IKTERUS PADA NEONATUS
-
Upload
andi-riskayani -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of IKTERUS PADA NEONATUS
-
8/3/2019 IKTERUS PADA NEONATUS
1/4
IKTERUS PADA NEONATUS
DefinisiIkterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang
ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih
(Sukadi, 2008).
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidakmempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi kernikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya
kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadarbilirubin tidak dikendalikan (Mansjoer, 2007).
Epideomologi
Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60 % bayi cukup bulan
dan 80 % bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat berbentuk fisiologik dan
sebagian lagi patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan
kematian.
PatofisiologiBilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh oleh tubuh.
Sebagian besar hasil bilirubin berasal dari degredasi hemoglobin darah dan sebagian lagi
berasal dari hem bebas atau dari proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan
bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat
lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX
alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karena mempunyai sifat lipofilik
yang sulit diekskresi dan mudah melalui membrane biologic seperti placenta dan sawar darah
otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar.
Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat dengan oleh reseptor
membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada dalam sel hati, terjadipersenyawaan dengan ligandin ( protein-Y), protein-Z, dan glutation hati lain yang
membawanya ke reticulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi. Proses ini
timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk
bilirubin direk. Jenis bilirubin ini larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresikan
melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini diekskesi melalui duktus
hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dari
tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diarbsorbsi kembali oleh mukosa usus dan
terbentuklah proses arbsorpsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peningkatan kadar bilirubin indirek pada hari-hari
pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada
neonatus. Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidueritrosit yang lebuh pendek (80 90 hri ), dan belum matangnya fungsi hepar.
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian tersering
adalah apabila terdapat pertambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini
dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya
umur eritrosit bayi/janin, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
-
8/3/2019 IKTERUS PADA NEONATUS
2/4
Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein-Y berkurang atau pada keadaan
protein-Y dan protein-Z terikat oleh anion lain, misalkan pada bayi dengan asidosis atau
keadaan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang dapat memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubin adalah apabila ditemukan konjugasi hepar ( defisiensi enzim glukoronil transferase )
atau bayi menderita gangguan eksresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatansaluran empedu ekstra/intrahepatik.
Manifestasi klinisBayi baru lahir ( neonatus ) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira kira 6 mg/dl
(Mansjoer et al, 2007). Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit mempunyai kecenderunganmenimbulkan warna kuning muda atau jingga; sedangkan ikterus obstruksi (bilirubin direk)
memperlihatkanwarna kuning kehijauhijauan atau kuning kotor.
Gambaran klinik ikterus fisiologis:
-Tampak pada hari IIIIV-Bayi tampak sehat ( normal )
-Kadar bilirubin total < 12 mg%
-Menghilang paling lambat 10
14 hari-Tak ada faktor resiko
-Sebab : proses fisiologis ( berlangsung dalam kondisi fisiologis )( Sarwono et al, 1994 )
Gambaran klinik ikterus patologis :
- Berat lahir < 2.000 g
-Masa gestasi < 36 minggu
-Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonates
-Infeks
-Trauma lahir pada kepala
-Proses hemolisis ( inkompatibilitas darah, defisiensi G6PD, atau sepsis )
-Bisa disertai anemia
EtiologiPenyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Secara garis besar, etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi:
1.Produksi yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, ABO,golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD,piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2.Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitashepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi
atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindromCriggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi
protein Y dalam heparyang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
-
8/3/2019 IKTERUS PADA NEONATUS
3/4
3.Gangguan transportasi. Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albuminmenyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekatke sel otak.
4.Gangguan dalam eksresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau
kerusakan hepar oleh penyebablain (Hassan et al, 2005).
Diagnosis
Anamnesis1. Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin,malnutrisi intra uterin, infeksi
intranatal).
2. Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi.3.Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya.
4.Riwayat inkompatibilitas darah.
5.Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa.(Etika et al, 2006)
Pemeriksaan Fisik
Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Amatiikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan
bisa tidak terlihatdengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang kulitnya gelap.Penilaian ikterusakan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar (Etika et al, 2006).
Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada neonatus secara klinis,sederhana dan mudah adalah
dengan penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempattempat yangtulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut, dan lainlain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat
atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah
diperkirakan kadar bilirubinnya(Mansjoer et al, 2007)
Pemeriksaaan laboratorium
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
- Pemeriksaan bilirubin (direk dan indirek) berkala.- Pemeriksaan darah tepi.
- Pemeriksaan penyaring G-6-PD.
- Biakan darah, biopsi hepar bila ada indikasi.
- Pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab.
Dapat diambil kesimpulan bahwa ikterus baru dapat dikatakan fisiologis sesudah
observasi dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak
mempunyai potensi berkembang menjadi kernicterus.
Penatalaksanaan
-Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin)
-mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin)
-terapi sinar atau transfusi tukar-pemberian obat-obatan (IVIG : Intra Venous Immuno Globulin dan Metalloporphyrins) dipakai
dengan maksud menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin.
Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
1. Pengawasan antenatal yang baik.
-
8/3/2019 IKTERUS PADA NEONATUS
4/4
2. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan
kelahiran, misalnya sulfafurazole, novobiosin, oksitosin dan lain-lain.
3. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
4. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
5. Iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir.
6. Pemberian makanan yang dini.7. Pencegahan infeksi.
Komplikasi
Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak
terkonjugasi dalam sel-sel otak