan mesin bubut dengan alasan mengefisiensikan

    penggunaan mesin. Mata live center pada mesin bubut diganti dengan mata bor. Karena

    lubang hasil pengeboran ini nantinya akan diberi ulir dalam sebesar M6x1 maka

    pengeboran dilakukan dengan menggunakan mata bor 5. Setelah mata bor dipasang,

    landasan dimajukan sampai ujung mata bor menyentuh permukaan benda. Kemudian

    mesin bubut dinyalakan dan mata bor dimajukan sedikit demi sedikit dengan cara

    memutar tuas yang terdapat pada landasan. Pada saat melakukan pengeboran, mata bor

    tidak langsung digerakkan maju terus menerus, melainkan sesekali harus dimundurkan

    dengan tujuan mengeluarkan chip yang terjebak di dalam lubang. Pengeboran dilakukansampai tembus ke kedua sisi batang.

    5. Proses Tapping

    Setelah selesai dibor, benda diletakkan pada benda kerja dan dijepit pada ragum

    (bench vise). Proses tapping dilakukan dengan manual menggunakan metode tap and

    dies. Terdapat dua bagian penting dari metode tap and dies ini, yaitu tapper dan mata ulir.

    Saat proses tapping dilakukan, hal yang harus menjadi perhatian adalah pengaturan

    tenaga/ gaya yang diberikan pada tapper. Jika tenaga yang diberikan terlalu besar, mata

    ulir dapat patah di dalam benda dan akan mempersulit proses tapping pada benda. Yang

    paling penting adalah konsisten untuk memajukan mata ulir searah jarum jam dan

    memundurkannya lagi berlawanan arah dengan besar gaya yang kurang lebih sama agar

    ulir yang terbentuk sempurna dan tidak menghasilkan ulir ganda.

    6. Proses Cutting Silinder Hollow

    Batang hollow berdiameter luar 20mm dan berdiameter dalam 17mm dengan

    panjang awal tidak diketahui dijepit oleh ragum (bench vise) pada meja kerja. Kemudian

    batang tersebut dipotong secara manual dengan menggunakan gergaji besi sepanjang

    395mm dan toleransi sebesar 2mm sehingga total panjang hasil pemotongan sebesar

    397mm. Pemberian toleransi dilakukan dengan maksud menyisakan panjang batang yang

    akan dikikir/digerinda.

    7. Proses Penyambung (Welding)

    7

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    8/19

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    9/19

    3.1. ANALISIS PERALATAN

    1. Mesin Bubut

    Pada praktikum proses manufaktur yang dilakukan digunakan mesin bubut

    Harrison M600. Mesin bubut ini pertama kali diproduksi pada tahun 1970an olehperusahaan asal Inggris bernama Harrison co. Adapun spesifikasi dari mesin bubut

    Harrison M600 dilampirkan dalam bentuk tabel. Prinsip kerja mesin bubut ini sama

    halnya dengan mesin turning lainnya, yaitu benda kerja diputar sesuai sumbunya pada

    kecepatan tertentu dan mata pahat diam. Proses pemotongan dilakukan dengan cara

    menyentuhkan mata pahat pada benda kerja sehingga secara otomatis mata pahat akan

    memotong benda pahat secara bertahap.

    Mesin bubut yang praktikan gunakan sudah tidak dalam kondisi 100% hal ini

    ditandakan dengan beberapa hal,sebagai contoh sistem cooling fluid yang tidak berjalan

    dengan baik dan lampu kerja yang tidak dapat menyalakan sehingga mengurangi

    keefektifan kerja praktikan. Namun keseluruhan fungsi mesin bubut masih mampu

    menjalan proses pembubutan dengan baik sesuai prosedur praktikum.

