Isi
-
Upload
doctarisya -
Category
Documents
-
view
47 -
download
0
description
Transcript of Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pain atau biasa disebut nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Orofacial pain mencakup sejumlah masalah klinis yang melibatkan otot
pengunyahan atau sendi temporomandibular. Masalah yang diperoleh dapat
mencakup ketidaknyamanan pada sendi temporomandibular, kejang otot di leher,
kepala dan rahang, migrain, cluster atau sering sakit kepala, atau sakit dengan
wajah, gigi atau rahang. Pada skenario diceritakan bahwa Murni menderita sakit
kepala/ nyeri kepala, namun obat yang diberikan ternyata tidak menghilangkan
rasa sakitnya. Sejenak hilang kemudian timbul lagi. Setelah dibawa ke pengobatan
alternatif dan ahli syaraf, didapatkan hasil yang sama. Namun, setelah berkunjung
ke dokter gigi, dokter gigi menemukan gigi Murni karies dan segera dicabut.
Setelah dilakukan pencabutan, maka nyeri kepala yang diderita Murni pun juga
hilang.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
anatomi dan fisiologi nyeri, definisi dari orofacial pain, korelasi nyeri kepala
dengan karies serta mekanisme referred pain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme referred pain?
2. Apa saja tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi orofacial pain?
1
3. Bagaimana penggolongan orofacial pain?
4. Bagaimana mekanisme orofacial pain yang berkaitan dengan karies?
5. Bagaimana mekanisme, persepsi, dan kontrol nyeri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mekanisme referred pain.
2. Mengetahui tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi orofacial
pain.
3. Mengetahui dan memahami penggolongan orofacial pain.
4. Memahami mekanisme orofacial pain yang berkaitan dengan karies.
5. Memahami mekanisme, persepsi, dan kontrol nyeri.
2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Referred Pain
Mekanisme referred pain adalah sebagai berikut, cabang-cabang serabut
nyeri visceral bersinaps dengan neuron kedua dalam medulla spinalis dimana
neuron ini akan menerima serabut nyeri yang berasal dari kulit. Ketika serabut
nyeri viseral terangsang, maka sinyal nyeri yang berasal dari vicera akan
selanjutnya akan dijalarkan melalui beberapa neuron yang sama yang juga
menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan akibatnya orang itu akan
merasakan sensasi yang benar-benar berasal dari daerah kulit.
2.2 Tindakan untuk mengatasi OFP
Beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi orofacial pain antara
lain:
a. Non-farmakologi
Tindakan nonfarmakologi untuk mengatasi oral facial pain antara lain
dengan:
1. Transcutaneus electrical nerve stimulation
2. Relaksasi
3. Hipnotis
b. Farmakologi
Beberapa jenis analgetik (obat pereda nyeri) bisa membantu
mengurangi nyeri. Obat ini digolongkan ke dalam 3 kelompok:
Analgetik opioid (narkotik)
Analgetik non-opioid
Analgetik ajuvan.
3
Analgetik opioid merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat
efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat.
Analgetik Opioid
Secara kimia analgetik opioid berhubungan dengan morfin.
Morfin merupakan bahan alami yang disarikan dari opium, walaupun ada
yang berasal dari tumbuhan lain dan sebagian lainnya dibuat di
laboratorium. Analgetik opioid sangat efektif dalam mengurangi rasa
nyeri namun mempunyai beberapa efek samping. Semakin lama pemakai
obat ini akan membutuhkan dosis yang lebih tinggi. Selain itu sebelum
pemakaian jangka panjang dihentikan, dosisnya harus dikurangi secara
bertahap, untuk mengurangi gejala-gejala putus obat.
Berbagai kelebihan dan kekurang dari analgetik opioid:
1. Morfin, merupakan prototipe dari obat ini, yang tersedia dalam bentuk
suntikan, per-oral (ditelan) dan per-oral lepas lambat. Sediaan lepas
lambat memungkinkan penderita terbebas dari rasa nyeri selama 8-12
jam dan banyak digunakan untuk mengobati nyeri menahun.
2. Analgetik opioid seringkali menyebabkan sembelit, terutama pada usia
lanjut. Pencahar (biasanya pencahar perangsang, contohnya senna atau
fenolftalein) bisa membantu mencegah atau mengatasi sembelit.
3. Opioid dosis tinggi sering menyebabkan ngantuk. Untuk mengatasinya
bisa diberikan obat-obat perangsang (misalnya metilfenidat).
4. Analgetik opioid bisa memperberat mual yang dirasakan oleh penderita.
Untuk mengatasinya diberikan obat anti muntah, baik dalam bentuk per-
oral, supositoria maupun suntikan (misalnya metoklopramid, hikroksizin
dan proklorperazin).
5. Opioid dosis tinggi bisa menyebabkan reaksi yang serius, seperti
melambatnya laju pernafasan dan bahkan koma.
