GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan...

28
harimaukita.or.id Menyelamatkan Predator Bersama Generasi Muda Save the Predators by Involving Youth Generaion Hal. 12 / Pages 12 Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau First Peek SumatranTigress and Her Cubs Hal. 8 / Pages 8 Kabar Baik Indonesia untuk Dunia Good News From Indonesia to theWorld Kabar Baik Indonesia untuk Dunia Good News From Indonesia to theWorld

Transcript of GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan...

Page 1: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

harimaukita.or.id

Menyelamatkan Predator Bersama Generasi MudaSave the Predators by Involving Youth Generaion

Hal. 12 / Pages 12

Perjumpaan Pertama Induk dan Anak HarimauFirst Peek SumatranTigress and Her Cubs

Hal. 8 / Pages 8

GALERRY

Fahrudin Surahmat gave the information to student.© suakaelang

Signed for support the efforts of the predator animal rescue.© suakaelang

Student came to exhibition in Sepuluh Nopember Institute of Technology, Surabaya.© suaka elang

Hariyawan Agung Wahyudi gave the presentation about conservation sumatran tiger in Semarang© suaka elang

Save the predator with youth© suaka elang

Kabar Baik Indonesia untuk Dunia

Good News From Indonesia to the World

Kabar Baik Indonesia untuk Dunia

Good News From Indonesia to the World

Page 2: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

Kabar Baik Indonesia Untuk Dunia 3Good News From Indonesia to the World 4

Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau 8First Peek Sumatran Tigress and Her Cubs 9

Menyelamatkan Predator Bersama Generasi Muda 12Save the Predators by Involving Youth Generaion 13 Penemuan Kijang Gunung Di Kambang-Muara Labuh 16Mountain Antelope Encounter at Kambang-Muara Labuh 17

Pemasangan Kamera Trap oleh Masyarakat Tepi Hutan 20Camera Trap Installation by Community Rangers 21

Hari Prasetyo[IN] Mahasiswa jurusan Ilmu Komputer, MIPA, Institut Pertanian Bogor membantu membangun website, training online, editing dan update website Forum Harimaukita. Dari Oktober 2012, Hari telah membantu Forum HarimauKita. Hari yang lahir di Wonogiri, 6 November 1991 ini mendapatkan manfaat dengan membantu FHK. Menurutnya Ia bisa menambah wawasan tentang Harimau dan ternyata penting untuk menjaga kelestarian harimau. Bila ingin mengenal lebih dalam silakan kirim email ke [email protected].

[EN] A college student from computer science departement, faculty of mathemathics and natural science, Bogor Agricultural University had helped in developing website, online training, editing dan update Forum HarimauKita website. From October 2012, Hari has helped Forum HarimauKita. He was born in Wonogiri, November 6th 1991 and has gained a lot of benefits by helping FHK. He thinks he can add more knowledge about tiger and it is very important to keep conserving tiger. If you would like to know him better please send an email to [email protected].

Penanggung JawabDolly Priatna

Pemimpin RedaksiH. A. Wahyudi

EditorFransisca Noni T.

KontributorHariyawan Agung WahyudiIding Achmad HaidirYoan DinataFransisca NoniMunawar Kholis

Desain & Tata LetakRifky

PenterjemahIndri Hapsari

Alamat Sirkulasi & DistribusiForum HarimauKitaJl. Samiaji 3 No. 10Bantarjati - Bogor [email protected].: +62 251 834 7837

Daftar IsiContent

Dari RedaksiAkhir tahun 2012 begitu banyak kabar baik untuk Indonesia Antara lain diadakannya Konferensi Tingkat Menteri ke-2 Asia tentang Konservasi Harimau di Bhutan. Hasil konferensi tersebut menghasilkan dua hal pokok rekomendasi dari sisi kebijakan dan tindakan institusional yang membawa pengaruh positif terhadap konservasi harimau sumatera.

Kabar baik lain yaitu dengan tertangkapnya foto dari kamera trap dua anak harimau sumatera di Taman Nasional Sembilang. Dengan adanya bukti-bukti perkembangbiakan harimau di kawasan konservasi, memberikan euforia tersendiri untuk para pengiat konservasi harimau sumatera. Selain itu, kamera trap yang berada di Taman Nasional Kerinci Seblat bagian Kabupaten Solok berhasil mendapatkan foto Kijang gunung yang termasuk kategori kurang data oleh IUCN.

Bersamaan dengan kabar baik tersebut, perlu kiranya diimbangi dengan penyebaran informasi masyarakat, khususnya generasi muda sebagai penerus bangsa. Forum HarimauKita bersama lembaga konservasi mendatangi 14 kampus di Jawa untuk menyebarkan informasi yang berkaitan dengan usaha konservasi predator dan habitatnya di Indonesia.

Mari...jangan berhenti sampai saat ini. Tahun 2013 adalah tahun yang bisa kita gunakan untuk membuat kejutan lain. Semangat menjalani konservasi di Tahun Ular Air.

From UsBy the end of 2012 there were so many good news for Indonesia such as second Asia minister level conference about tiger conservation in Bhutan. As result two main recomendations was made, for policy and instutional action that bring positive influence for Sumatran tiger conservation.

Another good news are pictures taken by camera trap showing two Sumatran tiger cubs in Sembilang National Park. Evidence that showed tiger can breed in conservation area gave great euphoria for conservasionist of Sumatran tiger. Whilst camera trap in Kerinci Seblat National Park, Solok regency was able to captured Mountain antelope pictures which categorized as data deficient by IUCN

These good news need to be counterbalanced by spreading of information to people specially to youth that act as successor of the nation. Forum HarimauKita with other conservation organizations approached 14 universities in Java to spread information about conservation effort of predator and their habitat in Indonesia.

Let us not stop at this moment. Year 2013 can be used to make another suprises. Keep the spirit of conservation in the year of water snake.

Fahrudin Surahmat[IN] Adalah salah satu relawan yang telah membantu banyak kegiatan Forum HarimauKita. Pria kelahiran Malang, 5 September 1987 ini sempat menjadi event orginizer pada acara Symposium of “the Strategic Rolee of Conservation Capacity Building : A Lesson Learnt From The Global Initiative Program” pada November 2011 di Bogor, Tiger Day 2012. Selain itu lulusan 2012 dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini juga membantu dalam design grafis material komunikasi dan menjadi koordinator “Save Our Predator” 2012. Menurutnya dengan membantu Forum HarimauKita sama saja membantu secara tidak langsung pelestarian harimau di Indonesia. Silahkan berkenalan di [email protected].

[EN] A volunteer that had helped in many activities of Forum HarimauKita. Born on 5th of September 1987, this man had become the event organizer for symposium of “the Strategic Rolee of Conservation Capacity Building : A Lesson Learnt From The Global Initiative Program” on November 2011 in Bogor, Tiger Day 2012. Graduated from Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University, he also helped designing materials for communication and as coordinator of “Save Our Predator” 2012 activity. He thinks supporting Forum HarimauKita will be an indirect way to help tiger conservation in Indonesia. You can make friends with him by sending email at [email protected].

Page 3: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

3

Pemerintah Kerajaan Bhutan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Menteri ke-2 Asia tentang Konservasi Harimau pada akhir

Oktober di ibukota Bhutan, Thimphu. Para menteri dari 13 negara sebaran harimau, yang secara kolektif mengesahkan St. Petersburg Deklarasi tentang Konservasi Harimau dan Global Tiger Program Pemulihan (GTRP) tahun 2010 di Rusia, akan membahas kunci keberhasilan dalam menerapkan strategi 12-tahun dan juga memastikan terus dukungan politik tingkat tinggi.