    2. Mesin Las

    Mesin pengelasan SMAW yang digunakan pratikan diproduksi oleh sebuah

    perusahaan asal Jerman bernama AEG (Allgemeine Elektrizitts-Gesellschaft). Besar arus

    saat proses pengelasan adalah sebesar 70 Watt. Besar arus sangat berpengaruh pada

    proses dan hasil pengelasan. Antara satu material dengan material yang lain bisa saja

    menggunakan besar arus yang berbeda saat akan di-las dengan SMAW. Arus yang

    digunakan mempengaruhi kecepatan melelehnya material pengisi.Selain mesin (power supply) terdapat beberapa komponen lain yang diperlukan

    untuk melakukan proses pengelasan dengan SMAW, seperti elektroda, pemegang,

    elektroda (kutub positif), dan jepit (kutub negatif). Elektroda las yang digunakan sebagai

    material filler dibagi menjadi dua tipe, yaitu elektroda berbalut dan elektroda polos

    dengan tanda-tanda sebagai berikut:

    i. Elektoda Berbalut

    Elektroda berbalut tipis : mempunyai tebal lapisan 0,1 mm dan

    berat lapisan pembungkus sekitar 1% - 5% dari seluruh berat

    elektroda

    Elektrode berbalut tebal : mempunyai tebal lapisan pembungkus

    sekitar 1-3 mm

    ii. Elektroda Polos

    Elektroda polos biasanya hanya digunakan dalam proses

    pengelasan otomatis karena kampuh las memilki bahan pengisi

    (filler) tersendiri sehingga jenis elektroda polos ini jarang

    digunakan dalam proses pengelasan karena tipe elektroda ini

    sangat sulit untuk dijaga kestabilan busur nyalanya dibandingkan

    dengan elektroda berbalut.

    Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan pada saat pengelasan adalah jarak

    9

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    10/19

    filler dengan benda yang ingin di las karena jarak yang terlalu dekat menyebabkan

    elektroda akan melekat pada benda kerja dan dapat menyebabkan kerusakan.

    3. Bench Work (Kerja Bangku)

    a. Gergaji KonvensionalGergaji yang digunakan pada saat praktikum adalah gergaji besi berjenis bow saw.

    Hal yang harus diperhatikan saat penggunaan gergaji adalah cara penekanan saat

    pemotongan. Jika mata gergaji menghadap ke penggergaji,penenakan dilakukan saat

    menarik gergaji. Sedangkan jika mata gergaji menghadap menjauhi penggergaji,

    penekanan dilakukan saat mendorong gergaji ke arah benda kerja.

    b. Alat Kikir

    Fungsi kikir adalah untuk mengahaluskan permukaan setelah proses pembuatan

    ulir luar atau pemotongan dengan gergaji tangan. Saat manghaluskan permukaan setelah

    pembuatan ulir luar digunakan kikir berbentuk segitiga, sedang untuk menghaluskan

    permukaan setelah pemotongan dilakukan dengan kikir setengah lingkaran.

    c. Catok

    Catok atau alat penjepit digunakan untuk menjepit benda kerja saat melakukan

    pemotongan dengan gergaji tangan atau saat melakukan pekerjaan bangku lainnya.

    4. Tapping (Tap and Dies)

    Proses tapping yang dilakukan praktikan pada saat praktikum bersifat manual

    dengan menggunakan metode tap and dies. Alat yang digunakan adalah tapper dan mata

    ulir. Sebelum di-tapping, benda dilubangi terlebih dahulu pada proses pengeboran. Hal

    yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan ulir (penge-tap-an) adalah pelumasandan cara pemutaran tapper. Pemutaran harus dilakukan dalam 1 arah dan tidak boleh

    terlalu dipaksakan karena dapat mematahkan tapper.

    3.2. ANALISA BAHAN/MATERIAL

    Pada praktikum kali ini, material dari batang pejal yang dijadikan boss adalah

    medium-carbon steel ST 45 sedang material dari batang hollow yang digunakan adalah

    low-carbon steel ST 37. Pemilihan kedua material tersebut ditentukan oleh penyedia

    material Laboratorium Proses Produksi.

    Dari analisa yang dilakukan kelompok praktikan didapat bahwa material boss

    dibuat lebih tinggi kelasnya dibandingkan dengan batang hollow karena nantinya kedua

    boss akan menahan beban yang cukup besar saat digunakan. Sedangkan dalam hitungan

    biaya produksi, jelas bahwa jika batang hollow juga menggunakan material baja ST45

    maka akan memakan biaya pembelian material yang lebih banyak.

