Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...
Transcript of Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...
93
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
i
LAPORAN
STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO
Periode Semester Pertama 2017
PT. Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore
ITS Kemitraan
Juli 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
ii
KATA PENGANTAR
Laporan ‘Status Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO
Periode Semester Pertama 2017’ ini memuat kajian tentang keberadaan dan kondisi
eksisting komunitas biota terestrial dan akuatik di sekitar area kerja PT. Pertamina Hulu
Energi-West Madura Offshore di area ORF Gresik dan pesisir Desa Labuhan Kecamatan
Sepulu, Bangkalan – Madura pada semester pertama tahun 2017 (Juni-Juli 2017) serta
dinamikanya antara periode tahun 2014 hingga semester pertama tahun 2017.
Studi ini sendiri ditujukan untuk mengetahui kualitas status keanekaragaman hayati yang
terdapat di wilayah konservasi mangrove yang dikelola oleh pihak PHE-WMO. Obyek
studi adalah biota terestrial dan akuatik, dengan parameter kajian adalah komposisi dan
kelimpahan jenis biota.
Laporan ini disusun dengan harapan agar dapat memberikan manfaat dan memenuhi
fungsinya sebagai salah satu alat untuk melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Surabaya, Juli 2017
Penyusun
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
iii
DAFTAR ISI
Hal.
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
Daftar tabel v
Daftar gambar vii
Daftar lampiran ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Hukum
1.3 Tujuan
1.4 Ruang Lingkup
1.5 Sistematika dan Konsep Laporan
1
2
3
4
4
BAB II METODOLOGI STUDI
2.1 Lokasi dan Waktu Pemantauan
2.2 Sampling Flora
2.2.1 Flora Darat
2.2.2 Mangrove
2.3 Sampling Fauna
2.4 Analisis Plankton
2.4.1 Pengambilan Sampel
2.4.2 Analisis Sampel
2.4.3 Analisis Data
2.5 Analisis Makrozoobentos
2.5.1 Pengambilan Sampel
2.5.2 Analisis Sampel
2.5.3 Analisis Data
2.6 Sampling Nekton
2.7 Analisis Vegetasi Lamun
2.7.1 Pengambilan Data
2.7.2 Analisis Data
5
8
8
8
11
12
12
13
13
15
15
15
16
17
18
18
20
BAB III KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA DAN FAUNA
3.1 Komunitas Flora 22
3.1.1 Flora Darat 22
3.1.2 Mangrove 36
3.2 Komunitas Fauna 53
3.2.1 Komunitas Burung (Avifauna)
3.2.2 Komunitas Fauna Bukan Burung
53
68
3.3 Komunitas Plankton 76
3.3.1 Fitoplankton 76
3.3.2 Zooplankton 84
3.4 Komunitas Makrozoobentos
3.5 Komunitas Nekton
3.6 Komunitas Lamun
91
99
103
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
iv
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 106
4.2 Saran dan Rekomendasi 108
REFERENSI 111
LAMPIRAN 114
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
v
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal.
2.1 Posisi Geografis Titik Sampling Biota di Lokasi Studi 6
2.2 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove 10
2.3 Perbandingan Spesifikasi Small Standard dan Kitahara Net 12
2.4 Kualitas Perairan Berdasarkan Indeks Diversitas Fitoplankton dan
Zooplankton
14
2.5 Kriteria Penilaian Pembobotan Kualitas Lingkungan Biota
Plankton
14
2.6 Perkiraan Persentase Tutupan Lamun Berdasarkan Atobe & Saito
(1970) dalam English et al., (1994)
20
2.7 Kriteria Baku Kerusakan Padang Lamun 21
2.8 Status Padang Lamun 21
3.1 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Flora di Lokasi Studi pada
Semester Pertama 2017
24
3.2 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Mangrove di Lokasi Studi pada
Semester Pertama 2017
40
3.3 Dinamika Komunitas Mangrove di Lokasi Studi pada Tahun
2015-2017
42
3.4 Komposisi dan Sebaran Jenis Mangrove di Lokasi Studi 50
3.5 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Burung di Lokasi Studi pada
Semester Pertama 2017
54
3.6 Frekuensi Perjumpaan Jenis Burung di Lokasi Studi pada Tahun
2014-2017
60
3.7 Dinamika Kondisi Komunitas Burung (Avifauna) di di Lokasi
Studi pada Tahun 2014-2017
64
3.8 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Fauna Bukan Burung di Lokasi
Studi pada Semester Pertama 2017
70
3.9 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Fitoplankton di Lokasi Studi
pada Semester Pertama 2017
77
3.10 Dinamika Komunitas Fitoplankton di Lokasi Studi pada Tahun
2015 hingga 2017
79
3.11 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Zooplankton di Lokasi Studi
pada Semester Pertama 2017
85
3.12 Dinamika Komunitas Zooplankton di Lokasi Studi pada Tahun
2015 hingga 2017
88
3.13 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Makrozoobentos di Lokasi Studi
pada Semester Pertama 2017
92
3.14 Dinamika Komunitas Makrozoobentos di Lokasi Studi pada
Tahun 2015 hingga 2017
96
3.15 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Nekton di Lokasi Studi pada
Semester Pertama 2017
99
3.16 Perbandingan Komposisi Jenis Nekton di Lokasi Studi pada
Semester Pertama 2015 hingga 2017
100
3.17 Jenis Juvenile dan Ikan Kecil di Lokasi Studi pada Semester
Pertama 2017
101
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
vi
Tabel Judul Hal.
3.18 Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun (Seagrass) di Lokasi Studi
pada Semester Pertama 2017
103
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal.
2.1 Peta lokasi sampling di area ORF 6
2.2 Peta lokasi sampling di area Sepulu.1 dan Sepulu.2 7
2.3 Pengamatan flora dengan teknik inventarisasi jenis di lokasi ORF
Gresik
8
2.4 Analisis vegetasi mangrove di lokasi ORF Gresik 9
2.5 Pengukuran diameter tegakan pohon mangrove di lokasi Sepulu 10
2.6 Pengamatan burung dengan bantuan teropong binokuler di lokasi
Sepulu
11
2.7 Sampling plankton dengan alat plankton net di perairan sekitar
OFR Gresik
12
2.8 Pengambilan sampel sedimen dan makrozoobentos menggunakan
alat Van Veen grab
16
2.9 Pemasangan jala insang (gill net) untuk menangkap ikan di area
mangrove di Sepulu
17
2.10 Kuadrat ukuran 50x50 cm dengan 25 unit grid ukuran 10x10 cm
untuk analisis vegetasi lamun
19
2.11 Pembuatan transek untuk analisis vegetasi lamun 19
2.12 Perhitungan dan perkiraan penutupan jenis lamun menggunakan
25 unit grid 10x10 cm dalam kuadrat 50x50 cm
20
3.1 Tipikal kondisi vegetasi di area dalam kompleks ORF Gresik pada
semester pertama 2017
30
3.2 Beberapa tegakan pancang pohon buah hasil penanaman melalui
program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP) di area dalam ORF
Gresik
31
3.3 Tegakan pohon muda cemara laut (Casuarina equisetifolia) di
area Sepulu 1 pada semester pertama 2017
33
3.4 Tipikal kondisi vegetasi di area SPL.1 pada semester pertama
2017
34
3.5 Tipikal kondisi vegetasi di area SPL.2 pada semester pertama
2017
35
3.6 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di area Mg.1-1 pada semester
pertama 2017
38
3.7 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di area Mg.1-2 pada semester
pertama 2017
39
3.8 Mangrove jenis tanjang Rhizophora mucronata hasil penanaman
di pesisir utara ORF Gresik yang menunjukkan pertumbuhan yang
cukup baik
43
3.9 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.1 Mg.2-1 pada semester
pertama 2017
45
3.10 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.1 Mg.2-2 pada semester
pertama 2017
46
3.11 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-1 pada semester
pertama 2017
47
3.12 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-2 pada semester
pertama 2017
48
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
viii
Gambar Judul Hal.
3.13 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-2 pada semester
pertama 2017
49
3.14 Tipikal profil zonasi horizontal mangrove di SPL.2 52
3.15 Proporsi jumlah spesies burung berdasarkan famili di lokasi studi
pada semester pertama 2017
58
3.16 Proporsi jumlah spesies burung berdasarkan ordo di lokasi studi
pada semester pertama 2017
58
3.17 Grafik dinamika jumlah jenis dan kelimpahan burung di lokasi
studi pada tahun 2014 hingga 2017
65
3.18 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)
burung di lokasi studi pada tahun 2014 hingga 2017
66
3.19 Beberapa spesies burung yang dapat dijumpai di lokasi studi pada
semester pertama 2017
67
3.20 Beberapa fauna bukan serangga yang dapat dijumpai di lokasi
studi pada semester pertama 2017
73
3.21 Beberapa spesies kupu-kupu (Lepidoptera) yang dapat dijumpai di
lokasi studi pada semester pertama 2017
74
3.22 Beberapa spesies capung (Odonata) yang dapat dijumpai di lokasi
studi pada semester pertama 2017
75
3.23 Grafik dinamika jumlah taksa fitoplankton di lokasi studi pada
tahun 2015 hingga 2017
80
3.24 Grafik dinamika kelimpahan fitoplankton di lokasi studi pada
tahun 2015 hingga 2017
81
3.25 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)
komunitas fitoplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga
2017. Lokasi
82
3.26 Grafik dinamika jumlah jenis dan kelimpahan zooplankton di
lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017
89
3.27 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)
komunitas zooplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga
2017
90
3.28 Grafik dinamika jumlah jenis (gambar atas) dan kelimpahan
(gambar bawah) makrozoobentos di lokasi studi pada tahun 2015
hingga 2017
97
3.29 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)
komunitas makrozoobentos di lokasi studi pada tahun 2015 hingga
2017
98
3.30 Beberapa spesies ikan yang dapat dijumpai di lokasi studi pada
semester pertama 2017
102
3.31 Tipikal kondisi lamun Thalassia hemprichii di lokasi studi pada
semester pertama 2017
104
3.32 Makroalga Padina australis, salah satu kompetitor lamun dalam
perebutan sumberdaya dan ruang hidup
105
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Hal.
1 Peta lokasi sampling di area ORF Gresik 114
2 Dinamika komunitas fitoplankton di area ORF Gresik 115
3 Dinamika komunitas zooplankton di area ORF Gresik 116
4 Dinamika komunitas makrozoobentos di area ORF Gresik 117
5 Dinamika komunitas fauna di area ORF Gresik 118
6 Peta lokasi sampling di area Sepulu 119
7 Dinamika komunitas fitoplankton di area Sepulu 120
8 Dinamika komunitas zooplankton di area ORF Gresik 121
9 Dinamika komunitas makrozoobentos di area ORF Gresik 122
10 Dinamika komunitas fauna di area ORF Gresik 123
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
1
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, mutu lingkungan harus dijaga
agar tidak mengalami penurunan kualitas yang berdampak negatif baik untuk masa
sekarang maupun mendatang. Dengan kata lain, pembangunan harus berdasar pada
prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Aspek biologi dapat menjadi salah satu parameter penting yang digunakan dalam
mengetahui maupun memantau dampak kegiatan terhadap lingkungan. Selanjutnya,
dalam manajemen pemantauan biologi, biodiversitas atau keanekaragaman hayati
menjadi salah satu variabel obyek pengamatan utama. Keanekaragaman hayati
merupakan keanekaragaman makhluk hidup di muka bumi dan peranan-peranan
ekologisnya yang meliputi keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, dan
keanekaragaman genetik. Spesies tumbuhan atau tanaman dan spesies hewan atau
binatang secara bersama-sama membentuk suatu komunitas. Kumpulan makhluk
hidup ini bersama lingkungan fisiknya menyatu membentuk ekosistem.
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas,
dan produktivitas lingkungan hidup (PerMen LH No. 29 Th. 2009). Ekosistem dapat
didefinisikan sebagai suatu organisasi antara komponen-komponen biotik dan
nonbiotik yang saling mempengaruhi. Ekosistem dalam ekologi tidak hanya
melibatkan suatu sistem antara tingkah laku (behavior) dari faktor-faktor biotik dan
non-biotik, tetapi melibatkan berbagai sistem dalam aliran energi dan siklus materi.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan
lingkungan fisik, sebaliknya organisme dapat memengaruhi lingkungan fisik untuk
keperluan hidup.
Suatu kegiatan operasional industri, termasuk migas, berpotensi memberikan tekanan
atau dampak terhadap kesatuan ekosistem yang berada di sekitarnya yang mana juga
akan berdampak terhadap biota-biota dalam ekosistem tersebut. Untuk itu, suatu
upaya pemantauan kondisi lingkungan yang kontinu mutlak untuk diperlukan.
Pemantauan tersebut harus bersifat kontinu sehingga dapat diketahui apakah terjadi
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
2
perubahan-perubahan komponen lingkungan yang mungkin dapat menimbulkan
dampak negatif penting terhadap lingkungan sebagai habitat bagi biota.
Mengacu pada pemikiran-pemikiran diatas, Pertamina Hulu Energi – West Madura
Offshore (PHE-WMO) telah berinisiatif sekaligus telah melakukan upaya
pemantauan dan perlindungan biodiversitas. Pemantauan pertama dimana data yang
diperoleh merupakan suatu baseline data telah dilaksanakan pada periode April 2013.
Selanjutnya, perlu dilaksanakan suatu kegiatan pemantauan kondisi lingkungan yang
kontinu sehingga dapat diketahui apakah terjadi perubahan-perubahan komponen
lingkungan yang mungkin dapat menimbulkan dampak negatif penting terhadap
lingkungan sebagai habitat bagi biota. Pemantauan periodik yang dimaksud diatas
telah dilaksanakan pada Maret dan September 2014, Maret dan Oktober 2014 serta
Mei 2015. Kemudian, pemantauan periodik berikutnya adalah pada semester kedua
2015 (Oktober 2015), semester pertama 2016 (April 2016), semester kedua 2016
(Oktober 2016) serta semester pertama 2017 (Juli 2017) yang hasilnya akan
dideskripsikan lebih lanjut pada dokumen ini.
1.2 LANDASAN HUKUM
Pelaksanaan dan penyusunan laporan studi ‘Pemantauan Status Keanekaragaman
Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017’
ini tidak terlepas dari landasan hukum yang melatar-belakanginya;
a. Undang-undang Nomor 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
b. Undang-undang Nomor 05 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB
mengenai Keanekaragaman Hayati
c. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 No. 185, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012)
d. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol
on Biosafety to The Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena
tentang Keamanan Hayati atas Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati)
e. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
f. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
3
g. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
h. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi
i. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar
j. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah
k. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2013 tentang
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup
l. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang
Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun
m. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang
Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun
1.3 TUJUAN
Studi ‘Pemantauan Status Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove
PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017’ ini ditujukan untuk;
1. Mengidentifikasi kondisi aktual tentang keanekaragaman hayati flora dan fauna
di sekitar area konservasi mangrove PHE-WMO (ORF Gresik dan Desa Labuhan,
Sepulu, Bangkalan – Madura)
2. Menggambarkan kondisi aktual tentang lingkungan dan keanekaragaman hayati
di sekitar area konservasi mangrove PHE-WMO (ORF Gresik dan Desa Labuhan,
Sepulu, Bangkalan – Madura)
3. Evaluasi kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati di sekitar area
konservasi mangrove PHE-WMO (ORF Gresik dan Desa Labuhan, Sepulu,
Bangkalan – Madura) berdasarkan data pemantauan periode semester pertama
2017 (data aktual) dengan data pemantauan sebelumnya.
1.4 RUANG LINGKUP
Studi ‘Pemantauan Status Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove
PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017’ diselesaikan dengan ruang lingkup
sebagai berikut;
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
4
1. Inventarisasi Flora (terestrial dan akuatik) pada 18 titik atau lokasi di area
konservasi mangrove PHE-WMO di sekitar ORF Gresik dan Desa Labuhan,
Sepulu – Bangkalan
2. Inventarisasi Fauna (terestrial dan akuatik) pada 18 titik atau lokasi di area
konservasi mangrove PHE-WMO di sekitar ORF Gresik dan Desa Labuhan,
Sepulu – Bangkalan
3. Gambaran kondisi keanekaragaman hayati pada 18 titik atau lokasi di area
konservasi mangrove PHE-WMO di sekitar ORF Gresik dan Desa Labuhan,
Sepulu – Bangkalan
4. Evaluasi kondisi keanekaragaman hayati pada 18 titik atau lokasi di area
konservasi mangrove PHE-WMO di sekitar ORF Gresik dan Desa Labuhan,
Sepulu – Bangkalan.
1.5 SISTEMATIKA DAN KONSEP LAPORAN
Laporan ini menyajikan tentang kondisi aktual dan evaluasi komunitas flora dan
fauna di area ORF Gresik dan Desa Labuhan, Sepulu – Bangkalan antara semester
pertama tahun 2017 beserta perbandingannya dengan periode-periode pemantauan
sebelumnya (2014-2016) dengan sistematika penyajian sebagai berikut;
1. Bagian 1 PENDAHULUAN
Bagian ini berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup dan konsep serta
sistematika penyajian
2. Bagian 2 METODOLOGI STUDI
Bagian ini menjelaskan mengenai metodologi survei, pengamatan biota,
pengambilan sampel biota dan analisis sampel biota
3. Bagian 3 KONDISI KOMUNITAS FLORA DAN FAUNA
Bagian ini menjelaskan tentang kondisi lingkungan hidup dan
keanekaragaman hayati darat dan akuatik di sekitar area Status
Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO (ORF
Gresik dan Desa Labuhan, Sepulu – Bangkalan)
4. Bagian 4 PENUTUP
Bagian ini berisi kesimpulan serta saran dan rekomendasi yang berkaitan
dengan kondisi lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati di sekitar area
Status Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO
(ORF Gresik dan Desa Labuhan, Sepulu – Bangkalan).
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
5
II. METODOLOGI STUDI
2.1 LOKASI DAN WAKTU PEMANTAUAN
Pengamatan dan sampling flora dan fauna terestrial (darat) dan akuatik di area
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Gresik disekitar ORF Gresik dan pesisir
Labuhan, Sepulu – Bangkalan untuk periode semester kedua 2017 telah dilaksanakan
pada periode 6-10 Juni 2017.
Lokasi dan titik untuk sampling dan/atau pengamatan flora dan fauna mengikuti titik
sampling dan pengamatan pada periode terdahulu yaitu di area sekitar ORF Gresik
serta sisi timur dan barat Desa Labuhan, Sepulu, Bangkalan – Madura.
Kemudian, dengan tujuan untuk menyederhanakan penyebutan lokasi, maka area
sekitar ORF Gresik untuk selanjutnya akan disebut sebagai lokasi ORF, sisi barat
Desa Labuhan akan disebut sebagai lokasi Sepulu 1 (SPL.1) sedangkan area sisi
timur Desa Labuhan disebut sebagai lokasi Sepulu 2 (SPL.2).
Mengacu pada pemantauan periode semester pertama dan kedua 2016, pemantauan
flora dan fauna darat hanya dilaksanakan untuk area dalam ORF saja. Berbeda
dengan periode pemantauan sebelumnya, pada semester pertama 2017 juga tidak
dilakukan inventarisasi flora pada area sekitar flare di lokasi ORF Gresik. Untuk area
Desa Labuhan, lokasi pemantauan adalah serupa dengan periode-periode sebelumnya
(di barat dan timur Desa Labuhan / SPL.1 dan SPL.2).
Pemantauan flora mangrove dilaksanakan di dua titik sampling di hutan mangrove
sekitar ORF Gresik, dua titik di SPL.1 dan tiga titik di SPL.2. Dengan demikian
terdapat 3 (tiga) lokasi utama pemantauan flora dan fauna darat serta 7 (tujuh) lokasi
pemantauan mangrove.
Sampling plankton dan makrozoobentos dilakukan pada 3 titik sampling pesisir dan
laut pada setiap lokasi (ORF, SPL.1 dan SPL.2) sehingga terdapat 9 titik sampling
plankton dan makrozoobentos.
Pada pemantauan periode semester pertama 2017 juga dilakukan analisis penutupan
dan keragaman jenis lamun (seagrass) pada area SPL.1
Posisi geografis masing-masing lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 2.1
sedangkan ilustrasi titik sampling dan pemantauan ditunjukkan melalui Gambar 2.1
dan 2.2.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
6
Tabel 2.1 Posisi Geografis Titik Sampling Biota di Lokasi Studi
No. Lokasi Jenis sampel Posisi geografis
Latitude (S) Longitude (E)
1. ORF Flora & fauna darat 07°10'14.94" 112°39'48.16"
2. PB.1-1 Plankton & bentos 07°10'09.99" 112°40'09.74"
3 PB.1-2 Plankton & bentos 07°10'13.79" 112°40'21.18"
4. PB.1-3 Plankton & bentos 07°09'57.57" 112°40'20.71"
5. Mg.1-1 Mangrove 07°10'11.11" 112°39'57.96"
6. Mg.1-2 Mangrove 07°10'13.22" 112°40'00.28"
7. SPL.1 Flora & fauna darat 06°53'11.42" 112°59'29.07"
8. PB.2-1 Plankton & bentos 06°53'07.97" 112°58'42.51"
9. PB.2-2 Plankton & bentos 06°52'53.00" 112°58'47.52"
10. PB.2-3 Plankton & bentos 06°52'30.19" 112°59'12.96"
11. Mg.2-1 Mangrove 06°53'10.79" 112°58'47.23"
12. Mg.2-2 Mangrove 06°53'06.01" 112°58'55.97"
13 SPL.2 Flora & fauna darat 06°53'08.77" 112°58'56.12"
14 PB.3-1 Plankton & bentos 06°53'08.40" 112°59'13.55"
15 PB.3-2 Plankton & bentos 06°53'00.05" 113°00'10.13"
16 PB.3-3 Plankton & bentos 06°52'46.03" 112°59'41.57"
17 Mg.3-1 Mangrove 06°53'10.60" 112°59'33.56"
18 Mg.3-2 Mangrove 06°53'06.98" 112°59'40.69"
19 Sg Lamun 06°53'06.22" 112°58'59.95"
Gambar 2.1 Peta lokasi sampling di area ORF
Gambar 2.1 Peta lokasi sampling di area ORF Gresik
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
7
Gambar 2.2 Peta lokasi sampling di area Sepulu.1 dan Sepulu.2
Lokasi Sampling Plankton/Bentos
Lokasi Sampling Nekton
Sg
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
8
2.2 PENGAMATAN FLORA
Pengamatan flora darat dibedakan atas pengamatan flora mangrove serta flora darat
non-mangrove (di dalamnya termasuk tipe vegetasi artifisial atau binaan).
2.2.1 FLORA DARAT
Pengamatan flora darat menggunakan teknik inventasisasi jenis pada keseluruhan
area pengamatan. Data kerapatan tegakan tumbuhan bersifat semi-kuantitatif.
Identifikasi jenis tumbuhan terutama mengacu pada Ridley (1922), van Steenis
(2002) dan Llamas (2003) serta berbagai literatur lain yang relevan.
2.2.2 MANGROVE
Analisis vegetasi mangrove pada area revegetasi dilakukan dengan menggunakan
metode transek kuadrat dimana garis transek dibuat tegak lurus garis pantai
sepanjang zonasi hutan mangrove yang ada. Selanjutnya sepanjang garis transek
dibuat beberapa kotak kuadrat berdimensi 10 x 10 meter dengan jeda antar kuadrat
tergantung pada ketebalan zona mangrove setempat.
Pada pemantauan-pemantauan terdahulu, analisis vegetasi tidak dilakukan pada
suatu transek permanen sehingga hasil analisis, terutama untuk variabel jumlah
jenis seringkali mengalami perbedaan. Untuk periode semester pertama 2017 telah
Gambar 2.3 Pengamatan flora dengan teknik inventarisasi jenis di
lokasi ORF Gresik
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
9
dibuat suatu transek permanen untuk analisis vegetasi sehingga hasil yang
diperoleh dari pengamatan secara kontinu dapat digunakan untuk membandingkan
antar periode pengamatan guna melihat pola dinamika struktur komunitas
mangrove.
Kategori tegakan dan ukuran kuadrat serta sub-kuadrat untuk flora mangrove
adalah sebagai berikut;
• Pohon (tree), yaitu tumbuhan dewasa dengan diameter batang ≥ 4 cm.
Kuadrat berukuran 10 x 10 meter.
• Pancang (sapling), yaitu anakan pohon yang tingginya ≥ 1.5 meter dan
diameter batang < 4 cm. Sub-kuadrat berukuran 5 x 5 meter.
• Semai (seedling), yaitu anakan pohon dari kecambah sampai tinggi < 1
meter. Sub-kuadrat berukuran 5 x 5 meter namun dapat dipersempit bila
tegakan semai tumbuh dengan sangat rapat. Kategori ini juga mencakup
berbagai jenis semak, herba dan tumbuhan penutup tanah (ground cover)
Gambar 2.4 Analisis vegetasi mangrove di lokasi ORF Gresik
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
10
Data yang diperoleh dari metode transek kuadrat adalah data kerapatan (density),
frekuensi (frequency), penutupan (coverage) atau dominansi dan Indeks Nilai
Penting (INP).
Pengukuran diameter batang untuk menghitung basa area hanya dilakukan untuk
kategori pohon sehingga nilai INP maksimum untuk kategori pancang dan
semaian adalah sebesar 200%, atau dengan kata lain hanya mempertimbangkan
variabel kerapatan dan frekuensi perjumpaan.
