Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

134
93

Transcript of Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Page 1: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

93

Page 2: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

i

LAPORAN

STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO

Periode Semester Pertama 2017

PT. Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore

ITS Kemitraan

Juli 2017

Page 3: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

ii

KATA PENGANTAR

Laporan ‘Status Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO

Periode Semester Pertama 2017’ ini memuat kajian tentang keberadaan dan kondisi

eksisting komunitas biota terestrial dan akuatik di sekitar area kerja PT. Pertamina Hulu

Energi-West Madura Offshore di area ORF Gresik dan pesisir Desa Labuhan Kecamatan

Sepulu, Bangkalan – Madura pada semester pertama tahun 2017 (Juni-Juli 2017) serta

dinamikanya antara periode tahun 2014 hingga semester pertama tahun 2017.

Studi ini sendiri ditujukan untuk mengetahui kualitas status keanekaragaman hayati yang

terdapat di wilayah konservasi mangrove yang dikelola oleh pihak PHE-WMO. Obyek

studi adalah biota terestrial dan akuatik, dengan parameter kajian adalah komposisi dan

kelimpahan jenis biota.

Laporan ini disusun dengan harapan agar dapat memberikan manfaat dan memenuhi

fungsinya sebagai salah satu alat untuk melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan

lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan.

Surabaya, Juli 2017

Penyusun

Page 4: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

iii

DAFTAR ISI

Hal.

Kata pengantar ii

Daftar isi iii

Daftar tabel v

Daftar gambar vii

Daftar lampiran ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Landasan Hukum

1.3 Tujuan

1.4 Ruang Lingkup

1.5 Sistematika dan Konsep Laporan

1

2

3

4

4

BAB II METODOLOGI STUDI

2.1 Lokasi dan Waktu Pemantauan

2.2 Sampling Flora

2.2.1 Flora Darat

2.2.2 Mangrove

2.3 Sampling Fauna

2.4 Analisis Plankton

2.4.1 Pengambilan Sampel

2.4.2 Analisis Sampel

2.4.3 Analisis Data

2.5 Analisis Makrozoobentos

2.5.1 Pengambilan Sampel

2.5.2 Analisis Sampel

2.5.3 Analisis Data

2.6 Sampling Nekton

2.7 Analisis Vegetasi Lamun

2.7.1 Pengambilan Data

2.7.2 Analisis Data

5

8

8

8

11

12

12

13

13

15

15

15

16

17

18

18

20

BAB III KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA DAN FAUNA

3.1 Komunitas Flora 22

3.1.1 Flora Darat 22

3.1.2 Mangrove 36

3.2 Komunitas Fauna 53

3.2.1 Komunitas Burung (Avifauna)

3.2.2 Komunitas Fauna Bukan Burung

53

68

3.3 Komunitas Plankton 76

3.3.1 Fitoplankton 76

3.3.2 Zooplankton 84

3.4 Komunitas Makrozoobentos

3.5 Komunitas Nekton

3.6 Komunitas Lamun

91

99

103

Page 5: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

iv

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 106

4.2 Saran dan Rekomendasi 108

REFERENSI 111

LAMPIRAN 114

Page 6: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

v

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

2.1 Posisi Geografis Titik Sampling Biota di Lokasi Studi 6

2.2 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove 10

2.3 Perbandingan Spesifikasi Small Standard dan Kitahara Net 12

2.4 Kualitas Perairan Berdasarkan Indeks Diversitas Fitoplankton dan

Zooplankton

14

2.5 Kriteria Penilaian Pembobotan Kualitas Lingkungan Biota

Plankton

14

2.6 Perkiraan Persentase Tutupan Lamun Berdasarkan Atobe & Saito

(1970) dalam English et al., (1994)

20

2.7 Kriteria Baku Kerusakan Padang Lamun 21

2.8 Status Padang Lamun 21

3.1 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Flora di Lokasi Studi pada

Semester Pertama 2017

24

3.2 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Mangrove di Lokasi Studi pada

Semester Pertama 2017

40

3.3 Dinamika Komunitas Mangrove di Lokasi Studi pada Tahun

2015-2017

42

3.4 Komposisi dan Sebaran Jenis Mangrove di Lokasi Studi 50

3.5 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Burung di Lokasi Studi pada

Semester Pertama 2017

54

3.6 Frekuensi Perjumpaan Jenis Burung di Lokasi Studi pada Tahun

2014-2017

60

3.7 Dinamika Kondisi Komunitas Burung (Avifauna) di di Lokasi

Studi pada Tahun 2014-2017

64

3.8 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Fauna Bukan Burung di Lokasi

Studi pada Semester Pertama 2017

70

3.9 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Fitoplankton di Lokasi Studi

pada Semester Pertama 2017

77

3.10 Dinamika Komunitas Fitoplankton di Lokasi Studi pada Tahun

2015 hingga 2017

79

3.11 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Zooplankton di Lokasi Studi

pada Semester Pertama 2017

85

3.12 Dinamika Komunitas Zooplankton di Lokasi Studi pada Tahun

2015 hingga 2017

88

3.13 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Makrozoobentos di Lokasi Studi

pada Semester Pertama 2017

92

3.14 Dinamika Komunitas Makrozoobentos di Lokasi Studi pada

Tahun 2015 hingga 2017

96

3.15 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Nekton di Lokasi Studi pada

Semester Pertama 2017

99

3.16 Perbandingan Komposisi Jenis Nekton di Lokasi Studi pada

Semester Pertama 2015 hingga 2017

100

3.17 Jenis Juvenile dan Ikan Kecil di Lokasi Studi pada Semester

Pertama 2017

101

Page 7: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

vi

Tabel Judul Hal.

3.18 Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun (Seagrass) di Lokasi Studi

pada Semester Pertama 2017

103

Page 8: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

2.1 Peta lokasi sampling di area ORF 6

2.2 Peta lokasi sampling di area Sepulu.1 dan Sepulu.2 7

2.3 Pengamatan flora dengan teknik inventarisasi jenis di lokasi ORF

Gresik

8

2.4 Analisis vegetasi mangrove di lokasi ORF Gresik 9

2.5 Pengukuran diameter tegakan pohon mangrove di lokasi Sepulu 10

2.6 Pengamatan burung dengan bantuan teropong binokuler di lokasi

Sepulu

11

2.7 Sampling plankton dengan alat plankton net di perairan sekitar

OFR Gresik

12

2.8 Pengambilan sampel sedimen dan makrozoobentos menggunakan

alat Van Veen grab

16

2.9 Pemasangan jala insang (gill net) untuk menangkap ikan di area

mangrove di Sepulu

17

2.10 Kuadrat ukuran 50x50 cm dengan 25 unit grid ukuran 10x10 cm

untuk analisis vegetasi lamun

19

2.11 Pembuatan transek untuk analisis vegetasi lamun 19

2.12 Perhitungan dan perkiraan penutupan jenis lamun menggunakan

25 unit grid 10x10 cm dalam kuadrat 50x50 cm

20

3.1 Tipikal kondisi vegetasi di area dalam kompleks ORF Gresik pada

semester pertama 2017

30

3.2 Beberapa tegakan pancang pohon buah hasil penanaman melalui

program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP) di area dalam ORF

Gresik

31

3.3 Tegakan pohon muda cemara laut (Casuarina equisetifolia) di

area Sepulu 1 pada semester pertama 2017

33

3.4 Tipikal kondisi vegetasi di area SPL.1 pada semester pertama

2017

34

3.5 Tipikal kondisi vegetasi di area SPL.2 pada semester pertama

2017

35

3.6 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di area Mg.1-1 pada semester

pertama 2017

38

3.7 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di area Mg.1-2 pada semester

pertama 2017

39

3.8 Mangrove jenis tanjang Rhizophora mucronata hasil penanaman

di pesisir utara ORF Gresik yang menunjukkan pertumbuhan yang

cukup baik

43

3.9 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.1 Mg.2-1 pada semester

pertama 2017

45

3.10 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.1 Mg.2-2 pada semester

pertama 2017

46

3.11 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-1 pada semester

pertama 2017

47

3.12 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-2 pada semester

pertama 2017

48

Page 9: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

viii

Gambar Judul Hal.

3.13 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-2 pada semester

pertama 2017

49

3.14 Tipikal profil zonasi horizontal mangrove di SPL.2 52

3.15 Proporsi jumlah spesies burung berdasarkan famili di lokasi studi

pada semester pertama 2017

58

3.16 Proporsi jumlah spesies burung berdasarkan ordo di lokasi studi

pada semester pertama 2017

58

3.17 Grafik dinamika jumlah jenis dan kelimpahan burung di lokasi

studi pada tahun 2014 hingga 2017

65

3.18 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)

burung di lokasi studi pada tahun 2014 hingga 2017

66

3.19 Beberapa spesies burung yang dapat dijumpai di lokasi studi pada

semester pertama 2017

67

3.20 Beberapa fauna bukan serangga yang dapat dijumpai di lokasi

studi pada semester pertama 2017

73

3.21 Beberapa spesies kupu-kupu (Lepidoptera) yang dapat dijumpai di

lokasi studi pada semester pertama 2017

74

3.22 Beberapa spesies capung (Odonata) yang dapat dijumpai di lokasi

studi pada semester pertama 2017

75

3.23 Grafik dinamika jumlah taksa fitoplankton di lokasi studi pada

tahun 2015 hingga 2017

80

3.24 Grafik dinamika kelimpahan fitoplankton di lokasi studi pada

tahun 2015 hingga 2017

81

3.25 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)

komunitas fitoplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga

2017. Lokasi

82

3.26 Grafik dinamika jumlah jenis dan kelimpahan zooplankton di

lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017

89

3.27 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)

komunitas zooplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga

2017

90

3.28 Grafik dinamika jumlah jenis (gambar atas) dan kelimpahan

(gambar bawah) makrozoobentos di lokasi studi pada tahun 2015

hingga 2017

97

3.29 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)

komunitas makrozoobentos di lokasi studi pada tahun 2015 hingga

2017

98

3.30 Beberapa spesies ikan yang dapat dijumpai di lokasi studi pada

semester pertama 2017

102

3.31 Tipikal kondisi lamun Thalassia hemprichii di lokasi studi pada

semester pertama 2017

104

3.32 Makroalga Padina australis, salah satu kompetitor lamun dalam

perebutan sumberdaya dan ruang hidup

105

Page 10: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal.

1 Peta lokasi sampling di area ORF Gresik 114

2 Dinamika komunitas fitoplankton di area ORF Gresik 115

3 Dinamika komunitas zooplankton di area ORF Gresik 116

4 Dinamika komunitas makrozoobentos di area ORF Gresik 117

5 Dinamika komunitas fauna di area ORF Gresik 118

6 Peta lokasi sampling di area Sepulu 119

7 Dinamika komunitas fitoplankton di area Sepulu 120

8 Dinamika komunitas zooplankton di area ORF Gresik 121

9 Dinamika komunitas makrozoobentos di area ORF Gresik 122

10 Dinamika komunitas fauna di area ORF Gresik 123

Page 11: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

1

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, mutu lingkungan harus dijaga

agar tidak mengalami penurunan kualitas yang berdampak negatif baik untuk masa

sekarang maupun mendatang. Dengan kata lain, pembangunan harus berdasar pada

prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Aspek biologi dapat menjadi salah satu parameter penting yang digunakan dalam

mengetahui maupun memantau dampak kegiatan terhadap lingkungan. Selanjutnya,

dalam manajemen pemantauan biologi, biodiversitas atau keanekaragaman hayati

menjadi salah satu variabel obyek pengamatan utama. Keanekaragaman hayati

merupakan keanekaragaman makhluk hidup di muka bumi dan peranan-peranan

ekologisnya yang meliputi keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, dan

keanekaragaman genetik. Spesies tumbuhan atau tanaman dan spesies hewan atau

binatang secara bersama-sama membentuk suatu komunitas. Kumpulan makhluk

hidup ini bersama lingkungan fisiknya menyatu membentuk ekosistem.

Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh

menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas,

dan produktivitas lingkungan hidup (PerMen LH No. 29 Th. 2009). Ekosistem dapat

didefinisikan sebagai suatu organisasi antara komponen-komponen biotik dan

nonbiotik yang saling mempengaruhi. Ekosistem dalam ekologi tidak hanya

melibatkan suatu sistem antara tingkah laku (behavior) dari faktor-faktor biotik dan

non-biotik, tetapi melibatkan berbagai sistem dalam aliran energi dan siklus materi.

Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan

lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan

lingkungan fisik, sebaliknya organisme dapat memengaruhi lingkungan fisik untuk

keperluan hidup.

Suatu kegiatan operasional industri, termasuk migas, berpotensi memberikan tekanan

atau dampak terhadap kesatuan ekosistem yang berada di sekitarnya yang mana juga

akan berdampak terhadap biota-biota dalam ekosistem tersebut. Untuk itu, suatu

upaya pemantauan kondisi lingkungan yang kontinu mutlak untuk diperlukan.

Pemantauan tersebut harus bersifat kontinu sehingga dapat diketahui apakah terjadi

Page 12: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

2

perubahan-perubahan komponen lingkungan yang mungkin dapat menimbulkan

dampak negatif penting terhadap lingkungan sebagai habitat bagi biota.

Mengacu pada pemikiran-pemikiran diatas, Pertamina Hulu Energi – West Madura

Offshore (PHE-WMO) telah berinisiatif sekaligus telah melakukan upaya

pemantauan dan perlindungan biodiversitas. Pemantauan pertama dimana data yang

diperoleh merupakan suatu baseline data telah dilaksanakan pada periode April 2013.

Selanjutnya, perlu dilaksanakan suatu kegiatan pemantauan kondisi lingkungan yang

kontinu sehingga dapat diketahui apakah terjadi perubahan-perubahan komponen

lingkungan yang mungkin dapat menimbulkan dampak negatif penting terhadap

lingkungan sebagai habitat bagi biota. Pemantauan periodik yang dimaksud diatas

telah dilaksanakan pada Maret dan September 2014, Maret dan Oktober 2014 serta

Mei 2015. Kemudian, pemantauan periodik berikutnya adalah pada semester kedua

2015 (Oktober 2015), semester pertama 2016 (April 2016), semester kedua 2016

(Oktober 2016) serta semester pertama 2017 (Juli 2017) yang hasilnya akan

dideskripsikan lebih lanjut pada dokumen ini.

1.2 LANDASAN HUKUM

Pelaksanaan dan penyusunan laporan studi ‘Pemantauan Status Keanekaragaman

Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017’

ini tidak terlepas dari landasan hukum yang melatar-belakanginya;

a. Undang-undang Nomor 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya

b. Undang-undang Nomor 05 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB

mengenai Keanekaragaman Hayati

c. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 No. 185, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012)

d. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol

on Biosafety to The Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena

tentang Keamanan Hayati atas Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati)

e. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

f. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil

Page 13: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

3

g. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

h. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan

Satwa yang Dilindungi

i. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis

Tumbuhan dan Satwa Liar

j. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang

Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah

k. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2013 tentang

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup

l. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang

Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun

m. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang

Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun

1.3 TUJUAN

Studi ‘Pemantauan Status Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove

PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017’ ini ditujukan untuk;

1. Mengidentifikasi kondisi aktual tentang keanekaragaman hayati flora dan fauna

di sekitar area konservasi mangrove PHE-WMO (ORF Gresik dan Desa Labuhan,

Sepulu, Bangkalan – Madura)

2. Menggambarkan kondisi aktual tentang lingkungan dan keanekaragaman hayati

di sekitar area konservasi mangrove PHE-WMO (ORF Gresik dan Desa Labuhan,

Sepulu, Bangkalan – Madura)

3. Evaluasi kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati di sekitar area

konservasi mangrove PHE-WMO (ORF Gresik dan Desa Labuhan, Sepulu,

Bangkalan – Madura) berdasarkan data pemantauan periode semester pertama

2017 (data aktual) dengan data pemantauan sebelumnya.

1.4 RUANG LINGKUP

Studi ‘Pemantauan Status Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove

PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017’ diselesaikan dengan ruang lingkup

sebagai berikut;

Page 14: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

4

1. Inventarisasi Flora (terestrial dan akuatik) pada 18 titik atau lokasi di area

konservasi mangrove PHE-WMO di sekitar ORF Gresik dan Desa Labuhan,

Sepulu – Bangkalan

2. Inventarisasi Fauna (terestrial dan akuatik) pada 18 titik atau lokasi di area

konservasi mangrove PHE-WMO di sekitar ORF Gresik dan Desa Labuhan,

Sepulu – Bangkalan

3. Gambaran kondisi keanekaragaman hayati pada 18 titik atau lokasi di area

konservasi mangrove PHE-WMO di sekitar ORF Gresik dan Desa Labuhan,

Sepulu – Bangkalan

4. Evaluasi kondisi keanekaragaman hayati pada 18 titik atau lokasi di area

konservasi mangrove PHE-WMO di sekitar ORF Gresik dan Desa Labuhan,

Sepulu – Bangkalan.

1.5 SISTEMATIKA DAN KONSEP LAPORAN

Laporan ini menyajikan tentang kondisi aktual dan evaluasi komunitas flora dan

fauna di area ORF Gresik dan Desa Labuhan, Sepulu – Bangkalan antara semester

pertama tahun 2017 beserta perbandingannya dengan periode-periode pemantauan

sebelumnya (2014-2016) dengan sistematika penyajian sebagai berikut;

1. Bagian 1 PENDAHULUAN

Bagian ini berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup dan konsep serta

sistematika penyajian

2. Bagian 2 METODOLOGI STUDI

Bagian ini menjelaskan mengenai metodologi survei, pengamatan biota,

pengambilan sampel biota dan analisis sampel biota

3. Bagian 3 KONDISI KOMUNITAS FLORA DAN FAUNA

Bagian ini menjelaskan tentang kondisi lingkungan hidup dan

keanekaragaman hayati darat dan akuatik di sekitar area Status

Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO (ORF

Gresik dan Desa Labuhan, Sepulu – Bangkalan)

4. Bagian 4 PENUTUP

Bagian ini berisi kesimpulan serta saran dan rekomendasi yang berkaitan

dengan kondisi lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati di sekitar area

Status Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO

(ORF Gresik dan Desa Labuhan, Sepulu – Bangkalan).

Page 15: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

5

II. METODOLOGI STUDI

2.1 LOKASI DAN WAKTU PEMANTAUAN

Pengamatan dan sampling flora dan fauna terestrial (darat) dan akuatik di area

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Gresik disekitar ORF Gresik dan pesisir

Labuhan, Sepulu – Bangkalan untuk periode semester kedua 2017 telah dilaksanakan

pada periode 6-10 Juni 2017.

Lokasi dan titik untuk sampling dan/atau pengamatan flora dan fauna mengikuti titik

sampling dan pengamatan pada periode terdahulu yaitu di area sekitar ORF Gresik

serta sisi timur dan barat Desa Labuhan, Sepulu, Bangkalan – Madura.

Kemudian, dengan tujuan untuk menyederhanakan penyebutan lokasi, maka area

sekitar ORF Gresik untuk selanjutnya akan disebut sebagai lokasi ORF, sisi barat

Desa Labuhan akan disebut sebagai lokasi Sepulu 1 (SPL.1) sedangkan area sisi

timur Desa Labuhan disebut sebagai lokasi Sepulu 2 (SPL.2).

Mengacu pada pemantauan periode semester pertama dan kedua 2016, pemantauan

flora dan fauna darat hanya dilaksanakan untuk area dalam ORF saja. Berbeda

dengan periode pemantauan sebelumnya, pada semester pertama 2017 juga tidak

dilakukan inventarisasi flora pada area sekitar flare di lokasi ORF Gresik. Untuk area

Desa Labuhan, lokasi pemantauan adalah serupa dengan periode-periode sebelumnya

(di barat dan timur Desa Labuhan / SPL.1 dan SPL.2).

Pemantauan flora mangrove dilaksanakan di dua titik sampling di hutan mangrove

sekitar ORF Gresik, dua titik di SPL.1 dan tiga titik di SPL.2. Dengan demikian

terdapat 3 (tiga) lokasi utama pemantauan flora dan fauna darat serta 7 (tujuh) lokasi

pemantauan mangrove.

Sampling plankton dan makrozoobentos dilakukan pada 3 titik sampling pesisir dan

laut pada setiap lokasi (ORF, SPL.1 dan SPL.2) sehingga terdapat 9 titik sampling

plankton dan makrozoobentos.

Pada pemantauan periode semester pertama 2017 juga dilakukan analisis penutupan

dan keragaman jenis lamun (seagrass) pada area SPL.1

Posisi geografis masing-masing lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 2.1

sedangkan ilustrasi titik sampling dan pemantauan ditunjukkan melalui Gambar 2.1

dan 2.2.

Page 16: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

6

Tabel 2.1 Posisi Geografis Titik Sampling Biota di Lokasi Studi

No. Lokasi Jenis sampel Posisi geografis

Latitude (S) Longitude (E)

1. ORF Flora & fauna darat 07°10'14.94" 112°39'48.16"

2. PB.1-1 Plankton & bentos 07°10'09.99" 112°40'09.74"

3 PB.1-2 Plankton & bentos 07°10'13.79" 112°40'21.18"

4. PB.1-3 Plankton & bentos 07°09'57.57" 112°40'20.71"

5. Mg.1-1 Mangrove 07°10'11.11" 112°39'57.96"

6. Mg.1-2 Mangrove 07°10'13.22" 112°40'00.28"

7. SPL.1 Flora & fauna darat 06°53'11.42" 112°59'29.07"

8. PB.2-1 Plankton & bentos 06°53'07.97" 112°58'42.51"

9. PB.2-2 Plankton & bentos 06°52'53.00" 112°58'47.52"

10. PB.2-3 Plankton & bentos 06°52'30.19" 112°59'12.96"

11. Mg.2-1 Mangrove 06°53'10.79" 112°58'47.23"

12. Mg.2-2 Mangrove 06°53'06.01" 112°58'55.97"

13 SPL.2 Flora & fauna darat 06°53'08.77" 112°58'56.12"

14 PB.3-1 Plankton & bentos 06°53'08.40" 112°59'13.55"

15 PB.3-2 Plankton & bentos 06°53'00.05" 113°00'10.13"

16 PB.3-3 Plankton & bentos 06°52'46.03" 112°59'41.57"

17 Mg.3-1 Mangrove 06°53'10.60" 112°59'33.56"

18 Mg.3-2 Mangrove 06°53'06.98" 112°59'40.69"

19 Sg Lamun 06°53'06.22" 112°58'59.95"

Gambar 2.1 Peta lokasi sampling di area ORF

Gambar 2.1 Peta lokasi sampling di area ORF Gresik

Page 17: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

7

Gambar 2.2 Peta lokasi sampling di area Sepulu.1 dan Sepulu.2

Lokasi Sampling Plankton/Bentos

Lokasi Sampling Nekton

Sg

Page 18: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

8

2.2 PENGAMATAN FLORA

Pengamatan flora darat dibedakan atas pengamatan flora mangrove serta flora darat

non-mangrove (di dalamnya termasuk tipe vegetasi artifisial atau binaan).

2.2.1 FLORA DARAT

Pengamatan flora darat menggunakan teknik inventasisasi jenis pada keseluruhan

area pengamatan. Data kerapatan tegakan tumbuhan bersifat semi-kuantitatif.

Identifikasi jenis tumbuhan terutama mengacu pada Ridley (1922), van Steenis

(2002) dan Llamas (2003) serta berbagai literatur lain yang relevan.

2.2.2 MANGROVE

Analisis vegetasi mangrove pada area revegetasi dilakukan dengan menggunakan

metode transek kuadrat dimana garis transek dibuat tegak lurus garis pantai

sepanjang zonasi hutan mangrove yang ada. Selanjutnya sepanjang garis transek

dibuat beberapa kotak kuadrat berdimensi 10 x 10 meter dengan jeda antar kuadrat

tergantung pada ketebalan zona mangrove setempat.

Pada pemantauan-pemantauan terdahulu, analisis vegetasi tidak dilakukan pada

suatu transek permanen sehingga hasil analisis, terutama untuk variabel jumlah

jenis seringkali mengalami perbedaan. Untuk periode semester pertama 2017 telah

Gambar 2.3 Pengamatan flora dengan teknik inventarisasi jenis di

lokasi ORF Gresik

Page 19: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

9

dibuat suatu transek permanen untuk analisis vegetasi sehingga hasil yang

diperoleh dari pengamatan secara kontinu dapat digunakan untuk membandingkan

antar periode pengamatan guna melihat pola dinamika struktur komunitas

mangrove.

Kategori tegakan dan ukuran kuadrat serta sub-kuadrat untuk flora mangrove

adalah sebagai berikut;

• Pohon (tree), yaitu tumbuhan dewasa dengan diameter batang ≥ 4 cm.

Kuadrat berukuran 10 x 10 meter.

• Pancang (sapling), yaitu anakan pohon yang tingginya ≥ 1.5 meter dan

diameter batang < 4 cm. Sub-kuadrat berukuran 5 x 5 meter.

• Semai (seedling), yaitu anakan pohon dari kecambah sampai tinggi < 1

meter. Sub-kuadrat berukuran 5 x 5 meter namun dapat dipersempit bila

tegakan semai tumbuh dengan sangat rapat. Kategori ini juga mencakup

berbagai jenis semak, herba dan tumbuhan penutup tanah (ground cover)

Gambar 2.4 Analisis vegetasi mangrove di lokasi ORF Gresik

Page 20: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

10

Data yang diperoleh dari metode transek kuadrat adalah data kerapatan (density),

frekuensi (frequency), penutupan (coverage) atau dominansi dan Indeks Nilai

Penting (INP).

Pengukuran diameter batang untuk menghitung basa area hanya dilakukan untuk

kategori pohon sehingga nilai INP maksimum untuk kategori pancang dan

semaian adalah sebesar 200%, atau dengan kata lain hanya mempertimbangkan

variabel kerapatan dan frekuensi perjumpaan.