Pertemuan ini diorganisir oleh Pemerintah Kerajaan Bhutan dan Global Tiger Initiative. Peserta pertemuan delegasi berasal dari pemerintah negara yang memiliki sebaran harimau dan Republik Kyrgys, pejabat senior dari Bank Dunia dan organisasi internasional lainnya. Lembaga donor, pemimpin konservasi sipil organisasi masyarakat, para ahli dari

komunitas konservasi satwa liar, dan industri daerah terkemuka dan kepala perusahaan juga menghadiri acara tersebut.

“Target Pemerintah Indonesia dalam per-temuan ini adalah kesepakatan global untuk menyusun langkah-langkah nyata mewujudkan isi deklarasi St. Petersburg, bukan hanya sekedar menjadi pertemuan yang membahas perkembangan masing-masing negara,” ujar Basah Hernowo, Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam wawancara khusus dengan RIMUENG.

Dijelaskan lebih lanjut, beberapa capaian dalam upaya konservasi harimau selama dasawarsa terakhir cukup membanggakan bagi Indonesia. Sudah banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah antara lain Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera 2007-2017, Dokumen Pemulihan Populasi Harimau atau yang lebih dikenal

Kabar Baik Indonesia Untuk DuniaCatatan Konferensi Kedua Tingkat Menteri se-Asia untuk Konservasi Harimau

H.A. Wahyudi

© Sunarto

Page 4: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

4

Government of Bhutan Monarchy hosted the 2nd Asia Minister Level Conference for Tiger Conservation. This conference was held at

the end of october in capital city of Bhutan, Thimphu. Ministers from 13 tiger range countries, collectlively validated the Declaration of St. Petersburg about tiger conservation and Global Tiger Recovery Program (GTRP) year 2010 in Rusia. This event also discussed about key to success in applying 12 years strategy and ensuring continuous support from high level politics.

Government of Bhutan Monarchy and Global Tiger Initiative organized this meeting. Delegations are government of tiger range countries and Republic of Kyrgys, World Bank senior authorities and other international organizations. Some other attendants are donor organization, leader of civil conservation of public organization, expert from wild animal conservation communities and industries in prominent area also head of companies.

Good News From Indonesia to the WorldNotes on 2nd Asia Minister Level Conference for Tiger Conservation

H.A. Wahyudi

“Target for Indonesian government in this meeting is global agreements to arrange concrete action in realizing content of St. Petersburg declaration and not only just discussing development in each countries.” Said Basah Hernowo, Head of delegation from Republic of Indonesia in an exclusive interview with RIMUENG.

Futhermore, Indonesia can be proud by some achievements in conserving tiger for the last 10 years. Government had made many policies such as Strategy and Action Plan for Sumatran Tiger Conservation 2007-2017, Tiger Population Recovery Document also known as National Tiger Recovery Program (NTRP), Increase in Population of 14 Endangered Species, Presidential Decree of Sumatran Layout and regulation about bussiness especially in forestry and plantation sectors to do conservation effort in their production area.

© Sunarto

Page 5: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

5

dengan National Tiger Recovery Program (NTRP), Peningkatan Populasi 14 Spesies Terancam Punah, Peraturan Presiden tentang Tata Ruang Sumatera dan juga peraturan yang mengatur dunia usaha terutama sektor kehutanan dan perkebunan untuk turut melakukan upaya konservasi di kawasan produksinya.

Selain itu, tantangan yang tidak ringan juga dihadapi oleh Indonesia. Penyelarasan pembangunan Pulau Sumatera yang memperhatikan keberlanjutan merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman hayati yang begitu tinggi menghadapi tantangan industri baik di sektor kehutanan maupun perkebunan dan pertanian yang lebih mengacu pada sistem monokultur. Perbedaan cara pandang ini merupakan ancaman bagi kelestarian harimau dan juga spesies lain yang dimiliki oleh Indonesia.

“Bila kerjasama antara negara-negara ini dapat diperkuat dan satu negara maka diharapkan dalam tahap selanjutnya isu mengenai konservasi harimau dapat diangkat kepada forum yang lebih besar, misalnya UNCBD maupun UNFCCC. Selama ini komponen biodiversity tidak pernah dijabarkan secara detail dalam pertemuan-pertemuan tersebut,” jelas Direktur Kehutanan dan Sumber Daya Air, BAPPENAS ini.

Pada pertemuan tingkat menteri ini, Forum HarimauKita menyampaikan presentasi tentang capaian yang diperoleh dari kampanye anti perdagangan harimau dan bagian-bagian tubuhnya melalui internet. Dalam presentasi ini disampaikan mulai dari ide kegiatan, pelaksanaannya, sistem pelaporan hingga beberapa kasus yang berhasil dibawa ke ranah hukum dengan pelibatan lembaga mitra di Indonesia, antara lain WCU dan PHKA. Presentasi ini disusun bersama oleh Dolly Priatna dan Sunarto, sebagai bagian dari Delegasi Indonesia untuk Pertemuan Tingkat Menteri tentang Harimau di Bhutan.

“akhir-akhir ini sudah mulai

dilaksanakan upaya pelepasliaran

kembali harimau yang berkonflik agar tetap dapat hidup di

habitat aslinya”

© Sunarto

Page 6: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

6

Beside that, Indonesia also facing heavy obstacles. Continuous evenness for development in Sumatra Island is one of it. High biodiversity is threatened by industrial challenge coming from plantation and agriculture which leads the conversion into monoculture. This different point of view is a threat for tiger and other species preservation in Indonesia.

“Expectedly in the next term, if this collaboration among countries can be strengtened, issues about tiger conservation can be proposed to a bigger forum such as UNCBD or UNFCCC. All this time in this kind of meeting, components of biodiversity has never been explained in detail.” Explained forestry and water resources director, BAPPENAS.

In this minister level meeting, Forum HarimauKita presented about the achievements from anti tiger and its body part trade campaign through internet. Content of presentation were idea of activity, implementation and reporting system. Some of the cases reported were able to be handled by law by the involvement of organization partner in Indonesia such as WCU and PHKA. Presentation was prepared by Dolly Priatna and Sunarto as delegation from Indonesia for minister level meeting about tiger in Bhutan.

“We tell the world that campaign against tigerand its body part trade though internet is a simple action but can give great impact. Even, campaign initiated by Forum HarimauKita is recomended to be applied in other country,” explained Dolly Priatna.

According to Sunarto, a member of supervisor council of Forum HarimauKita and is working in WWF-Indonesia, field progress are also encouraging. One of it is changing perception in human conflict with tiger.

Before, public used to make their own decision when conflicting with tiger. They usually catch and kill the tiger. Now, tiger are being catched by authorities to be sent to the zoo or conservation ex situ organization. Lately, there is also effort in reintroducting conflicted tiger to their natural habitat.

Many positive changes in public paradigm also from bussinessman of forestry and plantation sector, thinking that tiger is not a part of a problem. This changes is very important for conservation working baseline in the future.” Said Sunarto.

This meeting had recomended two major things : policies and instutional action in whole tiger range countries also increase in support from donor organizations. In policy level; habitat protection, management of protected area, controlling crime againts wild animals, recovery of tiger conservation in low density area also resources mobilization in international level policies are needed to be made.

Sunarto hopes, in the future, in global meeting sumatran tiger conservation experts and observants can actively communicate what kind of achievement Indonesia has made. progress achieved by Indonesia not yet appreciated internationally because of lack of publication and information distribution. “I hope starting from now my colleagues in Indonesia will start to prepare for next international event for tiger conservation. There are many case studies we can share but those things need to be prepared in advance.” Said Sunarto closing the inteview.

“Lately, there is also effort in reintroducting conflicted tiger to their natural

habitat”

*) Author is Hariyawan Agung Wahyudi: Executive officer of HarimauKita.

