Industri perunggasan

105
INDUSTRI PERUNGGASAN PTP3820 (Kuliah: selasa, 08.45- 10.25, di ruang 304) PENGAMPU MATAKULIAH: 1.Dr. Ismoyowati 2.Ir. Roesdiyanto, MP. 3.Ir. Rosidi, MP.

description

industri perunggasan

Transcript of Industri perunggasan

Page 1: Industri perunggasan

INDUSTRI PERUNGGASANPTP3820

(Kuliah: selasa, 08.45-10.25, di ruang 304)

PENGAMPU MATAKULIAH:1.Dr. Ismoyowati2.Ir. Roesdiyanto, MP.3.Ir. Rosidi, MP.

Page 2: Industri perunggasan

DESKRIPSI MATA KULIAH : Mata kuliah ini mempelajari tentang perkembangan industri perunggasan di Indonesia, industri pembibitan dan hatchery, industri ayam komersial, industri unggas lokal, dan industri pendukung peternakan unggas (pakan, obat dan peralatan) serta industri RPA (rumah potong ayam) dan pengolahan produk unggas.

Page 3: Industri perunggasan

KOMPETENSI UMUM MATA KULIAH : Setelah menempuh mata kuliah Industri Perunggasan, mahasiswa akan dapat menjelaskan perkembangan industri perunggasan di Indonesia, industri pembibitan dan hatchery, industri ayam komersial, industri unggas lokal, dan industri pendukung peternakan unggas (pakan, obat-obatan dan peralatan) serta industri RPA (rumah potong ayam) pengolahan produk unggas.

Page 4: Industri perunggasan

KOMPETENSI KHUSUS MATAKULIAH:1.Mahasiswa akan mampu menjelaskan perkembangan industri perunggasan di Indonesia.2.Mahasiswa akan mampu menjelaskan industri pembibitan dan hatchery.3.Mahasiswa akan mampu menjelaskan industri peternakan unggas lokal.4.Mahasiswa akan mampu menjelaskan industri ayam komersial.5.Mahasiswa akan mampu menjelaskan industri pendukung peternakan unggas (pakan, obata-obatan dan peralatan).6.Mahasiswa akan mampu menjelaskan Mahasiswa akan mampu menjelaskan industri RPA (rumah potong ayam) dan pengolahan produk perunggasan.

Page 5: Industri perunggasan

OUTCOME :

1.Mahasiswa akan mampu bertanggung jawab, disiplin, tekun dan memiliki jiwa kewirausahaan2.Mahasiswa akan mampu berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim3.Mahasiswa akan mampu berfikir kritis

Page 6: Industri perunggasan

JADWAL KEGIATAN PEMBELAJARAN

Minggu ke

Kompetensi Khusus

Substansi MetodePembelajara

n

MediaPembelajara

n

Dosen Atribut Softskill

1 Menjelaskan kontrak pembelajaran

Tujuan, manfaat, ruang lingkup dan rambu-rambu dalam proses pembelajaran

Paparan dosen & diskusi, mhs menyusun makalah

LCD dan White Board

Ismoyowati berkomunikasi, bekerja sama, berfikir kritis, teliti dan bertanggung jawab, disiplin.

2 menjelaskan perkembangan industri perunggasan di Indonesia

perkembangan industri perunggasan di Indonesia

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ismoyowati

3 menjelaskan industri hatchery

Industri hachery

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ismoyowati

4 menjelaskan industri peternakan unggas lokal

Industri itik Paparan dosen , diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ismoyowati

Page 7: Industri perunggasan

Minggu ke

Kompetensi Khusus

Substansi MetodePembelajar

an

MediaPembelajar

an

Dosen Atribut Softskill

5 menjelaskan industri peternakan unggas lokal

Industri ayam kampung

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ismoyowati

6 menjelaskan industri peternakan unggas lokal

Industri puyuh

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ismoyowati

7 menjelaskan industri pembibitan

Industri breeder

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ir. Roesdiyanto

, MP

8 UTS 2-6 Soal ujian Ismoyowati Jujur, disiplin, Tanggungjawab

9 menjelaskan industri pembibitan

Industri breeder

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ir. Roesdiyanto

, MP

10 menjelaskan industri ayam komersial

Industri ayam petelur

Paparan dosen, diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ir. Roesdiyanto

, MP

Page 8: Industri perunggasan

Minggu ke

Kompetensi Khusus

Substansi MetodePembelaja

ran

MediaPembelajar

an

Dosen Atribut Softskill

11 menjelaskan industri ayam komersial

Industri ayam broiler

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ir. Roesdiyanto

, MP

berkomunikasi, bekerja sama, berfikir kritis, teliti dan bertanggung jawab, disiplin.12 menjelaskan

industri pendukung peternakan unggas

Industri pakan unggas

Paparan dosen , mhs menyusun makalah, presentasi, diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ir. Rosidi, MP.

13 menjelaskan industri pendukung peternakan unggas

menjelaskan industri pendukung peternakan unggas

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ir. Rosidi, MP.

14 menjelaskan industri pendukung peternakan unggas

Industri obat-obatan dan peralatan unggas

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ir. Rosidi, MP.

Page 9: Industri perunggasan

Minggu ke

Kompetensi Khusus

Substansi MetodePembelajar

an

MediaPembelajar

an

dosen Atribut Softskill

15 menjelaskan industri RPA dan pengolahan produk unggas

Industri RPA dan pengolahan produk unggas

Paparan dosen & diskusi

LCD, OHP dan White Board

Ir. Rosidi, MP

16 UAS 7, 9-15 Soal ujian Ir. Roesdiyanto

, MP & Ir. Rosidi, MP.

Jujur, disiplin, Tanggungjawab

Page 10: Industri perunggasan

KRITERIA PENILAIAN:

1.Softskill 10%:berkomunikasi, bekerja sama, berfikir kritis, teliti dan

bertanggung jawab, disiplin dan jujur.