Penentuan status kesehatan mangrove di lokasi mengacu pada Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan

Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove Diluar Kawasan Konservasi sesuai

dengan Tabel 2.2 berikut;

Tabel 2.2 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove

Kriteria Penutupan (%) Kerapatan pohon (ha)

Baik Sangat padat ≥ 75 ≥ 1500

Sedang ≥ 50 - < 75 ≥ 1000 - < 1500

Rusak Jarang < 50 < 1000

(KepMen LH No. 201 Th. 2004)

Gambar 2.5 Pengukuran diameter tegakan pohon mangrove di lokasi Sepulu

Page 21: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

11

2.3 PENGAMATAN FAUNA

Pengamatan burung di lokasi studi menggunakan kombinasi metode titik hitung

(point count) dan transek sabuk (belt transect). Pada metode titik hitung, pengamat

berdiri atau diam di suatu titik tertentu dan mencatat jenis serta jumlah semua burung

yang teramati maupun terdengar suaranya. Burung-burung yang dicatat jenis dan

jumlahnya adalah burung-burung yang berada pada radius ±100 meter dari titik

dimana pengamat berada.

Pada metode transek sabuk, pengamat berjalan melalui suatu jalur atau track/trail

yang sudah ditentukan dan mencatat jenis serta jumlah semua burung yang teramati

maupun terdengar suaranya, dengan radius 100 meter ke arah kanan dan kiri track.

Identifikasi burung mengacu pada MacKinnon et al. (1994), Winnasis et al. (2012)

dan Strange (2001). Penamaan (nama ilmiah dan nama Indonesia) dan keterangan

status perlindungan burung mengacu pada Sukmantoro et al. (2006), Undang-undang

Nomor 05 Tahun 1990, Peraturan Pemerintah RI Nomor 07 Tahun 1999 tentang

Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, IUCN Red List (International Union for

Conservation of Nature) (tentang daftar status kelangkaan suatu spesies flora dan

fauna) dan Appendix CITES (Convention on International Trade of Endangered

Species of Wild Fauna and Flora/konvensi perdagangan internasional untuk spesies-

spesies tumbuhan dan satwa liar).

Gambar 2.6 Pengamatan burung dengan bantuan teropong binokuler di lokasi Sepulu

Page 22: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

12

2.4 ANALISIS PLANKTON

2.4.1 PENGAMBILAN SAMPEL

Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menyaring air dari suatu

badan perairan dengan menggunakan plankton net. Pada saat sampling di lokasi

studi digunakan dua tipe plankton net yang berbeda yaitu KITAHARA modified

net untuk sampling fitoplankton dan NORPAC net untuk sampling zooplankton.

Spesifikasi masing-masing plankton net adalah sebagai berikut;

Tabel 2.3 Perbandingan Spesifikasi Small Standard dan Kitahara Net

Variabel NORPAC net KITAHARA net

Diameter mulut net 45 cm 30 cm

Panjang 180 cm 100 cm

Mesh-size 0.150 mm 0.080 mm

Pengoperasian plankton net adalah dengan cara ditarik pada sisi samping atau

belakang perahu dengan kecepatan rendah, sekitar 2 knot (3.8 km/jam) selama

beberapa menit.

Gambar 2.7 Sampling plankton dengan alat plankton net di perairan sekitar ORF

Gresik

Page 23: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

13

Volume air tersaring dapat dicari melalui persamaan berikut;

𝑉 = 𝐴 × 𝑑

Dimana V = volume air tersaring (m3)

A = luas mulut plankton net (π x r2) (m2)

d = jarak penarikan plankton net (m)

Sampel plankton yang tersaring selanjutnya dimasukkan kedalam botol sampel dan

diawetkan dalam buffered-formalin 4%.

2.4.2 ANALISIS SAMPEL

Sampel fitoplankton dapat langsung diidentifikasi tanpa proses sorting terlebih

dahulu. Sebanyak 1 ml sampel diteteskan kedalam sedgwick rafter dan diamati

dibawah mikroskop compound. Selanjutnya fitoplankton diidentifikasi dan dihitung

jumlahnya pada tiap kategori takson.

Perhitungan sel fitoplankton menggunakan persamaan berikut;

𝑁 =(𝑛𝑖 𝑥 1000 𝑚𝑚3)

(𝑛. 𝑔𝑟𝑖𝑑 𝑥 𝑐)

dimana; N = jumlah sel (mLˉ¹)

ni = jumlah sel yang terhitung

n.grid = jumlah grid yang dihitung

c = faktor pengenceran (biasanya 10)

Identifikasi jenis-jenis plankton berdasarkan Yamaji (1979), Tomas (1997) dan

Suthers & Rissik (2009).

2.4.3 ANALISIS DATA

Terkait dengan salah satu fungsi plankton sebagai bioindikator kualitas perairan,

maka dari kepadatan plankton dapat dicari Indeks Keanekaragaman (Diversity

Index) berdasarkan formulasi Shannon-Wiener berikut;

Page 24: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

14

𝐻′ = − ∑ (𝑛𝑖

𝑁) × ln(

𝑛𝑖

𝑁)

dimana H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wiener

ni : jumlah individu species i

N : jumlah total individu semua species

Selanjutnya dari nilai Indeks Diversitas dapat diketahui kualitas suatu perairan

berdasarkan tabel kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas fitoplankton dan

zooplankton.

Tabel 2.4 Kualitas Perairan Berdasarkan Indeks Diversitas Fitoplankton dan

Zooplankton

Kualitas perairan

Indeks Diversitas

Phytoplankton Zooplankton

Sangat baik > 2.0 > 2.0

Baik 1.6 - 2.0 1.6 - 2.0

Sedang 1.0 - 1.6 1.4 - 1.6

Buruk 0.7 - 1.0 1.0 - 1.4

Sangat buruk < 0.7 < 1.0

Sumber: Carter & Hill (1981)

Berdasarkan Wibisono (2005) dari nilai Indeks Diversitas juga dapat ditentukan

kualitas suatu perairan dengan kriteria sebagai berikut;

Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Pembobotan Kualitas Lingkungan Biota Plankton

Indeks Keanekaragaman Kondisi struktur komunitas Kategori

> 2.41 Sangat stabil Sangat baik

1.81 – 2.4 Lebih stabil Baik

1.21 – 1.8 Stabil Sedang

0.61 – 1.2 Cukup stabil Buruk

< 0.6 Tidak stabil Sangat buruk

Kondisi struktur komunitas plankton juga dianalisa dengan menggunakan

pendekatan Indeks Dominansi Simpson (D) dan Indeks Kemerataan (Evenness

Index) sebagai berikut;

Page 25: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

15

Indeks Dominansi Simpson (D);

𝐷 = ∑ (𝑛𝑖

𝑁) ²

dimana D = Indeks Dominansi Simpson

ni = jumlah individu species i

N = jumlah total individu semua species

Nilai D berkisar antara 0 – 1.00; semakin tinggi nilai D (mendekati 1.00) berarti

tingkat keanekaragaman dalam komunitas adalah semakin rendah (terdapat taksa-

taksa tertentu yang mendominasi); sebaliknya, bila nilai D mendekati 0.00 berarti

tingkat keanekaragaman komunitas adalah semakin tinggi (Ferianita-Fachrul, 2007)

Indeks Kemerataan (Evenness Index) Pielou (J);

𝐽 =𝐻′

ln 𝑆

dimana J : Indeks Kemerataan Pielou

H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wiener

S : jumlah total spesies

Nilai J berkisar antara 0.00 – 1.00; bila nilai J mendekati 0.00, maka sebaran

individu dalam spesies adalah tidak merata dan cenderung terdapat dominansi yang

mengarah pada selektivitas; sedangkan bila nilai J mendekati 1.00, maka dapat

diasumsikan bahwa persebaran individu spesies dalam komunitas adalah relatif

merata.

2.5 ANALISIS MAKROZOOBENTOS

2.5.1 PENGAMBILAN SAMPEL

Pengambilan sampel makrozoobentos di lokasi studi dibedakan atas sampling di

sekitar area mangrove dan sampling di laut. Sampling makrozoobentos di area

mangrove dilakukan dengan metode hand collecting secara langsung. Spesimen

Page 26: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

16

target dalam sampling ini antara lain adalah larva Crustacea, Mollusca kecil dan

invertebrata lainnya.

Sampling di laut dilakukan dengan menggunakan alat van Veen grab yang

dioperasikan dari atas perahu. Sampel makrozoobentos beserta sedimen yang

terambil selanjutnya dimasukkan dalam wadah untuk dianalisis lebih lanjut.

2.5.2 ANALISIS SAMPEL

Setelah pengambilan sampel yang kemudian dilakukan adalah penyaringan dari

sampel. Pada dasarnya sampel yang diperoleh saat pengambilan menggunakan grab

masih bercampur dengan materi–materi lainnnya. Dalam hal ini dibutuhkan

saringan (sieve) bertingkat. Untuk ukuran mata saringan terkecil yang biasa

digunakan adalah 0.5 mm (English et al. 1994; Ferianita-Fachrul 2005). Sampel

diletakkan di atas saringan dan kemudian dialiri air hingga materi lain selain benda

berukuran diatas 0.5 mm akan tertahan.

Makrozoobentos yang tertahan pada masing-masing saringan selanjutnya dipilah

(sorting) dan diidentifikasi hingga taksa genus atau spesies. Identifikasi jenis-jenis

makrofauna bentik berdasarkan Carpenter & Niem (Ed.) (1998a, b), Djajasasmita

(1999) dan Dharma (2005) serta literatur lain yang representatif.

Gambar 2.8 Pengambilan sampel sedimen dan makrozoobentos

menggunakan alat Van Veen grab

Page 27: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

17

2.5.3 ANALISIS DATA

Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi komunitas

makrozoobentos adalah pendekatan berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener

(H’) dan indeks kemerataan Pielou (J). Selanjutnya dari nilai Indeks Diversitas

dapat diketahui kualitas suatu perairan berdasarkan tabel kualitas perairan

berdasarkan indeks diversitas makrofauna bentik (Wibisono, 2005). Formulasi

Shannon-Wiener dan tabel kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas yang

digunakan untuk makrofauna bentik adalah sama dengan formulasi dan indeks

untuk biota plankton.

2.6 SAMPLING NEKTON

Sampling nekton dilakukan dengan bantuan nelayan setempat. Alat tangkap yang

digunakan pada saat sampling adalah jala insang (gill net) yang termasuk kelompok

alat tangkap pasif. Pada saat pelaksanaan sampling, jala insang dipasang pada aliran

sungai kecil yang membelah vegetasi mangrove tegak lurus dengan garis pantai.

Gambar 2.9 Pemasangan jala insang (gill net) untuk menangkap

ikan di area mangrove di Sepulu

Page 28: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

18

Jala insang ideal digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis (kelompok ikan yang

lebih banyak berada di tengah atau atas kolom perairan) namun tidak efektif bila

digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal (kelompok ikan yang lebih banyak

berada di bawah kolom perairan atau berada dekat substrat dasar).

Sampel ikan yang tertangkap kemudian disortasi berdasarkan spesies-nya untuk

mempermudah proses identifikasi; kemudian dilakukan pengukuran morfometri,

mencakup panjang total (total length), panjang baku (standard length), tinggi badan

(body depth), berat basah (wet weight), berat gonad (gonad weight) serta dilakukan

analisis Tingkat Kematangan Gonad (TKG) menurut Effendie (1997).

Analisis data nekton meliputi analisis morfometri serta Indeks Kematangan Gonad

(IKG) yang merupakan persentase berat gonad (GW) per berat badan ikan (BW)

(Effendie, 1997).

2.7 ANALISIS VEGETASI LAMUN

Analisis vegetasi lamun hanya dilaksanakan di lokasi SPL.1 (Titik Sg dalam Tabel

2.1 dan Gambar 2.2). Studi penutupan dan kerapatan lamun dilakukan dengan metode

transek kuadrat. Metode ini relatif reliable, sederhana dan dapat dilaksanakan dengan

personel atau fasilitas yang terbatas.

2.7.1 PENGAMBILAN DATA

Pada hamparan lamun dibuat beberapa buah garis transek yang tegak lurus garis

pantai dan berjarak sama (misalnya 100 meter); panjang garis transek tergantung

pada luasan hamparan lamun. Batas awal transek adalah titik garis pantai

sedangkan batas akhir transek adalah batas terluar keberadaan lamun. Garis

transek dibuat tegak lurus garis pantai.

Selanjutnya pada garis transek dibuat beberapa stasiun sampling yang juga

berjarak sama (5 atau 10 meter) sehingga gradien struktur komunitas dapat

diamati dengan lebih mudah. Semua jenis lamun yang dijumpai di dalam stasiun

sampling diidentifikasi hingga level spesies kemudian dihitung kerapatan

masing-masing jenis lamun yang dijumpai. Kuadrat 50 x 50 cm (Gambar 2.10)

untuk lamun Enhalus acoroides dan kuadrat 20 x 20 cm untuk jenis lamun

lainnya.

Page 29: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

19

Selanjutnya, dengan kuadrat 50 x 50 cm (Gambar 2.10), diperkirakan persentase

tutupan masing-masing spesies lamun yang dijumpai dalam kuadrat dan

dilakukan scoring dalam grid 10 x 10 cm untuk setiap spesies. Proses ini di

lakukan sebanyak 4 kali replikasi pada setiap stasiun sampling sehingga luasan

pengamatan menjadi 1 m2 per stasiun sampling.

Gambar 2.10 Kuadrat ukuran 50x50 cm dengan 25 unit grid

ukuran 10x10 cm untuk analisis vegetasi lamun

Gambar 2.11 Pembuatan transek untuk analisis vegetasi lamun

Page 30: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

20

2.7.2 ANALISIS DATA

Perkiraan persentase tutupan berdasarkan Atobe & Saito (1970) dalam English et

al., (1994). Dengan menggunakan grid 10 x 10 cm, dicatat dominansi tiap spesies

pada masing-masing sektor berdasarkan kelas pada tabel berikut;

Tabel 2.6 Perkiraan Persentase Tutupan Lamun Berdasarkan Atobe & Saito

(1970) dalam English et al., (1994)

Kelas Jumlah substrat

tertutupi

% substrat

tertutupi

Midpoint %

(M)

5 1/2 sampai seluruhnya 50-100 75

4 1/4 sampai 1/2 25-50 37.5

3 1/8 sampai 1/4 12.5-25 18.75

2 1/16 sampai 1/8 6.25-12.5 9.38

1 Kurang dari 1/16 <6.26 3.13

0 Tidak ada 0 0

Gambar 2.12 Perhitungan dan perkiraan penutupan jenis lamun menggunakan 25 unit grid

10x10 cm dalam kuadrat 50x50 cm

Page 31: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

21

Penutupan (C) setiap spesies pada setiap kuadrat 50 x 50 cm dihitung

berdasarkan formulasi berikut;

𝐶 = 𝛴(𝑀𝑖 × 𝑓𝑖)

𝛴𝑓

dimana;

Mi = persentase mid point kelas i

f = frekuensi (jumlah sektor dengan kelas dominansi yang sama)

Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

200 Tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan dan pedoman penentuan status

padang lamun dapat ditentukan kondisi dari padang lamun yang dianalisis.

Tabel 2.7 Kriteria Baku Kerusakan Padang Lamun

Tingkat kerusakan Luas area kerusakan (%)

Tinggi ≥50

Sedang 30-49.9

Rendah ≤29.9

Tabel 2.8 Status Padang Lamun

Kondisi Penutupan (%)

Baik Kaya / sehat ≥60

Rusak Kurang kaya / kurang sehat 30-59.9

Miskin ≤29.9

Page 32: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

22

III. KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA DAN

FAUNA

Pemantauan keanekaragaman hayati di wilayah konservasi mangrove PT. Pertamina Hulu

Energi – West Madura Offshore (PHE-WMO) untuk periode semester pertama 2017 telah

dilaksanakan pada minggu pertama Juni 2017.

Sebagaimana telah dideskripsikan pada Bab II dokumen ini, dimana untuk lokasi ORF

Gresik, pemantauan flora dan fauna hanya dilaksanakan di area dalam ORF Gresik

(minus area sekitar flare) sehingga hasil pemantauan akan menunjukkan perbedaan

kondisi komunitas, terutama dalam aspek kekayaan jenis dan kelimpahan.

Pada dokumen ini terdapat banyak akronim (singkatan) yang merujuk pada periode

pemantauan dilakukan, yaitu;

• P.I.2015, pemantauan pertama, periode semester pertama (Mei) tahun 2015

• P.II.2015, pemantauan kedua, periode semester kedua (Oktober) tahun 2015

• P.I.2016, pemantauan ketiga, periode semester pertama (April) tahun 2016

• P.II.2016, pemantauan keempat, periode semester kedua (Oktober) tahun 2016

• P.I.2017, pemantauan kelima, periode semester pertama (Juni) tahun 2017

Area studi yang merupakan kombinasi antara area vegetasi artifisial dan hutan mangrove

alami menjadi habitat bagi berbagai macam biota, baik terestrial maupun akuatik. Secara

umum, pada dokumen laporan ‘Pemantauan Status Keanekaragaman Hayati Wilayah

Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017’ ini akan kembali

diuraikan mengenai kondisi eksisting komunitas flora dan fauna yang ada (baik akuatik

maupun terestrial) beserta evalusi tren kondisinya dengan mengacu pada data-data

kualitatif (frekuensi perjumpaan dan komposisi jenis) dan kuantitatif (indeks-indeks

ekologi, kelimpahan jenis dan sebagainya).

3.1 KOMUNITAS FLORA

3.1.1 FLORA DARAT

A. AREA ORF GRESIK

Area pengamatan flora darat di sekitar ORF pada P.I.2017 meliputi keseluruhan

kompleks ORF (kawasan di dalam kompleks) kecuali area lapangan disekitar

Page 33: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

23

flare dan area sekitar pos keamanan di depan kompleks ORF. Vegetasi yang ada

termasuk dalam tipe vegetasi artifisial (binaan); dimana manifestasi flora-flora

yang ada telah mendapatkan pengaruh antropogenik yang besar. Detail komposisi

dan kelimpahan jenis flora darat di lokasi studi disajikan pada Tabel 3.1.

Area dalam kompleks ORF PHE-WMO Gresik relatif bersifat terbuka dimana

pohon berukuran sedang atau besar umumnya tersebar di tepi atau batas wilayah

kompleks ORF. Sebagian besar pohon yang dijumpai ditanam sebagai pohon

peneduh sekaligus penghasil buah, dengan jenis pohon yang memiliki

kelimpahan tertinggi adalah Mangga (Mangifera indica), Sirsat (Annona

muricata), Juwet/jamblang (Syzygium cumini) dan Jambu air (S. aqueum).

Adapun pohon buah yang sebagian merupakan hasil penanaman dan sebagian

lainnya adalah hasil pertumbuhan alami misalnya adalah Mengkudu (Morinda

citrifolia).

Sebagian jenis pohon lain lebih berfungsi sebagai elemen penambah estetika

seperti glodokan tiang (Polyalthia longifolia), ketapang (Terminalia catappa) dan

tabebuia (Tabebuia aurea). Untuk kategori estetika, termasuk pula berbagai jenis

palem dengan jenis yang paling melimpah adalah palem putri (Adonidia merilii),

Palem kuning (Dypsis lutescens), Palem putri (Adonidia merrillii) dan Kelapa

(Cocos nucifera) serta Palem waregu (Rhaphis excelsa).

Untuk meningkatkan diversitas flora sekaligus menyediakan habitat bagi

berbagai jenis fauna, maka pada sebagian lahan di ORF Gresik telah dilakukan

penanaman jenis-jenis pohon penghasil buah dengan sistem Orang Tua Asuh

Pohon (OTAP) dimana setiap personel staff perusahaan bertanggung jawab

terhadap kelangsungan pertumbuhan tanaman. Adapun jenis tanaman yang telah

ditanam melalui program OTAP tersebut diantaranya adalah jambu air (Syzygium

aqueum), jambu biji (Psidium guajava), nangka (Artocarpus heterophyllus), sawo

Manila (Manilkara zapota), sawo kecik (Manilkara kauki) dan juwet (Syzygium

cumini). Berdasarkan pengamatan secara visual, tanaman program OTAP saat ini

berada dalam kondisi pertumbuhan yang cukup baik.

Page 34: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

24

Tabel 3.1 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Flora di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Ket. ORF SPL.1 SPL.2

KATEGORI POHON DAN PALEM

1 Mangifera indica Mangga Anacardiaceae 15 0 0 C

2 Spondias dulcis Kedondong Anacardiaceae 0 1 0 C

3 Annona muricata Sirsak Annonaceae 22 0 0 C

4 Annona squamosa Srikaya Annonaceae 1 1 0 C

5 Polyalthia longifolia Glodokan tiang Annonaceae 6 0 0 C

6 Thevetia peruviana Nagasari Apocynaceae 0 1 0 C

7 Areca macrocalyx Palm Arecaceae 6 0 0 C

8 Chrysalidocarpus lutescens Palm kuning Arecaceae 17 0 0 C

9 Hyophorbe lagenicaulis Palem botol Arecaceae 2 0 0 C

10 Livistona rotundifolia Palem kipas Arecaceae 1 0 0 C

11 Rhapis excelsa Palem waregu Arecaceae 34 0 0 C

12 Adonidia merillii Palem putri Arecaceae 8 0 0 C

13 Cocos nucifera Kelapa Arecaceae 5 0 0 C

14 Dypsis lutescens Palem kuning Arecaceae 25 0 0 C

15 Cocos nucifera Kelapa Arecaceae 0 0 1 C

16 Tabebuia aurea Tabebuia Bignoniaceae 11 0 0 C

17 Dolichandrone spathacea Kajeng kapal Bignoniaceae 0 0 3 W

18 Casuarina equisetifolia Cemara laut Casuarinaceae 3 >45 0 CW

19 Cycas sp. Pakis Cycadaceae 1 0 0 C

20 Muntingia calabura Kersen Elaeocarpaceae 9 3 0 W

21 Exoecaria agallocha Kayu wuta Euphorbiaceae 0 >50 >25 W

22 Samanea saman Trembesi Fabaceae 3 0 0 C

23 Pterocarpus indicus Angsana kembang Fabaceae 2 2 1 C

24 Acacia auriculiformis Akasia Fabaceae 0 8 1 C

25 Leucaena leucocephala Petai Cina Fabaceae 0 >65 >30 CW

26 Tamarindus indicus Asam Jawa Fabaceae 0 3 2 C

Page 35: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

25

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Ket. ORF SPL.1 SPL.2

27 Hibiscus tiliaceus Waru Malvaceae 0 >30 9 CW

28 Thespesia populnea Waru laut Malvaceae 0 0 6 W

29 Swietenia macrophylla Mahoni Meliaceae 7 0 0 C

30 Azadirachta indica Mimba Meliaceae 0 3 12 C

31 Lannea coromandelica Kayu bejaran Meliaceae 0 3 3 C

32 Xylocarpus moluccensis Nyiri Meliaceae 0 0 7 W

33 Artocarpus heterophyllus Nangka Moraceae 7 0 0 C

34 Streblus asper Serut Moraceae 2 0 0 C

35 Ficus benjamina Beringin Moraceae 2 0 0 C

36 Ficus sp Beringin dolar Moraceae 1 0 0 C

37 Ficus variegata Beringin putih Moraceae 2 0 0 C

38 Ficus septica Awar-awar Moraceae 0 0 3 W

39 Psidium guajava Jambu biji Myrtaceae 9 0 0 C

40 Syzygium aqueum Jambu air Myrtaceae 15 0 0 C

41 Syzygium cumini Duwet Hitam Myrtaceae 12 0 0 C

42 Averrhoa carambola Belimbing buah Oxalidaceae 2 0 0 C

43 Phyllanthus acidus Cermai Phyllanthaceae 2 0 0 C

44 Rhizophora mucronata Tanjang lanang Rhizophoraceae 0 >50 0 CW

45 Morinda citrifolia Mengkudu Rubiaceae 22 6 2 CW

46 Filicium decipiens Kiara payung Sapindaceae 4 0 0 C

47 Manilkara kauki Sawo kecik Sapotaceae 3 0 0 C

Total tegakan 261 >273 >105

Total spesies 32 15 14 Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 3.035 2.016 2.08

