HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN...
Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN...
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT
DALAM PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENCEGAHAN RESIKO JATUH PASIEN DI RUMAH SAKIT
PANTI WALUYO SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
HESTI OKTAVIANI
NIM: ST. 13038
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia, penyertaan serta kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
Pencegahan Risiko Jatuh Pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta”
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan pembimbing dari
berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :.
1. Yth. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Yth. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Yth. S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
4. Yth. Rufaida Nur Fitriana, S.Kep.,Ns selaku pembimbing pendamping yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
5. Yth. Anita Istiningtyas , S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji ujian skripsi yang
sudah memberikan arahan, masukan dan saran.
6. Yth. Dr. T. Soebroto, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Panti Waluyo
Surakarta yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian ini.
v
7. Yth. Bambang Kamiwarno, S.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan yang
senantiasa memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Staff Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yang telah banyak
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Seluruh responden yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah berkenan
untuk menjadi responden yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
10. Seluruh Civitas Akademi Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Skripsi ini bermanfaat untuk semua
pihak.
Surakrta, 1 Agustus 2015
Penulis,
Hesti Oktaviani
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
ABSTRAK .... ............................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang ................................................................ 1
2.2 Rumusan Masalah ............................................................ 5
2.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 6
2.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori .................................................................. 9
2.2 Keaslian Penelitian ........................................................... 27
2.3 Kerangka Teori ................................................................. 28
2.4 Kerangka Konsep ............................................................. 29
2.5 Hipotesis ........................................................................... 29
vii
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................... 31
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 31
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 33
3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ..... 33
3.5 Instrumen Penelitian ......................................................... 35
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 36
3.7 Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 38
3.8 Etika Penelitian ............................................................... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat ............................................................. 43
4.2 Analisis Bivariate ............................................................. 46
BAB V. PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis Univariate ................................................. 48
5.2 Hasil Analisis Bivariate ................................................... 53
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...................................................................... 56
6.2 Saran ................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1. Instrumen Morse Fall Scale/Skala Jatuh Morse ..................... 25
2.2 Keaslian Penelitian .................................................................. 27
3.1 Definisi Operasional Variabel dan skala pengukuran ............. 33
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori ........................................................................ 28
2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 29
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
1. Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Penelitian
2. Balasan Ijin Studi Pendahuluan Penelitian
3. Permohonan Uji Validitas dan Reliabilitas
4. Balasan Uji Validitas dan Reliabilitas
5. Permohonan Ijin Penelitian
6. Balasan Ijin Penelitian
7. Permohonan Menjadi Responden
8. Persetujuan Menjadi Responden
9. Kuesioner
10. Rekapitulasi Data Hasil Try Out
11. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
12. Rekapitulasi Hasil Penelitian
13. Hasil Penelitian
14. Lembar Konsultasi Bimbingan
15. Jadwal Penelitian
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Hesti Oktaviani
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Standar
Prosedur Operasional Pencegahan Risiko Jatuh Pasien
di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta
Abstrak
Salah satu upaya mencegah pasien jatuh adalah melalui penilaian MFS
(Morse Fall Scale), dan ini dapat dilakukan dengan baik apabila perawat
mempunyai pengetahuan dan kepatuhan yang baik. Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO) pencegahan risiko jatuh pasien.
Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah sampel 65 perawat dan teknik pengambilan sampel dengan
purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dengan korelasi rank spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari karakteristik responden
diketahui : sebagian besar perawat mempunyai pengetahuan tentang SPO
pencegahan risiko jatuh tergolong cukup baik yaitu sebanyak 48 orang (69,2%),
sebagian besar perawat mempunyai kepatuhan dalam pelaksanaan SPO pencegahan
risiko jatuh tergolong cukup patuh yaitu sebanyak 36 orang (55,4%), dan terdapat
hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat
dalam pelaksanaan SPO pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta (p-value = 0,001, rxy = 0,391), dan nilai hubungan tergolong
sedang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif
signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh pasien. Saran untuk
penelitian lebih lanjut dapat meneliti faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat
dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh pasien
misalnya sikap dan lingkungan kerja, serta meneliti cakupan sampel yang lebih
luas.
Kata kunci: pengetahuan, kepatuhan perawat, SPO pencegahan risiko jatuh.
Daftar Pustaka: 33 (2006 – 2014)
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Hesti Oktaviani
Correlation between Nurses’ Knowledge and Their Obedienceto
Implementation of Standard Operating Procedure of Patient Fall Risk
Prevention at Panti Waluyo Hospital
of Surakarta
ABSTRACT
One effort to prevent patient falls is done through Morse Fall
Scaleassessmentand it can be done well if the nurses have good knowledge and
obedience.The objective of this research is to investigate the correlation between
the nurses’ knowledge and the nurses’ obedience to the implementation of the
standard operating procedure (SOP) of patient fall risk prevention.
This research used the descriptive correlational method with the cross-
sectional approach. The samples of research were 65 nurses and were taken by
using the purposive sampling technique. The data of research were analyzed by
using the Spearman’s Rank Correlation.
The result of research shows that 48 nurses (69.2%) had good knowledge of
the SOP of patient fall risk prevention; 36 nurses (55.4%) had good obedience to
the implementation of the SOP of patient fall risk prevention; and there was a
significant positive correlation between the nurses’ knowledge and the nurses’
obedienceto theimplementation of the SOP of patient falling risk prevention at
Panti Waluyo of Surakarta (p-value = 0.001, rxy = 0.391), and the correlation value
was moderate. Thus, there was a significant positive correlation between the
nurses’ knowledge and nurses’ obedience to the implementation of the SOP of
patient fall risk prevention.
Therefore, further researches are suggested to investigate the factors
influencing the nurses’ obedience to the implementation of the SOP of patient fall
risk prevention, such as work attitude and environment with wider coverage of
samples.
Keywords: knowledge, nurses’obedience, the SOP of patient fall risk prevention.
References: 33 (2006 – 2014)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini
dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang
terjadi pada pasien. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (Kemenkes, 2011).
Pelayanan kepada pasien di rumah sakit sudah selayaknya merupakan
pelayanan yang holistic, pelayanan yang paripurna. Mulai pasien datang,
melakukan pendaftaran, pemeriksaan, hingga pasien pulang, akan tetapi
beberapa kejadian di rumah sakit kadang tidak diperhatikan, yaitu pasien jatuh
pada saat mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Pasien disini dapat sebagai
pasien rawat jalan maupun sebagai pasien rawat inap (Sanjoto, 2014).
Sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dalam hal ini terdapat berbagai pasien
dengan berbagai keadaan dan berbagai macam kasus penyakit. Tiap-tiap pasien
adalah suatu pribadi yang unik dengan berbagai kelainan dan kekhasan masing-
masing. Dalam hal kasus penyakit terdapat juga berbagai macam kondisi pasien
2
yang akan berpengaruh terhadap cara pemberian pelayanan dan perawatan yang
diberikan karena kondisi pasien yang sarat risiko. Salah satu risiko yang
mungkin timbul adalah pasien jatuh (fall) (Setyarini, 2013). Pelaksanaan
program patient safety di rumah sakit, kejadian pasien jatuh merupakan salah
satu indikator berjalan tidaknya pelaksanaan program ini. Menurut Miake-Lye
at al. (2013) dalam National Database of Nursing Quality Indicators
mendefinisikan jatuh sebagai "an unplanned descent to the floor with or
without injury", sedangkan World Health Organization (WHO) mendefinisikan
jatuh sebagai "an event which results in a person coming to rest inadvertently
on the ground or floor or some lower level", yaitu sebuah aktivitas yang
mengakibatkan seseorang terjatuh secara tidak sengaja di tanah atau lantai atau
tingkat yang lebih rendah.
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh rumah sakit dalam mengurangi
atau mencegah kejadian pasien jatuh diantaranya melakukan evaluasi risiko
pasien terhadap jatuh dan segera bertindak untuk mengurangi risiko terjatuh
dan mengurangi risiko cedera akibat jatuh. Pencegahan pasien jatuh merupakan
masalah yang kompleks, yang melintasi batas-batas kesehatan, pelayanan
sosial, kesehatan masyarakat dan pencegahan kecelakaan. Dalam buku
"Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of
Care" (2013), menyebutkan bahwa di Inggris dan Wales, sekitar 152.000 jatuh
dilaporkan di rumah sakit akut setiap tahun, dengan lebih dari 26.000
dilaporkan dari unit kesehatan mental dan 28.000 dari rumah sakit masyarakat.
Beberapa kasus berakibat pada kematian, luka berat atau sedang dengan
perkiraan biaya sebesar ± 15 juta per tahun (Sanjoto, 2014).
