GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

73
GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK METANOL BIJI PARE (Momordica charantia L.) DAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) SKRIPSI CHAIRANI 130805037 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Page 1: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH

PEMBERIAN EKSTRAK METANOL BIJI PARE (Momordica charantia L.) DAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON

ASETAT (DMPA)

SKRIPSI

CHAIRANI 130805037

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH

PEMBERIAN EKSTRAK METANOL BIJI PARE (Momordica charantia L.) DAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON

ASETAT (DMPA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

CHAIRANI 130805037

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

PERSETUJUAN

Judul : Gambaran Histologi Dan Fungsi Hati

(SGPT & SGOT) Mencit Jantan (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare (Momordica charantia L.) Dan Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA). Kategori : Skripsi Nama : Chairani Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 130805037 Program Studi : Sarjana (S1) Biologi Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Oktober 2017

Komisi Pembimbing Pembimbing 2 Pembimbing 1 Dra.Emita Sabri, M.Si NIP. 19560712 198702 2 002 NIP. 19660209 199203 1 003

Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed

Disetujui oleh: Departemen Biologi FMIPA USU Ketua, Dr.Saleha Hannum, M.S.i

Nip.197108312000122001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

PERNYATAAN

GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH

PEMBERIAN EKSTRAK METANOL BIJI PARE (Momordica charantia L.) DAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON

ASETAT (DMPA)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, 0ktober 2017 CHAIRANI 130805037

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan berkat dan rahmat karunia kesehatan dan kesempatan serta shalawat

beriringan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad

SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini yang berjudul

“Gambaran Histologi Hepar Dan Fungsi Hati (SGPT & SGOT) Mencit (Mus

musculus L.) Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare

(Momordica charantia L.) Dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)”.

Pada kesempatan ini, dalam menyusun hasil penelitian penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku Dosen

Pembimbing I atas segala bantuan, bimbingan, perhatian, motivasi,

selama penyusunan hasil penelitian.

2. Ibu Dra. Emita Sabri, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan dorongan, bimbingan, arahan, motivasi, semangat, waktu

serta perhatian yang cukup besar terutama saat penulis memulai

penulisan hingga penyempurnaan hasil penelitian ini.

3. Dr. Salomo Hutahaean, M.Si. selaku Dosen Penguji I, yang telah

memberikan nasehat, arahan, dan saran tentang penyusunan hasil

penelitian

4. Dr. Elimasni, M.Si. selaku Dosen Penguji II, yang telah memberikan

masukan, arahan, dan semangat tentang penyusunan hasil penelitian.

5. Teristimewa Orang Tua Penulis yang penulis hormati dan sayangi

Muhammaddin dan Rika Lasmira Shinta yang telah bersusah payah

membesarkan dan mendidik dengan cinta dan kasih sayang yang

tulus, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, kesabaran

dalam mendampingi serta penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada sahabat hidup Zamakhsari, Chairum, dan Annisa yang telah

memberikan dorongan berupa motivasi dan semangat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

6. Teman – teman stambuk 2013, khususnya Masyita Ulfa, Siti Sarah,

Kiki Anisa, Iradani Yupita Ningrum, Sri Hermaya dan Siti Sahara,

Saudara asuh Nazmul Asri dan Kakak stambuk 2012, khususnya

Darni Prista atas segala bantuan, perhatian, dukungan, motivasi, dan

kebersamaan.

Penulis ucapkan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya. Dengan

segala kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam

penyusunan hasil penelitian ini, untuk itu mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan hasil penelitian ini.

Sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terima kasih. Demikianlah hasil

penelitian ini disampaikan semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan dan ilmu

pengetahuan. Amin Ya Robbal ‘ Alamin.

Medan, Oktober 2017

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN

EKSTRAK METANOL BIJI PARE (Momordica charantia L.) DAN DEPO MEDROKSIPROGESTERON ASETAT (DMPA)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi dan fungsi (SGPT & SGOT) mencit jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas lima perlakuan ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan lima ulangan, selama 0 minggu, 4 minggu, 8 minggu, 12 minggu dan 16 minggu dengan dosis DMPA 0,125 mg/25 g BB dan dosis ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) 0,5/10 g BB. Preparat organ hepar dibuat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoksilin Erlich-Eosin (HE). Hasil pengamatan histologis dan fungsi hati (SGPT & SGOT) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara kelompok kontrol dengan jumlah sel yang rusak serta fungsi hati (SGPT & SGOT) pada mencit jantan yang diberikan ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan depo medroksi progesteron asetat (DMPA).

Kata kunci: DMPA, Hepar, SGOT, SGPT, Mencit, Momordica charantia L.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

DESCRIPTION OF HISTOLOGY AND LIVER FUNCTION (SGPT & SGOT) MALE MICE (Mus musculus L.) AFTER GIVING OF METANOL

EXTRACT OF BITTER MELON SEED (Momordica charantia L.) AND DEPO MEDROXY PROGESTERONE ACETATE (DMPA)

ABSTRACT

The objective of this study was to determine the description of histology and liver function (sgpt & sgot) male mice (Mus musculus L.) after giving of metanol extract of bitter melon seed (Momordica charantia L.) and depo medroxy progesterone acetate (DMPA). This research use the Completely Randomized Design (CRD), which consists of five groups of bitter melon extract and five iterations for 0 week, 4 week, 8 week, 12 week, and 16 weeks, at dosage of DMPA0,125mg/g body weight and at dosage of extract bitter melon seed (Momordica charantia L.) 0,5/10g body weight. The livers were made into preparations by using the paraffin method and Hematoxylin Erlich-Eosin staining (HE). The results of histological observation and liver function sgpt sgot showed that there is no a significant difference (p>0,05) between control group with damaged cells and liver function (sgpt & sgot) male mice (Mus musculus L.) after giving of metanol extract of bitter melon seed (Momordica charantia L.) and depo medroxy progesterone acetate (DMPA). Keywords: DMPA, Liver, SGOT, SGPT, Mencit, Momordica charaantia L.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

DAFTAR ISI Halaman Persetujuan ii Penghargaan iii Pernyataan iv Abstrak vi Abstract vii Daftar Isi viii DaftarTabel x Daftar Gambar xi Daftar Lampiran xii BAB 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 2 1.3. Hipotesis 3 1.4. Tujuan Penelitian 3 1.5. Manfaat Penelitian BAB 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Depo Mendroksi Progesteron Asetat (DMPA) 4 2.2. Buah Pare (Momordica charantia L.) 4 2.2.1. Kandungan Buah Pare (Momordica

charantia L.) 6

2.3. Hepar 6 2.3.1. Fungsi Hepar 7 2.3.2. Hepatosit 8 2.3.3. Hepatoksisitas 9 2.4. SGPT SGOT 11 BAB 3. Bahan dan Metode 3.1. Waktu danTempat Penelitian 12 3.2. Bahan dan Alat Penelitian 13 3.3. Prosedur Penelitian 13 3.3.1. Hewan coba 13 3.3.2. Pembuatan Ekstrak Metanol Biji Pare

(Momordica charantia L.) 14

3.3.3. Pengenceran dan Dosis Perlakuan 14 3.3.4. Rancangan Penelitian 14 3.4. Pembedahan 15 3.5. Pembuatan Sediaan Histologi Hepar 15 3.6. Parameter Pengamatan 16 3.6.1.Pemeriksaan Histologi Hepar 16 3.6.2.Pemeriksaan Fungsi Hati SGPT Serum 17 3.6.3.Pemeriksaan Fungsi Hati SGOT Serum 17 3.7 Analisis Data 17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

BAB 4. Hasil Pengamatan 4.1. Hasil Penelitian 18 4.1.1. Histologi Hepar Setelah Pemberian Ekstrak

Metanol Biji Pare 18

4.1.2. Hepatosit Normal 19 4.1.3. Degenerasi Parenkimatosa 20 4.1.4. Degenerasi Hidropik 21 4.1.5. Nekrosis 22 4.1.6. Nilai SGOT 23 4.1.7. Nilai SGPT 24 4.2. Pembahasan 25 BAB 5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 32 5.2. Saran 32 Daftar Pustaka 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

DAFTAR TABEL Nomor Tabel

Judul Halaman

2.4. Kadar Normal SGPT dan SGOT Mencit 12 3.3.4. Rancangan Perlakuan 15 3.6.1. Kriteria Penilaian Derajat Histopatologi Sel Hepar

Model Scoring Histopatologi Manja Roenigk 17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.2. Momordica charantia L. 5 2.4. Histologi Hepar Mencit Normal 7 4.1.1. Histologi Hepar Setelah Pemberian Ekstrak Metanol

Biji Pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi progesteron Asetat (DMPA)

18

4.1.2. Rata-rata Jumlah Hepatosit Normal Setelah Pemberian Kombinasi Ekstrak Metanol Biji Pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

19

4.1.3 Rata-rata Jumlah Sel Degenerasi Parenkimatosa Setelah Pemberian KombinasiEkstrak Metanol Biji Pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

20

4.1.4. Rata-rata Jumlah Sel Degenerasi Hidropik Setelah Pemberian Kombinas Ekstrak Metanol Biji Pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

21

4.1.5. Rata-rata Jumlah Sel Nekrosis Setelah pemberian Kombinasi Ekstrak Metanol Biji Pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

22

4.1.6. Rata-rata Nilai SGOT Setelah Pemberian Kombinasi Ekstrak Metanol Biji Pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progsteron Asetat (DMPA).

23

4.1.7. Rata-rata Nilai SGPT Setelah Pemberian Kombinasi Ekstrak Metanol Biji Pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1. Dokumentasi Penelitian 37 2. Data dan Analisis Statistik Hepatosit Normal dan

Kerusakan Histologi Hepar Mencit 39

3. Data dan Analisis Statistik Nilai SGOT Hepar Mencit

53

4. Data dan Analisis Statistik Nilai SGPT Hepar Mencit 57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang paling

dasar dan utama. Upaya untuk mengoptimalkan manfaat keluarga berencana bagi

kesehatan, salah satu pelayanannya yaitu harus digabungkan dengan pelayanan

kesehatan reproduksi yang bertujuan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan

hak setiap individu sebagai mahluk seksual. Salah satunya yaitu upaya mengatur

jarak kehamilan perlu melakukan program. Program tersebut dapat berjalan

dengan baik jika menggunakan alat kontrasepsi. Salah satu metode kontrasepsi

hormonal yaitu dengan menggunakan suntik dan yang paling sering digunakan

adalah DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat) yang berisi 150 mg dengan

daya guna 3 bulan (Ningsih,2012).

Namun penggunaan obat secara berkelanjutan dan dengan dosis yang tidak

sesuai dapat menyebabkan kerusakan hati. Dimana fungsi hati bersangkutan

dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas makanan dan

darah. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh dalam hal bahwa ia

menjadi “pengantar metabolisme” artinya ia mengubah zat makanan yang

diabsorpsi dari usus dan disimpan disuatu tempat di dalam tubuh, guna dibuat

sesuai untuk pemakaiannya di dalam jaringan. Selain itu hati juga mengubah zat

buangan dan bahan beracun untuk dibuat mudah untuk ekskresi ke dalam empedu

dan urine (Pearce, 1991).