KATEGORI SEMAK, HERBA DAN PENUTUP TANAH

1 Graptophyllum pictum Daun ungu Acanthaceae 55 0 0 C

2 Pseuderanthemum carruthersii Melati jepang Acanthaceae 10 0 0 C

3 Ruellia tuberosa Ceplikan Acanthaceae >40 0 0 C

Page 36: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

26

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Ket. ORF SPL.1 SPL.2

4 Agave americana Agave Agavaceae 14 0 0 C

5 Agave attenuata Agave Agavaceae 1 0 0 C

6 Yucca aloifolia Yuka Agavaceae 14 0 0 C

7 Sesuvium portulacastrum Alur Aizoaceae >50 NA NA W

8 Suaeda maritima Malur Amaranthaceae 0 NA 0 W

9 Hymenocallis littoralis bakung air mancur Amaryllidaceae >30 0 0 C

10 Adenium obesum Adenium Apocynaceae 18 0 0 C

11 Calotropis gigantea Widuri Apocynaceae 29 0 NA W

12 Dieffenbachia amoena Beras wutah Araceae 6 0 0 C

13 Polyscias fruticosa Cakra cikri Araliaceae 13 0 0 C

14 Schefflera arboricola Wali songo Araliaceae 5 0 0 C

15 Cocos nucifera Kelapa Arecaceae 0 NA 0 C

16 Calotropis gigantea Widuri Asclepiadaceae 0 NA NA W

17 Chlorophytum comosum Lili Paris Asparagaceae >100 0 0 C

18 Cordyline terminalis Hanjuang merah Asparagaceae 18 0 0 C

19 Dracaena draco Pandan Bali Asparagaceae 5 0 0 C

20 Dracaena fragrans Drasena Asparagaceae 2 0 0 C

21 Dracaena marginata Tricolor Asparagaceae 12 0 0 C

22 Dracaena reflexa Pleomele Asparagaceae 3 0 0 C

23 Sansevieria trifasciata Lidah mertua Asparagaceae 27 0 0 C

24 Aloe vera Lidah buaya Asphodelaceae 52 0 0 C

25 Tridax procumbens Gletang Asteraceae >200 NA NA W

26 Ageratum conyzoides Bandotan Asteraceae 0 NA 0 W

27 Chromolaena odorata Kerinyu Asteraceae 0 NA NA W

28 Pluchea indica Beluntas Asteraceae 0 NA NA W

29 Wedelia biflora Seruni laut Asteraceae 0 NA NA W

30 Brassica rapa Sawi Brassicaceae 2 0 0 C

31 Ananas bracteatus Nanas hias Bromeliaceae 6 0 0 C

Page 37: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

27

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Ket. ORF SPL.1 SPL.2

32 Hylocereus undatus Buah naga Cactaceae 2 0 0 C

33 Opuntia elatior Kaktus centong Cactaceae 5 0 NA W

34 Carica papaya Pepaya Caricaceae 1 0 NA C

35 Lumnitzera racemosa Teruntum Combretaceae 0 NA NA W

36 Rhoeo sp Rhoeo Commelinaceae 1 0 0 C

37 Ipomoea carnea Kangkungan Convolvulaceae 0 NA NA W

38 Ipomoea pes-caprae Teracak kambing Convolvulaceae 0 NA NA W

39 Thuja orientalis Cemara kipas Cupressaceae 3 0 0 C

40 Fimbristylis polytrichoides - Cyperaceae 0 0 0 W

41 Muntingia calabura Kersen Elaeocarpaceae 4 0 0 W

42 Acalypha siamensis Teh-tehan Euphorbiaceae >100 0 0 C

43 Codiaeum variegatum Puring Euphorbiaceae 40 0 0 C

44 Euphorbia hirta Patikan kebo Euphorbiaceae >100 NA 0 W

45 Euphorbia ingens Pohon Candelabra Euphorbiaceae 8 0 0 C

46 Euphorbia milii Euphorbia Euphorbiaceae 6 0 0 C

47 Jatropha gossypifolia Jarak merah Euphorbiaceae 0 NA NA W

48 Jatropha multifida Jarak tintir Euphorbiaceae 0 0 NA W

49 Acacia auriculiformis Akasia Fabaceae 5 NA 0 C

50 Leucaena leucocephala Petai Cina Fabaceae 28 NA 0 CW

51 Tamarindus indicus Asem Jawa Fabaceae 1 0 0 W

52 Canavalia maritima Kacang laut Fabaceae 0 NA NA W

53 Cassia mimosoides Kasia Fabaceae 0 NA NA W

54 Derris trifoliata Tuba Fabaceae 0 NA NA W

55 Mimosa invisa Putri malu Fabaceae 0 NA NA W

56 Minosa pudica Putri malu Fabaceae 0 NA NA W

57 Crotalaria striata Orok-orok Fabaceae 0 NA 0 W

58 Neomarica longifolia Iris Iridaceae 36 0 0 C

59 Trimezia martinicensis Iris kuning Iridaceae 11 0 0 C

Page 38: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

28

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Ket. ORF SPL.1 SPL.2

60 Cassytha filiformis Tali putri Lauraceae 0 NA 0 W

61 Cuphea hyssopifolia Cuphea Lythraceae >25 0 0 C

62 Pemphis acidula Setigi Lythraceae 0 NA NA W

63 Malpighia coccigera Serut Malphigiaceae 9 0 0 C

64 Sida rhombifolia Sidaguri Malvaceae 0 NA NA W

65 Hibiscus tiliaceus Waru Malvaceae 0 NA 0 W

66 Sida acuta Sidaguri Malvaceae 0 0 NA W

67 Marsilea crenata Semanggi Marsileaceae >200 0 0 W

68 Azadirachta indica Mimba Meliaceae 1 0 0 W

69 Artocarpus heterophyllus Nangka Moraceae 2 0 0 C

70 Streblus asper Serut Moraceae 0 0 NA W

71 Musa acuminata Pisang Musaceae 0 NA 0 C

72 Aegiceras corniculatum Gedangan Myrsinaceae 0 0 NA W

73 Aegiceras floridum Gedangan Myrsinaceae 0 0 NA W

74 Syzygium oleina Pucuk merah Myrtaceae 13 0 0 C

75 Bougainvillea sp. Bougenvile Nyctaginaceae 1 0 0 C

76 Passiflora foetida Rombusa Passifloraceae 0 NA 0 W

77 Piper beetle Sirih Piperaceae 1 0 0 C

78 Chloris barbata Rumput merak Poaceae 0 NA NA W

79 Cynodon dactylon Rumput grintingan Poaceae 0 NA NA W

80 Eleusine indica Rumput belulang Poaceae 0 NA NA W

81 Eragrostis tenella Rumput empritan Poaceae 0 NA NA W

82 Imperata cylindrica Alang-alang Poaceae 0 NA NA W

83 Spinifex littoreus Rumput tikusan Poaceae 0 NA NA W

84 Bambusa arundinacea Bambu Poaceae 0 0 NA W

85 Bruguiera gymnorrhiza Tanjang Rhizophoraceae 0 NA NA CW

86 Ceriops tagal Tengar Rhizophoraceae 0 NA NA W

87 Rhizophora mucronata Tanjang lanang Rhizophoraceae 0 NA 0 CW

Page 39: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

29

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Ket. ORF SPL.1 SPL.2

88 Bruguiera cylindrica Tinjang Rhizophoraceae 0 0 NA W

89 Ixora javanica Soka Rubiaceae 19 0 0 C

90 Scoparia dulcis Jaka tuwa Schrophulariaceae 0 NA NA W

91 Solanum lycopersicum Tomat Solanaceae 1 0 0 C

92 Solanum melongena Terong Solanaceae 4 0 0 C

93 Duranta repens Daun pangkas Verbenaceae 17 0 0 C

94 Lantana camara Tembelekan Verbenaceae 22 NA NA C

95 Clerodendrum inerme Keranji Verbenaceae 0 NA NA W

96 Stachytarpeta jamaicensis Pecut kuda Verbenaceae 0 NA NA W

97 Vitex ovata Legundi Verbenaceae 0 NA NA W

98 Cayratia trifolia Galing Vitaceae 0 NA NA W

Total tegakan >1380 NA NA

Total spesies 54 44 43 Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 3.144 NA NA

Keterangan

Ni Estimasi kerapatan tegakan per hektar

Lokasi SPL.1 . Area Sepulu 1; SPL.2. Area Sepulu.2; ORF. Area ORF Gresik

Ket. C. Spesies hasil penanaman; W. Spesies flora liar; NA. tidak dilakukan penghitungan individu namun diperkirakan

memiliki kelimpahan yang tinggi

Page 40: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

30

Kelompok tanaman bawah (herba dan semak) tampak lebih dominan pada area

dalam ORF dimana sebagian besar tanaman adalah jenis-jenis yang bernilai

estetika dan umum ditanam sebagai elemen penghias taman. Diantara jenis-jenis

tanaman estetis tersebut yang cukup umum dijumpai di area dalam ORF adalah

ceplikan ungu (Ruellia tweediana), puring (Codiaeum variegatum), zig-zag

Gambar 3.1 Tipikal kondisi vegetasi di area dalam kompleks ORF

Gresik pada semester pertama 2017; relatif hanya

terdapat sedikit pohon namun terdapat banyak taman

dengan jenis tanaman hias yang beragam

Page 41: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

31

(Pedilanthus tithymaloides), pangkas kuning (Duranta repens), tembelekan

(Lantana camara), bakung air mancur (Hymenocallis littoralis), pucuk merah

(Syzygium oleina) dan serut Acalypha siamensis.

Untuk kategori pohon dan palem, antara periode P.I.2015 hingga P.I.2017 relatif

tidak terjadi perubahan struktur komunitas flora; dalam artian bahwa jenis-jenis

pohon dan semak yang dijumpai pada keempat periode adalah serupa.

Gambar 3.2 Beberapa tegakan pancang pohon buah hasil penanaman

melalui program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP) di area

dalam ORF Gresik

Page 42: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

32

Ditinjau dari nilai kekayaan jenis, kelimpahan dan nilai indeks diversitas

Shannon-Wiener (H’) tegakan pohon dan palem, jelas terjadi penurunan antara

P.II.2016 dan P.I.2017 di area ORF, yang mana disebabkan oleh penyempitan

luasan area pengamatan. Pada P.II.2016, tercatat 39 jenis pohon dengan total

kelimpahan >415 tegakan dan nilai H’ sebesar 3.076. Pada P.I.2017, nilai tersebut

turun menjadi 32 jenis pohon dengan kelimpahan sebesar 261 tegakan dan nilai

H’ sebesar 3.035. Tampak bahwa meskipun mengalami penurunan kelimpahan

yang signifikan (sekitar -37.11%) namun nilai H’ tidak menurun secara

signifikan, hanya sekitar -0.041 poin.

Oleh karena sifatnya sebagai tanaman pada area perkantoran yang memperoleh

perawatan secara rutin, maka komunitas flora di area ORF relatif tidak

mengalami perubahan komposisi jenis terutama untuk kelompok pohon, palem

maupun spesies-spesies yang bernilai estetika.

Pada P.I.2017, secara visual tampak bahwa lebih sedikit terdapat jenis-jenis

tumbuhan bawah (semak dan herba) yang tercatat di area ORF. Mulai masuk

dalam awal musim kemarau sehingga banyak tumbuhan annual (semusim) dan

biennial yang mulai kering atau mempersiapkan masa dormansi.

B. AREA SEPULU

Pada area Sepulu 1 (SPL.1) juga terjadi penyempitan luasan area pengamatan,

dibatasi hanya pada area di sebelah barat makam meluas ke barat hingga batas

garis pasang tertinggi sehingga terdapat beberapa spesies flora yang teramati

pada P.I.2014 hingga P.II.2016 namun tidak teramati pada periode P.I.2017.

Vegetasi di lokasi SPL.1 dan SPL.2 menunjukkan kondisi yang berbeda dengan

area ORF. Kedua area pengamatan flora di Sepulu lebih berupa lapangan atau

padang terbuka dengan tegakan pohon hanya berada di tepi atau sekitar lapangan

tersebut.

Pada lokasi SPL.1, jenis pohon yang umum dijumpai relatif serupa dengan

pemantauan-pemantauan terdahulu. Jenis yang paling melimpah diantaranya

adalah Waru (Hibiscus tiliaceus) dan Petai Cina (Leucaena leucocephala) yang

diselingi oleh mimba (Azadirachta indica), Mengkudu dan Akasia (Acacia

auriculiformis). Di area sekitar garis batas tertinggi pasang air laut umum

dijumpai tegakan Kayu wuta (Excoecaria agallocha), Tengar (Ceriops spp), waru

Page 43: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

33

dan beberapa jenis mangrove lainnya; sedangkan pada area yang berbatasan

dengan tambak ditanami jenis Tanjang lanang (Rhizophora mucronata).

Sisi utara area pengamatan merupakan area penanaman Cemara laut (Casuarina

equisetifolia) serta Waru yang merupakan hasil penanaman untuk rehabilitasi

habitat pantai. Pengamatan secara visual menunjukkan bahwa tegakan Cemara

laut tumbuh dengan sangat baik.

Seperti halnya di lokasi ORF Gresik, faktor pelaksanaan pemantauan saat awal

musim kemarau menyebabkan dijumpainya lebih sedikit jenis-jenis semak, herba

dan rerumputan dibandingkan dengan periode P.I.2016. Secara visual, area tanah

lapang di SPL.1 (juga di SPL.2) tampak lebih ‘kering’ oleh karena banyaknya

tegakan tumbuhan bawah yang mati atau memulai masa dormansi. Disekitar area

penanaman Cemara laut bahkan terdapat sisa-sisa kebakaran lahan, yang sangat

mungkin disebabkan oleh faktor alami, kondisi sangat kering sehingga semak dan

rerumputan mudah terbakar oleh percikan api yang berasal dari gesekan ranting.

Gambar 3.3 Tegakan pohon muda cemara laut (Casuarina equisetifolia) di area Sepulu 1

pada semester pertama 2017, tampak sisa-sisa terjadinya kebakaran lahan

Page 44: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

34

Tipikal vegetasi di area SPL.2 relatif serupa dengan SPL.1. Untuk kategori

pohon, di area SPL.2 lebih didominasi oleh Mimba serta beberapa tegakan Kayu

bejaran (Lannea coromandelica), Waru dan Asam Jawa. Pada area lahan yang

berbatasan dengan pertambakan juga cukup umum dijumpai jenis-jenis mangrove

Rhizophora spp, Avicennia marina dan Kayu wuta serta beberapa jenis flora

asosiasi mangrove lainnya.

Seperti halnya pada area ORF, terjadi penurunan kekayaan jenis, kelimpahan dan

nilai H’ komunitas flora di area Sepulu. Pada P.II.2016, H’ bernilai 2.490 dengan

Gambar 3.4 Tipikal kondisi vegetasi di area SPL.1 pada semester pertama 2017

Page 45: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

35

jumlah jenis sebesar 27 jenis dan kelimpahan >337 tegakan; kemudian pada

P.I.2017 menjadi 15 jenis saja dengan nilai kelimpahan sebesar >273 tegakan dan

nilai H’ sebesar 2.016 atau masih termasuk dalam kriteria keanekaragaman

‘sedang’.

Untuk area SPL.2, pada P.I.2017 terdapat 14 jenis pohon dengan kelimpahan

>105 tegakan dan nilai H’ sebesar 2.080. Besaran nilai ketiga parameter tersebut

tidak berbeda dengan periode P.II.2016.

Gambar 3.5 Tipikal kondisi vegetasi di area SPL.2 pada semester pertama 2017

Page 46: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

36

3.1.2 FLORA MANGROVE

Istilah ‘mangrove’ biasanya digunakan untuk menyebut jenis atau kelompok

tumbuhan yang terdapat di kawasan pesisir (pantai dan sekitar muara) yang

dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Istilah ‘mangrove’ mungkin berasal dari

bahasa Melayu ‘manggi-manggi’ dan bahasa Arab ‘el-gurm’ yang digabung

menjadi ‘mang-gurm’ sehingga lambat laun dieja menjadi ‘mangrove’.

Mangrove adalah tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun

sebagai komunitas (Tomlinson 1986 dan Wightman 1989 dalam Rusila Noor et

al., 1999). Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral

yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindung (Saenger dkk,

1983). Sementara itu Soerianegara (1987) mendefinisikan hutan mangrove

sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai

dan estuari sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-

jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,

Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.

Lebih lanjut, mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan

Kerusakan Mangrove diluar kawasan konservasi, mangrove didefinisikan sebagai

sekumpulan tumbuh-tumbuhan Dicotyledoneae dan atau Monocotyledoneae

terdiri atas jenis tumbuhan yang mempunyai hubungan taksonomi sampai dengan

taksa kelas (unrelated families) tetapi mempunyai persamaan adaptasi morfologi

dan fisiologi terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut.

Detail komposisi dan kelimpahan jenis mangrove di lokasi studi disajikan pada

Tabel 3.2.

A. AREA ORF GRESIK

Area mangrove disekitar ORF Gresik terutama terdapat di sebelah barat-utara

kompleks ORF dan memiliki ketebalan zona antara 10-125 meter; tumbuh

diatas substrat berupa lumpur dan seresah. Sebagaimana telah disebutkan

dalam Bab II dokumen ini, mulau periode P.I.2017 pada area pengamatan

telah dibuat transek permanen guna melihat adanya perubahan komunitas

secara berkala dengan lebih detail.

Area mangrove di barat ORF (Mg.1-1) didominasi oleh dua jenis mangrove

utama yaitu Api-api putih (Avicennia marina) dan bakau kurap (Rhizophora

Page 47: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

37

stylosa). Pada P.I.2017, kerapatan kedua spesies tersebut adalah sebesar

3466.67 dan 33.33 tegakan/ha dengan INP (Indeks Nilai Penting) masing-

masing adalah 263.58% dan 36.42%. Nilai kerapatan dan INP kedua jenis

tersebut sangat kontras bila dibandingkan dengan P.II.2016 (dan/atau periode

pemantauan sebelumnya) dimana jenis Bakau kurap lebih dominan daripada

Api-api putih. Hal tersebut disebabkan karena adanya pergeseran posisi

transek guna membuat transek permanen baru.

Adapun pada mangrove di utara ORF (Mg.1-2), pergeseran transek juga

menyebabkan perubahan komposisi spesies dan dominansinya. Pada P.I.2017

didominasi oleh Tanjang lanang (2433.33 tegakan/ha dan INP 198.15%) serta

Api-api putih (433.33 tegakan/ha dan INP 48.75%). Juga terdapat jenis Api-

api (Av. alba) dan Bakau kurap (Rh. stylosa). Komposisi dan dominansi

tersebut berbeda dengan P.II.2016 dimana jenis dominan adalah Av. marina.

Kemudian, jenis Api-api daun lebar (Av. officinalis) tidak ditemukan dalam

transek pada P.I.2017 ini.

Untuk tingkat tegakan pancang (sapling), di area Mg.1-1 terdapat jenis bakau

Api-api putih dengan kerapatan sebesar 3466.67 tegakan/ha sedangkan untuk

area Mg.1-2 didominasi oleh Bakau kurap dengan kerapatan sebesar 1866.67

tegakan/ha.

Selanjutnya, untuk kategori semaian (seedling), di Mg.1-1 terdapat anakan

Bakau kurap dan Api-api putih dengan total kerapatan menvapai 12000

tegakan/ha yang mana nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

periode-periode sebelumnya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

peremajaan tegakan mangrove di lokasi studi telah berlangsung dengan

cukup baik.

Adapun untuk area Mg.1-2 total tegakan semaian mencapai 5866.67

tegakan/ha, juga didominasi oleh Bakau kurap. Jumlah kerapatan tersebut

juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan P.I.2016 (1466.67 tegakan/ha)

maupun P.II.2016 (2000 tegakan/ha).

Sebagai informasi tambahan, pada area pesisir di utara ORF Gresik juga telah

dilaksanakan program penanaman mangrove dengan jenis yang ditanam

terutama adalah tanjang Rhizophora mucronata. Secara visual, tegakan-

tegakan hasil penanaman tersebut menunjukkan pertumbuhan yang cukup

baik.

Page 48: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

38

Gambar 3.6 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di area Mg.1-1 pada

semester pertama 2017; didominasi oleh tanjang

Rhizophora stylosa

Page 49: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

39

Gambar 3.7 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di area Mg.1-2 pada

semester pertama 2017; didominasi oleh api-api

Rhizophora mucronata

Page 50: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

40

Tabel 3.2 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Mangrove di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017

No. Spesies Nama Indonesia Famili Di

Mg.1-1 Mg.1-2 Mg.2-1 Mg.2-2 Mg.3-1 Mg.3-2 Mg.3-3

Kategori pohon (tree) 1 Avicennia marina Api-api putih Avicenniaceae 3466.67 433.33 0 100 166.67 0 166.67

2 Avicennia alba Api-api Avicenniaceae 0 200 0 0 0 0 0

3 Lumnitzera racemosa Teruntum Combretaceae 0 0 0 0 0 0 33.33

4 Exoecaria agallocha Kayu wuta Euphorbiaceae 0 0 0 0 0 0 133.33

5 Xylocarpus granatum Nyiri Meliaceae 0 0 0 0 0 0 66.67

6 Rhizophora stylosa Bakau kurap Rhizophoraceae 33.33 33.33 0 300 733.33 1533.33 66.67

7 Rhizophora mucronata Tanjang lanang Rhizophoraceae 0 2433.33 0 0 333.33 0 0

8 Rhizophora apiculata Bakau minyak Rhizophoraceae 0 0 0 0 133.33 0 133.33

9 Sonneratia alba Bogem Sonneratiaceae 0 0 2000 500 0 2100 1133.33

Total 3500 3100 2000 900 1366.67 3633.33 1733.33

Kategori pancang (sapling) 1 Avicennia marina Api-api putih Avicenniaceae 3466.67 0 0 3600 9600 0 133.33

2 Lumnitzera racemosa Teruntun Combretaceae 0 0 0 0 266.67 0 0

3 Excoecaria agallocha Kayu wuta Euphorbiaceae 0 0 0 133.33 0 0 0

4 Rhizophora stylosa Bakau kurap Rhizophoraceae 0 1866.67 0 6266.67 3200 800 0

5 Ceriops tagal Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 133.33 0 0 0

6 Rhizophora apiculata Bakau minyak Rhizophoraceae 0 0 0 266.67 1466.67 133.33 933.33

7 Ceriops decandra Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 0 133.33 0 266.67

8 Ceriops tagal Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 0 1200 0 3866.67

9 Bruguiera cylindrica Tanjang putih Rhizophoraceae 0 0 0 0 0 0 133.33

10 Sonneratia alba Bogem Sonneratiaceae 0 0 2266.67 2266.67 1600 1600 533.33

Total 3466.67 1866.67 2266.67 12666.67 17466.67 2533.33 5866.67

Kategori semaian (seedling) 1 Avicennia marina Api-api putih Avicenniaceae 11066.67 0 0 266.67 2000 266.67 0

2 Sesuvium portulacastrum Alur Aizoaceae 0 0 0 1466.67 1200 0 0

Page 51: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

41

No. Spesies Nama Indonesia Famili Di

Mg.1-1 Mg.1-2 Mg.2-1 Mg.2-2 Mg.3-1 Mg.3-2 Mg.3-3

3 Lumnitzera racemosa Teruntun Combretaceae 0 0 0 266.67 0 0 0

4 Rhizophora stylosa Bakau kurap Rhizophoraceae 933.33 5866.67 133.33 266.67 3066.67 800 0

5 Rhizophora apiculata Bakau minyak Rhizophoraceae 0 0 0 133.33 0 2666.67 400

6 Ceriops tagal Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 400 1600 0 933.33

7 Rhizophora mucronata Tanjang lanang Rhizophoraceae 0 0 0 0 1466.67 0 0

8 Ceriops decandra Tengar Rhizophoraceae 0 0 0 0 0 0 133.33

9 Sonneratia alba Bogem Sonneratiaceae 0 0 666.67 0 400 666.67 133.33

10 Aegiceras corniculatum Gedangan Verbenaceae 0 0 0 0 133.33 0 0

Total 12000 5866.67 800 2800 9866.67 4400 1600

Keterangan

Di Estimasi kerapatan tegakan per hektar

Lokasi Mg.1-1. Area 1 mangrove ORF; Mg.1-2. Area 2 mangrove ORF; Mg.2-1. Area 1 mangrove Sepulu.1; Mg.2-2. Area 2 mangrove

Sepulu.1; Mg.3-1. Area 1 mangrove Sepulu.2; Mg.3-2. Area 2 mangrove Sepulu.2

Page 52: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

42

Tabel 3.3 Dinamika Komunitas Mangrove di Lokasi Studi pada Tahun 2015-2017

No. Lokasi

Variabel/Periode

Jumlah Spesies Kerapatan (ha)

P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017 P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017

Kategori pohon (tree) 1 Mg 1.1 2 2 2 2 2 5700 5333.33 5466.67 5000 3500

2 Mg 1.2 2 2 2 2 4 2400 2333.33 2166.67 2166.67 3100 3 Mg 2.1 1 1 1 1 1 2400 2233.33 2266.67 2266.67 2000 4 Mg 2.2 3 3 3 3 3 1900 1566.67 1666.67 1500 900

5 Mg 3.1 6 6 6 6 4 1766.67 1733.33 1833.33 1833.33 1366.67 6 Mg 3.2 2 2 2 2 2 3633.33 3866.67 3766.67 3766.67 3633.33 7 Mg 3.3 8 NA 8 NA 7 2500 NA 2500 NA 1733.33

Kategori pancang (sapling)

1 Mg 1.1 2 2 2 2 1 4933.33 5733.33 5600 5866.67 3466.67 2 Mg 1.2 2 2 2 2 1 4933.33 5200 4266.67 4400 1866.67

3 Mg 2.1 1 1 1 1 1 3866.67 3866.67 2933.33 2666.67 2266.67 4 Mg 2.2 5 5 5 6 6 4933.33 8000 5466.67 7466.67 12666.67 5 Mg 3.1 7 6 6 6 7 4533.33 5200 7066.67 7333.33 17466.67 6 Mg 3.2 4 4 4 4 3 7733.33 6933.33 7066.67 6800 2533.33

7 Mg 3.3 9 NA 9 NA 6 13200 NA 13733.33 NA 5866.67

Kategori semaian (seedling) 1 Mg 1.1 2 3 3 3 2 5066.67 5466.67 6933.33 6933.33 12000

2 Mg 1.2 2 2 1 1 1 3600 3733.33 1466.67 2000 5866.67 3 Mg 2.1 2 2 2 2 2 4133.33 3600 2400 1466.67 800 4 Mg 2.2 5 7 7 7 6 3866.67 8133.33 8533.33 9866.67 2800

5 Mg 3.1 6 6 6 6 7 7066.67 8000 7600 10800 9866.67 6 Mg 3.2 4 5 5 5 4 1600 8000 8133.33 8133.33 4400 7 Mg 3.3 7 NA 7 NA 4 6533.33 NA 6933.33 NA 1600

Keterangan Periode P.I.2015. periode semester pertama (Mei) 2015; P.II.2015. periode semester kedua (Oktober) 2015; P.I.2016. periode

semester pertama (Mei) 2016; P.II.2016. periode semester kedua (Oktober) 2016 Lokasi Mg.1-1. Area 1 mangrove ORF; Mg.1-2. Area 2 mangrove ORF; Mg.2-1. Area 1 mangrove Sepulu.1; Mg.2-2. Area 2

mangrove Sepulu.1; Mg.3-1. Area 1 mangrove Sepulu.2; Mg.3-2. Area 2 mangrove Sepulu.2; Mg.3-3. Area 3 mangrove Sepulu 2

Page 53: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

43

Gambar 3.8 Mangrove jenis tanjang lanang (Rhizophora mucronata)

hasil penanaman di pesisir utara ORF Gresik yang

menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Page 54: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

44

B. AREA SEPULU

Habitat mangrove di SPL.1 (titik Mg.2-1 dan Mg.2-2) dan SPL.2 (titik Mg.3-

1, Mg.3-2 dan Mg.3-3) memiliki karakter yang berbeda dengan mangrove di

ORF Gresik. Sebagian mangrove di SPL.1 tumbuh pada substrat berupa pasir

dan pecahan karang (rubble) sedangkan mangrove yang lain tumbuh pada

substrat berupa campuran antara pasir dan lumpur.

