iii - repo.apmd.ac.id
Transcript of iii - repo.apmd.ac.id
iii
MOTTO
“Perlu masa yang panjang untuk belajar apa artinya kehidupan.
Perlu tantangan yang panjang untuk memahami apa artinya kehidupan.
Perlu waktu yang panjang untuk bisa bersama dengan kehidupan.
Sebab kehidupan adalah hidup saya”.
(Khariza Laila)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis mempersembahkan kepada:
1. Puji dan syukur kepada Allah Swt atas rahmatnya yang melimpah kepada
saya sehingga skripsi ini saya dapat menyelesaikan dengan tepat waktu.
2. Kedua orang tua saya Anwar Laila dan Kian Hony dan saudari tercinta
saya Siswanto Laila, Siskawati Laila, Aprilia Laila yang selalu
mendukung dan mendoakan saya.
3. Yang tercinta dan tersayang suami saya Kadri Umar yang selalu senantiasa
mendoakan saya dan sabar menunggu
4. Yang tercinta dan tersayang anak saya Khariza Abdul Rahim yang selalu
menemani saya selama masa perkuliahan, praktikum, KKN sampai skripsi.
5. Kepada teman terbaik saya Susi Karyati yang sudah menemani perjalanan
hidup saya selama berada di Yogyakarta bisa dibilang teman rasa saudara.
6. Kepada teman-teman seperjuangan sosiatri angkatan 2014 dan 2015 yang
sudah mendukung dan menyemangati saya dalam menyelesaikan skripsi
7. Kepada Dosen Pembimbing saya Dra. Widati, Lic. rer. reg yang sudah
membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi dan seluruh Dosen Prodi
ilmu Sosiatri yang pernah mengajarkan saya selama masa perkuliahan
8. Kepada seluruh Pengurus Kovenanza, Pihak Sekolah, Siswa-Siswi SMK
Negeri 7 Yogyakarta yang telah membantu saya dalam penelitian.
9. Kepada Bapak Andy selaku Staf BNN Kota Yogyakarta yang telah
membantu saya dalam penelitian.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada ALLAH Swt atas seluruh rahmat dan hidayahnya
kepada saya sehingga, saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan sala
satu syarat untuk mendapatkan untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Sosial
dalam Program Studi Sosiatri/Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penyusun telah mendapat bantuan dan
dorongan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, sehingga dapat di
selesaikan oleh penyusun. Maka pada kesempatan ini penyusun hanya bisa
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Dra. Oelin Marliyantoro, M,Si selaku ketua Program Studi Ilmu
Sosiatri/Pembangunan Sosial dan seluruh Bapak/Ibu dosen serta staf
karyawan yang selama ini telah banyak membantu dan memberikan
bekal ilmu dan dorongan pengetahuan dalam proses pendidikan di
Sekolah tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Widati, Lic.rer.reg selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan tenaga serta kesabaran dan perhatian dalam
membimbing/mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh penguruh KOVENANZA SMK N 7 Yogyakarta beserta Pihak
sekolah, Siswa-siswi SMK N 7 Yogyakarta dan Staf BNN yang
membantu dalam penelitian.
5. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.
Sebagai tanda terima kasih, penyusun tidak mempunyai sesuatu
yang berharga yang dapat di berikan sebagai ucapan rasa syukur atas
vi
semua budi baiknya. Namun doa dan harapan penyusun, semoga kebaikan
bapak/ibu di balas oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan senantiasa
memberikan anugerah yang melimpah di dalam kehidupan
bapak/ibu/sanak saudara dan saudari sekalian.
Yogyakarta, 28 Februari 2019
Penyusun
JUMIATI
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
HALAMAN MOTTO............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... iv
KATA PENGANTAR.............................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL.................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................... 8
D. Kerangka Teori............................................................................. 9
1. Peran......................................................................................... 9
2. Satuan Tugas Anti Narkoba...................................................... 12
3. Peran Satuan Tugas Anti Narkoba............................................. 13
4. Penyalahgunaan Narkoba........................................................ 16
5. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba............................ 18
E. METODE PENELITIAN.................................................................. 23
viii
1. Jenis Penelitian.......................................................................... 23
2. Ruang Lingkup Penelitian...................................................... 23
a. Obyek penelitian.............................................................. 23
b. Definisi konsepsional......................................................... 24
c. Definisi operasional.............................................................. 25
d. Subyek penelitian............................................................... 27
e. Lokasi penelitian.............................................................. 28
f. Teknik pengumpulan data................................................... 28
g. Teknik analisis data........................................................... 31
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN............................................. 34
A. SMK Negeri 7 Yogyakarta................................................................ 34
1. Sejarah SMK Negeri 7 Yogyakarta............................................ 34
2. Visi dan Misi SMK Negeri 7 Yogyakarta................................... 35
3. Struktur Kepengurusan SMK Negeri 7 Yogyakarta.................. 36
4. Fasilitas SMK Negeri 7 Yogyakarta........................................ 44
5. Data Siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta..................................... 45
B. Kovenanza SMK Negeri 7 Yogyakarta........................................... 47
1. Sejarah Kovenanza SMK Negeri 7 Yogyakarta........................ 47
2. Visi dan Misi Kovenanza SMK Negeri 7 Yogyakarta............... 49
3. Lambang Kovenanza SMK Negeri 7 Yogyakarta.................... 49
4. Tujuan Kovenanza SMK Negeri 7 Yogyakarta......................... 50
5. Struktur Kepengurusan Kovenanza.......................................... 51
ix
6. Program Kerja dan Kegiatan Kovenanza SMK Negeri 7
Yogyakarta.................................................................................. 55
7. Hubungan SMK Negeri 7 Yogyakarta dengan Kovenanza...... 56
BAB III ANALISIS DATA.......................................................................... 58
A. Identitas Informen.............................................................................. 58
B. Peran Satuan Tugas Anti Narkoba dalam Upaya Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan SMK N 7 Yogyakarta..... 63
1. Perencanaan dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba di Lingkungan SMK N 7 Yogyakarta........................... 64
2. Pengorganisasian dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba di Lingkungan SMK N 7 Yogyakarta........................... 71
3. Pelaksanaan dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba di Lingkungan SMK N 7 Yogyakarta.......................... 75
4. Pengembangan dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba di Lingkungan SMK N 7 Yogyakarta..........................83
BAB IV PENUTUP................................................................................. 84
A. Kesimpulan.................................................................................. 84
B. Saran........................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Fasilitas SMK Negeri 7 Yogyakarta............................................. 44
Tabel II.2 Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Ajaran
2018/2019.......................................................................................... 45
Tabel II.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Agama Tahun Ajaran 2018/2019...... 45
Tabel 11.4 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Kelas Tahun Ajaran
2018/2019.......................................................................................... 46
Tabel II.5 Jumlah Siswa Berdasarkan Jurusan Tahun Ajaran 2018/2019..... 47
Tabel II.6 Daftar Nama Pengurus dan Anggota Kovenanza..........................54
Tabel III.1 Deskripsi Informen Pengurus Kovenanza................................... 59
Tabel III.2 Deskripsi Siswa Diluar Kepengurusan Kovenanza......................61
Tabel III.3 Deskripsi Informen yang bekerjasama dengan Kovenanza..........62
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 11.1 Struktur Kepengurusan SMK Negeri 7 Yogyakarta................ 36
Gambar 11.2 Lambang Kovenanza SMK Negeri 7 Yokyakarta................... 49
Gambar 11.3 Struktur Kepengurusan Kovenanza......................................... 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Studi ini secara umum menjelaskan peran satuan tugas (satgas) anti
narkoba dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan siswa
SMA sederajat di Kota Yogyakarta. Lebih khusus studi ini
mendeskripsikan peran dari Komunitas Skaven Anti Napza (Kovenanza)
SMK N 7 Yogyakarta sebagai satgas anti narkoba. Kovenanza merupakan
satgas yang dibentuk pertama kali oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)
Kota Yogyakarta pada tahun 2015.
Pembentukan satgas anti narkoba ini adalah salah satu bentuk
program dari kebijakan dan strategi nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
Keunggulan dari program kaderisasi siswa satgas anti narkoba
dibandingkan kegiatan penyuluhan/sosialisasi/ceramah, siswa tak hanya
sebagai obyek dari kebijakan P4GN melainkan juga sebagai subyek. Sebab
siswa akan berperan aktif, terlibat langsung dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba di sesama kalangannya. Oleh karena itu,
Kovenanza SMK N 7 Yogyakarta sebagai satgas anti narkoba semestinya
berada di garda terdepan melawan narkoba.
Pada masa remaja, keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti
trend dan gaya hidup serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun
semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga
2
memudahkan para siswa untuk terdorong menyalahgunakan narkoba.