© Sunarto

Page 7: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

7

“Kita sampaikan kepada dunia internasional bahwa kampanye melawan perdagangan harimau dan bagian tubuhnya melalui internet merupakan aksi sederhana namun menghasilkan impact yang luar biasa. Bahkan, kampanye yang diinisiasi oleh Forum HarimauKita ini direkomendasikan untuk diterapkan di negara lain,” jelas Dolly Priatna

Menurut Sunarto, Anggota Badan Pengawas Forum HarimauKita yang sehari-harinya bekerja di WWF-Indonesia, kemajuan di lapangan juga cukup menggembirakan. Salah satunya adalah adanya pergeseran cara pandang dalam melihat konflik manusia dengan harimau. Dulu, masyarakat biasanya mengambil tindakan sendiri ketika ada konflik terjadi. Biasanya menangkap atau membunuh harimau tersebut. Pada perkembangannya, harimau tersebut kemudian ditangkap oeh pihak berwenang untuk dikirim ke kebun binatang atau lembaga konservasi eksitu. Namun, akhir-akhir ini sudah mulai dilaksanakan upaya pelepasliaran kembali harimau yang berkonflik agar tetap dapat hidup di habitat aslinya.

“Sudah banyak perubahan positif dalam paradigma di masyarakat dan juga para pengusaha khususnya sektor kehutanan dan perkebunan yang mulai memandang harimau bukan menjadi bagian dari masalah. Perubahan paradigma ini sangat

penting bagi landasan kerja-kerja konservasi di masa mendatang,” kata Sunarto.

Pertemuan ini berhasil merekomendasikan dua hal pokok yaitu kebijakan dan tindakan institusional seluruh negara yang menjadi sebaran harimau serta peningkatan dukungan dari lembaga donor. Di tingkat kebijakan, perlu didorong lahirnya kebijakan tentang perlindungan habitat, pengelolaan kawasan lindung, pengendalian kejahatan terhadap satwa liar, pemulihan populasi harimau di kawasan low-density serta mobilisasi sumber daya di level nasional.

Sunarto berharap agar kedepan para praktisi dan pemerhati konservasi harimau sumatera meningkatkan peran aktif di pertemuan-pertemuan global untuk lebih intensif menyampaikan prestasi yang telah dicapai Indonesia. Kemajuan yang dicapai Indonesia belum mendapatkan apresiasi dunia internasional karena kurangnya publikasi dan penyebaran informasi. “Saya berharap kepada rekan-rekan di Indonesia adalah agar mulai mempersiapkan diri dari sekarang untuk event internasional berikutnya terkait konservasi harimau. Ada banyak yang dapat kita tampilkan sebagai case study, namun semua perlu disiapkan jauh-jauh hari,” tutup Sunarto.

*) Penulis adalah Hariyawan Agung Wahyudi: Executive officer of HarimauKita.

© Sunarto

Page 8: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

8

Kamera penjebak (camera trap) berhasil menangkap foto dua ekor anak harimau di hutan taman nasional di Sumatera.

Para pekerja konservasi satwa liar dari Zoological Society of London (ZSL) yang telah bekerja selama empat tahun di Taman Nasional Berbak untuk melakukan pengkajian terhadap populasi harimau Sumatera, beberapa bulan terakhir ini, mereka memantau wilayah tetangganya yaitu Taman Nasional Sembilang dan menemukan adanya bukti-bukti perkembangbiakan harimau di kawasan konservasi tersebut.

Taman Nasional Sembilang memiliki luasan daratan yang mencapai 6000km2, lokasi ini telah memperoleh pengakuan global sebagai kawasan ekosistem lahan basah yang sangat penting dan telah dinyatakan dalam konvensi Ramsar PBB.

Rekaman video kucing besar tersebut menunjukkan induk harimau yang sedang berjalan

Oleh Iding A. Haidir

Induk dan Anak HarimauPerjumpaan Pertama

“kami sungguh sangat senang

dapat menemukan bukti pertama

adanya perkembangbiakan

di TN Sembilang”

© ZSL Indonesia-PHKA-Panthera

Page 9: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

9

Two wild tiger cubs have been caught on camera in the national park in Sumatran forest. Conservationists from the Zoological Society of

London (ZSL) have spent four years in Berbak National Park, studying tigers using camera traps in known tiger spots. But it isn’t until now that they’ve monitored the neighbourhood region of Sembilang, and discovered evidence of breeding in this protected area.

Sembilang National Park occupying 6000km2 of land, both national parks are globally recognised as their importance as wetlands ecosystems, being acknowledge in the UN RAMSAR convention.

The footage of these big cats shows the mother casually walking past the camera, closely followed by her youngsters, who are thought to be less than a year old. A rare occurrence considering there are only around 300 of the endangered wild animals left in the world, as they remain under great threat from poaching and human destruction of their habitat.

First PeekSumatran Tigress

and Her CubsBy Iding A. Haidir

“we are absolutely

delighted to find the first evidence

of breeding in Sembilang”

© ZSL Indonesia-PHKA-Panthera

Page 10: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

10

dengan santai melewati kamera, diikuti oleh anak-anaknya yang diperkirakan berusia kurang dari satu tahun. Sebuah peristiwa langka, mengingat hanya ada sekitar 300 ekor satwa liar terancam punah ini yang tersisa di dunia, sebagaimana diketahui kondisinya sangat terancam akibat dari perburuan dan perusakan habitanya oleh manusia.

Kepala Program Konservasi Regional ZSL, Sarah Chrystie, mengatakan “Ini adalah kado terbaik di awal natal dan kami sungguh sangat senang dapat menemukan bukti pertama adanya perkembangbiakan di TN Sembilang”.

“Kami akan melanjutkan pekerjaan kami dengan kedua Kepala Taman Nasional serta pihak pemerintah untuk memastikan kawasan-kawasan tersebut dilindungi dan dipatroli dengan lebih baik,” Sarah menambahkan.

Dr. Dolly Priatna, Country Manajer ZSL Indonesia menambahkan “Kawasan ini merupakan kawasan kunci bagi harimau Sumatera. Jika mereka diselamatkan maka segala sesuatu yang terhubung dengannya juga akan selamat termasuk diantaranya hutan-hutan besar terakhir di Asia yang menyimpan karbon untuk mengurangi perubahan iklim”.

18 juta hektar hutan gambut di Indonesia sama dengan sekitar 50 kali luas London, dan menghasilkan hampir 70% penyimpanan karbon

tropis dunia. Jika deforestasi ditekan dan harimau Sumatra dilindungi, penyimpanan karbon dari hutan juga terselamatkan yang akan memberikan dampak luas terhadap perubahan iklim.

Kepala Taman Nasional Sembilang, Ir. Tatang, MM mengungkapkan “Rekaman ini menjelaskan bahwa Taman Nasional Sembilang sekarang menjadi sangat penting bagi Indonesia, tidak hanya menyerap karbon sebagai fungsi utamanya tetapi juga menjadi habitat penting bagi harimau di Sumatra bagian selatan. Data ini akan membantu kami untuk memastikan kawasan Berbak – Sembilang diprioritaskan bagi perlindungan”.

Selain rekaman baru tentang anak-anak harimau, perangkap kamera (camera trap) ini juga menangkap gambar tapir dan beruang madu.

Taman Nasional Sembilang dan TN Berbak membentuk satu bentang alam (landscape) konservasi harimau dan merupakan salah satu dari sedikit kawasan hutan tersisa di dunia yang mampu mempertahankan populasi harimau secara layak. Data ini akan mendukung kerjasama ZSL dengan Pemerintah Indonesia untuk meningkatan perlindungan terhadap kawasan dan konservasi spesies terancam punah ini.

*) Penulis adalah Tiger Conservation Manager ZSL Indonesia.

