I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika...

66
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan. Semakin tingginya jumlah penduduk berakibat pada sempitnya lapangan pekerjaan yang bisa menimbulkan banyaknya pengangguran. Hal ini mendorong dilakukannya upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru yang berpotensi. Salah satu caranya yaitu dengan mengembangkan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Menurut data BPS (2009), laju pertumbuhan PDB sektor pertanian mencapai 4,1 persen, pertumbuhan sektor pertanian menunjukkan penyerapan tenaga kerja sebesar 37,83 persen (43,03 juta orang), dengan total angkatan kerja 113,74 juta orang dan jumlah pengangguran terbuka yang dapat ditekan sebesar 8,14 persen (9,26 juta orang). Peranan agroindustri bagi Indonesia dalam menghadapi masalah pertanian menurut Simatupang dan Purwoto (1990) sangat besar, antara lain: 1. Menciptakan nilai tambah hasil pertanian di dalam negeri. 2. Menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya dapat menarik tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri hasil pertanian (agroindustri). 3. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil agroindustri. 4. Memperbaiki pembagian pendapatan. 5. Menarik pembangunan sektor pertanian. Peranan agroindustri tersebut dapat mendorong adanya pengembangan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bagi petani, ketersediaan sarana produksi pertanian merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas lahan. Salah satu sarana produksi pertanian tersebut adalah pupuk. Sebagian besar petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, karena penggunaannya praktis, reaksinya cepat, jumlah yang digunakan jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah karena disubsidi oleh pemerintah dan mudah diperoleh. Ketika terjadi 1

Transcript of I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika...

Page 1: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika

perkembangan ekonomi global dan kawasan. Semakin tingginya jumlah penduduk

berakibat pada sempitnya lapangan pekerjaan yang bisa menimbulkan banyaknya

pengangguran. Hal ini mendorong dilakukannya upaya untuk menciptakan

lapangan kerja baru yang berpotensi. Salah satu caranya yaitu dengan

mengembangkan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri.

Menurut data BPS (2009), laju pertumbuhan PDB sektor pertanian mencapai 4,1

persen, pertumbuhan sektor pertanian menunjukkan penyerapan tenaga kerja

sebesar 37,83 persen (43,03 juta orang), dengan total angkatan kerja 113,74 juta

orang dan jumlah pengangguran terbuka yang dapat ditekan sebesar 8,14 persen

(9,26 juta orang).

Peranan agroindustri bagi Indonesia dalam menghadapi masalah pertanian

menurut Simatupang dan Purwoto (1990) sangat besar, antara lain:

1. Menciptakan nilai tambah hasil pertanian di dalam negeri.

2. Menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya dapat menarik tenaga kerja dari

sektor pertanian ke sektor industri hasil pertanian (agroindustri).

3. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil

agroindustri.

4. Memperbaiki pembagian pendapatan.

5. Menarik pembangunan sektor pertanian.

Peranan agroindustri tersebut dapat mendorong adanya pengembangan usaha

untuk meningkatkan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

Bagi petani, ketersediaan sarana produksi pertanian merupakan hal yang

sangat penting dalam meningkatkan produktivitas lahan. Salah satu sarana

produksi pertanian tersebut adalah pupuk. Sebagian besar petani sudah sangat

tergantung pada pupuk buatan, karena penggunaannya praktis, reaksinya cepat,

jumlah yang digunakan jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif

murah karena disubsidi oleh pemerintah dan mudah diperoleh. Ketika terjadi

1

Page 2: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

2

kelangkaan pupuk dan harga pupuk semakin meningkat karena subsidinya

dicabut, maka petani mulai kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pupuk dan

mencari alternatif lain agar kebutuhannya tercukupi. Petani mulai sadar akan

dampak negatif penggunaan pupuk buatan, sehingga membuat mereka beralih dari

pertanian konvensional ke pertanian organik. Pertanian organik ini mengandalkan

kebutuhan hara melalui pupuk organik dan masukan-masukan alami lainnya.

Adanya agroindustri pupuk organik mempunyai peranan penting dalam

memajukan pertanian, karena dapat membantu menyediakan salah satu sarana

produksi pertanian yaitu pupuk kepada para petani, sehingga kelangkaan pupuk

dapat dihindari. Oleh karena itu, perhatian dari pemerintah sangat dibutuhkan

dalam pengembangan usaha ini. Pengembangan produk unggulan agroindustri

memerlukan upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing. Untuk itu diperlukan

manajemen pengelolaan profesional pada seluruh komponen sistem mulai dari

pengolahan, transportasi atau distribusi dan pemasaran. Karena keterbatasan

sumberdaya yang dimiliki, maka diperlukan adanya skala prioritas dalam

pengembangan agroindustri sehingga diperoleh hasil yang optimum dari setiap

penggunaan sumberdaya.

CV. Sumber Alam merupakan satu-satunya agroindustri lokal yang

memperoleh ijin dari Departemen Pertanian untuk memproduksi pupuk organik di

Kabupaten Sumenep. Produk pupuk organik yang dihasilkan yaitu pupuk organik

SAA (Sumber Alam Abadi) yang merupakan pupuk bokashi berbahan dasar

kotoran sapi, kotoran ayam, dan arang sekam. Suplai bahan baku tersebut

diperoleh dari sekitar wilayah agroindustri dan kemudian diproses fermentasi

hingga menjadi produk yang siap dipasarkan. Sementara ini, wilayah pemasaran

pupuk organik SAA hanya di wilayah Kabupaten Sumenep saja.

Jumlah agroindustri pupuk organik di Kabupaten Sumenep yang semakin

banyak dapat menimbulkan persaingan pasar. Produk pupuk organik lain yang

merupakan pesaing dari agroindustri pupuk organik SAA adalah pupuk organik

yang diproduksi oleh industri besar swasta maupun milik negara yang berskala

nasional. Selain itu, petani-petani sudah bisa memproduksi pupuk organik sendiri

setelah adanya penyuluhan dari Dinas Pertanian melalui program pembuatan

pupuk organik. Hal ini menyebabkan jumlah penjualan produk pupuk organik

Page 3: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

3

SAA relatif tetap dan terkadang mengalami penurunan. Oleh karena itu,

dibutuhkan strategi dan manajemen yang baik oleh agroindustri ini dalam

melakukan kegiatan usahanya.

Melalui agroindustri pupuk organik SAA, diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan pengusaha itu sendiri dan masyarakat sekitarnya yang terdiri dari para

pegawai (pekerja), peternak sapi dan ayam sebagai penyedia bahan baku produksi.

Selain itu, dengan adanya pupuk organik SAA dapat meningkatkan produktivitas

lahan usahatani baik jangka pendek maupun jangka panjang yang sangat

menguntungkan petani. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari rujukan Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2011 tentang tata kelola bahan

pupuk organik. Tujuan dari pengembangan tata kelola bahan pupuk organik pada

akhirnya adalah untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal

dan mengembalikan tingkat kesuburan tanah melalui pemanfaatan bahan organik

yang diproses menjadi bahan pupuk organik, memberdayakan petani miskin untuk

meningkatkan kesejahteraanya, serta untuk mengantisipasi adanya kegagalan

panen dan gejolak harga komoditas pertanian, sehingga hasil peternakan

diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan alternatif dan juga untuk

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Dinas Pertanian, 2012).

Sasaran dari integrasi ternak dengan areal pertanian diharapkan dapat

meningkatkan produksi bahan pupuk organik, meningkatkan pemanfaatan pupuk

organik, serta meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. Konsep integrasi ini

diharapkan dapat menciptakan peluang pasar yang beragam, sehingga dapat

mengurangi kegagalan dengan memanfaatkan sumberdaya alam secara lebih

efisien dan usaha tani berkelanjutan. Di samping itu, pemanfaatan dari integrasi

ternak dan pertanian dapat meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan ternak,

dapat memanfaatkan pupuk organik untuk memupuk tanaman sendiri,

pengurangan penggunaan pupuk anorganik, sehingga mengurangi biaya produksi

dan akhirnya berdampak positif terhadap kesuburan tanah dan ketersediaan air

dalam tanah serta dapat memanfaatkan sumberdaya alam secara rasional.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian tentang strategi pengembangan

agroindustri pupuk organik SAA di CV. Sumber Alam, Kabupaten Sumenep ini

penting untuk dilakukan.

Page 4: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Sumenep, angka populasi

ternak sapi tahun 2010 mencapai 249,073 ekor yang tersebar di 27 Kecamatan di

wilayah Kabupaten Sumenep (Sutrisno, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa

potensi wilayah untuk menyediakan bahan baku pembuatan pupuk organik SAA

sangat memadai. Kerjasama antara pihak peternak dengan pihak perusahaan dapat

saling menguntungkan. Pihak perusahaan membeli kotoran sapi sebagai bahan

baku utama pembuatan pupuk organik untuk meningkatkan nilai tambah,

sedangkan pihak peternak menerima pendapatan tambahan dari hasil penjualan

kotoran ternaknya.

Selain potensi wilayah dalam ketersediaan bahan baku pupuk organik,

potensi pasar untuk produk pupuk organik SAA khususnya di Kabupaten

Sumenep dan sekitarnya juga sangat besar. Hal ini ditinjau dari luasnya lahan

pertanian yang tersedia, sehingga dapat mendorong perusahaan untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas pupuk organik yang diproduksi agar dapat

memenuhi permintaan pasar dan sesuai dengan harapan para petani.

Namun pemasaran produk pupuk organik SAA selama ini masih dalam

cakupan wilayah Kabupaten Sumenep saja. Perusahaan mempunyai keinginan

untuk memperluas area pemasaran mulai dari luar kota yang ada di Pulau Madura

dan di Pulau Jawa, namun masih terkendala masalah faktor produksi dan

kurangnya relasi. Kendala selanjutnya adalah keberadaan pesaing yang skala

usahanya lebih besar dan adanya program penyuluhan bagi kelompok tani untuk

bisa memproduksi pupuk organik sendiri, juga ikut menjadi ancaman bagi

agroindustri pupuk organik SAA. Ancaman tersebut dapat berupa penurunan

jumlah pembelian produk pupuk organik SAA. Oleh karena itu, pengembangan

baik pada aspek produksi, distribusi, dan promosi harus lebih intensif agar tujuan

perusahaan dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan, diantaranya:

1. Apakah kegiatan usaha agroindustri pupuk organik SAA ini sudah layak atau

belum, ditinjau dari segi perhitungan keuangan dan nilai tambahnya?

Page 5: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

5

2. Sejauh mana faktor-faktor internal dan eksternal dari agroindustri pupuk

organik SAA masih dapat ditingkatkan agar perusahaan dapat berkembang?

3. Apakah manajemen perusahaan selama ini sudah tepat sehingga dapat menjadi

acuan untuk penentuan strategi pengembangan selanjutnya?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meliputi hal-

hal sebagai berikut :

1. Mengetahui dan menganalisis tingkat biaya, penerimaan, keuntungan,

kelayakan, nilai tambah, serta pendapat konsumen produk pupuk organik

SAA.

2. Menganalisis faktor internal dan eksternal usaha agroindustri produk pupuk

organik SAA serta penetapan alternatif strategi untuk pengembangan

usahanya.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat rekomendasi alternatif kebijakan

pemasaran perusahaan mengenai produk pupuk organik yang dipasarkan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengembangkan

usahanya.

3. Memberikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan strategi pengembangan usaha.

Page 6: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

6

III. KERANGKA TEORITIS

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan potensi-potensi daerah

pedesaan yang mempunyai prospek bagus untuk dikembangkan. Potensi wilayah

Sumenep sangat mendukung dalam penyediaan bahan baku pupuk organik SAA

karena jumlah peternak dan petani yang ada di dalam wilayah maupun di luar

wilayah Kabupaten Sumenep yang relatif sangat banyak. Baharsjah (1992),

mengemukakan bahwa agar pengembangan industri dapat meraih manfaat yang

optimal maka dalam pengembangannya perlu didasarkan atas keunggulan

komparatif yang dimiliki karena ini akan menjamin pasar untuk produk yang

dihasilkan. Salah satu keunggulan komparatif adalah potensi wilayah dalam

penyediaan bahan baku. Potensi penyediaan bahan baku baik secara kualitas

maupun kuantitas akan berpengaruh terhadap kontinuitas produksi agar

memberikan hasil yang optimal.

Selain potensi penyediaan bahan baku dan potensi pasar, wilayah

Kabupaten Sumenep juga memiliki potensi dalam penyediaan tenaga kerja. Hal

ini diakibatkan oleh banyaknya jumlah pengangguran dan jumlah pendapatan

yang kurang memadai sehingga mendorong penduduk untuk mencari pekerjaan

sampingan. Oleh sebab itu, agroindustri pupuk organik SAA ini perlu

mengembangkan skala usahanya agar dapat meningkatkan pendapatan bagi

pengusaha agroindustri dan penduduk setempat.

Dalam upaya pengembangan skala usaha, agroindustri pupuk organik

SAA ini memiliki kendala yakni wilayah pemasaran produk masih belum luas

yaitu hanya menjangkau sebagian wilayah daratan Kabupaten Sumenep dan hanya

Pulau Talango yang merupakan Pulau terdekat dari wilayah daratan Kabupaten

Sumenep. Salah satu penyebab keterbatasan wilayah pemasaran ini adalah

kapasitas tempat produksi pupuk organik SAA yang masih relatif kurang

mencukupi jika akan menjangkau wilayah pemasaran yang lebih luas. Selain itu,

kegiatan promosi masih belum gencar dan adanya perusahaan pesaing sejenis

yang skala usahanya lebih besar.

6

Page 7: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

7

Perusahaan ini belum mencatat administrasi keuangan dalam usahanya,

padahal kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari

posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Laporan keuangan

merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan dan

sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan usaha.

Sistem keuangan harus dikelola dengan baik, sehingga seluruh dana dapat

dialokasikan ke semua bagian kegiatan. Kelebihan atau kekurangan dana

menandakan kurang tepatnya pengelolaan sistem keuangan (David, 2009).

Menurut David (2009), semua organisasi mempunyai kekuatan dan

kelemahan dalam berbagai bidang fungsional bisnis. Analisis internal

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang menjadi landasan bagi strategi

perusahaan. Kekuatan perusahaan adalah sumberdaya, keterampilan atau

keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh

perusahaan. Kelemahan perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam

sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang serius menghambat kinerja efektif

perusahaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal perusahaan

meliputi faktor manajemen, faktor pemasaran dan distribusi, faktor keuangan dan

akuntansi, faktor produksi, faktor penelitian dan pengembangan, dan sistem

informasi.

Faktor keuangan dalam agroindustri ini belum tercatat sehingga perlu

dianalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, R/C Ratio, BEP, ROI, dan

analisis nilai tambahnya. Dari hasil analisis tersebut, diharapkan memberikan

pandangan bagi perusahaan dalam mengatur kinerja keuangan.

Faktor produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang

mengubah masukkan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi menangani

masukan, pengubahan dan keluaran yang bervariasi antara industri dan pasar.

Aktivitas dalam memproduksi merupakan bagian terbesar dari aset manusia dan

modal. Faktor produksi terdiri dari proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan

mutu. Kekuatan dan kelemahan dalam faktor produksi akan menentukan sukses

atau gagalnya perusahaan.

Selain itu, untuk menentukan alternatif strategi pengembangan usaha

pupuk organik SAA yang obyektif dibutuhkan keterlibatan dari pihak eksternal

Page 8: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

8

perusahaan yaitu mengenai penilaian konsumen (petani pengguna) terhadap

pupuk organik SAA. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan atau faktor pendukung

atau bahan pertimbangan bagi pembuatan alternatif strategi perusahaan agar lebih

mengembangkan usahanya.

Analisis terhadap lingkungan eksternal menekankan kepada evaluasi

pengaruh dari luar perusahaan yaitu kebijakan pemerintah, tingkat penghasilan

konsumen sebagai target pasar, perkembangan teknologi serta informasi, adanya

pesaing dan ancaman produk pengganti. Strategi yang dijalankan oleh perusahaan

dapat berhasil hanya jika perusahaan tersebut memberikan keunggulan kompetitif

dibandingkan dengan strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing (David,

2009).

Dengan mengetahui faktor internal dan eksternal dari agroindustri pupuk

organik SAA ini, kita dapat membuat suatu rancangan strategi pengembangan

yang sesuai dengan kondisi perusahaan dengan menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT dapat menghasilkan rumusan strategi yang baik dan tepat karena

dapat mengidentifikasi berbagai faktor eksternal dan internal dari Agroindustri

Pupuk Organik SAA secara sistematis dan menyeluruh dengan mendasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang

(Oppurtunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weakness) dan ancaman (Threat). Analisis SWOT yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi analisis matrik IFAS, matrik EFAS, dan matrik SWOT.