Penggunaan obat sintetik banyak berpengaruh bagi kesehatan oleh karena

itu banyak masyarakatyang beralih ke obat tradisional. Pare (Momordica

charantia L.) merupakan salah satu tanaman yang telah banyak dikenal dan

digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai pengobatan. Tanamanini

mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid, saponin dan flavonoid. Pemakaian

dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan toksisitas. Masyarakat Indonesia telah

sejak lama menggunakan buah pare sebagai hidangan sehari-hari dan juga telah

lama dipercaya dan digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai

macam penyakit. Hal inilah yang mengundang banyak penelitian mengenai buah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

pare mulai dari kandungan kimia yang ada didalamnya sampai manfaat atau

khasiat yang dapat diperoleh dari buah pare sendiri (Cahyadi, 2009).

Pare alias paria kaya mineral nabati, kalsium dan fosfor, juga karotenoid.

Pare mengandung alpha-momorchorin, beta-momorchorinan MAP30 (momordica

antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti HIV/AIDS. Akan tetapi,biji

pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai aktivitas anti spermatozoa,

sehingga penggunaan biji pare secara tradisional dengan maksud untuk mencegah

AIDS dapat mengakibatkan infertilitas pada pria. Konsumsi pare dalam jangka

panjang, baik dalam bentuk jus, lalap atau sayur, dapat mematikan sperma,

memicu impotensi, merusak buah zakar dan hormon pria, bahkan berpotensi

merusak liver (Hernawati, 2010.)

Mencit dipilih sebagai bahan penelitian karena mencit (Mus musculusL.)

adalah salah satu hewan yang banyak digunakan di laboratorium karena memiliki

anatomi yang mirip dengan mamalia manusia (Homo sapiens) dan beberapa

keunggulan dari mencit antara lain mudah dalam penanganan, siklus hidup

pendek, pengadaan hewan ini tidak sulit dan dapat dipelihara dalam kandang yang

terbuat dari bahan yang relatif lebih murah, meskipun hewan ini lebih rentan

terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, kuman, jamur, dan parasit seperti

tuberkolose dan cacingan (Muliani, 2011).

Dari penelitian diatas yang sudah dilakukan belum diketahui efek negatif

akibat dari pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia

L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) terhadap histologi dan fungsi

hati (SGPT dan SGOT). Oleh karena itu dilakukan penelitian lebih lanjut agar

dapat mengetahui apakah pemberian ekstrak metanol biji (Momordica charantia

L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) berpengaruh terhadap

histologi dan fungsi hati (SGPT dan SGOT).

1.2.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu berdasarkan uraian latar

belakang diatas dan hasil penelitian Ilyas (2014) yang sudah dilakukan

sebelumnya, ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang telah dikombinasikan mampu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

menurunkan spermatogenesis, namun belum diketahui efek negatif akibat dari

pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan

Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) terhadap histologi hepar. Hal ini

yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian keamanan dari ekstrak

metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron

Asetat (DMPA) terhadap histologi dan juga fungsi hati (SGPT dan SGOT).

1.3. Hipotesis

Diharapkan pemberian ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia

L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) tidak memberi pengaruh

negatif terhadap histologi dan fungsi hati (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus

musculus L.) jantan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keamanan dari

ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA) terhadap histologi dan fungsi hati (SGPT dan SGOT)

pada mencit (Mus musculus L.) jantan.

1.5.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah bahwa kombinasi ekstrak metanol biji

pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)

aman terhadap histologi dan fungsi hati (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus

musculus L.) jantan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA)

Depo medroksi progesteron asetat (DMPA) merupakan salah satu kontrasepsi

progestin yang sering digunakan dan bekerja jangka panjang. DMPA merupakan

hormon progesteron steroid alami yang dapat menekan sekresi gonadotropin

hipofisis yang menghambat produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan

Luteinizing Hormone (LH), sehingga digunakan sebagai kontrasepsi hormonal

pada wanita. DMPA aktif bekerja secara biologis dan farmakologis setelah

pemberian melalui oral dan parenteral. Secara umum, DMPA berpengaruh

terhadap jaringan dan organ sistem reproduksi beserta fungsinya. DMPA juga

mempengaruhi kerja beberapa enzim seperti enzim metabolisasi obat di dalam

hati. DMPA tergolong obat yang aman karena kadar toksisitasnya sangat rendah

(Yunardi et al.2009).

DMPA merupakan metode kontrasepsi hormonal suntik yang hanya

mengandung progesteron memiliki angka kegagalan <1% pertahun. Metode ini

diberikan secara injeksi intramuskular setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.

Namun dalam penggunaannya, DMPA ini memiliki beberapa efek samping

seperti gangguan pola menstruasi dan penambahan berat badan (Pratiwi et

al.2014).

Penggunaan kontrasepsi suntik lebih dari satu tahun sesuai dengan tujuan

kontrasepsi yaitu untuk menjarangkan kehamilan dan salah satu dari keuntungan

metode kontrasepsi suntik DMPA adalah pencegahan kehamilan jangka panjang.

Dengan metode kontrasepsi suntik DMPA ini wanita dapat mengatur jarak

kehamilannya sesuai yang diinginkannya dengan lama pemakaian kontrasepsi

suntik DMPA (Munayarohk et al. 2014).

2.2. Buah pare (Momordica charantiaL.)

Tanaman Pare (Momordica charantia L.) adalah sejenis tanaman menjalar

dengan buahnya panjang bergerigi dan runcing ujungnya. Pare banyak terdapat di

daerah tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

tanah terlantar, serta dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan

dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan

banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak

terlindung. Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau

sulur dengan karakteristik umum berbentuk spiral, banyak bercabang, dan

berbautidak enak. Tanaman pare mempunyai biji banyak, coklat kekuningan,

bentuknya pipih memanjang, keras (Cahyadi, 2009).

Menurut Interagency Taxonomic Information System (ITIS), klasifikasi

buah pare (Momordica charantia L.) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Division : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Order : Violales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia L.

Gambar 2.2.Momordica charantia L.(Hernawati, 2010).

Di India, berbagai sifat obat yang diklaim untuk Momordica charantia L.

mencakup antidiabetes, obat cacing, kontrasepsi, antimalaria, dan digunakan

untuk pengobatan asam urat, penyakit kuning, batu ginjal, kusta, keputihan, wasir,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

pneumonia, rematik dan kudis. Namun, umumnya dikonsumsi sebagai sayuran.

Selain itu, Momordica charantia L. memiliki aktivitas biologis beragam seperti

antioksidan, antimikroba, antivirus, anti hepatotoksik dan anti ulserogenik yang

dikaitkan dengan berbagai bahan aktif dalam tanaman termasuk triterpen,

proteindan steroid (Gover & Yadav, 2004).

2.2.1. Kandungan Buah Pare

Tanaman pare (Momordica charantia L.) mengandung momordisin, momordin,

karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, steroid, vitamin A dan C serta

minyak lemak yang terdiri atas asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan L-

oleostearat, karantin, hydroxytryptamine, serta vitamin A, B, dan C, yang dalam

ilmu farmasi dikenal sebagai senyawa antiradang, antioksidan, analgesik, antivirus

(khususnya HIV), serta mencegah keracunan hati, antialergi, dan antikanker (Naid

et al. 2012).

Kandungan kimia didalam buah pare yang berkhasiat dalam pengobatan

adalah saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, triterpenoid, momordisin, glikosida

cucurbitacin, charantin,asam butirat, asam palmitat, asam linoleat, dan asam

stearat. Saponin, charantin danglikosida cucurbitacin memiliki efek menurunkan

kadar gula darah. Flavonoid berfungsi sebagai antimikroba dan triterpenoid

sebagai antifagus atau insektisida dan mempengaruhi sistem saraf. Senyawa

alkaloid, triterpenoid, saponin, dan flavonoid diduga dapat bersifat toksik pada

kadar tertentu (Cahyadi, 2009).

2.3. Hepar

Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 g. Terletak

di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung

empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika

dan menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan

yang diabsorbsi usus. Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus

dengan struktur yang serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang

dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian dari

sistem retikuloendotelial (Rosida, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Hati berfungsi untuk detoksifikasi zat yang masuk ke dalam tubuh, dan

ampas detoksifikasi itu dibuang lewat empedu. Organ hati ini juga mengolah sari

makanan yang diangkut oleh darah dari usus. Pembuluh darah yang mengangkut

sari makanan dari usus ke hati adalah vena porta. Ia menerima darah pula lewat

arteria hepatica, dan keluar dari hati lewat vena hepatica yang bermuara ke vena

cava inferior dekat ke jantung. Hati disebut juga hepar yang merupakan kelenjar

gabungan antara kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Sebagai kelenjar

eksokrin organ ini berfungsi untuk menggetahkan empedu. Untuk sementara

empedu itu disimpan dalam kantung empedu (vesica fellea). Selain empedu, hati

juga memproduksi protein komponen darah yaitu albumin, protrombin,

fibrinogen, dan globulin. Selain kelenjar eksokrin hati juga berfungsi sebagai

kelenjar endokrin dimana organ hati dapat menghasilkan glukagon untuk

menguraikan gligoken menjadi glukosa sebagai sumber energi. Proses penguraian

inilah disebut dengan glikogenolisis(Yatim, 1990).

Gambar 2.3.Histologi Hepar Mencit Normal(Eroschenko, 2008)

2.3.1. Fungsi Hepar

Hati (hepar) merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dan khas karena

memiliki multifungsi yang kompleks, misalnya ekskresi berupa hasil metabolit,

sekresi dengan hasil produk seperti cairan empedu, penyimpanan lipid, vitamin A,

vitamin B, dan glikogen, mensintesis fibrinogen, globulin, albumin, dan

protrombin, fagositosis benda asing yang ada di dalam tubuh, detoksifikasi obat

yang larut dalam lipid, konjugasi zat atau senyawa beracun, dan hormon steroid,

sinusoid i i

Lempeng sel hati

Vena sentral

endotel

Vena porta

Arteri hepati

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

esterifikasi yaitu pengubahan asam lemak bebas menjadi trigliserida, metabolisme

protein, lemak, hemoglobin, dan obat (Dellmann et al.1992).