3
Joint Commission International (JCI), upaya penanggulangan kejadian
pasien jatuh di rumah sakit mendapatkan perhatian khusus. Hal ini seperti
disebutkan dalan section 1, chapter 1 yaitu International Patient Safety
Goals (IPSG), khususnya Sasaran 6 yaitu Reduce the Risk of Patient Harm
Resulting from Falls. Maksud dan tujuan dari sasaran ke 6 dari akreditasi JCI
ini adalah sebagian besar cedera pada pasien rawat inap terjadi karena jatuh,
dalam konteks ini rumah sakit harus melakukan evaluasi risiko pasien terhadap
jatuh dan segera bertindak untuk mengurangi risiko terjatuh dan mengurangi
risiko cedera akibat jatuh. Rumah Sakit menetapkan program mengurangi
risiko terjatuh berdasarkan kebijakan dan atau prosedur yang tepat. Program ini
memantau baik konsekuensi yang diinginkan maupun tidak diinginkan dari
tindakan yang diambil untuk mengurangi jatuh. Rumah Sakit harus
melaksanakan program ini, oleh karena itu standar JCI sasaran ke 6 ini
disebutkan rumah sakit perlu menyusun cara pendekatan untuk mengurangi
risiko cedera yang menimpa pasien akibat jatuh (Setyarini, 2013).
Upaya mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien jatuh dengan atau
tanpa cidera perlu dilakukan pengkajian di awal maupun kemudian pengkajian
ulang secara berkala mengenai risiko pasien jatuh, termasuk risiko potensial
yang berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta mengambil tindakan
untuk mengurangi semua risiko yang telah diidentifikasikan tersebut.
Pengkajian risiko jatuh ini telah dapat dilaksanakan sejak pasien mulai
mendaftar, yaitu dengan menggunakan skala jatuh. Tim Patient Safety atau Tim
Keselamatan Pasien yang dibentuk oleh Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta
telah menetapkan Morse Fall Scale (MFS) sebagai instrumen yang digunakan
untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko jatuh. Menghitung MFS
4
merupakan cara untuk menentukan risiko jatuh dari pasien dan manajemen
pencegahan jatuh yang perlu dilakukan sesuai dengan standar prosedur
operasional pencegahan jatuh yang telah ada dan berlaku di seluruh unit di
rumah sakit, khususnya di ruang rawat inap (Budiono, 2014).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Setyarini, dkk (2013)
menyimpulkan bahwa penulisan MFS di whiteboard sebagian patuh
melaksanakan penulisan MFS di whiteboard 58% dan yang tidak patuh sebesar
42%. Berkaitan dengan kepatuhan perawat diketahui bahwa hampir seluruh
perawat patuh dalam melaksanaan pemasangan pagar pengaman tempat tidur
(96%) dan yang lain tidak patuh (4%). Ada suatu penelitian yang
menyimpulkan bahwa sebagian besar perawat telah melaksanakan dengan baik
program manajemen pasien jatuh yang meliputi screening, pemasangan gelang
identitas resiko jatuh, edukasi pasien dan keluarga tentang menggunakan leflet
edukasi, pengelolaan pasien risiko jatuh, penanganan dan pelaporan insiden.
Penetapan kebijakan dan implementasi prosedur yang diikuti supervisi dan
monitoring lebih menjamin keterlaksanaan program (Budiono, dkk, 2014).
Sejak diterapkannya Standar Prosedur Operasional (SPO) di RS. HM.
Malik Medan dengan mengidentifikasi pasien risiko jatuh pada bulan Agustus-
Oktober 2014 ditemukan ada 3 orang pasien yang jatuh, hal ini disebabkan
karena kesalahan dalam menghitung skore dari Instrumens Morse Fall Scale
(Sanjoto, 2014). Salah satu upaya mencegah pasien jatuh adalah melalui
penilaian MFS. Prinsip penilaian MFS adalah bagian dari kinerja dan perilaku
perawat dalam bekerja sesuai tugas-tugasnya dalam organisasi, biasanya
berkaitan dengan kepatuhan (Sanjoto, 2014). Patuh merupakan taat atau tidak
5
taat terhadap perintah, dan merupakan titik awal dari perubahan sikap dan
perilaku individu (Sarwono, 2004).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Januari 2015,
peneliti telah melakukan observasi terhadap 10 perawat dalam menerima pasien
baru 15 orang yang dirawat di ruang rawat inap RS Panti Waluyo pada bulan
September 2014, menunjukkan dari 15 pasien ada 3 pasien yang tempat
tidurnya tidak di rendahkan, 5 pasien tidak diberi label segitiga, 2 pasien tidak
dilakukan penilaian MFS, 2 pasien tidak diberi gelang resiko jatuh, 3 pasien
pagar tempat tidur tidak terpasang, dan belum adanya peristiwa pasien jatuh
namun demikian kalau kondisi tersebut terus dibiarkan suatu saat terjadi resiko
pasien jatuh.
Hal ini menggambarkan bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan kepada
pasien secara aman yang merujuk pada patient safety belum optimal, hal ini
disebabkan karena kekurangtahuan perawat dalam melaksanakan prosedur
penanganan resiko jatuh dan juga perawat kurang patuh dalam melakukan SPO
resiko jatuh yang disebabkan oleh prosedurnya terlalu lama, terlalu ribet dan
juga kurang adanya kontrol dari atasan. Upaya pelaksanaan pencegahan pasien
risiko jatuh masih perlu menjadi perhatian bagi perawat di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diadakan penelitian
dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam
Pelaksanaan SPO Pencegahan Risiko Jatuh Pasien di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta”.
6
1.2. Rumusan Masalah
Pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien secara aman yang
merujuk pada patient safety belum optimal, hal ini disebabkan karena
kekurangtahuan perawat dalam melaksanakan prosedur penanganan risiko jatuh
dan juga perawat kurang patuh dalam melakukan Standar Prosedur Operasional
risiko jatuh yang disebabkan oleh prosedurnya terlalu lama, terlalu ribet dan
juga kurang adanya kontrol dari atasan. Berdasarkan permasalahan tersebut
maka dapat dirumuskan: “Apakah terdapat hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta?”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar
Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui karakteristik perawat
2. Mengetahui pengetahuan perawat tentang Standar Prosedur Operasional
risiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta
3. Mengetahui kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta
7
4. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh
pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini diantaranya:
1. Bagi Rumah Sakit Panti Waluyo
Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan terutama berkaitan
dengan keselamatan pasien (Patient Safety) pada pasien yang dirawat di
rumah sakit dengan berbagai macam penyakit yang dialaminya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut tentang sejauh mana hubungan
pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar
Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Sakit.
3. Bagi Peneliti Berikutnya
Sebagai acuan untuk peneliti berikutnya yang melakukan penelitian
khususnya mengenai hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat
dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko Jatuh
pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, dan dapat menambah
variabel serta metode penelitian lain.
8
4. Bagi Peneliti
Mengaplikasikan teori metodologi penelitian untuk diterapkan
dalam kegiatan nyata di lapangan terutama berkaitan dengan pengetahuan
perawat tentang Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh
pasien hubungannya dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar
Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Pengetahuan
2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior) (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan
(beliefs), takhayul (superstilions) dan penerangan-penerangan yang keliru
(misinformations) (Sukanto (2005).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang tersebut
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan dapat berkenaan
dengan apa yang dipikirkan oleh individu yang bersangkutan.
9
10
2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkat ini
adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh karena itu,
tahu ini adalah merupakan tingkat pegetahuan yang lebih rendah.
2. Memahami (Comprehension). Memahami diartikan sebagai kemam-
puan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasi materi secara benar. Tentang objek yang dilakukan
dengan menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya.
3. Aplikasi (Aplication). Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis itu suatu
11
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu kriteria yang di
tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku terbuka (Over behavior) perilaku yang didasari
pengetahuan bersifat langgeng. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan (Sukanto, 2005) yaitu :
1. Tingkat pendidikan, pendidikan adalah upaya untuk memberikan
pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang
meningkat. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami.
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan
nilai-nilai baru diperkenalkan.
2. Informasi, seseorang mempunyai sumber informasi lebih akan
mempunyai pengetahuan lebih luas. Kemudahan memperoleh informasi
dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang baru.