Perbedaan tipe subsrat dan persentase pasir dan lumpur diatas menyebabkan

perbedaan jenis dan dominansi mangrove pada setiap tipe substrat. Sebagai

contoh, substrat berupa pasir atau campuran pasir-rubble akan sangat sesuai

untuk mangrove jenis bogem atau pidada (Sonneratia alba) sedangkan

substrat pasir-lumpur sesuai untuk mangrove Rhizophora stylosa, Api-api

putih dan Teruntun (Lumnitzera racemosa) serta Tengar (Ceriops tagal).

Demikian halnya di lokasi SPL.2; terdapat perbedaan tempat tumbuh

mangrove, yaitu pada substrat pasir, campuran pasir-lumpur dan campuran

pasir-lumpur-rubble.

Pada lokasi SPL.1, kerapatan pohon mangrove mencapai 900 tegakan/ha di

Mg.2-2 dan 2000 tegakan/ha di Mg.2-1. Pada area Mg.2-1, jenis mangrove

tetap didominasi oleh Bogem S. alba (INP 300%) sedangkan pada Mg.2-2

juga didominasi oleh Bogem (kerapatan 500 tegakan/ha, INP 174.30%) yang

diselingi dengan tegakan Bakau kurap (300 tegakan/ha, INP 96.13%) dan

Api-api putih (100 tegakan/ha, INP 29.57%).

Untuk lokasi Mg.2-2 terdapat perubahan jenis pohon mangrove dominan

dibandingkan dengan P.II.2016 yang mana pada periode tersebut didominasi

oleh Bakau kurap dan Api-api putih dengan kelimpahan yang juga jauh lebih

tinggi (>400 tegakan/ha). Perbedaan tersebut juga disebabkan oleh

pergeseran posisi transek untuk pembuatan transek permanen.

Pada lokasi SPL.2; kerapatan tegakan pohon mangrove mencapai 1366.67

tegakan/ha di Mg.3-1, 3633.33 tegakan di Mg.3-2 dan 1733.33 tegakan/ha di

Mg.3-3.

Di area Mg.3-1 (yang pada saat ini telah menjadi area konservasi dan pusat

pendidikan mangrove), tegakan tetap didominasi oleh Bakau kurap (733.33

tegakan/ha) dan Tanjang lanang (333.33 tegakan/ha). Pada area ini,

pertumbuhan jenis Bakau kurap, Tanjang lanang dan Api-api putih tampak

semakin pesat, terutama disebabkan oleh kegiatan penanaman mangrove.

Page 55: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

45

Dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya, area Mg.3-1 juga tampak

semakin rimbun dan hijau; tegakan semai dan pancang (terutama Api-api

putih) sangat mendominasi dimana kerapatan pancang Api-api putih

mencapai 9600 tegakan/ha dan semainya mencapai 2000 tegakan/ha. Untuk

Bakau kurap, kerapatan pancang dan semai adalah 3200 dan 3066.67

tegakan/ha. Nilai-nilai tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

periode-periode sebelumnya.

Gambar 3.9 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.1 Mg.2-1 pada semester pertama

2017 yang didominasi oleh bogem (Sonneratia alba)

Page 56: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

46

Pada area Mg.3-1 juga dapat dijumpai jenis Teruntum dan Tengar (C.

decandra dan C. tagal) serta Tanjang lanang dan Bakau minyak (Rh.

apiculata) namun dengan kerapatan dan INP yang jauh lebih rendah

dibandingkan dengan Api-api putih atau Bakau kurap.

Untuk area Mg.3-2, tetap didominasi oleh Bogem (2100 tegakan/ha) dan

Bakau kurap (1533.33 tegakan/ha) sedangkan untuk lokasi Mg.3-3

didominasi oleh Bogem (1133.33 tegakan/ha, INP 177.94%).

Selain jenis-jenis dominan diatas, di area SPL.1 dan SPL.2 umum dijumpai

jenis-jenis mangrove seperti Kayu wuta serta Nyiri (Xylocarpus granatum),

Gedangan (Aegiceras corniculatum dan A. floridum) dan Tanjang putih

(Bruguiera cylindrica) namun dengan kerapatan yang relatif rendah dan

posisinya tersebar.

Gambar 3.10 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.1 Mg.2-2 pada semester

pertama 2017

Page 57: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

47

Pada ketiga lokasi tercatat 48 jenis mangrove, sebagian jenis termasuk

kedalam transek untuk analisis vegetasi sedangkan sebagian yang lain

dijumpai melalui teknik koleksi bebas. Dari keseluruhan jenis yang ada, 16

jenis termasuk dalam kelompok mangrove sejati (true mangrove) dan 32

jenis sisanya termasuk kelompok mangrove ikutan atau mangrove asosiasi

(associate mangrove), sebagaimana ditunjukkan melalui Tabel 3.4.

Gambar 3.11 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-1 pada semester pertama

2017 yang didominasi oleh tinjang Rhizophora stylosa dan api-api

Avicennia marina

Page 58: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

48

Gambar 3.12 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-2 pada semester pertama

2017 yang didominasi oleh Bogem (Sonneratia alba)

Page 59: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

49

Gambar 3.13 Tipikal kondisi vegetasi mangrove di SPL.2 Mg.3-2 pada semester pertama

2017

Page 60: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

50

Tabel 3.4 Komposisi dan Sebaran Jenis Mangrove di Lokasi Studi

No. Spesies Nama Indonesia Famili BP Sebaran

Mangrove Sejati (True Mangrove)

1 Aegiceras corniculatum gedangan Verbenaceae S 23

2 Aegiceras floridum gedangan Verbenaceae S 3

3 Avicennia alba api-api Avicenniaceae P 1

4 Avicennia marina api-api Avicenniaceae P 123

5 Avicennia officinalis api-api Avicenniaceae P 1

6 Bruguiera cylindrica bakau/tinjang Rhizophoraceae SP 23

7 Bruguiera gymnorrhiza tinjang Rhizophoraceae P 1

8 Ceriops decandra tengar Rhizophoraceae SP 2

9 Ceriops tagal tengar Rhizophoraceae SP 23

10 Lumnitzera racemosa teruntun Combretaceae S 23

11 Rhizophora apiculata bakau merah Rhizophoraceae P 23

12 Rhizophora mucronata bakau/tinjang Rhizophoraceae P 123

13 Rhizophora stylosa bakau/tinjang Rhizophoraceae P 123

14 Sonneratia alba bogem Sonneratiaceae P 23

15 Xylocarpus granatum nyiri Meliaceae P 2

16 Xylocarpus moluccensis nyiri Meliaceae P 1

Mangrove Asosiasi (Associate Mangrove)

1 Acrostichum aureum paku laut Pteridaceae S 1

2 Calophyllum inophyllum nyamplung Guttiferae P 1

3 Calotropis gigantea widuri Asclepiadaceae H 123

4 Canavalia maritima kacang laut Fabaceae H 123

5 Casuarina equisetifolia cemara laut Casuarinaceae P 123

6 Clerodendrum inerme keranji Verbenaceae S 123

7 Cordia subcordata kalimasada Boraginaceae P 1

8 Derris trifoliata tuba, kambingan Fabaceae H 123

9 Dolichandrone spathacea kajeng kapal Bignoniaceae P 1

10 Excoecaria agallocha kayu wuta Euphorbiaceae P 123

11 Fimbristylis polytrichoides - Cyperaceae H 1

12 Gymnanthera oblonga - Asclepiadaceae H 123

13 Heritiera littoralis dungun Fabaceae P 1

14 Hibiscus tiliaceus waru Malvaceae P 123

15 Ipomoea pes-caprae teracak kambing Convolvulaceae H 123

16 Morinda citrifolia mengkudu Rubiaceae SP 123

17 Moringa oleifera kelor Fabaceae P 123

18 Oxystelma carnosum - Asclepiadaceae H 1

19 Pandanus tectorius pandan laut Pandanaceae H 23

20 Passiflora foetida rombusa Passifloraceae H 123

21 Pemphis acidula setigi Lythraceae SP 23

22 Pluchea indica beluntas Asteraceae S 123

23 Pongamia pinnata kayu kacang laut Fabaceae P 1

24 Premna obtusifolia daun kambingan Verbenaceae S 1

25 Sesuvium portulacastrum alur Aizoaceae H 123

26 Spinifex littoreus rumput tikusan Poaceae H 23

Page 61: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

51

No. Spesies Nama Indonesia Famili BP Sebaran

27 Stachytarpeta jamaicensis pecut kuda Verbenaceae H 123

28 Suaeda maritima malur Amaranthaceae H 23

29 Terminalia catappa ketapang Combretaceae P 123

30 Thespesia populnea waru laut Malvaceae P 1

31 Vitex ovata legundi Verbenaceae S 123

32 Wedelia trilobata seruni laut Asteraceae S 123

Mangrove di lokasi studi, terutama di Sepulu.2, menunjukkan pola zonasi

(sebaran horizontal) yang mirip dengan tipikal zonasi mangrove di kawasan

Indo-Pasifik. Area terdepan (seaward) atau zona mangrove terbuka

umumnya didominasi oleh jenis bogem/pidada (Sonneratia alba) sehingga

zona ini dapat pula dianggap sebagai zona Sonneratia. Lebar zona bervariasi

antara 30-100 meter.

Di belakang zona Sonneratia terdapat zona mangrove tengah yang berisi

campuran jenis antara Rhizophora-Ceriops-Lumnitzera-Bruguiera-Avicennia;

pada beberapa titik, Rhizophora lebih dominan namun pada titik lain lebih

didominasi oleh Ceriops. Ketebalan zona juga sangat bervariasi, antara 50-

300 meter. Jenis Rhizophora yang umum di zona ini adalah R. stylosa

sedangkan untuk Ceriops lebih umum dijumpai C. tagal. Pada zona

mangrove tengah ini juga kadang dijumpai beberapa jenis mangrove lain

seperti nyiri (Xylocarpus granatum).

Zona paling belakang atau zona yang terdekat dengan daratan merupakan

zona mangrove asosiasi, didominasi oleh kayu wuta (Exoecaria agallocha)

dan berbagai jenis mangrove asosiasi lainnya. Ketebalan zona tidak terlalu

tinggi (tidak terlalu tebal).

Keterangan

Sebaran 1. Area mangrove ORF Gresik; 2. Area mangrove Sepulu.1; 3. Area mangrove Sepulu

2

BP Bentuk Perumbuhan: P. pohon; S. semak; H. herba atau rerumputan

Page 62: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

52

Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201

Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan

Mangrove Diluar Kawasan konservasi, kerapatan tegakan pohon mangrove

yang mencapai >1500 tegakan/hektar menunjukkan bahwa area mangrove di

lokasi studi termasuk dalam kategori ‘sangat baik’; kecuali di area Mg.2-1 di

SPL.1 yang termasuk dalam kategori ‘jarang’ (kerapatan <1000 tegakan/ha).

Khusus pada Mg.2-2, masih didominasi oleh tegakan pancang. Oleh karena

itu, suatu program pengelolaan (termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan)

yang berkelanjutan dan program rehabilitasi (melalui penanaman mangrove

baru) mutlak diperlukan untuk perlindungan serta peningkatan nilai ekologis

ekosistem mangrove yang ada.

Gambar 3.14 Tipikal profil zonasi horizontal mangrove di SPL.2

Zona Sonneratia Zona mangrove

campuran

Zona mangrove

asosiasi

Page 63: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

53

3.2 KOMUNITAS FAUNA

Studi keanekaragaman hayati fauna darat di lokasi studi dilakukan dengan objek

komunitas burung (aviafauna) dan komunitas fauna bukan burung.

3.2.1 KOMUNITAS BURUNG (AVIFAUNA)

Komparasi data hasil pengamatan burung menunjukkan bahwa sejak semester

pertama 2014 hingga semester pertama 2017 (atau 7 kali periode pengamatan)

telah tercatat sebanyak 85 jenis burung; terdapat penambahan satu jenis burung

yang baru tercatat dalam daftar yaitu Walet sarang-hitam (Collocalia maxima)

yang sangat melimpah dan dominan di area SPL.2.

Pada P.I.2017, di area ORF tercatat 37 jenis burung dari 32 genera dan 21 famili

sedangkan di area SPL.1 terdapat 32 jenis burung dari 27 genera dan 18 famili

sementara di SPL.2 dijumpai 44 jenis burung dari 36 genera dan 25 famili. Secara

keseluruha terdata 53 jenis burung pada ketiga lokasi.

Jumlah total jenis burung teramati pada P.I.2017 lebih rendah dibandingkan

dengan P.II.2016 (60 jenis) atau P.I.2016 (54 jenis). Penurunan jumlah tersebut

disebabkan oleh tidak dijumpainya beberapa jenis burung migran (terutama di

area ORF dan SPL.2).

Pada P.II.2016, banyak dijumpai jenis burung migran anggota famili

Charadriidae (Cerek), Laridae (Dara-laut) dan Scolopacidae (Trinil, Gajahan,

Kedidi dan sebagainya) yang mana ketiganya merupakan anggota ordo

Charadriiformes. Anggota ordo tersebut dikenal sebagai jenis-jenis burung

migran yang umumnya bermigrasi dari tempat berbiaknya di belahan bumi utara

(Siberia, Alaska, Rusia timur-laut, Mongolia, China utara dan sebagainya) ke

bumi bagian selatan (Australia dan sekitarnya) pada saat musim dingin

(umumnya antara awal September hingga akhir November) dan kembali lagi ke

utara saat musim dingin disana telah berakhir (umumnya antara Maret hingga

Mei). Dalam perjalanannya, umumnya burung-burung tersebut akan ‘transit’

untuk istirahat dan mencari makan di beberapa lokasi, termasuk Indonesia.

Periode pengamatan pada P.I.2017 dilakukan saat bulan Juni, dimana pada saat

tersebut burung-burung yang melakukan transit di lokasi studi diperkirakan telah

melanjutkan perjalanannya menuju utara sehingga tidak banyak jenis yang

dijumpai di lokasi studi.

Page 64: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

54

Tabel 3.5 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Burung di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Status ORF SPL.1 SPL.2

1 Gerygone sulphurea Remetuk laut Acanthizidae 4 2 10 -

2 Aegithina tiphia Cipoh kacat Aegithinidae 1 0 2 -

3 Alcedo coerulescens Raja-udang biru Alcedinidae 1 1 3 1(AB),E

4 Halcyon chloris Cekakak sungai Alcedinidae 2 1 3 1(AB)

5 Halcyon sancta Cekakak Australia Alcedinidae 2 3 8 1(AB)

6 Halcyon cyanoventris Cekakak Jawa Alcedinidae 0 1 1 1(AB)

7 Dendrocygna javanica Belibis polos Anatidae 0 0 2 -

8 Apus nipalensis Kapinis rumah Apodidae 3 0 4 -

9 Collocalia linchi Walet linchi Apodidae 24 46 86 -

10 Collocalia maxima Walet sarang-hitam Apodidae 0 0 43 -

11 Ardeola speciosa Blekok sawah Ardeidae 8 11 35 1(B)

12 Butorides striata Kokokan laut Ardeidae 2 3 4 -

13 Egretta garzetta Kuntul kecil Ardeidae 3 8 21 1(AB),N<>

14 Ixobrychus sinensis Bambangan kuning Ardeidae 1 0 0 -

15 Ardea alba Cangak besar Ardeidae 1 2 28 1(AB),N<>

16 Ardea cinerea Cangak abu Ardeidae 0 2 2 N<

17 Nycticorax nycticorax Kowak-malam kelabu Ardeidae 0 0 3 N<

18 Ardea purpurea Cangak merah Ardeidae 0 0 5 -

19 Artamus leucorhynchus Kekep babi Artamidae 2 4 4 -

20 Lalage nigra Kapasan kemiri Campephagidae 5 6 14 -

21 Pericrocotus cinnamomeus Sepah kecil Campephagidae 4 0 0 -

22 Caprimulgus affinis Cabak kota Caprimulgidae 0 2 2 -

23 Charadrius javanicus Cerek Jawa Charadriidae 1 1 10 3(NT), E

24 Orthotomus sutorius Cinenen pisang Cisticolidae 2 4 2 -

25 Prinia flaviventris Perenjak rawa Cisticolidae 1 0 0 -

Page 65: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

55

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Status ORF SPL.1 SPL.2

26 Prinia inornata Perenjak padi Cisticolidae 2 2 4 -

27 Cisticola juncidis Cici padi Cisticolidae 0 1 2 -

28 Geopelia striata Perkutut Jawa Columbidae 2 8 6 -

29 Streptopelia chinensis Tekukur biasa Columbidae 6 3 4 -

30 Columba livia Merpati batu Columbidae 13 0 0 D

31 Treron vernans Punai gading Columbidae 0 0 2 -

32 Streptopelia bitorquata Dederuk Jawa Columbidae 0 0 2 -

33 Cacomantis merulinus Wiwik kelabu Cuculidae 1 0 1 -

34 Dicaeum trochileum Cabai Jawa Dicaeidae 5 0 2 E

35 Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Estrildidae 12 23 59 -

36 Lonchura maja Bondol haji Estrildidae 7 0 0 -

37 Lonchura punctulata Bondol Peking Estrildidae 17 6 18 -

38 Hirundo tahitica Layang-layang batu Hirundinidae 0 0 4 -

39 Lanius schach Bentet kelabu Laniidae 0 0 1 -

40 Chlidonias hybridus Dara-laut kumis Laridae 2 1 0 1(AB),N<>

41 Sterna hirundo Dara-laut biasa Laridae 3 2 0 1(AB),N<>

42 Cinnyris jugularis Burung-madu sriganti Nectariniidae 2 2 2 1(AB)

43 Passer montanus Burung-gereja Erasia Passeridae 33 3 23 -

44 Phalacrocorax sulcirostris Pecuk-padi kecil Phalacrocoracidae 0 0 5 -

45 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang Pycnonotidae 5 6 6 -

46 Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk Pycnonotidae 2 3 5 -

47 Amaurornis phoenicurus Kareo padi Rallidae 1 0 0 -

48 Rhipidura javanica Kipasan belang Rhipiduridae 4 2 9 1(AB)

49 Actitis hypoleucos Trinil pantai Scolopacidae 3 1 5 N<>

50 Numenius phaeopus Gajahan pengala Scolopacidae 0 2 7 1(AB),N<>

51 Acridotheres javanicus Kerak kerbau Sturnidae 2 0 0 -

Page 66: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

56

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Status ORF SPL.1 SPL.2

52 Turnix suscitator Gemak loreng Turnicidae 0 1 2 -

53 Zosterops flavus Kacamata Jawa Zosteropidae 0 0 1 -

Jumlah individu 189 163 462

Jumlah spesies 37 32 44

Jumlah genera 32 27 36

Jumlah famili 21 18 25

Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 3.055 2.761 3.027

Nilai kemerataan jenis Pielou (J) 0.846 0.797 0.800

Keterangan

Lokasi SPL.1. Area mangrove Sepulu.1; SPL.2. Area mangrove Sepulu.2; ORF. Area mangrove ORF Gresik

1 Status perlindungan dalam Peraturan Republik Indonesia (A. UU No. 5 Tahun 1990; B. PP No. 7 Tahun 1999; C. PP No. 8 Tahun

1999)

2 Status peraturan perdagangan internasional menurut CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna

and Flora) (I. Appendix I; II. Appendix II; III. Appendix III)

3 Status keterancaman global menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature) (NT. Near Threatened / mendekati

terancam punah)

E Fauna endemik Indonesia

D Fauna domestikasi

Page 67: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

57

Dari 53 jenis burung yang dijumpai pada P.I.2017, 37.74%-nya (atau sebanyak

20 jenis) termasuk dalam kategori burung air (water birds) sementara sisanya

adalah burung-burung terrestrial, arboreal atau aerial. Kelompok burung air

dalam kategori ini termasuk anggota famili Ardeidae, Coraciidae, Anatidae,

Charadriidae, Laridae dan Scolopacidae. Banyaknya jenis burung air dalam studi

ini tentu tidak lepas dari karakter area studi yang berupa kawasan pesisir yang

merupakan kombinasi antara habitat mangrove dan vegetasi pantai serta area

intertidal (pasang-surut) dengan substrat berupa lumpur, pasir dan pecahan

karang.

Secara keseluruhan, daftar jenis burung dominan diisi oleh jenis Walet linchi

(Collocalia linchi, kelimpahan relatif 19.16%), diikuti jenis Bondol Jawa

(Lonchura leucogastroides, 11.547%), Burung-gereja Erasia (Passer montanus,

7.248%), Blekok sawah (Ardeola speciosa, 6.634%), Bondol peking (L.

punctulata, 5.037%), Kuntul kecil (Egretta garzetta, 3.931%), Cangak besar

(Ardea alba, 3.808%) dan Kapasan kemiri (Lalage nigra, 3.071%).

Jenis-jenis tersebut juga merupakan jenis dominan di lokasi SPL.1 dan SPL.2

sementara di ORF juga terdapat Merpati batu (Columba livia) dan tekukur biasa

(Streptopelia chinensis) dengan nilai kelimpahan relatif masing-masing sebesar

6.878% dan 3.175% dari keseluruhan populasi burung (189 individu) di ORF

Gresik. Untuk SPL.2 juga terdapat jenis Walet sarang-hitam yang cukup

dominan, nilai kelimpahan relatifnya sebesar 9.307% dari 462 individu burung di

lokasi tersebut.

Perbedaan komposisi jenis-jenis predominan yang terjadi di lokasi studi antara

periode P.I.2015 hingga P.I.2017 menunjukkan bahwa komunitas burung yang

ada bersifat cukup dinamis; di satu periode didominasi oleh satu jenis tertentu

sedangkan di periode yang lain didominasi oleh jenis lainnya. Akan tetapi secara

umum, pola dominansi tetap diisi oleh jenis Walet linchi, Kuntul kecil, Blekok

sawah dan Burung-gereja Erasia.

Pada tingkat famili, Ardeidae atau keluarga Kuntul dan Cangak merupakan famili

dengan jumlah jenis terbanyak (8 jenis atau 15.094% dari total jenis burung di

ketiga lokasi), diikuti famili Columbidae (keluarga merpati) dengan 5 jenis

(9.434%), Alcedinidae (keluarga raja-udang) dan Cisticolidae (keluarga Perenjak)

masing-masing dengan 4 jenis, Apodidae (keluarga Walet) dan Estrildidae

Page 68: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

58

(keluarga Bondol) masing-masing dengan 3 jenis. Dua-puluh-dua famili lainnya

hanya beranggotakan satu atau dua jenis saja, seperti pada Gambar 3.15.

Gambar 3.16 Proporsi jumlah spesies burung berdasarkan ordo di lokasi studi pada

semester pertama 2017

Gambar 3.15 Proporsi jumlah spesies burung berdasarkan famili di lokasi studi pada

semester pertama 2017. OT families: famili yang diwakili oleh satu

jenis saja, masing-masing dengan persentase jumlah jenis 1.887%,

meliputi famili Acanthizidae, Aegithinidae, Anatidae, Artamidae,

Caprimulgidae, Charadriidae, Cuculidae, Dicaeidae, Hirundinidae,

Laniidae, Nectariniidae, Passeridae, Phalacrocoracidae, Rallidae,

Rhipiduridae, Sturnidae, Turnicidae, Zosteropidae

Page 69: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

59

Berdasarkan ordo, Passeriformes (bangsa burung petengger dan penyanyi) tetap

yang memiliki jumlah jenis terbanyak (27 jenis, 50.943%); sebagaimana terjadi

pula pada pemantauan-pemantauan terdahulu. Ordo tersebut diikuti oleh

Ciconiiformes atau bangsa bangau (8 spesies, 15.09%), Charadriiformes (bangsa

burung pengarung) dan Columbiformes (bangsa merpati) masing-masing 5

spesies (9.434) dan dan Coraciiformes (bangsa raja-udang, 4 spesies atau

7.547%).

Sebagaimana yang terjadi pada pemantauan-pemantauan sebelumnya, terdapat

beberapa jenis burung yang dijumpai pada P.I.2015, P.II.2015, P.I.2016 dan/atau

P.II.2016 namun tidak tercatat pada P.I.2017 misalnya Elang-laut perut-putih

(Haliaeetus leucogaster), Elang bondol (Haliastur indus), Gagak kampung

(Corvus macrorhynchos), Perling kumbang (Aplonis panayensis) serta 14 jenis

burung migran anggota ordo Charadriiformes yang keberadaannya di lokasi studi

bersifat musiman. Dua spesies burung hasil domestikasi dalam kandang yaitu

parkit (Melopsittacus undulatus) dan jalak suren (Sturnus contra) yang dijumpai

pada tahun 2015 juga tidak dijumpai lagi pada P.I.2016 hingga P.I.2017.

Penambahan catatan jenis burung yang dijumpai (misalnya Walet sarang-hitam)

pada P.I.2017 menunjukkan bahwa area studi kemungkinan besar merupakan

habitat yang penting bagi berbagai jenis burung dan pada pemantauan-

pemantauan periode mendatang masih sangat besar kemungkinan dijumpai jenis-

jenis baru yang belum tercatat sebelumnya.