Setelah dilakukan analisis dari ketiga matrik tersebut, maka dapat dibuat

rekomendasi strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi riil agroindustri

pupuk organik SAA ini, sehingga diharapkan perusahaan dapat meningkatkan

skala usahanya yang berakibat pada peningkatan pendapatan pengusaha itu

sendiri, petani sebagai pengguna produk pupuk organik SAA, peternak sebagai

suppliers bahan baku produksi, dan masyarakat setempat yang ikut berperan

dalam kegiatan pengembangan usaha.

Skema alur kerangka pemikiran Analisis Strategi Pengembangan

Agroindustri Pupuk Organik SAA dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Page 9: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

9

Keterangan: = Alur pemikiran = Alat analisis Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Strategi Pengembangan Agroindustri

Pupuk Organik SAA

Potensi: 1. Penyediaan bahan baku (kotoran

sapi, kotoran ayam, dan arang sekam)

2. Pasar (lahan pertanian luas) 3. Penyediaan tenaga kerja

Pengembangan Agroindustri Pupuk Organik SAA

Matrik SWOT

Rekomendasi Strategi Pengembangan

Kendala atau Permasalahan: 1. Wilayah pemasaran belum luas 2. Keterbatasan kapasitas faktor produksi 3. Promosi belum gencar 4. Keberadaan pesaing dalam skala usaha

yang lebih besar.

Analisis Biaya, Penerimaan, Keuntungan, R/C Ratio, BEP, ROI, dan Analisis Nilai Tambah

Analisis Faktor Strategi Internal 1. Mempunyai nilai tambah yang tinggi dan

menguntungkan 2. Pasokan bahan baku secara kontinu,

dengan harga relatif murah dan mudah diperoleh

3. Lokasi perusahaan yang mudah dijangkau 4. Satu-satunya unit usaha produk organik

lokal yang mempunyai ijin dari Deptan 5. Kadar hara telah teruji 6. Memiliki label produk 7. Harga produk yang dipasarkan murah

(terjangkau petani) 8. Kualitas dan tampilan kemasan (sak) baik 9. Administrasi keuangan tidak tercatat 10. Struktur organisasi belum lengkap 11. Kapasitas tempat produksi terbatas 12. Penggunaan teknologi kurang maksimal

Analisis Faktor Strategi Eksternal 1. Dukungan PERDA Nomor 3

Tahun 2011 tentang tata kelola bahan pupuk organik.

2. Dapat memperluas pasar 3. Permintaan pasar yang semakin

bertambah 4. Adanya kesadaran masyarakat

untuk mendukung gerakan Go Organik

5. Antusiasme pemasok bahan baku (peternak/ suppliers)

6. Memungkinkan adanya inovasi produk

7. Adanya pesaing sehingga menimbulkan produk substitusi

8. Promosi yang belum efektif 9. Perubahan cuaca mempengaruhi

kualitas bahan baku

Matrik IFAS Matrik EFAS

Hasil yang Diharapkan: 1. Meningkatkan skala usaha agroindustri pupuk organik SAA. 2. Meningkatkan pendapatan pengusaha, petani, peternak, dan masyarakat.

Analisis Konsumen

Page 10: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

10

3.2. Hipotesis Penelitian

1. Diduga kegiatan usaha agroindustri pupuk organik SAA ini sudah layak,

ditinjau dari segi perhitungan kelayakan usaha dan nilai tambahnya.

2. Diduga faktor-faktor internal dan eksternal dari agroindustri pupuk organik

SAA berpengaruh pada pengembangan perusahaan.

3. Manajemen perusahaan selama ini sudah tepat tetapi kurang maksimal sehingga

masih perlu dikembangkan lagi agar memenangkan persaingan pasar, sehingga

dibutuhkan strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi perusahaan.

3.3. Batasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi pada agroindustri pupuk organik Sumber Alam Abadi

(SAA) yang terletak di Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten

Sumenep.

2. Penentuan strategi pengembangan dalam penelitian ini menggunakan analisis

SWOT yang ditunjang oleh data perhitungan analisis biaya, penerimaan,

keuntungan, efisiensi usaha (R/C Ratio, BEP, ROI), analisis nilai tambah,

analisis konsumen, analisis faktor-faktor internal dan eksternal agroindustri

pupuk organik SAA (Sumber Alam Abadi).

3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Agroindustri adalah aktivitas industri yang berhubungan dengan proses

produksi, pengolahan, transportasi atau pengangkutan, penyimpanan,

keuangan, pemasaran, dan penyaluran produk-produk pertanian spesifik.

2. Pupuk organik adalah pupuk yang berbahan dasar kotoran hewan (sapi dan

ayam) serta arang sekam.

3. Bokashi adalah hasil fermentasi bahan-bahan organik seperti sekam, serbuk

gergaji, jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut

difermentasikan dengan bantuan mikroorganisme aktivator yang

mempercepat proses fermentasi.

4. Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya

dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi

Page 11: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

11

sumber daya. Sedangkan formulasi strategi adalah proses penyusunan jangka

panjang.

5. Produksi adalah proses pengolahan dari bahan baku berupa kotoran ayam,

kotoran sapi, dan arang sekam menjadi pupuk organik SAA.

6. Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang dihasilkan dalam satu kali

proses produksi (Kg).

7. Harga produk pupuk organik SAA per sak adalah harga jual di tingkat

produsen (Rp/sak).

8. Penerimaan adalah sejumlah uang yang berasal dari penjualan produk dengan

mengalikan harga dan jumlah kuantitasnya setiap kali produksi (Rp).

9. Keuntungan adalah selisih antara jumlah total penerimaan dikurangi jumlah

total biaya (Rp).

10. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung oleh

perubahan tingkat kegiatan yang ada (Rp).

11. Biaya variabel adalah semua biaya yang sifatnya dapat berubah sesuai dengan

perubahan tingkat produksi yang ada (Rp).

12. Nilai tambah adalah selisih total biaya yang dipergunakan untuk membeli

bahan baku dan biaya input lain per unit bahan baku dalam satu kali proses

produksi (Rp/ kg bahan baku).

13. R/C ratio adalah perhitungan rasio antara penerimaan dengan biaya per tahun.

14. Return On Investment (ROI) adalah pembagian antara keuntungan dengan

total biaya dikali seratus persen untuk menghitung pengembalian atas modal

sendiri tiap kali proses produksi.

15. Break Even Point (BEP) adalah pembagian total biaya produksi per produksi

dengan harga jual per unit pupuk organik SAA untuk menentukan titik impas

tiap proses produksi (unit).

16. Wilayah pemasaran adalah daerah jangkauan pasar pupuk organik SAA.

17. Pelabelan adalah pemberian identitas resmi terhadap produk pupuk organik

SAA.

18. Sumber daya manusia adalah tenaga kerja yang dimiliki perusahaan yang

mempunyai keterampilan dalam proses produksi pupuk organik SAA.

Page 12: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

12

19. Analisis SWOT adalah analisis yang mencakup tentang kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh agroindustri.

20. Lingkungan internal adalah lingkungan yang langsung berkaitan dengan

perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar.

21. Lingkungan eksternal adalah lingkungan dari luar perusahaan yang

mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi kinerja agroindustri berupa

peluang dan ancaman bagi pengembangannya.

22. Matrik SWOT adalah matrik yang digunakan untuk menyusun berbagai

alternatif strategi berdasarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman yang ada di lingkungan agroindustri.

23. Pesaing adalah produsen pupuk organik di luar daerah penelitian.

Page 13: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

13

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan di CV. Sumber Alam, Desa Gunggung,

Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep. Produk dari perusahaan ini berupa

pupuk organik SAA (Sumber Alam Abadi). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa agroindustri pupuk organik SAA

merupakan salah satu unit usaha yang bergerak dalam bidang produksi, penjualan,

penyaluran atau distribusi pupuk organik kepada petani maupun kelompok tani.

Agroindustri ini merupakan satu-satunya produsen pupuk organik lokal yang

memiliki izin dari Departemen Pertanian. Karena usaha ini memiliki potensi dan

hasil produksinya bermutu sehingga perlu untuk dikembangkan. Selain itu

pertimbangan lain berupa adanya ketersediaan data yang dibutuhkan dan

kesediaan pihak perusahaan untuk diteliti menjadikan perusahaan tersebut sebagai

lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan kurang lebih dua bulan yaitu bulan

Maret hingga April 2012.

4.2. Metode Penentuan Responden

Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Menurut

David (2006), dalam analisis untuk menentukan responden tidak ada jumlah

minimal yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli di

bidangnya. Responden adalah orang-orang yang mengenal dinamika dan keadaan

bisnis yang dijalani. Responden dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, key

informan yang berasal dari internal yaitu manajer lapang CV. Sumber Alam dan

responden dari eksternal yaitu petani lokal yang sudah relatif lama menggunakan

pupuk organik SAA pada lahan usaha taninya. Jumlah petani pengguna pupuk

organik SAA tidak diketahui maka pengambilan jumlah responden dalam

penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling (Rianse, 2009).

Pengambilan jumlah responden eksternal dalam penelitian ini sejumlah 30 orang

dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah dapat mewakili pendapat

konsumen secara keseluruhan. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam

penelitian ini diharapkan menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

13

Page 14: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

14

4.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data

sekunder. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer diperoleh secara langsung dari perusahaan (CV. Sumber

Alam) baik dari hasil wawancara dan dari hasil observasi langsung yaitu dengan

melihat dan mengamati situasi perusahaan, mengumpulkan dan mencatat data

total biaya produksi, penjualan pupuk organik SAA. Data primer berupa faktor-

faktor strategis internal dan eksternal diperoleh dengan cara wawancara

menggunakan responden sebagai narasumber.

Narasumber dalam pengambilan informasi tentang faktor-faktor internal

dipilih dari pihak perusahaan. Tujuan dari pemilihan responden tersebut adalah

dengan anggapan bahwa pihak perusahaan akan lebih mengetahui faktor-faktor

internal dan eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi perusahaan. Wawancara

juga dilakukan terhadap petani lokal yang menggunakan pupuk organik SAA

untuk mengetahui penilaian konsumen sebagai pihak eksternal.

2. Data Sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari beberapa buku yang terkait dengan

penelitian, studi pustaka, literatur dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat

Statistik (BPS), Dinas Pertanian setempat, jurnal dan artikel. Data sekunder

berupa pendukung penelitian melalui penelitian-penelitian sebelumnya dapat

diperoleh dari skripsi sebelumnya dan browsing internet guna mencari data yang

mendukung penelitian.

4.4. Metode Analisis Data

4.4.1. Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan

Menurut Soekartawi (1995), Penerimaan dan pendapatan kotor

didefinisikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu. Sedangkan

pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan dan total biaya selama proses

produksi. Sedangkan keuntungan atau pendapatan merupakan selisih antara total

penerimaan usaha dengan total biaya yang dikeluarkan. Secara matematis

penerimaan dan keuntungan dapat dinotasikan sebagai berikut:

Page 15: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

15

TC = TFC + TVC

TR = P x Q

π = TR – TC

Dimana:

P = Harga jual/unitnya (Rp)

Q = Jumlah barang yang diproduksi (kwintal)

TFC = Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Biaya Variabel (Rp)

π = Keuntungan (Rp)

TR = Total penerimaan (Rp)

TC = Total biaya (Rp)

4.4.2. Analisis Kelayakan Usaha

1. Analisis Revenue Per Cost Ratio (R/C Rasio )

Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa R/C Rasio adalah perbandingan

(nisbah) antara penerimaan dan biaya produksi. Berikut ini adalah rumus R/C

Rasio:

푅퐶 푅푎푡푖표 =푇푅푇퐶

Ketentuan:

Bila R/C Rasio > 1, maka usaha tersebut layak dan menguntungkan.

Bila R/C Rasio = 1, maka usaha tersebut impas atau tidak untung dan tidak rugi.

Bila R/C Rasio < 1, maka usaha tersebut layak dan tidak menguntungkan.

2. Analisis Break Even Point (BEP)

Menurut Rahardi (1998), BEP merupakan bentuk analisis yang

memperlihatkan hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan

volume penjualan minimal yang harus dipertahankan agar tidak mengalami

kerugian. Nilai Break even point (BEP) dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

퐵퐸푃 (푅푢푝푖푎ℎ) = 퐹퐶

1− 푉퐶푆

Page 16: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

16

퐵퐸푃 (푈푛푖푡) = 퐹퐶푃 − 푉

Dimana:

FC = Biaya tetap (Rp)

VC = Biaya variabel (Rp)

S = Penjualan bersih (Rp)

P = Harga per satuan produk (Rp)

V = Biaya Variabel per unit (Rp/ unit)

Indikator BEP:

Nilai BEP (Rupiah) = Jumlah nominal uang yang harus dihasilkan agar

perusahaan tidak untung dan tidak rugi.

Nilai BEP (Unit) = Jumlah unit produk yang harus dihasilkan perusahaan

agar perusahaan tidak untung dan tidak rugi.

3. Analisis Return on Investment (ROI)

Rahardi (1998) menyebutkan bahwa suatu usaha juga dikatakan efisien jika

nilai ROI usahanya tinggi. ROI merupakan nilai yang diperoleh pengusaha dari

setiap uang yang diinvestasikan pada usahanya dalam periode waktu tertentu.

Return on Investment (ROI) atau analisis tingkat pengembalian modal yang telah

digunakan untuk mengetahui keuntungan usaha yang berkaitan dengan modal

yang telah dikeluarkan. Perhitungan ROI dapat dikakuan dengan menggunakan

rumus berikut:

푅푂퐼 =푁푝퐼

Dimana:

ROI = Return on Investment

Np = Keuntungan bersih (nett profit)

I = Investasi / modal

Indikator: Semakin besar persentase ROI maka semakin baik ROInya.

4.4.3. Analisis Nilai Tambah

Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya nilai tambah yang

diperoleh perusahaan dengan pengurangan bahan baku dan input lainnya terhadap

Page 17: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

17

nilai produk yang dihasilkan tidak termasuk tenaga kerja. Analisis nilai tambah

dalam penelitian ini menggunakan metode Hayami. Menurut Hayami (1990)

dalam Sudiyono (2002), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai

tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Prosedur

perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1. Format Nilai Tambah Agroindustri Pupuk Organik SAA

No. Unsur Perhitungan Rumus Perhitungan 1. Hasil produksi (kg/proses produksi) a 2. Bahan baku (kg/proses produksi) b 3. Tenaga kerja c 4. Faktor konversi a/b=h 5. Koefisien tenaga kerja c/b=i 6. Harga produk (Rp/kg) d 7. Upah rata-rata (Rp/HOK) e 8. Harga bahan baku (Rp/kg) f 9. Input lain (Rp/kg) g 10. Nilai produksi (Rp/kg) h x d = j 11. a. Nilai tambah (Rp/kg)

b. Rasio nilai tambah (%) j – f – g = k

k/j 12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp)

b. Bagian tenaga kerja (%) i x e = m

m/k 13. a. Keuntungan (Rp/kg)

b. Tingkat keuntungan k – m = o

o/k 14. Marjin pengolahan j – f = q

Dengan kriteria pengujian:

1) Rasio nilai tambah rendah apabila < 15 %

2) Rasio nilai tambah sedang apabila 15 % - 40 %

3) Rasio nilai tambah tinggi apabila > 40 %

4.4.4. Analisis SWOT

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif.

Tujuan metode deskriptif adalah untuk memberikan gambaran secara sistematis,

aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara

fenomena yang diteliti. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif

melalui pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis kualitatif digunakan

untuk mengetahui lingkungan perusahaan terkait dengan kekuatan, kelemahan,

Page 18: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

18

peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yaitu menggunakan analisis

SWOT dalam penentuan alternatif strategi. Berikut adalah beberapa tahap dari

analisis SWOT:

1. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka

dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi

alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yaitu

menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman,. Untuk menentukan

faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dilakukan

wawancara interaktif dengan pihak perusahaan. Pada proses awal wawancara

peneliti berusaha mencari informasi keadaan internal diantaranya mengenai

manajemen, pemasaran dan distribusi, keuangan dan akuntansi, pengadaan bahan

baku, produksi dan sumberdaya manusia. Setelah informasi tersebut terkumpul

kemudian peneliti membuat daftar faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan

yang kemudian dikonfirmasikan kembali dengan pihak perusahaan dengan tujuan

memastikan bahwa daftar kekuatan dan kelemahan yang dibuat tersebut sudah

menggambarkan kondisi internal perusahaan. Selain itu, peneliti juga melakukan

wawancara untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi perusahaan berdasarkan lingkungan eksternal dan lingkungan

industri.