© ZSL Indonesia

Tim memasang kamera trap

Page 11: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

11

ZSL’s head of regional conservation programmes, Sarah Christie says: “This is the best early Christmas present, and we are absolutely delighted to find the first evidence of breeding in Sembilang.

“We will continue working with leaders of both national parks as well as the government to ensure the areas are better protected and well patrolled,” Sarah added.

Dr. Dolly Priatna, ZSL’s Indonesia country manager added: “This is a key area for Sumatran tigers. If they are saved, everything connected to them

is also saved, including the Asia’s last great forests, whose carbon storage alleviates climate change”

Indonesia’s 18 million-acre peat forests are about 50 times the size of London, and make up almost 70% of the world’s tropical carbon stores. If deforestation is discouraged, and Sumatran tigers protected, the carbon storage from these forests is also saved, which will have a vast effect on climate change.

Head of Sembilang National Park, Mr. Tatang says: “This footage highlights that Sembilang National Park is now doubly important for Indonesia; not only is it a major carbon sink, but also a critical habitat for tigers in Southern Sumatra. These data will help us ensure the Berbak-Sembilang area is prioritised for protection.”

As well as the brand new footage of tiger cubs, camera traps have also captured tigers in Berbak as well as tapirs and sunbears.

Sembilang and Berbak National Parks form a single tiger conservation landscape and are one of the very few areas left in the world capable of holding viable tiger populations. The data will support ZSL in working alongside the Indonesian government to improve the protection of this area and conservation of this endangered species.

*) Author is Tiger Conservation Manager ZSL Indonesia.

© ZSL Indonesia

© ZSL Indonesia

Team put the camera trap for the sumatran tiger

Page 12: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

12

Bulan November dan Oktober 2012 digunakan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

bidang lingkungan untuk mengajak masyarakat umum khususnya mahasiswa untuk berpartisipasi menyelamatkan hewan pemangsa di Indonesia. “Save Our Predator” adalah judul dari rangkaian besar dari “road to campus”. Ada 14 kampus di Jawa saat menyebarkan informasi yang berkaitan dengan usaha konservasi predator dan habitatnya di Indonesia. Lembaga yang mengikuti kegiatan ini antara lain Forum HarimauKita, Wildlife Conservation Society, Perkumpulam Raptor Indonesia dan Perkumpulan Suaka Elang. Kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan penyebaran informasi yang berkaitan dengan usaha konservasi predator dan habitatnya di Indonesia, menumbuhkan minat para generasi muda serta membangun jaringan para pemerhati satwa dalam usaha konservasi predator dan habitatnya di Indonesia dan menekan angka perdagangan satwa liar dan bagiannya.

Hariyawan Agung Wahyudi, selaku executif officer Forum HarimauKita mengungkapkan, “Kegiatan ini menjadi salah satu usaha untuk mempromosikan pelestarian habitat harimau di habitat aslinya kepada masyarakat luas, salah satunya mahasiswa. Mahasiswa sebagai perwakilan generasi muda berada di bagian depan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dan konservasi di Indonesia membutuhkan kader-kader konservasi muda”. Tema yang diambil untuk seminar antara lain Karnivora Sebagai Penyeimbang Dari Sebuah Ekosistem oleh Forum HarimauKita, Nilai Penting Dan Status Konservasi Raptor di Indonesia oleh Perkumpulan Raptor Indonesia, Perdagangan Satwa Dan Bagian-bagiannya Adalah Ancaman Serius Bagi Usaha Konservasi Predator di Indonesia oleh Wildlife Conservation Society dan Rehabilitasi Untuk Pelepasliaran Sebagai Salah Satu Jalan Untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem oleh Perkumpulan Suaka Elang. Selain tema yang diberikan, informasi mengenai tingkat kerusakan hutan dan lingkungan

Oleh Fransisca Noni

© Suaka Elang

Page 13: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

13

The months of November and October 2012 were used by few environment-concern NGOs

to persuade public specially college students to participate in rescuing predators of Indonesia. “Save our Predator” is the title from bigger project of “road to campus.” Information about effort of predator and their habitat conservation in Indonesia was spread and there were 14 Universities in Java participated. NGO involved in this project are Forum HarimauKita, Wildlife Conservation Society, Indonesian Raptor Association (Perkumpulam Raptor Indonesia) and Eagle Sanctuary Association (Perkumpulan Suaka Elang) . This activity aimed to increase knowledge and spreading of information regarding effort of predator and their habitat conservation in Indonesia, to develop youth interest and to build connections among animal observers about the effort of predator and their habitat conservation in Indonesia and also to decrease number of wild animal (whole and animal part) trade.

Hariyawan Agung Wahyudi, executive officer of Forum Harimau Kita said, “This activity is one way to promote tiger conservation in their natural habitat to public, specially for college students. Student as the representative of youth is on the front row of knowledge. And Indonesian conservation needs young candidates to be a conservasionist.” Themes for the seminar were carnivore as ecosystem balancer by Forum Harimau Kita; Important value and conservation status of Indonesian raptor by Indonesian Raptor Association; Animasl and animal parts trading is a serious threats for predatory conservation effort in Indonesia by Wildlife Conservation Society and Rehabilitation for releasing as one way to maintain ecosystem balance by Eagle Sanctuary Association. Other informations about forest and environment destruction level that are increases and expanding in some part of Indonesia was provided. For example is Java Island. Long time ago, forest was spreading equally in all parts of Java, but right now forest can be found only in few conservation regions

By : Fransisca Noni

© Suaka Elang

Page 14: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

14

yang semakin tinggi dan meluas di beberapa wilayah di Indonesia juga diberikan. Sebagai contoh di pulau Jawa. Hutan yang dulu merata hampir di seluruh pulau, kini hanya bersisa di beberapa kawasan konservasi dan puncak gunung. Selebihnya telah berubah menjadi lahan pertanian dan pemukiman. Wilayah hutan yang menjadi habitat predator kian sempit, sehingga hewan ternak yang ada di sekitar hutan kadang menjadi sasaran. Hal ini menjadi konflik satwa dengan manusia menjadi tinggi, dan biasanya selalu satwa yang disalahkan. Keadaan ini menjadi ancaman serius bagi populasi berbagai satwa, terutama bagi predator. Apabila hal ini berlangsung tanpa kendali akan menyebabkan kepunahan berbagai jenis satwa, seperti halnya yang telah di alami oleh harimau jawa. Sebagai penunjang kegiatan seminar, juga dilakukan pameran mengenai kegiatan yang telah dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Pameran ini memberikan gambaran nyata mengenai kegiatan yang telah dilakukan dalam menjaga dan mendukung keberlangsungan predator di alam. Informasi mengenai kebiasaan manusia mengeksploitasi satwa untuk kebutuhan konsumsi

maupun hobi menjadi ancaman lain yang tidak kalah serius bagi predator ditampilkan dalam bentuk gambar-gambar di pameran. Hal ini berguna agar mahasiswa bisa berperan serta dalam memberikan informasi bila melihat seseorang berburu, memelihara atau memperdagangkan satwa dilindungi. Samsul Rizal, salah satu pengunjung dari pencinta alam “Haliaster”, Semarang mengungkapkan, “Acara ini bagus. Memberitahu, memperkenalkan dan mengajak kepada peserta untuk ikut terlibat dalam konservasi”. Begitu juga pengunjung dari Universitas Negeri Yogyakarta, Waskito Kukuh Wibowo, mengungkapkan, “Kami bisa membantu secara tidak langsung dengan tidak memelihara hewan liar dan membantu secara langsung dengan melaporkan bilamana ada yang memelihara satwa liar khususnya hewan pemangsa kepada BKSDA. Dan berharap bisa ikut kegiatan relawan berbagai kegiatan untuk melindungi hewan pemangsa”.