12
3. Budaya, tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. Kebudayaan
lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
4. Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. Ada kecenderungan
pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan,
namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka
secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi
sehingga menimbulkan sikap positif.Sosial ekonomi, tingkat
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin
tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan, hal
ini disebabkan oleh sarana prasarana serta biaya yang dimiliki untuk
mencari ilmu pengetahuan terpenuhi. Usaha memenuhi kebutuhan
pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status
ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga
dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
(Notoatmodjo, 2010)
13
Pengetahuan tentang pencegahan resiko jatuh pasien di rumah sakit
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (Suratiningsih, 2005),
1. Tingkat pendidikan yaitu semakin tinggi pendidikan maka akan mudah
menerima hal-hal baru dan mudah menyelesaikan dengan hal yang baru
tersebut
2. Informasi yaitu suatu berita yang didapat baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui orang, media cetak dan lain-lain
3. Budaya yaitu budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang, karena informasi-informasi yang baru akan di saring kira-
kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dalam agama yang dianut
4. Pengalaman yaitu pengalaman di sini berkaitan dengan umur dan
pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman
akan lebih luas, sedang umur semakin tua umur seseorang pengalaman
akan semakin banyak
5. Sosial ekonomi yaitu lingkungan akan mendukung tingginya
pengetahuan seseorang, sedang ekonomi baik tingkat pendidikan tinggi,
tingkat pengetahuan akan tinggi juga.
2.1.1.4 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Beberapa cara untuk mendapatkan pengetahuan adalah :
1. Coba-salah (trial and eror). Cara ini digunakan saat orang mengalami
masalah, upaya pemecahannya adalah dengan cara coba-coba saja atau
dengan kemungkinan–kemungkinan.
14
2. Cara kekuasaan atau otoritas. Cara ini digunakan secara turun-temurun,
atau karena kebiasaan sehari-hari serta tradisi yang dilakukan oleh
orang tanpa melalui penalaran apakah hal tersebut baik atau tidak.
3. Pengalaman. Pengalaman artinya berdasarkan pemikiran kritis akan
tetapi pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. Mungkin
pengalaman hanya dicatat saja. Pengalaman yang disusun sistematis
oleh otak maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan.
4. Melalui jalan pikiran. Dengan cara induksi dan deduksi. Induksi yaitu
apabila proses pembuatan keputusan itu melalui pernyataan –
pernyataan khusus kepada yang umum. Deduksi apabila pembuatan
kesimpulan dari pernyataan–pernyataan umum kepada yang khusus.
5. Cara modern. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut
“Metodologi penelitian atau Metode Penelitian Ilmiah”. (Notoatmodjo,
2010)
2.1.1.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas
(Notoatmodjo, 2010).
Tingkat pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpre-
tasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yaitu: (Riwidikdo, 2009)
15
1. Pengetahuan Baik : bila (x) > mean + 1 SD
2. Pengetahuan Cukup : bila mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
3. Pengetahuan Kurang : bila (x) < mean - 1 SD.
2.1.2 Kepatuhan
2.1.2.1 Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu
aturan dalam dan perilaku yang disarankan. Pengertian dari kepatuhan
adalah menuruti suatu perintah atau suatu aturan. Kepatuhan adalah tingkat
seseorang dalam melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang
disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya (Bart, 2004).
Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini akan
bertahan bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur
maka akan timbul perilaku ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini akan
optimal jika perawat itu sendiri mengganggap perilaku ini bernilai positif
yang akan diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan. Perilaku
keperawatan ini akan dapat dicapai jika manajer keperawatan merupakan
orang yang dapat dipercaya dan dapat memberikan motivasi (Sarwono,
2007).
2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu: (Setiadi, 2007)
1. Faktor internal
a. Pengetahuan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
16
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Menurut
Wawan & Dewi, 2010). Perilaku yang didasari pengetahuan
umumnya bersifat langgeng, sebelum orang mengadopsi perilaku
baru tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : (1) Awareness
(kesadaran) : yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu; (2) Interest : yakni orang mulai
tertarik kepada stimulus; (3) Evaluation : menimbang-nimbang baik
dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi; (4) Trial : orang telah mulai
mencoba perilaku baru; (5) Adoption : subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus
b. Sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung
atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau
tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan
semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-
cara tertentu (Azwar, 2009). Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang
dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi
17
dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu
stimulus yang menghendaki adanya respons.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2010).
c. Kemampuan
Kemampun adalah bakat seseorang untuk melakukan tugas
fisik atau mental. Kemampuan seseorang pada umumnya stabil.
Kemampuan merupakan faktor yang dapat membedakan karyawan
yang berkinerja tinggi dan yang berkinerja rendah. Kemampuan
individu mempengaruhi karateristik pekerjaan, perilaku, tanggung
jawab, pendidikan dan memiliki hubungan secara nyata terhadap
kinerja pekerjaan. Manajer harus berusaha menyesuaikan
kemampuan dan keterampilan seseorang dengan kebutuhan
pekerjaan. Proses penyesuaian ini penting karena tidak ada
kepemimpinan, motivasi, atau sumber daya organisasi yang dapat
mengatasi kekurangan kemampuan dan keterampilan meskipun
beberapa keterampilan dapat diperbaiki melalui latihan atau
pelatihan (Ivancevich, 2007).
18
d. Motivasi
Motivasi mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin
“movere”, yang berarti mendorong atau menggerakkan. Motivasi
inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktifitas
dalam pencapaian tujuan. Karena itu motivasi diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong
untuk berbuat atau merupakan driving force. Motif sebagai
pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait
mengait dengan faktor-faktor lain, hal-hal yang dapat
mempengaruhi motif disebut motivasi. Apabila orang ingin
mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku ke arah sesuatu
seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan
motivasi atau perilaku yang termotivasi (motivated behavior)
(Sunaryo, 2004).
2. Faktor eksternal
a. Karakteristik Organisasi
Keadaan dari organisasi dan struktur organisasi ditentukan
oleh filosofi dari manajer organisasi tersebut. Keadaan organisasi
dan struktur organisasi akan memotivasi atau gagal memotivasi
perawat profesional untuk berpartisipasi pada tingkatan yang
konsisten sesuai dengan tujuan (Swansburg, 2010). Karakteristik
organisasi meliputi komitmen organisasi dan hubungan antara teman
sekerja dan supervisor yang akan berpengaruh terhadap kepuasan
kerja dan perilaku individu (Subyantoro, 2009).
19
b. Karakteristik Kelompok
Kelompok adalah unit komunitas yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang memiliki suatu kesatuan tujuan dan pemikiran serta
integritas antar anggota yang kuat (Rusmana 2008). Karakteristik
kelompok adalah : (1) adanya interaksi; (2) adanya struktur; (3)
kebersamaan; (4) adanya tujuan; (5) ada suasana kelompok; (6) dan
adanya dinamika interdependensi. Anggota kelompok melaksanakan
peran tugas, peran pembentukan, pemeliharaan kelompok, dan peran
individu. Anggota melaksana-kan hal ini melalui hubungan
interpersonal. Tekanan dari kelompok sangat mempengaruhi
hubungan interpersonal dan tingkat kepatuhan individu karena
individu terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas
kelompok meskipun sebenarnya individu tersebut tidak
menyetujuinya (Rusmana, 2008).
c. Karakteristik Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan akan memberikan motivasi bagi
karyawan untuk lebih bekerja dengan giat dan untuk menumbuhkan
semangat kerja yang lebih produktif karena karakteristik pekerjaan
adalah proses membuat pekerjaan akan lebih berarti, menarik dan
menantang sehingga dapat mencegah seseorang dari kebosanan dan
aktivitas pekerjaan yang monoton sehingga pekerjaan terlihat lebih
bervariasi. Gibson et al (Rahayu, 2006) karakteristik pekerjaan
adalah sifat yang berbeda antara jenis pekerjaan yang satu dengan
yang lainnya yang bersifat khusus dan merupakan inti pekerjaan
20
yang berisikan sifat-sifat tugas yang ada di dalam semua pekerjaan
serta dirasakan oleh para pekerja sehingga mempengaruhi sikap atau
perilaku terhadap pekerjaannya.
d. Karakteristik Lingkungan
Perawat harus bekerja dalam lingkungan yang terbatas dan
berinteraksi secara konstan dengan staf lain, pengunjung, dan tenaga
kesehatan lain. Kondisi seperti ini yang dapat menurunkan motivasi
perawat terhadap pekerjaannya, dapat menyebabkan stress, dan
menimbulkan kepenatan (Swansburg, 2010).
2.1.2.3 Pengukuran Kepatuhan
Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan kuesioner
yaitu dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur
indikator-indikator yang telah dipilih. Indikator tersebut sangat diperlukan
sebagai ukuran tidak langsung mengenai standar dan penyimpangan yang
diukur melalui sejumlah tolok ukur atau ambang batas yang digunakan oleh
organisasi merupakan penunjuk derajat kepatuhan terhadap standar tersebut.