Pada tahapan ini peneliti memberikan panduan secara umum tentang faktor-

faktor yang ada di dalam lingkungan jauh dan lingkungan industri. Kemudian

pihak perusahaan memberikan penjelasan tentang pengaruh faktor-faktor tersebut

terhadap perusahaan. Dari hasil penjelasan yang didapat, peneliti membuat daftar

peluang dan ancaman yang kemudian dikonfirmasikan kembali dengan pihak

perusahaan. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap pihak petani yang

menggunakan pupuk organik SAA maupun tidak menggunakannya, sehingga

diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam analisis SWOT.

Page 19: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

19

2. Penentuan bobot, rating dan skor dari analisis faktor internal (IFAS) dan faktor

eksternal (EFAS)

Kriteria pembobotan berdasarkan pada seberapa besar kontribusi yang

diberikan oleh masing-masing faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri. Besarnya

bobot tergantung pada jumlah faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

eksternal (peluang dan ancaman). Berikut adalah cara memberikan bobot:

푌 = 1푎

Dimana:

Y = Nilai rata-rata dari faktor internal / eksternal

a = Jumlah faktor internal dan eksternal

Ada 3 kriteria dalam pemberian bobot yaitu:

a. Bila faktor-faktor tersebut kurang berpengaruh bagi perkembangan agroindustri

maka diberi bobot < Y.

b. Bila faktor-faktor tersebut berpengaruh bagi perkembangan agroindustri maka

diberi bobot = Y.

c. Bila faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan agroindustri

maka diberi bobot > Y.

Kriteria pemberian rating pada faktor-faktor internal dan eksternal yang

digunakan tergantung pada kondisi sesungguhnya dan pengaruhnya terhadap

agroindustri. Pemberian rating tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penentuan rating pada faktor internal

1 = memiliki kekuatan yang sangat kecil atau kelemahan yang sangat besar.

2 = memiliki kekuatan yang kecil atau kelemahan yang besar.

3 = memiliki kekuatan yang besar atau kelemahan yang kecil.

4 = memiliki kekuatan yang sangat besar atau kelemahan yang sangat kecil.

b. Penentuan rating pada faktor eksternal

1 = memiliki peluang yang sangat kecil atau ancaman yang sangat besar.

2 = memiliki peluang yang kecil atau ancaman yang besar.

3 = memiliki peluang yang besar atau ancaman yang kecil.

4 = memiliki peluang yang sangat besar atau ancaman yang sangat kecil.

Penentuan skor diperoleh dengan cara mengalikan bobot dan rating.

Page 20: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

20

3. Pembuatan Matrik IFAS, EFAS, dan SWOT

Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun matrik IFAS:

a. Memasukkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki agroindustri pupuk organik (kolom 1).

b. Memberikan bobot pada masing-masing kekuatan dan kelemahan sesuai

dengan kriteria pembobotan yang telah ditentukan (kolom 2).

c. Memberikan rating pada setiap kekuatan dan kelemahan sesuai dengan kriteria

pemberian rating yang telah ditentukan (kolom3).

d. Untuk mendapatkan skor (kolom 4), bobot pada masing-masing kekuatan dan

kelemahan (kolom 2) dikalikan dengan rating (kolom 3).

e. Menjumlahkan skor untuk mendapatkan total skor.

Berikut ini adalah tabel matrik IFAS:

Tabel 2. Matriks IFAS

Faktor Internal Bobot Rating Skor Kekuatan: 1. Variabel 1 2. Variabel 2 n. Variabel ke-n

Y1 Y2 Yn

A1 A2 An

Y1 x A1 Y1 x A2 Yn x Yn

Jumlah Variabel Kekuatan S Kelemahan: 1. Variabel 1 2. Variabel 2 n. Variabel ke-n

Y1 Y2 Yn

A1 A2 An

Y1 x A1 Y1 x A2 Yn x Yn

Jumlah Variabel Kelemahan W Total Skor S + W Selisih Skor S - W

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyusun matrik EFAS adalah:

a. Memasukkan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman yang dimiliki

agroindustri pupuk organik (kolom 1).

b. Memberikan bobot pada masing-masing peluang dan ancaman sesuai dengan

kriteria pembobotan yang telah ditentukan (kolom 2).

c. Memberikan rating pada setiap peluang dan ancaman sesuai dengan kriteria

pemberian rating yang telah ditentukan (kolom3).

d. Untuk mendapatkan skor (kolom 4), bobot pada masing-masing peluang dan

ancaman (kolom 2) dikalikan dengan rating (kolom 3).

e. Menjumlahkan skor untuk mendapatkan total skor.

Page 21: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

21

Berikut ini adalah tabel matrik EFAS:

Tabel 3. Matriks EFAS

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Kekuatan: 1. Variabel 1 2. Variabel 2 n. Variabel ke-n

Y1 Y2 Yn

A1 A2 An

Y1 x A1 Y1 x A2 Yn x Yn

Jumlah Variabel Peluang O Kelemahan: 1. Variabel 1 2. Variabel 2 n. Variabel ke-n

Y1 Y2 Yn

A1 A2 An

Y1 x A1 Y1 x A2 Yn x Yn

Jumlah Variabel Ancaman T Total Skor O + T Selisih Skor O - T

Setelah mendapatkan data peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan,

tahap yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT. Matriks

SWOT adalah alat untuk mencocokkan bagi para manajer dalam mengembangkan

empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST

(kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan faktor eksternal

dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk mengembangkan matriks

SWOT dan memerlukan penilaian yang baik, dan tidak ada satu pun kecocokan

terbaik (David 2009). Matriks SWOT menggambarkan secara jelas mengenai

faktor internal yang dapat disesuaikan dengan faktor eksternal pada agroindustri

pupuk SAA. Delapan langkah dalam menyusun matriks SWOT, yaitu:

a. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal organisasi atau perusahaan

b. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal organisasi atau perusahaan

c. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal organisasi atau perusahaan

d. Menentukan faktor-faktor kelemahan internal organisasi atau perusahaan

e. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

strategi S-O. Catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan.

f. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi W-O. Catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan.

g. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan

strategi S-T. Catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan.

Page 22: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

22

h. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi WT. Catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan.

Matriks SWOT menampilkan sembilan sel, yaitu empat sel faktor kunci

yang menentukan, empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT,

dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci yang diberi nama S,

W, O, dan T, dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel

strategi yang diberi nama penyusunan matriks SWOT dapat dilihat pada matriks

berikut ini:

Tabel 4. Matrik SWOT

Faktor-faktor Internal Faktor-faktor Eksternal

Kekuatan (S)

Daftar kekuatan

Kelemahan (W) Daftar kelemahan

Peluang (O) Daftar peluang-peluang

Strategi S-0 Membuat strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O Membuat strategi yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan

Ancaman (T) Daftar ancaman-ancaman eksternal

Strategi S-T Membuat strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi W-T Membuat strategi yang meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Berikut ini merupakan kombinasi dalam matriks SWOT:

a. Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal

perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.

b. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki

kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal.

c. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan

untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

d. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang

diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman

lingkungan.

(Hidayat, 2009)

Page 23: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pendiri perusahaan bernama Usman Maulana yang pada awalnya menjadi

ketua PPAH (Pusat Pengembangan Agen Hayati) dan anggotanya merupakan

kelompok tani di daerah Kecamatan Kota Sumenep. Setelah itu beliau

mengundurkan diri, lalu mendirikan agroindustri pupuk organik bernama UD.

Sumber Alam pada tahun 1999. Agroindustri ini terletak di Desa Gunggung,

Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep. Modal awal yang digunakan untuk

mengembangkan usahanya berasal dari modal sendiri. Produk yang dihasilkan

saat itu terdiri dari dua macam yaitu pupuk bokashi jenis A dan B. Pupuk bokashi

jenis A merupakan pupuk bokashi kompos yang berbahan dasar jerami, bekatul,

dan arang sekam. Sedangkan pupuk bokashi jenis B merupakan pupuk bokashi

yang berbahan dasar kotoran ternak (pupuk kandang).

Seiring berjalannya waktu, agroindustri pupuk organik ini tidak

memproduksi 2 macam produk pupuk organik lagi, melainkan hanya 1 jenis

produk yaitu pupuk organik jenis B yang berbahan dasar kotoran ternak (pupuk

bokashi pupuk kandang). Hal ini dilakukan karena menurut perusahaan, pupuk

bokashi jenis A kurang diminati oleh petani pengguna sehingga pihak perusahaan

memfokuskan produksi pada pupuk bokashi jenis B yang berbahan baku kotoran

sapi, kotoran ayam, dan arang sekam.

Pada tahun 2004, bentuk usaha agroindustri ini berubah dari bentuk yang

semula berupa Usaha Dagang (UD. Sumber Alam) menjadi persekutuan

komanditer atau yang biasa disebut CV. Sumber Alam dengan produk pupuk

organik bermerek Sumber Alam Abadi yang disingkat menjadi SAA. Seiring

dengan berjalannya waktu, perusahaan perseorangan ini mengalami kemajuan

hingga bisa menampung tenaga kerja yang lebih banyak dari tahun – tahun

sebelumnya. Hal ini disebabkan karena jumlah permintaan produk pupuk organik

SAA yang semakin meningkat. Berikut tabel yang menunjukkan adanya

peningkatan volume produksi dari tahun ke tahun:

23

Page 24: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

24

Tabel 5. Time Series Volume Produksi Tiap Tahun (Periode 2004 – 2011)

No. Tahun Volume Produksi (Kg) 1. 2004 213.800 2. 2005 231.410 3. 2006 245.670 4. 2007 291.440 5. 2008 383.640 6. 2009 415.000 7. 2010 437.800 8. 2011 500.000

Sumber: Data Perusahaan, Tahun 2012 Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa volume produksi pupuk

organik SAA ini semakin meningkat tiap tahunnya. Faktor yang mempengaruhi

peningkatan tersebut disebabkan oleh kesadaran para petani akan pentingnya

pupuk organik bagi lahan pertaniannya dan bagi produk yang dihasilkannya.

Kesadaran tersebut diperoleh melalui berbagai penyuluhan dari Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep.

Pada tahun 2009, agroindustri pupuk organik SAA ini sudah memperoleh

surat ijin atau sertifikasi dari Departemen Pertanian. Untuk memperoleh surat ijin

tersebut, pihak perusahaan telah melalui serangkaian tahap dari mulai uji mutu, uji

efektifitas, dan persyaratan administrasi lainnya. Hingga saat ini produk pupuk

organik SAA hanya dipasarkan di wilayah daratan Kabupaten Sumenep dan Pulau

Talango saja.

5.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi, misi, dan tujuan dari CV. Sumber Alam bersifat tersirat dan tidak

tertulis sehingga hasil yang diperoleh ini berdasarkan proses diskusi dengan pihak

perusahaan. Visi perusahaan ini adalah untuk mendapatkan keuntungan secara

internal perusahaan dan menguntungkan pihak eksternal perusahaan. Misinya

adalah menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi jumlah

pengangguran. Selain itu, perusahaan juga bisa membantu petani dalam kegiatan

usaha taninya dan mendukung kelestarian tanah dan lingkungan.

Page 25: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

25

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang ada pada CV. Sumber Alam sebagai agroindustri

yang memproduksi pupuk organik bermerek SAA (Sumber Alam Abadi) masih

tersirat dan tergolong sederhana seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2. Struktur Organisasi Agroindustri Pupuk Organik SAA

Adapun tanggung jawab dari tiap bagian adalah sebagai berikut:

1. Pimpinan

Pimpinan dari agroindustri ini adalah bapak Usman Maulana yang mempunyai

tanggung jawab untuk memimpin perusahaan.

2. Manajer

Manajer di agroindustri ini mengkoordinir segala kegiatan perusahaan mulai

dari penyediaan bahan baku, produksi, pemasaran, dan keuangan. Jabatan ini

dipegang oleh bapak Andi Syamsu.

3. Tenaga kerja

Seluruh tenaga kerja disini (20 orang) merupakan pekerja di bidang produksi

pupuk organik saja yang terdiri dari beberapa bagian yaitu tenaga pencari

bahan baku, tenaga kerja produksi, fermentasi, pengemasan, maupun

pendistribusian atau pengiriman barang kepada konsumen. Tenaga kerja ini

sangat memungkinkan untuk memiliki tugas rangkap.

5.4 Kegiatan Perusahaan

5.4.1. Bahan Baku

Bahan baku dari pupuk organik bokashi SAA ini berupa kotoran sapi,

kotoran ayam, dan arang sekam. Bahan baku ini didapat atau dibeli dari peternak-

peternak di wilayah Sumenep, baik di sekitar lokasi produksi maupun di lokasi

Pimpinan

Manajer

Penyediaan bahan baku

Produksi Pemasaran Keuangan

Tenaga Kerja

Page 26: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

26

lainnya. Selama ini perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam menyuplai bahan

baku karena para peternak akan menghubungi pihak perusahaan agar membeli

kotoran ternaknya. Selain itu, pekerja perusahaan ini juga ikut menghubungi atau

mencari relasi-relasi mereka yang mempunyai ternak untuk menjualnya kepada

perusahaan. Kegiatan positif ini sangat bermanfaat bagi perusahaan, pemilik

ternak, maupun lingkungan karena limbah kotoran sapi maupun kotoran ayam ini

jika tidak didaur ulang atau tidak diolah lebih lanjut akan menjadi masalah.

Produsen membeli kotoran sapi dan kotoran ayam dari para peternak dalam

bentuk yang sudah kering atau sudah mulai menjadi tanah. Hal ini dimaksudkan

untuk mempermudah dalam proses pengangkutan ke tempat produksi yang

mempunyai areal yang hanya cukup untuk menampung bahan baku yang sudah

mulai kering dan mempermudah proses produksi bagi perusahaan (produsen).

Harga bahan baku yang berasal dari kotoran sapi ini adalah Rp5.000,- per sak,

bahan baku kotoran ayam dibeli seharga Rp4.000,- per sak, sedangkan arang dan

sekam seharga Rp2.000,- tiap saknya. Harga ini relatif murah karena belum

mengalami peningkatan nilai ekonomis pada bahan baku tersebut.

Kendala yang dialami perusahaan mengenai bahan baku ini terjadi saat

musim hujan, kotoran ternak tersebut akan mengandung air lebih banyak daripada

musim kemarau, karena membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama

sehingga akan menyulitkan dalam pengangkutan bahan baku. Sebagai contoh,

biasanya pihak perusahaan mendapatkan 10 sak kotoran sapi dalam keadaan

kering pada 1 wilayah, tetapi pada musim hujan kuantitas yang didapat akan

berkurang menjadi sekitar 4-6 sak jika dikeringkan.

Dari kendala tersebut diperlukan penanganan atau antisipasi dari pihak

produsen agar tidak mengurangi kualitas hasil produksi jika musim penghujan

sudah mulai datang. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi atau alat pengering otomatis yang bisa ditentukan kadar

airnya. Tentunya dibutuhkan tambahan aliran dana atau anggaran untuk membeli

tambahan peralatan tersebut. Tetapi keputusan ini akan membawa perusahaan

(produsen) menjadi lebih berkembang pada era ke depannya (asset untuk jangka

panjang).

Page 27: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

27

5.4.2. Modal

Agroindustri pupuk organik SAA ini didirikan karena pihak perusahaan

mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi untuk

berwirausaha. Bekal itu diperoleh dari pengalamannya pada tahun 1999 sebagai

ketua ataupun pengurus PPAH (Pusat Pengembangan Agen Hayati) di Kabupaten

Sumenep. Selain modal pengetahuan dan keterampilan produksi tersebut,

agroindustri pupuk organik SAA ini mendapat bantuan alat pengolah pupuk

organik (APPO) dari Dinas Pertanian yang bisa dijadikan tambahan asset

perusahaan sebagai modal dalam memproduksi pupuk organiknya. Sedangkan

modal yang berupa finansial dalam agroindustri ini berasal dari modal sendiri.

5.4.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang ada di dalam perusahaan ini berjumlah 20 orang yang

semuanya berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar tenaga kerja tersebut adalah

penduduk daerah setempat (sekitar daerah tempat produksi). Tenaga kerja tersebut

merupakan pekerja di bidang produksi pupuk organik yang terdiri dari bagian

pengangkutan bahan baku, pengolahan bahan baku, proses fermentasi, dan

pengemasan hingga berupa produk jadi serta siap dipasarkan. Tenaga kerja di

bidang distribusi maupun transaksi pun mengikutsertakan beberapa pekerja.