4
Analgetik Opioid
Obat Masa efektif Keterangan
Morfin
Suntikan
intravena/intramuskuler:2-3 jam
Per-oral:3-4 jam
Sediaan lepas lambat:8-12jam
Mula kerjanya cepat
Sediaan per-oral
sangat efektif untuk
mengatasi nyeri karena
kanker
Kodein Per-oral:3-4 jam
Kurang kuat
dibandingkan dengan
morfin
Kadang diberikan
bersamaan dengan
aspirin atau
asetaminofen
Meperidin
Suntikan
intravena/intramuskuler:sekitar 3
jam
Per-oral:tidak terlalu efektif
Bisa menyebabkan
epilepsi, tremor dan
kejang otot
MetadonPer-oral:4-6 jam, kadang lebih
lama
Juga digunakan untuk
mengobati gejala putus
obat karena heroin
Proksifen Per-oral:3-4 jam Biasanya diberikan
bersamaan dengan
aspirin atau
5
asetaminofen, untuk
mengatasi nyeri ringan
Levorfanol
Suntikan intravena atau
intramuskuler:4 jam
Per-oral:sekitar 4 jam
Sediaan per-oral
sangat ampuh
Bisa digunakan
sebagai pengganti
morfin
Hidromorfon
Suntikan
intravena/intramuskuler:2-4 jam
Per-oral:2-4 jam
Suppositoria per-rektum:4 jam
Mula kerjanya cepat
Bisa digunakan
sebagai pengganti
morfin
Efektif untuk
mengatasi nyeri karena
kanker
Oksimorfon
Suntikan
intravena/intramuskuler:3-4 jam
Suppositoria per-rektum:4 jam
Mula kerjanya cepat
Analgetik Non-opioid
Semua analgetik non-opiod (kecuali asetaminofen) merupakan obat anti
peradangan non-steroid (NSAID, nonsteroidal anti-inflammatory drug).
Obat-obat ini bekerja melalui 2 cara:
1. Mempengaruhi sistem prostaglandin, yaitu suatu sistem yang
bertanggungjawab terhadap timbulnya rasa nyeri.
2. Mengurangi peradangan, pembengkakan dan iritasi yang seringkali
terjadi di sekitar luka dan memperburuk rasa nyeri.
6
Aspirin merupakan prototipe dari NSAID, yang telah digunakan
selama lebih dari 100 tahun. Pertama kali disarikan dari kulit kayu pohon
Willow. Tersedia dalam bentuk per-oral (ditelan) dengan masa efektif
selama 4-6 jam. Efek sampingnya adalah iritasi lambung, yang bisa
menyebabkan terjadinya ulkus peptikum. Karena mempengaruhi
kemampuan darah untuk membeku, maka aspirin juga menyebabkan
kecenderungan terjadinya perdarahan di seluruh tubuh. Pada dosis yang
sangat tinggi, aspirin bisa menyebabkan gangguan pernafasan. Salah satu
pertanda dari overdosis aspirin adalah teling berdenging (tinitus).
Mula kerja dan masa efektif dari berbagai NSAID berbeda-beda,
dan respon setiap orang terhadadap NSAID juga berbeda-beda. Semua
NSAID bisa mengiritasi lambung dan menyebabkan ulkus peptikum,
tetapi tidak seberat aspirin. Mengkonsumsi NSAID bersamaan dengan
makanan dan antasid bisa membantu mencegah iritasi lambung. Obat
misoprostol bisa membantu mencegah iritasi lambung dan ulkus
peptikum; tetapi obat ini bisa menyebabkan diare.
Asetaminofen berbeda dari aspirin dan NSAID. Obat ini bekerja
pada sistem prostaglandin tetapi dengan mekanisme yang berbeda.
Asetaminofen tidak mempengaruhi kemampuan pembekuan darah dan
tidak menyebabkan ulkus peptikum maupun perdarahan. Tersedia dalam
bentuk per-oral atau supositoria, dengan masa efektif selama 4-6 jam.
Dosis yang sangat tinggi bisa menyebabkan efek samping yang sangat
serius, seperti kerusakan hati.
Analgetik Ajuvan
Analgetik ajuvan adalah obat-obatan yang biasanya diberikan
bukan karena nyeri, tetapi pada keadaan tertentu bisa meredakan nyeri.
Contohnya, beberapa anti-depresi juga merupakan analgetik non-spesifik
dan digunakan untuk mengobati berbagai jenis nyeri menahun, termasuk
7
nyeri punggung bagian bawah, sakit kepala dan nyeri neuropatik.
Obat-obat anti kejang (misalnya karbamazepin) dan obat bius lokal per-
oral (misalnya meksiletin) digunakan untuk mengobai nyeri neuropatik.
Anestesi Lokal & Topikall
Anestesi (obat bius) lokal bisa digunakan langung pada atau di
sekitar daerah yang luka untuk membantu mengurangi nyeri.
Jika nyeri menahun disebabkan oleh adanya cedera pada satu saraf, maka
bisa disuntikkan bahan kimia secara langsung ke dalam saraf untuk
menghilangkan nyeri sementara.