Suatu indikator merupakan suatu variabel (karakteristik) terukur yang dapat
digunakan untuk menentukan derajat kepatuhan terhadap standar atau
pencapaian tujuan mutu. Indikator juga memiliki karakteristik yang sama
dengan standar, misalnya karakteristik itu harus reliabel, valid, jelas, mudah
diterapkan, sesuai dengan kenyataan, dan juga dapat diukur (Assaf, 2006).
21
2.1.3 Standar Prosedur Operasional Pencegahan Risiko Jatuh Pasien
2.1.3.1 Pengertian SPO (Standar Prosedur Operasional)
Suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi. Standar operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan
yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses
kerja tertentu (Perry dan Potter, 2005).
Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi. Stándar Prosedur Operasional merupakan tatacara atau tahapan
yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses
kerja tertentu (Setyarini, 2013).
2.1.3.2 Tujuan Standar Prosedur Operasional
Tujuan Standar Prosedur Operasional antara lain (SPO Rumah Sakit
Panti Waluyo, 2014) :
1. Petugas / pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas /
pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas/pegawai terkait.
4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek
atau kesalahan administrasi lainnya.
22
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi
Dalam menjalankan operasional perusahaan, peran pegawai atau
perawat memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan, oleh karena
itu diperlukan standar-standar operasi prosedur sebagai acuan kerja secara
sungguh-sungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional,
handal sehingga dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan.
2.1.3.3 SPO Pencegahan Pasien Jatuh di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta
SPO Pencegahan Pasien Jatuh Rumah Sakit Panti Waluyo terbit
tanggal 01 Februari 2014, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perawat melakukan penilaian risiko jatuh dengan menggunakan Morse
Fall Scale (MFS) dan hasil didokumentasikan, pada pasien:
a. Saat masuk ruangan
b. Setiap hari saat pergantian shift
c. Ketika kondisi pasien berubah yang dapat membuat pasien berisiko
jatuh
d. Pasien pindah ke bagian lain
e. Setelah pasien jatuh
f. Pasien lanjut usia
2. Setelah mendapatkan hasil MFS ≥ 45, gelang identifikasi pasien warna
kuning dipasang pada pergelangan pasien.
3. Hasil MFS ≥ 45, beri tanda pencegahan jatuh dengan memasang label
segitiga kuning di papan tempat tidur pasien.
23
4. Membuat tulisan di whiteboard pada nurse station: pasien yang
beresiko jatuh dan menginformasikan ke perawat yang lainnya pada saat
pergantian shift.
5. Mengatur tinggi rendahnya tempat tidur sesuai dengan prosedur
pencegahan dan penanganan pasien jatuh.
6. Memastikan pagar pengaman tempat tidur selalu dalam keadaan
terpasang.
7. Pada pasien gelisah menggunakan restrain, kalau perlu dengan meminta
ijin terlebih dahulu kepada keluarga.
2.1.3.4 Pengurangan Pasien Jatuh
Pengurangan pasien jatuh meliputi beberapa hal, yaitu : (Setyarini,
2013).
1. Standar
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk mengurangi
resiko membahayakan pasien akibat dari cedera jatuh.
2. Tujuan
Menilai dan menilai kembali risiko secara berkala setiap pasien
untuk jatuh, termasuk potensi risiko yang terkait dengan rejimen
pengobatan pasien, dan mengambil tindakan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko yang teridentifikasi.
3. Elemen yang dapat diukur :
a. Rumah sakit menerapkan suatu proses untuk penilaian awal pasien
untuk risiko jatuh dan penilaian ulang pasien ketika ditunjukkan
oleh perubahan dalam kondisi atau pengobatan, atau yang lain.
24
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada assessment dianggap rawan jatuh.
c. Kebijakan dan atau prosedur terus mendukung pengurangan resiko
membahayakan pasien akibat jatuh di organisasi.
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera
pasien rawat inap. Dalam konteks populasi atau masyarakat yang
dilayani, pelayanan yang diberikan dan fasilitasnya, rumah sakit perlu
mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko cedera bila pasien jatuh. Evaluasi bisa termasuk
riwayat jatuh, obat dan anamnesa terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan
dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien, melalui pengkajian awal pasien risiko jatuh ini, kejadian pasien
jatuh dapat dicegah.
4. Implementasi pencegahan pasien risiko jatuh di Rumah Sakit
Pencegahan pasien jatuh yaitu dengan penilaian awal risiko
jatuh, penilaian berkala setiap ada perubahan kondisi pasien, serta
melaksanakan langkah–langkah pencegahan pada pasien berisiko jatuh.
Implementasi di rawat inap berupa proses identifikasi dan penilaian
pasien dengan risiko jatuh serta memberikan tanda identitas khusus
kepada pasien tersebut, misalnya gelang kuning.
a. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning. Pasang tanda segitiga
risiko jatuh warna kuning pada bed pasien
b. Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detil
seperti analisa cara berjalan sehingga dapat ditentukan intervensi
25
spesifik seperti menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan jenis
terbaru untuk membantu mobilisasi.
c. Pasien ditempatkan dekat nurse station.
d. Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin, serta
anjuran menggunakan tempat duduk di kamar mandi saat pasien
mandi.
e. Dampingi pasien bila ke kamar mandi, jangan tinggalkan sendiri di
toilet, informasikan cara mengunakan bel di toilet untuk memanggil
perawat, pintu kamar mandi jangan dikunci.
f. Lakukan penilaian ulang risiko jatuh setiap shif.
2.1.3.5 Prosedur Pencegahan pada Pasien Berisiko Jatuh
1. Morse Scale Fall (MFS)
Morse Scale Fall (MFS) merupakan salah satu instrumen yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko jatuh.
Dengan menghitung skor MFS pada pasien dapat ditentukan risiko jatuh
dari pasien tersebut, sehingga dengan demikian dapat diupayakan
pencegahan jatuh yang perlu dilakukan. Pengkajian resiko jatuh
dilakukan pada saat pasien baru masuk ruangan,setiap shift, pernah
terjadi jatuh, dilakukan bila ada perubahan status mental sesuai dengan
prosedur yaitu SPO. Penilaian risiko jatuh jatuh menggunakan MFS
untuk pasien dewasa. Hasil penilaian MFS bila ≥45 risiko tinggi dan
≤45 risiko rendah. Lihat instrumen pengkajian MFS di tabel 2.1
Tabel 2.1. Instrumen Morse Fall Scale/Skala Jatuh Morse
Parameter Status/Keadaan Skor
Riwayat jatuh (baru-
baru ini atau dalam 3
bulan terakhir)
Tidak pernah 0
Pernah 25
26
Tabel 2.1. Lanjutan Instrumen Morse Fall Scale/Skala Jatuh Morse
Parameter Status/Keadaan Skor
Penyakit penyerta
(Diagnosis Sekuner)
Ada 15
Tidak Ada 0
Alat bantu jalan
Tanpa alat bantu, tidak dapat
jalan, kursi roda
0
Tongkat penyangga (crutch),
Walker.
15
Kursi 30
Pemakaian infus
intravena/heparin
Ya 20
Tidak 0
Cara berjalan
Normal, tidak dapat berjalan 0
Lemah 10
Terganggu 20
Status mentalMenyadari kelemahannya 0
Tidak menyadari kelemahannya 15
Total Score 15
Kesimpulan
Keterangan :
Bila total score < 45 resiko rendah dan bila total score ≥ 45 risiko tinggi
Kesimpulan :
RR ( Risiko Rendah ) < 45
RT (Risiko Tinggi ) ≥ 45
2. Pemasangan label segitiga kuning untuk risiko tinggi
3. Pemasangan gelang risiko jatuh dilakukan setelah penilaian Morse Fall
Scale (MFS) hasilnya ≥ 45.
4. Tempat tidur pasien. Tempat tidur pasien merupakan salah satu alat
yang digunakan oleh pasien. untuk mencegah risiko pasien jatuh dari
tempat tidur, maka tempat tidur dalam posisi rendah dan terdapat pagar
pengaman/ sisi tempat tidur.
27
5. Penggunaan restrain sesuai prosedur
Restrain merupakan alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan atau aktifitas pasien secara bebas. Untuk menghindari jatuh
dapat dimodifikasi dengan memodifikasi lingkungan yang dapat
mengurangi cedera seperti memberi keamanan pada tempat tidur (Potter
dan Perry, 2005).
