Interaksi produk dan kemasan

download Interaksi produk dan kemasan

of 39

Transcript of Interaksi produk dan kemasan

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    1/39

    JTIP FTP UGM

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    2/39

    Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan :

    1.Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaianDisposable, Semi-Disposabledan Multi-trip

    2.Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak

    produk dengan kemasan)Primer, Sekunderdan Tersier

    3.Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan(Rigiditas)

    Rigid, Semi-Rigiddan Flexible

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    3/39

    Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan. :

    4.Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadaplingkungan

    Hermetis (tahan uap dan gas), Kemasan tahan cahaya,

    Kemasan tahan suhu tinggi,

    5.Klasifikasi kemasan berdasarkan Penambahan IndikatorPassive Packagingdan Active Intelligent Packaging

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    4/39

    Definition : Packaged Materials or Product withoutadded any substance inside packaging, howeverseveral treatment such as environmentalmodification inside the packaging sometimes

    added to increase shelf life of the product.

    Example :conventional packaging, vacuumpackaging, aseptic packaging and modified

    atmosphere packaging.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    5/39

    conventional packaging vacuum packaging

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    6/39

    aseptic packaging Modified atmosphere packaging

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    7/39

    Penyimpangan Kualitas dalam Masa Penyimpanan(Kadaluarsa) :1.Penyusutan kualitatifdimana bahan mangalami penurunan

    mutu (bahan pangan yang rusak mengalami perubahan citarasa, penurunan nilai gizi atau tidak aman lagi untuk dimakan

    karena mengganggu kesehatan) sehingga menjadi tidak layakdikonsumsi manusia. Pada kondisi ini maka makanan sudahkadaluarsa atau melewati masa simpan (shelf life).2.Penyusutan kuantitatifmengakibatkan kehilangan jumlah atau

    bobot hasil pertanian, dan ini

    disebabkan oleh penangananyang kurang baik atau karena gangguan biologi (proses

    fisiologi,serangan serangga dan tikus).

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    8/39

    Pengemasan dapat mempengaruhi mutu pangan antara lain melalui:

    1.Perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari bahan

    kemas (monomer plastik, timah putih, korosi).2.Perubahan aroma (flavor), warna, tekstur yang dipengaruhi oleh

    perpindahan uap air dan O2.

    Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahanbiokimia, kimia atau migrasi unsur-unsur ke dalambahan pangan.

    1. Perubahan BiokimiawiPerubahan Alami pada bahan pangan, spt Bahan-bahanpangan segar yg mengandung air, perubahan aktivitasenzim, warna, tekstur, aroma dan nilai gizi bahan.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    9/39

    2. Perubahan Kimiawi dan Migrasi Unsur-UnsurPerubahan kimiawi yang terjadi pada bahan pangandisebabkan oleh penggunaan fungisida, plastisizer, bahanpewarna dan pestisida yang dapat bermigrasi ke dalambahan pangan.

    Pengemasan dapat mencegah terjadinya migrasi bahan-bahan ini ke dalam bahan pangan.

    a. Keracunan Logam Logam yg berbahaya : timah, besi, timbal danalumunium dalam jumlah yang besar akan bersifatracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    10/39

    a. Keracunan Logam ..Batas maksimum kandungan logam dalam bahan panganmenurut FAO/WHO adalah 250 ppm untuk timah dan besidan 1 ppm untuk timbal.

    Logam-logam lain yang mungkin mencemari bahanpangan adalah air raksa (Hg), kadmiun (Cd), arsen (Ar),antimoni (At), tembaga (Cu) dan seng (Zn) yang dapatberasal dari wadah dan mesin pengolahan atau daricampuran bahan kemasan.