Page 70: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

60

Tabel 3.6 Frekuensi Perjumpaan Jenis Burung di Lokasi Studi pada Tahun 2014-2017

No. Spesies Nama Indonesia Famili Periode

I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017

1 Gerygone sulphurea remetuk laut Acanthizidae + + + + + + +

2 Haliaeetus leucogaster elang-laut perut-putih Accipitridae NA NA NA NA + NA NA

3 Haliastur indus elang bondol Accipitridae NA NA NA + + + NA

4 Acrocephalus stentoreus kerakbasi ramai Acrocephalidae + NA NA NA NA NA NA

5 Aegithina tiphia cipoh kacat Aegithinidae + + + + + + +

6 Alcedo coerulescens raja-udang biru Alcedinidae + + + + + + +

7 Halcyon chloris cekakak sungai Alcedinidae + NA + + + + +

8 Halcyon cyanoventris cekakak Jawa Alcedinidae NA NA NA NA + NA +

9 Halcyon sancta cekakak Australia Alcedinidae + + + NA NA + +

10 Dendrocygna javanica belibis polos Anatidae NA + + NA + + +

11 Collocalia linchi walet linchi Apodidae + + + + + + +

12 Collocalia maxima (+) walet sarang-hitam Apodidae NA NA NA NA NA NA +

13 Apus nipalensis kapinis rumah Apodidae + NA NA + + + +

14 Ardea alba cangak besar Ardeidae + + + NA + + +

15 Ardea cinerea cangak abu Ardeidae NA NA + + + + +

16 Ardea purpurea cangak merah Ardeidae NA NA NA NA + NA +

17 Ardeola speciosa blekok sawah Ardeidae + + + + + + +

18 Butorides striata kokokan laut Ardeidae + + + + + + +

19 Egretta garzetta kuntul kecil Ardeidae + + + + + + +

20 Egretta intermedia kuntul perak Ardeidae + + + + + + NA

21 Egretta sacra kuntul karang Ardeidae NA + NA NA NA NA NA

22 Ixobrychus sp bambangan Ardeidae NA NA NA NA + NA NA

23 Nycticorax nycticorax kowak-malam abu Ardeidae NA NA + NA + + +

24 Ixobrychus sinensis bambangan kuning Ardeidae + NA NA NA + + NA

25 Bubulcus ibis kuntul kerbau Ardeidae + + NA NA NA + NA

26 Artamus leucorhynchus kekep babi Artamidae + + + + + + +

Page 71: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

61

No. Spesies Nama Indonesia Famili Periode

I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017

27 Lalage nigra kapasan kemiri Campephagidae + + + + + + +

28 Pericrocotus cinnamomeus sepah kecil Campephagidae NA + + NA NA NA +

29 Caprimulgus affinis cabak kota Caprimulgidae + + + + + + +

30 Charadrius alexandrinus cerek tilil Charadriidae NA NA NA NA + NA NA

31 Charadrius javanicus cerek Jawa Charadriidae + + NA NA + + +

32 Charadrius leschenaultii cerek pasir besar Charadriidae NA NA NA NA NA + NA

33 Charadrius mongolus cerek pasir Mongolia Charadriidae NA NA NA NA NA + NA

34 Pluvialis fulva cerek kernyut Charadriidae NA NA NA NA NA + NA

35 Orthotomus sutorius cinenen pisang Cisticolidae NA + + + + + +

36 Prinia inornata perenjak padi Cisticolidae + + + + + + +

37 Prinia flaviventris perenjak rawa Cisticolidae + + + + + NA +

38 Geopelia striata perkukut Jawa Columbidae NA + + + + + +

39 Streptopelia bitorquata dederuk Jawa Columbidae NA NA NA NA + + +

40 Streptopelia chinensis tekukur biasa Columbidae + + + + + + +

41 Treron vernans punai gading Columbidae NA NA + NA NA NA +

42 Columba livia merpati batu Columbidae NA NA NA NA NA + +

43 Corvus macrorhynchos gagak kampung Corvidae NA NA NA + NA NA NA

44 Cacomantis merulinus wiwik kelabu Cuculidae + NA + + + NA +

45 Centropus bengalensis bubut alang-alang Cuculidae + NA NA NA NA NA NA

46 Dicaeum trochileum cabai Jawa Dicaeidae NA + + + + + +

47 Lonchura punctulata bondol Peking Estrildidae + + + + + + +

48 Lonchura leucogastroides bondol Jawa Estrildidae NA NA + + + + +

49 Lonchura maja bondol haji Estrildidae + NA + NA NA + +

50 Hirundo tahitica layang-layang batu Hirundinidae NA NA + NA + + +

51 Hirundo rustica layang-layang api Hirundinidae NA NA NA NA NA + NA

52 Lanius schach bentet kelabu Laniidae + NA NA NA NA NA +

53 Chlidonias hybridus dara-laut kumis Laridae + NA NA NA NA + +

54 Sterna sumatrana dara-laut tengkuk hitam Laridae + NA NA NA NA NA NA

Page 72: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

62

No. Spesies Nama Indonesia Famili Periode

I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017

55 Sterna albifrons dara-laut kecil Lariidae + NA NA + + + NA

56 Sterna bergii dara-laut jambul Lariidae NA NA NA NA + + NA

57 Chlidonias leucopterus dara-laut sayap-putih Lariidae NA NA NA + + + NA

58 Sterna hirundo dara-laut biasa Lariidae NA + NA + + + +

59 Merops leschenaulti kirik-kirik senja Meropidae + + + NA + NA NA

60 Merops philippinus kirik-kirik laut Meropidae NA NA NA + + NA NA

61 Cinnyris jugularis burung-madu sriganti Nectariniidae + + + + + + +

62 Pachycephala grisola kancilan bakau Pachycephalidae + + NA + + NA NA

63 Dendrocopos macei caladi ulam Picidae + NA NA + + NA NA

64 Passer montanus burung-gereja Erasia Ploceidae NA + + + + + +

65 Melopsittacus undulatus parkit Psittacidae NA + + + NA NA NA

66 Pycnonotus aurigaster cucak kutilang Pycnonotidae + + + + + + +

67 Pycnonotus goiavier merbah cerukcuk Pycnonotidae + + + + + + +

68 Amaurornis phoenicurus kareo padi Rallidae + + + + + + +

69 Rhipidura javanica kipasan belang Rhipiduridae + + + + + + +

70 Actitis hypoleucos trinil pantai Scolopacidae + + + + + + +

71 Numenius phaeopus gajahan pengala Scolopacidae + + + + + + +

72 Tringa glareola trinil semak Scolopacidae + + NA + NA + NA

73 Tringa stagnatilis trinil rawa Scolopacidae NA + NA + NA NA NA

74 Tringa nebularia trinil kaki-hijau Scolopacidae NA NA NA NA NA + NA

75 Heteroscelus brevipes trinil ekor-kelabu Scolopacidae NA NA NA NA NA + NA

76 Tringa cinereus trinil bedaran Scolopacidae NA NA NA NA NA + NA

77 Tringa totanus trinil kaki-merah Scolopacidae NA NA NA NA NA + NA

78 Numenius arquata gajahan besar Scolopacidae NA + NA NA NA NA NA

79 Numenius madagascariensis gajahan timur Scolopacidae + + NA NA NA NA NA

80 Acridotheres javanicus kerak kerbau Sturnidae + + + + + + +

81 Sturnus contra jalak suren Sturnidae NA NA + + NA NA NA

82 Aplonis minor perling kecil Sturnidae NA NA NA NA NA + NA

Page 73: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

63

No. Spesies Nama Indonesia Famili Periode

I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017

83 Turnix suscitator gemak loreng Turnicidae NA NA + + + + +

84 Zoosterops palpebrosus kacamata biasa Zosteropidae + + NA NA + + NA

85 Zosterops flavus kacamata Jawa Zosteropidae NA NA NA NA NA + +

Jumlah spesies 44 43 44 50 54 60 53

Jumlah penambahan spesies 0 10 7 3 6 11 1

Keterangan:

Periode I.2014. periode semester pertama (April) 2014; II.2014. periode semester kedua (November) 2014; I.2015. periode semester pertama (Mei) 2015; II.2015.

periode semester kedua (Oktober) 2015; I.2016. periode semester pertama (April) 2016; II.2016. periode semester kedua (Oktober) 2016; I.2017. periode

semester pertama (Juni) 2017

(+) spesies burung yang baru tercatat pada periode semester kedua 2016 (II.2016)

Page 74: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

64

Mengacu pada Tabel 3.7 dan Gambar 3.17, terjadi penurunan jumlah jenis di

lokasi ORF Gresik dan di SPL.2 serta penurunan kelimpahan di lokasi ORF

Gresik dan SPL.2, sementara di SPL.2 justru terjadi peningkatan jumlah individu

atau kelimpahan. Dinamika komunitas tersebut pada akhirnya akan

mempengaruhi nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’).

Berdasarkan Tabel 3.7 dan Gambar 3.18 pada P.I.2017 terjadi penurunan nilai H’

komunitas burung di lokasi SPL.1 dan SPL.2 bila dibandingkan dengan periode

P.II.2016. Pada kedua lokasi tersebut, nilai H’ komunitas burung adalah 3.122

dan 3.506 (kategori keanekaragaman ‘tinggi’) pada P.II.2016 lalu menjadi 2.761

(kategori keanekaragaman ‘sedang’) di SPL.1 dan 3.027 (kategori

keanekaragaman ‘tinggi’) di SPL.2 pada P.I.2017.

Tabel 3.7 Dinamika Kondisi Komunitas Burung (Avifauna) di di Lokasi Studi

pada Tahun 2014-2017

No. Lokasi I.2014 II.2014 I.2015 II.2015 I.2016 II.2016 I.2017

KELIMPAHAN

1 ORF Gresik 226 175 274 274 357 295 189

2 Sepulu.1 194 125 126 106 212 156 163

3 Sepulu.2 127 125 132 120 110 196 462

Total 547 425 532 500 679 647 814

JUMLAH JENIS

1 ORF Gresik 38 31 32 40 36 40 37

2 Sepulu.1 31 25 24 24 29 32 32

3 Sepulu.2 35 32 28 27 30 45 44

Rata-rata 34.67 29.33 28 30.33 31.67 39 37.67

NILAI H'

1 ORF Gresik 3.239 2.904 3.11 3.23 3.019 3.028 3.055

2 Sepulu.1 2.939 2.831 2.927 2.922 2.287 3.122 2.761

3 Sepulu.2 3.238 3.016 2.95 2.786 2.985 3.506 3.027

Rata-rata 3.139 2.917 2.996 2.979 2.764 3.219 2.948

Keterangan:

Lokasi ORF. area mangrove dan pesisir sekitar ORF Gresik; SPL.1. area mangrove dan

pesisir sekitar Sepulu 1; SPL.2. area mangrove dan pesisir sekitar Sepulu 2

Parameter N sp. jumlah spesies; H’. nilai indeks diversitas Shannon-Wiener; J. nilai indeks

kemerataan jenis Pielou

Periode I.2014. periode semester pertama (April) 2014; II.2014. periode semester kedua

(November) 2014; I.2015. periode semester pertama (Mei) 2015; II.2015. periode

semester kedua (Oktober) 2015; I.2016. periode semester pertama (April) 2016;

II.2016. periode semester kedua (Oktober) 2016; I.2017. periode semester pertama

(Juni) 2017

Page 75: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

65

Penurunan nilai H’ tersebut disebabkan oleh adanya dominansi satu atau

beberapa jenis burung tertentu, yaitu Walet sapi (kelimpahan relatif 28.22%) dan

Bondol Jawa (14.11%). Untuk lokasi SPL.2, kedua jenis tersebut juga dominan,

ditambah satu jenis dominan lain yaitu Walet sarang-hitam (9.31%).

Gambar 3.17 Grafik dinamika jumlah jenis dan kelimpahan burung di lokasi studi

pada tahun 2014 hingga 2017. Lokasi: ORF. area mangrove dan

pesisir sekitar ORF Gresik; SPL.1. area mangrove dan pesisir sekitar

Sepulu 1; SPL.2. area mangrove dan pesisir sekitar Sepulu 2. Periode:

I.2014. periode semester pertama (April) 2014; II.2014. periode

semester kedua (November) 2014; I.2015. periode semester pertama

(Mei) 2015; II.2015. periode semester kedua (Oktober) 2015; I.2016.

periode semester pertama (April) 2016; II.2016. periode semester

kedua (Oktober) 2016; I.2017. periode semester pertama (Juni) 2017

Page 76: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

66

Untuk lokasi ORF Gresik, terjadi peningkatan nilai H’ komunitas burung pada

P.I.2017, menjadi 3.055 dari sebelumnya 3.028. Peningkatan tersebut

dipengaruhi oleh ketiaadaan spesies yang sangat mendominasi. Sebelumnya,

pada P.II.2016, terdapat jenis Blekok sawah yang sangat mendominasi

(21.223%), sementara pada P.I.2017 nilai dominansi atau kelimpahan relatif jenis

tersebut adalah 4.23%.

Sebagaimana diketahui, nilai H’ dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu

keragaman atau jumlah spesies serta kelimpahan relatif suatu spesies terhadap

kelimpahan total seluruh spesies dalam komunitas tersebut. Dengan demikian,

apabila pada suatu lokasi terdapat banyak spesies berbeda dengan kelimpahan

yang setara (tidak berbeda) atau tidak ada spesies yang sangat mendominasi maka

nilai H’ akan meningkat (tinggi). Sebaliknya, keberadaan satu atau beberapa

Gambar 3.18 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) burung di

lokasi studi pada tahun 2014 hingga 2017. Lokasi: ORF. area

mangrove dan pesisir sekitar ORF Gresik; SPL.1. area mangrove dan

pesisir sekitar Sepulu 1; SPL.2. area mangrove dan pesisir sekitar

Sepulu 2. Periode: I.2014. periode semester pertama (April) 2014;

II.2014. periode semester kedua (November) 2014; I.2015. periode

semester pertama (Mei) 2015; II.2015. periode semester kedua

(Oktober) 2015; I.2016. periode semester pertama (April) 2016;

II.2016. periode semester kedua (Oktober) 2016; I.2017. periode

semester pertama (Juni) 2017

Page 77: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

67

spesies yang sangat dominan dalam komunitas berpotensi menurunkan nilai H’

atau keanekaragaman komunitas tersebut.

Pycnonotus goiavier (Merbah cerukcuk)

Pycnonotus aurigaster (Cucak kutilang)

Streptopelia chinensis (Tekukur biasa) Geopelia striata (Perkutut Jawa)

Lonchura leucogastroides (Bondol Jawa) Artamus leucorhynchus (Kekep babi)

Gambar 3.19 Beberapa spesies burung yang dapat dijumpai di lokasi studi pada semester

pertama 2017

Page 78: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

68

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 1999

tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, terdapat 12 spesies (22.64%)

jenis burung di lokasi studi yang dilindungi secara nasional, yaitu Burung-madu

sriganti (Cinnyris jugularis), Raja-udang biru (Alcedo coerulescens), 3 jenis

Cekakak (Halcyon spp), Blekok sawah, Cangak besar (Ardea alba), Kuntul kecil

(Egretta garzetta), Dara-laut kumis (Chlidonias hybridus), Dara-laut biasa

(Sterna hirundo), Kipasan belang (Rhipidura javanica) dan Gajahan pengala

(Numenius phaeopus).

Pada lokasi studi juga dijumpai tiga jenis burung endemik Indonesia yaitu Raja-

udang biru, Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) dan Cerek Jawa (Charadrius

javanicus). Lebih lanjut, cerek Jawa juga tercantum dalam daftar IUCN Red List

(2007) dengan status NT (Near Threatened – mendekati terancam punah).

Dijumpainya jenis-jenis yang dilindungi secara nasional maupun memiliki status

keterancaman secara internasional menunjukkan bahwa area studi baik ORF

Gresik dan Sepulu merupakan area pesisir yang perlu mendapatkan perhatian dan

status sebagai area konservasi terutama bagi burung.

3.2.2 KOMUNITAS FAUNA BUKAN BURUNG

Secara keseluruhan, pada periode P.I.2017 dijumpai 49 spesies fauna bukan

burung di lokasi studi. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan

P.I.2016 (59 spesies) dan P.II.2016 (54 spesies) namun sedikit lebih banyak

dibandingkan dengan periode P.I.2015 (48 spesies) dan pada P.II.2015 (45

spesies).

Sebagaimana pada periode sebelumnya, kelompok serangga (Insecta) merupakan

fauna bukan burung yang paling umum dan melimpah (sebanyak 39 spesies atau

79.59%) yang mana 8 spesies diantaranya termasuk dalam ordo Odonata

(capung) dan 20 spesies termasuk anggota ordo Lepidoptera (ngengat dan kupu-

kupu).

Dari 8 jenis Odonata, yang umum dijumpai adalah anggota famili Libellulidae

seperti Capung-tengger garis-hitam (Crocothemis servilia), Capung-tengger hijau

(Diplacodes trivialis), Capung-sambar hijau (Orthetrum sabina) dan Capung

sayap-orange (Brachythemis contaminata).

Dari ordo Lepidoptera, jenis yang umum diantaranya adalah jenis-jenis

Nymphalidae seperti Acraea tepsicore, D. chrysippus, Junonia orithya dan J.

Page 79: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

69

atlites sedangkan dari kelompok Pieridae umum dijumpai jenis Eurema spp,

Delias periboea dan Leptosia nina. Beberapa jenis kupu-kupu kecil dari

kelompok Hesperiidae dan Lycaenidae juga dapat dijumpai, misalnya adalah

Pelopidas conjunctus, Taractrocera archias dan Zizina Otis serta Zizula hylax.

Terdapat perbedaan lokasi preferensial bagi Lepidoptera yang ada. Anggota

famili Pieridae, Hesperiidae dan sebagian Nymphalidae (Eurema spp, J. atlites,

Danaus spp dan Acraea) umumnya lebih mudah dijumpai di area-area terbuka

(area berumputa atau semak-semak rendah) sedangkan sebagian Nymphalidae

lainnya (terutama Elymnias hypermnestra) lebih menyukai area yang lebih

tertutup, dalam hal ini di sekitar semak tinggi atau area yang memiliki vegetasi

yang cukup rapat.

Selain anggota kelas Insecta, fauna bukan burung lain yang dijumpai hanya

beberapa jenis laba-laba (misalnya Laba-laba mangrove Argiope mangal) dan dua

jenis reptil yaitu Biawak (Varanus salvator) dan Ular air Cerberus rhynchops.

Biawak menjadi satu-satunya jenis fauna bukan burung di lokasi studi pada

P.I.2016 yang memiliki status keterancaman global menurut CITES yaitu pada

Appendix II. Juga terdapat 3 jenis amfibi yaitu Katak tegalan (Fejervarya

limnocharis), Kodok buduk (Bufo melanostictus) dan Kodok Kaloula baleata.

Jenis yang terakhir ini baru teramati keberadaannya pada P.I.2017 di lokasi

SPL.2.

Jenis mamalia ukuran sedang yang dijumpai di lokasi studi adalah Garangan

(Herpestes javanicus) di lokasi SPL.1. Di area SPL.2 sempat dijumpai koloni

kecil (diperkirakan sejumlah 7-10 individu) Monyet ekor-panjang (Macaca

fascicularis); namun pada saat pemantauan ini dilaksanakan jenis tersebut tidak

dijumpai sehingga tidak dimasukkan kedalam data pemantauan.

Terjadi penurunan nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas fauna

bukan burung di lokasi studi dibandingkan dengan periode sebelumnya (P.I.2016

dan P.II.2016) yang mana hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh faktor musim.

Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas fauna bukan burung yang

berkisar antara 2.401 di SPL.1 hingga 2.799 di ORF menunjukkan bahwa tingkat

keanekaragaman fauna bukan burung di lokasi studi tergolong dalam kategori

‘sedang’ dimana area ORF Gresik memiliki tingkat keanekaragaman fauna bukan

burung yang lebih tinggi dibandingkan kedua lokasi lainnya.

Page 80: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

70

Tabel 3.8 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Fauna Bukan Burung di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Status ORF SPL.1 SPL.2

1 Achatina fulica Bekicot Achatinidae 4 0 0 -

2 Melanoplus femurrubrum Belalang kayu Acrididae 1 0 0 -

3 Oxya japonica Belalang rumput Acrididae 14 10 8 -

4 Phlaeoba fumosa Belalang coklat Acrididae 0 15 17 -

5 Trilophidia sp Belalang batu Acrididae 5 4 10 -

6 Valanga nigricornis Belalang kayu Acrididae 1 1 0 -

7 Xylocopa latipes Tawon Apidae 0 13 0 -

8 Argiope mangal Laba-laba Araneidae 0 0 3 -

9 Bufo melanostictus Kodok buduk Bufonidae 0 0 3 -

10 Lucilia sp Lalat hijau Calliphoridae 2 0 0 -

11 Agriocnemis femina Capung-jarum centil Coenagrionidae 2 0 0 -

12 Ischnura senegalensis Capung-jarum sawah Coenagrionidae 4 4 5 -

13 Cerberus rynchops Ular air Colubridae 0 0 2 -

14 Fejervarya limnocharis Katak tegalan Dicroglossidae 0 0 2 -

15 Felis catus Kucing domestik Felidae 2 0 0 -

16 Oecophylla smaragdina semut merah Formicidae 50 50 50 -

17 Scopula perlata Ngengat Geometridae 1 0 0 -

18 Herpestes javanicus Garangan Herpestidae 0 2 0 -

19 Taractrocera archias Kupu-kupu Hesperiidae 2 0 0 -

20 Largus sp Kumbang Largidae 1 0 0 -

21 Brachythemis contaminata Capung sayap orange Libellulidae 1 0 0 -

22 Crocothemis servilia Capung-tengger garis-hitam Libellulidae 12 5 5 -

23 Diplacodes trivialis Capung-tengger hijau Libellulidae 6 12 18 -

24 Orthetrum sabina Capung-sambar hijau Libellulidae 7 5 7 -

25 Potamarcha congener Capung Libellulidae 1 0 1 -

26 Nacaduba biocellata Kupu-kupu Lycaenidae 0 0 1 -

Page 81: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

71

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Status ORF SPL.1 SPL.2

27 Zizina otis Kupu-kupu Lycaenidae 10 22 21 -

28 Zizula hylax Kupu-kupu Lycaenidae 4 2 4 -

29 Kaloula baleata Kodok Microhylidae 0 0 3 -

30 Acraea tepsicore Kupu-kupu Nymphalidae 5 5 2 -

31 Danaus chrysippus Kupu-kupu Nymphalidae 0 3 2 -

32 Danaus genutia Kupu-kupu Nymphalidae 0 1 1 -

33 Elymnias hypermnestra Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -

34 Hypolimnas bolina Kupu-kupu Nymphalidae 2 2 0 -

35 Hypolimnas misippus Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -

36 Junonia almana Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -

37 Junonia atlites Kupu-kupu Nymphalidae 1 2 1 -

38 Junonia orithya Kupu-kupu Nymphalidae 3 0 2 -

39 Mycalesis mineus Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -

40 Mycalesis perseus Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -

41 Neptis hylas Kupu-kupu Nymphalidae 1 0 0 -

42 Catopsilia pomona Kupu-kupu Pieridae 1 0 0 -

43 Eurema hecabe Kupu-kupu Pieridae 1 0 0 -

44 Leptosia nina Kupu-kupu Pieridae 12 0 0 -

45 Copera marginipes Capung-hantu kaki-kuning Platycnemididae 1 0 0 -

46 Atractomorpha crenulata Belalang pucung Pyrgomorphidae 0 10 6 -

47 Eutropis multifasciata Kadal matahari Scincidae 2 0 1 -

48 Varanus salvator Biawak Varanidae 0 0 1 2(II)

49 Symmorphus bifasciatus Tabuhan Vespidae 3 0 0 -

Jumlah individu 167 168 176

Jumlah spesies 36 19 25

Jumlah genera 32 18 23

Jumlah famili 16 10 14

Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 2.799 2.401 2.544

Page 82: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

72

No. Spesies Nama Indonesia Famili ni

Status ORF SPL.1 SPL.2

Nilai kemerataan jenis Pielou (J) 0.781 0.815 0.790

Keterangan

Lokasi SPL.1. area pesisir dan mangrove Sepulu.1; SPL.2. area pesisir dan mangrove Sepulu.2; ORF. area pesisir dan mangrove ORF Gresik

1 Status perlindungan dalam Peraturan Republik Indonesia (A. UU No. 5 Tahun 1990; B. PP No. 7 Tahun 1999; C. PP No. 8 Tahun

1999)

2 Status peraturan perdagangan internasional menurut CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna

and Flora) (I. Appendix I; II. Appendix II; III. Appendix III)

Page 83: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

73

Cerberus rhynchops – Colubridae

Herpestes javanicus – Herpestidae

Varanus salvator – Varanidae

Gambar 3.20 Beberapa fauna bukan serangga yang dapat dijumpai di lokasi studi pada

semester pertama 2017

Bufo melanostictus – Bufonidae

Fejervarya limnocharis – Dicroglossidae Kaloula baleata – Microhylidae

Page 84: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

74

Danaus chrysippus – Nymphalidae

Eurema hecabe – Pieridae Junonia orithya – Nymphalidae

Lampides boeticus – Lycaenidae

Gambar 3.21 Beberapa spesies kupu-kupu (Lepidoptera) yang dapat dijumpai di lokasi

studi pada semester pertama 2017

Acraea tepsicore – Nymphalidae

Zizina otis – Lycaenidae

Page 85: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

75

Brachythemis contaminata – Libellulidae Diplacodes trivialis – Libellulidae

Crocothemis servilia – Libellulidae Orthetrum sabina – Libellulidae

Gambar 3.22 Beberapa spesies capung (Odonata) yang dapat dijumpai di lokasi studi pada

semester pertama 2017

Iscnhura senegalensis – Coenagrionidae

Page 86: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

76

3.3 KOMUNITAS PLANKTON

Plankton dapat didefinisikan sebagai kelompok biota akuatik yang hidup pada kolom

perairan dan memiliki kemampuan lokomosi yang lemah sehingga pergerakannya

sangat tergantung pada pergerakan arus air. Secara umum, kelompok plankton

berukuran mikro (mikroplankton) hingga meso dikelompokkan (mesoplankton)

kedalam grup fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani).