Berdasarkan riset yang dilakukan Universitas Indonesia (UI) dan BNN,
jumlah penyalahguna narkoba pada tahun 2017 sebanyak 3.376.115 orang
(kelompok usia 10-59 tahun). Dari jumlah penyalahguna itu, sebanyak
810.267 orang (24%) adalah pelajar (http://yogyakarta.bnn.go.id/media-
publikasi-unduh-dokumen/hasil-penelitian-data.pdf).
Namun bila melihat pada riset tahun 2016 yang juga dilakukan UI
dan BNN, angka prevelensi penyalahgunaan narkoba pada kelompok
pelajar dan mahasiswa cenderung semakin menurun dalam sepuluh tahun
ke belakang baik untuk yang pernah pakai dan setahun pakai. Angka
prevelensi penyalahgunaan narkoba diukur dengan murujuk pada 2
periode waktu, yaitu pernah pakai narkoba seumur hidupnya walaupun
hanya satu kali (ever used), dan setahun terakhir pakai (current users)
yaitu mereka yang pernah pakai narkoba dalam satu tahun terakhir dari
saat survei.
Angka prevelensi pernah pakai menurun dari 8,1% (2006) menjadi
3,8% (2016). Atau bisa diartikan, jika pada tahun 2006 ada 8 dari 100
orang pelajar/mahasiswa yang pakai narkoba maka pada tahun 2016 hanya
ada 4 orang yang pakai narkoba. Jadi dalam satu dekade, telah berhasil
dikurangi separuh pelajar/mahasiswa yang pernah pakai narkoba.
Riset tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba itu
dilakukan di 18 provinsi. Meskipun angka prevelensi pernah pakai
narkoba menurun, tetapi suatu hasil yang mengejutkan bahwa DI
3
Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar berada diposisi tertinggi
angka pernah pakai (6,6%) artinya bahwa pada tahun 2016 ada 6 dari 100
orang pelajar/mahasiswa yang pakai narkoba. Sementara itu, angka
prevelensi setahun pakai, DIY (2,8%) menempati posisi kedua setelah
DKI Jakarta (3,6%).
Jika melihat data dalam lima tahun ke belakang, misalnya pada
tahun 2013 kasus penyalahgunaan narkoba sangat didominasi oleh pelajar.
Dari Januari sampai April di tahun itu, pengguna berpendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) berjumlah 110 anak. Sedangkan usia 30 tahun ke
atas jumlahnya lebih kecil, yakni 32 orang saja
(http://old.solopos.com/2013/05/29/kasus-narkoba-kata-bnn-kasus-
narkoba-didominasi-pelajar-411172).
Sementara itu, di Kota Yogyakarta pada triwulan terakhir 2014
tercatat sebanyak 61 kasus peredaran narkoba dan 50 persen di antaranya
adalah pelajar dan mahasiswa (https://www.antaranews.com/berita/
474902/17-sekolah-yogyakarta-miliki-satgas-anti-narkoba). Masih di Kota
Yogyakarta, pada tahun 2016 kasus paling banyak penyalahgunaan
narkoba, berupa ganja, sabu dan pil ekstasi. Dan jumlah kasusnya
sebanyak 219 kasus (https://kumparan.com/tugujogja/penyalahgunaan-
obat-obatan-di-yogyakarta-didominasi-oleh-pelajar-dan-mahasiswa-153).
Data tersebut menunjukan bahwa pelajar di Kota Yogyakarta rentan
menyalahgunakan narkoba dan bahkan menjadi pengguna atau pemakai
narkoba.
4
Penelitian Dadang Hawari dalam Siswanto Sunarso (2004: 57)
membuktikan bahwa penyalahgunaan narkoba, menimbulkan dampak
antara lain merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan
belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk,
perubahan perilaku menjadi antisosial, mempertinggi kecelakaan lalu-
lintas, kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya. Di samping itu,
penyalahgunaan narkoba memiliki dimensi yang luas dan kompleks, baik
dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psikososial
(ekonomi, politik, sosial budaya dan sebagainya).
Salah satu bentuk penguatan sosial di kalangan siswa yang dapat
dilaksanakan oleh pihak BNN yaitu dengan membentuk kader anti
narkoba. Kader tersebut memiliki pengetahuan, kemampuan (skill), pola
berpikir yang kritis dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba (Chandra
Heldy, 2012:129)
Keberadaan satgas anti narkoba di lingkungan sekolah diharapkan
dapat membantu teman di lingkungannya agar tidak terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba. Selain kemudian setiap kader dalam satgas dapat
menjembatani antara siswa yang menyalahgunakan narkoba dengan pihak
sekolah yang nantinya akan menjalani rehabilitasi di Badan Narkotika
Nasional (BNN) tanpa adanya proses hukum. Oleh karena itu,
pembentukan satgas anti narkoba di SMKN 7 Yogyakarta memiliki nilai
strategis untuk mencegah penyalahgunaan narkoba. Meskipun belum
terdapat kasus penyalahgunaan narkoba yang melibatkan pelajar di
5
sekolah tersebut sepanjang penelusuran penulis. Walaupun demikian,
keberadaan Kovenanza menjadi penting sebagai upaya pencegahan dari
penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. Sebab sebagian besar
pecandu dan pelaku penyalahgunaan narkoba adalah pelajar dan
mahasiswa.
Setahun sebelum pembentukan satgas Kovenanza, seluruh pelajar
yang menjadi anggotanya telah menjalani pembekalan mengenai berbagai
hal menyangkut narkoba. Sebanyak 17 sekolah dari jenjang SMP dan
SMA/SMK di Kota Yogyakarta telah memiliki satuan tugas anti narkoba
(http://bnnkjogja.id/berita/baca/17-sekolah-kota-yogyakarta-miliki-satgas-
antinarkoba). Satgas tersebut dibentuk oleh BNN sebagai media dalam
pencegahan penyalahgunaan narkoba. BNN berperan sebagai rujukan
dalam implementasi penanggulangan masalah narkoba baik berupa
pemberian informasi yang didukung oleh partisipasi sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Harapan dari adanya upaya pencegahan tersebut adalah dapat
terwujudnya generasi muda yang anti narkoba dan mereka dapat memiliki
pengetahuan tentang bahaya dan dampak buruk penggunaan narkoba.
Setiap anggota dalam satgas secara khusus dilatih dan dibina oleh lembaga
BNN menjadi seorang kader penyuluh anti narkoba.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memiliki ketertarikan
untuk meneliti lebih dalam terkait peran satgas anti narkoba dalam
mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan siswa SMA sederajat di
6
Kota Yogyakarta. Adapun satgas anti narkoba yang akan diteliti adalah
satgas Kovenanza SMKN 7 Yogyakarta.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya
yang serupa. Misalnya dalam penelitian Devy Mulia Sari yang berjudul
“Peran Kader Anti Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Pelajar Oleh Badan
Narkotika Nasional” yang dimuat di Jurnal Promkes Universitas
Airlangga, Surabaya, Vol.5 Desember 2007(2007:135-136). Argumentasi
utama dari penelitian itu adalah peran kader anti penyalahgunaan narkoba
di lingkungan sekolah yaitu sebagai peer counselor, peer educator, dan
peer leadership.
Kader sebagai peer counselor maksudnya kader anti narkoba
berada pada posisi konselor, bersedia mendengarkan keluhan dari teman
sebayanya dan memberikan masukan atau jalan keluar terhadap
permasalahan narkoba yang dialami. Kader sebagai peer educator, seorang
kader anti narkoba bertindak sebagai pemberi informasi (edukasi) atau
pengetahuan faktual kepada teman sebaya mengenai bahaya narkoba
sehingga setiap pelajar mampu membentengi diri dari kasus baru.
Sedangkan kader sebagai peer leadership, kader dapat memimpin anggota
disekitarnya dan menjadi role model bagi sekelilingnya. Penelitian
tersebut melihat peran satgas anti narkoba dari perspektif promosi
kesehatan, bagaimana seorang kader dapat memberikan informasi
kesehatan kepada lingkungan sekitarnya, misalnya informasi mengenai
bahaya narkoba.
7
Penelitian lain yang serupa yang dilakukan di Yogyakarta misalnya
oleh Sofia Anisatul Af’Idah dalam skripsinya yang berjudul Metode
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Satuan Tugas Anti
Narkoba Sekolah, Studi Kasus di SMKN 2 Depok, Sleman, Yogyakarta
(2016). Argumentasi utama dalam penelitian itu adalah pencegahan
penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh satgas anti narkoba
dilakukan dengan tiga metode, pertama, metode pencegahan level individu
berupa konseling sebaya. Kedua, metode pencegahan level kelompok
berupa diskusi rutin dan insidental. Diskusi rutin terdiri dari diskusi rutin
mingguan dan tahunan. Ketiga, metode pencegahan level
masyarakat/komunitas. Kegiatan pencegahan pada level ini berupa
serangkaian peringatan hari anti narkoba internasional (HANI).