Menurut Sloane (1994), hepar memiliki fungsi yaitu sebagai berikut.

a. Sekresi, hepar memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan

absorpsi lemak.

b. Metabolisme protein, lemak dan karbohidrat tercerna. Hepar berperan penting

dalam mempertahankan homeostatik kadar gula dalam darah, mengurai protein

dari sel-sel tubuh dan sel-sel darah yang rusak, membentuk urea dariasam

amino berlebih dan sisa nitrogen, menyintesis lemak dari karbohidrat dan

protein dan terlibat dalam penyimpanan dan pemakaian lemak, mensintesis

protein plasma dan faktor-faktor pembekuan darah serta mensintesis bilirubin

dari produk penguraian hemoglobin dan mensekresikannya ke dalam empedu.

c. Penyimpanan, hepar menyimpan mineral seperti zat besi dan tembaga, serta

vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K dan hati menyimpan toksin

tertentu serta obat yang tidak dapat diuraikan dan diekskresikan.

d. Detoksifikasi, hepar melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan

obat. Hepar juga memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdisintegrasi dalam

darah.

e. Produksi panas, hepar sebagai sumber utama panas tubuh.

f. Penyimpanan darah, hepar bersama limfa mengatur volume darah.

2.3.2. Hepatosit

Hepatosit adalah sel yang terdapat di dalam organ hati. Sel hepatosit adalah sel

parenkimal utama yang terdapat di dalam hati yang mempunyai peran dalam

metabolisme. Sel hepatosit memiliki berat 80% dari berat hati dan memiliki inti

sel baik tunggal maupun ganda. Hepatosit sangat aktif mensintesis protein dan

lipid untuk disekresi, dan memiliki banyak retikulum endoplasma dan badan

golgi. Dimana retikulum endoplasma dan badan golgi berperan aktif dalam

memodifikasi dan mensistesis protein. Hepatosit dipisahkan oleh sinusoid yang

tersusun dengan melingkari efferent vena hepatica dan duktus hepatikus. Darah

yang masuk ke dalam hati melalui arteri hepatikadan vena porta serta yang akan

menuju ke vena sentralis akan mengalami pengurangan oksigen secara bertahap.

Di dalam organ hati, hepatosit terletak berhadapan dengan sinusoid yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

mempunyai banyak mikrofil. Sinusoid hati memiliki lapisan endothelial berpori

yang dipisahkan dari hepatosit oleh ruang disse atau ruang yang berada diantara

dinding sinusoid dengan sel parenkim hati (Julio et al.2013).

Sel hati (hepatosit) yang berbentuk polihedral, intinya bulat terletak

ditengah, nukleulus dapat satu atau lebih dengan kromatin yang menyebar. Sering

tampak adanya dua inti, sebagai hasil pembagian yang tidak sempurna dari

sitoplasma setelah terjadi pembelahan inti. Sitoplasma hepatosit agak berbutir,

tetapi dapat tergantung pada perubahan nutrisi serta fungsi seluler. Mitokondria

relatif banyak dan aparatus golgi terletak dekat kanalikuli empedu. Selain itu

hepatosit juga dapat menyerap bilirubin (pigmen empedu) dari darah, dilakukan

konjugasi dan diekskresikan sebagai salah satu komponen empedu (Dellmann et

al.1992).

2.3.3. Hepatoksisitas

Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), beberapa penyakit hepar

adalah sebagai berikut.

a. Hepatitis

Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hepar.

Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-

obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis terdiridari beberapa jenis:

hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus

bisa akut tergolong hepatitis A, kronik tergolong hepatitis B dan C atau pun

dapat menjadi kanker hati.

b. Sirosis

Setelah terjadi peradangan dan bengkak, sel hepar mencoba memperbaiki

dengan membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut fibrosisyang

membuat hepar lebih sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakan berjalan,

semakin banyak parut terbentuk dan menyatu, dalam tahap selanjutnya

disebut sirosis. Pada sirosis, area hepar yang rusak dapat menjadi permanen.

Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan hepar yang rusak dan

hepar mulai menciut, serta menjadi keras. Sirosis hepar dapat terjadi karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

virus hepatitis B, alkohol, perlemakan hepar atau penyakit lain yang

menyebabkan sumbatan saluran empedu.

c. Kanker Hati

Kanker hati yang banyak terjadi adalah Hepato Cellular Carcinoma(HCC).

HCC merupakan komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis, terutama

sirosis yang terjadi karena virus hepatitus B, C dan hemochromatosis.

. d. Perlemakan Hati

Perlemakan hati mengenai terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5% dari

berat hati atau lebih dari separuh jaringan sel hati. Perlemakan hati ini sering

berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis hati.

e. Kolestasis dan Jaundice.

Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan produksi dan atau

pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan

gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya

penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol di hati. Jaundice adalah

kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen empedu

pada kulit, membran mukosa dan bola mata pada lapisan sklera.

f. Hemochromatosis

Hemochromatosis merupakan kelainan yang terjadi di hati dimana

proses metabolisme zat besi terganggu yang ditandai dengan adanya

pengendapan zat besi secara berlebihan di dalam jaringan. Penyakit ini

bersifat genetik atau keturunan.

g. Abses Hati

Abses hati dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Kondisi ini

disebabkan karena bakteri berkembang biak dengan cepat, menimbulkan

gejala demam dan menggigil.

Kerusakan hepatosit berupa nekrosis ditandai dengan nukleus yang

menghitam dan mengalami fragmentasi. Selain itu, hepatosit tampak semakin

kecil dan mengkerut sehingga mempunyai bentuk yang tidak teratur. Nekrosis hati

adalah kematian hepatosit yang ditandai oleh pembengkakan mitokondria,

pembengkakan sitoplasma, penghancuran organel dan inti, dan pecahnya

membran plasma (Fajariah, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Terjadinya degenerasi hidropik disebabkan karena adanya zat yang

memiliki sifat toksik yang akan menyebabkan gangguan pada organel mitokondria

yang menghasilkan Energi Adenosin Triposphat (ATP) dan ATP tersebut

dibutuhkan untuk berjalannya pompa natrium (Na+). Apabila tidak ada ATP maka

natrium (Na+) yang ada dalam sel tidak akan keluar dari sel. Dimana natrium

(Na+) memiliki sifat menarik air. Sehingga menyebabkan terganggunya

permeabilitas sel sehingga cairan yang ada di ekstrasel akan masuk ke dalam

intrasel dalam jumlah yang banyak yang mengakibatkan terbentuknya vakuola

yang jernih, kecil dan banyak. Vakuola-vakuola tersebut bersatu membentuk

vakuola yang lebih besar atau vakuola tunggal yang menempati di dalam

sitoplasma dan menggantikan inti sel serta terjadi pembengkakan sel (Tatukude,

2014).

Degenerasi parenkimatosa merupakan degenerasi paling ringan, terjadi

pembengkakan dan kekeruhan sitoplasma. Degenerasi ini reversibel karena hanya

terjadi pada mitokondria dan retikulum endoplasma akibat gangguan oksidasi. Sel

yang terkena jejas tidak dapat mengeliminasi air sehingga tertimbun di dalam

sel dan sel mengalami pembengkakan (Hapsari, 2010).

2.4. SGOT dan SGPT

SGOT merupakan suatu enzim dalam tubuh yang segera terdeteksi dalam sirkulasi

perifer. Apabila terjadi trauma atau nekrosis pada suatu jaringan, kadar SGOT

pada pemeriksaan laboratoris dapat digunakan untuk menilai seberapa luas

kerusakan hati namun SGOT juga banyak ditemukan pada jaringan selain hati

seperti jantung. Perubahan kadar SGOT pada umumnya sering dikaitkan dengan

penyakit hati namun tidak menutup kemungkinan perubahan SGOT juga terjadi

akibat penyakit jantung (Qodriyatiet al. 2016).

SGPT merupakan enzim yang akan keluar dari sel hepar apabila sel hepar

mengalami kerusakan sehingga dengan sendirinya akan menyebabkan

peningkatan kadarnya dalam serum darah. Organ hepar memiliki kapasitas tinggi

mengikat bahan kimia dan menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh.

Pemeriksaan fungsi hepar salah satunya yaitu Serum Glutamic Pyruvic

Transaminase (SGPT). Enzim ini akan keluar dari sel hepar apabila sel hepar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

mengalami kerusakan sehingga dengan sendirinya akan menyebabkan

peningkatan kadarnya dalam serum darah. SGPT adalah suatu enzim yang

berfungsi sebagai katalis berbagai fungsi tubuh. SGPT dianggap lebih spesifik

untuk menilai kerusakan hepar dibandingkan SGOT (Tanoeisan, 2009).

Peningkatan SGPT atau SGOT disebabkan perubahan permiabilitas atau

kerusakan dinding sel hati sehingga digunakan sebagai penanda gangguan

integritas sel hati hepatoseluler (Rosida, 2016).

Tabel 2.4. Kadar Normal SGPT, SGOT pada Mencit (Mus musculus L).

No Indikator Nilai

1 SGPT (IU/L) 23,2-48,4

2 SGOT (IU/L) 2,1- 23,8

Sumber : Arfeliana, (2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 sampai dengan Mei 2017 di

Laboratorium Fisiologi Hewan dan Struktur Hewan, Departemen Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium Patologi

Anatomi, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Kesehatan, Jl. Pancing,

Medan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: jarum gavage, beaker glass,

timbangan digital, gelas ukur, mikroskop, spatula, hot plate, kamera digital,

pinset, bak bedah, botol minum, tempat minum, jarum pentul, rang-rang, cawan

petri, disecting set, blender corong, lemari pendingin, rotatory vacum evaporator,

pisau, shaker, oven 40°C, holder kayu, mikrotom, pisau mikrotom, kuas kecil.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Depo

Medroxy Progesterone Asetate (DMPA), metanol, NaCl 0,9 %, spuit 1 ml, objek

glass, cover glass, sampel cup, biji buah pare (Momordica charantia L.), sekam,

pakan mencit (pelet 551), kapas, kertas saring Whatman, akuades, ketamin,label

tempel, kertas grafik millimeter, alkohol absolut, alkohol 96%, alkohol 80%,

alkohol 70%, alkohol 60%, alkohol 50%, alkohol 30%, xylol, Bufferformalin,

parafin, Hematoxylin Erlich-Eosin (H-E), canada balsam.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1.Hewan Coba

Mencit (Musmusculus L.) jantan strain DDW. Umur 8-11 minggu dengan

berat badan 25-30 g, sehat, mencit dari Balai Penyidikan Penyakit Hewan Sumatra

Utara Medan, Hewan coba akan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kontrol dan

perlakuan. Hewan coba diadaptasikan selama seminggu. Hewan coba diberi

makan secara berlebihan setiap hari (adlibitum), kandang dibersihkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

3.3.2.Pembuatan Ekstrak

Buah pare diperoleh dari Desa Sei Rampah Serdang Bedagai Sumatera

Utara. Biji diperoleh dari buah segar sebanyak 2 kg dan dijemur sampai kering

dengan pemanasan sinar matahari selama beberapa hari atau menggunakan

inkubator suhu 40°C sampai berat konstan. Biji kemudian digiling halus dengan

blender. Penyiapan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

metanol 96%. Maserasi dilakukan selama 3 hari dan setiap hari dilakukan

pengadukan. Kemudian disaring dengan kertas saring dan biji pare yang tertinggal

ditambahkan metanol sampai warna metanol hampir sama dengan ekstrak biji

pare setelah diaduk. Ekstrak yang terbentuk disaring kembali. Pemisahan pelarut

metanol dilakukan dengan menggunakan waterbath pada suhu 50°C hingga

diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya ekstrak disimpan di dalam lemari pendingin

(Farmakope Indonesia, 1995).