    3.3. ANALISIS SISA MATERIAL (CHIP)

    Chip adalah sisa material yang dihasilkan dari proses pembubutan. Chip sama

    10

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    11/19

    halnya dengan serbuk kayu pada proses penggergajian kayu. Terdapat 2 (dua) jenis chip,

    yaitu chip kontinu dan chip diskontinu. Chip yang dihasilkan dari proses pembubutan

    ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

    a. Kecepatan putaran spindel

    1. Bila putaran spindle rendah, chip yang dihasilkan diskontinu, karena bilaputaran yang terjadi rendah maka panas yang dihasilkan lebih rendah sehingga

    material masih bersifat getas (brittle).

    2. Bila putaran spindel tinggi, panas yang dihasilkan akan lebih besar sehingga

    material akan meningkat sifat keuletannya sehingga chip yang dihasilkan bersifat

    kontinu.

    b. Jenis material yang dibubut

    1. Bila material yang dibubut bersifat getas (brittle) seperti besi cor/besi tuang

    (cast iron) maka chip yang dihasilkan adalah diskontinu.

    2. Bila material yang dikerjakan bersifat ductile maka chip yang dihasilkan

    kontinu.

    Pada saat proses pembubutan praktikum, chip yang dihasilkan bersifat diskontinu(

    terputus-putus ). Ini terjadi karena material yang digunakan dalam proses pembubutan

    tergolong getas (brittle) . Baja ST 45 tergolong medium-carbon steel. Selain itu,

    kecepatan putar spindel yang tergolong rendah juga dapat menyebabkan chip menjadi

    berbentuk diskontinu.

    1. Chip dalam Pembubutan

    Chip saat proses bubut terbentuk oleh proses geseran local mata pahat di daerah

    yang sempit. Sifat dari bahan sangat mempengaruhi pembentukan chip pada prosespembubutan. Bahan yang liat tidak hanya menyebabkan meningkatnya temperatur dan

    panas serta enegy, tetapi juga mengakibatkan tejadinya chip yang panjang (continuous

    chip), berbentuk keriting. Sedangkan untuk besi cor dengan sifat kurang liat

    menyebabkan chips yang terbentuk cepat putus (segmented chips).

    Temperatur dan tekanan yang tinggi yang timbul di cutting zone dapat

    mengakibatkan bahan memberikan tekanan pada mata pahat dengan membentuk BUE

    (Built Up Edge). Rake angle menjadi lebih besar dan konsumsi energy turun, akan tetapi

    sebagai akibatnya permukaan yang terbentuk tidak terpotong sempurn, tetapi juga

    terkelupas, sehingga menjadi kasar. BUE dapat mengakibatkan perubahan pada bentuk

    pahat, BUE dapat dikurangi dengan mengurangi tebal pemotongan, mengubah kecepatan

    potong, dan menggunakan coolant (pendingin).

    Panas dan temperature dari proses pemotongan berasal dari 3 sumber, yaitu:

    a. Proses pemotongan (penggeseran) itu sendiri dimana deformasi

    plastis menghasilkan panas dan sebagian besar panas tinggal

    dalam chips.

    b. Daerah kontak chips-pahat, dimana tambahan deformasi plastis

    berlangsung pada chip, dan banyak panas yang timbul sebagai

    akibat gesekan chip dengan pahat.c. Sisi dasar (flank) pahat, dimana permukaan benda kerja yang baru

    11

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    12/19

    terbentuk menggosok pahat.

    Bila kecepatan putar rendah,jumlah panas yang terbentuk terbagi rata pada benda

    kerja, pahat dan chip. Gesekan pada rake face akan berkurang, sehingga sudut potong

    akan membesar dan chip menjadi tipis juga keriting dan kebutuhan tenaga menurun.