    Wadah dan mesin pengolahan yan telah mengalami korosidapat menyebabkan pencemaran logam ke dalam bahanpangan.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    11/39

    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi korosif adalah :asam organik, nitrat, oxidizing agent, atau bahan pereduksi,

    penyimpanan, suhu, kelembaban dan ada tidaknya bahan pelapis(enamel).Keracunan yang diakibatkan logam-logam ini dapat berupa

    keracunan ringan atau berat seperti mual-mual, muntah, pusingdan keluarnya keringat dingin yang berlebihan.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    12/39

    b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan Plastik dan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan plastik plastisizer,

    stabilizer dan antioksidan dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan yangdikemas dengan kemasan plastik dan mengakibatkan keracunan.Monomer plastikyang dicurigai berbahaya bagi kesehatan manusia

    adalah vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinilidenklorida dan styrene.

    Monomer vinil klorida dan akrilonitril berpotensi untuk menyebabkan kankerpada manusia, karena dapat bereaksi dengan komponen DNA yaitu guanin dansitosin (pada vinil klorida) sedangkana denin dapat bereaksi denganakrilonitril (vinil sianida).

    Contohnya : Vinil asetat dapat menimbulkan kanker tiroid, uterus dan hati

    pada hewan. Vinil klorida dan vinil sianida bersifat mutagenik terhadapmikroba Salmonella typhimurium. Akrilonitril dapat membuat cacat lahirpada tikus-tikus yang memakannya.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    13/39

    b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan Monomer akrilat, stirena dan metakrilat serta senyawa turunannya seperti vinilasetat, PVC, kaprolaktan, formaldehida, kresol, isosianat oragnik, heksa-metilendiamin, melamin, epidiklorohidrin, bispenol dan akrilonitril dapatmenyebabkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan

    lambung.

    Laju migrasi monomer ke dalam bahan yang dikemas tergantung dari lingkungan.Semakin tinggi suhu maka semakin banyak monomer plastik yang termigrasi ke

    dalam bahan yang dikemas.

    Konsentrasi residu vinil klorida awal 0.35 ppm termigrasi sebanyak 0.020 ppm

    selama 106 hari kontak pada suhu 25oC. Monomer akrilonitril keluar dari plastikdan masuk ke dalam makanan secara total setelah 80 hari kontak pada suhu 40 oC.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    14/39

    b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan Batas ambang maksimum dari monomer yang ditoleransi keberadaannya di dalambahan pangan ditentukan oleh hasil tes toksisitas (LD 50) serta jumlah makanan

    yang dikonsumsi/hari.

    Di Belanda toleransi maksimum yang diizinkan adalah 60 ppm migran dalam

    makanan atau 0.12 mg/cm2 permukaan plastik. Di Jerman toleransi maksimumyang diizinkan adalah 0.06 mg/cm2 lembaran plastik. Batas toleransi untuk

    monomer vinil klorida 0.05 ppm (di Swedia 0.01 ppm).

    Metode dan alat untuk mendeteksi dan menganalisa migrasi komponen plastik

    dalam bahan pangan adalah pelabelan radioaktif, termogravimetri,

    spektrofotometer, Gas Chromatography (GC),High Performance Liquid

    Chromatography (HPLC) dan Gas Chromatography-Mass Spectrometer(GC-MS),

    yang dapat mendeteksi migran dengan kadar 10-20 gram10-6 gram.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    15/39

    b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan

    Selain monomer plastik, timah putih (Sn)juga dapat bermigrasi pada makanankaleng dengan batas maksimum 250 mg/kg. Sn merupakan mineral yang secara

    alami terdapat pada bahan pangan yaitu sebesar 1 mg/kg dan dibutuhkan oleh

    manusia dalam jumlah kecil.

    Dosis racun dari Sn adalah 5-7 mg/kg berat badan. Sn dapat mengkontaminasibahan pangan melalui wadah/kaleng dan peralatan pengolahan.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    16/39

    b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan

    Plastisizer seperti ester posporik, ester ptalik, glikolik, chlorinated aromatik danester asam adipatik dapat menyebabkan iritasi, Yang aman heptil ptalat, dioktiladipat, dimetil heptil adipat, di-N-desil adipat, benzil aktil adipat, ester dari asamsitrat, oleat dan sitrat.