Penelitian tersebut lebih memfokuskan pada metode intevensi yang
digunakan satgas anti narkoba dalam pencegahan penyalahgunaan
narkoba, yang dilihat dari level mikro, mezzo dan makro. Sedangkan
dalam penelitian ini peran satgas anti narkoba akan dilihat dari perspektif
pemberdayaaan, bagaimana siswa yang tergabung dalam satgas anti
narkoba mampu memberdayakan dirinya secara mandiri dan lingkungan
sekitarnya di sekolah. Di samping itu, penelitian Devy Mulia Sari
dilakukan di Kota Surabaya, yang karakter siswanya berbeda dengan yang
ada di Kota Yogyakarta. Meskipun penelitian Sofia Anisatul Af’Idah
dilakukan di D.I Yogyakarta dan juga memiliki kesamaan sekolah yang
8
diteliti yakni sekolah kejuruan tetapi karakter siswanya berbeda dengan
yang ada di SMKN 7 Yogyakarta.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalan penelitian ini adalah “Bagaimana
peran satuan tugas Kovenanza SMK N 7 Yogyakarta dalam upaya
pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah?”
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan
penelitian ini adalah :
a. Untuk menjelaskan peran satuan tugas Kovenanza SMK N
7 Yogyakarta dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
narkoba di lingkungan sekolah.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini dapat memperkaya kajian ilmu sosiatri di
bidang pemberdayaan, khususnya tentang peranan satgas
anti narkoba dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di
kalangan siswa SMA sederajat.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi
satuan tugas anti narkoba di SMK N 7 Yogyakarta dalam
upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungan
sekolah.
9
D. KERANGKA TEORI
1. Peran
Memahami peran satgas anti narkoba dalam mencegah
peredaran narkoba di lingkungan sekolah dapat dimulai dengan
merujuk konsep peran dalam teori peran organisasi atau
organizational role of theory (ORT) dari Kartz dan Kahn. Dapat di
pahami peran di sini tidak bisa dipahami secara tunggal atau
didefinisikan sendiri. Sebab peran yang dimaksud adalah bukan
peran individu saja tetapi peran sebuah organisasi, dalam hal ini
adalah satgas anti narkoba Kovenanza SMK N 7 Yogyakarta.
Konsep peran dalam ORT lebih diartikan prinsip kerja yang
mewujud kesepakatan dari setiap anggota organisasi yang
kemudian diwujudkan dalam bentuk tindakan. Maka itu, tindakan
setiap anggota organisasi memperlihatkan juga tindakan
organisasinya. Oleh karena itu, pembagian prinsip kerja
membutuhkan anggota organisasi yang memiliki komitmen dan
kesadaran tinggi terhadap tujuan organisasi (Mark Wickham,
2007:5).
Dalam konteks ini, kesadaran terhadap tujuan organisasi
menjadi syarat mutlak yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi.
Sejauh mana pengetahuan anggota organisasi terhadap visi
organisasi akan mempengaruhi pada anggota ketika menjabarkan
setiap misinya dan melaksanakan tugasnya. Menurut penulis,
10
konsep peran organisasi dalam ORT dapat dipakai untuk
mengetahui bagaimana pengelolaan dalam sebuah organisasi agar
tujuannya dapat tercapai. Misalnya, seperti apa pengelolaan
organisasi Kovenanza sebagai satgas anti narkoba dalam mencapai
tujuannya untuk mencegah penyalahgunaan narkoba di lingkungan
sekolah.
Konsep peran ini ditempatkan mengenai apa sesungguhnya
yang menjadi prinsip kerja organisasi, kesepakatan-kesepakatan
yang dibangun dan melalui proses apa kesadaran akan
kewajiban/tugas anggota dibentuk. Peran lebih difokuskan pada
perilaku/tindakan anggota organisasi, yang apakah sejalan dengan
prinsip kerja organisasi, dengan kesepakatan-kesepakatan yang
dibangun dan sesuaikah sebagaimana kewajibannya. Oleh karena
itu peran dan peranan memiliki kaitan yang sangat erat.
Menurut Soejono Soekanto (2012:212), menjelaskan
pengertian peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang
satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan
tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana
dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang
11
mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola
pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat
kepadanya.
Terkait tindakan yang dikategorikan sebagai tindakan
sosial, dapat merujuk pada prinsip pemikiran Talcott Parsons
bahwa pertama, tindakan selalu diarahkan pada tujuannya. Kedua,
tindakan terjadi dalam situasi atau kondisi yang unsur-unsurnya
sudah pasti, sedang unsur-unsur yang lainnya digunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan. Ketiga, secara normatif tindakan
tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat dan tujuan.
Dengan kata lain, tindakan atau perlaku itu dipandang sebagai
suatu kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar dalam
organisasi. Adapun unsur-unsur yang bersifat dasar dari satuan
tindakan itu berupa alat, tujuan, situasi atau kondisi dan norma
(Syawaludin,2014:13).
Secara konteks, upaya yang dilakukan oleh Kovenanza
dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah
merupakan implementasi dari sebuah tindakan sosial. Dimana di
dalamnya terdapat aktor-aktor yang mempunyai tujuan yang ingin
dicapai bersama untuk mencegah penyalahgunaan narkoba.
12
2. Satuan Tugas Anti Narkoba
Satgas anti narkoba merupakan sebuah unit atau formasi
yang dibentuk oleh BNN guna melakukan pencegahan dan
penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkoba. Secara lebih
sederhana, satgas anti narkoba dapat disebut sebagai agen atau
perpanjangan tangan BNN di masyarakat. Dalam hal ini, satgas
anti narkoba di lingkungan sekolah merupakan perwujudan
kehadiran BNN di lingkungan pendidikan.
Ada berbagai macam jenis satuan tugas anti narkoba
sebagaimana sesuai fungsi dan tujuannya yakni upaya pencegahan
dan upaya penanggulangan. Berdasarkan struktur keorganisasian
BNN Kota Yogyakarta, satgas anti narkoba terbagi ke dalam tiga
jenis, yakni (1) satgas promotif dan preventif, (2) satgas represif,
(3) satgas kuratif dan rehabilitative. Posisi satgas anti narkoba di
satuan pendidikan, termasuk dalam jenis satgas promotif dan
preventif.
Keberadaan satgas anti narkoba di sekolah diharapkan
dapat memutus mata rantai penyalahgunaan narkoba yang semakin
meningkat. Pembentukan satgas anti narkoba ini adalah salah satu
bentuk program dari kebijakan dan strategi nasional Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN). Sebagai wujud dari implementasi P4GN, Pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan Peraturan Daerah DIY
13
Nomor 13 Tahun 2010 yang di dalamnya menyebutkan bahwa
satuan pendidikan wajib membentuk tim/kelompok kerja satuan
tugas anti narkoba.
3. Peran Satuan Tugas Anti Narkoba
Menurut Sukron Ahmad dalam penelitian Devy Mulia Sari
yang berjudul “Peran Kader Anti Penyalahgunaan Narkoba
Berbasis Pelajar Oleh Badan Narkotika Nasional” yang dimuat di
Jurnal Promkes Universitas Airlangga, Surabaya, Vol.5 Desember
2007 (2007: 131) sekolah memegang peranan penting dalam
menanggulangi permasalahan narkoba karena sekolah merupakan
tempat dalam melakukan proses pembelajaran serta menjadi faktor
lingkungan dalam mempengaruhi pergaulan. Maka itu, pencegahan
penyalahgunaan narkoba melalui pembentukan satgas anti narkoba
di lingkungan sekolah lebih mudah dikarenakan sekolah lebih
berstruktur sehingga dapat diadakan pengawasan meskipun
dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu.
Anggota satgas anti narkoba di lingkungan sekolah
berperan membantu teman di lingkungan sekolahnya agar tidak
terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Selain itu diharapkan
juga setiap anggota mampu menjembatani antara pelajar yang
menyalahgunakan narkoba dengan pihak sekolah yang nantinya
akan menjalani rehabilitasi di BNN tanpa adanya proses hukum.
Oleh karena itu, anggota satgas harus terus dipantau oleh pihak
14
sekolah, sehingga sekolah sangat berperan penting dalam
memberikan bimbingan kepada pelajar dengan memberikan waktu
khusus baik di dalam sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Di samping itu juga harus ada sinergitas antara pihak sekolah
dengan BNN Kota Yogyakarta sebagai fasilitas penanganan utama
masalah narkoba.
Sebelum menjalankan perannya sebagai seorang anggota
satgas, BNN Kota Yogyakarta mengadakan kegiatan pendidikan
dan pelatihan kader/satgas anti narkoba. Kegiatan ini bertujuan
untuk mencetak anggota satgas penerus. Dengan diadakannya
pendidikan dan pelatihan diharapkan anggota satgas anti narkoba
berani melakukan aksi-aksi baik di lingkungan sekolah maupun
menyampaikan pesan-pesan di luar lingkungan sekolah bahkan
dilingkup yang lebih tinggi/luas.