*) Penulis adalah Administration Officer Forum HarimauKita.

Seminar di Universitas Malang

© Suaka Elang

Page 15: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

15

and mountain peak. Other area was converted into agriculture and settlement. Forest area as habitat for predator is getting smaller, which sometimes causing predator to hunt on livestock owned by people live near the forest. Thus, increases human-animal conflict and usually animals were to blamed. This has become as serious threats for many species populations specially for predator. We need control as soon as possible or it may cause many animals to go extinct like what already happen with Javan Tiger. As supportive material, exhibition about activities done by ngo’s involved in this seminar was held. This exhibition gave real explanation about everything that had been done to conserve and support predator existence in the wild. Information about human habits to exploitate animals for consumption or hobby are another serious

threats for predator. Pictures about it was shown. This is important for students soo that they can act and give information if they see any hunter or anyone keeping or selling protected animals as a pet. Samsul Rizal, participant from ‘Haliaster’ Semarang nature lover said “This activity is great. It tells, introduces and persuades participants to get involved in conservation.” Another participant, Waskito Kukuh Wibowo from Yogyakarta Public University said “We can help indirectly by not keeping wild animal as pet and directly by reporting anyone keeping wild animal specially predator to Natural Resources Conservation Office (BKSDA). Also wishing to volunteered in any activities involving predator protection.”

*) Author is Administration Officer Forum HarimauKita.

Student from Surabaya came for the exhibition

© Suaka Elang

Page 16: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

16

Penemuan Kijang Gunung Di Kambang-Muara Labuh

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan salah satu habitat penting harimau sumatera yang menampung lebih dari 160

ekor harimau pada kawasan seluas 1.389.509 ha. Pada kawasan ini juga dihuni oleh berbagai jenis satwa mangsa harimau seperti rusa sambar, kijang, babi hutan dan lainnya. Kawasan yang ditetapkan sebagai World Heritage Site ini masih menyimpan banyak infromasi mengenai keanekaragaman hayati terutama jenis satwa endemik yang informasinya masih sangat kurang dan terancam punah seperti Kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), Celurut Sumatera (Chimarrogale sumatrana) dan Kijang Gunung (Muntiacus montanus).

Seiring kemajuan teknologi dalam melakukan survey dan pemantauan satwa saat ini, beberapa satwa yang sebelumnya diragukan keberadaannya di alam kini kembali ditemukan. Salah satunya, pada bulan Oktober 2012 Tim Monitoring Harimau

Penemuan Kijang Gunung Di Kambang-Muara Labuh

Sumatera (MHS) Taman Nasional Kerinci Seblat kembali menemukan Kijang gunung atau Sumatran muntjac di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat. Kijang gunung ini tertangkap kamera trap yang dipasang di wilayah TNKS bagian Kabupaten Solok Selatan, Propinsi Sumatera Barat.

Setelah sebelumnya pada Agustus 2002 tim Pelestarian Harimau Sumatra (PHS) dari Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) dan Flora Fauna International (FFI) menemukan kijang gunung pertama kali setelah 100 tahun terakhir tidak ditemukan dan dianggap telah punah. Dari temuan ini memberikan informasi terbaru mengenai sebaran kijang gunung di Sumatera khususnya di TNKS yang merupakan salah satu habitat pentingnya.

Jenis satwa yang termasuk dalam kategori Kurang Data (Data Deficient) IUCN Redlist ini sebelumnya dimasukkan sebagai Muntiacus muntjak montanus oleh Robinson dan Kloss tahun 1918 dan

Oleh Yoan Dinata

© BBTNKS-FFI-Panthera

Page 17: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

17

Mountain Antelope Encounter at Kambang-Muara Labuh

Mountain Antelope Encounter at Kambang-Muara Labuh

An important habitat for tiger, Kerinci Seblat National Park (KSNP) can accomodate 160 tigers. With an area of 1.389.509 ha,

this area also a home for other inhabitants such as common deer, sambar deer, antelope and wild boar. Appointed as world heritage site, this area keep many unexplored informations about biodiversity of endemic and treatened species such as Sumatran hare (Nesolagus netscheri), Sumatran shrew (Chimarrogale sumatrana) and mountain antelope (Muntiacus montanus).

As technology for surveying and monitoring animals develop, many animals existence once doubt are found. One of them is mountain antelope or Sumatran Muntjac found by Sumatran tiger monitoring team of Kerinci Seblat National Park in Kerinci Seblat National Park (KSNP) on October 2012. This mountain antelope was caught by camera trap set inside KSNP, South Solok Regency, West Sumatran Province.

By Yoan Dinata

“Suggestion to open the area for road

establishment not only threatened

mountain antelope and Sumatran

tiger but also other species”

© BBTNKS-FFI-Panthera

Page 18: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

18

tahun 1942. Jenis ini dianggap sebagai jenis yang berbeda oleh Miller atas dasar spesimen tunggal yang tersedia yang menurutnya jelas tidak sejenis dengan Muntiacus muntjak muntjak yang juga mendiami Sumatera.

Akan tetapi baru pada September 2008 di World Conservation Congress IUCN, kijang ini diakui sebagai jenis berbeda dari kijang biasa berdasarkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh Rob Timmins dan beberapa taksonom lainnya terhadap satu spesimen yang ada di Natural History Museum yang diyakini spesimen ini adalah spesimen yang dikirim dari museum Singapura pada perang dunia ke dua yang sebelumnya dianggap hilang. Namun, bagaimanapun para taksonom tersebut berharap bisa mendapatkan spesimen baru untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Adapun perbedaan morfologi antara kijang gunung dan kijang biasa (M. Muntjak) adalah ukuran tubuh yang lebih kecil daripada kijang biasa. Warna rambut lebih gelap, warna hitam terdapat pada bagian muka dan kaki. Kijang gunung ditemukan di daerah pegunungan.

Meskipun demikian, hingga saat ini masih ada pertanyaan dari beberapa pihak apakah kijang gunung adalah jenis kijang yang berbeda dari kijang biasa atau anak jenis dari kijang biasa. Pertanyaan ini masih belum terjawab karena memerlukan penelitian lebih lanjut.

Hewan ungulata yang merupakan salah satu satwa mangsa penting bagi harimau sumatera,

kondisinya terancam karena aktifitas perburuan liar. Hal ini dibuktikan dengan ditemukan jerat yang dipasang oleh pemburu liar di sekitar lokasi kamera trap. Jerat ini tidak hanya diperuntukkan untuk kijang, namun rusa dan kambing hutan bisa terkena. Ancaman lain yaitu usulan pembukaan jalan baru yang menembus kawasan TNKS dari Muara Labuh, Kab. Solok Selatan ke Kambang, Kab. Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat. Meskipun Menteri Kehutanan telah menolak usulan ini, namun pemerintah daerah tetap berusaha mengusulkan pembukaan jalan tersebut dengan dimasukkan rencana tersebut ke dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Solok Selatan.

Usulan pembukaan jalan tidak saja mengancam Kijang Gunung dan Harimau Sumatera, namun jenis hewan lain seperti Macan dahan (Neofelis diardi), Kucing batu (Pardofelis marmorata), Kucing kuwuk (Pardofelis bengalensis), kambing hutan (Capricornis sumatraensis) dan beberapa satwa lainnya terkena imbasnya.

Hasil dari kamera trap di wilayah ini diharapkan dapat memberi masukan dan meyakinkan kepada pemerintah daerah bahwa lokasi yang menjadi usulan pembukaan jalan termasuk habitat penting bagi satwa endemik sumatera. Wilayah ini merupakan aset daerah dan negara yang wajib dilindungi dan dipertahankan keberadaannya.