Penentuan status kesehatan mangrove di lokasi mengacu pada Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan
Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove Diluar Kawasan Konservasi sesuai
dengan Tabel 2.2 berikut;
Tabel 2.2 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove
Kriteria Penutupan (%) Kerapatan pohon (ha)
Baik Sangat padat ≥ 75 ≥ 1500
Sedang ≥ 50 - < 75 ≥ 1000 - < 1500
Rusak Jarang < 50 < 1000
(KepMen LH No. 201 Th. 2004)
Gambar 2.5 Pengukuran diameter tegakan pohon mangrove di lokasi Sepulu
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
11
2.3 PENGAMATAN FAUNA
Pengamatan burung di lokasi studi menggunakan kombinasi metode titik hitung
(point count) dan transek sabuk (belt transect). Pada metode titik hitung, pengamat
berdiri atau diam di suatu titik tertentu dan mencatat jenis serta jumlah semua burung
yang teramati maupun terdengar suaranya. Burung-burung yang dicatat jenis dan
jumlahnya adalah burung-burung yang berada pada radius ±100 meter dari titik
dimana pengamat berada.
Pada metode transek sabuk, pengamat berjalan melalui suatu jalur atau track/trail
yang sudah ditentukan dan mencatat jenis serta jumlah semua burung yang teramati
maupun terdengar suaranya, dengan radius 100 meter ke arah kanan dan kiri track.
Identifikasi burung mengacu pada MacKinnon et al. (1994), Winnasis et al. (2012)
dan Strange (2001). Penamaan (nama ilmiah dan nama Indonesia) dan keterangan
status perlindungan burung mengacu pada Sukmantoro et al. (2006), Undang-undang
Nomor 05 Tahun 1990, Peraturan Pemerintah RI Nomor 07 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, IUCN Red List (International Union for
Conservation of Nature) (tentang daftar status kelangkaan suatu spesies flora dan
fauna) dan Appendix CITES (Convention on International Trade of Endangered
Species of Wild Fauna and Flora/konvensi perdagangan internasional untuk spesies-
spesies tumbuhan dan satwa liar).
Gambar 2.6 Pengamatan burung dengan bantuan teropong binokuler di lokasi Sepulu
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
12
2.4 ANALISIS PLANKTON
2.4.1 PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menyaring air dari suatu
badan perairan dengan menggunakan plankton net. Pada saat sampling di lokasi
studi digunakan dua tipe plankton net yang berbeda yaitu KITAHARA modified
net untuk sampling fitoplankton dan NORPAC net untuk sampling zooplankton.
Spesifikasi masing-masing plankton net adalah sebagai berikut;
Tabel 2.3 Perbandingan Spesifikasi Small Standard dan Kitahara Net
Variabel NORPAC net KITAHARA net
Diameter mulut net 45 cm 30 cm
Panjang 180 cm 100 cm
Mesh-size 0.150 mm 0.080 mm
Pengoperasian plankton net adalah dengan cara ditarik pada sisi samping atau
belakang perahu dengan kecepatan rendah, sekitar 2 knot (3.8 km/jam) selama
beberapa menit.
Gambar 2.7 Sampling plankton dengan alat plankton net di perairan sekitar ORF
Gresik
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
13
Volume air tersaring dapat dicari melalui persamaan berikut;
𝑉 = 𝐴 × 𝑑
Dimana V = volume air tersaring (m3)
A = luas mulut plankton net (π x r2) (m2)
d = jarak penarikan plankton net (m)
Sampel plankton yang tersaring selanjutnya dimasukkan kedalam botol sampel dan
diawetkan dalam buffered-formalin 4%.
2.4.2 ANALISIS SAMPEL
Sampel fitoplankton dapat langsung diidentifikasi tanpa proses sorting terlebih
dahulu. Sebanyak 1 ml sampel diteteskan kedalam sedgwick rafter dan diamati
dibawah mikroskop compound. Selanjutnya fitoplankton diidentifikasi dan dihitung
jumlahnya pada tiap kategori takson.
Perhitungan sel fitoplankton menggunakan persamaan berikut;
𝑁 =(𝑛𝑖 𝑥 1000 𝑚𝑚3)
(𝑛. 𝑔𝑟𝑖𝑑 𝑥 𝑐)
dimana; N = jumlah sel (mLˉ¹)
ni = jumlah sel yang terhitung
n.grid = jumlah grid yang dihitung
c = faktor pengenceran (biasanya 10)
Identifikasi jenis-jenis plankton berdasarkan Yamaji (1979), Tomas (1997) dan
Suthers & Rissik (2009).
2.4.3 ANALISIS DATA
Terkait dengan salah satu fungsi plankton sebagai bioindikator kualitas perairan,
maka dari kepadatan plankton dapat dicari Indeks Keanekaragaman (Diversity
Index) berdasarkan formulasi Shannon-Wiener berikut;
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
14
𝐻′ = − ∑ (𝑛𝑖
𝑁) × ln(
𝑛𝑖
𝑁)
dimana H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wiener
ni : jumlah individu species i
N : jumlah total individu semua species
Selanjutnya dari nilai Indeks Diversitas dapat diketahui kualitas suatu perairan
berdasarkan tabel kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas fitoplankton dan
zooplankton.
Tabel 2.4 Kualitas Perairan Berdasarkan Indeks Diversitas Fitoplankton dan
Zooplankton
Kualitas perairan
Indeks Diversitas
Phytoplankton Zooplankton
Sangat baik > 2.0 > 2.0
Baik 1.6 - 2.0 1.6 - 2.0
Sedang 1.0 - 1.6 1.4 - 1.6
Buruk 0.7 - 1.0 1.0 - 1.4
Sangat buruk < 0.7 < 1.0
Sumber: Carter & Hill (1981)
Berdasarkan Wibisono (2005) dari nilai Indeks Diversitas juga dapat ditentukan
kualitas suatu perairan dengan kriteria sebagai berikut;
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Pembobotan Kualitas Lingkungan Biota Plankton
Indeks Keanekaragaman Kondisi struktur komunitas Kategori
> 2.41 Sangat stabil Sangat baik
1.81 – 2.4 Lebih stabil Baik
1.21 – 1.8 Stabil Sedang
0.61 – 1.2 Cukup stabil Buruk
< 0.6 Tidak stabil Sangat buruk
Kondisi struktur komunitas plankton juga dianalisa dengan menggunakan
pendekatan Indeks Dominansi Simpson (D) dan Indeks Kemerataan (Evenness
Index) sebagai berikut;
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
15
Indeks Dominansi Simpson (D);
𝐷 = ∑ (𝑛𝑖
𝑁) ²
dimana D = Indeks Dominansi Simpson
ni = jumlah individu species i
N = jumlah total individu semua species
Nilai D berkisar antara 0 – 1.00; semakin tinggi nilai D (mendekati 1.00) berarti
tingkat keanekaragaman dalam komunitas adalah semakin rendah (terdapat taksa-
taksa tertentu yang mendominasi); sebaliknya, bila nilai D mendekati 0.00 berarti
tingkat keanekaragaman komunitas adalah semakin tinggi (Ferianita-Fachrul, 2007)
Indeks Kemerataan (Evenness Index) Pielou (J);
𝐽 =𝐻′
ln 𝑆
dimana J : Indeks Kemerataan Pielou
H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wiener
S : jumlah total spesies
Nilai J berkisar antara 0.00 – 1.00; bila nilai J mendekati 0.00, maka sebaran
individu dalam spesies adalah tidak merata dan cenderung terdapat dominansi yang
mengarah pada selektivitas; sedangkan bila nilai J mendekati 1.00, maka dapat
diasumsikan bahwa persebaran individu spesies dalam komunitas adalah relatif
merata.
2.5 ANALISIS MAKROZOOBENTOS
2.5.1 PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel makrozoobentos di lokasi studi dibedakan atas sampling di
sekitar area mangrove dan sampling di laut. Sampling makrozoobentos di area
mangrove dilakukan dengan metode hand collecting secara langsung. Spesimen
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
16
target dalam sampling ini antara lain adalah larva Crustacea, Mollusca kecil dan
invertebrata lainnya.
Sampling di laut dilakukan dengan menggunakan alat van Veen grab yang
dioperasikan dari atas perahu. Sampel makrozoobentos beserta sedimen yang
terambil selanjutnya dimasukkan dalam wadah untuk dianalisis lebih lanjut.
2.5.2 ANALISIS SAMPEL
Setelah pengambilan sampel yang kemudian dilakukan adalah penyaringan dari
sampel. Pada dasarnya sampel yang diperoleh saat pengambilan menggunakan grab
masih bercampur dengan materi–materi lainnnya. Dalam hal ini dibutuhkan
saringan (sieve) bertingkat. Untuk ukuran mata saringan terkecil yang biasa
digunakan adalah 0.5 mm (English et al. 1994; Ferianita-Fachrul 2005). Sampel
diletakkan di atas saringan dan kemudian dialiri air hingga materi lain selain benda
berukuran diatas 0.5 mm akan tertahan.
Makrozoobentos yang tertahan pada masing-masing saringan selanjutnya dipilah
(sorting) dan diidentifikasi hingga taksa genus atau spesies. Identifikasi jenis-jenis
makrofauna bentik berdasarkan Carpenter & Niem (Ed.) (1998a, b), Djajasasmita
(1999) dan Dharma (2005) serta literatur lain yang representatif.
Gambar 2.8 Pengambilan sampel sedimen dan makrozoobentos
menggunakan alat Van Veen grab
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
17
2.5.3 ANALISIS DATA
Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi komunitas
makrozoobentos adalah pendekatan berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener
(H’) dan indeks kemerataan Pielou (J). Selanjutnya dari nilai Indeks Diversitas
dapat diketahui kualitas suatu perairan berdasarkan tabel kualitas perairan
berdasarkan indeks diversitas makrofauna bentik (Wibisono, 2005). Formulasi
Shannon-Wiener dan tabel kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas yang
digunakan untuk makrofauna bentik adalah sama dengan formulasi dan indeks
untuk biota plankton.
2.6 SAMPLING NEKTON
Sampling nekton dilakukan dengan bantuan nelayan setempat. Alat tangkap yang
digunakan pada saat sampling adalah jala insang (gill net) yang termasuk kelompok
alat tangkap pasif. Pada saat pelaksanaan sampling, jala insang dipasang pada aliran
sungai kecil yang membelah vegetasi mangrove tegak lurus dengan garis pantai.
Gambar 2.9 Pemasangan jala insang (gill net) untuk menangkap
ikan di area mangrove di Sepulu
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
18
Jala insang ideal digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis (kelompok ikan yang
lebih banyak berada di tengah atau atas kolom perairan) namun tidak efektif bila
digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal (kelompok ikan yang lebih banyak
berada di bawah kolom perairan atau berada dekat substrat dasar).
Sampel ikan yang tertangkap kemudian disortasi berdasarkan spesies-nya untuk
mempermudah proses identifikasi; kemudian dilakukan pengukuran morfometri,
mencakup panjang total (total length), panjang baku (standard length), tinggi badan
(body depth), berat basah (wet weight), berat gonad (gonad weight) serta dilakukan
analisis Tingkat Kematangan Gonad (TKG) menurut Effendie (1997).
Analisis data nekton meliputi analisis morfometri serta Indeks Kematangan Gonad
(IKG) yang merupakan persentase berat gonad (GW) per berat badan ikan (BW)
(Effendie, 1997).
2.7 ANALISIS VEGETASI LAMUN
Analisis vegetasi lamun hanya dilaksanakan di lokasi SPL.1 (Titik Sg dalam Tabel
2.1 dan Gambar 2.2). Studi penutupan dan kerapatan lamun dilakukan dengan metode
transek kuadrat. Metode ini relatif reliable, sederhana dan dapat dilaksanakan dengan
personel atau fasilitas yang terbatas.
2.7.1 PENGAMBILAN DATA
Pada hamparan lamun dibuat beberapa buah garis transek yang tegak lurus garis
pantai dan berjarak sama (misalnya 100 meter); panjang garis transek tergantung
pada luasan hamparan lamun. Batas awal transek adalah titik garis pantai
sedangkan batas akhir transek adalah batas terluar keberadaan lamun. Garis
transek dibuat tegak lurus garis pantai.
Selanjutnya pada garis transek dibuat beberapa stasiun sampling yang juga
berjarak sama (5 atau 10 meter) sehingga gradien struktur komunitas dapat
diamati dengan lebih mudah. Semua jenis lamun yang dijumpai di dalam stasiun
sampling diidentifikasi hingga level spesies kemudian dihitung kerapatan
masing-masing jenis lamun yang dijumpai. Kuadrat 50 x 50 cm (Gambar 2.10)
untuk lamun Enhalus acoroides dan kuadrat 20 x 20 cm untuk jenis lamun
lainnya.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
19
Selanjutnya, dengan kuadrat 50 x 50 cm (Gambar 2.10), diperkirakan persentase
tutupan masing-masing spesies lamun yang dijumpai dalam kuadrat dan
dilakukan scoring dalam grid 10 x 10 cm untuk setiap spesies. Proses ini di
lakukan sebanyak 4 kali replikasi pada setiap stasiun sampling sehingga luasan
pengamatan menjadi 1 m2 per stasiun sampling.
Gambar 2.10 Kuadrat ukuran 50x50 cm dengan 25 unit grid
ukuran 10x10 cm untuk analisis vegetasi lamun
Gambar 2.11 Pembuatan transek untuk analisis vegetasi lamun
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
20
2.7.2 ANALISIS DATA
Perkiraan persentase tutupan berdasarkan Atobe & Saito (1970) dalam English et
al., (1994). Dengan menggunakan grid 10 x 10 cm, dicatat dominansi tiap spesies
pada masing-masing sektor berdasarkan kelas pada tabel berikut;
Tabel 2.6 Perkiraan Persentase Tutupan Lamun Berdasarkan Atobe & Saito
(1970) dalam English et al., (1994)
Kelas Jumlah substrat
tertutupi
% substrat
tertutupi
Midpoint %
(M)
5 1/2 sampai seluruhnya 50-100 75
4 1/4 sampai 1/2 25-50 37.5
3 1/8 sampai 1/4 12.5-25 18.75
2 1/16 sampai 1/8 6.25-12.5 9.38
1 Kurang dari 1/16 <6.26 3.13
0 Tidak ada 0 0
Gambar 2.12 Perhitungan dan perkiraan penutupan jenis lamun menggunakan 25 unit grid
10x10 cm dalam kuadrat 50x50 cm
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
21
Penutupan (C) setiap spesies pada setiap kuadrat 50 x 50 cm dihitung
berdasarkan formulasi berikut;
𝐶 = 𝛴(𝑀𝑖 × 𝑓𝑖)
𝛴𝑓
dimana;
Mi = persentase mid point kelas i
f = frekuensi (jumlah sektor dengan kelas dominansi yang sama)
Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
200 Tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan dan pedoman penentuan status
padang lamun dapat ditentukan kondisi dari padang lamun yang dianalisis.
Tabel 2.7 Kriteria Baku Kerusakan Padang Lamun
Tingkat kerusakan Luas area kerusakan (%)
Tinggi ≥50
Sedang 30-49.9
Rendah ≤29.9
Tabel 2.8 Status Padang Lamun
Kondisi Penutupan (%)
Baik Kaya / sehat ≥60
Rusak Kurang kaya / kurang sehat 30-59.9
Miskin ≤29.9
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
22
III. KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA DAN
FAUNA
Pemantauan keanekaragaman hayati di wilayah konservasi mangrove PT. Pertamina Hulu
Energi – West Madura Offshore (PHE-WMO) untuk periode semester pertama 2017 telah
dilaksanakan pada minggu pertama Juni 2017.
Sebagaimana telah dideskripsikan pada Bab II dokumen ini, dimana untuk lokasi ORF
Gresik, pemantauan flora dan fauna hanya dilaksanakan di area dalam ORF Gresik
(minus area sekitar flare) sehingga hasil pemantauan akan menunjukkan perbedaan
kondisi komunitas, terutama dalam aspek kekayaan jenis dan kelimpahan.
Pada dokumen ini terdapat banyak akronim (singkatan) yang merujuk pada periode
pemantauan dilakukan, yaitu;
• P.I.2015, pemantauan pertama, periode semester pertama (Mei) tahun 2015
• P.II.2015, pemantauan kedua, periode semester kedua (Oktober) tahun 2015
• P.I.2016, pemantauan ketiga, periode semester pertama (April) tahun 2016
• P.II.2016, pemantauan keempat, periode semester kedua (Oktober) tahun 2016
• P.I.2017, pemantauan kelima, periode semester pertama (Juni) tahun 2017
Area studi yang merupakan kombinasi antara area vegetasi artifisial dan hutan mangrove
alami menjadi habitat bagi berbagai macam biota, baik terestrial maupun akuatik. Secara
umum, pada dokumen laporan ‘Pemantauan Status Keanekaragaman Hayati Wilayah
Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017’ ini akan kembali
diuraikan mengenai kondisi eksisting komunitas flora dan fauna yang ada (baik akuatik
maupun terestrial) beserta evalusi tren kondisinya dengan mengacu pada data-data
kualitatif (frekuensi perjumpaan dan komposisi jenis) dan kuantitatif (indeks-indeks
ekologi, kelimpahan jenis dan sebagainya).
3.1 KOMUNITAS FLORA
3.1.1 FLORA DARAT
A. AREA ORF GRESIK
Area pengamatan flora darat di sekitar ORF pada P.I.2017 meliputi keseluruhan
kompleks ORF (kawasan di dalam kompleks) kecuali area lapangan disekitar
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
23
flare dan area sekitar pos keamanan di depan kompleks ORF. Vegetasi yang ada
termasuk dalam tipe vegetasi artifisial (binaan); dimana manifestasi flora-flora
yang ada telah mendapatkan pengaruh antropogenik yang besar. Detail komposisi
dan kelimpahan jenis flora darat di lokasi studi disajikan pada Tabel 3.1.
Area dalam kompleks ORF PHE-WMO Gresik relatif bersifat terbuka dimana
pohon berukuran sedang atau besar umumnya tersebar di tepi atau batas wilayah
kompleks ORF. Sebagian besar pohon yang dijumpai ditanam sebagai pohon
peneduh sekaligus penghasil buah, dengan jenis pohon yang memiliki
kelimpahan tertinggi adalah Mangga (Mangifera indica), Sirsat (Annona
muricata), Juwet/jamblang (Syzygium cumini) dan Jambu air (S. aqueum).
Adapun pohon buah yang sebagian merupakan hasil penanaman dan sebagian
lainnya adalah hasil pertumbuhan alami misalnya adalah Mengkudu (Morinda
citrifolia).
Sebagian jenis pohon lain lebih berfungsi sebagai elemen penambah estetika
seperti glodokan tiang (Polyalthia longifolia), ketapang (Terminalia catappa) dan
tabebuia (Tabebuia aurea). Untuk kategori estetika, termasuk pula berbagai jenis
palem dengan jenis yang paling melimpah adalah palem putri (Adonidia merilii),
Palem kuning (Dypsis lutescens), Palem putri (Adonidia merrillii) dan Kelapa
(Cocos nucifera) serta Palem waregu (Rhaphis excelsa).