Manajer perusahaan mengatur sistem tenaga kerja dalam agroindustrinya

tanpa memandang tingkatan jabatan dalam perusahaan. Apabila manajer tersebut

memiliki waktu, beliau menyempatkan untuk ikut bekerja di bidang produksi

misalnya mencangkul bahan baku, mengangkut produk, maupun mengemas

produk secara bersama-sama dengan pekerja lainnya. Hal ini dapat menciptakan

suatu kebersamaan yang tinggi di lingkungan perusahaan yang menyebabkan

pergaulan di perusahaan ini tidak kaku. Jadi semuanya berbaur dengan

kekeluargaan.

Manajer perusahaan memberikan kepercayaan penuh kepada tenaga

kerjanya dan menanamkan rasa solidaritas yang tinggi untuk membangun bersama

perusahaan tersebut. Misalnya pada suatu waktu, ada pembeli yang datang ke

tempat produksi, pekerja-pekerja ini akan langsung bisa melayani pelanggan dan

uang transaksinya akan diserahkan kepada manajer perusahaan. Selain itu,

Page 28: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

28

manajer juga memberikan keleluasaan dalam bekerja walaupun tidak diawasi oleh

pemimpin maupun manajer, mereka akan bekerja sebagaimana mestinya. Apabila

ada pekerja yang malas, dia akan merasa sungkan terhadap pekerja lainnya.

Berikut ini adalah tabel rincian tingkat pendidikan tenaga kerja pada CV. Sumber

Alam:

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Pekerja Bidang Produksi

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) SD 7 35

SMP 10 50 SMA 3 15 Total 20 100

Sumber: Data diolah, 2012

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tenaga kerja pada

bidang produksi pada CV. Sumber Alam tergolong rendah Kondisi ini

dipengaruhi dari karekteristik kehidupan di Desa yang pada umumnya masih

kurang mementingkan pendidikan karena keterbatasan ekonomi yang memicu

mereka untuk bekerja. Selain itu tingkat usia tenaga kerja ini lebih didominasi

oleh usia produktif yang tergolong muda yaitu dari usia 25 tahun hingga 40 tahun,

sehingga kemampuan produktifitas kerja masih sangat tinggi.

Upah yang diterima oleh pekerja ini sebesar Rp. 30.000,- tiap harinya. Jika

ada pesanan produk dalam jumlah yang besar maka pihak perusahaan akan

menambah upah tersebut hingga 100%. Tenaga kerja di Agroindustri ini

memanfaatkan pekerjaannya sebagai pekerjaan utama maupun sebagai pekerjaan

sampingan, karena apabila pendapatan yang diperoleh kurang mencukupi

kebutuhan mereka, maka mereka akan mencari pnghasilan tambahan di luar jam

kerja perusahaan ini.

Pada tiap bulannya diadakan pertemuan rutin semua tenaga kerja di

agroindustri pupuk organik SAA ini untuk mempererat tali silaturrahim dan

evaluasi kegiatan usaha secara bersama-sama maupun penyampaian kritik dan

saran. Pertemuan bulanan ini diadakan secara bergiliran di rumah-rumah tiap

pekerja, yang uang konsumsinya ditanggung oleh pihak perusahaan.

Page 29: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

29

5.4.4. Pemanfaatan Teknologi

Agroindustri pupuk organik SAA ini menggunakan peralatan yang

didominasi oleh peralatan sederhana dengan tenaga manual, sedangkan

penggunaan mesin atau teknologi hanya pada bagian pengolahan dan pengemasan

saja. Mesin atau alat tersebut diantaranya APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik)

yang fungsinya adalah untuk menghancurkan, melembutkan, dan menghaluskan

bahan baku. Namun keterbatasan kapasitas produk yang dihasilkan dari mesin

tersebut menyebabkan perusahaan harus menggunakan cara manual dalam

memproduksi pupuk organik SAA. Hal ini disebabkan karena pihak perusahaan

dituntut harus memenuhi permintaan konsumen dan memenuhi kapasitas tempat

penyimpanan produk yang digunakan sebagai persediaan. Akibatnya perusahaan

harus menggunakan peralatan sederhana berupa alat pengayakan untuk

menghancurkan, menghaluskan, dan melembutkan bahan baku yang berupa

kotoran ternak tersebut. Selain itu, perusahaan juga menggunakan alat timbangan

otomatis dan alat penjahit karung.

Dalam kegiatan pengadaan bahan baku dan pemasaran produknya,

perusahaan mengandalkan teknologi komunikasi jarak jauh yang biasa disebut

handphone. Jaringan komunikasi ini dimanfaatkan oleh pihak internal (pimpinan,

manajer, dan tenaga kerja) maupun eksternal perusahaan (pemasok atau penyuplai

bahan baku, distributor, petani (konsumen), dan mitra kerja lainnya), sehingga

mempermudah komunikasi. Perusahaan belum menggunakan manfaat teknologi

informasi sebagai sarana promosi dalam bentuk brosur, pamflet, leaflet, baleho,

maupun internet (website). Alasannya adalah karena cara promosi tersebut

membutuhkan biaya dan tenaga kerja tambahan, sedangkan perusahaan masih

cenderung fokus pada kegiatan perusahaan pada masa sekarang. Padahal cara

promosi tersebut sangat dibutuhkan untuk memberi tahu semua orang mengenai

keberadaan perusahaan beserta produknya dan agar lebih mudah

mengkomunikasikan keunggulan pupuk organik SAA. Hal ini akan mendatangkan

banyak respon dari masyarakat, peneliti, maupun konsumen baik di dalam

maupun di luar wilayah Kabupaten Sumenep. Sarana promosi juga bisa

memanfaatkan media online yang bisa dibaca oleh semua orang di berbagai

wilayah, sehingga usaha agroindustri pupuk organik SAA bisa lebih dikenal dan

Page 30: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

30

diminati konsumen. Adapun untuk proses transaksi tetap melalui komunikasi

telepon agar mempermudah pelaksanaannya dan mencegah adanya penipuan.

5.4.5. Kegiatan Proses Produksi

Kegiatan poduksi pupuk organik SAA ini terdiri dari penyediaan bahan

baku, pengolahan, dan pengemasan. Berikut ini akan disebutkan bahan – bahan

yang dibutuhkan untuk membuat pupuk organik SAA (pupuk bokashi) antara lain:

1. Kotoran sapi, kotoran ayam, dan arang sekam dengan perbandingan 7 : 2 : 1.

2. EM – 4 (Effective Microorganisme) jenis Trichoderma sp.

3. Gula pasir sebagai campuran dari EM – 4 dengan perbandingan 1 : 1.

4. Air, jumlahnya tergantung dari kandungan air dalam bahan baku pupuk organik

SAA. Jika bahan baku dalam keadaan kering maka membutuhkan air yang

sedikit lebih banyak daripada bahan baku yang agak basah.

Sedangkan cara membuat bokashi yang berbahan dasar kotoran ternak

adalah sebagai berikut:

1) Melarutkan EM-4 dan gula ke dalam air

2) Kotoran sapi, kotoran ayam, dan arang sekam dicampur secara merata

3) Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai

kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air

tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah

(megar)

4) Adonan yang sudah selesai lalu digundukkan diatas ubin yang kering dengan

ketinggian minimal 15-20 cm dan tidak terkena sinar matahari.

5) Kemudian ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari.

6) Pertahankan gundukan adonan dengan suhu maksimal 50ºCelcius, bila

suhunya lebih dari 50ºC turunkan suhunya dengan cara membolak balik

adonan tersebut, kemudian tutup kembali dengan karung goni. Pengecekan

suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali.

7) Hal ini dilakukan karena pada suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi

menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.

8) Setelah 3-4 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan

sebagai pupuk organik.

Page 31: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

31

9) Kemudian bokashi tersebut diayak terlebih dahulu sebelum dikemas.

Tujuannya adalah agar mudah diaplikasikan dan tidak menggumpal.

Setelah pupuk organik tersebut berupa butiran, maka diangkut ke tempat

pengemasan. Dalam proses pengemasan ini, pupuk tersebut dimasukkan ke dalam

karung yang telah berlabel SAA dan wajib ditimbang beratnya. Setiap sak produk

pupuk organik SAA ini berbobot sebanyak 25 kg. Setelah proses penimbangan

maka dilakukan proses penjahitan karung, kemudian dipindahkan ke tempat

penyimpanan dan langsung dapat dipasarkan (didistribusikan). Berikut adalah

tahap – tahap produksi pupuk organik SAA yang disajikan dalam bentuk bagan:

Gambar 3. Bagan Tahap – Tahap Produksi Pupuk Organik SAA

Menyiapkan alat dan bahan

Pengayakan bahan baku

Melarutkan EM-4 dan gula ke dalam air

Pencampuran bahan baku

Pemberian larutan decomposer pada bahan baku yang siap diolah

Adonan dibentuk gundukan

Dibiarkan selama proses fermentasi selama 3 – 4 hari

Proses pengayakan terakhir

Proses pengemasan

Proses penimbangan pupuk jadi

Penjahitan sak atau karung

Produk siap dipasarkan

Page 32: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

32

5.4.6. Pemasaran

1. Produk

Kegiatan pemasaran pada agroindustri pupuk organik SAA ini ditangani

oleh manajer perusahaan. Produk dari CV. Sumber Alam (agroindustri) berupa

pupuk organik BOKASHI atau “Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati” yang

berbahan dasar kotoran hewan yaitu kotoran sapi dan kotoran ayam yang

formulanya berbentuk padat tepung. Produk pupuk organik ini sudah mempunyai

brand, label, surat ijin usaha dan sertifikasi dari Departemen Pertanian Pusat

setelah melalui rangkaian pengujian antara lain uji mutu dan uji efektifitas di

beberapa daerah. Daerah tersebut merupakan daerah di wilayah Sumenep,

sedangkan daerah lainnya di Jawa adalah wilayah Mojokerto. Hasilnya

menunjukkan bahwa pupuk organik produksi CV. Sumber Alam ini efektif bagi

pertumbuhan tanaman padi baik di wilayah Madura maupun diluar Madura. Pada

kemasan produk tertera masa berlaku pupuk dan kadar unsur hara yang

terkandung dalam pupuk organik SAA tersebut sesuai dengan hasil uji mutu

sehingga dapat memberi informasi bagi pelanggan (konsumen). Berikut ini adalah

kandungan kadar hara pada pupuk organik SAA:

Tabel 7. Kadar Hara Pupuk Organik SAA

Jenis Unsur (kandungan) Jumlah C organik 13,72 % pH 6,4 퐾 푂 3,01 % Mn 0,075 ppm Zn 0,003 ppm Co 7 ppm C/N rasio 11,9 푃 푂 3,05 % Fe 0,623 ppm Cu 0,000 ppm B 51 ppm Mo td Kadar air 17,6 % Mikroba pathogen: E. coli Salmonella sp.

Negatif Negatif

Sumber: Data Perusahaan Berdasarkan Uji Mutu, 2009

Page 33: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

33

2. Harga

Pihak perusahaan mematok harga tiap kilogram pupuk organik SAA ini

sebesar Rp 500,-. Jadi tiap kemasan (sak) pupuk yang berisi 25 kilogram harganya

menjadi Rp 12.500,-. Perusahaan meyakini bahwa adanya penentuan harga

tersebut dapat menghasilkan keuntungan dari usahanya walaupun pihaknya tidak

melakukan pembukuan atau pencatatan administrasi dari semua aktifitas

keuangannya.

Harga tersebut dinilai relatif murah dan dapat dijangkau oleh semua

kalangan petani. Penentuan harga tersebut membuat para pesaing selalu

memonitor perusahaan ini karena menjual pupuk organik yang tergolong

berkualitas baik dengan harga jual yang terbilang murah walaupun tanpa subsidi

dari pemerintah. Hal ini menuntut pesaing untuk menurunkan harga produknya

agar tidak kehilangan konsumen walaupun harus menurunkan keuntungan yang

diperolehnya. Pertimbangan utamanya adalah karena petani selaku konsumen

cenderung memilih harga sarana produksi yang lebih terjangkau agar keuntungan

usahataninya lebih meningkat.

3. Distribusi

Permintaan produk pupuk organik SAA ini meningkat di saat menjelang

musim tanam padi, sehingga dibutuhkan jumlah bahan baku yang lebih banyak

dan tenaga kerja yang lebih ekstra agar bisa memenuhi pesanan dari pelanggan.

Untuk saat ini, perusahaan hanya memasarkan produknya di wilayah Kabupaten

Sumenep saja. Sedangkan wilayah kepulauannya hanya di Pulau Talango karena

jarak pulau tersebut bisa terbilang dekat dengan wilayah daratan Kabupaten

Sumenep dan setiap harinya pasti ada kapal yang bongkar muat barang. Saluran

distribusi pupuk organik SAA terdiri dari 2 macam, saluran pertama adalah

produsen menjual produknya melalui perantara terlebih dahulu sebelum sampai ke

tangan konsumen. Perantara ini terdiri dari penyalur (distributor) kemudian ke

pengecer. Sedangkan saluran kedua adalah produsen menjual langsung produknya

kepada konsumennya.

4. Promosi

Keterbatasan wilayah pemasaran produk pupuk organik SAA ini bisa

dipengaruhi oleh kurangnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan.

Page 34: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

34

Hal ini menyebabkan adanya produk tersebut kurang dikenal oleh masyarakat

setempat maupun wilayah lain.

Bentuk promosi yang dilakukan oleh agroindustri pupuk organik SAA

masih terbilang sederhana karena belum menggunakan sarana teknologi yang

berupa iklan pamflet, leafleat, brosur, dan alamat website. Melainkan hanya

mengandalkan personal selling, hubungan dengan masyarakat (public relation

atau relationship marketing) dan potongan harga bagi perantara. Pihak perusahaan

bekerjasama dengan pihak Dinas Pertanian setempat, UPT Kecamatan (penyuluh

pertanian) maupun bermitra langsung dengan petani. Pihak – pihak tersebut

antusias dalam menyalurkan produk kepada konsumen karena mereka mendapat

komisi atau potongan harga yang bisa dijadikan penghasilan tambahan.

5. Pesaing

Pesaing dari agroindustri pupuk organik SAA ini sangat banyak diantaranya

adalah baik perusahaan yang skala usahanya lebih besar maupun usaha personal

dari petani – petani yang sudah bisa memproduksi pupuk organik untuk

kebutuhan lahan pertaniannya sendiri. Perusahaan yang menjadi pesaing dari

agroindustri pupuk organik SAA ini yang bersifat lokal adalah perusahaan swasta

seperti Petroganik dan Badan Usaha Milik Negara seperti PT. Pertani (Persero).

Untuk memenangkan persaingan, perusahaan tersebut berlomba – lomba untuk

menarik minat konsumen. Salah satu bentuk persaingan yang paling penting

adalah aspek harga.

5.5. Analisis Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan Usaha dari CV. Sumber Alam

5.5.1 Biaya Produksi

Biaya produksi terdiri dari identifikasi besarnya biaya tetap dan biaya

variabel yang digunakan dalam memproduksi pupuk organik SAA. Berikut

penjelasan beserta perhitungannya:

1. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahan yang jumlahnya relatif tetap, tidak bergantung pada besar kecilnya

jumlah produk yang dihasilkan. Berikut ini merupakan identifikasi biaya tetap

yang ada dalam agroindustri pupuk organik SAA:

Page 35: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

35

Tabel 8. Biaya Tetap Agroindustri Pupuk Organik SAA Tiap Proses Produksi

No. Jenis Jumlah (Unit)

Penyusutan Dalam Satu Tahun (Rp)

Total (Rp)

1. Tanah + bangunan 1 480.000 1.333,33 2. APPO (Alat Pengolah

Pupuk Organik) 1 1.000.000 2.777,78

3. Ijin usaha dan sertifikasi

1 3.000.000 8.333,33

4. Cangkul 10 1.250.000 3.472,22 5. Sekop 10 900.000 2.500 6. Alat jahit karung 1 150.000 416,67 7. Terpal + tiang bambu 5 1.000.000 2.777,78 8. Timbangan 1 13.300 36,94 9. Mobil angkutan 1 800.000 2.222,22 10. Pajak kendaraan 1 1.250.000 3.472,22 11. Alat pengayak pupuk 6 450.000 1.250 12. Ember 6 150.000 416,67 Total 29.009, 17

Sumber: Diolah dari data primer, Maret 2012 – April 2012

Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya tetap (TFC) perusahaan

dalam satu kali produksi sebesar Rp 29.009,17 yang berasal dari perhitungan

biaya penyusutan aset maupun peralatan yang dimiliki perusahaan. Dalam satu

kali produksi, perusahaan memproduksi rata – rata 1389 kg pupuk organik SAA.