“Usulan pembukaan jalan tidak saja

mengancam Kijang Gunung dan Harimau

Sumatera, namun juga jenis hewan lain”

© BBTNKS-FFI-Panthera

*) Penulis adalah Field Manager Flora Fauna International.

Kijang Gunung yang terekam di kamera trap

Page 19: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

19

Previously, on August 2002, Sumatran Harimau Conservation team (PHS) from Large Office of KSNP (BBTNKS) and Flora Fauna International (FFI) found mountain antelope for the first time after 100 years considered to be extinct. This founding gave newest information about habitat distribution of mountain antelope in Sumatra especially in one important habitat for it, KSNP.

Species that categorized as Data Deficient of IUCN Redlist was included as Muntiacus muntjak montanus by Robinson and Kloss in year 1918 and 1942. Based on single speciment available, Miller considered this species to be different from Muntiacus muntjak muntjak which also inhabits Sumatra.

In September 2008 at World Conservation Congress IUCN, this antelope was acknowledge as different species from common antelope according to research done by Rob Timmins and other taxonomist, comparing with one speciment from Natural History Museum. That speciment was believed to be the missing speciment sent from Museum of Singapore on second world war. But scientists still expecting to get new speciment for future research.

Morphological differrence between mountain antelope and common antelope (M. Muntjak) is their body size; mountain antelope is smaller than common antelope. With darker hair, and black colour on its face and feet. Mountain antelope can be found in mountain area.

Nevertheless, until now there are still a lot of questions from many parties about wheter mountain

antelope is a different species from common antelope or is a young common antelope. This question is unsolved yet because futher research is needed.

Ungulates are important prey for Sumatran tiger; their condition was threatened by illegal hunting. As proof, trap set by illegal hunters was found around the area near installed camera trap. This trap is used not only to catch antelope but also deer and mountain goat. Other threat is the suggestion to establish road passing through the area of KSNP from Muara Labuh, South Solok Regency to Kambang, South Pesisir Regency, West Sumatra Province. Eventhough minister of forestry had rejected this project, local government still give effort for road establishment plan by putting it to Layout and Area Plan (RTRW) of South Solok Regency.

Suggestion to open the area for road establishment not only threatened mountain antelope and Sumatran tiger but also other species such as Sunda Clouded Leopard (Neofelis diardi), Marbled Cat (Pardofelis marmorata), Leopard Cat (Pardofelis bengalensis), Sumatran serow (Capricornis sumatraensis) and some other more.

Result from camera trap is expected to be used as an input and tools to convince local government that this area suggested for road establishment is actually an important habitat for endemic species of Sumatra. This area is a local and country asset that has to be protected and preserved.

© BBTNKS-FFI-Panthera

*) Author is Field Manager Flora Fauna International.

Mountain Antelop in camera trap

Page 20: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

20

Pemasangan Kamera Trap oleh Masyarakat Tepi HutanPemasangan Kamera Trap oleh Masyarakat Tepi Hutan

Aceh memiliki bentang alam yang dijadikan habitat oleh harimau sumatera, salah satunya

adalah kawasan Ulu Masen yang bersambungan dengan Taman Nasional Gunung Leuser dengan luas 3,3 juta hektar. Selain harimau sumatera, orangutan Sumatra, badak Sumatra, gajah Sumatra dan beruang madu dapat dijumpai di habitat ini.

Meskipun demikian, bentang alam Leuser-Ulu Masen beberapa tahun ini terakhir ini banyak disorot karena isu fragmentasi habitat, ekspansi perkebunan, pertambangan, aspek pembangunan ekonomi dan isu konservasi lainnya. Saat ini Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh/RTRWA (Aceh Spatial Plan) sedang digodok di level provinsi. Beberapa isu perubahan fungsi hutan dan reaktivasi konsesi penebangan liar menyeruak dalam proses ini, membuat khawatir penggiat-penggiat konservasi di Aceh, Sumatera maupun dunia internasional.

Saat ini, ada 25 community ranger Ulu Masen tengah menjelajah hutan Ulu Masen untuk melakukan survey kamera trap harimau sumatera. Community ranger adalah masyarakat yang dilatih

Oleh : Munawar Kholis

untuk menjaga hutan di wilayah mereka. Bersama dengan Fauna dan Flora International Aceh Program dan didukung oleh LSM Panthera, mereka memasang 136 unit kamera trap untuk melakukan kegiatan survey dengan luasan lebih dari 800km2.

Community ranger yang tergabung dalam tim kamera trap ini berasal dari Kabupaten Aceh Besar (Jantho Ranger dan Guha Rimueng Ranger), Aceh Jaya (Purba Ranger) dan Pidie (Keumala Ranger). Mereka juga mengadakan kegiatan pemberdayaan pencaharian, sosialiasi, respon konflik harimau dan gajah, dan juga monitoring hutan. Lokasi yang ditempuh oleh para community ranger tidaklah mudah, pegunungan karang, hutan savana, hutan dataran tinggi, kontur topografi yang rapat dan berbukit-bukit mereka jelajahi.

Hasil dari kegiatan yang belum lama ini berhasil didokumentasikan oleh kamera trap FFI yaitu jenis Garangan Ekor Panjang (Herpestes semitorquatus) pada saat pelaksanaan pelatihan kamera trap untuk community ranger. Jenis ini terekam di sekitar Cagar Alam Pinus Jantho dan menjadi salah satu temuan

© Kholis/FFI Aceh

Page 21: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

21

There are habitats of Sumatran Tiger in Aceh landscape. One of them is Ulu Masen region,

an area of 3,3 million hectares that connected with Leuseur Monuntain National Park. Besides Sumatran Tiger other animals such as Sumatran Orangutan, Sumatran rhinoceros and Sumatran elephant also honey bear can be found in this area.

Evenso, Leuseur-Ulu Masen natural resources is famous in the last few years for some issues such as habitat fragmentation, plantation expansion, economic development aspects and others conservation issues. Right now Aceh Spatial Plan (RTRWA) is disscused at province level. Some forest function convertion issues and reactivation of illegal logging consession appeared in this process, and it makes conservationist in Aceh, Sumatra even international feel worried.

There are 25 community rangers of Ulu Masen surveying Sumatran Tiger camera trap in Ulu Masen

forest at this moment. Community ranger is people trained to guard forest in their area. Together with Fauna and Flora International Aceh Program and supported by Panthera NGO, they installed 136 units of camera trap for surveying area of more than 800 km2.

This community rangers that incorporated with camera trap team are coming from Aceh besar regency (Jantho Ranger dan Guha Rimueng Ranger), Aceh Jaya (Purba Ranger) and Pidie (Keumala Ranger). They are also doing quest empowerment, socialization, tiger and elephant conflict respond also forest monitoring. Area such as rocky mountain, savana forest, highland forest also tight topographic contour and hills make it tough to explore for community ranger.

Few moments ago, a Collared Mongoose (Herpestes semitorquatus) was documented by FFI camera trap during camera trap training for

© tim kamera trap ranger/FFI Aceh

Page 22: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

22

unik karena data terakhir jenis ini terdokumentasi secara pasti di Sumatra pada tahun 1919 (http://www.iucnredlist.org/details/41616/0). Sedangkan data hasil kamera trap yang berhubungan dengan harimau, saat ini kamera trap masih terpasang di lapangan dan belum dilakukan tahap pengambilan data. Pada akhir kegiatan nanti akan memberikan update informasi penting bagi rancangan strategi konservasi harimau

Fauna dan Flora International Aceh Program bekerjasama dengan 18 community ranger yang dibentuk pada pertengahan 2012 tersebar di 5 Kabupaten dengan jumlah 353 orang. Kerjasama ini meliputi monitoring hutan di wilayah masing-masing dengan uji coba sistem SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool) patrol. Sistem patroli community ranger ini masih akan terus dikembangkan beriringan dengan kebutuhan di wilayah masing-masing kabupaten dan perkembangan model patroli SMART secara regional Sumatra dan Nasional.