Anestesi topikal (misalnya lotion atau salep yang mengandung
lidokain) bisa digunakan untuk mengendalikan nyeri pada keadaan
tertentu.
c. Fisik
tindakan fisik yang bisa dilakukan untuk mengatasi Oralfacial Pain adalah
dengan:
1. Stimulasi sensorik
2. Ultrasound
3. Electrogalvanic stimulation (ESG)
d. Psikologi
2.3 Penggolongan/ klasifikasi OFP
OFP atau orofacila pain dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya,
antara lain:
1. Rasa sakit yang dikarenakan oleh penyakit local
Misalnya:
a. Gigi dan rahang
b. Sendi temporomandibular dan otot-otot yang berhubungan dengannya
c. Hidung dan sinus paranasal
8
d. Kelenjar ludah
e. Pembuluh darah; giant-sel arteri
f. Mukosa
g. Lymph node
Pada kelompok ini rasa sakit berhubungan dengan gejala-gejala lain dan
mempunyai sifat khusus, dengan kelainan local yang terlihat jelas baik secara
klonos maupun radiografis, sehingga dapat dilakukan penentuan diagnosa.
Perawatan keadaan local dapat menghilangkan sakit tersebut (Gayford and
Haskell, 1990).
2. Sakit yang berasal dari batang saraf dan arah perjalanan sentralnya
Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yang dapat dibedakan
dengan ada atau tidak adanya tanda-tanda fisik yang tidak normal pada sistem
saraf sentral. Jadi, bila rasa sakit berasal dari keadaan yang termasuk kelompok
ini, maka untuk menentukan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan neurologi
dengan perhatian khusus terhadap saraf kranial. Penyebab kelompok ini adalah:
Kelompok I.
Tidak ada tanda-tanda fisik yang tidak normal pada sistem saraf sentral
a. Neuralgia trigeminal dan glosoparingeal idiopatik
b. Sindrom migrain
c. Sakit pada wajah atipikal
(Gayford and Haskell, 1990).
Kelompok II.
Ada tanda-tanda fisik yang tidak normal pada sistem saraf sentral Gangguan pada
saraf baik karena tekanan, infiltrasi atau penyakit degenerasi dari sistem saraf
sentral baik ekstra maupun intrakranial (Gayford and Haskell, 1990).
3. Sakit yang berasal dari luar wajah
Rasa sakit dapat berasal dari Mata, Jantung, Tulang spinal, Oesopagus.
Mata secara alami merupakan bagian dari wajah, normalnya pasien tidak
mengeluh tentang rasa sakit dari penyakit mata atau telinga, tetapi mengeluh
tentang rasa sakit dari organ yang terserang. Sebaliknya, sakit dari struktur lain
biasanya meluas ke telinga (terutama dari gigi geraham besar bawah dan sendi
9
temporomandibular). Keadaan seperti ini ditandai dengan kelainan lokal yang
berhubungan engan rasa sakit, tetapi selain itu juga terlohat tanda yang samar ari
penyakityang terdapat di luar wajah yang menimbulkan rasa sakit tersebut
(Gayford and Haskell, 1990).
Differentation of odontogenic and non-odontogenic pain
Nyeri odontogenik adalah nyeri yang berasal dari pulpa gigi, biasanya
timbul dari dua macam jaringan, yakni jaringan pulpa dan jaringan periodontium.
Nyeri periodontium merupakan nyeri dalam stomatik. Penyebab nyeri
periodontium bervariasi antara lain inflamasi peiodontium akibat sebab lokal
seperti trauma, beban oklusal yang terlalu berat, atau ada gigi yang impaksi; atau
akibat dari tindakan profilaksis, perawatan endodonsia, orthodonsia, preparasi
mahkota, kontur gigi yang tdaik tepat, atau trauma pembedahan. Juga bias
disebabkan karena abses periodontium akut, eksaserbasi pada abses periodontium
kronnik akibat infeksi, cidera, impaksi makanan, atau resisitensi yang menurun.
Dapat pula diakibatkan oleh penyebaran inflamasi pulpa baik langsung melalui
foramen apikalis atau melalui kanal tambahan. Sebab lain yang mungkin adalah
penyebaran dari infeksi gigi tetangga (perkontinuitataum), atau infeksi tulang.
Tanda nyeri periodontium yang biasa dijupai adalah: 1. Kualitasnya
tumpul atau berdenyut; 2. Ada penyebab yang jelas (poket, abses); 3. Respon
terhadap tekanan mekanik adalah proporsional terhadap jumlah tekanan yang
diaplikasikan; 4. Gigi terasa elongasi, dan 5. Anestesi lokal pada daerah
periodontium yang terkena akan meredakan nyeri (Sumawinata, 2003).
Penyebab rasa sakit lokal odontogenik dapat disebabkan karena:
Periodontal abses, dapat menyebabkan sakit dan pembengkakan. Pasien
menggambarkan rasa sakit yang tumpul, berkelanjutan, dan intensitasnya
meningkat ketika mengunyah atau ketika jaringan lunak yang menutupi dipalpasi.
Rasa sakit semakin parahketika dilakukan penekanan dari arah vertikal atau
horisontal pada gigi.
Jika proses inflamasi yang terjadi belum mengenai pulpa, respon pulpa
masih normal pada stimulus termal maupun elektrik. Pemeriksaan radiograf
terlihat sedikit perubahan pada tulang yang mendukung gigi. Pemeriksaan klinis
10
terlihat nodul, adanya fluktuansi pada pembengkakan tersebut, peningkatan
mobilitas dari gigi, dan adanya purulensi. Probing pada jaringan periodontal
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien (Bricker dkk., 1994).