    Tetapi seiring meningkatnya kecepatan potong, sebagian besar panas terserap pada chips.Gambar sebelah kiri merupakan bentuk chips dari pemotongan dengan kecepatan yang

    rendah dan sebelah kanan pemotongan dengan kecepatan tinggi.

    Gambar 1. Chip-chip dalam Proses Pembubutan

    2. Chip dalam Penggergajian

    Saat mata potong penggergaji pertama memasuki benda, chips akan terangkat

    sebagian lalu menggulung sejauh mata pahat tersebut memotong benda kerja. Pada proses

    penggergajian ini akan timbul panas yang disebabkan karena gesekan yang ada antara

    benda kerja dan gergaji.

    3.4. ANALISA PROSES,HASIL dan WAKTU

    A. PROSES

    12

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    13/19

    1. Proses Pemotongan (Cutting)

    Batang hollow dan batang pejal dipotong dengan menggunakan gergaji besi

    (manual) dengan panjang masing-masing 390 mm untuk batang hollow dan 300 mm

    untuk batang pejal.Hal-hal yang diperhatian dalam proses cutting adalah :

    a. Feed rate, merupakan kecepatan aktual untuk gergaji agar gergaji tersebut

    berjalan sepanjang pekerjaan. Jika nilai penekanan pada gergaji terlalu

    besar, gergajinya akan mengalami pembengkokan dan kerusakan lain

    seperti rontoknya mata gigi gergaji.

    b. Speed rate, jika kecepatan potong tinggi maka benda kerja tidak akan

    terpotong sempurna karenatidak adanya cutting edge, sedangkan jika

    pemotongan terlalu lambat maka gigi dapat memotong terlalu dalam dan

    mata gigi mendapatkan beban yang cukup besar. Dalam penggergajian

    digunakan dua macam penggergaji yaitu penggergaji manual dan

    otomatis. Dalam penggergaian manual digunakan teknik penggergajian

    menjauhi penggergaji, metode dari penggergajian ini adalah tangan kanan

    memegang handle dari gergaji dan tangan kiri memegang ujung dari

    gergaji, namun tangan kiri tidak mencengkram dengan kuat karena

    fungsinya hanya sebagai penstabil dari penggergajian. Saat penggergajian

    menjauhi penggergaji, maka tekanan diberikan dan saat menariknya

    tekanan tidak diberikan kepada benda kerja.

    c. Spine dapat dikatakan sama dengan gaya yang terdistribusi dari gergaji

    dan mengacu pada jumlah kekuatan yang dimiliki untuk menahan defleksipada arah yang berlawanan dengan arah pemotongan. Jika band

    terdefleksi berlawanan dengan gaya, maka gaya juga akan didefleksikan

    secara lateral. Pemotongan yang bengkok dan kehilangan set pada satu sisi

    dari gergaji yang akan menyebabkan kegagalan premature pada gergaji.

    2. Proses Pengikiran (Grinding)

    Proses engikiran dilakukan untuk meratakan atau menghaluskan permukaan

    benda. Pengikiran dilakukan secara manual. Saat melakukan grinding/pengikiran, hal

    yang perlu diperhatikan adalah sudut kikirnya agar benda yang dihasilkan memiliki

    permukaan yang rata. Selain itu kecepatan pengkikiran/grinding, kecepatan yang terlalu

    tinggi dapat menghasilkan panas yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi proses

    pengikiran/grinding.

    3. Proses Pembubutan (Turning)

    Hal hal yang perlu diperhatikan adalah:

    Putaran spindel, jika ingin mendapatkan permukaan yang halus maka

    putaran spindel harus tinggi, karena jika putaran spindel tinggi maka

    panas yang dihasilkan lebih besar. Dalam pembuatan ulir, putaran spindel

    yang digunakan harus rendah.

    Kecepatan pemakanan, jika ingin hasil bubutan yang halus maka

    13

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    14/19

    kecepatan pemakanan harus lambat agar pembubutan dapat memotong

    dengan sempurna. Dalam pembuatan ulir kecepatan makan yang

    digunakan harus tinggi

    Pemilihan mata pahat harus menyesuaikan properties material yang ingin

    dibubut, tentunya mata pahat harus memiliki kekerasan yang tinggidibanding benda yang ingin dikerjakan. Selain itu mata pahat harus dalam

    kondisi baik dan layak pakai.