2. Hardskill 90%:a. TT 20%b. UTS 30%c. UAS 30%d. Praktikum 20 % : kunjungan ke perusahaan

peternakan yang terjangkau ( hactchery, ayam petelur, ayam lokal atau itik)

Page 11: Industri perunggasan

Judul makalah untuk tugas terstruktur kelompok:

1.Industri penetasan/hatchery di Indonesia2.Perkembangan peternakan ayam kampung di Indonesia3.Perkembangan peternakan itik di Indonesia4.Perkembangan peternakan puyuh di Indonesia5.Industri pembibitan ayam di Indonesia6.Industri peternakan ayam broiler (commercial) di Indonesia7.Industri peternakan ayam niaga petelur di Indonesia8.Industri pakan unggas di Indonesia9.Industri obat-obatan unggas di Indonesia10.Industri Rumah Potong Ayam /unggas di Indonesia

Page 12: Industri perunggasan

FORMAT MAKALAH: ditulis dengan huruf TNR font 12, spasi 1,5

1.COVER: JUDUL, LOGO, KELOMPOK, NAMA, NIM ANGGOTA2.PENDAHULUAN3.PEMBAHASAN: INDUSTRI SESUAI TEMA DALAM KELOMPOK MASING-MASING, PERMASALAHAN/PROBLEMATIKANYA, SOLUSINYA4.KESIMPULAN5.DAFTAR PUSTAKA (Minimal 15 sumber pustaka)-INTERNET: WEB: go.id, edu, perusahaan-Texsbook: Daghir (poultry in hot climate)-Statistik peternakan: perkembangan populasi dan produksi -Jurnal/artikel ilmiah: poultry science-www.wpsa-uk.-www.wpsa-asia-Majalah peternakan: poultry indonesia & world poultry, feedtech.

Page 13: Industri perunggasan

PERKEMBANGAN INDUSTRI PERUNGGASAN DI iNDONESIA

Industri peternakan unggas:

Relatif mampu bertahan dibanding dengan industri lainnya

Di Indonesia sepanjang 2008 lalu menunjukkan kinerja yang cukup

bagus

Tahun 2009 ketika krisis global: ketika  terjadi penurunan daya beli

justru mendorong substitusi pangan ke produk unggas,oki industri

perunggasan masih mampu bertahan

Produk unggas yang tetap bertahan di tengah krisis adalah ayam dan

telur, yang termasuk sebagai protein hewani yang harganya relatif murah

dibandingkan dengan harga daging sapi

Page 14: Industri perunggasan

Produksi perunggasan:

1. Daging

Poduk 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Daging ayam broiler (ton)

779,108 861,263 942,786 1.018,734 1,016,876

Daging ayam petelur (ton)

45,193 57,631 58,162 57,274 59,073

Daging ayam kampung (ton)

301,427 341,254 294,889 273,546 282,692

Daging itik (ton)

21,351 24,531 44,105 30,980 31,945

Daging puyuh (ton)

0 0 0

Merpati (ton) 0 619 635

Page 15: Industri perunggasan

2. Telur

Poduk 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Ayam kampung (ton)

175,428 193,953 230,472 166,618 174,331

Ayam petelur (ton)

681,147 816,834 944,133 955,999 1,013,543

Itik (ton) 194,957 193,629 207,534 200,989 216,701

Page 16: Industri perunggasan

Jumlah perusahaan peternakan unggas (tahun 2006)

Breeding Petelur

1.Pure line : Sumatra utara 4; Jateng 1; Jatim 1 Sulteng 3 (jml 10)

2.GPS : Jabar 4; Jateng 1 (jml 5)

3.PS : Jabar 8; Jateng 3; Jatim 4; Banten 2; Bali 1(jml 18)

Breeding Pedaging

1.Pure line : Jabar 1; Jateng 2; Jatim 3; Bali 1; Sulteng 1 (jml 8)

2.GPS : Jabar 1; Jateng 1; Jatim 3; Banten 1 (jml 6)

3.PS : Sumbar 4; Jabar 4; DIY 1; Jatim 4; Banten 2; Kaltim 1

(jml 16)

Budidaya

1.Petelur: 2,243

2.Pedaging : 1,944

3.Unggas lain : 53

Page 17: Industri perunggasan

Tahun 2009

Breeder petelur : PL = 2; GPS = 6 dan PS = 15 perusahaan

Breeder pedaging : PL = 2; GPS = 7 dan PS = 35 perusahaan

Budidaya petelur : 122

Budidaya pedaging : 94

Status permodalan:

PMA : 11

PMDN : 83

Lainnya : 189

Page 18: Industri perunggasan

Perkembangan volume impor dan ekspor ternak dan hasil ternak unggas

Jenis komoditi 2006 2007 2008

Impor (000 ekor)

DOC bibit /PS 122.6 233.6 0

DOC FS 0 0 0

Produk pangan unggas(ton)

3,468.4 4,675.2 7,495.1

Bahan selain pangan

Telur tetas (ton) 27.0 55.2 131.7

Bulu itik (ton) 1,322.3 1,254.2 188.9

Page 19: Industri perunggasan

Jenis komoditi 2006 2007 2008

Ekspor

Bahan pangan

Ayam (ton) 25 0 0

Telur konsumsi (ton)

3.0 0 38.9

Bahan selain pangan

DOC FS (000 ekor)

0 0 0.05

Telur tetas (ton) 8.7 0 3.4

Bulu itik (ton) 1,182.2 23 90.2

Unggas (000 ekor) 0 0 0.1

Page 20: Industri perunggasan

Permasalahan industri perunggasan:

1. kelebihan pasokan ayam mencapai 5-27% (2008-2009)

2. harga ayam di pasar lokal menjadi tertekan

3. kenaikan harga pakan dan biaya produksi

4. kenaikan harga ayam hidup terkait dengan daya beli masyarakat yang

sangat tergantung terhadap pendapatan

Deskripsi produk peternakan unggas:

1. Unggas lokal: ayam kampung, Itik, puyuh dan unggas lain banyak

dipelihara secara tradisional, oleh peternak skala kecil.