Nyeri dentinal dan nyeri pulpal.
Dentin terbuka, dapat disebabkan karena resesi gingiva dan hilangnya
sementum karena pengaruh kimia dan proses mekanis seperti erosi dan abrasi.
Terpaparnya dentin yang vital dapat menjadi sumber rasa sakit. Stimulus rasa
sakit dapat berupa agen kimiawi dan fisik, dalam jumlah yang cukup dapat
perubahan pada pulpa sehingga mempengaruhi odontoblas dan terjadi perubahan
karakteristik pada vaskular sebagai tanda dari pulpitis tahap awal (Briker, 1994).
Berdasarkan klasifikasi klinis, kondisi pulpa dapat dikategorikan menjadi
pulpa sehat, pulpitis reversibel, pulpitis irreversibel, dan nekrosis pulpa (Prpić-
Mehičić dan Galić, 2010).
Pada pulpa yang sehat, stimulus panas dan dingin dapat menyebabkan
nyeri selama 1 hingga 2 detik. Selain itu, nyeri pulpal dan dentinal juga dapat
timbul dengan adanya kondisi hipersensitivitas dentin, yang timbul karena adanya
rangsangan termal, kimiawi, stimulus osmotik dan taktil yang mengenai dentin
yang terbuka sehingga timbul nyeri yang tajam, kuat, dan bertahan lama (Prpić-
Mehičić dan Galić, 2010).
Pulpitis reversibel dapat menyebabkan short-term pain pada rangsangan
dingin, namun cepat hilang ketika stimulus dihilangkan. Sedangkan pada pulpitis
irreversibel, nyeri tidak dapat hilang walaupun stimulus penyebab nyeri sudah
dihilangkan (Prpić- Mehičić dan Galić, 2010).
Nyeri periradikular, biasanya disebabkan oleh adanya penyebaran infeksi dari
pulpa menuju jaringan periapikal, biasanya disertai oleh pulpitis irreversibel.
Gejala yang ditimbulkan merupakan gabungan dari gejala pulpitis irreversibel,
yakni sensitivitas pada gerakan menggigit, nyeri tumpul, persisten, dan nyeri yang
berdenyut. Adanya proses inflamasi yang progresif menuju tulang alveolar, gejala
yang terjadi dapat disertai dengan timbulnya demam, malaise, pembengkakan dan
11
rash (Prpić-Mehičić dan Galić, 2010). Differential diagnosis nyeri odontogenik
(Prpić-Mehičić dan Galić, 2010).
Nyeri non-odontogenik adalah nyeri yang terasa pada gigi tetapi
disebabkan oleh suatu proses ditempat lain, bukan pada gigi (Sumawinata, 2003).
Nyeri nonodontogenik dapat berasal dari kelenjar saliva, sinus, hidung,
tenggorokan, kelenjar tiroid, mata, telinga, esofageal cardiac sphincter dan paru-
paru. Menurut Prpić-Mehičić dan Galić (2010), sindrom-sindrom nyeri pada
rahang yang dapat menyebabkan sakit pada gigi dapat dibedakan menjadi akut
(neuralgia n. trigemini, “cluster” headaches, acute otitis media, acute maxillary
sinusitis, cardiogenic jaw-pain, sialolithiasis) dan kronis (TMJ disorders dan
nyeri otot pipi, atypical facial pain, sinusitis alergika, causalgia, postherpetic
neuralgia, nyeri fasial akibat neoplasma maligna).
2.4 Mekanisme OFP kaitan dengan karies
Orofacial pain mencakup sejumlah masalah klinis yang melibatkan otot
pengunyahan atau sendi temporomandibular. Masalah yang diperoleh dapat
mencakup ketidaknyamanan pada sendi temporomandibular, kejang otot di leher,
kepala dan rahang, migrain, cluster atau sering sakit kepala, atau sakit dengan
wajah, gigi atau rahang. Pada skenario, nyeri yang dirasakan oleh pasien
dirasakan sebagai dull pain (pegal/kemeng) yang kontinyu dan kadangkadang
berdenyut.
Nyeri merupakan reaksi fisiologis yang ditimbulkan oleh rangsang yang
mencapai nilai ambang rasa nyeri pada reseptor nyeri. Mekanisme nyeri gigi
berawal dari rangsang berbahaya yang diubah impuls nyeri sampai persepsi nyeri
gigi. Rangsang diterima oleh email disampaikan ke reseptor di dentin, kemudian
rangsang diubah menjadi impuls yang kemudian disampaikan ke pulpa dan
akhirnya sampai di pusat nyeri, tempat nyeri dipersepsi.
Definisi nyeri yang ditetapkan oleh International Association for The
Study of Pain adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
12
menyenangkan, berhubungan dengan kerusakan jaringan yang telah terjadi atau
yang akan terjadi atau digambarkan dengan katakata yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh; rasa
nyeri timbul bila terdapat kerusakan jaringan dan ini akan menyebabkan penderita
bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman
sensoris kompleks yang sering berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri
dianggap sebagai suatu istilah yang berhubungan dengan sensasi yang dibedakan
dalam kualitas, lokasi durasi dan intensitas rangsangnya. Nyeri merupakan
pengalaman kompleks yang meliputi tidak hanya komponen sensorik, tetapi juga
melibatkan reaksi motorik atau respons yang ditimbulkan oleh rangsang yang
menimbulkan nyeri, yaitu rangsang berbahaya.