Untuk meningkatkan diversitas flora sekaligus menyediakan habitat bagi
berbagai jenis fauna, maka pada sebagian lahan di ORF Gresik telah dilakukan
penanaman jenis-jenis pohon penghasil buah dengan sistem Orang Tua Asuh
Pohon (OTAP) dimana setiap personel staff perusahaan bertanggung jawab
terhadap kelangsungan pertumbuhan tanaman. Adapun jenis tanaman yang telah
ditanam melalui program OTAP tersebut diantaranya adalah jambu air (Syzygium
aqueum), jambu biji (Psidium guajava), nangka (Artocarpus heterophyllus), sawo
Manila (Manilkara zapota), sawo kecik (Manilkara kauki) dan juwet (Syzygium
cumini). Berdasarkan pengamatan secara visual, tanaman program OTAP saat ini
berada dalam kondisi pertumbuhan yang cukup baik.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
24
Tabel 3.1 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Flora di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Ket. ORF SPL.1 SPL.2
KATEGORI POHON DAN PALEM
1 Mangifera indica Mangga Anacardiaceae 15 0 0 C
2 Spondias dulcis Kedondong Anacardiaceae 0 1 0 C
3 Annona muricata Sirsak Annonaceae 22 0 0 C
4 Annona squamosa Srikaya Annonaceae 1 1 0 C
5 Polyalthia longifolia Glodokan tiang Annonaceae 6 0 0 C
6 Thevetia peruviana Nagasari Apocynaceae 0 1 0 C
7 Areca macrocalyx Palm Arecaceae 6 0 0 C
8 Chrysalidocarpus lutescens Palm kuning Arecaceae 17 0 0 C
9 Hyophorbe lagenicaulis Palem botol Arecaceae 2 0 0 C
10 Livistona rotundifolia Palem kipas Arecaceae 1 0 0 C
11 Rhapis excelsa Palem waregu Arecaceae 34 0 0 C
12 Adonidia merillii Palem putri Arecaceae 8 0 0 C
13 Cocos nucifera Kelapa Arecaceae 5 0 0 C
14 Dypsis lutescens Palem kuning Arecaceae 25 0 0 C
15 Cocos nucifera Kelapa Arecaceae 0 0 1 C
16 Tabebuia aurea Tabebuia Bignoniaceae 11 0 0 C
17 Dolichandrone spathacea Kajeng kapal Bignoniaceae 0 0 3 W
18 Casuarina equisetifolia Cemara laut Casuarinaceae 3 >45 0 CW
19 Cycas sp. Pakis Cycadaceae 1 0 0 C
20 Muntingia calabura Kersen Elaeocarpaceae 9 3 0 W
21 Exoecaria agallocha Kayu wuta Euphorbiaceae 0 >50 >25 W
22 Samanea saman Trembesi Fabaceae 3 0 0 C
23 Pterocarpus indicus Angsana kembang Fabaceae 2 2 1 C
24 Acacia auriculiformis Akasia Fabaceae 0 8 1 C
25 Leucaena leucocephala Petai Cina Fabaceae 0 >65 >30 CW
26 Tamarindus indicus Asam Jawa Fabaceae 0 3 2 C
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
25
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Ket. ORF SPL.1 SPL.2
27 Hibiscus tiliaceus Waru Malvaceae 0 >30 9 CW
28 Thespesia populnea Waru laut Malvaceae 0 0 6 W
29 Swietenia macrophylla Mahoni Meliaceae 7 0 0 C
30 Azadirachta indica Mimba Meliaceae 0 3 12 C
31 Lannea coromandelica Kayu bejaran Meliaceae 0 3 3 C
32 Xylocarpus moluccensis Nyiri Meliaceae 0 0 7 W
33 Artocarpus heterophyllus Nangka Moraceae 7 0 0 C
34 Streblus asper Serut Moraceae 2 0 0 C
35 Ficus benjamina Beringin Moraceae 2 0 0 C
36 Ficus sp Beringin dolar Moraceae 1 0 0 C
37 Ficus variegata Beringin putih Moraceae 2 0 0 C
38 Ficus septica Awar-awar Moraceae 0 0 3 W
39 Psidium guajava Jambu biji Myrtaceae 9 0 0 C
40 Syzygium aqueum Jambu air Myrtaceae 15 0 0 C
41 Syzygium cumini Duwet Hitam Myrtaceae 12 0 0 C
42 Averrhoa carambola Belimbing buah Oxalidaceae 2 0 0 C
43 Phyllanthus acidus Cermai Phyllanthaceae 2 0 0 C
44 Rhizophora mucronata Tanjang lanang Rhizophoraceae 0 >50 0 CW
45 Morinda citrifolia Mengkudu Rubiaceae 22 6 2 CW
46 Filicium decipiens Kiara payung Sapindaceae 4 0 0 C
47 Manilkara kauki Sawo kecik Sapotaceae 3 0 0 C
Total tegakan 261 >273 >105
Total spesies 32 15 14 Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 3.035 2.016 2.08
KATEGORI SEMAK, HERBA DAN PENUTUP TANAH
1 Graptophyllum pictum Daun ungu Acanthaceae 55 0 0 C
2 Pseuderanthemum carruthersii Melati jepang Acanthaceae 10 0 0 C
3 Ruellia tuberosa Ceplikan Acanthaceae >40 0 0 C
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
26
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Ket. ORF SPL.1 SPL.2
4 Agave americana Agave Agavaceae 14 0 0 C
5 Agave attenuata Agave Agavaceae 1 0 0 C
6 Yucca aloifolia Yuka Agavaceae 14 0 0 C
7 Sesuvium portulacastrum Alur Aizoaceae >50 NA NA W
8 Suaeda maritima Malur Amaranthaceae 0 NA 0 W
9 Hymenocallis littoralis bakung air mancur Amaryllidaceae >30 0 0 C
10 Adenium obesum Adenium Apocynaceae 18 0 0 C
11 Calotropis gigantea Widuri Apocynaceae 29 0 NA W
12 Dieffenbachia amoena Beras wutah Araceae 6 0 0 C
13 Polyscias fruticosa Cakra cikri Araliaceae 13 0 0 C
14 Schefflera arboricola Wali songo Araliaceae 5 0 0 C
15 Cocos nucifera Kelapa Arecaceae 0 NA 0 C
16 Calotropis gigantea Widuri Asclepiadaceae 0 NA NA W
17 Chlorophytum comosum Lili Paris Asparagaceae >100 0 0 C
18 Cordyline terminalis Hanjuang merah Asparagaceae 18 0 0 C
19 Dracaena draco Pandan Bali Asparagaceae 5 0 0 C
20 Dracaena fragrans Drasena Asparagaceae 2 0 0 C
21 Dracaena marginata Tricolor Asparagaceae 12 0 0 C
22 Dracaena reflexa Pleomele Asparagaceae 3 0 0 C
23 Sansevieria trifasciata Lidah mertua Asparagaceae 27 0 0 C
24 Aloe vera Lidah buaya Asphodelaceae 52 0 0 C
25 Tridax procumbens Gletang Asteraceae >200 NA NA W
26 Ageratum conyzoides Bandotan Asteraceae 0 NA 0 W
27 Chromolaena odorata Kerinyu Asteraceae 0 NA NA W
28 Pluchea indica Beluntas Asteraceae 0 NA NA W
29 Wedelia biflora Seruni laut Asteraceae 0 NA NA W
30 Brassica rapa Sawi Brassicaceae 2 0 0 C
31 Ananas bracteatus Nanas hias Bromeliaceae 6 0 0 C
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
27
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Ket. ORF SPL.1 SPL.2
32 Hylocereus undatus Buah naga Cactaceae 2 0 0 C
33 Opuntia elatior Kaktus centong Cactaceae 5 0 NA W
34 Carica papaya Pepaya Caricaceae 1 0 NA C
35 Lumnitzera racemosa Teruntum Combretaceae 0 NA NA W
36 Rhoeo sp Rhoeo Commelinaceae 1 0 0 C
37 Ipomoea carnea Kangkungan Convolvulaceae 0 NA NA W
38 Ipomoea pes-caprae Teracak kambing Convolvulaceae 0 NA NA W
39 Thuja orientalis Cemara kipas Cupressaceae 3 0 0 C
40 Fimbristylis polytrichoides - Cyperaceae 0 0 0 W
41 Muntingia calabura Kersen Elaeocarpaceae 4 0 0 W
42 Acalypha siamensis Teh-tehan Euphorbiaceae >100 0 0 C
43 Codiaeum variegatum Puring Euphorbiaceae 40 0 0 C
44 Euphorbia hirta Patikan kebo Euphorbiaceae >100 NA 0 W
45 Euphorbia ingens Pohon Candelabra Euphorbiaceae 8 0 0 C
46 Euphorbia milii Euphorbia Euphorbiaceae 6 0 0 C
47 Jatropha gossypifolia Jarak merah Euphorbiaceae 0 NA NA W
48 Jatropha multifida Jarak tintir Euphorbiaceae 0 0 NA W
49 Acacia auriculiformis Akasia Fabaceae 5 NA 0 C
50 Leucaena leucocephala Petai Cina Fabaceae 28 NA 0 CW
51 Tamarindus indicus Asem Jawa Fabaceae 1 0 0 W
52 Canavalia maritima Kacang laut Fabaceae 0 NA NA W
53 Cassia mimosoides Kasia Fabaceae 0 NA NA W
54 Derris trifoliata Tuba Fabaceae 0 NA NA W
55 Mimosa invisa Putri malu Fabaceae 0 NA NA W
56 Minosa pudica Putri malu Fabaceae 0 NA NA W
57 Crotalaria striata Orok-orok Fabaceae 0 NA 0 W
58 Neomarica longifolia Iris Iridaceae 36 0 0 C
59 Trimezia martinicensis Iris kuning Iridaceae 11 0 0 C
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
28
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Ket. ORF SPL.1 SPL.2
60 Cassytha filiformis Tali putri Lauraceae 0 NA 0 W
61 Cuphea hyssopifolia Cuphea Lythraceae >25 0 0 C
62 Pemphis acidula Setigi Lythraceae 0 NA NA W
63 Malpighia coccigera Serut Malphigiaceae 9 0 0 C
64 Sida rhombifolia Sidaguri Malvaceae 0 NA NA W
65 Hibiscus tiliaceus Waru Malvaceae 0 NA 0 W
66 Sida acuta Sidaguri Malvaceae 0 0 NA W
67 Marsilea crenata Semanggi Marsileaceae >200 0 0 W
68 Azadirachta indica Mimba Meliaceae 1 0 0 W
69 Artocarpus heterophyllus Nangka Moraceae 2 0 0 C
70 Streblus asper Serut Moraceae 0 0 NA W
71 Musa acuminata Pisang Musaceae 0 NA 0 C
72 Aegiceras corniculatum Gedangan Myrsinaceae 0 0 NA W
73 Aegiceras floridum Gedangan Myrsinaceae 0 0 NA W
74 Syzygium oleina Pucuk merah Myrtaceae 13 0 0 C
75 Bougainvillea sp. Bougenvile Nyctaginaceae 1 0 0 C
76 Passiflora foetida Rombusa Passifloraceae 0 NA 0 W
77 Piper beetle Sirih Piperaceae 1 0 0 C
78 Chloris barbata Rumput merak Poaceae 0 NA NA W
79 Cynodon dactylon Rumput grintingan Poaceae 0 NA NA W
80 Eleusine indica Rumput belulang Poaceae 0 NA NA W
81 Eragrostis tenella Rumput empritan Poaceae 0 NA NA W
82 Imperata cylindrica Alang-alang Poaceae 0 NA NA W
83 Spinifex littoreus Rumput tikusan Poaceae 0 NA NA W
84 Bambusa arundinacea Bambu Poaceae 0 0 NA W
85 Bruguiera gymnorrhiza Tanjang Rhizophoraceae 0 NA NA CW
86 Ceriops tagal Tengar Rhizophoraceae 0 NA NA W
87 Rhizophora mucronata Tanjang lanang Rhizophoraceae 0 NA 0 CW
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
29
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Ket. ORF SPL.1 SPL.2
88 Bruguiera cylindrica Tinjang Rhizophoraceae 0 0 NA W
89 Ixora javanica Soka Rubiaceae 19 0 0 C
90 Scoparia dulcis Jaka tuwa Schrophulariaceae 0 NA NA W
91 Solanum lycopersicum Tomat Solanaceae 1 0 0 C
92 Solanum melongena Terong Solanaceae 4 0 0 C
93 Duranta repens Daun pangkas Verbenaceae 17 0 0 C
94 Lantana camara Tembelekan Verbenaceae 22 NA NA C
95 Clerodendrum inerme Keranji Verbenaceae 0 NA NA W
96 Stachytarpeta jamaicensis Pecut kuda Verbenaceae 0 NA NA W
97 Vitex ovata Legundi Verbenaceae 0 NA NA W
98 Cayratia trifolia Galing Vitaceae 0 NA NA W
Total tegakan >1380 NA NA
Total spesies 54 44 43 Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 3.144 NA NA
Keterangan
Ni Estimasi kerapatan tegakan per hektar
Lokasi SPL.1 . Area Sepulu 1; SPL.2. Area Sepulu.2; ORF. Area ORF Gresik
Ket. C. Spesies hasil penanaman; W. Spesies flora liar; NA. tidak dilakukan penghitungan individu namun diperkirakan
memiliki kelimpahan yang tinggi
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
30
Kelompok tanaman bawah (herba dan semak) tampak lebih dominan pada area
dalam ORF dimana sebagian besar tanaman adalah jenis-jenis yang bernilai
estetika dan umum ditanam sebagai elemen penghias taman. Diantara jenis-jenis
tanaman estetis tersebut yang cukup umum dijumpai di area dalam ORF adalah
ceplikan ungu (Ruellia tweediana), puring (Codiaeum variegatum), zig-zag
Gambar 3.1 Tipikal kondisi vegetasi di area dalam kompleks ORF
Gresik pada semester pertama 2017; relatif hanya
terdapat sedikit pohon namun terdapat banyak taman
dengan jenis tanaman hias yang beragam
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
31
(Pedilanthus tithymaloides), pangkas kuning (Duranta repens), tembelekan
(Lantana camara), bakung air mancur (Hymenocallis littoralis), pucuk merah
(Syzygium oleina) dan serut Acalypha siamensis.
Untuk kategori pohon dan palem, antara periode P.I.2015 hingga P.I.2017 relatif
tidak terjadi perubahan struktur komunitas flora; dalam artian bahwa jenis-jenis
pohon dan semak yang dijumpai pada keempat periode adalah serupa.
Gambar 3.2 Beberapa tegakan pancang pohon buah hasil penanaman
melalui program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP) di area
dalam ORF Gresik
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
32
Ditinjau dari nilai kekayaan jenis, kelimpahan dan nilai indeks diversitas
Shannon-Wiener (H’) tegakan pohon dan palem, jelas terjadi penurunan antara
P.II.2016 dan P.I.2017 di area ORF, yang mana disebabkan oleh penyempitan
luasan area pengamatan. Pada P.II.2016, tercatat 39 jenis pohon dengan total
kelimpahan >415 tegakan dan nilai H’ sebesar 3.076. Pada P.I.2017, nilai tersebut
turun menjadi 32 jenis pohon dengan kelimpahan sebesar 261 tegakan dan nilai
H’ sebesar 3.035. Tampak bahwa meskipun mengalami penurunan kelimpahan
yang signifikan (sekitar -37.11%) namun nilai H’ tidak menurun secara
signifikan, hanya sekitar -0.041 poin.
Oleh karena sifatnya sebagai tanaman pada area perkantoran yang memperoleh
perawatan secara rutin, maka komunitas flora di area ORF relatif tidak
mengalami perubahan komposisi jenis terutama untuk kelompok pohon, palem
maupun spesies-spesies yang bernilai estetika.
Pada P.I.2017, secara visual tampak bahwa lebih sedikit terdapat jenis-jenis
tumbuhan bawah (semak dan herba) yang tercatat di area ORF. Mulai masuk
dalam awal musim kemarau sehingga banyak tumbuhan annual (semusim) dan
biennial yang mulai kering atau mempersiapkan masa dormansi.
B. AREA SEPULU
Pada area Sepulu 1 (SPL.1) juga terjadi penyempitan luasan area pengamatan,
dibatasi hanya pada area di sebelah barat makam meluas ke barat hingga batas
garis pasang tertinggi sehingga terdapat beberapa spesies flora yang teramati
pada P.I.2014 hingga P.II.2016 namun tidak teramati pada periode P.I.2017.
Vegetasi di lokasi SPL.1 dan SPL.2 menunjukkan kondisi yang berbeda dengan
area ORF. Kedua area pengamatan flora di Sepulu lebih berupa lapangan atau
padang terbuka dengan tegakan pohon hanya berada di tepi atau sekitar lapangan
tersebut.
Pada lokasi SPL.1, jenis pohon yang umum dijumpai relatif serupa dengan
pemantauan-pemantauan terdahulu. Jenis yang paling melimpah diantaranya
adalah Waru (Hibiscus tiliaceus) dan Petai Cina (Leucaena leucocephala) yang
diselingi oleh mimba (Azadirachta indica), Mengkudu dan Akasia (Acacia
auriculiformis). Di area sekitar garis batas tertinggi pasang air laut umum
dijumpai tegakan Kayu wuta (Excoecaria agallocha), Tengar (Ceriops spp), waru
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
33
dan beberapa jenis mangrove lainnya; sedangkan pada area yang berbatasan
dengan tambak ditanami jenis Tanjang lanang (Rhizophora mucronata).
Sisi utara area pengamatan merupakan area penanaman Cemara laut (Casuarina
equisetifolia) serta Waru yang merupakan hasil penanaman untuk rehabilitasi
habitat pantai. Pengamatan secara visual menunjukkan bahwa tegakan Cemara
laut tumbuh dengan sangat baik.
Seperti halnya di lokasi ORF Gresik, faktor pelaksanaan pemantauan saat awal
musim kemarau menyebabkan dijumpainya lebih sedikit jenis-jenis semak, herba
dan rerumputan dibandingkan dengan periode P.I.2016. Secara visual, area tanah
lapang di SPL.1 (juga di SPL.2) tampak lebih ‘kering’ oleh karena banyaknya
tegakan tumbuhan bawah yang mati atau memulai masa dormansi. Disekitar area
penanaman Cemara laut bahkan terdapat sisa-sisa kebakaran lahan, yang sangat
mungkin disebabkan oleh faktor alami, kondisi sangat kering sehingga semak dan
rerumputan mudah terbakar oleh percikan api yang berasal dari gesekan ranting.
Gambar 3.3 Tegakan pohon muda cemara laut (Casuarina equisetifolia) di area Sepulu 1
pada semester pertama 2017, tampak sisa-sisa terjadinya kebakaran lahan
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
34
Tipikal vegetasi di area SPL.2 relatif serupa dengan SPL.1. Untuk kategori
pohon, di area SPL.2 lebih didominasi oleh Mimba serta beberapa tegakan Kayu
bejaran (Lannea coromandelica), Waru dan Asam Jawa. Pada area lahan yang
berbatasan dengan pertambakan juga cukup umum dijumpai jenis-jenis mangrove
Rhizophora spp, Avicennia marina dan Kayu wuta serta beberapa jenis flora
asosiasi mangrove lainnya.
Seperti halnya pada area ORF, terjadi penurunan kekayaan jenis, kelimpahan dan
nilai H’ komunitas flora di area Sepulu. Pada P.II.2016, H’ bernilai 2.490 dengan
Gambar 3.4 Tipikal kondisi vegetasi di area SPL.1 pada semester pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
35
jumlah jenis sebesar 27 jenis dan kelimpahan >337 tegakan; kemudian pada
P.I.2017 menjadi 15 jenis saja dengan nilai kelimpahan sebesar >273 tegakan dan
nilai H’ sebesar 2.016 atau masih termasuk dalam kriteria keanekaragaman
‘sedang’.
Untuk area SPL.2, pada P.I.2017 terdapat 14 jenis pohon dengan kelimpahan
>105 tegakan dan nilai H’ sebesar 2.080. Besaran nilai ketiga parameter tersebut
tidak berbeda dengan periode P.II.2016.
Gambar 3.5 Tipikal kondisi vegetasi di area SPL.2 pada semester pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
36
3.1.2 FLORA MANGROVE
Istilah ‘mangrove’ biasanya digunakan untuk menyebut jenis atau kelompok
tumbuhan yang terdapat di kawasan pesisir (pantai dan sekitar muara) yang
dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Istilah ‘mangrove’ mungkin berasal dari
bahasa Melayu ‘manggi-manggi’ dan bahasa Arab ‘el-gurm’ yang digabung
menjadi ‘mang-gurm’ sehingga lambat laun dieja menjadi ‘mangrove’.
Mangrove adalah tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun
sebagai komunitas (Tomlinson 1986 dan Wightman 1989 dalam Rusila Noor et
al., 1999). Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral
yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindung (Saenger dkk,
1983). Sementara itu Soerianegara (1987) mendefinisikan hutan mangrove
sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai
dan estuari sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-
jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,
Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.
Lebih lanjut, mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan
Kerusakan Mangrove diluar kawasan konservasi, mangrove didefinisikan sebagai
sekumpulan tumbuh-tumbuhan Dicotyledoneae dan atau Monocotyledoneae
terdiri atas jenis tumbuhan yang mempunyai hubungan taksonomi sampai dengan
taksa kelas (unrelated families) tetapi mempunyai persamaan adaptasi morfologi
dan fisiologi terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut.
Detail komposisi dan kelimpahan jenis mangrove di lokasi studi disajikan pada
Tabel 3.2.
A. AREA ORF GRESIK
Area mangrove disekitar ORF Gresik terutama terdapat di sebelah barat-utara
kompleks ORF dan memiliki ketebalan zona antara 10-125 meter; tumbuh
diatas substrat berupa lumpur dan seresah. Sebagaimana telah disebutkan
dalam Bab II dokumen ini, mulau periode P.I.2017 pada area pengamatan
telah dibuat transek permanen guna melihat adanya perubahan komunitas
secara berkala dengan lebih detail.
Area mangrove di barat ORF (Mg.1-1) didominasi oleh dua jenis mangrove
utama yaitu Api-api putih (Avicennia marina) dan bakau kurap (Rhizophora
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
37
stylosa). Pada P.I.2017, kerapatan kedua spesies tersebut adalah sebesar
3466.67 dan 33.33 tegakan/ha dengan INP (Indeks Nilai Penting) masing-
masing adalah 263.58% dan 36.42%. Nilai kerapatan dan INP kedua jenis
tersebut sangat kontras bila dibandingkan dengan P.II.2016 (dan/atau periode
pemantauan sebelumnya) dimana jenis Bakau kurap lebih dominan daripada
Api-api putih. Hal tersebut disebabkan karena adanya pergeseran posisi
transek guna membuat transek permanen baru.
Adapun pada mangrove di utara ORF (Mg.1-2), pergeseran transek juga
menyebabkan perubahan komposisi spesies dan dominansinya. Pada P.I.2017
didominasi oleh Tanjang lanang (2433.33 tegakan/ha dan INP 198.15%) serta
Api-api putih (433.33 tegakan/ha dan INP 48.75%). Juga terdapat jenis Api-
api (Av. alba) dan Bakau kurap (Rh. stylosa). Komposisi dan dominansi
tersebut berbeda dengan P.II.2016 dimana jenis dominan adalah Av. marina.
Kemudian, jenis Api-api daun lebar (Av. officinalis) tidak ditemukan dalam
transek pada P.I.2017 ini.
Untuk tingkat tegakan pancang (sapling), di area Mg.1-1 terdapat jenis bakau
Api-api putih dengan kerapatan sebesar 3466.67 tegakan/ha sedangkan untuk
area Mg.1-2 didominasi oleh Bakau kurap dengan kerapatan sebesar 1866.67
tegakan/ha.
Selanjutnya, untuk kategori semaian (seedling), di Mg.1-1 terdapat anakan
Bakau kurap dan Api-api putih dengan total kerapatan menvapai 12000
tegakan/ha yang mana nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
periode-periode sebelumnya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
peremajaan tegakan mangrove di lokasi studi telah berlangsung dengan
cukup baik.
Adapun untuk area Mg.1-2 total tegakan semaian mencapai 5866.67
tegakan/ha, juga didominasi oleh Bakau kurap. Jumlah kerapatan tersebut
juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan P.I.2016 (1466.67 tegakan/ha)
maupun P.II.2016 (2000 tegakan/ha).
Sebagai informasi tambahan, pada area pesisir di utara ORF Gresik juga telah
dilaksanakan program penanaman mangrove dengan jenis yang ditanam
terutama adalah tanjang Rhizophora mucronata. Secara visual, tegakan-
tegakan hasil penanaman tersebut menunjukkan pertumbuhan yang cukup
baik.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
38
Gambar 3.6 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di area Mg.1-1 pada
semester pertama 2017; didominasi oleh tanjang
Rhizophora stylosa
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
39
Gambar 3.7 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di area Mg.1-2 pada
semester pertama 2017; didominasi oleh api-api
Rhizophora mucronata
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
40
Tabel 3.2 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Mangrove di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017
No. Spesies Nama Indonesia Famili Di
Mg.1-1 Mg.1-2 Mg.2-1 Mg.2-2 Mg.3-1 Mg.3-2 Mg.3-3
Kategori pohon (tree) 1 Avicennia marina Api-api putih Avicenniaceae 3466.67 433.33 0 100 166.67 0 166.67
2 Avicennia alba Api-api Avicenniaceae 0 200 0 0 0 0 0
3 Lumnitzera racemosa Teruntum Combretaceae 0 0 0 0 0 0 33.33
4 Exoecaria agallocha Kayu wuta Euphorbiaceae 0 0 0 0 0 0 133.33
5 Xylocarpus granatum Nyiri Meliaceae 0 0 0 0 0 0 66.67
6 Rhizophora stylosa Bakau kurap Rhizophoraceae 33.33 33.33 0 300 733.33 1533.33 66.67
7 Rhizophora mucronata Tanjang lanang Rhizophoraceae 0 2433.33 0 0 333.33 0 0
8 Rhizophora apiculata Bakau minyak Rhizophoraceae 0 0 0 0 133.33 0 133.33
9 Sonneratia alba Bogem Sonneratiaceae 0 0 2000 500 0 2100 1133.33
Total 3500 3100 2000 900 1366.67 3633.33 1733.33
Kategori pancang (sapling) 1 Avicennia marina Api-api putih Avicenniaceae 3466.67 0 0 3600 9600 0 133.33
2 Lumnitzera racemosa Teruntun Combretaceae 0 0 0 0 266.67 0 0
3 Excoecaria agallocha Kayu wuta Euphorbiaceae 0 0 0 133.33 0 0 0
4 Rhizophora stylosa Bakau kurap Rhizophoraceae 0 1866.67 0 6266.67 3200 800 0
5 Ceriops tagal Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 133.33 0 0 0
6 Rhizophora apiculata Bakau minyak Rhizophoraceae 0 0 0 266.67 1466.67 133.33 933.33
7 Ceriops decandra Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 0 133.33 0 266.67
8 Ceriops tagal Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 0 1200 0 3866.67
9 Bruguiera cylindrica Tanjang putih Rhizophoraceae 0 0 0 0 0 0 133.33
10 Sonneratia alba Bogem Sonneratiaceae 0 0 2266.67 2266.67 1600 1600 533.33
Total 3466.67 1866.67 2266.67 12666.67 17466.67 2533.33 5866.67
Kategori semaian (seedling) 1 Avicennia marina Api-api putih Avicenniaceae 11066.67 0 0 266.67 2000 266.67 0
2 Sesuvium portulacastrum Alur Aizoaceae 0 0 0 1466.67 1200 0 0
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
41
No. Spesies Nama Indonesia Famili Di
Mg.1-1 Mg.1-2 Mg.2-1 Mg.2-2 Mg.3-1 Mg.3-2 Mg.3-3
3 Lumnitzera racemosa Teruntun Combretaceae 0 0 0 266.67 0 0 0
4 Rhizophora stylosa Bakau kurap Rhizophoraceae 933.33 5866.67 133.33 266.67 3066.67 800 0
5 Rhizophora apiculata Bakau minyak Rhizophoraceae 0 0 0 133.33 0 2666.67 400
6 Ceriops tagal Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 400 1600 0 933.33
7 Rhizophora mucronata Tanjang lanang Rhizophoraceae 0 0 0 0 1466.67 0 0
8 Ceriops decandra Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 0 0 0 133.33
9 Sonneratia alba Bogem Sonneratiaceae 0 0 666.67 0 400 666.67 133.33
10 Aegiceras corniculatum Gedangan Verbenaceae 0 0 0 0 133.33 0 0
Total 12000 5866.67 800 2800 9866.67 4400 1600
Keterangan
Di Estimasi kerapatan tegakan per hektar
Lokasi Mg.1-1. Area 1 mangrove ORF; Mg.1-2. Area 2 mangrove ORF; Mg.2-1. Area 1 mangrove Sepulu.1; Mg.2-2. Area 2 mangrove
Sepulu.1; Mg.3-1. Area 1 mangrove Sepulu.2; Mg.3-2. Area 2 mangrove Sepulu.2
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
42
Tabel 3.3 Dinamika Komunitas Mangrove di Lokasi Studi pada Tahun 2015-2017
No. Lokasi
Variabel/Periode
Jumlah Spesies Kerapatan (ha)
P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017 P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017
Kategori pohon (tree) 1 Mg 1.1 2 2 2 2 2 5700 5333.33 5466.67 5000 3500
2 Mg 1.2 2 2 2 2 4 2400 2333.33 2166.67 2166.67 3100 3 Mg 2.1 1 1 1 1 1 2400 2233.33 2266.67 2266.67 2000 4 Mg 2.2 3 3 3 3 3 1900 1566.67 1666.67 1500 900
5 Mg 3.1 6 6 6 6 4 1766.67 1733.33 1833.33 1833.33 1366.67 6 Mg 3.2 2 2 2 2 2 3633.33 3866.67 3766.67 3766.67 3633.33 7 Mg 3.3 8 NA 8 NA 7 2500 NA 2500 NA 1733.33
Kategori pancang (sapling)
1 Mg 1.1 2 2 2 2 1 4933.33 5733.33 5600 5866.67 3466.67 2 Mg 1.2 2 2 2 2 1 4933.33 5200 4266.67 4400 1866.67
3 Mg 2.1 1 1 1 1 1 3866.67 3866.67 2933.33 2666.67 2266.67 4 Mg 2.2 5 5 5 6 6 4933.33 8000 5466.67 7466.67 12666.67 5 Mg 3.1 7 6 6 6 7 4533.33 5200 7066.67 7333.33 17466.67 6 Mg 3.2 4 4 4 4 3 7733.33 6933.33 7066.67 6800 2533.33
7 Mg 3.3 9 NA 9 NA 6 13200 NA 13733.33 NA 5866.67
Kategori semaian (seedling) 1 Mg 1.1 2 3 3 3 2 5066.67 5466.67 6933.33 6933.33 12000
2 Mg 1.2 2 2 1 1 1 3600 3733.33 1466.67 2000 5866.67 3 Mg 2.1 2 2 2 2 2 4133.33 3600 2400 1466.67 800 4 Mg 2.2 5 7 7 7 6 3866.67 8133.33 8533.33 9866.67 2800
5 Mg 3.1 6 6 6 6 7 7066.67 8000 7600 10800 9866.67 6 Mg 3.2 4 5 5 5 4 1600 8000 8133.33 8133.33 4400 7 Mg 3.3 7 NA 7 NA 4 6533.33 NA 6933.33 NA 1600
Keterangan Periode P.I.2015. periode semester pertama (Mei) 2015; P.II.2015. periode semester kedua (Oktober) 2015; P.I.2016. periode
semester pertama (Mei) 2016; P.II.2016. periode semester kedua (Oktober) 2016 Lokasi Mg.1-1. Area 1 mangrove ORF; Mg.1-2. Area 2 mangrove ORF; Mg.2-1. Area 1 mangrove Sepulu.1; Mg.2-2. Area 2
mangrove Sepulu.1; Mg.3-1. Area 1 mangrove Sepulu.2; Mg.3-2. Area 2 mangrove Sepulu.2; Mg.3-3. Area 3 mangrove Sepulu 2
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
43
Gambar 3.8 Mangrove jenis tanjang lanang (Rhizophora mucronata)
hasil penanaman di pesisir utara ORF Gresik yang
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
44
B. AREA SEPULU
Habitat mangrove di SPL.1 (titik Mg.2-1 dan Mg.2-2) dan SPL.2 (titik Mg.3-
1, Mg.3-2 dan Mg.3-3) memiliki karakter yang berbeda dengan mangrove di
ORF Gresik. Sebagian mangrove di SPL.1 tumbuh pada substrat berupa pasir
dan pecahan karang (rubble) sedangkan mangrove yang lain tumbuh pada
substrat berupa campuran antara pasir dan lumpur.