3.3.3. Pengenceran dan Dosis Perlakuan

DMPA yang disuntikkan kepada mencit (Mus musculus L.) secara

intramuscular sebanyak 0,1 ml dengan dosis 0,125 mg/25 g BB. Kemudian

mencit(Mus musculus L.) disuntik pada paha kanan atau kiri pada minggu ke-0.

Kemudian mencit (Mus musculus L.) pada kelompok perlakuan dicekok setiap

hari dengan ekstrak metanol biji pare secara oral sebanyak 0,3 ml dengan dosis

0,5 mg/10 g BB, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan penyuntikan

DMPA dan pencekokan ekstrak metanol biji pare .

3.3.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dapat dilakukan secara uji praklinis dengan metode desain paralel.

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen laboratorik

dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dimana penelitian ini menggunakan

mencit jantan dewasa sebanyak 50 ekor yang dibagi secara acak ke dalam 5

kelompok percobaan, dan dalam tiap perlakuan mencit dibagi menjadi 5 ekor

mencit per kelompok. Jumlah ulangan ditentukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Federer, 1963):

(t-1) (n-1) ≥ 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Dimana t adalah jumlah perlakuan (dalam penelitian ini ada 5 kelompok

perlakuan) dan n adalah jumlah ulangan perkelompok yaitu 5 ekor. Perlakuan

dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan waktu pemberian perlakuan untuk

setiap kelompok dan pengamatan sebagai berikut (Ilyas, 2014):

Tabel 3.3.4. Rancangan Perlakuan Waktu

Pengamatan Kelompok

Kontrol ( K) Perlakuan (P) 0 minggu Dilakukan pencekokan

akuades sebanyak 0.3 ml

DMPA diinjeksikan secara intramuskular 0,125 mg/25 g BB. Setelah itu, ekstrak biji pare dicekokkan sebanyak 0,5 mg/10 g Bb selama 6 jam lalu dikorbankan.

4 minggu Dilakukan pencekokan akuades sebanyak 0.3 ml selama 28 hari (4 minggu ).

DMPA diinjeksikan secara intramuskular 0,125 mg/25 g BB pada hari ke-0, kemudian ekstrak biji pare 0,5 mg/10 g BB dicekokkan selama 28 (4minggu) hari lalu dikorbankan

8 minggu Dilakukan pencekokan akuades sebanyak 0.3 ml selama 56 hari (8 minggu).

DMPA diinjeksikan secara intramuskular 0,125 mg/25 g BB pada hari ke-0, kemudian ekstrak biji pare 0,5 mg/10 g BB dicekokkan selama 56 hari (8 minggu) lalu dikorbankan

12 minggu Dilakukan pencekokan akuades sebanyak 0.3 ml selama 8 minggu kemudian didiamkan selama 4 minggu

DMPA diinjeksikan secara intramuskular 0,125 mg/25 g BB pada hari ke-0, kemudian ekstrak biji pare 0,5 mg/10 g BB dicekokkan selama 56 hari (8 minggu). Dilakukan masa pemulihan selama 4 minggu tanpa dicekok ekstrak biji pare lalu dikorbankan.

16 minggu Dilakukan pencekokan akuades sebanyak 0.3 ml selama 8 minggu kemudian didiamkan selama 8 minggu

DMPA diinjeksikan secara intramuskular 0,125 mg/ 25 g BB pada hari ke-0, kemudian ekstrak biji pare 0,5 mg/10 g BB dicekokkan selama 8 minggu. Dilakukan masa pemulihan selama 8 minggu tanpa dicekok ekstrak biji pare lalu dikorbankan.

3.4. Pembedahan

Mencit dikorbankan dengan cara dislokasi pada bagian leher. Kemudian

mencit dibedah, darah diambil dari aorta dan organ hati diambil secara

menyeluruh.

3.5.Pembuatan Sediaan Histologi Hepar Pembuatan sediaan histologi menurut Nafiah (2013)yang sudah

dimodifikasi, metode parafin adalah seleksi bahan, fiksasi, pencucian, dehidrasi,

penjernihan, infiltrasi parafin, pemotongan, penempelan, deparafinasi, pewarnaan,

penutupan serta pemberian label. Organ hepar yang telah dicuci dengan larutan

NaCl 0,9 % kemudian dimasukkan ke dalam larutan fiksatif Buffer formalin 10%

pH 7. Selanjutnya dilakukan dehidrasi secara bertahap dengan menggunakan

alkohol 70%, 80%, 96%, dan alkohol absolut, masing-masing selama 60 menit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Setelah proses fiksasi dilakukan proses pencucian dengan alkohol 70%.

Dilanjutkan dengan penjernihan segera setelah proses dehidrasi dengan

menggunakan xylol 1, 2 dan 3 masing-masing 1 jam. Proses embedding atau

parafinasi, infiltrasi parafin dengan menggunakan parafin cair 1 dan 2 dengan

suhu 60-700 masing-masing selama 2 jam. Pembuatan blok parafin (penanaman

jaringan dalam kaset) dan didinginkan. Pemotongan secara melintang dilakukan

dengan ketebalan 4µm dengan mikrotom. Potongan dimasukkan ke dalam

waterbath dan diletakkan diatas objek glass yang telah diolesi glyserin.

Deparafinasi memakai xylol 1, 2 dan 3 masing-masing 1 menit. Rehidrasi dengan

alkohol 96%, 80%, dan 50% dan dibersihkan dengan air mengalir. Pewarnaan

dengan Hematoxylin Erlich-Eosin (H-E) dilakukkan dengan cara objek glass

direndam dalam zat warna hematoxylin selama 5 menit, kemudian dicuci dengan

air mengalir. Objek glass dicelupkan ke dalam larutan acid alkohol 1%dan dicuci

dengan air mengalir. Dilakukan dehidrasi dengan alkohol 80%, 90%, dan alkohol

absolut dua kali masing-masing selama 1 menit dan dikeringkan. Objek glass

dimasukkan kedalam larutan Eosin 1% selama1 menit. Kemudian objek glass

dimasukkan kedalam larutan alkohol 96%dan absolut dua kali masing-masing

selama 1 menit dan dikeringkan. Selanjutnya objek glass dimasukkan kedalam

larutan xylol selama 1 menit. Objek glass ditutup dengan cover glass dan entelin,

lalu diberi label.

3.6. Parameter Pengamatan

3.6.1. Pemeriksaan Kerusakan Histologi Hepar

Preparat histologi hepar diamati dibawah mikroskop cahaya dalam lima

lapangan pandang yang berbeda, dengan perbesaran 400 kali. Setiap lapangan

pandang dihitung 20 sel secara acak sehingga dalam satu preparat tersebut

teramati 100 sel hati. Kemudian dihitung rata-rata bobot skor perubahan

histopatologi hepar dari lima lapangan pandang dari masing-masing mencit

dengan model Scoring Histopathology Manja Roenigk. Jenis kerusakan yang

diamati meliputi nekrosis, degenerasi parenkimatosa, dan degenerasi hidropik

(Maulida, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Tabel 3.6.1. Kriteria Penilaian Derajat Histopatologi Sel Hepar Model Skoring

Histopathology Manja Roenigk

Tingkat perubahan Nilai Kriteria Normal 1 - Bentuk polyhedral

- Inti sel di tengah Degenerasi parenkimatosa 2 - Sitoplasma keruh

- Pembekakan sel Degenerasi hidropik 3 - Terdapat vakuola – vakuola yang banyak,

jernih dan berukuran kecil Nekrosis 4 - Inti sel berwarna hitam

- Hepatosit mengecil dan mengkerut

Data yang didapat dari setiap parameter pengamatan dicatat dan disusun

ke dalam bentuk tabel. Data diuji kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok

perlakuan dengan bantuan program SPSS release 20. Pada setiap preparat dihitung

rerata skornya dengan cara mengalikan sel sesuai dengan kategorinya.

3.6.2. Pemeriksaan Fungsi Hati SGPT Serum

Analisis SGPT serum akan dilakukan di Laboratorium Kesehatan.

Pemeriksaan SGPT dilakukan dengan menggunakan metode IFCC (Sardini,

2007).

3.6.3. Pemeriksaan Fungsi Hati SGOT Serum

Analisis SGOT serum akan dilakukan di Laboratorium Kesehatan.

Pemeriksaan SGOT dilakukan dengan menggunakan metode IFCC (Sardini,

2007).

3.7.Analisis Data

Data hasil dari penelitian dengan berbagai parameter uji, disusun dalam

tabel dan dianalisis dengan software SPSS 20. Data hasil pengamatan kerusakan

histologi hepar mencit dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Mann-

whitney dengan derajat kemaknaan yang digunakan adalah α≥0,05. Sedangkan

data hasil SGPT dan SGOT dibandingkan kelompok kontrol dengan perlakuan

tiap lamanya dilakukan pengujian dilakukan uji parametrik atau uji t independent

(Nugrahani, 2008; Purnomo, 2010)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Histologi Hepar Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare

(Momordica charantia L). dan DMPA

Berdasarkan pengamatan histologi hepatosit hepar mencit setelah pemberian

ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L). dan Depo Medroksi

progesteron Asetat (DMPA) didapatkan hasil pada Gambar 4.1.1.

Gambar 4.1.1. Histologi hepar mencit dengan pewarnaan HE dan perbesaran 40×10 pada

kontrol (A) dan perlakuan (B); a. Vena Centralis; b. Hepatosit Normal; c. Degenerasi parenkimatosa; d. Degenerasi Hidropik; e. Nekrosis. Dengan skala 100µm.

Pada Gambar 4.1.1 menunjukkan hasil pengamatan struktur histologi hepatosit

pada hepar mencit jantan ditemukan adanya perubahan sel berupa degenerasi

parenkimatosa, degenerasi hidropik, dan nekrosis pada masing masing kelompok,

baik itu pada kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan. Pada

kelompok kontrol hal ini bisa saja terjadi, hal ini mungkin dikarenakan organ

hepar tersebut terinfeksi, yang disebabkan karena kondisi fisiologi secara alami

pada mencit tersebut sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada hepatosit

sedangkan pada kelompok perlakuan kerusakan hepatosit terjadi kemungkinan

dikarenakan adanya perlakuan sehingga menyebabkan gangguan permeabilitas sel

pada membran sel. Terganggunya permeabilitas pada membran sel tersebut

100µm

B

d b c

e

a

100 µm

d

e A

c a

b

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

dikarenakan adanya efek dari pemberian ekstrak metanol biji pare dan DMPA

yang mengandung senyawa aktif kukurbitasin, saponin dan flavonoid pada pare

yang bisa menyebabkan gangguan permeabilitas pada membran sel. Dimana

membran sel merupakan salah satu komponen sel yang paling penting.