2. Ayam ras, yang asal mulanya diimpor dari luar negeri. Ayam jenis ini

dikenal dengan istilah ayam broiler (ayam niaga pedaging) dan ayam

niaga petelur. Impor anak ayam dalam umur sehari atau disebut Day Old

Chick (DOC) dalam bentuk DOC komersial (DOC Final Stock/DOC FS).

Page 21: Industri perunggasan

Final Stock yaitu jenis ayam yang tidak untuk dikembang biakkan lagi, hanya

dipelihara dalam satu siklus produksi. 

Untuk DOC  broiler (ayam pedaging) selama maksimal 8 minggu, sedangkan

untuk DOC layer (ayam petelur) selama 73-80 minggu.  

Ayam ras komersial merupakan hasil kemajuan teknologi pemuliaan ternak

(animal breeding), baik melalui persilangan beberapa bangsa ayam atau galur

murni (pre bred/line). Ayam jenis ini memiliki karakteristik yaitu produktivitas tingi,

tahan penyakit dan memiliki sifat-siaft unggul. 

Dengan tumbuh pesatnya industri perunggasan, maka tumbuh spesialisasi

industri yaitu pembibitan (animal breeder), penetasan (hatchery),

pemotongan/pemrosesan ayam pedaging, telur tetas, telur konsumsi, pakan

ternak, obat-obatan hewan, sarana produksi dan sebagainya.  

Page 22: Industri perunggasan

Kapasitas produksi dan produsen

•Peternakan ayam broiler dan petelur penghasil DOC sebagian besar

merupakan perusahaan besar yang sudah menggunakan teknologi modern.

•Sebagian besar industri peternakan ayam komersial di Indonesia

merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) yang mendominasi pasar,

dengan menguasai sekitar 70%-80% pasar.

•Sejumlah perusahaan asing tersebut diantaranya Charoen Popkhand yang

berpusat di Thailand, Cheil Jedang dari Korea, Sierad berasal dari Malaysia

dan lain-lain. 

Page 23: Industri perunggasan

Industri peternakan unggas terintegrasi 

Industri peternakan di dalam negeri masih didominasi oleh investor asing seperti

Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce dan CJ Feed. Produsen

besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri pakan ternak  dan

pengolahan produk ternak.

PT. Charoen Pokphand salah satu peternakan ayam terbesar, merupakan

industri terpadu yang memiliki industri pakan ayam, industri pakan udang dan

peternakan ayam. Disamping itu, Charoen Pokphand  juga memiliki industri

pengolahan daging ayam berupa sosis yang dipasarkan dengan merk Prima

Food.

PT. Japfa Comfeed juga memiliki indutri yang terintegrasi mulai dari industri

pakan ternak ayam, industri peternakan ayam dan industri pengolahan daging

ayam. Produk olahan daging ayam berbentuk sosis dipasarkan dengan merk So

Good.

Peternakan rakyat sebagai mitra 

Page 24: Industri perunggasan

Peternakan rakyat yang jumlahnya lebih banyak dari pabrikan besar tersebut kini

mulai tersingkir. Padahal sebelumnya peternakan rakyat inilah yang sebelumnya

menguasai pasar, namun kini menjadi terpinggirkan. Hal ini disebabkan karena

peternakan rakyat belum menggunakan teknologi modern yang membutuhkan

investasi besar    

Sejumlah produsen besar seperti Sierad Produce, Charoen Pokphand Indonesia,

Japfa Comfeed Indonesia, telah mengembangkan pola kemitraan dengan

menjalin kerjasama dengan perternakan rakyat. Perusahaan besar tesebut

menyiapkan dana awal untuk membuka usaha peternakan rakyat, produsen

memberi fasilitas pemeliharaan dan sapronak (sarana produksi peternakan)

seperti bibit DOC, pakan, obatan-obatan, vitamin. Sedangkan. tugas sebagai

peternak hanyalah mengusahakan agar anak ayam (DOC) tetap sehat dan

panen tepat waktu ( peternak sebagai buruh dikandang sendiri). 

Page 25: Industri perunggasan

Sistem Kemitraan

1.Penetapan harga kontrak

2.Skala usaha

3.Agunan

4.Adanya insentis bila feed convertion ratio (FCR) memenuhi standar perusahaan

umumnya sekitar 1% atau akan mendapatkan 30% dari selisih harga kontrak

dengan harga pasar.

Jenis pola kemitraan:

Kemitraan di Indonesia memiliki konsep contract farming antara produsen pakan

ternak besar dengan para peternakan rakyat.  Konsep kemitraan secara umum

yaitu seorang peternak memelihara ayam untuk sebuah perusahaan yang

terintegrasi secara vertikal. Ada dua pihak yang terlibat dalam kemitraan, yakni

peternak dan perusahaan.  Biasanya peternak menyediakan tanah, kandang,

peralatan dan tenaga kerja. Sedangkan perusahaan menyediakan bibit berupa

DOC (day old chicken), pakan, obat-obatan dan pengarahan manajemen.   

Page 26: Industri perunggasan

Kemitraan banyak diterapkan pada perusahaan ayam broiler.

Setelah ayam yang dipelihara siap panen (hari dan laku dijual), peternak baru

mendapat hasilnya.

Pola kemitraan ternak ayam ini, bagi hasilnya meliputi dua bentuk:

1. Pertama, setelah panen, peternak hanya mendapat upah sekitar Rp500 per

ekornya.

2.Kedua, peternak menerima upah dari selisih perhitungan antara jumlah modal

yang diberikan dan hasil penjualan ayam.

Dalam pola kemitraan ini, perusahaan akan menjamin harga minimum ayam

siap jual, artinya bila harga ayam di pasar jatuh, peternak tidak akan dirugikan

karena produksi ayam akan dibeli perusahaan inti dengan harga dasar yang

telah disepakati.