Perbedaan tipe subsrat dan persentase pasir dan lumpur diatas menyebabkan
perbedaan jenis dan dominansi mangrove pada setiap tipe substrat. Sebagai
contoh, substrat berupa pasir atau campuran pasir-rubble akan sangat sesuai
untuk mangrove jenis bogem atau pidada (Sonneratia alba) sedangkan
substrat pasir-lumpur sesuai untuk mangrove Rhizophora stylosa, Api-api
putih dan Teruntun (Lumnitzera racemosa) serta Tengar (Ceriops tagal).
Demikian halnya di lokasi SPL.2; terdapat perbedaan tempat tumbuh
mangrove, yaitu pada substrat pasir, campuran pasir-lumpur dan campuran
pasir-lumpur-rubble.
Pada lokasi SPL.1, kerapatan pohon mangrove mencapai 900 tegakan/ha di
Mg.2-2 dan 2000 tegakan/ha di Mg.2-1. Pada area Mg.2-1, jenis mangrove
tetap didominasi oleh Bogem S. alba (INP 300%) sedangkan pada Mg.2-2
juga didominasi oleh Bogem (kerapatan 500 tegakan/ha, INP 174.30%) yang
diselingi dengan tegakan Bakau kurap (300 tegakan/ha, INP 96.13%) dan
Api-api putih (100 tegakan/ha, INP 29.57%).
Untuk lokasi Mg.2-2 terdapat perubahan jenis pohon mangrove dominan
dibandingkan dengan P.II.2016 yang mana pada periode tersebut didominasi
oleh Bakau kurap dan Api-api putih dengan kelimpahan yang juga jauh lebih
tinggi (>400 tegakan/ha). Perbedaan tersebut juga disebabkan oleh
pergeseran posisi transek untuk pembuatan transek permanen.
Pada lokasi SPL.2; kerapatan tegakan pohon mangrove mencapai 1366.67
tegakan/ha di Mg.3-1, 3633.33 tegakan di Mg.3-2 dan 1733.33 tegakan/ha di
Mg.3-3.
Di area Mg.3-1 (yang pada saat ini telah menjadi area konservasi dan pusat
pendidikan mangrove), tegakan tetap didominasi oleh Bakau kurap (733.33
tegakan/ha) dan Tanjang lanang (333.33 tegakan/ha). Pada area ini,
pertumbuhan jenis Bakau kurap, Tanjang lanang dan Api-api putih tampak
semakin pesat, terutama disebabkan oleh kegiatan penanaman mangrove.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
45
Dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya, area Mg.3-1 juga tampak
semakin rimbun dan hijau; tegakan semai dan pancang (terutama Api-api
putih) sangat mendominasi dimana kerapatan pancang Api-api putih
mencapai 9600 tegakan/ha dan semainya mencapai 2000 tegakan/ha. Untuk
Bakau kurap, kerapatan pancang dan semai adalah 3200 dan 3066.67
tegakan/ha. Nilai-nilai tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
periode-periode sebelumnya.
Gambar 3.9 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.1 Mg.2-1 pada semester pertama
2017 yang didominasi oleh bogem (Sonneratia alba)
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
46
Pada area Mg.3-1 juga dapat dijumpai jenis Teruntum dan Tengar (C.
decandra dan C. tagal) serta Tanjang lanang dan Bakau minyak (Rh.
apiculata) namun dengan kerapatan dan INP yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan Api-api putih atau Bakau kurap.
Untuk area Mg.3-2, tetap didominasi oleh Bogem (2100 tegakan/ha) dan
Bakau kurap (1533.33 tegakan/ha) sedangkan untuk lokasi Mg.3-3
didominasi oleh Bogem (1133.33 tegakan/ha, INP 177.94%).
Selain jenis-jenis dominan diatas, di area SPL.1 dan SPL.2 umum dijumpai
jenis-jenis mangrove seperti Kayu wuta serta Nyiri (Xylocarpus granatum),
Gedangan (Aegiceras corniculatum dan A. floridum) dan Tanjang putih
(Bruguiera cylindrica) namun dengan kerapatan yang relatif rendah dan
posisinya tersebar.
Gambar 3.10 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.1 Mg.2-2 pada semester
pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
47
Pada ketiga lokasi tercatat 48 jenis mangrove, sebagian jenis termasuk
kedalam transek untuk analisis vegetasi sedangkan sebagian yang lain
dijumpai melalui teknik koleksi bebas. Dari keseluruhan jenis yang ada, 16
jenis termasuk dalam kelompok mangrove sejati (true mangrove) dan 32
jenis sisanya termasuk kelompok mangrove ikutan atau mangrove asosiasi
(associate mangrove), sebagaimana ditunjukkan melalui Tabel 3.4.
Gambar 3.11 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-1 pada semester pertama
2017 yang didominasi oleh tinjang Rhizophora stylosa dan api-api
Avicennia marina
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
48
Gambar 3.12 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-2 pada semester pertama
2017 yang didominasi oleh Bogem (Sonneratia alba)
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
49
Gambar 3.13 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-2 pada semester pertama
2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
50
Tabel 3.4 Komposisi dan Sebaran Jenis Mangrove di Lokasi Studi
No. Spesies Nama Indonesia Famili BP Sebaran
Mangrove Sejati (True Mangrove)
1 Aegiceras corniculatum gedangan Verbenaceae S 23
2 Aegiceras floridum gedangan Verbenaceae S 3
3 Avicennia alba api-api Avicenniaceae P 1
4 Avicennia marina api-api Avicenniaceae P 123
5 Avicennia officinalis api-api Avicenniaceae P 1
6 Bruguiera cylindrica bakau/tinjang Rhizophoraceae SP 23
7 Bruguiera gymnorrhiza tinjang Rhizophoraceae P 1
8 Ceriops decandra tengar Rhizophoraceae SP 2
9 Ceriops tagal tengar Rhizophoraceae SP 23
10 Lumnitzera racemosa teruntun Combretaceae S 23
11 Rhizophora apiculata bakau merah Rhizophoraceae P 23
12 Rhizophora mucronata bakau/tinjang Rhizophoraceae P 123
13 Rhizophora stylosa bakau/tinjang Rhizophoraceae P 123
14 Sonneratia alba bogem Sonneratiaceae P 23
15 Xylocarpus granatum nyiri Meliaceae P 2
16 Xylocarpus moluccensis nyiri Meliaceae P 1
Mangrove Asosiasi (Associate Mangrove)
1 Acrostichum aureum paku laut Pteridaceae S 1
2 Calophyllum inophyllum nyamplung Guttiferae P 1
3 Calotropis gigantea widuri Asclepiadaceae H 123
4 Canavalia maritima kacang laut Fabaceae H 123
5 Casuarina equisetifolia cemara laut Casuarinaceae P 123
6 Clerodendrum inerme keranji Verbenaceae S 123
7 Cordia subcordata kalimasada Boraginaceae P 1
8 Derris trifoliata tuba, kambingan Fabaceae H 123
9 Dolichandrone spathacea kajeng kapal Bignoniaceae P 1
10 Excoecaria agallocha kayu wuta Euphorbiaceae P 123
11 Fimbristylis polytrichoides - Cyperaceae H 1
12 Gymnanthera oblonga - Asclepiadaceae H 123
13 Heritiera littoralis dungun Fabaceae P 1
14 Hibiscus tiliaceus waru Malvaceae P 123
15 Ipomoea pes-caprae teracak kambing Convolvulaceae H 123
16 Morinda citrifolia mengkudu Rubiaceae SP 123
17 Moringa oleifera kelor Fabaceae P 123
18 Oxystelma carnosum - Asclepiadaceae H 1
19 Pandanus tectorius pandan laut Pandanaceae H 23
20 Passiflora foetida rombusa Passifloraceae H 123
21 Pemphis acidula setigi Lythraceae SP 23
22 Pluchea indica beluntas Asteraceae S 123
23 Pongamia pinnata kayu kacang laut Fabaceae P 1
24 Premna obtusifolia daun kambingan Verbenaceae S 1
25 Sesuvium portulacastrum alur Aizoaceae H 123
26 Spinifex littoreus rumput tikusan Poaceae H 23
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
51
No. Spesies Nama Indonesia Famili BP Sebaran
27 Stachytarpeta jamaicensis pecut kuda Verbenaceae H 123
28 Suaeda maritima malur Amaranthaceae H 23
29 Terminalia catappa ketapang Combretaceae P 123
30 Thespesia populnea waru laut Malvaceae P 1
31 Vitex ovata legundi Verbenaceae S 123
32 Wedelia trilobata seruni laut Asteraceae S 123
Mangrove di lokasi studi, terutama di Sepulu.2, menunjukkan pola zonasi
(sebaran horizontal) yang mirip dengan tipikal zonasi mangrove di kawasan
Indo-Pasifik. Area terdepan (seaward) atau zona mangrove terbuka
umumnya didominasi oleh jenis bogem/pidada (Sonneratia alba) sehingga
zona ini dapat pula dianggap sebagai zona Sonneratia. Lebar zona bervariasi
antara 30-100 meter.
Di belakang zona Sonneratia terdapat zona mangrove tengah yang berisi
campuran jenis antara Rhizophora-Ceriops-Lumnitzera-Bruguiera-Avicennia;
pada beberapa titik, Rhizophora lebih dominan namun pada titik lain lebih
didominasi oleh Ceriops. Ketebalan zona juga sangat bervariasi, antara 50-
300 meter. Jenis Rhizophora yang umum di zona ini adalah R. stylosa
sedangkan untuk Ceriops lebih umum dijumpai C. tagal. Pada zona
mangrove tengah ini juga kadang dijumpai beberapa jenis mangrove lain
seperti nyiri (Xylocarpus granatum).
Zona paling belakang atau zona yang terdekat dengan daratan merupakan
zona mangrove asosiasi, didominasi oleh kayu wuta (Exoecaria agallocha)
dan berbagai jenis mangrove asosiasi lainnya. Ketebalan zona tidak terlalu
tinggi (tidak terlalu tebal).
Keterangan
Sebaran 1. Area mangrove ORF Gresik; 2. Area mangrove Sepulu.1; 3. Area mangrove Sepulu
2
BP Bentuk Perumbuhan: P. pohon; S. semak; H. herba atau rerumputan
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
52
Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201
Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan
Mangrove Diluar Kawasan konservasi, kerapatan tegakan pohon mangrove
yang mencapai >1500 tegakan/hektar menunjukkan bahwa area mangrove di
lokasi studi termasuk dalam kategori ‘sangat baik’; kecuali di area Mg.2-1 di
SPL.1 yang termasuk dalam kategori ‘jarang’ (kerapatan <1000 tegakan/ha).
Khusus pada Mg.2-2, masih didominasi oleh tegakan pancang. Oleh karena
itu, suatu program pengelolaan (termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan)
yang berkelanjutan dan program rehabilitasi (melalui penanaman mangrove
baru) mutlak diperlukan untuk perlindungan serta peningkatan nilai ekologis
ekosistem mangrove yang ada.
Gambar 3.14 Tipikal profil zonasi horizontal mangrove di SPL.2
Zona Sonneratia Zona mangrove
campuran
Zona mangrove
asosiasi
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
53
3.2 KOMUNITAS FAUNA
Studi keanekaragaman hayati fauna darat di lokasi studi dilakukan dengan objek
komunitas burung (aviafauna) dan komunitas fauna bukan burung.
3.2.1 KOMUNITAS BURUNG (AVIFAUNA)
Komparasi data hasil pengamatan burung menunjukkan bahwa sejak semester
pertama 2014 hingga semester pertama 2017 (atau 7 kali periode pengamatan)
telah tercatat sebanyak 85 jenis burung; terdapat penambahan satu jenis burung
yang baru tercatat dalam daftar yaitu Walet sarang-hitam (Collocalia maxima)
yang sangat melimpah dan dominan di area SPL.2.
Pada P.I.2017, di area ORF tercatat 37 jenis burung dari 32 genera dan 21 famili
sedangkan di area SPL.1 terdapat 32 jenis burung dari 27 genera dan 18 famili
sementara di SPL.2 dijumpai 44 jenis burung dari 36 genera dan 25 famili. Secara
keseluruha terdata 53 jenis burung pada ketiga lokasi.
Jumlah total jenis burung teramati pada P.I.2017 lebih rendah dibandingkan
dengan P.II.2016 (60 jenis) atau P.I.2016 (54 jenis). Penurunan jumlah tersebut
disebabkan oleh tidak dijumpainya beberapa jenis burung migran (terutama di
area ORF dan SPL.2).
Pada P.II.2016, banyak dijumpai jenis burung migran anggota famili
Charadriidae (Cerek), Laridae (Dara-laut) dan Scolopacidae (Trinil, Gajahan,
Kedidi dan sebagainya) yang mana ketiganya merupakan anggota ordo
Charadriiformes. Anggota ordo tersebut dikenal sebagai jenis-jenis burung
migran yang umumnya bermigrasi dari tempat berbiaknya di belahan bumi utara
(Siberia, Alaska, Rusia timur-laut, Mongolia, China utara dan sebagainya) ke
bumi bagian selatan (Australia dan sekitarnya) pada saat musim dingin
(umumnya antara awal September hingga akhir November) dan kembali lagi ke
utara saat musim dingin disana telah berakhir (umumnya antara Maret hingga
Mei). Dalam perjalanannya, umumnya burung-burung tersebut akan ‘transit’
untuk istirahat dan mencari makan di beberapa lokasi, termasuk Indonesia.
Periode pengamatan pada P.I.2017 dilakukan saat bulan Juni, dimana pada saat
tersebut burung-burung yang melakukan transit di lokasi studi diperkirakan telah
melanjutkan perjalanannya menuju utara sehingga tidak banyak jenis yang
dijumpai di lokasi studi.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
54
Tabel 3.5 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Burung di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Status ORF SPL.1 SPL.2
1 Gerygone sulphurea Remetuk laut Acanthizidae 4 2 10 -
2 Aegithina tiphia Cipoh kacat Aegithinidae 1 0 2 -
3 Alcedo coerulescens Raja-udang biru Alcedinidae 1 1 3 1(AB),E
4 Halcyon chloris Cekakak sungai Alcedinidae 2 1 3 1(AB)
5 Halcyon sancta Cekakak Australia Alcedinidae 2 3 8 1(AB)
6 Halcyon cyanoventris Cekakak Jawa Alcedinidae 0 1 1 1(AB)
7 Dendrocygna javanica Belibis polos Anatidae 0 0 2 -
8 Apus nipalensis Kapinis rumah Apodidae 3 0 4 -
9 Collocalia linchi Walet linchi Apodidae 24 46 86 -
10 Collocalia maxima Walet sarang-hitam Apodidae 0 0 43 -
11 Ardeola speciosa Blekok sawah Ardeidae 8 11 35 1(B)
12 Butorides striata Kokokan laut Ardeidae 2 3 4 -
13 Egretta garzetta Kuntul kecil Ardeidae 3 8 21 1(AB),N<>
14 Ixobrychus sinensis Bambangan kuning Ardeidae 1 0 0 -
15 Ardea alba Cangak besar Ardeidae 1 2 28 1(AB),N<>
16 Ardea cinerea Cangak abu Ardeidae 0 2 2 N<
17 Nycticorax nycticorax Kowak-malam kelabu Ardeidae 0 0 3 N<
18 Ardea purpurea Cangak merah Ardeidae 0 0 5 -
19 Artamus leucorhynchus Kekep babi Artamidae 2 4 4 -
20 Lalage nigra Kapasan kemiri Campephagidae 5 6 14 -
21 Pericrocotus cinnamomeus Sepah kecil Campephagidae 4 0 0 -
22 Caprimulgus affinis Cabak kota Caprimulgidae 0 2 2 -
23 Charadrius javanicus Cerek Jawa Charadriidae 1 1 10 3(NT), E
24 Orthotomus sutorius Cinenen pisang Cisticolidae 2 4 2 -
25 Prinia flaviventris Perenjak rawa Cisticolidae 1 0 0 -
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
55
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Status ORF SPL.1 SPL.2
26 Prinia inornata Perenjak padi Cisticolidae 2 2 4 -
27 Cisticola juncidis Cici padi Cisticolidae 0 1 2 -
28 Geopelia striata Perkutut Jawa Columbidae 2 8 6 -
29 Streptopelia chinensis Tekukur biasa Columbidae 6 3 4 -
30 Columba livia Merpati batu Columbidae 13 0 0 D
31 Treron vernans Punai gading Columbidae 0 0 2 -
32 Streptopelia bitorquata Dederuk Jawa Columbidae 0 0 2 -
33 Cacomantis merulinus Wiwik kelabu Cuculidae 1 0 1 -
34 Dicaeum trochileum Cabai Jawa Dicaeidae 5 0 2 E
35 Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Estrildidae 12 23 59 -
36 Lonchura maja Bondol haji Estrildidae 7 0 0 -
37 Lonchura punctulata Bondol Peking Estrildidae 17 6 18 -
38 Hirundo tahitica Layang-layang batu Hirundinidae 0 0 4 -
39 Lanius schach Bentet kelabu Laniidae 0 0 1 -
40 Chlidonias hybridus Dara-laut kumis Laridae 2 1 0 1(AB),N<>
41 Sterna hirundo Dara-laut biasa Laridae 3 2 0 1(AB),N<>
42 Cinnyris jugularis Burung-madu sriganti Nectariniidae 2 2 2 1(AB)
43 Passer montanus Burung-gereja Erasia Passeridae 33 3 23 -
44 Phalacrocorax sulcirostris Pecuk-padi kecil Phalacrocoracidae 0 0 5 -
45 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang Pycnonotidae 5 6 6 -
46 Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk Pycnonotidae 2 3 5 -
47 Amaurornis phoenicurus Kareo padi Rallidae 1 0 0 -
48 Rhipidura javanica Kipasan belang Rhipiduridae 4 2 9 1(AB)
49 Actitis hypoleucos Trinil pantai Scolopacidae 3 1 5 N<>
50 Numenius phaeopus Gajahan pengala Scolopacidae 0 2 7 1(AB),N<>
51 Acridotheres javanicus Kerak kerbau Sturnidae 2 0 0 -
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
56
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Status ORF SPL.1 SPL.2
52 Turnix suscitator Gemak loreng Turnicidae 0 1 2 -
53 Zosterops flavus Kacamata Jawa Zosteropidae 0 0 1 -
Jumlah individu 189 163 462
Jumlah spesies 37 32 44
Jumlah genera 32 27 36
Jumlah famili 21 18 25
Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 3.055 2.761 3.027
Nilai kemerataan jenis Pielou (J) 0.846 0.797 0.800
Keterangan
Lokasi SPL.1. Area mangrove Sepulu.1; SPL.2. Area mangrove Sepulu.2; ORF. Area mangrove ORF Gresik
1 Status perlindungan dalam Peraturan Republik Indonesia (A. UU No. 5 Tahun 1990; B. PP No. 7 Tahun 1999; C. PP No. 8 Tahun
1999)
2 Status peraturan perdagangan internasional menurut CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna
and Flora) (I. Appendix I; II. Appendix II; III. Appendix III)
3 Status keterancaman global menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature) (NT. Near Threatened / mendekati
terancam punah)
E Fauna endemik Indonesia
D Fauna domestikasi
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
57
Dari 53 jenis burung yang dijumpai pada P.I.2017, 37.74%-nya (atau sebanyak
20 jenis) termasuk dalam kategori burung air (water birds) sementara sisanya
adalah burung-burung terrestrial, arboreal atau aerial. Kelompok burung air
dalam kategori ini termasuk anggota famili Ardeidae, Coraciidae, Anatidae,
Charadriidae, Laridae dan Scolopacidae. Banyaknya jenis burung air dalam studi
ini tentu tidak lepas dari karakter area studi yang berupa kawasan pesisir yang
merupakan kombinasi antara habitat mangrove dan vegetasi pantai serta area
intertidal (pasang-surut) dengan substrat berupa lumpur, pasir dan pecahan
karang.
Secara keseluruhan, daftar jenis burung dominan diisi oleh jenis Walet linchi
(Collocalia linchi, kelimpahan relatif 19.16%), diikuti jenis Bondol Jawa
(Lonchura leucogastroides, 11.547%), Burung-gereja Erasia (Passer montanus,
7.248%), Blekok sawah (Ardeola speciosa, 6.634%), Bondol peking (L.
punctulata, 5.037%), Kuntul kecil (Egretta garzetta, 3.931%), Cangak besar
(Ardea alba, 3.808%) dan Kapasan kemiri (Lalage nigra, 3.071%).
Jenis-jenis tersebut juga merupakan jenis dominan di lokasi SPL.1 dan SPL.2
sementara di ORF juga terdapat Merpati batu (Columba livia) dan tekukur biasa
(Streptopelia chinensis) dengan nilai kelimpahan relatif masing-masing sebesar
6.878% dan 3.175% dari keseluruhan populasi burung (189 individu) di ORF
Gresik. Untuk SPL.2 juga terdapat jenis Walet sarang-hitam yang cukup
dominan, nilai kelimpahan relatifnya sebesar 9.307% dari 462 individu burung di
lokasi tersebut.
Perbedaan komposisi jenis-jenis predominan yang terjadi di lokasi studi antara
periode P.I.2015 hingga P.I.2017 menunjukkan bahwa komunitas burung yang
ada bersifat cukup dinamis; di satu periode didominasi oleh satu jenis tertentu
sedangkan di periode yang lain didominasi oleh jenis lainnya. Akan tetapi secara
umum, pola dominansi tetap diisi oleh jenis Walet linchi, Kuntul kecil, Blekok
sawah dan Burung-gereja Erasia.
Pada tingkat famili, Ardeidae atau keluarga Kuntul dan Cangak merupakan famili
dengan jumlah jenis terbanyak (8 jenis atau 15.094% dari total jenis burung di
ketiga lokasi), diikuti famili Columbidae (keluarga merpati) dengan 5 jenis
(9.434%), Alcedinidae (keluarga raja-udang) dan Cisticolidae (keluarga Perenjak)
masing-masing dengan 4 jenis, Apodidae (keluarga Walet) dan Estrildidae
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
58
(keluarga Bondol) masing-masing dengan 3 jenis. Dua-puluh-dua famili lainnya
hanya beranggotakan satu atau dua jenis saja, seperti pada Gambar 3.15.
Gambar 3.16 Proporsi jumlah spesies burung berdasarkan ordo di lokasi studi pada
semester pertama 2017
Gambar 3.15 Proporsi jumlah spesies burung berdasarkan famili di lokasi studi pada
semester pertama 2017. OT families: famili yang diwakili oleh satu
jenis saja, masing-masing dengan persentase jumlah jenis 1.887%,
meliputi famili Acanthizidae, Aegithinidae, Anatidae, Artamidae,
Caprimulgidae, Charadriidae, Cuculidae, Dicaeidae, Hirundinidae,
Laniidae, Nectariniidae, Passeridae, Phalacrocoracidae, Rallidae,
Rhipiduridae, Sturnidae, Turnicidae, Zosteropidae
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
59
Berdasarkan ordo, Passeriformes (bangsa burung petengger dan penyanyi) tetap
yang memiliki jumlah jenis terbanyak (27 jenis, 50.943%); sebagaimana terjadi
pula pada pemantauan-pemantauan terdahulu. Ordo tersebut diikuti oleh
Ciconiiformes atau bangsa bangau (8 spesies, 15.09%), Charadriiformes (bangsa
burung pengarung) dan Columbiformes (bangsa merpati) masing-masing 5
spesies (9.434) dan dan Coraciiformes (bangsa raja-udang, 4 spesies atau
7.547%).
Sebagaimana yang terjadi pada pemantauan-pemantauan sebelumnya, terdapat
beberapa jenis burung yang dijumpai pada P.I.2015, P.II.2015, P.I.2016 dan/atau
P.II.2016 namun tidak tercatat pada P.I.2017 misalnya Elang-laut perut-putih
(Haliaeetus leucogaster), Elang bondol (Haliastur indus), Gagak kampung
(Corvus macrorhynchos), Perling kumbang (Aplonis panayensis) serta 14 jenis
burung migran anggota ordo Charadriiformes yang keberadaannya di lokasi studi
bersifat musiman. Dua spesies burung hasil domestikasi dalam kandang yaitu
parkit (Melopsittacus undulatus) dan jalak suren (Sturnus contra) yang dijumpai
pada tahun 2015 juga tidak dijumpai lagi pada P.I.2016 hingga P.I.2017.