Sehingga jika dihitung dapat diasumsikan besarnya biaya tetap setiap kilogram

produknya adalah Rp 20,89 (lihat lampiran 1).

Setiap tahun, biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak perusahaan pada

aspek biaya tanah dan bangunan yaitu sebesar Rp 480.000,-. Jika diakumulasikan

tiap proses produksi maka biaya yang harus dibayar sebesar Rp 1.333,33. Biaya

ini digunakan untuk memperbaiki bangunan yang mungkin mengalami kerusakan,

dengan kata lain biaya ini merupakan biaya perawatan bagi tanah beserta

bangunan perusahaan itu sendiri. Cara ini juga diterapkan pada beberapa jenis

biaya yaitu biaya mesin, peralatan, kendaraan, yang membutuhkan biaya

perawatan karena juga memiliki nilai umur ekonomis. Sedangkan peralatan yang

daya tahannya lemah dan cenderung lebih mudah rusak, misalnya cangkul, sekop,

terpal dan tiang bambu, ember, maupun alat pengayakan yang sederhana,

perusahaan memilih untuk menggantinya tiap tahun. Hal ini dilakukan untuk

menjaga kualitas dan kuantitas dari output perusahaan. Biaya yang menyangkut

Page 36: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

36

pajak misalnya surat ijin usaha perdagangan maupun pajak kendaraan harus

dibayarkan tiap tahun atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Biaya Variabel

Identifikasi biaya produksi selanjutnya adalah biaya variabel perusahaan.

Biaya variabel merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang

jumlahnya bisa berubah-ubah karena dipengaruhi oleh kuantitas produk (volume

produksi) yang dihasilkan.

Tabel 9. Biaya Variabel Agroindustri Pupuk Organik SAA Tiap Proses Produksi No Jenis Biaya Jumlah

(kg) Harga/kg

(Rp) Total (Rp)

1. Bahan baku Arang sekam Kotoran ayam Kotoran sapi

138,9 277,8 972,3

133,34

160 200

18.520,926

44.448 194.460

2. Bakteri (Trichoderma sp.) 0,6945 25000 17.362,5 3. Gula 0,6945 10.000 6.945 3. Biaya transportasi 47.99 66.658,11 4. Kemasan 40 55.560 5. Listrik 4,3 5972,7 6. Pulsa 6 8334 7. Tenaga kerja (HOK) 35.99 49.990,11 Total 468.251,346

Sumber: Diolah dari data primer, Maret 2012 – April 2012

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa biaya variabel yang dibutuhkan

dalam satu kali produksi pupuk organik SAA ini adalah sebesar Rp 468.251,346.

Sedangkan biaya total variabel tiap tahunnya mencapai Rp. 168.515.000,- (lihat

lampiran 1). Jumlah biaya variabel ini bisa berfluktuasi sesuai dengan perubahan

harga yang berlaku di pasar dalam periode tertentu. Asumsi patokan harga yang

digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tarif yang berlaku pada

periode tahun 2011 hingga 2012. Biasanya biaya yang sangat berfluktuasi adalah

biaya transportasi, biaya penggunaan listrik, dan biaya penggunaan pulsa. Hal ini

dipengaruhi oleh seberapa sering dan lamanya pihak perusahaan menggunakan

aspek biaya tersebut.

Mengenai biaya tenaga kerja, perusahaan menyesuaikan dengan upah atau

gaji harian buruh di wilayah Kabupaten Sumenep yaitu sebesar Rp 30.000,- per

harinya. Jika pihak perusahaan menerima pesanan dalam jumlah yang melebihi

Page 37: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

37

target produksi tiap harinya, maka perusahaan akan menambah biaya lembur bagi

pekerjanya.

Pada biaya pembelian bahan baku, perusahaan dapat menentukan harga

berdasarkan kesepakatan antara kedua pihak yaitu pihak perusahaan dan pihak

penyuplai bahan baku. Seperti yang disebutkan pada penjelasan sebelumnya yang

mengulas tentang bahan baku, harga bahan baku yang berasal dari kotoran sapi ini

adalah sebesar Rp 5.000,- per sak yang berisi 25 kg, bahan baku kotoran ayam

dibeli seharga Rp 4.000,- per sak yang berisi 25 kg, sedangkan arang dan sekam

seharga Rp 2.000,- tiap saknya yang berisi 15 kg. Harga ini relatif murah karena

belum mengalami peningkatan nilai ekonomis pada bahan baku tersebut.

3. Biaya Total Produksi

Jumlah total biaya produksi pupuk organik SAA ini didapat dari

penjumlahan seluruh biaya tetap maupun biaya variabel. Berikut ini adalah tabel

perhitungan total biaya produksi pupuk organik SAA:

Tabel 10. Biaya Total Produksi Pupuk Organik SAA Tiap Proses Produksi

No. Jenis Biaya Jumlah (Rp) 1. Biaya tetap 29.009, 17 2. Biaya variabel 468.251,346 Total 497.260,512

Sumber: Diolah dari data primer, Maret 2012 – April 2012

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 1, total biaya produksi (TC)

dari pupuk organik SAA ini tiap kilogramnya adalah Rp 358,034. Sedangkan total

biaya tiap produksinya didapatkan hasil sebesar Rp 497.260,512,-.

5.5.2. Total Penerimaan dan Keuntungan

Penerimaan merupakan besarnya uang yang diterima oleh perusahaan dari

penjualan produk yang dipasarkan. Selain itu, penerimaan juga didefinisikan

sebagai hasil kali jumlah total kuantitas produksi dengan harga satuannya.

Agroindustri pupuk organik SAA ini menghasilkan rata-rata jumlah produk

sebanyak 500.000 kilogram (500 ton) setiap tahunnya, dengan harga jual Rp 500,-

tiap kilogramnya. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 1, didapat hasil

bahwa penerimaan rata-rata tiap proses produksi sebesar Rp 694.500,-.

Keuntungan atau profit adalah selisih antara total penerimaan perusahaan

dengan total biaya yang dikeluarkan setiap kali produksi atau setiap tahun proses

Page 38: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

38

produksi. Seperti yang telah disebutkan oleh uraian sebelumnya, bahwa total

penerimaan perusahaan ini adalah sebesar Rp 694.500,- dan total biayanya

sejumlah Rp 497.260,52. Jika TR – TC maka rata-rata total keuntungan yang

diperoleh oleh perusahaan sebesar Rp 197.239,48 setiap proses produksi (lihat

lampiran 1). Jumlah keuntungan ini bisa dikatakan relatif besar atau sangat

menguntungkan. Oleh karena itu, pengusaha pupuk organik SAA ini bertahan dan

terus melakukan upaya pengembangan usahanya.

5.6. Analisis Kelayakan Usaha

1. Analisis Revenue Per Cost Ratio (R/C Rasio )

R/C rasio merupakan perbandingan antara total penerimaan dan total biaya

dari proses produksi. Total penerimaan perusahaan ini adalah sebesar Rp694.500,-

dan total biayanya sejumlah Rp 497.260,512. Dari data tersebut dan jika dihitung

maka hasil R/C rasio dari usaha pupuk organik SAA ini lebih dari 1 yaitu sebesar

1,39 (lihat lampiran 1). Angka rasio tersebut menunjukkan bahwa usaha ini sangat

layak untuk dilanjutkan maupun dikembangkan ke depannya karena perusahaan

memperoleh keuntungan yang bisa dikatakan cukup besar. Keuntungan ini bisa

digunakan untuk pengembangan usaha selanjutnya dan dapat meningkatkan

pendapatan pengusaha itu sendiri beserta pegawai (pekerjanya).

2. Analisis Break Even Point (BEP)

Menurut Rahardi (1998), BEP merupakan bentuk analisis yang

memperlihatkan hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan

volume penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak

mengalami kerugian. Titik impas atau titik batas tersebut dijadikan acuan agar

perusahaan dapat memproduksi dan menjual produknya lebih dari perhitungan

BEP unit maupun BEP Rupiah, sehingga perusahaan bisa memperoleh

keuntungan.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Break Even Point (BEP)

menunjukkan bahwa Agroindustri Pupuk Organik SAA akan memperoleh

keuntungan jika perusahaan menghasilkan atau menjual lebih dari 7,12 sak

pupuk (tiap sak berisi 25 kilogram pupuk organik) setiap proses produksi atau

mendapat uang hasil penjualan sebesar Rp 89.047,46 dalam setiap proses

Page 39: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

39

produksi. Begitu pula sebaliknya, perusahaan akan memperoleh kerugian jika

menjual kurang dari angka tersebut. Untuk mengetahui perhitungan tersebut bisa

dilihat pada lampiran 1.

3. Analisis Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) merupakan persentase pengembalian atas

investasi awal (modal) yang didapatkan dari perbandingan antara keuntungan

bersih dengan jumlah modal tersebut. Jumlah keuntungan yang didapat oleh

perusahaan setiap tahunnya sebesar Rp 70.983.000,-, sedangkan nilai investasi

atau modal awal usaha ini sebesar Rp 100.000.000,-. Namun nilai tersebut bisa

diakumulasikan menjadi setiap proses produksi yaitu jumlah keuntungannya

menjadi Rp 197.239,48 dan jumlah investasinya menjadi Rp 277.777,78. Dari

jumlah tersebut, maka diperoleh nilai ROI sebesar 0,71 atau sebesar 71 % (lihat

lampiran 1). Ini berarti bahwa setiap 1 satuan modal yang dikeluarkan oleh

Agroindustri Pupuk Organik SAA ini akan mendapatkan pengembalian modal

sebesar 0,71 atau sebesar 71 % dari modal yang dikeluarkan tersebut. Besarnya

nilai ROI dari hasil perhitungan ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor

untuk menanamkan modal berupa saham kepada perusahaan. Saham tersebut bisa

digunakan untuk perluasan skala usaha pupuk organik SAA ini.

5.7. Analisis Nilai Tambah

Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya nilai tambah yang

diperoleh perusahaan dengan pengurangan bahan baku dan input lainnya terhadap

nilai produk yang dihasilkan tetapi tidak termasuk tenaga kerja. Untuk rincian

perhitungan analisis nilai tambah dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut ini

adalah hasil analisis nilai tambah pada Agroindustri Pupuk Organik SAA:

Page 40: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

40

Tabel 11. Hasil Analisis Nilai Tambah Agroindustri Pupuk Organik SAA Tiap Proses Produksi

No. Unsur Perhitungan Rumus Perhitungan

Nilai

1. Hasil produksi (kg/proses produksi) a 1389 2. Bahan baku (kg/proses produksi) b 972 3. Tenaga kerja (jam/proses produksi) c 8 4. Faktor konversi a/b=h 1,428 5. Koefisien tenaga kerja (%) c/b=i 0,82 6. Harga produk (Rp/kg) d 500 7. Upah rata-rata (Rp/ kg) e 35,99 8. Harga bahan baku (Rp/kg) f 140 9. Input lain (Rp/kg) g 62,84 10. Nilai produksi (Rp/kg) h x d = j 714,449 11. a. Nilai tambah (Rp/kg)

b. Rasio nilai tambah (%) j – f – g = k

k/j 511,6 71,6

12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp) b. Bagian tenaga kerja (%)

i x e = m m/k

29,511 5,7

13. a. Keuntungan (Rp/kg) b. Tingkat keuntungan (%)

k – m = o o/k

482,097 94,2

14. Marjin pengolahan j – f = q 574,449 Sumber: Hasil olahan data primer, Maret – April 2012

Agroindustri pupuk organik SAA menghasilkan produk sebanyak 500.000

kilogram dalam satu tahun atau sebanyak 1389 kilogram dalam satu kali proses

produksi. Jumlah tersebut memerlukan bahan baku utama berupa kotoran sapi

sebanyak 972 kilogram dan input lain guna mendukung produksi. Input lain

tersebut merupakan bahan tambahan dalam pembuatan produk, diantaranya adalah

kotoran ayam, arang sekam, dan bakteri pengurai (dekomposer). Sedangkan harga

bahan baku dan input lainnya tidak mengalami fluktuasi yang signifikan terhadap

nilai produksi atau relatif tetap. Selain itu dalam analisis nilai tambah ini,

perusahaan juga mempertimbangkan aspek tenaga kerja yang diserap untuk

menghasilkan sejumlah produk yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah total serapan tenaga kerja dalam setiap proses produksi selama

8 jam. Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai output

yang dihasilkan dengan nilai input yang digunakan. Nilai faktor konversi dari

perhitungan di atas sebesar 1,428 yang artinya setiap satu kilogram bahan baku

yang diolah akan menghasilkan 1,428 kilogram pupuk organik SAA. Sedangkan

koefisien tenaga kerja menyatakan perbandingan antara jumlah input tenaga kerja

yang dibutuhkan dengan jumlah bahan baku yang akan diolah. Semakin besar

Page 41: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

41

koefisien tenaga kerja maka semakin besar pula upah yang diberikan kepada

pekerjanya. Hal ini dapat berpengaruh positif terhadap kondisi perekonomian

tenaga kerjanya.

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh rasio nilai tambah pada produk

pupuk organik SAA sebesar 0,716 atau sebesar 71,6 %. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa agroindustri pupuk organik SAA ini tergolong tinggi sesuai

dengan indikator bahwa jika rasio nilai tambah lebih besar dari 40% maka

perusahaan tersebut dikatakan mempunyai nilai tambah yang tinggi pada tiap

kilogram produknya.

Selain itu, analisis ini menunjukkan bahwa rata – rata keuntungan yang

diperoleh oleh perusahaan pada tiap kilogram produk sebesar Rp 482,097,- atau

sebesar 94,2 % dari nilai produksinya. Oleh sebab itu, usaha pupuk organik SAA

ini sangat baik untuk dikembangkan.

5.8. Analisis Konsumen

Analisis konsumen ini digunakan untuk mengetahui kondisi konsumen dan

opini – opini pengguna pupuk organik SAA yang bisa dijadikan pertimbangan

bagi perkembangan perusahaan ke depannya. Data ini diperoleh dengan

menyebarkan kuisioner kepada 30 orang responden (Lampiran 3). Berikut ini hasil

penelitian tentang pendapat konsumen yang disajikan dalam diagram pie chart

beserta penjelasannya:

1. Kualitas Produk

Gambar 4. Diagram Kualitas Produk SAA Menurut Konsumen

Jenis pupuk yang beredar di daerah Sumenep ini sangat beragam yang

merupakan hasil produksi dari berbagai perusahaan. Perusahaan yang juga

menghasilkan produk pupuk organik adalah Petroganik dan Pertani. Perusahaan

ini merupakan perusahaan yang skala usahanya lebih besar daripada CV. Sumber

0.00% 10%

30%53.3%

6.7%

Kualitas ProdukTidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik

Page 42: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

42

Alam. Sebagian besar petani yang menggunakan produk perusahaan tersebut bisa

disebabkan karena adanya proyek yang pemakaian pupuknya disubsidi oleh

pemerintah.

Berdasarkan hasil survei atau wawancara, dapat diketahui bahwa produk

pupuk organik SAA ini dikategorikan sebagai pupuk berkualitas. Hal ini sesuai

dengan data tersebut yaitu sebanyak 53,3% menyatakan bahwa pupuk organik

yang berkualitas baik. Faktor yang mendukung opini konsumen tersebut adalah

karena produk pupuk organik SAA telah melalui serangkaian uji mutu dan uji

efektifitas sehingga bisa mendapatkan sertifikasi (ijin) dari Departemen Pertanian.

Menurut pendapat konsumen, penggunaan berimbang antara pupuk organik SAA

dan pupuk kimia relatif dapat meningkatkan hasil produktifitas lahannya.

2. Harga

Gambar 5. Diagram Harga Produk SAA Menurut Konsumen

Konsumen atau pemakai pupuk organik SAA ini relatif banyak karena

dipicu oleh adanya harga yang murah yaitu Rp 500,- setiap kilogramnya, sehingga

produk ini bisa digunakan oleh semua kalangan, baik petani yang

perekonomiannya pada kalangan bawah, menengah, maupun atas. Penetapan

harga pupuk organik SAA yang relatif lebih murah daripada produk pupuk

organik lain mendorong pesaing untuk bersaing dalam hal harga. Karena harga

merupakan aspek yang sensitif bagi konsumen, terutama petani yang sebagian

besar tingkat perekonomiannya relatif rendah.