2.2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada penelitian
yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan,
hal ini dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.2. Keaslian Penelitian
No Nama Peneliti Judul Metode Hasil
1 Cintya, dkk
(2013)
Hubungan
pengetahuan dan
sikap perawat
dengan pelaksanaan
keselamatan pasien
(patient safety) di
Ruang Rawat Inap
RSUD Liun
Kendage Tahun A.
Jenis penelitian
survey analitik
dengan rancangan
cross sectional.
Alat analisis yang
digunakan Chi-
Square
Terdapat hubungan
yang signifikan antara
pengetahuan perawat
dengan pelaksanaan
keselamatan pasien,
dan ada hubungan
sikap perawat dengan
pelaksanaan
keselamatan pasien
(patient safety).
2 Setyarini, dkk
(2013)
Kepatuhan pera-wat
melaksanakan
standar prosedur
operasional
Jenis penelitian
deskriptif kuan-
titatif. Alat ana-
lisis yang digu-
Kepatuhan perawat
melaksanakan pence-
gahan pasien jatuh di
ruang Yosef 3 Surya -
pencegahan pasien
risiko jatuh di
Gedung Yosef 3
Dago dan Surya
Kencana Rumah
Sakit Borromeus.
nakan dengan
deskriptif kuan-
titatif dengan
satuan persen-tase
(%).
Kencana dan Yosef 3
Dago dengan hasil rata-
rata 75% patuh
melaksanakan, 25%
tidak patuh melaksa-
nakan.
28
Sikap
Kemampuan
Motivasi
Karakteristik organisasi
Karakteristik kelompok
Karakteristik pekerjaan
Karakteristik lingkungan
Implementasi
Evaluasi
No Nama Peneliti Judul Metode Hasil
3 Budiono, dkk
(2014).
Pelaksanaan Pro-
gram Manajemen
Pasien dengan
Risiko Jatuh di
Rumah Sakit.
Jenis penelitian
merupakan
bentuk kaji tindak
manajemen risiko
pasien jatuh di
rumah sakit
dengan analisis
masalah, solusi
terpilih, dan uji
program.
Hasil menunjukkan
sebagian besar pera-wat
telah melaksana-kan
dengan baik program
manajemen pasien
jatuh yang meliputi:
screening, pemasangan
gelang identitas risiko
jatuh, edukasi pasien
dan keluarga tentang
menggunakan leaflet
edukasi, pengelolaan
pasien risiko jatuh,
penanganan pasien
jatuh dan pelaporan
insiden.
2.3. Kerangka Teori
Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan di muka, maka dapat
dibuat suatu kerangka teori sebagai berikut :
Keterangan :
: yang diteliti
Kepatuhan
Pencegahan
Pasien
Jatuh
Faktor eksternal
Faktor internal
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Sumber: Notoatmodjo (2010), Setiadi (2007)
Pengetahuan
: yang tidak diteliti
29
2.4. Kerangka Konsep
Untuk memperjelas alur pemikiran secara jelas, maka dapat dibuat suatu
kerangka konsep seperti tampak pada gambar berikut:
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.5. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau dalil
sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo,
2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan SPO Pencegahan Resiko Jatuh Pasien di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta.
Ho : Tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan SPO Pencegahan Resiko Jatuh Pasien di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta.
Variabel Bebas :
Pengetahuan tentang
Pelaksanaan SOP Pencegahan
Pasien Jatuh
Variabel Terikat :
Kepatuhan Perawat dalamPelaksanaan SOP Pencegahan
Pasien Jatuh
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diskriptif
korelational, dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu dengan
melakukan pengukuran sesaat untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
Pencegahan Risiko Jatuh Pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
Faktor risiko serta efek tersebut diukur menurut keadaan atau status pada waktu
observasi, jadi tidak ada tindak lanjut (Setiadi, 2007).
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Setiadi, 2007). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perawat yang bekerja di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Waluyo
Surakarta. Hasil studi pendahuluan pada bulan November 2014 yang
dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa jumlah perawat sebanyak 183
orang.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Suharsimi,
2006). Besarnya sampel dalam penelitian ini harus representatif bagi
populasi, oleh karena jumlah populasi lebih dari 100 maka penentuan
31
besarnya sampel minimum penelitian ini diambil dengan rumus:
(Suharsimi, 2006).
n =2.1 dN
N
Keterangan :
n = Besar sampel yang diperlukan
N = Jumlah populasi
d = Kesalahan maksimum yang diperbolehkan 10 %
Perhitungan :
n =2)1,0(.1831
183
=83,2
183
= 64,66431, dibulatkan menjadi 65 perawat.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak
65 responden.
3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik purposive sample. Menurut Arikunto
(2006), purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
berdasarkan atas tujuan tertentu dan syarat-syarat tertentu, caranya adalah
memilih sejumlah responden berdasarkan kriteria inklusi. Penentuan sampel
dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi:
32
1. Kriteria Inklusi
a. Perawat pelaksana yang bertugas di ruang perawatan
b. Perawat yang telah bekerja minimal dua tahun
c. Perawat yang bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Perawat yang sedang menjalani cuti
b. Perawat yang tidak bersedia untuk diteliti.
c. Perawat yang bekerja kurang dari dua tahun
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni 2015. Adapun tempat
penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:
3.4.1. Variabel bebas :
Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh yang
menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan merupakan
variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan perawat.
3.4.2. Variabel terikat:
Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan
berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikatnya adalah
33
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
pencegahan risiko jatuh.
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel.
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Pengetahuan
perawat
adalah segala sesuatu
yang diketahui
perawat terhadap
Standar Prosedur
Operasional
pencegahan risiko
jatuh pasien di Rumah
Sakit Panti Waluyo
Surakarta.
Kuesioner 1. Baik
(16-20)
2. Cukup
(10-14)
3. Kurang
(5-9)
Ordinal
2 Kepatuhan
perawat
dalam
pelaksanaan
Standar
Prosedur
Operasional
adalah suatu hal yang
dilakukan perawat
dalam melaksanakan
perawatan,
pengobatan dan
perilaku yang
disarankan oleh
perawat lain, dokter
atau tenaga kesehatan
lainnya berkaitan
dengan pelaksanaan
SPO pencegahan
risiko jatuh pasien di
RS Panti Waluyo
Surakarta.
Kuesioner 1. Patuh
(58-71)
2. Cukup Patuh
(45-58)
3. Kurang Patuh
(31-44)
Ordinal
34
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner, yaitu:
1. Kuesioner pengetahuan berbentuk closed question/pertanyaan tertutup,
dengan pilihan jawaban dikotomi choice yaitu : apabila pertanyaan dengan
jawaban salah bernilai 0 dan jawaban benar dinilai 1. Jumlah pertanyaan
untuk pengetahuan sebanyak 10 butir. Indikator yang digunakan :
Pengertian keselamatan pasien, tujuan Standar Prosedur Operasional risiko
jatuh, persiapan diri dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional risiko
jatuh pasien, penerapan dalam Standar Prosedur Operasional risiko jatuh
pasien, Morse Fall Scale (MFS) dan pelaksanaan Standar Prosedur
Opersional risiko jatuh pada pasien.
2. Kuesioner tentang kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional pencegahan risiko jatuh berbentuk closed question/pertanyaan
tertutup, dengan pilihan jawaban multy choice yaitu : apabila pertanyaan
dengan jawaban SS (Selalu) skor 4, Sering (S) skor 3, Jarang (J) skor 2, dan
Tidak Pernah (TP) skor 1. Jumlah pertanyaan ada 9 butir. Indikator yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: waktu penilaian risiko jatuh,
tindakan untuk memberi tanda risiko jatuh, dan memberikan perhatian
terhadap posisi dan kondisi pasien dalam menghindari risiko jatuh pasien.
35
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan di Rumah Sakit Brayat
Minulyo Surakarta terhadap perawat yang bertugas di ruang rawat inap yang
dilakukan pada bulan Maret 2015 sebanyak 30 orang.
1. Uji Validitas
Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk
mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang
dilakukan dengan instrumen tersebut (Sugiyono, 2008). Mengetahui
validitas tiap item dari instrumen dengan menggunakan perhitungan
korelasi product moment dari Pearson. Adapun rumus korelasi product
moment adalah :
rXY =2222 YYNxXN
YXXYN
Keterangan:
r = koefesien korelasi antara skor item dengan total item
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
N = jumlah responden (Suharsimi, 2006).
Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung
denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika rhitung > rtable pada taraf
signifikansi 0,05%. Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan
dengan Program SPSS for Windows dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas
untuk variabel pengetahuan nilai validitas terendah sebesar 0,018
36
dengan nilai ρ-value sebesar 0,122 dan nilai validitas tertinggi sebesar
0,603 dengan nilai -value sebesar 0,000, oleh karena nilai rhitung > rtabel
(0,361) pada N = 30, dengan nilai ρ-value 0,000 yang nilainya lebih
kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa instrumen tentang
pengetahuan yang disebarkan tergolong valid, sehingga diketahui yang
valid sebanyak 10 item (item nomor 1, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, dan 19)
dan instrumen yang tidak valid item nomor 2, 3, 5, 8, 14, 15, 16, 17, 18
dan 20, sehingga item yang valid digunakan untuk penelitian sedangkan
nomor item yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian (Hasil
terlampir).
b. Kepatuhan perawat
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas
untuk variabel kepatuhan perawat nilai validitas terendah sebesar 0,066
dengan nilai ρ-value sebesar 0,395 dan nilai validitas tertinggi sebesar
0,591 dengan nilai -value sebesar 0,000, oleh karena nilai rhitung > rtabel
(0,361) pada N = 30, dengan nilai ρ-value 0,000 yang nilainya lebih
kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa instrumen tentang
kepatuhan perawat yang disebarkan tergolong valid, sehingga diketahui
yang valid sebanyak 9 item (item nomor 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, 12, 13, dan
19) dan instrumen yang tidak valid item nomor 3, 6, 8, 11, 14, 15, 16,
17, 18 dan 20, sehingga item yang valid digunakan untuk penelitian
sedangkan nomor item yang tidak valid tidak digunakan untuk
penelitian (Hasil terlampir).
37
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang digunakan untuk menguji
sejauh mana alat ukur relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali
atau lebih. Untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini
digunakan nilai koefisien alpha Cronbach. Rumus alpha cronbach yang
digunakan adalah :
r11 =2
2
11 St
Si
k
k
Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas yang dicari
k = banyaknya item
Si2 = Jumlah varian item
St2 = Varian total
Setelah harga r11 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan indeks
korelasi > 0,600 berarti reliabilitas tinggi (Ghozali, 2009). Hasil uji
reliabilitas untuk variabel pengetahuan diketahui sebesar 0,808 dan untuk
varabel kepatuhan perawat sebesar 0,746. Hal ini berarti semua instrumen
yang disebarkan reliabel karena nilai reliabilitasnya lebih besar dari 0,60
(Hasil terlampir).
3.7. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu
diolah dulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui suatu
proses dengan tahapan sebagai berikut:
38
a. Editing
Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian
lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di
tempat pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat
segera di lengkapi.
b. Coding
Coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban/hasil-
hasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan
manandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka,
kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah
membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yang
digunakan untuk analisa data dalam komputer yang memerlukan suatu
kode tertentu. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yang
digunakan untuk analisa data dalam komputer yang memerlukan suatu
kode tertentu. Adapun kode yang dimaksud adalah:
1) Karakteristik responden
a) Umur : - 21 - 35 tahun = 1
- 36 – 45 tahun = 2
- > 45 tahun = 3
b) Tingkat pendidikan : - D3-Keperawatan = 1
- S1-Keperawatan = 2
2) Pengetahuan : - Kurang = 1
- Cukup = 2
- Baik = 3
39
3) Kepatuhan Perawat : - Kurang patuh = 1
- Cukup patuh = 2
- Patuh = 3
c. Scoring
Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan
yang diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian
yang telah ditentukan.
d. Tabulating
Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-
tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan
kuesioner
2. Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan tahapan perbaikan
data, pemberian kode, dan setelah itu dilakukan tabulasi. Analisis data
dilakukan dengan analisis univariate dan bevariate (Notoatmodjo, 2010),
sebagai berikut:
a. Analisis Univariate
Analisis univariate dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dan hasil
penelitian yang meliputi karakteristik responden, pengetahuan perawat
tentang Standar Prosedur Operasional risiko jatuh pasien dan kepatuhan
perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur Opersioanal risiko jatuh.
40
b. Analisis Bivariate
Analisis bivariate dilakukan terhadap tiap dua variabel yang diduga
ada perbedaan yang signifikan. Analisis ini digunakan untuk meng-
gambarkan dua variabel yang diduga ada hubungan keeratan (Sugiyono,
2008). Uji bivariat dilakukan melalui pengujian statistik dengan analisis
korelasi rank spearman, hal ini dikarenakan data berskala ordinal dan
ordinal sehingga analisis yang sesuai menurut Dahlan (2011) adalah
analisis rank spearman.
Interpretasi yang ditentukan:
1) Bila hasil rxyhit < rxytab atau nilai p > 0,05, artinya bahwa tidak ada
hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Pencegahan risiko jatuh
pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
2) Bila hasil rxyhit ≥ rxytab atau nilai p < 0,05, artinya bahwa ada
hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko Jatuh
pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
Adapun kekuatan korelasi menurut Colton dalam Sugiyono (2010):
r = 0,00 - 0,25 --> tidak ada hubungan/hubungan lemah
r = 0,26 - 0,50 --> hubungan sedang
r = 0,51 - 0,75 --> hubungan kuat
r = 0,76 - 1,00 --> hubungan sangat kuat/sempurna
41
3.8. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus menerapkan etika
penelitian : (Hidayat, 2011)
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent ini
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberi lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Hal ini bertujuan agar responden mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampak yang ditimbulkan.
2. Anonimity (tanpa nama)
Identitas responden tidak perlu dicantumkan pada lembar
pengumpulan data, cukup menggunakan kode pada masing-masing lembar
pengumpulan data.
3. Confidentialty (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil
penelitian
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang
umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja pada perawat di Rumah
Sakit Panti Waluyo Surakarta. Hal ini dapat dikemukakan seperti tampak
pada pembahasan berikut :
1. Umur
Tabel 4.1. Karakteristik Responden menurut Umur
Keterangan Mean Minimum Maximum STD
Umur 34,18 22 49 8,07
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa rata-rata umur responden 34,18
tahun dengan umur terendah 22 tahun dan umur tertinggi adalah 49
tahun dengan standar deviasi sebesar 8,07.
2. JenisKelamin
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
JenisKelamin Jumlah (%)
Laki-laki 8 12,3
Perempuan 57 87,7
Jumlah 65 100,0
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai jenis kelamin perempuan (87,7%) dan sebagian kecil
mempunyai jenis kelamin laki-laki (12,3%).
43
3. Pendidikan akhir
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Akhir
Pendidikan Jumlah (%)
D-3 Keperawatan 59 90,8
S1-Keperawatan 6 9,2
Jumlah 65 100,0
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai tingkat pendidikanD-3 Keperawatan (90,8%) dan sebagian
yang lain mempunyai pendidikanS-1 Keperawatan (9,2%).
4. Lama Bekerja
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Lama Bekerja
Lama Bekerja Jumlah (%)
< 10 tahun 28 43.1
10 – 20 tahun 25 38.5
> 20 tahun 12 18.5
Jumlah 65 100,0
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai lama bekerja kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 43,1%
dan sebagian kecil lama bekerja lebih dari 20 tahun yaitu sebesar
18,5%.
4.1.2 Pengetahuan
Hasil distribusi frekuensi tentang pengetahuan perawat disajikan
dalam tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi tentang Pengetahuan Perawat
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang
Cukup
Baik
7
45
13
10,8
69,2
20,0
Jumlah 65 100,0
44
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Distribusi data tentang pengetahuan pada perawat di Rumah Sakit
Panti Waluyo Surakarta sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup
yaitu sebanyak 45 orang (69,2%), sedangkan paling sedikit perawat
mempunyai pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 7 orang (10,8%).
4.1.3 Kepatuhan perawat
Hasil distribusi frekuensi tentang kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta disajikan dalam tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi tentang Kepatuhan Perawat
Kepatuhan Perawat Frekuensi Persentase (%)
Kurang patuh
Cukup patuh
Patuh
7
36
22
10,8
55,4
33,8
Jumlah 65 100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Distribusi data tentang kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah
Sakit Panti Waluyo Surakarta sebagian besar mempunyai kepatuhan cukup
patuh yaitu sebanyak 36 orang (55,4%), sedangkan paling sedikit perawat
mempunyai kepatuhan kurang patuh yaitu sebanyak 7 orang (10,8%).