Penambahan catatan jenis burung yang dijumpai (misalnya Walet sarang-hitam)
pada P.I.2017 menunjukkan bahwa area studi kemungkinan besar merupakan
habitat yang penting bagi berbagai jenis burung dan pada pemantauan-
pemantauan periode mendatang masih sangat besar kemungkinan dijumpai jenis-
jenis baru yang belum tercatat sebelumnya.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
60
Tabel 3.6 Frekuensi Perjumpaan Jenis Burung di Lokasi Studi pada Tahun 2014-2017
No. Spesies Nama Indonesia Famili Periode
I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017
1 Gerygone sulphurea remetuk laut Acanthizidae + + + + + + +
2 Haliaeetus leucogaster elang-laut perut-putih Accipitridae NA NA NA NA + NA NA
3 Haliastur indus elang bondol Accipitridae NA NA NA + + + NA
4 Acrocephalus stentoreus kerakbasi ramai Acrocephalidae + NA NA NA NA NA NA
5 Aegithina tiphia cipoh kacat Aegithinidae + + + + + + +
6 Alcedo coerulescens raja-udang biru Alcedinidae + + + + + + +
7 Halcyon chloris cekakak sungai Alcedinidae + NA + + + + +
8 Halcyon cyanoventris cekakak Jawa Alcedinidae NA NA NA NA + NA +
9 Halcyon sancta cekakak Australia Alcedinidae + + + NA NA + +
10 Dendrocygna javanica belibis polos Anatidae NA + + NA + + +
11 Collocalia linchi walet linchi Apodidae + + + + + + +
12 Collocalia maxima (+) walet sarang-hitam Apodidae NA NA NA NA NA NA +
13 Apus nipalensis kapinis rumah Apodidae + NA NA + + + +
14 Ardea alba cangak besar Ardeidae + + + NA + + +
15 Ardea cinerea cangak abu Ardeidae NA NA + + + + +
16 Ardea purpurea cangak merah Ardeidae NA NA NA NA + NA +
17 Ardeola speciosa blekok sawah Ardeidae + + + + + + +
18 Butorides striata kokokan laut Ardeidae + + + + + + +
19 Egretta garzetta kuntul kecil Ardeidae + + + + + + +
20 Egretta intermedia kuntul perak Ardeidae + + + + + + NA
21 Egretta sacra kuntul karang Ardeidae NA + NA NA NA NA NA
22 Ixobrychus sp bambangan Ardeidae NA NA NA NA + NA NA
23 Nycticorax nycticorax kowak-malam abu Ardeidae NA NA + NA + + +
24 Ixobrychus sinensis bambangan kuning Ardeidae + NA NA NA + + NA
25 Bubulcus ibis kuntul kerbau Ardeidae + + NA NA NA + NA
26 Artamus leucorhynchus kekep babi Artamidae + + + + + + +
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
61
No. Spesies Nama Indonesia Famili Periode
I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017
27 Lalage nigra kapasan kemiri Campephagidae + + + + + + +
28 Pericrocotus cinnamomeus sepah kecil Campephagidae NA + + NA NA NA +
29 Caprimulgus affinis cabak kota Caprimulgidae + + + + + + +
30 Charadrius alexandrinus cerek tilil Charadriidae NA NA NA NA + NA NA
31 Charadrius javanicus cerek Jawa Charadriidae + + NA NA + + +
32 Charadrius leschenaultii cerek pasir besar Charadriidae NA NA NA NA NA + NA
33 Charadrius mongolus cerek pasir Mongolia Charadriidae NA NA NA NA NA + NA
34 Pluvialis fulva cerek kernyut Charadriidae NA NA NA NA NA + NA
35 Orthotomus sutorius cinenen pisang Cisticolidae NA + + + + + +
36 Prinia inornata perenjak padi Cisticolidae + + + + + + +
37 Prinia flaviventris perenjak rawa Cisticolidae + + + + + NA +
38 Geopelia striata perkukut Jawa Columbidae NA + + + + + +
39 Streptopelia bitorquata dederuk Jawa Columbidae NA NA NA NA + + +
40 Streptopelia chinensis tekukur biasa Columbidae + + + + + + +
41 Treron vernans punai gading Columbidae NA NA + NA NA NA +
42 Columba livia merpati batu Columbidae NA NA NA NA NA + +
43 Corvus macrorhynchos gagak kampung Corvidae NA NA NA + NA NA NA
44 Cacomantis merulinus wiwik kelabu Cuculidae + NA + + + NA +
45 Centropus bengalensis bubut alang-alang Cuculidae + NA NA NA NA NA NA
46 Dicaeum trochileum cabai Jawa Dicaeidae NA + + + + + +
47 Lonchura punctulata bondol Peking Estrildidae + + + + + + +
48 Lonchura leucogastroides bondol Jawa Estrildidae NA NA + + + + +
49 Lonchura maja bondol haji Estrildidae + NA + NA NA + +
50 Hirundo tahitica layang-layang batu Hirundinidae NA NA + NA + + +
51 Hirundo rustica layang-layang api Hirundinidae NA NA NA NA NA + NA
52 Lanius schach bentet kelabu Laniidae + NA NA NA NA NA +
53 Chlidonias hybridus dara-laut kumis Laridae + NA NA NA NA + +
54 Sterna sumatrana dara-laut tengkuk hitam Laridae + NA NA NA NA NA NA
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
62
No. Spesies Nama Indonesia Famili Periode
I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017
55 Sterna albifrons dara-laut kecil Lariidae + NA NA + + + NA
56 Sterna bergii dara-laut jambul Lariidae NA NA NA NA + + NA
57 Chlidonias leucopterus dara-laut sayap-putih Lariidae NA NA NA + + + NA
58 Sterna hirundo dara-laut biasa Lariidae NA + NA + + + +
59 Merops leschenaulti kirik-kirik senja Meropidae + + + NA + NA NA
60 Merops philippinus kirik-kirik laut Meropidae NA NA NA + + NA NA
61 Cinnyris jugularis burung-madu sriganti Nectariniidae + + + + + + +
62 Pachycephala grisola kancilan bakau Pachycephalidae + + NA + + NA NA
63 Dendrocopos macei caladi ulam Picidae + NA NA + + NA NA
64 Passer montanus burung-gereja Erasia Ploceidae NA + + + + + +
65 Melopsittacus undulatus parkit Psittacidae NA + + + NA NA NA
66 Pycnonotus aurigaster cucak kutilang Pycnonotidae + + + + + + +
67 Pycnonotus goiavier merbah cerukcuk Pycnonotidae + + + + + + +
68 Amaurornis phoenicurus kareo padi Rallidae + + + + + + +
69 Rhipidura javanica kipasan belang Rhipiduridae + + + + + + +
70 Actitis hypoleucos trinil pantai Scolopacidae + + + + + + +
71 Numenius phaeopus gajahan pengala Scolopacidae + + + + + + +
72 Tringa glareola trinil semak Scolopacidae + + NA + NA + NA
73 Tringa stagnatilis trinil rawa Scolopacidae NA + NA + NA NA NA
74 Tringa nebularia trinil kaki-hijau Scolopacidae NA NA NA NA NA + NA
75 Heteroscelus brevipes trinil ekor-kelabu Scolopacidae NA NA NA NA NA + NA
76 Tringa cinereus trinil bedaran Scolopacidae NA NA NA NA NA + NA
77 Tringa totanus trinil kaki-merah Scolopacidae NA NA NA NA NA + NA
78 Numenius arquata gajahan besar Scolopacidae NA + NA NA NA NA NA
79 Numenius madagascariensis gajahan timur Scolopacidae + + NA NA NA NA NA
80 Acridotheres javanicus kerak kerbau Sturnidae + + + + + + +
81 Sturnus contra jalak suren Sturnidae NA NA + + NA NA NA
82 Aplonis minor perling kecil Sturnidae NA NA NA NA NA + NA
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
63
No. Spesies Nama Indonesia Famili Periode
I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017
83 Turnix suscitator gemak loreng Turnicidae NA NA + + + + +
84 Zoosterops palpebrosus kacamata biasa Zosteropidae + + NA NA + + NA
85 Zosterops flavus kacamata Jawa Zosteropidae NA NA NA NA NA + +
Jumlah spesies 44 43 44 50 54 60 53
Jumlah penambahan spesies 0 10 7 3 6 11 1
Keterangan:
Periode I.2014. periode semester pertama (April) 2014; II.2014. periode semester kedua (November) 2014; I.2015. periode semester pertama (Mei) 2015; II.2015.
periode semester kedua (Oktober) 2015; I.2016. periode semester pertama (April) 2016; II.2016. periode semester kedua (Oktober) 2016; I.2017. periode
semester pertama (Juni) 2017
(+) spesies burung yang baru tercatat pada periode semester kedua 2016 (II.2016)
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
64
Mengacu pada Tabel 3.7 dan Gambar 3.17, terjadi penurunan jumlah jenis di
lokasi ORF Gresik dan di SPL.2 serta penurunan kelimpahan di lokasi ORF
Gresik dan SPL.2, sementara di SPL.2 justru terjadi peningkatan jumlah individu
atau kelimpahan. Dinamika komunitas tersebut pada akhirnya akan
mempengaruhi nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’).
Berdasarkan Tabel 3.7 dan Gambar 3.18 pada P.I.2017 terjadi penurunan nilai H’
komunitas burung di lokasi SPL.1 dan SPL.2 bila dibandingkan dengan periode
P.II.2016. Pada kedua lokasi tersebut, nilai H’ komunitas burung adalah 3.122
dan 3.506 (kategori keanekaragaman ‘tinggi’) pada P.II.2016 lalu menjadi 2.761
(kategori keanekaragaman ‘sedang’) di SPL.1 dan 3.027 (kategori
keanekaragaman ‘tinggi’) di SPL.2 pada P.I.2017.
Tabel 3.7 Dinamika Kondisi Komunitas Burung (Avifauna) di di Lokasi Studi
pada Tahun 2014-2017
No. Lokasi I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017
KELIMPAHAN
1 ORF Gresik 226 175 274 274 357 295 189
2 Sepulu.1 194 125 126 106 212 156 163
3 Sepulu.2 127 125 132 120 110 196 462
Total 547 425 532 500 679 647 814
JUMLAH JENIS
1 ORF Gresik 38 31 32 40 36 40 37
2 Sepulu.1 31 25 24 24 29 32 32
3 Sepulu.2 35 32 28 27 30 45 44
Rata-rata 34.67 29.33 28 30.33 31.67 39 37.67
NILAI H'
1 ORF Gresik 3.239 2.904 3.11 3.23 3.019 3.028 3.055
2 Sepulu.1 2.939 2.831 2.927 2.922 2.287 3.122 2.761
3 Sepulu.2 3.238 3.016 2.95 2.786 2.985 3.506 3.027
Rata-rata 3.139 2.917 2.996 2.979 2.764 3.219 2.948
Keterangan:
Lokasi ORF. area mangrove dan pesisir sekitar ORF Gresik; SPL.1. area mangrove dan
pesisir sekitar Sepulu 1; SPL.2. area mangrove dan pesisir sekitar Sepulu 2
Parameter N sp. jumlah spesies; H’. nilai indeks diversitas Shannon-Wiener; J. nilai indeks
kemerataan jenis Pielou
Periode I.2014. periode semester pertama (April) 2014; II.2014. periode semester kedua
(November) 2014; I.2015. periode semester pertama (Mei) 2015; II.2015. periode
semester kedua (Oktober) 2015; I.2016. periode semester pertama (April) 2016;
II.2016. periode semester kedua (Oktober) 2016; I.2017. periode semester pertama
(Juni) 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
65
Penurunan nilai H’ tersebut disebabkan oleh adanya dominansi satu atau
beberapa jenis burung tertentu, yaitu Walet sapi (kelimpahan relatif 28.22%) dan
Bondol Jawa (14.11%). Untuk lokasi SPL.2, kedua jenis tersebut juga dominan,
ditambah satu jenis dominan lain yaitu Walet sarang-hitam (9.31%).
Gambar 3.17 Grafik dinamika jumlah jenis dan kelimpahan burung di lokasi studi
pada tahun 2014 hingga 2017. Lokasi: ORF. area mangrove dan
pesisir sekitar ORF Gresik; SPL.1. area mangrove dan pesisir sekitar
Sepulu 1; SPL.2. area mangrove dan pesisir sekitar Sepulu 2. Periode:
I.2014. periode semester pertama (April) 2014; II.2014. periode
semester kedua (November) 2014; I.2015. periode semester pertama
(Mei) 2015; II.2015. periode semester kedua (Oktober) 2015; I.2016.
periode semester pertama (April) 2016; II.2016. periode semester
kedua (Oktober) 2016; I.2017. periode semester pertama (Juni) 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
66
Untuk lokasi ORF Gresik, terjadi peningkatan nilai H’ komunitas burung pada
P.I.2017, menjadi 3.055 dari sebelumnya 3.028. Peningkatan tersebut
dipengaruhi oleh ketiaadaan spesies yang sangat mendominasi. Sebelumnya,
pada P.II.2016, terdapat jenis Blekok sawah yang sangat mendominasi
(21.223%), sementara pada P.I.2017 nilai dominansi atau kelimpahan relatif jenis
tersebut adalah 4.23%.
Sebagaimana diketahui, nilai H’ dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu
keragaman atau jumlah spesies serta kelimpahan relatif suatu spesies terhadap
kelimpahan total seluruh spesies dalam komunitas tersebut. Dengan demikian,
apabila pada suatu lokasi terdapat banyak spesies berbeda dengan kelimpahan
yang setara (tidak berbeda) atau tidak ada spesies yang sangat mendominasi maka
nilai H’ akan meningkat (tinggi). Sebaliknya, keberadaan satu atau beberapa
Gambar 3.18 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) burung di
lokasi studi pada tahun 2014 hingga 2017. Lokasi: ORF. area
mangrove dan pesisir sekitar ORF Gresik; SPL.1. area mangrove dan
pesisir sekitar Sepulu 1; SPL.2. area mangrove dan pesisir sekitar
Sepulu 2. Periode: I.2014. periode semester pertama (April) 2014;
II.2014. periode semester kedua (November) 2014; I.2015. periode
semester pertama (Mei) 2015; II.2015. periode semester kedua
(Oktober) 2015; I.2016. periode semester pertama (April) 2016;
II.2016. periode semester kedua (Oktober) 2016; I.2017. periode
semester pertama (Juni) 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
67
spesies yang sangat dominan dalam komunitas berpotensi menurunkan nilai H’
atau keanekaragaman komunitas tersebut.
Pycnonotus goiavier (Merbah cerukcuk)
Pycnonotus aurigaster (Cucak kutilang)
Streptopelia chinensis (Tekukur biasa) Geopelia striata (Perkutut Jawa)
Lonchura leucogastroides (Bondol Jawa) Artamus leucorhynchus (Kekep babi)
Gambar 3.19 Beberapa spesies burung yang dapat dijumpai di lokasi studi pada semester
pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
68
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, terdapat 12 spesies (22.64%)
jenis burung di lokasi studi yang dilindungi secara nasional, yaitu Burung-madu
sriganti (Cinnyris jugularis), Raja-udang biru (Alcedo coerulescens), 3 jenis
Cekakak (Halcyon spp), Blekok sawah, Cangak besar (Ardea alba), Kuntul kecil
(Egretta garzetta), Dara-laut kumis (Chlidonias hybridus), Dara-laut biasa
(Sterna hirundo), Kipasan belang (Rhipidura javanica) dan Gajahan pengala
(Numenius phaeopus).
Pada lokasi studi juga dijumpai tiga jenis burung endemik Indonesia yaitu Raja-
udang biru, Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) dan Cerek Jawa (Charadrius
javanicus). Lebih lanjut, cerek Jawa juga tercantum dalam daftar IUCN Red List
(2007) dengan status NT (Near Threatened – mendekati terancam punah).
Dijumpainya jenis-jenis yang dilindungi secara nasional maupun memiliki status
keterancaman secara internasional menunjukkan bahwa area studi baik ORF
Gresik dan Sepulu merupakan area pesisir yang perlu mendapatkan perhatian dan
status sebagai area konservasi terutama bagi burung.
3.2.2 KOMUNITAS FAUNA BUKAN BURUNG
Secara keseluruhan, pada periode P.I.2017 dijumpai 49 spesies fauna bukan
burung di lokasi studi. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan
P.I.2016 (59 spesies) dan P.II.2016 (54 spesies) namun sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan periode P.I.2015 (48 spesies) dan pada P.II.2015 (45
spesies).
Sebagaimana pada periode sebelumnya, kelompok serangga (Insecta) merupakan
fauna bukan burung yang paling umum dan melimpah (sebanyak 39 spesies atau
79.59%) yang mana 8 spesies diantaranya termasuk dalam ordo Odonata
(capung) dan 20 spesies termasuk anggota ordo Lepidoptera (ngengat dan kupu-
kupu).
Dari 8 jenis Odonata, yang umum dijumpai adalah anggota famili Libellulidae
seperti Capung-tengger garis-hitam (Crocothemis servilia), Capung-tengger hijau
(Diplacodes trivialis), Capung-sambar hijau (Orthetrum sabina) dan Capung
sayap-orange (Brachythemis contaminata).
Dari ordo Lepidoptera, jenis yang umum diantaranya adalah jenis-jenis
Nymphalidae seperti Acraea tepsicore, D. chrysippus, Junonia orithya dan J.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
69
atlites sedangkan dari kelompok Pieridae umum dijumpai jenis Eurema spp,
Delias periboea dan Leptosia nina. Beberapa jenis kupu-kupu kecil dari
kelompok Hesperiidae dan Lycaenidae juga dapat dijumpai, misalnya adalah
Pelopidas conjunctus, Taractrocera archias dan Zizina Otis serta Zizula hylax.
Terdapat perbedaan lokasi preferensial bagi Lepidoptera yang ada. Anggota
famili Pieridae, Hesperiidae dan sebagian Nymphalidae (Eurema spp, J. atlites,
Danaus spp dan Acraea) umumnya lebih mudah dijumpai di area-area terbuka
(area berumputa atau semak-semak rendah) sedangkan sebagian Nymphalidae
lainnya (terutama Elymnias hypermnestra) lebih menyukai area yang lebih
tertutup, dalam hal ini di sekitar semak tinggi atau area yang memiliki vegetasi
yang cukup rapat.
Selain anggota kelas Insecta, fauna bukan burung lain yang dijumpai hanya
beberapa jenis laba-laba (misalnya Laba-laba mangrove Argiope mangal) dan dua
jenis reptil yaitu Biawak (Varanus salvator) dan Ular air Cerberus rhynchops.
Biawak menjadi satu-satunya jenis fauna bukan burung di lokasi studi pada
P.I.2016 yang memiliki status keterancaman global menurut CITES yaitu pada
Appendix II. Juga terdapat 3 jenis amfibi yaitu Katak tegalan (Fejervarya
limnocharis), Kodok buduk (Bufo melanostictus) dan Kodok Kaloula baleata.
Jenis yang terakhir ini baru teramati keberadaannya pada P.I.2017 di lokasi
SPL.2.
Jenis mamalia ukuran sedang yang dijumpai di lokasi studi adalah Garangan
(Herpestes javanicus) di lokasi SPL.1. Di area SPL.2 sempat dijumpai koloni
kecil (diperkirakan sejumlah 7-10 individu) Monyet ekor-panjang (Macaca
fascicularis); namun pada saat pemantauan ini dilaksanakan jenis tersebut tidak
dijumpai sehingga tidak dimasukkan kedalam data pemantauan.
Terjadi penurunan nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas fauna
bukan burung di lokasi studi dibandingkan dengan periode sebelumnya (P.I.2016
dan P.II.2016) yang mana hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh faktor musim.
Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas fauna bukan burung yang
berkisar antara 2.401 di SPL.1 hingga 2.799 di ORF menunjukkan bahwa tingkat
keanekaragaman fauna bukan burung di lokasi studi tergolong dalam kategori
‘sedang’ dimana area ORF Gresik memiliki tingkat keanekaragaman fauna bukan
burung yang lebih tinggi dibandingkan kedua lokasi lainnya.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
70
Tabel 3.8 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Fauna Bukan Burung di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Status ORF SPL.1 SPL.2
1 Achatina fulica Bekicot Achatinidae 4 0 0 -
2 Melanoplus femurrubrum Belalang kayu Acrididae 1 0 0 -
3 Oxya japonica Belalang rumput Acrididae 14 10 8 -
4 Phlaeoba fumosa Belalang coklat Acrididae 0 15 17 -
5 Trilophidia sp Belalang batu Acrididae 5 4 10 -
6 Valanga nigricornis Belalang kayu Acrididae 1 1 0 -
7 Xylocopa latipes Tawon Apidae 0 13 0 -
8 Argiope mangal Laba-laba Araneidae 0 0 3 -
9 Bufo melanostictus Kodok buduk Bufonidae 0 0 3 -
10 Lucilia sp Lalat hijau Calliphoridae 2 0 0 -
11 Agriocnemis femina Capung-jarum centil Coenagrionidae 2 0 0 -
12 Ischnura senegalensis Capung-jarum sawah Coenagrionidae 4 4 5 -
13 Cerberus rynchops Ular air Colubridae 0 0 2 -
14 Fejervarya limnocharis Katak tegalan Dicroglossidae 0 0 2 -
15 Felis catus Kucing domestik Felidae 2 0 0 -
16 Oecophylla smaragdina semut merah Formicidae 50 50 50 -
17 Scopula perlata Ngengat Geometridae 1 0 0 -
18 Herpestes javanicus Garangan Herpestidae 0 2 0 -
19 Taractrocera archias Kupu-kupu Hesperiidae 2 0 0 -
20 Largus sp Kumbang Largidae 1 0 0 -
21 Brachythemis contaminata Capung sayap orange Libellulidae 1 0 0 -
22 Crocothemis servilia Capung-tengger garis-hitam Libellulidae 12 5 5 -
23 Diplacodes trivialis Capung-tengger hijau Libellulidae 6 12 18 -
24 Orthetrum sabina Capung-sambar hijau Libellulidae 7 5 7 -
25 Potamarcha congener Capung Libellulidae 1 0 1 -
26 Nacaduba biocellata Kupu-kupu Lycaenidae 0 0 1 -
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
71
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Status ORF SPL.1 SPL.2
27 Zizina otis Kupu-kupu Lycaenidae 10 22 21 -
28 Zizula hylax Kupu-kupu Lycaenidae 4 2 4 -
29 Kaloula baleata Kodok Microhylidae 0 0 3 -
30 Acraea tepsicore Kupu-kupu Nymphalidae 5 5 2 -
31 Danaus chrysippus Kupu-kupu Nymphalidae 0 3 2 -
32 Danaus genutia Kupu-kupu Nymphalidae 0 1 1 -
33 Elymnias hypermnestra Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -
34 Hypolimnas bolina Kupu-kupu Nymphalidae 2 2 0 -
35 Hypolimnas misippus Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -
36 Junonia almana Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -
37 Junonia atlites Kupu-kupu Nymphalidae 1 2 1 -
38 Junonia orithya Kupu-kupu Nymphalidae 3 0 2 -
39 Mycalesis mineus Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -
40 Mycalesis perseus Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -
41 Neptis hylas Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -
42 Catopsilia pomona Kupu-kupu Pieridae 1 0 0 -
43 Eurema hecabe Kupu-kupu Pieridae 1 0 0 -
44 Leptosia nina Kupu-kupu Pieridae 12 0 0 -
45 Copera marginipes Capung-hantu kaki-kuning Platycnemididae 1 0 0 -
46 Atractomorpha crenulata Belalang pucung Pyrgomorphidae 0 10 6 -
47 Eutropis multifasciata Kadal matahari Scincidae 2 0 1 -
48 Varanus salvator Biawak Varanidae 0 0 1 2(II)
49 Symmorphus bifasciatus Tabuhan Vespidae 3 0 0 -
Jumlah individu 167 168 176
Jumlah spesies 36 19 25
Jumlah genera 32 18 23
Jumlah famili 16 10 14
Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 2.799 2.401 2.544
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
72
No. Spesies Nama Indonesia Famili ni
Status ORF SPL.1 SPL.2
Nilai kemerataan jenis Pielou (J) 0.781 0.815 0.790
Keterangan
Lokasi SPL.1. area pesisir dan mangrove Sepulu.1; SPL.2. area pesisir dan mangrove Sepulu.2; ORF. area pesisir dan mangrove ORF Gresik
1 Status perlindungan dalam Peraturan Republik Indonesia (A. UU No. 5 Tahun 1990; B. PP No. 7 Tahun 1999; C. PP No. 8 Tahun
1999)
2 Status peraturan perdagangan internasional menurut CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna
and Flora) (I. Appendix I; II. Appendix II; III. Appendix III)
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
73
Cerberus rhynchops – Colubridae
Herpestes javanicus – Herpestidae
Varanus salvator – Varanidae
Gambar 3.20 Beberapa fauna bukan serangga yang dapat dijumpai di lokasi studi pada
semester pertama 2017
Bufo melanostictus – Bufonidae
Fejervarya limnocharis – Dicroglossidae Kaloula baleata – Microhylidae
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
74
Danaus chrysippus – Nymphalidae
Eurema hecabe – Pieridae Junonia orithya – Nymphalidae
Lampides boeticus – Lycaenidae
Gambar 3.21 Beberapa spesies kupu-kupu (Lepidoptera) yang dapat dijumpai di lokasi
studi pada semester pertama 2017
Acraea tepsicore – Nymphalidae
Zizina otis – Lycaenidae
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
75
Brachythemis contaminata – Libellulidae Diplacodes trivialis – Libellulidae
Crocothemis servilia – Libellulidae Orthetrum sabina – Libellulidae
Gambar 3.22 Beberapa spesies capung (Odonata) yang dapat dijumpai di lokasi studi pada
semester pertama 2017
Iscnhura senegalensis – Coenagrionidae
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
76
3.3 KOMUNITAS PLANKTON
Plankton dapat didefinisikan sebagai kelompok biota akuatik yang hidup pada kolom
perairan dan memiliki kemampuan lokomosi yang lemah sehingga pergerakannya
sangat tergantung pada pergerakan arus air. Secara umum, kelompok plankton
berukuran mikro (mikroplankton) hingga meso dikelompokkan (mesoplankton)
kedalam grup fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani).