3.3.1 KOMUNITAS FITOPLANKTON

Dalam ekosistem perairan, fitoplankton berperan sebagai produsen dalam sistem

rantai makanan dan menyusun dasar produtivitas primer perairan. Fitoplankton

juga dapat dijadikan sebagai bioindikator kondisi suatu badan perairan.

Keberadaan dan kelimpahan fitoplankton dapat menjadi dasar evaluasi kualitas

dan kesuburan suatu badan perairan. Kelimpahan fitoplankton dalam kolom

perairan merefleksikan pengaruh sejumlah proses dan faktor-faktor lingkungan.

Informasi tentang banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu

perairan, jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi atau adanya jenis

fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang blooming

dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.

Detail komposisi dan kelimpahan jenis plankton pada 9 titik sampling disajikan

pada Tabel 3.9 sedangkan dinamika komunitasnya antara P.I.2015 hingga

P.I.2017 ditampilkan pada Tabel 3.10 dan Gambar 3.23-3.24.

Berdasarkan pada Tabel 3.9 dan serta Gambar 3.23-3.24 tersebut, komposisi

fitoplankton di lokasi studi pada P.I.2017 disusun oleh sedikitnya 47 taksa

fitoplankton; atau relatif sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan periode-

periode sebelumnya (P.I.2015, P.II.2015 dan P.I.2016 serta P.II.2016). Untuk

setiap titik sampling di area ORF Gresik juga mengalami penurunan jumlah jenis,

yang mana pada P.II.2016 berkisar antara 28-39 taksa menjadi sejumlah 23-29

taksa saja, dengan jumlah taksa tertinggi di lokasi PB.1-3 atau titik sampling

yang lebih kearah laut.

Untuk titik sampling di area Sepulu, sebagian mengalami peningkatan jumlah

taksa, misalnya lokasi PB.2-1, PB.2-3, PB.3-1 dan PB.3-2 sedangkan dua titik

lainnya mengalami penurunan jumlah taksa meskipun tidak signifikan (-1 hingga

-2 taksa). Peningkatan jumlah taksa di PB.3-1 cukup tinggi, dari 23 taksa pada

P.II.2016 menjadi 33 taksa pada P.I.2017.

Page 87: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

77

Tabel 3.9 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Fitoplankton di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017

No. Spesies Famili

ni

ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2

PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3

1 Fragilaria sp Bacillariaceae 0 0 0 0 44 0 0 0 0

2 Nitzschia sigma Bacillariaceae 0 0 2 4 0 0 1 3 2

3 Nitzschia holsatica Bacillariaceae 0 0 0 10 12 1 4 0 0

4 Nitzschia longissima Bacillariaceae 0 7 4 0 0 0 0 0 0

5 Nitzschia seriata Bacillariaceae 12 15 9 38 25 7 9 15 21

6 Pseudo-nitzschia sp Bacillariaceae 9 18 24 0 0 0 0 0 0

7 Biddulphia mobiliensis Biddulphiaceae 17 8 11 0 0 25 0 0 0

8 Biddulphia sinensis Biddulphiaceae 13 3 3 0 0 0 0 0 0

9 Ceratium furca Ceratiaceae 4 3 1 19 16 40 22 9 12

10 Ceratium fusus Ceratiaceae 0 0 0 5 43 18 1 9 5

11 Ceratium macroceros Ceratiaceae 0 0 0 0 99 36 20 0 0

12 Ceratium sp Ceratiaceae 0 0 0 0 0 0 3 15 0

13 Ceratium tripos Ceratiaceae 0 0 8 0 10 14 5 15 9

14 Bacteriastrum furcatum Chaetocerotaceae 0 0 0 18 0 71 78 22 0

15 Bacteriastrum hyalinum Chaetocerotaceae 0 0 0 8 0 0 0 0 0

16 Chaetoceros affinis Chaetocerotaceae 44 92 64 1 66 36 33 29 31

17 Chaetoceros curvisetus Chaetocerotaceae 15 0 26 47 0 6 6 0 0

18 Chaetoceros decipiens Chaetocerotaceae 33 56 57 0 0 0 0 0 0

19 Chaetoceros didymus Chaetocerotaceae 0 0 0 0 0 0 46 54 20

20 Chroococcus sp Chroococcaceae 0 0 0 10 0 0 0 0 0

21 Coscinodiscus centralis Coscinodiscaceae 112 160 39 112 88 250 223 114 157

22 Coscinodiscus radiatus Coscinodiscaceae 83 91 76 97 73 40 99 65 84

23 Coscinodiscus sp Coscinodiscaceae 14 48 11 40 14 34 13 30 28

24 Dinophysis homunculus Dinophysiaceae 46 8 30 0 0 5 5 0 0

25 Odontella sp Eupodiscaceae 0 0 0 0 6 0 0 0 0

26 Asterionella sp Fragilariaceae 15 0 7 0 0 0 8 0 0

Page 88: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

78

No. Spesies Famili

ni

ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2

PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3

27 Hemiaulus sp Hemiaulaceae 0 0 8 4 0 0 20 42 8

28 Pediastrum sp Hydrodictyaceae 0 0 0 16 0 0 0 0 0

29 Dytilum brightwelii Lithodesmiaceae 218 94 88 36 6 2 19 10 10

30 Dytilum sol Lithodesmiaceae 0 0 3 6 1 0 5 8 5

31 Melosira sp Melosiraceae 393 511 283 357 246 311 329 318 239

32 Gyrosigma sp Naviculaceae 5 5 2 5 2 2 5 13 2

33 Navicula sp Naviculaceae 4 7 13 4 5 0 0 0 0

34 Noctiluca sp Noctilucaceae 0 0 0 0 0 0 3 0 0

35 Oscillatoria sp Oscillatoriaceae 0 0 0 85 0 29 28 56 66

36 Peridinium depressum Peridiniaceae 6 0 12 0 0 0 0 0 0

37 Pleurosigma sp Pleurosigmataceae 4 8 3 0 0 0 16 5 10

38 Pyrocystis sp Pyrocystaceae 0 0 0 0 0 2 8 20 0

39 Rhizosolenia cylindrus Rhizosoleniaceae 0 0 0 0 0 7 2 23 15

40 Rhizosolenia hebetata Rhizosoleniaceae 0 0 0 0 0 0 0 5 0

41 Rhizosolenia styliformis Rhizosoleniaceae 0 0 0 0 48 0 2 21 0

42 Skeletonema sp Skeletonemataceae 31 21 145 0 75 18 15 115 140

43 Stephanodiscus sp Stephanodiscaceae 13 2 9 0 0 0 0 0 0

44 Thalassionema nitzschioides Thalassionemataceae 43 21 37 152 34 12 25 33 40

45 Thalassiosira sp Thalassiosiraceae 19 17 0 4 33 25 22 0 0

46 Thalassiothrix frauenfeldii Thalassiosiraceae 56 43 88 413 52 31 42 11 49

47 Triceratium sp Triceratiaceae 0 2 10 5 7 15 8 0 0

Jumlah individu (sel/ml) 1209 1240 1073 1496 1005 1037 1125 1060 953

Jumlah taksa 24 23 29 25 23 25 33 26 21

Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 2.348 2.132 2.583 2.252 2.604 2.346 2.504 2.583 2.372

Nilai indeks dominansi Simpson (D) 0.161 0.209 0.117 0.16 0.105 0.163 0.145 0.129 0.132

Nilai indeks kemerataan jenis Pielou (J) 0.739 0.679 0.767 0.699 0.83 0.729 0.716 0.793 0.799

Keterangan

ni kelimpahan plankton (per ml)

Lokasi PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2

sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2

Nama spesies atau genus yang dicetak tebal menunjukkan dominansi oleh spesies atau genus tersebut pada titik-titik tertentu

Page 89: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

79

Tabel 3.10 Dinamika Komunitas Fitoplankton di Lokasi Studi pada Tahun 2015

hingga 2017

Lokasi Periode

P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017

JUMLAH TAKSA

PB.1-1 26 25 26 39 24

PB.1-2 41 32 29 28 23

PB.1-3 25 29 34 34 29

PB.2-1 25 33 19 23 25

PB.2-2 29 32 29 25 23

PB.2-3 40 28 38 23 25

PB.3-1 33 33 22 23 33

PB.3-2 28 29 41 22 26

PB.3-3 26 31 29 23 21

KELIMPAHAN (sel/mm³)

PB.1-1 917 1238 1994 1293 1209

PB.1-2 1731 1824 1912 1566 1240

PB.1-3 918 1354 1788 1584 1073

PB.2-1 957 1483 485 1435 1496

PB.2-2 1234 790 572 1325 1005

PB.2-3 848 627 993 1274 1037

PB.3-1 1049 916 558 1270 1125

PB.3-2 1152 1560 850 1476 1060

PB.3-3 1001 993 563 1273 953

NILAI INDEKS DIVERSITAS SHANNON-WIENER (H')

PB.1-1 2.703 2.338 1.906 3.188 2.348

PB.1-2 3.305 2.555 2.008 2.984 2.132

PB.1-3 2.844 2.488 2.458 3.184 2.583

PB.2-1 2.519 2.743 2.344 2.344 2.252

PB.2-2 2.123 2.831 2.671 2.498 2.604

PB.2-3 2.659 2.864 1.939 2.355 2.346

PB.3-1 2.787 2.822 1.939 2.370 2.504

PB.3-2 2.756 2.145 2.772 2.277 2.583

PB.3-3 2.798 2.475 2.565 2.465 2.372

NILAI INDEKS KEMERATAAN JENIS PIELOU (J)

PB.1-1 0.830 0.726 0.585 0.870 0.739

PB.1-2 0.890 0.737 0.596 0.896 0.679

PB.1-3 0.883 0.739 0.697 0.903 0.767

PB.2-1 0.783 0.784 0.715 0.748 0.699

PB.2-2 0.631 0.817 0.703 0.776 0.83

PB.2-3 0.721 0.860 0.709 0.751 0.729

PB.3-1 0.797 0.807 0.627 0.756 0.716

PB.3-2 0.827 0.637 0.747 0.737 0.793

PB.3-3 0.859 0.721 0.762 0.786 0.799

Keterangan

Lokasi PB.1-1. Titik 1 ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 ORF Gresik;

PB.1-3. Titik 3 ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 Sepulu.1; PB.2-2.

Titik 2 Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1

Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 Sepulu.2

Periode P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode

semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama

2016; P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017.

periode semester pertama 2017

Page 90: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

80

Pada studi ini, kelimpahan fitoplankton bervariasi antara 953 sel/mm3 di titik

PB.3-3 hingga 1496 sel/mm3 di titik PB.2-1. Secara umum, terjadi penurunan

nilai kelimpahan fitoplankton antara P.II.2016 dan P.I.2017 pada semua titik

sampling, kecuali titik PB.2-1 (area Sepulu) yang mengalami peningkatan.

Penurunan jumlah taksa dan nilai kelimpahan fitoplankton yang terjadi belum

diketahui penyebabnya. Secara teori, saat musim kemarau umumnya akan terjadi

peningkatan kelimpahan namun terjadi penurunan kekayaan jenis. Hal tersebut

disebabkan karena saat kemarau umumnya tidak terjadi pengenceran air laut

sehingga konsentrasi nutrien akan lebih tinggi, yang mana kondisi sedemikian

menguntungkan bagi fitoplankton-fitoplankton jenis tertentu yang teradaptasi

dengan kesuburan perairan yang tinggi.

Gambar 3.23 Grafik dinamika jumlah taksa fitoplankton di lokasi studi pada tahun

2015 hingga 2017. Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-

2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik;

PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1;

PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2;

PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2.

Periode: P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode

semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016;

P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester

pertama 2017

Page 91: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

81

Pada lokasi PB.2-1, peningkatan kelimpahan fitoplankton mungkin terkait

dengan posisi titik sampling yang berada dekat dengan muara sungai kecil yang

mengalir dari area pertambakan. Aliran run-off akan membawa material

(termasuk bahan organik dan nutrien anorganik) masuk ke kawasan estuaria.

Nutrien tersebut pada akhirnya dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk berasimilasi

sehingga terjadi peningkatan kelimpahan fitoplankton di lokasi studi meskipun

tidak secara signifikan.

Satu fenomena menarik kembali terjadi untuk komunitas fitoplankton di perairan

Sepulu, dimana pada P.I.2017 ini, hampir semua lokasi (kecuali PB.2-1, PB.3-1

dan PB.3-3) memiliki nilai jumlah taksa, kelimpahan dan komposisi jenis yang

hampir setara atau serupa (sesuai Tabel 3.9 dan 3.10). Hasil pengamatan tersebut

memberikan informasi bahwa struktur komunitas fitoplankton di perairan Sepulu

pada P.I.2017 bersifat lebih homogen. Kondisi serupa juga terpantau pada

pemantauan periode P.II.2016.

Gambar 3.24 Grafik dinamika kelimpahan fitoplankton di lokasi studi pada tahun

2015 hingga 2017. Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-

2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik;

PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1;

PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2;

PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2.

Periode: P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode

semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016;

P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester

pertama 2017

Page 92: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

82

Perubahan-perubahan nilai kelimpahan dan jumlah taksa yang terjadi kemudian

berpengaruh pula pada variabel nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’).

Semua lokasi di sekitar ORF Gresik mengalami penurunan nilai H’ yang

signifikan, sementara hanya sebagian titik sampling di Sepulu yang mengalami

penurunan H’, yaitu di titik PB.2-1, PB.3-2 dan PB.3-3 namun tidak secara

signifikan. Untuk tiga lokasi lain di Sepulu mengalami peningkatan nilai H’ yang

cukup tinggi (>0.150 poin).

Keanekaragaman disusun oleh dua variabel utama yaitu keragaman atau jumlah

spesies serta kelimpahan relatif suatu spesies terhadap kelimpahan total seluruh

spesies dalam komunitas tersebut. Dengan demikian, apabila pada suatu lokasi

terdapat banyak spesies berbeda dengan kelimpahan yang setara (tidak berbeda)

atau tidak ada spesies yang sangat mendominasi maka nilai H’ akan meningkat

Gambar 3.25 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)

komunitas fitoplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017.

Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar

ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1

sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3

sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2

sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode: P.I.2015.

periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode semester kedua

2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016; P.II.2016. periode

semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester pertama 2017

Page 93: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

83

(tinggi). Sebaliknya, keberadaan satu atau beberapa spesies yang sangat dominan

dalam komunitas berpotensi menurunkan nilai H’ atau keanekaragaman

komunitas tersebut.

Secara umum tingkat keanekaragaman jenis fitoplankton di lokasi studi termasuk

dalam kategori ‘sedang’. Berdasarkan nilai H’ tersebut, kualitas lingkungan

perairan termasuk dalam kategori ‘baik’ hingga ‘sangat baik’ dan struktur

komunitas yang cenderung ‘lebih stabil’ hingga ‘sangat stabil’. Stabilitas

komunitas juga dapat dilihat melalui nilai indeks Kemerataan Jenis Pielou (J)

yang bernilai antara 0.679 hingga 0.903 (semua lokasi memiliki nilai E lebih dari

0.83).

Nilai J tersebut berbanding lurus dengan nilai H’; semakin tinggi nilai H’ maka

akan semakin tinggi nilai J. Untuk lokasi sekitar ORF Gresik, karena mengalami

penurunan H’ yang signifikan maka juga terjadi penurunan nilai J, berkisar antara

0.679 di PB.1-2 hingga 0.767 di PB.1-3; sebelumnya pada P.II.2016 nilai J pada

kedua lokasi atau titik sampling tersebut adalah sebesar 0.896 dan 0.903.

Pada tingkat jenis atau takson, fitoplankton yang merupakan jenis utama pada

studi ini di lokasi PB.1-1 hingga PB.1-3 adalah Melosira sp (33.70%), Dytilum

brightwelii (11.357%), Coscinodiscus spp (15.928%), Chaetoceros spp

(10.988%), Skeletonema sp (5.593%) dan Thalassiothrix frauenfeldii (5.309%).

Untuk lokasi perairan Sepulu, didominasi oleh Melosira sp (26.96%),

Coscinodiscus spp (21.001%), Thalassiothrix frauenfeldii (8.957%), Skeletonema

sp (5.437%) dan Thalassionema nitzschioides (4.434%).

Pada P.I.2017 tampaknya terjadi perubahan struktur komunitas fitoplankton baik

untuk area ORF Gresik maupun area Sepulu. Untuk area ORF Gresik, pada

pemantauan-pemantauan terdahulu umumnya didominasi oleh Chaetoceros spp,

Oscillatoria sp dan Melosira spp. Pada P.I.2017 ini, Melosira spp dan

Chaetoceros spp memang masih dominan, namun untuk Oscillatoria sp bahkan

sama sekali tidak dijumpai. Belum diketahui penyebab perubahan komposisi

takas fitoplankton antar periode yang drastis tersebut.

Adapun untuk area Sepulu, pada setiap periode tampaknya terjadi perubahan

struktur komunitas. Pada P.I.2015, taksa utama meliputi Oscillatoria spp,

Chaetoceros spp, Skeletonema sp, Rhizosolenia cylindrus, Peridinium depressum,

Coscinodiscus centralis dan Ceratium furca. Kemudian pada P.II.2015 berubah

menjadi Chaetoceros spp, Thalassionema nitzschioides dan Thalassiothrix

Page 94: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

84

frauenfeldii serta Oscillatoria sp. Selanjutnya, pada P.I.2016 didominasi oleh

Melosira spp, diikuti oleh Oscillatoria sp dan Coscinodiscus centralis. Lalu pada

P.II.2016 didominasi oleh Oscillatoria sp, Melosira sp dan Chaetoceros spp.

Beberapa jenis Chaetoceros masih dapat dijumpai dengan kelimpahan cukup

tinggi di area Sepulu. Akan tetapi, seperti halnya di ORF Gresik, dominansi jenis

Oscillatoria telah sepenuhnya digantikan oleh Melosira sp pada P.I.2017.

Dengan demikian, taksa fitoplankton yang tampaknya cukup dominan pada

semua titik sampling di area Sepulu selama lima periode adalah Melosira spp.

3.3.2 KOMUNITAS ZOOPLANKTON

Zooplankton merupakan konsumen pertama dalam sistem rantai makanan

perairan dan bersama dengan fitoplankton, zooplankton juga merupakan salah

satu organisme perairan yang dapat dijadikan sebagai bioindikator mengenai

kualitas perairan pada suatu kawasan tertentu. Selain sebagai konsumen, sebagian

besar zooplankton diketahui juga menjadi sumber pangan utama bagi biota pada

level trofik lebih tinggi, misalnya larva ikan dan ikan-ikan kecil. Detail komposisi

dan kelimpahan jenis zooplankton di lokasi studi disajikan pada Tabel 3.11.

Pada P.I.2017 telah teramati 33 jenis zooplankton dari 9 titik sampling di area

ORF Gresik dan Sepulu. Jumlah tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan

dengan P.II.2016 dengan 31 jenis. Seperti halnya pada komunitas fitoplankton,

terjadi penurunan jumlah jenis (-2 hingga -3 jenis) sedangkan untuk lokasi

perairan Sepulu terjadi peningkatan jumlah jenis yang cukup signifikan, kecuali

di titik PB.3-2 yang mengalami penurunan jumlah jenis (-1 jenis, dari 17 jenis

pada P.II.2016 menjadi 16 jenis pada P.I.2017).

Untuk setiap titik sampling atau lokasi, masing-masing terdapat 16-21 jenis

zooplankton dengan kelimpahan 85-153 individu/m3; dan terjadi penurunan

kelimpahan zooplankton secara signifikan (-47 hingga -60%) pada semua lokasi.

Page 95: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

85

Tabel 3.11 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Zooplankton di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017

No. Spesies Famili

ni

ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2

PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3

1 Larva nauplius Copepoda - 21 13 19 22 30 48 0 22 34

2 Copepoda Calanoida.1 Acartiidae 4 5 6 8 7 5 6 8 10

3 Larva Cirripedia Balanidae 11 9 10 0 0 0 0 0 0

4 Larva ikan.5 Blenniidae 0 0 0 0 0 0 0 0 1

5 Brachionus sp Brachionidae 9 12 12 0 0 0 0 0 0

6 Larva ikan.3 Carangidae 0 0 0 0 0 0 1 1 0

7 Copepoda Calanoida.2 Centropagidae 2 3 4 2 5 8 3 6 5

8 Codonellopsis sp Codonellidae 0 3 0 0 0 0 0 0 0

9 Tintinnopsis sp Codonellidae 13 23 15 0 0 0 15 0 0

10 Copepoda Cyclopoida.2 Cyclopidae 1 0 1 4 2 3 0 1 12

11 Cypridina sp Cypridinidae 0 0 0 0 10 0 1 0 0

12 Copepoda Harpacticoida.1 Ectinosomatidae 2 4 5 1 4 1 2 3 4

13 Larva ikan.1 Engraulidae 0 0 0 1 1 0 0 0 0

14 Copepoda Calanoida.4 Eucalanidae 0 0 2 0 1 2 1 2 0

15 Globigerina sp Globigerinaceae 4 10 0 1 0 0 0 0 0

16 Larva ikan.4 Gobiidae 0 0 0 0 0 0 0 0 2

17 Larva veliger Bivalvia kelas Bivalvia 0 0 0 4 2 1 4 5 19

18 Larva veliger Gastropoda kelas Gastropoda 0 0 0 8 8 0 3 18 8

19 Larva Loligo sp Loliginidae 0 0 0 0 0 0 1 4 0

20 Lucifer sp Luciferidae 2 2 2 4 1 10 6 4 9

21 Copepoda Harpacticoida.2 Miraciidae 1 0 4 1 4 1 2 1 0

22 Boreomysis sp Mysidae 3 2 1 2 1 3 4 4 8

23 Copepoda Cyclopoida.1 Oithonidae 4 2 2 9 9 8 4 4 4

24 Foraminifera ordo Foraminifera 0 1 0 0 0 0 0 0 0

25 Amphipoda Gammaridea ordo Gammaridea 0 0 0 1 0 0 0 0 0

Page 96: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

86

No. Spesies Famili

ni

ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2

PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3

26 Larva Stomatopoda ordo Stomatopoda 0 0 0 0 3 2 3 0 0

27 Copepoda Calanoida.5 Pontellidae 0 0 0 0 0 0 2 0 0

28 Copepoda Calanoida.3 Pseudodiaptomidae 2 3 3 2 3 2 3 4 4

29 Sagitta sp Sagittidae 0 0 0 0 0 4 4 1 0

30 Acetes sp Sergestidae 2 1 2 4 0 0 2 1 5

31 Larva ikan.2 Siganidae 0 0 0 0 0 2 0 0 4

32 Larva zoea Brachyura subordo Brachyura 24 13 8 12 35 28 37 18 24

33 Copepoda Calanoida.6 Temoridae 0 0 0 0 0 0 1 0 0

Jumlah individu 105 106 96 86 126 128 105 107 153

Jumlah taksa 16 16 16 17 17 16 21 16 18

Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 2.306 2.408 2.431 2.394 2.233 2.031 2.400 2.431 2.431

Nilai indeks dominansi Simpson (D) 0.133 0.113 0.110 0.124 0.158 0.207 0.162 0.118 0.114

Nilai indeks kemerataan jenis Pielou (J) 0.832 0.869 0.877 0.845 0.788 0.732 0.788 0.841 0.877

Keterangan

ni kelimpahan zooplankton (per m3)

Lokasi PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2

sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2

Page 97: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

87

Tidak terdapat perbedaan struktur komunitas zooplankton di lokasi studi pada

P.I.2015 hingga P.I.2017 yang mana masih tetap didominasi oleh anggota filum

Crustacea (udang-udangan) yaitu sebesar 77.767% dari total populasi

zooplankton. Dalam Crustacea sendiri, Copepoda adalah kelompok zooplankton

paling melimpah (44.76% dari total populasi zooplankton) dengan taksa paling

melimpah berasal dari famili Acartiidae, Psedodiaptomidae dan Centropagidae;

ketiganya adalah anggota ordo Calanoida. Dari ordo Cyclopoida, yang paling

melimpah adalah anggota famili Oithonidae dan Cyclopidae sedangkan untuk

ordo Harpacticoida didominasi oleh anggota famili Ectinosomatidae.

Pada P.I.2017, kelimpahan relatif famili Acartiidae, Psedodiaptomidae dan

Centropagidae berturut-turut adalah 5.83%, 3.755% dan 2.569% dari total

populasi zooplankton. Secara alamiah, anggota ketiga famili tersebut merupakan

copepoda paling umum dan melimpah di kasawasan perairan pantai dan estuaria.

Untuk lokasi sekitar ORF, Acartiidae, Psedodiaptomidae dan Centropagidae

tersebut merupakan kelompok Copepoda Calanoida utama, ditambah anggota

famili Eucalanidae. Pada area perairan Sepulu, selain keempat famili tersebut

juga terdapat famili Calanoida lain, yaitu Pontellidae dan Temoridae.

Taksa Crustacea lain yang cukup melimpah adalah larva nauplius dari Crustacea

yaitu sebesar 23.617% dari total populasi zooplankton (mencakup larva

Copepoda dan teritip Balanidae). Larva teritip merupakan biota biofouling yang

melakukan penempelan terutama pada struktur bangunan pantai, misalnya pada

tiang dermaga atau lambung kapal. Copepoda Centropagidae, Diaptomidae dan

Acartiidae serta beberapa taksa copepoda lainnya termasuk zooplankton yang

merupakan sumber pakan potensial bagi ikan dan berbagai biota laut lainnya.

Anggota Crustacea lain yang hampir selalu terkoleksi selama tahun 2015 hingga

2017 antara lain adalah udang Acetes sp dan Lucifer sp.