Page 27: Industri perunggasan

Perusahaan unggas besar di Indonesia

1. Charoen Popkhand Indonesia Tbk 

Charoen Popkhand Indonesia Tbk (CPI) didirikan pada tahun 1972 dan

bergerak dalam industri pakan ternak, peternakan dan pengolahan daging

ayam. Perusahaan merupakan PMA (Penanaman Modal Asing) dengan

pemegang saham terdiri dari PT. Central Proteinaprima, Royal Bank of

Canada (Asia) Ltd., UBS AG Singapura dan publik.

CPI memiliki kapasitas produksi pakan ternak dari unit-unit pabriknya

yang tersebar di Mojokerto, Jakarta dan Medan sebesar 2,6 juta ton per

tahun. Pada 2006 CPI dan anak perusahaan CP Jaya Farm membeli 100%

saham PT. Centralavian Pertiwi senilai Rp 30 miliar. Centralavian Pertiwi

bergerak dalam bidang pembibitan DOC parent stock yang berlokasi di

Subang, Bogor dan Lampung. Transaksi ini untuk memperkuat posisi CP di

bidang agribisnis. 

Page 28: Industri perunggasan

Sementara itu, pengolahan daging ayam dilakukan oleh anak perusahaan

Charoen Popkhnad Group yaitu PT. Primafood International. Seluruh produk

olahan ayam ini dikemas dan dipasarkan dengan merk Fiesta. 

 Saat ini CPI memiliki 8 pabrik pakan ternak yang tersebar di Medan, Bandar

Lampung, Ancol (Jakarta), Balaraja, Semarang, Krian (Sidoarjo), Sepanjang

(Sidoarjo), dan Makassar. CPI juga memiliki empat pabrik pengolahan daging

(Rumah Potong Ayam), yakni di Cikande, Salatiga, Medan dan Surabaya.

Rencananya akan bangun lagi satu unit di Bandung.

 Hingga saat ini total kapasitas produksi pakan ternak CPI sekitar 4 juta

ton/tahun, yang diproduksi dari 7 pabrik. Total kapasitas produksi DOC sekitar

607 juta ekor per tahun. Adapun total kapasitas produksi ayam potong 105 ribu

ton/tahun. Pangsa pasar CPI di pasar modern diklaim 72% dan di pasar

tradisional 91%. PT Charoen Phokphand membangun industri pembibitan Daily

Old Chicken (DOC) --bibit ayam umur harian-- dengan investasi senilai Rp 75

miliar lebih. 

Page 29: Industri perunggasan

2. Japfa Comfeed

Japfa Comfeed (JC) berdiri pada 1971 dan bergerak dalam bidang industri

pakan ternak. Pemegang   saham  JC  terdiri  dari  Pacific Focus

Enterprises, Ltd. (28,94%), JP Morgan Chase Bank (9,65%), Coutts Bank

Von Ernst, Ltd. (9,15%), Rangi Management Ltd. (8,57%), BNP Paribas

Private Bank Singapore (6,63%) dan publik dengan kepemilikan masing-

masing kurang dari lima persen sebanyak (37,06%).

JC adalah perusahaan agrobisnis terintegrasi di Indonesia, saat ini  industri

pakan ternak memiliki total kapasitas produksi 1,73 juta ton per tahun.

Pembibit ayam yang dikelola oleh anak perusahaan, PT Multibreeder

Adirama Tbk, usaha aquakultur yang dikelola anak perusahaan, PT Suri

Tani Pemuka. Lokasi pabrik pakan ternak dan peternakan tersebar di

Lampung, Cirebon (Jawa Barat), Sidoarjo (Jawa Timur) dan Tangerang.

pada 2007 total pendapatan Japfa mencapai Rp 7,9 triliun dan laba bersih

sebesar Rp 180,9 .miliar.  Diantaranya 80% merupakan kontribusi dari

industri pakan ternak. 

Page 30: Industri perunggasan

3. Cheil Jedang Feed Indonesia 

CJ Feed Indonesia merupakan anak perusahaan Cheil Jedang dari Korea

Selatan yang mulai berbisnis di Indonesia pada 1989. CJFI mengoperasikan 2

perusahaan pakan (feedmill) yaitu  PT. CJ Superfeed yang berdiri pada 1996

dan PT. CJ Feed Jombang yang berdiri pada 2004. Pabrik pakan ternak ini

masing-masing berlokasi di Serang, Banten dan Jombang, Jawa Timur dengan

total kapasitas produksi 750.000 ton per tahun. 

Pakan ternak yang diproduksi CJ Feed terdiri dari pakan broiler, layer,

breeder, babi, puyuh, konsentrat dan udang. untuk melayani permintaan

pelanggan yang berada di wilayah Jawa Barat, Jabodetabek, Sumatera dan

Kalimantan. Produk 

pakan ternak yang diproduksi CJS menggunakan merk Superfeed. 

Page 31: Industri perunggasan

4. Malindo Feedmill

5. Sierad Produce Tbk (salah satu produsen pakan ternak terbesar di Asia

Tenggara

6. PT. Super Unggas jaya

dll

Page 32: Industri perunggasan
Page 33: Industri perunggasan
Page 34: Industri perunggasan

INDUSTRI PENETASAN

Page 35: Industri perunggasan
Page 36: Industri perunggasan
Page 37: Industri perunggasan
Page 38: Industri perunggasan
Page 39: Industri perunggasan
Page 40: Industri perunggasan
Page 41: Industri perunggasan
Page 42: Industri perunggasan
Page 43: Industri perunggasan
Page 44: Industri perunggasan
Page 45: Industri perunggasan
Page 46: Industri perunggasan
Page 47: Industri perunggasan
Page 48: Industri perunggasan
Page 49: Industri perunggasan
Page 50: Industri perunggasan
Page 51: Industri perunggasan
Page 52: Industri perunggasan
Page 53: Industri perunggasan
Page 54: Industri perunggasan
Page 55: Industri perunggasan
Page 56: Industri perunggasan
Page 57: Industri perunggasan
Page 58: Industri perunggasan
Page 59: Industri perunggasan
Page 60: Industri perunggasan
Page 61: Industri perunggasan
Page 62: Industri perunggasan
Page 63: Industri perunggasan
Page 64: Industri perunggasan
Page 65: Industri perunggasan
Page 66: Industri perunggasan
Page 67: Industri perunggasan
Page 68: Industri perunggasan
Page 69: Industri perunggasan
Page 70: Industri perunggasan
Page 71: Industri perunggasan
Page 72: Industri perunggasan
Page 73: Industri perunggasan