Harga pupuk organik SAA tersebut menyebabkan perusahaan – perusahaan

yang ada dan menghasilkan produk pupuk organik harus lebih intensif dalam

memonitor perubahan harga pasar di wilayah Kabupaten Sumenep khususnya.

Tujuannya adalah agar perusahaan – perusahaan tersebut dapat mempertahankan

bahkan meningkatkan jumlah konsumen produknya tanpa menurunkan laba yang

ditargetkan.

0%0%

26.7%

73.3%

0%Harga

Sangat MahalMahalTerjangkauMurahSangat Murah

Page 43: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

43

3. Kemasan

Gambar 6. Diagram Kemasan Produk SAA Menurut Konsumen

Kualitas kemasan yang bagus berupa sak dan didukung oleh desain kemasan

yang sederhana namun menarik, sangat membuat konsumen produk pupuk

organik SAA ini bertambah yakin akan kualitasnya. Ditambah dengan adanya

kandungan – kandungan unsur hara yang tertera pada kemasan, dapat meyakinkan

konsumen. Kemasan ini sangat bermanfaat untuk melindungi isi (produk pupuk

organik SAA) dari perubahan – perubahan yang bisa menyebabkan kerusakan

atau berkurangnya kadar maupun isi produk pupuk ini. Selain itu, juga untuk

memberikan kemudahan pada proses pengangkutan atau pendistribusian produk.

4. Merek

Gambar 7. Diagram Merek SAA Menurut Konsumen

Merek yang digunakan adalah SAA yaitu singkatan dari Sumber Alam

Abadi. Hal ini berfungsi sebagai identitas produk dari CV. Sumber Alam agar

berbeda dengan produk pesaingnya, sehingga pembeli atau pelanggan dapat

memudahkan konsumen dalam mengingat atau mengenali produk saat melakukan

transaksi. Merek sangat berkaitan dengan persepsi konsumen, sehingga

persaingan yang terjadi bukan hanya persaingan produk, melainkan persaingan

dalam mendapatkan persepsi (penilaian) yang baik mengenai semua hal tentang

pupuk organik SAA ini.

0% 0%23.3%

63.4%

13.3%

KemasanTidak MenarikKurang MenarikCukup MenarikMenarikSangat Menarik

0% 13.3%

20%

56.7%

10%

Merek

Tidak MempengaruhiKurang MempengaruhiCukup MempengaruhiMempengaruhiSangat mempengaruhi

Page 44: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

44

Berdasarkan hasil penelitian konsumen di lapang mengenai produk ini

menunjukkan bahwa sebanyak 56,7 % petani pengguna menilai keberadaan merek

SAA pada produk pupuk organik ini ikut mempengaruhi pembelian konsumen.

Sedangkan jumlah konsumen yang menyatakan bahwa merek kurang

mempengaruhi kehendak pembelian produk sebanyak 13,3 %. Hal ini bisa

dipengaruhi oleh persepsi masing – masing konsumen, ada yang beranggapan

bahwa adanya merek kurang penting, yang lebih dipentingkan bisa berasal dari

sisi lain dari produk, misalnya harga dan kualitas produk itu sendiri.

5. Pelayanan

Gambar 8. Diagram Pelayanan Menurut Konsumen

Sebanyak 46,7 % menyatakan bahwa pelayanan dalam pembelian maupun

informasi dalam perusahaan ini tergolong baik. Pembeli atau konsumen langsung

dilayani oleh pekerja yang ada di tempat produksi tanpa harus menunggu lama.

Selain itu, pihak perusahaan juga menyediakan layanan jasa transportasi untuk

mengangkut produk pupuk organik SAA yang telah dibeli langsung ke tempat

konsumen sehingga pembeli merasa terbantu karena tidak perlu repot untuk

menyediakan alat transportasinya. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa

layanan yang ramah dan cepat dalam perusahaan ini dapat mempertahankan

konsumen agar tetap menggunakan pupuk organik SAA.

6. Promosi

Gambar 9. Diagram Promosi Produk SAA Menurut Konsumen

0%0% 16.7%

46.7%

36.6%

PelayananTidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik

0%

53.3%40%

6.7% 0% PromosiTidak BagusKurang BagusCukup BagusBagusSangat Bagus

Page 45: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

45

Responden yang menyatakan bahwa kegiatan promosi perusahaan masih

kurang bagus sebanyak 53,3 %. Hal ini dikarenakan oleh tidak adanya iklan baik

yang berupa brosur, poster, iklan di media cetak seperti koran atau majalah,

maupun bentuk iklan lainnya.

Perusahaan lebih menekankan pada promosi dalam bentuk relationship

marketing terhadap penyuplai bahan baku, petani, petugas UPT Kecamatan,

maupun petugas dari Dinas Pertanian. Terdapat komisi bagi penyalur maupun

potongan harga bagi pembeli yang membeli produk pupuk organik SAA dalam

jumlah yang besar (ditentukan oleh perusahaan). Untuk mengembangkan

agroindustri pupuk organik SAA ini diperlukan adanya peningkatan kegiatan

promosi agar produknya lebih dikenal oleh masyarakat petani yang ada di dalam

wilayah Sumenep maupun di luar wilayah Sumenep.

7. Kemudahan Mendapat Produk

Gambar 10. Diagram Kemudahan Mendapat Produk SAA Menurut Konsumen

Bagi pengguna atau konsumen, untuk mendapatkan produk pupuk organik

ini sangat mudah. Selain akses transportasi menuju tempat produksi sangat mudah

(terjangkau), pihak perusahaan juga menyediakan alat transportasi untuk

mengangkut produk yang dipesan oleh pembeli. Hal ini merupakan inisiatif dari

perusahaan untuk mendapatkan kesetiaan pelanggan dan tidak merepotkan

pelanggan. Pembeli bisa memesan pupuk organik SAA langsung kepada manajer

melalui jaringan komunikasi (telepon) ataupun datang secara langsung ke tempat

produksi untuk melakukan transaksi.

0% 0%

26.7%

40%

33.3%

Kemudahan Mendapat Produk

Sangat Sulit

Sulit

Cukup Mudah

Mudah

Sangat Mudah

Page 46: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

46

8. Inovasi atau Diversifikasi Produk

Gambar 11. Diagram Inovasi atau Diversifikasi Produk SAA Menurut Konsumen

Pada aspek inovasi dan diversivikasi produk pupuk organik SAA ini

diperleh data yang beragam. Responden yang mengatakan tidak perlu dan kurang

perlu berjumlah 6,7 % dari total responden. Menurut mereka, pupuk organik ini

sudah mencukupi atau sesuai dengan kebutuhan konsumsi pupuk bagi lahan

pertaniannya. Sedangkan responden yang menyebutkan cukup perlu (20 %), perlu

(50 %), dan sangat perlu (16,6 %). Jumlah responden yang mendukung adanya

inovasi dan diversifikasi produk ini sangat banyak. Sebagian besar responden

berpendapat bahwa pupuk organik yang berbentuk butiran akan lebih sulit diserap

oleh tanah, karena apabila terkena limpasan air maka akan mudah berpindah

tempat sehingga memungkinkan adanya penyerapan pupuk yang tidak tepat

sasaran. Disarankan perlu adanya inovasi bentuk pupuk organik SAA yang berupa

cairan agar lebih mudah diserap tanah dan tanaman. Selain itu, perlu bagi

produsen atau pihak perusahaan untuk mengikuti perkembangan informasi dan

teknologi dalam pembuatan pupuk organik.

5.9. Strategi Pengembangan Agroindustri Pupuk Organik SAA

Dalam menentukan suatu strategi pengembangan perlu mengidentifikasi

faktor – faktor internal dan eksternal perusahaan. Begitu pula dengan agroindustri

pupuk organik SAA yang terletak di Desa Gunggung, Kecamatan Batuan,

Kabupaten Sumenep. Berikut ini adalah analisis dari faktor – faktor yang

mempengaruhi perusahaan dalam pengembangan ke depannya:

5.9.1. Analisis Faktor Internal Agroindustri

Faktor internal suatu perusahaan berasal dari faktor – faktor yang ada di

dalam perusahaan dan menyangkut dua aspek yaitu kekuatan dan kelemahan.

6.7% 6.7%

20%

50%

16.6%

Inovasi atau Diversifikasi Produk

Tidak Perlu

Kurang Perlu

Cukup Perlu

Perlu

Sangat Perlu

Page 47: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

47

Lingkungan internal yang menjadi kekuatan agroindustri pupuk organik SAA ini

adalah:

1. Mempunyai nilai tambah yang tinggi dan menguntungkan

Pada pembahasan sebelumnya tentang analisis biaya, penerimaan,

keuntungan, dan analisis kelayakan usaha, menunjukkan bahwa hasil

perhitungannya sangat mendukung kemajuan usaha agroindustri pupuk organik

SAA ini pada masa mendatang (lihat lampiran 1). Tentunya hasil perhitungan

tersebut dapat dijadikan pertimbangan atau acuan bagi perusahaan untuk lebih

memberikan perhatian terhadap administrasi keuangan. Selain itu, perusahaan

juga memiliki rasio nilai tambah yang tunggi sebesar 71,6 % (lihat tabel 10).

Dengan nilai tambah yang tinggi maka usaha pupuk organik SAA ini mempunyai

prospek yang bagus ke depannya karena dapat meningkatkan nilai ekonomis dari

bahan baku yang digunakan dalam produksi. Maksudnya adalah dari kotoran sapi,

kotoran ayam, dana arang sekam yang pada awalnya sering menjadi masalah,

kemudian dapat mempunyai nilai ekonomis yang tinggi setelah diolah kembali.

Selain menghasilkan keuntungan bagi peternak (penghasil bahan baku),

pengusaha (pihak agroindustri pupuk organik SAA), penyalur (distributor),

adanya pupuk organik SAA ini juga ikut berperan dalam menjaga dan

melestarikan lingkungan.

2. Pasokan bahan baku secara kontinu, dengan harga relatif murah dan mudah

diperoleh.

Bahan baku yang digunakan dalam produksi pupuk organik SAA ini

merupakan bahan baku yang mudah didapat karena jumlah peternak sapi maupun

ayam di wilayah Sumenep cukup banyak dan mereka sangat antusias ketika

menjalin kerja sama dengan pihak perusahaan. Pihak perusahaan tidak usah

merasa repot dalam mencari atau mendapatakan bahan baku karena pihak

penyuplai bahan baku akan langsung menghubungi pihak perusahaan jika bahan

bakunya telah siap untuk diangkut. Dapat disimpulkan bahwa pasokan bahan baku

pada Agroindustri pupuk organik SAA ini tersedia secara kontinu

(berkesinambungan). Hal ini merupakan dampak positif dari adanya kerja sama

yang saling menguntungkan bagi semua pihak.

Page 48: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

48

Banyaknya peternak sapi maupun ayam di sekitar wilayah produksi pupuk

organik SAA ini mengundang banyak respon positif terhadap perusahaan. Hal ini

disebabkan oleh adanya kemauan pihak perusahaan untuk mau membeli kotoran

ternaknya yang biasanya menjadi masalah dan saat ini malah bisa menghasilkan

uang. Oleh sebab itu, mereka sangat antusias dalam menjalin kerja sama yang

tetap dengan pihak perusahaan agar kotoran ternak mereka dapat lebih bermanfaat

setelah didaur ulang.

Harga bahan baku pembuatan pupuk organik SAA ini bisa dibilang relatif

murah yaitu sebesar Rp 5.000,- per sak kotoran sapi, Rp 4.000,- per sak kotoran

ayam, dan Rp 2.000,- per sak arang sekam. Dengan adanya harga yang relatif

murah tersebut bisa dijadikan peluang oleh perusahaan jika ingin memperluas

skala usahanya dengan meningkatkan kuantitas produksi. Hal ini sesuai dengan

yang ditunjukkan pada analisis perhitungan kuantitatif. Dengan patokan harga

tersebut, peternak yang berperan sebagai penyuplai bahan baku merasa

memperoleh keuntungan berupa tambahan pendapatan yang bisa digunakan untuk

memenuhi sebagian biaya hidupnya.

3. Lokasi perusahaan yang mudah dijangkau

Lokasi pembuatan produk pada agroindustri ini cukup strategis, akses

jalannya yang mudah ditempuh oleh berbagai jenis kendaraan, dan letaknya yang

berada di sekitar Terminal Kabupaten Sumenep membuat lokasi ini mudah untuk

ditemukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan Agroindustri pupuk

organik SAA. Ini menjadi suatu peluang yang bagus bagi perusahaan jika

pihaknya akan mengembangkan usahanya.

4. Satu-satunya unit usaha produk organik lokal yang mempunyai ijin dari Deptan

Di Kabupaten Sumenep terdapat banyak yang bermata pencaharian sebagai

petani sekaligus peternak. Mereka juga memproduksi pupuk organik sendiri,

tetapi hanya secara sederhana dan tidak dikomersilkan. Agroindustri pupuk

organik SAA (CV. Sumber Alam) merupakan satu – satunya produsen pupuk

organik lokal yang telah mempunyai ijin dari Departemen Pertanian Pusat. Ini

menjadi suatu kekuatan yang besar untuk memperluas pasar.

Page 49: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

49

5. Kadar hara telah teruji

Untuk mendapat sertifikasi atau ijin dari Departemen Pertanian, perusahaan

melakukan serangkaian uji mutu dan uji efektifitas produk pupuk organik SAA

ini. Berdasarkan uji tersebut maka didapat diketahui kadar hara yang terkandung

di dalamnya sehingga bisa membantu memberikan informasi bagi petani maupun

peneliti mengenai kesesuaian antara kebutuhan tanaman dan lahan. Kadar hara ini

tertera pada kemasan produk pupuk organik SAA sehingga dapat meyakinkan

konsumen (petani pengguna) akan kualitas pupuk tersebut.

6. Memiliki label produk

Agroindustri yang berupa CV. Sumber Alam ini memproduksi pupuk

organik yang diberi merek atau label bernama SAA yang merupakan singkatan

dari Sumber Alam Abadi. Dengan adanya label tersebut, perusahaan dapat lebih

dikenal oleh masyarakat dan bisa menambah kuantitas produksi agar

meningkatkan hasil sehingga dapat memperluas wilayah pemasaran.

7. Harga produk terjangkau

Dalam tiap sak pupuk organik SAA ini yang berisi 25 kilogram ditetapkan

harga sebesar Rp 12.500,- atau Rp 500,- tiap kilogramnya. Harga tersebut dapat

dikategorikan murah sehingga terjangkau bagi semua kalangan petani. Ini telah

terbukti dari hasil penelitian menggunakan responden untuk mengetahui pendapat

konsumen (pengguna) pada pembahasan sebelumnya.

8. Kualitas dan tampilan kemasan (sak) cukup baik

Kualitas kemasan produk pupuk organik SAA ini sangat baik agar tidak

mudah rusak saat proses penyimpanan ataupun pengangkutan. Pada tampilan

produknya tertera kadar hara yang terkandung dalam pupuk tersebut. Hal ini dapat

meyakinkan konsumen mengenai mutu dan kualitas pupuk organik SAA.

Sedangkan lingkungan internal yang menjadi kelemahan agroindustri pupuk

organik SAA ini adalah:

1. Administrasi keuangan tidak tercatat

Perusahaan masih belum mengetahui secara pasti berapa besarnya biaya

yang dikeluarkan dan jumlah keuntungan yang diperoleh karena administrasi

keuangan dalam perusahaan ini masih belum tercatat dengan baik. Apabila

agroindustri ini akan menambah kuantitas produksi, maka mereka harus

Page 50: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

50

memperhitungkan segala aspek – aspek yang berkaitan dengan kegiatan

perusahaan (penyediaan bahan baku, proses produksi, pengemasan, penyimpanan,

dan pemasaran) beserta nominalnya.

2. Struktur organisasi belum lengkap

Untuk mengembangkan suatu perusahaan ke depannya, perusahaan perlu

memantapkan setiap aspek dari sisi internalnya terlebih dahulu, terutama struktur

organisasinya. Struktur organisasi terdiri dari setiap bagian – bagian yang

mempunyai tugas pokok dan fungsi masing –masing. Jika setiap orang bisa

memaksimalkan tugas dan fungsinya pada setiap posisinya di perusahaan maka

perusahaan dapat lebih maju dan berkembang.