Penderita yang telah kehilangan rasa sakitnya, misalnya setelah mengalami
kecelakaan pada medula spinalis, tak akan mempunyai rasa nyeri.
Nyeri gigi merupakan respons yang ditimbulkan oleh rangsang pada reseptor
nyeri di gigi yang akan diubah menjadi impuls nyeri dan dihantarkan melalui
struktur serabut saraf. Jaringan yang hanya mengandung reseptor nyeri atau
nosiseptor memiliki sensitifitas atau kepekaan terhadap nyeri dengan tingkat
kepekaan yang berbeda. Dentin dan pulpa termasuk jaringan yang peka terhadap
nyeri. Nyeri gigi terjadi bila terjadi rangsangan pada nosiseptor.
Nyeri gigi merupakan reaksi fisiologis dan atau patologis yang timbul oleh
rangsangan pada reseptor nyeri dan impulsnya dihantarkan melalui struktur
serabut saraf. Para ahli mengemukakan bahwa rasa nyeri sukar atau tidak dapat
didefinisikan dengan tepat karena sifat nyeri tersebut bersifat subyektif, misalnya
seorang individu mengatakan nyeri pada rangsangan dengan intensitas
kecil, tetapi individu yang lain harus diberikan rangsangan dengan intensitas yang
lebih besar untuk dapat merasakan nyeri.
Berdasarkan timbulnya nyeri terdapat dua rasa nyeri utama yaitu rasa nyeri
cepat (akut) dan lambat (kronis). Nyeri akut timbul kira-kira 0,1 detik setelah
diberikan stimulus nyeri, sedangkan nyeri kronis timbul 1 detik atau lebih dan
kemudian bertambah secara perlahan selama beberapa detik kadangkala beberapa
menit. Nyeri gigi ditimbulkan oleh rangsang yang diterima melalui struktur gigi
13
yaitu email, kemudian diteruskan ke dentin, sampai ke hubungan pulpa-dentin,
yang mengandung reseptor nyeri dan akhirnya ke pulpa. Reseptor nyeri tersebut
merupakan nosiseptor yang berasal dari saraf maksilaris dan mandibularis dan
merupakan cabang saraf trigeminal. Rangsang yang diterima akan diubah menjadi
impuls dan dihantarkan menuju susunan saraf pusat rangsang dapat berupa
rangsang kimia, listrik, mekanis maupun termal.
Email adalah jaringan yang pertama kali menerima stimulus rangsangan.
Email merupakan jaringan yang sama sekali tidak peka dan rangsang yang sampai
pada daerah tersebut tidak berubah. Rangsang pada email diteruskan ke dentin
bagian luar, kemudian kanalikuli dentin sampai ke reseptor. Rangsang pada
serabut saraf berujung bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang akan
menyebar ke seluruh serabut saraf.
Cabang saraf maksilaris yang menghantarkan impuls nyeri gigi rahang
atas:
1. Saraf alveolaris superior anterior, menghantarakan impuls nyeri dari nyeri gigi
anterior.
2. Saraf alveolaris superior media, menghantarkan impuls nyeri gigi dari gigi
premolar dan akar mesiobukal molar pertama.
3. Saraf alveolar superior posterior, menghantarkan impuls nyeri dari gigi molar
kecuali akar mesiobukal molar pertama.
Cabang saraf mandibularis yang menghantarkan impuls nyeri dari gigi
rahang bawah yaitu saraf alveolaris inferior melalui cabang dentalis yang
menghantarkan impuls dari seluruh gigi-gigi rahang bawah. Serabut saraf lebih
banyak bercabang pada kamar pulpa dibandingkan saluran akar, dengan
perbandingan 1:3. Percabangan serabut saraf semakin meningkat pada ujung
tanduk pulpa.
Reseptor sensorik yang terdapat pada gigi adalah jenis nosiseptor, yaitu
ujung saraf bebas bermielin dan tidak bermielin. Reseptor ini terletak di predentin,
hubungan pulpa-dentin dan subodontoblas. Serabut saraf sensorik yang masuk ke
dalam pulpa merupakan sistem serabut saraf trigeminal yaitu berasal dari ganglion
14
trigeminalis (ganglion semilunaris Gasseri). Serabut saraf ini dibungkus oleh
suatu selubung yang terdiri dari kumpulan sel Schwann yang berfungsi sebagai
nerolema. Sel Schwann terdiri dari mielin yang merupakan campuran lipid dan
protein. Serabut saraf bermielin ini masuk ke pulpa melalui foramen apikal.
Serabut saraf bermielin yang besar terdapat di daerah kamar pulpa akan bercabang
menjadi serabut saraf yang lebih kecil dan menyebar ke arah koronal dan perifer
gigi. Serabut saraf kemudian bercabang di daerah subodontoblas dan membentuk
suatu sistem saraf yang menyerupai suatu anyaman yang disebut plexus of
Raschkow. Pada daerah ini, serabut saraf akan melepaskan selubung mielinnya
dan berjalan melalui Zone of Weil. Serabut saraf tersebut akan berjalan
mengelilingi prosesus odontoblas
dan berakhir sebagai reseptor pada predentin.