3.3.1 KOMUNITAS FITOPLANKTON
Dalam ekosistem perairan, fitoplankton berperan sebagai produsen dalam sistem
rantai makanan dan menyusun dasar produtivitas primer perairan. Fitoplankton
juga dapat dijadikan sebagai bioindikator kondisi suatu badan perairan.
Keberadaan dan kelimpahan fitoplankton dapat menjadi dasar evaluasi kualitas
dan kesuburan suatu badan perairan. Kelimpahan fitoplankton dalam kolom
perairan merefleksikan pengaruh sejumlah proses dan faktor-faktor lingkungan.
Informasi tentang banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu
perairan, jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi atau adanya jenis
fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang blooming
dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.
Detail komposisi dan kelimpahan jenis plankton pada 9 titik sampling disajikan
pada Tabel 3.9 sedangkan dinamika komunitasnya antara P.I.2015 hingga
P.I.2017 ditampilkan pada Tabel 3.10 dan Gambar 3.23-3.24.
Berdasarkan pada Tabel 3.9 dan serta Gambar 3.23-3.24 tersebut, komposisi
fitoplankton di lokasi studi pada P.I.2017 disusun oleh sedikitnya 47 taksa
fitoplankton; atau relatif sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan periode-
periode sebelumnya (P.I.2015, P.II.2015 dan P.I.2016 serta P.II.2016). Untuk
setiap titik sampling di area ORF Gresik juga mengalami penurunan jumlah jenis,
yang mana pada P.II.2016 berkisar antara 28-39 taksa menjadi sejumlah 23-29
taksa saja, dengan jumlah taksa tertinggi di lokasi PB.1-3 atau titik sampling
yang lebih kearah laut.
Untuk titik sampling di area Sepulu, sebagian mengalami peningkatan jumlah
taksa, misalnya lokasi PB.2-1, PB.2-3, PB.3-1 dan PB.3-2 sedangkan dua titik
lainnya mengalami penurunan jumlah taksa meskipun tidak signifikan (-1 hingga
-2 taksa). Peningkatan jumlah taksa di PB.3-1 cukup tinggi, dari 23 taksa pada
P.II.2016 menjadi 33 taksa pada P.I.2017.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
77
Tabel 3.9 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Fitoplankton di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017
No. Spesies Famili
ni
ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2
PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3
1 Fragilaria sp Bacillariaceae 0 0 0 0 44 0 0 0 0
2 Nitzschia sigma Bacillariaceae 0 0 2 4 0 0 1 3 2
3 Nitzschia holsatica Bacillariaceae 0 0 0 10 12 1 4 0 0
4 Nitzschia longissima Bacillariaceae 0 7 4 0 0 0 0 0 0
5 Nitzschia seriata Bacillariaceae 12 15 9 38 25 7 9 15 21
6 Pseudo-nitzschia sp Bacillariaceae 9 18 24 0 0 0 0 0 0
7 Biddulphia mobiliensis Biddulphiaceae 17 8 11 0 0 25 0 0 0
8 Biddulphia sinensis Biddulphiaceae 13 3 3 0 0 0 0 0 0
9 Ceratium furca Ceratiaceae 4 3 1 19 16 40 22 9 12
10 Ceratium fusus Ceratiaceae 0 0 0 5 43 18 1 9 5
11 Ceratium macroceros Ceratiaceae 0 0 0 0 99 36 20 0 0
12 Ceratium sp Ceratiaceae 0 0 0 0 0 0 3 15 0
13 Ceratium tripos Ceratiaceae 0 0 8 0 10 14 5 15 9
14 Bacteriastrum furcatum Chaetocerotaceae 0 0 0 18 0 71 78 22 0
15 Bacteriastrum hyalinum Chaetocerotaceae 0 0 0 8 0 0 0 0 0
16 Chaetoceros affinis Chaetocerotaceae 44 92 64 1 66 36 33 29 31
17 Chaetoceros curvisetus Chaetocerotaceae 15 0 26 47 0 6 6 0 0
18 Chaetoceros decipiens Chaetocerotaceae 33 56 57 0 0 0 0 0 0
19 Chaetoceros didymus Chaetocerotaceae 0 0 0 0 0 0 46 54 20
20 Chroococcus sp Chroococcaceae 0 0 0 10 0 0 0 0 0
21 Coscinodiscus centralis Coscinodiscaceae 112 160 39 112 88 250 223 114 157
22 Coscinodiscus radiatus Coscinodiscaceae 83 91 76 97 73 40 99 65 84
23 Coscinodiscus sp Coscinodiscaceae 14 48 11 40 14 34 13 30 28
24 Dinophysis homunculus Dinophysiaceae 46 8 30 0 0 5 5 0 0
25 Odontella sp Eupodiscaceae 0 0 0 0 6 0 0 0 0
26 Asterionella sp Fragilariaceae 15 0 7 0 0 0 8 0 0
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
78
No. Spesies Famili
ni
ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2
PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3
27 Hemiaulus sp Hemiaulaceae 0 0 8 4 0 0 20 42 8
28 Pediastrum sp Hydrodictyaceae 0 0 0 16 0 0 0 0 0
29 Dytilum brightwelii Lithodesmiaceae 218 94 88 36 6 2 19 10 10
30 Dytilum sol Lithodesmiaceae 0 0 3 6 1 0 5 8 5
31 Melosira sp Melosiraceae 393 511 283 357 246 311 329 318 239
32 Gyrosigma sp Naviculaceae 5 5 2 5 2 2 5 13 2
33 Navicula sp Naviculaceae 4 7 13 4 5 0 0 0 0
34 Noctiluca sp Noctilucaceae 0 0 0 0 0 0 3 0 0
35 Oscillatoria sp Oscillatoriaceae 0 0 0 85 0 29 28 56 66
36 Peridinium depressum Peridiniaceae 6 0 12 0 0 0 0 0 0
37 Pleurosigma sp Pleurosigmataceae 4 8 3 0 0 0 16 5 10
38 Pyrocystis sp Pyrocystaceae 0 0 0 0 0 2 8 20 0
39 Rhizosolenia cylindrus Rhizosoleniaceae 0 0 0 0 0 7 2 23 15
40 Rhizosolenia hebetata Rhizosoleniaceae 0 0 0 0 0 0 0 5 0
41 Rhizosolenia styliformis Rhizosoleniaceae 0 0 0 0 48 0 2 21 0
42 Skeletonema sp Skeletonemataceae 31 21 145 0 75 18 15 115 140
43 Stephanodiscus sp Stephanodiscaceae 13 2 9 0 0 0 0 0 0
44 Thalassionema nitzschioides Thalassionemataceae 43 21 37 152 34 12 25 33 40
45 Thalassiosira sp Thalassiosiraceae 19 17 0 4 33 25 22 0 0
46 Thalassiothrix frauenfeldii Thalassiosiraceae 56 43 88 413 52 31 42 11 49
47 Triceratium sp Triceratiaceae 0 2 10 5 7 15 8 0 0
Jumlah individu (sel/ml) 1209 1240 1073 1496 1005 1037 1125 1060 953
Jumlah taksa 24 23 29 25 23 25 33 26 21
Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 2.348 2.132 2.583 2.252 2.604 2.346 2.504 2.583 2.372
Nilai indeks dominansi Simpson (D) 0.161 0.209 0.117 0.16 0.105 0.163 0.145 0.129 0.132
Nilai indeks kemerataan jenis Pielou (J) 0.739 0.679 0.767 0.699 0.83 0.729 0.716 0.793 0.799
Keterangan
ni kelimpahan plankton (per ml)
Lokasi PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2
sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2
Nama spesies atau genus yang dicetak tebal menunjukkan dominansi oleh spesies atau genus tersebut pada titik-titik tertentu
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
79
Tabel 3.10 Dinamika Komunitas Fitoplankton di Lokasi Studi pada Tahun 2015
hingga 2017
Lokasi Periode
P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017
JUMLAH TAKSA
PB.1-1 26 25 26 39 24
PB.1-2 41 32 29 28 23
PB.1-3 25 29 34 34 29
PB.2-1 25 33 19 23 25
PB.2-2 29 32 29 25 23
PB.2-3 40 28 38 23 25
PB.3-1 33 33 22 23 33
PB.3-2 28 29 41 22 26
PB.3-3 26 31 29 23 21
KELIMPAHAN (sel/mm³)
PB.1-1 917 1238 1994 1293 1209
PB.1-2 1731 1824 1912 1566 1240
PB.1-3 918 1354 1788 1584 1073
PB.2-1 957 1483 485 1435 1496
PB.2-2 1234 790 572 1325 1005
PB.2-3 848 627 993 1274 1037
PB.3-1 1049 916 558 1270 1125
PB.3-2 1152 1560 850 1476 1060
PB.3-3 1001 993 563 1273 953
NILAI INDEKS DIVERSITAS SHANNON-WIENER (H')
PB.1-1 2.703 2.338 1.906 3.188 2.348
PB.1-2 3.305 2.555 2.008 2.984 2.132
PB.1-3 2.844 2.488 2.458 3.184 2.583
PB.2-1 2.519 2.743 2.344 2.344 2.252
PB.2-2 2.123 2.831 2.671 2.498 2.604
PB.2-3 2.659 2.864 1.939 2.355 2.346
PB.3-1 2.787 2.822 1.939 2.370 2.504
PB.3-2 2.756 2.145 2.772 2.277 2.583
PB.3-3 2.798 2.475 2.565 2.465 2.372
NILAI INDEKS KEMERATAAN JENIS PIELOU (J)
PB.1-1 0.830 0.726 0.585 0.870 0.739
PB.1-2 0.890 0.737 0.596 0.896 0.679
PB.1-3 0.883 0.739 0.697 0.903 0.767
PB.2-1 0.783 0.784 0.715 0.748 0.699
PB.2-2 0.631 0.817 0.703 0.776 0.83
PB.2-3 0.721 0.860 0.709 0.751 0.729
PB.3-1 0.797 0.807 0.627 0.756 0.716
PB.3-2 0.827 0.637 0.747 0.737 0.793
PB.3-3 0.859 0.721 0.762 0.786 0.799
Keterangan
Lokasi PB.1-1. Titik 1 ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 ORF Gresik;
PB.1-3. Titik 3 ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 Sepulu.1; PB.2-2.
Titik 2 Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1
Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 Sepulu.2
Periode P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode
semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama
2016; P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017.
periode semester pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
80
Pada studi ini, kelimpahan fitoplankton bervariasi antara 953 sel/mm3 di titik
PB.3-3 hingga 1496 sel/mm3 di titik PB.2-1. Secara umum, terjadi penurunan
nilai kelimpahan fitoplankton antara P.II.2016 dan P.I.2017 pada semua titik
sampling, kecuali titik PB.2-1 (area Sepulu) yang mengalami peningkatan.
Penurunan jumlah taksa dan nilai kelimpahan fitoplankton yang terjadi belum
diketahui penyebabnya. Secara teori, saat musim kemarau umumnya akan terjadi
peningkatan kelimpahan namun terjadi penurunan kekayaan jenis. Hal tersebut
disebabkan karena saat kemarau umumnya tidak terjadi pengenceran air laut
sehingga konsentrasi nutrien akan lebih tinggi, yang mana kondisi sedemikian
menguntungkan bagi fitoplankton-fitoplankton jenis tertentu yang teradaptasi
dengan kesuburan perairan yang tinggi.
Gambar 3.23 Grafik dinamika jumlah taksa fitoplankton di lokasi studi pada tahun
2015 hingga 2017. Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-
2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik;
PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1;
PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2;
PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2.
Periode: P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode
semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016;
P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester
pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
81
Pada lokasi PB.2-1, peningkatan kelimpahan fitoplankton mungkin terkait
dengan posisi titik sampling yang berada dekat dengan muara sungai kecil yang
mengalir dari area pertambakan. Aliran run-off akan membawa material
(termasuk bahan organik dan nutrien anorganik) masuk ke kawasan estuaria.
Nutrien tersebut pada akhirnya dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk berasimilasi
sehingga terjadi peningkatan kelimpahan fitoplankton di lokasi studi meskipun
tidak secara signifikan.
Satu fenomena menarik kembali terjadi untuk komunitas fitoplankton di perairan
Sepulu, dimana pada P.I.2017 ini, hampir semua lokasi (kecuali PB.2-1, PB.3-1
dan PB.3-3) memiliki nilai jumlah taksa, kelimpahan dan komposisi jenis yang
hampir setara atau serupa (sesuai Tabel 3.9 dan 3.10). Hasil pengamatan tersebut
memberikan informasi bahwa struktur komunitas fitoplankton di perairan Sepulu
pada P.I.2017 bersifat lebih homogen. Kondisi serupa juga terpantau pada
pemantauan periode P.II.2016.
Gambar 3.24 Grafik dinamika kelimpahan fitoplankton di lokasi studi pada tahun
2015 hingga 2017. Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-
2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik;
PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1;
PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2;
PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2.
Periode: P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode
semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016;
P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester
pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
82
Perubahan-perubahan nilai kelimpahan dan jumlah taksa yang terjadi kemudian
berpengaruh pula pada variabel nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’).
Semua lokasi di sekitar ORF Gresik mengalami penurunan nilai H’ yang
signifikan, sementara hanya sebagian titik sampling di Sepulu yang mengalami
penurunan H’, yaitu di titik PB.2-1, PB.3-2 dan PB.3-3 namun tidak secara
signifikan. Untuk tiga lokasi lain di Sepulu mengalami peningkatan nilai H’ yang
cukup tinggi (>0.150 poin).
Keanekaragaman disusun oleh dua variabel utama yaitu keragaman atau jumlah
spesies serta kelimpahan relatif suatu spesies terhadap kelimpahan total seluruh
spesies dalam komunitas tersebut. Dengan demikian, apabila pada suatu lokasi
terdapat banyak spesies berbeda dengan kelimpahan yang setara (tidak berbeda)
atau tidak ada spesies yang sangat mendominasi maka nilai H’ akan meningkat
Gambar 3.25 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)
komunitas fitoplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017.
Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar
ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1
sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3
sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2
sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode: P.I.2015.
periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode semester kedua
2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016; P.II.2016. periode
semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
83
(tinggi). Sebaliknya, keberadaan satu atau beberapa spesies yang sangat dominan
dalam komunitas berpotensi menurunkan nilai H’ atau keanekaragaman
komunitas tersebut.
Secara umum tingkat keanekaragaman jenis fitoplankton di lokasi studi termasuk
dalam kategori ‘sedang’. Berdasarkan nilai H’ tersebut, kualitas lingkungan
perairan termasuk dalam kategori ‘baik’ hingga ‘sangat baik’ dan struktur
komunitas yang cenderung ‘lebih stabil’ hingga ‘sangat stabil’. Stabilitas
komunitas juga dapat dilihat melalui nilai indeks Kemerataan Jenis Pielou (J)
yang bernilai antara 0.679 hingga 0.903 (semua lokasi memiliki nilai E lebih dari
0.83).
Nilai J tersebut berbanding lurus dengan nilai H’; semakin tinggi nilai H’ maka
akan semakin tinggi nilai J. Untuk lokasi sekitar ORF Gresik, karena mengalami
penurunan H’ yang signifikan maka juga terjadi penurunan nilai J, berkisar antara
0.679 di PB.1-2 hingga 0.767 di PB.1-3; sebelumnya pada P.II.2016 nilai J pada
kedua lokasi atau titik sampling tersebut adalah sebesar 0.896 dan 0.903.
Pada tingkat jenis atau takson, fitoplankton yang merupakan jenis utama pada
studi ini di lokasi PB.1-1 hingga PB.1-3 adalah Melosira sp (33.70%), Dytilum
brightwelii (11.357%), Coscinodiscus spp (15.928%), Chaetoceros spp
(10.988%), Skeletonema sp (5.593%) dan Thalassiothrix frauenfeldii (5.309%).
Untuk lokasi perairan Sepulu, didominasi oleh Melosira sp (26.96%),
Coscinodiscus spp (21.001%), Thalassiothrix frauenfeldii (8.957%), Skeletonema
sp (5.437%) dan Thalassionema nitzschioides (4.434%).
Pada P.I.2017 tampaknya terjadi perubahan struktur komunitas fitoplankton baik
untuk area ORF Gresik maupun area Sepulu. Untuk area ORF Gresik, pada
pemantauan-pemantauan terdahulu umumnya didominasi oleh Chaetoceros spp,
Oscillatoria sp dan Melosira spp. Pada P.I.2017 ini, Melosira spp dan
Chaetoceros spp memang masih dominan, namun untuk Oscillatoria sp bahkan
sama sekali tidak dijumpai. Belum diketahui penyebab perubahan komposisi
takas fitoplankton antar periode yang drastis tersebut.
Adapun untuk area Sepulu, pada setiap periode tampaknya terjadi perubahan
struktur komunitas. Pada P.I.2015, taksa utama meliputi Oscillatoria spp,
Chaetoceros spp, Skeletonema sp, Rhizosolenia cylindrus, Peridinium depressum,
Coscinodiscus centralis dan Ceratium furca. Kemudian pada P.II.2015 berubah
menjadi Chaetoceros spp, Thalassionema nitzschioides dan Thalassiothrix
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
84
frauenfeldii serta Oscillatoria sp. Selanjutnya, pada P.I.2016 didominasi oleh
Melosira spp, diikuti oleh Oscillatoria sp dan Coscinodiscus centralis. Lalu pada
P.II.2016 didominasi oleh Oscillatoria sp, Melosira sp dan Chaetoceros spp.
Beberapa jenis Chaetoceros masih dapat dijumpai dengan kelimpahan cukup
tinggi di area Sepulu. Akan tetapi, seperti halnya di ORF Gresik, dominansi jenis
Oscillatoria telah sepenuhnya digantikan oleh Melosira sp pada P.I.2017.
Dengan demikian, taksa fitoplankton yang tampaknya cukup dominan pada
semua titik sampling di area Sepulu selama lima periode adalah Melosira spp.
3.3.2 KOMUNITAS ZOOPLANKTON
Zooplankton merupakan konsumen pertama dalam sistem rantai makanan
perairan dan bersama dengan fitoplankton, zooplankton juga merupakan salah
satu organisme perairan yang dapat dijadikan sebagai bioindikator mengenai
kualitas perairan pada suatu kawasan tertentu. Selain sebagai konsumen, sebagian
besar zooplankton diketahui juga menjadi sumber pangan utama bagi biota pada
level trofik lebih tinggi, misalnya larva ikan dan ikan-ikan kecil. Detail komposisi
dan kelimpahan jenis zooplankton di lokasi studi disajikan pada Tabel 3.11.
Pada P.I.2017 telah teramati 33 jenis zooplankton dari 9 titik sampling di area
ORF Gresik dan Sepulu. Jumlah tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan P.II.2016 dengan 31 jenis. Seperti halnya pada komunitas fitoplankton,
terjadi penurunan jumlah jenis (-2 hingga -3 jenis) sedangkan untuk lokasi
perairan Sepulu terjadi peningkatan jumlah jenis yang cukup signifikan, kecuali
di titik PB.3-2 yang mengalami penurunan jumlah jenis (-1 jenis, dari 17 jenis
pada P.II.2016 menjadi 16 jenis pada P.I.2017).
Untuk setiap titik sampling atau lokasi, masing-masing terdapat 16-21 jenis
zooplankton dengan kelimpahan 85-153 individu/m3; dan terjadi penurunan
kelimpahan zooplankton secara signifikan (-47 hingga -60%) pada semua lokasi.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
85
Tabel 3.11 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Zooplankton di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017
No. Spesies Famili
ni
ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2
PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3
1 Larva nauplius Copepoda - 21 13 19 22 30 48 0 22 34
2 Copepoda Calanoida.1 Acartiidae 4 5 6 8 7 5 6 8 10
3 Larva Cirripedia Balanidae 11 9 10 0 0 0 0 0 0
4 Larva ikan.5 Blenniidae 0 0 0 0 0 0 0 0 1
5 Brachionus sp Brachionidae 9 12 12 0 0 0 0 0 0
6 Larva ikan.3 Carangidae 0 0 0 0 0 0 1 1 0
7 Copepoda Calanoida.2 Centropagidae 2 3 4 2 5 8 3 6 5
8 Codonellopsis sp Codonellidae 0 3 0 0 0 0 0 0 0
9 Tintinnopsis sp Codonellidae 13 23 15 0 0 0 15 0 0
10 Copepoda Cyclopoida.2 Cyclopidae 1 0 1 4 2 3 0 1 12
11 Cypridina sp Cypridinidae 0 0 0 0 10 0 1 0 0
12 Copepoda Harpacticoida.1 Ectinosomatidae 2 4 5 1 4 1 2 3 4
13 Larva ikan.1 Engraulidae 0 0 0 1 1 0 0 0 0
14 Copepoda Calanoida.4 Eucalanidae 0 0 2 0 1 2 1 2 0
15 Globigerina sp Globigerinaceae 4 10 0 1 0 0 0 0 0
16 Larva ikan.4 Gobiidae 0 0 0 0 0 0 0 0 2
17 Larva veliger Bivalvia kelas Bivalvia 0 0 0 4 2 1 4 5 19
18 Larva veliger Gastropoda kelas Gastropoda 0 0 0 8 8 0 3 18 8
19 Larva Loligo sp Loliginidae 0 0 0 0 0 0 1 4 0
20 Lucifer sp Luciferidae 2 2 2 4 1 10 6 4 9
21 Copepoda Harpacticoida.2 Miraciidae 1 0 4 1 4 1 2 1 0
22 Boreomysis sp Mysidae 3 2 1 2 1 3 4 4 8
23 Copepoda Cyclopoida.1 Oithonidae 4 2 2 9 9 8 4 4 4
24 Foraminifera ordo Foraminifera 0 1 0 0 0 0 0 0 0
25 Amphipoda Gammaridea ordo Gammaridea 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
86
No. Spesies Famili
ni
ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2
PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3
26 Larva Stomatopoda ordo Stomatopoda 0 0 0 0 3 2 3 0 0
27 Copepoda Calanoida.5 Pontellidae 0 0 0 0 0 0 2 0 0
28 Copepoda Calanoida.3 Pseudodiaptomidae 2 3 3 2 3 2 3 4 4
29 Sagitta sp Sagittidae 0 0 0 0 0 4 4 1 0
30 Acetes sp Sergestidae 2 1 2 4 0 0 2 1 5
31 Larva ikan.2 Siganidae 0 0 0 0 0 2 0 0 4
32 Larva zoea Brachyura subordo Brachyura 24 13 8 12 35 28 37 18 24
33 Copepoda Calanoida.6 Temoridae 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Jumlah individu 105 106 96 86 126 128 105 107 153
Jumlah taksa 16 16 16 17 17 16 21 16 18
Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 2.306 2.408 2.431 2.394 2.233 2.031 2.400 2.431 2.431
Nilai indeks dominansi Simpson (D) 0.133 0.113 0.110 0.124 0.158 0.207 0.162 0.118 0.114
Nilai indeks kemerataan jenis Pielou (J) 0.832 0.869 0.877 0.845 0.788 0.732 0.788 0.841 0.877
Keterangan
ni kelimpahan zooplankton (per m3)
Lokasi PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2
sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
87
Tidak terdapat perbedaan struktur komunitas zooplankton di lokasi studi pada
P.I.2015 hingga P.I.2017 yang mana masih tetap didominasi oleh anggota filum
Crustacea (udang-udangan) yaitu sebesar 77.767% dari total populasi
zooplankton. Dalam Crustacea sendiri, Copepoda adalah kelompok zooplankton
paling melimpah (44.76% dari total populasi zooplankton) dengan taksa paling
melimpah berasal dari famili Acartiidae, Psedodiaptomidae dan Centropagidae;
ketiganya adalah anggota ordo Calanoida. Dari ordo Cyclopoida, yang paling
melimpah adalah anggota famili Oithonidae dan Cyclopidae sedangkan untuk
ordo Harpacticoida didominasi oleh anggota famili Ectinosomatidae.
Pada P.I.2017, kelimpahan relatif famili Acartiidae, Psedodiaptomidae dan
Centropagidae berturut-turut adalah 5.83%, 3.755% dan 2.569% dari total
populasi zooplankton. Secara alamiah, anggota ketiga famili tersebut merupakan
copepoda paling umum dan melimpah di kasawasan perairan pantai dan estuaria.