4.1.2. Hepatosit Normal

Berdasarkan pengamatan struktur histologi hepatosit normal pada hepar mencit

jantan setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica

charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) didapatkan hasil

pada Gambar 4.1.2.

Gambar 4.1.2. Rata-rata jumlah hepatosit normal setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

Gambar 4.1.2. menunjukkan rata-rata jumlahhepatosit normal KO: 8,1;

PO:7,7; K1:6,9; P1:5,8; K2:5,5; P2:6,2; K3:5,5; P3:5,2; K4:5,9; P4:5,6.Pada

kelompok perlakuan hari ke 0 (P0), kelompok perlakuan 4 minggu (P1),

kelompok perlakuan 12 minggu (P3), dan kelompok perlakuan 16 minggu (P4),

jumlah hepatosit normal pada kelompok kontrol cenderung lebih tinggi dari

kelompok perlakuan. Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak metanol biji pare dan

DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) yang diberikan tidak memberi

pengaruh yang cukup berarti dimana untuk kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan jumlah hepatosit normal tidak jauh berbeda. Sedangkan kelompok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

perlakuan 8 minggu (P2), jumlah hepatosit normal mengalami peningkatan dari

kelompok kontrol hal ini disebabkan karena adanya pengaruh pemberian dari

ekstrak metanol biji pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) yang

menyebabkan terjadinya poliferasi sel-sel hepatosit meningkat pada waktu

tertentu. Namun setelah dilakukan pengujian menggunakan uji Mann Whitney

antara seluruh kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan tidak menunjukkan

perbedaan bermakna (p>0,05).

4.1.3. Degenerasi Parenkimatosa

Berdasarkan pengamatan struktur histologi yang mengalami degenerasi

parenkimatosa pada hepar mencit jantan setelah pemberian kombinasi ekstrak

metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron

Asetat (DMPA) didapatkan hasil pada Gambar 4.1.3.

Gambar 4.1.3. Rata-rata jumlah sel degenerasi parenkimatosa setelah pemberian

kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

Gambar 4.1.3. menunjukkan rata-rata jumlah hepatosit yang mengalami

degenerasi parenkimatosa dimana untuk KO: 3,9; PO: 4,5; K1:4,6; P1:4,9; K2:

4,2; P2:4,5; K3:4,1; P3:3,5; K4:3,3; P4:2,9. Pada kelompok perlakuan hari ke 0

(P0), kelompok perlakuan 4 minggu (P1) dan kelompok perlakuan 8 minggu (P2),

jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi parenkimatosa cenderung lebih

tinggi dari kelompok kontrol. Sedangkan untuk kelompok perlakuan 12 minggu

(P3) dan kelompok 16 minggu (P4) jumlah hepatosit yangmengalami degenerasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

parenkimatosa cenderung lebih rendah dari kelompok kontrol. Hal ini mungkin

terjadi karena pemberian ekstrak metanol biji pare dan DMPA (Depo Medroksi

Progesteron Asetat), pada perlakuan 12 minggu (P3) dilakukan masa pemulihan

selama 4 minggu dan kelompok 16 minggu (P4) dilakukan masa pemulihan

selama 8 minggu. Dimana pada masa pemulihan tersebut kemungkinan biji pare

mengandung zat aktif kukurbitasin dan steroid yang bersifat reversibel pada

hepatosit sehingga pada fase pemulihan mampu membuat sel berdegenerasi dan

setelah adanya fase pemulihan tersebut maka adanya timbul rangsangan pada

hepatosit yang menyebabkan kerusakan terhenti, sehingga hepatosit mampu

kembali normal seperti saat sebelum diberi perlakuan. Namun setelah dilakukan

pengujian menggunakan uji Mann Whitney antara seluruh kelompok kontrol

dengan kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05).

4.1.4. Degenerasi Hidropik

Berdasarkan pengamatan struktur histologi yang mengalami degenerasi hidropik

pada hepar mencit jantan setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare

(Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)

didapatkan hasil pada Gambar 4.1.4.

Gambar 4.1.4. Rata-rata jumlah sel degenerasi hidropik setelah pemberian

kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

Gambar 4.1.4. menunjukkan rata-rata jumlah hepatosit yang mengalami

degenerasi hidropik dimana untuk KO: 2,6; PO: 2,9; K1:3,4; P1:3,6; K2:3,2;

P2:3,3; K3:4,2; P3:4,5; K4:4,0; P4:4,4. Pada kelompok perlakuan hari ke 0 (P0),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

kelompok perlakuan 4 minggu (P1), kelompok perlakuan 8 minggu (P2),

kelompok perlakuan 12 minggu (P3), dan kelompok perlakuan 16 minggu (P4),

jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi hidropik cenderung lebih tinggi dari

kelompok kontrol. Hal ini mungkin terjadi karena pengaruh ekstrak metanol biji

pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) yang diberikan mampu

meningkatkan jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi hidrofik. Hal ini

kemungkinan dikarenakan adanya senyawa aktif pada biji pare yaitu kukurbitasin,

saponin dan flavonoid. Namun setelah dilakukan pengujian menggunakan uji

Mann Whitney antara seluruh kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan tidak

menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05).

4.1.5. Nekrosis

Berdasarkan pengamatan struktur histologi yang mengalami nekrosis pada hepar

mencit jantan setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica

charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) didapatkan hasil

pada Gambar 4.1.5.

Gambar 4.1.5. Rata-rata jumlah sel nekrosis setelah pemberian kombinasi ekstrak

metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

Gambar 4.1.5. menunjukkan rata-rata jumlahhepatosit yang mengalami

nekrosis dimana untuk KO:5,0; PO:5,3; K1:5,0; P1:5,5; K2:6,4; P2:6,6; K3:5,9;

P3:6,5; K4:6,1; P4:6,4. Pada kelompok perlakuan hari ke 0 (P0), kelompok

perlakuan 4 minggu (P1), kelompok perlakuan 8 minggu (P2),kelompok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

perlakuan 12 minggu (P3), dan kelompok perlakuan 16 minggu (P4), jumlah

hepatosit yang mengalami nekrosis cenderung lebih tinggi dari kelompok kontrol.

Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak metanol biji pare dan DMPA (Depo

Medroksi Progesteron Asetat) yang diberikan mampu meningkatkan jumlah

hepatosit yang mengalami nekrosis. Hal ini kemungkinan terjadi karna adanya

senyawa aktif yaitu alkaloid yang terkandung dalam biji pare Namun setelah

dilakukan pengujian menggunakan uji Mann Whitney kelompok kontrol dengan

kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05).

4.1.6. Nilai SGOT

Berdasarkan pengamatan dari hasil uji SGOT yang telah dilakukan pada hepar

mencit jantan setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica

charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) didapatkan hasil

pada Gambar 4.1.6.

Gambar 4.1.6. Rata-rata nilai SGOT setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji

pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

Gambar 4.1.6. menunjukkan rata-rata nilai SGOT untuk KO:150; PO:

247; K1: 224; P1:340; K2:337; P2:444; K3:145; P3:232; K4:167; P4:204. Pada

kelompok perlakuan hari ke 0 (P0), kelompok perlakuan 4 minggu (P1),

kelompok perlakuan 8 minggu (P2),kelompok perlakuan 12 minggu (P3), dan

kelompok perlakuan 16 minggu (P4), nilai SGOT hepar yang didapat lebih tinggi

dari kelompok kontrol. Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak metanol biji pare

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) yang diberikan mampu

meningkatkan nilai SGOT dimana nilai SGOT meningkat disebabkan adanya

gangguan fungsi hati, namun setelah dilakukan pengujian menggunakan uji Mann

Whitney antara seluruh kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan tidak

menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05).

4.1.7. Nilai SGPT

Berdasarkan pengamatan dari hasil uji SGPT yang telah dilakukan pada hepar

mencit jantan setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica

charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) didapatkan hasil

pada Gambar 4.1.7.

Gambar 4.1.7. Rata-rata nilai SGPT setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji

pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

Gambar 4.1.7. menunjukkan rata-rata nilai SGPT untuk KO: 88; PO:

103; K1:266; P1:306; K2:447; P2:451; K3:435; P3:435; K4:246; P4:279. Pada

kelompok perlakuan hari ke 0 (P0), kelompok perlakuan 4 minggu (P1),

kelompok perlakuan 8 minggu (P2),kelompok perlakuan 16 minggu (P4), nilai

SGOT hepar yang didapat lebih tinggi dari kelompok kontrol. Hal ini mungkin

terjadi karena ekstrak metanol biji pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron

Asetat) yang diberikan mampu meningkatkan nilai SGPT dimana nilai SGPT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

meningkat disebabkan adanya gangguan fungsi hati, sedangkan kelompok

perlakuan 12 minggu (P3), hasil yang didapat antara kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan sama hal ini mungkin disebabkan karena farmakokinetik dari

ekstrak metanol biji pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) yang

diberikan mengalami penurunan kinerja sehingga hasil yang didapat sama, namun

setelah dilakukan pengujian menggunakan uji Mann Whitney antara seluruh

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan

bermakna (p>0,05).

4.2. Pembahasan

Tabel 4.1.1. menunjukkan gambaran struktur histologi hepar mencit jantan

antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak metanol biji

pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

Histologi hepar mencit jantan menunjukkan masing-masing kelompok mengalami

perubahan sel seperti degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis.

Menurut Braha (2003), Kerusakan hepar berhubungan erat dengan perdarahannya

dan suatu susunan unit yang lebih kecil yaitu asinus hepar, yang merupakan

konsep terbaru dari unit dan fungsional hepar terkecil. Hepatosit berbentuk

polihedral, dengan sisi paling sedikit enam. Inti besar dan bundar, selaput inti

memiliki permukaan yang rata. Pada umumnya inti hanya satu, sekitar 250/0

hepatosit berinti dua. Kromatin dalam inti tampak membentuk bercak yang

tersebar. Nukleolus ada satu, ada juga yang memiliki lebih dari satu. Sitoplasma

mengandung banyak butiran glikogen, gikogen merupakan hasil olahan glukosa

yang dibawa darah dari usus (Yatim,1990).