Menurut Suwardi (2015:134) sebagai seorang anggota
satgas anti narkoba yang membantu BNN dalam memberikan
edukasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba di lingkungan
sekitar ) maka tugas yang harus dilakukan yaitu:
a. Perencanaan
Dalam hal perencanaan, seorang anggota satgas anti
narkoba diharapkan mampu menganalisis permasalahan
narkoba yang ada di lingkungan sekitar yang dimulai dari
pengumpulan data, pengelolaan, analisis, penentuan
15
sasaran, penyusunan rencana, dan jadwal kegiatan
pencegahan bahaya narkoba yang akan dilaksanakan.
b. Pengorganisasian
Dalam hal pengorganisasian, seorang anggota satgas
anti narkoba diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam memerangi penyalahgunaan
narkoba serta mampu menciptakan jejering untuk saling
bersinergi pada pihak terkait agar masyarakat berpotensi
dalam memberantas penyalahgunaan narkoba di lingkungan
tempat tinggalnya.
c. Pelaksanaan
Dalam mewujudkan masyarakat yang berpotensi
melawan narkoba, seorang anggota juga berperan dalam
melaksanakan berbagai kegiatan baik bersifat informasi,
advokasi dan edukasi terkait P4GN.
d. Pengembangan
Mengajak seluruh komponen masyarakat serta
lingkungan untuk mengembangkan kapabilitasnya dalam
memahami, menerapkan, menata kemampuannya dan
menggali potensi yang ada untuk diberdayakan sebagai
sarana memerangi penyalahgunaan narkoba.
16
4. Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba merupakan pemakain obat-obatan
seperti narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya dengan
tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan
tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Sebagian besar zat
yang terkandung dalam narkoba sebenarnya dapat digunakan untuk
pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan seperti
“keinginan untuk coba-coba, ikut trend/gaya, lambang status sosial
dan ingin melupakan persoalan”, maka narkoba disalahgunakan.
Penggunaan yang terus menerus akan mengakibatkan
ketergantungan. Adapun faktor, dampak dan upaya pencegahan
penyalahgunaan narkoba akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Faktor penyalahgunaan narkoba
Banyak penyebab remaja melakukan
penyalahgunaan narkoba, diantaranya yaitu faktor internal
berupa rasa ingin tahu para generasi muda untuk mencoba
hal baru seperti narkoba; ingin dianggap hebat oleh teman
sebayanya dengan memakai narkoba; rasa setia kawan jika
sama-sama melakukan apa yang dilakukan oleh teman
sebaya; dan rasa kecewa serta frustasi akibat masalah yang
dihadapi seperti masalah keluarga, teman dan sekolah.
Selain faktor internal dari individu itu sendiri, juga
ada faktor eksternal yaitu, lingkungan keluarga seperti
17
adanya keluarga yang tidak harmonis, komunikasi yang
buruk antara anak dan orang tua yang sibuk, selalu
mengatur, dan bahkan orang tua juga pengguna narkoba.
Selain lingkungan keluarga, juga adanya pengaruh dari
seseorang untuk menyalahgunakan narkoba seperti
pengaruh dari orang baru kenal atau teman yang berusaha
untuk membujuk dalam menggunakan narkoba karena
ketidaktahuan mereka tentang bahaya narkoba sehingga
mereka terjerumus oleh rayuan tersebut.
b. Dampak penyalahgunaan narkoba
Dampak yang ditimpulkan dari penyalahgunaan
narkoba bermacam-macam, diantaranya yaitu terganggunya
kesehatan dan mental pengguna narkoba. Pengguna
narkoba akan mudah terserang penyakit HIV, jantung dan
hepatitis. Selain kesehatan fisik, pengguna narkoba juga
akan terganggu kejiawaannya seperti mengamuk, stress dan
gila.
Selain mengganggu kesehatan, penyalahgunaan
narkoba juga mengganggu kehidupan sosial penggunanya.
Seperti terusiknya ketenangan warga dan keluarga,
timbulnya permasalahn keluarga seperti perceraian,
pemborosan, kehilangan pendidikan dan pekerjaan.
Penyalahgunaan narkoba juga mengakibatkan pengguna
18
melakukan pelanggaran hukum untuk mendapatkan uang
guna memenuhi kebutuhan narkobanya seperti mencuri,
judi, merampok dan lainnya.
5. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
Dalam pencegahan bahaya narkoba terdapat upaya yang
dapat dilakukan diantaranya yaitu, preventif yang ditujukan
kepada masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba sehingga
tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Upaya preventif ini
selain dilakukan pemerintah juga efektif dilakukan oleh berbagai
kalangan seperti LSM, masyarakat, sekolah dan yang lainnya.
Usaha preventif dapat dilakukan pada semua level, baik
level individu, kelompok maupun masyarakat. Pada level individu
dapat dilakukan usaha pecegahan permasalahan sosial dengan
memberikan arah pada proses sosialisasi lingkungan interaksi
sosial serta diberi bekal untuk menghadapi berbagai tantangan
kehidupan seperti pendidikan, keterampilan dan motivasi. Pada
level kelompok. usaha pencegahan permasalahan sosial dapat
dilakukan pada kelompok-kelompok sosial yang rentan mengalami
masalah sosial, seperti kelompok remaja sebaya. Sedangkan pada
level masayrakat, usaha pencegahan masalah sosial dapat
dilakukan dengan mengefektifkan mekanisme kontrol sosial dan
mendorong suatu gerakan yang sesuai dengan nilai dan norma
seperti kampanye.
19
Usaha pencegahan (preventif) dilakukan melalui 3 (tiga)
tahap, yang pertama, tahap pencegahan primer yang dilakukan
dalam bentuk penyuluhan, penerangan dan pendidikan. Kedua,
tahap sekunder yaitu tahap pencegahan dimana dilakukan deteksi
dini terhadap anak yang menyalahgunakan narkoba, kemudian
melakukan konseling dan bimbingan sosial. Tahap yang terakhir
adalah tahap tersier yakni tahap pencegahan yang dilakukan
melalui penciptaan lingkungan social dan pengawasan sosial serta
pengembangan minat dan bakat.
Pencegahan primer ditujukan kepada pemberian informasi
dan pendidikan kepada individu, kelompok, komunitas atau
masyarakat luas yang belum Nampak tanda-tanda adanya kasus
penyalahgunaan narkoba. Kegiatan yang dilakukan meliputi
kegiatan alternative untuk menghindarkan individu, kelompok atau
komunitas dari penyalahgunaan narkoba serta memperkuat
kemampuannya untuk menolak narkoba (BNN, 2004: 20-21).
Pencegahan tersebut mempunyai sasaran khalayak, tujuan,
pendekatan dan metode khusus. Adapun pendekatan yang
dilakukan adalah dengan pengembangan taraf kesehatan jasmani
dan rohani masyarakat, pengembangan kehidupan keluarga yang
sehat dan harmonis dan menggugah kesadaran masyarakat akan
bahaya narkoba.
20
Pencegahan sekunder ditujukan kepada individu,
kelompok, komunitas atau masyarakat luas yang rentan terhadap
atau telah menunjukkan adanya gejala kasus penyalahgunaan
narkoba. Kegiatan yang dilakukan pada pencegahan ini melalui
pendidikan dan konseling kepada masyarakat yang sudah
mencoba-coba menggunakan narkoba agar menghentikannya dan
mengikuti perilaku yang lebih sehat.
Sementara pencegahan tersier ditujukan kepada mereka
yang sudah menjadi pengguna biasa atau yang telah menderita
ketergantungan, melalui pelayanan perawatan dan pemulihan serta
pelayanan untuk menjaga agar tidak kambuh. Pendekatan yang
dilakukan yaitu dengan menciptakan dan memelihara suasana
social dan gaya hidup yang sehat dan bebas narkoba.
Upaya preventif merupakan salah satu upaya dalam
penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Ada lima bentuk
penanggulangan masalah narkoba, yaitu promotif, preventif,
kuratif, rehabilitative dan represif. Lima bentuk penanggulangan
ini termasuk rancangan dari BNN sebagai program pencegahan
(BNN, 2008:37-46).
a. Promotif. Program ini ditujukan kepada masyarakat yang
belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal
sama sekali. Prinsipnya dengan meningkatkan peranan atau
kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera
21
sehingga tidak sempat berpikir untuk memakai narkoba.
Promotif disebut juga program pembinaan yang berupa
program seperti halnya pelatihan, dialog interaktif dan lain-
lain pada kelompok belajar, kelompok olahraga, seni
budaya atau kelompok usaha lainnya.
b. Preventif disebut juga program pencegahan yang sudah
dijelaskan di awal sub-bagian ini.
c. Kuratif disebut juga program pengobatan. Program kuratif
ditujukan kepada pemakai narkoba. Tujuannya adalah
untuk mengobati ketergantungan dan menyembuhkan
penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba.
d. Rehabilitatif, adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan
raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah
menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak
memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang
disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba.
e. Represif adalah program penindakan terhadap produsen,
bandar, pengedar dan pemakai berdasarkan hukum.