Untuk lokasi sekitar ORF, Acartiidae, Psedodiaptomidae dan Centropagidae
tersebut merupakan kelompok Copepoda Calanoida utama, ditambah anggota
famili Eucalanidae. Pada area perairan Sepulu, selain keempat famili tersebut
juga terdapat famili Calanoida lain, yaitu Pontellidae dan Temoridae.
Taksa Crustacea lain yang cukup melimpah adalah larva nauplius dari Crustacea
yaitu sebesar 23.617% dari total populasi zooplankton (mencakup larva
Copepoda dan teritip Balanidae). Larva teritip merupakan biota biofouling yang
melakukan penempelan terutama pada struktur bangunan pantai, misalnya pada
tiang dermaga atau lambung kapal. Copepoda Centropagidae, Diaptomidae dan
Acartiidae serta beberapa taksa copepoda lainnya termasuk zooplankton yang
merupakan sumber pakan potensial bagi ikan dan berbagai biota laut lainnya.
Anggota Crustacea lain yang hampir selalu terkoleksi selama tahun 2015 hingga
2017 antara lain adalah udang Acetes sp dan Lucifer sp.
Dari perairan Sepulu juga terkoleksi beberapa larva ikan dari famili Blenniidae,
Carangidae, Gobiidae, Engraulidae dan Siganidae, namun dengan kelimpahan
yang rendah, sekitar 1-4 individu/m3 pada setiap lokasi sampling.
Dari kelompok Protozoa, tercatat jenis Foraminifera, Brachionus sp,
Codonellopsis sp dan Tintinnopsis sp. Tintinnopsis bahkan termasuk dominan di
perairan sekitar ORF Gresik; jenis tersebut dikenal sebagai salah satu invasive
biota (biota introduksi) yang sering terbawa oleh air balas (ballast water) yang
dibuang oleh kapal laut.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
88
Tabel 3.12 Dinamika Komunitas Zooplankton di Lokasi Studi pada Tahun 2015
hingga 2017
Lokasi Periode
P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017
JUMLAH JENIS
PB.1-1 17 14 15 18 16
PB.1-2 20 19 19 18 16
PB.1-3 12 21 19 19 16
PB.2-1 17 16 13 13 17
PB.2-2 19 17 14 15 17
PB.2-3 24 16 20 12 16
PB.3-1 17 17 18 12 21
PB.3-2 15 18 22 17 16
PB.3-3 17 21 18 16 18
KELIMPAHAN (individu/m³)
PB.1-1 510 114 107 263 105
PB.1-2 1260 342 235 261 106
PB.1-3 326 331 278 186 96
PB.2-1 450 272 111 272 86
PB.2-2 756 352 134 316 126
PB.2-3 582 205 226 246 128
PB.3-1 318 259 159 250 105
PB.3-2 403 179 179 259 107
PB.3-3 507 316 133 352 153
NILAI INDEKS DIVERSITAS SHANNON-WIENER (H')
PB.1-1 2.380 2.419 2.471 2.526 2.306
PB.1-2 2.498 2.317 2.509 2.570 2.408
PB.1-3 2.597 2.553 2.33 2.633 2.431
PB.2-1 2.276 2.236 2.027 2.414 2.394
PB.2-2 2.193 2.244 2.198 2.439 2.233
PB.2-3 2.596 2.481 2.375 2.327 2.031
PB.3-1 2.455 2.407 2.219 2.337 2.4
PB.3-2 2.492 2.239 2.619 2.466 2.431
PB.3-3 2.518 2.452 2.559 2.519 2.431
NILAI INDEKS KEMERATAAN JENIS PIELOU (J)
PB.1-1 0.808 0.916 0.912 0.874 0.832
PB.1-2 0.834 0.787 0.852 0.889 0.869
PB.1-3 0.917 0.838 0.791 0.894 0.877
PB.2-1 0.803 0.807 0.79 0.941 0.845
PB.2-2 0.745 0.792 0.833 0.900 0.788
PB.2-3 0.817 0.895 0.793 0.936 0.732
PB.3-1 0.866 0.849 0.768 0.940 0.788
PB.3-2 0.920 0.775 0.847 0.870 0.841
PB.3-3 0.889 0.481 0.885 0.909 0.877
Keterangan
Lokasi PB.1-1. Titik 1 ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 ORF Gresik;
PB.1-3. Titik 3 ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 Sepulu.1; PB.2-2.
Titik 2 Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1
Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 Sepulu.2
Periode P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode
semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama
2016; P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017.
periode semester pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
89
Gambar 3.26 Grafik dinamika jumlah jenis (gambar atas) dan kelimpahan (gambar
bawah) zooplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017.
Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar
ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1
sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3
sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2
sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode: P.I.2015.
periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode semester kedua
2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016; P.II.2016. periode
semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
90
Penurunan jumlah jenis dan kelimpahan zooplankton di titik PB.1-1 hingga PB.1-
3 (area ORF Gresik) menyebabkan terjadinya penurunan nilai H’, seperti
ditunjukkan oleh Tabel 3.12 dan Gambar 3.26 hingga 3.27. Untuk ketiga titik
tersebut, nilai H’ komunitas zooplankton pada P.I.2017 bervariasi antara 2.306
hingga 2.431 dari awalnya 2.526-2.633 pada P.II.2016. Dengan demikian,
kondisi keanekaragaman zooplankton di area ORF Gresik termasuk kategori
‘sedang’ dan menunjukkan bahwa kualitas perairan termasuk ‘baik’ hingga
‘sangat baik’ dengan kondisi struktur komunitas yang ‘lebih stabil’ hingga
‘sangat stabil’.
Pada perairan sekitar Sepulu, penurunan kelimpahan zooplankton juga diikuti
dengan penurunan nilai H’ meskipun tidak signifikan. Perkecualian untuk titik
PB.3-1 yang mengalami peningkatan nilai H’. Secara keseluruhan, nilai H’
Gambar 3.27 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)
komunitas zooplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017.
Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar
ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1
sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3
sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2
sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode: P.I.2015.
periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode semester kedua
2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016; P.II.2016. periode
semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
91
komunitas zooplankton di Sepulu pada P.I.2017 berkisar antara 2.031 hingga 2.4
atau termasuk dalam kategori keanekaragaman ‘sedang’; juga menunjukkan
bahwa kualitas perairan termasuk ‘baik’ hingga ‘sangat baik’ dengan kondisi
struktur komunitas yang ‘lebih stabil’ hingga ‘sangat stabil’.
3.4 KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS
Makrofauna merupakan sejumlah organisme yang ukuran tubuhnya lebih besar dari
0.5 mm. Sedangkan bentik sendiri berkenaan dengan bentos, yaitu organisme
perairan yang hidupnya terdapat pada substrat dasar dari suatu perairan, baik yang
bersifat sesil (melekat) maupun yang bersifat vigil (bergerak bebas). Sehingga dapat
didefinisikan kembali bahwa makrofauna bentik atau makrozoobentos merupakan
organisme (hewan) yang hidup pada substrat suatu perairan yang memiliki ukuran
tubuh lebih dari 0.5 mm.
Makrozoobentos yang hidupnya relatif menetap cocok digunakan sebagai petunjuk
kualitas lingkungan karena selalu mengadakan kontak dengan limbah yang masuk
kedalam habitatnya. Kelompok organisme tersebut dapat lebih mencerminkan adanya
perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. Kelebihan penggunaan
makrozoobentos sebagai indikator pencemaran organik adalah karena jumlahnya
relatif banyak, mudah ditemukan, mudah dikoleksi dan diidentifikasi, bersifat
immobile, dan memberi tanggapan yang berbeda terhadap kandungan bahan organik.
Detail komposisi dan kelimpahan makrozoobentos di lokasi studi disajikan pada
Tabel 3.13.
Pada pemantauan periode P.I.2017 terkoleksi 49 jenis makrozoobentos, sedikit lebih
banyak dibandingan P.II.2016 (48 jenis) dan P.II.2015 yang berjumlah 47 jenis
namun lebih rendah dari periode P.I.2016 dengan 52 jenis. Dari 49 jenis tersebut, 20
jenis termasuk kelompok Bivalvia (40.816% total jenis makrozoobentos), 26 jenis
Gastropoda (53.061%) serta masing-masing 1 jenis Crustacea, Polychaeta dan
Holothuroidea. Secara umum, lebih banyak jenis Gastropoda yang dijumpai pada
P.I.2017 dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
92
Tabel 3.13 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Makrozoobentos di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017
No. Spesies Famili
ni
ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2
PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3
1 Barbatia foliosa Arcidae 0 2 0 0 0 0 1 2 0
2 Scapharca inaequivalvis Arcidae 0 2 1 0 0 0 0 0 2
3 Sphaerassiminea miniata Assimineidae 10 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Clypeomorus coralium Cerithidae 0 0 0 5 6 0 6 0 0
5 Rhinoclavis sinensis Cerithidae 0 0 0 5 0 0 0 0 0
6 Cerithidea cingulata Cerithidae 8 0 0 5 0 0 0 0 0
7 Cerithidea obtusa Cerithidae 1 0 0 1 0 0 0 0 0
8 Umbonium sp Cirridae 0 0 0 0 0 2 1 0 4
9 Corbula sp Corbulidae 0 1 4 0 1 1 1 1 0
10 Aliculastrum cylindrus Dentaliidae 0 0 3 0 0 0 0 0 0
11 Dentalium sp Dentaliidae 0 0 0 0 0 0 5 0 0
12 Cassidulla aurisfelis Ellobiidae 6 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Pythia plicata Ellobiidae 1 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Eglisia tricarinata Epitoniidae 0 0 0 0 7 7 9 2 10
15 Holothuria leucospilota Holothuriidae 0 0 0 1 0 0 0 0 0
16 Isognomon epipphium Isognomidae 0 0 0 2 0 0 0 0 0
17 Lavidentalium sp Laevidentaliidae 0 0 0 0 1 0 0 0 2
18 Rhabdus eburneum Laevidentaliidae 0 0 0 0 1 0 1 0 4
19 Littoraria carinifera Littorinidae 0 0 0 2 0 0 0 0 0
20 Littoraria melanostoma Littorinidae 5 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Littoraria scabra Littorinidae 0 0 0 8 0 0 0 0 0
22 Mactra violacea Mactridae 0 0 0 0 0 2 0 1 0
23 Mitra coronata Mitridae 0 0 0 0 0 0 1 0 0
24 Mitra sp Mitridae 0 0 0 0 1 0 0 0 4
25 Perna viridis Mytilidae 0 0 2 0 0 0 0 0 0
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
93
No. Spesies Famili
ni
ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2
PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3
26 Nassarius sp Nassarridae 0 1 4 1 0 1 0 0 2
27 Polinices sp Naticidae 0 0 0 0 0 1 0 0 1
28 Nereis sp Nereidae 0 0 0 0 0 2 1 0 0
29 Dostia violacea Neritidae 1 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Nerita lineata Neritidae 2 0 0 1 0 0 0 0 0
31 Pictoneritina oualaniensis Neritidae 0 0 0 0 1 0 1 0 0
32 Uca sp Ocypodidae 2 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Saccostrea cucculata Ostreidae 0 0 0 6 0 0 0 0 0
34 Chlamys sp Pectinidae 0 0 0 0 0 0 0 0 1
35 Pharella javanica Pharellidae 2 0 0 0 0 0 0 0 0
36 Cerithidea quadrata Potamididae 1 0 0 1 0 0 0 0 0
37 Telescopium telescopium Potamididae 2 0 0 0 0 0 0 0 0
38 Gari truncata Psamobiidae 0 0 0 0 0 0 1 0 0
39 Pupina sp Pupinidae 0 4 4 0 0 0 0 0 0
40 Tellina palatum Tellinidae 0 2 0 0 3 0 1 1 0
41 Tellina sp Tellinidae 0 1 2 0 1 0 0 0 0
42 Tellina timorensis Tellinidae 0 0 0 0 0 4 0 4 0
43 Anomalocardia sp Veneridae 0 0 0 0 1 0 0 0 0
44 Dosinia sp Veneridae 0 0 0 0 0 0 0 1 2
45 Gafrarium tumidum Veneridae 0 0 0 0 0 0 0 5 5
46 Pitar alabastrum Veneridae 0 0 0 0 0 0 0 0 1
47 Placamen tiara Veneridae 0 0 0 0 0 0 0 0 3
48 Tapes sulcarius Veneridae 0 0 0 0 0 1 0 0 0
49 Timoclea sp Veneridae 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Jumlah individu 41 13 20 38 24 21 29 17 41
Jumlah jenis 12 7 7 12 11 9 12 8 13
Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 2.152 1.818 1.861 2.209 2.025 1.934 2.037 1.871 2.334
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
94
No. Spesies Famili
ni
ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2
PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3
Nilai indeks dominansi Simpson (D) 0.146 0.183 0.165 0.130 0.177 0.184 0.180 0.183 0.120
Nilai indeks kemerataan jenis Pielou (J) 0.866 0.935 0.956 0.889 0.845 0.880 0.820 0.900 0.910
Keterangan
ni kelimpahan makrozoobentos (per m2 substrat dasar)
Lokasi PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2
sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
95
Untuk aspek komposisi jenis, tidak terdapat perbedaan antara periode P.I.2015,
hingga P.I.2017 dimana juga tetap terdapat kecenderungan jenis-jenis
makrozoobentos tertentu yang dijumpai pada area-area tertentu; misalnya anggota
famili Littorinidae bersifat eksklusif terhadap akar, batang dan daun mangrove dan
dengan demikian lebih banyak dijumpai di titik PB.1-1 dan PB.2-1 yang merupakan
titik sampling di sekitar area mangrove. Demikian halnya gastropoda seperti Nerita
spp, Sphaerassiminea miniata, Onchidium sp dan anggota famili Potamididae yang
lebih umum dijumpai di kawasan mangrove, baik menempel diatas substrat dasar
maupun pada perakaran dan batang mangrove.
Kemudian, secara keseluruhan kelompok Gastropoda lebih umum dijumpai di titik-
titik sampling yang lebih dekat ke pesisir pantai atau dengan kata lain pada perairan
yang lebih dangkal. Kelompok Bivalvia dan Scaphopoda, sebaliknya lebih umum
terambil pada lokasi-lokasi yang lebih dalam (lebih jauh dari pantai) kecuali beberapa
spesies tertentu seperti Isognomon epipphium (menempel pada batang atau perakaran
mangrove) serta beberapa spesies dari famili Veneridae dan Tellinidae.
Makrozoobentos diketahui sebagai kelompok biota dengan persebaran alami yang
cenderung tidak merata. Oleh karena itu, sebaran jenis-jenis makrozoobentos tertentu
umumnya didasarkan pada kebutuhan dasar hidupnya (misalnya beberapa jenis lebih
menyukai pantai berpasir sedangkan jenis lain lebih menyukai pantai berlumpur).
Oleh karena itu, komposisi jenis makrozoobentos antar titik sampling di lokasi studi
dapat sangat berbeda satu sama lain.
Pada P.I.2017, penurunan jumlah jenis hanya terjadi di titik PB.1-1 sementara untuk
titik lainnya cenderung stabil atau mengalami peningkatan jumlah jenis, misalnya di
lokasi PB.3-1 dan PB.3-3 dimana pada P.II.2016 dijumpai sejumlah 9 dan 10 jenis
sedangkan pada P.I.2017 dijumpai 12 dan 13 jenis (Tabel 3.14 dan Gambar 3.28-
3.29).
Ditinjau dari variabel kelimpahan, terjadi peningkatan pada semua titik sampling,
kecuali PB.1-3 dan PB.2-1 yang bersifat tetap. Peningkatan kelimpahan tertinggi
terdapat di titik PB.3-3 (dari 13 individu pada P.II.2016 menjadi 41 individu pada
P.I.2017), PB.2-3 dan PB.3-2.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
96
Tabel 3.14 Dinamika Komunitas Makrozoobentos di Lokasi Studi pada Tahun 2015
hingga 2017
Lokasi Periode
P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017
JUMLAH JENIS
PB.1-1 17 14 16 13 12
PB.1-2 5 5 6 6 7
PB.1-3 5 5 7 4 7
PB.2-1 12 11 12 11 12
PB.2-2 5 8 8 10 11
PB.2-3 4 5 6 9 9
PB.3-1 4 5 4 9 12
PB.3-2 11 13 11 6 8
PB.3-3 4 5 11 10 13
KELIMPAHAN
PB.1-1 62 55 30 37 41
PB.1-2 14 18 14 7 13
PB.1-3 6 11 11 20 20
PB.2-1 66 59 72 38 38
PB.2-2 25 25 16 19 24
PB.2-3 8 12 10 13 21
PB.3-1 12 12 6 26 29
PB.3-2 70 44 36 9 17
PB.3-3 20 11 29 13 41
NILAI INDEKS DIVERSITAS SHANNON-WIENER (H')
PB.1-1 2.553 2.230 2.526 2.320 2.152
PB.1-2 1.390 0.961 1.631 1.748 1.818
PB.1-3 1.561 1.468 1.894 1.235 1.861
PB.2-1 2.001 2.127 2.158 2.157 2.209
PB.2-2 1.311 1.552 1.927 1.955 2.025
PB.2-3 1.213 1.358 1.696 1.946 1.934
PB.3-1 1.199 1.358 1.33 1.852 2.037
PB.3-2 2.180 2.175 2.122 1.677 1.871
PB.3-3 1.025 1.468 1.904 1.993 2.334
NILAI INDEKS KEMERATAAN JENIS PIELOU (J)
PB.1-1 0.901 0.845 0.911 0.905 0.866
PB.1-2 0.864 0.597 0.91 0.976 0.934
PB.1-3 0.970 0.912 0.973 0.891 0.956
PB.2-1 0.805 0.887 0.869 0.899 0.889
PB.2-2 0.814 0.747 0.927 0.849 0.845
PB.2-3 0.875 0.844 0.946 0.886 0.88
PB.3-1 0.865 0.844 0.959 0.843 0.819
PB.3-2 0.909 0.848 0.885 0.936 0.899
PB.3-3 0.739 0.912 0.794 0.866 0.91
Keterangan
Lokasi PB.1-1. Titik 1 ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 ORF Gresik;
PB.1-3. Titik 3 ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 Sepulu.1; PB.2-2.
Titik 2 Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1
Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 Sepulu.2
Periode P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode
semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama
2016; P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017.
periode semester pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
97
Gambar 3.28 Grafik dinamika jumlah jenis (gambar atas) dan kelimpahan (gambar
bawah) makrozoobentos di lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017.
Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar
ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1
sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3
sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2
sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode: P.I.2015.
periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode semester kedua
2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016; P.II.2016. periode
semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
98
Dinamika-dinamika jumlah jenis dan kelimpahan pada akhirnya mempengaruhi nilai
tingkat keanekaragaman (H’)-nya. Pada P.I.2017, penurunan nilai H’ komunitas
makrozoobentos hanya terjadi di titik PB.1-1 yang juga mengalami penurunan jumlah
jenis. Pada titik tersebut, nilai H’ pada P.II.2016 adalah 2.320 sedangkan pada
P.I.2017 sebesar 2.152, memberikan indikasi bahwa kualitas lingkungan bentik di
titik tersebut adalah dalam kategori ‘baik’ dengan struktur komunitas yang ‘lebih
stabil’.
Pada titik sampling lainnya terjadi peningkatan nilai H’ dengan peningkatan tertinggi
pada titik PB.1-3 dan PB.3-3. Selain di titik PB.1-1, nilai H’ bervariasi antara 1.861
di PB.1-3 hingga 2.334 di PB.3-3. Dengan demikian, kualitas lingkungan bentik pada
lokasi-lokasi tersebut termasuk dalam kategori baik’ dengan struktur komunitas yang
‘lebih stabil’.
Gambar 3.29 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)
komunitas makrozoobentos di lokasi studi pada tahun 2015 hingga
2017. Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2
sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1.
Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3.
Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2.
Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode:
P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode
semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016;
P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester
pertama 2017
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
99
3.5 KOMUNITAS NEKTON
Pada periode P.I.2017, sampling nekton hanya dilakukan di lokasi SPL.2, berupa
aliran sungai kecil yang terdapat di tengah area mangrove di utara desa Labuhan.
Jumlah ikan tertangkap dengan jala insang (gill net) pada pemantauan ini jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan periode P.I.2015 maupun P.I.2016.
Pada P.I.2017 ini tampak jelas terjadinya penurunan jumlah tangkapan ikan, yang
berdasarkan keterangan nelayan lokal, lebih disebabkan oleh waktu sampling yang
kurang sesuai. Idealnya, jala dipasang pada saat pasang tinggi dan panen ikan
tertangkap dilakukan saat surut. Pada periode ini, pemasangan jala baru dilakukan
saat air laut sudah mendekati surut sehingga hanya sedikit ikan yang didapatkan.
Tabel 3.15 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Nekton di Lokasi Studi pada Semester
Pertama 2017
No. Spesies Nama lokal Famili Jumlah
1 Liza subviridis Belanak Mugilidae 6
2 Scatophagus argus Kiper Scatophagidae 2
3 Terapon jarbua Kerong-kerong Terapontidae 3
4 Carangoides sp Putihan Carangidae 1
5 Leiognathus equulus Peperek Leioganthidae 1
6 Mystus sp Keting Bagridae 2
7 Liza vaigiensis Belanak Mugilidae 1
8 Siganus javus Baronang Siganidae 3
9 Siganus canaliculatus Baronang Siganidae 1
Total 20
Secara keseluruhan, nekton dengan kelimpahan tertinggi pada P.I.2017 adalah jenis
Belanak Liza subviridis (greenback mullet, famili Mullidae). Jenis tersebut diketahui
berupakan salah satu jenis mullet (Belanak) dengan sebaran geografis terluas di Indo-
Pasifik barat; umumnya hidup mengelompok di perairan pesisir dangkal dan dapat
memasuki laguna, estuaria, sekitar mangrove atau kadang-kadang menuju air tawar
untuk mencari makan. L. subviridis juga merupakan jenis ikan yang paling banyak
tertangkap pada periode P.I.2015 dan P.I.2016. Di area sampling tidak hanya terdapat
L. subviridis stadia dewasa namun juga stadia juvenile.
Pada P.I.2017 ini, semua individu yang ditemukan masih berada pada tahap atau
stadia juvenile sehingga tidak dilakukan pemeriksaan gonad untuk menentukan TKG
(Tingkat Kematangan Gonad).
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
100
Untuk Belanak, umumnya suatu individu dianggap telah dewasa bila telah mencapai
panjang >200 mm dengan individu betina yang umumnya lebih panjang (sebagai
contoh, panjang baku usia dewasa pada Liza argentea adalah 180 mm untuk jantan
dan 207 mm untuk betina (Kendall & Gray, 2008).
Perhitungan berat tangkapan ikan menunjukkan bahwa CPUE (Catch per Unit Effort)
antara semester pertama 2015, 2016 dan 2017 untuk ikan belanak berkisar antara
1044.5 gr hingga 5649.5 gr. CPUE atau hasil tangkapan per upaya penangkapan
menunjukkan perbandingan antara hasil tangkapan dengan unit effort yang
dicurahkan. Hasil tangkapan pada prinsipnya adalah merupakan output dari kegiatan
penangkapan, sedangkan effort yang diperlukannya pada prinsipnya merupakan input
dari kegiatan penangkapan tersebut.
Antara tahun 2015 hingga 2017 telah terdata 17 jenis ikan, seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.16 berikut;
Tabel 3.16 Perbandingan Komposisi Jenis Nekton di Lokasi Studi pada Semester
Pertama 2015 hingga 2017
No. Spesies Nama lokal Famili Frekuensi
Group P.I.2015 P.I.2016 P.I.2017
1 Arius sagor Manyung Ariidae + NA NA D
2 Mystus sp Keting Bagridae NA NA + D
3 Carangoides praeustus Putihan Carangidae + NA + PK
4 Chanos chanos Bandeng Chanidae + NA NA PK
5 Gerres filamentosus Kapasan Gerreidae + NA NA PK
6 Pentaprion longimanus Kapasan Gerreidae + NA NA D
7 Leiognathus equulus Peperek Leioganthidae NA NA + D
8 Leiognathus longispinis Gereh Leiognathidae + NA NA PK
9 Lutjanus russelli Kakap Lutjanidae + + NA PK
10 Liza subviridis Belanak Mugilidae + + + PK
11 Liza vaigiensis Belanak Mugilidae + + + PK
12 Scatophagus argus Kiper Scatophagidae + + + PK
13 Parascorpaena bynoensis Lepu batu Scorpaenidae + NA NA D
14 Siganus javus Baronang Siganidae NA NA + D
15 Siganus canaliculatus Baronang Siganidae NA NA + D
16 Sillago sihama Berujung Sillaginidae + NA NA D
17 Terapon jarbua Kerong-kerong Terapontidae + NA + D
Total Spesies 13 4 9
Total individu 112 11 20
Keterangan:
Frekuensi P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016;
P.I.2017. periode semester pertama 2017
Group D. ikan demersal; PK. ikan pelagis kecil
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
101
Selain ikan-ikan berukuran sedang-besar, area mangrove di SPL.2 juga menjadi
habitat bagi berbagai juvenile dan ikan kecil. Tercatat sedikitnya 31 jenis juvenile dan
ikan kecil yang terdata di lokasi tersebut (Tabel 3.17).