Impuls nyeri gigi dihantarkan ke sistem saraf pusat melalui dua jenis
serabut saraf, yaitu serabut saraf tipe A-_ yang bermielin halus dengan diameter 2-
5 μm, menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 12-30 m / det dan serabut
saraf tipe A bermielin yang berdiameter 5-12 μm menghantarkan impuls nyeri
dengan kecepatan 30-70 m/det. Serabut saraf lainnya yaitu serabut saraf tipe C
yang tidak bermielin dengan diameter 0,4-1,2 μm. Serabut saraf tipe C
menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 0,5-2 m/det. Kedua serabut saraf
ini berakhir pada nukleus spinalis saraf trigeminal. Impuls nyeri yang mengenai
ujung saraf pulpa gigi dihantarkan ke saraf maksilaris dan mandibularis dari saraf
trigeminal.
Serabut saraf ini berjalan dari ganglion Gasseri ke nukleus sensorik dari
saraf trigeminal yang terletak pada medulla oblongata dan meluas ke segmen
servikal traktus spinalis. Serabut saraf juga berjalan melalui lemniskus
trigeminalis ke nukleus postero-sentral dari talamus. Talamus merupakan pusat
dari seluruh impuls nyeri kasar yang selanjutnya diproyeksikan datang ke korteks
serebri. Impuls nyeri kasar ini akan diteruskan melalui neuron penghubung
korteks serebri. Di tempat ini nyeri sudah dapat dikenali dengan jelas baik lokasi
maupun diskriminasinya serta kualitas nyeri.
15
Sakit Orofacial adalah alasan utama mengapa banyak pasien mencari saran
dokter gigi. Ini biasanya memiliki sebab lokal. Namun, berbagai penyakit,
khususnya saraf, psikogenik dan gangguan pembuluh darah, dapat menyebabkan
orofacial pain.
2.5 Mekanisme, Persepsi, dan Kontrol Nyeri
Definisi nyeri adalah persepsi somatik berupa ketidaknyamanan yang
mengindikasikan adanya kerusakan jaringan atau potensi/ancaman terhadap
kerusakan jaringan (Tollison dkk., 2002).
Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat, yang
hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang
lain, mencakup pola pikir, aktivitas seseorang secara langsung, dan perubahan
hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat
menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologikal.
Penyebab Nyeri
1. Trauma
a. Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan,
misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b. Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas, dingin, misal karena api dan air.
c. Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat.
d.Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma
a. Jinak
16
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya abses.
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis.
Klasifikasi nyeri menurut Smith (2009):
1. Nosiseptif
Rasa nyeri yang ditimbulkan karena adanya rangsang dari luar. Besar rasa
nyeri sebanding dengan besar kerusakan yang dialami dan rasa nyeri jenis ini
bersifat protektif. Contohnya: terbakar, patah tulang, nyeri somatik atau viseral.
2. Neuropatik
Rasa nyeri yang ditimbulkan karena adanya jejas pada sistem syaraf. Besar
rasa nyeri tidak sebanding dengan besar kerusakan yang terjadi dan rasa nyeri
jenis ini tidak memiliki fungs iprotektif. Rasa nyeri jenis ini akan tetap ada
walaupun rangsang nosiseptif telah dihilangkan. Contohnya neuroma, trauma
pada akson.
3. Mixed pain
Rasa nyeri yang ditimbulkan oleh rangsang nosiseptif bersamaan dengan
adanya jejas pada sistem syaraf. Contohnya rasa sakit pada kaki dan punggung
setelah operasi saraf pada bagian lumbal, atau pasien dengan sindrom rasa nyeri
regional (misalnya pada sistem saraf pusat atau distrofi gerak refleks) dapat
menyebabkan komplikasi rasa nyeri yang bersifat nosiseptif, misalnya ankilosis
sendi dan nyeri myofacial.
4. Idiopatik
Rasa nyeri yang tidak dapat diidentifikasi lesi penyebabnya, dan besarnya
tidak sebanding dengan kerusakan yang dialami.
Klasifikasi Nyeri
1. Menurut Tempat
17
a. Periferal Pain
Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
Deep Pain (Nyeri Dalam)
Reffered Pain (Nyeri Alihan) yaitu nyeri yang dirasakan pada area yang bukan
merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak.
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi,
contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang
berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang
tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain: Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan
sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya
menetap 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh
pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari
lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
c. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
4. Menurut Waktu Serangan
18
Pada tahun 1986, The National Institutes of Health Concencus Conference
of Pain mengkategorikan 3 (tiga) tipe dari nyeri yaitu akut, kronik malignan dan
kronik nonmalignan. Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau
pembedahan. Nyeri kronik nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan
yang tidak progresif atau yang menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan
kanker atau penyakit progresif disebut Chronic Malignant Pain. Meskipun
demikian, biasanya terdapat dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan
kronis.
a. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur.
Klien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala-gejala antara lain:
respirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama
dan klien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan. (Anonim,
2007)
Nyeri akut
Nyeri akut adalah respon fisiologis yang memperingatkan kita dari bahaya.