Menurut Robbins dan Kumar (1992), kerusakan hepar akibat senyawa kimia

ditandai dengan lesi biokimiawi yang memberikan rangkaian perubahan fungsi

dan struktur. Beberapa perubahan struktur hepar akibat senyawa kimia yang dapat

tampak dalam pengamatan mikroskopis seperti radang, fibrosis, degenerasi dan

nekrosis. Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada organisme hidup. Inti

sel yang mati terlihat lebih kecil, kromatin dan serabut retikuler menjadi berlipat-

lipat. Inti menjadi lebih padat dan kemudian sel menjadi eosinofilik atau kariolisis

(Kasno, 2003).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Tabel 4.1.2. menunjukkan rata-rata jumlah hepatosit normal pada hepar

mencit jantan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi

ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA). Hasil yang diperoleh dari pengamatan histologi dan

uji statistik yaitu tidak adanya perbedaan jumlah hepatosit normal yang bermakna

(p>0,05) antara masing-masing kelompok kontrol maupun kelompok

perlakuan. Peningkatan kerusakan hepatosit yang terjadi kemungkinan besar

diakibatkan oleh senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak metanol biji pare

seperti steroid. Menurut Cholifah et al. (2014), steroid merupakan senyawa yang

terkandung pada pare yang bersifat reversibel. Steroid ini juga bersifat estrogenik,

karena mampu merangsang pembentukan estrogen dalam tubuh sehingga

meningkatkan kadar estrogen.

Menurut Indriani (2007), steroid banyak ditemukan di alam yaitu pada

tumbuhan dan hewan. Steroid pada jaringan tumbuhan disebut sitosterol yang

biasanya terdapat pada lapisan lilin daun yang berfungsi sebagai pelindung

tanaman dari serangan serangga (insektisida). Selain itu, perbedaan konsentrasi

ekstrak yang diberikan dengan intensitas pemberian yang berbeda juga dapat

berpengaruh terhadap kondisi morfologi hepar.

Tabel 4.1.3. menunjukkan rata-rata jumlah hepatosit yang mengalami

degenerasi parenkimatosa pada hepar mencit jantan antara kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan yang diberi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia

L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Hasil yang diperoleh dari

pengamatan histologi dan uji statistik yang telah dilakukan yaitu tidak adanya

perbedaan jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi parenkimatosa yang

bermakna (p>0,05) pada masing-masing kelompok baik kelompok kontrol

maupun kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan 0 minggu, 4 minggu dan

8 minggu yang diberi ekstrak metanol biji pare dan DMPA jumlah hepatosit yang

mengalami degenerasi parenkimatosa lebih tinggi dari kelompok kontrol.

Sedangkan kelompok perlakuan 12 minggu dengan waktu pemulihan selama 4

minggu,dan 16 minggu dengan waktu pemulihan selama 8 minggu, jumlah

hepatosit yang mengalami degenerasi parenkimatosa lebih rendah dibandingkan

dengan kelompok kontrol, hal ini kemungkinan terjadi karena adanya fase

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

pemulihan, dimana mencit hanya diberi akuades, sehingga jumlah hepatosit yang

mengalami degenerasi parenkimatosa lebih rendah dari kelompok kontrol.

Menurut Kandena (2011), organ hati yangsel-selnya sebagian mengalami

degenerasi dapat mengalami perbaikan, sedangkan sel-sel yang mengalami

nekrosis pada waktu tertentu akan digantikan dengan sel-sel hati yang baru akibat

adanya proses regenerasi sel pada organ hati.

Menurut Maulida (2013), perubahan degeneratif adalah perubahan yang

prosesnya bersifat reversibel, artinya jika rangsangan yang menyebabkan

kerusakan sel dihentikan, maka sel tersebut akan kembali sehat seperti saat

sebelum diberi rangsangan. Sebaliknya, nekrosis adalah perubahan yang

prosesnya bersifat irreversibel artinya tidak dapat kembali seperti semula, dimana

saat sel telah mencapai titik akhir kerusakan sel maka akan mengalami kematian.

Menurut Braha (2003), degenerasi parenkimatosa merupakan tingkat

ketegori degenerasi yang paling ringan. Pada sel yang mengalami degenerasi

parenkimatosa ditemukan adanya granula-granula dalam sitoplasma akibat adanya

endapan yang menyebabkan sitoplasma menjadi keruh dan diikuti pembengkakan

pada sel. Perubahan ini disebabkan oleh adanya gangguan oksidasi mitokondria

dan retikulum endoplasma.

Tabel 4.1.4. menunjukkan rata-rata jumlah hepatosit yang mengalami

degenerasi hidrofik pada hepar mencit jantan antara kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan yang diberi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia

L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Hasil yang diperoleh dari

pengamatan histologi dan uji statistik yaitu tidak adanya perbedaan jumlah

hepatosit yang mengalami degenerasi hidropik yang bermakna (p>0,05)pada

masing-masing kelompok baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan.

Pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak metanol biji pare dan DMPA

jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi hidrofik lebih tinggi dari kelompok

kontrol. Hal ini terjadi karena pengaruh ekstrak metanol biji pare dan DMPA

(Depo Medroksi Progesteron Asetat) yang diberikan mengandung senyawa kimia

seperti kukurbitasin, saponin, flavonoid dan alkaloid yang mampu meningkatkan

jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi hidrofik. Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nasman et al., (2015) senyawa alkaloid yang terkandung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

dalam buah pepaya menyebabkan peningkatan jumlah hepatosit yang mengalami

degenerasi hidropik.

Menurut Takude (2014), akumulasi bahan toksik dan metabolit lain dapat

menyebabkan terjadinya degenerasi sel. Zat yang memiliki sifat toksik akan

menyebabkan gangguan pada organel mitokondria dalam menghasilkan energy

Adenosin Triposphat (ATP). Bila produksi ATP turun, dapat mengganggu fungsi

pompa Na+ pada membran plasma sehingga air dan Na+ masuk ke sel. Organel

dalam sel pun membengkak terjadilah degenerasi.

Menurut Hapsari (2010), degenerasi hidropik merupakan derajat kerusakan

yang lebih berat, tampak vakuola yang berisi air dari sitoplasma yang tidak

mengandung lemak dan glikogen. Perubahan ini umumnya merupakan akibat

adanya gangguan metabolisme seperti hipoksia atau keracunan bahan kimia.

Degenerasi ini juga bersifat reversibel meskipun tidak menutup kemungkinan bisa

menjadi irreversibel apabila penyebab cederanya menetap. Sel yang telah cedera

kemudian bisa mengalami robekan membran plasma dan perubahan inti.

Tabel 4.1.5. menunjukkan rata-rata jumlah hepatosit yang mengalami

nekrosis pada hepar mencit jantan antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan yang diberi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan

Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Hasil yang diperoleh dari

pengamatan histologi dan uji statistik yaitu tidak adanya perbedaan jumlah

hepatosit yang mengalami nekrosis yang bermakna (p>0,05) pada masing-masing

kelompok baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Pada kelompok

perlakuan yang diberi ekstrak metanol bijipare dan DMPA jumlah hepatosit yang

mengalami nekrosis lebih tinggi dari kelompok kontrol hal ini terjadi karena

pengaruh ekstrak metanol biji pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron

Asetat) yang diberikan mengandung senyawa alkaloid pada biji pare yang mampu

meningkatkan jumlah hepatosit yang mengalami nekrosis. Menurut Ulfa (2009),

kandungan alkaloid pada buah pare diduga dapat mensintesis protein dengan cara

mencegah Polymerase Deoxyribonucleic Acid (DNA). Alkaloid ini memiliki

kemampuan mengikat tubulin yaitu protein yang menyusun mikrotubulus dengan

menghambat polimerasi protein kedalam mikrotubulus yang berakibat adanya

gangguan pada enzim telomerase. Adanya hambatan pembentukan enzim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

telomerase menyebabkan kromososm tidak ada yang melindungi dan terjadinya

proses fragmentasi kromosom (pecahnya kromosom) sehingga terjadi kematian

sel.

Menurut Indayani (2009), kerusakan yang terjadi pada hepar merupakan

kematian sel atau nekrosis. Nekrosis pada hepatosit timbul karena adanya

senyawa toksik yang masuk kedalam hepar yang menyebabkan terjadinya infeksi.

Kerusakan pada hepar yang timbul akibat senyawa toksik, dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya jenis senyawa kimia, dosis, dan lamanya paparan dari

senyawa tersebut.

Menurut Price and Wilson (1995), nekrosis adalah perubahan sel yang

prosesnya bersifat irreversibel atau kematian sel jaringan tubuh akibat pengaruh

jejas dengan perubahan morfologi yang nyata pada inti sel dimana inti sel yang

mati menyusut, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap disebut piknosis.

Kemungkinan lain, inti dapat hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat

kromatin yang tersebar di dalam sel, proses ini disebut karioreksis. Sedangkan

pada beberapa keadaan, inti sel yang mati kehilangan kemampuan untuk diwarnai

dan menghilang begitu saja, proses ini disebut kariolisis.

Tabel 4.1.6. menunjukkan rata-rata peningkatan nilai SGOT pada hepar

mencit jantan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi

ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA). Hasil yang diperoleh yaitu tidak adanya perbedaan

nilai SGOT yang bermakna (p>0,05) pada masing-masing kelompok baik pada

kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan yang

diberi ekstrak metanol biji pare dan DMPA nilai SGOT yang di dapat lebih tinggi

dari kelompok kontrol hal ini terjadi karena pengaruh ekstrak metanol biji pare

dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) yang diberikan mampu

meningkatkan nilai SGOT. Menurut Arfeliana (2010), hepar merupakan suatu

organ yang peka terhadap zat toksik dan memiliki peranan yang penting dalam

metabolisme bahan toksik yang berfungsi sebagai detoksifikasi. Zat-zat yang

diabsorbsi melalui saluran cerna akan dibawa melalui peredaran darah menuju

hepar untukproses detoksifikasi sehingga menjadi non toksik dan kemudian

diekskresikan. Kemudian sel hepar akan mengeluarkan enzim-enzim dimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

kadar enzim tersebut dapat dijadikan parameter terjadinya kerusakan pada sel

hepar.

Menurut Wahyuni (2005), salah satu indikator kerusakan sel-sel hati

adalah meningkatnya kadar enzim-enzim hati dalam serum, termasuk

meningkatnya kadar SGOT (Serum Glutamic Pyruvic Transamine) merupakan

enzim aminotransferase yang beraktivitas dalam serum untuk mengukur indikasi

penyakit-penyakit hati.