    Pelumasan. Jika putaran spindel tinggi maka panas yang dihasilkan

    menjadi besar, oleh karena itu diperlukan pelumasan pada bagian yang

    dipotong agar panas dapat dibuang. Selain itu pelumasan perlu untuk

    membuang chip agar tidak mengganggu proses pembubutan.

    Dalam perputaran dan pemakanan bubut, kecepatan potong dipengaruhi oleh

    kekuatan bahan yang dikerjakan, dalamnya pemotongan, kecepatan pemakanan, bahan

    pahat yang dipakai, bentuk pahat, penjepit benda kerja, dan keadaan dari mesin bubut.

    Pada proses pembubutan digunakan cutting fluids yang memiliki fungsi antara

    lain:

    Pelumasan, untuk mempercepat kecepatan potong dan mengurangi

    gesekan dengan permukaan benda kerja yang baru terpotong sehingga

    kehalusan permukaan dapat meningkat.

    Pendinginan

    Menghilangkan chips dari cutting zone dan mencegah pahat macet

    Macam-macam kesalahan yang dapat terjadi saat proses pembubutan antara lain:

    Tumpulnya alat potong, tumpulnya alat potong tersebut disebabkan karena

    mata pahat yang sudah berkali-kali digunakan. Tumpulnya alat potong ini

    menyebabkan menurunnya presisi dari kemampuan potong alat tersebut.

    Pada saat proses pembubutan, mata pahat yang tumpul kembali dipertajam

    dengan proses penggerindaan.

    Ketidaktepatannya benda kerja, jika benda kerja tidak tepat dalam

    pengapitannya menyebabkan friksi pada proses pembubutannya dan

    berakibat pergeseran dan perubahan pemotongan dari yang diinginkan.

    Kesalahan dalam parameter pemotongan, jika pada parameter pemotongan

    seperti feed rate, kecepatan spindle, atau kedalaman pemotongan yang

    terlalu besar, permukaan dari benda akan lebih kasar dari yang diinginkandan mungkin akan terdapat cacat atau goresan. Besarnya kedalaman

    pemotongan juga dapat disebabkan karena vibrasi yang disebabkan oleh

    alat yang mengakibatkan ketidakakuratannya proses pembubutan tersebut.

    4. Proses Pengeboran (Drilling)

    Hal yang harus diperhatikan saat melakukan proses pengeboran (drilling) adalah

    pembuangan chip sisa proses karena bila chip terperangkap di dalam benda kerja terdapat

    kemungkinan adanya cacat pada permukaan hasil drilling. Selain itu kecepatan putaran

    spindle juga sangat mempengaruhi karena jika kecepatan yang dipilih tidak cocok denganmaterialnya, maka dapat terjadi kerusakan pada lubang yang dibuat.

    14

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    15/19

    5. Proses Pembuatan Ulir (Tapping)

    Praktikan melakukan proses tapping secara manual dengan metode tap and dies.

    Saat melakukan tapping secara manual, praktikan harus memperhatikan tenaga pemutaran

    yang digunakan, karena bila terlalu kuat putarannya maka mata tapper akan patahsehingga pelumasan menjadi penting agar permukaan menjadi licin sehingga proses

    tapping menjadi lebih mudah. Pemutaran harus dilakukan dalam 1 arah putar yang

    konsiten.

    6. Proses Pengelasan

    Metode pengelasan (welding) yang digunakan pada saat praktikum adalah SMAW

    (shielded metal arc welding) dengan arus 70 A. Shield yang terbentuk dari gas pada

    batang elektroda berfungsi untuk melindungi area weld dari campuran zat lain. Kuat arus

    harus diperhatikan agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diinginkan. Jika kuat arus

    lebih besar maka panas akan lebih besar dan electrode akan lebih cepat mencair. Selain

    itu jarak pengelasan juga harus diperhatikan karena bila terlalu dekat maka elektroda

    dapat melekat pada benda dan dapat merusak material, khususnya jika benda yang ingin

    dilas berbentuk plat tipis. Metode pengelasan yang dilakukan oleh praktikan adalah

    metode spot welding atau las titik.