PETERNAKAN UNGGAS LOKALITIK, AYAM LOKAL, PUYUH

Page 74: Industri perunggasan

Tabel 3 Potensi kontribusi oleh unggas lokal di pedesaan untuk Goals Pembangunan Millenium

Development Millenium Goal Kontribusi unggas di pedesaan1: Memberantas kemiskinan dan kelaparan Peningkatan unggas di pedesaan dapat menghasilkan pendapatan dan

meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga (Alder, 2004), unggas di pedesaan adalah ternak hanya dimiliki oleh banyak bagian termiskin di dunia (Dolberg, 2003)

2:Mencapai pendidikan Universal unggas di pedesaan dapat dijual untuk membayar biaya sekolah untuk anak-anak dari keluarga miskin ( Alder dan Spradbrow, 2001)

3: Mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan

Peningkatan produksi unggas di pedesaan telah memberdayakan perempuan miskin (Bagnol, 2001; Dolberg, 2003)

4: Mengurangi kematian pada anak kecil unggas di pedesaan dan produknya mempunyai kualitas nutrisi yang tinggi, dapat menambah pendapatan untuk keluarga miskin, dan pendidikan untuk wanita dalam keseimbangan makanan dan control penyakit untuk unggas yang sangat bermanfaat untuk kesehatan keluarga dan semuanya (Alders et al., 2007a)

5: Meningkatkan kesehatan Sama seperti nomer 46: Melawan HIV/ AIDS, malaria, dan penyakit lainnya

unggas di pedesaan memberikan kualitas nutrisi yang tinggi untuk manusia, sangat bermanfaat untuk kesehatan, dan membutuhkan tenaga kerja yang sedikit (Alders et al., 2007b)

7: Menjamin keberlanjutan lingkungan unggas di pedesaan berkontribusi untuk control hama, menyediakan pupuk kandang untuk sayuran dan hasil produksi, dan konsumen local dapat mengkonsumsi secara berkelanjutan (Alders and Spradbrow, 2001)

8: Memperkuat Global Partnership (kerjasama global) untuk pembangunan

Kerjasama global dalam pengembangan unggas di pedesaan mempunyai beberapa jaringan (the International Network for Family Poultry Development, the Asian Pacific Federation Working Group on Small-scale Family Poultry Farming, the Danish Smallholder Poultry Network and the International Rural Poultry Centre) dengan beberapa organisasai pengembangan dan konservasi lainnya (Alders, 2004)

Page 75: Industri perunggasan

Ternak Itik

Potensi Itik:

1. Produksi telur 15,43%

2. Produksi daging 2,297%

3. Hasil ikutan: bulu, pupuk

4. Pendapatan

5. Ekspor

Kelebihan Itik: 1. Lebih tahan penyakit

2. Sudah beradaptasi

3. Pertumbuhan cepat

4. Dipelihara secara sederhana

5. Memanfaatkan bahan pakan limbah

6. Protein dan lemak telur lebih tinggi

7. Harga lebih stabil

Page 76: Industri perunggasan

Kendala utama dalam pengembangan dan produksi itik:

Faktor internal: Mutu genetik

☺pertumbuhan lambat

☺produksi telur rendah/bervariasi

☺mortalitas tinggi

☺reproduksi rendah

Faktor eksternal: Peternak

☺modal dan lahan terbatas

☺tenaga kerja kurang berkualitas dan

adopsi inovasi teknologi rendah

Kebijakan pemerintah:

☺tidak disediakan duck breeding

center

☺penyedian modal dengan bunga

rendah sulit diperoleh karena resiko

kematian tinggi

☺kurangnya informasi innvasi

teknologi tepat guna

Produksi telur dapat mencapai 250 butir/ekor/tahun

Page 77: Industri perunggasan

Upaya peningkatan produktivitas itik dapat dilakukan:

1. Secara genetik: seleksi dan persilangan beberapa jenis itik

2. Pemeliharan secara intensif maupun semi intensif

3. Pemberian pakan seimbang sesuai kebutuhan

4. Pencegahan terhadap penyakit

Usaha ternak itik masih berpeluang menguntungkan:

1. Permintaan daging dan telur semakin meningkat

2. Arus pemasaran telur dan daging itik terbuka luas (sentra itik hanya terdapat dibeberapa daerah)

3. Aspek sosial ekonomi: permintaan yang tinggi dan didukung sumber daya alam lokal.

Page 78: Industri perunggasan

Bangsa Itik lokal

Variabel yang diamati Itik Tegal Itik Magelang Itik Mojosari

Bobot badan (g) 1482±124 1734±136 1476±120 (coklat)1462±112 (putih)

Warna bulu Branjangan (warna coklat pada seluruh tubuh), itik jantan warnanya lebih gelap, putih, kalung

Jarakan kalung (coklat, pada leher terdapat kalung putih), coklat, gambiran (coklat campur putih), wiroko (hitam campur putih), putih mendominasi coklat (kapasan), putih jambul, bambangan (seperti itik Tegal),putih, hitam .