Tabel 4.1.7. menunjukkan rata-rata peningkatan nilai SGPT pada hepar

mencit jantan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 0 minggu (P0), 4

minggu (P1), 8 minggu (P2), dan 16 minggu (P4), yang diberi ekstrak metanol biji

pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

Namun dari hasil yang di dapat antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

12 minggu (P3) hasil yang di dapat sama. Hal ini kemungkinan disebabkan karna

farmakokinetik DMPA. Sesuai sengan penelitian Agustina (2016) menyatakan

farmakologi dari kontasepsi DMPA setelah 1 minggu penyuntikan dengan dosis

150 mg, akan mencapai kadar puncak, dimana kadarnya akan tetap tinggi pada

waktu 2-3 bulan, dan selanjutnya kadar tersebut dapat menurun kembali. Dan dari

hasil yang diperoleh dari uji statistik yang dilakukan yaitu tidak adanya perbedaan

nilai SGPT yang bermakna (p>0,05) pada masing-masing kelompok. Baik

kelompok control maupun kelompok perlakuan. Pada kelompok yang diberi

ekstrak metanol biji pare dan DMPA nilai SGPT yang di dapatkan lebih tinggi

kelompok perlakuan dari pada kelompok kontrol, hal ini terjadi karena pengaruh

ekstrak metanol biji pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) yang

diberikan mampu meningkatkan nilai SGPT. Namun menurut hasil penelitian

Fajariah (2010),menyatakan meningkatnya enzim SGPT dapat mengidentifikasi

adanya kerusakan sel-sel hepar, enzim ini akan lebih cepat meningkat bila sel

hepar mengalami gangguan atau kerusakan. Kenaikan kadar transamine dalam

serum disebabkan oleh sel-sel yang kaya transamine mengalami nekrosis atau

hancur. Demikian pula yang dinyatakan Fathir (2010), SGPT (Serum Glutamic

Piruvat Transamine) adalah enzim transaminase yang banyak terdapat di sitosol.

Kadar enzim ini akan melebihi kadar normal didalam darah apabila terjadi

kerusakan permeabilitas membran yang diakibatkan oleh bahan toksik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Dari hasil pembahasan diatas tersebut, bahwa kerusakan hepar yang terjadi

yaitu berupa degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis. Dimana

kerusakan tersebut dapat dilihat secara histologi, sedangkan nilai SGPT dan nilai

SGOT yang di dapatmerupakan kerusakan hepar secara fisiologi. Dan kerusakan

hepar secara histologi dapat dicerminkan dari hasil kerusakan hepar secara

fisiologi, hal ini dikarenakan nilai SGPT dan nilai SGOT akan meningkat apabila

hepatosit mengalami gangguan berupa degenerasi ataupun nekrosis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) tidak menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan (p>0,05) terhadap histologi hepar antara kelompok kontrol dan

perlakuan yang dilihat dari skor kerusakan sel hepar yakni degenerasi

parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis dan fungsi hati SGPT dan

SGOT.

b. Kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan dosis

0,5 mg/10 g BB dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dengan dosis

0,125 mg/25 g BB tidak berpotensi merusak hepar dan berpeluang untuk

dikembangkan sebagai obat antifertilitas.

5.2. Saran

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak metanol biji pare (Momordica

charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut terhadap tingkat keamanan zatnya pada hepar mencit

jantan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. T. I. 2016. Gambaran Indeks Masa Tubuh Dan Kadar Kolestrol Pada

Akseptor KB DMPA Suntik 3 Bulan Di Puskesmas Purwoyoso Krapyak Semarang. [Skripsi]. Semarang: Program Studi Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammaddiyah Semarang .

Arfeliana.C. 2010. Pengaruh Pemberian Teh Hitam Terhadap Kadar SGOT Dan

SGPT Mencit BALB /C. [Karya Tulis Ilmiah] Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Program Pendidikan Sarjana.

Braha, M. I. A. 2003. Pengaruh Pemberian Kopi Dosis Beringkat Per Oral 30 Hari

Terhadap Gambaran Histologi Hepar Tikus Winstar. [Laporan Akhir]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Cahyadi. M.2009.Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica

charantia L.) Terhadap Larva Artemia salina leach DenganMetode Brine Shrimp Lethality Test (Bst). [Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah] Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Program Studi Sarjana.

Cholifah, S., Arsyad., dan Salni. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Pare

(Momordica charantia L.) Terhadap Struktur Histologi Testis dan Epididimis Tikus Jantan (Rattus norvegicus) Spraque Dawley. MKS.2: 149-157.

Dellmann. H.D. dan Brown E.M.1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi

Ketiga. UI Press. Universitas. Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaeutical Care untuk Penyakit Hati.

Jakarta. Eroschenco.V. P. 2008. Atlas of Histology With Functional Correlations. 11th ed.

United States Of America: Lippincott Williams & Willkins. Fajariyah.S. 2010. Efek Pemberian Estrogen Sintetis (Diethylstillbestrol)Terhadap

Struktur Hepar Dan Kadar SGOT Dan SGPT Pada Mencit (Mus musculus) Betina Strain Balb’C.Jurnal Ilmu Dasar. 11: 76-82.

Farmakope Indonesia. Edisi IV. 1995. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta.

Fathir. A. 2010. Pengaruh Ekstrak Jahe Merah ( Zingiber officinale Rosc) Terhadap Kadar SGPT dan Gambaran Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Terpapar Allentherin [Skripsi]. Malang:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim, Program Pendidkan Sarjana.

Federer, W.T. 1963. Experimental Design: Theory and Application. Macmillan.

New York. Gover, J.K and Yadav, S.P. 2004. Pharmacological Actions and Potential Uses of

Momordica charantia.Journal of Ethnopharmacology. 93: 123-132. Hapsari. R. A. 2010. Pengaruh Lama Pemberian Metanol 50% Per Oral Terhadap

Tingkat Kerusakan Sel Hepar Pada Tikus Wistar. [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang:Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Program Pendidikan Sarjana.

Hernawati. 2010. Potensi Buah Pare (Momordicha charantia L.) Sebagai Herbal

Anti fertilitas. Jurusan Pendidikan BiologiFMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Email : [email protected].

Ilyas, S. 2014. Effect of Methanolic Momordica charantia Seed Extract and

Depot Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) to Quantity and Quality of Rat Sperm.International Journal Of PharmTech Research. 6: 1817-1823.

Indriani, N. 2007. Aktivitas Antibakteri Daun Senggugu (Clerodendron serratum

L.). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Program Sarjana. Indayani. N. S., Susilawati., dan Lestari. S. R.2009. Pengaruh Pemberian

Deksametason Terhadap Kerusakan Hepar Tikus Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar. [Skripsi].Malang: Universitas Negeri Malang

Interagency Taxonomy Information System [serial online]. Available:

http://www.itis.gov/ Julio.E. Busman. H, dan Nurcahyani.N.2013. Struktur Histologis Hati Mencit

(Mus musculus L.) Sebagai Respon Terhadap Kebisingan. Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Lampung.

Kandena, I. M dan Winaya, I. B. O. 2011. Kadar Perasan Kunyit yang Efektf

Memperbaiki Kerusakan Hati Mencit yang Dipicu Karbon Tetrachlorida. Jurnal Veteriner. 1:34-49.

Kasno, P. A. 2003. Patologi Hati dan Saluran Empedu Ekstrak Hepatik.

Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro. Maulida. A. 2013. Pengaruh Pemberian Vitamin C dan E Terhadap Gambaran

Histologi Hepar Mencit (Mus musculus L.) yang Dipajankan Monosodium Glutamat (MSG). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Pendidikan Sarjana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Munayarokh., Triwibowo, M., dan Rizkilillah, Z.D.M. 2014. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik DMPA Dengan Gangguan Menstruasi di BPM Mariyah Nurlaili, Rambe Anak Mungkid Tahun 2014.Jurnal Kebidanan. 6: 2089-7669.

Nafiah.2013. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Asam

Laktat Dalam Soyghurt Dan Efektivitasnya Pada Penyembuhan Gastritis Lambung Mencit (Mus musculus L.) Yang Diinduksi Dengan Aspirin [Tesis]. Medan: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara, Program Pascasarjana.

Naid. T., Muflihunna, A., dan Madi, M.I.O. 2012.Analisis Kadar β-Karoten pada

Buah Pare(Momordica charantia L.) Asal Ternate Secara Spektrofotometri UV-VIS. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 3: 127-130.

Ningsih. N. F. 2012. Hubungan Lama Pemakaian Alat Kontasepsi Suntik DMPA

(Depo Medroksi Progesterone Asetate Dengan Perubahan Tekanan Darah. Pada Aeptor KB Suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah. Yogyakarta.

Nugrahani. A.R. 2008. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba Daun

Sendok (Plantago mayor L.) pada Kelinci Jantan yang Dibebani Glukosa. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nasman. N., Kharisma. Y., dan Dananjaya.R. 2015. Uji Toksisitas. Akut Ekstrak

Air Buah Pepaya ( Carica papaya L.) Terhadap kadar Alt Plasma dan Gambaran Histopatologi Hepar Mencit. Bandung: Universitas Islam Bandung.

Pearce. E. C. 1991.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta. Price. S. A, Lorraine, M. Wilson. 1995. Buku I Patofisiologi ‘‘Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit’’, Edisi : 4. Jakarta : EGC. Pratiwi, D., Syahredi., dan Erkadius. 2014. Hubungan Antara Penggunaan

Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 3: 365-369.

Qodriyati. N. L. Y. Erna. S dan Budi Y. 2016. Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) padaTikus Wistar (Rattus norvegicus) Jantan yang Dipapar StresorRasa Sakit Electrical Foot Shock selama 28 Hari.e-JurnalPustaka Kesehatan. 4: 1. Robbins, S. L. dan Kumar, V. 1992. Buku Ajar Patologi 1. Edisi keempat.

Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Rosida. A. 2016. Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Hati. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat/Rsud Ulin Banjarmasin.

Sardini. S. 2007. Penentuan Aktivitas Enzim GOT dan GPT dalam Serum Dengan Metode Reaksi Kinetik Enzimatik Sesuai IFCC (Internasional Federation Of Chemical Chemistry and Laboratory Medicine). Prosiding Pertemuan dan Presentasi ilmiah Fungsional Pengembangan Teknologi Nuklir 1. Sloane, E. 1994.Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Smith, B. J. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis Indonesia. University Press, Jakarta.

Takude. R. L. 2014. Gambaran Histopatologi Hati Tikus Wistar Yang Diberikan

Boraks.Jurnal E-Biomedik (Ebm).2:3. Tanoeisan. A.P.Yanti M. M. dan Stefana H.M. K.2009. Gambaran Kadar Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) Pada Perokok Aktif Usia > 40 Tahun. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Ulfa. M. S. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia

L). Terhadap Kematian Sel Fibroblas Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Wahyuni, S. 2005. Pengaruh Daun Sambiloto (Andrographis paniculata NEES)

Terhadap Kadar SGPT dan SGOT tikus Putih. Malang. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah

Yatim.W. 1990. Biologi Modern Histologi.Tarsito. Bandung. Yunardi., Suryandari, D.A dan Moeloek, N. 2009. Pengaruh Penyuntikan Dosis

Minimal Depot Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) Terhadap Berat Badan dan Kimia Darah Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley Makara, Sains. 2: 189-194.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian 1. Dokumentasi Alat

Bak Bedah Disssecting set

Spuit Timbangan Digital

`

Mikroskop Mikrotom

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

2. Dokumentasi Bahan

DMPA Mencit

Pare 3. Dokumentasi Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

LAMPIRAN 2. Data Dan Analisis Statistik Hepatosit Normal Dan Kerusakan Histologi Hepar Mencit Rataan Hepatosit Normal dan Masing-Masing Derajat Kerusakan (Degenerasi Parenkimatosa, Degenerasi Hidropik, dan Nekrosis) Histologi Hepar Mencit Dengan Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) (X±SD).