*) Penulis adalah koordinator konservasi spesies kunci FFI Aceh Program.

© tim kamera trap ranger/FFI Aceh

Tim kamera trap ranger sedang menjelajahi kawasan Leuser-Ulu Masen

“Lokasi yang ditempuh oleh para community

ranger tidaklah mudah, pegunungan karang, hutan savana, hutan dataran tinggi, kontur topografi yang

rapat dan berbukit-bukit mereka jelajahi”.

Page 23: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

23

community ranger. This species was recorded around Pinur Jantho sanctuary and is a unique founding because last convincing data for this species was on 1919 (http://www.iucnredlist.org/details/41616/0). But there is still no Sumatran tiger recorded while the camera trap was installed also data retrievial has not been done. At the end of this activity, important information for tiger conservation strategy plan will be updated.

Fauna and Flora International Aceh Program together with 12 community rangers formed in the middle of 2012 was spreaded in 5 regencies with total number of 353 people. This cooperation includes forest monitoring at each region using experimented SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool) patrol system . This community ranger patrol system will be developed according to the needs of every area and developing SMART patrol model for Sumatran regional and national.

*) Author is coordinator of key species conservation FFI Aceh Program.

Collared Mongoose (Herpestes semitorquatus) was documented byFFI camera trap

“Area such as rocky mountain, savana

forest, highland forest also tight topographic contour and hills make it tough to explore for

community ranger.”

© Kholis/FFI Aceh

Page 24: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

Anda dapat berpartisipasi dalam melestarikan Harimau Sumatera

dengan tindakan sederhana. Anda hanya perlu komputer online atau

bahkan handphone anda. Gabung dengan kami, HarimauKita fanpage di

facebook atau mengikuti kami di twitter @ harimaukita, undang teman

Anda juga, dan ikuti link terlampir. Anda juga diundang untuk berbagi informasi kepada teman

Anda dengan facebook atau twitter anda .

Jika Anda ingin lebih mengaktualisasikan keinginan Anda, Anda dapat bergabung dengan TIGERHEART

(Jaringan Relawan Forum HarimauKita), dengan mengisi biodata di website harimaukita.or.id. Sebagai

relawan, Anda dapat berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan kampanye, dan juga aktif terlibat dalam

mengawasi perdagangan satwa liar ilegal di internet. Kami akan mengirimkan informasi tentang

harimau sumatera dan masalah mereka, secara intensif.

add & follow us in :

http://www.harimaukita.or.id/tigerheart

Page 25: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

2425

tingkat stress yang tinggi selalu mengikuti dan menjadi pertimbangan dalam melakukan tindakan medis pada harimau sumatera liar. Karenanya dalam penanganan harimau sumatera yang terperangkap maupun terjerat, dibutuhkan kecepatan dan ketepatan diagnosa untuk menentukan status kesehatan harimau tersebut. Dokter hewan juga harus fokus pada aspek-aspek yang menjadi penyebab utama kesakitan serta membuat perencanaan tindakan medis yang tepat yang akan dilakukan. Profesionalisme para dokter hewan (teliti, seksama dan terampil) dan kecepatan dalam penanganan harimau sumatera korban konflik sangat diharapkan sehingga dapat menekan angka kematian harimau korban konflik. Buku ini juga memuat hal-hal yang berkaitan dengan penanganan penyelamatan harimau korban konflik mulai dari awal harimau ditemukan, teknik handling dan pembiusannya, teknik pemeriksaan serta penanganan sampel, rekomendasi pasca pemeriksaan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan perawatan dan kesehatan harimau. Referensi dan beberapa pengalaman yang penulis temukan saat melakukan penyelamatan harimau korban konflik menjadi acuan dalam penulisan panduan ini. "Buku mengenai penyelamatan harimau satwa ini adalah hasil kinerja dari teman-teman yang berada di lapangan"�, jelas Hariyawan Agung Wahyudi, Executive Officer Forum HarimauKita. Sangat diharapkan, bahwa panduan ini membantu untuk mengambil keputusan bagi para praktisi konservasi harimau sumatera dan manajemen authority, serta dokter hewan yang terlibat didalam upaya penyelamatan harimau sumatera. " khususnya yang menjadi korban konflik�, jelas Hariyawan Agung Wahyudi.

Panduan bagi unit-unit kerja dalam Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dan sumber referensi disosialisasikan

pada Desember 2012 di Hotel Salak, Bogor.

Acara dengan undangan yang terdiri dari Unit Pelaksana Teknis (UPT), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan perusahaan swasta, dibuka oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayari Ir. Bambang Novianto, Msi. Panduan tersebut antara lain peta jalan untuk 14 jenis prioritas utama yang terancam punah dan buku panduan untuk penyelamatan harimau sumatera. Menurut Agung Nugroho dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, tujuan sosialisasi ini untuk merumuskan base line data dan informasi peningkatan populasi spesies prioritas utama terancam punah, mengidentifikasi dan menyusun rencana kegiatan peningkatan populasi dan memonitor dan melaporkan pelaksanaan kegiatannya.

Buku panduan untuk penyelamatan harimau sumatera diluncurkan dua buku. Buku pertama berjudul Penyelamatan Harimau Sumatera : Pedoman Praktis Pencegahan dan Penanggulangan Konflik Antara Manusia dengan hewan. Buku kedua berjudul Penyelamatan Harimau Sumatera : Panduan Praktis Dokter Hewan dalam Penanganan harimau Korban Konflik di Sumatera akan dibagikan kepada para pihak yang berada di lapangan.

Buku ini menjadi panduan bagi dokter hewan yang menangani kasus harimau korban konflik karena penanganan kesehatan harimau tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan harimau yang lahir di penangkaran. Temperamen dan

Buku Manual

*) Penulis adalah Administration Officer Forum HarimauKita.

Penyelamatan Harimau SumateraOleh : Fransisca Noni

Page 26: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

2326

The attending veterinarian must be responsible for the examination and final diagnosis of underlying illnesses and injuries sustained by the tiger and must plan appropriate medical treatment. To minimize the risk to the tiger, veterinarians are required to be professional (accurate, conscientious, skilful), fast and efficient in handling tigers in conflict situations, as time is a key factor in the survival of such tigers, where every minute counts.

This book contains guidance related to all veterinary aspects of dealing with a conflict tiger. It presents a step by step guide, from the moment the animal is found, to handling and anaesthesia, examination techniques, obtaining and handling samples, diagnosis and treatment of the most common health issues, to post treatment recommendations. Also included are guiding principles for euthanasia and diagnostic post-mortem examinations. The main resources drawn upon for this book are the authors own experiences in handling Sumatran tigers, both in captive and conflict situations, as well as key referenced text.

"Book of save Sumatran Tiger is an ouput from our friends who work in field," Hariyawan Agung Wahyudi as Executive Officer of Forum HarimauKita said. He and team hope these guide books will help the Sumatra Tiger conservanist, authority managers, and veterinarian when they take the decision in order to save Sumatra Tiger. "Especially for conflict victims," Hariyawan Agung Wahyudi added

Saving Sumatran Tiger

Guidelines for working units of Forest Protection and Nature Conservation (PHKA) and references source had disseminated on

December 2012 at Salak Hotel, Bogor, West Java.

Technical Action Unit (UPT), Non Government Organizations, and private companies were invited to this event. Ir. Bambang Novianto, M.Si as Director of The Biodiversity Conservation opened the Seminar of Road Map of 14 Endangered’s Animals and Book Launching of Save Sumatran Tiger.