Program ini merupakan program instansi yang
berkewajiban untuk mengawasi dan mengendalikan
produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong
narkoba. Instansi yang bertanggungjawab terhadap
22
distribusi, produksi, penyimpanan dan penyalahgunaan
narkoba adalah:
1) Badan Narkotika Nasional (BNN);
2) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM);
3) Departemen Kesehatan;
4) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
5) Direktorat Jendral Imigrasi;
6) Kepolisian Republik Indonesia;
7) Kejaksaan Agung/Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan
Negeri;
8) Mahkamah Agung/Pengadilan Tinggi/Pengadilan
Negeri.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mendapatkan
pemahaman bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba memiliki
model yang beragam. Salah satu modelnya adalah preventif. Upaya
preventif ditujukan kepada lingkungan yang belum tersentuh oleh
narkoba dan dimaksudkan agar mereka berdaya untuk menolak
memakai dan mengawasi penyalahgunaan narkoba. Sehubungan
dengan itu, lingkungan sekolah dalam hal ini SMK N 7 Yogyakarta
sejauh pengamatan penulis belum terdapat kasus penyalahgunaan
narkoba. Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah usaha
preventif yang dilakukan oleh satgas Kovenanza.
23
E. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan peneliti dalam penelitian
ini, sebagai berikut.
1. Jenis penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian ini yakni menjelaskan
peran satgas anti narkoba dalam mencegah penyalahgunaan
narkoba di lingkungan sekolah, maka jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif.
Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena
peneliti akan meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam
lingkungan hidup kesehariannya. Peneliti akan berinteraksi secara
dekat dengan informan, mengenal secara dekat dunia kehidupan
mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan secara apa
adanya. Sedangkan pendekatan yang dipakai adalah deskriptif.
Pada penelitian ini peneliti menggambarkan peran satuan tugas
anti narkoba Kovenanza dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
narkoba di SMK N 7 Yogyakarta secara mendalam.
2. Ruang lingkup penelitian
a. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah peran satuan tugas anti narkoba
Kovenanza dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
narkoba di lingkungan sekolah SMK N 7 Yogyakarta.
24
b. Definisi konsepsional
1) Peran dalam penelitian ini dimaknai prinsip kerja
yang mewujud kesepakatan dari setiap anggota
organisasi yang kemudian termanifeskan dalam
bentuk tindakan.
2) Satgas anti narkoba dalam penelitian ini diartikan
sebagai unit atau formasi yang dibentuk oleh BNN
guna mencegah penyalahgunaan narkoba di
kalangan pelajar.
3) Pencegahan, dimaknai sebagai suatu tindakan
antisipasi terhadap penyalahgunaan narkoba di
kalangan pelajar.
4) Penyalahgunaan narkoba, dimaknai pemakain obat-
obatan seperti narkotika, psikotropika dan bahan
adiktif lainnya dengan tujuan bukan untuk
pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa
mengikuti aturan atau dosis yang benar.
5) Lingkungan sekolah, dimaknai sebagai unit yang
terdapat dalam wilayah satuan pendidikan formal,
yaitu siswa, guru dan perangkat lainnya yang ada di
dalamnya.
25
c. Definisi operasional
Peran organisasi satgas anti narkoba untuk
mencegah penyalahgunaan narkoba dapat dilihat pada
tindakan penyadaran akan bahaya penyalahgunaan narkoba
yang diperkuat oleh pengetahuan siswa terhadap pengaruh
narkoba. Sebagaimana tahapan dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan narkoba yang diuraikan di kerangka teori,
maka tindakan atau upaya yang dilakukan anggota satgas
anti narkoba yang pertama, pencegahan primer yaitu
penyuluhan, penerangan dan pendidikan tentang bahaya
narkoba dan dampak yang ditimbulkan dari
mengkonsumsinya. Sasaran yang ditujukan adalah individu,
kelompok, komunitas atau masyarakat luas yang belum
nampak tanda-tanda adanya kasus penyalahgunaan
narkoba. Bentuk kegiatan yang dilakukan, misalnya diskusi
rutin, seminar, atau lomba karya ilmiah tentang bahaya
narkoba bagi generasi muda. Kedua, pencegahan sekunder
yaitu pendidikan dan konseling. Di sini anggota satgas
Kovenanza memiliki kesempatan untuk mendengarkan
keluhan dari teman sebayanya dan memberikan masukan
atau jalan keluar terhadap permasalah narkoba yang
dialami. Sasaran yang ditujukan dari pencegahan ini adalah
individu, kelompok, komunitas atau masyarakat luas yang
26
rentan terhadap atau telah menunjukkan adanya gejala
kasus penyalahgunaan narkoba. Ketiga, pencegahan tersier
yaitu menciptakan dan memelihara suasana sosial dan gaya
hidup yang sehat dan bebas narkoba. Pencegahan ini
ditujukan kepada mereka yang sudah menjadi pengguna
biasa atau yang telah menderita ketergantungan, melalui
pelayanan perawatan dan pemulihan serta pelayanan untuk
menjaga agar tidak kambuh.
Setiap upaya pencegahan tersebut baik primer,
sekunder dan tersiar, peran satgas Kovenanza akan dilihat
dari sejauh mana anggota satgas dapat melakukan:
1) perencanaan program/kegiatan dalam upaya
pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungan
SMK N 7 Yogyakarta
a) Mengidentifikasi masalah
b) Menyusun rencana dan jadwal kegiatan
c) Menentukan sasaran
2) Pengorganisasian dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan narkoba di lingkungan SMK N 7
Yogyakarta
3) Pelaksanaan dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan narkoba di lingkungan SMK N 7
Yogyakarta
27
4) Pengembangan dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan narkoba di lingkungan SMK N 7
Yogyakarta
d. Subyek penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek
penelitian yaitu :
1) Pengurus Kovenanza SMK N 7 Yogyakarta terdiri
dari Pembina 1 orang , Ketua 1 orang , wakil ketua
1 orang, Koordinator devisi daya siswa 2 orang,
koordinator devisi konselor 2 orang, koordinator
devisi sosialisasi 2 orang. Jumlah keseluruhan
informan adalah 9 orang.
2) Siswa SMK N 7 Yogyakarta yang tidak tergabung
dalam kepengurusan kovenanza, sejumlah 15 orang
dari seluruh kelas dan jurusan yaitu kelas X
Akutansi dan Keuangan Lembaga, Otomatisasi dan
Tatakelola Perkantoran, Bisnis Daring dan
Pemasaran, Usaha Perjalanan Wisata, Multimedia
yang masing-masing 1 siswa. Kelas XI Akutansi
dan Keuangan Lembaga, Otomatisasi dan
Tatakelola Perkantoran, Bisnis Daring dan
Pemasaran, Usaha Perjalanan Wisata, Multimedia
yang masing-masing 1 siswa. Kelas XII Akutansi
28
dan Keuangan Lembaga, Otomatisasi dan
Tatakelola Perkantoran, Bisnis Daring dan
Pemasaran, Usaha Perjalanan Wisata, Multimedia
yang masing-masing 1 siswa.
3) Wakil Ketua bagian kesiswaan SMKN 7
Yogyakarta sejumlah 1 orang.
4) Ketua Osis SMK N 7 Yogyakarta sejumlah 1 orang.
5) Staf BNN Kota Yogyakarta sejumlah 1 orang.
e. Lokasi penelitian
Adapun lokasi penelitian ini yaitu di SMK Negeri 7
Yogyakarta.
f. Teknik pengumpulan data
Di dalam buku metode penelitian Sugiyono
(2015:62) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan satu langkah yang paling strategis dalam
penelitian, sebab tujuan utama dalam penelitian adalah
mendapat data. Maka tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data
yang dapat memenuhi standar yang di tetapkan. Para
peneliti kualitatif menggunakan metode mendasar untuk
mengumpulkan data berupa informasi yang partisipasi yaitu
observasi langsung, wawancara dan dokumentasi
1) Observasi
29
Dalam Sugiyono (2015:64) Nasution
menyatakan observasi merupakan dasar semua ilmu
pengetahuan.Ilmuan dapat bekerja berdasarkan pada
data dan fakta mengenai dunia nyata yang di
peroleh dari hasil observasi.
Dari itu, peneliti melakukan observasi
penelitian tentu sesuai dengan topik penelitian yaitu
satgas Kovenanza SMK N 7 Yogyakarta. Dari hasil
observasi di SMK N 7 Yogyakarta bahwa
Kovenanza berada pada lingkungan sekolah SMK N
7 Yogyakarta yang merupakan kegiatan
ekstrakulikuler bagi siswa . Dalam hal ini, peneliti
mengamati keadaan yang ada di lingkungan sekolah
SMKN 7 Yogyakarta, khususnya aktivitas satgas
anti narkoba Kovenanza.
2) Wawancara
Esterbeng mendefinisikan interview itu “a
meeting of two persons to exchange information and
idea through question and response resulting in
communication and joint contructionof meaning
abaut a particular topic” wawancara merupakan
pertemuan dua orang yang saling bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat di
30
kontribusikan makna dalam suatu topik tertentu.