    Plastisizer DBP (Dibutil Ptalat) pada PVC termigrasi cukup

    banyak yaitu 55-189mg ke dalam minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji kapas dan minyak kedele

    pada suhu 30oC selama 60 hari kontak.Plastisizer DEHA (Di 2-etilheksil adipat)

    pada PVC termigrasi ke dalam daging yang dibungkusnya (yang mengandungkadar lemak 20-90%) sebanyak 14.5-23.5 mg/dm2 pada suhu 4oC selama 72 jam.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    17/39

    Penyebab kontaminasi mikroorganisme pada bahanpangan adalah :- kontaminasi dari udara atau air melalui lubang padakemasan yang ditutup secara hermetis.- Penutupan (proses sealer) yang tidak sempurna- Panas yang digunakan dalam proses sealer pada filmplastik tidak cukup karena sealer yangterkontaminasi olehproduk atau pengaturan suhu yang tidak baik.- Kerusakan seperti sobek atau terlipat pada bahan

    kemasan.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    18/39

    Faktor-faktor mekanis yang dapat merusak bahan-bahanhasil pertanian segar dan bahan pangan olahan adalah :

    a.Stress atau tekanan fisik, yaitu kerusakan yangdiakibatkan karena jatuh atau oleh adanya gesekan.

    b. Vibrasi (getaran), yang dapat mengakibatkan kerusakanpada bahan atau kemasan selama dalam perjalanan ataudistribusi. Untuk menanggulanginya dapat digunakan bahan

    anti getaran.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    19/39

    Kemasan harus impermiabel terhadap aroma yang diinginkan dari bahan

    pangan, misalnya kopi dan makanan ringan juga untuk mencegah masuknyabau seperti pada tepung atau makanan berlemak.

    Kemasan juga harus dapat mencegah masuknya warna dari plastisizer, tintapencetak kemasan, perekat atau pelarut yang digunakan dalam pembuatankemasan. Kemasan gelas dan logam kedap terhadap gas dan uap, sedangkan

    film plastik mempunyai kisaran permeabilitas yang luas tergantung padaketebalan, komposisi kimia serta struktur dan orientasi molekul di dalam filmplastik.

    Bau yang berasal dari kemasan plastik dapat timbul dari :1. Pembentukan gugus karbonil apabila plastik polietilen dipanaskan pada

    suhu tinggi.2. Zat antioksidan yang dapat mengadakan interaksi dan membentuk produkyang berbau.3. Pecahan-pecahan molekul pada kemasan.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    20/39

    Oksigen dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi yang tidak diinginkanbagi produkproduk yang peka terhadap oksigen seperti vitamin A dan C.

    Pencegahan reaksi oksidasi dapat dilakukan dengan cara :- Pengaturan kadar oksigenKonsentrasi oksigen pada ruang penyimpanan atau di dalam kemasan untukproduk-produk yang peka terhadap oksigen adalah 3-5%. Konsentrasi oksigendi bawah 2% menyebabkan terjadinya respirasi anaerob yang dapat

    mengakibatkan kebusukan pada bahan.

    - Pengaturan kadar CO2Konsentrasi CO2 untuk penyimpanan komoditi pertanian adalah 5-10% (kecualiuntuk penyimpanan apel, tomat dan jeruk).

    - Pengemasan dalam kemasan kedap udaraKemasan kedap udara (vakum) digunakan untuk mengemas keju dan makananbayi.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    21/39

    Pengaruh insulasi dari kemasan ditentukan oleh konduktivitas panasdan reflektivitas dari kemasan.

    Bahan kemasan dengan konduktivitas panas yang rendah misalnyakotak karton, polystirene atau poliuretan akan mengurangi pindahpanas konduksi, dan bahan kemasan yang reflektif seperti alumunium

    foil akan merefleksikan panas.

    Pengendalian suhu penyimpanan merupakan hal penting untuk dapatmenjaga bahan pangan dari perubahan suhu. Jika kemasandipanaskan misalnya sterilisasi dalam kemasan atau makanan siap saji

    yang dipanaskan di dalammicrowave, maka kemasan yang digunakan harus tahan terhadap

    suhu tinggi.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    22/39

    Transmisi cahaya ke dalam kemasan dibutuhkan agar kita dapat melihat isi darikemasan tersebut, tetapi produk yang sensistif terhadap cahaya, misalnya lemak yang

    akan mengalami oksidasi dengan adanya cahaya atau kerusakan riboflavin dan pigmealami, maka harus digunakan kemasan yang opaq (berwarna gelap) sehingga tidakdapat dilalui oleh cahaya.