3. Kapasitas tempat produksi terbatas

Menyambung dengan kelemahan di atas yaitu wilayah pemasaran yang

belum luas tersebut disebabkan oleh keterbatasan tempat produksi maupun tempat

penyimpanan produk, sehingga diperlukan suatu perubahan dan perbaikan bagi

perusahaan agar bisa memperluas skala usahanya. Perusahaan masih kurang

berani untuk mengambil resiko dalam perluasan skala usahanya, padahal

pengorbanan modal atau biaya yang dikeluarkan merupakan investasi jangka

panjang.

4. Penggunaan teknologi kurang maksimal

Sebenarnya agroindustri pupuk organik SAA ini mempunyai alat atau mesin

teknologi untuk mengolah pupuk organik, tetapi karena jumlahnya hanya sedikit

dan itu merupakan bantuan dari pemerintah, maka output produk yang dihasilkan

berjumlah sedikit. Oleh sebab itu, perusahaan membuat produknya secara manual.

5.9.2. Analisis Faktor Eksternal Agroindustri

Faktor – faktor yang berasal dari luar perusahaan dan ikut berpengaruh

terhadap perkembangan perusahaan ke depannya adalah sebagai berikut:

Faktor eksternal yang menjadi peluang bagi perkembangan perusahaan:

1. Dukungan Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2011 tentang tata

kelola bahan pupuk organik.

Peraturan ini dicanangkan agar seluruh petani ikut berperan serta untuk

melestarikan lingkungan dan menjaga keberlanjutan tanah. Salah satu upayanya

Page 51: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

51

adalah dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia yaitu mulai melakukan

penggunaan pupuk berimbang antara pupuk kimia dengan pupuk organik.

Pemerintah juga menetapkan kebijakan pengembangan bahan pupuk organik yang

harus disertai dengan persyaratan – persyaratan yang harus dilalui, diantaranya uji

mutu dan uji efektifitas pupuk organik itu sendiri. Agroindustri pupuk organik

SAA ini telah melaksanakan ketentuan – ketentuan tersebut sesuai dengan

peraturan yang ada. Ini bisa menjadi peluang yang sangat besar akan

keberlangsungan usaha produksi pupuk organik SAA terutama di wilayah

berdirinya perusahaan, karena memiliki prospek yang bagus pada saat ini ataupun

masa mendatang.

2. Dapat memperluas pasar

Peluang perusahaan untuk dapat memperluas pasar sangatlah besar. Hal ini

didukung oleh masih banyaknya rakyat Indonesia yang bermata pencaharian

sebagai petani dan membutuhkan pupuk organik untuk lahan pertaniannya.

3. Permintaan pasar yang semakin bertambah

Dengan adanya peraturan daerah di atas dan meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya penggunaan input yang berbahan alami bagi

kelestarian lahan maupun lingkungan, permintaan pupuk organik SAA ini

semakin meningkat. Sehingga tiap kali produksi, pupuk organik yang telah jadi

dan dikemas langsung didistribusikan kepada petani – petani atau kelompok tani

yang memesan pupuk organik SAA agar tidak banyak menghabiskan tempat

produksi.

4. Adanya kesadaran masyarakat untuk mendukung gerakan Go Organic

Pemakaian input berbahan dasar bahan kimia mempunyai efek negatif bagi

lingkungan. Semakin terasa dampak tersebut misalnya climatchange (peubahan

iklim), degradasi lingkungan, dan munculnya banyak penyakit, maka dunia

membuat suatu kebijakan baru bagi penghuninya untuk mengganti pola gaya

hidup dengan kembali ke alam. Diharapkan setelah diberlakukannya gerakan Go

organic, maka kelestarian lingkungan dan alam dapat terwujud. Masyarakat mulai

bisa membedakan dampak yang mereka rasakan apabila dibandingkan dengan

menggunakan input bahan kimia dan bahan alami. Input berbahan dasar alam

lebih aman untuk diterapkan. Oleh sebab itu, para petani mulai sadar untuk

Page 52: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

52

menggunakan pupuk atau pestisida organik untuk mengembalikan kelestarian

lahan dan lingkungan serta menghasilkan output yang aman jika dikonsumsi

manusia maupun makhluk hidup lainnya.

5. Antusiasme pemasok bahan baku (peternak/ suppliers)

Banyaknya peternak sapi maupun ayam di sekitar wilayah produksi pupuk

organik SAA ini mengundang banyak respon positif terhadap perusahaan. Hal ini

disebabkan oleh adanya kemauan pihak perusahaan untuk mau membeli kotoran

ternaknya yang biasanya menjadi masalah dan saat ini malah bisa menghasilkan

uang. Oleh sebab itu, mereka sangat antusias dalam menjalin kerja sama yang

tetap dengan pihak perusahaan agar kotoran ternak mereka dapat lebih bermanfaat

setelah didaur ulang.

6. Memungkinkan adanya inovasi produk

Dengan adanya banyak peminat produk pupuk organik SAA ini didapatkan

berbagai opini dari pengguna (konsumen). Sesuai dengan analisis sebelumnya

yaitu analisis konsumen, mereka menginginkan adanya inovasi maupun

diversifikasi produk misalnya suatu perubahan pada bentuk pupuk organik yang

semula berbentuk padat menjadi bentuk granul atau cair. Perubahan tersebut

membutuhkan suatu riset lebih lanjut agar bisa mempertahankan maupun

meningkatkan kualitas hasil prosuksinya. Adanya inovasi produk memberikan

peluang besar bagi perusahaan agar selalu mengikuti perkembangan informasi dan

teknologi terutama pada kegiatan proses produksi maupun promosi.

Berikut ini merupakan beberapa faktor eksternal Agroindustri pupuk

organik SAA yang mempunyai pengaruh sebagai ancaman bagi perusahaan:

1. Adanya pesaing sehingga menimbulkan produk substitusi

Pesaing merupakan suatu ancaman terbesar dalam setiap usaha, tetapi

dengan adanya pesaing bisa memicu suatu perusahaan untuk lebih berkreatifitas

dan meningkatkan kualitas baik kinerja maupun produknya. Pesaing agroindustri

pupuk organik SAA ini sangat banyak, mulai dari perusahaan swasta maupun

milik Negara yang skala usahanya jauh lebih besar hingga petani – petani yang

sudah bisa menghasilkan pupuk organik untuk lahannya sendiri. Adanya pesaing

ini bisa menurunkan kuantitas pembelian produk pupuk organik SAA, sehingga

Page 53: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

53

membutuhkan suatu rencana atau strategi yang matang untuk menghadapi

persaingan.

Produk substitusi dari pupuk organik SAA sangat beragam. Beberapa

diantaranya adalah pupuk bokashi yang berbahan kompos, pupuk organik granul

maupun cair yang diproduksi oleh perusahaan lain, dan pupuk lainnya. Semakin

banyaknya produk substitusi maka akan mempermudah petani untuk beralih

kepada produk lain. Oleh sebab itu, perusahaan harus menjaga ketersediaan

produknya agar petani pengguna tetap setia terhadap pupuk organik SAA ini.

2. Promosi yang belum efektif

Promosi merupakan suatu kegiatan pemasaran yang memegang peranan

penting dalam suatu usaha untuk mempertahankan konsumen (pengguna pupuk

organik SAA) dan meningkatkan jumlahnya. Bentuk kegiatan produksi dalam

agroindustri pupuk organik SAA ini dikatakan belum efektif karena promosi yang

dilakukan hanya mengandalkan relationship marketing antara pihak perusahaan

dengan pihak eksternalnya. Tidak adanya iklan, brosur, maupun halaman di

internet ikut menghambat perluasan area pemasaran produk ini. Oleh sebab itu,

perlu dilakukan suatu bentuk pengiklanan yang efektif dan maksimal agar produk

pupuk organik SAA ini dapat lebih dikenal oleh masyarakat.

Kegiatan promosi di Agroindustri pupuk organik SAA sangat terbatas,

pihak perusahaan hanya mengandalkan relasi usaha, misalnya bekerja sama

dengan pihak penyuluh Dinas Pertanian setempat, pegawai UPT Kecamatan,

maupun bermitra langsung dengan petani – petani yang mempunyai program atau

proyek. Sedangkan bentuk promosi berupa brosur, pamflet, ataupun iklan di

internet masih belum dilakukan oleh pihak perusahaan, sehinggga produk pupuk

organik SAA ini masih kurang dikenal luas oleh masyarakat.

3. Perubahan cuaca mempengaruhi kualitas bahan baku

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahan baku yang digunakan

dalam pembuatan pupuk organik SAA ini berasal dari kotoran ternak sapi dan

ayam. Jika terjadi perubahan cuaca, misalnya musim hujan maka bahan baku

tersebut mengandung kadar air yang lebih banyak daripada musim kemarau. Hal

itu menjadi suatu kendala bagi perusahaan karena dapat memperlambat proses

produksi sehingga diperlukan waktu untuk mengurangi kadar air tersebut. Untuk

Page 54: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

54

mengatasinya adalah dengan menggunakan alat pengering yang bisa diatur kadar

airnya sesuai kebutuhan, sehingga perusahaan tidak perlu khawatir ataupun terlalu

tergantung dengan intensitas sinar matahari terhadap bahan bakunya.

5.9.3. Pembuatan Matrik IFAS dan EFAS

Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal dan eksternal di atas, dapat

dibuat matriks IFAS dan EFAS dengan menentukan persentase bobot dari

masing– masing variabel yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian dilanjutkan

dengan penentuan rating dan jumlah skor yang diperoleh dari perhitungan tiap

variabel. Nilai rating diperoleh dari penentuan besarnya tingkat pengaruh

variabel– variabel dalam faktor internal maupun eksternal terhadap perkembangan

perusahaan ke depannya. Sedangkan nilai skor merupakan hasil perkalian antara

persentase bobot dengan rating tiap variabel tersebut. Berikut ini adalah matrik

IFAS dan EFAS dari Agroindustri pupuk organik SAA:

Page 55: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

55

Tabel 12. Matrik IFAS

No. Faktor Internal Bobot (%) Rating Skor Kekuatan (S)

1. Mempunyai nilai tambah yang tinggi dan menguntungkan (*)

0,105 4 0,42

2. Pasokan bahan baku secara kontinu, dengan harga relatif murah dan mudah diperoleh.

0,105 4 0,42

3. Lokasi perusahaan yang mudah dijangkau

0,062 3 0,186

4. Satu-satunya unit usaha produk organik lokal yang mempunyai ijin dari Deptan

0,083 3 0,249

5. Kadar hara telah teruji 0,083 3 0,249 6. Memiliki label produk 0,062 4 0,248 7. Harga produk yang dipasarkan

murah (terjangkau petani) 0,083 4 0,332

8. Kualitas dan tampilan kemasan (sak) baik

0,062 3 0,186

Sub jumlah 0,645 28 2,29 Kelemahan (W) 9. Administrasi keuangan tidak

tercatat 0,105 2 0,21

10. Struktur organisasi belum lengkap 0,105 3 0,315 11. Kapasitas tempat produksi terbatas 0,083 2 0,166 12. Penggunaan teknologi kurang

maksimal 0,062 3 0,186

Sub jumlah 0,355 38 0,877 Selisih skor Lingkungan Internal 1,413 Total skor 1 38 3,167

Keterangan: *) : berdasarkan perhitungan pada analisis sebelumnya (lihat tabel dan lampiran 1) Nilai standar bobot internal 푌 = = = 0,083 Nilai rating untuk kekuatan (strenght): Sangat berpengaruh = 4 Berpengaruh = 3 Kurang berpengaruh = 2 Tidak berpengaruh = 1 Sedangkan nilai rating untuk kelemahan (weakness) adalah sebaliknya: Sangat berpengaruh = 1 Berpengaruh = 2 Kurang berpengaruh = 3 Tidak berpengaruh = 4

Page 56: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

56

Berdasarkan matrik IFAS di atas dapat diketahui bahwa skor tertinggi dari

sisi kekuatan perusahaan adalah harga produk yang dipasarkan murah (terjangkau

petani) yaitu sebesar 0,332. Sedangkan kelemahan terbesar dari perusahaan ini

adalah struktur organisasi belum lengkap yaitu sebesar 0,315.

Tabel 13. Matrik EFAS No. Faktor Eksternal Bobot

(%) Rating Skor

Peluang (Opportunity) 1. Dukungan PERDA Nomor 3 Tahun

2011 tentang tata kelola bahan pupuk organik.

0,111 4 0,444

2. Dapat memperluas pasar 0,139 3 0,417 3. Permintaan pasar yang semakin

bertambah 0,139 4 0,556

4. Adanya kesadaran masyarakat untuk mendukung gerakan Go Organik

0,111 3 0,333

5. Antusiasme pemasok bahan baku (peternak/ suppliers)

0,083 3 0,249

6. Memungkinkan adanya inovasi produk

0,083 3 0,249

Sub Jumlah 0,666 20 2,268 Ancaman (Threats) 7. Adanya pesaing sehingga

menimbulkan produk substitusi 0,167 1 0,167

8. Promosi yang belum efektif 0,111 2 0,222 9. Perubahan cuaca mempengaruhi

kualitas bahan baku 0,056 3 0,168

Sub Jumlah 0,334 6 0,557 Selisih skor Lingkungan Eksternal 1,691 Total Skor 1 26 2,805

Keterangan : Nilai standar bobot internal 푌 = = = 0,111 Nilai rating untuk peluang (opportunities): Sangat berpengaruh = 4 Berpengaruh = 3 Kurang berpengaruh = 2 Tidak berpengaruh = 1 Sedangkan nilai rating untuk ancaman (threats) adalah sebaliknya: Sangat berpengaruh = 1 Berpengaruh = 2 Kurang berpengaruh = 3 Tidak berpengaruh = 4

Page 57: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

57

Pada matrik EFAS menunjukkan bahwa peluang terbesar bagi

perkembangan usaha agroindustri pupuk organik SAA ini adalah permintaan pasar

yang semakin bertambah dengan skor sebesar 0,556. Sedangkan ancaman

terbesarnya adalah promosi yang belum efektif dengan jumlah skor 0,222.

5.9.4. Penentuan Alternatif Strategi dalam Matriks SWOT

Tahap yang dilakukan setelah analisis dengan menggunakan matrik IFAS

dan EFAS adalah dengan menentukan alternatif strategi dalam matrik SWOT.

Matrik SWOT ini merupakan gabungan antara variabel – variabel pada matrik

IFAS yang berperan sebagai kekuatan serta kelemahan dalam perusahaan dan

matrik EFAS yang menunjukkan peluang yang dimiliki perusahaan dan ancaman

yang harus diantisipasi oleh pihak perusahaan. Berikut ini matrik SWOT pada

agroindustri pupuk organik SAA ini:

Page 58: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

58

Tabel 14. Matrik SWOT EFAS

Kekuatan (S) 1. Mempunyai nilai tambah yang

tinggi dan menguntungkan (*) 2. Pasokan bahan baku secara

kontinu, dengan harga relatif murah dan mudah diperoleh.

3. Lokasi perusahaan yang mudah dijangkau

4. Satu-satunya agroindustri pupuk organik lokal yang mempunyai ijin dari Deptan

5. Kadar hara telah teruji 6. Memiliki label produk. 7. Harga produk yang dipasarkan

murah (terjangkau petani) 8. Kualitas dan tampilan

kemasan (sak) baik

Kelemahan (W) 1. Administrasi

keuangan tidak tercatat

2. Struktur organisasi belum lengkap

3. Kapasitas tempat produksi terbatas

4. Penggunaan teknologi kurang maksimal

Peluang (O) 1. Dukungan PERDA

Nomor 3 Tahun 2011 tentang tata kelola bahan pupuk organik.