According to Agung Nugroho from Directorate of The Biodiversity Conservation,"The aims of this dissemination are to formulate the data base line and information about the increasing of endangered species major priority population, to identify and to arrange the increasing of population activities plan, to monitor and to report the activities implementation.

There were two books had launched. The first book entitled 'Save Sumatran Tiger: Practical Guidelines of Prevention and Tackling in the Conflict between Human and Animals'. The second book entitled 'Save Sumatran Tiger: Practical Guide for Veterinarian in the Handling of Conflict Victim Tiger in Sumatra'. These books have shared to some parties in field.

This book may serve as a guide for veterinarians handling captured/trapped wild Sumatran tigers, which need to be treated differently from those tigers born in captivity. The animal temperament and stress levels following capture/trapping must be of prime concern when conducting examination and subsequent medical interventions. Quick and appropriate diagnosis to determine the health status of the animal is vital when handling a conflict tiger. *) Author is Administration Officer Forum HarimauKita.

Manual Handbook SeriesBy : Fransisca Noni

Page 27: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

Kabar Baik Indonesia Untuk Dunia 3Good News From Indonesia to the World 4

Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau 8First Peek Sumatran Tigress and Her Cubs 9

Menyelamatkan Predator Bersama Generasi Muda 12Save the Predators by Involving Youth Generaion 13 Penemuan Kijang Gunung Di Kambang-Muara Labuh 16Mountain Antelope Encounter at Kambang-Muara Labuh 17

Pemasangan Kamera Trap oleh Masyarakat Tepi Hutan 20Camera Trap Installation by Community Rangers 21

Hari Prasetyo[IN] Mahasiswa jurusan Ilmu Komputer, MIPA, Institut Pertanian Bogor membantu membangun website, training online, editing dan update website Forum Harimaukita. Dari Oktober 2012, Hari telah membantu Forum HarimauKita. Hari yang lahir di Wonogiri, 6 November 1991 ini mendapatkan manfaat dengan membantu FHK. Menurutnya Ia bisa menambah wawasan tentang Harimau dan ternyata penting untuk menjaga kelestarian harimau. Bila ingin mengenal lebih dalam silakan kirim email ke [email protected].

[EN] A college student from computer science departement, faculty of mathemathics and natural science, Bogor Agricultural University had helped in developing website, online training, editing dan update Forum HarimauKita website. From October 2012, Hari has helped Forum HarimauKita. He was born in Wonogiri, November 6th 1991 and has gained a lot of benefits by helping FHK. He thinks he can add more knowledge about tiger and it is very important to keep conserving tiger. If you would like to know him better please send an email to [email protected].

Penanggung JawabDolly Priatna

Pemimpin RedaksiH. A. Wahyudi

EditorFransisca Noni T.

KontributorHariyawan Agung WahyudiIding Achmad HaidirYoan DinataFransisca NoniMunawar Kholis

Desain & Tata LetakRifky

PenterjemahIndri Hapsari

Alamat Sirkulasi & DistribusiForum HarimauKitaJl. Samiaji 3 No. 10Bantarjati - Bogor [email protected].: +62 251 834 7837

Daftar IsiContent

Dari RedaksiAkhir tahun 2012 begitu banyak kabar baik untuk Indonesia Antara lain diadakannya Konferensi Tingkat Menteri ke-2 Asia tentang Konservasi Harimau di Bhutan. Hasil konferensi tersebut menghasilkan dua hal pokok rekomendasi dari sisi kebijakan dan tindakan institusional yang membawa pengaruh positif terhadap konservasi harimau sumatera.

Kabar baik lain yaitu dengan tertangkapnya foto dari kamera trap dua anak harimau sumatera di Taman Nasional Sembilang. Dengan adanya bukti-bukti perkembangbiakan harimau di kawasan konservasi, memberikan euforia tersendiri untuk para pengiat konservasi harimau sumatera. Selain itu, kamera trap yang berada di Taman Nasional Kerinci Seblat bagian Kabupaten Solok berhasil mendapatkan foto Kijang gunung yang termasuk kategori kurang data oleh IUCN.

Bersamaan dengan kabar baik tersebut, perlu kiranya diimbangi dengan penyebaran informasi masyarakat, khususnya generasi muda sebagai penerus bangsa. Forum HarimauKita bersama lembaga konservasi mendatangi 14 kampus di Jawa untuk menyebarkan informasi yang berkaitan dengan usaha konservasi predator dan habitatnya di Indonesia.

Mari...jangan berhenti sampai saat ini. Tahun 2013 adalah tahun yang bisa kita gunakan untuk membuat kejutan lain. Semangat menjalani konservasi di Tahun Ular Air.

From UsBy the end of 2012 there were so many good news for Indonesia such as second Asia minister level conference about tiger conservation in Bhutan. As result two main recomendations was made, for policy and instutional action that bring positive influence for Sumatran tiger conservation.

Another good news are pictures taken by camera trap showing two Sumatran tiger cubs in Sembilang National Park. Evidence that showed tiger can breed in conservation area gave great euphoria for conservasionist of Sumatran tiger. Whilst camera trap in Kerinci Seblat National Park, Solok regency was able to captured Mountain antelope pictures which categorized as data deficient by IUCN

These good news need to be counterbalanced by spreading of information to people specially to youth that act as successor of the nation. Forum HarimauKita with other conservation organizations approached 14 universities in Java to spread information about conservation effort of predator and their habitat in Indonesia.

Let us not stop at this moment. Year 2013 can be used to make another suprises. Keep the spirit of conservation in the year of water snake.

Fahrudin Surahmat[IN] Adalah salah satu relawan yang telah membantu banyak kegiatan Forum HarimauKita. Pria kelahiran Malang, 5 September 1987 ini sempat menjadi event orginizer pada acara Symposium of “the Strategic Rolee of Conservation Capacity Building : A Lesson Learnt From The Global Initiative Program” pada November 2011 di Bogor, Tiger Day 2012. Selain itu lulusan 2012 dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini juga membantu dalam design grafis material komunikasi dan menjadi koordinator “Save Our Predator” 2012. Menurutnya dengan membantu Forum HarimauKita sama saja membantu secara tidak langsung pelestarian harimau di Indonesia. Silahkan berkenalan di [email protected].

[EN] A volunteer that had helped in many activities of Forum HarimauKita. Born on 5th of September 1987, this man had become the event organizer for symposium of “the Strategic Rolee of Conservation Capacity Building : A Lesson Learnt From The Global Initiative Program” on November 2011 in Bogor, Tiger Day 2012. Graduated from Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University, he also helped designing materials for communication and as coordinator of “Save Our Predator” 2012 activity. He thinks supporting Forum HarimauKita will be an indirect way to help tiger conservation in Indonesia. You can make friends with him by sending email at [email protected].

Page 28: GALERRY · Perjumpaan Pertama Induk dan Anak Harimau ... penerus bangsa. ... merupakan tantangan terberat. Keanekaragaman

harimaukita.or.id

Menyelamatkan Predator Bersama Generasi MudaSave the Predators by Involving Youth Generaion

Hal. 12 / Pages 12

Perjumpaan Pertama Induk dan Anak HarimauFirst Peek SumatranTigress and Her Cubs

Hal. 8 / Pages 8

GALERRY

Fahrudin Surahmat gave the information to student.© suakaelang

Signed for support the efforts of the predator animal rescue.© suakaelang

Student came to exhibition in Sepuluh Nopember Institute of Technology, Surabaya.© suaka elang

Hariyawan Agung Wahyudi gave the presentation about conservation sumatran tiger in Semarang© suaka elang

Save the predator with youth© suaka elang

Kabar Baik Indonesia untuk Dunia

Good News From Indonesia to the World

Kabar Baik Indonesia untuk Dunia

Good News From Indonesia to the World