Tabel 3.14 Jenis Juvenile dan Ikan Kecil di Lokasi Studi pada Semester Pertama
2017
No. Spesies Nama lokal Famili
1 Acentrogobius nebulosus Glodog Gobiidae
2 Acentrogobius sp Glodog Gobiidae
3 Bathygobius cocosensis Glodog Gobiidae
4 Cryptocentrus sp Glodog Gobiidae
5 Glossogobius biocellatus Glodog Gobiidae
6 Glossogobius circumspectus Glodog Gobiidae
7 Istigobius decoratus Glodog Gobiidae
8 Periophthalmus argentilineatus Glodog Gobiidae
9 Periophthalmus chrysospilos Glodog Gobiidae
10 Periophthalmus novemradiatus Glodog Gobiidae
11 Periophthalmus variabilis Glodog Gobiidae
12 Pseudogobius javanicus Glodog Gobiidae
13 Yongeichthys nebulosus Glodog Gobiidae
14 Terapon jarbua Kerong-kerong Terapontidae
15 Ambassis kopsii - Ambassiidae
16 Ambassis buruensis - Ambassiidae
17 Oryzias javanicus - Adrianichthyidae
18 Liza subviridis Belanak Mugilidae
19 Liza vaigiensis Belanak Mugilidae
20 Butis butis Belosoh Eleotridae
21 Ophiocara porocephala Belosoh Eleotridae
22 Gerres oyena Kapasan Gerreidae
23 Sillago sihama Berujung Sillaginidae
24 Siganus javus Baronang Siganidae
25 Siganus canaliculatus Baronang Siganidae
26 Zenarchopterus buffonis Julung-julung Hemiramphidae
27 Mystus sp Keting Bagridae
28 Atherinomorus duodecimalis Teri Engraulidae
29 Lutjanus argentimaculatus Kakap Lutjanidae
30 Caranx para Putihan Carangidae
31 Takifugu oblongus Buntal Tetraodontidae
Pada saat sampling juga tertangkap makrozoobentos yang memiliki nilai ekomonis
namun sejauh ini belum termanfaatkan dengan optimal yaitu Rajungan hijau
(Thalamita crenata) dan Udang putih (Metapenaues sp).
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
102
Zenarchopterus buffonis - Hemirhamphidae Oryzias javanicus - Adrianichthyidae
Gambar 3.30 Beberapa spesies ikan yang dapat dijumpai di lokasi studi pada semester
pertama 2017
Mystus sp - Bagridae Terapon jarbua - Terapontidae
Liza subviridis - Mugilidae Carangoides praeustus - Carangidae
Leiognathus equulus - Leiognathidae Ambassis kuhlii - Ambassidae
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
103
3.6 KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS)
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh proses
kehidupannya berlangsung dilingkungan perairan laut dangkal. Morfologi lamun
menunjukkan kemiripan dengan kerabatnya yang tumbuh di darat yaitu rumput. Satu
hal yang membedakan lamun dengan tumbuhan darat adalah bahwa lamun tidak
memiliki stomata.
Di lokasi studi, keberadaan padang lamun (seagrass bed) terdeteksi di area Sepulu 1
(SPL.1) tepatnya di sebelah timur area mangrove Mg.2-1 yang berupa tegakan
monospesies Bogem (Sonneratia alba).
Hasil analisis vegetasi lamun pada lokasi tersebut (Tabel 3.18) menunjukkan bahwa
hanya terdapat satu spesies lamun yaitu Thalassia hemprichii dengan kerapatan
sekitar 26.4 tegakan/m2 dan nilai penutupan substrat sebesar 16.66%.
Tabel 3.18 Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun (Seagrass) di Lokasi Studi pada
Semester Pertama 2017
No. Spesies Famili Kerapatan (m¯²) Penutupan (%)
LAMUN (SEAGRASS)
1 Thalassia hemprichii Hydrocharitaceae 26.4 18.66
ALGA
2 Actinotrichia fragilis Galaxauraceae 5.7 3.16
3 Padina australis Dictyotaceae 22.6 13.5
4 Halimeda opuntia Halimedaceae 33.8 43.4
Metapenaeus sp - Penaeidae
Gambar 3.31 Makrozoobentos berpotensi ekonomis yang tertangkap di area sampling nekton di
lokasi studi pada semester pertama 2017
Thalamita crenata - Portunidae
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
104
Secara visual, tegakan lamun di lokasi pengamatan berkompetisi dalam perebutan
ruang hidup dengan berbagai jenis makroalga termasuk Padina australis serta alga
berkapur (coralline algae) jenis Halimeda opuntia dan Actinotrichia fragilis. Diantara
ketiga jenis tersebut, Halimeda merupakan yang paling dominan; kerapatan dan
penutupannya bahkan lebih besar daripada jenis lamun Thalassia. Dalam banyak
literatur, pada perairan yang cenderung subur (kadar nutrien tinggi), lamun akan
cenderung berkompetisi dengan alga dalam perebutan sumberdaya terutama ruang
hidup dan cahaya matahari. Kondisi perairan di area Sepulu yang agak keruh
(kecerahan atau visibility rendah) diduga turut menjadi penyebab rendahnya
kerapatan dan penutupan lamun di lokasi tersebut.
Gambar 3.32 Tipikal kondisi lamun Thalassia hemprichii di lokasi studi pada semester
pertama 2017; sebagian besar tegakan tumbuh secara mengelompok di
celah-celah antara koloni karang hidup maupun karang mati
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
105
Tegakan-tegakan lamun yang ada umumnya tumbuh secara mengelompok (patchy)
dan tidak tersebar secara merata. Sebagian besar lamun yang ada tumbuh di sela-sela
atau celah-celah koloni karang baik karang mati maupun karang yang masih hidup.
Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 200 tahun 2004
tentang kriteria baku kerusakan dan pedoman penentuan status padang lamun, padang
lamun di area Sepulu termasuk dalam kategori kerusakan ‘tinggi dan berada dalam
status ‘rusak’ atau ‘miskin’ dimana nilai penutupannya kurang dari 29.9%.
Gambar 3.33 Makroalga Padina australis, salah satu kompetitor lamun dalam perebutan
sumberdaya dan ruang hidup
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
106
IV. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, data dan analisis tentang kondisi komunitas flora dan
fauna dan keanekaragaman hayati di sekitar area ORF Gresik dan desa Labuhan,
Sepulu, Bangkalan – Madura pada semester pertama 2017, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut;
a. Vegetasi darat di lokasi studi termasuk tipe vegetasi artifisial dengan jenis
tanaman utama adalah tanaman peneduh, tanaman berpotensi ekonomi (tanaman
buah) dan tanaman bernilai estetis; terutama disekitar kompleks ORF Gresik.
Jenis pohon buah yang umum di ORF Gresik antara lain adalah Mangga
(Mangifera indica), Sirsat (Annona muricata), Juwet/jamblang (Syzygium cumini)
dan Jambu air (S. aqueum).
b. Pihak PT. Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO) telah
mengadakan penghijauan melalui program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP)
dengan jenis utama adalah tanaman buah dan tanaman peneduh misalnya Jambu
air, Jambu biji (Psidium guajava), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Sawo
Manila (Manilkara zapota), Sawo kecik (Manilkara kauki) dan Juwet
c. Jenis yang melimpah di Sepulu.1 diantaranya adalah Waru (Hibiscus tiliaceus),
Petai Cina (Leucaena leucocephala), Mimba (Azadirachta indica), Mengkudu
(Morinda citrifolia) dan Akasia (Acacia auriculiformis) sedangkan di Sepulu.2
didominasi oleh Mimba, Kayu bejaran (Lannea coromandelica), Waru dan Asam
Jawa (Tamarindus indicus)
d. Tingkat keanekaragaman jenis pohon dan palem di area ORF Gresik termasuk
dalam kategori ‘tinggi’ (H’ = 3.035) sedangkan untuk area Sepulu termasuk
kategori ‘sedang’ (H’ = 2.016 – 2.08)
e. Pada lokasi studi tercatat sedikitnya 16 jenis mangrove sejati (true mangrove) dan
32 jenis mangrove asosiasi (associate mangrove). Pada lokasi ORF Gresik, jenis
mangrove dominan adalah Bakau kurap (Rhizophora stylosa) dan Api-api putih
(Avicennia marina); area Sepulu.1 dan Sepulu.2 didominasi oleh mangrove
Bogem/pidada (Sonneratia alba), Api-api putih dan Bakau minyak
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
107
f. Pada lokasi Sepulu.1 titik Mg.2-2, kerapatan tegakan pohon mangrove <900
tegakan/ha sehingga kondisi hutan mangrove di titik tersebut termasuk dalam
kategori ‘rusak’ atau jarang. Pada semua lokasi lainnya, kerapatan tegakan pohon
mangrove ≥1500 tegakan/ha sehingga kondisi hutan mangrove setempat termasuk
dalam kategori ‘baik’ atau ‘sangat rapat’
g. Kerapatan mangrove terendah di lokasi Mg.2-2 (900 tegakan/ha, area Sepulu.1)
dan tertinggi di lokasi Mg.3-1 (5000 tegakan/ha, area Sepulu.2)
h. Komunitas burung (aviafauna) di keseluruhan lokasi studi disusun oleh
sedikitnya 53 spesies burung. Di ORF Gresik sebanyak 37 jenis, di Sepulu.1 32
jenis sedangkan di Sepulu.2 44 jenis
i. Untuk seluruh lokasi, jenis burung yang melimpah dan kosmopolit diantaranya
adalah Walet linchi (Collocalia linchi), diikuti jenis Bondol Jawa (Lonchura
leucogastroides), Burung-gereja Erasia (Passer montanus), Blekok sawah
(Ardeola speciosa), Bondol peking (L. punctulata), Kuntul kecil (Egretta
garzetta), Cangak besar (Ardea alba) dan Kapasan kemiri (Lalage nigra)
j. Tercatat beberapa spesies burung yang dijumpai pada semester pertama 2015
hingga 2016 namun tidak tercatat pada semester pertama 2017, misalnya Elang-
laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), Elang bondol (Haliastur indus), Perling
kecil (Aplonis minor) dan gagak kampung (Corvus macrorhynchos)
k. Banyak jenis burung migran yang dijumpai pada tahun 2015 dan 2016 namun
juga tidak dijumpai pada semester pertama 2017, terutama anggota famili
Scolopacidae, Laridae dan Charadriidae
l. Terdapat 1 (satu) catatan perjumpaan jenis-jenis burung yang sebelumnya tidak
dijumpai pada tahun 2015 dan 2016, yaitu Walet sarang-hitam (Collocalia
maxima) yang melimpah di Sepulu.2
m. Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas burung yang bernilai
2.761 di Sepulu.1 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman burung di lokasi
tersebut tergolong dalam kategori ‘sedang’; untuk lokasi ORF dan Sepulu.2 nilai
H’ sebesar 3.055 dan 3.027 atau tergolong dalam kategori ‘tinggi’
n. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, terdapat terdapat 12 spesies
(22.64%) burung di lokasi studi yang dilindungi secara nasional, yaitu Burung-
madu sriganti (Cinnyris jugularis), Raja-udang biru (Alcedo coerulescens), 3
jenis Cekakak (Halcyon spp), Blekok sawah, Cangak besar (Ardea alba), Kuntul
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
108
kecil (Egretta garzetta), Dara-laut kumis (Chlidonias hybridus), Dara-laut biasa
(Sterna hirundo), Kipasan belang (Rhipidura javanica) dan Gajahan pengala
(Numenius phaeopus)
o. Pada lokasi studi juga dijumpai tiga jenis burung endemik Indonesia yaitu Raja-
udang biru, Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) dan Cerek Jawa (Charadrius
javanicus)
p. Cerek Jawa juga tercantum dalam daftar IUCN Red List (2007) dengan status NT
(Near Threatened – mendekati terancam punah)
q. Keberadaan fauna bukan burung di lokasi studi diwakili oleh 49 jenis fauna non-
burung dari kelompok Insecta (serangga), Arachnida (laba-laba), Mollusca,
Reptil, Amfibi dan Mamalia
r. Fauna bukan burung dengan jumlah jenis tertinggi adalah dari ordo Lepidoptera
(kupu-kupu) dan Odonata (capung)
s. Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas fauna bukan burung yang
berkisar antara 2.401 hingga 2.799 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman
fauna bukan burung di lokasi studi tergolong dalam kategori ‘sedang’ dimana
area ORF Gresik memiliki tingkat keanekaragaman fauna bukan burung yang
lebih tinggi dibandingkan kedua lokasi lainnya
t. Berdasar nilai Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas fitoplankton
(2.132-2.604), kondisi perairan di lokasi studi tergolong ‘baik’ hingga ‘sangat
baik’ dengan kondisi struktur komunitas yang ‘lebih stabil’ hingga ‘sangat stabil’
u. Pada studi ini, komunitas fitoplankton dilokasi perairan sekitar ORF didominasi
oleh taksa Melosira sp, Dytilum brightwelii, Coscinodiscus spp, Chaetoceros spp,
Skeletonema sp dan Thalassiothrix frauenfeldii. Untuk lokasi Sepulu,
fitoplankton dominan meliputi Melosira sp dan Coscinodicus spp serta
Skeletonema sp, Thalassionema nitzschioides dan Thalassiothrix frauenfeldii
v. Berdasar nilai Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas zooplankton
(2.306 hingga 2.431), tingkat keanekaragaman jenis zooplankton di lokasi studi
juga termasuk dalam kategori ‘sedang’ dengan kualitas perairan yang bersifat
yang bersifat ‘baik’ hingga ‘sangat baik’ dan struktur komunitas yang cenderung
‘lebih stabil’ hingga ‘sangat stabil’
w. Pada semua lokasi sampling, komunitas zooplankton didominasi oleh larva
nauplius Copepoda, copepoda Calanoida (terutama famili Acartiidae dan
Centropagidae) serta larva teritip (Balanidae)
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
109
x. Berdasar nilai Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas
makrozoobentos (1.861 – 2.334), kondisi perairan di sekitar lokasi studi
tergolong kategori ‘baik’. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur
komunitas makrozoobentos di lokasi studi tergolong ‘stabil’ hingga ‘lebih stabil’.
y. Tercatat 9 jenis ikan (nekton) yang tertangkap dengan jala insang di area
mangrove Sepulu.2 dengan jenis paling melimpah adalah Belanak (Liza
subviridis) dan Kerong-kerong (Terapon jarbua). Secara keseluruhan dari thaun
2015 hingga 2017 telah terdata 17 jenis ikan dari lokasi studi.
z. Area mangrove di Sepulu.2 juga menjadi habitat bagi sedikitnya 31 jenis juvenile
dan ikan kecil dengan jenis yang paling umum adalah Ambassis kuhlii, Oryzias
javanicus, Peudogobius javanicus dan Istigobius decoratus
aa. Makrozoobentos berpotensi ekonomi yang terdapat di area mangrove Sepulu.2
diantaranya adalah Rajungan hijau (Thalamita crenata), Udang putih
(Metapenaeus spp) dan Kepiting bakau (Scylla spp)
bb. Tercatat datu jenis lamun (seagrass) di lokasi Sepulu.1 yaitu jenis Thalassia
hemprichii dengan kerapatan 26.4 tegakan/m2 dan penutupan 18.66% sehingga
termasuk dalam kategori kerusakan ‘tinggi’ dan berada dalam status ‘rusak’ atau
‘miskin’
4.2 SARAN DAN REKOMENDASI
Mengingat bahwa ekosistem terestrial dan akuatik di sekitar lokasi studi memiliki
nilai penting sebagai pendukung sumber keanekaragaman hayati (termasuk di
dalamnya adalah biota langka dan dilindungi secara nasional maupun internasional),
maka untuk mempertahankan kelestarian keanekaragaman hayati di area tersebut
diperlukan beberapa tindakan lanjutan, seperti;
a. Studi dan survei yang kontinu untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi
kondisi keanekaragaman hayati di sekitar lokasi studi. Studi dilakukan pada
komunitas biota terestrial (flora dan fauna) serta biota akuatik (plankton,
makrofauna bentik dan nekton)
b. Melakukan upaya rehabilitasi vegetasi terutama mangrove untuk area ORF
Gresik serta tanaman buah langka untuk kedua lokasi lainnya. Pemilihan jenis
mangrove untuk rehabilitasi hendaknya memperhatikan karakteristik mangrove
local. Jenis-jenis yang dapat ditanam di lokasi studi diantaranya adalah;
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
110
No. Spesies Nama lokal
No. Spesies Nama lokal
TANAMAN BUAH
TANAMAN KHAS PESISIR
1 Diospyros blancoi Bisbul
1 Calophyllum inophyllum Nyamplung
2 Stelechocarpus burahol Kepel
2 Pongamia pinnata Kayu kacang laut
3 Pometia pinnata Matoa
3 Barringtonia asiatica Keben
4 Limonia acidissima Kawista
4 Ziziphus rotundifolia Bidara laut
5 Garcinia dulcis Mundu
5 Terminalia catappa Ketapang
6 Bouea macrophylla Gandaria
6 Cordia subcordata Salimuli
7 Mangifera caesia Kemang
7 Heritiera littoralis Dungun
8 Antidesma bunius Wuni
8 Peltophorum pterocarpum Saga
9 Baccaurea dulcis Menteng 10 Flacourtia rukam Rukem 11 Garcinia atroviridis Asam gelugur 12 Chrysophyllum cainito Kenitu
c. Sebagai bentuk tanggung-jawab dan respon terhadap usaha pelestarian
lingkungan, manajemen PT. PHE-WMO dapat menyusun dan menetapkan serta
menyediakan instrumen pendukung suatu kebijakan perlindungan ekosistem
beserta biota di dalamnya; termasuk diantaranya larangan perburuan satwa liar
serta aturan penangkapan ikan yang bersifat berkelanjutan (sustainable)
d. Terkait hasil analisis vegetasi lamun dimana hanya dijumpai 1 jenis lamun
dengan status padang lamun tergolong ‘rusak’ maka pihak manajemen PT. PHE-
WMO dapat menginisiasi suatu upaya rehabilitasi padang lamun, salah satunya
melalui transplantasi atau penanaman lamun; lokasi rehabilitasi adalah padang
lamun di Sepulu.1.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
111
DAFTAR PUSTAKA
Bibby, C., N.D. Burgess, and D. Hill. 2004. Bird Census Techniques. UK : The
Cambridge University Press.
Bullock, J.M. 2006. “Plants” in Sutherland, W.J. (ed.). 2006. Ecological Census
Techniques: A Handbook. Second Edition. Cambridge: Cambridge University
Press.
Das, I. 2010. A Field Guide to The Reptiles of South-East Asia. London: New Holland
Publications (UK) Ltd.
Das, I. 2011. A Photographic Guide to Snakes and Other Reptilians of Borneo.
London: New Holland Publications (UK) Ltd.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia I (Indonesian Shells). Jakarta: PT.
Sarana Graha.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shells II). Jakarta: PT.
Sarana Graha.
Dharma, B. 2005. Recent and Fossil Indonesian Shells. Hackenheim: Conchbooks.
Djajasasmita, M. 1999. Keong dan Kerang Sawah. Bogor: Puslitbang Biologi – LIPI.
Emmons, L.H. 2000. Tupai: A Field Study of Bornean Treeshrews. Berkeley:
University of California Press.
Ferianita Fachrul, M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Giesen, W., S. Wulffraat, M. Zierend, and L. Scholten. 2006. Mangrove Guidebook of
Southeast Asia. Bangkok: FAO and Wetlands International.
Hariyanto, S., B. Irawan, dan T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya:
Airlangga University Press.
Holmes, D. and S. Nash. 1990. The Birds of Sumatra and Kalimantan. New York:
Oxford University Press.
Howes, J., D.Bakewell, dan Y.R. Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Bogor:
Wetland Internatioal-Indonesia Programme.
Hutabarat, S. and S.M Evans. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
112
Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, and S. Baba. 2004. Handbook of Mangroves in
Indonesia: Bali and Lombok. Denpasar: The Mangrove Information Centre
Project – JICA.
Llamas, K.A. 2003. Tropical Flowering Plants: A Guide to Identification and
Cultivation. Portland, Oregon: Timber Press, Inc.
MacKinnon, J.W., K. Phillips, dan B.V Balen. 1994. Burung-burung di Sumatera,
Kalimantan, Jawa dan Bali. Bogor: Puslitbang Biologi – LIPI.
Muzaki, F.K (Ed). 2013. Manual Pelatihan Teknik Sampling Bioekologi. Surabaya:
Jurusan Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Muzaki, F.K., D. Saptarini. 2013. Biodiversity@ITS, Buku 2: Capung dan Kupu-
kupu. Surabaya: BKPKP Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Ng, P.K.L and N. Sivasothi (Ed.). 2002. A Guide to The Mangrove of Singapore 1:
The Ecosystem and Plant DIversity. Singapore: Singapore Science Centre.
Nishida, S., S. Sawamoto, J. Nishikawa, S. Ohtsuka, N. Iwasaki, T. Kikuchi, H.
Sekiguchi, M. Terazaki, T. Toda, and W.L. Campos. 2007. “Identification
Manual for Southeast Asian Coastal Zooplankton”. Manual of LIPI – JSPS
Training Course on Methods of Zooplankton Ecology and Identification.
Cibinong, October 25th – 31st, 2007.
Noerdjito, W.A., P. Aswari, dan D. Peggie. 2011. Fauna Serangga Gunung Ciremai.
Jakarta: LIPI Press.
Payne, J., C.M. Francis, K. Phillips, dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan
Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunai Darussalam. Bogor:
WCS – Indonesia Programme.
Peggie, D. and M. Amir. 2010. Practical Guide to the Butterflies of Bogor Botanic
Garden. Bogor: LIPI.
Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO). 2015. Status
Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO
Periode Semester Pertama 2015. Gresik: PT. PHE-WMO.
Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO). 2015. Status
Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO
Periode Semester Kedua 2015. Gresik: PT. PHE-WMO.
Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO). 2016. Status
Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO
Periode Semester Pertama 2016. Gresik: PT. PHE-WMO.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
113
Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO). 2016. Status
Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO
Periode Semester Kedua 2016. Gresik: PT. PHE-WMO.
Rahadi, W.S., B. Feriwibisono, M.P. Nugrahani, B.P.I. Dalia, dan T. Makitan. 2013.
Naga Terbang Wendit: Keanekaragaman Capung Perairan Wendit,
Malang, Jawa Timur. Malang: Indonesia Dragonfly Society.
Rainboth, W.J. 1996. Fishes of the Cambodian Mekong. Rome: Food and Agriculture
Organization of the United Nations.
Ridley, H.N. 1922. The Flora of the Malay Peninsula. London: L. Reeve & Co., Ltd..
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I.N.N Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. Bogor: Ditjen. PHKA dan Wetlands International –
Indonesia Programme.
Strange, M. 2001. A Photographic Guide to The Birds of Indonesia. Singapore:
Periplus Edition (HK) Ltd.
Sukmantoro, W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp, dan M. Muchtar.
2007. Daftar Burung Indonesia No. 2. Bogor: Indonesian Ornithologists’
Union.
Sutherland, W.J. (ed.). 2006. Ecological Census Techniques: A Handbook. Second
Edition. Cambridge: Cambridge University Press.
Suthers, I.M and D. Rissik. 2009. Plankton: A Guide to Their Ecology and Monitoring
for Water Quality. Collingwood: CSIRO Publishing.
Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air. Jilid
I. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air. Jilid
II. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tomas, C.R. 1997. Identifying Marine Phytoplankton. London: Academic Press.
Welty, J.C. and L. Baptista. 1988. The Life of Bird. New York: Sounders College
Publishing.
Yamaji, I. 1979. Illustration of The Marine Phytoplankton of Japan. Osaka: Hoikusha
Publishing.
Young, C.M. 2002. Atlas of Marine Invertebrate Larvae. New York:
Academic Press.
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
114
LAMPIRAN 1
PETA LOKASI SAMPLING DI AREA ORF GRESIK
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
115
LAMPIRAN 2
DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DI AREA ORF GRESIK
JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)
NILAI H’
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
116
LAMPIRAN 3
DINAMIKA KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI AREA ORF GRESIK
JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)
NILAI H’
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
117
LAMPIRAN 4
DINAMIKA KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI AREA ORF GRESIK
JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)
NILAI H’
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
118
LAMPIRAN 5
DINAMIKA KOMUNITAS FAUNA DI AREA ORF GRESIK
KOMUNITAS BURUNG KOMUNITAS FAUNA BUKAN BURUNG
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
119
LAMPIRAN 6
PETA LOKASI SAMPLING DI AREA SEPULU – BANGKALAN
Sg
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
120
LAMPIRAN 7
DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DI AREA SEPULU
JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)
NILAI H’
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
121
LAMPIRAN 8
DINAMIKA KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI AREA SEPULU
JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)
NILAI H’
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
122
LAMPIRAN 9
DINAMIKA KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI AREA SEPULU
JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)
NILAI H’
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
123
LAMPIRAN 10
DINAMIKA KOMUNITAS FAUNA DI AREA SEPULU 1
KOMUNITAS BURUNG KOMUNITAS FAUNA BUKAN BURUNG
Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017
PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE
124
LAMPIRAN 11
DINAMIKA KOMUNITAS FAUNA DI AREA SEPULU 2
KOMUNITAS BURUNG KOMUNITAS FAUNA BUKAN BURUNG