4.2 Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji korelasi rank spearman ( ) untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di
45
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Berikut hasil analisis yang telah diuji
yang tersajikan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Crostab dan analisis Korelasi Rank Spearman ( )
Pengetahuan
Kepatuhan
rxy p-valueKurang
Patuh
Cukup
PatuhPatuh Jumlah
f % F % f % f %
Baik 4 57,1 3 42,9 0 0 7 100
0,391 0,001Cukup 3 6,7 29 64,4 13 28,9 45 100
Kurang 0 0 4 30,8 9 69,2 13 100
Jumlah 52 52 86.7 8 13.3 0 0.0 60
Tabel 4.7 diketahui sebagian besar responden yang mempunyai
pengetahuan cukup dengan kepatuhan tergolong cukup patuh yaitu sebanyak
29 orang (64,4%). Hasil analisis korelasi rank Spearman ( ) diketahui bahwa
nilai korelasi hitung sebesar 0,391 dengan nilai probabilitas 0,001 (p value <
0,05), artinya terdapat hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan
dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin baik dan meningkat
pengetahuan yang dimiliki perawat maka semakin patuh dan meningkat pula
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta,
adapun kekuatan hubungan tergolong hubungan yang sedang, karena nilai
korelasi (rxy = 0,391) berada diantara 0,26 - 0,50.
46
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini membahas mengenai analisis univariat dan analisis bivariat
yang telah dikemukakan pada Bab IV sebelumnya yang berupa variabel
pengetahuan perawat dan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo
Surakarta. Hal inidapat dijelaskan sebagai berikut.
5.1 Hasil Analisis Univariat
5.1.1 KarakteristikResponden
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden 34,18
tahun dengan umur terendah 22 tahun dan umur tertinggi adalah 49 tahun
dengan standar deviasi sebesar 8,07. Hal ini menunjukkan bahwa responden
memiliki usia yang matang dalam berfikir dan bekerja atau usia produktif.
Sejalan dengan pendapat Nursalam (2007) bahwa semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Karena dengan bertambahnya umur seseorang maka
kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi setiap
melakukan pekerjaan dalam melayani pasien secara profesional.
Penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
mempunyai tingkat pendidikan Diploma 3 (90,8%). Tingkat pendidikan
perawat dengan rasio akademik lebih banyak akan memudahkan dalam
menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Hasil ini
diperkuat oleh Purwadi dan Sofiana (2006) yang membuktikan bahwa
47
perawat dengan pendidikan Diploma 3 dan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi mempunyai efisiensi kerja dan penampilan kerja yang lebih baik dari
pada perawat dengan pendidikan SPK. Oleh karena itu, pendidikan
seseorang merupakan faktor yang penting sehingga kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien agar mendapatkan hasil
yang maksimal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat
memiliki masa kerja kurang dari 10 tahun yaitusebanyak 43,1%
dansebagiankecil lama bekerjalebihdari 20tahunyaitusebesar 18,5%. Pada
awal bekerja, perawat memiliki kepuasan kerja yang lebih, dan semakin
menurun seiring bertambahnya waktu secara bertahap lima atau delapan
tahun dan meningkat kembali setelah masa lebih dari delapan tahun,dengan
semakin lama seseorang dalam bekerja, akan semakin terampil dalam
melaksanakan pekerjaan (Hariandja, 2008). Seseorang yang sudah lama
mengabdi kepada organisasi memiliki tingkat kepuasan yang tinggi. Hal ini
juga dinyatakan oleh Sastrohadiworjo (2005), bahwa semakin lama
seseorang bekerja semakin banyak kasus yang ditanganinya sehingga
semakin meningkat pengalamannya, sebaliknya semakin singkat orang
bekerja maka semakin sedikit kasus yang ditanganinya. Pengalaman bekerja
banyak memberikan kesadaran pada seseorang perawat untuk melakukan
suatu tindakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, hal ini ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arfianti (2010) yang
menyatakan pengalaman merupakan salah satu faktor dari kepatuhan.
48
5.1.2 Pengetahuan perawat
Hasil penelitian tentang pengetahuan perawat diketahui bahwa
sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 45 orang (69,2%),
sedangkan paling sedikit perawat mempunyai pengetahuan kurang baik
yaitu sebanyak 7 orang (10,8%). Pengetahuan responden tergolong cukup
baik dan baik disebabkan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki responden.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan perawat. Dalam penelitian ini responden sebagian besar
perawat berpendidikan D3-keperawatan. Kesehariannya, pendidikan
seseorang berhubungan dengan kehidupan social dan perilakunya. Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka perilaku seseorang itu akan semakin baik,
oleh sebab itu perawat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung
memiliki pengetahuan yang baik. Lama bekerja merupakan salah satu factor
juga yang mempengaruhi pengetahuan perawat. Dalam penelitian ini
responden sebagian besar perawat lama bekerja 5 tahun keatas atau kurang
dari 10 tahun dan ada sebagian yang lama bekerja lebih dari 20 tahun. Masa
kerja adalah (lama kerja) adalah merupakan pengalaman individu yang akan
menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Masa kerja yang
lama akan cenderung membuat seseorang betah dalam sebuah organisasi hal
ini disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama
sehingga akan merasa nyaman dalam pekerjaannya (Saragih, 2009).
Pengetahuan merupakan factor penting dalam seseorang
mengambil keputusan namun tidak selamanya pengetahuan seseorang bisa
menghindarkan dirinya dari kejadian yang tidak diinginkannya, misalnya
perawat yang tingkat pengetahuannya baik tidak selamanya melaksanakan
49
keselamatan pasien dengan baik karena segala tindakan yang akan dilakukan
berisiko untuk terjadi kesalahan (Notoatmodjo, 2010).
Hasil pengisian kuesioner oleh perawat, menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat dapat menjawab pertanyaan terkait factor risiko
jatuh, mereka telah mengetahui tujuan dibuat Standar Prosedur Operasional
pencegahan risiko jatuh yaitu untuk menilai kembali secara berkala setiapp
asien yang berisiko jatuh, mereka juga mengetahui tentang manajemen
pencegahan jatuh dan penatalaksanaan pasien jatuh dengan baik dan hasil
penilaian risiko jatuh menggunakan Morse Fall Scale, telah
didokumentasikan tidak hanya pada saat pasien masuk ruangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Cintya, dkk (2003) yang menghasilkan penelitian bahwa tingkat
pengetahuan perawat tentang pelaksanaan keselamatan pasien (patient
safety) sebagian kecil tergolong kurang baik, sedangkan lainnya tergolong
baik dan cukup baik.
5.1.2KepatuhanPerawat
Hasil penelitian diketahui bahwa kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta mayoritas mempunyai kepatuhan
cukup patuh yaitu sebanyak 36 orang (55,4%), sedangkan paling sedikit
perawat mempunyai kepatuhan kurang patuh yaitu sebanyak 7 orang
(10,8%). Hal ini disebabkan sebagian besar perawat melakukan pengkajian
risiko jatuh pada pasien hanya berdasarkan usia, keterbatasan mobilisasi dan
terpasangnya infus/iv ataupun kateter. Kepatuhan merupakan ketaatan
50
seseorang pada tujuan yang telah ditetapkan. Kepatuhan merupakan masalah
utama kedisiplinan dalam pelayanan perawatan di rumah sakit.
Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu
aturan dalam dan perilaku yang disarankan. Pengertian dari kepatuhan
adalah menuruti suatu perintah ataus uatu aturan. Kepatuhan adalah tingkat
seseorang dalam melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang
disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya (Bart, 2004).
Pada penelitian ini perawat di RS Panti Waluyo Surakarta dapat
dikategorikan sebagian besar sudah cukup patuh terhadap Standar Prosedur
Operasional pengkajian risiko jatuh menggunakan skala Morse. Hal ini
dibuktikan dengan sebagian besar perawat yang telah melakukan Standar
Prosedur Operasional yang terdapat pada skala Morse. Hal ini disebabkan
karena tingkat pendidikan, umur dan lamanya mereka bekerja. Menurut
Setyarini, dkk (2013), bahwa perawat yang sudah mendapatkan sosialisasi
atau memahami terkait dengan pengkajian risiko jatuh berdasarkan skala
Morse cenderung lebih baik dalam melakukan pengkajian risiko jatuh
dibandingkan dengan perawat yang belummemahami dan mendapat
sosialisasi Standar Prosedur Operasional risiko jatuh, selain itu umur juga
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam menerapkan skala Morse.
Seseorang yang dikatakan senior lebih cenderung memilikis ikap yang
kurang dalam pengkajian risiko jatuh menggunakan skala Morse. Mereka
lebih sering menggunakan penilaian berdasarkan ketergantungan pasien.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Setyarini,
dkk (2013) yang meneliti tentang kepatuhan perawat melaksanakan Standar
51
Prosedur Operasional pencegahan pasien risiko jatuh, hasil penelitian
menyebutkan bahwa kepatuhan perawat melaksanakan pencegahan pasien
jatuh dengan hasil rata-rata 75% patuh melaksanakan, 25% tidak patuh
melaksanakan.