Selain itu Esterbeng juga mengemukakan macam
wawancara yaitu wawancara terstruktur,
semistruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono,
2015:72-73).
Dari itu peneliti memilih wawancara
terstruktur yang digunakan dalam teknik
pengumpulan data, peneliti telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
yang di ajukan kepada pengurus Kovenanza, Wakil
ketua Kesiswaan, Ketua Osis, Siswa yang tidak
tergabung dalam Kovenanza, Staf BNN kota
Yogyakarta.
Agar proses wawancara dapat berjalan
dengan lancar, maka peneliti membutuhkan
handphone yang dilengkapi dengan perekam suara
dan kamera. Dengan menggunakan handphone,
maka wawancara yang dilakukan bisa didengar oleh
peneliti berulang-ulang.
3) Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu dan dapat berupa tulisan, gambar-
gambar atau karya-karya monumental dari
31
seseorang. Dokumen dalam bentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi
dan peraturan kebijakan.
Sedangkan dokumen berbentuk gambar
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain
sebagainya. Bogda mengatakan hasil penelitian atau
wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya
kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan
dimasa kecil, sekolah di tempat kerja,di masyarakat
dan autobiografi. Untuk lebih kredibel lagi kalau
hasil penelitian di dukung oleh foto-foto atau karya
tulis akademik dan seni yang telah ada. Untuk itu
beberapa foto yang peneliti ambil saat wawancara
dan juga informasi bekerja (Sugiyono, 2015:82).
Metode dokumentasi yang dimaksud penulis
dalam hal ini adalah proses dari awal dengan
mengumpulkan dokumen, memilah-milah dokumen
sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti mencatat
data berupa data tentang profil satgas Kovenanza
dan dokumentasi kegiatannya.
g. Teknik analisis data
Dalam buku Sugiyono (2015:88) Bogdan
menyatakan bahwa data itu adalah suatu proses dan
32
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
sehingga mudah di pahami dan temuanya dapat di
informasikan kepada orang lain. Analisis data di lakukan
dengan mengorganisasikan data dan menjabarkan dalam
satu unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari serta
membuat kesimpulan yang dapat di ceritakan kepada orang
lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan
setelah selesai di lapangan. Oleh karena itu Nasution
mengatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan sehingga
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian
(Sugiyono, 2015:89).
Penelitian kualitatif telah di lakukan analisis data
sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan
terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder
yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
Selanjutnya dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung. Pada saat wawancra peneliti sudah melakukan
analisis data terhadap jawaban yang diwawancarai bila
33
jawaban yang diwawancarai terasa belum memuaskan
setelah dianalisis maka peneliti akan melanjutkan
pertanyaan lagi sehingga pada saat tertentu dapat diperoleh
data yang dianggap kredibel (Sugiyono, 2015:90-91).
34
BAB II
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
A. SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA
1. Sejarah SMK Negeri 7 Yogyakarta
SMK Negeri 7 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah
negeri yang berada di Kota Yogyakarta tepatnya di Jalan
Gowongan Kidul JT. III/416 Yogyakarta 55232. Semula SMK
Negeri 7 Yogyakarta bernama SMEA Negeri 3 Yogyakarta.
SMEA Negeri 3 Yogyakarta di dirikan pada tanggal 1 juli
1984 dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No.0559/0/1964. Berdirinya SMEA Negeri 3 Yogyakarta ini
dilatarbelakangi dengan adanya pemindahan SMEA Negeri 1
Gowongan Yogyakarta yang berdiri sejak tahun 1952 ke
Maguwoharjo pada tanggal 23 juli 1984. SMEA Negeri 3
Yogyakarta mulai menerima siswa baru pada awal tahun ajaran
1985/1986, dengan membuka 4 jurusan yaitu Akutansi,
Kesekretarisan, ketatausahaan dan manajemen pemasaran.
Seiring dengan berjalannya waktu dan dengan
dikeluarkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No
036/0/1997 SMEA 3 Yogyakarta berganti nama menjadi SMK
Negeri 7 Yogyakarta. Saat ini SMK Negeri 7 Yogyakarta telah
memiliki 5 jurusan yaitu Akutansi dan Keuangan Lembaga,
35
Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran, Bisnis Daring dan
Pemasaran, Usaha Perjalanan Wisata, dan Multi Media.
2. Visi dan Misi SMK Negeri 7 Yogyakarta
Adapun visi dari SMK Negeri 7 Yogyakarta yaitu menjadi
SMK unggul, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudaya. Sedangkan misi dari SMK Negeri 7 Yogyakarta yaitu:
a. Mewujudkan tamatan yang cerdas, kompetitif dan berjiwa
nasional.
b. Mewujudkan tamatan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
c. Mewujudkan dokumen KTSP
d. Menerapkan 8 standart nasional pendidikan
e. Mewujudkan budaya berprestasi, budaya 5 S dan budaya
jogja.
36
3. Struktur Kepengurusan SMK Negeri 7 Yogyakarta
Gam
bar
2.1
Str
uktu
r K
epen
guru
san S
MK
Neg
eri
7 Y
ogyak
arta
Sum
ber
: H
um
as
SM
K N
7 Y
ogya
kart
a,
2019.
37
Setiap unit dalam struktur kepengurusan SMK Negeri 7
Yogyakarta di atas memiliki tugas masing-masing, yaitu:
a. Kepala sekolah
Tugas dari kepala sekolah adalah:
1) Menyusun program kerja sekolah.
2) Mengawasi proses belajar mengajar, pelaksanaan dan
penilaian terhadap proses dan hasil belajar serta
bimbingan dan konseling ( BK ).
3) Sebagai pembina kesiswaan.
4) Pelaksanaan bimbingan dan penilaian bagi para guru
serta tenaga kependidikan lainnya.
5) Penyelenggaraan administrasi sekolah yaitu meliputi
administrasi ketenagaan, keuangan, kesiswaan,
perlengkapan dan kurikulum.
6) Pelaksanaan hubungan sekolah dengan lingkungan
sekitar dan atau masayarakat.
b. Komite sekolah
Adapun tugas dari komite sekolah yaitu :
1) Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan sekolah.
2) Memberikan dukungan dalam bentuk finansial,
pemikiran, tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan
sekolah.
38
3) Mengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
c. Sekretaris kepala sekolah
Sekretaris kepala sekolah bertugas untuk membuat
kearsipan, merencanakan rapat dan pertemuan, serta membantu
kerja kepala sekolah lainnya.
d. Koordinator tata usaha
Tugas dari tata usaha adalah memimpin dan
menyelenggarakan ketatausahaan di sekolah menegah kejuruan
negeri 7 Yogyakarta meliputi pelaksanaan kearsipan, keuangan,
kepegawaian, kesiswaan, kerumahtanggaan, kehumasan,
pengelolaan barang, kepustakaan serta penyusunan program
dan laporan kinerja sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
berlaku untu optimalisasi pelaksanaan tugas.
e. Wakil kepala sekolah urusan kurikulum
Tugas dari wakil kepala sekolah urusan kurikulum
adalah:
1) Menyusun pembagian tugas para guru.
2) Mengelola semua kegiatan belajar mengajar.
3) Menyusun jadwal evaluasi.
4) Menyusun kriteria untuk kenaikan kelas dan kurikulum.
5) Menyusun pelaksanaan UAS dan UAN.
6) Menyusun instrumen untuk kegiatan belajar mengajar.
39
7) Menyusun kegiatan ekstrakulikuler.
f. Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan
Tugas dari wakil kepala sekolah urusan kesiswaan
adalah:
1) Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuker.
2) Perngadaan pengarahan dan pembina kegiatan OSIS.
3) Penginventarisasian absensi dan pelanggaran –
pelanggaran.
4) Pembina sekaligus pelaksana kegiatan 5-K.
5) Penilaian terhadap semua siswa yang mewakili sekolah
terhadap kegiatan diluar sekolah.
6) Perencanaan kegiatan setelah siswa lulus.
g. Wakil kepala sekolah urusan humas
Tugas dari wakil kepala sekolah humas adalah:
1) Membina kerjasama dengan masyarakat sekitar sekolah.