Coklat gelap, putih polos, coklat kombinasi putih

Warna paruh Hitam, kuning Hitam, kuning Hitam, kuning

Warna shank Hitam, kuning Hitam, kuning Hitam, kuning

Bentuk badan Seperti botol, ramping, leher panjang (rotan)

Tubuh besar, dada tegap, bagian perut bulat

Badan kecil, lebih pendek dibanding itik Tegal

Ismoyowati dan Purwantini, 2009

Tabel 1. Karakteristik morfologi tubuh itik Tegal, Magelang dan Mojosari

Page 79: Industri perunggasan

Itik Tegal

Itik Magelang gambiran dan wiroko

Itik Magelang kalung dan putih

Itik Magelang jarakan kalung

Page 80: Industri perunggasan

Tabel 2. Data Bobot badan, warna bulu, shank, paruh dan bentuk badan itik Bali dan Alabio

Variabel yang diamati Itik Bali Itik Alabio

Bobot badan (g) 1480±120 1670±150

Produksi telur (butir/tahun)Warna kerabang telur

200-260Putih pada itik Bali putih dan hijau kebiruan pada itik Bali coklat, hitam dan variasi putih

250-300Hijau kebiruan

\Warna bulu (1)Warna bulu putih mulus tanpa variasi baik jantan maupun betin. Itik jantan memiliki jambul dibagian atas kepala.(2) Variasi coklat, hitam dan putih.

Warna bulu didominasi warna coklat keabuan dengan tutul agak kuning pada betina dan tutul hitam pada jantan disekitar punggung. Ujung sayap berwarna biru kehijauan pada betina, sedangkan pada jantan biru jingga. Pada jantan bulu ekor berwarna hitam, sebagian helai mencuat ke atas. Bagian atas kepala berwarna hitam.

Warna paruh Kuning pada itik yang berbulu putih. Kuning atau hitam pada yang berbulu coklat, hitam dan kombinasi coklat-hitam atau hitam putih.

Kuning

Warna shank Kuning pada itik yang berbulu putih. Kuning atau hitam pada yang berbulu coklat, hitam dan kombinasi coklat-hitam atau hitam putih.

Kuning

Bentuk badan Seperti botol, ramping, leher panjang. Tubuh relatif besar, dada tegap, bagian perut bulat

Sumber: Ismoyowati dan Purwantini, 2010

Page 81: Industri perunggasan

Itik Bali putih Itik Bali coklat, hitam dan kombinasi coklat-hitam-putih

Itik Alabio

Page 82: Industri perunggasan

Daerah sentra peternakan itik di Indonesia

No Propinsi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Jabar 5305485 5296757 6534753 7962095 8200958

2 Jateng 4917777 4614468 4541807 4530868 5430199

3 Jatim 2402113 2430767 2464623 4344838 4410010

4 Kalsel 3041695 3487002 3771176 4137949 4194535

5 NAD 2910449 2909182 2330837 2596927 2674206

6 Sulsel 2485042 2423162 1036367 2468432 2497646

7 Sumut 1994803 1840447 3360591 2165366 2184854

8 Sulbar 209694 240873 1799266 1871992 2066268

9 Sumsel 2029000 1843000 1851000 1282030 1323400

10 Banten 723576 953217 1279230 1617181 1666031

11 Sumbar 985443 1040966 1006445 1054957 1196146

12 Indonesia 32405428 32480718 35866833 39839520 42090110

Page 83: Industri perunggasan

Macam usaha peternakan itik:

1.Budidaya itik petelur

2.Pembibitan itik

3.Budidaya itik pedaging

4.Usaha peternakan itik terintegrasi

5.Usaha pegolahan produk itik

Sistem budidaya/pemeliharaan:

1.Ekstensif

2.semi intensif

3.Intensif

Status usaha:

1.Usaha pokok

2.Usaha sambilan

Page 84: Industri perunggasan

Skala usaha:

1.< 100

2.100-500

3.500-1000

4.1000-3000

5.3000-5000

6.5000-10000

Permasalahan yang ada pada budidaya itik adalah:

1.Tingginya harga pakan

2.belum tersedianya bibit itik yang terjamin mutu genetiknya

3.Terbatasnya modal

4.Penyakit dan perubahan iklim

Page 85: Industri perunggasan

1. Teknologi pakan, dengan tujuan untuk menurunkan harga pakan tanpa mempengaruhi produksinya, pemanfaatan pakan lokal yang belum optimal seperti sumber proteinyaitu keong mas, ikan rucah, hijauan misalnya eceng gondok2. Pembentukkan vilage breeding center di daerah sentra peternakan itik3. Pengendalian dan pencegahan penyakit terutama penyakit berbahaya dan menular dengan cara penyuluhan yang intensif dan pengadaan vaksin 4. Pemantapan kelembagaan akan pentingnya kelembagaan dalam hal pengendalian harga baik produk itik maupun saprodi itik (pakan, bibit)5. Penguatan modal usaha, dengan cara meningkatkan jalinan kerjasama baik dengan pemerintah dan swasta dengan kesepakatan dan perjanjian agar tidak ada yangdirugikan

Page 86: Industri perunggasan

KETERSEDIAAN BIBIT ITIK

Tabel. Analisis pemenuhan kebutuhan bibit itik 2008-2010

No. Uraian Pemenuhan daging, telur itik dan DOD

2008 2009 20101 Populasi (juta ekor) 49 53 652 Daging itik lokal (ribu ton)

Kebutuhan 13,5 13,9 14,3Pemenuhan 13,5 13,9 14,3

3 Telur itik local (ribu ton)Kebutuhan 174 184 193Pemenuhan 174 184 193

4 DOD itik local (juta ekor)Kekurangan/kelebihan utk daging 7 0,3 3,1Kekurangan untuk telur 17 7,0 4,0Jumlah kekurangan 24 7,3 0,9

5 Jumlah penduduk (juta jiwa) 226,8 229,4 232

Page 87: Industri perunggasan

Strategi dan langkah operasional penyediaan bibit itik

Populasi Itik lokal 49 juta ekor(2008), 53 juta ekor (2009)dan 65 juta ekor (2010)

Kekurangan bibititik Lokal (ekor)• 2008 = 24 juta • 2009 = 7,3 juta 2010 = 0,9 juta

Strategi perbibitan itik lokal1. Peningkatan penyediaan bibit itik la. Mengintensifkan pemeliharaan itik b. Pengembangan sentra pembibitan itik 2. Peningkatan mutu bibit :a. Penjaringan calon pembibit itik , melalui penilaian sistem produksi di daerah sumber bibit;b. Pembentukan struktur populasi pembibitan;c. Peningkatan mutu itik lokal melalui seleksi intensif.3. Optimalisasi kelembagaan dan SDM perbibitana. Pembentukan kelompok pembibit itik ldan penguatan modal;b. Optimalisasi peran dan fungsi UPT, UPTD dan pembibitan itik lokal.c. Pembentukan unit kerja perlindungan galur ternak

Terpenuhinya permintaanDaging Itik (ribu ton)2008 : 13,5 2009 : 13,9 2010 : 14,3

Permintaan telur itik lokal (ribu ton)2008 : 174 2009 :184 2010 :193

Page 88: Industri perunggasan

Analisis Usaha Ternak Itik

Analisis kelayakan usaha: R/C (revenue cost ratio)

Merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan.