    Jumlah cahaya yang dapat diserap atau ditransmisikan tergantung pada bahankemasan, panjang gelombang dan lamanya terpapar oleh cahaya. Beberapa bahan

    kemasan seperti polietilen densitas rendah (LDPE) mentransmisikan cahaya tampak(visible) dan ultraviolet, sedangkankemasan polivinil klorida (PVC) mentransmisikancahaya tampak tapi cahaya ultraviolet akan diabsorbsi.

    Perubahan yang terjadi akibat cahaya antara lain adalah :1. Pemudaran warna, seperti pada daging dan saus tomat.

    2. Ketengikan pada mentega (terutama jika terdapat katalis Cu).3. Pencoklatan pada anggur dan jus buah-buahan4. Perubahan bau dan menurunnya kandungan vitamin A,D,E,K dan C, sertapenyimpangan aroma bir.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    23/39

    Pengemasan aseptis adalah suatu cara pengemasan bahandi dalam suatu wadah yang memenuhi empat persyaratan,yaitu : Steril pada produk, wadah/tempat, dan lingkungantempat pengisian produk serta wadah pengepak yangdigunakan harus rapat untuk mencegah kontaminasi kembali

    selama penyimpanan.

    Prinsip pengemasan aseptis adalah baik bahan pangan yangdikemas maupun bahan kemasan harus bebas darimikroorganisme perusak (patogen dan toksin) ketika bahanpangan tersebut dikemas, sehingga produk pangan yangdikemas merupakan produk yang steril dan aman untukdisimpan pada suhu ruang dalam jangka waktu yang lebihlama.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    24/39

    Penggunaan pengemasan aseptik dimulai tahun 1917, berdasar suatupaten mengenai cara pengalengan aseptik, pada tahun 1919diperkenalkan produk-produk kemasan aseptis dalam suatu pameransusu di London. Penggunaan kemasan aseptis baru mulai berkembangsetelah Perang Dunia II dan berkembang dengan pesat dalam tahun 1962,

    yaitu saat diperkenalkan mesin pengemasan aseptis untuk bahanpengemas fleksibel.

    Sistem pengemasan aseptis digunakan untuk mengemas berbagaimacam produk seperti bahan pangan dan obat-obatan. Dalam

    pengawetan bahan pangan, pengemasan aseptis banyak digunakan untukpengawetan minuman atau makanan berbentuk cair terutama susu dansari buah yang mengandung asam rendah.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    25/39

    Untuk keberhasilan proses aseptis bahan pangan, makaada beberapa persyaratan yang diperlukan, yaitu :- Peralatan yang dapat disterilkan- Produk steril secara komersial-Kemasan yang steril secara komersial- Ruang steril dalam mesin pengemas, tempat pengisianproduk steril ke dalam kemasan steril dan penutupansecara hermatis- Ada monitoring dan pencatat faktor-faktor kritis

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    26/39

    Dalam sistem pengemasan aseptis, proses yang dilakukan

    adalah :1.Produk dan wadah pengemas disterilisasi secaraterpisah,2.Kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah

    dalam lingkungan steril sehingga diperoleh produk sterildalam kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktulama.

    Sterilisasi produk dalam sistem aseptis dilakukan dengansistem alir atau sistem UHT (Ultra High Temperature),yaitupemanasan dengan suhu yang sangat tinggi (135-150oC) selama 2-5 detik.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    27/39

    Pemanasan produk dengan sistem UHT dalam pengemas aseptis dapat dibagimenjadi 2 kategori utama, yaitu:

    1. Sistem pemanasan langsung, yaitu sistem dimana terjadi kontaklangsung antara medium

    Pemanasan dam hal ini uap panas dengan produk yang dipanaskan. Dalamsistem pemanasan langsung terdapat dua cara yaitu : 1) cara injeksi uap dimanauap panas disuntikkan ke dalam produk, dan 2) cara infusi dimana produkdiinfusikan ke dalam aliran uap panas

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    28/39

    2. Sistem pemanasan tidak langsung,

    yaitu sistem dimana medium pemanas tidak kontaklangsung dengan produk. Panas ditransfer melalui permukaan (biasanya stainless

    steel). Pada sistem pemanasan tidak langsung ada 3 (tiga) macam cara, yaitu : 1)heat exchanger tipekonvensional yang berupa lempengan atau plate dan 2) tipesaluran atau tubulardan 3) Scraped-Surface Heat Exchanger.

    Pindah panas terutama disebabkan kondensasi uap mencapai sekitar 10

    persen dari produk. Sehingga untuk mempertahankan kadar padatan produk,perlu diuapkan dengan vakum. Pada sistem injeksi uap, uap panasdisemprotkan ke dalam aliran produk menggunakan injektor. Suhu uapmencapai 140-146oC dengan waktu tinggal sekitar 4 detik. Suhu produk yangdisterilisasi mencapai 137-138 persen. Pada proses infusi produk, produkdidispersikan ke dalam ruang infusi yang berisi uap panas.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    29/39

    Berbagai cara sterilisasi wadah pengemas

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    30/39

    Masing-masing cara sterilisasi tersebut mempunyai

    keuntungan dan kelemahan. Sterilisasi dengan uap panasdan udara panas akan menghasilkan suhu tinggi padatekanan atmosfir, tetapi mempunyai kelemahan karenamikroorganisme lebih tahan di dalam uap/udara panas

    daripada di dalam uap jenuh.

    Sterilisasi wadah menggunakan hidrogen peroksidamempunyai keuntungan karena prosesnya cepat dan efisien,sedangkan radiasi dapat digunakan untuk sterilisasi wadahyang terbuat dari plastik yang sensitif terhadap panas, tetapimempunyai kelemahan karena biayanya yang mahal danlokasinya terbatas.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    31/39

    Pada proses aseptis yang tradisional, peroksidadiaplikasikan ke bahan kemasan dengan cara menyemprotatau mengkondensasikan gas H2O2 pada permukaanbahan kemasan.

    Konsentrasi peroksida yang digunakan biasanya sekitar 2%dengan waktu 2-4 detik. Bahan kemasan yang masih basahdan mengandung H2O2 kemudian diberi sinar UV, kemudiankemasan dikeringkan dengan udara panas untuk

    menghilangkan sisa H2O2.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    32/39

    Saat ini kombinasi antara peroksida dan UV telah dikembangkan olehTetra Pak, dimana sinar UV diberikan setelah kemasan dikeringkandengan udara panas. Sinar UV lebih efektif untuk membunuhmikroorgansime patogen dalam keadaan kering daripada dalamkeadaan basah.

    Dalam pengemasan aseptik, ada beberapa metode pengemeasanyang dapat diterapkan yaitu :1. Film and Seal2. Form, Fill and Seal3. Erect, Fill and Seal

    4. Thermoform, Fill and Seal5. Blow mold, Fill and Seal

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    33/39

    Thin-walled can bodies (10) made by theDWI process are aseptically filled with a non-carbonated liquid food product at ambienttemperature. The aseptic process comprises,within a sterile environment, sterilising thecan bodies by hot air in a first oven (36) andfilling them in a filler (40) with a metered doseof the product, sterilising end closures (11)for the cans in a second oven (42) again by

    hot air, and placing the end closures on thecans whilst still at an elevated temperature soas to form closed packages having atemporary aseptic seal, moving the closedpackages from the sterile environment, and,subsequent to the sterile environment,double-seaming the end closures onto the

    can bodies to form hermetically sealed cans,and reforming the end closures inwardly ofthe cans so as to create in the cans apositive internal pressure by which panellingof the can side walls may be resisted. http://www.wipo.int/pctdb/en/wo.jsp?WO=1998046486