Proses Nosisepsi menggambarkan proses normal rasa sakit dan respons terhadap
rangsangan berbahaya atau berpotensi untuk merusak jaringan normal. Ada empat
proses dasar yang terlibat dalam nosisepsi (McCaffery dan Pasero, 1999). Ini
adalah:
Transduksi,
Transmisi
Persepsi
Modulasi
Transduksi
Transduksi rasa sakit dimulai ketika ujung saraf bebas (nociceptors) dari
serat C dan serat A delta neuron aferen primer menanggapi rangsangan berbahaya.
19
Nociceptors terkena rangsangan berbahaya ketika kerusakan jaringan dan
inflamasi terjadi sebagai akibat dari, misalnya, trauma, pembedahan, peradangan,
infeksi dan iskemia. Nociceptors didistribusikan pada ;
Struktur Somatik (kulit, otot, jaringan ikat, tulang, sendi);
Struktur Viseral (organ viseral seperti hati, saluran gastro-intestinal).
Serat C dan serat A-delta yang terkait dengan kualitas yang berbeda rasa sakit.
Stimuli berbahaya dan tanggapan
Ada tiga kategori rangsangan berbahaya:
Mekanik (tekanan, pembengkakan, abses, irisan, pertumbuhan tumor);
Thermal (membakar, panas);
Kimia (neurotransmitter rangsang, racun, iskemia, infeksi).
Penyebab stimulasi mungkin internal, seperti tekanan yang diberikan oleh
tumor atau eksternal, misalnya, terbakar. Stimulasi ini menyebabkan pelepasan
mediator kimia berbahaya dari sel-sel yang rusak, termasuk: prostaglandin ,
bradikinin , serotonin , substansi P, kalium, histamin. Mediator kimia ini
mengaktifkan dan atau sensitivitas nociceptors terhadap rangsangan berbahaya.
Dengan maksud memperbaiki rasa nyeri , pertukaran ion natrium dan kalium (de-
polarisasi dan re-polarisasi) terjadi pada membran sel. Hal ini menghasilkan suatu
potensial aksi dan generasi dari sebuah impuls nyeri.
Transmisi Rasa Nyeri
Penyaluran terjadi dalam tiga tahap. Nyeri impuls ditransmisikan:
dari situs transduksi sepanjang serat nociceptor ke punggung tanduk di sumsum
tulang belakang,
dari sumsum tulang belakang ke otak batang;
melalui hubungan antara korteks, talamus dan tingkat yang lebih tinggi dari
otak. Serat C dan serat A-delta berakhir di tanduk dorsal sumsum tulang belakang.
Ada celah sinaptik antara akhir terminal serat C dan serat A-delta dan neuron
tanduk dorsal nociceptive (NDHN). Agar impuls rasa sakit yang akan
ditransmisikan dalam celah untuk NDHN sinapsis, neurotransmiter rangsang yang
dilepaskan, yang mengikat reseptor khusus pada NDHN. Neurotransmitter adalah:
20
adenosin trifosfat; glutamat , peptida terkait gen kalsitonin, bradikinin , oksida
nitrous , substansi P. Impuls nyeri ini kemudian ditransmisikan dari sumsum
tulang belakang untuk membendung otak dan thalamus melalui dua jalur utama
meningkat nociceptive. Ini adalah jalan spinothalamic dan spinoparabrachial .
Otak tidak memiliki pusat-pusat rasa sakit diskrit, jadi ketika impuls tiba di
thalamus mereka diarahkan untuk berbagai bidang otak dimana mereka akan
diproses.
Persepsi nyeri
Persepsi nyeri adalah hasil akhir dari aktivitas saraf transmisi rasa sakit
dan mana rasa sakit menjadi pengalaman multi-dimensi sadar. Multidimensional
mengalami rasa sakit memiliki komponen afektif-motivasi, sensorik-diskriminatif,
emosi dan perilaku. Ketika rangsangan menyakitkan ditransmisikan ke batang
otak dan thalamus, daerah kortikal multiple diaktifkan dan tanggapan diperoleh.
Daerah ini:
* sistem retikuler:
Hal ini bertanggung jawab untuk respon otonom dan motor terhadap rasa sakit
dan untuk mengingatkan individu untuk melakukan sesuatu, misalnya, secara
otomatis menghapus tangan ketika menyentuh wajan panas. Ini juga memiliki
peran dalam respons afektifmotivasi untuk nyeri seperti melihat dan menilai
cedera pada tangannya setelah itu telah dihapus bentuk wajan panas.
* Korteks somatosensori:
Ini adalah terlibat dengan persepsi dan interpretasi dari sensasi. Ini
mengidentifikasi intensitas, jenis dan lokasi sensasi rasa sakit dan sensasi yang
berkaitan dengan pengalaman masa lalu, memori dan aktivitas kognitif. Ini
mengidentifikasi sifat stimulus sebelum memicu respons, misalnya, di mana rasa
sakit itu, seberapa kuat itu dan bagaimana rasanya.