Usaha dinilai menguntungkan bila: R/C >1

Contoh: pemeliharaan itik semi intensif

1. Pembuatan kandang ren 7 x 35 m untuk itik 1000 ekor = Rp7.000.000

2. Sewa lahan 500 m2/tahun = Rp 500.000

3. Penyusutan kandang 3%/tahun

4. Harga itik siap bertelur Rp 28.000/ekor

5. Produktivitas 60% selama 10 bulan produksi

6. Mortalitas 5%

7. Harga jual telur Rp 750

Page 89: Industri perunggasan

1. Biaya operasional

a. Bibit itik 1000 ekor x Rp 28.000 Rp 28.000.000

b. Sewa lahan Rp 500.000

c. Upah tenaga kerja 365 hari x Rp 12.000 Rp 4.380.000

d. Pakan 365 hari x 1.000 e x 0,15 kg x 1400 Rp 76.650.000

e. Obat dan vitamin Rp 150.000

f. Penyusutan kandang(3%) Rp 210.000

g. Pengemasan dan transportasi Rp 1.500.000

Total Rp 111.390.000

2. Penerimaan

a. Penjualan telur 950 (mortalitas 5%) x 60% x 300 hari

x Rp 750 Rp 128.250.000

b. Penjualan pupuk 840 sak x Rp 2500 Rp 2.100.000

Total Rp 130.350.000

Page 90: Industri perunggasan

3. Pendapatan = total penerimaan – total biaya

130.350.000 - 111.390.000

= Rp 18.960.000

4. R/C = penerimaan/ biaya

= 130.350.000/111.390.000

= 1,170

Usaha dianggap layak: setiap penambahan biaya Rp 1000 akan diperoleh penerimaan tambahan sebesar Rp 1170

Page 91: Industri perunggasan
Page 92: Industri perunggasan

AYAM LOKAL Indonesia memiliki banyak jenis ayam lokal yang berpotensi untuk dikembangkan, dimana sebagian besar populasinya berada diperdesaan dan sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Secara keseluruhan sumbangan ayam lokal terhadap produksi daging unggas sebanyak 25,73% dan terhadap produksi telur sebesar 16,38 % (Ditjennak, 2009).

Upaya pengembangan usaha peternkan unggas lokal:Pemerintah mencanangkan Restrukturisasi Perunggasan melalui Pengembangan Budidaya Unggas di Pedesaan (Village Poultry Farming/VPF) (Ditjenak, 2010)

Tujuan PVF:1.peningkatan produksi daging dan telur unggas lokal2.mengatasi keadaan rawan gizi pada masyarakat pedesaan3.membantu membangun kembali industri ayam lokal milik rakyat4.membantu mempercepat pengembangan plasma nutfah Indonesia5.membantu masyarakat untuk menjadi mandiri dan dapat meningkatkan pendapatannya

Page 93: Industri perunggasan

Restrukturisasi sistem budidaya unggas lokal di pedesaan dilakukan terutama di sektor 4 melalui pendekatan kelompok dengan mengaplikasikan Good Farming Practice (GFP) secara optimal. (1) Village Poultry Farming (VPF) :Budidaya Unggas Pedesaan, adalah usaha kelompok peternak dalam pembudidayaan unggas lokal (ayam buras/ayam kampung/ayam lokal), dengan mengaplikasikan Good Farming Practice (GFP) pada satu wilayah pengembangan unggas di pedesaan.(2) Good Farming Practice (GFP) :Budidaya Ternak yang Baik, dalam pedoman ini dimaksudkan sebagai cara budidaya ternak ayam lokal/itik yang baik berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian No. 420/Kpts/Ot.210/7/2001.(3) Budidaya Unggas :Adalah semua kegiatan proses produksi yang dilakukan untuk memproduksi hasil-hasil ternak unggas sesuai dengan tujuannya.(4) Unggas Lokal :Adalah ayam kampong/ayam lokal maupun itik lokal yang berasal dari ayam/itik asli Indonesia yang telah didomestikasi untuk tujuan produksi telur dan daging.(5) Sektor 4 :Adalah peternakan unggas lokal (ayam lokal/kampung, itik) dengan biosekuriti yang rendah, backyard farm atau dengan sistem/dan tipe kandang yang terbuka sehingga sering kontak dengan unggas lainnya.

Page 94: Industri perunggasan

Tujuan pengembangan pembibitan ayam lokal adalah :1. Menstimulasi peningkatan populasi dan mutu bibit ayam lokal;2. Menambah sentra/sumber bibit ayam lokal. Lokasi Kegiatan Pengembangan Pembibitan Ayam Lokal:1. Provinsi Sumatera Barat2. Provinsi Jambi3. Provinsi Sumatera Selatan4. Privinsi Bangka Belitung5. Provinsi Jawa Tengah6. Provinsi DIY7. Provinsi Bali8. Provinsi NTB9. Provinsi Kalimantan Timur10. Provinsi Maluku Utara

Page 95: Industri perunggasan

Persyaratan Teknis Minimal Bibit Ayam Kampunga. Ayam bibit harus sehat, tidak cacat, ukuran tubuh seragam, bulu boleh bermacam-macam dan berasal dari ayam induk yang sehat.b. Bentuk Fisik :Warna bulu : beraneka ragam pada ayam yang jantan

warnanya lebih indah.Warna kaki : hitam campur putih.Warna kulit : kuning pucat.Bentuk tubuh : Pada ayam jantan : lonjong; Pada ayam

betina : segi empat.Bentuk kaki : Pada ayam jantan : tegap dan

proposional; Pada ayam betina : tegap.Jengger :Pada ayam jantan : berwarna merah berukuran sedang, ada yang tunggal, rose, bergerigi, dan ada juga yang berbentuk kacang; Pada ayam betina : berwarna merah berukuran kecil, tunggal, rose, bentuk kacang, bergerigi.Pial :Pada ayam jantan : berwarna merah, berukuran sedang; Pada ayam betina : berwarna merah berukuran kecil.Muka : Merah segarBobot badan:Jantan : 2,4 kg.Betina : 1,5 kg.Umur pada telur pertama : 148 hari.