    Selama melakukan praktikum, praktikan berhasil menghasilkan lima pasang boss

    yang dihasilkan dengan cara dibubut. Namun sepasang pertama mengalami kegagalan.

    Boss yang pertama memiliki diameter boss bagian dalam dengan panjang 10 mm yang

    terlalu besar, yaitu 18 mm sehingga tidak cukup dimasukkan ke dalam silinder hollow.

    Sedangkan boss kedua mengalami patah ujung mata bor sehingga lubang yang ada tidakcukup untuk dimasukkan baut akibat terhalang oleh patahan bor tersebut.

    B. HASIL

    1. Analisis Hasil Penggergajian

    Hasil dari penggergajian tergantung dari metode penggergaji saat melakukan

    penggergajian. Hasil yang kasar dan tidak rata dapat dirasakan dengan meraba permukaan

    dari hasil penggergajian tersebut. Kekasaran tersebut dapat dihilangkan dengan

    melakukan pengikiran hingga dimensi dan kerataan dari permukaan benda yang

    diinginkan. Selain itu ketidakrataan juga dapat disebabkan karena tumpulnya alat yang

    digunakan.

    Gambar 2 : Hasil Pengggergajian

    15

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    16/19

    2. Analisis Hasil Pembubutan (facing, turning, boring)

    Proses pembubutan dilakukan pada benda kerja silinder pejal. Proses pembubutan

    digunakan untuk membuat pengurangan diameter. Proses facing dilakukan pada benda

    kerja karena profil yang tidak rata dan kasar akibat hasil pemotongan dengan gergaji.

    Proses facing ini dilakukan bertahap sama seperti proses pembubutan untuk menjaga

    kualitas matapahat dan asap yang timbul dari panas akibat pembubutan. Setelah proses

    facing selesai, dilakukan proses pengurangan diameter hingga jarak tertentu dengankecepatan putar spinder 370 rpm, kecepatan makan 0,2 mm/putaran dan kedalaman

    pemotongan 0,2 mm setiap proses pembubutan. Dalam proses ini, dilakukan bertahap

    hingga didapatkan jarak tertentu.

    Setelah dilakukan pengurangan diameter, dilakukan proses pengeboran. Proses

    pengeboran ini dilakukan menggunakan mata bor 5mm dengan tahapan pengeboran dari

    diameter kecil hingga diameter 5mm. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan,

    kelancaran proses pengeboran dan mencegah mata bor yang patah. Ketika melakukan

    proses pengeboran dilakukan pemutaran kekiri dan beberapa saat kekanan dengan tujuan

    membuang chip-chip/ geram-geram yang tertinggal didalam lubang pemotongan yangakan mengganggu kestabilan pemotongan.

    3. Analisis Hasil Pengelasan

    Pengelasan dilakukan untuk menyambung bagian boss dengan bagian silinder

    hollow. Pengelasan sulit dilakukan karena bentuk profil yang melingkar dari benda kerja

    sehingga hasil yang didapat setelah proses pengelasan masih harus diperbaiki dan

    dilakukan penggerindaan untuk meratakan bentuk lasan. Selain itu, material pengisi tidak

    dapat mengisi secara utuh lubang-lubang yang ada dan saat pembersihan kerak dengan

    menggunakan martil, maka kaki dari dudukan tidak dapat menahan gaya yang

    dikontakkan sehingga terjadi pelepasan kembali. Hasil dari pengelasan kurang baik

    disebabkan oleh bendakerja yang digunakkan ikut meleleh dan merusak profil dari benda

    16

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    17/19

    kerja awal.