2) Membantu pelaksanaan tugas BP3.
h. Wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana
Tugas dari pengelola sarana dan prasarana adalah
menerima, memeriksa, memelihara secara rutin, dan
mempelajari karakteristik serta spesifikasi yang terbaik dengan
barang-barang sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku agar sarana dan prasarana
40
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi.
i. Pengelola sarana dan prasarana pembelajaran akutansi
Tugas dari pengelola sarana dan prasarana
pembelajaran akutansi adalah melakukan kegiatan pengelolaan
yang meliputi penyiapan bahan, koordinasi dan penyusunan
laporan terkait sarana dan prasarana pembelajaran akutansi
sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku agar pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
j. Pengelola sarana dan prasarana pembelajaran administrasi
perkantoran
Tugas dari pengelola sarana dan prasarana
pembelajaran administrasi perkantoran adalah melakukan
kegiatan pengelolaan yang meliputi penyiapan bahan,
koordinasi dan penyusunan laporan terkait sarana dan
prasarana pembelajaran admistrasi perkantoran sesuai prosedur
dan ketentuan yang berlaku agar pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
k. Pengelola sarana dan prasarana pembelajaran pemasaran
Tugas dari pengelola sarana dan prasarana
pembelajaran pemasaran adalah melakukan kegiatan
pengelolaan yang meliputi penyiapan bahan, koordinasi dan
penyusunan laporan terkait sarana dan prasarana pembelajaran
41
pemasaran sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku agar
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
l. Pengelola sarana dan prasarana pembelajaran usaha perjalanan
wisata
Tugas dari pengelola sarana dan prasarana
pembelajaran usaha perjalanan wisata adalah melakukan
kegiatan pengelolaan yang meliputi penyiapan bahan,
koordinasi dan penyusunan laporan terkait sarana dan prsarana
pembelajaran usaha perjalanan wisata sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku, agar pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapakan.
m. Kepala perpustakaan
Tugas dari kepala perpustakaan adalah melaksanakan
pengelolaan perpustakaan berdasarkan prosedur dan ketentuan
yang berlaku untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pelayanan perpustakaan.
n. Kepala laboratorium
Tugas dari kepala laboratorium adalah mengelola
laboratorium dengan cara menginventarisir, menyiapkan,
memelihara dan memperbaiki kerusakan ringan peralatan
laboratorium serta mendampingi siswa secara profesional untuk
42
menunjang kegiatan praktikum yang berkualitas dalam rangka
meningkatkan kompetensi siswa.
o. Guru
Adapun tugas guru yaitu:
1) Melaksanakan segala hal kegiatan pembelajaran.
2) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar,
ulangan (harian, umum, dan akhir).
3) Melaksanakan penilaian dan analisis hasil ulangan
harian.
4) Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
5) Mengisi daftar nilai siswa.
6) Membuat catatan tentang kemajuan dari hasil belajar.
7) Mengisi daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.
p. Wali kelas
Tugas dari wali kelas adalah:
1) Pengelolaan kelas.
2) Penyelenggaraan administrasi kelas.
3) Mengisi daftar kumpulan nilai (legger).
4) Membuat catatan khusus tentang siswa.
5) Pencatatan mutasi siswa.
6) Mengisi buku laporan penilaian hasil belajar.
7) Pembagian buku laporan hasil belajar.
q. Bimbingan konseling
43
Tugas dari bimbingan konseling adalah:
1) Menyusun program dan pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
2) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh para
siswa tentang kesulitan dalam belajar.
3) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa
supaya lebih berprestasi dalam kegiatan belajar.
4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa
dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan
pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.
44
4. Fasilitas SMK Negeri 7 Yogyakarta
Tabel II.1 Fasilitas SMK Negeri 7 Yogyakarta
No Fasilitas Jumlah (unit)
1 Ruang Kelas 29
2 WC 22
3 G7 Mart/BC 1
4 Ruang Ticeting/Praktik UPW 1
5 KPRI 1
6 Ruang LSP 1
7 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1
8 Ruang Guru 2
9 Gudang G7 Mart 1
10 Ruang Admin 1
11 Ruang Kepala Sekolah 1
12 Ruang Tata Usaha 1
13 Ruang Tamu Kepala Sekolah 1
14 Aula 1
15 Ruang Sidang 2
16 Parkir 1
17 Ruang OSIS 1
18 Ruang Panitia 1
19 UKS 1
20 Bank Mini 1
21 Ruang BK 1
22 Ruang Agama Katholik 1
23 Ruang Studio Musik 1
24 Ruang Pramuka 1
25 Laboratorium Komputer Multi Media 1
26 Bengkel Akuntansi 1
27 Laboratorium Multimedia 1
28 Kantin 1
29 Dapur/CS 1
30 Gudang dan Inventaris 2
31 Bengkel Administrasi Perkantoran 1
32 Perpustakaan 1
33 Laboratorium Komputer Pemasran 1
34 Ruang ISO 1
35 Ruang PKG 1
36 Laboratorium Bahasa Inggris 1
37 Ruang Agama Islam 1
38 Lab Komputer Administrasi Perkantoran 1
39 Ruang Agama Kristen 1
40 Laboratorium Komputer UPW 1
Sumber: Tata Usaha SMK N 7 Yogyakarta, 2019.
45
5. Data Siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta
a. Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel II.2 Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun Ajaran 2018/2019
No Jenis Kelamin Jumlah
(Orang)
Presentase (%)
1 Perempuan 766 83,81
2 Laki-laki 148 16,19
Total 914 100
Sumber: Tata Usaha SMK N 7 Yogyakarta, 2019.
Berdasarkan tabel di atas bahwa, jumlah siswa
perempuan mencapai 83,81% dari jumlah keseluruhan siswa
pada tahun ajaran 2018/2019 yaitu sebanyak 766 orang
sedangkan jumlah siswa laki-laki hanya 16,19% atau sebanyak
146 orang. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
SMK Negeri 7 Yogyakarta pada tahun ajaran 2018/2019 adalah
perempuan.
b. Jumlah Siswa Berdasarkan Agama
Tabel II.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Agama
Tahun Ajaran 2018/2019
No Agama Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 Islam 817 89,39
2 Kristen 40 4,37
3 Katholik 57 6,24
Total 914 100
Sumber: Tata Usaha SMK N 7 Yogyakarta, 2019.
46
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa, jumlah
siswa yang beragama islam sebanyak 89,39% atau sebanyak
817 orang, yang beragama Katholik sebanyak 6,24% atau 57
orang sedangkan sisanya 4,37% lainnya beragama kristen
yaitu 38 orang . Jadi dapat di simpulkan bahwa sebagian besar
siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta pada tahun ajaran 2018/2019
adalah beragama islam.
c. Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Kelas
Tabel II.4 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Kelas
Tahun Ajaran 2018/2019
No Tingkat
Kelas
Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 Kelas 10 318 34,79
2 Kelas 11 314 34,36
3 Kelas 12 282 30,85
Total 914 100
Sumber: Tata Usaha SMK N 7 Yogyakarta, 2019.
Berdasarkan tabel di atas jumlah siswa kelas 10
sebanyak 318 orang atau 34,79%, kelas 11 sebanyak 313 orang
atau 34,36% sedangkan kelas 12 sebanyak 281 orang atau
30,85%. Jadi dapat di simpulkan bahwa sebagian besar siswa
SMK Negeri 7 Yogyakarta pada tahun ajaran 2018/2019 adalah
merupakan siswa kelas 10.
d. Jumlah Siswa Berdasarkan Jurusan
47
Tabel II.5 Jumlah Siswa Berdasarkan Jurusan
Tahun Ajaran 2018/2019
No Jurusan Jumlah
(Orang)
Presentasi
(%)
1 Akutansi dan Keuangan
Lembaga (AKL) 285 31,18
2
Otomatisasi dan Tata
Kelola Perkantoran
(OTKP)
190 20,79
3 Bisnis Daring dan
Pemasaran (BDP) 93 10,18
4 Multi Media (MM) 159 17,39
5 Usaha Perjalanan Wisata
(UPW) 187 20,46
Total 914 100
Sumber: Tata Usaha SMK N 7 Yogyakarta,2019.
Berdasarkan tabel di atas jumlah siswa kelas 10,11 dan
12 jurusan Akutansi dan keuangan lembaga (AKL) sebanyak
285 orang atau 31,18%, jurusan otomatisasi dan tata kelola
perkantoran (OTKP) sebanyak 190 orang atau 20,79%, jurusan
usaha perjalanan wisata (UPW) sebanyak 187 orang atau
20,46%, Jurusan Multimedia (MM) sebanyak 159 orang atau
17,39%, jurusan bisnis daring dan pemasaran (BDP) sebanyak
93 orang atau 10,18%. Jadi dapat di simpulkan bahwa jurusan
yang banyak peminatnya adalah Akutansi dan keuangan
lembaga (AKL).
B. KOVENANZA SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA
1. Sejarah Kovenanza SMK Negeri 7 Yogyakarta
48
Lahirnya Kovenanza dilatarbelakangi dengan adanya lomba
pemilihan duta anti narkoba yang diselenggarakan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) pada 2011. Saat itu siswa yang menjadi
perwakilan dari SMK 7 Yogyakarta terpilih menjadi duta anti
narkoba dalam lomba tersebut. Siswa yang terpilih ini kemudian
mendapat tantangan dari BNN untuk membentuk suatu satuan
tugas atau Satgas anti narkoba di SMK N 7 Yogyakarta. Tujuannya
adalah untuk melakukan pencegahan melalui pendidikan atau
sosialisasi mengenai bahaya narkoba sejak dini.