5.2 Hasil Analisis Bivariat
Hasil crosstab diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan cukup dengan kepatuhan tergolong cukup patuh yaitu sebanyak
29 orang (64,4%), dan hasil analisis korelasi Rank Spearman ( ) diketahui
nilai korelasi hitung sebesar 0,391 dengan nilai probabilitas 0,001 (p value <
0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan
yang positif signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di
Rumah Sakit PantiWaluyo Surakarta, artinya bahwa semakin baik dan
meningkat pengetahuan yang dimiliki perawatmaka semakin patuh dan
meningkat pula kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Saki tPanti Waluyo
Surakarta tersebut.
Adanya hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat
dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko jatuh
pasien dapat diasumsikan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang
baik cenderung lebih baik dalam melakukan pengkajian risiko jatuh lebih baik
dibandingkan dengan perawat yang memiliki pengetahuan rendah.
Pengetahuan yang baik sebagian besar dimiliki oleh perawat berpendidikan
52
sarjana dibandingkan D3. Tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih
mempermudah seseorang dalam melakukan sesuatu. Dalam hal iniDepkes RI
(2008) menjelaskan bahwa kepatuhan dalam melaksanakan Standar Prosedur
Operasional pengkajian risiko jatuh menggunakan skala Morse. Pengetahuan
perawat yang baik akan mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat sehingga
mengurangi risiko jatuh pada pasien. Pengkajian risiko jatuh ini telah dapat
dilaksanakan sejak pasien mulai mendaftar, yaitu dengan menggunakan skala
jatuh. Pengalaman, pengetahuan dan sumber informasi merupakan hal yang
mempengaruhi kejelian perawat dalam melakukan pengkajian risiko jatuh.
Sumber informasi disini didapat dalam pelatihan–pelatihan, seminar ataupun
workshop tentang risiko jatuh pasien. Dalam pelatihan-pelatihan perawat
dibekali ilmu, skill dan pengalamanterkait Patient Safety (Anwar, 2012).
Pada penelitian ini terkait pengetahuan perawat dengan kepatuhan
perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan risiko
jatuh memiliki hubungan yang bermakna. Dari hasil analisis peneliti hal
tersebut disebabkan karena mayoritas perawat di Rumah Sakit Panti Waluyo
Surakarta sudah melakukan pengkajian risiko jatuh menggunakan skala
Morse. Perawat sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang risiko jatuh
dalam pengkajian risiko jatuh menggunakan skala Morse, namun di sisi lain
masih juga didapatkan perawat masih memiliki pengetahuan yang kurang,
sehingga pada pelaksanaan pengkajian risikoj atuh menggunakan skala Morse
masih ada beberapa poin yang tidak dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena
minimnya pelatihan dan evaluasi tentang risiko jatuh menggunakan skala
Morse.
53
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Citya dkk (2013) yang menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan
pasien, dan ada hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan
pasien (patient safety). Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan oleh Budiono dkk (2014) yang meneliti tentang pelaksanaan
program manajemen pasien dengan resiko jatuh di rumah sakit, hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa sebagian besar perawat telah melaksanakan
dengan baik program manajemen pasien jatuh yang meliputi: screening,
pemasangan gelang identitas risiko jatuh, edukasi pasien dan keluarga tentang
menggunakan leaflet edukasi, pengelolaan pasien risiko jatuh, penanganan
pasien jatuh dan pelaporan insiden.
54
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Dilihat dari karakteristik responden diketahui :sebagian besar responden
mempunyai umur antara 21-35 tahun (40%), jenis kelamin perempuan
(87,7%), tingkat pendidikan D-3 Keperawatan (90,8%), dan lama bekerja
kurang dari 10 tahun (43,1%).
2. Sebagian besar perawat mempunyai pengetahuan tentang Standar Prosedur
Operasional pencegahan risiko jatuh tergolong cukup baik yaitu sebanyak
48 orang (69,2%).
3. Sebagian besar perawat mempunyai kepatuhan dalam pelaksanaan SPO
pencegahan resiko jatuh tergolong cukup patuh yaitu sebanyak 36 orang
(55,4%).
4. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan dengan
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
pencegahan risiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta
(p-value = 0,001, rxy = 0,391), dan nilai hubungan tergolong sedang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan beberapa saran :
55
1. Bagi Rumah Sakit Panti Waluyo
Diharapkan untuk dilakukannya sosialisasi kepada seluruh perawat
yang berkaitan dengan pengkajian risiko jatuh pasien dengan skala Morse
dan bagaimana cara pengisian menggunakan form pengkajian risiko jatuh
skala Morse serta menetukan intepretasi secara benar.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat mempergunakan sebagai bahan acuan dalam
menentukan kebijakan dalam menyusun panduan perkuliahan terutama
yang berkaitan dengan pengetahuan hubungannya dengan kepatuhan
perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pencegahan
risiko jatuh pasien di Rumah Sakit.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor yang
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional pencegahan risiko jatuh pasien misalnya sikap dan lingkungan
kerja, serta meneliti cakupan sampel yang lebih luas.
4. Bagi Peneliti
Bagi peneliti dapat menerapkan teori ke dalam kegiatan nyata di
lapangan terutama penerapan metode penelitian berkaitan dengan
pengetahuan perawat hubungannya dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan Standar Pencegahan Operasional pencegahan risiko jatuh
pasien di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Assaf, A.F. 2006. Mutu Pelayanan Kesehatan: Prespektif Internasional. Jakarta:EGC
Azwar, S. (2009). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Jakarta : PustakaPelajar.
Budiono, Sugeng, Arief Alamsyah dan Wahyu. (2014). Pelaksanaan ProgramManajemen Pasien dengan Resiko Jatuh di Rumah Sakit. JurnalKedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014.
Bart, Smet. (2004). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Dahlan, Sofiudin. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:Salemba Medika.
Gibson, L. James, John M. Ivancevich, and James H. Donnelly, Jr., (2006).Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses, Jakarta: PT Gelora AksaraPratama.
Gozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang: BPFE UNDIP.
Hidayat, Alimul, Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan TekhnikAnalisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Isomi M. Miake-Lye et al. (2013). Inpatient Fall Prevention Programs as aPatient Safety Strategy. A Systematic Review. Annals of Interbal Medicine.Vol 158. No 5
Ivancevich M, John dkk, (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jilid1,Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga
Joint Commission International Acreditation Standards for Hospitals. 4th Edition.(2011).
KemenKes RI. (2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: KementerianKesehatan RI, 2011.
Meliono, I, dkk. (2007). MPKT Modul 1. Jakarta: Lembang penerbitan FEUI.
Miake-Lye IM Hempel S Ganz DA, and Shekelle PG. (2013) NasionalKeselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Inpatient Fall PreventionPrograms as a Patient Safety Departemen Kesehatan RI; 2008. Strategy: ASystematic Review. Annals of Internal Medicine. 2013; 158(5 ); 390-396.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka Cipta.
_______. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
________. (2010). Sikap dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Prosesdan Praktek. Edisi ke 4. Jakarta. EGC.
Riwidikdo. (2009). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Bina Pustaka.
Rusmana, Nandang (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah(Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung : Rizqi Press
Sanjoto, Hary Agus. (2014). Pencegahan Pasien Jatuh Sebagai StrategiKeselamatan Pasien: Sebuah Sistematik Review.
Sarwono, (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit SuatuPendekatan Sistem. Jakarta: EGC. Jakarta.
Setiadi. (2007). Perilaku Perawat Professional terhadap Suatu Anjuran, Proseduratau Peraturan yang Harus Dilakukan atau Ditaati. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Setiadi, (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: GrahaIlmu
Setyarini, Elizabeth Ari, dan Lusiana Lina Herlina. (2013). Kepatuhan PerawatMelaksanakan Standar Prosedur Operasional Pencegahan Pasien ResikoJatuh di Gedung Yosep 3 Dago dan Surya Kencana Rumah SakitBorromeus. Jurnal Kesehatan. STIKes Santo Borromeus.
Subyamtoro, Arief. (2009). Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan,Karakteristik Organisasi Dan Kepuasan Yang dimediasi Oleh MotivasiKerja, Jurnal Aplikasi Manajemen, 11(1), 11-19.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung:Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Tinjauan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sukanto. (2005). Organisasi Perusahaan, Teori Struktur dan Perilaku.Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R&D. Bandung:Alfabeta.
Swansburg, R. C. (2010). Pengantar Kepemimpinan dan ManajemenKeperawatan untuk Perawat Klinis. Edisi terjemahan. Jakarta: Penerbit,EGC.
Wawan & Dewi, (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan PerilakuManusia. Yogyakarta : Nuha Medika.