Perlakuan Normal (X±SD)

Degenerasi Parenkimatosa

(X±SD)

Degenerasi Hidropik (X±SD)

Nekrosis (X±SD)

K0 P0 K1 P1 K2 P2 K3 P3 K4 P4

8,10± 1,02 7,70± 1,17 6,92± 0,95 5,84±0,87 5,55±1,57 6,25 ± 1,16 5,50± 0,83 5,25±1,16 5,95± 0,89 5,65±1,27

3,92± 1,19 4,50± 0,81 4,60± 1,04 4,92± 0,81 4,24± 0,83 4,50± 0,76 4,15± 1,04 3,35±0,89 3,30± 1,13 2,95±0,83

2,60±0,94 2,90±0,55 3,40±0,91 3,64±0,81 3,25±1,00 3,35±1,29 4,20±0,98 4,55±0,89 4,05±0,94 4,40±0,99

5,05± 1,28 5,30± 1,26 5,08± 0,70 5,56± 1,08 6,40±0,94 6,60 ± 0,94 5,90± 1,02 6.55±0,94 6,10± 0,97

6,45 ±1,47

Hasil Uji Analisis Mann-Whitney Test Histologi Hepar Mencit Hepatosit Normal Kelompok KO dan PO

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K0 20 22,70 454,00

P0 20 18,30 366,00

Total 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 156,000

Wilcoxon W 366,000

Z -1,244

Asymp. Sig. (2-tailed) ,214

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,242b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Kelompok K1 dan P1

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K1 25 26,56 664,00

P1 25 24,44 611,00

Total 50

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 286,000

Wilcoxon W 611,000

Z -,541

Asymp. Sig. (2-

tailed) ,588

a.Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Kelompok K2 dan P2

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K2 20 17,28 345,50

P2 20 23,73 474,50

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 135,500

Wilcoxon W 345,500

Z -1,797

Asymp. Sig. (2-tailed) ,072

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,081b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Kelompok K3 dan P3

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K3 20 22,00 440,00

P3 20 19,00 380,00

Total 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 170,000

Wilcoxon W 380,000

Z -,851

Asymp. Sig. (2-tailed) ,395

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,429b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Kelompok K4 dan P4

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K4 20 21,98 439,50

P4 20 19,03 380,50

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 170,500

Wilcoxon W 380,500

Z -,830

Asymp. Sig. (2-tailed) ,407

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,429b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Hasil Uji Analisis Mann-Whitney Test Histologi Hepar Mencit Degenerasi Parenkimatosa Kelompok K0 dan P0

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan KO 20 18,08 361,50

P0 20 22,93 458,50

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 151,500

Wilcoxon W 361,500

Z -1,350

Asymp. Sig. (2-tailed) ,177

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,192b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Kelompok K1 dan P1

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K1 25 23,28 582,00

P1 25 27,72 693,00

Total 50

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 257,000

Wilcoxon W 582,000

Z -1,130

Asymp. Sig. (2-tailed) ,259

a. Grouping Variable: kelompok

Kelompok K2 dan P2

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K2 20 22,65 453,00

P2 20 18,35 367,00

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 157,000

Wilcoxon W 367,000

Z -1,248

Asymp. Sig. (2-tailed) ,212

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,253b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Kelompok K3 dan P3

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K3 20 17,23 344,50

P3 20 23,78 475,50

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 134,500

Wilcoxon W 344,500

Z -1,855

Asymp. Sig. (2-tailed) ,064

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,076b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Kelompok K4 dan P4

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K4 20 17,80 356,00

P4 20 23,20 464,00

Total 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 146,000

Wilcoxon W 356,000

Z -1,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,126

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,149b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Hasil Uji Analisis Mann-Whitney Test Histologi Hepar Mencit Degenerasi Hidropik Kelompok K0 dan P0

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K0 20 22,20 444,00

P0 20 18,80 376,00

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 166,000

Wilcoxon W 376,000

Z -1,030

Asymp. Sig. (2-tailed) ,303

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,369b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Kelompok K1 dan P1

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K1 25 24,24 606,00

P1 25 26,76 669,00

Total 50

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 281,000

Wilcoxon W 606,000

Z -,650

Asymp. Sig. (2-

tailed) ,515

a. Grouping Variable: kelompok

Kelompok K2 dan P2

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K2 20 22,53 450,50

P2 20 18,48 369,50

Total 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 159,500

Wilcoxon W 369,500

Z -1,134

Asymp. Sig. (2-tailed) ,257

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,277b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Kelompok K3 dan P3

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K3 20 18,38 367,50

P3 20 22,63 452,50

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 157,500

Wilcoxon W 367,500

Z -1,201

Asymp. Sig. (2-tailed) ,230

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,253b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Kelompok K4 dan P4

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K4 20 18,85 377,00

P4 20 22,15 443,00

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 167,000

Wilcoxon W 377,000

Z -,950

Asymp. Sig. (2-tailed) ,342

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,383b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Hasil Uji Analisis Mann-Whitney Test Histologi Hepar Mencit Nekrosis Kelompok K0 dan P0

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K0 20 19,70 394,00

P0 20 21,30 426,00

Total 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 184,000

Wilcoxon W 394,000

Z -,448

Asymp. Sig. (2-tailed) ,654

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,678b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Kelompok K1 dan P1

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K1 25 22,36 559,00

P1 25 28,64 716,00

Total 50

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 234,000

Wilcoxon W 559,000

Z -1,673

Asymp. Sig. (2-

tailed) ,094

a. Grouping Variable: kelompok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Kelompok K2 dan P2

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K2 20 19,25 385,00

P2 20 21,75 435,00

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 175,000

Wilcoxon W 385,000

Z -,717

Asymp. Sig. (2-tailed) ,474

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,512b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Kelompok K3 dan P3

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K3 20 17,60 369,50

P3 20 23,71 450,50

Total 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 138,500

Wilcoxon W 369,500

Z -1,748

Asymp. Sig. (2-tailed) ,080

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,099b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

Kelompok K4 dan P4

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K4 20 18,23 364,50

P4 20 22,78 455,50

Total 40

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U 154,500

Wilcoxon W 364,500

Z -1,268

Asymp. Sig. (2-tailed) ,205

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,221b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

LAMPIRAN 3. Data Dan Analisis Statistik Nilai SGOT Hepar Mencit Rataan Nilai SGOT Hepar Mencit Dengan Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) (X±SD).

Perlakuan Nilai SGOT (X±SD)

K0 P0 K1 P1 K2 P2 K3 P3 K4 P4

350,5± 64,3 224,5± 30,4 337,3±78,0

444,3 ± 103,7 224,8± 89,5 340,8± 372,6 220,0± 29,5 340,0±139,4 237,0± 58,4

254,7 ± 10,7

Hasil Uji Analisis Mann-Whitney Test SGOT Hepar Mencit

Kelompok K0 dan P0

Ranks

Kontrol N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Perlakuan K0 5 3,50 5,00

P0 5 3,24 7,00

Total 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Perlakuan

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 3,000

Z -1,549

Asymp. Sig. (2-tailed) ,121

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,333b

a. Grouping Variable: kontrol

b. Not corrected for ties.

Kelompok K1 dan P1

Ranks

Perlakuan N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Kelompok K1 4 4,75 19,00

P1 4 4,25 17,00

Total 8

Test Statisticsa

Kelompok

Mann-Whitney U 7,000

Wilcoxon W 17,000

Z -,289

Asymp. Sig. (2-tailed) ,773

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,886b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Kelompok K2 dan P2

Ranks

Perlakuan N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Kelompok K2 3 2,50 7,50

P2 3 4,50 13,50

Total 6

Test Statisticsa

Kelompok

Mann-Whitney U 1,500

Wilcoxon W 7,500

Z -1,328

Asymp. Sig. (2-tailed) ,184

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,200b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kelompok K3 dan P3

Ranks

Perlakuan N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Kelompok K3 5 4,20 21,00

P3 5 6,80 34,00

Total 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Kelompok

Mann-Whitney U 6,000

Wilcoxon W 21,000

Z -1,358

Asymp. Sig. (2-tailed) ,175

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,222b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kelompok K4 dan P4

Ranks

Perlakuan N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Kelompok K4 5 4,67 9,00

P4 5 5,33 14,00

Total 10

Test Statisticsa

Kelompok

Mann-Whitney U 2,000

Wilcoxon W 8,000

Z -1,091

Asymp. Sig. (2-tailed) ,275

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,400b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

LAMPIRAN 4. Data Dan Analisis Statistik Nilai SGPT Hepar Mencit Rataan Nilai SGPT Hepar Mencit Dengan Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) (X±SD).

Perlakuan Nilai SGPT (X±SD)

K0 P0 K1 P1 K2 P2 K3 P3 K4 P4

153,± 19,8 224,0± 4,2

447,0±103,5 451,0 ± 58,7 266,5± 179,2 306,8± 287,2 153,2± 56,1 435,8±351,1 246,0± 68,9

279,0 ± 99,2

Hasil Uji Analisis Mann-Whitney Test SGPT Hepar Mencit

Kelompok K0 dan P0

Ranks

Perlakuan N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Kelompok K0 5 3,00 5,00

P0 5 4,00 8,00

Total 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

Kelompok

Mann-Whitney U 1,000

Wilcoxon W 4,000

Z -,775

Asymp. Sig. (2-tailed) ,439

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,667b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kelompok K1 dan P1

Ranks

Perlakuan N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Kelompok K1 4 4,25 17,00

P1 4 4,75 19,00

Total 8

Test Statisticsa

Kelompok

Mann-Whitney U 7,000

Wilcoxon W 17,000

Z -,289

Asymp. Sig. (2-tailed) ,773

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,886b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Kelompok K2 dan P2

Ranks

Perlakuan N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Kelompok K2 3 3,50 10,50

P2 3 3,50 10,50

Total 6

Test Statisticsa

kelompok

Mann-Whitney U 4,500

Wilcoxon W 10,500

Z ,000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] 1,000b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kelompok K3 dan P3

Ranks

Perlakuan N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Kelompok K3 5 3,60 18,00

P3 5 7,40 37,00

Total 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT & SGOT) MENCIT ...

Test Statisticsa

kelompok

Mann-Whitney U 3,000

Wilcoxon W 18,000

Z -1,984

Asymp. Sig. (2-tailed) ,047

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,056b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kelompok K4 dan P4

Ranks

Perlakuan N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Kelompok K4 5 4,00 10,00

P4 5 5,00 13,00

Total 10

Test Statisticsa

kelompok

Mann-Whitney U 3,000

Wilcoxon W 9,000

Z -,655

Asymp. Sig. (2-tailed) ,513

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,700b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA