Isi Status Ujian
-
Upload
puteri-effendi-radith -
Category
Documents
-
view
137 -
download
5
description
Transcript of Isi Status Ujian
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Data Dasar
1.1.1 Peta Wilayah
Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Mentaos
Gambar 2. Peta Wilayah Kelurahan Loktabat Utara
1
1.1.2 Keadaan Geografis
Luas dan Letak Wilayah
Puskesmas Banjarbaru Utara merupakan puskesmas yang mulai
beroperasi pada bulan Agustus 2008. Wilayah yang dibawahi oleh Puskesmas
Banjarbaru Utara merupakan wilayah yang berada di kawasan Banjarbaru
Utara dimana terdapat dua kelurahan yaitu Loktabat Utara dan Mentaos.
Wilayah loktabat utara didominasi oleh pemukiman warga. Daerah
pertanian dan perdagangan serta jasa hanya sedikit. Lokasi puskesmas
banjarbaru utara terdapat pada pusat kelurahan loktabat utara dan dikelilingi
pemukiman, dimana akses yang dapat digunakan menggunakan transportasi
darat karena akses utama melalui jalan, jumlah sungai hanya sedikit.
Untuk wilayah kelurahan mentaos juga didominasi dengan pemukiman,
dan sebagian kecil daerah pemerintahan. Di kelurahan mentaos terdapat satu
puskesmas pembantu yang terletak didaerah pemukiman warga sehingga
akses mudah dijangkau. Akses yang digunakan melalui transportasi darat.
Puskesmas Banjarbaru Utara mempunyai batas-batas wilayah kerja
sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Cindai Alus kabupaten Banjar
- Sebelah Selatan : Kelurahan Loktabat Selatan kecamatan Banjarbaru
Selatan
- sebelah Timur : Kelurahan Sei Paring Kecamatan Martapura Kota
- Sebelah Barat : Kelurahan Guntung Payung kecamatan landasan
Ulin
2
Wilayah kelurahan Loktabat Utara mempuyai luas 7,7 Km2 dimana
jumlah penduduk yang mendiami wilayah tersebut pada akhir tahun 2011
sebanyak 17.586 jiwa yang tersebar tidak merata dalam 9 rukun warga (RW).
Wilayah kelurahan Mentaos mempunyai luas 6.88 km2. Dimana jumlah
penduduk yang mendiami wilayah kelurahan Mentaos pada akhir tahun 2011
sebanyak 9.431 jiwa.
Keadaan Tanah dan Iklim
Sebagian besar wilayah Kecamatan Banjarbaru Utara merupakan dataran
rendah dan dataran tinggi serta keras (Kelurahan Loktabat Utara dan kelurahan
Mentaos). Iklim yang berpengaruh adalah musim penghujan dan musim kemarau.
Jangkauan Transportasi
Puskesmas Banjarbaru Utara berada diwilayah Kecamatan Banjarbaru
Utara Kota Banjarbaru dengan jarak + 2 km dari Pusat Pemerintah Kota
Banjarbaru dan dapat ditempuh + 15 menit dengan kondisi jalan yang baik. Jarak
terjauh dari Puskesmas adalah 4 Km pada kelurahan Mentaos dan Kelurahan
Loktabat Utara yang terdekat, seluruh wilayah dapat dijangkau dengan
menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 sepanjang musim.
Fasilitas Yang Ada :
a. Sarana Pendidikan
T K : 17 buah
SD / Sederajat : 11 buah
SLTP/Sederajat : 3 buah
3
SLTA/ Sederajat : 6 buah
Pondok Pesantren : 0 buah
b. Sarana Ibadah
Masjid : 10 buah
Gereja : 1 buah
Pura : 1 buah
c. Sarana Kesehatan
Puskesmas Induk : 1 buah
Puskesmas Pembantu : 1 buah
Rumah Sakit : 3 buah
BKIA : 0 buah
Posyandu : 17 buah
Posyandu Manula : 4 buah
Poskesdes : 1 buah
Panti : 1 buah
Sumber Daya dan Sarana Penunjang Puskesmas :
1. Bangunan Fisik
Puskesmas Induk : 1 buah
Puskesmas Pembantu : 1 buah
Rumah Dinas Dokter : 1 buah
Rumah Dinas Paramedis : 1 buah
2. Sarana Transportasi
Kendaraan Roda Dua : 7 buah
Kendaraan Roda Empat : 1 buah
4
1.1.3 Data Demografi
A. Distribusi Penduduk
Dari data-data yang telah dikumpulkan pada kecamatan Banjarbaru Utara
hingga akhir tahun 2012, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Banjarbaru Utara adalah 27.017 jiwa .
Tabel 1. Data Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2011
No. Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Penduduk
1. Loktabat Utara 7,7 Km2 17.586
2. Mentaos 6.88 km2 9.431
Jumlah 13,95 km2 27.017
Sumber : Program Penataan Administrasi Kependudukan Kegiatan Informasi Yang Dapat Diakses Masyarakat (Laporan Hasil Pendataan Penduduk 2012). Pemerintah Kota Banjarbaru. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Tahun 2012
Kepadatan penduduk di kelurahan loktabat utara adalah rata-rata 2283
jiwa/km2, sehingga tergolong sangat padat. Sedangkan untk wilayah
kelurahan mentaos memiliki kepadatan penduduk rata-rata 1370/ km2 dan
tergolong sangat padat pula. Karena kepadatan penduduk di wilayah kerja
puskesmas banjarbaru utara tergolong sangat padat, maka resiko untuk
penularan penyakit-penyakit menular seperti ISPA atau penyakit menular
lainnya akan meningkat dan kesehatan lingkungan juga akan terpengaruh.
5
Loktabat Utara Mentaos0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
2000017586
9431
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk
Grafik 1. Komposisi Data Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
No KelurahanLaki-
lakiPerempuan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Loktabat Utara 13633 13953 17586 65,09
2. Mentaos 4557 4874 9431 34,91
Jumlah 18390 18627 27017 100
Sumber : Program Penataan Administrasi Kependudukan Kegiatan Informasi Yang Dapat Diakses Masyarakat (Laporan Hasil Pendataan Penduduk 2012). Pemerintah Kota Banjarbaru. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Tahun 2012
6
Loktabat Utara Mentaos0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
13633
4557
13953
4874
Laki-lakiPerempuan
Grafik 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
65.09
34.91
Persentase (%)
Loktabat UtaraMentaos
Grafik 3. Diagram presentase jumlah penduduk ruang lingkup Puskesmas
Banjarbaru Utara
7
Tabel 3. Data Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
No Kelurahan Jumlah KK
1 Loktabat Utara 3292
2 Mentaos 1881
Sumber : Program Penataan Administrasi Kependudukan Kegiatan Informasi Yang Dapat Diakses Masyarakat (Laporan Hasil Pendataan Penduduk 2011). Pemerintah Kota Banjarbaru. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Tahun 2012
Loktabat Utara Mentaos0
500
1000
1500
2000
2500
3000
35003292
1881
Jumlah KK
Jumlah KK
Grafik 4. Data Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarbaru Utara Tahun 2012
B. Pekerjaan
Pada wilayah seluas 13,95 km2 dengan jumlah penduduk 27.017 jiwa.
Hampir sebagian besar penduduk adalah tidak mempuyai pekerjaan. Data-
data mata pencaharian penduduk wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara
adalah sebagai berikut :
8
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012No. Jenis Pekerjaan Jumlah
(orang)Persentase
(%)1. Tidak Bekerja 6866 25,412. IRT 5035 18,633. Pelajar 5362 19,844. Pensiunan 727 2,695. PNS 2260 8,366. TNI/POLRI 319 1,187. Pedagang 189 0,698. Petani 79 0,299. Karyawan Swasta 3820 14,1310. Buruh 516 1,911 Lain-lain 1844 0,06
Jumlah 27017 100Sumber : Program Penataan Administrasi Kependudukan Kegiatan Informasi Yang Dapat Diakses Masyarakat (Laporan Hasil Pendataan Penduduk 2011). Pemerintah Kota Banjarbaru. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Tahun 2012
Dengan mengetahui jenis pekerjaan penduduk yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Banjarbaru Utara, maka dapat menentukan tingkat pendidikan
dan tingkat sosial ekonomi seseorang yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan. Pada penduduk di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara mayoritas
penduduk tidak bekerja. Namun harus ditelaah kembali proporsi jumlah penduduk
berdasarkan usia, sehingga bisa memastikan apakah tidak bekerja dikarenakan
usia balita dan lansia atau memang benar-benar tidak bekerja. Urutan kedua jenis
pekerjaan terbanyak adalah IRT, hal itu sesuai dengan mayoritas jumlah penduduk
yang didominasi wanita. Selain itu, jenis pekerjaan lain yang cukup banyak yaitu
karyawan swasta dan PNS, sehingga kemungkinan penduduk wilayah kerja
Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki tingkat sosial ekonomi menengah.
9
Grafik 5. Komposisi Penduduk menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
6866
50355362
727
2260319189
79 3820516
PekerjaanTidak bekerjaURTPelajarPensiunanPNSTNI POLRIPedagangPetaniKaryawan SwastaBuruhLain-lain
C. Bidang Keagamaan
Agama Islam merupakan agama yang rata-rata dipeluk oleh penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara tetapi agama Kristen, Katolik,
Hindu dan Budha juga terdapat penduduk yang memeluknya. Berikut jumlah
penduduk berdasarkan Agama yang dipeluknya :
Tabel 5. Data Agama Yang Dipeluk Oleh Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
No. Agama Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Islam 25910 95,85
2. Kristen 958 3,54
3. Katholik 12 0,04
4. Hindu 103 0,38
5. Budha 29 0,12
6. Lainnya 17 0.06
Jumlah 27017 100
10
Sumber : Program Penataan Administrasi Kependudukan Kegiatan Informasi Yang Dapat Diakses Masyarakat (Laporan Hasil Pendataan Penduduk 2012). Pemerintah Kota Banjarbaru. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Tahun 2011
96%
4%
0%0% 0%0%
Pemeluk Agama
IslamKristenKatholikHinduBudhaLainnya
Grafik 6. Komposisi Agama Yang Dipeluk Oleh Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
D. Pendidikan
Taraf pendidikan penduduk di kawasan wilayah kerja Puskesmas
Banjarbaru Utara sudah cukup tinggi dimana rata-rata tingkat pendidikannya
adalah lulusan SLTA atau sederajatnya tetapi juga terdapat yang tidak
sekolah maupun tidak lulus SD. Dengan demikian, maka tingkat pendidikan
masyarakat cukup tinggi sehingga kesadaran akan kesehatan cukup tinggi.
Tingkat sosial ekonomi juga cukup tinggi sehingga kemampuan untuk
berobat juga meningkat.
11
Tabel 6. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012
No Pendidikan JumlahPersentase
(%)1. Tidak/Belum Sekolah 3271 12,1
2.Tidak Tamat SD/Sederajat 3448 12,76
3. Tamat SD/Sederajat 3406 12,60
4.Tamat SLTP/Sederajat 3994 14,78
5.Tamat SLTA/Sederajat 9121 33,83
6. Diploma I/II 194 0,717. Diploma III/S.Muda 605 2,238. Diploma IV/S-I 2913 10,789. Strata II 107 0,39
Jumlah 27017 100Sumber : Program Penataan Administrasi Kependudukan Kegiatan Informasi Yang Dapat Diakses Masyarakat (Laporan Hasil Pendataan Penduduk 2012). Pemerintah Kota Banjarbaru. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Tahun 2012
Grafik 7. Komposisi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012
12
12.112.76
12.6
14.78
33.83
0.71000000000000
1
2.23
10.780.390000000000001
Pendidikan
Belum sekolahBelum Tamat SDTamat SD SederajatTamat SLTP SederajatTamat SLTA SederajatD I & IID III S. MudaD IV S1Strata II
1.1.4 Data Keadaan Puskesmas
A. Sarana Kesehatan
Sistem pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat, dimana
pembangunan fasilitas kesehatan semakin meningkat dengan harapan
dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Fasilitas Kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Banjarbaru Utara adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara :
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas Induk 1 buah
2 Puskesmas Pembantu 1 Buah
3 Rumah Sakit 3 buah
3 Posyandu Balita 17 Buah
4 PosKesDes 1 Buah
5 Posyandu Manula 4 Buah
Sumber data : Laporan Puskesmas Banjarbaru Utara tahun 2012
Sarana yang ada di Puskesmas Banjarbaru Utara (inventaris)
Tabel 8. Sumber Daya Fisik di Puskesmas Banjarbaru Utara
Fasilitas Kondisi
Rg. Loket/kartu/pendaftaran
Rg. Poli Umum
Rg. Poli Anak/MTBS
Rg. KIA/KB
Rg. Poli Gigi
Rg. Imunisasi
Rg. Apotek
Rg. Kesling
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
13
Rg. Tata Usaha/Administrasi
Rg. Laboratorium
Rg. Rapat/Aula
Rg. Gizi dan Vit. A
Rg. Kepala Puskemas
Rg. P2M
WC/Kamar Mandi
Gudang
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sumber data : Laporan Puskesmas Banjarbaru Utara periode tahun 2012
Tabel 9. Sarana Penunjang di Puskesmas No Sarana Penunjang Jumlah Kondisi
1. Kendaraan Roda empat 1 Baik
2. Kendaraan roda dua 7 Baik
3. Sterilisator listrik 4 Baik
4. Imunisasi Kit 2 Baik
5. Vaccine Carrier 7 Baik
6. Lemari Es 3 Baik
7. Minor surgery set 3 Baik
8. Laboratorium Sederhana Lengkap Baik
9. Emergency Kit 1 Baik
10. Surgical Set Lengkap Baik
11. Peralatan gigi Lengkap Baik
12. Peralatan KIA Lengkap Baik
Sumber data : Laporan Puskesmas Banjarbaru Utara periode tahun 2012
Dengan sumber sarana yang lengkap di Puskesmas Banjarbaru Utara,
maka dapat menunjang pelayanan kesehatan yang baik.
14
B. Tenaga Kesehatan
Gambar 3. Struktur organisasi Puskesmas Banjarbaru Utara
15
Kepala PuskesmasAbu Yajid Bustami,
S.Sos MAP
fungsional dokter1. dr. Nina
Puspitasari
2. dr. rita ervina3. dr. Juhai
triyanti
Fungsional dokter
gigi1. drg. erna
suryanti2. drg. halida
fungsional perawat
1. tuti AMK2. pahlul AMK
3. Marlinda AMK
4. Imelda AMK
5. Eka AMK
fungsional bidan1. hajimah Am keb
2. siti basiah Amkeb3. fatmawati SST4.neneng Amkeb
5. nurwasilah Amkeb
6. rica Amkeb7. rina Amkeb
8. yustina Amkeb9. yanti Amkeb
10. hiwayan Amkeb11. Noorhidayah
AMkeb12. nurmaulidah
Amkeb
Fungsional Nutrisionis1. Mashul
Amg2. jessie aprida
Fungsi Pranata Lab1. siti latifah2. endang Amd.Ak
fungsional apoteker
1. Feni Ssi, Apt
fungsi asisten
apoteker1. diany
K2.
Fatimatul
Fungsional perawat gigi
1. Nurul husna Amd2. zuraidah3. Pomdiani
Amkg4. yulia
Fungsi sanitaria
n1.
mariani2.
heldawati3.
suparmi
Kasubag Tata UsahaMasdinah
Tabel 10. Sumber Daya Tenaga Kerja di Puskesmas Banjarbaru UtaraNo Jenis Kualifikasi Juml Pendidikan Penempatan
1 Kepala Puskesmas
1 S2 Kesehatan Masyarakat
Kepala Puskesmas
2 Dokter Umum 3 Dokter umum Pelayanan3. Dokter Gigi 2 Dokter gigi Pelayanan4. Bidan 13 D1,D3 BKIA & imunisasi5. Perawat 7 SPK,D3 BP umum & Anak6. Perawat Gigi 4 SPRG, D3 B.Pelayanan Gigi7. Apoteker 1 S1 Apotik8. Petugas
Sanitasi3 D1, D3 Pemegang Program
Kesling9. Petugas Gizi 4 D1, D3 Gizi Program Gizi10. Petugas Analis 2 SMAK, D3 Laboratorium11. Petugas TU 5 SMA Tata Usaha12 Bidan PTT 2 D3 BKIA &imunisasi13. Tenaga Kontrak 6 SMA Loket,
Cleaning serviceJumlah 49
Sumber data : Laporan Puskesmas Banjarbaru Utara periode tahun 2012
Dengan sumber daya manusia yang memiliki jenjang pendidikan
yang tinggi, maka diharapkan kualitas pelayanan kesehatan dan
pelaksanaan program menjadi maksimal.
C. Sumber Dana
Dana yang diterima Puskesmas berasal dari berbagai sumber
sesuai dengan program dan kegiatan yang dilaksanakan puskesmas.
Berikut perincian dana yang diperoleh Puskesmas:
1) Sumber dari Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan dan
Pemerintah Kota Banjarmasin berupa Proyek Peningkatan
16
Kesehatan Masyarakat (PPKM) yang digunakan untuk menunjang
program.
2) Uang operasional dari APBD
D. Kegiatan Pokok Puskesmas Banjarbaru Utara
1. Pelayanan KIA dan KB
2. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ( PKM )
3. Pelayanan Gizi
4. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat ( PHN )
5. Pelayanan Pengobatan Umum
6. Pelayanan Obat ( Apotik )
7. Program Kesehatan Lingkungan
8. Program Pemberantasan Penyakit Menular ( P2M )
9. Program Imunisasi
10. Pelayanan Administrasi dan Tata Usaha
11. Program Pelayanan Pengobatan Gigi
12. Program Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS )
13. Program Pelayanan Laboratorium
14. Kesehatan Remaja
15. Kesehatan Jiwa
16. Kesehatan Mata
17. Program UKGMD
18. R/R( Simpus )
17
1.2 Data Khusus
Berdasarkan laporan bulanan Puskesmas Banjarbaru Utara tahun 2012
Jumlah bayi dan balita BGM adalah 30 bayi dan balita.
Tabel 11. Data Penemuan BGM Puskesmas Banjarbaru Utara Periode Tahun 2012
No Tempat Bayi Balita Jumlah1 Puskesmas 0 9 92 Posyandu 2 19 21
Jumlah 2 28 30 Sumber data : Laporan Puskesmas Banjarbaru Utara periode tahun 2012
PuskesmasPosyandu
02468
101214161820
BayiBalita
Bayi dan Balita BGM
Axis Title
Grafik 9. Data Penemuan BGM Puskesmas Banjarbaru Utara Periode Desember 2010 – Desember 2012
Puskesmas Banjarbaru Utara bahwa Puskesmas Banjarbaru Utara
mempunyai 88 orang kader dari 17 Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Banjarbaru Utara. Berikut data jumlah posyandu dan kader di wilayah kerja
Puskesmas Banjarbaru Utara tahun 2012, sebagai berikut :
18
Tabel 12. Data Jumlah Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
No Kader Jumlah
1 kader aktif 73
2 kader tidak aktif 15
Jumlah 88
Sumber data : Laporan Puskesmas Banjarbaru Utara periode tahun 2012
Tabel 13. Data Jumlah Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara
Tahun 2012
No Nama Posyandu Jumlah kader yg
ada
Jumlah Kader yg
aktif
1 Kembang Culan 5 orang 3 orang
2 Asparagus 7 orang 6 orang
3 Kejora 7 orang 6 orang
4 Seroja 5 orang 4 orang
5 Teratai 3 orang 3 orang
6 Wijaya Kusuma 7 orang 5 orang
7 Seruni 4 orang 4 orang
8 Tulip 3 orang 3 orang
9 Aster 4 orang 4 orang
10 Kembang Tanjung 5 orang 5 orang
11 Sakura 4 orang 4 orang
12 Kembang Pinus 5 orang 5 orang
13 Matahari 5 orang 5 orang
14 Anggrek Bulan 5 orang 5 orang
15 Mawar 7 orang 5 orang
16 Pakis 6 orang 4 orang
17 Melati 5 orang 5 orang
Jumlah 88 orang 73 orang
Sumber data : Laporan Puskesmas Banjarbaru Utara periode tahun 2012
19
Tabel 14. Kegiatan Penyuluhan Puskesmas Banjarbaru Utara Periode Tahun 2012
NO PROGRAM / KEGIATANTARGE
T SATUANREALISAS
I
PERSENTASE PENCAPAIAN
( % )
1 2 3 4 5 6
Promosi Kesehatan
1 Monitoring Penyuluhan Kelompok 100% 48 30 62,5%
2 Monitoring Telaah Kemandirian Posyandu 70% 10 3 30%
3 Monitoring Pembinaan TOGA 100% 2 2 100%4 Monitoring Siaran Keliling 100% 24 24 100%
5
Monitoring PHBS dan rumah Sehat
A. Tatanan Rumah TanggaB. Tatanan SekolahC. Tatanan Institusi KesD. Tatanan TTUE. Tatanan Tempat Kerja
65%40%70%40%40
603534208625
4933510305
81,7%14,7%50%
34,88%20%
6 Monitoring BATTRA 100% 39 39 100%Sumber data : Laporan Puskesmas Banjarbaru Utara periode tahun 2012
Tabel 1 5 . Data Penimbangan Bulanan Bayi di Puskesmas Banjarbaru Utara Januari 2012-Desember 2012
Bulan S K D N K/SD/S
D/KN/D
N/S
Januari 836 836 719 527 100 86 86 73,29
63,03
Februari 729 729 655 534 100 89,84
89,84
81,52
73,25
Maret 729 729 627 518 100 86,0 86,0 82,61
71,05
April 729 729 665 553 100 91,22
91,22
83,15
75,86
Mei 729 729 560 532 100 89,16
89,16
95 72,97
Juni 729 729 760 646 100 76,81
76,81
85,76
61,18
20
Juli 729 729 560 453 100 86,02
86,02
80,89
76,81
Agustus 729 729 657 542 100 85,14
85,14
82,49
74,34
September
729 729 625 520 100 85,73
85,73
83,20
71,33
Oktober 729 729 650 536 100 89,16
89,16
82,46
73,52
November
729 729 657 542 100 90,12
90,12
82,49
74,34
Desember
729 729 665 558 100 91,22
91,22
83,90
76,54
(Sumber : Laporan bulanan bidang Gizi Puskesmas Banjarbaru Utara Januari-Desember 2012)
Tabel 1 6 . Data Penimbangan Bulanan Balita di Puskesmas Banjarbaru Utara Januari – Desember 2012
Bulan S K D N K/SD/S
D/KN/D
N/S
Januari 4599
4599
3161
2507
100 68,73
68,73
88,72
54,51
Februari 4051
4051
3148
2646
100 77,7 77,7 85,97
65,32
Maret 4051
4051
3071
2585
100 75,8 75,8 84,67
63,81
April 4051
4051
3246
2773
100 80,13
80,13
82,85
68,45
Mei 4051
4051
3167
2656
100 78,18
78,18
84,27
65,56
Juni 4051
4051
3074
2409
100 75,88
75,88
79,37
59,47
Juli 4051
4051
3093
2430
100 76,35
78,82
78,82
76,35
Agustus 4051
4051
3154
2660
100 77,85
77,85
83,76
65,66
21
September
4051
4051
3287
2754
100 81,14
81,14
83,78
67,98
Oktober 4051
4051
3269
2689
100 80,69
80,69
82,25
66,37
November
4051
4051
3175
2576
100 78,37
78,37
81,13
63,58
Desember
4051
4051
3098
2438
100 76,47
76,47
78,69
60,18
(Sumber : Laporan bulanan bidang Gizi Puskesmas Banjarbaru Utara Januari-
Desember 2012)
Jan
Feb
Mar
Apr
ilM
eiJu
niJu
liA
gust
usSe
ptem
ber
Okt
ober
Nov
embe
rD
esem
ber
0
20
40
60
80
100
120
D/S
Grafik 1 0 . Nilai % D/S (Partisipasi Masyarakat) dalam program penimbangan bayi di Puskesmas Banjarbaru Utara Januari – Desember 2012
Januar
i
Mar
et
Mei
Ju
li
Septe
mber
Novem
ber0
20
40
60
80
100
Grafik 11 . Nilai % N/D (Hasil penimbangan yang naik) dalam program penimbangan bayi di Puskesmas Banjarbaru Utara Januari – Desember 2012
22
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
836
729
729
729
729
729
729
729
729
729
729
729
706
729
729
729
729
729
729
729
729
729
729
729
719
655
627 66
5
560
760
560
657
625 65
0
657
665
527
534
518
553
532
646
453
542
520 53
6
542 55
8
S
K
D
N
Grafik 12 : SKDN Bayi (0 - 12) bulan Posyandu wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
Jan
Feb
Mar
Apr
ilM
eiJu
niJu
liA
gust
usSe
ptem
ber
Okt
ober
Nov
embe
rD
esem
ber
0
20
40
60
80
100
120
D/S
Grafik 1 3 . Nilai % D/S (Partisipasi Masyarakat) dalam program penimbangan balita di Puskesmas Banjarbaru Utara Januari – Desember 2012
Januar
i
Febru
ari
Maret
April
Mei Ju
niJu
li
Agustus
Septe
mber
Oktober
Novem
ber
Desem
ber72747678808284868890
23
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
836
729
729
729
729
729
729
729
706
729
729
729
729
729
729
729
719
655
627 66
5
560
560 56
0
657
527
534
518
553
532
446
453
542
S
K
D
N
Grafik 14 . Nilai % N/D (Hasil penimbangan yang naik) dalam program penimbangan balita di Puskesmas Banjarbaru Utara Januari – Desember 2012
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
4599
4051
4051
4051
4051
4051
4051
4051
4051
4051
4051
4051
70640
51
4051
4051
4051
4051
4051
4051
4051
4051
4051
4051
3161
3148
3071 32
46
3167
3074 30
93
3154 32
87
3269
3175
3098
2507
2646
2585
2773
2656
2409
2430 26
60
2754
2689
2576
2438
S
K
D
N
Grafik 15 : SKDN Balita (3-5) tahun Posyandu wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
Tabel 1 7 . Tingkat Perkembangan Posyandu
Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
Jumlah Kader < 5 5 atau lebih
Frekuensi Timbang < 8 kali/tahun 8 kali atau lebih/tahun
Cakupan KIA < 50% > 50%
Cakupan KB < 50% > 50%
Cakupan Imunisasi < 50% > 50%
Rerata D/S < 50% > 50%
Program Tambahan (-) > 50%
Cakupan Dana Sehat < 50% > 50%
(Sumber : ARRIME Pedoman Manajemen Puskesmas. Dalam : fungsi Pemberdayaan Masyarakat, Depkes 2011.)
24
Tabel 18 . Data Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2012
NoNama Posyandu
Jumlah Kader Aktif
Strata Kemandirian Posyandu
Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Kembang Culan 3 1
2 Asparagus 6 1
3 Kejora 6 1
4 Seroja 4 1 1
5 Teratai 3 1
6 Wijaya Kusuma 5 1
7 Seruni 4 1
8 Tulip 3 1
9 Aster 4 1
10 Kembang Tanjung 5 1
11 Sakura 4 1
12 Kembang Pinus 5 1
13 Matahari 5 1
14 Anggrek Bulan 5 1
15 Mawar 5 1
16 Pakis 4 1
17 Melati 5 1 1
25
1.1 Latar Belakang
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah sarana kesehatan terdepan
yang memberi pelayanan kesehatan termasuk gizi kepada masyarakat diseluruh
pelosok tanah air. Upaya perbaikan gizi melalui puskesmas bertujuan untuk
menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat. (1)
Peningkatan pelaksanaan kegiatan program bina gizi masyarakat menuntut
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pengenalan masalah dan
penyebab terjadinya masalah serta alternative cara-cara pemecahan, yang
meliputi : perencanaan, pengelolaan teknis, dan administrasi serta penilaian
program di daerah pedesaan /kelurahan. (2)
Salah satu tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kualitas
masyarakat sehingga memberikan kesempatan pada mereka untuk mencapai
kehidupan yang produktif, baik dalam bidang sosial budaya maupun ekonomi.(1)
Gambaran keadaan gizi masyarakat di Indonesia sampai saat ini belum
memuaskan. Berdasarkan survei Sosial ekonomi Nasional (Suksenas) pada tahun
2010, diperkirakan 17,9% balita menderita gizi kurang, dan 13,3% balita
mengalami gizi buruk.(2)
Di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara sendiri bayi dan balita yang
mengalami gizi kurang berjumlah 30 orang.
Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan sejak
tahun 1974 melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS), kegiatan ini diharapkan dapat mencegah atau
26
setidaknya dapat mendeteksi secara dini terjadinya kekurangan gizi pada anak
balita.(3)
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi dan anak melalui
pemberian makanan tambahan merupakan salah satu bagian dari upaya perbaikan
gizi masyarakat secara menyeluruh.(4)
1. 2. Permasalahan
Tujuan penulisan status ini adalah untuk merumuskan permasalahan yang
timbul terkait dengan masih dapat ditemukannya bayi dan balita dengan gizi
kurang atau buruk. Hal ini menimbulkan suatu permasalahan bagaimana upaya
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gizi kurang atau buruk khususnya pada
bayi dan balita melalui penyuluhan dan penanganan optimal dari petugas program
gizi.
27
BAB II
PERMASALAHAN
A. Identifikasi Masalah
Data yang telah disajikan di atas menunjukkan masalah-masalah yang
dimiliki Puskesmas Banjarbaru Utara dalam hal menurunkan angka kejadian
kasus bayi dan balita bawah garis merah (BGM). Permasalahan tersebut antara
lain :
1. Rendahnya jumlah balita yang berat badannya naik.
2. Partisipasi masyarakat yang masih kurang untuk menimbang berat badan
balitanya secara rutin dan teratur.
3. Pencegahan BGM yang kurang optimal oleh petugas puskesmas khususnya
petugas gizi.
4. Kurangnya peran aktif kader posyandu di wilayah kerja puskesmas banjarbaru
utara.
B. Identifikasi Penyebab Masalah
Melalui data yang disajikan diatas, situasi yang dihadapi oleh Puskesmas
Banjarbaru Utara dapat dianalisis sebab dan akibatnya, yaitu:
28
Gambar 4. Pohon Masalah Kejadian Gizi Kurang atau Gizi Buruk
29
masih ditemukannya bayi dan balita dgn gizi kurang
atau buruk
Pencegahan BGM yang kurang optimal
Kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan gizi pada bayi dan balita belum
maksimal
Kegiatan promosi mengenai program posyandu/gizi
yang masih belum maksimal
kurangnya jumlah kader yang aktif di wilayah kerja
puskesmas
Pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai pentingnya melakukan
penimbangan berat badan secara teratur
Sikap ibu yang tidak peduli dengan keadaan gizi
anaknya
C. Prioritas Masalah
Untuk menentukan prioritas masalah tersebut di atas dapat ditentukan
dengan memperhitungkan mengenai :
a. Besarnya masalah (Magnitude)
Adalah besarnya pengaruh masalah terhadap derajat kesehatan
masyarakat yang mencakup seberapa banyak penduduk atau masyarakat yang
terkena dampak. Diberi skor 1 – 5 yaitu :
1. Hanya sebagian kecil masyarakat
2. Sebagian kecil masyarakat
3. Hanya sebagian besar masyarakat
4. Sebagian besar masyarakat
5. Hampir seluruh masyarakat
b. Seberapa jauh masalah dapat diselesaikan (Vunerability)
Adalah tersedianya suatu cara atau metode untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Diberi skor 1 - 2 yaitu :
1. Tidak ada cara yang efektif
2. Ada cara yang efektif
c. Derajat kepentingan diselesaikannya masalah (Importancy)
Adalah besarnya kepentingan terhadap derajat kesehatan masyarakat
apabila masalah dapat diselesaikan. Diberi skor 1 – 5 yaitu :
1. Tidak ada kepentingan
2. Kepentingannya sangat rendah
3. Kepentingannya cukup rendah
30
4. Kepentingannya cukup tinggi
5. Kepentingannya sangat tinggi
d. Biaya (cost)
Adalah biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut relatif
rendah. Diberi skor 1 – 5 yaitu :
1. Biaya yang diperlukan sangat banyak
2. Biaya yang diperlukan banyak
3. Biaya yang diperlukan cukup banyak
4. Biaya yang diperlukan sedikit
5. Tidak perlu biaya
Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditentukan prioritas masalah
sebagai berikut :
Tabel 21. Penentuan Prioritas Masalah
No
MasalahKriteria
Nilai komposit Rankin
gPriorita
sM V I C M x I x VC
1. Meningkatkan kegiatan promosi mengenai program posyandu untuk mencegah kejadian BGM
5 2 5 4 12,5 2
2. Meningkatkan kegiatan penyuluhan untuk mencegah kejadian BGM
5 2 4 3 13,33 1
3. Meningkatkan peran kader posyandu untuk mencegah kejadian BGM
5 2 5 4 12,5 3
Berdasarkan pembobotan masalah tersebut di atas, maka dapat diketahui
prioritas masalah yang ditetapkan adalah dengan meningkatkan kegiatan
penyuluhan untuk menurunkan kejadian bayi dan balita gizi kurang atau gizi
31
buruk di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara. Masalah ini merupakan salah
satu penyebab timbulnya masalah yang lain yaitu masih ditemukannya kejadian
balita dengan gizi kurang atau gizi buruk. Mencari pemecahan masalah dari hal
tersebut merupakan salah satu jalan untuk mengatasi masalah gizi kurang atau gizi
buruk di Puskesmas Banjarbaru Utara.
32
BAB III
PEMBAHASAN
Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki letak yang strategis. Letak
puskesmas dikatakan strategis dikarenakan mudah dijangkau oleh berbagai sarana
transportasi seperti kendaraan roda 2 maupun kendaraan roda 4. Puskesmas ini
mencakup dua kelurahan yang berada dalam wilayah kerjanya, yaitu kelurahan
Loktabat Utara dan Mentaos.
Secara umum jumlah penduduk sebesar 27.011 jiwa, dimana jumlah
proporsi laki-laki dan perempuan hampir sama. Di wilayah kerja Puskesmas
Banjarbaru Utara sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan yang
cukup tinggi (tamat SMA atau sederajat) sebesar 33,83%. Dari data mengenai
tingkat pendidikan ini dapat menggambarkan tingkat pengetahuan dan
pemahaman penduduk mengenai masalah kesehatan. Hal ini dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan langkah yang
akan dilakukan untuk memecahkan masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Banjarbaru Utara, khususnya terkait dengan pengelolaan gizi pada
bayi dan balita.
Pada tabel 17 dan 18 berdasarkan hasil laporan penimbangan bulanan
Puskesmas Banjarbaru Utara periode Januari-Desember 2012, dapat dilihat bahwa
jumlah bayi dan balita yang ditimbang di Puskesmas selalu lebih kecil dari jumlah
bayi dan balita secara keseluruhan. Pada tabel 17 diperlihatkan partisipasi
masyarakat setiap bulannya mengalami kenaikan kecuali pada bulan juni yang
33
mengalami sedikit penurunan, dan terlihat pada grafik tersebut terdapat penurunan
pencapaian program sedikit pada bulan Juni 2012.
Pada tabel 18 terlihat partisipasi masyarakat untuk menimbang balitanya
setiap bulan mengalami kenaikan. Tampak terjadinya peningkatan dari bulan
Januari. Dan terlihat kestabilan partisipasi masyarakat tersebut setiap bulannya.
Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan dari kader posyandu dalam
mengadakan penyuluhan tentang pentingnya penimbangan bayi dan balita di
Posyandu setiap bulannya, walaoupin belum diatas 85%.
Nilai N/D pada tabel 17, untuk hasil penimbangan yang naik pada bayi
tampak naik turun namun selalu diatas 80 %, dan mencapai puncaknya pada bulan
Mei sebesar 95% dan pernah dibawah 80% pada bulan januari yaitu sekitar
73,29% dan kemudian mengalami peningkatan secara perlahan. Sedangkan untuk
balita dapat dilihat pada tabel 18, dimana terjadi penurunan mulai dari bulan
Januari hingga bulan Juli, dan kisaran nilainya menunjukkan antara 88%-78%,
kemudian terjadi peningkatan sedikit hingga kembali menurun sampai pada bulan
Desember dan merupakan bulan dengan pencapaian yang paling rendah diantara
bulan-bulan yang lain yaitu sebesar 78,69%. Rendahnya nilai N/D balita yang di
Posyandu sebenarnya merupakan salah satu indikator adanya gangguan
pertumbuhan di tingkat kecamatan yang bersangkutan selain dari kasus gizi
kurang (10).
Jumlah Posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara
selama tahun 2012 (tabel 15), ada 17 buah Posyandu yang tersebar di wilayah
34
kerja Puskesmas Banjarbaru Utara. Tenaga kader Posyandu yang tersedia adalah
sebanyak 73 kader yang aktif dengan tingkat pendidikan kader yang paling
banyak adalah SLTP. Namun kader yang aktif tersebut kadang tidak dapat turun
ke Posyandu karena berbagai sebab sehingga tenaga yang ada di Posyandu
tersebut menjadi kurang, sedikitnya kader yang hadir mengakibatkan pelayanan
Posyandu menjadi tidak optimal.
Hal-hal tersebut berperan terhadap rendahnya motivasi masyarakat ikut
serta dalam kegiatan Posyandu khususnya penimbangan balita, selain itu menurut
Rachmi untoro, Direktur Gizi DepKes RI dalam International Experts Seminar on
Child Growth and Poverty telah terjadi pergeseran nilai gotong royong sebagai
salah satu alasan kurang berfungsinya peran Posyandu.
Sebenarnya pihak puskesmas Banjarbaru Utara dalam hal ini program gizi
sudah mengupayakan pemberian makanan tambahan bagi anak balita yang
mengalami gizi kurang (BGM) dan dipantau kenaikan timbangannya melalui
KMS, namun tetap saja ditemukan kenaikan jumlah kasus BGM pada bulan
berikutnya yang menandakan deteksi dini melalui program penimbangan anak
balita di posyandu tidak berjalan dengan optimal (Tabel 17 dan 18).
Fungsi Posyandu tidak seperti dulu lagi artinya memang ada kegiatan
penimbangan berat badan anak, tetapi tidak ada tindak lanjut dari hasil
penimbangan tersebut dan ibu juga tidak mengerti manfaatnya, padahal bila
Posyandu berfungsi dengan benar maka kondisi gizi buruk dapat dideteksi sedini
mungkin melaui program penimbangan bulanan berat badan anak. Anak yang
35
berat badannya tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut, berarti kemungkinan
terjadi gangguan pertumbuhan sehingga dengan program penimbangan berat
badan anak yang baik dapat menyelamatkan tumbuh kembang anak. Hal ini dapat
berjalan baik jika Posyandu dapat berperan sebagai pelindung tumbuh kembang
anak di wilayahnya11.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kurangnya partisipasi
masyarakat dalam penimbangan balitanya dan tidak baiknya grafik pertumbuhan
balita (N/D) di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara, antara lain:
1. Kurangnya pengetahuan ibu yang masih memiliki balita, mengenai pentingnya
penimbangan secara rutin balitanya baik di Posyandu atau Puskesmas.
Perilaku ibu yang kebanyakan setelah usia 1 tahun atau setelah imunisasi
balitanya lengkap berhenti menimbangkan balitanya secara teratur dan
banyaknya ibu yang bekerja sehingga tidak membawa anaknya ke Posyandu.
2. Kegiatan penyuluhan tentang gizi yang masih kurang.
3. Tingkat perkembangan Posyandu yang masih rendah, karena kegiatannya
yang kurang aktif dan kurang menarik, akibatnya secara tidak langsung
masyarakat malas pergi ke Posyandu. Kegiatan penimbangan memang
dilakukan setiap kegiatan Posyandu tetapi pada setiap kegiatan sangat jarang
diadakan penyuluhan khususnya tentang pentingnya penimbangan teratur dan
kegunaan jangka panjang, menurut wawancara dengan kader.
4. Kurangnya kegiatan lapangan
Kegiatan penimbangan selama ini, petugas Puskesmas dan kader hanya
menunggu kedatangan ibu membawa balitanya ke Puskesmas/Posyandu.
36
Masih banyaknya kasus balita dengan gizi kurang yang tidak terdeteksi karena
petugas hanya menunggu kasus di Puskesmas, diharapkan sebenarnya petugas
dan kader aktif mengunjungi balita yang tidak datang ke Posyandu dan
menanyakan masalahnya. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dana untuk
operasional terhadap kader sehingga terjadinya keengganan dari kader untuk
mengunjungi balita kurang gizi tersebut.
5. Sistem pencatan dan pelaporan hasil penimbangan bulanan Posyandu ke
Puskesmas yang belum seragam dan tidak adanya tindak lanjut terhadap hasil
penimbangan tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya gizi pada balita, yaitu :(6,7)
1. Makanan anak dan penyakit infeksi
Penyebab langsung gizi kurang adalah makan tidak seimbang, baik jumlah
maupun mutu asupan gizinya, disamping itu asupan zat gizi tidak dapat
dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan
akibat adanya penyakit infeksi.(6)
Makanan alamiah terbaik bagi bayi, yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6
bulan bila anak tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat
baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi teradap status gizi bayi, MP-
ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga
mengandung zat besi, vitamin A. asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral
lainnya, MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada
37
keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali
anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan
gizi balita karena ketidaktahuan.(9)
Demikian pula halnya dengan anak yang makan tidak cukup baik, maka
daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga dapat diserang infeksi
dan mengurangi makan dan akhirnya dapat mederita kurang gizi. (9)
2. Ketahanan Pangan di Keluarga yang Kurang Tersedia
Ketahanan pangan di keluarga (Housefold food security) adalah
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarga dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya. Hal
tersebut terkait dengan ketersediaan pangan baik dari hasil produksi sendiri
maupun dari pasar atau sumber lain, harga pangan dan daya beli keluarga, serta
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. (9)
3. Pola pengasuhan anak yang kurang memadai
Suatu studi dari “positive deviace” mempelajari mengapa dari sekian
banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk,
padahal semua orang tua mereka hanya petani miskin. Dari studi ini diketahui
pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh
ibunya sendiri dengn kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal
pentingnya ASI, manfaat poyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin
ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada
kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata
38
diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan.
Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota
bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga menyebabkan anak menderita gizi buruk.
Kebiasaan, mitos ataupun adat istiadat masyarakat memberi bayi minum hanya air
putih, memberikan makanan padat terlalu dini berpantang pada makanan tertentu
(misalnya tidak memberikan anak-anak daging, telur, santan, dll) hal ini
menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein maupun
kalori yang cukup. (9)
Pola pengasuhan anak adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat bertumbuh
kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan social. Pola ini
merupakan sikap dan perilaku ibu atau pengaruh lain dalam hal kedekatannya
dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, dan memberikan kasih
sayang. (9)
4. Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan
Merupakan akses atau keterjangkauan anak dan keluarga untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terhadap upaya pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan, seperti imunisasi, pertolongan persalinan, penimbangan
anak, penyuluhan kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang baik seperti
posyandu, puskesmas, praktek bidan atau dokter atau rumah sakit.
Ketidakterjangkauan pelayanan kesehatan (karena jauh atau tidak mampu
membayar), kurangnya pendidikan dan pengetahuan, merupakan kendala
39
masyarakat dan keluarga memanfaatkan dengan baik pelayanan kesehatan yang
tersedia. Hal ini berdampak juga pada status gizi anak. (9)
Semua keadaan ini berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan dan kemiskinan. Akar masalah gizi adalah terjadinya krisis
ekonomi, politik dan social termasuk kejadian bencana alam, yang mempengaruhi
ketidakseimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang
pada akirnya mempengaruhi status gizi balita.(7,8)
Kemiskinan dan kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling
terkait, oleh karena itu meningkatkan status gizi suatu masyarakat erat kaitannya
dengan peningkatan ekonomi. Beberapa penelitian di banyak Negara menunjukan
bahwa proporsi bayi dengan BBLR berkurang seiring dengan pendapatan
nasional suatu Negara.(8)
Pertumbuhan balita dapat dipantau apabila setiap bulan ditimbang. Pada
balita yang sehat, berat badannya selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai
dengan umurnya.
1. Balita naik berat badannya bila :
a. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
b. Garis pertumbuhannya naik pindah ke pita warna diatasnya
2. Balita tidak naik berat badannya bila :
a. Garis pertumbuhannya turun, atau
b. Garis pertumbuhannya mendatar, atau
40
c. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna
dibawahnya.
3. Berat badan balita di bawah garis merah, artinya pertumbuhan balita
mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga
harus langsung dirujuk ke puskesmas/rumah sakit
Program perbaikan gizi bertujuan untuk menurunkan angka penyakit gizi
kurang umumnya banyak diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah,
terutama pada anak balita dan wanita. Tujuan tersebut mendukung upaya
penurunan angka kematian bayi, balita dan kematian ibu serta mendorong makin
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera. (12,13)
Program gizi berusaha memperbaiki keadaan gizi masyarakat pada
umumnya. Program perbaikan gizi yang dilaksanakan di Puskesmas Banjarbaru
Utara yaitu : (12)
1. Penimbangan bayi dan balita
2. Pemberian tablet besi pada ibu hamil
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi
4. Pemantauan status gizi
5. PMT pemulihan balita
6. Penyuluhan gizi
7. Konsultasi gizi
8. Kunjungan anak BGM GAKIN
9. Posyandu
41
Pembinaan kader posyandu dilakukan 3 bulan sekali guna membina
hubungan silaturahmi antar kader serta peningkatan ketrampilan di dalam kegiatan
posyandu dan pelatihan kader posyandu dilakukan terhadap kader-kader baru
posyandu supaya mahir dan terampil dalam kegiatan posyandu. (12)
Kader gizi bertugas membantu tenaga gizi melaksanakan penyuluhan
program gizi masyarakat. Mereka adalah anggota masyarakat yang telah
memperoleh latihan penanggulangan masalah gizi dan membantu kegiatan gizi di
daerahnya. Mengingat kegiatan tergabung dalam pelayanan kesehatan terpadu
(posyandu), maka kader gizi juga kader posyandu. Supaya kader posyandu dapat
melakukan tugas gizi dengan sebaik-baiknya perlu memperoleh latihan terlebih
dahulu. Mereka yang telah memperoleh latian masih perlu mendapatkan latian
tambahan untuk meningkatkan kemampuan dalam tugasnya. Latihan kader
posyandu dalam bidang gizi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan
oleh petugas gizi puskesmas. (12)
Kader gizi mempunyai tugas membantu tenaga gizi dalam kegiatan-kegiatan : (12)
1. merencanakan program gizi bersama masyarakat di desa masing-masing
2. menggerakan masyarakat untuk mengubah perilaku hidup sehat melalui
perbaikan gizi
3. melaksanakan penyuluhan gizi pda masyarakat secara rutin
Banyaknya faktor yang menimbulkan timbulnya masalah gizi dan salah
satu di antaranya adalah kurang pengetahuan keluarga terhadap makanan sehat
dan bergizi. Untuk menanggulangi masalah ini dilakukan penyuluhan gizi yang
42
bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai manfaat makanan bergizi dan
untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Penyuluhan gizi di tingkat
kecamatan dan desa menjadi tanggung jawab tenaga gizi Puskesmas. (12)
Dewasa ini penyuluhan kesehatan anak pada umumnya masih banyak
dilakukan melalui konsultasi perorangan atau kasus per kasus yang diberikan pada
waktu kegiatan posyandu. Kegiatan penyuluhan semacam ini bermanfaat untuk
menangani kasus per kasus namun memiliki kelemahan antara lain: 9
Pengetahuan yang diperoleh hanya terbatas pada masalah kesehatan yang
dialami saat konsultasi
Penyuluhan yang diberikan tidak terkoordinir sehingga ilmu yang diberikan
kepada ibu hanyalah pengetahuan yang dimiliki oleh petugas saja
Tidak ada rencana kerja sehingga tidak ada pemantauan atau pembinaan
secara lintas sektor dan lintas program
Pelaksanaan penyuluhan tidak terjadwal dan tidak berkesinambungan.
43
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
A. Alternatif Pemecahan Masalah
Dari identifikasi penyebab masalah di atas, maka dapat ditentukan
beberapa alternatif kegiatan untuk memecahkan masalah tersebut dengan
menggunakan pohon alternatif, kemudian dirinci alternatif kegiatan untuk
pemecahan masalah tersebut dengan mempertimbangkan magnitude, vunerability,
importancy, dan cost.
Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah:
1. Menggalang kerjasama lintas program untuk meningkatkan peran kegiatan
penyuluhan sebagai sarana untuk mencegah terjadinya BGM di wilayah kerja
puskesmas.
2. Memberikan materi yang menarik untuk disuluhkan kepada masyarakat yaitu
mengenai tips menggunakan bahan makanan yang ada untuk membuat
makanan bergizi agar dapat mencegah terjadinya BGM.
3. Menetapkan langkah-langkah yang akan diambil guna meningkatkan kegiatan
penyuluhan.
4. Memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat pentingnya
penyuluhan untuk mencegah terjadinya BGM pada bayi dan balita.
44
B. Prioritas Pemecahan Masalah
Kriteria pemecahan masalah menurut metode Bryant yaitu:
a. Magnitude :
1. Sangat tidak menyelesaikan masalah
2. Tidak menyelesaikan masalah
3. Cukup menyelesaikan masalah
4. Menyelesaikan masalah
5. Sangat menyelesaikan masalah
b. Vunerability
1. Alternatif pemecahan masalah tidak efektif digunakan
2. Alternatif pemecahan masalah efektif digunakan
c. Importancy
1. Tidak ada kepentingan untuk pemecahan masalah
2. Kepentingannya sangat rendah untuk pemecahan masalah
3. Kepentingannya cukup rendah untuk pemecahan masalah
4. Kepentingannya cukup tinggi untuk pemecahan masalah
5. Kepentingannya sangat tinggi untuk pemecahan masalah
d. Cost
1. Sangat tidak murah
2. Tidak murah
3. Cukup murah
4. Murah
5. Sangat murah
45
Alternatif pemecahan masalah tersebut kemudian diberi pembobotan untuk
menentukan prioritas pemecahan masalah. Alternatif masalah dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 22. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah
No MasalahKriteria
Nilai komposit Ranking
prioritasM V I C
M x I x VC
1.
Menggalang kerjasama lintas program untuk meningkatkan peran kegiatan penyuluhan sebagai sarana untuk mencegah terjadinya BGM di wilayah kerja puskesmas.
3 2 4 3 8 2
2.
Memberikan materi yang menarik untuk disuluhkan kepada masyrakat yaitu mengenai tips menggunakan bahan makanan yang ada untuk membuat makanan bergizi agar dapat mencegah terjadinya BGM
4 2 4 3 10,67 1
3.
Menetapkan langkah-langkah yang akan diambil guna meningkatkan kegiatan penyuluhan.
4 2 3 3 8 3
4.
Memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat pentingnya penyuluhan untuk mencegah terjadinya BGM pada bayi dan balita.
4 2 4 4 8 4
Berdasarkan hasil pembobotan dari tabel di atas, maka prioritas
pemecahan masalah untuk menurunkan kejadian gizi kurang atau gizi buruk pada
bayi dan balita adalah dengan memberikan materi yang menarik untuk disuluhkan
kepada masyrakat yaitu mengenai tips menggunakan bahan makanan yang ada
untuk membuat makanan bergizi agar dapat mencegah terjadinya BGM agar
angka kejadian bayi dan balita BGM dapat ditekan.
46
Gambar 5. Diagram pemecahan masalah
47
Mencegah kejadian gizi
kurang atau gizi buruk pada bayi
dan balita
Menggalang kerjasama
lintas program untuk
meningkatkan peran kegiatan
penyuluhan
Memberikan materi yang
menarik untuk
disuluhkan kepada
masyarakat
Kegiatan promosi
masih belum maksimal
dikarenakan oleh
keterbatasan dana
Kegiatan penyuluhan
hanya melalui
konseling perorangan
Menyiapkan materi mengenai tips menggunakan bahan makanan yang ada untuk membuat makanan bergizi
agar dapat mencegah terjadinya BGM.
Bekerjasama dengan kader posyandu, PKK, RT/RW, agar dapat menghimbau ibu-ibu
yang memiliki bayi dan balita untuk mengikuti kegiatan penyuluhan.
Meningkatkan kegiatan penyuluhan dengan tema yang menarik dan
bermanfaat yang ditujukan untuk ibu yang memiliki bayi dan balita dan
dilaksanakan secara terencana.
Mengajukan permohonan dana kepada instansi terkait atau sponsor melalui proposal kegiatan yang dirancang
secara matang.
C. Perencanaan Tindakan Pemecahan Masalah
a. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan – bahan
makanan yang ekonomis dan dapat diperoleh disekitar yang dapat diolah
sebagai sumber makanan bergizi bagi bayi dan balita. Dengan harapan
tercapai perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Sasaran
Ibu-ibu bayi dan balita sasaran
Ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita yang berada di wilayah
posyandu
Kader posyandu, khususnya kader gizi
c. Alat&Bahan/Perangkat : LCD, Stereo set, Mikrofon, Pamflet
d. Panitia : Kader posyandu, Penata gizi
e. Materi Penyuluhan : Tips mengolah dan membuat makanan bergizi dari
bahan-bahan makanan yang tersedia dan ekonomis, tips membuat anak
menyukai makanan yang tersedia drumah dan diolah sendiri.
f. Metode Penyuluhan : presentasi, ceramah, diskusi/tanya jawab
g. Hari/tanggal : Senin, 21 Januari 2013
h. Pukul : 12.00-14.00 WITA
i. Tempat : Ruang Pertemuan Posyandu
j. Dana
48
Pengalokasian dana disesuaikan dengan kebutuhan. Dana dapat
bersumber dari Dana Operasional Puskesmas, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), Pengusaha/Swasta dan sumber dana lainnya yang tidak
mengikat.
k. Pelaporan
Pelaporan oleh penata gizi/pelaksana penyuluhan dilakukan setiap
selesai melakukan kegiatan penyuluhan dan laporan tahunan.
l. Evaluasi
Evaluasi oleh pelaksana (Penata gizi/koordinator bidang gizi) dilakukan
pada setiap selesai penyuluhan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta
Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama sama
misalnya 1 kali setahun.
49
Memilih materi penyuluhan yang
menarik
Pertemuan persiapan Bentuk tim
Sosialisasi kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat
Persiapan pelaksanaan
penyuluhan dan pelaporan
Monitoring
Evaluasi
Gambar 6. Skema kegiatan pelaksanaan kegiatan penyuluhan
1) Analisa Singkat
Melakukan analisa kebutuhan sebelum melaksanakan kegiatan penyuluhan
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan apa yang diperlukan untuk menunjang
kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
2) Kegiatan Pelaksanaan Penyuluhan
Pertemuan penyuluhan dilakukan 2 kali pertemuan dalam sebulan atau
sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada setiap pertemuan,
tema penyuluhan gizi yang akan disampaikan dibuat semenarik mungkin
disesuaikan karakteristik pendidikan ibu-ibu bayi dan balita di posyandu tersebut.
Jika ada ibu dan balita sasaran yang tidak hadir, kader berkunjung ke rumah balita
tersebut dan memberikan penyuluhan secara individu. Waktu pertemuan
disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari
dengan lama waktu pertemuan 60 menit.
3) Materi, Metode dan Alat Bantu
Materi, metode dan alat bantu pertemuan pelaksanaan kegiatan
penyuluhan, susunannya seperti tabel berikut ini :
No Materi Metode Waktu Alat Bantu
I Penjelasan umum mengenai kegiatan penyuluhan (tujuan dan manfaat)
Ceramah 10 menit mikrofon dan stereo set
II Curah pendapat tentang hal – hal yang berkaitan dengan gizi dan kondisi anak
Tanya jawab 10 menit Mikrofon dan stereo set
50
III Memulai kegiatan penyuluhan Menjelaskan kiat-kiat
mengolah makanan dari bahan-bahan ekonomis dan yang mudah didapat untuk dijadikan makanan bergizi bagi bayi dan balita
Menjelaskan manfaat dan kandungan dari bahan-bahan yang digunakan
Menjelaskan cara-cara praktis untuk menyediakan makanan bergizi
Menjelaskan cara-cara untuk membuat anak menyukai makanan yang disediakan di rumah dan diolah sendiri.
presentasi, tanya jawab
30 menit LCD, mikrofon, stereo set
V Evaluasi Ceramah 5 menit Mikrofon dan stereo set
VI Kesimpulan dan penutup ceramah 5 menit Mikrofon dan stereo set
4. Monitoring, Evaluasi
1) Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan
pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, hasil
monitoring dapat dijadikaan bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan
kegiatan penyuluhan selanjutnya. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala
dan berjenjang mulai dari tingkat Desa , Kecamatan, Kabupaten/ Kota dan
Provinsi.
51
Hal-hal yang perlu dimonitor :
- Peserta(keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta, keaktifan bertanya)
- Sarana prasarana (tempat, fasilitas)
- Fasilitator (persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat bantu,
membangun suasana penyuluhan yang aktif)
- Waktu (mulai tepat waktu, efektif )
2) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif
maupun negatif pelaksanaan kegiatan penyuluhan berdasarkan indikator. Dari
hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan
perbaikan dan pengembangan kegiatan penyuluhan berikutnya.
Evaluasi oleh pelaksana (Penata gizi/koordinator bidang gizi) dilakukan
pada saat selesai kegiatan penyuluhan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta
Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama sama misalnya 1
kali setahun.
3) Indikator Keberhasilan:
Indikator Input:
% petugas kesehatan sebagai fasilitator Kegiatan penyuluhan
% ibu bayi dan balita BGM yang mengikuti Kegiatan penyuluhan
% ibu bayi dan balita yang berada di wilayah posyandu yang mengikuti
Kegiayan penyuluhan
% kader yang terlibat dalam penyelenggaraan Kegiatan penyuluhan
Indikator Proses:
52
Fasilitator: manajemen waktu, penggunaan variasi metode penyuluhan,
bahasan penyampaian, penggunaan alat bantu, kemampuan melibatkan
peserta.
Peserta: frekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi
Penyelenggaraan: tempat, sarana, waktu
Indikator output:
% ibu yang tertarik dan datang pada kegiatan penyuluhan
% ibu yang benar dalam menjawab pertanyaan mengenai bahan
penyuluhan
% kader dalam keterlibatan penyelenggaraan
5. Pelaporan
Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan
sebaiknya dibuatkan laporan. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dijadikan sebagai dokumen, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan
pembelajaran bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan disusun pada
setiap selesai melaksanakan kegiatan penyuluhan.
Isi laporan minimal memuat tentang :
Waktu pelaksanaan
Jumlah peserta
Proses pertemuan
Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
Hasil evaluasi
53
Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari penata gizi/tenaga
kesehatan pelaksana kegiatan penyuluhan ke Puskesmas – Dinas Kesehatan
Kabupaten – Dinas Kesehatan Provinsi – Kementerian Kesehatan.
Pelaporan oleh penata gizi/pelaksana kegiatan penyuluhan dilakukan
setiap selesai kegiatan penyuluhan.
6. Promosi Kegiatan Penyuluhan Dalam Upaya Mencegah Kejadian Bayi dan
Balita BGM
Kegiatan penyuluhan di tingkat masyarakat merupakan hal yang sering
dilakukan, sehingga perlu inovasi-inovasi baru dan kreatif agar dapat menarik
minat masyarakat sehingga masyarakat mau untuk mengikuti dan akhirnya dapat
diaplikasikan sehingga harapan untuk mencegah terjadiny BGM dapat
terrealisasikan.
Untuk mendukung upaya promosi, diperlukan berbagai media yang sesuai
dengan kegiatan penyuluhan, seperti pamphlet.
a. Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang pentingnya kegiatan
penyuluhan tersebut sehingga mereka berpartisipasi untuk mengikuti penyuluhan.
b. Pelaksana :
Petugas gizi berkoordinasi dan bekerjasama dengan lintas program.
c. Kegiatan promosi :
Kegiatan dilakukan sesuai target sasaran.
Sasaran primer yaitu ibu bayi dan balita BGM melalui tatap muka, diskusi,
penyuluhan, pertemuan-pertemuan, dll.
54
Sasaran sekunder yaitu kader atau petugas kesehatan lainnya.
Promosi juga dilakukan dengan pemberitaan melalui mulut ke mulut,
kader, ataupun PKK.
Contoh kegiatan promosi yang dapat dilakukan dalam kegiatan-kegiatan di
masyarakat seperti penyuluhan, diskusi kelompok pada kelompok arisan,
pengajian.
d. Pendanaan :
Pengalokasian dana disesuaikan dengan kebutuhan. Dana bersumber dari
Dana Alokasi Umum (DAU), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat),
Pengusaha/Swasta dan sumber dana lainnya yang tidak mengikat. Dana tersebut
dapat digunakan untuk biaya pengadaan pamflet, dan snack.
e. Keluaran :
Ibu dan keluarga dapat mengetahui dan perlu untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan, yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan yang dibantu kader
secara teratur.
B. Analisa Hambatan dan Alternatif Penyelesaian
Dalam pelaksanaan kegiatan, kemungkinan akan ditemukan beberapa
hambatan beserta alternatif sebagai berikut :
Kurangnya antusiasme ibu bayi dan balita BGM dalam keikutsertaan
penyuluhan.
penyelesaian dengan : Ibu bayi dan balita BGM diundang secara langsung
oleh seksi acara dari kepanitiaan, satu hari sebelum acara mereka diingatkan
dan dipastikan akan dating melalui telepon. Pemberian penyuluhan dengan
55
cara menarik yaitu audiovisual dan sesi diskusi untuk meningkatkan
keikutsertaan mereka.
Keterjangkauan tempat pelaksanaan bagi para ibu bayi dan balita BGM.
penyelesaian dengan : pelaksanaan dilakukan pada tempat yang mudah
dijangkau masyarakat misalnya aula kelurahan atau aula posyandu,atau
tempat lainnya yang lebih dekat dengan mayoritas rumah warga.
Ketersediaan waktu dari para ibu bayi dan balita BGM untuk mengikuti acara
yang dilaksanakan.
penyelesaian dengan : pemilihan waktu pelaksanaan disesuaikan dengan
kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu
pertemuan 60 menit.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Banjarbaru Utara
didapatkan bahwa masih terdapat bayi dan balita BGM. Upaya yang telah
dilakukan oleh Puskesmas Banjarbaru Utara untuk meningkatkan gizi pada bayi
dan balita, antara lain dengan melakukan penyuluhan tentang peningkatan gizi.
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan belum optimal. Pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan yang inovatif dan menarik. Kegiatan
penyuluhan ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan dan
gizi bagi bayi dan balita yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu-ibu mengenai mengolah makanan yang sehat dan bergizi,
menyediakan makanan yang bersih dan sehat, dll. Pelaksanaan Kegiatan posyandu
yang terencana dan berkesinambungan diharapkan meningkatkan ketertarikan ibu
bayi dan balita BGM kepada posyandu. Sehingga ibu bayi dan balita yang berada
pada wilayah posyandu yang mengikuti kegiatan penyuluhan akan menjadi rutin
untuk pergi ke posyandu dan melakukan penimbangan berat badan bayi dan balita
secara teratur sehingga partisipasi masyarakat dalam penimbangan berat badan
juga akan meningkat, engan tujuan untuk mencegah terjadinya BGM di wilayah
kerja puskesmas.
57
B. Saran
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dalam upaya mencegah terjadinya
BGM, merupakan alternatif pemecahan masalah dalam rangka menurunkan
kejadian BGM.
58