Dari perairan Sepulu juga terkoleksi beberapa larva ikan dari famili Blenniidae,

Carangidae, Gobiidae, Engraulidae dan Siganidae, namun dengan kelimpahan

yang rendah, sekitar 1-4 individu/m3 pada setiap lokasi sampling.

Dari kelompok Protozoa, tercatat jenis Foraminifera, Brachionus sp,

Codonellopsis sp dan Tintinnopsis sp. Tintinnopsis bahkan termasuk dominan di

perairan sekitar ORF Gresik; jenis tersebut dikenal sebagai salah satu invasive

biota (biota introduksi) yang sering terbawa oleh air balas (ballast water) yang

dibuang oleh kapal laut.

Page 98: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

88

Tabel 3.12 Dinamika Komunitas Zooplankton di Lokasi Studi pada Tahun 2015

hingga 2017

Lokasi Periode

P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017

JUMLAH JENIS

PB.1-1 17 14 15 18 16

PB.1-2 20 19 19 18 16

PB.1-3 12 21 19 19 16

PB.2-1 17 16 13 13 17

PB.2-2 19 17 14 15 17

PB.2-3 24 16 20 12 16

PB.3-1 17 17 18 12 21

PB.3-2 15 18 22 17 16

PB.3-3 17 21 18 16 18

KELIMPAHAN (individu/m³)

PB.1-1 510 114 107 263 105

PB.1-2 1260 342 235 261 106

PB.1-3 326 331 278 186 96

PB.2-1 450 272 111 272 86

PB.2-2 756 352 134 316 126

PB.2-3 582 205 226 246 128

PB.3-1 318 259 159 250 105

PB.3-2 403 179 179 259 107

PB.3-3 507 316 133 352 153

NILAI INDEKS DIVERSITAS SHANNON-WIENER (H')

PB.1-1 2.380 2.419 2.471 2.526 2.306

PB.1-2 2.498 2.317 2.509 2.570 2.408

PB.1-3 2.597 2.553 2.33 2.633 2.431

PB.2-1 2.276 2.236 2.027 2.414 2.394

PB.2-2 2.193 2.244 2.198 2.439 2.233

PB.2-3 2.596 2.481 2.375 2.327 2.031

PB.3-1 2.455 2.407 2.219 2.337 2.4

PB.3-2 2.492 2.239 2.619 2.466 2.431

PB.3-3 2.518 2.452 2.559 2.519 2.431

NILAI INDEKS KEMERATAAN JENIS PIELOU (J)

PB.1-1 0.808 0.916 0.912 0.874 0.832

PB.1-2 0.834 0.787 0.852 0.889 0.869

PB.1-3 0.917 0.838 0.791 0.894 0.877

PB.2-1 0.803 0.807 0.79 0.941 0.845

PB.2-2 0.745 0.792 0.833 0.900 0.788

PB.2-3 0.817 0.895 0.793 0.936 0.732

PB.3-1 0.866 0.849 0.768 0.940 0.788

PB.3-2 0.920 0.775 0.847 0.870 0.841

PB.3-3 0.889 0.481 0.885 0.909 0.877

Keterangan

Lokasi PB.1-1. Titik 1 ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 ORF Gresik;

PB.1-3. Titik 3 ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 Sepulu.1; PB.2-2.

Titik 2 Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1

Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 Sepulu.2

Periode P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode

semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama

2016; P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017.

periode semester pertama 2017

Page 99: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

89

Gambar 3.26 Grafik dinamika jumlah jenis (gambar atas) dan kelimpahan (gambar

bawah) zooplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017.

Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar

ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1

sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3

sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2

sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode: P.I.2015.

periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode semester kedua

2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016; P.II.2016. periode

semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester pertama 2017

Page 100: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

90

Penurunan jumlah jenis dan kelimpahan zooplankton di titik PB.1-1 hingga PB.1-

3 (area ORF Gresik) menyebabkan terjadinya penurunan nilai H’, seperti

ditunjukkan oleh Tabel 3.12 dan Gambar 3.26 hingga 3.27. Untuk ketiga titik

tersebut, nilai H’ komunitas zooplankton pada P.I.2017 bervariasi antara 2.306

hingga 2.431 dari awalnya 2.526-2.633 pada P.II.2016. Dengan demikian,

kondisi keanekaragaman zooplankton di area ORF Gresik termasuk kategori

‘sedang’ dan menunjukkan bahwa kualitas perairan termasuk ‘baik’ hingga

‘sangat baik’ dengan kondisi struktur komunitas yang ‘lebih stabil’ hingga

‘sangat stabil’.

Pada perairan sekitar Sepulu, penurunan kelimpahan zooplankton juga diikuti

dengan penurunan nilai H’ meskipun tidak signifikan. Perkecualian untuk titik

PB.3-1 yang mengalami peningkatan nilai H’. Secara keseluruhan, nilai H’

Gambar 3.27 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)

komunitas zooplankton di lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017.

Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar

ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1

sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3

sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2

sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode: P.I.2015.

periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode semester kedua

2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016; P.II.2016. periode

semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester pertama 2017

Page 101: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

91

komunitas zooplankton di Sepulu pada P.I.2017 berkisar antara 2.031 hingga 2.4

atau termasuk dalam kategori keanekaragaman ‘sedang’; juga menunjukkan

bahwa kualitas perairan termasuk ‘baik’ hingga ‘sangat baik’ dengan kondisi

struktur komunitas yang ‘lebih stabil’ hingga ‘sangat stabil’.

3.4 KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS

Makrofauna merupakan sejumlah organisme yang ukuran tubuhnya lebih besar dari

0.5 mm. Sedangkan bentik sendiri berkenaan dengan bentos, yaitu organisme

perairan yang hidupnya terdapat pada substrat dasar dari suatu perairan, baik yang

bersifat sesil (melekat) maupun yang bersifat vigil (bergerak bebas). Sehingga dapat

didefinisikan kembali bahwa makrofauna bentik atau makrozoobentos merupakan

organisme (hewan) yang hidup pada substrat suatu perairan yang memiliki ukuran

tubuh lebih dari 0.5 mm.

Makrozoobentos yang hidupnya relatif menetap cocok digunakan sebagai petunjuk

kualitas lingkungan karena selalu mengadakan kontak dengan limbah yang masuk

kedalam habitatnya. Kelompok organisme tersebut dapat lebih mencerminkan adanya

perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. Kelebihan penggunaan

makrozoobentos sebagai indikator pencemaran organik adalah karena jumlahnya

relatif banyak, mudah ditemukan, mudah dikoleksi dan diidentifikasi, bersifat

immobile, dan memberi tanggapan yang berbeda terhadap kandungan bahan organik.

Detail komposisi dan kelimpahan makrozoobentos di lokasi studi disajikan pada

Tabel 3.13.

Pada pemantauan periode P.I.2017 terkoleksi 49 jenis makrozoobentos, sedikit lebih

banyak dibandingan P.II.2016 (48 jenis) dan P.II.2015 yang berjumlah 47 jenis

namun lebih rendah dari periode P.I.2016 dengan 52 jenis. Dari 49 jenis tersebut, 20

jenis termasuk kelompok Bivalvia (40.816% total jenis makrozoobentos), 26 jenis

Gastropoda (53.061%) serta masing-masing 1 jenis Crustacea, Polychaeta dan

Holothuroidea. Secara umum, lebih banyak jenis Gastropoda yang dijumpai pada

P.I.2017 dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.

Page 102: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

92

Tabel 3.13 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Makrozoobentos di Lokasi Studi pada Semester Pertama 2017

No. Spesies Famili

ni

ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2

PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3

1 Barbatia foliosa Arcidae 0 2 0 0 0 0 1 2 0

2 Scapharca inaequivalvis Arcidae 0 2 1 0 0 0 0 0 2

3 Sphaerassiminea miniata Assimineidae 10 0 0 0 0 0 0 0 0

4 Clypeomorus coralium Cerithidae 0 0 0 5 6 0 6 0 0

5 Rhinoclavis sinensis Cerithidae 0 0 0 5 0 0 0 0 0

6 Cerithidea cingulata Cerithidae 8 0 0 5 0 0 0 0 0

7 Cerithidea obtusa Cerithidae 1 0 0 1 0 0 0 0 0

8 Umbonium sp Cirridae 0 0 0 0 0 2 1 0 4

9 Corbula sp Corbulidae 0 1 4 0 1 1 1 1 0

10 Aliculastrum cylindrus Dentaliidae 0 0 3 0 0 0 0 0 0

11 Dentalium sp Dentaliidae 0 0 0 0 0 0 5 0 0

12 Cassidulla aurisfelis Ellobiidae 6 0 0 0 0 0 0 0 0

13 Pythia plicata Ellobiidae 1 0 0 0 0 0 0 0 0

14 Eglisia tricarinata Epitoniidae 0 0 0 0 7 7 9 2 10

15 Holothuria leucospilota Holothuriidae 0 0 0 1 0 0 0 0 0

16 Isognomon epipphium Isognomidae 0 0 0 2 0 0 0 0 0

17 Lavidentalium sp Laevidentaliidae 0 0 0 0 1 0 0 0 2

18 Rhabdus eburneum Laevidentaliidae 0 0 0 0 1 0 1 0 4

19 Littoraria carinifera Littorinidae 0 0 0 2 0 0 0 0 0

20 Littoraria melanostoma Littorinidae 5 0 0 0 0 0 0 0 0

21 Littoraria scabra Littorinidae 0 0 0 8 0 0 0 0 0

22 Mactra violacea Mactridae 0 0 0 0 0 2 0 1 0

23 Mitra coronata Mitridae 0 0 0 0 0 0 1 0 0

24 Mitra sp Mitridae 0 0 0 0 1 0 0 0 4

25 Perna viridis Mytilidae 0 0 2 0 0 0 0 0 0

Page 103: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

93

No. Spesies Famili

ni

ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2

PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3

26 Nassarius sp Nassarridae 0 1 4 1 0 1 0 0 2

27 Polinices sp Naticidae 0 0 0 0 0 1 0 0 1

28 Nereis sp Nereidae 0 0 0 0 0 2 1 0 0

29 Dostia violacea Neritidae 1 0 0 0 0 0 0 0 0

30 Nerita lineata Neritidae 2 0 0 1 0 0 0 0 0

31 Pictoneritina oualaniensis Neritidae 0 0 0 0 1 0 1 0 0

32 Uca sp Ocypodidae 2 0 0 0 0 0 0 0 0

33 Saccostrea cucculata Ostreidae 0 0 0 6 0 0 0 0 0

34 Chlamys sp Pectinidae 0 0 0 0 0 0 0 0 1

35 Pharella javanica Pharellidae 2 0 0 0 0 0 0 0 0

36 Cerithidea quadrata Potamididae 1 0 0 1 0 0 0 0 0

37 Telescopium telescopium Potamididae 2 0 0 0 0 0 0 0 0

38 Gari truncata Psamobiidae 0 0 0 0 0 0 1 0 0

39 Pupina sp Pupinidae 0 4 4 0 0 0 0 0 0

40 Tellina palatum Tellinidae 0 2 0 0 3 0 1 1 0

41 Tellina sp Tellinidae 0 1 2 0 1 0 0 0 0

42 Tellina timorensis Tellinidae 0 0 0 0 0 4 0 4 0

43 Anomalocardia sp Veneridae 0 0 0 0 1 0 0 0 0

44 Dosinia sp Veneridae 0 0 0 0 0 0 0 1 2

45 Gafrarium tumidum Veneridae 0 0 0 0 0 0 0 5 5

46 Pitar alabastrum Veneridae 0 0 0 0 0 0 0 0 1

47 Placamen tiara Veneridae 0 0 0 0 0 0 0 0 3

48 Tapes sulcarius Veneridae 0 0 0 0 0 1 0 0 0

49 Timoclea sp Veneridae 0 0 0 0 1 0 0 0 0

Jumlah individu 41 13 20 38 24 21 29 17 41

Jumlah jenis 12 7 7 12 11 9 12 8 13

Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H') 2.152 1.818 1.861 2.209 2.025 1.934 2.037 1.871 2.334

Page 104: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

94

No. Spesies Famili

ni

ORF GRESIK SEPULU.1 SEPULU.2

PB.1-1 PB.1-2 PB.1-3 PB.2-1 PB.2-2 PB.2-3 PB.3-1 PB.3-2 PB.3-3

Nilai indeks dominansi Simpson (D) 0.146 0.183 0.165 0.130 0.177 0.184 0.180 0.183 0.120

Nilai indeks kemerataan jenis Pielou (J) 0.866 0.935 0.956 0.889 0.845 0.880 0.820 0.900 0.910

Keterangan

ni kelimpahan makrozoobentos (per m2 substrat dasar)

Lokasi PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2

sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2

Page 105: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

95

Untuk aspek komposisi jenis, tidak terdapat perbedaan antara periode P.I.2015,

hingga P.I.2017 dimana juga tetap terdapat kecenderungan jenis-jenis

makrozoobentos tertentu yang dijumpai pada area-area tertentu; misalnya anggota

famili Littorinidae bersifat eksklusif terhadap akar, batang dan daun mangrove dan

dengan demikian lebih banyak dijumpai di titik PB.1-1 dan PB.2-1 yang merupakan

titik sampling di sekitar area mangrove. Demikian halnya gastropoda seperti Nerita

spp, Sphaerassiminea miniata, Onchidium sp dan anggota famili Potamididae yang

lebih umum dijumpai di kawasan mangrove, baik menempel diatas substrat dasar

maupun pada perakaran dan batang mangrove.

Kemudian, secara keseluruhan kelompok Gastropoda lebih umum dijumpai di titik-

titik sampling yang lebih dekat ke pesisir pantai atau dengan kata lain pada perairan

yang lebih dangkal. Kelompok Bivalvia dan Scaphopoda, sebaliknya lebih umum

terambil pada lokasi-lokasi yang lebih dalam (lebih jauh dari pantai) kecuali beberapa

spesies tertentu seperti Isognomon epipphium (menempel pada batang atau perakaran

mangrove) serta beberapa spesies dari famili Veneridae dan Tellinidae.

Makrozoobentos diketahui sebagai kelompok biota dengan persebaran alami yang

cenderung tidak merata. Oleh karena itu, sebaran jenis-jenis makrozoobentos tertentu

umumnya didasarkan pada kebutuhan dasar hidupnya (misalnya beberapa jenis lebih

menyukai pantai berpasir sedangkan jenis lain lebih menyukai pantai berlumpur).

Oleh karena itu, komposisi jenis makrozoobentos antar titik sampling di lokasi studi

dapat sangat berbeda satu sama lain.

Pada P.I.2017, penurunan jumlah jenis hanya terjadi di titik PB.1-1 sementara untuk

titik lainnya cenderung stabil atau mengalami peningkatan jumlah jenis, misalnya di

lokasi PB.3-1 dan PB.3-3 dimana pada P.II.2016 dijumpai sejumlah 9 dan 10 jenis

sedangkan pada P.I.2017 dijumpai 12 dan 13 jenis (Tabel 3.14 dan Gambar 3.28-

3.29).

Ditinjau dari variabel kelimpahan, terjadi peningkatan pada semua titik sampling,

kecuali PB.1-3 dan PB.2-1 yang bersifat tetap. Peningkatan kelimpahan tertinggi

terdapat di titik PB.3-3 (dari 13 individu pada P.II.2016 menjadi 41 individu pada

P.I.2017), PB.2-3 dan PB.3-2.

Page 106: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

96

Tabel 3.14 Dinamika Komunitas Makrozoobentos di Lokasi Studi pada Tahun 2015

hingga 2017

Lokasi Periode

P.I.2015 P.II.2015 P.I.2016 P.II.2016 P.I.2017

JUMLAH JENIS

PB.1-1 17 14 16 13 12

PB.1-2 5 5 6 6 7

PB.1-3 5 5 7 4 7

PB.2-1 12 11 12 11 12

PB.2-2 5 8 8 10 11

PB.2-3 4 5 6 9 9

PB.3-1 4 5 4 9 12

PB.3-2 11 13 11 6 8

PB.3-3 4 5 11 10 13

KELIMPAHAN

PB.1-1 62 55 30 37 41

PB.1-2 14 18 14 7 13

PB.1-3 6 11 11 20 20

PB.2-1 66 59 72 38 38

PB.2-2 25 25 16 19 24

PB.2-3 8 12 10 13 21

PB.3-1 12 12 6 26 29

PB.3-2 70 44 36 9 17

PB.3-3 20 11 29 13 41

NILAI INDEKS DIVERSITAS SHANNON-WIENER (H')

PB.1-1 2.553 2.230 2.526 2.320 2.152

PB.1-2 1.390 0.961 1.631 1.748 1.818

PB.1-3 1.561 1.468 1.894 1.235 1.861

PB.2-1 2.001 2.127 2.158 2.157 2.209

PB.2-2 1.311 1.552 1.927 1.955 2.025

PB.2-3 1.213 1.358 1.696 1.946 1.934

PB.3-1 1.199 1.358 1.33 1.852 2.037

PB.3-2 2.180 2.175 2.122 1.677 1.871

PB.3-3 1.025 1.468 1.904 1.993 2.334

NILAI INDEKS KEMERATAAN JENIS PIELOU (J)

PB.1-1 0.901 0.845 0.911 0.905 0.866

PB.1-2 0.864 0.597 0.91 0.976 0.934

PB.1-3 0.970 0.912 0.973 0.891 0.956

PB.2-1 0.805 0.887 0.869 0.899 0.889

PB.2-2 0.814 0.747 0.927 0.849 0.845

PB.2-3 0.875 0.844 0.946 0.886 0.88

PB.3-1 0.865 0.844 0.959 0.843 0.819

PB.3-2 0.909 0.848 0.885 0.936 0.899

PB.3-3 0.739 0.912 0.794 0.866 0.91

Keterangan

Lokasi PB.1-1. Titik 1 ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 ORF Gresik;

PB.1-3. Titik 3 ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1 Sepulu.1; PB.2-2.

Titik 2 Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3 Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1

Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2 Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 Sepulu.2

Periode P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode

semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama

2016; P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017.

periode semester pertama 2017

Page 107: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

97

Gambar 3.28 Grafik dinamika jumlah jenis (gambar atas) dan kelimpahan (gambar

bawah) makrozoobentos di lokasi studi pada tahun 2015 hingga 2017.

Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2 sekitar

ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1. Titik 1

sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3. Titik 3

sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2. Titik 2

sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode: P.I.2015.

periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode semester kedua

2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016; P.II.2016. periode

semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester pertama 2017

Page 108: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

98

Dinamika-dinamika jumlah jenis dan kelimpahan pada akhirnya mempengaruhi nilai

tingkat keanekaragaman (H’)-nya. Pada P.I.2017, penurunan nilai H’ komunitas

makrozoobentos hanya terjadi di titik PB.1-1 yang juga mengalami penurunan jumlah

jenis. Pada titik tersebut, nilai H’ pada P.II.2016 adalah 2.320 sedangkan pada

P.I.2017 sebesar 2.152, memberikan indikasi bahwa kualitas lingkungan bentik di

titik tersebut adalah dalam kategori ‘baik’ dengan struktur komunitas yang ‘lebih

stabil’.

Pada titik sampling lainnya terjadi peningkatan nilai H’ dengan peningkatan tertinggi

pada titik PB.1-3 dan PB.3-3. Selain di titik PB.1-1, nilai H’ bervariasi antara 1.861

di PB.1-3 hingga 2.334 di PB.3-3. Dengan demikian, kualitas lingkungan bentik pada

lokasi-lokasi tersebut termasuk dalam kategori baik’ dengan struktur komunitas yang

‘lebih stabil’.

Gambar 3.29 Grafik dinamika nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’)

komunitas makrozoobentos di lokasi studi pada tahun 2015 hingga

2017. Lokasi: PB.1-1. Titik 1 sekitar ORF Gresik; PB.1-2. Titik 2

sekitar ORF Gresik; PB.1-3. Titik 3 sekitar ORF Gresik; PB.2-1.

Titik 1 sekitar Sepulu.1; PB.2-2. Titik 2 sekitar Sepulu.1; PB.2-3.

Titik 3 sekitar Sepulu.1; PB.3-1. Titik 1 sekitar Sepulu.2; PB.3-2.

Titik 2 sekitar Sepulu.2; PB.3-3. Titik 3 sekitar Sepulu.2. Periode:

P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.II.2015. periode

semester kedua 2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016;

P.II.2016. periode semester kedua 2016; P.I.2017. periode semester

pertama 2017

Page 109: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

99

3.5 KOMUNITAS NEKTON

Pada periode P.I.2017, sampling nekton hanya dilakukan di lokasi SPL.2, berupa

aliran sungai kecil yang terdapat di tengah area mangrove di utara desa Labuhan.

Jumlah ikan tertangkap dengan jala insang (gill net) pada pemantauan ini jauh lebih

sedikit dibandingkan dengan periode P.I.2015 maupun P.I.2016.

Pada P.I.2017 ini tampak jelas terjadinya penurunan jumlah tangkapan ikan, yang

berdasarkan keterangan nelayan lokal, lebih disebabkan oleh waktu sampling yang

kurang sesuai. Idealnya, jala dipasang pada saat pasang tinggi dan panen ikan

tertangkap dilakukan saat surut. Pada periode ini, pemasangan jala baru dilakukan

saat air laut sudah mendekati surut sehingga hanya sedikit ikan yang didapatkan.

Tabel 3.15 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Nekton di Lokasi Studi pada Semester

Pertama 2017

No. Spesies Nama lokal Famili Jumlah

1 Liza subviridis Belanak Mugilidae 6

2 Scatophagus argus Kiper Scatophagidae 2

3 Terapon jarbua Kerong-kerong Terapontidae 3

4 Carangoides sp Putihan Carangidae 1

5 Leiognathus equulus Peperek Leioganthidae 1

6 Mystus sp Keting Bagridae 2

7 Liza vaigiensis Belanak Mugilidae 1

8 Siganus javus Baronang Siganidae 3

9 Siganus canaliculatus Baronang Siganidae 1

Total 20

Secara keseluruhan, nekton dengan kelimpahan tertinggi pada P.I.2017 adalah jenis

Belanak Liza subviridis (greenback mullet, famili Mullidae). Jenis tersebut diketahui

berupakan salah satu jenis mullet (Belanak) dengan sebaran geografis terluas di Indo-

Pasifik barat; umumnya hidup mengelompok di perairan pesisir dangkal dan dapat

memasuki laguna, estuaria, sekitar mangrove atau kadang-kadang menuju air tawar

untuk mencari makan. L. subviridis juga merupakan jenis ikan yang paling banyak

tertangkap pada periode P.I.2015 dan P.I.2016. Di area sampling tidak hanya terdapat

L. subviridis stadia dewasa namun juga stadia juvenile.

Pada P.I.2017 ini, semua individu yang ditemukan masih berada pada tahap atau

stadia juvenile sehingga tidak dilakukan pemeriksaan gonad untuk menentukan TKG

(Tingkat Kematangan Gonad).

Page 110: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

100

Untuk Belanak, umumnya suatu individu dianggap telah dewasa bila telah mencapai

panjang >200 mm dengan individu betina yang umumnya lebih panjang (sebagai

contoh, panjang baku usia dewasa pada Liza argentea adalah 180 mm untuk jantan

dan 207 mm untuk betina (Kendall & Gray, 2008).

Perhitungan berat tangkapan ikan menunjukkan bahwa CPUE (Catch per Unit Effort)

antara semester pertama 2015, 2016 dan 2017 untuk ikan belanak berkisar antara

1044.5 gr hingga 5649.5 gr. CPUE atau hasil tangkapan per upaya penangkapan

menunjukkan perbandingan antara hasil tangkapan dengan unit effort yang

dicurahkan. Hasil tangkapan pada prinsipnya adalah merupakan output dari kegiatan

penangkapan, sedangkan effort yang diperlukannya pada prinsipnya merupakan input

dari kegiatan penangkapan tersebut.

Antara tahun 2015 hingga 2017 telah terdata 17 jenis ikan, seperti ditunjukkan pada

Tabel 3.16 berikut;

Tabel 3.16 Perbandingan Komposisi Jenis Nekton di Lokasi Studi pada Semester

Pertama 2015 hingga 2017

No. Spesies Nama lokal Famili Frekuensi

Group P.I.2015 P.I.2016 P.I.2017

1 Arius sagor Manyung Ariidae + NA NA D

2 Mystus sp Keting Bagridae NA NA + D

3 Carangoides praeustus Putihan Carangidae + NA + PK

4 Chanos chanos Bandeng Chanidae + NA NA PK

5 Gerres filamentosus Kapasan Gerreidae + NA NA PK

6 Pentaprion longimanus Kapasan Gerreidae + NA NA D

7 Leiognathus equulus Peperek Leioganthidae NA NA + D

8 Leiognathus longispinis Gereh Leiognathidae + NA NA PK

9 Lutjanus russelli Kakap Lutjanidae + + NA PK

10 Liza subviridis Belanak Mugilidae + + + PK

11 Liza vaigiensis Belanak Mugilidae + + + PK

12 Scatophagus argus Kiper Scatophagidae + + + PK

13 Parascorpaena bynoensis Lepu batu Scorpaenidae + NA NA D

14 Siganus javus Baronang Siganidae NA NA + D

15 Siganus canaliculatus Baronang Siganidae NA NA + D

16 Sillago sihama Berujung Sillaginidae + NA NA D

17 Terapon jarbua Kerong-kerong Terapontidae + NA + D

Total Spesies 13 4 9

Total individu 112 11 20

Keterangan:

Frekuensi P.I.2015. periode semester pertama 2015; P.I.2016. periode semester pertama 2016;

P.I.2017. periode semester pertama 2017

Group D. ikan demersal; PK. ikan pelagis kecil

Page 111: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

101

Selain ikan-ikan berukuran sedang-besar, area mangrove di SPL.2 juga menjadi

habitat bagi berbagai juvenile dan ikan kecil. Tercatat sedikitnya 31 jenis juvenile dan

ikan kecil yang terdata di lokasi tersebut (Tabel 3.17).