* Sistem limbik:
Hal ini bertanggung jawab untuk respon emosi dan perilaku terhadap rasa sakit
misalnya, perhatian, suasana hati, dan motivasi, dan juga dengan pengolahan rasa
sakit, dan pengalaman masa lalu rasa sakit.
21
Modulasi nyeri
Modulasi nyeri melibatkan transmisi impuls nyeri mengubah atau
menghambat di sumsum tulang belakang. Ini, beberapa jalur yang kompleks yang
terlibat dalam modulasi nyeri disebut jalur bawah nyeri modulatory (DMPP) dan
ini dapat menyebabkan baik peningkatan dalam transmisi impuls nyeri (rangsang)
atau penurunan transmisi (resistensi). penghambatan Descending melibatkan
pelepasan neurotransmitter inhibisi yang menghalangi atau sebagian blok
transmisi impuls rasa sakit, dan karena itu menghasilkan analgesia.
Hambat neurotransmitter yang terlibat dalam modulasi nyeri meliputi:
Endogen opioid (enkephalins dan endorfin);
serotonin (5-HT);
norepinephirine (noradrenalin);
gamma-aminobutyric (GABA),
neurotensin;
asetilkolin;
oksitosin.
Modulasi nyeri endogen membantu untuk menjelaskan variasi yang luas
dalam persepsi rasa sakit pada orang yang berbeda sebagai individu menghasilkan
jumlah yang berbeda dari neurotransmiter penghambatan. Opioid endogen
ditemukan di seluruh sistem saraf pusat (SSP) dan mencegah pelepasan
neurotransmiter beberapa rangsang, misalnya, substansi P, oleh karena itu,
menghambat transmisi impuls nyeri.
Rasa Nyeri Kronis
Sakit kronis dapat menjadi masalah besar bagi sebagian orang dan
mempengaruhi kualitas hidup mereka. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan
dalam nosisepsi, cedera atau sakit dan dapat hasil dari kerusakan SSP saat ini atau
masa lalu ke sistem saraf perifer (PNS), atau mungkin tidak menyebabkan
(Calvino dan Grilo, 2006) organik. Patofisiologi sakit kronis bahwa mekanisme
22
yang tepat terlibat dalam patofisiologi nyeri kronis yang kompleks dan tetap tidak
jelas. Hal ini diyakini bahwa setelah trauma, perubahan yang cepat dan tempat
jangka panjang dalam SSP terlibat dalam transmisi dan modulasi nyeri (informasi
nociceptive) (Ko dan Zhuo, 2004).
Mekanisme central di sumsum tulang belakang, yang disebut 'wind-up',
juga dikenal sebagai hipersensitivitas atau hyperexcitability, mungkin terjadi.
Wind-up terjadi ketika berulang-ulang, panjang, stimulasi berbahaya
menyebabkan neuron tanduk dorsal untuk mengirimkan meningkatnya jumlah
impuls nyeri. Pasien mungkin merasakan sakit dalam menanggapi rangsangan
yang tidak biasanya dikaitkan dengan nyeri, misalnya, sentuh. Ini allodynia
disebut. Pengolahan abnormal ini nyeri di PNS dan SSP bisa mandiri peristiwa
menyakitkan yang asli. Dalam beberapa kasus, misalnya, amputasi, cedera asli
mungkin telah terjadi pada saraf tepi, namun mekanisme yang mendasari nyeri
hantu diproduksi baik di PNS dan SSP.
23
BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan:
Nyeri/pain adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Orofacial pain
adalah nyeri yang terjadi pada mulut dan wajah. Sedangan referred pain adalah
nyeri pada area yang jauh dari rangasang nyeri atau dari organ viseral ke organ
permukaan seperti kulit.
Nyeri dapat diatasi dengan empat cara yaitu dengan farmakologi, non-
fakmakologi, fisik san psikologis. Fakmakologi dapat berupa obat analgesic agent
dan anesthetic agent. Sedangakn non-fakmakologis berupa relaksasi dan hipnotis.
Penggolongan orofacial pain berdasar penyebab yaitu, rasa sakit dari
penyakit lokal, rasa sakit dari batang saraf, dan sara sakit dari luar wajah.
Sedangkan penggolongan berdasar asal meliputi nosiseptik dan neuropatik.
Menurut Sumawinata (2003), pengklasifikasila OFP adalah odontogenic pain dan
non-odontogenic pain.
Mekanisme OFP menurut Albert E.L, OFP berkaitan dengan karies,
dimualai dari enamel,dentin, kemudian ke pulpa gigi. Dari pulpa kemudian
berlanjut menghantarkan impuls ke saraf pusat melalui sereptor nyeri dari
n.maxila dan n. Mandibula. Impuls terdiri dari 2 serabut yaitu A- bermielin dan A
bermielin.
Proses nyeri berawal dari transduksi (nociceptor menerima sakit),
kemudian transmisi (transduksi diteruskan ke spinal kord menuju ke batang otak),
modulasi (interaksi analgetik endogen) yang terakhir adalah persepsi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal : 87.
Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80
Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.
Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-136.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Hlm 1502-1533.
Aubrun F, Langeron O, Quesnel C, Coriat P, Riou B. Relationships between measurement of pain using visual analog score and morphine requirements during postoperative intravenous morphine titration. Anesthesiology 2003;98:1415–1421.
25