2. Dapat memperluas pasar

3. Permintaan pasar yang semakin bertambah

4. Adanya kesadaran masyarakat untuk mendukung gerakan Go Organik

5. Antusiasme pemasok bahan baku (peternak/ suppliers)

6. Memungkinkan adanya inovasi produk

Strategi SO Memperluas jaringan dan

distribusi pemasaran produk (S1,S2,S3, S4,S5,S6,S7,S8,O1,O2,O4,O6) Menjaga hubungan kerjasama

yang baik dengan pihak internal dan eksternal perusahaan (S4,O4,O5)

Strategi WO Mengatur

(membukukan) pengelolaan keuangan perusahaan (W1,O2,O3) Memperbaiki atau

melengkapi struktur organisasi perusahaan (W2,O6) Meningkatkan

kuantitas produk dengan menambah kapasitas tempat produksi (W3,O1,O2,O3,O4,O5,O6)

Ancaman (T) 1. Adanya pesaing

sehingga menimbulkan produk substitusi

2. Promosi yang belum efektif

3. Perubahan cuaca mempengaruhi kualitas bahan baku

Strategi ST Melakukan inovasi produk yang

berkualitas untuk menghadapi persaingan (S1,S2,T1,T3)

Strategi WT Meningkatkan

kegiatan promosi (W2,T1,T2) Memanfaatkan

teknologi untuk menjaga kualitas bahan baku dan produk. (W1,W4,T1,T3)

Page 59: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

59

Dari tabel matrik SWOT di atas dapat dirumuskan beberapa strategi yaitu:

1. Strategi SO (Strenght - Opportunity)

Strategi ini memanfaatkan kekuatan secara maksimal dan menggunakan

peluang yang ada untuk perkembangan perusahaan. Berikut adalah alternatif

strategi yang dapat dilakukan:

a. Memperluas jaringan dan distribusi pemasaran produk

Mata pencaharian petani masih dapat dibilang dominan karena lahan

pertanian yang ada masih sangat luas, walaupun dalam era modernitas ini semakin

marak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman atau bangunan.

Selain itu, meningkatnya kesadaran petani untuk menggunakan input yang

berbahan alami juga menjadi peluang yang bagus bagi perusahaan untuk

menambah kapasitas dan kuantitas produksi, agar bisa mendistribusikan

produknya ke wilayah pemasaran yang lebih luas. Dari hal tersebut diharapkan

produk pupuk organik SAA ini lebih dikenal oleh masyarakat dan menjadi pilihan

terbaik bagi petani penggunanya. Cara memperluas jaringan pasar adalah dengan

memanfaatkan relasi maupun memanfaatkan teknologi informasi yang sedang

banyak digunakan oleh semua kalangan untuk berniaga ataupun berbagi informasi

melalui internet.

b. Menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan pihak internal dan eksternal

perusahaan

Dengan banyaknya peluang yang ada, baik dari pekerja, pihak konsumen,

perantara, dinas terkait, maupun penyuplai bahan baku yang antusias dalam

menjalin kerja sama karena saling menguntungkan, perusahaan harus menjaga

hubungan yang baik antara semua pihak. Hal ini berpengaruh terhadap citra

perusahaan dalam masyarakat. Dengan adanya hubungan baik dengan pihak

internal yaitu pekerja, akan memudahkan perusahaan untuk mengatur manajemen

produksi maupun manajemen sumber daya manusianya. Sedangkan hubungan

baik dengan pihak eksternal dapat mempertahankan hingga meningkatkan

kuantitas penjualan produk pupuk organik SAA. Dampak baik bagi pihak

perusahaan tersebut adalah dapat meningkatkan omzet atau pendapatan yang

aliran dananya dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya.

Page 60: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

60

2. Strategi ST (Strenght - Treath)

Strategi ini dibuat dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki

perusahaan dan mengantisipasi ancaman. Berikut adalah alternatif strategi yang

dapat dilakukan:

a. Melakukan inovasi produk yang berkualitas untuk menghadapi persaingan

Inovasi produk sangat diperlukan oleh tiap perusahaan untuk menghasilkan

produk dengan kualitas, bentuk, maupun jenis yang berbeda dengan perusahaan

lain. Inovasi tersebut menuntut pihak perusahaan untuk mengikuti perkembangan

informasi dan teknologi yang berkaitan dengan produknya di pasar. Dengan

inovasi tersebut akan menghasilkan daya tarik yang berbeda bagi pembeli untuk

mencoba produk baru yang dihasilkan.

Jika agroindustri pupuk organik SAA ini bisa melakukan inovasi dengan

baik, maka petani yang akan membeli produknya akan mempunyai pilihan

terhadap jenis produk yang dihasilkan perusahaan. pilihan tersebut disesuaikan

dengan kondisi lahan, musim, atau kebutuhan dan selera petani itu sendiri.

Sebagai contoh, petani akan lebih memilih pupuk organik cair daripada pupuk

organik granul. Alasannya adalah apabila diaplikasikan ke lahan pertanian, jenis

pupuk yang cepat diserap tanah dan tanaman yaitu pupuk organik yang

berebentuk cair. Sedangkan pupuk organik yang berbentuk butiran membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk proses penyerapannya dan gerakannya terpengaruh

oleh limpasan air yang memungkinkan terjadinya proses penyerapan di tempat

yang semestinya.

3. Strategi WO (Weakness - Opportunity)

Strategi ini meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang yang

dimiliki oleh perusahaan. Berikut adalah ualternatif strategi yang dapat dilakukan:

a. Mengatur (membukukan) pengelolaan keuangan perusahaan

Agroindustri pupuk organik SAA ini mempunyai kelemahan yaitu masih

belum membukukan administrasi keuangan, sehingga pihak perusahaan belum

mengetahui secara pasti jumlah aliran kas yang terjadi setiap kali produksi dan

dalam kurun waktu tertentu. Padahal manajemen keuangan memegang peranan

yang sangat penting dalam setiap usaha. Dengan melakukan akuntansi yang baik

dan tepat, perusahaan akan memiliki acuan dan mengetahui kondisi keuangannya

Page 61: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

61

di setiap waktu. Hal ini bisa dijadikan referensi dan evaluasi untuk

mengembangkan perusahaan ke depannya.

b. Memperbaiki atau melengkapi struktur organisasi perusahaan

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, susunan struktur organisasi pada

agroindustri ini masih kurang lengkap. Perlu dilakukan penentuan tenaga kerja

yang menjadi ketua di tiap aspek perusahaan untuk mempermudah proses

pengawasan dan penanganan jika terjadi sesuatu hal. Selain itu, perbaikan struktur

organisasi ini akan meringankan tugas atau tanggung jawab dari manajer

perusahaan yang selama ini mengatur semua bidang kegiatan dalam perusahaan.

c. Meningkatkan kuantitas produk dengan menambah kapasitas tempat produksi

Untuk mewujudkan perkembangan skala usaha pupuk organik SAA ini,

peruhahaan harus mempeluas pasar. Salah satu caranya adalah dengan menambah

kapasitas produksi agar dapat menghasilkan jumlah output produksi yang lebih

banyak, sehingga bisa menembus pasar di luar wilayah kabupaten Sumenep.

4. Strategi WT (Weakness - Treath)

Penerapan strategi ini adalah dengan memperbaiki kelemahan dan

mengatasi ancaman yang timbul bagi agroindustri pupuk organik SAA. Berikut

adalah alternatif strategi yang dapat dilakukan:

a. Meningkatkan kegiatan promosi

Dengan banyaknya produk pupuk baik pupuk organik dan anorganik

menunjukkan bahwa persaingan usaha pupuk ini cukup ketat. Selain terus

dibayang-bayangi oleh perusahaan yang skala usahanya lebih besar, agroindustri

pupuk organik SAA ini juga harus mengantisipasi adanya ancaman perubahan

selera konsumen yang memungkinkan terjadinya peralihan penggunaan produk

dari pupuk organik SAA ke produk pupuk lain yang diproduksi oleh perusahaan

berbeda. Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan kegiatan promosi untuk

menjaga loyalitas pengguna pupuk organik SAA dan juga meningkatkan jumlah

penjualan produk ini. Promosi memegang peranan yang fundamental terhadap

perusahaan karena sangat erat kaitannya dengan bagus tidaknya aliran informasi

dan komunikasi yang ada dalam perusahaan. Hal ini menunjang minat pembelian

produk secara kontinu bahkan bisa menarik bagi banyak orang untuk bekerja sama

menjadi distributor atau penjual pupuk organik SAA ini. Beberapa cara yang bisa

Page 62: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

62

dilakukan diantaranya adalah dengan membuat brosur, pamflet, iklan di radio,

website di internet, penerapan demplot secara berkala di tiap titik daerah yang

petaninya belum atau daerah yang masih sedikit menggunakan produk ini.

b. Memanfaatkan teknologi untuk menjaga kualitas bahan baku dan produk.

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pupuk organik SAA ini

sangat peka terhadap kondisi cuaca karena dapat mempengaruhi kadar air yang

terkandung dalam bahan baku tersebut. Untuk menjaga kualitas bahan baku dan

produk tanpa mengenal cuaca hujan maupun panas, perlu pemanfaatan teknologi

berupa alat pengering yang terdapat pengaturan kadar airnya. Walaupun alat

tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit, tetapi alat tersebut bisa dijadikan

asset atau investasi perusahaan bagi perkembangan perusahaan dalam jangka

panjang yang bisa menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Jika perusahaan

bisa menjaga kualitas kadar unsur hara yang terkandung di dalam produknya,

maka kepercayaan konsumen akan meningkat. Hal ini bisa meningkatkan daya

jual produk pupuk organik SAA ini.

5.9.5. Pemilihan Strategi

Dari identifikasi alternatif strategi yang telah disebutkan pada analisis

SWOT, dapat dilakukan pemilihan strategi yang merupakan tahap dalam

pengambilan keputusan yang bisa dijadikan prioritas bagi pihak agroindustri

pupuk organik SAA untuk mengembangkan usahanya. Adapun urutan prioritas

strategi yang bisa dijalankan adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki atau melengkapi struktur organisasi perusahaan

2. Mengatur (membukukan) pengelolaan keuangan perusahaan

3. Memperluas jaringan dan distribusi pemasaran produk

4. Meningkatkan kegiatan promosi

5. Menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan pihak internal dan eksternal

perusahaan

6. Meningkatkan kuantitas produk dengan menambah kapasitas tempat produksi

7. Melakukan inovasi produk yang berkualitas untuk menghadapi persaingan

8. Memanfaatkan teknologi untuk menjaga kualitas bahan baku dan produk.

Page 63: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Usaha pupuk organik SAA secara ekonomi layak untuk dikembangkan. Hal ini

ditunjukkan oleh total keuntungan yang diperoleh tiap proses produksi sebesar

Rp 197.239,48. R/C rasio dari usaha pupuk organik SAA ini lebih dari 1 yaitu

sebesar 1,39, nilai BEP sejumlah 7,12 sak (kemasan 25 kilogram) atau

Rp 89.047,46 dalam tiap kali proses produksi. Perusahaan harus bisa

menghasilkan atau menjual lebih dari nilai BEP tersebut agar tetap

memperoleh keuntungan. Angka ROI yang diperoleh sebesar 0,71 atau 71

persen, hasil ini menunjukkan bahwa setiap 1 satuan modal yang dikeluarkan

oleh perusahaan SAA akan mendapatkan pengembalian modal sebesar 0,71

atau sebesar 71 persen dari modal yang dikeluarkan tersebut. Nilai tambah

yang diperoleh perusahaan sebesar 71,6 persen atau sejumlah Rp 511,6 tiap

kilogram pupuk organik SAA.

2. Produk dan usaha pupuk organik SAA ini sudah baik tetapi masih perlu

pengembangan lebih lanjut. Hal ini didukung oleh data responden yaitu

sebanyak 53,3 persen menyatakan bahwa pupuk organik ini berkualitas baik,

73,3 persen menyatakan bahwa produk tersebut mempunyai harga yang mudah

dan sebanyak 46,7 persen menyatakan bahwa pelayanan dalam pembelian

maupun informasi dalam perusahaan ini tergolong baik, tetapi responden yang

menyatakan bahwa kegiatan promosi perusahaan masih kurang bagus sebanyak

53,3 persen.

3. Pada matrik IFAS, kekuatan terbesar dari usaha agroindustri pupuk organik

SAA adalah harga produk yang dipasarkan murah (terjangkau petani)

sedangkan kelemahan terbesarnya adalah struktur organisasi belum lengkap.

Pada matrik EFAS menunjukkan bahwa peluang terbesar bagi perkembangan

usaha agroindustri pupuk organik SAA ini adalah permintaan pasar yang

semakin bertambah, sedangkan ancaman terbesarnya adalah promosi yang

belum efektif.

63

Page 64: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

64

4. Ada delapan alternatif strategi yang bisa digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi pengembangan usaha pupuk organik SAA ini berdasarkan

analisis SWOT. Tiga Prioritas Utama dari alternatif strategi tersebut yaitu

a. memperbaiki atau melengkapi struktur organisasi perusahaan; b. mengatur

(membukukan) pengelolaan keuangan perusahaan; c. memperluas jaringan dan

distribusi pemasaran produk.

6.2. Saran

Berikut ini beberapa saran yang bisa dijadikan pertimbangan dalam upaya

untuk mengembangkan usaha agroindustri pupuk organik SAA lebih lanjut:

1. Agroindustri pupuk organik SAA ini perlu memperluas wilayah pemasaran

produk dan meningkatkan skala usahanya agar tercapai visi dan misi

perusahaan.

2. Pengusaha agroindustri pupuk organik SAA perlu menambah tenaga kerja

terutama di bidang pemasaran maupun keuangan untuk melengkapi struktur

organisasi agar setiap orang pekerja bisa fokus terhadap tanggung jawab atau

tugasnya, sehingga didapatkan kinerja yang optimal untuk mendukung

pengembangan usaha ini.

3. Pihak perusahaan perlu menerapkan alternatif strategi pengembangan usaha

yang direkomendasikan berdasarkan analisis SWOT pada penelitian ini,

sehingga diharapkan dapat membantu pengembangan usaha agroindustri pupuk

organik SAA baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Memanfaatkan perkembangan teknologi atau alat pengering otomatis yang bisa

ditentukan kadar airnya untuk mengatasi kendala perubahan cuaca yang

mempengaruhi kualitas bahan baku.

5. Menerapkan penggunaan teknologi internet sebagai sarana promosi agar bisa

dikenal oleh semua orang di berbagai wilayah.

Page 65: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

65

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2009. Pertanian, Pengangguran, dan Kemiskinan. Badan Statistik Indonesia. Jakarta

David F.R. 2009. Manajemen Stategis, Konsep. Terjemahan: Penerbit Salemba

Empat. Jakarta. Dinas Pertanian. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun

2011 Tentang Tata Kelola Bahan Pupuk Organik. Departemen Pertanian. Jakarta.

Hasibuan, B. E.,2006. Ilmu Tanah. USU Perss. Medan.

Hidayat, Mokhamad Atikhul. 2009. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Agroindustri Pupuk Organik, Desa Dukuh, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Brawijaya.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 1999. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi kedelapan. Penerbit. Erlangga. Jakarta.

Musnamar, E. I., 2005. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nofidayanti, Eka. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Agroindustri Rumah Tangga Emping Rumput Teki. Skripsi Universitas Barawijaya. Malang.

Novizan, 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Peter dan Olson, 1999. Consumer Behavior, Perilaku Konsumen dan Strategi

Pemasaran. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Prawiyanti. Ratna. 2007. Strategi Pengembangan Agroindustri Tapioka dalam Skala Kecili. Universitas Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Putri, Novia Fatma. 2011. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Tepung Makanan Pendamping Asi Gasol Pada Gasol Pertanian Organik, Cianjur, Jawa Barat. IPB: Bogor

Rahardi, F. et al. 1998. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya: Jakarta.

Ramanda, Helmi. 2011.Analisis Kelayakan Finansial Agroindustri Tempe (Studi Kasus di Desa Mungkung Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

65

Page 66: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar · PDF file1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global dan kawasan

66

Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rianse, Usman dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Teori dan Aplikasi. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Saladin, Djaslim. 1996. Unsur-Unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. Penerbit Mandar Maju. Bandung.

Siagian, Sondang. 1998. Manajemen Stratejik. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Simatupang , P dan A. Purwoto. 1990. Pengembangan Agroindustri Sebagai Penggerak Pembangunan Desa. Pusat penelitian sosial ekonomi pertanian, Bogor.

Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta. Sudiyono, Ahmad. 2001. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah

Malang Press. Malang. Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses Masalah dan Dasar

Kebijaksanaan. Fakultas Ekonomi UI Press. Jakarta Sutrisno, Edy. 2011. Populasi Ternak Sapi Sumenep Mencapai Ratusan Ribu

Ekor. http://www.sumenep.go.id. Diakses tanggal 18 Februari 2012 Swastha, 1984. Saluran Pemasaran. BPFE, Yogyakarta.

Tambunan et al, 1990. Pengembangan Agroindustri Dan Tenaga Kerja Pedesaan Di Indonesia Dalam Diversivikasi Pertanian Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka sinar harapan. Indonesia.

Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi pemasaran. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Umar, Husein, 2003. Strategic Management In Action. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winardi. 1986. Pengantar Ilmu Pemasaran (Marketing). Penerbit Tarsito. Bandung.

Yusa, Muhammad Reza. 2011. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada E-Cofarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor. IPB: Bogor.