Tabel 3.14 Jenis Juvenile dan Ikan Kecil di Lokasi Studi pada Semester Pertama

2017

No. Spesies Nama lokal Famili

1 Acentrogobius nebulosus Glodog Gobiidae

2 Acentrogobius sp Glodog Gobiidae

3 Bathygobius cocosensis Glodog Gobiidae

4 Cryptocentrus sp Glodog Gobiidae

5 Glossogobius biocellatus Glodog Gobiidae

6 Glossogobius circumspectus Glodog Gobiidae

7 Istigobius decoratus Glodog Gobiidae

8 Periophthalmus argentilineatus Glodog Gobiidae

9 Periophthalmus chrysospilos Glodog Gobiidae

10 Periophthalmus novemradiatus Glodog Gobiidae

11 Periophthalmus variabilis Glodog Gobiidae

12 Pseudogobius javanicus Glodog Gobiidae

13 Yongeichthys nebulosus Glodog Gobiidae

14 Terapon jarbua Kerong-kerong Terapontidae

15 Ambassis kopsii - Ambassiidae

16 Ambassis buruensis - Ambassiidae

17 Oryzias javanicus - Adrianichthyidae

18 Liza subviridis Belanak Mugilidae

19 Liza vaigiensis Belanak Mugilidae

20 Butis butis Belosoh Eleotridae

21 Ophiocara porocephala Belosoh Eleotridae

22 Gerres oyena Kapasan Gerreidae

23 Sillago sihama Berujung Sillaginidae

24 Siganus javus Baronang Siganidae

25 Siganus canaliculatus Baronang Siganidae

26 Zenarchopterus buffonis Julung-julung Hemiramphidae

27 Mystus sp Keting Bagridae

28 Atherinomorus duodecimalis Teri Engraulidae

29 Lutjanus argentimaculatus Kakap Lutjanidae

30 Caranx para Putihan Carangidae

31 Takifugu oblongus Buntal Tetraodontidae

Pada saat sampling juga tertangkap makrozoobentos yang memiliki nilai ekomonis

namun sejauh ini belum termanfaatkan dengan optimal yaitu Rajungan hijau

(Thalamita crenata) dan Udang putih (Metapenaues sp).

Page 112: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

102

Zenarchopterus buffonis - Hemirhamphidae Oryzias javanicus - Adrianichthyidae

Gambar 3.30 Beberapa spesies ikan yang dapat dijumpai di lokasi studi pada semester

pertama 2017

Mystus sp - Bagridae Terapon jarbua - Terapontidae

Liza subviridis - Mugilidae Carangoides praeustus - Carangidae

Leiognathus equulus - Leiognathidae Ambassis kuhlii - Ambassidae

Page 113: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

103

3.6 KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS)

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh proses

kehidupannya berlangsung dilingkungan perairan laut dangkal. Morfologi lamun

menunjukkan kemiripan dengan kerabatnya yang tumbuh di darat yaitu rumput. Satu

hal yang membedakan lamun dengan tumbuhan darat adalah bahwa lamun tidak

memiliki stomata.

Di lokasi studi, keberadaan padang lamun (seagrass bed) terdeteksi di area Sepulu 1

(SPL.1) tepatnya di sebelah timur area mangrove Mg.2-1 yang berupa tegakan

monospesies Bogem (Sonneratia alba).

Hasil analisis vegetasi lamun pada lokasi tersebut (Tabel 3.18) menunjukkan bahwa

hanya terdapat satu spesies lamun yaitu Thalassia hemprichii dengan kerapatan

sekitar 26.4 tegakan/m2 dan nilai penutupan substrat sebesar 16.66%.

Tabel 3.18 Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun (Seagrass) di Lokasi Studi pada

Semester Pertama 2017

No. Spesies Famili Kerapatan (m¯²) Penutupan (%)

LAMUN (SEAGRASS)

1 Thalassia hemprichii Hydrocharitaceae 26.4 18.66

ALGA

2 Actinotrichia fragilis Galaxauraceae 5.7 3.16

3 Padina australis Dictyotaceae 22.6 13.5

4 Halimeda opuntia Halimedaceae 33.8 43.4

Metapenaeus sp - Penaeidae

Gambar 3.31 Makrozoobentos berpotensi ekonomis yang tertangkap di area sampling nekton di

lokasi studi pada semester pertama 2017

Thalamita crenata - Portunidae

Page 114: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

104

Secara visual, tegakan lamun di lokasi pengamatan berkompetisi dalam perebutan

ruang hidup dengan berbagai jenis makroalga termasuk Padina australis serta alga

berkapur (coralline algae) jenis Halimeda opuntia dan Actinotrichia fragilis. Diantara

ketiga jenis tersebut, Halimeda merupakan yang paling dominan; kerapatan dan

penutupannya bahkan lebih besar daripada jenis lamun Thalassia. Dalam banyak

literatur, pada perairan yang cenderung subur (kadar nutrien tinggi), lamun akan

cenderung berkompetisi dengan alga dalam perebutan sumberdaya terutama ruang

hidup dan cahaya matahari. Kondisi perairan di area Sepulu yang agak keruh

(kecerahan atau visibility rendah) diduga turut menjadi penyebab rendahnya

kerapatan dan penutupan lamun di lokasi tersebut.

Gambar 3.32 Tipikal kondisi lamun Thalassia hemprichii di lokasi studi pada semester

pertama 2017; sebagian besar tegakan tumbuh secara mengelompok di

celah-celah antara koloni karang hidup maupun karang mati

Page 115: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

105

Tegakan-tegakan lamun yang ada umumnya tumbuh secara mengelompok (patchy)

dan tidak tersebar secara merata. Sebagian besar lamun yang ada tumbuh di sela-sela

atau celah-celah koloni karang baik karang mati maupun karang yang masih hidup.

Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 200 tahun 2004

tentang kriteria baku kerusakan dan pedoman penentuan status padang lamun, padang

lamun di area Sepulu termasuk dalam kategori kerusakan ‘tinggi dan berada dalam

status ‘rusak’ atau ‘miskin’ dimana nilai penutupannya kurang dari 29.9%.

Gambar 3.33 Makroalga Padina australis, salah satu kompetitor lamun dalam perebutan

sumberdaya dan ruang hidup

Page 116: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

106

IV. PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, data dan analisis tentang kondisi komunitas flora dan

fauna dan keanekaragaman hayati di sekitar area ORF Gresik dan desa Labuhan,

Sepulu, Bangkalan – Madura pada semester pertama 2017, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut;

a. Vegetasi darat di lokasi studi termasuk tipe vegetasi artifisial dengan jenis

tanaman utama adalah tanaman peneduh, tanaman berpotensi ekonomi (tanaman

buah) dan tanaman bernilai estetis; terutama disekitar kompleks ORF Gresik.

Jenis pohon buah yang umum di ORF Gresik antara lain adalah Mangga

(Mangifera indica), Sirsat (Annona muricata), Juwet/jamblang (Syzygium cumini)

dan Jambu air (S. aqueum).

b. Pihak PT. Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO) telah

mengadakan penghijauan melalui program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP)

dengan jenis utama adalah tanaman buah dan tanaman peneduh misalnya Jambu

air, Jambu biji (Psidium guajava), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Sawo

Manila (Manilkara zapota), Sawo kecik (Manilkara kauki) dan Juwet

c. Jenis yang melimpah di Sepulu.1 diantaranya adalah Waru (Hibiscus tiliaceus),

Petai Cina (Leucaena leucocephala), Mimba (Azadirachta indica), Mengkudu

(Morinda citrifolia) dan Akasia (Acacia auriculiformis) sedangkan di Sepulu.2

didominasi oleh Mimba, Kayu bejaran (Lannea coromandelica), Waru dan Asam

Jawa (Tamarindus indicus)

d. Tingkat keanekaragaman jenis pohon dan palem di area ORF Gresik termasuk

dalam kategori ‘tinggi’ (H’ = 3.035) sedangkan untuk area Sepulu termasuk

kategori ‘sedang’ (H’ = 2.016 – 2.08)

e. Pada lokasi studi tercatat sedikitnya 16 jenis mangrove sejati (true mangrove) dan

32 jenis mangrove asosiasi (associate mangrove). Pada lokasi ORF Gresik, jenis

mangrove dominan adalah Bakau kurap (Rhizophora stylosa) dan Api-api putih

(Avicennia marina); area Sepulu.1 dan Sepulu.2 didominasi oleh mangrove

Bogem/pidada (Sonneratia alba), Api-api putih dan Bakau minyak

Page 117: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

107

f. Pada lokasi Sepulu.1 titik Mg.2-2, kerapatan tegakan pohon mangrove <900

tegakan/ha sehingga kondisi hutan mangrove di titik tersebut termasuk dalam

kategori ‘rusak’ atau jarang. Pada semua lokasi lainnya, kerapatan tegakan pohon

mangrove ≥1500 tegakan/ha sehingga kondisi hutan mangrove setempat termasuk

dalam kategori ‘baik’ atau ‘sangat rapat’

g. Kerapatan mangrove terendah di lokasi Mg.2-2 (900 tegakan/ha, area Sepulu.1)

dan tertinggi di lokasi Mg.3-1 (5000 tegakan/ha, area Sepulu.2)

h. Komunitas burung (aviafauna) di keseluruhan lokasi studi disusun oleh

sedikitnya 53 spesies burung. Di ORF Gresik sebanyak 37 jenis, di Sepulu.1 32

jenis sedangkan di Sepulu.2 44 jenis

i. Untuk seluruh lokasi, jenis burung yang melimpah dan kosmopolit diantaranya

adalah Walet linchi (Collocalia linchi), diikuti jenis Bondol Jawa (Lonchura

leucogastroides), Burung-gereja Erasia (Passer montanus), Blekok sawah

(Ardeola speciosa), Bondol peking (L. punctulata), Kuntul kecil (Egretta

garzetta), Cangak besar (Ardea alba) dan Kapasan kemiri (Lalage nigra)

j. Tercatat beberapa spesies burung yang dijumpai pada semester pertama 2015

hingga 2016 namun tidak tercatat pada semester pertama 2017, misalnya Elang-

laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), Elang bondol (Haliastur indus), Perling

kecil (Aplonis minor) dan gagak kampung (Corvus macrorhynchos)

k. Banyak jenis burung migran yang dijumpai pada tahun 2015 dan 2016 namun

juga tidak dijumpai pada semester pertama 2017, terutama anggota famili

Scolopacidae, Laridae dan Charadriidae

l. Terdapat 1 (satu) catatan perjumpaan jenis-jenis burung yang sebelumnya tidak

dijumpai pada tahun 2015 dan 2016, yaitu Walet sarang-hitam (Collocalia

maxima) yang melimpah di Sepulu.2

m. Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas burung yang bernilai

2.761 di Sepulu.1 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman burung di lokasi

tersebut tergolong dalam kategori ‘sedang’; untuk lokasi ORF dan Sepulu.2 nilai

H’ sebesar 3.055 dan 3.027 atau tergolong dalam kategori ‘tinggi’

n. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 1999

tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, terdapat terdapat 12 spesies

(22.64%) burung di lokasi studi yang dilindungi secara nasional, yaitu Burung-

madu sriganti (Cinnyris jugularis), Raja-udang biru (Alcedo coerulescens), 3

jenis Cekakak (Halcyon spp), Blekok sawah, Cangak besar (Ardea alba), Kuntul

Page 118: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

108

kecil (Egretta garzetta), Dara-laut kumis (Chlidonias hybridus), Dara-laut biasa

(Sterna hirundo), Kipasan belang (Rhipidura javanica) dan Gajahan pengala

(Numenius phaeopus)

o. Pada lokasi studi juga dijumpai tiga jenis burung endemik Indonesia yaitu Raja-

udang biru, Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) dan Cerek Jawa (Charadrius

javanicus)

p. Cerek Jawa juga tercantum dalam daftar IUCN Red List (2007) dengan status NT

(Near Threatened – mendekati terancam punah)

q. Keberadaan fauna bukan burung di lokasi studi diwakili oleh 49 jenis fauna non-

burung dari kelompok Insecta (serangga), Arachnida (laba-laba), Mollusca,

Reptil, Amfibi dan Mamalia

r. Fauna bukan burung dengan jumlah jenis tertinggi adalah dari ordo Lepidoptera

(kupu-kupu) dan Odonata (capung)

s. Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas fauna bukan burung yang

berkisar antara 2.401 hingga 2.799 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman

fauna bukan burung di lokasi studi tergolong dalam kategori ‘sedang’ dimana

area ORF Gresik memiliki tingkat keanekaragaman fauna bukan burung yang

lebih tinggi dibandingkan kedua lokasi lainnya

t. Berdasar nilai Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas fitoplankton

(2.132-2.604), kondisi perairan di lokasi studi tergolong ‘baik’ hingga ‘sangat

baik’ dengan kondisi struktur komunitas yang ‘lebih stabil’ hingga ‘sangat stabil’

u. Pada studi ini, komunitas fitoplankton dilokasi perairan sekitar ORF didominasi

oleh taksa Melosira sp, Dytilum brightwelii, Coscinodiscus spp, Chaetoceros spp,

Skeletonema sp dan Thalassiothrix frauenfeldii. Untuk lokasi Sepulu,

fitoplankton dominan meliputi Melosira sp dan Coscinodicus spp serta

Skeletonema sp, Thalassionema nitzschioides dan Thalassiothrix frauenfeldii

v. Berdasar nilai Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas zooplankton

(2.306 hingga 2.431), tingkat keanekaragaman jenis zooplankton di lokasi studi

juga termasuk dalam kategori ‘sedang’ dengan kualitas perairan yang bersifat

yang bersifat ‘baik’ hingga ‘sangat baik’ dan struktur komunitas yang cenderung

‘lebih stabil’ hingga ‘sangat stabil’

w. Pada semua lokasi sampling, komunitas zooplankton didominasi oleh larva

nauplius Copepoda, copepoda Calanoida (terutama famili Acartiidae dan

Centropagidae) serta larva teritip (Balanidae)

Page 119: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

109

x. Berdasar nilai Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) komunitas

makrozoobentos (1.861 – 2.334), kondisi perairan di sekitar lokasi studi

tergolong kategori ‘baik’. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur

komunitas makrozoobentos di lokasi studi tergolong ‘stabil’ hingga ‘lebih stabil’.

y. Tercatat 9 jenis ikan (nekton) yang tertangkap dengan jala insang di area

mangrove Sepulu.2 dengan jenis paling melimpah adalah Belanak (Liza

subviridis) dan Kerong-kerong (Terapon jarbua). Secara keseluruhan dari thaun

2015 hingga 2017 telah terdata 17 jenis ikan dari lokasi studi.

z. Area mangrove di Sepulu.2 juga menjadi habitat bagi sedikitnya 31 jenis juvenile

dan ikan kecil dengan jenis yang paling umum adalah Ambassis kuhlii, Oryzias

javanicus, Peudogobius javanicus dan Istigobius decoratus

aa. Makrozoobentos berpotensi ekonomi yang terdapat di area mangrove Sepulu.2

diantaranya adalah Rajungan hijau (Thalamita crenata), Udang putih

(Metapenaeus spp) dan Kepiting bakau (Scylla spp)

bb. Tercatat datu jenis lamun (seagrass) di lokasi Sepulu.1 yaitu jenis Thalassia

hemprichii dengan kerapatan 26.4 tegakan/m2 dan penutupan 18.66% sehingga

termasuk dalam kategori kerusakan ‘tinggi’ dan berada dalam status ‘rusak’ atau

‘miskin’

4.2 SARAN DAN REKOMENDASI

Mengingat bahwa ekosistem terestrial dan akuatik di sekitar lokasi studi memiliki

nilai penting sebagai pendukung sumber keanekaragaman hayati (termasuk di

dalamnya adalah biota langka dan dilindungi secara nasional maupun internasional),

maka untuk mempertahankan kelestarian keanekaragaman hayati di area tersebut

diperlukan beberapa tindakan lanjutan, seperti;

a. Studi dan survei yang kontinu untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi

kondisi keanekaragaman hayati di sekitar lokasi studi. Studi dilakukan pada

komunitas biota terestrial (flora dan fauna) serta biota akuatik (plankton,

makrofauna bentik dan nekton)

b. Melakukan upaya rehabilitasi vegetasi terutama mangrove untuk area ORF

Gresik serta tanaman buah langka untuk kedua lokasi lainnya. Pemilihan jenis

mangrove untuk rehabilitasi hendaknya memperhatikan karakteristik mangrove

local. Jenis-jenis yang dapat ditanam di lokasi studi diantaranya adalah;

Page 120: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

110

No. Spesies Nama lokal

No. Spesies Nama lokal

TANAMAN BUAH

TANAMAN KHAS PESISIR

1 Diospyros blancoi Bisbul

1 Calophyllum inophyllum Nyamplung

2 Stelechocarpus burahol Kepel

2 Pongamia pinnata Kayu kacang laut

3 Pometia pinnata Matoa

3 Barringtonia asiatica Keben

4 Limonia acidissima Kawista

4 Ziziphus rotundifolia Bidara laut

5 Garcinia dulcis Mundu

5 Terminalia catappa Ketapang

6 Bouea macrophylla Gandaria

6 Cordia subcordata Salimuli

7 Mangifera caesia Kemang

7 Heritiera littoralis Dungun

8 Antidesma bunius Wuni

8 Peltophorum pterocarpum Saga

9 Baccaurea dulcis Menteng 10 Flacourtia rukam Rukem 11 Garcinia atroviridis Asam gelugur 12 Chrysophyllum cainito Kenitu

c. Sebagai bentuk tanggung-jawab dan respon terhadap usaha pelestarian

lingkungan, manajemen PT. PHE-WMO dapat menyusun dan menetapkan serta

menyediakan instrumen pendukung suatu kebijakan perlindungan ekosistem

beserta biota di dalamnya; termasuk diantaranya larangan perburuan satwa liar

serta aturan penangkapan ikan yang bersifat berkelanjutan (sustainable)

d. Terkait hasil analisis vegetasi lamun dimana hanya dijumpai 1 jenis lamun

dengan status padang lamun tergolong ‘rusak’ maka pihak manajemen PT. PHE-

WMO dapat menginisiasi suatu upaya rehabilitasi padang lamun, salah satunya

melalui transplantasi atau penanaman lamun; lokasi rehabilitasi adalah padang

lamun di Sepulu.1.

Page 121: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

111

DAFTAR PUSTAKA

Bibby, C., N.D. Burgess, and D. Hill. 2004. Bird Census Techniques. UK : The

Cambridge University Press.

Bullock, J.M. 2006. “Plants” in Sutherland, W.J. (ed.). 2006. Ecological Census

Techniques: A Handbook. Second Edition. Cambridge: Cambridge University

Press.

Das, I. 2010. A Field Guide to The Reptiles of South-East Asia. London: New Holland

Publications (UK) Ltd.

Das, I. 2011. A Photographic Guide to Snakes and Other Reptilians of Borneo.

London: New Holland Publications (UK) Ltd.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia I (Indonesian Shells). Jakarta: PT.

Sarana Graha.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shells II). Jakarta: PT.

Sarana Graha.

Dharma, B. 2005. Recent and Fossil Indonesian Shells. Hackenheim: Conchbooks.

Djajasasmita, M. 1999. Keong dan Kerang Sawah. Bogor: Puslitbang Biologi – LIPI.

Emmons, L.H. 2000. Tupai: A Field Study of Bornean Treeshrews. Berkeley:

University of California Press.

Ferianita Fachrul, M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Giesen, W., S. Wulffraat, M. Zierend, and L. Scholten. 2006. Mangrove Guidebook of

Southeast Asia. Bangkok: FAO and Wetlands International.

Hariyanto, S., B. Irawan, dan T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya:

Airlangga University Press.

Holmes, D. and S. Nash. 1990. The Birds of Sumatra and Kalimantan. New York:

Oxford University Press.

Howes, J., D.Bakewell, dan Y.R. Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Bogor:

Wetland Internatioal-Indonesia Programme.

Hutabarat, S. and S.M Evans. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Page 122: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

112

Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, and S. Baba. 2004. Handbook of Mangroves in

Indonesia: Bali and Lombok. Denpasar: The Mangrove Information Centre

Project – JICA.

Llamas, K.A. 2003. Tropical Flowering Plants: A Guide to Identification and

Cultivation. Portland, Oregon: Timber Press, Inc.

MacKinnon, J.W., K. Phillips, dan B.V Balen. 1994. Burung-burung di Sumatera,

Kalimantan, Jawa dan Bali. Bogor: Puslitbang Biologi – LIPI.

Muzaki, F.K (Ed). 2013. Manual Pelatihan Teknik Sampling Bioekologi. Surabaya:

Jurusan Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Muzaki, F.K., D. Saptarini. 2013. Biodiversity@ITS, Buku 2: Capung dan Kupu-

kupu. Surabaya: BKPKP Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Ng, P.K.L and N. Sivasothi (Ed.). 2002. A Guide to The Mangrove of Singapore 1:

The Ecosystem and Plant DIversity. Singapore: Singapore Science Centre.

Nishida, S., S. Sawamoto, J. Nishikawa, S. Ohtsuka, N. Iwasaki, T. Kikuchi, H.

Sekiguchi, M. Terazaki, T. Toda, and W.L. Campos. 2007. “Identification

Manual for Southeast Asian Coastal Zooplankton”. Manual of LIPI – JSPS

Training Course on Methods of Zooplankton Ecology and Identification.

Cibinong, October 25th – 31st, 2007.

Noerdjito, W.A., P. Aswari, dan D. Peggie. 2011. Fauna Serangga Gunung Ciremai.

Jakarta: LIPI Press.

Payne, J., C.M. Francis, K. Phillips, dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan

Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunai Darussalam. Bogor:

WCS – Indonesia Programme.

Peggie, D. and M. Amir. 2010. Practical Guide to the Butterflies of Bogor Botanic

Garden. Bogor: LIPI.

Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO). 2015. Status

Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO

Periode Semester Pertama 2015. Gresik: PT. PHE-WMO.

Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO). 2015. Status

Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO

Periode Semester Kedua 2015. Gresik: PT. PHE-WMO.

Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO). 2016. Status

Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO

Periode Semester Pertama 2016. Gresik: PT. PHE-WMO.

Page 123: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

113

Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO). 2016. Status

Keanekaragaman Hayati Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO

Periode Semester Kedua 2016. Gresik: PT. PHE-WMO.

Rahadi, W.S., B. Feriwibisono, M.P. Nugrahani, B.P.I. Dalia, dan T. Makitan. 2013.

Naga Terbang Wendit: Keanekaragaman Capung Perairan Wendit,

Malang, Jawa Timur. Malang: Indonesia Dragonfly Society.

Rainboth, W.J. 1996. Fishes of the Cambodian Mekong. Rome: Food and Agriculture

Organization of the United Nations.

Ridley, H.N. 1922. The Flora of the Malay Peninsula. London: L. Reeve & Co., Ltd..

Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I.N.N Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan

Mangrove di Indonesia. Bogor: Ditjen. PHKA dan Wetlands International –

Indonesia Programme.

Strange, M. 2001. A Photographic Guide to The Birds of Indonesia. Singapore:

Periplus Edition (HK) Ltd.

Sukmantoro, W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp, dan M. Muchtar.

2007. Daftar Burung Indonesia No. 2. Bogor: Indonesian Ornithologists’

Union.

Sutherland, W.J. (ed.). 2006. Ecological Census Techniques: A Handbook. Second

Edition. Cambridge: Cambridge University Press.

Suthers, I.M and D. Rissik. 2009. Plankton: A Guide to Their Ecology and Monitoring

for Water Quality. Collingwood: CSIRO Publishing.

Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air. Jilid

I. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air. Jilid

II. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tomas, C.R. 1997. Identifying Marine Phytoplankton. London: Academic Press.

Welty, J.C. and L. Baptista. 1988. The Life of Bird. New York: Sounders College

Publishing.

Yamaji, I. 1979. Illustration of The Marine Phytoplankton of Japan. Osaka: Hoikusha

Publishing.

Young, C.M. 2002. Atlas of Marine Invertebrate Larvae. New York:

Academic Press.

Page 124: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

114

LAMPIRAN 1

PETA LOKASI SAMPLING DI AREA ORF GRESIK

Page 125: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

115

LAMPIRAN 2

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DI AREA ORF GRESIK

JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)

NILAI H’

Page 126: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

116

LAMPIRAN 3

DINAMIKA KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI AREA ORF GRESIK

JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)

NILAI H’

Page 127: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

117

LAMPIRAN 4

DINAMIKA KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI AREA ORF GRESIK

JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)

NILAI H’

Page 128: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

118

LAMPIRAN 5

DINAMIKA KOMUNITAS FAUNA DI AREA ORF GRESIK

KOMUNITAS BURUNG KOMUNITAS FAUNA BUKAN BURUNG

Page 129: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

119

LAMPIRAN 6

PETA LOKASI SAMPLING DI AREA SEPULU – BANGKALAN

Sg

Page 130: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

120

LAMPIRAN 7

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DI AREA SEPULU

JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)

NILAI H’

Page 131: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

121

LAMPIRAN 8

DINAMIKA KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI AREA SEPULU

JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)

NILAI H’

Page 132: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

122

LAMPIRAN 9

DINAMIKA KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI AREA SEPULU

JUMLAH JENIS KELIMPAHAN (sel/mm3)

NILAI H’

Page 133: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

123

LAMPIRAN 10

DINAMIKA KOMUNITAS FAUNA DI AREA SEPULU 1

KOMUNITAS BURUNG KOMUNITAS FAUNA BUKAN BURUNG

Page 134: Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI Wilayah ...

Laporan Akhir STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI

Wilayah Konservasi Mangrove PHE-WMO Periode Semester Pertama 2017

PERTAMINA HULU ENERGI – WEST MADURA OFFSHORE

124

LAMPIRAN 11

DINAMIKA KOMUNITAS FAUNA DI AREA SEPULU 2

KOMUNITAS BURUNG KOMUNITAS FAUNA BUKAN BURUNG