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    34/39

    Flash-Pasteurizing

    Aseptic Packaging has three major components: flash-pasteurizing the contents, sterilizing the container and

    filling the container. The first step, flash-pasteurizing,

    involves heating the liquid (e.g., juice, soup, nectar, milk)

    to a high temperature (165 degrees F) for a short amountof time (15 to 30 seconds). The heat kills all the

    microorganisms in the liquid by causing their cellular

    proteins and enzymes to denature (i.e., fall apart). Yet,

    because the process is so brief, the liquid maintains its

    color, flavor and aroma better than longer heat

    sterilization processes.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    35/39

    Container SterilizationThe next step in the aseptic packaging process is sterilizing the inside of

    the individual containers. There are two approaches to decontamination:"wet" and "dry." In "wet" sterilization (also known as "washing"), a solution

    of water and hydrogen peroxide (H2O2) is heated into steam and shot

    into the opening of the containers. This burst of super-hot water vapor

    heats microorganisms until their protein denature while the hydrogen

    peroxide molecules attack viruses and other pathogens. To remove anylingering hydrogen peroxide, the interior is usually rinsed with a second

    burst of pure steam. In "dry" sterilization, hydrogen peroxide is vaporized

    along with other cleaning agents and mixed with pressurized nitrogen

    gas. These gases are then injected into a plastic preform, inflating it into

    its final bottle shape (a.k.a. "blow molding") while sterilizing the insidewith the hydrogen peroxide. The "dry" term comes from the fact that no

    water vapor is present in the pressurized gas. And, because of the high

    temperatures involved, the hydrogen peroxide does not condense into a

    liquid, allowing it to simply escape from the inside without rinsing.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    36/39

    Container FillingFinally, in a fully-automated, sealed and decontaminatedfilling chamber, the liquid product is gently injected into

    the sterilized containers with a special nozzle. Once a

    pre-measured volume has been injected, an instrument

    lowers itself around the nozzle to form a seal against thecontainer. The nozzle then retracts and the instrument

    creates a vacuum and permanently closes up the

    container, preparing it to leave the chamber and ship out

    to stores.http://www.fda.gov/Food/FoodSafety/Product-SpecificInformation/AcidifiedLow AcidCannedFoods/EstablishmentRegistrationThermalProcessFiling/Instructions/ucm125907.htm

    http://www.aeb.com/resources/webinar_aseptic_packaging/view/

    http://www.fda.gov/Food/FoodSafety/Product-SpecificInformation/AcidifiedLowhttp://www.fda.gov/Food/FoodSafety/Product-SpecificInformation/AcidifiedLowhttp://www.fda.gov/Food/FoodSafety/Product-SpecificInformation/AcidifiedLowhttp://www.fda.gov/Food/FoodSafety/Product-SpecificInformation/AcidifiedLow
  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    37/39

    Pengujian keutuhan kemasan dalam sistim aseptik merupakan hal yang kritis.Hal ini karena berhubungan dengan keamanan dan kualitas produk. Untukkeperluan tersebut dibutuhkan uji yang bersifat non destruktif. Beberapa testyang sering digunakan ialah:

    1.Test elektrolit, digunakan untuk mengetahui kerusakan yang berhubungandengan kebocoran kemasan, test ini menggunakan larutan elektrolit, bila terjadikebocoran maka akan terjadi arus listrik.2. Tes tekanan, digunakan untuk mendeteksi kebocoran dari kemasan, dalamtest ini, gas diinjeksikan ke dalam kemasan yang telah dicelup dalam air. Injeksigas dilakukan dengan pompa. Bila terjadi kebocoran maka terjadi gelembungdalam air.

    3.Tes mikrobiologi, digunakan untuk mendeteksi adanya kontaminasi darimikroba dalam kemasan. Test ini juga digunakan untuk menguji efektifitassterilan yang digunakan.

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    38/39

    Spora bakteri yang digunakan dalam pengujian efektivitas sterilisasi

  • 8/3/2019 Interaksi produk dan kemasan

    39/39