Pada 26 oktober 2011 terbentuklah Satgas anti narkoba di
SMK N 7 Yogyakarta yang sekarang dikenal dengan nama
Kovenanza (Komunitas Skaven Anti Napza). Namun Kovenanza
baru di resmikan oleh BNN pada tahun 2015 sejak itulah BNN
resmi menaungi Kovenanza dan memberikan fasilitas berupa
anggaran kegiatan. Selain itu BNN juga memberikan kesempatan
kovenanza untuk bekerjasama dalam kegiatan sosialisasi dan
menindaklanjuti kasus-kasus yang ada di lingkungan SMK Negeri
7 Yogyakarta.
Sejak 2016 satgas kovenanza tidak lagi berada di bawah
naungan BNN tetapi diserahkan kepada sekolah dan menjadi salah
satu organisasi ekstrakulikuler di SMK N 7 Yogyakarta. Oleh
karena itu anggaran kegiatan kovenanza tidak lagi menjadi
49
tanggung jawab BNN melainkan sekolah akan tetapi untuk
kerjasama tetap masih dilakukan antara kovenanza dan BNN.
2. Visi Misi Kovenanza SMK Negeri 7 Yogyakarta
a. Visi
Mewujudkan generasi muda khususnya siswa siswi
SMK Negeri 7 Yogyakarta yang kreatif, mandiri dan berjiwa
sosial.
b. Misi
1) Mengajak seluruh siswa untuk berpartisipasi dan
berperan aktif dalam pencegahan, pemberantasan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
2) Mengajak seluruh siswa untuk berperan aktif dalam
meningkatkan kreatifitas, kemandirian dan
rasakesetiakawanan.
3. Lambang Kovenanza SMK Negeri 7 Yokyakarta
Gambar II.2 Lambang Kovenanza SMK Negeri 7 Yokyakarta
Sumber: Kovenanza, 2019.
50
Adapun makna dari lambang Kovenanza yaitu:
a. Tujuh helai sayap yang berarti bahwa Kovenanza berada di
SMK Negeri 7 Yogyakarta.
b. Lingkaran merah yang berati bahwa Kovenanza itu satu.
c. Lima helai ekor yang berati bahwa Kovenanza akan berpegang
teguh dengan pancasila.
4. Tujuan Kovenanza SMK Negeri 7 Yogyakarta
Adapun tujuan dari Kovenanza SMK Negeri 7 Yogyakarta
yaitu:
a. Memberikan pelayanan dalam penyelesaian masalah dan
membentuk kelompok pendukung pada siswa siswi yang
sedang mengalami sebuah masalah.
b. Mencegah adanya peningkatan jumlah remaja (pelajar)
yang melakukan tindak penyimpangan yang di sebabkan
karena kurangnya ilmu mengenai NAPZA.
c. Meningkatkan daya kreatifitas siswa dalam menciptkan
pergaulan yang positif dengan mengeksploitasi segala
imajinasinya untuk menjadikan pribadi siswa yang kreatif,
mandiri, dan berjiwa sosial.
51
5. Struktur Kepengurusan Kovenanza
Gambar II.3 Struktur Kepengurusan Kovenanza
Sumber: Kovenanza,2019.
Adapun tugas dari masing-masing unit kerja di atas yaitu
sebagai berikut:
a. Pembina
Pembina bertugas untuk melakukan pembinaan
organisasi agar program dan kegiatan organisasi sesuai
dengan visi dan misinya.
b. Ketua
Ketua memiliki tugas seperti berikut:
1) Mengarahkan program dan kegiatan operasional
organisasi.
52
2) Membina keutuhan organisasi dan mendorong
kemajuan organisasi melalui kerjasama dan
komunikasi antar anggota.
3) Membangun citra organisasi.
c. Wakil ketua
Adapun tugas dari wakil ketua yaitu:
1) Membantu ketua dalam membuat program kerja.
2) Mewakili ketua jika berhalangan.
3) Melaksanakan delegasi tugas dan wewenang dari
ketua.
d. Sekretaris
Tugas sekretaris yaitu:
1) Membantu ketua umum dalam mengarahkan dan
mengendalikan kegiatan operasional organisasi.
2) Melakukan pengelolaan administrasi organisasi.
e. Bendahara
Bendahara memiliki tugas seperti:
1) Menghimpun iuran anggota dan dana lain dari
sumber-sumber yang sah.
2) Melakukan pembukuan keuangan organisasi.
3) Menyusun laporan keuangan organisasi.
f. Devisi daya siswa
53
Adapun tugas dari devisi daya siswa yaitu
membantu ketua dalam menjalankan program atau kegiatan
terkait upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di
lingkungan sekolah.
g. Devisi konselor
Adapun tugas dari devisi konselor yaitu membantu
ketua dalam menjalankan program atau kegiatan organisasi
yang terkait dengan pendampingan kepada siswa.
h. Devisi sosialisasi
Adapun tugas dari devisi sosialisasi yaitu membantu
ketua dalam menjalankan program atau kegiatan sosialisasi
terkait narkoba di dalam maupun luar sekolah.
54
Tabel II.6 Daftar Nama Pengurus dan Anggota Kovenanza
No Nama Jabatan
1 I Putu Bagus Sapta K. Pembina
2 Widya Novitania Ketua
3 Nur Indah Widyawati Wakil ketua
4 Adelia Putri Sekretaris 1
5 Oktaviana Nur Azizah Sekretaris 2
6 Safrinda Fani Bendahara 1
7 Fitrianingrum Bendahara 2
8 Desta Widyaningrum Koordinator 1 devisi daya siswa
9 Naila Muna Koordinator 2 devisi daya siswa
10 Septina Tri Medika Koordinator 1 devisi konselor
11 Tabita Cristifani Koordinator 2 devisi konselor
12 Heni siska Koordinator 1 devisi sosialisasi
13 Ninda Calista Koordinator 2 devisi sosialisasi
14 Santi Anggota
15 Cintantya Anggota
16 Hadnatu Anggota
17 Eka Puji Rahayu Anggota
18 Ayudian Anggota
19 Iis Santriwati Anggota
20 Arni Anggota
21 Athaya Anggota
22 Vina Anggota
23 Risqi Anggota
24 Nora Febriana Anggota
25 Antin Nur Hidayati Anggota
26 Aqila Anggota
27 Estu Anggota
28 Hayu Nugraheni Anggota
29 Dita Amelia Anggota
30 Resti Anggota
31 Eka Indah Sanjaya Anggota
Sumber: Kovenanza, 2019.
55
6. Program Kerja dan Kegiatan Kovenanza SMK Negeri 7
Yogyakarta
Dalam rangka mencapai tujuannya, Kovenanza merancang
program kerja selama satu periode, seperti:
a. Devisi sosialisasi
1) Inspeksi mendadak (sidak)
Inspeksi mendadak adalah pemeriksaan
mendadak yang di lakukan Kovenanza bersama Osis
untuk mencegah adanya penyalahgunaan narkoba di
lingkungan SMK Negeri 7 Yogyakarta.
2) Pertemuan rutin
Pertemuan rutin adalah pertemuan yang di
lakukan oleh Kovenanza dalam setiap satu minggu
sekali.
3) Sosialisasi
Sosialisasi di lakukan untuk memberikan
informasi terkait bahaya penyalagunaan narkoba di
kalangan siswa baik SMK Negeri 7 Yogyakarta
maupun siswa lainnya.
b. Devisi konselor
1) Layanan konseling
56
Layanan konseling di sediakan bagi siswa SMK
Negeri 7 yogyakarta untuk sharing atau curhat
mengenai narkoba.
c. Devisi daya siswa
1) Majalah dinding (Mading)
Majalah dinding adalah majalah informasi guna
mensosialisasikan narkoba oleh Kovenanza kepada
siswa SMK N 7 Yogyakarta.
2) Publikasi
Publikasi adalah membuat konten yang
diperuntukan bagi khalayak ramai melalui media sosial
Kovenanza seperti instagram.
7. Hubungan SMK Negeri 7 Yogyakarta dengan Kovenanza
Sejak 2016 Kovenanza resmi menjadi organisasi
ekstrakulikuler di SMK Negeri 7 Yogyakarta. sejak itulah semua
anggaran kegiatan Kovenanza menjadi tanggung jawab sekolah.
bukan lagi BNN selain anggaran, sekolah juga menyediakan
fasilitas-fasilitas untuk mendukung kinerja kovenanza seperti ruang
kelas dan mading sekolah bahkan sekolah juga memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi kovenanza untuk mengadakan
kerjasama dengan beberapa unit di sekolah seperti bimbingan
konseling (BK), bagian kesiswaan serta organisasi siswa (OSIS).
57
Kerjasama biasanya dilakukan dalam kegiatan sidak dan
sosialisasi bagi siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta. Kovenanza juga
melakukan pelaporan terhadap hasil analisa terhadap siswa apabila
terdapat indikasi melanggar peraturan sekolah seperti merokok
ataupun mabuk di lingkungan sekolah.