Page 96: Industri perunggasan

Bobot badan dewasa : Tatalaksana pembibitan ayam lokal adalah kegiatan melakukan pembiakan ayam lokal hasil seleksi melalui perkawinan yang seleksinya didasarkan pada sifat produksi dan/atau reproduksi. Tatacara pembiakannya adalah :(a) melakukan perkawinan ayam jantan dan betina untuk menghasilkan telur-telur fertil; (b) menetaskan telur fertil dengan inkubator (mesin tetas) untuk menghasilkan anak ayam. Usaha pembibitan ayam lokal dilakukan mengacu kepada Pedoman Pembibitan Ayam Lokal Yang Baik (Good Breeding Practice). Persyaratan Teknis Bibit Ayam Lokal1. Diutamakan bibit hasil produksi dari pembibit ayam lokal;2. Bebas dari penyakit menular;3. Memenuhi persyaratan teknis minimal bibit ayam lokal;4. Ayam betina dara siap berproduksi (pullet) dan pejantan siap kawin.  Tujuan pengembangan pembibitan ayam lokal adalah :1. Menstimulasi peningkatan populasi dan mutu bibit ayam lokal;2. Menambah sentra/sumber bibit ayam lokal.

Page 97: Industri perunggasan

BUDIDAYA AYAM KAMPUNG

•Bibit : • Ayam lokal Indonesia, tidak mempunyai ciri spesifik yang khas

(keragaman fenotipe dan genotipe tinggi)

•Ciri umum: bentuk tubuh ramping, kaki panjang dan warna bulu beragam

•Penghasil telur dan daging

•Mempunyai sifat mengeram

•Pemilihan bibit disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan

•Pejantan dan induk yang produktivitasnya tinggi

•Sehat (bulu bersih, berminyak dan mata bersinar)

•Rasio Jantan dan betina perlu disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan

Page 98: Industri perunggasan
Page 99: Industri perunggasan

Breeder ayam kampung:

PT. unggulPT. AKICitra Lestari FarmJimmy’s FarmKuda Hitam

Page 100: Industri perunggasan
Page 101: Industri perunggasan

PUYUH

Mulai masuk di Indonesia sekitar tahun 1979Tujuan pemeliharaan:Daging dan telurPeningkatan pendapatanPemanfaatan pekaranganPengentasan kemiskinan

Kebutuhan : JabotabekTelur : 9 jt butir/minggu dipenuhi 2,5 jt butir/minggu (70%)Daging : 4 rb ekor/hari dipenuhi 1,5 rb/hari

Breeder puyuh:1.Slamet Quail Farm: Sukabumi2.PT. Peksi Gunarharja: Yogyakarta

Page 102: Industri perunggasan

PT. Peksi, perusahaan burung puyuh terbesar di Indonesia Populasi : 30-40% populasi nasional (2,2 juta ekor)Harga telur relatif stabil: Rp165-170 (BEP)---Rp 225Kapasitas produksi: 400rb/mgg, untuk plasma 250rb, luar plasma 150rb, jumlah plasma 1300 peternakPaket kemitraan Peksi: DOQ, Pakan, obat, vaksinHarga:DOQ : Rp 1100/ekor1mgg : Rp 1700/ekor1 bl : Rp 4700/ekorIndustri pengolahan:Telur asin puyuhNagetdll

Page 103: Industri perunggasan
Page 104: Industri perunggasan

PR1.Mengapa industri perunggasan lebih mampu bertahan dibandingkan dengan industri yang lain?2.Berapakan kontribusi daging dan telur asal unggas terhadap produksi daging dan telur nasional? Jelaskan juga berapa kontribusi masing-masing komoditas unggas!3.Apa yang dimaksud dengan industri perunggasan terintegrasi?4.Jelaskan sistem dan pola kemitraan pada peternakan ayam broiler?5.Apa yang dimaksud dengan biosecurity pada industri penetasan ayam dan mengapa perlu dilakukan biosecurity?6.Jelaskan kegiatan yang dilakukan di holding room!7.Jelaskan proses setting HE ke dalam setter!8.Jelaskan proses transfer HE ke hatcher!9.Jelaskan proses grading pada DOC ayam broiler dan petelur!10.Sebutkan dan jelaskan potensi peternakan itik!11.Mengapa usah peternakan itik masih berpeluang menguntungkan?

Page 105: Industri perunggasan

12. Sebutkan permasalahan yang ada pada peternakan budidaya itik dan bagaimana solusinya?

13. Sebutkan strategi untuk penyediaan bibit itik lokal!14. Hitunglan analisis kelayakan usaha pada ternak itik dengan

asumsi:a. Pemeliharaan itik dilakukan secara semi intensifb. Populasi itik 500 ekorc. Harga bibit itik siap bertelur Rp 45.000 per ekord. Biaya pembuatan kandang dan peralatan per ekor Rp 13.000e. Penyusutan kandang 3%/tahunf. Produktivitas 70% selama 10 bulang. Mortalitas 5%h. Harga jual telur Rp 1100 per butiri. Sewa laha Rp 500.000/tahunj. Biaya obat, vitamin dan sanitasi kandang Rp 30.000/bulan