    C. WAKTU

    Estimasi Proses-proses PengerjaanBerdasarkan prosesproses yang dilakukan untuk mendapatkan bentuk part yang

    sesuai estimasi waktu yang dibutuhkan dalam proses pengerjaan untuk mendapatkan 1

    penyangga kursi adalah :

    1. memotong silinder pejal (D 20 mm) : 15 menit x 1 buah = 15 menit

    2. grinding silinder pejal (D 20 mm) : 5 menit x 1 buah = 5 menit

    3. turning diameter pada kedua ujung : 5 menit x 2 = 10 menit

    4. drilling kedua ujung : 10 menit x 2 = 20 menit

    5. tapping boss : 10 menit x 2 = 20 menit

    6. memotong silinder hollow : 10 menit x 1 = 10 menit

    7. mengelas untuk menyambung silinder hollw dan dan silinder pejal :

    10 menit x 2 buah = 20 menit

    Kelompok praktikan menyelesaikan 4 penyangga kaki kursi sehingga waktu total

    adalah 4 x 1,6 jam = 6,5 jam . Dimulai dari pukul 08.15 hingga 15.30. Lebih waktu

    dipakai untuk briefing dan merapikan serta membersihkan alat-alat yang telah digunakan.

    DAFTAR PUSTAKA

    17

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    18/19

    Ullman, D.G., The Mechanical Design Process, McGraw-Hill, 1997 Assoc Prof Zainal

    Abidin Ahmad. Dept of Manufacturing&Industrial Engineering Faculty of Mechanical

    Engineering University Teknologi Malaysia

    Schey, John A. 1987. Introduction to Manufacturing Processes. New York: mcGraw-Hill

    Book CompanyDeGarmo, E. Paul. Et al. 1997. Materials and Process in Manufacuring. Upper Saddle

    River. Prentice Hall International Inc.

    Lindberg, R. A., Process and materials of manufacture, Allyn and Bacon, 4th edition,

    1990. Black, S. C., et. al., Principles of engineering manufacture, Arnold, 3rd edition,

    1996.

    Groover M. P., Fundamentals of modern manufacturing materials, processes and

    system, Jhon-Wiley, 1998.

    Schey J. A., Introduction to manufacturing processes, McGraw-Hill, 2nd edition, 1987.

    BAB IV

    PENUTUP

    18

  • 7/31/2019 Format Laporan Akhir Prospro 2012 11

    19/19

    4.1 Kesimpulan

    Untuk membuat produk, diperlukan suatu perencanaan yang matang

    sehingga kita dapat menentukan jenis material yang cocok untuk karakteristik

    produk tersebut. Setelah itu, baru dilakukan proses manufakturnya. Di dalam

    proses manufaktur, kita wajib mengetahui cara kerja alat-alat dan mesin yang

    akan digunakan sehingga dapat diketahui proses mana yang paling efisien di

    dalam pembuatan produk tersebut. Semua hal diatas dapat berujung pada

    efisiensi waktu pengerjaan yang nantinya akan mempengaruhi langsung pada

    biaya produksi produk tersebut.

    Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :

    - Tahapan pembuatan kaki kursi adalah pemotongan, pembubutan,

    pengeboran, penghalusan permukaan, penguliran dalam, dan terakhir

    assembly serta pengelasan.

    - Mesin kerja dan alat-alat yang digunakan adalah gergaji, mesin bubut, bor

    pada mesin bubut, mesin gergaji otomatis, tapper, kikir, serta mesin las jenis

    SMAW.

    - Material benda kerja yang dipakai cocok dengan fungsinya setelah menjadi

    produk.

    - Pengerjaan dilakukan setangkas dan seteliti mungkin untuk mempercepat

    waktu pengerjaan sekaligus memperkecil kesalahan.

    - Bentuk dari geram (chip) tergantung dari bidang gaya yang bekerja disaat

    proses pembubutan.

    4.2 Saran

    Kelompok kami tidak dapat memberi saran terlalu banyak karena

    pelaksanaan praktikum ini telah berjalan dengan kondusif. Namun ada baiknya

    pengadaan cadangan peralatan seperti pisau gergaji, kikir, amplas, elektroda las

    dan helm las yang lebih memadai.

    19